jurnal biologi edukasi edisi 14, volume 7 nomor 1, juni

9
47 Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal 47-55 Kearifan lokal masyarakat aceh dalam konservasi laut Acehnese local wisdom for marine conservation Evi Apriana Pend. Biologi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh e-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kearifan lokal masyarakat Aceh dalam konservasi laut. Penelitian ini menerapkan desain penelitian kualitatif (Qualitative Research), menggunakan metode observasi langsung pada masyarakat Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh dan wawancara mendalam (deep interview) dengan informan (key person) Panglima Laot dan masyarakat. Dari observasi dan wawancara diperoleh hasil bahwa pengelolaan konservasi laut yang telah dilakukan di Pelabuhan Lampulo telah berlangsung lama dengan cara menjalankan peraturan yang telah dibuat oleh Pawang Laot agar tidak merusak ekosistem laut. Kearifan lokal masyarakat dalam konservasi laut meliputi kebiasaan positif, kebiasaan negatif, aturan yang boleh dikerjakan, aturan yang tidak boleh dikerjakan, dan sangsi adat. Biaya yang dibutuhkan untuk pergi melaut selama seminggu 5-7 juta sedangkan untuk melaut selama sebulan dibutuhkan biaya sekitar 30-60 juta. Hambatan/kendala yang dihadapi pelaut adalah cuaca, akibat dari perubahan iklim, mahalnya harga bahan bakar minyak (BBM) dan dangkalnya Tempat Penjualan Ikan (TPI) sehingga kapal-kapal besar tidak bisa langsung berhenti di dermaga TPI sehingga tidak bisa melakukan pelelangan ikan secara langsung. Saran-saran perbaikan kepada pemerintah dan masyarakat adalah meningkatkan perbaikan infrastruktur, menurunkan harga BBM, dan meningkatkan perhatian untuk para nelayan. Kata kunci: Kearifan lokal, konservasi laut, panglima laot, kenduri laot, hukôm adat laôt Abstract This study was aimed to identify the local wisdom of Acehnese people in marine conservation. The study used qualitative research design (Qualitative Research). Methods of collecting data were direct observation on society GampongLampulo,KutaAlam sub-district of Banda Aceh and deep interview. The interviewees were Pawang Laot (Fisherman Chief) and local people. According to observation and interview that marine conservation management in Port Lampulo has been done since a long time ago by implementing rules created by the chief to maintain marine conservation. Local wisdom in marine conservation consisted of positive and negative behaviours, obeyed rules and ignored rules, and the customary sanctions. Expenditure for weekly sailing was 5-7 millions with montly sailing expenditure was about 30-60 millions. The obstacles faced by fishermen were weather, climate changes, high price of fossil fuel, and shallowness of fish landing sties. Improvement suggestions for government and local people are infrastructure improvements, decrease in fuel prices, and increase in welfare of fishermen. Keywords: Local wisdom, marine conservation, fishermen chief, marine territory custom

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni

47

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal 47-55

Kearifan lokal masyarakat aceh dalam konservasi laut

Acehnese local wisdom for marine conservation

Evi AprianaPend. Biologi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

e-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kearifan lokal masyarakat Aceh dalam konservasi laut.Penelitian ini menerapkan desain penelitian kualitatif (Qualitative Research), menggunakan metodeobservasi langsung pada masyarakat Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh danwawancara mendalam (deep interview) dengan informan (key person) Panglima Laot dan masyarakat.Dari observasi dan wawancara diperoleh hasil bahwa pengelolaan konservasi laut yang telah dilakukandi Pelabuhan Lampulo telah berlangsung lama dengan cara menjalankan peraturan yang telah dibuatoleh Pawang Laot agar tidak merusak ekosistem laut. Kearifan lokal masyarakat dalam konservasi lautmeliputi kebiasaan positif, kebiasaan negatif, aturan yang boleh dikerjakan, aturan yang tidak bolehdikerjakan, dan sangsi adat. Biaya yang dibutuhkan untuk pergi melaut selama seminggu 5-7 jutasedangkan untuk melaut selama sebulan dibutuhkan biaya sekitar 30-60 juta. Hambatan/kendala yangdihadapi pelaut adalah cuaca, akibat dari perubahan iklim, mahalnya harga bahan bakar minyak(BBM) dan dangkalnya Tempat Penjualan Ikan (TPI) sehingga kapal-kapal besar tidak bisa langsungberhenti di dermaga TPI sehingga tidak bisa melakukan pelelangan ikan secara langsung. Saran-saranperbaikan kepada pemerintah dan masyarakat adalah meningkatkan perbaikan infrastruktur,menurunkan harga BBM, dan meningkatkan perhatian untuk para nelayan.

