jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

35
6 BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Penyakit A. Pengertian Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, yang dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. ( Hidayat, 2006 ) Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001). Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. ( Nelson, 1999 ). Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran ( Mansjoer, 1999 ) B. Fisiologi Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terus - menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi. Sistem pencernaan dimulai pada saat makanan masuk kedalam mulut dan di hancurkan oleh gigi. Penglihatan, penciuman dan pengecap makanan

Upload: ryan-martins

Post on 13-Jul-2015

250 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

6

BAB II

KONSEP DASAR

I. Konsep Penyakit

A. Pengertian

Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus

halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, yang dapat ditularkan

melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman

salmonella thypii. ( Hidayat, 2006 )

Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata

pada fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah

(Smeltzer, 2001). Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang

dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. ( Nelson, 1999 ).

Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari,

gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran ( Mansjoer, 1999 )

B. Fisiologi

Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai

terus - menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi. Sistem

pencernaan dimulai pada saat makanan masuk kedalam mulut dan di

hancurkan oleh gigi. Penglihatan, penciuman dan pengecap makanan

Page 2: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

7

mencetuskan saliva oleh reflek saraf. Saliva melumaskan makanan dan

memungkinkan makanan untuk diubah menjadi massa yang lunak atau

bolus. Sebagian makanan dihancurkan kemudian dapat lebih

menstimulasi reseptor-reseptor pengecap. Selain fungsi ini saliva juga

mengandung enzim ptialin yang memulai pemecahan karbohidrat

menjadi gula sederhana. Saliva di sekresi oleh 3 kelenjar utama yaitu :

a. Kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang banyak mengandung

air.

b. Kelenjar sublingual.

c. Kelenjar submandibular yang menghasilkan saliva berair dan

berlendir ( Mansjoer, 1999 ).

C. Etiologi

Tifus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella

paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C

( Mansjoer, 1999 ).

Salmonella typhosa, merupakan basil gram negatif yang bergerak

dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang - kurangnya tiga

macam antigen yaitu :

a. Antigen O ( Ohne Hauch ) yaitu somatic antigen ( tidak menyebar ),

terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida.

b. Antigen H ( Hauch / menyebar ) terdapat pada flagella.

c. Antigen Vi merupakan polisakarida kapsul verilen.

Page 3: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

8

Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan

menimbulkan pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut

aglutinin.

D. Patofisiologi

Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna,

bersama makanan dan minuman, sebagian besar akan mati oleh asam

lambung HCL dan sebagian ada yang lolos ( hidup ), kemudian kuman

masuk kedalam usus ( plag payer ) dan mengeluarkan endotoksin

sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan

peradangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh limfe akan

menuju keorgan RES terutama pada organ hati dan limfe.

Diorgan RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian

tidak difagosif akan berkembang biak dan akan masuk kedalam

pembuluh darah sehingga menyebar keorgan lain, terutama usus halus

sehingga menyebabkan peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi

nutrient dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada

hipotalamus akan menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam

remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi

mudah lelah.

Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler

menyebabkan roseola pada kulit dan lidah hipermi. Konstipasi bisa

menyebabkan komplikasi intestinal ( perdarahan usus, perfarasi,

Page 4: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

9

peritonitis ) dan ekstra intestinal ( pneumonia, meningitis ).

Endotoksi salmonella typhi membatu terjadiya proses inflamasi

lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Namun

pada typhi di sebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinya

merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada

jaringan yang meradang dalam perkembangbiakan kuman dapat

mengakibatkan hipertropi splenomegali terjadi penekanan pada usus

menyebabkan nyeri ( Mansjoer, 1999 ).

E. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan

dari pada orang dewasa. Masa tunas: 10 - 20 hari. Yang tersingkat 4 hari

jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman

yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala

prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala., pusing

dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul manifestasi klinik

yang biasa ditemukan ialah :

1. Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris

remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu

tubuh berangsur - angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada

pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam

minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam; pada

Page 5: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

10

minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir

minggu ketiga.

2. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan

pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),

ujung dan tepinya iemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen

ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa

membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi

tetapi juga dapat diare atau normal.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walapun tidak berapa dalam,

yaitu apatis sampai somnolen, jarang sopora koma atau gelisah

(kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan ).

Disamping gejala – gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya.

Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu

bintik – bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit

yang dapat ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak

besar

Page 6: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

11

F. Komplikasi

Dapat terjadi :

1. Pada usus halus

a. Pendarahan usus.

Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja

dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat

disertai nyeri perut dengan tanda – tanda ranjatan.

b. Perforasi usus

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi

pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritontis

hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum

c. Peritonitis

Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi

usus. Ditemukan gejala abdomen akut, nyeri perut yang hebat,

dinding abdomen tegang (defense muscular) dan nyeri tekan.

2. Di luar usus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis ( bakteremia ),

yaitu meningtis, kolesistitis, ensefolopati. Terjadi karena infeksi

sekunder yaitu bronkopneumonia

Page 7: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

12

G. Penatalaksanaan

Pengobatan demam thypoid terdiri atas 3 bagian yaitu:

1. Perawatan

Pasien demam thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk

isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut

sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14

hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi komplikasi

perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakuakan

secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya

harus di ubah - ubah pada waktu - waktu tertentu untuk menghindari

komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang

air kecil perlu diperhatikan, karena kadang terjadi obstipasi dan

retensi air kemih

2. Diet

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi

protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak

merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila

kesadaran menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung.

Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga di berikan makanan

lunak. Beberapa penelitian manunjukan bahwa pemberian makanan

padat dini, yaitu nasi dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang

sayuran dengan serat kasar ) dapat di berikan dengan aman.

Page 8: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

13

3. Obat.

Obat – obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:

a. Kloramfenikol.

Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam

lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk

orang dewasa 4 x 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7

hari bebas demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam

pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5 hari.

b. Tiamfenikol.

Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid sama

dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada

penggunan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol.

Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid turun setelah

rata - rata 5 - 6 hari.

c. Ko-trimoksazol ( kombinasi dan sulfamitoksasol ).

Dosis itu orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai

7 hari bebas demam ( 1 tablet mengandung 80 mg trimitropin

dan 400 mg sulfametoksazol ). Dengan kontrimoksazol demam

pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5 - 6 hari.

d. Ampicillin dan Amoksisilin.

Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam thypid

dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75 -

150 mg / kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas

Page 9: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

14

demam. Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam

tifoid turun rata - rata setelah 7 - 9 hari.

e. Sefalosforin generasi ketiga.

Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga

amtara lain sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif untuk

demam thypoid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum

diketahui dengan pasti.

f. Fluorokinolon.

Fluorokinolon efektif untuk untuk demam thypoid, tetapi dosis

dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

Obat-obat Simtomatik:

1. Antipiretika

Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien

demam thypoid, karena tidak dapat berguna.

2. Kortikosteroid

pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau

parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap ( Tapering

off ) selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan,

kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan cepat turun

sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan

tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal

dan relaps.

Page 10: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

15

H. Pathways

Makanan terkontaminasi salmonella

Mulut

HCL ( Lambung )

