juklak psp 5 ( edit) yan 2012 (1)

95
PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN MENDUKUNG PETERNAKAN TAHUN 2012

Upload: effendi-rahmad

Post on 03-Jan-2016

370 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

PETUNJUK PELAKSANAAN

KEGIATAN

PRASARANA DAN SARANA PERTANIANMENDUKUNG PETERNAKAN

TAHUN 2012

DINAS PETERNAKAN PROVINSI SUMATERA BARAT

PADANG2012

Page 2: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan Perpres Nomor 24 Tahun 2010 tanggal 14 April 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I, Kementerian Negara tanggal 14 April 2010, maka telah terbentuk Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan tugas pokok: “Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang prasarana dan sarana pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan di bidang perluasan dan pengelolaan lahan, pengelolaan air irigasi, pembiayaan pertanian, fasilitasi pupuk dan pestisida, serta alat mesin pertanian sesuai dengan perundangundangan;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perluasan dan pengelolaan lahan, pengelolaan air irigasi, pembiayaan pertanian, fasilitasi pupuk dan pestisida, serta alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang perluasan dan pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundangundangan;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian; dan

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya maka Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) mempunyai 6 Unit Kerja Eselon II yaitu:

1. Direktorat Pengelolaan Air Irigasi2. Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan3. Direktorat Pupuk dan Pestisida4. Direktorat Alat dan Mesin Pertanian5. Direktorat Pembiayaan Pertanian6. Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

Sebagai salah satu Unit Kerja Eselon I yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan on farm komoditas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan, maka program dan kegiatan Ditjen Prasarana Sarana Pertanian diarahkan fokus dalam memfasilitasi kegiatan di bidang prasarana dan sarana pertanian di sub sektor Sektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan.

DISNAKSUMBAR | 1

Page 3: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Gambar 1. Struktur Organisasi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Pengalokasian anggaran di Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian pada tahun 2012 sebagai berikut :

1. Dana Dekonsentrasi yang dialokasikan ke propinsi digunakan untuk kegiatan non fisik (Koordinasi, perencanaan, fasilitasi, pelatihan, pembinaan, pengawasan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan)

2. Dana Tugas Pembantuan di Kabupaten/Kota digunakan untuk kegiatan fisik dan kegiatan non fisik pendukung yang disinergikan dengan dana sinergi program dari APBD kabupaten/Kota. Dana Tugas Pembantuan dilimpahkan langsung ke kabupaten/kota dan atau dititipkan pada satker dinas lingkup Pertanian Provinsi untuk dialokasikan kegiatan prasarana dan sarana pertanian di daerah yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan pembangunan pertanian.

DISNAKSUMBAR | 2

Page 4: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

II. PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNANPRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

Sebagai bagian integral pembangunan pertanian secara utuh, kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian diarahkan untuk mendukung terwujudnya Kementerian yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat pertanian melalui penyelenggaraan birokrasi yang bersih dalam mencapai pembangunan pertanian berkelanjutan. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, maka kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian pada tahun 2012 diarahkan untuk mendukung subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dalam mencapai sasaran produksi komoditas unggulan nasional.

Dalam rangka mempercepat pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian tahun 2012 sesuai dengan tahapan dan prioritas kegiatan, disamping Pedoman Umum sebagai garis besar acuan setiap petugas pelaksana kegiatan prasarana dan sarana pertanian agar dapat menyusun rencana kerja yang berpedoman lepada Jadwal Rencana Kerja Pelaksanaan Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian tahun 2012 seperti pada lampiran Matrik Rencana Kerja Pelaksanaan Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian TA 2012.

Adapun tujuan, sasaran dan struktur kegiatan prasarana dan sarana pertanian TA. 2012, secara garis besar adalah sebagai berikut :

A. TujuanTujuan Kegiatan Pembangunan Prasarana dan Sarana Pertanian TA. 2012 adalah sebagai berikut :

1. Memperluas lahan pertanian pada kawasan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan

2. Mengendalikan laju alih fungsi lahan 3. Mendayagunakan lahan pertanian terlantar4. Melakukan upaya konservasi, rehabilitasi dan reklamasi lahan pertanian5. Penguatan hak atas tanah6. Melakukan upaya rehabilitasi jaringan air irigasi7. Melakukan upaya pengembangan sumber air irigasi8. Melakukan upaya konservasi air dan antisipasi anomali iklim9. Melakukan upaya pemberdayaan kelembagaan pengelola air10. Meningkatkan koordinasi kelembagaan dalam penanganan masalah lahan, air serta

prasarana dan sarana pertanian11. Meningkatkan kualitas SDM pertanian di bidang prasarana dan sarana pertanian12. Meningkatkan ketersedian alat dan mesin pertanian13. Meningkatkan kemampuan pengelolaan UPJA

DISNAKSUMBAR | 3

Page 5: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

14. Melakukan pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP)15. Melakukan fasilitasi pembiayaan pertanian16. Melaksanakan fasilitasi penyediaan pupuk dan pestisida.

B. Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :1. Meningkatnya luas lahan pertanian dan intensitas pertanaman (pada komoditas

semusim) pada kawasan tanaman pangan 98.930 Ha, hortikultura 4.355 Ha, perkebunan 9.281 Ha dan peternakan 3.151 Ha

2. Terkendalinya laju alih fungsi lahan di 33 Propinsi3. Terwujudnya pendayagunaan lahan pertanian terlantar, konservasi, rehabilitasi dan

reklamasi lahan pertanian seluas 269.714 Ha4. Meningkatnya penguasaan hak atas tanah sebanyak 738 Paket5. Tercapainya pengembangan jaringan irigasi seluas 524.484 Ha6. Tercapainya pengembangan sumber air irigasi sebanyak 1.686 Unit7. Terwujudnya konservasi air dan terbangunnya kesadaran masyarakat pertanian

terhadap dampak perubahan iklim sebanyak 1.586 Paket8. Terwujudnya pemberdayaan kelembagaan pengelola air sebanyak 308 Paket9. Terwujudnya peningkatan koordinasi kelembagaan dalam penanganan masalah

lahan dan air10. Terwujudnya peningkatan kualitas SDM pertanian di bidang prasarana dan sarana

pertanian.11. Tercapainya peningkatan ketersediaan alat dan mesin pertanian12. Terwujudnya peningkatan kemampuan pengelolaan UPJA13. Terwujudnya pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP) pada 7.000

Gapoktan/Desa14. Terwujudnya fasilitasi pembiayaan pertanian pada 444 Kabupaten / Kota.15. Terlaksananya fasilitasi penyediaan pupuk dan pestisida di 33 Propinsi

C. Struktur Pelaksanaan Kegiatan TA. 2012

Struktur kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian pada TA. 2012 disusun berdasarkan pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dan anggaran kinerja secara hierarkis antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Tingkat Pusat Kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian secara nasional menjadi tanggung jawab satuan kerja (satker) pusat yaitu Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Pokok kegiatannya mencakup pembinaan, fasilitasi, koordinasi dan monitoring & evaluasi Propinsi. Sedangkan kegiatannya difokuskan pada: ”Perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Prasarana dan Sarana Pertanian”, dengan menyelenggarakan fungsi – fungsi:

DISNAKSUMBAR | 4

Page 6: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang prasarana dan sarana pertanian;b. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur dibidang prasarana

dan sarana pertanian;c. Pemberian bimbingan teknis, monitoring, evaluasi dan pelaporan;d. Pelayanan administrasi dan pelayanan masyarakat.

Satker Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah penanggungjawab/ koordinator pelaksanaan program kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian secara nasional (propinsi seluruh Indonesia), bertugas sebagai koordinator Satker Dinas Pertanian/Perkebunan/Peternakan di Propinsi dalam melaksanakan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian.

2. Tingkat PropinsiKegiatan pokok prasarana dan sarana pertanian ada di Satker Dinas Pertanian/Perkebunan/Peternakan Propinsi mencakup penyiapan petunjuk pelaksanaan, pembinaan, fasilitasi dan koordinasi serta pemantauan dan evaluasi kegiatan kabupaten/kota. Satker Dinas Pertanian/Perkebunan/Peternakan di Propinsi adalah pendamping pelaksanaan kegiatan prasarana dan sarana pertanian di seluruh kabupaten/kota di wilayahnya, bertugas sebagai koordinator Satker Dinas Pertanian/Perkebunan/Peternakan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan prasarana dan sarana pertanian.

3. Tingkat Kabupaten/KotaKegiatan pokok pembangunan prasarana dan sarana pertanian ada di Satker Dinas Pertanian/Perkebunan/Peternakan kabupaten/kota mencakup penyiapan petunjuk teknis dan pelaksanaan kegiatan prasarana dan sarana pertanian di tingkat lapangan.

Satker Dinas Pertanian/Perkebunan/Peternakan di Kabupaten/Kota adalah penanggungjawab/koordinator kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian di wilayahnya, bertugas sebagai pelaksana kegiatan prasarana dan sarana pertanian di tingkat lapangan.

DISNAKSUMBAR | 5

Page 7: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

III. PRIORITAS KEGIATAN PRASARANA DANSARANA PERTANIAN TA. 2012

Prioritas Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian TA 2012 adalah tersedianya prasarana dan sarana pertanian secara berkelanjutan untuk mendukung pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Adapun prioritas kegiatan prasarana dan sarana pertanian dalam mendukung produksi peternakan terdiri dari aspek sebagai berikut :

A. Aspek Perluasan dan Pengelolaan Lahan1. Perluasan Lahan Peternakan2. Optimasi lahan3. Pengembangan jalan pertanian

B. Aspek Pengelolaan Air Irigasi1. Pengembangan Sumber Air2. Konservasi Air dan Antisipasi Anomali Iklim

C. Aspek Pupuk dan Pestisida1. Pembinaan Kegiatan Pupuk dan Pestisida2. Pembinaan Kegiatan Pupuk Anorganik3. Pembinaan Pupuk Organik dan Pembenah Tanah4. Pembinaan Kegiatan Pestisida Kimia dan Hayati5. Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota

D. Aspek Pembiayaan Pertanian1. Fasilitasi Pembiayaan Pertanian

Pada Tahun 2012 Satker Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat mendapat alokasi Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian yang terdiri dari :

1. PERLUASAN AREAL PETERNAKAN (KEBUN HIJAUAN PAKAN TERNAK)a. Tujuan

Perluasan areal peternakan bertujuan untuk penambahan baku lahan peternakan (kebun hijauan pakan ternak dan padang penggembalaan) yang dapat dilakukan melalui pembukaan lahan baru dan atau pemanfaatan lahan-lahan terlantar guna meningkatkan produksi hijauan pakan ternak yang berkualitas.

b. Sasaran

DISNAKSUMBAR | 6

Page 8: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Kegiatan perluasan areal peternakan dilaksanakan pada lahan kering dan lahan rawa yang mempunyai potensi untuk pengembangan kebun hijauan pakan ternak dan padang penggembalaan. Sasaran kegiatan perluasan areal peternakan TA. 2012 adalah terwujudnya penambahan luas areal kebun hijauan pakan ternak dan padang penggembalaan 3.361 ha yang tersebar 28 provinsi, 131 kabupaten.

c. Pengertian Dan Ruang Lingkup Kegiatan1) Pengertian

a) Perluasan areal peternakan adalah usaha penambahan baku lahan peternakan (kebun hijauan pakan ternak dan padang penggembalaan) yang dapat dilakukan melalui pembukaan lahan baru dan atau pemanfaatan lahan-lahan terlantar guna meningkatkan produksi hijauan pakan ternak yang berkualitas.

b) Kebun hijauan pakan ternak adalah tempat atau lahan ditanami rumput unggul dan atau legume sebagai sumber pakan ternak yang berkualitas.

c) Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak.

d) Kawasan peternakan adalah wilayah yang potensial secara ekonomis untuk Peternakan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara berkelanjutan.

e) Kapasitas tampung (carrying capacity) adalah jumlah hijauan pakan ternak yang dapat disediakan padang penggembalaan untuk kebutuhan ternak selama 1 (satu) tahun yang dinyatakan dalam satuan ternak (ST) per hektar.

f) Satuan Ternak adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan berat badan ternak dengan jumlah pakan ternak yang dikonsumsi.

g) Survey dan Investigasi adalah kegiatan penilaian calon peternak dan calon lokasi untuk kegiatan perluasan areal peternakan yang bertujuan untuk memperoleh calon peternak dan calon lokasi yang memenuhi persyaratan.

h) Desain Sederhana Perluasan areal peternakan adalah kegiatan pengukuran dan pembuatan peta rancangan teknis secara sederhana pada lokasi-lokasi yang sudah ditetapkan yang berisi antara lain ; tata letak

DISNAKSUMBAR | 7

Page 9: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

kepemilikan peternak, tata letak pertanaman dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

i) Lahan Rawa adalah lahan yang tergenang air secara alami baik secara terus menerus maupun musiman sebagai akibat dari drainase yang buruk sehingga mempunyai ciri-ciri khusus baik fisik, kimiawi maupun biologi.

j) Lahan Rawa Pasang Surut Tipe C adalah lahan rawa pasang surut yang tidak pernah terluapi air, walaupun pasang besar akan tetapi ketinggian muka air tanah masih dekat dengan permukaan tanah < 50 cm.

k) Lahan Rawa Pasang Surut Tipe D adalah lahan rawa pasang surut yang tidak terluapi air pasang dan tinggi muka air tanah > 50 cm dari permukaan tanah.

l) Lahan Terlantar adalah lahan yang tidak diusahakan/tidak produktif atau lahan pertanian yang tidak diusahakan selama lebih dari 5 (lima) tahun.

m) Tegalan/Tanah Darat adalah sebidang tanah yang diusahakan/dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering.

n) Vegetasi Semak/Alang-alang adalah tanah yang tertutup/ditumbuhi oleh tumbuhan alang-alang, semak belukar, perdu atau nipah termasuk tunggul.

o) Vegetasi Hutan Ringan adalah jenis vegetasi yang tumbuh pada lahan di luar areal hutan yang didominasi (70%) oleh pohon berdiameter batang < 30 cm dengan populasi pohon kurang dari 600 batang/Ha.

p) Vegetasi Hutan Berat adalah jenis vegetasi yang tumbuh pada lahan di luar areal hutan yang didominasi (70%) oleh pohon berdiameter batang > 30 cm dengan populasi pohon lebih dari 600 batang/Ha.

q) Agropedoklimat adalah kesesuaian teknis komoditas tertentu terhadap sifat fisik, kimia tanah dan iklim setempat, termasuk temperatur, jumlah hari hujan dan faktor lingkungan lainnya.

2) Ruang Lingkup KegiatanRuang lingkup kegiatan teknis perluasan areal peternakan meliputi :a) Identifikasi Calon Peternak dan Calon Lokasi (CPCL).b) Penetapan Peternak dan Lokasi.c) Sosialisasi Kegiatan.d) Pembuatan Desain Sederhana dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

DISNAKSUMBAR | 8

Page 10: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

e) Penyusunan RUKK (Rencana Usulan Kegiatan Kelompok).f) Konstruksi (kebun hijauan pakan ternak dan padang penggembalaan).g) Pemeliharaan.

d. Spesifikasi Teknis Perluasan Areal Kebun Hijauan Pakan Ternak1) Norma

Perluasan areal kebun hijauan pakan ternak merupakan usaha penambahan baku lahan kebun hijauan pakan ternak yang dapat dilakukan melalui pembukaan lahan baru dan atau pemanfaatan llahan-lahan terlantar guna meningkatkan produksi hijauan pakan ternak yang berkualitas, sehingga menjadi areal peternakan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

2) Standar TeknisStandar teknis perluasan areal kebun hijauan pakan ternak yang berkaitan dengan komponen kegiatan adalah sebagai berikut :a) Lahan untuk membangun kebun hijauan pakan ternak pada tanah yang

relatif subur.b) Kemiringan/topografi lahan masih pada batas yang layak untuk

perluasan areal kebun hijauan pakan ternak maksimum 40%.c) Tersedia sumber air.d) Luas satu hamparan kebun hijauan pakan ternak diupayakan > 1 ha (di

Jawa dan Bali)     dan > 2 ha (di luar Jawa dan Bali) dalam satu areal minimal terdapat kebun hijauan pakan ternak seluas 10 ha.