Kata kunci: Kearifan lokal, konservasi laut, panglima laot, kenduri laot, hukôm adat laôt

Abstract

This study was aimed to identify the local wisdom of Acehnese people in marine conservation. Thestudy used qualitative research design (Qualitative Research). Methods of collecting data were directobservation on society GampongLampulo,KutaAlam sub-district of Banda Aceh and deep interview.The interviewees were Pawang Laot (Fisherman Chief) and local people. According to observationand interview that marine conservation management in Port Lampulo has been done since a long timeago by implementing rules created by the chief to maintain marine conservation. Local wisdom inmarine conservation consisted of positive and negative behaviours, obeyed rules and ignored rules,and the customary sanctions. Expenditure for weekly sailing was 5-7 millions with montly sailingexpenditure was about 30-60 millions. The obstacles faced by fishermen were weather, climatechanges, high price of fossil fuel, and shallowness of fish landing sties. Improvement suggestions forgovernment and local people are infrastructure improvements, decrease in fuel prices, and increase inwelfare of fishermen.

Keywords: Local wisdom, marine conservation, fishermen chief, marine territory custom

Page 2: Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni

Evi Apriana: Kearifan lokal masyarakat aceh.....

48

PendahuluanWilayah laut Aceh dikenal dengan

keindahan dan sekaligus konflik kepentingan,sehingga ekosistem di wilayah tersebutmenghadapi berbagai ancaman dan masalahperusakan yang diakibatkan oleh aktivitasmanusia, seperti pekerjaan reklamasi pantai,pengeboman dan peracunan terumbu karang,pembangunan perumahan, jembatan penghubungantar pulau, pembangunan dermaga, pencemaranlimbah rumah tangga dan industri, penebangandan konversi laut menjadi lahan pertanian,tambak, kolam ikan, daerah industri dansebagainya, sehingga merusak ekosistem laut.Berbagai pembangunan sektoral, regional, swastadan masyarakat yang memanfaatkan kawasanpesisir seperti sumber daya perikanan, lokasiresort, wisata, pertambangan lepas pantai,pelabuhan laut, industri dan reklamasi kota pantaiserta pangkalan militer menimbulkan persoalanpembangunan wilayah darat, laut, dan khususnyakawasan pesisir.

Pengelolaan sumber daya pesisir dan lautAceh dalam rangka pengembangan ekonomidaerah memerlukan perencanaan danpengendalian kelestarian ekosistem. Hal inidiwujudkan melalui kearifan lokal masyarakatdalam konservasi laut. Wilayah kekuasaanpanglima laot mulai dari wilayah pesisir pantaihingga ke laut lepas pada prinsipnya mengikutikaedah hukum sejauhmana sumber daya laut itubisa dikelola secara ekonomis oleh masyarakatadat laut. Oleh sebab itu akan dilakukanpenelitian untuk mengidentifikasi kearifan lokalmasyarakat dalam konservasi laut.

Metode PenelitianPenelitian ini menerapkan desain

penelitian kualitatif (Qualitative Research)(Creswell, 2008), dilakukan menggunakanmetode observasi langsung pada masyarakatGampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam BandaAceh dan wawancara mendalam (deep interview)dengan informan (key person) Panglima Laot danmasyarakat.

Hasil dan PembahasanAdat meulaot (melaut) adalah adat turun

temurun yang telah dilakukan oleh masyarakatAceh untuk mengambil hasil laut. Demiterciptanya keamanan dan kenyamanan dalam

mengambil hasil laut dibentuklah aturan-aturantertentu yang harus dijalani oleh para pelaut.Melaut mempunyai nilai ekonomi yang tinggidalam masyarakat Aceh. Maka ditunjuklahseorang penanggungjawab ialah seorangPanglima Laot. Panglima Laot merupakan suatuinstitusi Adat yang mengatur tentang tata carameupayang (penangkapan) ikan di laut. BiasanyaPanglima Laot akan dipilih oleh Keuchik.Pengelolaan konservasi laut yang telah dilakukan

Pengelolaan yang telah dilakukan diPelabuhan Lampulo telah berlangsung lamadengan cara menjalankan peraturan yang telahdibuat oleh Pawang Laot agar tidak merusakekosistem laut.

Gambar 1. Salah Satu Panglima Laot di Lampulo

Hasil observasi sesuai dengan hasilwawancara dengan Pawang Laot. Para pelautharus menjalankan aturan- aturan yang telahditetapkan guna melakukan konservasi laut tetapimasih sangat sedikit kesadaran dari para pelautuntuk melestarikan laut.

a. Kebiasaan positif yang diterapkan antara lain :Bekerja sama, solidaritas tinggi, adanya suratizin melaut, sebelum melaut memastikankondisi kapal misalnya mesin, BBM, pukat,bahan makanan, dan perlengkapan yanglainnya.

Gambar 2. Para Nelayan Bekerja Sama

Kondisi kapal dan perbekalan harusdipersiapkan terlebih dahulu sebelumberangkat melaut. Para nelayan saling

Page 3: Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni

49

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal 47-55

bekerja sama menurunkan ikan danmelakukan pelelangan ikan.