Hidup Tidak hidup

Usus terutama plag peyer

Kuman meneluarkan endotoksin

Bakteriema primer

Difogosit Tidak difogosit

Mati Bakteriema sekunder

Pembuluh darah usus halus Hipotalamus Hepar

Kapiler peradangan menekan Hipotasplenom

Procesia Tidak Mal absorbsi termoreguler endotoksin

pada kulit hiperemi nutrien Hipertermi merusak hepar

Hiperperistaltik cepat lelah

Perubahan nutrisi Usus Intoleransi SGOT / SGPT

Kurang dari Diare aktifitas

Kebutuhan tubuh bedrest

reinterkasi usus

Intestinal komplikasi ekstraintestinal

- perdarahan usus - pneumonia

- peritonitis - meningitis

Page 11: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

16

I. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi

2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus

3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder

terhadap diare

4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme

sekunder terhadap infeksi akut

J. Intervensi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi:

1a. Dorong tirah baring

Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan

penurunan kalori dan simpanan energi

1b. Anjurkan istirahat sebelum makan

Rasional: Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi

makan

1c. Berikan kebersihan oral

Rasional : Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan

Page 12: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

17

1d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan

menyenangkan

Rasional: Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan

konduktif untuk makan

1e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

Rasional: Nutrisi yang adekuat akan membantu proses

1f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi

Rasional: Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal

sementara memberikan nutrisi penting.

2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus

Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal

Intervensi:

2a. Pantau suhu klien

Rasional: Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses

peningkatan infeksius akut

2b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat

tidur sesuai dengan indikasi

Rasional: Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah,

mempertahankan suhu mendekati normal

2c. Berikan kompres mandi hangat

Rasional : Dapat membantu mengurangi demam

2d. Kolaborasi pemberian antipiretik

Page 13: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

18

Rasional : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya

hipotalamus

3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder

terhadap diare

Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran

mukosa, turgor kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil,

keseimbangan dan kebutuhan urin normal

Intervensi:

3a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang

tidak terlihat

Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan

dan elektrolit penyakit usus yang merupakan

pedoman untuk penggantian cairan

3b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor

kulit dan pengisian kapiler

Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi

3c. Kaji tanda vital

Rasional : Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan

cairan

3d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring

Rasional : Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk

penurunan kehilangan cairan usus

Page 14: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

19

3e. Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral

Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan

cairan untuk mempertahankan kehilangan

4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme

sekunder terhadap infeksi akut

Tujuan : Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi

aktivitas

Intervensi:

4a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi

pengunjung

Rasional : Menyediakan energi yang digunakan untuk

penyembuhan

4b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik

Rasional : Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan

tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko

kerusakan jaringan

4c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi

Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan

karena keterbatasan aktifitas yang menganggu

periode istirahat

4d. Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio)

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan hambatan energi

Page 15: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

20

II. Konsep Keluarga

A. Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

( DepKes, 2003, google. com, diakses tanggal 19 Maret 2009 )

B. Tipe / bentuk keluarga

1. Keluarga inti ( Nuclear Family ), adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu, dan anak-anak.

2. Keluarga Besar (Extended Family ), adalah keluarga inti ditambah

dengan satu saudara., misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara

sepupu, parnan, bibi, dan sebagainya.

3. Keluarga bcrantai ( Serial Family ), adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lcbih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti

4. Keluarga duda / janda (Single Family ), adalah keluarga yang terjadi

kerena perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi ( Composite Family ), adalah keluarga

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

6. Keluarga kabitas ( Cahabitation Family ), adalah dua orang menjadi

satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga

Page 16: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

21

C. Tugas Keluarga

1. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu sebagai berikut:

a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya

b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau

usianya yang tertalu muda.

d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan

kesehatan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e) Mempertahankan hubungan timbai balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan. yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik

fasilitas kesehatan yang ada.

2. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan, tugas pokok tersebut

adalah, sebagai berikut:

a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b) Pemeliharaan sumber - sumber daya yang ada dalam keluarga.

c) Pembagian tugas masing - masing anggotanya sesuai kedudukan

masing - masing.

d) Sosialisasi antar anggota keluarga.

e) Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

Page 17: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

22

D. Peran keluarga

1. Peran formal Keluarga

a) Peran parental dan perkawinan

Delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami -

ayah dan istri - Ibu:

1) Peran sebagai provider ( penyedia ).

2) Peran sebagai pengatur rumah tangga.

3) Peran perawatan anak

4) Peran sosialisasi anak.

