journal reading tht croup
DESCRIPTION
Journal Reading THT CroupTRANSCRIPT
VI. DIAGNOSIS
Croup adalah diagnosis klinis. Langkah pertama adalah untuk mengeluarkan
kondisi obstruksi saluran pernafasan atas lain, terutama epiglottis, benda asing pada
saluran pernafasan, stenosis subglotis, angioedema, abses retrofaringeal, dan
tracheitis bacterial (EvardMI, 2009, Cherry JD, 2008). Diagnosis selalu dapat dibuat
berdasarkan karakteristik gambaran epidemiologinya, manifestasi klinis, dan
perjalanan penyakitnya, terutama pada anak dengan usia 6 bulan sampai 3 tahun.
Prosedur diagnosis yang membuat anak tidak pada kondisi nyaman akan
memperburuk distress pernafasan pada anak dan harus dihindari (Alberta, 2008).
Umumnya, analisis laboratorium harus dibatasi hanya untuk test yang diperlukan
pada kondisi penyakit yang lebih parah pada anak, tes digunakan seperti untuk
menilai status hidrasi dan oksigenasinya. Hitung sel darah putih dan lain-lainnya
jarang membantu or sulit membedakan dalam mendiagnsosis croup. Identifikasi
agen viral spesifik juga biasanya tidak diperlukan, dan mendapatkan swab dari jalan
nafas dan sekresinya kemungkinan dapat meningkatkan terjadinya distress respirasi
pada anak (Hall CB, 2010). Identifikasi virus mungkin diperlukan ketika
dipertimbangkan terapi antivirus spesifik, seperti untuk penyakit yang parah atau
anak resiko tinggi influenza. Pada kebanyakan kasus, antigen assay cepat, seperti
immunoflourscent dan enzim immunoassay digunakan. RT-PCR assay adalah yang
paling sensitive, tetapi hasilnya sering tidak ada dalam waktu yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan terapi pada croup (Henrickson K, 2007).
Evaluasi roentgenographic biasanya tidak diperlukan untuk diagnosis croup,
dan seharusnya digunakan hanya dengan perhatian dan monitoring yang khusus
pada anak. Pada kasus atipikal, gambaran radiologi dapat membantu untuk
diferensial diagnosisnya (Hall CB, 2010). Karakteristik manifestasi dari virus croup
dicatat pada leher anteroposterior film adalah bayangan penyempitan sebesar 5mm
sampai 10mm dari trakea pada area subglotis. Ini sering dideskripsikan sebagai
tanda “jam pasir” atau “menara”. Gambaran lateral dari leher menunjukkan
peningkatan lebar rongga udara pada area hipofaringeal. Pelebaran jalan napas
faring berkembang dari peningkatan upaya pernapasan anak sebagai akibat dari
obstruksi trakea (Hall CB, 2010). Nilai diagnostik dari temuan roentgenographic
masih tetap dipertanyakan. Mereka tidak konsisten diobservasi pada semua kasus
dari virus croup, dan beberapa studi telah menunjukkan spesifitas dan sensitifitas
yang rendah untuk mengkonfirmasi atau mengesampingkan virus croup (Hall CB,
2010).
Diferensial diagnosis. Anak menunjukkan gambaran atau perjalanan penyakit
yang atipikal, berbagai diagnosis harus dipertimbangkan (Sobol S, 2008). Sebuah
kasus harus dipertimbangkan atipikal jika anak tidak memiliki gambaran yang paling
karakteristik dari croup Terutama batuk seal’s bark dan suara serak. Riwayat
cepatnya progresifitas serangan, demam tinggi, tampak toksik, dan ngiler
mengindikasikan infeksi bakteri, epiglottis primer dan trakeitis bacterial. Kasus
epiglotitis bacterial sudah jarang ditemukan sejak penggunaan luas dari vaksinasi
H.influenza tipe b (Sobol S, 2008). Gambaran lain dari epiglottis termasuk serangan
onset yang cepat dan progresi dari penyakitnya, ditandai dengan demam tinggi dan
tampak toksik. anak sering duduk, bersandar ke depan, dan cemas. Riwayat infeksi
saluran pernafasan atas dengan rhinorrhea dan laryngitis biasanya tidak muncul.