Gambar 3. Kapal yang Digunakan untuk Melaut

b. Kebiasaan negatif yang masih sering ditemuipada komunitas masyarakat nelayan diPelabuhan Lampulo antara lain: berkatakasar yang diucapkan oleh pawang laut,ugal-ugalan, tidak membawa persediaanyang lengkap, membuang sampahsembarangan, menangkap ikan denganpengeboman, racun, dan sebagainya.Walaupun kebiasaan negatif ini umum dijumpai pada komunitas masyarakat nelayan,namun tidak berlaku pada pawang laot.Pawang laot merupakan pimpinan yangsangat dihormati, arif dan bijaksana, selaluberkomunikasi secara santun dan bijakkepada masyarakat lainnya, sehingga tidakpernah berkata kasar dan tidak sopan.

c. Terdapat aturan yang mengikat komunitasmasyarakat nelayan di Pelabuhan Lampulo,terdiri dari kegiatan yang boleh dikerjakandan tidak boleh dikerjakan. Kegiatan yangboleh dikerjakan antara lain: Boleh mengambil hasil laut di daerah

sendiri dan wilayah yang telahditentukan oleh pemerintah.

Kenduri laot digelar untuk menandaiakan dimulainya musim melaut,merayakan pergantian panglima laotLampulo, dan dijadikan sebagai salahsatu wadah aspirasi para nelayan Acehkhususnya nelayan Lampulo untukmenyampaikan keluhan serta masalahyang mereka hadapi baik mengenaikelangkaan BBM untuk boat merekadan lain sebagainya kepada pemerintahyang hadir pada pelaksanaan acaratersebut.

Gambar 4. Proses Kenduri Laot

Kenduri laot dilaksanakan secara bergotong-royong untuk mempersiapkan tempat,makanan dan minuman, sajian adat, danmelayani tamu undangan yang hadir.

d. Kegiatan yang tidak boleh dikerjakan antaralain : Hari Jumat tidak boleh pergi ke laut

karena Syariat Islam menjalankanibadah.

Tidak boleh bongkar muatan pada hariJumat.

Wanita dilarang pergi melaut. Selama kenduri laot berlangsung, para

nelayan dilarang melaut selama tigahari.

Gambar 5. Bersama Warga di sekitar Lampulo

Seorang ibu beserta anak-anaknyabermain di depan rumah karena memangwanita dilarang pergi melaut. Tugas ibuadalah menjaga rumah dan anak-anak, sertamenunggu ayahnya pulang dari melautmembawa ikan.

e. Sangsi adatSangsi hukum bagi yang melanggar adalahseluruh hasil tangkapan akan disita, dandilarang melaut selama 3 – 7 hari. Sangsiadat dilaksanakan oleh pawang laot denganbantuan aparat pemerintahan gampong danmasyarakat lainnya.

Page 4: Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni

Evi Apriana: Kearifan lokal masyarakat aceh.....

50

Biaya yang dibutuhkan

Biaya yang dibutuhkan untuk pergi melautselama seminggu 5-7 juta sedangkan untukmelaut selama sebulan dibutuhkan biaya sekitar30-60 juta.

Gambar 6. Proses Pelelangan Ikan

Biaya untuk penggelolaan konservasilaut dibutuhkan biaya yang besar. Biaya yangdikeluarkan sesuai dengan hasil yang didapatkanoleh pelaut.

Hambatan / kendala yang dihadapi

Hambatan yang dihadapi pelaut adalahcuaca, harga bahan bakar minyak (BBM) dandangkalnya Tempat Penjualan Ikan (TPI)sehingga kapal-kapal besar tidak bisa langsungberhenti di dermaga TPI sehingga tidak bisamelakukan pelelangan ikan secara langsung.Sesuai dengan perkataan Pawang Laot kendalautama dari melaut adalah cuaca, akibat dariperubahan iklim dan kedua mahalnya biaya yangdiperlukan untuk membeli bahan bakar minyak(BBM).

Saran-saran perbaikan kepada pemerintah danmasyarakat

Saran-saran yang diperlukan gunameningkatkan konservasi laut adalah dengan carameningkatkan perbaikan infrastruktur sebab parapelaut mengeluhkan dangkalnya TPI barusehingga kapal-kapal besar tidak bisa langsungmelakukan pelelangan ikan di TPI Baru.Begitupun dengan harga BBM. Para pelautmeminta agar harga BBM dapat diturunkan untukmenekan biaya operasional. Tingkatkan perhatianuntuk para nelayan.

Gambar 7. Gerbang TPI Baru

Minimnya perhatian kepada nelayansehingga nelayan harus berupaya agar usahanyaterus berjalan. Seharusnya pemerintahmemberikan dana bantuan kepada nelayan untukmeningkatkan hasil laut.

