jl.mh. thamrin no.2 jakarta 10110 - indonesia :// · tata kelola (governance) kebijakan moneter...
TRANSCRIPT
BANK INDONESIA
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanGrup Kebijakan MoneterDepartemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id
i
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah
Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain
dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua
maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang
mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan
moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan
kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang
melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Ronald Waas Deputi Gubernur
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN I-2012
iii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
strategi Kebijakan Moneter
Prinsip Dasar
Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.
Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.
Sasaran Inflasi
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.
Instrumen dan Operasi Moneter
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.
Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).
Proses Perumusan Kebijakan
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Transparansi
Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Koordinasi dengan Pemerintah
Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.
Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga
(Inflation Targeting Framework)
Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
v
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Kata Pengantar
Di tengah perekonomian global yang melemah dan tidak pasti, kinerja ekonomi domestik Indonesia masih solid. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2012 masih akan cukup tinggi didorong oleh permintaan domestik yang masih cukup kuat, yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga tetap kuat didukung oleh daya beli konsumen yang terjaga dan optimisme konsumen yang masih tinggi. Sementara semakin kondusifnya iklim usaha mendorong kinerja investasi untuk tumbuh lebih baik. Di sisi lain, kinerja ekspor masih menunjukkan tren melambat, namun masih tumbuh pada level yang tinggi. Dari sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan ekonomi diprakirakan didorong oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2012 diprakirakan akan mengalami tekanan terkait dengan membesarnya defisit neraca transaksi berjalan (TB). Berlanjutnya ekspansi ekonomi domestik di tengah potensi perlambatan ekonomi negara mitra dagang (China dan India) menyebabkan pertumbuhan impor masih akan relatif tinggi dibandingkan dengan ekspor. Hal tersebut berdampak pada semakin membengkaknya defisit transaksi berjalan. Di sisi lain, transaksi modal dan finansial (TMF) diprakirakan masih mencatat surplus yang cukup besar ditopang oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masih besar.
Sejalan dengan perkembangan NPI, nilai tukar rupiah pada triwulan laporan bergerak melemah. Pelemahan rupiah tersebut terutama disebabkan oleh penyesuaian yang terjadi di pasar valas domestik akibat pengaruh sentimen global dan meningkatnya ekspektasi inflasi di dalam negeri. Melemahnya nilai tukar rupiah tersebut juga disertai dengan volatilitas yang meningkat. Namun, Bank Indonesia telah menempuh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang diperlukan guna memastikan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah.
Inflasi masih relatif terkendali meskipun ada risiko kenaikan inflasi ke depan. Hal tersebut didorong oleh tertahannya deflasi kelompok volatile food pada akhir triwulan. Inflasi inti juga masih cenderung terkendali dan berada pada level yang relatif rendah. Sementara itu, inflasi administered prices relatif rendah seiring dengan tidak adanya perubahan kebijakan di bidang harga komoditas strategis. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko meningkatnya ekspektasi inflasi terutama yang terkait kemungkinan kebijakan BBM yang ditempuh oleh Pemerintah.
Gubernur Bank Indonesia
vi
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Di tengah terjadinya gejolak ekonomi global, stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang kian membaik. Kinerja industri perbankan semakin solid tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah. Sementara itu, kegiatan penyaluran kredit untuk pembiayaan perekonomian terus berlanjut. Bank Indonesia akan terus berupaya menjaga stabilitas sistem perbankan melalui penerapan prinsip kehati-hatian, namun tetap mendorong fungsi intermediasi secara efektif dan efisien.
Setelah melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap kinerja perekonomian terkini, prospeknya ke depan, serta berbagai faktor risiko dan tantangan yang kemungkinan dihadapi, pada 12 April 2012 Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI Rate di level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebutdinilaimasihkonsistendengantekananinflasidarisisi fundamental kedepan yang diperkirakanmasihrelatifterkendali. Meskipundemikian, Bank Indonesia mewaspadairisikodapatmeningkatnyatekananinflasisecaratemporerkedepandarikemungkinanadanyakebijakanterkait BBM yang ditempuh. Pemerintahdan Bank Indonesia akanmengambillangkahkebijakan yang diperlukanuntukmengantisipasidampakinflasijangkapendektersebut. Dalamhalini, Bank Indonesia akanmemperkuatbaurankebijakanmoneterdanmakroprudensial yang telahditempuhselamaini. Responskebijakansukubungatetapdiarahkanuntukmengendalikantekananinflasidarisisi fundamental sesuaiprakiraanmakroekonomikedepan.
Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan I 2012 serta prospek ke depannya. Saya berharap laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, Mei 2012
Gubernur Bank Indonesia
Dr. Darmin Nasution
vii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
daftar Isi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Daftar Isi
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan I 2012 ............................. 1
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ................. 4
Asumsi Yang Mendasari Perkiraan Ekonomi ................................... 5
Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 6
Prospek Inflasi ................................................................................. 11
Faktor Risiko.................................................................................... 13
3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini .............. 14
Perkembangan Ekonomi Dunia ........................................................ 14
Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 16
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................ 23
Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 24
Inflasi .............................................................................................. 26
Perkembangan Pasar Keuangan ...................................................... 27
Kondisi Perbankan........................................................................... 30
1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan I 2012
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 April 2012 memutuskan
untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai
masih konsisten dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental ke depan yang diperkirakan
masih relatif terkendali. Meskipun demikian, Bank Indonesia mewaspadai risiko dapat
meningkatnya tekanan inflasi secara temporer ke depan dari kemungkinan adanya kebijakan
terkait BBM yang ditempuh. Pemerintah dan Bank Indonesia akan mengambil langkah
kebijakan yang diperlukan untuk mengantisipasi dampak inflasi jangka pendek tersebut.
Sehubungan dengan hal itu, Bank Indonesia akan melanjutkan penguatan operasi moneter
dan kebijakan makroprudensial, dengan tetap menjaga konsistensi kebijakan suku bunga
dengan prakiraan makroekonomi ke depan. Dengan terus memperkuat bauran kebijakan
moneter dan makroprudensial, serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah baik melalui
forum Tim Pengendalian Inflasi di tingkat pusat (TPI) maupun Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID), Bank Indonesia meyakini dapat membawa inflasi tahun 2013 menuju kisaran
4,5% ± 1%.
Dewan Gubernur berpandangan bahwa perekonomian global masih diliputi
oleh ketidakpastian yang tinggi. Meskipun perekonomian AS mulai mengindikasikan
perbaikan, pemulihan ekonomi di kawasan Eropa masih terkendala oleh penyelesaian
krisis yang sedang berlangsung sementara terdapat indikasi perlambatan ekonomi di
China dan India. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan berdampak
pada penurunan lebih lanjut kinerja ekspor negara-negara emerging markets, termasuk
Indonesia. Sementara itu, tekanan inflasi global masih relatif rendah sehingga negara-negara
maju masih melanjutkan kebijakan akomodatif meskipun dengan ruang gerak yang semakin
terbatas. Namun, peningkatan harga komoditas global, khususnya harga minyak, telah
meningkatkan tekanan inflasi yang dapat mendorong penerapan kebijakan moneter yang
cenderung ketat di negara-negara emerging markets. Dengan ketidakpastian perekonomian
global dan tingginya harga komoditas, volatilitas arus masuk modal asing ke negara-negara
emerging markets diperkirakan masih akan berlanjut.
Dewan Gubernur memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan
relatif tinggi di tengah risiko perlambatan ekonomi dunia tersebut dan kemungkinan
ditempuhnya kebijakan Pemerintah terkait dengan BBM. Pada triwulan II 2012
pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai 6,4%, sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan prakiraan pertumbuhan untuk triwulan I 2012 sebesar 6,5%. Pertumbuhan ekonomi
diprakirakan masih dapat mencapai kisaran 6,3-6,7% pada tahun 2012 dan meningkat
menjadi sekitar 6,4-6,8% pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, di tengah
perlambatan ekonomi global tersebut, terutama ditopang oleh kuatnya permintaan
domestik dengan konsumsi yang masih kuat dan peran investasi yang semakin meningkat.
Penimbangan risiko (balance of risks) untuk tahun 2012 menunjukkan pertumbuhan
cenderung bias ke bawah baik karena dampak perlambatan perekonomian global maupun
2Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011
kemungkinan adanya kebijakan terkait BBM oleh Pemerintah, apabila tidak ditempuh
langkah-langkah stimulus khususnya dari kebijakan fiskal. Secara sektoral, seluruh sektor
ekonomi diprakirakan masih akan tumbuh cukup tinggi, dengan pertumbuhan tertinggi
pada sektor transportasi dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan
sektor bangunan.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun 2012 diprakirakan akan
mencatat surplus yang lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan surplus
neraca pembayaran terutama disebabkan oleh defisit transaksi berjalan yang lebih besar
karena melambatnya ekspor sejalan dengan perlambatan permintaan dunia di tengah impor
yang terus meningkat seiring dengan kuatnya permintaan domestik dan tingginya konsumsi
BBM. Di sisi lain, transaksi modal dan keuangan diprakirakan masih mengalami surplus yang
cukup besar ditopang oleh aliran investasi langsung dan portofolio. Sementara itu, cadangan
devisa sampai dengan akhir Maret 2012 masih cukup besar, mencapai 110,5 miliar dolar AS,
atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Pergerakan nilai tukar rupiah selama triwulan I 2012 mengalami pelemahan. Rupiah
secara point-to-point melemah sebesar 0,83%(qtq) ke level Rp9.144 per dolar AS atau
secara rata-rata melemah 1,03% (qtq) menjadi Rp9.066 per dolar AS. Pelemahan tersebut
diikuti dengan volatilitas yang meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Tekanan terhadap rupiah antara lain berasal dari penyesuaian portofolio investor asing
akibat pengaruh sentimen global dan ekspektasi inflasi yang meningkat di dalam negeri,
di samping permintaan valas yang cenderung meningkat seiring dengan kuatnya impor,
termasuk impor migas untuk konsumsi BBM di dalam negeri. Dengan langkah stabilisasi
nilai tukar rupiah yang ditempuh Bank Indonesia, baik melalui intervensi di pasar valas
maupun pembelian SBN dari pasar sekunder, stabilitas pergerakan nilai tukar rupiah secara
keseluruhan masih tetap terjaga.
Di sisi harga, inflasi masih terkendali meskipun terdapat risiko peningkatan
tekanan inflasi ke depan. Inflasi IHK pada triwulan I 2012 tercatat 0,88% (qtq) sehingga
secara tahunan tercatat sebesar 3,97% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Di sisi lain, inflasi inti masih cenderung terkendali dan berada pada level yang
relatif rendah (4,25%, yoy). Sumber tekanan inflasi antara lain berasal dari rendahnya deflasi
kelompok bahan pangan meskipun telah memasuki masa panen raya. Sementara itu, inflasi
administered prices relatif rendah seiring dengan tidak adanya perubahan kebijakan di
bidang harga komoditas strategis. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko
meningkatnya ekspektasi inflasi terutama yang terkait kemungkinan kebijakan BBM yang
ditempuh oleh Pemerintah.
Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan disertai dengan fungsi intermediasi
yang semakin baik dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Industri perbankan
menunjukkan kinerja yang semakin solid sebagaimana tercermin pada tingginya rasio
kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8%
dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.
Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin dari pertumbuhan
3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011
kredit yang hingga akhir Februari 2012 mencapai 24,2% (yoy). Kredit investasi tumbuh cukup
tinggi, sebesar 33,2% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian.
Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar
23,4% (yoy) dan 19,6% (yoy).
Ke depan, Dewan Gubernur akan mencermati dampak dari kemungkinan kebijakan
Pemerintah terkait dengan BBM dan risiko perlambatan ekonomi global terhadap
perekonomian Indonesia. Apabila kebijakan BBM tersebut ditempuh Pemerintah, Bank
Indonesia tetap meyakini bahwa dampaknya terhadap inflasi akan bersifat temporer (one-
time shock). Meskipun demikian, Bank Indonesia akan mengoptimalkan berbagai kebijakan
yang diperlukan untuk meminimalkan dampak temporer inflasi tersebut dan mengendalikan
tekanan inflasi ke depan sesuai kondisi fundamental agar berada dalam sasarannya. Dalam
hal ini, Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial
yang telah ditempuh selama ini. Respons kebijakan suku bunga tetap diarahkan untuk
mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan makroekonomi ke
depan. Sementara itu, untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam jangka pendek yang
bersifat temporer, kebijakan difokuskan pada penguatan operasi moneter dan pengendalian
ekses likuiditas secara terukur. Di samping itu, koordinasi dengan Pemerintah akan terus
diperkuat, baik dengan Pemerintah Pusat melalui forum TPI maupun dengan Pemerintah
daerah melalui forum TPID.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
4Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
Prospek perekonomian Indonesia tahun 2012 diliputi oleh berbagai faktor
ketidakpastian yang terutama bersumber dari terus berlanjutnya perlambatan
ekonomian global, peningkatan harga minyak dunia, serta ketidakpastian terkait
kebijakan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Di tahun 2012, ekonomi Indonesia
diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,3% - 6,7%. Kinerja perekonomian terutama
ditopang oleh permintaan domestik yang masih cenderung meningkat terutama
terkait dengan kinerja investasi dan konsumsi rumah tangga yang masih meningkat.
Di sisi lain, ekspor diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan akibat
perlambatan ekonomi global serta menurunnya harga komoditas internasional
secara umum. Secara sektoral sumber pertumbuhan ekonomi menurut lapangan
usaha berasal dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan
restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Di tahun 2013, pertumbuhan
perekonomian domestik diperkirakan akan membaik sejalan dengan perkiraan mulai
pulihnya perekonomian global melalui meningkatnya permintaan eksternal dan
domestik. Sumber pertumbuhan dari sisi lapangan usaha di tahun 2013 diperkirakan
masih tetap bertumpu pada sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan
restoran (PHR), serta pengangkutan dan komunikasi.