5) Peran rekreasi.

6) Perart persaudaraan ( kinship ) memelihara hubungan keluarga

paternal dan maternal.

7) Peran terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif pasangan )

8) Peran seksual

b) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan

yang kokoh itu sangat penting. Anak - anak terutama dapat

mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana

suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara

suatu hubungan perkawinan yang memuaskan rnerupakan salah

satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.

Page 18: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

23

c) Peran informal

1) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara

para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan

pendapat.

2) Inisiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide

baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan -

tujuan kelompok.

3) Pendamai ( compromiser ) : merupakan salah satu bagian dari

konflik dan ketidaksepakatan, pendamai inenyatakan kesalahan

posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan

penyelesaian " setengah jalan ".

4) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawatm dan

mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

5) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan

kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan

/ keakraban

E. Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis

a) Untuk meneruskan keturunan.

b) Memelihara dan membesarkan anak.

c) Memenuhi kebutuhan grzi keluarga.

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.

Page 19: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

24

2. Fungsi Psikologis

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

b) Mcmberikan perhatian diantara anggota keluarga.

c) Memelihara dan merawat anggota keluarga.

d) Memberikan identitas keluarga.

3. Fungsi Sosialisasi

a) Membina sosialisasi pada anak.

b) Membentuk norma - norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

c) Meneruskan nilai - nilai budaya keluarga.

4. Fungsi Ekonomi

a) Mencari sumber-sumber pcnghasilan untuk pemenuhan kebutuhan

keluarga.

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk mernenuhi

kebutuhan keluarga.

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan dating

misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

5. Fungsi pendidikan

a) Menyekolahkan anak hntuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan

minat yang dimilikinya.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

Page 20: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

25

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat - tingkat perkembangannya.

6. Fungsi perlindungan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan -

tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung

dan merasa aman.

7. Fungsi perasaan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif,

merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling

pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam

keluarga.

8. Fungsi religius

Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan

mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan

beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan

bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada

kehidupan lain setelah didunia ini.

9. Fungsi rekreatif

Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi

ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagairnana menciptakan

suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai

keseimbangan kepribadian masing - masing anggotanya.

Page 21: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

26

F. Keperawatan Kesehatan Keluarga

1. Definisi

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipnsatkan pada keluarga sebagai unit

atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan mclalui

perawatan sebagai saran / penyalur ( Murwani, 2007 ).

2. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan.

a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga

yang menyangkut kehidupan masvarakat.

b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya.

c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan

apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan

akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu

( Pasien ), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan

dalam memelihara kesehatan para anggotanya.

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk

berbagai upaya kesehatan masyarakat.

Page 22: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

27

G. Pengkajian Fokus

1. Biodata Keluarga

Fokus pengkajian untuk biodata keluarga berkaitan dengan umur,

jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga yang ada pada keluarga.

Umur sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada usia 3 –

19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang anak – anak usia

sekolah dasar, ini dikarenakan mereka lebih suka jajan yang belum

tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan, dari pada makan

dirumah. Anak usia sekolah rata – rata tidak tahu penyebab dari

penyakit thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua

tidak memperhatikan pola jajan dari anak – anak mereka.

2. Riwayat Keluarga

Thypoid bisa disebabkan karena adanya riwayat keluarga yang

pernah menderita penyakit thypoid. Mengingat penularan salmonella

thypi salah satunya adalah pasien dengan carier orang yang sembuh

dari demam thypoid dan terus mengekspres salmnella thypi dalam

tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.

3. Karakteristik Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebab terjadinya

Thypoid, yaitu lingkungan yang kotor akan beresiko tinggi untuk

terkena penyakit thypoid.

