jumat, 1 oktober 2010 i media indonesia polisi harus ... · tewas dalam bentrokan di jalan ampera...

1
Ayah Pergi, Bagaimana Biaya Sekolah Nanti Sang ibu, Nur Hasanah, 38, amat terpukul dengan kejadian itu. Seharian penuh sang ibu menangisi kepergian suami tercintanya itu. Semasa hidupnya, korban dikenal pendiam dan rajin ke Mesjid. Karena itu ia beserta keluarga besar yang tinggal di lingkungan tersebut tidak pernah menduga korban akan meninggal dengan cara seperti itu. Saat ini dirinya bingung bagaimana menatap masa depan karena sang ayah merupakan tulang punggung keluarga yang masih meninggalkan dua orang anak yang masih sekolah di SMA dan SMP. “Kami tidak tahu bagaimana nantinya biaya sekolah,” kata Hikmah yang memiliki anak 1,5 tahun. Pane, sang kernet yang ikut bersama korban mengantarkan rombongan ke PN Jaksel, mengatakan saat kejadian korban tidak sempat lari menyelamatkan diri. Ia tidak menyangka bahwa borongan Rp450 ribu mengantar penumpang ke PN Jaksel berujung malapetaka. Sebagai bentuk simpati bagi korban yang telah menjadi sopir selama 20 tahun, kemarin sekitar 40 sopir Kopaja 608 datang ke rumah keluarga Syaifudin. “Makanya hari ini kami tidak narik,” ucapnya lirih. (Sumantri Handoyo/ Rommy Karindon/J-2) Tanah Abang-Blok M yang tewas mengenaskan. Pihak keluarga menuturkan adalah kebiasaannya Syaifudin bersalaman dengan anggota keluarga sebelum berangkat. Hari itu, Syaifudin terburu- buru berangkat kerja sehingga tidak sempat bersalaman dengan istri dan anak- cucunya. Perasaan waswas baru dirasakan Hikmah, 20, anak sulung Syaifudin ketika melihat di televisi ada berita kerusuhan yang memakan korban seorang sopir Kopaja. Dirinya masih sempat berpikir bahwa kejadian itu tidak menimpa ayahnya. Namun, kenyataan berkata lain. Sekitar pukul 18.00 WIB, Hikmah dan ibunya mendapat kabar dari Ketua RT bahwa Syaifudin menjadi korban dalam kerusuhan itu. “Hikmah enggak percaya saat itu. Mikirnya nanti juga ayah pulang kerja. Tapi malah kabar buruk yang datang,” ujar sulung dari tiga bersaudara ini. T IDAK ada firasat dari keluarga yang menjadi korban peristiwa keributan antarkelompok yang bertikai di dekat Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan (Jaksel). Melisa Gilbert Tomasoa, anak dari Agustinus Tomasoa, 48, sama sekali tidak menyangka ayahnya akan tewas dalam bentrokan di Jalan Ampera Raya, Jaksel. Menurut Melisa, pada Rabu (29/9) pagi, seperti biasa ayahnya pamit berangkat bekerja. Agustinus adalah seorang penagih utang di SMS Finance, sebuah perusahaan yang fokus memberi pinjaman berupa pembiayaan konsumen khususnya pem- biayaan mobil bekas. Namun, pada pukul 13.30 WIB, ia dikejutkan telepon dari kerabat yang mengabarkan bahwa ayahnya tewas. Setelah itu, Melisa mencoba menelepon Agustinus. Namun, ponselnya tidak aktif. Pada Rabu (29/9) sore, Melisa dan keluarganya akhirnya pergi ke Rumah Sakit (RS) Polri Pusat RS Soekanto di Kramat Jati, Jakarta Timur. Melisa memastikan bahwa benar jenazah itu adalah Agustinus. Sang ibu yang dalam kondisi tidak fit tidak bisa ikut menengok jasad sang ayah yang telah terbujur kaku di RS Polri. Hal yang lebih ironis terjadi pada keluarga Syaifudin, 48, sopir Kopaja 608 jurusan Mikirnya nanti juga ayah pulang kerja. Tapi malah kabar buruk yang datang.” Hikmah Putri sulung Syaifudin ANTARA/YUDHI MAHATMA MERUSAK BUS: Pria merusak kaca bus Kopaja saat terjadi perkelahian antarkelompok di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, di Jalan Ampera Raya, Rabu (29/9). Polisi Harus Ungkap Dalang Bentrok Ampera Dewan Perwakilan Daerah RI menduga polisi bertindak atas dasar pesanan dari kelompok tertentu. Dinny Mutiah reka untuk mencari solusi. Yang bertikai, sudahlah, hentikan