Di sisi inflasi, terdapat risiko peningkatan tekanan inflasi terkait kemungkinan
kenaikan harga BBM dan pemburukan ekspektasi inflasi yang dipicu oleh
ketidakpastian rencana kenaikan harga BBM. Selain itu, harga minyak internasional
yang cenderung meningkat juga dapat meningkatkan tekanan inflasi melalui
tambahan biaya produksi. Di sisi lain, terdapat beberapa faktor yang dapat
mengurangi tekanan inflasi seperti kondisi ekonomi global yang melambat, harga
komoditas global yang secara umum menurun, nilai tukar rupiah yang relatif stabil,
dan kapasitas produksi domestik yang masih memadai dalam merespons peningkatan
permintaan domestik. Menghadapi berbagai tantangan di atas, Bank Indonesia akan
terus melakukan upaya pengendalian inflasi melalui penerapan bauran kebijakan
moneter dan makroprudensial, disertai penguatan koordinasi kebijakan dengan
Pemerintah. Dalam hal terjadi kenaikan harga BBM, diyakini bahwa tekanan inflasi
yang ditimbulkan bersifat jangka pendek dan temporer (one time shock) sehingga
pada tahun 2013, dengan membaiknya respons sisi penawaran serta dukungan
kebijakan, inflasi diperkirakan dapat kembali dalam rentang sasaran sebesar 4,5%
± 1%.
Bank Indonesia akan terus mencermati berbagai perkembangan perekonomian global
dan domestik, terutama terkait kemungkinan kebijakan Pemerintah menaikkan
harga BBM, serta mengevaluasi dampak perkembangan tersebut terhadap kinerja
perekonomian Indonesia ke depan. Bank Indonesia akan mengoptimalkan berbagai
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
kebijakan yang diperlukan dalam meminimalkan dampak dari kebijakan Pemerintah
di bidang energi untuk membawa inflasi ke dalam sasarannya. Dalam hal ini, Bank
Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang
telah ditempuh selama ini. Respons kebijakan suku bunga tetap diarahkan untuk
mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan makroekonomi
ke depan. Sementara itu, untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam jangka pendek
yang bersifat temporer, kebijakan difokuskan pada penguatan operasi moneter dan
pengendalian ekses likuiditas secara terukur. Di samping itu, koordinasi dengan
Pemerintah akan terus diperkuat, baik dengan Pemerintah Pusat melalui forum TPI
maupun dengan Pemerintah daerah melalui forum TPID.
ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI
Asumsi Perekonomian Internasional
Secara umum, kondisi perekonomian dunia masih diliputi ketidakpastian terkait
krisis di Eropa dan perlambatan ekonomi China, meskipun perekonomian AS
mulai mengindikasikan perbaikan. Pengaruh dari lemahnya pertumbuhan di negara
maju yang terutama disebabkan oleh tingkat konsumsi yang lebih rendah dan tingkat
pengangguran yang masih tinggi masih berdampak kepada pertumbuhan di negara
berkembang. Walaupun demikian, terdapat tanda-tanda pemulihan perekonomian dunia
yang tercermin dari mulai membaiknya ekonomi AS yang terindikasi dari meningkatnya
kinerja sektor industri, tenaga kerja dan pendapatan. Namun proses pemulihan masih
membutuhkan waktu mengingat tingginya risiko ketidakpastian terkait dengan belum
adanya perkembangan positif dari indikator makroekonomi di Eropa
serta sentimen perlambatan ekonomi China. Namun, berdasarkan
World Economic Outlook Januari 2012, perekonomian dunia di
tahun 2013 diperkirakan akan mengalami pemulihan dan mencapai
pertumbuhan sebesar 3,9%.
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia
di tahun 2012, harga komoditas selain migas di tahun 2012
diperkirakan tumbuh lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Sementara harga minyak dunia terus mengalami peningkatan
seiring ketatnya permintaan dan penawaran, menurunnya cadangan
minyak, eskalasi ketegangan di Iran, dan tingginya aksi spekulasi. Di
tahun 2013, sejalan dengan perkiraan membaiknya ekonomi dunia,
harga komoditas secara umum diperkirakan meningkat.
Asumsi Kebijakan Fiskal
Pemerintah menetapkan defisit sekitar -2,2% dari PDB pada
APBN-P 2012. Defisit tersebut lebih tinggi dari APBN 2012, yakni
Tabel 2.1
Proyeksi PDB Dunia (% yoy)
2012 2013 2010 2011
Proyeksi
PDB Dunia 5,2 3,8 3,3 3,9
Negara Maju 3,2 1,6 1,2 1,9
Amerika Serikat 3,0 1,8 1,8 2,2
Kawasan Eropa 1,9 1,6 -0,5 0,8
Jepang 4,4 -0,9 1,7 1,6
Negara Maju Lainnya 5,8 3,3 2,6 3,4
Negara Berkembang 7,3 6,2 5,4 5,9
Eropa Timur dan Tengah 4,5 5,1 1,1 2,4
Negara Persemakmuran 4,6 4,5 3,7 3,8
Negara Berkembang Asia 9,5 7,9 7,3 7,8
China 10,4 9,2 8,2 8,8
India 9,9 7,4 7,0 7,3
ASEAN-5* 6,9 4,8 5,2 5,6
Amerika Latin & Karibia 6,1 4,6 3,6 3,9
Timur Tengah & Afrika Utara 4,3 3,1 3,2 3,6
* Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan VietnamSumber: IMF, World Economic Outlook, Jan 2012
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
6Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
-1,5% dari PDB. Perubahan APBN 2012 mencakup perubahan asumsi makro, pokok
kebijakan fiskal dan pergeseran pos anggaran. Pembiayaan tambahan defisit bersumber
dari kenaikan penggunaan Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp51,1 triliun dan tambahan
penerbitan SBN sebesar Rp25 triliun. Dengan tidak dilakukannya kenaikan harga BBM dan
tarif tenaga listrik pada 1 April 2012 yang lalu, terjadi peningkatan belanja terutama pada
anggaran subsidi BBM, LPG & BBN yang naik menjadi Rp137,4 triliun dan subsidi listrik
yang naik menjadi Rp 65 triliun.
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini masih akan kuat meskipun menghadapi
kondisi perlambatan ekonomi dunia dan kemungkinan kenaikan harga BBM
domestik. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai kisaran
6,3%-6,7% dan sedikit meningkat mencapai kisaran 6,4%- 6,8% pada tahun 2013.
Sumber pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 diperkirakan masih akan disumbang oleh
permintaan domestik. Kinerja ekspor diperkirakan akan cenderung menurun sejalan
dengan menurunnya permintaan eksternal. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap
menjadi penopang utama pertumbuhan dari sisi domestik seiring masih kuatnya daya beli
masyarakat. Sementara itu, peranan investasi dalam pertumbuhan ekonomi akan meningkat
ditunjang oleh stabilitas makroekonomi di tengah perlambatan global, iklim investasi yang
membaik, dan pencapaian peringkat layak investasi. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-
sektor utama seperti industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan
dan komunikasi diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Dari
sisi regional, perekonomian Jawa dan Sumatera pada tahun 2012 diperkirakan akan
sedikit lebih rendah sejalan dengan perlambatan kinerja ekspor akibat melemahnya
perekonomian global. Sementara itu, kinerja ekonomi Jakarta diperkirakan dapat tumbuh
meningkat didorong oleh peningkatan sektor konstruksi swasta dan pemerintah. Sementara
membaiknya kinerja KTI disebabkan oleh lebih baiknya produksi tambang.
Di tahun 2013, sejalan dengan perkiraan pulihnya perekonomian dunia, kinerja
perekonomian domestik diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2012 melalui
peningkatan ekspor dan permintaan domestik. Dari sisi lapangan usaha, di tahun 2013,
K o m p o n e n
Tabel 2.2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
* Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga 4,7 5,0 4,8 4,7 - 5,1 4,6 - 5,0
Konsumsi Pemerintah 3,2 3,0 7,0 5,7 - 6,1 4,2 - 4,6
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 10,6 10,6 10,5 9,6 - 10,1 11,5 - 11,9
Ekspor Barang dan Jasa 13,6 10,2 10,1 10,6 - 11,1 12,3 - 12,7
Impor Barang dan Jasa 13,3 10,3 11,2 11,6 - 12,0 14,3 - 14,7
PDB 6,5 6,5 6,4 6,3 - 6,7 6,4 - 6,8
I II2011 2012*
20122013*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran;
serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih
menjadi penunjang utama kinerja perekonomian nasional.
Prospek Permintaan Agregat
Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh pada kisaran
4,7% - 5,1% di tahun 2012. Potensi pertumbuhan konsumsi
tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Eceran (IPE) dan
penjualan mobil dan motor yang meningkat (Grafik 2.1). Hasil
survei konsumen BI Maret 2012 juga menunjukkan bahwa tingkat
keyakinan konsumen masih dalam level optimis walaupun sempat
mengalami penurunan akibat adanya ekspektasi tingginya tekanan
harga sehubungan dengan rencana kenaikan BBM (Grafik 2.2).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga ditunjang oleh daya
beli yang membaik. Daya beli yang meningkat tersebut ditunjang
oleh inflasi yang relatif rendah, perbaikan upah di beberapa wilayah
serta adanya alokasi dari pemerintah untuk kenaikan gaji pegawai
negeri sipil, TNI/Polri serta pensiunan. Selain itu tingkat utang rumah
tangga dan suku bunga yang relatif rendah juga mendukung kinerja
konsumsi rumah tangga di tahun 2012 dan 2013.
Di tahun 2012, konsumsi pemerintah riil diprakirakan tumbuh
sebesar 5,7% - 6,1%. Perkiraan tersebut didasari oleh peningkatan
kinerja belanja pemerintah dan adanya APBN-P yang meningkatkan
rasio defisit anggaran dari -1,5% terhadap PDB menjadi sekitar
-2,2%. Berdasarkan perkembangan tersebut, kontribusi fiskal
terhadap pertumbuhan ekonomi 2012 diperkirakan lebih besar dari
tahun sebelumnya. Operasi keuangan Pemerintah di tahun 2012
selain dirancang untuk mendukung kesinambungan fiskal juga
diarahkan untuk meningkatkan kualitas belanja negara.
Investasi di tahun 2012 diprakirakan tumbuh 9,6% - 10,1%. Di
tengah perekonomian global yang melambat, investasi diperkirakan
masih tumbuh meningkat. Hal tersebut didukung oleh hasil
berbagai survei dan indikator, diantaranya Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU-BI), Business Tendency Index – BPS, serta penggunaan
kapasitas. Berdasarkan hasil survei dan indikator-indikator tersebut,
rencana investasi masih cenderung meningkat didukung oleh
optimisme para pelaku usaha (Grafik 2.3). Selain itu investasi
bangunan dan non bangunan juga diperkirakan masih meningkat.
Kinerja investasi juga akan didukung oleh relatif rendahnya suku
bunga dan masuknya Indonesia dalam peringkat layak investasi.
Pertumbuhan ekspor diprakirakan melambat dibandingkan
Grafik 2.1
Pertumbuhan Penjualan Mobil, Motor dan Penjualan Eceran
Grafik 2.2
Indeks Keyakinan Konsumen
����
����
�
��
��
��
��
���
���
��������������� ��������������������� ���������������� �����������������������
���
�����������
� � � � � � � � � ���� �� � � � � � � � � � ���� �� � � � � � � � � � �� ���� � �
���� ���� ���� ����
��
��
��
��
���
���
���
���
�����������
������������������������������� �������������������������� �������������������������
�������
�������
��������������������������������������������
���� ���� ���� ����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � ��� ����� ���
Grafik 2.3
Realisasi Investasi dan Rencana Investasi
�����
�����
����������
����� �����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
��� ���� ��� ���� ��� ���� ����
��������������
����������������������������������
���� ���� ���� ����
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
8Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
tahun sebelumnya. Pertumbuhan yang lebih rendah tersebut
akibat melambatnya pertumbuhan perekonomian global serta
berlanjutnya tren penurunan harga komoditas. Kinerja ekspor
Indonesia diperkirakan tidak terlalu terpengaruh oleh faktor global
mengingat diversifikasi pasar ekspor Indonesia ke negara-negara
emerging markets Asia seperti China dan India yang melakukan
reorientasi pertumbuhan ekonominya ke permintaan domestik.
Selain itu, komposisi komoditas ekspor yang didominasi oleh
komoditas sumber daya alam menjadikan produk ekspor Indonesia
tidak terlalu sensitif terhadap perlambatan ekonomi global dan
penurunan harga komoditas. Dengan kondisi tersebut, ekspor
di tahun 2012 diperkirakan masih berada dalam kisaran 10,6%
- 11,1%.
Di tengah perlambatan ekspor, impor masih menunjukkan
pertumbuhan yang kuat. Masih kuatnya impor sejalan dengan
permintaan domestik yang masih kuat dan tingginya konsumsi BBM. Sejalan dengan
perkiraan pertumbuhan investasi yang meningkat, impor barang modal dalam bentuk
mesin dan perlengkapan juga diperkirakan meningkat. Kegiatan produksi yang diperkirakan
masih tetap kuat mendorong permintaan impor akan bahan baku impor akan tetap tinggi.
Impor barang konsumsi diperkirakan tumbuh tinggi, meskipun dalam jumlah yang terbatas,
sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat.
Di tahun 2013, pertumbuhan perekonomian domestik diperkirakan akan membaik.
Hal tersebut seiring dengan perkiraan mulai pulihnya perekonomian global dan harga
komoditas internasional melalui meningkatnya permintaan baik dari sisi eksternal maupun
domestik. Pertumbuhan konsumsi pemerintah riil diperkirakan lebih rendah dari tahun
2012 sejalan dengan rencana pemerintah untuk mencapai surplus anggaran pada tahun
2015.