Sebaliknya anak mungkin memiliki suara yang teredam, ditandai dengan disfagia
dan ngiler. Trakeitis bacterial mempunyai onset yang akut dan gambaran yang mirip
dengan epiglottitis (Henrickson K, 2007). Onset cepat dan dramatis ditandai dengan
demam tinggi, stridor, dan dyspnea dengan sputum purulent yang berlebihan. Anak
dapat berkembang dengan cepat untuk terjadi obstruksi jalan nafas total. Serangan
tidak berespon terhadap terapi dengan nebul epinefrin, dan kasus yang dicuragi
seharusnya diterapi sebagai kegawatan medis. Selulitis bacterial dan abses dari
ruang dalam leher, termasuk abses peritonsil dan retrofaringeal, mungkin juga
manifestasi dengan temuan mirip dengan demam tinggi, disfagia, dan ngiler (Page
N, 2008). Karakteristik saluran nafas atas ditandai dengan suara serak, dan batuk
menggongong biasanya tidak muncul. Penyebab utama stridor adalah karena
C.diphtheriae dimasa lalu, meskipun sekarang sudah jarang terjadi di Amerika
Serikat dan negara-negara maju lainnya, tetapi masih harus dipertimbangkan di
negara-negara dengan tingkat imunisasi yang rendah (Galzaka A, 1995).
Penyebab obstruksi tidak menular yang mirip dengan croup termasuk aspirasi
benda asing, yang umum dalam kelompok usia yang sama seperti pada virus croup;
trauma pada saluran napas bagian atas, seperti menelan bahan toksik, dan edema
angioneurotik (Page N, 2008). kelainan anatomi seperti kelumpuhan vocal cord dan
anomali yang terjadi pada area laryngotracheal dapat menyebabkan stridor, terutama
ketika infeksi pernapasan menambah obstruksi aliran udara. Ini termasuk
tracheolaryngomalacia, laryngeal webs, dan papilloma. Dalam kebanyakan kasus,
riwayat dan kurangnya tanda-tanda infeksi akut pernapasan memungkinkan
diferensiasi. Kadang-kadang, stridor dengan episode berulang, mungkin
berhubungan dengan refluks gastrointestinal (Kwong K, 2007).
VII. TERAPI
Terapi yang tepat untuk croup ditentukan oleh tingkat keparahan penyakit
anak. Diagnosis yang akurat dari status klinis anak sangatlah penting. Fluktuasi
alami dalam perjalanan croup sering mengacaukan evaluasi ini, namun juga untuk
menilai keberhasilan terapi. Sebagian besar anak-anak dengan croup ringan dapat
dirawat dirumah. Menjaga anak tetap nyaman dan menghindari prosedur yang
mengganggu sangatlah penting, karena kecemasan dan membuat anak menangis
dapat meningkatkan gangguan pernapasan. Anak harus diberikan cairan yang
memadai dan antipiretik jika perlu (Hall CB, 2010). Meskipun kebanyakan terapi
dirumah untuk croup, tidak ada yang terbukti secara konsisten efektif. Vaporizers dan
cara lain yang menghasilkan kabut dirumah telah lama disarankan. Pada abad
terakhir, mengukus ceret teh adalah integral dan sering merupakan metode terapi
utama. Namun demikian, efek menguntungkan dari kabut belum terbukti (Lavine F,
2001).
Beberapa sistem penilaian telah digunakan untuk menilai beratnya croup.
Sistem penilaian yang paling sering digunakan adalah Westley klinis skor (Westley
C, 1978). Temuan utama pada pemeriksaan fisik yang digunakan untuk skor ini
adalah tingkat stridor, retraksi dinding dada, udara masuk, tingkat kesadaran atau
kelelahan, dan adanya sianosis. Pedoman pengelolaan croup umumnya telah
diklasifikasikan sebagai ringan, sedang, dan berat. Dengan kasus ringan memiliki
skor Westley dari 0 sampai 2, kasus sedang yang parah memiliki skor 3-7, kasus
yang parah memiliki nilai 8 sampai 11, dan kasus dengan akan terjadi kegagalan
pernafasan memiliki skor dari 12 sampai 17 (Cherry JD, 2008).