3) Kriteriaa) Kriteria Lokasi

• Lokasi disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).• Lokasi telah mendapatkan persetujuan dari Bupati/Walikota/Kepala

Dinas Peternakan Kabupaten/Kota yang membidangi peternakan melalui SK Penetapan Lokasi.

• Lokasi diutamakan yang bebas banjir dan atau bisa dilakukan pengendalian banjir secara mudah dan murah.

• Lokasi mempunyai aksesibilitas yang baik, relatif dekat dari pemukiman sehingga mudah dijangkau.

• Lokasi mempunyai status kepemilikan yang jelas dan tidak dalam sengketa.

• Lokasi tidak tumpang tindih dengan program dan kegiatan proyek lain yang sejenis.

• Diutamakan lokasi yang mempunyai vegetasi ringan (semak belukar, alang-alang, dan hutan ringan).

• Kesesuaian lahan sesuai untuk pertumbuhan hijauan pakan ternak.• Faktor ikilim (curah hujan, angin, kelembaban dan suhu) yang

sesuai serta sumber daya air (sungai, danau, dam, air tanah dangkal, dan air tanah dalam) tersedia untuk pengembangan peternakan.

DISNAKSUMBAR | 9

Page 11: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

• Lokasi berada dalam wilayah binaan Petugas Penyuluh Lapang (PPL).

b) Kriteria Peternak• Belum pernah menerima kegiatan yang sama/sejenis pada tahun

sebelumnya.• Bersedia mengikuti pelaksanaan kegiatan yang dinyatakan dengan

”surat pernyataan kesanggupan” sebagai peserta.• Pemilik penggarap dan atau penggarap (ada bukti tertulis sebagai

penggarap).• Kepemilikan lahan usaha tani maksimum 1 ha (untuk di Pulau Jawa

dan Bali) dan maksimal 2 ha (untuk di luar Pulau Jawa dan Bali).• Pada saat yang sama tidak menerima paket bantuan dari proyek

sejenis.• Bersedia membentuk suatu kelompok (wadah) untuk bekerjasama

dalam melakukan kegiatan perluasan areal peternakan, diutamakan pada kelompok peternak yang mempunyai respon dan partisipasi yang tinggi.

• Bersedia menerima bimbingan dan segala ketentuan teknologi pembukaan lahan dan budidaya dalam kegiatan perluasan areal peternakan.

• Bersedia memberikan kontribusi, antara lain dalam bentuk tenaga mulai dari kegiatan konstruksi, penanaman dan pemeliharaan.

• Memiliki dedikasi yang baik dan bersedia memelihara lahan dan tanaman serta sarananya secara berkelanjutan sesuai anjuran Petugas Penyuluh Lapang (PPL).

• Tidak menuntut ganti rugi apabila dilakukan pembangunan infrastruktur pada lahannya.

2. PENGEMBANGAN SUMBER AIR

a. Tujuan1) Memanfaatkan potensi sumber air sebagai air irigasi, terutama pada lahan

kering dan tadah hujan; air minum & sanitasi untuk budidaya ternak;2) Meningkatkan ketersediaan air irigasi;3) Meningkatkan luas areal tanam, indeks pertanaman (IP) dan produktivitas

usaha tani;4) Meningkatkan produksi pertanian, pendapatan dan kesejahteraan petani.

b. Sasaran1) Terbangunnya pengembangan sumber air sebagai irigasi untuk mengairi lahan

pertanian dan sebagai sumber air minum dan sanitasi ternak;2) Tersedianya air irigasi untuk usaha tani;3) Meningkatnya luas areal tanam, indeks pertanaman dan produktivitas usaha

tani;

DISNAKSUMBAR | 10

Page 12: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

4) Meningkatnya produksi pertanian, pendapatan dan kesejahteraan petani.

c. Pengertian1) Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah

(sungai, danau, mata air, terjunan air).2) Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah

permukaan tanah.3) Air Tanah Dangkal adalah air yang terdapatdalam lapisan tanah atau batuan

di bawah permukaan tanah pada kedalaman < 30 meter.4) Pompa adalah suatu alat yang terdiri dari impeler dan cassing yang berfungsi

untuk mengalirkan fluida dari potensial rendah ke potensial tinggi. Pompa yang biasa digunakan didalam bidang pertanian adalah pompa tipe sentrifugal, yaitu pompa yang digerakan oleh sebuah mesin bensin atau diesel.

5) Pompa Hidram adalah alat yang digunakan untuk memompa dengan cara menaikkan air dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dengan memanfaatkan beda elevasi (ketinggian).

6) Jaringan Irigasi adalah saluran dan bangunan yang diperlukan untuk mengatur dan menyalurkan air irigasi yang mencakup penyediaan, pengambilan, penyaluran dan pembagian.

7) Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air irigasi untuk menunjang usaha pertanian.

8) Sumber air adalah tempat/wadah air alami dan atau buatan yang terdapat di atas ataupun di bawah permukaan tanah.

9) Koordinat: letak/posisi suatu wilayah berdasarkan garis lintang dan garis bujur.

3. KONSERVASI AIR DAN ANTISIPASI ANOMALI IKLIM

a. TujuanTujuan kegiatan konservasi air dan antisipasi anomali iklim adalah :1) Meningkatkan ketersediaan sumber air di tingkat usaha tani sebagai suplesi

irigasi untuk usaha tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan dan peternakan.

2) Meningkatkan pengetahuan petugas dan petani dalam melakukan adaptasi dan antisipasi terhadap kondisi iklim.

b. SasaranSasaran kegiatan konservasi air dan antisipasi anomali iklim adalah: 1) Meningkatnya ketersediaan air ditingkat usaha tani sebagai suplesi irigasi

bagi usaha tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan dan peternakan.

2) Meningkatnya kemampuan petani dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim.

DISNAKSUMBAR | 11

Page 13: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

4. PEMBINAAN KEGIATAN PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

a. TujuanPedoman pelaksanaan pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah ini bertujuan untuk memberikan arahan dan bahan acuan bagi pihak terkait dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah.  Tujuan pelaksanaan pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah adalah untuk mendorong peningkatan penggunaan pupuk organik dan pembenah tanah dalam rangka perbaikan kualitas kesuburan lahan sehingga mampu meningkatkan produktivitas lahan dan memelihara sumber daya lahan pertanian berkelanjutan.

b. SasaranSasaran dari kegiatan pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah pada tahun 2012 adalah tersosialisasinya, tersedianya data potensi, terkawalnya, termonitornya serta terevaluasinya pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah.

Pembinaan Kegiatan Pupuk Organik dan Pembenah Tanah:1) Pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah;2) Identifikasi potensi pupuk organik dan pembenah tanah;3) Evaluasi teknis pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah

tanah;4) Monitoring dan evaluasi pengembangan pupuk organik dan pembenah

tanah;

Pembinaan Kegiatan Pestisida Kimia dan Hayati1. Evalusi pendaftaran pestisida;2. Rapat pleno pestisida;3. Penyusunan konsep SK Menteri Pertanian tentang Pendaftaran dan Izin

Pestisida;4. Pertemuan koordinasi Lembaga Uji Mutu, Uji Efektivitas dan Uji

Toksisistas Pestisida;5. Pertemuan koordinasi kajian pestisida terdaftar dan beredar;6. Pembinaan dan evaluasi penggunaan pestisida;

Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kabupaten/Kota1) Rapat Koordinasi;2) Pembinaan, inventarisasi dan evaluasi pengembangan pupuk organik;

DISNAKSUMBAR | 12

Page 14: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

5. ASPEK PEMBIAYAAN PERTANIAN

a. Fasilitasi Pembiayaan Pertanian1) Koordinasi dengan instansi terkait termasuk Perbankan2) Penyusunan Pedoman Teknis3) Penyusunan Tim Fasilitasi Pembiayaan Pertanian4) Identifikasi calon debitur yang prospektif difasilitasi pembiayaan5) Pemberian Bimbingan teknis di bidang Pembiayaan Pertanian

DISNAKSUMBAR | 13

Page 15: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan prasarana dan sarana harus terkait langsung dan secara sinergis dan mampu mendorong pembangunan sub sektor peternakan.

Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian pada tahun 2012 dana Tugas Pembantuan dilaksanakan dengan pola bantuan sosial dan secara ”partisipatif”, serta ketentuan lain yang berlaku. Sedangkan cara pelaksanaan kegiatan / mekanisme dan tata cara pengelolaan akun lembaga Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan Sosial dalam Bentuk Uang mengacu pada Buku Pedoman Pelaksanaan Bantuan Sosial Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun 2012.

DISNAKSUMBAR | 14

Page 16: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

A. PELAKSANAAN KEGIATAN PERLUASAN AREAL PETERNAKAN.

Kegiatan perluasan areal peternakan untuk kebun hijauan pakan ternak dan padang penggembalaan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, konsisten, dan berkesinambungan, sehingga pada gilirannya akan terwujud areal peternakan yang berskala ekonomis dan dikelola secara efisien serta ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Pelaksanaan kegiatan ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Cara Pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan perluasan areal peternakan dilakukan dengan melibatkan partisipasi anggota kelompok peternak penerima manfaat. Dengan mekanisme ini diharapkan dapat ditumbuhkan semangat kebersamaan, rasa memiliki, dan melestarikan/memelihara hasil kegiatan. Semua komponen kegiatan perluasan areal peternakan direncanakan dan dilaksanakan sepenuhnya oleh kelompok peternak dengan bimbingan petugas lapangan.

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk TeknisPedoman teknis perluasan areal peternakan (kebun hijauan pakan ternak dan padang penggembalaan) dijabarkan lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan yang dibuat oleh Dinas Peternakan Provinsi/Dinas yang membidangi peternakan dan Petunjuk Teknis yang dibuat oleh Dinas Peternakan Kabupaten/Kota/Dinas yang membidangi peternakan yang menangani perluasan areal peternakan Kabupaten/Kota.

b. Menyusun Jadwal KegiatanDinas Peternakan Kabupaten/Kota/yang membidangi peternakan wajib menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tahapan kegiatan yang ada di lapangan. Jadwal pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam “Jadwal Palang” seperti contoh pada lampiran Selanjutnya jadwal tersebut disampaikan kepada Dinas Peternakan Provinsi/yang membidangi peternakan dengan tembusan kepada Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

c. Koordinasi

DISNAKSUMBAR | 15

Page 17: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Koordinasi dilakukan dengan instansi terkait antara lain instansi lingkup peternakan, Badan Pertanahan, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum dan Pemerintah Daerah serta masyarakat luas untuk memperoleh dukungan dan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan.

d. Identifikasi Calon Peternak dan Calon Lokasi (CPCL)Kegiatan identifikasi CPCL adalah kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, pembahasan dan penetapan calon peternak dan calon lokasi yang dilaksanakan secara swakelola dengan menggunakan dana dari APBD dengan melibatkan instansi lain terkait (Tim Teknis) yang terdiri dari instansi lingkup peternakan, Badan Pertanahan, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, dan Pemerintah Daerah. Adapun tahapan kegiatan identifikasi CPCL adalah sebagai berikut :

1) Pengumpulan DataKegiatan ini merupakan pengumpulan data sekunder dan data primer serta peta-peta. Data sekunder dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif yang dapat diperoleh dari instansi terkait, sedangkan untuk data primer diperoleh di lapangan dengan cara pengamatan atau pengukuran langsung di lapangan, wawancara terhadap calon peternak dan masyarakat setempat.

a) Pengumpulan Data SekunderData kualitatif meliputi informasi kebijakan tata ruang dalam pembangunan daerah, kondisi sosial budaya masyarakat. Sedangkan data kuantitatif antara lain : Potensi luas baku lahan. Luas lahan menurut status kepemilikan dan penguasaan lahan Jumlah peternak calon peserta. Pola usaha peternak. Kondisi iklim (suhu, kelembapan udara, angin, dan curah hujan). Sarana transportasi menuju lokasi. Prasarana pemasaran produksi. Sarana kandang. Sarana penyimpanan dan pengolahan pakan. Sarana pengolahan limbah ternak. Sumber daya air (sungai, danau, irigasi, dam, air tanah dangkal dan

air tanah dalam). Kegiatan pendukung di sekitar lokasi (pengembangan embung,

pembangunan drainase, dll).

b) Pengumpulan Data PrimerBerdasarkan hasil koordinasi dan pengumpulan data sekunder, maka ditetapkan calon lokasi yang akan disurvey. Data primer didapat dengan cara wawancara, pengamatan, atau pengukuran langsung ke lapangan. Data yang diperlukan dalam kegiatan ini seperti tercantum pada lampiran 2a dan 2b.

DISNAKSUMBAR | 16

Page 18: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

2) Pengolahan dan Analisa DataSetelah data sekunder dan primer dikumpulkan, maka untuk selanjutnya dilakukan tabulasi, pengolahan dan analisa data yang hasilnya digunakan sebagai dasar penentuan kelayakan calon lokasi dan calon peternak.

3) Penetapan Peternak dan LokasiHasil identifikasi calon peternak dan calon lokasi yang memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditentukan, selanjutnya ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota/Kepala Dinas Peternakan Kabupaten/Kota/ yang membidangi peternakan.

4) Sosialisasi KegiatanSosialisasi bertujuan agar kelompok peternak calon penerima manfaat dana bansos mengetahui dengan jelas tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

e. Desain Sederhana (DS) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)Desain sederhana ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan dibuat dengan memperhatikan kondisi lapangan, kebutuhan lapangan, kecukupan dana, kesediaan bahan-bahan setempat. Desain sederhana dibuat oleh Dinas Peternakan Kabupaten/Kota dengan melibatkan kelompok peternak.

Output desain sederhana terdiri dari :1) Sket lokasi yang menggambarkan keberadaan calon lokasi perluasan areal

peternakan dan digambar pada peta desa. Sket lokasi dibuat dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui titik koordinat lokasi dan luas areal.