Grafik 2.4
Utilisasi Kapasitas Industri Pengolahan
��
��
��
��
��
��� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
��������������������������������������������
�
K o m p o n e n
Tabel 2.3
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
* Proyeksi Bank Indonesia
Pertanian 3,0 3,0 3,2 3,0 - 3,5 3,0 - 3,4
Pertambangan & Penggalian 1,4 0,6 0,8 0,7 - 1,1 0,8 - 1,2
Industri Pengolahan 6,2 6,3 6,2 6,0 - 6,4 6,1 - 6,5
Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 5,6 5,5 5,5 - 6,0 5,4 - 5,8
Bangunan 6,7 8,1 8,0 7,5 - 8,0 8,6 - 9,0
Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 9,3 9,1 8,7 - 9,2 9,1 - 9,5
Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,2 10,1 9,9 - 10,4 9,1 - 9,5
Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,7 6,5 6,4 - 6,8 6,5 - 6,9
Jasa-jasa 6,7 6,6 6,4 6,4 - 6,8 6,2 - 6,6
PDB 6,5 6,5 6,4 6,3 - 6,7 6,4 - 6,8
I II2011 2012*
20122013*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Prospek Penawaran Agregat
Di sisi lapangan usaha, sektor-sektor yang terkait dengan
permintaan domestik secara umum cenderung meningkat.
Sementara itu, sektor yang terkait dengan permintaan
eksternal diprakirakan cenderung melambat. Pertumbuhan
ekonomi tahun 2012 diprakirakan akan tetap dimotori oleh sektor
industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran serta
sektor pengangkutan dan komunikasi. Dominasi peran ketiga sektor
tersebut dalam pertumbuhan ekonomi mencapai lebih dari 60%.
Sektor industri pengolahan pada tahun 2012 diprakirakan
tumbuh tetap tinggi, meskipun melambat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.Pertumbuhan sektor industri
pengolahan diprakirakan berada di kisaran 6,0%-6,4% (Tabel 2.3).
Aktivitas investasi yang masih tinggi mendukung kinerja sektor
industri pengolahan, seperti a.l industri semen dan otomotif. Di
sisi lain, fundamental makroekonomi yang tetap terjaga serta kondisi usaha yang lebih
kondusif menjadi faktor positif ketahanan kinerja sektor industri pengolahan.
Industri makanan dan minuman merupakan salah satu pendukung daya tahan
kinerja sektor industri pengolahan (Grafik 2.5). Pertumbuhan industri makanan
dan minuman diperkirakan masih cukup tinggi ditopang oleh peningkatan jumlah
kelas menengah. Kelompok kelas menengah tersebut relatif lebih konsumtif dan lebih
terbuka pada ragam jenis makanan dan minuman. Selain itu, pertumbuhan mini market
(convenient store) yang masih marak menjadi pasar potensial produk industri makanan
dan minuman.
Masih kuatnya sektor industri pengolahan juga didukung oleh industri otomotif
dan industri semen. Indonesia yang merupakan pasar otomotif terbesar di Asia
Tenggara telah banyak menarik minat investor untuk menjadikan Indonesia sebagai basis
produksi beberapa merk otomotif. Di sisi lain, upaya pemerintah untuk menyukseskan
program konektivitas dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan Indonesia
mendorong maraknya pembangunan infrastruktur. Geliat pembangunan infrastruktur
ini telah mendorong sektor bangunan tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Hal
tersebut menjadi insentif positif bagi pengusaha meningkatkan kapasitas produksi untuk
mengantisipasi peningkatan permintaan semen.
Sektor perdagangan dan restoran (PHR) masih mampu tumbuh tinggi di tahun
2012. Sektor PHR diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,7%-9,2% (Tabel 2.3). Pertumbuhan
tersebut sejalan dengan perkembangan konsumsi masyarakat dan impor. Jumlah penduduk
yang besar dan area yang cukup luas menjadikan Indonesia sebagai pasar yang sangat
prospektif. Hal itu semakin diperkuat dengan dukungan daya beli masyarakat yang membaik
serta struktur demografi yang semakin didominasi oleh usia produktif. Dengan demikian
kemampuan berkonsumsi masyarakat akan tetap kuat hingga beberapa tahun ke depan.
Kondisi tersebut sangat mendukung perkembangan sektor PHR yang sangat tergantung
dengan kemampuan berkonsumsi masyarakat. Seiring dengan tingginya daya serap pasar
Grafik 2.5
Pertumbuhan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
�����������
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����
�
���
���
���
���
����
����
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
10Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
domestik, impor barang konsumsi yang masih cukup tinggi juga
mendorong aktivitas pada subsektor perdagangan (Grafik 2.6).
Produk impor yang mendapat tempat di pasar domestik antara
lain produk makanan dan minuman olahan serta barang-barang
elektronik.
Terkait dengan hal tersebut, upaya yang akan dilakukan pemerintah
untuk menahan aliran impor produk pangan dan melindungi
konsumen antara lain dengan merevisi aturan tentang label
produk pangan. Aturan baru tersebut akan mengacu pada standar
internasional (international best practice). Ke depan, detail
produk dan batasan waktu layak konsumsi harus menggunakan
bahasa Indonesia dan dicantumkan pada label yang menyatu
dengan kemasan.
Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada
tahun 2012 diprakirakan masih berada pada level yang
tinggi meskipun melambat. Aktivitas ekonomi yang masih
tinggi menopang sektor pengangkutan dan komunikasi untuk
tumbuh tinggi. Perlambatan yang terjadi lebih disebabkan oleh
tren perlambatan pertumbuhan subsektor komunikasi, sementara
sub sektor pengangkutan masih memiliki tren pertumbuhan yang
meningkat (Grafik 2.7).
Tren pertumbuhan subsektor pengangkutan terutama
didorong oleh pengangkutan udara yang masih tumbuh
tinggi. Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup
tinggi, diikuti dengan daya beli masyarakat yang tetap kuat serta
kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi faktor yang
sangat menguntungkan industri penerbangan. Dengan kondisi
perekonomian yang cukup kondusif, pertumbuhan penumpang
diperkirakan dapat mencapai 15%-20% per tahun pada beberapa tahun ke depan. Hal
tersebut telah direspons oleh pelaku usaha maskapai penerbangan dengan menambah
jumlah armada, frekuensi penerbangan dan rute perjalanan.
Selain peningkatan penumpang, aktivitas kargo juga bertambah. Peningkatan kargo
tidak hanya terjadi pada angkutan udara, tetapi juga angkutan laut dan darat. Untuk itu
pelayanan di bidang angkutan terus meningkat seperti peningkatan kapasitas dan layanan
di bandara, pelabuhan serta peningkatan panjang jalan, terutama jalan tol.
Sementara itu, pertumbuhan di subsektor komunikasi diperkirakan masih tetap
tinggi, meski dalam kecenderungan yang melambat. Perlambatan terjadi seiring
dengan perlambatan pertumbuhan jumlah pelanggan. Hal tersebut terutama disebabkan
layanan dalam bentuk suara dan pesan singkat, yang porsinya masih mendominasi,
cenderung melambat. Di sisi lain, pertumbuhan layanan data meningkat cukup tinggi,
meskipun perannya masih relatif kecil. Melihat prospek ke depan yang cukup menjanjikan,
Grafik 2.6
Pertumbuhan Sektor PHR dan Impor
���
���
���
��
�
�
��
��
��
�
�
�
�
�
��
������������
��� �������������������
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� �����
Grafik 2.7
Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
�
���
����
����
����
����
����
����
�
���
���
���
���
����
����������������
������������ ����������
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
kini penyedia jasa komunikasi lebih memfokuskan aktivitas bisnisnya pada pengembangan
layanan data. Hal tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan layanan
data konsumen.
Pertumbuhan ekonomi sektoral di tahun 2013 secara umum akan membaik.
Optmisme tersebut didukung oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga, investasi yang
tetap tinggi serta kondisi ekonomi global yang lebih baik.Investasi yang tetap tinggi,
termasuk pembangunan berbagai proyek infrastruktur akan meningkatkan kapasitas
dan produktivitas perekonomian. Seiring dengan membaiknya kondisi global, ekspor
berpeluang tumbuh menguat. Berbagai perkembangan yang positif tersebut, ditambah
dengan dukungan konsumsi domestik yang diperkirakan tetap tinggi, akan meningkatkan
aktivitas berbagai sektor perekonomian. Dari sisi sumber pertumbuhan, motor pergerakan
ekonomi diperkirakan masih tetap bertumpu pada sektor industri pengolahan, PHR serta
pengangkutan dan komunikasi. Sektor lain yang diperkirakan akan tumbuh tinggi adalah
sektor bangunan, seiring dengan realisasi berbagai kebijakan pemerintah yang ditujukan
memperlancar realisasi pembangunan berbagai proyek infrastruktur. Hal tersebut dilakukan
dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan Indonesia.
PROSPEK INFLASI
Di sisi inflasi, terdapat risiko peningkatan tekanan inflasi terkait kemungkinan
kenaikan harga BBM dan pemburukan ekspektasi inflasi yang dipicu oleh
ketidakpastian rencana kenaikan harga BBM. Selain itu, harga minyak internasional
yang cenderung meningkat juga dapat meningkatkan tekanan inflasi melalui tambahan
biaya produksi. Meskipun sampai dengan Maret 2012 inflasi terkendali, ke depan, apabila
pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, inflasi diperkirakan melonjak dan dapat
melampaui kisaran sasaran inflasi di tahun 2012 sebesar 4,5% + 1%. Dengan kenaikan
tersebut, selain dampak langsung berupa kenaikan harga BBM, kebijakan tersebut juga akan
mendorong peningkatan biaya transportasi sehingga akan memengaruhi biaya produksi,
distribusi dan meningkatkan harga barang dan jasa lainnya. Namun, tekanan inflasi tersebut
diperkirakan bersifat temporer sehingga inflasi di tahun 2013 diperkirakan akan kembali
berada dalam rentang sasaran 4,5% + 1%. Selain risiko yang berasal dari kenaikan harga
BBM bersubsidi, tingginya ketidakpastian seputar kenaikan harga BBM berisiko meningkatkan
ekspektasi inflasi sebagaimana yang sudah terlihat pada inflasi triwulan I 2012.
Di tengah tingginya faktor risiko, dari sisi eksternal tekanan inflasi di tahun 2012
diperkirakan relatif moderat seiring dengan perlambatan ekonomi dunia dan turunnya
harga-harga komoditas internasional di luar minyak bumi. Di sisi domestik, selain faktor
ketidakpastian kenaikan BBM, tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan relatif
moderat seiring dengan masih cenderung meningkatnya pertumbuhan investasi di tengah
masih kuatnya permintaan domestik. Inflasi volatile food diperkirakan relatif terjaga, meski
lebih tinggi dibandingkan inflasi di tahun 2011, sejalan dengan perbaikan produksi dan
distribusi bahan pangan. Inflasi administered prices diperkirakan stabil pada level yang
rendah sehubungan dengan pembatalan penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) dan harga
BBM bersubsidi pada April 2012.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
12Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Tekanan inflasi inti tahun 2012 diprakirakan terjaga meskipun
menghadapi kemungkinan kenaikan harga BBM di dalam
negeri.Terjaganya tekanan inflasi inti dari sisi eksternal terutama
terkait dengan perkiraan penurunan pertumbuhan ekonomi global
dan harga komoditas. Harga komoditas non migas di tahun 2012
secara rata-rata diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2011. Selain itu, harga emas internasional diperkirakan
cenderung stabil setelah sempat mengalami penurunan dalam
beberapa bulan terakhir. Namun di sisi lain, peningkatan harga
minyak dunia berpotensi meningkatkan freight cost sehingga
penurunan tekanan imported inflation diperkirakan relatif
moderat (Grafik 2.8). Dari sisi domestik, meningkatnya permintaan
domestik diperkirakan masih dapat direspons dengan kapasitas
produksi yang ada sejalan dengan pertumbuhan investasi. Tekanan
terhadap inflasi inti berasal dari ekspektasi yang meningkat sejalan
dengan ketidakpastian rencana kenaikan harga BBM. Namun,
ekspektasi inflasi untuk tahun 2013 justru terlihat menurun (Grafik
2.9). Hal tersebut menunjukkan bahwa ekspektasi dampak kenaikan
BBM terhadap inflasi bersifat temporer.
Inflasi dari kelompok volatile food pada tahun 2012
diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Perkiraan
lebih tingginya inflasi kelompok ini berdasarkan pada realisasi
tingkat inflasi volatile food sampai dengan triwulan I 2012 yang
lebih tinggi dari tahun sebelumnya pada periode yang sama. Dari sisi
domestik, lebih tingginya inflasi volatile food terutama disebabkan
oleh adanya penyesuaian Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
untuk komoditas beras dan sempat meningkatnya ekspektasi saat
pembahasan rencana kenaikan BBM sedang berlangsung (Grafik
2.10). Untuk menjaga kecukupan pasokan dan kestabilan harga
pangan, pemerintah dalam APBN-P 2012 telah menambah subsidi
pangan dari Rp15,6 triliun menjadi Rp20,9 triliun, selain dukungan
belanja modal untuk infrastruktur pertanian dan meningkatkan
keterhubungan antar wilayah.
