kebijakan yan anestesi

38
1 DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 03.04.03 RUMAH SAKIT TINGKAT III 03.06.01 CIREMAI PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI 1. Pengertian Standar pelayanan Anestesi merupakan suatu pelayanan medis yang mengacu pada disiplin ilmu yang berlaku sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan pada seseorang sesuai dengan jenis penyakitnya, terarah, rasional dan bermutu. 2. Tujuan Mengatur proses pemberian pelayanan medis dan kontrol mutu pelayanan Mencegah terjadinya malpraktek dan pengobatan yang irrasionil Membantu SMF dalam memberikan pelayanan kesehatan. 3. Prinsip Menganamnesa Melakukan pemeriksaan fisik Melakukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan Memberikan terapi Melakukan konsultasi pada SMF lain bila diperlukan Mendiagnosa Membuat Prognosa

Upload: ratiah

Post on 16-Jan-2016

94 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BUKU PEDOMAN RSSIB

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan Yan Anestesi

1

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 03.04.03 RUMAH SAKIT TINGKAT III 03.06.01 CIREMAI

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI

1. Pengertian

Standar pelayanan Anestesi merupakan suatu pelayanan medis

yang mengacu pada disiplin ilmu yang berlaku sehingga dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada seseorang sesuai dengan

jenis penyakitnya, terarah, rasional dan bermutu.

2. Tujuan

Mengatur proses pemberian pelayanan medis dan kontrol mutu

pelayanan

Mencegah terjadinya malpraktek dan pengobatan yang irrasionil

Membantu SMF dalam memberikan pelayanan kesehatan.

3. Prinsip

Menganamnesa

Melakukan pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan

Memberikan terapi

Melakukan konsultasi pada SMF lain bila diperlukan

Mendiagnosa

Membuat Prognosa

Melakukan perawatan diruangan bila diperlukan

Memberikan inform konsen pada setiap tindakan

Waktu pelayanan Poliklinik mulai pukul 08.00 sampai 12.00 WIB

Waktu pelayanan UGD 24 jam

Waktu pelayanan ruangan perawatan 24 jam

Tempat pelayanan : Poliklinik

Page 2: Kebijakan Yan Anestesi

2

UGD

Ruang Perawatan

Ruang Instalasi

Jenis Pelayanan :

Ilmu Penyakit Dalam

Ilmu Bedah

Ilmu Kesehatan Anak

Ilmu Kebidanan & Kandungan

Ilmu Penyakit Mata

Ilmu Penyakit THT

Ilmu Penyakit Syaraf

Ilmu Kesehatan Gigi

Ilmu Penyakit Jantung

Ilmu Patologi Klinik

Ilmu Radiologi

Ilmu Patologi Anatomi

PERSIAPAN ANESTESI

Page 3: Kebijakan Yan Anestesi

3

Persiapan anestesi secara umum dapat terdiri dari :

I. Persiapan Pasien

Persiapan pasien adalah penilaian dan pemeriksaan pasien pra

anestesi ( Visite pre operatif Anestesi ), yang meliputi :

1. Anamnesa. Anamnesa ini dapat meliputi :

Nama / umur / alamat

Pekerjaan

Riwayat penyakit sekarang dan penyakit yang lalu

Riwayat terapi obat-obatan

Riwayat alergi

Riwayat anestesi sebelumnya

Kebiasaan merokok, alkoholik atau obat-obatan

2. Pemeriksaan

Fisik

- Pemeriksaan fisik lengkap termasuk semua system organ

secara umum

- Pemeriksaan khusus sesuai dengan riwayat penyakit yang

ada dan pemeriksaan fisik yang didapat secara umum.

Laboratorium

- Laboratorium rutin

- Laboratorium sesuai dengan penyakit yang ada.

Penunjang lain :

- Radiologi : Foto thorax

Screening test pra anestesi

Bila ada tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan kelainan

paru-paru / jantung.

- EKG : Pada pasien diatas usia 40 tahun

- Pada pasien yang menunjukkan adanya kelainan

kardiovaskuler walaupun usia dibawah 40 tahun.

Page 4: Kebijakan Yan Anestesi

4

Dari hasil pemeriksaan pra-anestesi diatas dapat digolongkan

dalam klasifikasi Status Fisik ASA anestesi yang akan

menunjukkan resiko anestesi yang dapat dialami penderita

sesuai dengan fisik ASA-nya.

Klasifikasi Status Fisik ASA :

ASA I :

Penderita sehat kecuali penyakit bedahnya saja.

ASA II :

Penderita dengan penyakit sistemik ringan terkontrol yang

tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

ASA III :

Penderita dengan penyakit sistemik berat dengan aktivitas

yang terbatas.

ASA IV :

Penderita dengan penyakit sistemik yang lanjut dengan

suatu terapi yang terus menerus dan aktivitas yang sangat

terbatas.

ASA V :

Pasien yang hampir meninggal yang tak diharapkan dapat

bertahan dalam 24 jam.

ASA E :

Pasien dalam salah satu klasifikasi ASA yang menjalani

operasi emergensi.