2) Batas lokasi perluasan areal peternakan dan batas kepemilikan lahan masing-masing peternak peserta

3) Lokasi bidang olah, rencana pembangunan infrastruktur peternakan (jalan kebun, perbaikan saluran, dll ) sesuai dengan kebutuhan lapangan

4) Gambar tata letak, jenis dan volume infrastruktur yang dibutuhkan serta penanaman rumput/legume sesuai dengan rencana pola pengembangan peternakan. Tata letak tanaman rumput/legume dibuat sesuai dengan kemiringan lahan dan searah dengan garis kontur

5) Daftar definitif peternak dan luas kepemilikan lahan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

6) Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan rincian dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan desain sederhana yang dibuat.

f. Penyusunan RUKK

DISNAKSUMBAR | 17

Page 19: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) disusun berdasarkan kesepakatan di dalam kelompok peternak bersama-sama dengan petugas lapangan yang merupakan penjabaran dari RAB. Selanjutnya RUKK harus mendapat persetujuan dari Tim Teknis Dinas Peternakan Kabupaten/Kota/ yang membidangi peternakan. RUKK sekurang-kurangnya berisi rincian kegiatan, waktu pelaksanaan, kebutuhan dan sumber pembiayaan. Contoh RUKK sebagaimana pada lampiran 3.

g. Pembuatan Perjanjian KerjasamaPembuatan perjanjian kerjasama dilakukan antara Ketua kelompok ternak dengan Kepala Dinas selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

h. Pelaksanaan Fisik1) Konstruksi

Kegiatan konstruksi perluasan areal peternakan dilaksanakan secara gotong royong dengan melibatkan anggota kelompok peternak penerima manfaat sebagai tenaga kerja. Dimungkinkan kelompok peternak menyewa alat yang diperlukan untuk kegiatan konstruksi.Komponen kegiatan konstruksi adalah sebagai berikut :a) Land clearing (pembukaan/pembersihan lahan), besaran biaya land

clearing harus disesuaikan dengan jenis/tipe vegetasi yang ada pada calon lokasi. Klasifikasi vegetasi lahan terdiri : (1) Semak Alang-alang, (2) Semak Belukar, (3) Hutan Ringan, (4) Hutan Berat. Calon lokasi diutamakan yang mempunyai vegetasi ringan (semak alangalang/ belukar dan hutan ringan). Pembersihan lahan dilakukan dengan cara mengumpulkan pohon dan semak belukar ”tanpa pembakaran” (zero burning).

b) Pembuatan bangunan konservasi disesuaikan dengan kemiringan lahan berdasarkan hasil desain. Semakin curam/miring lahan maka semakin banyak pula bangunan konservasi yang diperlukan. Hal ini untuk mencegah terjadinya erosi. Jenis bangunan konservasi yang dibangun dapat berupa teras bangku, teras individu/kredit, guludan, Saluran Pembuangan Air (SPA), dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan dan desain yang telah dibuat.Pembuatan teras atau terasering terutama pada lahan dengan kemiringan 15 - 40 % secara memanjang horizontal/memotong lereng (sejajar garis kontur). Pada lahan rawa diperlukan pembuatan surjan/tabukan dengan ukuran (1,5 – 2) m x 2 m dengan ketinggian tanah ± 50 cm dari permukaan air atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

c) Pengolahan tanah, merupakan persiapan media tumbuh yang optimum bagi suatu tanaman dengan memperhatikan kelestarian kesuburan tanah dan persedian air. Setelah tanah diolah/digemburkan sebaiknya dibuat guludan untuk kebun hijauan pakan ternak sedangkan untuk padang penggembalaan dibuat bedengan, hal ini dilakukan sesuai dengan

DISNAKSUMBAR | 18

Page 20: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

kebutuhan penanaman. Berikut ini adalah contoh guludan dan bedengan:

d) Pembangunan jalan kebun perlu dipertimbangkan sesuai kebutuhan.

e) Pemupukan dasar dan penanaman, pemberian pupuk kandang maupun kompos akan sangat bermanfaat bagi kondisi fisik tanah tersebut, karena akan memperbaiki struktur tanah. Disamping itu dapat pula diberikan pupuk anorganik seperti KCl, Sp-36, dan urea, disesuaikan dengan jenis tanah setempat.

f) Penanaman, dalam tahap penanaman, hal yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah jenis hijauan pakan ternak yang akan ditanam, seperti sebagai berikut : Pada kebun hijauan pakan ternak, jenis rumput yang ditanam adalah

rumput potong seperti rumput Gajah dan rumput Raja. Pada padang penggembalaan jenis rumput yang ditanam adalah

rumput injakan seperti Brachiaria sp, dan Kalanjana.Untuk memperoleh produksi hijauan yang maksimal maka penanaman rumput perlu dikombinasi dengan menanam legume (kacang-kacangan) seperti legume herba/menjalar (sentro, kalopo, kudzu, arachis), legume perdu/semak (alfalfa, stylosanthes), dan legume pohon (Lamtoro, Gamal, Kaliandra, dan lain-lain). Penanaman rumput dapat dilakukan dengan menggunakan stek atau pols. Penanaman legume dapat menggunakan stek atau benih yang langsung disebar (broadcast) pada lahan, atau disemaikan terlebih dahulu pada polybag untuk leguminosa pohon. Sistem penanaman hijauan pakan ternak disesuaikan dengan kondisi kemiringan tanah dan kebiasaan masyarakat setempat.

2) PemeliharaanPemeliharaan tanaman terdiri dari kegiatan penyulaman, dan penyiangan.

3) Pembiayaan

DISNAKSUMBAR | 19

Guludan untuk rumput danleguminosa tegak

Bedengan untuk legumemerambat dan rumput

merayap (creeping grasses)

Page 21: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

a) Sumber PembiayaanPelaksanaan kegiatan perluasan areal peternakan dibiayai dari dana Tugas Pembantuan (TP) TA 2012 yang berada pada akun belanja pemberdayaan sosial. Sumber pembiayaan kegiatan perluasan areal Kebun Hijauan Pakan Ternak adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Sumber Pembiayaan Kegiatan Perluasan Areal Kebun Hijauan Pakan Ternak

No Kegiatan Sumber Pembiayaan1.2.

Identifikasi CPCL dan pembuatan desain.Konstruksi kebun hijauan pakan ternak sarana produksi dan ternak

APBD, swadayaAPBN, APBD, swadaya

Pembiayaan kegiatan perluasan areal peternakan pada kebun hijauan pakan ternak yang berasal dari APBN terdiri dari pembuatan kebun hijauan pakan ternak terdiri dari : Konstruksi kebun hijauan pakan ternak yang meliputi pembersihan

lahan, pengolahan tanah, pemupukan, dan penanaman. Pengadaan sapronak yang meliputi pupuk, bibit/benih rumput

unggul dan atau legume. Ternak sebagai stimulan diberikan 1 (satu) ekor untuk setiap 2 (dua)

hektar.Rincian penggunaan dana masing-masing komponen kegiatan tersebut dituangkan dalam RUKK melalui musyawarah anggota kelompok peternak. Contoh RUKK sebagaimana lampiran 3.

b) Pengelolaan PembiayaanPengelolaan dana Tugas Pembantuan dilaksanakan melalui mekanisme bantuan sosial dengan tata cara yang dapat dilihat pada buku pedoman “Pemberdayaan Sosial” yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian TA. 2012.

3. Indikator Kinerja Perluasan Areal Peternakan Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan perluasan areal peternakan (kebun hijauan pakan ternak dan padang penggembalaan), diperlukan indikator kinerja sebagai tolak ukur keberhasilan, dengan indikator sebagai berikut :

a. Indikator Masukan (Input)Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan perluasan areal peternakan, yang dalam hal ini antara lain :1) Penyediaan anggaran baik berasal dari pemerintah (APBN, APBD), bantuan

luar negeri, pihak swasta maupun masyarakat

DISNAKSUMBAR | 20

Page 22: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

2) Perangkat Peraturan Pemerintah, bahan kebijakan, pedoman teknis, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

3) Data potensi lahan yang dapat dikembangkan4) Sumber Daya Manusia (SDM)5) Prasarana penunjang kerja (fasilitas kantor dan lapangan)

b. Indikator Keluaran (Output)Indikator keluaran adalah segala sesuatu berupa produk yang dihasilkan (fisik dan atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan. Keluaran yang diharapkan kegiatan ini adalah penambahan luas areal kebun hijauan pakan ternak dan padang penggembalaan seluas 3.361 ha yang tersebar 28 provinsi, 131 kabupaten.

c. Indikator Hasil (Outcome)Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan dari keluaran kegiatan pada jangka menengah yaitu tersedianya hijauan pakan ternak yang berkualitas pada areal peternakan.

d. Indikator Manfaat (Benefit)Indikator manfaat adalah segala sesuatu yang dapat dirasakan oleh masyarakat atau yang diharapkan oleh masyarakat dari kegiatan, yaitu terbentuknya areal peternakan dan tercukupinya kebutuhan hijauan pakan ternak yang berkualitas.

e. Indikator Dampak (Impact)Indikator dampak adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan lain dari capaian kinerja setiap indikator kegiatan, yaitu terwujudnya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat peternak.

DISNAKSUMBAR | 21

Page 23: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

B. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN SUMBER AIR

1. Pemilihan LokasiPemilihan lokasi harus memperhatikan persyaratan sebagai berikut:a. Mempunyai potensi sumber air permukaan dan atau air tanah dangkal. Untuk

potensi kegiatan Pengembagan Sumber Air yang tersedia paling tidak dapat memberikan air irigasi suplementer (supplementary irrigation) pada areal seluas kurang lebih 25 hektar sesuai jenis komoditas yang diusahakan.

b. Diprioritaskan pada lokasi lahan sawah tadah hujan dan lahan kering kawasan pertanian dan sering mengalami kendala/kekurangan air irigasi terutama pada musim kemarau.

2. Pemilihan Petani/Kelompok Tania. Pemilihan kelompok tani/P3A harus memperhatikan persyaratan sebagai berikut:b. Diutamakan telah terbentuk Kelompok Tani/P3A.c. Kelompok Tani/P3A mampu dan bersedia memanfaatkan serta merawat

infrastruktur Pengembangan Sumber Air dengan baik.d. Kelompok Tani/P3A terpilih belum pernah mendapat bantuan sejenis.e. Tidak ada tuntutan ganti rugi pembebasan lahan.

3. Survei, Investigasi dan Desain Sederhanaa. Survey Investigasi

1) Survey investigasi dimaksudkan untuk mendapatkan calon lokasi dan petani yang sesuai untuk pengembangan sumber air, baik dari segi teknis maupun sosial.

2) Pelaksanaan survei investigasi dikoordinasikan dengan instansi/Sub Dinas terkait terutama dengan Sub Dinas yang menangani komoditas yang akan dikembangkan.

3) Pelaksanaan survei investigasi dibiayai oleh daerah (tidak termasuk dalam dana TP yang dialokasikan) dan dilaksanakan oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama dengan petugas Kecamatan.

4) Calon lokasi dan calon petani yang memenuhi persyaratan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota sebagai lokasi pengembangan sumber air.

5) Laporan hasil survei investigasi paling tidak memuat :a) Letak lokasi berdasarkan daerah administratif dan koordinat lintang dan

bujur dengan menggunakan Global Positioning System/GPS atau ekstrapolasi dari peta topografi yang tersedia.

b) Kondisi usaha tani dan jenis komoditi yang layak dikembangkan.c) Gambar/sketsa saluran distribusi.d) Potensi sumber air untuk kebutuhan irigasie) Luas layanan oncoran (command area) yang akan diairi.

DISNAKSUMBAR | 22

Page 24: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

b. Desain/rancangan sederhana pengembangan sumber air :1) Rancangan/desain sederhana disusun untuk lokasi yang ditetapkan sebagai

calon lokasi pengembangan sumber air.2) Rancangan/desain pengembangan sumber air sekurang-kurangnya mencakup

luas lahan yang akan diairi (daerah oncoran), letak/lokasi sumber air (koordinat), dan rancangan jaringan irigasi yang akan dibangun.

3) Kebutuhan bahan, peralatan, dan mesin Berdasarkan hasil desain sederhana akan dapat diketahui kebutuhan bahan, peralatan, dan mesin yang diperlukan.

4) Kebutuhan anggaran, meliputi perkiraan kebutuhan biaya untuk pengadaan bahan, peralatan, pompa air dan perlengkapannya, pengembangan sumur, pemasangan pipa-pipa, dan pengembangan/ perbaikan jaringan distribusinya.

4. Jenis KegiatanJenis kegiatan Pengembangan Sumber Air berupa Pengembangan Air Permukaan atau Pengembangan Irigasi Tanah Dangkala. Pengembangan Air Permukaan

Sumber air permukaan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi adalah air bekas galian tambang/air kolong, terjunan air, aliran sungai, mata air, dan sebagainya. Bentuk kegiatan yang dapat dilaksanakan melalui Pengembangan Air Permukaan sangat beragam sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada di daerah. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pengembangan irigasi air permukaan adalah sebagai berikut :

1) PompanisasiSistem pompanisasi dalam pengembangan irigasi air permukaan adalah upaya mengambil air dari sumber air permukaan (sungai, danau dll), yang diangkat dan didistribusikan dengan mempergunakan pompa air. Komponen dalam kegiatan ini adalah: mesin pompa air, pipa/selang hisap/buang, saluran distribusi ke lahan yang akan diari, rumah pompa apabila pompa dalam posisi tetap/stationer atau alat pengangkut apabila dalam penggunaannya pompa akan berpindahpindah/mobile Saluran distribusi dapat berupa saluran terbuka ataupun saluran tertutup/pipa paralon.

2) HidramSistem Hidram dalam pengembangan irigasi air permukaan adalah upaya mengambil air dari sumber air permukaan (sungai, danau dll), dengan menaikkan air dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dengan mempergunakan pompa hidram, dimana ketinggian air yang dapat diangkat sampai dengan 400 meter dari sumber air.

3) PipanisasiDalam upaya memanfaatkan air permukaan sebagai sumber air irigasi, beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya : pengambilan / pengangkatan air dari sumbernya, penampungan dan penyaluran ke lahan yang akan dilayani oleh irigasi pipa. Dengan demikian ada beberapa

DISNAKSUMBAR | 23

Page 25: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

komponen (disesuaikan dengan keadaan lokasi) yang harus diperhatikan dalam mengembangkan irigasi pipa, yaitu:a) Sumber air

Sumber air permukaan dapat berupa : sungai, danau, terjunan air, mata air, genangan air dan sebagainya.

b) Bak PenampungBak penampung dibangun sebagai resorvoir untuk mendekatkan jarak dari sumber air ke lahan yang akan diari. Bak penampung terbuat dari konstruksi beton sehingga tidak mudah bocor.

c) PompaDigunakan apabila posisi sumber air lebih rendah dari lahan yang akan diari, sehingga tidak dapat memanfaatkan gaya gravitasi untuk mengalirkan air.

d) Jaringan distribusiJaringan/pipa dapat terbuat dari PVC ataupun besi yang berfungsi untuk membawa dan atau membagi air ke lahan yang akan diari.

4) Kincir AirPembangunan kincir air dimaksudkan untuk menaikkan air sungai dengan memanfaatkan tenaga dari aliran/arus air. Pada umumnya kincir air terdiri poros, lingkaran roda yang dilengkapi dengan tabung dan sudu-sudu yang dipasang di sekeliling roda. Ukuran dan besarnya kincir disesuaikan dari ketinggian muka air dengan lahan yang akan diairi. Pembuatan kincir air terdiri dari tiga komponen yaitu bendung pengarah air, kincir air, dan saluran ke lahan yang akan diairi.

b. Pengembangan Irigasi Tanah DangkalAgar air tanah dangkal dapat dimanfaatkan untuk air irigasi, maka diperlukan upaya pengambilan/ pengangkatan ke permukaan tanah, misalnya dengan pompa. Minimal ada tiga komponen yang diperlukan agar air tanah dangkal tersedia untuk irigasi:1) Sumur

Sumur dapat berupa sumur gali (cara pengembangannya dengan digali) dan sumur bor/ sumur pantek (cara pengembangannya dengan dibor). Kedalaman sumur yang dibuat disesuaikan dengan kedalaman air tanah (< 30 meter).

2) Pompa AirJenis pompa air yang biasa digunakan untuk air tanah dangkal pada umumnya pompa jenis sentrifugal. Pompa air digerakkan dengan motor penggerak bertenaga diesel atau bensin atau tenaga listrik atau tenaga angin (kincir angin). Pompa air tanah dangkal bersifat mobile (dapat dipindahpindahkan), dimana 1 (satu) unit pompa air akan digunakan untuk melayani beberapa sumur.

3) Jaringan DistribusiUntuk mengalirkan air dari pompa ke lahan usahatani, perlu dibangun jaringan irigasi air tanah (JIAT), yang terdiri atas: saluran, bangunan

DISNAKSUMBAR | 24

Page 26: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

pengatur berupa pintu dan boks pembagi, bangunan pengatur debit dan katup penutup yang berfungsi untuk mengatur arah aliran dalam pipa. Untuk mengurangi kehilangan air (water losses) dalam penyaluran, JIAT perlu dibuat secara permanen dengan dilining ataupun menggunakan sistim perpipaan. Pengertian 1 paket irigasi air tanah dangkal berdasarkan luas layanan oncoran adalah minimal 4 (empat) buah pompa air dan penggeraknya dengan 4 (empat) atau lebih sumur bor/sumur gali termasuk saluran distribusinya.

5. Pola Pelaksanaan Konstruksia. Pelaksanaan Konstruksi / pengembangan sumber air dilaksanakan dengan pola

Bansos sesuai Pedoman Umum Bansos Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian.

b. Pelaksanaan pengembangan sumber air dilakukan berdasarkan kepada usulan yang diajukan oleh petani/kelompoktani seperti RUKK (Rencana Usulan Kerja Kelompok) setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kab/Kota.

6. PembiayaanPembiayaan dibebankan pada anggaran Tugas Pembantuan dengan memperhatikan mata anggaran yang tercantum pada DIPA/POK Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian tahun 2012 untuk pengadaan material/bahan, alat mesin serta biaya-biaya lain yang diperlukan. Sedangkan pembiayaan untuk penentuan lokasi, survey investigasi dan desain (SID), dan pembinaan dibebankan pada anggaran APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, dan/atau partisipasi masyarakat.