Inflasi harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah
diperkirakan rendah jika tidak ada penyesuaian harga barang
strategis. Hal tersebut terutama terkait dengan tidak dinaikkannya
tarif tenaga listrik dan bahan bakar minyak bersubsidi yang semula
direncanakan akan dilaksanakan pada April 2012. Berdasarkan
APBN-P 2012, subsidi listrik dan BBM, LPG serta BBN masing-masing
meningkat besarannya menjadi Rp65 triliun dan Rp137,4 triliun
dengan kuota BBM bersubsidi sebesar 40 juta kilo liter. Namun,
dengan potensi terlewatinya kuota BBM bersubsidi di tahun 2012,
terdapat risiko inflasi menjadi lebih tinggi dari yang diperkirakan
Grafik 2.8
Perkembangan Harga Minyak Dunia
Grafik 2.9
Perkembangan Ekspektasi Inflasi (Consensus Forecast)
���
���
���
���
���
��
��
��
��
����� ��������
���
���
���
���
��
��
��
��
�����
�����
�����
������������������
����� ��� ���
����
��
����
��
���
���
���
���
���
���
����
��
�����
�
���
���
����
��
���
���
���
���
���
���
����
��
����
��
���
���
���
���
Grafik 2.10
Perkembangan Harga Beras dan Inflasi Volatile Food
����������������������� �����������������������
����
����
����
����
����
����� � � � � � � � � �� �� �� � � �
��������
��������
��������
��������
��������
���� �������� ����
�������� ����
���� ���� ����
�����
���
�
��
��
��
��
��
����� �������������
������
������������������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � ��� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � �
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
13Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
apabila Pemerintah memutuskan untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi atau
meningkatkan harga BBM bersubsidi.
Di tahun 2013 inflasi diperkirakan berada dalam rentang sasaran inflasi 4,5% + 1%.
Sumber tekanan inflasi diperkirakan berasal dari, antara lain, peningkatan harga komoditas
dan permintaan domestik. Selain inflasi inti, inflasi volatile food juga diperkirakan
meningkat seiring dengan peningkatan harga komoditas pangan, walaupun masih terjaga.
Sementara inflasi administered prices diperkirakan stabil pada level yang rendah apabila
tidak ada kebijakan untuk menaikkan harga barang/jasa yang bersifat strategis.
FAKTOR RISIKO
Prospek perekonomian tahun 2012 dan 2013 dipengaruhi oleh berbagai faktor
ketidakpastian yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Dari sisi eksternal,
faktor risiko antara lain dapat berasal dari pergerakan harga minyak dunia yang meningkat
terlalu tinggi. Sementara itu, masih tingginya faktor ketidakpastian pemulihan krisis di
negara-negara maju, khususnya Eropa, serta besaran efek rambatan ke negara berkembang
dikhawatirkan juga dapat memengaruhi permintaan terhadap komoditas ekspor. Dari
sisi domestik, tingginya peningkatan harga minyak internasional dapat menyebabkan
adanya penyesuaian harga barang atau jasa administered yang bersifat strategis seperti
BBM bersubsidi.
Dengan berbagai faktor risiko tersebut, inflasi dapat menjadi lebih tinggi dari yang semula
diperkirakan (Grafik 2.11). Melonjaknya harga minyak yang diikuti oleh kenaikan harga
komoditas lainnya akan berdampak pada meningkatnya tekanan inflasi baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui kenaikan biaya produksi. Selain itu, apabila lonjakan harga
minyak juga mendorong Pemerintah untuk mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi,
maka tekanan inflasi diperkirakan juga akan meningkat. Kenaikan
harga BBM bersubsidi selain akan memberikan dampak secara
langsung terhadap peningkatan inflasi, juga akan memberikan
dampak lanjutan berupa naiknya harga barang dan jasa lainnya
akibat meningkatnya biaya transportasi dan ekspektasi.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, meningkatnya tekanan inflasi
lebih tinggi dari yang diperkirakan dapat berdampak pada
pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan semula
akibat menurunnya daya beli masyarakat secara umum serta
meningkatnya biaya produksi. Namun, cukup besarnya kompensasi
yang akan diberikan Pemerintah untuk membantu masyarakat
miskin dari penurunan daya beli akibat kenaikan harga BBM,
konsumsi rumah tangga diprakirakan masih tumbuh cukup kuat,
sedangkan investasi akan sedikit menurun.
Grafik 2.11
Fan Chart Proyeksi Inflasi Tahun 2012-2013
�
�
�
�
������� ������� ��������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
14Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
3. PerkembanganMakroekonomi danMoneterTerkini
Tren perlambatan ekonomi dunia masih berlanjut pada triwulan I 2012. Di
tengah tren perlambatan ekonomi global, perekonomian Indonesia triwulan I
2012 diprakirakan masih tetap kuat.Selama triwulan I 2012, nilai tukar rupiah
mengalami tekanan depresiasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Perkembangan di pasar keuangan selama triwulan I 2012 tetap positif.
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Perekonomian dunia masih berada dalam tren yang melambat namun mengalami
perbaikan di beberapa negara. Di tengah ancaman resesi negara kawasan Eropa,
indikator ekonomi AS dan Jepang mengalami perbaikan sepanjang triwulan I 2012.
Di sisi lain, kawasan Asia terkena imbas perlambatan permintaan dunia melalui jalur
perdagangan meski kinerja ekspor mengalami perbaikan pada akhir triwulan I 2012.
Ekspektasi membaiknya prospek ekonomi dunia dan komitmen bank sentral negara maju
untuk menahan suku bunga rendah berdampak pada pasar keuangan yang mengalami
peningkatan () termasuk pada pasar komoditas dunia. Sementara itu, melonjaknya
harga minyak berdampak pada menguatnya tekanan inflasi (inflasi impor) khususnya
bagi negara-negara pengimpor minyak. Kenaikan harga minyak tersebut juga menjadi
risiko bagi pertumbuhan ekonomi global.
Kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami perbaikan. Membaiknya aktivitas
perekonomian AS tercermin dari meningkatnya penyerapan tenaga kerja seiring dengan
membaiknya aktivitas produksi. Rata-rata penyerapan tenaga kerja () dalam tiga bulan
terakhir (sampai dengan Februari 2012) mencapai 225 ribu tenaga kerja, namun tingkat
pengangguran masih berada pada level 8,3% (Grafik 3.1). Peningkatan penyerapan
tenaga kerja tersebut mendorong penguatan tingkat keyakinan konsumen dan konsumsi
rumah tangga. Di sisi lain, laju aktivitas sektor produksi mulai melambat tercermin
dari (PMI) yang menurun pada Maret 2012 (Grafik 3.2). Berdasarkan perkembangan
tersebut, Consensus Forecast edisi Maret 2012 memperkirakan ekonomi AS akan
tumbuh sebesar 2,0% (yoy) pada triwulan I 2012 dan semakin menguat menjadi 2,3%
(yoy) pada triwulan II 2012.
Perekonomian kawasan Eropa masih mengalami tekanan. Tingkat pengangguran
Eropa mengalami peningkatan mencapai level 10,7% (Januari 2012). Aktivitas industri
yang melemah juga terlihat dari PMI Manufaktur yang melambat ke level 47,4 pada
Maret 2012 dari level 49,0 (fase konstraksi). Kinerja konsumsi rumah tangga Eropa
semakin tertekan seiring dengan meningkatnya jumlah pengangguran dan melemahnya
tingkat keyakinan konsumen. Penjualan eceran masih tumbuh dalam teritori negatif
sebagaimana laporan penjualan eceran di komposit negara Eurozone yang tumbuh
-1,34% (yoy, Grafik 3.3).
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
15Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Perekonomian Asia secara umum mengalami perbaikan dan berdampak pada
meningkatnya kinerja industri. Kinerja ekspor di Asia mengalami perbaikan yang
terindikasi dari perkembangan PMI Manufaktur dan indeks produksi global yang berada
dalam teritori positif. Ekspor yang terindikasi membaik dikonfirmasi oleh indeks produksi
negara Asia yang juga meningkat. Di beberapa negara Asia seperti Singapura dan Korea,
indeks produksi sudah tumbuh positif. Sementara itu, pascaberakhirnya bencana banjir
di Thailand mendorong indeks produksi Februari tumbuh sebesar -3,4% (yoy), membaik
dari -15,0% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Di sisi lain, ekonomi China menunjukkan perlambatan. Indeks produksi China tumbuh
melambat sebesar 11,4 (ytd) pada Februari 2012 sejalan dengan tren penurunan
kinerja ekspor. Tertekannya sektor eksternal China juga tercermin dari defisit neraca
perdagangan China pada Februari 2012 sebesar 31,5 miliar dolar AS untuk pertama kali
sejak Februari 2011 (Grafik 3.4). Namun, indikasi perbaikan ekonomi China tercermin
dari PMI Manufaktur yang naik ke level 53,1 pada Maret 2012 dari
51,0 pada bulan sebelumnya. Perbaikan pada sisi konsumsi rumah
tangga juga terkonfirmasi dari menguatnya indeks keyakinan
konsumen China.
Harga komoditas internasional mengalami peningkatan
selama triwulan I 2012. Peningkatan tersebut terlihat dari
Indeks Harga Komoditas IMF Februari 2012 yang tumbuh cukup
signifikan sebesar 4,0% (mtm) atau 3,5% (yoy). Kenaikan indeks
total harga komoditas IMF tersebut disumbang oleh lonjakan
harga bahan bakar sebesar 4,6% (mtm), sementara komoditas
non bahan bakar naik sebesar 2,9% (mtm). Terkait harga minyak,
peningkatan harga terutama disebabkan ketatnya kondisi
permintaan dan penawaran, menurunnya cadangan minyak,
meningkatnya eskalasi ketegangan di Iran, dan tingginya aksi
spekulasi (). Rata-rata harga minyak WTI sepanjang Maret 2012
mencapai 106,2 dolar AS per barel, sementara harga minyak
Minas meningkat menjadi 137,5 dolar AS per barel dari 130,6
dolar AS per barel pada bulan sebelumnya.
Sejalan dengan aktivitas ekonomi yang melambat, tekanan
inflasi global berada dalam tren yang menurun. Tekanan
inflasi global (komposit) Februari 2012 melambat menjadi 3,6%
(yoy) setelah tumbuh 3,9% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Sementara laju inflasi dunia untuk keseluruhan tahun 2012
berdasarkan Consensus Forecast Maret 2012 diperkirakan
mencapai 3,38% (yoy); yaitu inflasi IHK di negara maju dan
berkembang masing-masing diperkirakan mencapai 4,9% (yoy)
dan 2,0% (yoy).
Grafik 3.1
Nonfarm Payrolls dan Pengangguran AS
Grafik 3.2
Survei PMI Manufaktur AS
��
��
��
��
��
��
��
��
��
���
���
���
�
��
��
��
�����������������
����� �����
����������������������������������������
���������������������
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�����
����
���
���
���
���
���
���
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
������������������������������������������������������������
��������������
���
���
���
���
�
����
����
����
�����
�����
�����������������
������������������
���
������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
16Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Respons kebijakan moneter negara maju masih tetap
akomodatif disertai dengan berbagai kebijakan lainnya
untuk mendukung perekonomian. Secara umum, kebijakan
bank sentral di negara maju masih akomodatif dengan menjaga
suku bunga tetap rendah. Bank Sentral AS menegaskan
komitmennya untuk mempertahankan suku bunga pada level
rendah sampai dengan akhir tahun 2014. Sementara bank
sentral negara maju lainnya seperti ECB (Eropa) melakukan
(LTRO) kedua pada Februari dengan meminjamkan 530 miliar
euro kepada perbankan dalam jangka waktu tiga tahun dengan
suku bunga 1,0%. Bank of England (Inggris) menambah atau
pembelian surat-surat berharga sebesar 50 miliar poundsterling
sehingga menjadikan total keseluruhan APP sebesar 325 miliar
poundsterling. Bank of Japan (Jepang) menempuh kebijakan
untuk mendorong beberapa industri supaya bangkit setelah
terkena bencana banjir dan tsunami pada awal tahun 2011.
Bank sentral negara berkembang juga melakukan
pelonggaran kebijakan moneter meski ruang pelonggaran
semakin terbatas. Beberapa bank sentral di Asia terpantau
menurunkan suku bunga acuannya seiring tanda-tanda
pelemahan ekonomi domestik sepanjang triwulan I 2012.
Penurunan suku bunga acuan antara lain dilakukan oleh bank
sentral Fipilina (-50 bps), bank sentral Thailand (-25 bps), serta
bank sentral di kawasan Amerika Latin seperti Bank sentral Brazil
(-125 bps) dan Chile (-25 bps). Di samping penurunan suku
bunga, bank sentral China dan India menurunkan sebagai upaya
menurunkan keketatan likuiditas di pasar uang. Sementara bank
sentral Vietnam memotong sebesar 100bps menjadi 14,0% dan
juga memotong menjadi 15,0% serta menjadi 12,0%.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Permintaan Agregat
Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2012 diprakirakan tumbuh sebesar
6,5% (yoy). Sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan berasal dari
konsumsi rumah tangga dan akselerasi investasi. Optimisme konsumen yang masih
tinggi serta meningkatnya penjualan eceran mendorong konsumsi rumah tangga
tumbuh stabil. Belanja pemerintah pada awal tahun diprakirakan membaik seiring
dengan potensi percepatan penyerapan anggaran terutama belanja modal. Hal tersebut
diindikasikan oleh realisasi belanja pemerintah hingga Februari 2012 yang lebih baik dari
tahun sebelumnya. Sementara itu, kinerja investasi diprakirakan terakselerasi didukung
oleh optimisme pelaku usaha di tengah iklim usaha yang kondusif, potensi pendanaan
Grafik 3.4
Kinerja Eksternal China
Grafik 3.3
Indeks Produksi dan Penjualan Eceran Eropa
���
���
���
���
���
��
�
�
��
��
��
�������������
����
���������������� ���������������
������
��������
������
�������
�����
��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������������������ ������������� ���� ����
������� ���� ���� ���� ����
����
���
���
���
���
�
��
��
��
��
���
���
���
���
���
��
�
��
��
��
��
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
������������� ������������ �����������
��������������������
�����������������
�������������
�
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
17Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
yang meningkat, serta realisasi proyek infrastruktur terutama listrik yang membaik.
Di sisi eksternal, kinerja ekspor diprakirakan tumbuh melambat akibat berlanjutnya
pelemahan ekonomi global yang menyebabkan menurunnya daya serap negara mitra
dagang utama. Di tengah perlambatan kinerja ekspor, impor masih tinggi sejalan dengan
masih kuatnya permintaan domestik.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2012 diprakirakan tumbuh stabil.