Makin tinggi ASA seorang pasien makin tinggi resiko

anestesi yang dapat terjadi pada pasien tersebut.

3. Konsultasi

Page 5: Kebijakan Yan Anestesi

5

Konsultasi dengan dokter spesialis lain dilakukan bila ada

pemeriksaan praanestesi didapatkan penyakit sistemik atau

penyakit penyerta lainnya yang dapat menimbulkan resiko anestesi

pada pasien tersebut.

4. Premedikasi

Adalah pemberian obat-obat pada saat 1 atau 2 jam sebelum

induksi anestesi baik secara oral, intramuskuler, intrvena atau per-

rektal dengan tujuan :

( 1 ) Menghilangkan kecemasan dengan rasa takut

( 2 ) Mengurangi sekresi saluran nafas

( 3 ) Menambah efek hipnotik anestesi umum

( 4 ) Mengurangi mual dan muntah pasca bedah

( 5 ) Mengurangi penggunaan obat-obat anestesi

( 6 ) Amnesia

( 7 ) Analgesi

( 8 ) Mencegah vagal refleks.

Pemberian premedikasi ini dapat dilakukan di ruang perawatan oleh

staf perawatan ruangan sesuai dengan instruksi yang diberikan

pada saat visite/pemeriksaan pra-anestesi. Dapat juga diberikan

setelah pasien masuk kamar operasi.

5. Inform Consent

Pastikan bahwa inform consent ( ijin anestesi / operasi ) sudah

dimengerti dan ditandatangani oleh penderita dan keluarganya.

Jelaskan jenis anestesi yang akan digunakan sehingga penderita

mengerti dan tidak takut dan cemas dalam menghadapi

pembedahan.

II. Persiapan obat-obat anesthesi :

Page 6: Kebijakan Yan Anestesi

6

Dalam persiapan obat-obatan, dipilih obat-obat yang akan dipakai

sesuai dengan kondisi penderita, jenis dan lama operasi yang akan

dilakukan serta tehnik anestesi yang akan digunakan.

Adapun persiapan obat-obat anestesi ini dapat meliputi :

1. Obat-obat premedikasi yang harus dipersiapkan dapat berupa

a) Sulfas Atropin injeksi

b) Diazepam ( Valium ) tablet dan injeksi

c) Midazolam ( Dormicum ) / Hypnoz injeksi

d) Opioid ( Petidin/Fentanyl) injeksi

e) Droperidol /Ondavel /cendatron injeksi

f) Aminofilin supositoria atau injeksi

2. Obat-obat induksi :

Obat-obat induksi dipilih sesuai dengan keadaan pasien dan jenis

operasi.Obat-obat induksi terdiri dari :

- Obat-obat golongan Hipnotik :

Thiopental ( Pentothal )

Ketamine ( Ketalar )

Midazoluam / Dormicum

Diazepam / Valium

Propofol ( Safol / Recofol )

- Obat-obat golongan pelumpuh otot ( Muscle relaxant ) :

Succinyl Choline

Quelicine

Vercuronium ( Norcuron )

Pancuronium ( Pavulon )

Atracurium ( Tracurium )

Reculax

- Obat-obat golongan analgetik :

Meperidin ( Petidin )

Page 7: Kebijakan Yan Anestesi

7

Fentanyl

Ketorolax

Tramadol

3. Gas dan volatilene anestesi :

Gas volatile anestesi yang digunakan meliputi :

- Halothan

- Enfluran ( Ethrane )

- Isofluran

- N2O ( Nitrous Oxida )

- O2 ( Oksigen )

4. Obat-obat resusitasi

Obat-obat resusitasi harus dipersiapkan pada semua tindakan

anestesi baik umum maupun regional. Adapun obat-obat resusitasi

ini terdiri dari :

Sulfas Atropine injeksi

Adrenalin injeksi

Bicnat ( Meylon ) injeksi

Lidocain injeksi

Aminofilin injeksi

Dexamethazone injeksi

Page 8: Kebijakan Yan Anestesi

8

III. Persiapan alat-alat anestesi

Alat-alat anestesi harus dipersiapkan lebih dulu sebelum tindakan

anestesi dilakukan. Hal ini untuk menghindarkan kejadian-kejadian yang tidak

diinginkan selama anestesi berlangsung. Persiapan alat-alat ini meliputi :

1. Persiapan mesin anestesi

Acoma

N2O

- Pastikan flow-meter berfungsi baik

- Pastikan vaporizer tidak bocor dan terisi baik oleh volatile

Halothan, Enfluran maupun Isofluran.

- Pastikan sirkuit aliran oksigen dan gas anestesi baik dan

tidak bocor.

- Pastikan balon reservoar tidak bocor dan ukurannya sesuai

dengan besarnya pasien.

- Pastikan Sodalime berfungsi baik, yaitu belum berubah

warna dan hangat bila diraba.

O2

- Pastikan tabung O2 terisi dengan regulator O2 tidak bocor

- Pastikan Flow-meter O2 berfungsi baik.