Gambar 8. Suasana di TPI Baru

Berdasarkan hasil wawancara dan hasilobservasi pada Pawang Laot dan masyarakatnelayan di Pelabuhan Lampulo ditemukan bahwapengelolaan konservasi laut yang telah dilakukandi Pelabuhan Lampulo telah berlangsung lamadengan cara menjalankan peraturan yang telahdibuat oleh Pawang Laot agar tidak merusakekosistem laut. Hasil penelitian Hidayat (2013)menemukan bahwa kualifikasi dan syarat yangdapat dipilih menjadi panglima laot adalahseorang pawang yang memenuhi kriteria sebagaiberikut. 1) Mengerti seluk-beluk hukum adat laut;2) Mengerti tata cara penangkapan ikan di laut;3) Telah berpengalaman sebagai pawang; 4)Berwibawa dalam artian perintahnya dipatuhi danbijaksana. Kesimpulan hasil penelitian Setia Budi(2015) yaitu persepsi nelayan perikanan tangkaptentang peranan Lembaga Hukum Adat Laot(LHAL) yang dipimpin oleh Panglima Laotsecara berjenjang adalah (1) peranan LHALdalam menyelesaikan peselisihan danpersengketaan antar nelayan, (2) peranan LHALdalam mengawasi ketentuan hukum adat laot, (3)Peranan LHAL sebagai penghubung antarapemerintah dengan nelayan, dan (4) perananLHAL sebagai pelaksana upacara adat laot.

Para pelaut harus menjalankan aturan-aturan yang telah ditetapkan guna melakukankonservasi laut tetapi masih sangat sedikitkesadaran dari para pelaut untuk melestarikanlaut. Ramli (2016) menganalisis bahwa aturanadat kelautan di Aceh disebut hukum adat laot,disusun berdasarkan pembuktian ada tindakan dilaut yang dipandang baik seperti membantunelayan yang rusak mesin perahunya di tengahlautan, lalu dinyatakan sebagai tindak wajibdilakukan oleh seluruh anggota nelayan di lautAceh dan ada tindakan yang dipandang buruk

Page 5: Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni

51

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal 47-55

seperti mengkapling (memonopoli) wilayah lauttertentu untuk perusahaan-perusahaan swasta,lalu dilarang oleh hukum adat laut.

Kebiasaan positif para nelayan adalahbekerja sama; solidaritas tinggi; ada surat izinmelaut; sebelum melaut memastikan kondisikapal misalnya mesin, BBM, pukat, bahanmakanan, dan perlengkapan yang lainnya.Sebagaimana penjelasan Wikipedia (2016) bahwadalam hukum adat ini, diatur pengeluaran izinpenangkapan ikan, baik yang diberikan olehPanglima Laôt Lhôk maupun oleh pihak yangtelah mempunyai hak penangkapan ikan terlebihdahulu di wilayah lhôk tersebut. Akan tetapi,perizinan yang dikeluarkan terlebih dahuludimusyawarahkan dengan pawang pukatdan geuchik agar tidak merugikan pihak-pihaklain yang berkepentingan didalamnya.Selanjutnya dalam kerangka hukum nasional,setiap nelayan harus mengajukan izin resmiberlayar dan menangkap ikan yang dikeluarkanoleh Syahbandar (Harbourmaster) dan DinasPerikanan dan Kelautan setempat denganrekomendasi (pas biru) dari Panglima Laôt.Namun, meski sudah mengantongi izin tersebut,nelayan yang ingin bersandar atau menangkapikan di dalam wilayah lhôk tertentu harusmengikuti aturan-aturan hukum adat Laôt yangmenaungi wilayah tersebut.

Aturan yang boleh dikerjakan adalahboleh mengambil hasil laut di daerah sendiri danwilayah yang telah ditentukan oleh pemerintah.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Witanto(2011) yang menemukan bahwa selain aturanyang bersifat larangan (pantangan), hukum adatlaut juga memiliki aturan yang bersifat keharusanyang biasa dikenal dengan ”adat sosial laut”antara lain berbentuk: 1. Kewajiban untukmemberikan pertolongan pada nelayan yangsedang mendapat musibah di laut; 2. Kewajibanuntuk melakukan pencarian terhadap nelayanyang hilang/hanyut di laut selama 3 hari penuh;3. Kewajiban untuk melakukan gotong royongyang diwajibkan oleh lembaga adat.