Masih kuatnya konsumsi rumah tangga sejalan dengan terjaganya keyakinan konsumen
sesuai dengan Indeks Keyakinan Konsumen pada Survei Konsumen BI Maret 2012
yang masih tinggi sebesar 107,3 (Grafik 3.5). Hasil Survei Tendensi Konsumen dari
BPS juga menunjukkan keyakinan konsumen yang relatif stabil memasuki awal tahun,
meskipun ketidakpastian kenaikan harga BBM mendorong ekspektasi inflasi yang mulai
meningkat.
Terjaganya daya beli konsumen juga didukung oleh kenaikan upah minimum provinsi dan
kabupaten/kota (UMP) tahun 2012 rata-rata sebesar 10,3%, lebih tinggi dari rata-rata
tahun 2011 yang sebesar 8,8%. Selain itu, kenaikan gaji PNS/TNI/Polri sebesar 10% yang
mulai dibayarkan per Maret 2012 turut menopang terjaganya daya beli konsumen.
Indikator dini konsumsi rumah tangga seperti indeks penjualan eceran riil dan penjualan
kendaraan bermotor tumbuh membaik. Indeks penjualan eceran riil berdasarkan Survei
Penjualan Eceran Februari 2012 meningkat menjadi 14,4% (yoy) dari 13,0% (yoy) pada
bulan sebelumnya (Grafik 3.6). Kenaikan indeks terutama terjadi pada subkelompok
peralatan dan komunikasi serta perlengkapan rumah tangga. Namun, subkelompok
suku cadang dan aksesori serta bahan bakar kendaraan mencatat penurunan yang
cukup tajam. Sementara itu, konsumsi non makanan yang tercermin pada penjualan
kendaraan bermotor tumbuh membaik sebagaimana ditunjukkan oleh angka penjualan
mobil dan sepeda motor yang meningkat. Adanya kebijakan kenaikan uang muka
pembelian kendaraan bermotor berpotensi mengurangi volume penjualan kendaraan
terutama sepeda motor yang mayoritas dilakukan melalui kredit. Dari sisi pembiayaan,
Indikator
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan
* Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 5,0
Konsumsi Pemerintah 0,3 2,8 4,5 2,8 2,8 3,2 3,0
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,5 7,3 9,3 7,1 11,5 8,8 10,6
Ekspor Barang dan Jasa 15,3 12,2 17,2 17,8 7,9 13,6 10,2
Impor Barang dan Jasa 17,3 14,4 15,3 14,0 10,1 13,3 10,3
PDB 6,2 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
2010I II III IV*
2011 2012
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
2011I*
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
18Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
kredit dan pembiayaan konsumsi riil sebagai salah satu sumber pendanaan konsumsi
masih tumbuh tinggi yakni masing-masing tumbuh di atas 10% dan 15%.
Akselerasi investasi diprakirakan masih berlanjut pada triwulan I 2012. Sinyalemen
tersebut didukung oleh optimisme pelaku usaha yang menguat seiring dengan iklim
usaha yang kian kondusif. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Indeks Tendensi Bisnis
BPS yaitu optimisme pelaku usaha yang meningkat pada triwulan laporan. Survei
Keyakinan Dunia Usaha (SKDU) memprakirakan kegiatan bisnis terus meningkat pada
triwulan laporan dengan nilai investasi pada semester I 2012 diperkirakan meningkat
tajam, yang didominasi oleh investasi baru (Grafik 3.7). Optimisme akselerasi investasi
tahun 2012 turut didukung oleh naiknya peringkat utang Pemerintah Indonesia ke level
layak investasi oleh lembaga pemeringkat Fitch dan Moody’s.
Pertumbuhan investasi ditopang baik oleh pertumbuhan investasi bangunan
maupun non bangunan. Investasi bangunan meningkat sebagai respons aktivitas
konstruksi baik swasta maupun pemerintah yang diprakirakan
meningkat pada tahun 2012 (Grafik 3.8). Indikasi tersebut sejalan
dengan masih tingginya indikator penjualan semen pada Februari
2012 dan impor bahan bangunan yang meningkat hingga
pertengahan triwulan I 2012. Sementara investasi non bangunan
diprakirakan tumbuh meningkat merespons tetap tingginya
permintaan domestik terutama pada sektor industri. Investasi
mesin tumbuh meningkat sejalan dengan data impor barang
modal terutama mesin dan kelengkapan transportasi untuk
industri yang meningkat. Investasi alat angkut juga menunjukkan
kenaikan sejalan dengan impor kendaraan penumpang dan
penjualan kendaraan komersial yang meningkat pada awal
tahun. Hal tersebut juga ditunjang oleh pulihnya pasokan alat
angkut dan suku cadang dari Thailand. Dukungan pendanaan
investasi dalam bentuk kredit investasi secara riil terus tumbuh
meningkat, sementara data realisasi investasi BKPM tahun 2011
secara total naik 20,5% dan ditargetkan akan naik sebesar 12,8%
pada tahun 2012.
Belanja anggaran pemerintah pada triwulan I 2012
diprakirakan membaik sejalan dengan potensi akselerasi
pertumbuhan terutama pada belanja modal. Untuk
keseluruhan tahun, anggaran belanja pemerintah pusat dalam
APBN-P 2012 ditetapkan sebesar Rp1.069,534 triliun dengan
alokasi belanja modal mengalami kenaikan sebesar 11,1% dari
APBN 2012. Adapun realisasi belanja pemerintah sampai dengan
pertengahan triwulan I 2012 mencapai 5,9% dari anggaran, lebih
tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,2%. Seluruh pos
belanja direalisasikan dengan persentase terhadap anggaran yang
Grafik 3.5
Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI
Grafik 3.6
Indeks Penjualan Eceran
��
��
��
��
���
���
���
���
���
��������
�������
�������
����������������������������������
�������������������������������
�������������������������� �������������������������
� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � �������� ���� ����
�� � �� �����
���
���
�
��
��
��
��
� � � � � � � � �� �� � �
���� ����
������������
��������������������������������������������������
���������������������������������
�����
� � � � � � � � � �� �� �� � �
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
19Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
relatif sama dengan tahun sebelumnya. Akselerasi terjadi pada
belanja modal yang mencapai 3,0% dari anggaran, lebih tinggi
dari periode tahun lalu yang sebesar 1,4%. Peningkatan belanja
triwulan I 2012 berasal dari kenaikan gaji PNS/TNI/Polri sebesar
10% yang dibayarkan mulai Maret 2012.
Kinerja ekspor pada triwulan I 2012 mengalami pertumbuhan
yang melambat akibat dampak melemahnya perekonomian
global. Hal tersebut sejalan dengan menurunnya daya serap
negara mitra dagang utama sebagai imbas dari kontraksi
perekonomian Eropa. Kinerja ekspor pada triwulan l 2012
diwarnai dengan perlambatan ekspor nonmigas pada awal
triwulan yang dipicu oleh menurunnya ekspor pada seluruh
sektor, terutama industri dan pertambangan (Grafik 3.9).
Memasuki Februari 2012, ekspor pertanian mengalami kenaikan
yang didorong oleh peningkatan ekspor udang dan ikan.
Berdasarkan komoditasnya, perlambatan ekspor sektor industri
dan pertambangan hingga pertengahan triwulan I 2012 terutama
pada komoditas tekstil, karet olahan, produk kimia, batubara,
dan nikel. Sementara itu, ekspor berbasis sumber daya primer
masih ditopang oleh kuatnya permintaan minyak kelapa sawit
dan tembaga. Di sisi lain, kontraksi ekspor migas berpotensi
membaik didorong oleh ekspor gas terkait dengan masih
tingginya permintaan dari Jepang karena belum pulihnya pasokan
pembangkit listrik bertenaga nuklir.
Impor masih tumbuh tinggi untuk memenuhi meningkatnya
permintaan domestik dan konsumsi BBM. Masih kuatnya
permintaan domestik mendorong tingginya impor barang modal
terutama pada komoditas kendaraan penumpang dan barang
modal di luar peralatan transportasi yang mendukung kapasitas produksi investasi
non bangunan (Grafik 3.10). Di sisi lain, seluruh komponen impor migas berpotensi
meningkat sehubungan dengan belum memadainya produksi minyak domestik. Selain
itu, pemulihan pasokan terkait membaiknya kemampuan produksi negara importir
utama seperti Jepang dan Thailand mendorong pertumbuhan impor yang masih relatif
tinggi. Berdasarkan pangsanya, negara pemasok impor terbesar masih bersumber dari
China (20,3%) dan Jepang (15,2%).
Operasi Keuangan Pemerintah
Realisasi APBN masih mencatat surplus sebesar Rp13,7 triliun atau 0,2% dari PDB
sampai dengan Februari 2012. Surplus tersebut berasal dari penerimaan negara yang
mencapai 11,2% dari target APBNP 2012, dan penyerapan belanja yang baru terealisasi
Grafik 3.8
Investasi Bangunan & Indikator
Grafik 3.7
Sifat Investasi (SKDU BI)
����� ����� ����� ����� ����� ����� ����
����� ����� ����� ���������� �����
����
����� ����� ����� ����� ����� ����� ����
�
��
��
��
��
��
��
��
��
��
���
��� ���� ��� ���� ��� ���� �������� ���� ���� ����
�������������������
����������������������������������������������������
�������������� ����������� ����������������������������
������
������
������
����
�����
�����
�����
���
���
���
�
��
��
��
��
���
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ��
���� ���� ���� ����
������������������������� ��������������������
�������������������� ������������������������������
����� �����
��������������������������������������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
20Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
sebesar 9,0% dari target APBNP 2012. Surplus tersebut sedikit
lebih rendah jika dibandingkan dengan surplus pada periode
yang sama tahun 2011 sebesar Rp18,8 triliun. Lebih rendahnya
surplus tersebut bersumber dari belanja negara yang lebih besar
dibandingkan dengan belanja negara pada periode yang sama
tahun 2011 yang terutama berupa Belanja Modal.
Masih kuatnya ekonomi domestik serta kenaikan harga
komoditas minyak bumi berdampak pada meningkatnya
kinerja penerimaan negara. Dari sektor perpajakan, PPN dan
PPh Migas mengalami peningkatan kinerja sejalan dengan masih
kuatnya konsumsi domestik dan kenaikan harga komoditas
minyak bumi. Sementara itu, di sisi realisasi belanja negara,
tingkat penyerapan Belanja Modal yang lebih besar dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya menunjukkan
adanya perbaikan kebijakan penyerapan Pemerintah. Realisasi
Belanja Modal sampai dengan Februari 2012 mencapai Rp5,1
triliun atau 3,0% dari target APBNP 2012. Meskipun masih
tergolong rendah, namun penyerapan Belanja Modal tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan penyerapan Belanja Modal
pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp1,9 triliun atau
1,4% dari target APBNP 2011. Secara keseluruhan, sebagian
besar belanja masih digunakan untuk belanja rutin yaitu Belanja
Pegawai, pembayaran Bunga Utang, transfer Dana Alokasi Umum
(DAU) dan belanja Subsidi yang berupa subsidi pangan khususnya
untuk pengadaan beras.
Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit APBN mencapai
Rp40,7 triliun, lebih besar dibandingkan dengan realisasi
pembiayaan pada periode yang sama tahun 2011 sebesar
Rp19,2 triliun. Perkembangan tersebut terkait dengan kebijakan Pemerintah yang
memanfaatkan momentum penurunan di tengah minat investor terhadap SBN yang
masih tinggi, serta adanya penerbitan (GMTN). Penerbitan SBN sampai dengan Februari
2012 telah mencapai 27,9% dari total target penerbitan SBN untuk tahun 2012.
Penawaran Agregat
Kinerja sisi penawaran pada triwulan I 2012 diprakirakan masih kuat yang
didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri
pengolahan masih tumbuh tinggi namun sedikit melambat jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut merespons kinerja ekspor yang dipengaruhi
oleh melemahnya perekonomian global. Masih tingginya kinerja subsektor industri
makanan dan minuman, membaiknya subsektor industri semen seiring dengan
Grafik 3.9
Ekspor Nonmigas
�����
�����
���
����
����
����
����
�����
�����
���
����
����
����
����
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ��
���� ����
����������������������� ��������� ���������� ������������
���� ���� ���� ����
Grafik 3.10Impor Riil Nonmigas
���
���
���
�
��
��
������
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ������ ���� ���� ����
����������� ���������������
������������������������������� ������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
21Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
meningkatnya konstruksi, dan pemulihan subsektor industri alat angkut pascabanjir di
Thailand menyokong masih baiknya kinerja sektor ini. Sektor PHR masih tumbuh pada
level yang tinggi didukung oleh aktivitas ekonomi domestik yang masih kuat. Sementara
itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga masih tumbuh tinggi didorong
oleh masih baiknya pertumbuhan subsektor komunikasi. Di sisi lain, akselerasi belanja
modal Pemerintah diprakirakan akan mendorong pertumbuhan sektor bangunan pada
triwulan laporan.
Sektor pertanian pada triwulan I 2012 diprakirakan tumbuh tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Lebih tingginya kinerja sektor pertanian didukung
oleh cuaca yang lebih kondusif serta adanya upaya-upaya dari Pemerintah untuk
meminimalkan dampak konversi lahan dan penurunan kualitas kesuburan tanah. Upaya
pemerintah tersebut dilakukan melalui rencana penambahan sawah baru pada tahun
2012. Berdasarkan Angka Ramalan (Aram) I BPS, produksi padi tahun 2012 tumbuh
1,53% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang sebesar -1,6% (yoy). Selain itu, dampak negatif dari fenomena La Nina
diperkirakan relatif terbatas karena intensitasnya lebih rendah dibandingkan pada tahun
2011. Kinerja subsektor perikanan diprakirakan masih tumbuh tinggi didukung oleh
cuaca yang cenderung normal. Masih tingginya kinerja subsektor tersebut tercermin
dari masih tingginya pertumbuhan ekspor subsektor dimaksud hingga Februari 2012.