2. Persiapan alat-alat intubasi

Tube Endotracheal

- Berbagai ukuran sesuai dengan umur dan besar pasien

- Disiapkan tube endotracheal dengan ukuran satu nomor

lebih besar atau lebih kecil untuk tiap pasien yang akan

dilakukan anestesi.

- Periksa balon tube tidak bocor.

Oropharyngeal airway :

Dengan ukuran sesuai dengan umur pasien dan besarnya

mulut.

Page 9: Kebijakan Yan Anestesi

9

Laryngoscope

- Pediatric set, bila pasien anak-anak

- Adult set, bila pasien dewasa

- Pastikan lampu blade menyala

- Juga sediakan Mandrain, Magill Forceps dan sungkup muka

dengan ukuran sesuai dengan besar muka pasien. Mandrain

dan Magill Forceps harus selalu tersedia sebelum dilakukan

tindakan intubasi, untuk menghindari kesulitan intubasi.

IV. Penatalaksanaan Anestesi

Penatalaksanaan anestesi meliputi :

Premedikasi di kamar operasi

Indukasi dan intubasi

Monitoring selama operasi

Ekstubasi

Yang dimaksud dengan induksi anestesi adalah mulai masuknya obat-

obat anestesi secara intravena sampai saat akan intubasi, sedangkan

intubasi adalah saat masuknya tube endotracheal ke dalam trachea

Induksi anestesi dapat dilakukan dengan menggunakan :

Obat-obat hipnotik atau sedasi, antara lain :

- Thiopental ( Pentothal ) : 4-5 mg/kg/BB

- Midazolam / Dormicum : 0,15 mg/kg/BB

- Valium : 0,15 – 0,2 mg/kg/BB

- Propofol : 2-2,5 mg/kg/BB

- Ketamine : 1-2 mg/kg/BB

Golongan obat pelumpuh otot ( Muscle relaxant ), antara lain :

- Succinyl choline : 1 mg/kg/BB

- Quelicine : 1 mg/kg/BB

- Norcuron / Pavulon : 0,1 mg/kg/BB

- Atracurium ( Tracium ) : 0,5 mg/kg/BB

Golongan obat analgetik, antara lain :

Page 10: Kebijakan Yan Anestesi

10

- Petidin : 1 mg/kg/BB

- Fentanyl : 1 g/kg/BB

Setelah dilakukan pre-oksigenisasi selama 5 menit dilakukan

induksi anestesi dengan obat-obat golongan hipnotik / sedasi dan

setelah refleks bulu mata hilang, dilakukan pemompaan dengan O2

( Oksigen ) melalui sungkup muka.

Kemudian dilakukan intubasi setelah onset of action muscle

relaxant tercapai atau setelah penderita benar-benar relaks dengan

menggunakan laringoskop dan tube endotracheal yang dipakai harus

sesuai ukurannya dengan besar pasien. Setelah tube terpasang, balon

tube dikembangkan sampai titik terdengar suara berdesis atau bocor

apabila dipompa dan diperiksa VBS kiri dan kanan harus sama

kemudian fiksasi tube dengan plester setelah mayo (Oropheryngeal air

way ) dengan ukuran sesuai terpasang. Apabila VBS kiri lebih kecil dari

kanan tarik tube sedikit-sedikit sampai terdengar VBS kiri sama dengan

kanan.

Rumatan anestesi diberikan : O2 / N2O Halothan atau

Enfluran atau Isofluran bila menggunakan mesin N2O

Pemberian O2 : N2O 60 % : 40 %

50 % : 50 %

Selama maintenance anestesi ini, juga dapat diberikan obat-obat

lainnya seperti Muscle relaxant tambahan atau analgetik dan lain-lain

sesuai dengan keadaan pasien saat itu. Monitoring yang dilakukan

selama operasi berlangsung adalah :

Frekuensi nadi

Tekanan darah

Perfusi perifer

Saturasi oksigen ( bila ada Pulse Oxymetri )

EKG ( bila ada alat EKG )

Jumlah perdarahan

Urine output

Page 11: Kebijakan Yan Anestesi

11

Selama operasi selain monitoring, kita juga dapat melakukan

tindakan-tindakan yang kadang-kadang perlu dilakukan sesuai dengan

keadaan/kondisi pasien saat itu.

Ekstubasi dilakukan setelah operasi selesai dan saat akhir anestesi

yaitu saat penderita telah bernafas spontan baik dalam keadaan

bangun ( ekstubasi bangun ) atau dalam keadaan masih teranestesi

yang disebut ekstubasi dalam, ekstubasi dilakukan pada saat penderita

menarik nafas.