Terapi yang dianjurkan sangat bervariasi, sesuai dengan tingkat penilaian
keparahan, tetapi terapi utama diluar terapi suportif adalah pemberian
deksametason. Dosis tunggal deksametason oral, atau jika diperlukan intramuskular
diberikan kepada pasien rawat jalan dan di IGD telah terbukti efektif dalam
mengurangi kebutuhan untuk rawat inap (Bjornson C, 2004). Nebulisasi epinefrin,
epinefrin rasemik, atau 1-epinefrin dapat ditambahkan ke deksametason untuk anak-
anak dengan croup berat. Karena perbaikan setelah nebulisasi epinefrin adalah
sementara, anak harus diamati selama minimal 2 jam. Pemberian campuran helium
dan oksigen telah lama digunakan untuk meningkatkan pertukaran gas diberbagai
gangguan obstruktif pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Hanya ada
sedikit bukti, namun pemberian Heliox untuk anak-anak dengan croup adalah
menguntungkan (Johnson D, 2007).
Prognosis. Croup tetap merupakan penyakit umum di antara anak-anak,
tetapi dengan modalitas terapi yang tersedia saat ini, kebanyakan anak-anak dapat
dirawat dirumah, dan penyakit biasanya sembuh dalam waktu 3-4 hari (Johnson D,
2001). Sebagian besar memiliki gejala ringan, dan hanya 5% dari anak-anak keluar
dari IGD setelah terapi kortikosteroid harus kembali karena memburuknya gejala
(Brown J, 2002). Jika gejala anak yang minimal pada saat dipulangkan, pasien
kembali dalam waktu 24 jam tidaklah mungkin. Di Kanada semua anak dengan
croup, sekitar 4% telah diperkirakan memerlukan rawat inap, dan intubasi diperlukan
untuk 1 dari 170 anak-anak dirawat di rumah sakit atau 1 dari 4500 semua anak
dengan croup (Thomson M, 2013). Rajapaksa dan rekan dilaporkan bahwa virus
croup adalah penyakit yang biasanya dapat sembuh dengan sendiri, dengan
setengah dari kasus akan sembuh dalam satu hari dan 80% dari kasus dalam dua
hari (Rajapaksa S, 2010, Thomson M, 2013). Hal ini sangat jarang mengakibatkan
kematian dari kegagalan pernafasan dan/atau serangan jantung (Rajapaksa S,
2010). Komplikasi jarang lainnya termasuk pneumonia tracheitis bakterial, dan
edema paru (Johnson D, 2009).
VIII. KESIMPULAN
Croup adalah penyakit yang umum di seluruh dunia diantara anak-anak
muda. Saat modalitas yang tersedia untuk manajemen terapi, sebagian besar anak-
anak dengan gejala ringan dapat dirawat dirumah. Penelitian diperlukan untuk
menguji metode yang paling menguntungkan untuk mensosialisasikan pedoman
praktek croup dan meningkatkan penyerapan bukti.
DAFTAR PUSTAKA
Alberta.Clinical Practice Guideline Working Group.Guideline for the Diagnosis and management of Croup,2008.Available at http:// www. topalbertadoctors. org/ PDF/complete%20set.Croup/group_guideline.pdfAccessed Nov 10.2008.
Bjornson C,KlassenT,WilliamsonJ,etal.A randomized trial of a single dose of oral dexamethasone for mild croup.NEngl J Med.2004;351:1306-73.
Brown J.The management of croup.Br Med Bull.2002;61:189-202.
Cherry J.Croup.InKipleK,ed.Cambridge History and Geography of Human Disease Project,Bowling Green OH:University of Cambridge Press:1990;654-57
Cherry JD.Clinicalpractice.Croup.N.Engl J Med.2008;358(4):384-91.