Sementara itu, kinerja subsektor perkebunan, utamanya kelapa sawit, tumbuh stabil
pada Februari 2012 didukung oleh faktor cuaca yang relatif kondusif.
Sektor pertambangan diprakirakan tumbuh membaik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, meskipun masih berada dalam kisaran pertumbuhan yang
rendah. Rendahnya kinerja sektor pertambangan terutama disebabkan oleh kinerja
subsektor migas yang belum membaik. Namun, terdapat faktor positif yaitu rencana
beroperasinya 15 Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) migas baru pada tahun 2012
Indikator
Tabel 3.2
Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran
* Proyeksi Bank Indonesia
Pertanian 3,0 3,7 3,6 2,6 1,9 3,0 3,0
Pertambangan & Penggalian 3,6 4,4 1,0 0,6 (-0,3) 1,4 0,6
Industri Pengolahan 4,7 5,0 6,2 6,9 6,7 6,2 6,3
Listrik, Gas & Air Bersih 5,3 4,3 3,9 5,2 5,8 4,8 5,6
Bangunan 7,0 5,2 7,5 6,3 7,8 6,7 8,1
Perdagangan, Hotel & Restoran 8,7 7,9 9,3 9,2 10,2 9,2 9,3
Pengangkutan & Komunikasi 13,4 13,4 10,9 9,5 9,2 10,7 10,2
Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 7,0 6,7 6,9 6,7 6,8 6,7
Jasa-jasa 6,0 7,0 5,7 7,8 6,5 6,7 6,6
PDB 6,2 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
2010I II III IV*
2011 2012
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
2011I*
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
22Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
untuk mengurangi laju penyusutan produksi alamiah. Di sisi lain, kinerja subsektor
nonmigas, terutama batubara, masih tumbuh tinggi didukung oleh kondisi cuaca yang
lebih baik. Selain itu, pemulihan produksi tembaga dan emas oleh PT. Freeport ikut
mendukung perbaikan di sektor pertambangan.
Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan tetap tumbuh tinggi,
meski sedikit melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Perlambatan tersebut merespons kinerja ekspor yang dipengaruhi oleh melemahnya
perekonomian global. Namun, masih kuatnya permintaan domestik menahan
perlambatan sektor industri lebih lanjut. Kinerja sektor industri pengolahan didukung
oleh meningkatnya subsektor makanan dan minuman, subsektor semen, serta subsektor
logam yang tumbuh di atas rata-ratanya. Masih tingginya pertumbuhan subsektor semen
terkait aktivitas konstruksi yang meningkat. Sementara itu, kinerja subsektor alat angkut
terindikasi membaik seiring dengan pulihnya pasokan komponen dari Thailand.
Sektor PHR pada triwulan laporan diprakirakan masih tetap tumbuh tinggi
ditopang oleh aktivitas domestik yang masih baik. Hal tersebut tercermin dari
indeks penjualan eceran yang masih tumbuh tinggi pada Februari 2012. Perkiraan masih
tingginya pertumbuhan sektor PHR juga sejalan dengan hasil Survei Keyakinan Dunia
Usaha (SKDU) . Di samping itu, tingkat hunian hotel dan jumlah wisatawan mancanegara
juga menunjukkan kinerja yang masih baik hingga Februari 2012.
Pada triwulan I 2012, sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya kinerja sektor bangunan
sejalan dengan investasi yang masih tumbuh tinggi dan meningkatnya aktivitas
konstruksi. Hal tersebut tercermin dari indikator penjualan semen dan impor bahan
bangunan yang meningkat hingga Februari 2012. Selain itu, terdapat indikasi positif
terkait rencana pemerintah untuk mengakselerasi belanja modalnya pada awal tahun
2012.
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I 2012 diprakirakan masih akan
tetap tumbuh tinggi, meski sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Perlambatan tersebut akibat kinerja subsektor pengangkutan, khususnya angkutan
udara, yang termoderasi. Pertumbuhan penumpang angkutan udara hingga Februari
2012 berada dalam tren yang melambat. Namun, terdapat potensi perbaikan yaitu
berupa rencana penambahan pesawat oleh beberapa maskapai penerbangan. Kinerja
angkutan rel terindikasi membaik yang tercermin dari pertumbuhan penumpang kereta
api yang meningkat pada Februari 2012. Sementara itu, subsektor komunikasi masih
tumbuh tinggi yang berasal dari penggunaan internet dan komunikasi data, sedangkan
untuk penggunaan komunikasi seluler (suara dan sms) diperkirakan akan relatif terbatas.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi Penanaman
Modal Asing (PMA) pada subsektor komunikasi dan layanan data masih tinggi dan
memiliki pangsa terbesar yakni sebesar 19,5%.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
23Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Perekonomian Daerah
Pertumbuhan ekonomi daerah secara umum mengkonfirmasi masih tingginya
pertumbuhan ekonomi nasional. Konsumsi rumah tangga terindikasi masih tumbuh
kuat di seluruh kawasan disertai dengan adanya peningkatan pengeluaran Pemerintah,
terutama di Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kinerja investasi diperkirakan
juga masih tumbuh tinggi, terutama di Sumatera. Kinerja ekspor di sebagian besar
kawasan terindikasi masih berada dalam kecenderungan yang melambat, terutama
untuk komoditas berbasis sumber daya alam (Sumatera dan KTI) (Grafik 3.11). Ekspor
manufaktur Jawa juga terlihat melambat. Inflasi di seluruh daerah pada akhir triwulan
I 2012 cenderung mengalami kenaikan, terutama dipicu oleh mulai meningkatnya
tekanan harga beberapa komoditas seiring dengan ekspektasi kenaikan harga BBM.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)
Kinerja NPI pada triwulan I 2012 diprakirakan akan menurun berkaitan dengan
membesarnya defisit neraca transaksi berjalan (TB). Defisit neraca TB yang lebih
besar tersebut sejalan dengan melambatnya ekspor di tengah impor yang masih tinggi
akibat aktivitas ekonomi domestik yang masih kuat dan tingginya konsumsi BBM. Di
sisi lain, transaksi modal dan finansial (TMF) diprakirakan masih mencatat surplus yang
cukup besar ditopang oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masih besar.
Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir Maret 2012
mencapai 110,5 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran
utang luar negeri pemerintah.
Tekanan terhadap neraca transaksi berjalan diprakirakan tetap berlanjut pada
triwulan I 2012. Ekspansi ekonomi domestik yang masih berlanjut, di tengah potensi
perlambatan ekonomi pada negara mitra dagang (China dan India), menyebabkan
pertumbuhan impor relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor. Kondisi tersebut
mendorong surplus neraca perdagangan mengalami penurunan (Grafik 3.12), sementara
defisit neraca jasa meningkat sebagai akibat meningkatnya biaya
pengangkutan barang kebutuhan impor. Neraca pendapatan
juga diprakirakan akan mengalami defisit sebagai dampak
dari meningkatnya transfer ke luar laba perusahaan asing dan
imbal hasil investasi portofolio. Transfer pendapatan laba yang
meningkat terkait dengan masih besarnya kegiatan investasi
langsung ( / FDI) dan investasi portofolio di Indonesia, sejalan
dengan masih positifnya prospek ekonomi domestik di mata
investor asing.
Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan masih
mencatat surplus pada triwulan I 2012. Prakiraan surplus
tersebut bersumber dari aliran dana asing yang masih besar,
baik yang berupa investasi langsung maupun portofolio. Aliran
investasi langsung diprakirakan masih mendominasi aliran
Grafik 3.11
Volume Ekspor SDA Sumatera dan KTI
����
����
����
�
��
��
��
��
���
���
���� ���� ���� ���� ����
������
�������� ���
� � � � � � � � ������� � � � � � � � � �������� � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������ �
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
24Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
masuk modal asing selama triwulan laporan. Realisasi investasi
langsung pada sektor nonmigas sampai dengan triwulan IV 2011
cenderung mengalami peningkatan terutama pada sektor industri
pengolahan (Grafik 3.13). Sementara itu, investasi portofolio oleh
investor asing selama triwulan laporan mengalami peningkatan
terutama pada instrumen SUN dan saham. Meskipun mengalami
koreksi pada Februari dan Maret 2012, kepemilikan non residen
pada instrumen SUN masih meningkat. Investor asing juga
mencatat net beli di pasar saham. Namun, kepemilikan non
residen pada instrumen SBI mengalami penurunan.
NILAI TUKAR RUPIAH
Nilai tukar bergerak melemah pada triwulan I 2012. Baik
secara rata-rata maupun , rupiah terdepresiasi dibandingkan
dengan level pada triwulan IV 2011. Secara rata-rata rupiah
melemah sebesar 1,03% (qtq) ke level Rp9.066 per dolar
AS dari level Rp8.972 per dolar AS pada triwulan IV 2011,
sedangkan secara rupiah melemah 0,83% ke level Rp9.144
per dolar AS dibandingkan dengan penutupan triwulan IV 2011
di level Rp9.068 per dolar AS (Grafik 3.14). Pelemahan rupiah
tersebut dipengaruhi oleh masih tingginya ketidakpastian kondisi
perekonomian global serta meningkatnya persepsi risiko domestik
terkait dengan kenaikan ekspektasi inflasi. Meningkatnya persepsi
risiko domestik tersebut juga yang menyebabkan pergerakan
rupiah secara triwulanan tidak sejalan dengan pergerakan mata
uang di kawasan (Grafik 3.15).
Volatilitas rupiah relatif terjaga. Meskipun sedikit mengalami
peningkatan, volatilitas nilai tukar selama triwulan I 2012
masih relatif terjaga pada level yang rendah. Hal tersebut tak
lepas dari peran Bank Indonesia yang secara berhati-hati dan
terukur melakukan kebijakan stabilisasi untuk menjaga volatilitas
pergerakan rupiah. Jika dibandingkan dengan negara-negara di
kawasan, volatilitas rupiah masih relatif lebih rendah.
Ketidakpastian kondisi eksternal memberikan tekanan
pada pergerakan rupiah. Selama triwulan I 2012, beberapa
faktor eksternal yang memberikan pengaruh negatif terhadap
perekonomian domestik diantaranya ialah tarik ulur detail
penanganan krisis utang dan fiskal Yunani terkait pencairan
dana talangan tahap dua, penurunan peringkat kredit beberapa
negara kawasan Eropa serta ketidakpastian mengenai target
defisit Spanyol. Sementara itu dari kawasan Asia, koreksi
Grafik 3.12
Kinerja Neraca Perdagangan
Grafik 3.13
Aliran Investasi Langsung Per Sektor
Grafik 3.14
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����������
�����������������
�������
�����
����������
�����
����� �����
�����
�����
�����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
���
����
���
����
�����
���
����
�����
���
����
�����
���
����
����
����
���
����
���
���
������
������
������
������
������
������
������
���
����
���
���
����
���
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
��
���
���
���
���
���
���
���
���
���
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
����������� ���������������
������������ ����������������
������������������������
���������������
���
���
���
�
��
��
�����������������
�
����
����
����
����
����
����
���� ���� ��������� ��������� ��������� ���������
����������������������������������������������
���������������������������������������������������������������������
������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
25Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
target pertumbuhan China oleh PBoC menjadi 7,5% dari 8%
memberikan tekanan pada prospek ekspor negara kawasan Asia
ke perekonomian terbesar kedua dunia tersebut, sehingga pada
gilirannya memberikan tekanan ke nilai tukar.
Dari sisi domestik, tekanan terhadap nilai tukar bersumber
dari meningkatnya ekspektasi inflasi. Meningkatnya
ekspektasi inflasi memberikan tekanan pada nilai tukar
sebagaimana tercermin pada yang sempat meningkat.
mengindikasikan persepsi pasar terhadap pergerakan rupiah
ke depan. Depresiasi rupiah berimplikasi pada besarnya risiko
bagi investor untuk memegang rupiah di masa datang sehingga
menyebabkan meningkat, demikian pula sebaliknya.
Diperolehnya peringkat layak investasi (investment grade)
dan terjaganya fundamental ekonomi domestik dapat
menahan pelemahan rupiah. Peningkatan peringkat kredit Indonesia menjadi
peringkat layak investasi memberikan optimisme bagi investor atas prospek ekonomi
Indonesia. Menyusul langkah Fitch pada Desember lalu, Moody’s Investor Service pada
18 Januari 2012 menaikkan status Indonesia sebesar 1 menjadi Baa3 dengan (). Selain
itu, prospek Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2012 yang masih mencatatkan surplus
merupakan tambahan kekuatan bagi nilai tukar rupiah terhadap berbagai tekanan
eksternal. Hal tersebut juga didukung pula oleh masih cukup kokohnya cadangan
devisa, terjaganya sustainabilitas fiskal dan masih relatif tingginya pertumbuhan PDB
Indonesia.
Minat investor terhadap aset rupiah tetap tinggi. Imbal hasil berinvestasi di aset
domestik masih kompetitif dibandingkan dengan negara -nya. Indikator imbal hasil
yang tercermin dari selisih suku bunga DN dan LN (UIP – ) masih relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional.
Bahkan jika memperhitungkan premi risiko (CIP – ), daya tarik
investasi dalam rupiah pun masih tetap lebih tinggi dibandingkan
dengan Korea dan Malaysia, serta sedikit lebih baik dibandingkan
dengan Filipina (Grafik 3.16).
Risiko global masih tinggi. Meskipun mengalami perbaikan
seiring dengan pemulihan perekonomian AS dan beberapa
perkembangan positif penanganan krisis hutang dan fiskal di
Eropa, faktor risiko global masih berada pada level yang tinggi.
Namun, secara umum persepsi risiko investor terhadap Indonesia
masih cukup baik ditopang oleh kondisi domestik yang kondusif.