1. Anestesi Umum dengan N2O

a) Persiapan pasien :

Sesuai persiapan anestesi secara umum

b) Persiapan alat :

1) Siapkan dan pastikan mesin N2O berfungsi dengan baik,

tidak bocor, termasuk:

- Flowmeter O2 dan N2O

- Vaporizer

- Sistem penghantaran oksigen dan gas anestesi

- Sodalime

- Balon pompa

- Tabung oksigen dan N2O terisi dan tidak bocor

2) Siapkan alat-alat intubasi :

- Tube Endotracheal dengan ukuran yang sesuai

- Set Laringoskop sesuai dengan umur penderita

- Oropharingeal Airway sesuai ukuran

- Magill Forceps dan Mandrain

- Alat-alat suction

- Spuit balon dan plester

3) Siapkan alat-alat intravena line :

- Abocath dengan ukuran yang sesuai

Page 12: Kebijakan Yan Anestesi

12

- Transfusion set atau infusion set

- Cairan infus / darah

c) Persiapan obat

- Obat-obat Premedikasi :

- Sulfas atropin injeksi

- Diazepam / midozolam injeksi

- Aminofilin supp / injeksi

- Ondavel / Cendatron injeksi

d) Obat-obat induksi :

1) Obat hipnotik / sedasi :

Tiopenthal ( Pentothal )

Ketamine

Propofol

Diazepam / Valium

Midazolam ( Dormicum )

2) Obat pelumpuh otot ( Muscle relaxant )

Succinyl choline / Quelicin

Norcuron / Pavulon / Atracurium

Untuk fasilitas intubasi atau relaksasi selama operasi

3) Analgetika

Petidin

Fentanyl

Tramadol

1) Gas anestesi :

a) N2O

b) Oksigen ( O2 )

c) Halothan / Enfluran ( Ethrane ) / Isofluran

2) Obat-obat resusitasi :

Sulfas stropin injeksi

Adrenalin injeksi

Page 13: Kebijakan Yan Anestesi

13

Bic-nat ( Meylon ) injeksi

Lidocaine injeksi

Aminofilin injeksi

Dexamethazone injeksi

e) Penatalaksanaan anestesi :

Sesuai dengan penatalaksanaan anestesi umum

Anestesi Regional

Anestesi regional dapat berupa :

1. Spinal

2. Epidural

3. Caudal

A. Persiapan alat-alat

1. Siapkan alat-alat intra-venous line :

Abocath dengan ukuran yang sesuai

Transfusion set atau infusion set

Cairan infus atau darah

2. Siapkan alat-alat regional anestesi

Jarum spinal / epidural / kaudal

Spuit 2,5 mL / 5 ml / 10 mL

Kateter epidural untuk anestesi regional epidural

3. Persiapan alat-alat anestesi umum

B. Persiapan obat :

1. Obat-obat anestesi regional :

Lidocaine 5 % spinal

Lidocaine 2 % epidural / kaudal

Bupivacaine ( marcaine ) heavy 0,5 spinal / epidural / kaudal

Marcaine 0,75 % spinal

Bivanes 0,5 % / Regivel 0,5 % untuk Spinal

2. Obat-obat Vasokonstriktor :

Ephedrine injeksi

Adrenalin injeksi

Page 14: Kebijakan Yan Anestesi

14

C. Persiapan pasien :

Sesuai dengan persiapan pasien untuk anestesi umum

Sebelum dilakukan anestesi regional, diberikan loading cairan infus

Ringer’s Lactat sebanyak 500-1000 mL atau cairan kolloid 500 cc

D. Penatalaksanaan anestesi :

Posisi pasien dapat duduk dengan kaki ditekuk/ ditarik ke arah dada

atau posisikan pasien tidur miring dengan kedua kaki ditarik kearah

dada.

Daerah tempat tusukan jarum dan sekitarnya dibersihkan dengan

alcohol dan betadin

Tentukan daerah yang akan ditusuk L 2-3 / L 3-4 / 4-5 atau daerah

kaudal

Spinal :

- Tusuk dengan jarum spinal dengan arah tegak lurus terhadap

vertebra sampai terlihat keluar cairan bening dalam jarum

- Masukan obat anestesi regional dengan terlebih dahulu dilakukan

barbotase

- Cabut jarum dan tutup dengan gaas bethadin

- Penderita kembali ke posisi semula dan lakukan test apakah terjadi

analgesia atau tidak.

Epidural :

- Tusukan jarum epidural dengan arah tegak lurus dan ujung jarum

menghadap ke atas

- Pasang spuite 10 mL kosong pada ujung jarum dan untuk test

apakah jarum sudah masuk ke rongga epidural. Bila jarum sudah

berada di daerah epidural, maka udara dalam spuit tidaka ada

tahanan bila ditekan.

- Berikan test dose dengan Marcaine 0,5 % sebanyak 3 mL

- Masukan kateter epidural ke dalam jarum epidural sampai ukuran

yang tertentu

Page 15: Kebijakan Yan Anestesi

15

- Jarum epidural perlahan-lahan dicabut dengan mempertahankan

keteter tetap pada tempatnya dan kateter difiksasi

- Masukan obat anestesi local ke dalam kateter dengan jumlah

sesuai kebutuhan untuk menghasilkan analgesia.

E. Monitoring yang dilakukan selama anestesi regional adalah :

Tekanan darah

Nadi dan EKG ( bila ada alatnya )

Respirasi

Tingkat kesadaran

Selama operasi pasien diberikan O2 2-3 liter / menit melalui kanula

oksigen

V. Perawatan Pasca Anestesi

Perawatan pasca anestesi dilakukan diruang pemulihan ( RR ) yang ada

dikamar operasi dan di ruang perawatan asal atau di ruang rawat intensif.

