jtptunimus gdl hatikalvit 5593 2 babii

23
8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006:11) 2. Tujuan Posyandu Tujuan Umum Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Tujuan Khusus: a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB (Depkes RI, 2006:12-13).

Upload: mendi-mrvica-el-farizi

Post on 05-Aug-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Posyandu

1. Pengertian Posyandu

Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar

untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI,

2006:11)

2. Tujuan Posyandu

Tujuan Umum

Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan

masyarakat.

Tujuan Khusus:

a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan

dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,

terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama

yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB (Depkes RI, 2006:12-13).

Page 2: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

9

3. Sasaran Posyandu

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:

a. Bayi

b. Anak balita

c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui

d. Pasangan Usia Subur (Depkes RI, 2006:13).

Balita merupakan kelompok umur rawan gizi. Kelompok ini merupakan

kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP) dan jumlahnya dalam

populasi besar. Beberapa kondisi yang menyebabkan anak balita rawan gizi

dan rawan kesehatan antara lain sebagai berikut :

a. Anak balita berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan

orang dewasa

b. Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik atau ibunya sudah bekerja

penuh sehingga perhatian ibu sudah berkurang

c. Anak balita sudah main di tanah dan sudah dapat amin di luar rumahnya

sendiri sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi

yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai macam penyakit

d. Dengan adanya posyandu yang sasaran utmanya adalah anak balita adalah

sangat tepat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan anak balita (Soekidjo

Notoatmodjo, 2003:15).

Page 3: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

10

4. Kegiatan Posyandu

a. Lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu), yaitu: (1) KIA, (2) KB,

(3) Imunisasi, (4) Peningkatan gizi, (5) Penanggulan diare.(Depkes RI,

2006:26-28).

b. Tujuh kegiatan Posayandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu: (1) KIA, (2)

KB, (3) Imunisasi, (4) Peningkatan gizi, (5) Penanggulangan diare, (6)

Sanitasi dasar, (7) Penyedian obat esensial.(Nasrul Effendy, 1998:268).

5. Prinsip Dasar Posyandu

a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat

perpaduan antara pelayanan professional dan non professional (oleh

masyarakat).

b. Adanya kerjasama lintas program yang baik (KIA, KB, gizi. Imunisasi,

penangulangan diare) maupun lintas sektoral (Dep. Kes. RI.

Depdagri/Bangdes, dan BKKBN).

c. Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok tumbang/pos tumbang, pos

imunisasi, pos kesehatan, dan lain-lain).

d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita 1-4

tahun, ibu hamil, PUS).

e. Pendekatan yang dibutuhkan adalah pengembangan dan PKMD/PHC

(Nasrul Effendy, 1998:271).

Page 4: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

11

6. Sistem Lima Meja Posyandu

Penyelenggaraan Posyandu dengan system lima meja, meliputi:

a. Meja I : Pendaftaran, pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan

pasangan usia subur.

b. Meja II : Penimbangan balita dan ibu hamil.

c. Meja III : Pengisian KMS.

d. Meja IV : Penyuluhan perorangan

e. Meja V: Pelayanan oleh tenaga professional meliputi pemberian imunisasi,

pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,

pelayanan kontrasepsi (Nasrul Effendy, 1998:270)

Gambar 2.1 : Alur penyelenggaraan Posyandu

Sumber : Depkes RI, 1999

Pendaftaran oleh kader di meja 1

Penimbangan bayi oleh kader di meja 2

Pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan di meja 5

Penyuluhan oleh kader di meja 4

Pengisian KMS oleh kader di meja 3

Page 5: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

12

7. Klasifikasi Posyandu

Posyandu diklafikasikan menjadi empat tingkatan, yaitu:

a. Posyandu Pratama (Warna Merah)

Pelaksanaan masih belum mantap, kegiatan belum bias rutin tiap bulan dan

kader aktifnya terbatas. Frekuensi penimbangan masih kurang dari delapan

kali dalam satu tahun. Posyandu pratama dinilai gawat.

b. Posyandu Madya (Warna Kuning)

Dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali setiap tahun, jumlah

kader kurang lebih 5 orang, cakupan program utama yaitu KB, KIA, Gizi,

Imunisasi masih rendah yaitu kurang dari 50%.

c. Posyandu Purnama (Warna Hijau)

Dapat melaksankan kegiatan lebih dari delapan kali setiap tahun, jumlah

kader lima orang atau lebih, cakupan lima program utamanya lebih dari

50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat

yang masih sederhana.

d. Posyandu Mandiri (Warna Biru)

Kegiatan teratur, cakupan lima program utama sudah baik, ada program

tambahan, dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Dana sehat

menggunakan prinsip Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

(JPKM) serta mampu berswasembada (Depkes RI, 1997:53-54)

8. Pokok-pokok Kegiatan Posyandu

Dengan berpedoman pada dasar pemikiran UPGK, maka dapat ditetapkan

pokok-pokok kegiatan Posyandu sebagai berikut:

Page 6: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

13

a. Pengawasan gizi anak balita

Melalui penimbangan berat badan secara teratur dan terus menerus

setiap bulan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Apabila

anak ditimbang berat badanya secara teratur tiap bulan, dan jika titik-titik

yang menunjukan berat badan anak pada KMS dihubungkan, maka akan

tergambar apa yang disebut sebagai garis pertumbuhan anak. Garis

pertumbuhan anak tersebut dapat dibandingkan dengan garis pertumbuhan

tubuh baku yang tertera dalam KMS. Apabila berat badan angka sewaktu

penimbangan tidak menunjukkan kenaikkan maka in berarti anak tidak

tumbuh yang berarti pula sebagai tanda awal tidak terpenuhinya kebutuhan

gizi anak (Sjahmien Moehjie, 2002:118).

Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat

terjadi pula dalam waktu yang lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu

singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat

menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan,

atau karena kurangnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan

pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat terlihat pada

hambatan pertumbuhan tinggi badan (Depkes RI, 2004:4).

b. Pemberian bimbingan dan nasehat kepada ibu sangat penting dalam usaha

menumbuhkan perilaku gizi yang positif yang diperlukan dalam kegiatan

posyandu.

Page 7: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

14

c. Pelayanan pertolongan gizi diberikan untuk menanggulangi penderita

gangguan gizi terutama penderita defiansi vitamin A, penderita anemia gizi

dan pencegahan terjadinya dehidrasi pada anak yang menderita diare.

d. Motivasi dan pelayanan KB untuk menunjang kegiatan Posyandu.

e. Kegiatan rujukan penderita penyakit infeksi ke Puskesmas terdekat atau

rumah sakit sebagai pelengkap kegiatan Posyandu.

f. Pemanfaatan pekarangan guna membantu dan mendorong tumbuhnya

swadaya keluarga untuk perbaikan gizi (Sjahmian Moehji, 2002:119-122).

10. Tujuan dan Sasaran Kegiatan Posyandu

Tujuan dari kegiatan Posyandu adalah meningkatkan dan membina

keadaan gizi seluruh anggota masyarakat melalui partisipasi dan pemerataan

kegiatan, perubahan tingkah laku yang mendukung tercapainya perbaikan

gizi, termasuk gizi anak balita. Sasaran dari kegiatan Posyandu adalah

seluruh rakyat dengan prioritas pada golongan anak 0-5 tahun, wanita hamil,

ibu menyusui, golongan pekerja terutama yang berpenghasilan rendah, dan

golongan penduduk di daerah rawan pangan (Suharjo, 2005:51).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Ibu Balita dalam Kegiatan

Posyandu.

1 . Perilaku Individu

a. Faktor-faktor Presdisposisi (Presdisposing Factors)

1) Umur ibu

Umur sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi

sosial terdapat pada masa dewasa, wanita yang cepat dewasa tetap aktif

Page 8: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

15

dibidang sosial seperti ikut serta dalam Posyandu (Elizabeth B. Hurlock,

1980:263).

Para ibu muda merupakan suatu kelompok pendukung sukarela

yang besar pada umumnya perhatian mereka sangat besar dan mudah

diberi instruksi untuk ikut serta dalam kegiatan Posyandu (Alam B dan

Robert J, 1985:44).

2) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior) (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121).

Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang dimiliki

individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar. Sedangkan menurut

Indra Jaya pengetahuandidefinisikan sebagai berikut :

a. Sesuatu yang ada atau dianggap adab.Sesuatu hasil persesuaian subjek

dan objek.

b. Hasil kodrat manusia.

c. Hasil persesuian antara induksi dengan deduksi.

Menurut Suchman (1966) pengetahuan kesehatan berpengaruh

terhadap pelayanan kesehatan (Greenley, 1980). Penelitian Sihol P

Page 9: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

16

Hutagalung (1992) pengetahuan ibu mempengaruhi perilaku

menimbangkan anaknya di Posyandu. Adanya Hubungan Pengetahuan,

sikap dengan praktek penggunaan posyandu oleh ibu balita di Kotamadya

Ujung Pandang (Thata. M, 1990).

3) Pendidikan

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting

dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka

orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara

pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,

pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998:100).

Pendidikan formal dari ibu rumah tangga seringkali mempunyai

asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan

dalam keluarga. Tetapi korelasi itu tidak selalu linier karena untuk makanan

yang cukup jarang merupakan hasil pengetahuan semata-mata. Berdasarkan

penelitian Sanjur tahu 1982 beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat

pendidikan dari ibu meningkat pengetahuan nutrisi dan praktik-praktik

nutrisi makin meningkat, ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan

nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi daripada yang kurang

bergizi (Mulyono Joyomartono, 2005:98).

4) Pekerjaan ibu

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan

ibu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali

tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang

Page 10: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

17

hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang

dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih

memuaskan dari pada keadaan yang sebelumnya (Pandji Anoraga, 1998:11).

Ibu yang bekerja mempunyai waktu kerja sama seperti dengan

pekerja lainnya. Adapun waktu kerja bagi pekerja yang waktu siang 7 jam

satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu minggu, atau

dengan 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam

satu minggu. Sisa waktunya 16-18 jam digunakan untuk kehidupan dalam

keluarga, masyarakat, tidur, dan lain-lain (Siswanto Sastrohadiwiryo,

2003:13).

Bagi pekerja wanita, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah

tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita

mempunyai mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan

rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan

keluarga, suami, anak dan hal-hal yang menyangkut tetek bengek rumah

tangganya (Pandji Anoraga, 1998:121).

Aspek sosio ekonomi akan berpengaruh pada partisipasi masyarakat

di Posyandu. Semua ibu yang bekerja baik di rumah atau luar rumah,

keduanya akan tetap meninggalkan anak-anaknya untuk sebagian besar

waktu (Neil Niven, 2000:253).

5) Jumlah anak dalam keluarga

Anak adalah keturunan yang kedua (Departemen Pendidikan

Nasional, 2002:41). Jumlah anak adalah banyaknya (bilangan atau sesuatu

Page 11: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

18

yang dikumpulkan menjadi satu) (Departemen Pendidikan Nasional

2002:480). Jadi jumlah anak adalah banyaknya keluarga dalam satu

keluarga.

Jumlah anak adalah banyaknya keturunan dalam satu keluarga.

Jumlah anak yang banyak pada keluarga akan mengakibatkan berkurangnya

perhatian dan kasih sayang yang diterima, lebih-lebih jika jarak anak terlalu

dekat (Soetjiningsih, 1998:10).

Kecukupan gizi keluarga berkaitan erat dengan besar kecilnya

jumlah anggota keluarga. Oleh karena itu, usaha untuk mengatur jarak dan

jumlah kelahiran haruslah merupakan bagian dari usaha peningkatan

kemampuan keluarga untuk menyediaakan kecukupan gizi bagi setiap

anggota keluarga (Sjahmien Moehji, 2002:117).

Jarak kelahiran anak yang terlalu rapat merupakan salah satu faktor

yang mempertinggi resiko anak akan menderita KKP. Karenanya motivasi

dan pelayanan KB sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan UPGK

(Sjahmien Moehji, 2002:122).

