jtptunimus gdl pertiwijig0a 5464 2 babii

Upload: shinta-adesti-eka-rini

Post on 07-Jul-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    1/28

    6

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Pengertian

    Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka

    ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,

    mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam

    (Smeltzer & Bare, 2002).

    Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi

    30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak 

    (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline

    malignancy atau carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas ganas (true

    malignant) (Priyanto, 2007).

    Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun

     padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di

     bagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru

    ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana

    (Wiknjosastro, 1999).

    B. Anatomi fisiologi ovari

    Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksterna dan organ interna.

    Organ interna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam

    ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis,

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    2/28

    7

    ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita, serta sebagai

    tempat implantasi; dapat dikatakan organ interna berfungsi untuk pertumbuhan

    dan kelahiran janin.

    1. Organ eksterna

    2. Organ Internal

    a. Vagina

    Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang

    ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina

    mempunyai panjang kurang lebih 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm.

    Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran keluar dari uterus,

    dilalui sekresi uterus, dan kotoran menstruasi, sebagai organ kopulasi dan

    sebagai bagian jalan lahir saat persalinan.

    Dinding vagina terdiri atas empat lapisan : Lapisan epitel gepeng

     berlapis : pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan akan

    merembes melalui epitel untuk memberikan kelembaban, Jaringan kolektif 

    areoler yang dipasok pembuluh dengan baik, Jaringan otot polos

     berserabut longitudinal dan sirkuler, Lapisan luar jaringan ikat fibrosa

     berwarna putih.

    Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempat

    servik menuju kedalam kubah vagina terbentuk sebuah selokan melingkar 

    yang mengelilingi servik. Fernik ini terbagi menjadi empat bagian: fornik 

     posterior, anterior dan dua buah fernik latera

     b. Uterus

    Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh

     peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    3/28

    8

    Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul antara

    kandung kemih di anterior dan rectum posterior.

    Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10

    cmpada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan

    antara 50-70 gram sedangkan pada yang belum pernah melahirkan

     beratnya 80 gram atau lebih.

    Uterus terdiri atas:

    1) Fundus uteri

    Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopi

     berinsersi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana

    fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat di perkirakan

    dengan perabaan fundus uteri.

    2) Korpus uteri

    Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat

     pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari

    3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi utama

    sebagai perkembangan janin.

    3) Servik uteri

    Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak 

    di bawah isthmus. Servik memiliki serabut otot polos namun terutama

    terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh

    darah. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan secret yang kental dan

    lengket dari kanalis servikalis. Jika saluran kelenjar servik tersumbat

    dapat berbentuk kista, retensi berdiameter beberapa millimeter yang

    disebut sebagai folikel nabothian.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    4/28

    9

    Secara histologik uterus terdiri atas:

    a) Endometrium di korpus uteri dan endoservik di servik uteri

    Merupakan bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan

    mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil.

    Endometrium terdiri atas epitel kubik,kelenjar-kelenjar dan

     jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk.

    Ukuran endometrium bervariasi yaitu 0,5 mm hingga 5 mm.

    Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar dan jaringan

    mesenkim antar kelenjar yang di dalamnya banyak terdapat

     pembuluh darah.

    Epitel permukaan endometrium terdiri dari satu lapisan sel

    kolumner tinggi, bersilia dan tersusun rapat. Kelenjar uterus

     berbentuk tubuler merupakan invaginasi dari epitel, kelenjar ini

    menghasilkan cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga

    uterus tetap lembab.

     b) Miometrium

    Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar 

    uterus dan terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan

    ikat dengan banyak serabut elastin didalamnya. Menurut Schwalm

    dan Dubrauszky, 1966 banyaknya serabut otot pada uterus sedikit

    demi sedikit berkurang kearah kaudal, sehingga pada servik otot

    hanya merupakan 10% dari massa jaringan. Selama masa

    kehamilan terutama melalui proses hipertrofi, miometrium sangat

    membesar, namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada otot

    servik.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    5/28

    10

    c) Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral

    Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis

    dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya.

    Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah:

    i) Ligamentum kardial sinistra at dextra (mackenrodt)

    Yaitu ligamentum yang terpenting mencegah suplay

    uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan

    dari servik dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di

    dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena

    dan arteri uteria.

    ii) Ligamentum Sakro Uterinum Sinitra at Dextra

    Yaitu ligamentum yang menahan uterus agar tidak 

     banyak bergerak, berjalan dari servik bagian belakang, kiri dan

    kanan, kearah os sacrum kiri dan kanan.

    iii) Ligamentum Rotundum Sinistra at Dextra

    Yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam

    antefleksi dan berjalan dari fundus uteri kiri dan kanan ke

    daerah inguinal kiri dan kanan.

    iv) Ligamentum Latum Sinistra at Dextra

    Yaitu ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari

    uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. Di

     bagian dorsal ligamentum ini di temukan indung telur (ovarium

    sinistra at dextra).

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    6/28

    11

    v) Ligamentum Infudibula Pelvicum

    Yaitu ligamentum yang menahan tuba falopi berjalan

    dari arah infidibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya terdapat

    urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteri dan vena ovarica.

    Istmus adalah bagian uterus antara servik dan korpus

    uteri diliputi oleh peritoneum visceral yang mudah sekali

    digeser dari dasarnya atau digerakkan di daerah plika vesiaka

    uteria.

    Uterus diberi darah oleh arteri uterine sinistra at dextra

    yang terdiri dari istmus asenden dan desenden. Pembuluh darah

    yang lain yang memperdarahi uterus adalah arteri ovarica

    sinistra at dextra. Inversasi uterus terdiri atas system saraf 

    simpatis, parasimpatis dan serebrospinal. Yang dari system

     parasimpatis ini berada dalam panggul di sebelah kiri dan

    kanan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2, 3, dan 4. Dan

    selanjutnya memasuki pleksus frankenhauser. Yang dari system

    simpatis masuk ke dalam rongga panggul sebagai pleksus

    hipogastrikus melalui biforkasio aorta dan promontorium terus

    ke bawah dan menuju pleksus frankenhauser. Serabut saraf 

    tersebut memberi inervasi pada miometrium dan endometrium.

    Kedua system simpatik dan prasimpatik mengandung unsure

    sensorik dan motorik. Simpatik menimbulkan kontraksi dan

    vasokonstriksi sedangkan parasimpatik mencegah kontraksi

    dan menimbulkan vasodilatasi.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    7/28

    12

    c. Tuba Falopi

    Tuba falopi marupakan saluran ovum yang terentang antara kornu

    uterine hingga suatu tempat di dekat ovarium dan merupakan jalan ovum

    mencapai rongga uterus. Panjang tuba falopi antara 8-14 cm, tuba tertutup

    oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membrane mukosa.

    Tuba falopi terdiri atas Pars interstisialis (bagian yang terdapat di

    dinding uterus), Pars Ismika (merupakan bagian medial tuba yang sempit

    seluruhnya), Pars Ampularis (bagian yang terbentuk agak lebar, tempat

    konsepsi terjadi), Pars Infudibulum (bagian ujung tuba yang terbuka

    kearah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi

    tuba untuk menangkap telur dan kemudian menyalurkan ke dalam tuba).

    Gambar c.1 : Organ reproduksi interna wanita

    d. Ovarium

    Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri

    dan kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang

    oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    8/28

    13

    sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)

    siklus menstruasi. Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan

    mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi penggumpalan

    darah pada ruang folikel.

    Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum,

    Memproduksi hormone estrogen, Memproduksi hormone progesterone.

    Gambar d.1 : Ovarium

    Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat

     jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovarium

    ini hanya terdapat pada wanita, letaknya di dalam pelvis di kiri kanan

    uterus, membentuk, mengembang serta melepaskan ovum dan

    menimbulkan sifat-sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar,

    timbulnya siklus menstruasi.

    Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium

    disebut medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak 

    mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf, bagian luar bernama

    korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu kantong-kantong kecil yang

     berdinding epithelium dan berisi ovum.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    9/28

    14

    Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan

    uterus, menghasilkan hormon estrogen dan progesterone. Hormon ini

    dapat mempengaruhi kerja dan mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan,

    misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan lain-lain.

    Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah

    di dalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal dari

    dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan membentuk korpus luteum

    tumbuh terus sampai beberapa bulan menjadi besar. Bila ovum tidak di

     buahi maka korpus luteum bertahan hanya sampai 12-14 hari tepat

    sebelum masa menstruasi berikutnya, korpus luteum menjadi atropi.

    Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan

    uterus dimana masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama masa

    ini epithelium permukaan dinding uterus terlepas dan terjadi sedikit

     perdarahan.

    Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan pertumbuhan

    yang berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk diperbaharui, tahap

    ini dikendalikan olen estrogen, sedangkan pengendalian estrogen

    dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating Hormon) terjadi pada hari ke-

    14, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik yang di kendalikan oleh

     progesterone.

    C. Etiologi

    Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila

    timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan,

    membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    10/28

    15

    kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat

    didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium

    hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting

    dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi

    kanker ovarium, diantaranya:

    1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada

    sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi.

    Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses

    transformasi menjadi sel-sel tumor.

    2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya

    kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel

    ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen

    dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker 

    ovarium.

    D. Patofisiologi

    Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor 

    ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada

    usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada

    usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak.

    Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan

     berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi

    dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang

    menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    11/28

    16

    Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama

    tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas

    hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.

    1. Akibat Pertumbuhan

    Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan

     pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya

    tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat

    mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan

    tidak nafsu makan dan rasa sakit.

    2. Akibat aktivitas hormonal

    Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika

    tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.

    3. Akibat Komplikasi

    a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak 

    sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan

    menimbulkan nyeri perut.

     b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui

    ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan

    menimbulkan rasa sakit.

    c. Infeksi pada tumor 

    Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman

     patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    12/28

    17

    d. Robekan dinding kista

    Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka

     perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa

    nyeri terus menerus.

    e. Perubahan keganasan

    Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor 

    diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap

    kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,1999).

    Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang

     beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal,

    endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang

     beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30%

    dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda.

    Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar 

     para aorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke

    alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan

    ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas

    ovarium (Harahap, 2003).

    E. Manifestasi Klinis

    Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala

    umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

    1. Stadium Awal

    a. Gangguan haid

     b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    13/28

    18

    c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)

    d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)

    e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)

    f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada

    lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan

    rambut)

    2. Stadium Lanjut

    a. Asites

     b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)

    c. Perut membuncit

    d. Kembung dan mual

    e. Gangguan nafsu makan

    f. Gangguan BAB dan BAK 

    g. Sesak nafas

    h. Dyspepsia

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    14/28

    19

    F. Pathways

    Kemoterapi / terapi radiasi

    Lheukore

    Sekresi berlebihan berbau

    Senggama

    Jaringan serviks rapuh   Dispareunia

    Perdarahan pasca

    caitus

    Sering bergantian pasangan hygiene

    seksual kurang, infeksi virus, HIV

    Proses peradangan

    Kerusakan jaringan

    Hyperplasia / metaplasia

    Metastase kelenjar limfe

    Pembesaran kelenjar limfe

     Nyeri

    Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Integumen Sistem Hematologi

    Mual, muntah, mulut kering   Gangguan eliminasi urin.Retensio/Inkontinensia urin

    Rambut rontok, kulit kering.Kulit menghitam

    Merusak sumsum tulang

    Resiko nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh

    Intrake cairan berlebih

    Defisit volum cairan

    HDR Gangguan aktivitas

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    15/28

    20

    Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2002) :

    Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium

    Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan

     perluas pelvis

    Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan

    metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro

     peritoneal positif 

    Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu / kedua ovarium dengan

    metastasis jauh.

    G. Komplikasi

    Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :

    1. Asites

    Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-

    struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui

     penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan

    rongga panggul.

    2. Efusi Pleura

    Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran

    limfe menuju pleura.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    16/28

    21

    Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :

    1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause

    2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga

    muncul maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis

    3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus,

    asites fistula dan edema ekstremitas bawah

    H. Konsep Kemoterapi

    Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat

    sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel

    kanker (Hidayat, 2008) :

    1. Prinsip Kerja Obat Kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker 

    Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat

    ini bekerja terutama terhadap sel -sel kanker yang sedang berproliferasi,

    semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka

    terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin

    lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah, hal ini disebut

    Kemoresisten.

    Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :

    a. Obat golongan   Alkylating agent, platinum Compouns,  dan   Antibiotik 

     Anthrasiklin   obst golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat

    DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan

    replikasi.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    17/28

    22

     b. Obat golongan Antimetabolit , bekerja langsung pada molekul basa inti

    sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA .

    c. Obat golongan   Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid , dan  Taxanes

     bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi

    hambatan mitosis sel.

    d. Obat golongan   Enzim   seperti,   L-Asparaginase   bekerja dengan

    menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis

    DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.

    2. Pola Pemberian Kemoterapi

    a. Kemoterapi Induksi

    Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau

     jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar 

    (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau

    limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.

     b. Kemoterapi Adjuvan

    Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan

    atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang

    masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).

    c. Kemoterapi Primer 

    Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan

     pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu

    sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    18/28

    23

    d. Kemoterapi Neo-Adjuvan

    Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti

     pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi

    lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar 

    sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.

    3. Cara pemberian obat kemoterapi

    a. Intra vena (IV)

    Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus

    IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120

    menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion

     pump upaya lebih akurat tetesannya.

     b. Intra tekal (IT)

    Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan

    tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX,

    Ara.C.

    c. Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi,

    tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi

    ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.

    d. Oral

    Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®,

    Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®,

    Gleevec®.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    19/28

    24

    e. Subkutan dan intramuskular 

    Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah

    L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis.

    Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian

    Bleomycin.

    f. Topikal

    g. Intra arterial

    Intracavity

    h. Intraperitoneal/Intrapleural

    Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang

     banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin.

    Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk 

    memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk 

    mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak ,

    contohnya Bleocin.

    4. Tujuan Pemberian Kemoterapi

    a. Pengobatan

     b. Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.

    c. Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

    d. Mengurangi komplikasi akibat metastase.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    20/28

    25

    5. Persiapan dan syarat kemoterapi

    a. Persiapan

    Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan

     pemeriksaan yang meliputi:

    1) Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.

    2) Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.

    3) Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila

    serim creatinin meningkat.

    4) Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)

    5) EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).

     b. Syarat

    1) Keadaan umum cukup baik.

    2) Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi,

    informed concent.

    3) Faal ginjal dan hati baik.

    4) Diagnosis patologik 

    5) Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.

    6) Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.

    7) Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %,

    leukosit > 5000 /mm³, trombosit > 150 000/mm³.

    6. Efek samping kemoterapi

    Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    21/28

    26

    a. Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam

    24 jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.

     b. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects ) yang timbul dalam

     beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia

    dan stomatitis.

    c. Efek samping yang terjadi belakangan   (Delayed Side Effects )   yang

    timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati

     perifer, neuropati.

    d. Effek samping yang terjadi kemudian   (Late Side Effects)  yang timbul

    dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.

    Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada

    setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang

    timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang

    sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.

    Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala

    gastrointestinal, supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala

    gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi,

    faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang

     beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi

    24 jam.

    Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah

    sel darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    22/28

    27

    merah (anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika

    dapat terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi

    segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8

    sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan

    kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi

    kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada

    minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit

    kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu

    keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat

    mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi

     pada traktus gastrointestinal.

    Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai

     pada kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting

    adalah kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal,

    kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan

    hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker 

     baru.

    Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit

    diatasi, sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis

     paru umumnya iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan

     pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang

    dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran

    kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    23/28

    28

    I. Penatalaksanaan

    1. Pembedahan

    Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh

    insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan

    kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.

    2. Biopsi

    Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung,

    untuk mendukung pembedahan.

    3. Second look Laparotomi

    Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi lazim

    dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.

    4. Kemoterapi

    Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor 

    ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens

    alkylating seperti itu (cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic

    seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin).

    5. Penanganan lanjut

    a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali

     b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan

    c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan

    d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    24/28

    29

    J. Pengkajian Fokus

    Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang

    dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan

    keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya

    meliputi :

    1. Aktivitas dan Istirahat

    Gejala : Kelemahan / keletihan

    Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada

    malam hari,adanya factor-faktor yang memepengaruhi tidur 

    missal, nyeri, ansietas, berkeringat malam.

    2. Sirkulasi

    Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengeragan kerja.