segera,” kata Laode. Menurutnya, selain dari to- koh-tokoh yang di level atas, ia juga akan mengundang tokoh yang ada di setiap lapisan. “Setiap lapis ada pemainnya, itu akan kita undang dan kita minta tokoh-tokoh di level un- tuk segera menginventarisasi pemain-pemain yang ada di se- tiap lapisan,” tandasnya. Sejauh ini polisi baru mene- tapkan satu tersangka dalam kasus insiden Ampera itu. S ditangkap karena memiliki sen- jata tajam. Polisi tidak bersedia mengungkapkan identitas lebih lanjut mengenai S, termasuk berasal dari kelompok mana. Po lisi juga baru memeriksa enam orang saksi yang ketika itu berada di lokasi kejadian. “Tentu dari enam ini nanti berkembang lagi,” kata Kabid dari ketidakseimbangan antara Timur dan Barat dalam pem- bangunan. Kemudian, menja- dikan Ibu Kota untuk tempat mencari makan,” imbuhnya. Laode Ida menduga kepoli- sian bertindak atas pesanan dan kepentingan dari kelompok tertentu. “Polisi harus dikoreksi karena bertindak atas kepen- tingan tertentu dan berdasar- kan pesanan,” ujar Laode. Ia menambahkan, akan segera mengundang semua pihak yang diduga ikut terlibat dalam ben- trokan untuk bertemu. “Kita akan mencari solusi terbaik agar tak terulang lagi. Tanggal 3 atau 4 Oktober men- datang, kita akan undang me- A PARAT kepolisian dituding lalai dan melakukan pembi- aran sehingga terja- di bentrokan antarkelompok di Jalan Ampera dekat Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Bentrok- an menewaskan tiga orang dan melukai sembilan orang. Sejumlah tokoh Indonesia Timur mendesak agar polisi mengungkap aktor intelektual yang berada di balik bentrokan Ampera itu. Hal tersebut disampaikan Wa kil Ketua Perhimpunan In donesia Timur Robert B Keytimu kepada wartawan di sela-sela pertemuan dengan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Laode Ida di Jakarta, kemarin. “Kami meminta agar Polri melakukan penangkapan pada pelaku. Kami lihat ada aktor intelektual di belakang ini. Kami juga lihat ada semacam pembi- aran karena kejadian ini sudah hampir terjadi satu minggu lalu, ada kericuhan seperti ini. Kalau kepolisian bisa antisipasi, ini ti- dak akan terjadi,” kata Robert. Ia berharap polisi segera me- nangkap dan mengusut kasus ini. Kejadian kemarin semesti- nya menjadi akhir dari konflik dan untuk seterusnya ditindak melalui jalur hukum. “Masalah pertikaian kelom- pok pemuda ini adalah ekses Humas Polda Metro Jaya Boy Rafly Amar. Gelar silaturahim Pemerintah Provinsi DKI Ja- karta akan menggelar silatura- him dengan berbagai elemen masyarakat guna membahas maraknya kerusuhan maupun bentrokan dengan kekerasan di masyarakat. Pertemuan dijad- walkan berlangsung hari ini. “Kita akan adakan silatura- him muspida dengan tokoh ma- syarakat pada Jumat ini,” ujar Wakil Gubernur DKI Prijanto. Menurutnya, kegiatan sila- turahim dapat menghindar- kan peristiwa bentrokan yang diduga dilakukan kelompok preman. Prijanto juga berharap warga turut menjaga keamanan dan menghindari terjadinya bentrokan. “Warga harus dapat mengen- dalikan emosi juga. Hanya se- dikit warga Jakarta yang emo- sinya mudah terprovokasi,” ujarnya. Sementara itu, jenazah tiga korban tewas dalam bentrokan Ampera telah diambil pihak keluarga. Jenazah Syaifuddin, 48, sopir Kopaja 608, dibawa pulang keluarga pukul 19.47 WIB dari RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Jenazah langsung dikebumikan malam itu juga. Jenazah dua korban lain, Agustinus Tomasoa, 48, dan Frederik Pilo Let Let, 23, diba- wa pulang keluarga masing- masing sekitar pukul 19.12. Kedua jenazah dibawa ke ru- mah duka RS Sint Carolus untuk disemayamkan terlebih dahulu. (*/J-2) [email protected] Megapolitan | 7 JUMAT, 1 OKTOBER 2010 I MEDIA INDONESIA