6) Pendapatan

Pendapatan adalah hasil pencarian atau perolehan usaha

(Departemen Pendidikan Nasional 2002:236). Menurut Mulyanto Sumardi

dan Hans Diater Evers (1982:20), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik

berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri.

Jadi yang dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat

Page 12: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

19

penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan

dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Pendapatan keluarga yang memadai akan menujang tumbuh

kembang anak dan kesadaran anak, karena orang tua dapat menyediakan

semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder (Soetjiningsih,

1998:10).

Menurut budioro (2002:108) keterbatasan sarana dansumber daya,

rendahnya penghasilan, adanya peraturan atau perundangan yang menjadi

penghambat akan membatasi keberdayaan orang perorang maupun

masyarakat untuk merubah perilakunya.

7) Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat

dilihat langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

yang tertutup (Soekidjo, 2003:130).

Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara

tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan

adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan

dalam sikap negative terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Sarlito Wirawan Sarwono,

2000:94).

Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang

ada pada seseorang yang memberikan gambaran corak tingkah laku

Page 13: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

20

seseorang. Berdasar pada sikap seseorang, orang akan dapat menduga

bagaiman respon atau tindakan yang akan diambil tindakan oleh orang

tersebut terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam

kondisi wajar-ideal gambaran kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang

diambil sebagai respon terhadap suatu masalah atau keadaan yang

dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari sikapnya (Sugeng Hariyadi,

2003:90).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.

Misalnya sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus

mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah

dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor

fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Soekidjo,

2003:133).

b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Factors)

1) Keterjangkauan Fasilitas

Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-

faktor yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu

tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku

masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat

merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan

keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan

Page 14: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

21

kesehatan kepada masyarakat, disamping faktor-faktor yang sudah dibawa

sejak lahir sehingga menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi

individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan

(Nasrul Effendy, 1998:8).

Hasil penelitian tentang kelengkapan sarana atau fasilitas posyandu

dibuktikan oleh peneliti yang berkesimpulan bahwa semakin lengkap saran

yang digunakan di Posyandu, semakin sering ibu menimbangkan anaknya di

Posyandu (Sihol H, 1992).

2) Jarak Posyandu

Menurut Deprtemen Pendidikan Nasional (2002:456) Jarak adalah

ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak

antara rumah dengan Posyandu. Jangkauan pelayanan Posyandu dapat

ditingkatkan dengan bantuan pendekatan maupun pemantauan melalui

kegiatan Posyandu (Budioro, 2001:147).

Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah dijangkau

oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri, Posyandu dapat

dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa,

balai RT, atau di tempat khusus yang dibangun masyarakat (Nasrul Effendy,

1998:296).

Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan (Kresno, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Sutanto (2006) menunjukan bahwa responden yang mengaku jarak tempuh

Page 15: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

22

ke tempat pelaksanaan posyandu dekat akan lebih banyak memanfaatkan

posyandu dibandingkan dengan responden yang jarak tempuhnya jauh, dari

80 orang responden yang memanfaatkan posyandu 77 orang diantaranya

datang ke posyandu hanya dengan jalan kaki sedangkan sisanya 3 orang

mengatakan harus menggunakan kendaraan untuk bisa mengikuti kegiatan

posyandu. Pendapat yang sama juga ditemukan dalam penelitian Setowaty

(2000) di Puskesmas Pal V Kota Pontianak yang menemukan keluarga yang

tinggalnya dekat dengan pelayanan pengobatan akan memanfaatkan

pelayanan 4,267 kali dibandingkan dengan yang bertempat tinggal jauh.

Menurut Koenger (1983) keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan

fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan.

Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Greenlay (1980) yang

mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan

seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan.

c. Faktor-faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Peran Kader

Keterampilan petugas Posyandu merupakan salah satu keberhasilan

dari system pelayanan di Posyandu. Posyandu yang dilakukan oleh kader

Posyandu yang terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu balita

sehingga kader tersebut ramah dan baik. Kader Posyandu yang ramah,

terampil dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat menyababkan ibu-

ibu balita rajin datang dan memanfaatkan pelayanan kesehatan di Posyandu

(Yon Ferizal dan Mubasysyir Hasanbasri, 2007:10).