Perawatan pasca anestesi ini dilakukan oleh staf perawat anestesi atau oleh

staf kamar operasi dan staf ruang perawatan asalnya atau staf perawatan

ruang rawat intensif, dengan mengacu pada instruksi pasca anestesi dan

pasca bedah yang diberikan oleh dokter ahli anestesi dan ahli bedah.

Kegiatan yang dilakukan di ruang pemulihan di kamar operasi adalah :

Observasi tanda-tanda vital pasien dan tingkat pulih sadar

Memberikan oksigen pada pasien sesuai instruksi

Mengganti / memberikan cairan infus atau transfusi darah sesuai instruksi

Mengamati dan memberikan tindakan yang diperlukan apabila timbul

penyulit / komplikasi anestesi atau bedah, seperti :

- Muntah

- Gelisah / delir

- Sianosis

- Perdarahan

- Apnoe

- Cardiac arrest

Page 16: Kebijakan Yan Anestesi

16

Dengan catatan telah lapor atau konsultasi dengan ahli anestesi atau ahli

bedah.

Setelah penderita sadar penuh dan tanda-tanda vital stabil, penderita

dipindahkan ke ruang perawatan asalnya.

Penilaian pemulihan anestesi ini dapat menggunakan Aldrete score yang

dinilai dari 5 kriteria penilaian pemulihan anestesi dengan score 10 untuk

pemulihan penuh sampai 0 pada pasien koma.

5 Kriteria pemulihan anestesi tersebut adalah

1. Aktivitas :

Dapat menggerakan semua anggota tubuh sesuai perintah

……………………………………………………………………( 2 )

Dapat menggerakan 2 ekstremitas sesuai perintah ………..( 1 )

Tidak dapat menggerakan ……………………………………..( 0 )

2. Respirasi :

Bernapas dalam dan batuk ……………………………...( 2 )

Dyspnoe, hipoventilasi …………………………………...( 1 )

Apnoe ………………………………………………………( 0 )

3. Sirkulasi :

Tekanan darah 20 % dari level pra-anestesi ………………………..(2)

Tekanan darah 20 %-50 % dari level pra-anestesi …………………(1)

Tekanan darah 50 % dari level pra-anestesi ………………………...

(0)

4. Kesadaran :

Sadar penuh …….…………………………...........................................(2)

Dapat dibangunkan………………………………………………………..(1)

Tidak berespon ………………………………(0)

5. Warna :

Merah muda / pink …………………………..(2)

Page 17: Kebijakan Yan Anestesi

17

Pucat…………………………………………..(1)

Cyanotik ………………………………………(0)

Perawatan / monitoring pasca operasi anestesi ini dilakukan hanya dalam 24

jam pertama pasca bedah.

Anestesi Pada Pediatrik

1. Anestesi pada anak :

Bayi

- Neonatus ( usia sampai 1 bulan )

- Bayi ( usia 1 –12 bulan )

Anak Usia 1- 12 tahun

2. Persiapan anestesi / operasi :

Persiapan psikologis :

Terutama untuk anak-anak yang lebih besar dari orang tua pasien

Penilaian pra-anestesi :

- Visite pra-anestesi

Sesuai dengan persiapan anestesi secara umum

- Pemeriksaan fisik

- Bicarakan pada orang tua anak, hal-hal yang menyangkut keadaan

anak / riwayat penyakit dahulu serta tindakan anestesi yang akan

dikerjakan

- Data laboratorium dan data-data penunjang lainnya.

Puasakan anak :

Biasanya puasa pada anak adalah 4 jam sebelum anestesi / operasi

berlangsung bagi anak-anak 5 tahun dan 4-6 jam pada anak-anak

yang lebih besar.

Persiapan alat-alat

- Abocath No.24 Bayi

Abocath No.22 Balita

Page 18: Kebijakan Yan Anestesi

18

Abocath No.20 Usia 6 tahun

- Transfusion set

- Infusion set mikrodrip untuk bayi dan balita

- Spuit 2,5 mL / 5 mL / 10 mL sesuai kebutuhan

- Stetoskop

- Laringoskop pediatrik

- Tube endotracheal baik jenis balon, spiral atau polos dengan ukuran

sesuai dengan umur bayi / anak

- Gaas basah untuk Pack mulut pada penggunaan tube jenis polos

- Plester dan spalk untuk infus

- Mesin N2O untuk bayi dan balita

3. Premedikasi :

Sulfas atropin 0,01 mg/kgBB bila perlu

Midazolam 0,5 mg/kgBB per oral mulai usia 6 bulan ke atas

4. Penatalaksanaan anestesi :

a. Induksi anestesi :

Inhalasi melalui sungkup muka ( face mask ) dengan O2 / N2O dan

Halothan/Ethrane/ Isofluran dengan konsentrasi gas dinaikkan

secara perlahan-lahan.