Page 23: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

28

4. Fungsi Perawatan Kesehatan

Pada keluarga yang pernah menderita thypoid perawatan kesehatan

perlu dilakukan seperti mengatur diit nya yaitu jangan makan yang

keras – keras, pedas dan masam. Pada keluarga Tn.S jika sakit selalu

periksa ke Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat

H. Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang

digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah

kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan

dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai

dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu yang telah

dilaksanakan terhadap keluarga ( Friedman, 1998 ).

1. Pengkajian Keluarga

Membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke dalam

tahap – tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat

perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga

dan koping keluarga.

2. Mengidentifikasi Data

Data –data dasar yang digunakan oleh perawat untuk

mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan

keluarga maupun sosial yang merupakan sistem integrasi dan

kesanggupan untuk mengatasinya

Page 24: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

29

Pengumpulan data pada keluarga dengan Thypoid difokuskan

pada komponen – komponen yang berkaitan dengan Thypoid.

3. Data Identitas

a. Usia

Usia sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu

pada usia 3 – 19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering

menyerang anak – anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan

mereka lebih suka jajan yang belum tentu bersih dalam

pengolahan bahan makanan, dari pada makan dirumah. Anak

usia sekolah rata – rata tidak tahu penyebab dari penyakit

thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua tidak

memperhatikan pola jajan dari anak – anak mereka.

b. Jenis Kelamin

Pada pria lebih bresiko terkena penyakit thypoid ataupun

terpapar dengan kuman salmonella typhi dibandingkan wanita

karena aktivitas di luar rumah lebih banyak pria dari pada

wanita. ( Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005,

google.com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ).

c. Lingkungan

Penyakit thypoid merebak didaerah yang kebersihan

lingkungannya kurang diperhatikan, misalnya saja didaerah

yang kumuh atau kotor dan banyak lalat. Banyaknya lalat

didaerah yang kumuh akan menjadi perantara pindahnya kuman

Page 25: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

30

ke manusia, dimana penyebaran salmonella thypi ini melalui

muntahan, urine, dan kotoran dari penderita yang kemudian

terbawa oleh lalat, lalat itu megontaminasi makanan, minuman,

sayuran maupun buah – buahan yang terbuka, sehingga orang

yang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan

kuman salmonella thypi akan beresiko terkena penyakit thypoid.

( Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005, google.

com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ).

d. Pekerjaan

Orang yang bekerja pada lingkungan yang kumuh dan

kotor lebih beresiko terkena penyakit thypoid, misalnya

pemulung.

e. Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif

karena dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif

dan psikomotorik dalam pengelolaan penderita thypoid mereka

tidak mengenal tentang thypoid dan akibat serta pentingnya

fasilitas kesehatan.

f. Hubungan (genogram).

Dalam anggota keluarga penularan kuman salmonella

thypi melalui 2 sumber yaitu adanya anggota leluarga yang saat

itu sedang menderita penyakit thypoid dan adanya anggota

keluarga dengan carier (orang yang sembuh dari penyakit

Page 26: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

31

thypoid dan terus mengeksresi salmonella thypi, tinja dan air

kemih selama lebih dari satu tahun. (Artikel Mahasiswa Fakultas

Kedokteran UH, 2005, google. com, diakses tanggal 10 Maret

2009 ).

g. Kebiasaan.

Kebiasaan yang paling berpengaruh pada proses

terjadinya penyakit thypoid yaitu hygiene personal yang kurang.

Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan ataupun

kebiasaan memelihara kuku yang panjang akan mempermudah

masuknya kuman kedalam tubuh. (Artikel Mahasiswa Fakultas

Kedokteran UH, 2005, google. com, diakses tanggal 10 Maret

2009 ).

1. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga yang beresiko

mengalami masalah thypoid adalah tahap perkembangan

keluarga dengan anak usia sekolah, karena pada fase ini

umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga

maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk dan kurang

memperhatikan pola jajan dari anak mereka.Dimana dalam

pengolahan bahan makanan tersebut belum tentu bersih dari

pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata – rata tidak tahu

penyebab dari penyakit thypoid.