Aturan yang tidak boleh dikerjakanadalah hari Jumat tidak boleh pergi ke laut karenaSyariat Islam menjalankan ibadah; tidak bolehbongkar muatan pada hari Jumat; wanita dilarangpergi melaut; selama kenduri laot berlangsung,para nelayan dilarang melaut selama tiga hari.Berdasarkan hasil penelitian Witanto (2011)terdapat sekurang-kurangnya 5 bentuk pantanganadat yang berlaku antara lain: 1. Pantang melaut

pada malam jumat; 2. Pantang melaut pada harikhanduri; 3. Pantang penggunaan jenis alattangkap tertentu seperti pukat harimau, zat kimiadan bahan peledak; 4. Pantang melaut pada harimusibah laut; 5. Pantang melaut pada hari-haribesar nelayan. Ahadi (2013) juga menjelaskanbahwa tiga hari aktifitas nelayan di KabupatenAceh Barat Daya (Abdya) off alias tidak melaut,karena para nelayan di Kabupaten setempat akanmelakukan kenduri laot yang akandiselenggarakan pada hari Minggu.

Semua nelayan akan dilibatkan dalammelaksanakan kenduri laot, dengan begitu 3 hariberturut-turut para nelayan pencari ikan tidakdiijinkan melaut, hal ini disampaikan olehSulaiman, MM, Kepala Dinas KelautanPerikanan Abdya, sesaat setelah melakukangeladi bersih di Pelabuhan Ujung Serangga TPIKecamatan Susoh, Jum’at. Beberapa agenda yangakan dilakukan dalam acara kenduri yaitupenyerahan santunan kepada anak yatim yangorang tuanya korban badai beberapa bulan laluyang tinggal di bibir pantai Abdya, yakni mulaidari Kecamatan Babahrot sampai ke KecamatanManggeng. Penyerahan bantuan berupa alattangkap serta fasilitas pendukung lainnya baginelayan. Geladi bersih yang dilakukan olehpemkab Abdya ini juga dihadiri wakil bupatiYusrizal Razali, Sekda Ramli Bahar serta seluruhjajaran badan dan kantor yang bernaung dalamlingkungan Pemkab setempat.

Sangsi adat yang berlaku adalah sangsihukum bagi yang melanggar adalah seluruh hasiltangkapan akan disita, dan dilarang melautselama 3 – 7 hari. Hasil penelitian Witanto (2011)mengemukakan bahwa terhadap bentuk-bentukpelanggaran di atas lembaga hukum adat lautmemiliki beberapa jenis sanksi yang dapatditerapkan terhadap para pelanggar antara lain: 1.Peringatan/teguran; 2. Kewajiban melaksanakankhanduri; 3. Pelarangan perahu untuk melautdalam jangka waktu tertentu; 4. Penarikan hasiltangkapan; 5. Denda; 6. Perampasan alat tangkapyang membahayakan. Keistimewaan dari hukumadat bukanlah pada jenis dan bentuk sanksi,namun pada pengaruh terhadap pola prilakumasyarakat, efek psycologis dari sanksi adat jauhlebih besar dibandingkan dengan sanksi dalamhukum formal, sehingga ada dua kecenderunganuntuk mengartikan sanksi tersebut dalam hukumadat sebagai suatu rangsangan untuk berbuat atautidak berbuat. Sulaiman (2013) juga menyebutkanbahwa sanksi hukum bagi yang melanggar yaitu:

Page 6: Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni

Evi Apriana: Kearifan lokal masyarakat aceh.....

52

(a) seluruh hasil tangkapan akan disita; (b)dilarang melaut selama 3 – 7 hari.

Hambatan/kendala yang dihadapi pelautadalah cuaca. Sesuai dengan perkataan PawangLaot, kendala utama dari melaut adalah cuaca,akibat dari perubahan iklim. Muda (2016)mengungkapkan bahwa Panglima LaotKabupaten Aceh Barat, Amiruddin menghimbaunelayan setempat untuk tidak melaut selama satuhari guna menghindari sesuatu hal yang tidakdiinginkan di tengah laut saat gerhana matahariberlangsung besok, Rabu (9/3). Seluruh nelayanagar mulai hari ini hingga esok tidak melaut,karena saat terjadi gerhana kondisi cuaca tidakdapat kita prediksikan. Saat gerhana terjadi,kondisi alam akan menjadi gelap sehinggakhawatir dengan kondisi tersebut bisamenyebabkan terjadinya kecelakaan di tengahlaut apalagi saat gerhana bisa terjadi gelombangdan cuaca yang tidak menentu. Nelayan yangmasih berada di laut hingga esok hari agarberhati-hati saat terjadi gerhana matahari. Paranelayan agar besok melaksanakan shalat gerhanamatahari (kusuf) di tempat-tempat yang digelarshalat tersebut. Lebih lanjut Ahadi (2014a)memaparkan bahwa wilayah Aceh beberapapekan terakhir dilanda badai yang menyulitkannelayan di Aceh untuk melaut.