Indikator persepsi risiko Indonesia yang tercermin pada level (CDS)
masih berada pada tren yang menurun meskipun mengalami
sedikit peningkatan pada akhir triwulan (Grafik 3.17).
Grafik 3.15
Apresiasi/Depresiasi Mata Uang Kawasan Regional dan Euro
Grafik 3.16
Perbandingan CIP Beberapa Negara
����
����
����
����
����
����
����
�����
�����
�
�����
�
�����
����
���
������
������
�����
�
�����
�
������
������
�����
�
�����
�
�����
�
������
������
������
�����
�
�����
�
��������� ��������� ����� ��������
�����
�����
����������
����������
��������
��������
��������
��������
��������
�������
���
���
���
���
���
���
���������
�������������
����� ����� ����� ����� ���� ���� ���� ����
���
��� �
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
26Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
INFLASI
Tekanan inflasi pada triwulan I 2012 tetap terkendali. Meski
sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
inflasi IHK pada triwulan I 2012 masih tercatat rendah sebesar
0,88% (qtq) atau 3,97% (yoy) (Grafik 3.18). Inflasi IHK tersebut
terutama dipengaruhi oleh kenaikan pada kelompok dan .
Sementara itu, kelompok inti masih tercatat stabil.
DISAGRESI INFLASI
Inflasi inti tercatat stabil. Secara tahunan, inflasi kelompok
inti tercatat sebesar 4,25% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan
sebelumnya sebesar 4,34% (yoy). Namun, secara triwulanan
inflasi kelompok inti pada triwulan I 2012 tercatat sebesar 0,97%
(qtq) atau sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 0,47% (qtq). Tekanan inflasi inti terutama bersumber dari
faktor eksternal dan ekspektasi yang meningkat sejalan dengan
rencana kenaikan BBM. Sepanjang triwulan I 2012, beberapa
faktor eksternal yang mendorong kenaikan inflasi inti antara lain
kenaikan harga komoditas internasional non pangan terutama
komoditas emas dan energi yang meningkat cukup signifikan
serta depresiasi nilai tukar (Grafik 3.19 dan 3.20).
Ekspektasi inflasi pada triwulan laporan menunjukkan
peningkatan yang dikonfirmasi oleh berbagai hasil survei. Hasil
Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia
menunjukkan peningkatan terutama sejak pertengahan triwulan I
2012 (Grafik 3.21 dan 3.22). Kondisi yang sama ditunjukkan oleh
hasil survei Consensus Forecast. Ekspektasi inflasi pelaku pasar
meningkat pada akhir triwulan I 2012 dari level 4,90% menjadi
5,20% (Grafik 3.23).
Di tengah terjadinya peningkatan permintaan selama
triwulan I 2012, respons sisi penawaran domestik masih
memadai. Tekanan permintaan pada triwulan I 2012 terindikasi
meningkat namun mengalami perlambatan di akhir triwulan.
Namun, secara umum respons sisi penawaran masih dapat
memenuhi kenaikan permintaan tersebut. Kapasitas utilisasi
sektor produksi yang masih berada pada level 80% menunjukkan
kemampuan sisi penawaran yang cukup memadai untuk
merespons peningkatan permintaan yang terjadi sehingga tidak
menimbulkan tekanan harga (Grafik 3.24).
Tren deflasi pada kelompok volatile food tertahan. Hal
tersebut disebabkan oleh pemberlakuan HPP beras serta gangguan
Grafik 3.17
CDS Beberapa Negara
Grafik 3.18
Perkembangan Inflasi
Grafik 3.19
Harga Komoditas Internasional Nonpangan
�����
�����
�����
����
�
���
����������������������������������������
���������������������������������
������
���
���
���
���
���
��
������� ������ ������ ������ ������ ������ ������
������������������
��������� ������������� ����� ��� ����
������������
������ ����� ��� ���
���������
���� ��� ���� ��� �������
���������������
����� �� ��� �� ���
��������� �� ��� �� ��� �����
�����������������
��������
����
����
��
�
��
��
�
������������������������������ ���� ���� ����
�������
���������������������������������
�������������������������� �������������������������� �������������������������� ��������������������������
����
�����
���������
����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
27Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
pasokan di daerah. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar
0,65% (qtq) atau 4,45% (yoy), lebih tinggi dari triwulan yang
sama tahun lalu. Komoditas beras menjadi penyumbang inflasi
tertinggi pada triwulan I 2012 yang dipengaruhi oleh kenaikan
HPP beras per 1 Maret 2012 sebesar 30%. Selain itu, faktor
cuaca buruk turut menjadi pendorong kenaikan harga, seperti
yang terpantau pada harga aneka bumbu (cabe merah dan
bawang putih) serta beberapa komoditas ikan laut. Cuaca yang
cenderung basah menurunkan produktivitas panen aneka cabe.
Kondisi cuaca dengan gelombang tinggi turut menurunkan
pasokan beragam ikan laut. Di sisi eksternal, beberapa harga
pangan terindikasi mulai meningkat yang berdampak pada
kenaikan harga pada sebagian komoditas domestik, seperti
minyak goreng.
Sementara itu, inflasi kelompok administered prices masih
tercatat rendah. Secara tahunan, inflasi tercatat hanya sebesar
2,92% (yoy). Namun, secara triwulanan, kelompok mencatat
inflasi sebesar 0,92% (qtq), sedikit lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Komoditas yang menyumbang
dominan terhadap inflasi kelompok adalah rokok (0,09%, qtq),
bensin (0,03%, qtq) dan bahan bakar rumah tangga (0,02%,
qtq). Harga komoditas rokok meningkat terutama disebabkan
oleh kebijakan Pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 16%
per 1 Januari 2012. Sementara itu, peningkatan harga komoditas
bensin khususnya didorong oleh kenaikan harga BBM non
subsidi seiring dengan kenaikan harga minyak global yang telah
mencapai 102,86 dolar AS per barel1 dari rata-rata pada tahun
2011 sebesar 94,98 dolar AS per barel.
PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN
Suku Bunga
Suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) bergerak
menurun. Rata-rata suku bunga PUAB O/N pada Maret 2012
tercatat sebesar 3,76% atau turun sebesar 79 bps dari rata-rata
pada akhir triwulan IV 2011 (Grafik 3.25). Tak hanya suku bunga
PUAB O/N, suku bunga PUAB dengan tenor lebih besar dari O/N
juga mengalami penurunan sebesar 78 bps – 132 bps. Kondisi
tersebut selain disebabkan oleh masih melimpahnya likuiditas
perbankan juga dipengaruhi oleh kebijakan pelebaran koridor
suku bunga dan penurunan BI Rate selama triwulan I 2012.
Sampai dengan triwulan I 2012, persepsi risiko di PUAB tetap 1 Posisi level harga hingga 30 Maret 2012.
Grafik 3.21
Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK-BI)
Grafik 3.20
Inflasi Inti dan Nilai Tukar
�
�
��
��
���
���
���
���
���
��������� ������
� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � ����� ���� ���� ����
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
Grafik 3.22
Ekspektasi Inflasi Pedagang (SPE-BI)
�
�
��
��
���
���
���
���
��������� ������
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � ����� ���� ���� ����
����
����
�����
�����
�����
�
�
�
�
�
��
������ ������
��������� �� �������� ������ ����� �� ����� ������� �� ����� ������������������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
���������������� ���������������������������������������������������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
28Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
terjaga. Persepsi risiko yang tercermin pada rata-rata selisih suku
bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah tercatat stabil pada level
4 bps. yang rendah tersebut mencerminkan kondisi likuiditas
jangka pendek perbankan yang berlebih sehingga berdampak
pada transaksi di PUAB yang menurun. Rata-rata volume
PUAB pada Maret 2012 tercatat Rp5,64 triliun atau menurun
dibandingkan dengan Desember 2011 sebesar Rp6,3 triliun.
Suku bunga perbankan terus mengalami penurunan. Data
per Februari 2012 menunjukkan suku bunga deposito turun
sebesar 38 bps dibandingkan dengan Desember 2011 menjadi
5,97%. Selain suku bunga deposito, suku bunga dasar kredit
(SBDK) turut mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya.
Penurunan SBDK tersebut terutama dikontribusi oleh komponen
harga pokok dana untuk kredit (HPDK) dan biaya . Sementara
itu, komponen marjin keuntungan relatif sama dengan triwulan
sebelumnya. Berdasarkan segmennya, SBDK pada Februari 2012
masing-masing sebesar 10,06%, 11,40%, 10,51%, dan 11,05%
untuk segmen korporasi, ritel, KPR dan non-KPR.
Sejalan dengan penurunan SBDK, rata-rata suku bunga kredit
(rata-rata dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi
dan kredit konsumsi) juga mengalami penurunan sebesar 36
bps dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya menjadi
12,42% (Tabel 3.3 dan Grafik 3.25). Suku bunga kredit modal
kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) masing-
masing turun sebesar 14, 42 dan 53 bps menjadi 12,02%,
11,62% dan 13,62% (Grafik 3.26).
atau selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito
pada triwulan I 2012 masih tercatat relatif lebar. Rata-rata suku
bunga kredit terhadap suku bunga deposito 1 bulan pada Februari 2012 tercatat sebesar
6,45%, relatif stabil dari Desember yang sebesar 6,43%. Masih lebarnya suku bunga
Grafik 3.23
Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast
Grafik 3.24
Utilisasi Kapasitas Produksi (Survei Produksi BI)
Suku Bunga (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Tabel 3.3
Perkembangan Berbagai Suku Bunga
BI Rate 6,50 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75
Penjaminan Deposito 7,00 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50
Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,72 6,72 6,83 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 n,a
Base Lending Rate 12,03 11,84 12,21 12,06 12,22 12,15 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 11,16 n,a
Kredit Modal Kerja (KMK) 12,75 12,72 12,69 12,68 12,61 12,60 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 12,09 12,02 n,a
Kredit Investasi (KI) 12,25 12,20 12,18 12,16 12,15 12,13 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,62 n,a
Kredit Konsumsi (KK) 14,48 14,50 14,39 14,38 14,37 14,37 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 14,19 13,62 n,a
Trw I-2011 Trw II-2011 Trw III-2011 Trw IV-2011 Trw I-2012
����
����
����
����
���������������������������
�����������������������
������
� � � � � � � � � �� �� �� � � ����� ����
����
����
��������
��������
��������
��������
��������
���� ������������
���� ����
��
��
��
��
��
��
��
�
�
�
�
��
��
�������������������������������������������
������������������������
������ �
� � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � �
���� ���� ���� ���� ����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
29Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
kredit terhadap suku bunga deposito tersebut mencerminkan
potensi penurunan suku bunga kredit di waktu mendatang masih
cukup besar. Hal tersebut juga didukung oleh adanya beberapa
kebijakan perbaikan efisiensi operasional perbankan dan efisiensi
penyaluran dana perbankan.
Penurunan terbesar suku bunga deposito 1 bulan terjadi pada
kelompok bank BPD yakni sebesar 66 bps. Sementara itu,
kelompok bank asing, bank swasta dan persero masing-masing
menurunkan suku bunga deposito 1 bulan sebesar 24, 38 dan
33 bps. Selain tercatat sebagai kelompok bank yang menurunkan
suku bunga deposito 1 bulan terbesar, kelompok bank BPD
juga tercatat sebagai kelompok bank yang menurunkan suku
bunga kredit terbesar. Kelompok tersebut pada Februari 2012
menurunkan suku bunga KMK, KI dan KKnya masing-masing
sebesar 224, 116 dan 277 bps. Sementara itu, kelompok bank
swasta dan persero secara rata-rata menurunkan suku bunga
kreditnya masing-masing sebesar 2 dan 8 bps.
Dana, Kredit, dan Uang Beredar
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tetap tinggi
ditopang oleh tabungan dan deposito. Pada Februari 2012,
DPK tumbuh sebesar 20,8% (yoy) menjadi Rp2.764 triliun,
sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan pada Desember 2011 yang
sebesar 19,0% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan DPK tersebut
terutama dikontribusi oleh deposito yang memiliki pangsa hingga
45% dan tabungan. Deposito tumbuh sebesar 20,2% (yoy),
sedangkan tabungan tumbuh mencapai 23,9% (yoy). Masih
tingginya pertumbuhan DPK tersebut sejalan dengan suku bunga
DPK yang cenderung menurun.
Tren peningkatan pertumbuhan kredit masih terus berlanjut.
Pada Februari 2012 pertumbuhan kredit (tidak termasuk kredit
) tumbuh mencapai 24,2% (yoy). Pertumbuhan kredit yang
masih akseleratif tersebut ditopang oleh kredit investasi (KI) yang
tumbuh mencapai 33,2% (yoy) sejalan dengan tren penurunan
suku bunga dan peningkatan PMTB (Pembentukan Modal Tetap
Bruto). Sementara itu, pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) dan
kredit konsumsi (KK) tercatat sebesar 23,4% (yoy) dan 19,6%
(yoy) (Grafik 3.28).
Dilihat berdasarkan sektor perekonomian, pertumbuhan kredit
pada sektor listrik, air dan gas, serta sektor pertambangan
menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi (Grafik 3.29).
Grafik 3.25Suku Bunga Perbankan
Grafik 3.26
Suku Bunga Kredit
��
��
��
��
��
��
��
��
���
������������������ �������������������������������
��� ��� ��� ��� �������
��� ��� ��� ��� ��� �������
��� ��� ��� ��� ��� �������
��� �������
Grafik 3.27
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
�
�
��
��
��
��
��
����������� �������������������������������������� �������������������
������
�
�
��
��
��
��
��� ��� ��� �������
��� ��� ��� �������
��� ��� ��� �������
��� ��� ��� �������
�������
�����
����
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
��
��
��
��
������������ ����������� ������������
������� ������
�
��������������
�
�����������������
��� ��� �������
��� �������
��� �������
��� ��� �������
��� �������
��� �������
��� �������
��� �������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
30Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Sementara itu, pertumbuhan kredit di sektor lainnya tercatat
melambat dalam beberapa bulan terakhir. Peningkatan kredit
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian
sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan.