Bila anak dapat dipasang jalur infus ( intra vena line ) secara sadar

(awake), induksi dengan Propofol (Safol) 1-2 ml/KgBB /Theopenthal

( Pentothal ) 4-5 mg/kgBB

b. Intubasi endotracheal

Intubasi dalam keadaan sadar ( Awake intubation ) :

Indikasi :

- Neonatus

- Anak dengan airway bermasalah

- Anak dengan lambung penuh

Intubasi dalam NU :

- Dengan pelumpuh otot ( muscle relaxant )

Page 19: Kebijakan Yan Anestesi

19

- Tanpa pelumpuh otot

Setelah intubasi, periksa kedua paru apakah VBS kiri = kanan

EET difiksasi dengan baik sehingga menghindari lepasnya tube.

c. Maintenance / rumatan anestesi :

O2 / N2O / Halothan, Ethrane atau Isofluran

Napas spontan / dibantu ( assisted )

Napas kontrol dengan menggunakan pelumpuh otot ( muscle

relaxant )

Pemberian cairan infus pada pasien pediatric selama operasi

dihitung dengan menggunakan rumus 4 – 2 – 1

Rumus 4 – 2 – 1 :

- BB s/d 10 kg kebutuhan cairan : 4 mL/kgBB/jam

- BB 11-20 kg kebutuhan cairan : 40 + 2 mL/kgBB/jam

untuk tiap 1 kg diatas 10 kg

- BB > 20 kg kebutuhan cairan : 60 + 1 mL/kgBB/jam untuk

tiap 1 kg berat diatas 20 kg

Pemberian transfusi darah pada pediatric, biasanya dilakukan bila

perdarahan mencapai 10 % dari Estimate Blood Volume ( EBV )

EBV :

- Neonatus 90 mL/kgBB

- Bayi sampai 1 tahun 80 mL/kgBB

- Usia 1 tahun sampai adolescence 70-75 mL/kgBB

- Dewasa 55-65 mL/kgBB

Pemberian jumlah darah sesuai dengan perkiraan perdarahan yang

terjadi

Khusus pada operasi Laparatomi pada bayi / anak pemberian

cairan harus diperhitungkan dengan kehilangan cairan karena

penguapan dari usus yang terbuka.

Biasanya cairan yang diberikan :

- N4 /KA-EN IB untuk cairan maintenance dan ganti puasa

yaitu 4 mL/kgBB/jam

Page 20: Kebijakan Yan Anestesi

20

- RL untuk mengganti cairan yang hilang karena penguapan

dari usus yang terbuka dengan jumlah :

< 4 mL/kgBB/jam untuk operasi sedang

< 6 mL/kgBB/jam untuk operasi besar

< Diberikan tiap seperempat jam.

d. Monitoring

Yang dimonitor :

Nadi atau denyut jantung dengan menggunakan stetoskop

prekordial

Respirasi

Perfusi perifer

Perdarahan

Urine out put minimal 1 mL/kgBB

Suhu tubuh

Saturasi oksigen ( bila ada alatnya )

e. Ekstubasi :

Dilakukan dengan anestesi ringan ( Light anestesi ) setelah napas

spontan. Bila terjadinya laryngospasme umumnya diterapi dengan :

Tekanan positif

Succinyl choline secara intravena

f. Masa pemulihan / recovery

Yang harus diperhatikan secara khusus :

Patensi saluran nafas

Nafas adekuat

Stabilitas kardiovaskuler

Suhu tubuh

Anestesi Pada Operasi Mata

A. Ketentuan umum :

1. Anak-anak dilakukan dengan anestesi umum dengan intubasi tube

endotracheal

Page 21: Kebijakan Yan Anestesi

21

2. Dewasa dapat dengan anestesi umum atau local

3. Pemakaian epinefrin 1 : 200.000, hati-hati penggunaan Halothan pada

anestesi umum.

4. Oculacardiac refleks :

Sering terjadinya pada penekanan bola mata, tarikan oto-otot mata,

yang akan menyebabkan timbulnya

- Bradikardia

- Aritmia jantung cardiac arrest

Dapat dicegah dengan pemberian sulfas atrofin intra vena sebelum

operasi

5. Aberasi kornea dapat terjadi karena penekanan Face Mask

6. Penggunaan succinyl choline adalah kontra indikasi pada operasi intra

okuler.

Penggunaan succinyl choline pada penderita yang mendapat terapi

echotiopate, harus hati-hati karena akan memperpanjang apnoe.

B. Persiapan anestesi

Sesuai dengan persiapan anestesi secara umum

C. Penatalaksanaan anestesi :

1. Premedikasi :

Sulfas atropin : 0,01 mg/kgBB dilakukan di OK

Diazepam ( Valium ) : 0,2 mg/kgBB peroral

Midazolam ( Dormicum ) : 0,5 mg/kgBB per-oral untuk anak-anak

diberikan di OK

2. Induksi dan intubasi :

Hindari penggunaan Ketamin karena akan meningkatkan tekanan

darah, sehingga meningkatkan tekanan intra-okuler.

Page 22: Kebijakan Yan Anestesi

22

Hindari penderita tegang ( straining ) , batuk, muntah, obstruksi

napas.