7. Indikator Kinerja Pengembangan Sumber Air.

Beberapa indikator kinerja yang dipergunakan sebagai ukuran untuk menilai kinerja  kegiatan pengembangan sumber air adalah sebagai berikut :

a. Output : Tersedianya prasarana irigasi dari pengembangan sumber airb. Outcome : Tersedianya air, sehingga petani dapat mengusahakan lahannya

untuk usaha pertanian.c. Benefit : Adanya harapan petani untuk meningkatkan areal tanam, produksi

dan produktivitas usaha taninya.d. Impact : Tersedianya kebutuhan bahan pangan utama untuk petani dan

masyarakat pedesaan disekitarnya serta meningkatnya pendapatan petani melalui usaha diversifikasi usaha tani.

DISNAKSUMBAR | 25

Page 27: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

C. PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KONSERVASI AIR DAN ANTISIPASI ANOMALI IKLIM

Kegiatan konservasi air dan antisipasi anomali iklim difokuskan untuk menjaga ketersediaan air ditingkat usaha tani sebagai suplesi irigasi dengan menampung air hujan mata air serta sumber air lainnya / dan atau meninggikan muka air dalam skala mikro. Sekolah Lapang Iklim (SLI) merupakan pemberdayaan petani untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam mengantisipasi perubahan iklim.

Komponen dan pola dasar pelaksanaan konservasi dan antisipasi anomali iklim yaitu:- Kelompok tani sasaran- Lokasi, sesuai dengan persyaratan teknis kegiatan konservasi air dan antisipasi

anomali iklim;- Survey, Identifikasi dan Desain (SID) - Pelaksanaan Kegiatan- Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan- Monitoring Evaluasi dan Pelaporan

1. Kegiatan Konservasi Air/Antisipasi Anomali IklimKegiatan Konservasi Air/Antisipasi Anomali Iklim dapat dilakukan dengan memilih 3 (tiga) kegiatan utama, yaitu :a. Pengembangan Embung, b. Pengembangan Dam Parit,c. Sekolah Lapang Iklim.

2. Persyaratan Lokasia. Pengembangan Embung

1) Embung dibangun pada cekungan diantara 2 punggung bukit (gully) tempat mengalirnya aliran permukaan saat terjadi hujan, dengan membendung pada bagian bawahnya.

2) Diupayakan lahan tempat embung dibangun tidak porus. Bila terpaksa dibangun di tempat yang porus, maka dasar embung harus dilapis (linning/plastik/tanah liat/geotekstil).

3) Di daerah atau sekitar daerah pertanian/perkebunan /peternakan yang memerlukan pasokan air dari embung sebagai suplesi air irigasi.

b. Pengembangan Dam Parit1) Terdapat parit-parit alamiah atau sungai-sungai kecil dengan debit air yang

memadai untuk keperluan irigasi.

DISNAKSUMBAR | 26

Page 28: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

2) Terdapat saluran air untuk menghubungkan dam parit ke lahan usahatani yang akan diairi.

3) Bila belum / tidak ada saluran, maka petani bersedia membuat saluran air secara partisipasit.

4) Letak dam parit harus memperhatikan kemudahan dalam membendung dan mendistribusikan air serta struktur tanah yang kuat untuk pondasi bendung.

c. Persyaratan Petani / Kelompok Tani1) Pengembangan Embung / Dam Parit

a) Telah terbentuk Kelompok Tani / P3A.b) Kelompok Tani / P3A terpilih belum pernah mendapat bantuan sejenis. c) Bersedia menyediakan lahan tanpa ganti rugi yang dinyatakan dalam

surat pernyataan bermaterai cukup.e) Bersedia mengoperasikan dan memelihara bangunan yang dinyatakan

dalam surat pernyataan.

2) Sekolah Lapang IklimPeserta Sekolah Lapang Iklim adalah petani yang berjumlah ± 25 orang dan merupakan anggota P3A dan atau kelompok tani yang merupakan perwakilan dari daerah hulu, tengah dan hilir.

3. PembiayaanPengembangan Konservasi Air / Antisipasi Anomali Iklim disediakan dibiayai melalui dana APBN Pusat dengan Akun Belanja Lembaga Sosial Lainnya dengan dana sebesar Rp 60.000.000. Sekolah lapang iklim dilaksanakan secara swakelola dengan total biaya Rp 60.000.000 untuk 2 paket kegiatan. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok untuk kegiatan konservasi air / antisipasi anomali iklim terdapat pada Lampiran 1 dan 2.

4. Organisasia. Provinsi

Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi ditingkat Provinsi, Kepala Dinas Pertanian Provinsi / KPA membentuk Tim Pembina yang diketuai Kepala Bidang yang menangani sarana dan prasarana pertanian, sedangkan anggota berasal dari instansi terkait lainnya.

Tugas utama tim adalah merumuskan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) sesuai kondisi wilayah sebagai jabaran dari pedoman umum kegiatan konservasi air/antisipasi anomali iklim. (Lampiran 3)

b. Kabupaten/Kota.Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi ditingkat Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membentuk Tim Teknis yang diketuai Kepala Bidang yang menangani sarana dan prasarana pertanian, sedangkan anggota berasal dari instansi terkait lainnya. Tugas utama Tim adalah merumuskan

DISNAKSUMBAR | 27

Page 29: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Kebijakan Teknis (Juknis) sesuai kondisi wilayah sebagai jabaran dari pedoman umum dan Juklak dari Provinsi dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan

5. Survey, Identifikasi dan Desain (SID)a. Tim Teknis Kabupaten/Kota melaksanakan survey dan mengidentifikasi Calon

Petani dan Calon Lokasi (CPCL) sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

b. Hasil identifikasi Calon Petani dan Calon Lokasi ditetapkan sebagai Kelompok Tani Pelaksana.

c. Kelompok tani pelaksana bersama Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan petugas penyuluh lapangan (PPL) merencanakan dan membuat desain konservasi air dan antisipasi anomali iklim. Desain kegiatan konservasi diupayakan sesederhana mungkin agar dapat dipahami oleh petani/kelompok tani sebagai pelaksana di lapangan.

6. Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi pembangunan konservasi air dilakukan oleh kelompok tani agar petani mampu mengembangkan bangunan konservasi air tersebut dan merasa ikut memiliki. Pelaksanaan fisik bangunan diawasi dan disupervisi oleh tim teknis Kabupaten/Kota.a. Konstruksi Embung

Konstruksi bangunan embung terdiri dari antara lain: a) Bendung dan Pelimpas; b) Pintu Penguras; c) Pintu/Saluran Pemasukan (Inlet); dan d) Pintu Irigasi/Saluran Pengeluaran (Outlet).

b. Konstruksi Dam ParitKonstruksi bangunan dam parit terdiri dari: a) Talud/Jagaan (free board), b) Bangunan bendung/pelimpas, c) Pengendali/Pintu Air, d) Pintu penguras, e) Saluran irigasi, f) Kolam olak.

c. Pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim Sekolah lapang iklim terdiri dari 12 kali pertemuan dengan jarak antara pertemuan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tahap pelaksanaan terdiri dari : 1) Persiapan (2 kali pertemuan)

Persiapan meliputi pembuatan kontrak kerja dan kontrak belajar antara peserta, pemandu dan instansi terkait dan menyepakati kegiatan proses belajar yang akan dilaksanakan (menetapkan jadwal, kurikulum dan lokasi)

2) Proses BelajarProses belajar dilaksanakan melalui 10 kali pertemuan yang mempelajari kurikulum sesuai kurikulum dengan jadwal yang telah disepakati bersama. (Kurikulum terlampir dalam Lampiran 4)

7. Indikator Kinerjaa. Keluaran (Output)

1) Terbangunnya dan berfungsinya bangunan embung/dam parit untuk usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dan/atau

2) Terlaksananya kegiatan Sekolah Lapang Iklim untuk Perkumpulan Petani Pemakai Air

DISNAKSUMBAR | 28

Page 30: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

b. Hasil (Outcome)1) Tersedianya air untuk usaha pertanian pada saat diperlukan (sebagai suplesi

irigasi) oleh petani2) Termanfaatkannya informasi iklim dan kearifan lokal untuk penyusunan

Strategi Tanam (Jadwal Tanam dan Pola Tanam)

c. Manfaat (Benefit)1) Mengurangi resiko kegagalan usaha pertanian akibat kekeringan.2) Meningkatnya kesempatan berusaha tani terutama pada musim kemarau.3) Terlaksananya usahatani dengan menerapkan Strategi Tanam (Jadwal

Tanam dan Pola Tanam) sesuai informasi iklim dan potensi sumberdaya air sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan panen akibat adanya pengaruh perubahan iklim

d. Dampak (Impact)Meningkatnya produktifitas usaha pertanian dan atau indeks pertanaman bagi usahatani untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan

DISNAKSUMBAR | 29

Page 31: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN KEGIATAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

TAHUN 2012

Monitoring adalah kegiatan pemantauan perkembangan pelaksanaan rencana kegiatan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.

Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar yang telah ditetapkan.

Laporan adalah penyajian data dan informasi suatu kegiatan yang telah/sedang/akan dilaksanakan sebagai indikator pelaksanaan kegiatan sesuai yang direncanakan.

Untuk mengukur kinerja pembangunan PSP diperlukan laporan-laporan sesuai dengan hasil pelaksanaan fisik dan keuangan. Secara umum laporan kegiatan ini berupa :

1. kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja2. masalah dan kendala pelaksanaan anggaran serta realisasi fisik dan keuangan3. laporan akan dilakukan secara berkala (bulan, tiwulan dan akhir tahun)4. laporan akhir dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi (sebelum, sedang dan selesai

pelaksanaan kegiatan)

Secara garis besar setiap Satuan Kerja (Satker) harus melapokan kemajuan kegiatan mengacu pada SK Menteri Pertanian Nomor 431/Kpts/RC.210/7/2004 tentang Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Program/Proyek yang disempurnakan dengan Surat Edaran Menteri Pertanian Nomor 391/RC.210/A/6/2005. Pada tahun 2006 diterbitkan

DISNAKSUMBAR | 30

Page 32: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Peraturan Pemerintah Nomor 39 tanggal 29 Nopember 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Tujuan dari pelaporan adalah :a. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan dalam

jangka waktu tertentu.b. Untuk mengetahui permasalahan/kendala yang dihadapi dan usaha-usaha

pemecahannya.

Adapun ruang lingkup monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan prasarana dan sarana pertanian yaitu:

A. Pelaporan Monitoring dan Evaluasi

1. Jenis LaporanJenis laporan yang harus dibuat oleh masing-masing Satker adalah sbb:a. Laporan Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV) yang memuat

perkembangan pelaksanaan kegiatan dibuat oleh oleh setiap Satker Propinsi maupun Kabupaten/Kota dan dikirim paling lambat pada tanggal 10 setiap bulannya.

b. Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian serta Laporan manfaat Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian dibuat oleh setiap satker baik propinsi maupun kabupaten. Laporan ini supaya dikirim paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.

c. Laporan online/model Pelaporan online Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian yang di update oleh Kab/Kota tanggal 5 setiap bulannya.

d Laporan Evaluasi Kinerja, yaitu kegiatan selama 1 (satu) tahun dikirim paling lambat 15 hari setelah tahun anggaran berakhir, yang meliputi dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan. Dalam laporan Evaluasi Kinerja agar dilengkapi dengan manfaat kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian menggunakan Form PSP 04.

1. Instrumen Pelaporan Kegiatan Prasarana Dan Sarana Pertanian.Untuk mendapatkan hasil yang dapat memberikan informasi secara maksimal dalam waktu yang tepat diperlukan instrument pelaporan memadai yang dapat menampung informasi yang relevan untuk diketahui sehingga dapat memberikan informasi dan petunjuk yang akurat agar dapat dilakukan tindakan koreksi dan merumuskan perencanaan periode berikutnya. Instrumen pelaporan kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yaitu :

a. Form PSP1) Dinas Tingkat Kabupaten/Kota.

a) Form PSP 01 yaitu laporan realisasi fisik dan keuangan kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (terlampir). Entry

DISNAKSUMBAR | 31

Page 33: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

data/informasi dilakukan secara on line (Model Pelaporan On-line-MPO) pada website Ditjen PSP. Bagi Satker yang belum mempunyai fasilitas telepon/internet maka entry data dapat dilakukan secara manual ke Dinas Peternakan ditingkat propinsi.

b) Form PSP 03 yaitu laporan manfaat kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang merupakan laporan pelaksanaan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya (terlampir). Manfaat dari kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian terukur baik dari aspek peningkatan produktivitas dan produksi, kesejahteraan petani (antara lain: peningkatan penerimaan maupun pengurangan biaya angkut) maupun penyerapan tenaga kerja.

Contoh.• Pengembangan Jaringan Irigasi yang dilaksanakan seluas 500 Ha

dengan produktivitas sebesar 5 ton/ha dapat meningkatkan IP sebesar 50% sehingga dapat memberikan manfaat berupa peningkatan produksi sebesar 500 x 0,5 x 5 ton = 1.250 ton.

• Pembangunan Jalan Pertanian pada lahan dengan tingkat produksi 1.000 ton dapat memberikan manfaat yaitu pengurangan ongkos angkut sebesar Rp. 25,- per kg atau Rp. 25.000,- sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut sebesar Rp. 1.000 x 25.000,- = Rp. 25.000.000,-

• Perluasan lahan cetak sawah seluas seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton per Ha dan IP sebesar 150% dapat memberikan manfaat produksi padi sebanyak 200 x 1,5 x 2,5 ton = 750 ton

2) Dinas Tingkat Propinsia) Form PSP 02 yaitu laporan realisasi fisik dan keuangan kegiatan

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang merupakan rekapan dari laporan Form PSP 01 (terlampir)

b) Form PSP 03 yaitu laporan manfaat kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang merupakan laporan pelaksanaan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya yang merupakan rekapan dari laporan Form PSP 03 (terlampir).

b. Pembobotan Fisik.Untuk mempermudah monitoring tingkat kemajuan pelaksanaan kegiatan di lapangan perlu dilakukan pembobotan fisik sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan mulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap pelaksanaan. Skoring pembobotan fisik terhadap kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian ada 2 macam yaitu :

DISNAKSUMBAR | 32

Page 34: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Skoring Pembobotan Fisik terhadap Kegiatan PSP dengan Pola Bansos sebagai berikut :

No TAHAP PELAKSANAANBOBOT

FISIK (%)A PERSIAPAN 201 SK Team Teknis 22 Penetapan CPCL 33 Design 44 RUKK 4 45 Perjanjian Kerjasama & Pembukaan Rekening 46 Transfer Dana 3B PELAKSANAAN 801 Konstruksi *) 80TOTAL 100

Keterangan :*) Pembobotan Fisik dilakukan berdasarkan pembobotan pada masing-masing pedoman teknis lingkup Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.

c. Jadwal PalangKegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan harus direncanakan sedini mungkin dengan membuat jadwal palang untuk mengetahui setiap waktu pelaksanaan. Jadwal palang ini sangat diperlukan untuk memudahkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Jadwal palang ini harus dibuat untuk setiap kegiatan yang tercantum dalam POK baik untuk kegiatan di propinsi (Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan) maupun untuk kegiatan di kabupaten/kota (Dana Tugas Perbantuan) seperti terlampir.

2. Mekanisme Pelaporana. Dinas Tingkat Kabupaten/Kota

1) Laporan realisasi fisik dan keuangan (Form PSP 01) serta laporan manfaat (Form PSP 03) dibuat oleh Kasubdin/Kabid pada Petugas Teknis Dinas Tingkat Kabupaten/Kota yang menangani kegiatan PSP.

2) Laporan pada butir a. diatas dikirim ke Dinas lingkup Pertanian Propinsi paling lambat tanggal 5 setiap bulannya dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

b. Dinas Tingkat Propinsi1) Laporan realisasi fisik dan keuangan (Form PSP 02) serta laporan manfaat

(Form PSP 04) dibuat oleh KeSubdin/ Kabid Tingkat Propinsi yang menangani kegiatan PSP.

2) Laporan pada butir a. diatas dikirim ke Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.