Page 27: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

32

2. Riwayat Kesehatan Keluarga

Thypoid tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain

misalnya penyakit hipertensi, DM, dan lain – lain, karena penyakit

thypoid kaitannya adalah dengan lingkungan ( lingkungan yang

kotor dan kumuh ) meskipun thypoid adalah penyakit menular,

namun penularan penyakit thypoid yaitu melalui carier atau orang

yang sembuh dari penyakit thypoid dan masih mengekskresi

salmonella thypii dalam kemih selama lebih dari satu tahun.

3. Data Lingkungan

a) Kondisi Rumah atau Karakteristik Rumah

Penataan perabot rumah yang kurang diperhatikan atau

tidak teratur seperti tempat makanan dan tempat sampah yang

dibiarkan terbuka akan meningkatkan resiko terjadinya

penyakit thypoid, karena penyakit thypoid sering terjadi pada

daerah yang kebersihan lingkungannya kurang diperhatikan

misalnya saja dilingkungan yang kumuh dan kotor serta banyak

lalat.

b). Karakteristik Lingkungan dan Komunitas, menjelaskan tentang

karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat

c). Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh

mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

Page 28: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

33

d). Sistem pendukung

Pengelolaan pasien post opname thypoid dikeluarga sangat

membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga dan petugas

dari pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Semuanya

berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan mengontrol

perkembangan kesehatan anggota keluarga yang habis menderita

penyakit thypoid.

4. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi

Adanya komunikasi yang terbuka antara keluarga sangat

berpengaruh terhadap kesembuhan penyakitnya, karena

dengan komunikasi yang terbuka dapat mengetahui masalah

kesehatan keluarga secara dini.

b. Struktur Pengambilan Keputusan

Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan yang tepat untuk merawat anggota

keluarga yang sakit, karena pengambilan keputusan yang tepat

dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut.

c. Peran

Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan

keluarga terutama dalam penyediaan kebutuhan anggota

keluarga yang meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan.

Page 29: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

34

d. Nilai atau Norma

Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat berpengaruh

terhadap cara perawatan anggota keluarga yang sakit.

5. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang

sakit mengakibatkan penderita thypoid tidak mendapatkan

perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan, sehingga dapat

menimbulkan terjadinya komplikasi lebih lanjut.

2) Fungsi Sosial

Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang thypoid dan

cara penanggulangannya.

3) Fungsi Perawatan Keluarga

Pendidikan ataupun pengetahuan yang kurang mempunyai

kecenderungan lebih tinggi untuk menderita thypoid

(Friedman, 1998).

a) Mengenal Masalah Kesehatan

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah thypoid

adalah salah satu faktor penyebab karena apabila keluarga

tidak mampu mengenal masalah thypoid, penyakit tersebut

akan mengakibatkan komplikasi.

Page 30: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

35

b) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit thypoid dikarenakan oleh ketidaktahuan

tentang penyakit, misalnya penyebab, gejala, perawatan,

pencegahan, komplikasi, serta diit thypoid.

c) Memodifikasi Lingkungan

Ketidakmampuan keluarga memelihara dan memodifikasi

lingkungan dapat beresiko untuk dilihat dari kebiasaan An.

B yang tidak sehat yaitu menjalankan diit yang salah dan

memelihara kuku yang panjang serta keadaan tempat

sampah yang terbuka.

4) Fungsi Reproduksi

Dalam keluarga penyakit thypoid merupakan penyakit yang

dapat ditularka kepada anggota keluarga yang lain.

5) Fungsi Ekonomi

Keadaan ekonomi yang rendah menyebabkan penyakit thypoid

tidak diperhatikan perawatan ataupun pengobatannya,

sementara penyakit thypoid juga sering diderita oleh kalangan

ekonomi menengah kebawah.

Page 31: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

36

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan SGOT dan SPGT

Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya

demam thypoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan

pembatasan pengobatan.