Induksi dengan :

- Propofol ( Safol ) 1 % w/v atau Thiopental 2,5 % intra vena

- Muscle relaxant : Nurcuron / Tracrium untuk fasilitas intubasi

- O2 / N2O Halothan, Ethrane atau Isofluran dengan ventilasi

spontan / kontrol.

3. Monitoring

Nadi bradikardia atau aritmia karena ocolocardiac refleks

Tekanan darah pertahankan tekanan darah dalam batas normal

karena kenaikan tekanan darah akan menyebabkan kenaikan

tekanan intra okuler.

Hindari pasien bangun selama anestesi ( light anestesi ) karena

dengan anestesi yang dalam akan menurunkan tekanan intra-

okuler

Hiperventilasi akan menurunkan tekanan intra-okuler.

Anestesi Pada Operasi Kebidanan dan Ginekologi

A. Pada operasi kebidanan didapatkan :

1. Faktor Ibu :

Regurgitasi dan aspirasi asam lambung

Hipotensi karena kompresi pada Aorta dan Vena Cava

Hipoksemia karena metabolic rate meningkat dan menurunnya FRC

(Functional Residual Capasity )

Kemungkinan sulit intubasi.

Perdarahan karena atonia uteri

Page 23: Kebijakan Yan Anestesi

23

Awareness

2. Faktor janin :

Depresi janin karena obat-obatan yang melalui sawar plasenta

Hipoksia janin karena :

- Hipoksia ibu

- Hipotensi

- Kompresi aorta dan Vena Cava

- Vasokonstriksi uteri

B. Penilaian dan pemeriksaan pra-anestesi :

1. Penilaian pra-anestesi :

a. Visite pra-anestesi :

Adanya penyakit jantung

Adanya perdarahan ante-partum dengan hipvolemi

Adanya pre-eklampsi / eklampsi

Adanya Diabetes mellitus

Adanya masalah intubasi

b. Pemeriksaan penderita terutama untuk :

Jantung

Paru-paru

Nadi

Tekanan darah

EKG

Laboratorium :

- Rutin

- Khusus

2. Persiapan anestesi :

a. Premedikasi :

Page 24: Kebijakan Yan Anestesi

24

H2 antagonis untuk mengurangi sekresi asam lambung. Dapat

diberikan Metoclopropamid 10 mg per-oral atau intra vena, 1 – 2 jam

sebelum induksi.

b. Karena pada operasi kebidanan ( seskio sesarea ) biasanya bersifat

cito (emergensi), sehingga pasien sering tidak puasa. Oleh karena itu

untuk menghindari regurgitasi dan aspirasi cairan lambung sebaiknya

dipasang NGT.

c. Karena pada wanita hamil kemungkinan sulit intubasi sangat besar,

maka untuk antisipasi kegagalan intubasi disediakan mandrain dan

blade laringoskop berbagai ukuran

C. Penatalaksanaan anestesi

1. Anestesi umum

Pasien diletakan terlentang dengan bokong kiri lebih rendah

daripada yang kanan

Diberikan pre-oksigenisasi dengan O2 100% selama 3-5 menit

sebelum induksi.

Induksi dan intubasi dialkukan bila operator ( Dokter Kebidanan )

sudah siap, dengan cara induksi cepat ( Crush Induction ) dengan

penekanan Cricoid ( Selleck Manuver ). Induksi dilakukan dengan

menggunakan :

- Propofol ( Safol ) 1-2 ml/KgBB atau Thiopental ( Pentothal ) : 4 –

5 mg/kgBB

- Succinyl choline / Quelicin : 1 mg/kgBB

- Ketamine 1 mg/kgBB sebagai pengganti Pentothal pada pasien-

pasien hippovolemi atau asma

Operasi dimulai setelah intubasi. Hiperventilasi yang berlebihan

harus dihindari karena dapat mengurangi aliran darah uterus

( Utrine Blood Flow ) dan berhubungan dengan asidosis janin.

N2O : O2 50 % : 50 % dengan konsentrasi volatile ( Gas

anestesi ) yang rendah

Page 25: Kebijakan Yan Anestesi

25

Digunakan pelumpuh otot ( muscle relaxant ) dengan lama kerja

yang sedang ( intermediate ), seperti :

- Vervuronium : 0,05 mg/kgBB

- Atracurium : 0,05 mg/kgBB

Setelah bayi lahir diberikan :

- Opipoid ( petidin ) 1 mg/kgBB

- Oxytocin 10 – 20 unit kedalam cairan infus

Setelah plasenta lahir diberikan :

Methergin 0,2 mg secara intra vena

Pada akhir operasi dimana efek pelumpuh otot telah kembali dan

napas penderita telah spontan, NGT diangkat dan penderita

diekstubasi dalam keadaan sudah bangun.

2. Anestesi Regional

a. Kontraindikasi anestesi regional adalah :

Perdarahan ante-partum atau kecenderungan perdarahan.