DISNAKSUMBAR | 33

Page 35: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Alur pelaporan mulai dari Dinas Tingkat Kabupaten/Kota, Dinas Tingkat Propinsi dan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian seperti terlampir.

c. Pengiriman LaporanPengiriman laporan ke Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dapat dilakukan dengan cara :1) Model Pelaporan On-line (MPO) MPO merupakan cara pengiriman data dan

informasi melalui sarana website (internet). Petugas satker dapat mengirimkan laporan perkembangan realisasi kegiatan (Form PSP 01) dengan cara meng-update melalui website Ditjen PSP dengan alamat http://pla.deptan.go.id (klik SISPSP) paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Dinas Tingkat Kabupaten/Kota yang mengupdate data ini tiap bulan, dapat diakses oleh Propinsi dan Pusat sebagai laporan bulanan.

2) Pengiriman laporan Form PSP 02, 03 dan 04 dan Form PSP 01 bagi daerah belum tersedia fasilitas telefon/internet, dapat ditujukan kepada Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan alamat sebagai berikut :

Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Gedung D Lantai 8 Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan, Jakarta Selatan – 12550 Faximile 021–7816083 atau 021-7816086

3) Khusus untuk laporan Simonev petugas satker dapat mengentri laporan realisasi pelaksanaan kegiatan PSP melalui E-mail: [email protected]

d. Kualitas Laporan1) Salah satu upaya kongkrit untuk mewujudkan transparasi dan akuntabilitas

untuk menuju ”Good Governance” adalah penyampaian laporan tepat waktu dan akurat disusun dengan mengikuti petunjuk yang berlaku.

2) Laporan harus baik, benar, jujur dan dapat dipertanggungjawabkan.3) Ketaatan dan ketepatan waktu pengiriman laporan merupakan indikator

keseriusan dalam melaksanakan pembangunan pertanian. Kualitas laporan akan dijadikan salah satu indikator reward dan punishment bagi setiap satker.

Laporan Fisik harus dilengkapi dengan foto-foto pelaksanaan 0% ; 50% dan 100% yang diambil dari titik tetap/titik yang sama

B. Pelaporan Keuangan (SAI)Unit-unit akutansi instansi melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan bentuk pertangungjawaban pelaksanaan anggaran oleh unit-unit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan. Laporan keuangan/SAI terdiri dari SAK (Sistem Akuntansi Keuangan) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAKBMN). Ketentuan pelaporan

DISNAKSUMBAR | 34

Page 36: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

keuangan/SAI diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

1. Pelaporan Keuangan/SAI Dana Dekonsentrasia. Dalam rangka pertanggungjawaban penggunaan dana dekonsentrasi, Pemerintah

Propinsi sebagai UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi PEDOMAN UMUM b. Penanggung jawab UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi adalah kepala SKPD yang

menerima dana dekonsentrasi, sedangkan penanggung jawab UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi adalah Gubernur

c. Selanjutnya, pelaporan keuangan/barang atas pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari pelaporan keuangan/barang atas pelaksanaan Tugas Pembantuan dan APBD

d. SKPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan Dana Dekonsentrasi kepada Kementerian Negara / Lembaga melalui Gubernur

e. Pertanggungjawaban pelaksanaan dimaksud berupa laporan keuangan dan laporan BMN

2. Pelaporan Keuangan/SAI Dana Tugas Pembantuana. Dalam rangka pertanggungjawaban penggunaan dana tugas pembantuan,

Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kota/Kabupaten sebagai UAPPAW/UAPPB-W Tugas Pembantuan

b. Penanggung jawab UAKPA/UAKPB Tugas Pembantuan adalah kepala SKPD yang menerima dana Tugas Pembantuan, sedangkan penanggung jawab UAPPA-W/UAPPB-W Tugas Pembantuan adalah Kepala Daerah (Gubernur / Bupati /Walikota)

c. Selanjutnya, pelaporan keuangan/barang atas elaksanaan Tugas Pembantuan dilakukan terpisah dari pelaporan keuangan/barang dalam elaksanaan Dekonsentrasi dan APBD

d. SKPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan Tugas Pembantuan kepada Kementerian Negara /Lembaga melalui Kepala Daerah. Pertanggungjawaban pelaksanaan dimaksud berupa Laporan Keuangan dan Laporan BMN.

3. Pengiriman LaporanLaporan yang berupa laporan keuangan dan laporan BMN setelah dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN untuk laporan keuangan dan KPKNL untuk laporan BMN, selanjutnya dikirim ke Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W/UAPPB-W) dan UAPPA-E1. Laporan ke UAPPA-E1 ditujukan kepada Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Peratnian dengan alamat sebagai berikut :

Kantor Pusat Kementerian Pertanian Gedung D lantai 8, Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan Telp : 021-7828428 Facximili : 021-7816083, 021- 7816086 atau melalui E-mail : [email protected].

DISNAKSUMBAR | 35

Page 37: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

VI. REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) DAN PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN

(POK) KEGIATAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012

Setelah DIPA dan POK dana Tugas Pembantuan (TP) TA. 2012 diterima oleh Satker lingkup Pertanian di Kabupaten/Kota, agar segera diperiksa dan dipelajari. Apabila terdapat kesalahan kodefikasi, kesalahan nama satker dan atau diperlukan penyesuaian jenis kegiatan pada DIPA atau POK dengan kebutuhan di lapangan agar segera diusulkan revisi DIPA dan POK tersebut.

Perubahan yang termasuk dalam kategori revisi DIPA antara lain: perubahan nama satker, perubahan kode KPPN, perubahan alokasi anggaran per kegiatan, perubahan alokasi anggaran per output (sub kegiatan), perubahan alokasi anggaran per jenis belanja, perubahan register, dll. Revisi DIPA agar diproses di Kanwil Perbendaharaan setempat. Sedangkan perubahan yang termasuk dalam kategori revisi POK antara lain: perubahan uraian/detil dan satuan biaya per item pengeluaran yang tidak menyebabkan perubahan alokasi anggaran per kegiatan, per output (sub kegiatan), dan per jenis belanja.

Adapun prosedur revisi DIPA dan POK dana Tugas Pembantuan lingkup Ditjen PSP adalah sebagai berikut:

A. Revisi DIPA1. Jika usulan revisi merubah substansi kegiatan maka harus mendapat persetujuan

dari Ditjen PSP terlebih dahulu. Surat permohonan persetujuan diusulkan oleh Kepala Dinas lingkup Pertanian Propinsi atau Kabupaten/Kota selaku satker pemegang DIPA kepada Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian untuk mendapatkan persetujuan, dengan tembusan kepada Kepala Dinas lingkup Pertanian Propinsi terkait. Usulan revisi DIPA harus dilengkapi dengan alasan revisi DIPA, Term of Reference (TOR) dan data dukung seperti Rincian Anggaran dan Biaya (RAB) dan data terkait lainnya (SID, CP/CL, SK Struktur Organisasi di Tingkat Kabupaten/ Kota dll) yang telah dilegalisir.

2. Usulan tersebut, jika disetujui oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian agar diproses lebih lanjut ke Kanwil Perbendaharaan setempat. Apabila Revisi DIPA tersebut ditolak oleh Ditjen PSP maka akan dijawab melalui surat penolakan revisi DIPA.

DISNAKSUMBAR | 36

Page 38: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

3. Persetujuan atau penolakan revisi DIPA selanjutnya disampaikan kepada Kepala Dinas lingkup Pertanian Propinsi atau Kabupaten/Kota yang mengusulkan dengan tembusan kepada Kepala Dinas lingkup Pertanian Propinsi Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

4. Revisi yang telah disetujui diproses lebih lanjut di Kanwil Perbendaharaan setempat. Usulan revisi DIPA yang telah selesai diproses oleh Kanwil Perbendaharaan setempat, selanjutnya copy surat hasil revisinya/tembusannya disampaikan ke Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5. Revisi DIPA yang telah disetujui oleh Ditjen Perbendaharaan tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan perbaikan POK. Perbaikan POK disampaikan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang mengusulkan dengan tembusan kepada Kepala Dinas lingkup Pertanian Propinsi yang bersangkutan.

B. Revisi POK1. Diusulkan oleh Kepala Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota kepada Direktur

Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, dengan tembusan kepada Kepala Dinas lingkup Pertanian Propinsi. Usulan revisi POK harus dilengkapi dengan alasan revisi POK, Term of Reference (TOR), data dukung seperti Rincian Anggaran dan Biaya (RAB) dan data terkait lainnya (SID, CP/CL dll) yang telah dilegalisir.

2. Usulan revisi POK beserta TOR dan RAB selanjutnya akan ditelaah di lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Jika disetujui akan diterbitkan persetujuan Revisi POKnya. Apabila Revisi POK ditolak oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian maka akan dijawab melalui surat penolakan revisi POK.

3. Persetujuan atau penolakan revisi POK selanjutnya disampaikan kepada Kepala Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota yang mengusulkan dengan tembusan kepada Kepala Dinas lingkup Pertanian Propinsi yang bersangkutan.

4. Aspek Pembiayaan Pertanian

a. Fasilitasi Pembiayaan Pertanian

1) Koordinasi dengan instansi terkait termasuk Perbankan

2) Penyusunan Pedoman Teknis

3) Penyusunan Tim Fasilitasi Pembiayaan Pertanian

4) Penyusunan pedoman Fasilitasi Pembiayaan Pertanian

DISNAKSUMBAR | 37

Page 39: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

5) Bimbingan teknis Fasilitasi Pembiayaan Pertanian

6) Monitoring dan Evaluasi Fasilitasi Pembiayaan Pertanian

7) Identifikasi calon debitur yang prospektif difasilitasi pembiayaan

8) Pemberian Bimbingan teknis di bidang Pembiayaan Pertanian

a. Fasilitasi Pembiayaan Pertanian

I. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah pada prinsipnya akan

mengembangkan pemanfaatan berbagai sumber limbah pertanian insitu (seperti sisa

tanaman, sisa panen, dll) dan limbah peternakan yang pelaksanaannya dilakukan secara

bertahap, konsisten dan berkesinambungan, sehingga dapat tercapai perbaikan kualitas

dan peningkatan produktivitas lahan. Pelaksanaan kegiatan ini meliputi hal-hal sebagai

berikut :

4.1. Cara Pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan pengembangan pupuk organik dilakukan sebesar-besarnya

melibatkan petugas dinas kabupaten/kota setempat. Dengan mekanisme ini

diharapkan pemanfaatan fasilitas bantuan pengolah pupuk organik di daerah dapat

terkawal, kebutuhan akan pupuk organik dapat termonitor dan terpenuhi. Semua

komponen kegiatan pengembangan pupuk organik direncanakan dan dilaksanakan

sepenuhnya oleh petugas dinas kabupaten/kota.

4.2. Tahapan Pelaksanaan

4.2.1. Pembinaan Pengembangan Pupuk Organik

DISNAKSUMBAR | 38

Page 40: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Kegiatan pembinaan pengembangan pupuk organik dilakukan petugas

pelaksana dinas kabupaten/kota, untuk membina dan mengawal

pelaksanaan pengembangan pupuk organik di wilayah kabupaten/kota

setempat. Dalam hal ini pelaksanaan di lapang dapat dilakukan melalui

sosialisasi dan bimbingan teknis.

4.2.2. Inventarisasi Pengembangan Pupuk Organik

Kegiatan inventarisasi pengembangan pupuk organik dilakukan petugas

pelaksana dinas kabupaten/kota, untuk menginventarisir sumber-sumber

penghasil pupuk organik berupa fasilitasi bantuan pemerintah baik APBN,

APBD maupun swadaya yang berupa APPO, RP3O, ataupun UPPO yang ada

di wilayah kabupaten setempat. Selain itu dilakukan juga inventarisasi

terhadap pabrik penghasil pupuk organik baik skala rumah tangga maupun

industri yang berada di wilayah kabupaten/kota setempat.

4.2.3. Evaluasi Pengembangan Pupuk Organik

Kegiatan Evaluasi Pengembangan Pupuk Organik dilakukan petugas

pelaksana dinas kabupaten untuk mengevaluasi seberapa jauh efektivitas

pemanfaatan bantuan pengolah pupuk organik yang telah difasilitasi baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, telah memberikan dampak

positif bagi pengembangan pupuk organik di wilayah kabupaten/kota

setempat. Dengan kegiatan evaluasi ini dapat diketahui permasalahan yang

terjadi di lapang serta upaya tindak lanjutnya.

4.2.4. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Pupuk Organik

Pertemuan koordinasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan

pelaksanaan pengembangan pupuk organik.

Pertemuan koordinasi ini dilakukan sebagai wadah berdiskusi untuk

mengetahui perkembangan pelaksanaan pengembangan pupuk organik di

wilayah kabupaten/kota setempat, serta sebagai sarana untuk

DISNAKSUMBAR | 39

Page 41: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

memperlancar komunikasi antara petugas dinas kabupaten/kota dengan

kelompok-kelompok penerima bantuan pengolah pupuk organik, produsen

pupuk organik dan stakeholder terkait. Pertemuan koordinasi ini dilakukan 2

(dua) kali dalam setahun.

4.2.5. Penyusunan Laporan Pengembangan Pupuk Organik

Penyusunan laporan pengembangan pupuk organik dilakukan melalui

penyusunan laporan semester dan tahunan pengembangan pupuk organik.

Alur laporan pengembangan pupuk organik adalah sebagai berikut :

a. Laporan semester dibuat oleh

petugas kabupaten/kota dan dikirim ke provinsi untuk diolah lebih lanjut

dengan tembusan ke pusat

b. Laporan semester yang dibuat

oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota selanjutnya direkapitulasi oleh

Dinas Pertanian Provinsi

c. Laporan semester yang dibuat oleh Dinas Pertanian Provinsi dikirim ke

pusat melalui pos dengan alamat :

Direktorat Pupuk dan Pestisida

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian

Pertanian

Jl. Harsono RM No. 3 Kanpus Kementerian Pertanian, Ged. D Lt. 9, Jaksel

- 12550

melalui faximile dengan nomor 021 – 7890043

d. Laporan tahunan dibuat oleh

petugas kabupaten/kota dan dikirim ke provinsi untuk diolah lebih lanjut

dengan tembusan ke pusat

e. Laporan tahunan dibuat oleh

provinsi berdasarkan hasil laporan akhir dari kabupaten/kota kemudian

dikirim ke pusat

DISNAKSUMBAR | 40

Page 42: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

f. Waktu pengiriman

Laporan semester kabupaten/kota dikirim paling lambat tanggal 10

bulan ketujuh

Laporan tahunan provinsi dikirim paling lambat pada akhir tahun

anggaran

II. INDIKATOR KINERJA

Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan pupuk organik dan

pembenah tanah, diperlukan indikator kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan. Beberapa

indikator kinerja yang digunakan adalah sebagai berikut :

5.1. Indikator Masukan (Input)

Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

kegiatan pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah, antara lain :

- Penyediaan anggaran baik berasal dari pemerintah (APBN, APBD), bantuan luar

negeri, pihak swasta maupun masyarakat

- Perangkat Peraturan Pemerintah, bahan kebijakan, dan pedoman pelaksanaan

- Data potensi pengembangan

- Sumberdaya manusia (SDM)

- Prasarana penunjang kerja (fasilitas kantor dan lapangan)

5.2. Indikator Keluaran (Output)

DISNAKSUMBAR | 41

Page 43: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Indikator keluaran adalah segala sesuatu berupa produk yang dihasilkan (fisik dan

atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan, antara lain :

- Terealisasinya anggaran yang disediakan dalam melaksanakan kegiatan

- Tersedianya peraturan, bahan kebijakan, dan pedoman

- Tersedianya kecukupan bahan baku dan lokasi yang tepat untuk pengembangan

pupuk organik dan pembenah tanah

- Tersedianya data kebutuhan pupuk organik di lapangan

- Tersedia Sumberdaya Manusia (SDM) dan petugas yang handal dalam

melaksanakan kegiatan

- Tersedianya fasilitas kerja yang memadai

5.3. Indikator Hasil (Outcome)

Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan dari keluaran kegiatan

pada jangka menengah, antara lain :

- Termanfaatkannya peraturan, bahan kebijakan, dan pedoman dalam

pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah

- Terwujudnya pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah yang sesuai

dengan ketentuan yang berlaku

- Termanfaatkannya semua fasilitas kerja yang ada antara lain adanya

APPO/UPPO/RP3O yang telah dialokasikan ke daerah

5.4. Indikator Manfaat (Benefit)

Indikator manfaat adalah segala sesuatu yang dapat dirasakan/ diharapkan oleh

masyarakat dari pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah, antara lain :

- Terciptanya sentra-sentra pertanian ramah lingkungan, pertanian organik pada

komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang

memanfaatkan pupuk organik dan pembenah tanah

- Terserapnya tenaga kerja setempat

DISNAKSUMBAR | 42

Page 44: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

- Terjaminnya kualitas mutu dan efektivitas pupuk organik dan pembenah tanah

yang beredar

- Meningkatnya kadar C organik dalam tanah karena penggunaan pupuk organik

- Terjadinya peningkatan pemanfaatan pupuk organik sehingga berdampak

lingkungan lebih baik

5.5. Indikator Dampak (Impact)

Indikator dampak adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau

kepentingan lain dari capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan seperti :

- Tercapainya perbaikan kualitas dan peningkatan produktivitas lahan dengan

penggunaan pupuk organik dan pembenah tanah dalam berusahatani

- Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat petani, dengan mengurangi

dosis penggunaan pupuk kimia

- Terwujudnya penataan lingkungan usaha tani yang lebih baik dan ramah

lingkungan

a. Pembinaan Kegiatan Pupuk Organik dan Pembenah Tanah

1. Pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah;

2. Identifikasi potensi pupuk organik dan pembenah tanah;

3. Evaluasi teknis pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah;

4. Monitoring dan evaluasi pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah;

DISNAKSUMBAR | 43

Page 45: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

VII. PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian disusun sebagai acuan dalam melaksanakan/kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian dalam rangka mendukung pencapaian sasaran produksi peternakan dari aspek perluasan dan pengelolaan lahan, pengelolaan air irigasi, serta pembiayaan pertanian.