Situasi tersebut membuat Panglima LaotAceh T. Bustaman menghimbau nelayan untukmengurangi aktifitas melaut, Senin, (16/6). Kitahanya menghimbau, tidak bisa beri intruksi untuktidak melaut karena kita tidak bisa menggantikanpendapatan mereka bila meminta. Kemudian diajuga mengatakan namanya nelayan hanyaberpendapatan dari hasil laut. Sumber utamatersebut tak mungkin diganggu. Memang banyaknelayan yang tetap melaut, namun mereka masihmelihat situasi yang tidak membahayakan.Dikatakannya juga nelayan di Aceh sudah banyakyang berpengalaman dan mampu membacakeadaan dan mempelajari cuaca. Ditanyakan soalupacara adat dalam menghadapi badai besar kaliini, Bustamam mengaku pihaknya tidakmenggelar apapun. Namun, dia hanya berharapagar nelayan memiliki pendapatan yangmumpuni.

Menurut Ahadi (2014c) krisis ikan diBanda Aceh akibat angin kencang yang melandaAceh sejak sebulan terakhir sehingga nelayantakut melaut. Panglima Laot Aceh T. Bustamanmengatakan kondisi seperti itu sangatmembahayakan bagi nelayan untuk melaut,

sehingga banyak nelayan memilih tidak melaut.Meski sebenarnya secara adat tidak dilaranguntuk melaut tapi adat mengusulkan agar nelayanmengaju pada BMKG untuk masalah cuaca,karena itu sangat membahayakan keselamatan.Angin kencang melanda seluruh Aceh dari barathingga timur yang telah berlangsung sejaksebulan lalu. Harapannya agar kondisi ini takberlangsung lama dan kembali normal sepetibiasanya. Kita berdoa agar kondisi cuaca kembalinormal seperti biasanya, kita menyayangkandengan tidak melautnya para nelayan akanmerugikan mereka dan masyarakat karena krisisikan, apa lagi bulan puasa seperti ini.

Cuaca buruk ini sangat mempengaruhipasokan dan harga ikan, di tempat-tempat penjualikan paling banyak ikan jenis bandeng, tongkoldan udang dengan harga jual tinggi. Ahadi(2014d) juga menegaskan bahwa cuaca takmenentu, aktifitas para nelayan berkurangakibatnya ikan di Banda Aceh menipis dan hargamelonjak. Hal itu diakui salah seorang penjualikan di pasar Peunayong Banda Aceh, Gani,Selasa (18/7). Karena lagi musim angin, nelayantidak melaut. Di tempat-tempat penjual ikanpaling banyak ikan jenis bandeng, tongkol danudang. Sementara ikan lainnya dengan stok yangterbatas, sehingga menyebabkan harga tinggi.Untuk udang sendiri dirinya menjual 1 kgmencapai harga 60 ribu rupiah. Hal tersebut jugadiakui oleh salah satu pembeli, Arina, selaindengan kurangnya jenis ikan, juga tingginyaharga-harga ikan. Yang banyak ikan tongkol,sedangkan ikan-ikan lainnya harga melambung.

Hambatan/kendala lain yang dihadapipelaut adalah harga bahan bakar minyak (BBM).Sesuai juga dengan perkataan Pawang Laot,kendala utama dari melaut adalah mahalnya biayayang diperlukan untuk membeli bahan bakarminyak (BBM). Ahadi (2014b) memaparkanbahwa Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan(DKP) Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh,Cut Yusminar di Tapaktuan meminta kepadaseluruh Panglima Laot (lembaga adat laut) didaerah itu untuk mendata jumlah penggunaanbahan bakar minyak jenis solar dan premium baikoleh boat maupun sampan robin milik nelayan,Senin. Kami sudah perintahkan Panglima Laotuntuk mendata berapa kebutuhan solar danpremium para nelayan di daerah ini dalam rangkamencari solusi terkait persoalan kelangkaan BBMyang terjadi sejak sebulan terakhir, sehinggamengakibatkan terganggunya aktivitas mereka.

Page 7: Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni

53

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal 47-55

Perintah itu disampaikan langsungdihadapan belasan Panglima Laot Kecamatan danPanglima Laot Kabupaten serta empat orangpengelola SPDN, dalam rapat membahaspersoalan kelangkaan BBM. Hasil pendataan itunanti, menjadi dasar kami untuk mengajukanusulan penambahan kuota pasokan BBM kepadapihak Pertamina. Di samping itu juga sebagaibahan yang akan kami sampaikan kepada pihakPolres Aceh Selatan supaya diberi kelonggarankepada nelayan untuk mendapatkan BBM.Yusminar berharap, hasil pendataan itu dapatdiserahkan kepada pihaknya paling telat 1September 2014. Kalau bisa lebih cepatdiserahkan lebih baik, sebab tindaklanjut darikami sebagai solusi pemecahan masalah terkaitkelangkaan BBM yang dialami para nelayanselama ini sangat tergantung dari hasil pendataan,sebab itu menjadi dasar bagi kami. Iamengatakan, hasil pendataan jumlah kebutuhanpenggunaan BBM oleh nelayan itu juga menjadidasar pihaknya dalam mencetak dan membagikankartu pembelian BBM kepada nelayan. Sebab kedepannya pihaknya akan menginstruksikankepada seluruh pengelola SPDN dan SPBUbahwa hanya nelayan yang memiliki kartu yangboleh membeli BBM. Kepada pihak pengelolaSPDN yang ada di daerah itu, agar mencatatseluruh nelayan yang membeli BBM jenis solar.Kepada pihak pengelola SPDN, saya mintasupaya diinventarisir para nelayan yang membeliBBM jenis solar. Jika ada oknum tertentu tidakberhak, namun tetap memaksa ingin membelidengan membawa rekomendasi atau suratkeramat lainnya, maka persilahkan orang tersebutuntuk menjumpai saya.