Hipovolemik

Sepsis local didaerah tempat penusukan jarum, deformitas

tulang belakang atau penyakit neuropati

Pasien menolak

b. Subarachnoid block ( spinal ) dapat dipakai pada prosedur elektif

dan emergensi.

c. Epidural block hanya cocok untuk operasi-operasi yang tidak urgen

d. Persiapan anestesi :

Berikan pre-load cairan RL atau NaCl sebanyak 500 – 1000 cc

Siapkan obat-obatan vasokontriktor ( efedrin ) 50 mg yang

diencerkan dalam 10 cc aquades.

e. Pasien biasanya diletakan pada posisi lateral decubitus, suntikan

larutan :

Lidocaine Hyperbarik (5%) 60-90 mg atau

Page 26: Kebijakan Yan Anestesi

26

Buvivacaine Hyperbarik 12 – 15 mg dengan menggunakan

jarum spinal No.22 atau yang lebih kecil lagi.

Kemudian pasien diposisikan terlentang kembali dengan bokong

kiri lebih rendah daripada kanan.

f. Berikan oksigen 2 – 3 liter / menit dan tekanan darah diukur tiap 1 –

2 menit sampai keadaan stabil.

g. Bila terjadi penurunan tekanan darah lebih dari 30 % dari tekanan

darah sebelum anestesi, berikan vasokinstriktor ( efedrin ) 5 – 10

mg intra-vena

h. Monitoring selama anestesi :

Periksa nadi dan tekanan darah tiap 3 menit sampai lahir dan 5

menit setelah itu

Monitoring respirasi dan tingkat kesadaran

Ukur jumlah kehilangan darah

Bila nadi kurang dari 60 kali / menit berikan efedrin 5 mg

bolus sampai tekanan darah dapat diperbaiki

Bila penderita mengeluh nyeri dada, beri oksigen 100 %

Anestesi Pada Operasi THT

Masalah yang dihadapi :

1. Masalah Airway ( jalan napas )

Mempertahankan dan melindungi jalan napas / airway sementara operasi

berlangsung

2. Memperkecil perdarahan

A. Tonsilektomi

Page 27: Kebijakan Yan Anestesi

27

Persiapan pasien :

Visite pre-anestesi :

- Anamnesa

- Pemeriksaan fisik

- Laboratorium :

< Rutin

< Hb, L, BT, CT

Premedikasi :

- Sulfas Atropin 0,005 mg/kgBB intravena

- Dormicum 0,5 mg/kgBB pre-oral, untuk anak-anak dibawah 5

tahun

Penatalaksanaan anestesi :

Kanulasi intra-vena

Pre-oksigenasi paling sedikit selama 5 menit sebelum induksi

anestesi

Induksi dan intubasi dengan :

- Propofol ( Safol ) 1-2 ml/KgBB atau Thiopental ( Pentothal ) : 5

mg/kgBB dan

- Succinyl cholinee / Quelicin : 1mg/kgBB kemudian dilakukan

intubasi

- Analgetik dengan Opioid ( Petidin ) : 1 mg/kgBB bila

menggunakan mesin N2O

- Kepala ditinggikan dalam posisi ekstensi dengan meletakan

bantal dibawah bahu.

- Yakinkan patensi dan posisi tube endotracheal setelah posisi

kepala dan pemasangan Mouth Gag

- Memperkecil perdarahan dengan memposisikan kepada lebih

tinggi dan memberikan smooth anestesi.

Page 28: Kebijakan Yan Anestesi

28

Pasca bedah

- Bersihkan mulut, pharynx dan pasase hidung

- Ekstubasi tube hanya dilakukan setelah ada refleks bentuk

dengan posisi kepala lebih rendah dan posisi miring.

B. Operasi Telinga

Persiapan pasien : sama dengan persiapan operasi THT lainnya

Penatalaksanaan anestesi :

- Induksi dan intubasi sama dengan untuk operasi THT lainnya

- Memperkecil perdarahan dengan memposisikan kepala lebih

tinggi,IPPV (Intermittent Positive Pressure Ventilation ) dengan

pelumpuh otot ( muscle relaxant ) dan Halothan.

- Karena N2O lebih larut dalam darah dan sifatnya mengisi rongga

lebih cepat, maka selama dilakukan tympanoplasty, penggunaan N2O

sebaiknya dihentikan saat 5 menit sebelum penempatan graft.

Pasca bedah :

Sering terjadi mual dan muntah sehingga perlu dipertimbangkan

penggunaan antiemetik profilaksis.

C. Operasi Hidung

Persiapan anestesi : sama dengan persiapan operasi THT lainnya

Penatalaksanaan anestesi :

- Induksi dan intubasi sama dengan operasi-operasi THT lainnya

- Lindungi jalan napas ( airway ) dengan balon tube endotracheal

atau pack pharyngeal

- Kurangi peerdarahan dengan posisi kepala lebih tinggi dan

IPPV (Intermitte Positive Pressure Volume )

- Mempertahankan ventilasi dan oksigenisasi yang baik

- Monitoring tensi, nadi, respirasi dan perdarahan selama operasi

berlangsung

- Ekstubasi setelah ada refleks batuk

Pasca bedah :

Page 29: Kebijakan Yan Anestesi

29

Pakai oropharingeal airway ( Mayo ) karena pasase hidung disubat

dengan pack