Melalui pemahaman kegiatan dan komponenkomponen kegiatan tersebut diharapkan para pelaksana akan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan prasarana dan sarana pertanian dengan benar dalam rangka mendukung Kegiatan Peningkatan Ketahanan Pangan yang berbasis komoditas. Selain Pedoman Umum ini juga disusun Pedoman Teknis (daftar terlampir) yang dapat dijadikan dasar penyusunan Petunjuk Pelaksanaan di tingkat propinsi dan Petunjuk Teknis di tingkat Kabupaten/Kota.

Selanjutnya sejalan dengan Otonomi Daerah, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, serta UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah maka diharapkan kerjasama terpadu antar unit-unit kerja terkait mulai dari tingkat Pusat, Propinsi sampai ke tingkat Kabupaten / Kota baik secara vertikal maupun horizontal. Dengan partisipasi petani secara aktif diharapkan dapat tercipta suatu sinergi guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera khususnya petani melalui pengembangan sistem usaha tani berkelanjutan yang didukung oleh prasarana dan sarana pertanian yang mantap.

DISNAKSUMBAR | 44

Page 46: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DISNAKSUMBAR | 45

Page 47: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

DAFTAR PEDOMAN UMUM DAN PEDOMAN TEKNISKEGIATAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian :1. Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun 2012;2. Pedoman Pengelolaan Anggaran Tugas Pembantuan lingkup Ditjen. Prasarana dan Sarana

Pertanian TA. 2012;3. Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Ditjen. Prasarana dan Sarana Pertanian

TA. 2012;

Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan :1. Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2012;2. Pedoman Teknis Pendampingan Perluasan Sawah Tahun 2012;3. Pedoman Teknis Perluasan Lahan Hortikultura;4. Pedoman Teknis Perluasan Lahan Perkebunan;5. Pedoman Teknis Perluasan Lahan Peternakan (Kebun Hijauan Makanan Ternak dan Padang

Penggembalaan);6. Pedoman Teknis Pengembangan Optimasi Lahan TA. 2012;7. Pedoman Teknis Pengembangan Jalan Pertanian TA. 2012;8. Pedoman Teknis Pengembangan System Of Rice Intensification TA. 2012;9. Pedoman Teknis Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO)TA. 2012;10. Pedoman Teknis Kegiatan Pra Sertifikasi Tanah Petani TA. 2012;11. Pedoman Teknis Kegiatan Pra/Pasca Sertipikasi Tanah Petani TA. 2012;

Direktorat Pengelolaan Air Irigasi:1. Pedoman Teknis Pengembangan Jaringan Irigasi;2. Pedoman Teknis Pengembangan Sumber Air3. Pedoman Teknis Konservasi Air dan Antisipasi Anomali Iklim4. Pedoman Teknis Pemberdayaan Kelembagaan Petani

Direktorat Pupuk dan Pestisida:1. Pedoman Pelaksanaan Penyusunan RDKK2. Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk3. Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kabupaten/Kota4. Pedoman Penguatan Komisi Pengawas Pupuk Pestisida (KPPP) dan Pemberdayaan Penyidik

Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Pupuk dan Pestisida5. Pedoman Teknis Kajian Pestisida Terdaftar dan Beredar

Direktorat Alat dan Mesin Pertanian:1. Pedoman Teknis Bantuan Alsintan2. Pedoman Teknis Pengembangan UPJA Mandiri3. Pedoman Teknis Operasinal Pengembangan, pengawasan dan kelembagaan alsintan

Direktorat Pembiayaan Pertanian:1. Pedoman Umum PUAP

DISNAKSUMBAR | 46

Page 48: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

2. Pedoman Teknis KKP-E3. Pedoman Teknis KUR Sektor Pertanian4. Pedoman Penumbuhan LKM-A Gapoktan/PUAP5. Pedoman Umum Asuransi Pertanian6. Pedoman Umum PKBL BUMN

IndikatorKinerja

Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah, diperlukan indikator kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan. Beberapa indikator kinerja yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Indikator Masukan (Input) Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah, antara lain:

1) Penyediaan anggaran balk berasal dan pemerintah (APBN, APBD) ,bantuan luar negeri, pihak swasta maupun masyarakat

2) Perangkat Peraturan Pemerintah, bahan kebijakan, dan pedoman pelaksanaan

3) Data potensi pengembangan

4) Sumberdaya manusia (SDM) 5) Prasarana penunjang kerja (fasilitas kantor dan lapangan)

b. Indikator Keluaran (Output) Indikator keluaran adalah segala sesuatu berupa produk yang dihasilkan (fisik dan atau non fisik) sebagal hasil langsung dan pelaksanaan suatu kegiatan, antara lain:

1) Terealisasinya anggaran yang disediakan dalam melaksanakan kegiatan 2) Tersedianya peraturan, bahan kebijakan, dan pedoman 3) Tersedianya kecukupan bahan baku dan lokasi yang tepat untuk pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah 4) Tersedianya data kebutuhan pupuk organik di lapangan 5) Tersedia Sumberdaya Manusia (SDM) dan petugas yang handal dalam melaksanakan kegiatan 6) Tersedianya fasilitas kerja yang memadai

DISNAKSUMBAR | 47

Page 49: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

c. Indikator Hasil (Outcome) Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan dan keluaran kegiatan pada jangka menengah, antara lain

1) Termanfaatkannya peraturan, bahan kebijakan, dan pedoman dalam pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah 2) Terwujudnya pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3) Termanfaatkannya semua fasilitas kerja yang ada antara lain adanya APPOIUPPO/RP3O yang telah dialokasikan ke daerah

e.Indikator Manfaat (Benefit) Indikator manfaat adalah segala sesuatu yang dapat dirasakan/diharapkan oleh masyarakat dan pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah, antara lain:

1) Terciptanya sentra-sentra pertanian ramah lingkungan, pertanian organik pada komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang memanfaatkan pupuk organik dan pembenah tanah

2) Terserapnya tenaga kerja setempat 3)Terjaminnya kualitas mutu dan efektivitas pupuk organik dan pembenah tanah yang beredar 4) Meningkatnya kadar C organik dalam tanah karena penggunaan pupuk organik 5) Terjadinya peningkatan pemanfaatan pupuk organik sehingga berdampak Iingkungan Iebih baik

e. Indikator Dampak (Impact) Indikator dampak adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan lain dan capalan kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan seperti:

1) Tercapainya perbaikan kualitas dan peningkatan produktivitas lahan dengan penggunaan pupuk organik dan pembenah tanah dalam berusahatani 2) Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat petani, dengan mengurangi dosis penggunaan pupuk kimia

DISNAKSUMBAR | 48

Page 50: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

3) Terwujudnya penataan lingkungan usaha tani yang lebih baik dan ramah lingkungan

f. Pembinaan Kegiatan Pupuk Organik dan Pembenah Tanah 1) Pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah; 2) Identifikasi potensi pupuk organik dan pembenah tanah; 3) Evaluasi teknis pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah; 4) Monitoring dan evaluasi pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah;

g. Evaluasi Pengembangan Pupuk Organik Kegiatan Evaluasi Pengembangan Pupuk Organik dilakukan petugas pelaksana dinas kabupaten untuk mengevaluasi seberapa jauh efektivitas pemanfaatan bantuan pengolah pupuk organik yang tclah difasilitasi baik pemerintah pusat maupun pemenntah daerah, telah memberikan dampak positifbagi pengembangan pupuk organik di wilayah kabupaten/kota setempat. Dengan kegiatan evaluasi ini dapat diketahui permasalahan yang terjadi di lapang serta upaya tindak lanjutnya.

h. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Pupuk Organik Pertemuan koordinasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan pengembangan pupuk organik. Pertemuan koordinasi ini dilakukan sebagai wadah berdiskusi untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan pengembangan pupuk organik di wilayah kabupaten/ kota setempat, serta sebagai sarana untuk memperlancar komunikasi antara pengawasan dinas kabupaten/kota dengan kelompok-kelompok penerima bantuan pengolah pupuk organik. produsen pupuk organik dan stakeholder terkait Pertemuan koordinasi ini dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun.

I. Penyusunan Laporan Pengembangan Pupuk Organik Penyusunan laporan pengembangan pupuk organik dilakukan melalui penyusunan laporan semester dan tahunan pengembangan pupuk organik. Alur laporan pengembangan pupuk organik adalah sebagai benkut:

1) Laporan semester dibuat oleh petugas kabupaten/kota dan dikirim ke provinsi untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke pusat 2) Laporan semester yang dibuat oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota selanjutnya direkapitulasi oleh Dinas Pertanian Provinsi 3) Laporan semester yang dibuat oleh Dinas Pertanian Provinsi dikirim ke pusat melalui pos dengan alamat: Direktorat Pupuk dan Pestisida Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian Jl. Harsono RM No. 3 Kanpus Kementerian Pertanian, Ged. D Lt. 9, Jaksel - 12550 melalui faximile dengan nomor 021 — 7890043

DISNAKSUMBAR | 49

Page 51: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

4) Laporan tahunan dibuat oleh petugas kabupaten/kota dan dikirim ke provinsi untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke pusat 5) Laporan tahunan dibuat oleh provinsi berdasarkan basil laporan akhir dan kabupaten/kota kemudian dikirim ke pusat 6) Waktu pengiriman a) Laporan semester kabupaten/kota dikirim paling lambat tanggal 10 bulan ketujuh b) Laporan tahunan provinsi dikirim paling lambat pada akhir tahun anggaran

E. FASILITASI PEMBIAYAAN PERTANIAN Pembangunan pertanian tetap memegang peran strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan kapital/modal, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri. pakan dan bio energi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara dan sumber pendapatan serta pelestarian lingkungan melalui praktek usaha tani yang ramah lingkungan. Pembangunan pertanian diharapkan dapat memperbaiki pendapatan penduduk secara merata dan berkelanjutan, karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Kenyataan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa impor sapi, daging dan susu cukup tinggi, karena pasokan dan dalam negeri masih belum mencukupi. Pasokan daging sapi dalam negeri untuk kebutuhan konsumsi harus mencapai sekitar 60 % dan pasokan susu dalam negeri baru mampu menyediakan 20 %. Hal ini disebabkan oleh kurangnya populasi sapi potong dan sapi perah yang tersedia sebagai bibit. Dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan daging dan susu dalam negeri diperlukan peningkatan produksi melalui penambahan jumlah bibit sapi. Dengan didasari pengalaman usaha pembibitan sapi yang dilakukan oleh peternak masih berjalan lambat, pembibitan belum banyak dilakukan oleh pelaku usaha karena dianggap kurang menguntungkan dan memerlukan waktu yang lama. OIeh karena itu, diperlukan peran pemerintah untuk menciptakan tatanan iklim usaha yang mampu mendorong pelaku usaha peternakan untuk bergerak di bidang pembibitan dan pengembangbiakan dalam usaha peternakan. Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam hal pencapaian swasembada pangan, tidak terlepas dan peran pemerintah melalui penyediaan kredit program dengan suku bunga rendah, fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sampai dengan tahun 1998 dan subsidi sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida). Untuk mencapai target yang telah ditetapkan maka investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pertanian cukup besar setiap tahunnya sekitar Rp.220 trilyun. Sebagian kecil (10-15 %) yang mampu disediakan melalui APBN sedangkan sebagian besar (85-90 %) diperlukan peran swasta, perbankan dan masyarakat pertanian. Semenjak diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia maka tidak tersedia lagi sumber dana KLBI. Pemerintah sejak tahun 2007 telah menyediakan kredit dengan subsidi suku bunga seperti KKP-E, KPEN-RP dan KUPS. Disamping itu juga pemerintah bekerjasama dengan Lembaga Penjaminan telah menyediakan kredit dengan imbal jasa dibebankan kepada pemerintah untuk membiayai semua sektor usaha produktif termasuk sektor pertanian.

DISNAKSUMBAR | 50

Page 52: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Dalam rangka mendorong penyaluran kredit program baik pola subsidi suku bunga yakni KUPS, KKP-E maupun pola penjaminan kredit oleh pemerintah yakni KUR, maka perlu dilakukan dilakukan Fasilitasi Pembiayaan Pembiayaan Pertanian, agar skim kredit program ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pertanian dalam rangka pengembangan usahanya.

A. KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP dan E ). Dalam perkembangannya KKP mengalami penyesuaian dan tahun ke tahun, mulai Oktober 2007 KKP disempurnakan menjadi KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Hal ini mengadopsi upaya mengurangi ketergantungan energi berbahan baku fosil dan perkembangan teknologi energi dikembangkan energi lain yang berbasis sumber energi nahati. Energi altematif dimaksud disini berbasis ubi kayu/singkong dan tebu diintegrasikan dengan Skim KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). KKP-E merupakan skim kredit yang ditetapkan Pemerintah dengan pota penyaluran executing. Untuk kelancaran pelaksanaan KKP-E penyaluran dan pengembaliannya dapat berjalan dengan baik ditingkat lapangan perlu dinformasikan melalui Petunjuk Pelaksanaan ini.

Pengertian / definisi I. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga tercermin dan tersedianya pangan yang cukup, baik, jumlah, mutu, aman, merata dan terjangkau; 2. Pangan adaah sesuatu yang berasal dan sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia; 3. Program Ketahunan Pangan adalah upaya pcningkatan produksi dan produktivitas usaha pertanian tanaman pangan, hortikultura, petemakan dan perkebunan yang menghasilkan pangan nabati dan/atau hewani; 4. Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati adalah upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman penghasil bahan baku bahan bakar nabati untuk memcenuhi kebutuhan sumber energi lain; 5. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi yang selanjutnya disebut KKP-E, adalah kredit investasi dan/ atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanarnan Bahan Baku Bahan Bakar Nabati; 6. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok yang selanjutnya disebut RDKK, adalah rencana kebutuhan modal kerja dan atau investasi kelompok untuk usaha pertanian yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok dalam satu periode tertentu yang dilengkapi dengan jadwal pencairan dan pengembalian kredit; 7. Rencana Kebutuhan Usaha Petani yang selanjutnya disebut RKU petani adalah rencana kebutuhan modal kerja atau investasi petani untuk usaha pertanian dalam satu periode tertentu yang dilengkapi jadwal pencairan dan pengembalian kredit; 8. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengelola usaha di bidang pertanian; 9. Kelompok Tani adalah kumpulan petani / peternak pekebun yang dibentuk atas dasar

DISNAKSUMBAR | 51

Page 53: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi Iingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya, tempat) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota; 10. Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan berkerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. 11. Calon peserta KKP-E adalah petani/peternak/pekebun yang tergabung dalam kelompok tani dan/atau koperasi; 12. Peserta KKP-E adalah calon peserta KKP-E yang disetujui oleb Bank Pelaksana sebagai penerima KKP-E; 13. Mitra Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta dan / atau Badan Usaha Milik Daerah, atau Koperasi yang berbadan hukum dan memiliki usaha di bidang pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan. pecernakan danlatau industri bahan bakar nabati;

14. Koperasi adalah Koperasi Primer sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang anggotanya terdiri dan Peserta KKP-E;

15. Penyuluh Pertanian, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah petugas yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat Dinas Teknis setempat untuk mengesahkan RDKK; 16. Kebutuhan indikatif adalah biaya maksimum untuk setiap komoditas yang didanai KKP-E per satuan luas dan/atau per unit usaha yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian; 17. Bank Pelaksana adalah Bank Umum yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan untuk menyediakan, menyalurkan. dan menatausatiakan KKP-E.