Pengelola SPDN Pasie Meukek, Ferizal SSalami mengatakan kendala yang dihadapinyaselama ini adalah ada oknum tertentu yangmemaksa membeli BBM jenis solar denganmembawa-bawa nama oknum pejabat sebagaibackingnya. Atas langkah penertiban yang sedangdilakukan Kadis DKP sekarang ini sangat kamidukung dan saya secara pribadi menyatakan salutatas keberanian ibu Kadis yang siap pasang badanjika ada oknum tertentu yang tidak berhak inginmemaksa membeli BBM di SPDN kami. Ferimenambahkan, jumlah pasokan BBM jenis solarke SPDN miliknya selama ini adalah sebanyak 72ton per bulan. Namun, pasca keluarnya kebijakanPemerintah Pusat yang membatasi pasokan kuotaBBM ke daerah-daerah, maka jumlah pasokanBBM ke SPDN miliknya saat ini tinggal 58 ton

per bulan atau berkurang sebanyak 20 persen.Sebenarnya, dengan pasokan 72 ton per bulansaja selama ini kebutuhan BBM jenis solar untuknelayan Kecamatan Meukek-Sawang tidakcukup, sebab jumlah boat nelayan terusbertambah. Menurut Feri, normalnya jumlahkebutuhan penggunaan BBM jenis solar olehnelayan Meukek-Sawang adalah 220 ton perbulannya dengan perhitungan dalam sebulan boatnelayan dua kali melaut dan dalam sekali melautboat membutuhkan pasokan BBM sebanyak 1sampai 1,2 ton.

Hambatan/kendala yang dihadapi pelautadalah dangkalnya Tempat Penjualan Ikan (TPI)sehingga kapal-kapal besar tidak bisa langsungberhenti di dermaga TPI sehingga tidak bisamelakukan pelelangan ikan secara langsung.Sesuai dengan temuan Sulaiman (2013) kendaladan hambatan yang dihadapi pemerintahKabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh dalampengelolaan perikanan adalah: (1) Sarana danprasarana yang terbatas, bila dibandingkan luasperairan wilayah; (2) Tantangan alam (ombak,angin, dll); (3) Pengetahuan peraturan masyarakatpengguna jasa laut/pencari nafkah yang masihrendah; (4) Sosialisasi aturan perundang-undangan yang belum merata; (5) Hubungankomunikasi antara berbagai stakeholdersmasyarakat yang masih terbatas.

Saran-saran perbaikan kepada pemerintahdan masyarakat adalah meningkatkan perbaikaninfrastruktur, menurunkan harga BBM, danmeningkatkan perhatian untuk para nelayan.Hasil observasi yang saya lakukan saran-saranyang diperlukan guna meningkatkan konservasilaut adalah dengan cara meningkatkan perbaikaninfrastruktur sebab para pelaut mengeluhkandangkarnya TPI baru sehingga kapal – kapalbesar tidak biasa langsung melakukan pelelanganikan di TPI Baru. Minimnya perhatian kepadanelayan sehingga nelayan harus berupaya agarusahanya terus berjalan. Seharusnya pemerintahmemberikan dana bantuan kepada nelayan untukmeningkatkan hasil laut. Adwani (2011)menemukan bahwa pemerintah daerah Aceh telahmelaksanakan tanggungjawabnya untukmelindungi sumber daya perikanan di perairanlaut wilayahnya. Namun kenyataannyaperlindungan tersebut belum efektif karenaterdapat penangkapan ikan dengan pukatharimau, bom, racun dan langge, selain ituterkendala dengan belum adanya aturan khususuntuk menangani masalah tersebut, kecuali aturan

Page 8: Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni

Evi Apriana: Kearifan lokal masyarakat aceh.....

54

yang bersifat umum, sehingga perlindungan puntidak optimal. Akibat yang timbul dari kurangnyapengawasan dan pemakaian bahan yang dilarangadalah rusaknya terumbu karang, berkurangnyajenis dan jumlah ikan di laut wilayah,berkurangnya pendapatan nelayan yang berakibatlebih jauh kepada pengangguran dan penderitaannelayan tradisional/kecil.