Upload: others

Post on 02-Sep-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JUMAT, 1 OKTOBER 2010 I MEDIA INDONESIA Polisi Harus ... · tewas dalam bentrokan di Jalan Ampera Raya, Jaksel. Menurut Melisa, pada Rabu (29/9) pagi, seperti biasa ayahnya pamit

Ayah Pergi, BagaimanaBiaya Sekolah Nanti

Sang ibu, Nur Hasanah, 38, amat terpukul dengan kejadian itu. Seharian penuh sang ibu menangisi kepergian suami tercintanya itu.

Semasa hidupnya, korban dikenal pendiam dan rajin ke Mesjid. Karena itu ia beserta keluarga besar yang tinggal di lingkungan tersebut tidak pernah menduga korban akan meninggal dengan cara seperti itu.

Saat ini dirinya bingung bagaimana menatap masa depan karena sang ayah merupakan tulang punggung keluarga yang masih meninggalkan dua orang anak yang masih sekolah di SMA dan SMP. “Kami tidak tahu bagaimana nantinya biaya sekolah,” kata Hikmah yang memiliki anak 1,5 tahun.

Pane, sang kernet yang ikut bersama korban mengantarkan rombongan ke PN Jaksel, mengatakan saat kejadian korban tidak sempat lari menyelamatkan diri. Ia tidak menyangka bahwa borongan Rp450 ribu mengantar penumpang ke PN Jaksel berujung malapetaka.

Sebagai bentuk simpati bagi korban yang telah menjadi sopir selama 20 tahun, kemarin sekitar 40 sopir Kopaja 608 datang ke rumah keluarga Syaifudin.

“Makanya hari ini kami tidak narik,” ucapnya lirih. (Sumantri Handoyo/Rommy Karindon/J-2)

Tanah Abang-Blok M yang tewas mengenaskan. Pihak keluarga menuturkan adalah kebiasaannya Syaifudin bersalaman dengan anggota keluarga sebelum berangkat. Hari itu, Syaifudin terburu-buru berangkat kerja sehingga tidak sempat bersalaman dengan istri dan anak-cucunya.

Perasaan waswas baru dirasakan Hikmah, 20, anak sulung Syaifudin ketika melihat di televisi ada berita kerusuhan yang memakan korban seorang sopir Kopaja. Dirinya masih sempat berpikir bahwa kejadian itu tidak menimpa ayahnya.

Namun, kenyataan berkata lain. Sekitar pukul 18.00 WIB, Hikmah dan ibunya mendapat kabar dari Ketua RT bahwa Syaifudin menjadi korban dalam kerusuhan itu. “Hikmah enggak percaya saat itu. Mikirnya nanti juga ayah pulang kerja. Tapi malah kabar buruk yang datang,” ujar sulung dari tiga bersaudara ini.

TIDAK ada fi rasat dari keluarga yang menjadi korban peristiwa

keributan antarkelompok yang bertikai di dekat Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan (Jaksel).

Melisa Gilbert Tomasoa, anak dari Agustinus Tomasoa, 48, sama sekali tidak menyangka ayahnya akan tewas dalam bentrokan di Jalan Ampera Raya, Jaksel.

Menurut Melisa, pada Rabu (29/9) pagi, seperti biasa ayahnya pamit berangkat bekerja. Agustinus adalah seorang penagih utang di SMS Finance, sebuah perusahaan yang fokus memberi pinjaman berupa pembiayaan konsumen khusus nya pem-biayaan mobil bekas. Namun, pada pukul 13.30 WIB, ia dikejutkan telepon dari kerabat yang mengabarkan bahwa ayahnya tewas.

Setelah itu, Melisa mencoba menelepon Agustinus. Namun, ponselnya tidak aktif. Pada Rabu (29/9) sore, Melisa dan keluarganya akhirnya pergi ke Rumah Sakit (RS) Polri Pusat RS Soekanto di Kramat Jati, Jakarta Timur. Melisa memastikan bahwa benar jenazah itu adalah Agustinus. Sang ibu yang dalam kondisi tidak fi t tidak bisa ikut menengok jasad sang ayah yang telah terbujur kaku di RS Polri.

Hal yang lebih ironis terjadi pada keluarga Syaifudin, 48, sopir Kopaja 608 jurusan

“Mikirnya nanti juga ayah pulang kerja. Tapi malah kabar buruk yang datang.”HikmahPutri sulung Syaifudin

ANTARA/YUDHI MAHATMA

MERUSAK BUS: Pria merusak kaca bus Kopaja saat terjadi perkelahian antarkelompok di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, di Jalan Ampera Raya, Rabu (29/9).

Polisi Harus UngkapDalang Bentrok Ampera

Dewan Perwakilan Daerah RI menduga polisi bertindak atas dasar pesanan dari kelompok tertentu.