2. Pemeriksaan Leukosit

Pada demam thypod terdapat Leukopenia dan Limfositosis relatif ,

tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

kehanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan

darah tepi berada dalam batas normal, malahan kadang-kadang

terjadi leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi

sekunder.

Leukositosis : Peningkatan jumlah Leukosit

Leukopenia : Penurunan jumlah Leukosit

Nilai normal Leukosit :

Dewasa : Total :4500-10000 µL

Anak usia 2 tahun : 6000-17000 µL

Bayi baru lahir : 9000-30000 µL

3. Biakan Darah

Biakan darah positif memastikan demam thypoid tetapi biakan darah

negatif tidak menunjukan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena

hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor :

a. Teknik Pemeriksaan Laboratorium

Page 32: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

37

Hasil pemeriksaan laboratorium satu dengan yang lain berbeda.

Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan tehnik dan media

biakan yang digunakan karena jumlah kuman yang bcrada

dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah

( dewasa 5 - 10 ml, anak 2-5 ml ) dan darah tersebut harus

segera ditanam dalam media biakan sewaktu berada di sisi

pasien dan langsung dikirim ke laboratorium. Waktu

pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada

waktu bakteriemia berlangsung

b. Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit

Pada demam tifoid biakan darah terhadap Salmonella thypi

terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang

pada minggu-minggu berikutnya, pada waktu kambuh biakan

dapat positif lagi.

c. Vaksinasi dimasa Lampau

Vaksinasi pada masa lampau menimbulkan antibody dalam

darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia, hingga

biakan darah mungkin negative.

d. Pengobatan dengan obat antimikrobia

Bila pasien sebelum biakan darah sudah mendapat obat

antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat

dan hasil biakan mungkin negative

Page 33: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

38

e. Kepekaan Salmonella typhi terhadap obat antimikrobia

Penelitian di laboratorium kesehatan perum bio farma

menunjukaan bahwa selama 1984 – 1990 Salmonella typhi dan

Salmonella. paratyphi A masih 100% sensitive terhadap

Kloramfeniol 83,3%-100% sensitive terhadap ampisilin dan

97% - 100% sensitive terhadap kotrimoksasol.

4. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibobodi ( aglutinin ). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella

terdapat dalam serum pasien demam tifoid, juga pada orang yang

pernah tertular salmonella dan pada orang yang pernah difaksinasi

terhadap demam thypid. Maksud uji widal adalah untuk menentukan

adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita

thypoid.Akibat infeksi Salmonella typhi pasien membuat antibody

(aglutinin), yaitu :

a. Aglutinin O , yang dibuat Karena rangsang antigen O ( berasal

dari tubuh kuman )

b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H ( berasal dari flagella

kuman )

c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi ( berasal dari simpai

kuman )

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin 0 dan H yang

ditemukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin

Page 34: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

39

besar kemungkinan pasien menderita demam thypoid. Pada infeksi

yang aktif, titer uji widal akan meningkat. Pada pemeriksaan ulang

yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.

Perlu diketahui bahwa ada jenis dari demam thypoid yang

mempunyai gejala hampir sama, hanya bedanya demam biasanya

tidak terlalu tinggi (lebih ringan) ialah yang terdapat pada paratifoid

A, B, C, untuk menemukan kuman penyebab perlu pemeriksaan

darah seperti pasien thypoid.

Interpretasi Uji Widal

Tidak ada konsensus baku mengenai tingginya titer uji widal

yang mempunyai nilai diagnostik yang pasti untuk demam thypoid.

Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan

darah negative tidak menyingkirkan demam tifoid. Peningkatan titer

uji widal selama 2 sampai 3 minggu, memastikan diagnosis demam

thypoid. Reaksi widal tunggal dengan titer antibody O 1/320 atau

titer antibody H 1/640 menyokong diagnosis demam thypoid pada

pasien dengan gambaran klinis yang sama.

Page 35: Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii

1