    Tanda : Perubahan pada TD.

    3. Integritas ego

    Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan

    cara mengatasi stress (missal, merokok, minum alcohol,

    menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual).

    Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.

    4. Eliminasi

    Gejala : Perubahan pada pola defekasi missal, darah pada feses, nyeri

     pada defekasi.

    Perubahan pada eliminasi urinarius masal, nyeri atau rasa

    terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    25/28

    30

    Tanda : Perubahan pada bising usus, disensi abdomen.

    5. Makanan / cairan

    Gejala : Kebiasaan diet buruk (missal, rendah serat, tinggi lemak,

    aditif bahan pengawet).

    Anoreksia, mual/muntah.

    Perubahan pada berat badan,penurunan berat

     badan,berkurangnya masa otot.

    Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.

    6. Neurosensori

    Gejala : Pusing, sinkope.

    7. Nyeri / kenyamanan

    Gejala : Tidak ada nyeri/derajat bervariasi missal, ketidaknyamanan

    ringan sampai nyeri berat.

    8. Pernafasan

    Gejala : Merokok (Tembakau, hidup dengan seseorang yang

    merokok, pemajanan asbes).

    9. Keamanan

    Gejala : Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.

    Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.

    10. Seksualitas

    Gejala : Masalah seksual misalnya, dampak pada hubungan,

     perubahan pada tingkat kepuasan.

     Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    26/28

    31

    Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini,

    herpes genital.

    11. Interaksi sosial

    Gejala : Ketidakeadekuatan/kelemahan system pendukung.

    Riwayat perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah,

    dukungan/bantuan)

    Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.

    (Doenges, 2001)

    K. Fokus Intervensi dan Rasional

    1. Nyeri b/d proses penyakit (kompresi / destruksi, jaringan saraf, infiltrasi

    saraf, obstruksi jaringan saraf, inflamasi)

    Tujuan : Nyeri hilang atau nyeri berkurang dengan k….

    KH : 1. Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang

    2. klien tampak rileks tidak menahan nyeri

    3. mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan

    Intervensi :

    a. Kaji skala nyeri misal : lokasi, durasi, frekuensi dan intensitas

     b. Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri

    c. Berikan tindakan kenyamanan dasar, misal : gosok punggung dan

    aktivitas hiburan

    d. Evaluasi penghilangan nyeri / kontrol

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    27/28

    32

    e. Evaluasi sadarai terapi tertentu, misal : pembedahan, radiasi,

    kemoterapi

    f. Kolaborasi : Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien

    dan dokter berikan analgetik 

    2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik,

    konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional,

    keletihan

    Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan

    KH : 1. BB stabil, tidak terdapat tanda malnutrisi

    2. Pengungkapan pemohonan pengaruh individual pada

    masukan adekuat

    3. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang

    nafsu makan, peningkatan nafsu makan

    Intervensi :

    a. Pantau masukan makanan setiap hari

     b. Ukur BB, TB, dan ketebalan kulit trisep

    c. Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient dengan

    masukan cairan adekuat, dorong penggunaan supplement dan makan

    sedikit tapi sering

    d. Kontrol faktor lingkungan, hindari terlalu manis, berlemak atau pedas

    e. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia

    f. Kolaborasi : tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

  • 8/18/2019 Jtptunimus Gdl Pertiwijig0a 5464 2 Babii

    28/28

    3. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan sekunder 

    dan imunosupresi, malunutrisi, proses penyakit kronis

    Tujuan : Tidak terjadi infeksi atau infeksi terhindar dengan

    KH : 1. Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk 

    mencegah / mengurangi resiko infeksi

    2. Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat pada

    waktunya

    Intervensi :

    a. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik, batasi pengunjung

    yang mengalami infeksi tempatkan pada isolasi sesuai indikasi

     b. Tekankan hygiene personal

    c. Pantau suhu

    d. Kaji adanya tanda-tanda infeksi

    e. Tingkatkan istirahat adekuat / periode latihan

    f. Kolaborasi : Laboratorium : Jumlah granulosit dan trombosit sesuai

     batas normal

    g. Dapatkan kultur sesuai indikasi

    h. Berikan antibiotik 

    (Carpenito, 2000)