Dinny Mutiah

reka untuk mencari solusi. Yang bertikai, sudahlah, hentikan segera,” kata Laode.

Menurutnya, selain dari to-koh-tokoh yang di level atas, ia juga akan mengundang tokoh yang ada di setiap lapisan.

“Setiap lapis ada pemainnya, itu akan kita undang dan kita minta tokoh-tokoh di level un-tuk segera menginventarisasi pemain-pemain yang ada di se-tiap lapisan,” tandasnya.

Sejauh ini polisi baru mene-tapkan satu tersangka dalam

ka sus insiden Ampera itu. S di tangkap karena memiliki sen-jata tajam. Polisi tidak bersedia mengungkapkan identitas lebih lanjut mengenai S, termasuk berasal dari kelompok mana. Po lisi juga baru memeriksa enam orang saksi yang ketika itu berada di lokasi kejadian.

“Tentu dari enam ini nanti berkembang lagi,” kata Kabid

dari ketidakseimbangan antara Timur dan Barat dalam pem-bangunan. Kemudian, menja-dikan Ibu Kota untuk tempat mencari makan,” imbuhnya.

Laode Ida menduga kepoli-sian bertindak atas pesanan dan kepentingan dari kelompok tertentu. “Polisi harus dikoreksi

karena bertindak atas kepen-tingan tertentu dan berdasar-kan pesanan,” ujar Laode.

Ia menambahkan, akan segera mengundang semua pihak yang diduga ikut terlibat dalam ben-trokan untuk bertemu.

“Kita akan mencari solusi terbaik agar tak terulang lagi. Tanggal 3 atau 4 Oktober men-datang, kita akan undang me-

APARAT kepolisian di tuding lalai dan melakukan pembi-ar an sehingga terja-

di bentrokan antarkelompok di Jalan Ampera dekat Pengadilan Negeri Jakarta Se latan. Bentrok-an menewaskan tiga orang dan melukai sembilan orang.

Sejumlah tokoh Indonesia Ti mur mendesak agar polisi mengungkap aktor intelektual yang berada di balik bentrokan Ampera itu.

Hal tersebut disampaikan Wa kil Ketua Perhimpunan In donesia Timur Robert B Key timu kepada wartawan di sela-sela pertemuan dengan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Laode Ida di Jakarta, kemarin.

“Kami meminta agar Polri melakukan penangkapan pada pelaku. Kami lihat ada aktor intelektual di belakang ini. Kami juga lihat ada semacam pembi-aran karena kejadian ini sudah hampir terjadi satu minggu lalu, ada kericuhan seperti ini. Kalau kepolisian bisa antisipasi, ini ti-dak akan terjadi,” kata Robert.

Ia berharap polisi segera me-nangkap dan mengusut kasus ini. Kejadian kemarin semesti-nya menjadi akhir dari konfl ik dan untuk seterusnya ditindak melalui jalur hukum.

“Masalah pertikaian kelom-pok pemuda ini adalah ekses

Humas Polda Metro Jaya Boy Rafl y Amar.

Gelar silaturahimPemerintah Provinsi DKI Ja-

karta akan menggelar silatura-him dengan berbagai elemen masyarakat guna membahas maraknya kerusuhan maupun bentrokan dengan kekerasan di masyarakat. Pertemuan dijad-walkan berlangsung hari ini.

“Kita akan adakan silatura-him muspida dengan tokoh ma-syarakat pada Jumat ini,” ujar Wakil Gubernur DKI Prijanto.

Menurutnya, kegiatan sila-turahim dapat menghindar-kan peristiwa bentrokan yang di duga dilakukan kelompok preman. Prijanto juga berharap warga turut menjaga keamanan dan menghindari terjadinya bentrokan.

“Warga harus dapat mengen-dalikan emosi juga. Hanya se-dikit warga Jakarta yang emo-sinya mudah terprovokasi,” ujarnya.

Sementara itu, jenazah tiga korban tewas dalam bentrokan Ampera telah diambil pihak keluarga. Jenazah Syaifuddin, 48, sopir Kopaja 608, dibawa pulang keluarga pukul 19.47 WIB dari RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Jenazah langsung dikebumikan malam itu juga.

Jenazah dua korban lain, Agustinus Tomasoa, 48, dan Frederik Pilo Let Let, 23, diba-wa pulang keluarga masing-masing sekitar pukul 19.12. Kedua jenazah dibawa ke ru-mah duka RS Sint Carolus untuk disemayamkan terlebih dahulu. (*/J-2)

[email protected]

Megapolitan | 7JUMAT, 1 OKTOBER 2010 I MEDIA INDONESIA