CounihanM,ShayD,HolmanR,etal.Human parainfluenza virus-associated hospitalized among children less than five years of age in the United States.Pediatric Infect Dis J.2001;20:646-53.
Denny F,MurphyT,ClydeWJ,etal.An 11 year study in a pediatric practice. Pediatrics.1983;71:871-76.
EverardMl.Acute bronchiolitis and croup.PediatricClin North Am.2009;56(1):119-33.
Foy H,CooneyM,MaletzkyA,etal.Incidence and etiology of pneumonia,croup, and bronchiolitis in preschool children belonging to a prepaid medical care group over a four-year period. Am J Epidemiol.1973;97:80-92.
GalzakaA,Robertson S,0blapenko G.Resurgence of diphtheria.Ear J Epidemiol. 1995;11:95-105.
Hall CB,JohnTM.AcuteLaryngotracheobronchitis(Croup).In Mandell Douglas andBennett’s Principles and Practice of Infectious Diseases,7thed.MandellGL,BennettJE,Dolin R(editors)Churchill Livingstone Elsevier,2010.825-829.
HenricksonK,HallC.Diagnostic assay for respiratory syncyatial virus disease.Pediatr Infect Dis J.2007;26:S36-S40.
Home F.An inquiry into the Nature,Cause and Care of Croup.In Kincaid A,BellJ.Eds.Edinburgh;1765.
Johnson D.Croup.ClinEvid(online)2009.PMC 2907784 (http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/PMC2907784).PMID 19445760.
Johnson D.Croup.BMJClin Evd.2007;12:321.
Johnson D,WiliamsonJ.Croup:Duration of symptoms and impact on family functioning. Pediatr Res.2001;49:83A.
KwongK,Hoa M, CoticchiaJ.Recurrent croup presentation, diagnosis and
management. Am J 0tolaryngol.2007;28:401-407.
LavineF,ScolinkD.Lack of efficacy of humidification in the treatment of croup:Why the physicians persist in using an unproven modality?.Can J Emerg Med.2001;3:209-212.
M Bride J.Stridor in childhood.JFam Pract.1984;19:782-90.
Page N,BauerF,LeiuJ.Clinical features and treatment of retropharyngeal abscess in children, 0tolaryngol Head Neck Surg.2008;138:300-306.
RabeF.Infectious Croup:1.Etiology.Pediatrics.1948;2:255-65.
RajapaksaS,StarrM.Croup assessment and Management.AustFamPhysician. 2010;39(5):280-2.PMID 20485713.
RihkanenH,RonkkoF,NieminenT,etal.Croup hospitalization in Ontario:A 14 –year time-series analysis.Pediatrics.2005;116:51-55.
Ross I,MasonW,LansonJ,etal.Severelaryngotracheobronchitis as a complication of measles during an urban epidemic Pediatr.1992;121:511-15.
Russell KF,Liang Y,0’Gotman K,etal.Glucocorticoid for croup.Cochrane Database Syst Rev.2011;19(1).CD001955.
Segal A,CrightonE,MoniedinR,etal.Croup hospitalization in Ontario.A 14-year time series analysis.Pediatrics.2005;116:51-55.
SobolS,ZAptaS.Epiglottis and croup.0tolaryngol Clin North Am.2008;41:551-66.
Thomson M,VodikaTA,BlairPS,etal.Duration of symptoms of respiratory tract infections in children: systematicreview.BMJ(clin research ed.).2013;347:f7027.
Van der Hock,I,SureK,IhorstG,etal.Croup is associated with the novel coronovirusNI63.PLoS Med.2005;2:e240.
VanderpoolP.Recognizing croup and stridor in children.American NurseToday.2012;7(12).Retrieved 15 April 2014.
Wall S,WatD,SpillerB,etal.The viral etiology of croup and recurrent croup. Arch Dis Child.2009;94:359-60.
Westley C,CottonF,BrookeJ.Nebulized racemic epinephrine by IPPB for the treatment of croup. A double-blind study.AmJ Dis Child.1978;132:484-87.