Page 16: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

23

Kader gizi berasal dari anggota masyarakat, bekerja sukarela,

mampu melaksanakan kegitan, mampu menggerakan masyarakat untuk ikut

serta dalam kegiatan, bekerja sukarela, mampu melaksanakan kegitan,

mampu menggerakan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan Posyandu.

Kader mempunyai peranan langsung dan tidak langsung dalam

melaksanakan kegiatan.

1) Peranan Langsung

Menyelenggarakan kegiatan bulanan Posyandu: (1) Pencatatan balita,

(2) Penimbangan balita, (3) Pencatatan hasil penimbngan balita, (4)

Penyuluhan atas dasar hasil penimbangan balita, (5) Penyuluhan ibu

hamil dan ibu menyusui, (6) Pemberian makanan tambahan, (7) Peran

serta rumah, (8) Melaporkan kegiatan.

2) Peranan tidak langsung

Penggerak utama masyarakat dalam kegiatan posyandu (Depkes RI,

1985:10-13).

2. Perilaku Masyarakat

Pada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehatan

dilaksanakan berlangsung suatu proses interaksi antara provider dengan

recipient, yang masing-masing memiliki latar belakang sosial budaya sendiri-

sendiri. Provider memilki sistem kesehatan kedokteran, recipient memilki

sistem kesehatan yang berlaku di komunitasnya. Program pembangunan

kesehatan, termasuk di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat

mencapai tujuan program apabila dari kedua belah pihak saling berpartisipasi

Page 17: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

24

aktif. Pihaknya perlu memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi

recipient. Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat pedesaan perlu

diperhatikan prinsip-prinsip itu antara lain:

a. Untuk memperlancar pelaksanaan program masyarakat target yang dapat

menghambat, dan yang mendorong baik yang terdapat dalam masyarakat target

maupun staf birokrasi inovasi.

b. Berdasarkan pengalaman, suatu program pembangunan masyarakat terlaksana

dengan lancer keren melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan-

kegiatan, karena sesuai dengan felt-need, yang berdasarkan pertimbangan

provider adalah need, menjadi feel-need bagi masyarakat yang bersangkutan.

c. Dalam usaha memperbaiki kebiasaan makan anak balita dan ibu menyusui,

provider hendaknya memahami faktor-faktor kebiasaan makan orang-orang

dari masyarakat target. Ada konsep kebiasaaan makan yang dapat dijadikan

pedoman, antara lain teori channel dari Kurt Lewin. Menurut teori ini

pemilihan makanan didasari oleh nilai intelektual dan emosional dan

dipengaruhi oleh rasa, status sosial, kesehatan dan harga. Nilai-nilai

berinteraksi satu dengan yang lain. Makanan apa yang dipilih tergantung pada

skala nilai yang diacu (Mulyono Joyomartono, 2005:120-121).

3. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah menumbuhkan dan meningkatkan

tanggungjawab individu, keluarga, terhadap kesehatan atau kesejahteraan

dirinya, keluarganya dan masyarakat (Depkes RI, 1987:2).

Page 18: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

25

Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu:

a. Tingkat partisipasi masyarakat karena perintahatau karena paksaan.

b. Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insensitif.

c. Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi karena ingin meniru.

d. Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.

e. Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan

tanggungjawab (Depkes RI, 1987:18).

Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari masyarakat

dan pihak provider. Dari masyarakat dapat terjadi karena kemiskinan,

kesenjangan social, sistem pengambilan keputusan dari atas ke bawah, adanya

kepentingan tetap, pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya,

susunan masyarakat yang sangat heterogen, persepsi masyarakat yang sangat

berbede dengan persepsi provider tentang masalah kesehatan yang dihadapi.

Sedangkan hambatan yang ada dalam pihak provider adalah terlalu

mengejar target, persepsi yang berbede antara provider dan masyarakat, dan

pelaporan yang tidak obyektif (Depkes RI, 1987:20).

Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berat dalam masyarakat

dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku yang

merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan

(Depkes RI, 1987:20).

4. Penerapan (perilaku)

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002:1180) Penerapan

adalah hasil menerapkan sesuatu, dalam hal ini adalah penerapan kunjugan

Page 19: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

26

posyandu. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan dan

untuk terwujudnya suatu tindakan yang nyata perlu pendukung atau kondisi

yang memungkinkan antara lain fasilitas. Sikap ibu yang sudah positif terhadap

kunjungan posyandu tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan

ada fasilitas posyandu yang mudah dicapai agar ibu tersebut datang dalam

kegiatan posyandu. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor

dukungan (support) dari pihak lain misalnya suami atau istri, orang tua atau

mertua sangat penting

1) Proses perubahan perilaku.

Sepanjang masa hidupnya semua makhluk hidup termasuk manusia

akan mengalami perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini dilakukan untuk

menghadapi kondisi alam sekitarnya yang berubah-ubah. Menurut Hosland, et

al dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003:134) proses perubahan perilaku pada

hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku

tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau

tidak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus

efektif.

b. Setelah stimulus mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia

mengerti dan dilanjutkan ke proses berikutnya.

c. Organisme tersebut kemudian mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang diterimanya (bersikap).

Page 20: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

27

d. Adanya dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus

tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

D. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusun kerangka teori

mengenai partisipasi ibu balita dalam kegiatan Posyandu, sebagai berikut:

Faktor-faktor ynga berhubungan dengan kunjungan ibu balita dalam

kegiatan Posyandu dibagi menjadi predisposing factors, enabling factors, dan

reinforcing factors. Presdiposing factors (faktor-faktor predisposisi) meliputi

umur ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan jumlah anak.

Enabling factors (factor-faktor pendukung) yang meliputi keterjangkauan

fasilitas, jarak posyandu, dan perilaku masyarakat yang mana dilator belakangi

oleh faktor sosial dan budaya yang juga ikut berperan dalam pelaksanaan kegiatan

posyandu, serta reinforcing factors (factor penguat) yaitu peran kader. Peran

kader turut serta mempengaruhi partisipasi ibu balita dalam kegiatan Posyandu.

Kerangka teori secara lebih lanjut dapat dilihat pada bagan berikut:

Page 21: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

28

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Dimodifikasi dari: Teori Lawrence Green (1980) dan Hosland, et al (1953) dalam

Soekidjo Notoatmodjo (2003:96&135).

� Reinforcing factor

(Peran kader)

� Enabling factor

(keterjangkauan fasilitas, jarak

Posyandu dari rumah)

� Predisposing factor

(umur, pendidikan, pekerjaan,

jumlah anak, pengetahuan,

sikap, pendapatan)

Stimulus � Perhatian

� Pengertian

� Penerimaan

Reaksi tertutup

(perubahan sikap)

Reaksi terbuka

(perubahan perilaku)

Perubahan positif Perubahan negatif

Melakukan kunjungan

posyandu

Tidak melakukan

kunjungan posyandu

Page 22: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

29

E. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel Terikat

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1. Ada hubungan antara umur ibu balita dengan kunjungan ibu balita dalam

kegiatan posyandu.

2. Ada hubungan antara pendidikan ibu balita dengan kunjungan ibu balita

dalam kegiatan posyandu.

3. Ada hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan kunjungan ibu balita

dalam kegiatan posyandu.

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kunjungan

ibu balita:

Kunjungan ibu balita dalam

kegiatan posyandu

Umur ibu balita

Pendidikan ibu balita

Pengetahuan ibu balita

Sikap ibu balita

Jumlah anak

Page 23: Jtptunimus Gdl Hatikalvit 5593 2 Babii

30

4. Ada hubungan antara sikap ibu balita dengan kunjungan ibu balita dalam

kegiatan posyandu.

5. Ada hubungan antara jumlah anak ibu balita dengan kunjungan ibu balita

dalam kegiatan posyandu.