SimpulanKearifan lokal masyarakat Aceh dalam

konservasi laut merupakan suatu struktur adat dikalangan masyarakat nelayan di provinsi Aceh.Panglima Laôt (atau Panglima Laot) bertugasmemimpin persekutuan adat pengelola HukômAdat Laôt.

Hukôm Adat Laôt dikembangkan berbasissyariah Islam dan mengatur tata carapenangkapan ikan di laut (meupayang), bagihasil, menetapkan waktu penangkapan ikan dilaut, melaksanakan ketentuan-ketentuan adat danmengelola upacara-upacara adat kenelayanan,membina para nelayan, menyelesaikanperselisihan antar nelayan, tata cara penyelesaiansengketa laot jika terjadi pelanggaran di laut,memberikan teguran dan sangsi kepada pelautyang melanggar aturan-aturan melaut, sertamenjadi penghubung antara nelayan denganpenguasa (pemerintah daerah).

Daftar PustakaAdwani. (2011). perlindungan sumber daya

perikanan laut sebagai bentuk tanggungjawab pemerintah daerah di perairanlaut wilayah provinsi aceh. JurnalMedia Hukum. 18, (2), 190-200.

Ahadi, N. (2013). Laksanakan kenduri laut 3 harinelayan abdya tak melaut. [Versielektronik].http://www.ajnn.net/news/laksanakan-kenduri-laut-3-hari-nelayan-abdya-tak-melaut/index.html. Aceh JournalNational Network, Jumat 29 April2016.

______. (2014a). Badai, panglima laot acehhimbau nelayan kurangi aktifitasmelaut. [Versi elektronik].http://www.ajnn.net/news/badai-panglima-laot-aceh-himbau-nelayan-kurangi-aktifitas-melaut/index.html.Aceh Journal National Network, Jumat29 April 2016.

______. (2014b). Panglima laot diminta datakebutuhan BBM nelayan. [Versielektronik]. Tersedia :http://www.ajnn.net/news/panglima-laot-diminta-data-kebutuhan-bbm-nelayan/index.html. Aceh JournalNational Network, Jumat 29 April2016.

______. (2014c). Kata panglima laot soal krisisikan di banda aceh. [Versi elektronik].Tersedia :http://www.ajnn.net/news/kata-panglima-laot-soal-krisis-ikan-di-banda-aceh/index.html. Aceh JournalNational Network, Jumat 29 April2016.

______. (2014d). Cuaca tak menentu, ikan krisisdi Banda Aceh [Versi elektronik].Tersedia :http://www.ajnn.net/news/cuaca-tak-menentu-ikan-krisis-di-banda-aceh/index.html. Aceh Journal NationalNetwork, Jumat 29 April 2016.

Creswell, J.W. (2008). Educational researchplanning, conducting, and evaluatingquantitative and qualitative research.Third Edition. New Jersey: PearsonEducation, Inc.

Hidayat. (2013). Peningkatan kapasitaskelembagaan nelayan. Jurnal SejarahCitra Lekha. 17, (1), 43-58.

Muda, D. (2016). Gerhana matahari, panglimalaut aceh barat imbau nelayan takmelaut [Versi elektronik]. Tersedia :http://www.ajnn.net/news/gerhana-matahari-panglima-laut-aceh-barat-himbau-nelayan-tak-melaut/index.html.Aceh Journal National Network, Jumat29 April 2016.

Page 9: Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni

55

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal 47-55

Ramli, A. (2016). Keunggulan hukum nasionaldalam wilayah adat aceh. Produk AnsisAnalisis Situasi Jaringan SurveiInisiatif. 5, 1-8.

Setia Budi. (2015). Identifikasi karakteristiknelayan perikanan tangkap danpersepsinya terhadap peran lembagahukom adat laot di kota lhokseumawe(Studi kasus: Nelayan perikanantangkap gampong pusong). ActaAquatica Aquatic Sciences Journal. 2,(2), 79-82.

Sulaiman. (2013). Prospek hukum adat lautdalam pengelolaan perikanan dikabupaten pidie jaya provinsi aceh.Yustisia. Edisi 87, September –Desember 2013, 15-22

Wikipedia. (2016). Panglima la’ôt [Versielektronik].https://id.wikipedia.org/wiki/Panglima_La%27%C3%B4t. Diakses tanggal 1April 2016.

Witanto, D.Y. (2011). Metoda penyelesaiankonflik dalam dimensi kearifan lokalmasyarakat pesisir pantai sabang(Perspektif dalam sudut pandang sosio-cultural) [Versi elektronik]. Tersedia :http://hkmperadilan.blogspot.co.id/2011/02/normal-0-false-false-false_5016.html. Diakses tanggal 1April 2016.