Tujuan

a. Memberikan acuan bagi pemangku kepentingan di pusat dan daerah dalam pelaksanaan penyaluran dan pengembalian KKP-E; b. Mengoptimalkan pemanfaatan dana kredit yang disediakan oleh perbankan untuk petani/peternak/ pekebun yang memerlukan pembiayaan usahanya secara efektif, efisien dan berkelanjutan; c. Mendukung peningkatan produksi dalam peningkatan ketahanan pangan nasional dan ketahanan energi lain melalui pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati.

Sasaran

a. terlaksananya penyaluran KKP-E kepada petani/peternak/pekebun dan pengembalian kredit tepat waktu; b. terpenuhinya modal bagi petani/peternak/pekebun dalam melaksanakan usaha taninya; c. meningkatnya penerapan teknologi anjuran bagi petani /peternak /pekebun yang memanfaatkan kredit.

DISNAKSUMBAR | 52

Page 54: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Landasan Hukum a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79 / PMK.05 / 2007 juncto Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48 / PMK.05 / 2009 dan juncto Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198 / PMK.05 /2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, antara lain menetapkan obyek pendanaan, sumber pendanaan, mekanisme pendanaan, persyaratan kredit, suku bunga, subsidi bunga, sanksi dan ketentuan peralihan; b. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 57/Permentan/ KU.430/2007 juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 21/Permentan/KU430/4/2009 tanggal 21 April 2009 dan Juncto Nomor 08/ Permentan / KU.430 12 / 2011 tentang Peraturan Menteri Pertanian Perubahan Kedua I.ampiran Peraturan Menteri Pertanian Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, antara lain menetapkan pengertian, obyek yang dibiayai, persyaratan dan kewajiban penerima KKP-E, persyaratan dan kewajiban mitra usaha, plafon, kebutuhan indikatif, mekanisme pengajuan, penyaluran dan pengembalian, pembinaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan.

Bank Pelaksana Bank Pelaksana KKP-E meliputi 22 Bank yaitu 9 (sembilan) Bank Umum : Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, BA, dan Artha Graha serta 13 (tiga betas) Bank Pembangunan Daerah (BPD) yaitu BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Papua, Riau dan Nusa Tenggara Barat.

Plafon KKP-E

Plafon KKP-E secara nasional sebesar Rp. 8,806 trilyun yang meliputi untuk sub sektor tanaman pangan : Rp. 2,730 trilyun, hortikultura: Rp. 725,330 milyar, perkebunan (tebu) Rp. 2,993 trilyun, peternakan : Rp. 2,046 trilyun dan pengadaan pangan: Rp. 310,830 milyar.

Suku bunga

Besarnya tingkat bunga kredit bank, tingkat bunga kepada peserta KKP-E, dan subsidi bunga adalah sebagai berikut pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Tingkat Bunga Bank, Tingkat Bunga Peserta KKP-E dan Subsidi Bunga

Uraian Tinggkat Bunga Tinggkat Bunga Subsidi Bunga

DISNAKSUMBAR | 53

Page 55: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Bank Kepada Peserta

KPP-E Tebu

KPP-E- Lainnya

12,25%

13,25%

7%

5%

5,25%

8,25%

Ketentuan tingkat bunga tersebut mulai berlaku tanggal 1 Oktober 20 I I s.d 31 Maret 2012.

Sumber Dana dan Resiko Kredit a. Sumber dana KKP-E berasal dan Bank Pelaksana; b. Resiko KKP-E ditanggung sepenuhnya oleh Bank Pelaksana, c. Peran pernerintah antara lain menyediakan subsidi suku bunga dan risk sharing untuk komoditas padi,jagung dan kedelai; d. Keputusan akhir kredit ada pada bank mengingat resiko kredit sepenuhnya ditanggung Bank.

Usaha dan Komoditas yang dibiayai KKP-E

KKP-E digunakan untuk: a. Petani, dalam rangka pengembangan tanaman padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar. kacang tanah, kacang hijau, koro dan/atau perbenihan (padi, jagung dan/atau kedelai); b. Petani, dalam rangka pengembagan tanaman bawang merah, cabai, kentang, bawang putih, tomat, jahe, kunyit, kencur. pisang, salak, nenas, buah naga, melon, semangka, pepaya, strawberi, pemeliharaan manggis, mangga, durian. jeruk, apel dan/atau melinjo; c. Petani, dalam rangka pengembangan tebu, pemeliharaan teh, kopi arabika, kopi robusta dan atau lada; d. Peternak dalam rangka pengembangan peternakan sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing/domba, ayam ras, ayam buras, itik, burung puyuh. kelinci dan atau babi: e. Kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi. dalam rangka pengadaan gabah, jagung dan kedelai: f. Kelompok tani, dalam rangka pengadaan/peremajaan alat dan mesin untuk mendukung usaha tanaman pangan, hortikultura, tebu dan petemakan meliputi meliputi traktor, power threser, tracer (alat tebang), corn sheller, pompa air, dryer, vacuum fryer chopper, mesin tetas. pendingin susu, biodigester, mesin pembibitan (seedler),alat tanam biji-bijian (seeder), mesin panen (paddy mower, reaper, combine harvester), mesin penggilingan padi (rice miling unit), mesin perigupas kacang tanah (peanut shell), mesin penyawut singkong, juicer, mesin pengolah biji jarak. mesin pengolah pakan (mixer, penepung, pelet) dan atau kepras tebu.

DISNAKSUMBAR | 54

Page 56: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Persyaratan Petani, Kelompok tani dan Koperasi Penerima KKP-E: a. Persyaratan Petani penerima KKP-E, sebagai berikut: 1. Petani/peternak/pekebun mempunyai identitas diri. 2. Petani/peternak/pekebun dapat secara individu dan atau menjadi anggota Kelompok Tani. 3. Menggarap sendiri lahannya (petani pemilik penggarap) atau menggarap lahan orang lain (petani penggarap). 4. Apabila menggarap lahan orang lain diperlukan surat kuasa/ keterangan dan pemilik lahan yang diketahui oleh Kepala Desa. 5. Luas lahan petani yang dibiayai maksimum 4 (empat) Ha dan tidak melebihi plafon kredit Rp. 100 juta per petani/ peternak/pekebun, 6. Bagi petani/peternak/pekebun yang mengajukan plafon kredit lebih dan Rp. 50 juta harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan persyaratan lain sesuai ketentuan Bank Pelaksana.

7. Petani peserta paling kurang berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah. 8. Bersedia mengikuti petunjuk Dinas Teknis atau Penyuluh Pertanian dan mematuh ketentuan-ketentuan sebagai peserta K K P-E. b. Persyaratan Kelompok Tani penerima KKP-E sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha kelompok dapat dilakukan secara mandiri dan atau bekerjasama dengan mitra usaha. Apabila kelompok tani bekerjasama dengan Mitra Usaha agar membuat kesepakatan secara tertulis dalam bentuk perjanjian kerjasama antara pihak-pihak yang bermitra; 2. Kelompok tani telah terdaftar pada Balai Penyuluhan Pertanian Dinas Teknis terkait setempat; 3. Mempunyai anggota yang melaksanakan budidaya komoditas yang dapat dibiayai KKP-E; 4. Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, paling kurang ketua, sekretaris dan bendahara; 5. Mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh anggota.

c. Persyaratan Koperasi penerima KKP-E, sebagai berikut: 1. Berbadan hukum; 2. Memiliki pengurus yang aktif; 3. Memenuhi persyaratan dari Bank Pelaksana; 4. Memiliki anggota yang terdiri dan petani/peternak/ pekebun; 5. Memiliki bidang usaha di sektor pertanian.

Kewajiban Petani, Kelompok tani dan Koperasi Penerima KKP-E:

DISNAKSUMBAR | 55

Page 57: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

A. Kewajiban Petani penerima KKP-E:

1. Petani /peternak/ pekebun yang mengajukan kredit secara individu perlu menyusun rencana kebutuhan usahanya yang disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh dinas teknis setempat/penyuluh pertanian; 2. Petani/ peternak/ pekebun yang menjadi anggota kelompok tani, menghadiri musyawarah Kelompok Tani dalam penyusunan RDKK untuk mengajukan kebutuhan kredit dalam musyawarah Kelompok Tani; 3. Menandatangani RDKK sekaligus sebagai pemohon kebutuhan KKP-E; 4. Menandatangani daftar penerimaan kredit dari pengurus Kelompok Tani; 5. Memanfaatkan KKP-E sesuai peruntukan dengan menerapkan anjuran teknologi budidaya dan dinas teknis; 6. Membayar kewajiban pengembalian KKP-E sesuai jadwal.

B. Kewajiban Kelompok Tani penerima KKP-E sebagai berikut:

I. Menyediakan formulir RDKK;

2. Menyeleksi petani anggotanya calon penerima KKP-E; 3. Menyusun RDKK bersama anggotanya dan disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh Dinas Teknis setempat/ Penyuluh Pertanian; 4. Permohonan KKP-E yang dilakukan secara mandiri, RDKK yang sudah disahkan langsung diajukan kredit kepada Bank Pelaksana berdasarkan kuasa dan anggota kelompok; 5. Bagi kelompok tani yang mengajukan langsung kredit ke Bank, kelompok tani menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana; 6. Menerima dan menyalurkan kredit kepada anggota kelompok, 7. Melaksanakan administrasi kredit sesuai ketentuan yang berlaku; 8. Mengawasi penggunaan kredit oleh anggota kelompok; 9. Melakukan penagihan kepada anggota kelompok dan menyetorkan pengembalian sesuai jadwal yang ditetapkan, serta bertanggung jawab penuh atas pelunasan kredit petani kepada Bank Pelaksana.

C. Kewajiban Koperasi penerima KKP-E sebagal berikut:

I. Menyeleksi ketompok tani anggota koperasi sebagai calon peserta KKP-E; 2. Memeriksa kebenaran RDKK yang diajukan oleh Kelompok Tani; 3. Menyusun dan menandatangani rekapitulasi RDKK berdasarkan RDKK yang diajukan Kelompok Tani; 4. Pengurus Koperasi mengajukan permohonan KKP-E Iangsung kepada Bank Pelaksana

DISNAKSUMBAR | 56

Page 58: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

dan dilampiri rekapitulasi RDKK yang telah disahkan pejabat yang diberi kuasa oleh Dinas teknis setempat/Penyuluh Pertanian; 5. Menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana; 6. Menenima dan menyalurkan KKP-E dan Bank Pelaksana kepada anggotanya melalui Kelompok Tani; 7. Melaksanakan administrasi kredit sesuai pedoman dan peraturan yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana; 8. Mengawasi penggunaan kredit petani /kelompoktani anggotanya; 9. Melakukan penagihan kepada kelompok tani dan menyetorkan pengembalian sesuai jadwal yang ditetapkan, serta bertanggung jawab penuh atas pelunasan kredit petani kepada Bank Pelaksana; 10. Memberikan bukti pelunasan kredit dan Bank kepada Kelompok Tani; 11. Dalam hal koperasi sebagai penerima kredit pengadaan pangan, koperasi mengajukan dan menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana dan mengembalikan kredit sesuai jadwal.

Mitra Usaha Dalam Pelaksanaan KKP-E 1. Persyaratan Mitra Usaha: a. Berbadan hukum dan memiliki usaha terkait dengan bidang tanaman pangan. hortikultura, peternakan, perkebunan, dan atau di bidang pengolahan energi lain;

b. Berrnitra dengan petani/kelompok tani/Gapoktan dan atau koperasi. Jika mitra usahanya koperasi harus bermitra dengan petani/kelompok tani/ Gapoktan; c. Bertindak sebagai penjamin pasar dan atau penjamin kredit (avails) sesuai kesepakatan antara petani /kelompok tani/ Gapoktan dan atau koperasi, kesepakatan antara petani/kelompok tani/ Gapoktan dengan mitra usaha dibuat secara tertulis dalam bentuk perjanjian kerjasama sesuai kesepakatan pihak-pihak bermitra.

2. Kewajiban Mitra Usaha: a. Membantu Kelompok Tani menyusun rencana usaha yang dituangkan dalam RDKK. b. Menandatangani RDKK yang disusun oleh kelompok tani. c. Mendorong Kelompok Tani untuk melaksanakan kegiatan produksi dengan menerapkan teknologi anjuran. d. Membina kelompok tani/Gapoktan dan atau koperasi di wilayah kerjanya guna mengoptimalkan pemanfaatan kredit secara tepat. e. Mengawasi atas penggunaan dan pengembalian KKP-E. f. Menampung dan atau mengolah hasil produksi dan kelompok tani/Gapoktan/koperasi. g. Menjamin pemasaran hasil produksi dan atau menjamin pengembalian kredit kelompok tani/ Gapoktan dan atau koperasi apabila mitra usaha sebagai avalis. h. Melakukan koordinasi dengan Dinas Teknis terkait setempat. i. Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama antara kelompok tani/gapoktan dan atau koperasi.

DISNAKSUMBAR | 57

Page 59: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

Kebutuhan Indikatif a. Besarnya KKP-E maksimal untuk komoditas tanaman pangan per ha, yaitu padi sawah irigasi Rp. 8,637 juta, padi gogo rancah/ladang Rp. 11,110 juta, padi hibrida Rp. 9,200 juta, jagung Rp. 7,265 juta, kedelai Rp. 6,010 juta, ubi kayu Rp. 5,992 juta dan ubi jalar Rp. 8,840 juta, kacang tanah Rp. 7,637 juta, kacang hijau Rp. 5,040 juta, koro Rp. 5,830 juta per Ha, perbenihan padi Rp. 9,875 juta, padi hibrida Rp. 26,880 juta, jagung Rp. 8,675 juta dan kedelai Rp. 6,945 juta. b. Besarya KKP-E maksimal untuk komoditas hortikultura per ha, yaitu cabai Rp. 62,082 juta,bawang merah Rp. 54,224 juta, kentang Rp. 61,856 juta, bawang putih Rp. 44,690 juta, tomat Rp. 50.330 juta, Jahe Rp. 38,950 juta, kencur Rp. 36,950 juta, kunyit Rp. 31,950 juta, pisang Rp. 18,0 juta, nenas Rp. 38,0 juta, buah naga Rp. 97,529 juta, melon Rp. 52,739 juta, semangka Rp. 30,324 juta, pepaya Rp. 19,0 juta, salak Rp. 49,125 juta, strawberi Rp. 98,464 juta, pemeliharaan durian Rp. 35,168 juta, mangga Rp. 22,595 juta, manggis Rp. 27,775 juta, jeruk Rp. 74,900 juta, apel Rp. 62,062 juta dan melinjo Rp. 40,575 per ha.

c. Besarnya KKP-E maksimal untuk pengembangan budidaya tebu per ha Rp. 18 juta, pemeliharaan teh Rp. 7,663 juta, kopi robusta Rp. 9,186 juta, kopi arabika Rp. 12,885 juta dan lada Rp. 32,250 juta. d. Besarnya KKP-E maksimal untuk peternak, yaitu ayam buras Rp. 100 juta, ayam ras petelur Rp. 100 juta, ayam ras pedaging Rp. 100 juta, Itik Rp. 100 juta., burung puyuh Rp. 100 juta, kelinci Rp. 100 juta, sapi potong dan sapi perah Rp. 100 juta, penggemukan sapi perah jantan/sapi potong Rp. 100 juta, kambing/domba Rp. 100 juta, kerbau Rp. 100 juta, dan babi Rp. 100 juta per satuan unit usaha. e. Besarnya KKP-E untuk kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi dalam rangka pengadaan pangan (gabah, jagung dan kedelai) setinggit ingginya Rp. 500 juta. f. Besarnya KKP-E untuk kelompok tani dalam rangka pengadaan/peremajaan alat dan mesin untuk mendukung usaha tanaman pangan, hortikultura, petemakan dan perkebunan setinggi-tingginya Rp. 500 juta.

B. KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI (KUPS). Dalam upaya mendorong pelaku usaha di bidang pembibitan sapi, maka dipandang perlu Pemerintah menetapkan skim kredit yang bersumber dan perbankan sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.05/2009 tentang Kredit Usaha Pembibitan Sapi. Untuk kelancaran pelaksanaan pemanfaatan Kredit Usaha Pembibitan Sapi agar berhasil dengan baik, perlu suatu Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Pembibitan Sapi, melalui penyediaan Skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi dengan suku bunga bersubsidi. Melalui Kredit Usaha Pembibitan Sapi diharapkan industri pembibitan dan kelompok pembibitan akan tumbub dan berkembang sehingga terjadi peningkatan populasi sapi dan terciptanya lapangan pekerjaan di masyarakat.

DISNAKSUMBAR | 58

Page 60: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

1. Maksud dan Tujuan Pedoman Pelaksanaan ml dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi Perbankan, Pelaku Usaha, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam pemanfaatan Kredit Usaha Pembibitan Sapi, dengan tujuan agar dana yang disediakan oleh Bank Pelaksana dapat dimanfaatkan oleh Pelaku Usaha secara tertib, efisien, efektif dan akuntabel, sehingga mendukung pelaksanaan pengembangan usaha pembibitan sapi secara berkelanjutan.

2. Ruang Lingkup Ruang Iingkup pedoman meliputi sasaran/target bibit sapi, manfaat, pengertian/definisi, obyek yang dibiayai, kriteria/ persyaratan dan kewajiban peserta Kredit Usaha Pembibitan Sapi, pola kemitraan, plafon dan kebutuhan indikatif, suku bunga dan jangka waktu kredit, mekanisme pengajuan, penyaluran dan pengembalian, pembinaan, monitoring dan evaluasi, pengawasan serta pelaporan dan indikator keberhasilan.

3. Sasaran Sasaran pelaksanaan usaha pembibitan sapi menggunakan skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi adalah tersedianya 1 juta ekor sapi induk dalani kurun waktu 5 tahun atau setiap tahunnya sebanyak 200.000 ekor, dilakukan oleh pelaku usaha pembibitan sapi potong dan sapi perah dalam rangka penyediaan bibit sapi secara berkelanjutan. Sapi tersebut adalah sapi betina bunting/siap bunting, berasal dan sapi impor, sapi turunan impor dan sapi lokal. Pengadaan sapi impor dan turunannya untuk menambah populasi sapi, sedangkan sapi lokal untuk penyelamatan atau mengurangi pemotongan sapi betina produktif. Penggunaan sapi lokal dalam jumlah terbatas dan hanya pada wilayah sumber bibit sapi lokal dan diutamakan Sapi Bali.

4. Manfaat Manfaat pelaksanaan usaha pembibitan sapi menggunakan skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi adalah: a. Tersedianya bibit sapi berkelanjutan bagi pelaku usaha pembibitan sapi. b. Berkembangnya usaha pembibitan sapi pola kemitraan. c. Terciptanya peluang usaha dan kesempatan kerja bagi masyarakat. d. Mempercepat upaya swasembada daging sapi. e. Menghasilkan daging, susu., energi berupa gas bio dan pupuk organik.

5. Pengertian/definisi Dalam Pedoman Pelaksanaan ini yang dimaksud dengan: a. Usaha Pembibitan Sapi adalah suatu kegiatan usaha yang menghasilkan bibit ternak sapi secara berkelanjutan b. Kredit Usaha Pembibitan Sapi, untuk selanjutnya disingkat KUPS, adalah kredit yang diberikan bank pelaksana kepada Pelaku Usaha Pembibitan Sapi yang memperoleh subsidi

DISNAKSUMBAR | 59

Page 61: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

bunga dan Pemerintah. c. Pelaku Usaha Pembibitan Sapi untuk selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan pembibitan, koperasi, kelompok/gabungan kelompok peternak yang melakukan usaha pembibitan sapi. d. Calon Peserta adalah Pelaku Usaha yang termasuk dalam daftar yang diusulkan memperoleh KUPS yang direkomendasikan oleh instansi yang membidangi fungsi peternakan dan atau Kesehatan Hewan di Kabupaten/Kota dan atau Direktorat Jenderal Peternakan. e. Peserta adalah Calon Peserta yang ditetapkan oleh bank pelaksana sebagai penerima KUPS. f. Perusahaan pembibitan adalah perusahaan peternakan yang bergerak di bidang pembibitan sapi.

g. Koperasi adalah koperasi primer sebagaimana dimaksud dalam UndangU ndang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. yang bergerak di bidang pembibitan sapi dan anggotanya terdaftar sebagai Calon Peserta/Peserta KUPS. h. Kelompok/Gabungan Kelompok Peternak Pembibitan adalah kumpulan petemak pembibitan sapi yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan. dan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya, tempat) untuk menigkatkan dan mengembangkan usaha anggota. i. Subsidi Bunga adalah bagian bunga yang menjadi beban Pemerintah sebesar selisih antara tingkat bunga KUPS yang berlaku dengan tingkat bunga yang dibebankan kepada Peserta. j. Rencana Definitif Kebutuhan Usaha Pembibitan Sapi yang selanjutnya disebut RDK-UPS adalah rencana kebutuhan kredit bagi pelaku usaha yang disusun berdasarkan skala usaha penibibitan sapi dalam satu periode tertentu yang dilengkapi dengan jadwal pencairan dan pengembalian kredit. k. Kebutuhan indikatif adalah biaya maksimum untuk setiap satuan unit usaha pembibitan sapi sesuai dengan skala usaha yang didanai KUPS dalam satu periode yang telah ditetapkan. 1. Kemitraan adalah kerjasama usaha pembibitan sapi antara perusahaan/koperasi dan kelompok/gabungan kelompok peternak yang saling menguntungkan. m. Prosedur baku adalah tata cara pembibitan sapi yang baik sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 55Permentan/ OT. 140/8/2006 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik (Good Breeding Practices) atau Peraturan Menteri Pertanian Nomor 55/Perrnentan/OT. 140/8/2006 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Perah yang Baik (Good Breeding Practices). n. Bank Pelaksana adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalarn Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang berkcwajiban menyediakan, menyalurkan. dan menatausahakan KUPS. o. Dinas adalah instansi yang mcmbidangi fungsi peternakan dan atau kesehatan hewan

DISNAKSUMBAR | 60

Page 62: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

6. Obyek Yang Dibiayai, Persvaratan Dan Kewajihan Peserta KUPS Serta Pola Kemitraan

a. Obyek yang Dibiayai Obyek yang dibiayai oleh KUPS, yaitu kegiatan usaha pembibitan sapi untuk produksi bibit sapi potong atau bibit sapi perah yang dilengkapi dengan nomor identifikasi berupa microchips. b. Persyaratan dan Kewajiban Peserta KUPS

KUPS hanya dapat digunakan untuk mendanai pengembangan usaha pembibitan sapi oleh pelaku usaha. Pelaku usaha yang dimaksud adalah perusahaan pembibitan, koperasi dan kelompok/gabungan kelompok petemak. Persyaratan dan kewajiban pelaku usaha peserta KUPS adalah sebagai berikut:

1) Perusahaan Pembibitan a) Persyaratan Perusahaan Pembibitan adalah sebagai berikut: • Berbadan hukum. • Memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank pelaksana. • Memiliki izin usaha peternakan yang bergerak dibidang pembibitan. • Memenuhi prosedur baku pelaksanaan produksi bibit. • Bermitra dengan kelompok/gabungan kelompok petemak. • Memperoleh rekomendasi dan Dinas kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan, b) Kewajiban Perusahaan Pembibitan adalah sebagai bcnikut: • Menyusun dan menandatangani rencana definitif kebutuhan untuk usaha pembibitan sapi (RDK-UPS). • Mengajukan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana yang dilampiri rencana definitifkebutuhan kredit. • Menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana. • Melakukan usaha pembibitan sapi sesuai prosedur baku untuk penyediaan bibit sapi. • Membantu kelompok/gabungan kelompok, dalam hal pembinaan teknis dan manajemen, penyusunan rencana usaha pembibitan sapi dan pemasaran hasil produksi serta penyediaan sarana produksi peternakan yang diperlukan kelompok/gabungan kelompok. • Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan kelompok/gabungan kelompok atas dasar kesepakatan pihak yang bermitra serta diketahui oleh Dinas kabupatenfkota dan Direktorat Jenderal Peternakan.

2) Koperasi a) Persyaratan Koperasi adalah sebagai berikut: • Berbadan hukum.

DISNAKSUMBAR | 61

Page 63: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

• Memiliki pengurus yang aktif. • Memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank pelaksana. • Memiliki anggota yang terdiri dan peternak. • Memiliki izin usaha peternakan yang bergerak dibidang pembibitan. • Memenuhi prosedur baku pelaksanaan produksi bibit. • Bermitra dengan kelompok/gabungan kelompok peternak.

• Memperoleh rekomendasi dan Dinas kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan.

b) Kewajiban Koperasi adalah sebagai berikut: • Menyusun dan menandatangani rencana definitif kebutuhan untuk usaha pembibitan sapi (RDK-UPS). • Mengajukan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana yang di lampiri rencana definitif kebutuhan kredit. • Menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana. • Melakukan usaha pembibitan sapi sesuai prosedur baku untuk penyediaan bibit sapi. • Membantu kelompok/gabungan kelompok, dalam hal pembinaan teknis dan manajemen, penyusunan rencana usaha pembibitan sapi dan pemasaran hasil produksi serta penyediaan sarana produksi peternakan yang diperlukan kelompok/gabungan kelompok. • Membuat dan menandatangani perjanjian kerjsama dengan kelompok/gabungan kelompok atas dasar kesepakatan pihak yang bermitra serta diketahui oleh dinas kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan.

3) Kelompok/Gabungan Kelompok Peternak

Persyaratan Kelompok/Gabungan Kelompok Peternak adalah sebagai berikut: • Memiliki organisasi dan pengurus yang akiif. • Memiliki anggota yang terdiri dari petemak. • Terdaftar pada Dinas kabupaten/kota setempat. • Memiliki aturan kelompok/gabungan kelompok yang disepakati anggota. • Memenuhi prosedur baku pelaksanaan produksi bibit. • Bermitra dengan perusahaan atau koperasi. • Memperoleh rekomendasi dan Dinas kabupaten/kota.

2. Kewajihan kelompok/gabungan kelompok adalah sebagai berikut: • Menyusun dan menandatangani rencana detinitif kebutuhan untuk usaha pembibitan sapi (R.DK-UPS). • Mengajukan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana yang dilampiri rencana definitif kebutuhan kredit. • Menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana. • Melaksanakan usaha pembibitan sapi sesuai prosedur baku dengan memperhatikan

DISNAKSUMBAR | 62

Page 64: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

pembinaan teknis dan perusahaanlkoperasi. • Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan perusahaan/koperasi atas dasar kesepakatan pihak yang bermitra serta diketahui oleh Dinas kabupaten/kota. Rekomendasi akan diberikan kepada pelaku usaha yang mampu mcnycdiakan sapi untuk usaha pembibitan sapi, memenuhi persyaratan sesuai prosedur baku dan melakukan kemitraan.

7. Pola Kernitraan a. Kemitraan antara perusahaan/koperasi dan kelompok/gabungan kelompok yang keduanya peserta KUPS, dilakukan atas dasar kontrak kerjasama kemitraan yang diketahui oleh Dinas kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Petemakan. b. Kemitraan antara perusahaanlkoperasi peserta KUPS yang memberikan gaduhan ternak sapi kepada kelompok/ gabungan kelompok., dilakukan atas da.sar kontrak kerjasama kemitraan yang diketahui oleh Dinas kabupaten/kota dan Direkiorat Jenderal Petemakan. c. Kemitraan antara kelompok/gabungan kelompok peserta KUPS dengan perusahaan/koperasi sebagai penjamin, dilakukan atas dasar kontrak kerjasama kemitraan yang diketahui oleh Dinas kabupaten/kota. Dalam hal Perusahaan/ Koperasi sebagai penjamin, maka Perusahaan/Koperasi melakukan pendampingan kepada kelompo/lgabungan kelompok dalam menyusun dan menandatangani RDK-UPS serta membantu dalam menyediakan bibit sapi.

8. Plafon Dan Kebutuhan Indikatif Kups a. Plafon kredit per pelaku usaha paling banyak Rp. 66.315.000.000,- (enarn puluh enam milyar tiga ratus lima belas juta rupiah) dengan rincian sesuai kebutuhan indikatif usaha pembibitan sapi, sebagai berikut: Kebutuhan IndikatifUsaha Pembibitan Sapi (5.000 ekor)

. Komponen Biaya — 1. Pengadaan sapi 2. Kandang/manajemen

3. Pakan 4. Obat-obatan 5. Inseminasi Buatan 6. Tenaga kerja 7. Nomor identiflka.si

Tahun I .. %iIui (Rp.)

Tahun II . . Nibi (Rp.)

Total . Nilai (Rp.)

50.000.000.000 1.500.000.000

- 50.000.000.000 - 1.500.000.000 6.480.000.000 12.960.000.000

DISNAKSUMBAR | 63

Page 65: Juklak Psp 5 ( Edit) Yan 2012 (1)

JUKLAK KEGIATAN PSP 2012

6.480.000.000 125.000.000 200.000.000 540.000.000 125.000.000

125.000.000 250.000.000 200.000.000 400.000.000 540.000.000 ‘ 1.080.000.000 - 125.000.000

Total Biaya 58.970.000.000 7.345,000.000 66.315.000.000

b. Besamya plafon kredit per Bank Pelaksana per wilayah/provinsi disesualkan dengan potensi daerah.

9. Suku Bunga Dan Jangka Waktu Kredit

Suku bunga yang dibebankan kepada pelaku usaha sebesar 5 % per tahun dalam jangka waktu kredit paling lama 6 tahun, dengan masa tenggang (grace periode) paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

10. Mekanisme Pengajuan, Penyaluran Dan Pengembalian Kups a. Pelaku usaha yang membutuhkan KUPS menyusun rencana definitif kebutuhan kredit dalam satu periode (paling lama 6 tahun) sebagai dasar perencanaan kebutuhan KUPS dengan memperhatikan kebutuhan indikatif. b. Permohonan KUPS diajukan langsung oleh pelaku usaha kepada Bank Pelaksana dengan tembusan kepada Dinas kabupaten/kota dan Direktorat .Jenderal Peternakan, dengan melampirkan RDK-LJPS. c. Bank pelaksana akan merneriksa kelengkapan persyaratan kredit dan pelaku usaha dan selanjutnya pelaku usaha melakukan akad kredit dengan Bank Pelaksana apabila persyaratannya sudah terpenuhi. d. Bank Pelaksana menyalurkan KUPS pada waktu dan jumlah sesuai dengan akad kredit. e. Pelaku Lisaha berkewajiban mengembalikan kredit kepada Bank Pelaksana sesuai dengan jadwal.

11. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan pelaksanaan usaha pembibitan sapi melalui KUPS, antara lain adalah: I). Peningkatan jumlah populasi sapi, 2) Terbangunnya industri dan kelompok pembibitan sapi, 3) Tersalurya kredit, 4). Terealisasinya angsuran kredit tepat waktu.

DISNAKSUMBAR | 64