Dilihat berdasarkan valutanya, pertumbuhan kredit valas masih
tetap tinggi. Pada Februari 2012, pertumbuhan kredit valas
mencapai 29,8% (yoy) sejalan dengan kegiatan ekspor impor
yang masih relatif tinggi. Namun, angka pertumbuhan tersebut
sedikit melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada
Desember 2011 yang mencapai 32,1%. Di sisi lain, kredit rupiah
tumbuh sebesar 23,2%, sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan Desember yang mencapai 23,2% (yoy).
Pertumbuhan base money relatif stabil. Pada Maret 2012,
pertumbuhan tercatat sebesar 21,5% (yoy) atau relatif stabil
dibandingkan dengan pertumbuhan pada Desember 2011
sebesar 20,9% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan M1 pada Februari
2012 mengalami perlambatan yakni hanya sebesar 16,6% (yoy)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 19,4%.
Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan giro
rupiah akibat kontraksi rekening Pemerintah.
Sementara itu, likuiditas perekonomian (M2) meningkat sejalan
dengan perkembangan ekonomi riil di masyarakat dan tingginya
pertumbuhan kredit. Sampai dengan Februari 2012, pertumbuhan
M2 meningkat menjadi 17,73% (yoy), terutama didukung oleh
pertumbuhan deposito dan tabungan rupiah (Grafik 3.29).
KONDISI PERBANKAN
Secara umum, kondisi sistem keuangan domestik tetap
stabil. Permodalan perbankan sebagaimana tercermin pada
angka rasio kecukupan modal ( – CAR) per Februari 2012 tercatat
meningkat dari bulan sebelumnya menjadi 18,5%. Risiko kredit
tetap terjaga sebagaimana tercermin pada angka Non Performing
Loan (NPL) baik gross maupun neto yang rendah, jauh di bawah
5%. Sementara itu, dari sisi profitabilitas perbankan, indikator
(ROA) dan (NIM) tercatat tetap tinggi (Tabel 3.4).
Pasar Surat Berharga Negara
Kondusifnya fundamental perekonomian domestik,
pencapaian peringkat layak investasi serta penurunan
Grafik 3.28
Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan
Grafik 3.29
Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi
Grafik 3.30
Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian
����
����
����
���
�
��
��
��
��
�������������� ���������������
������������� ������������
�����
����
�����������������
������
������
����
������
������
������
����
������
������
������
����
������
������
������
����
������
���
����
����������
�����
�
�
�
��
��
��
�
�
��
��
��
��
��
�� �� �������������
������ ������
����������������������������������������������������������������������������������������
������
������
����
������
������
������
����
������
������
������
����
������
������
������
����
������
���
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
��
������������������������������������
�
���������
������������
�������������������
��������������������
����������
�����������
������������
����������������
�����������
���������
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
�� ��
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
31Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
BI Rate berdampak positif terhadap pasar SBN. Kondisi
tersebut ditopang oleh membaiknya minat investor baik di pasar
primer maupun di pasar sekunder terutama terkait dengan
tingginya imbal hasil yang ditawarkan dibandingkan kawasan.
Secara keseluruhan, rata-rata imbal hasil SBN selama triwulan
I 2012 terpantau sebesar 5,63% turun sebesar 25,4 bps jika
dibandingkan dengan triwulan IV 2011 (Grafik 3.31). Imbal hasil
SBN untuk tenor jangka pendek (<5 tahun), menengah (5-10
tahun) dan panjang (> 10 tahun) masing-masing turun sebesar
36,5 bps, 7,7 bps dan 46,2 bps jika dibandingkan dengan triwulan
IV 2011 (Grafik 3.32).
Kondisi ekonomi domestik yang positif mendorong
peningkatan arus masuk modal asing dan meningkatkan
kinerja pasar SBN. Selama triwulan I 2012 investor non
residen masih mencatatkan beli neto. Selain faktor imbal hasil
yang menarik, peningkatan minat asing tersebut juga terkait
dengan optimisme investor terhadap prospek perekonomian
domestik dan premi risiko yang relatif terjaga. Pergerakan imbal
hasil SBN sempat mengalami peningkatan pada Februari dan
Maret disebabkan adanya tekanan jual asing di pasar SBN dan
kekhawatiran investor akan meningkatnya inflasi terkait rencana
penyesuaian harga BBM. Namun, laju kenaikan imbal hasil
tersebut mereda sejalan dengan berkembangnya pemahaman
pasar terhadap kebijakan penyesuaian harga BBM tersebut.
Pasar Saham
Sentimen positif dari eksternal dan domestik berdampak
kondusif terhadap kinerja pasar saham domestik. Penguatan
kinerja saham domestik selama triwulan I 2012 terutama dipicu
oleh peningkatan peringkat Indonesia oleh Moody’s menjadi
peringkat layak investasi2 dan menguatnya kepercayaan investor
asing terhadap perekonomian nasional serta rilis laporan keuangan
emiten yang secara umum menunjukkan perbaikan kinerja. Selain
itu, kinerja pasar saham juga dipengaruhi oleh sentimen positif
yang berasal dari eksternal. Sentimen positif tersebut antara
lain bersumber dari (1) meningkatnya optimisme pelaku pasar
terhadap perkembangan Yunani, (2) optimisme investor terhadap
Yunani setelah pertemuan para Menkeu EU yang menyetujui
pencairan tahap II kepada Yunani dan persetujuan IMF terhadap
tahap II Yunani, (3) peningkatan data indeks kepercayaan investor
Jerman dan data AS, (4) Outlook ekonomi AS yang semakin
2 Sejalan dengan Fitch yang sebelumnya telah memberikan kepada Indonesia, Moody’s menaikkan peringkat Indonesia menjadi Baa3 dengan stabil dari Ba1 pada 18 Januari 2012
Grafik 3.31
Imbal Hasil SBN dan BI Rate
Tabel 3.4
Kondisi Umum Perbankan
TotalAset (T Rp) 3.651,8 3.598,7 3.628,1DPK (T Rp) 2.784,1 2.742,3 2.763,9Kredit* (T Rp) 2.199,1 2.160,2 2.203,0LDR* (%) 79,0 78,8 79,7NPLs Gross* (%) 2,2 2,4 2,3NPLs Net* (%) 0,4 0,5 1,0CAR (%) 16,1 18,4 18,5NIM (%) 0,5 0,5 0,4ROA (%) 3,0 3,7 3,4
IndikatorUtama
2011 2012
Des Jan Feb
* Tanpa Chaneling
Grafik 3.32
Perubahan Imbal Hasil SBN (Triwulanan)
�����������������������������������������������
�������������
����������������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
����
����
����
����
��
�
�
�
�
�
�
�
�
�
� �����
�����
�����
����� �
�
��
��
��
�
��
��������� �������
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
�
�
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
32Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
membaik dan rilis hasil perbankan di AS yang positif. Dengan
perkembangan tersebut, selama triwulan I 2012, IHSG mampu
membukukan kinerja positif dengan mencatat kenaikan sebesar
7,8% ke level 4.121,55, sejalan dengan penguatan bursa lainnya
di kawasan (Grafik 3.33).
Selain faktor sentimen, penguatan IHSG juga ditopang oleh
pertumbuhan sektoral. Selama triwulan I 2012, seluruh indeks
sektoral mengalami penguatan dengan penguatan terbesar
dialami oleh sektor perdagangan sebesar 24,5% (qtq), diikuti
oleh sektor properti sebesar 21,5% (qtq), dan sektor pertanian
sebesar 13,1% (qtq). Namun, secara tahunan, pertumbuhan di
sektor perdagangan, properti dan aneka industri tercatat yang
paling tinggi di antara sektor-sektor lainnya (Grafik 3.34).
Kinerja pasar saham domestik yang positif, sebagaimana tercermin
pada indikator PER dan ROE (Table 3.5), mendorong investor asing
menambah kepemilikannya terhadap portofolio domestik. Selama
triwulan I 2012, investor asing mencatat net beli sebesar Rp10,02
triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan IV 2011 yang
mencatat net beli hanya sebesar Rp8,68 triliun.
Pasar Reksadana
Kinerja reksadana selama Februari 2012 menunjukkan
perkembangan yang positif. Secara umum, kinerja reksadana
yang tercermin dalam NAB, tumbuh sebesar 0,2% dari NAB
pada Desember 2011. Namun, secara bulanan, NAB tumbuh
cukup tinggi sebesar 15,3% (mtm). Peningkatan NAB reksadana
tersebut terutama ditopang oleh produk reksadana pasar uang,
campuran dan pendapatan tetap yang masing-masing tumbuh
sebesar 12,5%, 61%, dan 46,7% (Tabel 3.6).
Grafik 3.33
IHSG dan BI Rate
Grafik 3.34
IHSG dan Perkembangan Sektoral
Tabel 3.5.
Indikator Fundamental Saham
Australia 11 5 2 15China 10 18 2 17Hong Kong 10 -3 1 10Indonesia 13 15 3 26India 11 13 2 17Korea 10 -8 1 11Malaysia 13 16 2 16Phillipines 13 17 2 17Singapore 11 8 1 11Thailand 10 7 2 17Taiwan 13 22 2 13Asia 10 7 1 14
Faktor Fundamental Pasar Saham
PER EPS growth PB (x) ROE
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�
�
�
�
�
��
��
�
�
���� �������������
���
�
�����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
�
�����������������
�����
������
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
���� ���� ��� ��� ���
����
�������������
������������
��������
������������������
��������
�����������
���������
��������
��������������
�����
���� �� ��� ��� ���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
33Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
MTM Saham P Uang Campuran Pend. Tetap Terproteksi Indeks ETF-Saham ETP-Pend. Tetap Syariah Total
1 2 3 4 52011 6 7 8 9 10 11 122012 1 2Feb 2012-Des 2011
Tabel 3.6.
Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)
1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6% 9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1% -1,7% 9,6% -1,6% 2,1% 1,1% -2,6% 30,8% 2,4% 0,1% 0,3% 2,7% 12,9% 5,5% 6,4% -1,0% 2,2% 8,1% 6,6% 2,0% 3,2% -5,1% 3,7% -0,9% 9,9% 0,8% 1,8% -2,8% 5,7% 2,5% 0,2% 2,2% 8,5% 62,5% 33,5% -1,7% 3,8% 79,0% 7,5% 4,4% 15,3%
-3,0% 12,5% 61,0% 46,7% -0,9% 5,6% 74,0% 13,7% 7,0% 0,2%
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-201234
Tabel Statistik
Tabel 1
Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit
(Persen per Tahun)
PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*
Tingkat Diskonto
SBI
Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*
1bulan
3bulan
6bulan
12bulan
24bulan
ModalKerja
Investasi
2007Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2008Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2009Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2010Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2011Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2012Trw. I*
10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90
10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94
8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66
5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10
7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53
5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99
6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45
4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01
8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59
8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51
9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32
9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40
8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05
6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78
6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20
6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96
6,20 6,72 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18
6,03 7,36 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13
5,40 6,28 6,83 7,05 7,39 7,04 6,61 12,39 12,06
4,55 5,04 6,35 6,81 7,19 7,06 6,33 12,18 12,04
3,85 3,82 5,97 6,52 6,94 6,79 6,44 12,02 11,62
* Data Feb-12
Tabel Statistik
35Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Tabel 2
Perkembangan Transaksi di Pasar Uang
(Miliar Rupiah)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)
Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi
2007Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw.IV
2008Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2009Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2010Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2011Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2012Trw. I*
* data s.d Feb 2012 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)
37.341 774.867 740.952 243.671
38.323 846.655 832.325 258.002
36.615 895.563 887.770 266.152
32.061 777.250 795.475 247.926
37.482 871.303 906.767 212.463
23.510 496.338 543.656 165.145
27.115 389.140 437.315 116.969
14.029 404.072 340.913 180.128
22.897 448.505 394.904 232.700
30.656 324.806 324.776 232.731
29.038 375.134 387.188 220.676
24.566 631.235 592.048 259.864
26.907 648.324 607.933 300.255
30.615 322.322 351.475 271.103
28.553 199.589 218.152 252.540
23.142 153.809 203.835 203.110
30.401 86.480 56.066 233.524
36.788 51.790 96.325 188.988
30.061 19.822 57.593 151.217
30.262 51.641 79.605 123.253
10.974 16.178 36.790 102.641
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-201236
I II III IV I II III IV I II III IV I*
* Data Feb-12 1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan
Tabel 3
Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)
(Miliar Rupiah)
1 Bank Pemerintah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
466.605 495.440 504.649 533.945 536.273 578.525 595.131 630.148 644.289 698.315 732.981 761.373 751.677 38.367 42.041 41.313 45.091 42.832 46.878 49.215 48.438 47.383 50.807 54.201 64.679 64.528 13.363 11.923 14.205 16.795 17.812 21.118 20.736 25.560 25.067 29.661 29.793 32.732 30.947 98.660 99.825 92.634 92.485 93.920 99.944 93.060 93.695 93.217 97.836 102.021 107.849 106.648 13.174 14.321 14.101 14.523 8.885 10.379 13.483 17.326 17.127 22.057 33.700 20.433 25.911 23.102 24.258 24.537 25.372 19.330 20.374 21.096 20.384 22.125 24.441 26.864 27.536 27.477 103.408 113.130 118.580 129.497 109.766 111.038 114.918 110.981 107.948 110.903 121.305 131.263 124.502 22.156 24.443 28.685 28.358 29.287 29.310 24.856 26.826 27.732 29.955 28.579 33.166 32.032 21.998 22.126 20.793 21.447 14.597 12.962 13.413 18.598 18.459 20.566 27.092 29.788 33.266 3.110 3.392 3.416 3.620 37.752 47.795 57.597 73.129 77.552 91.101 85.628 79.941 76.867 129.267 139.981 146.385 156.757 162.093 178.727 186.758 195.211 207.678 220.989 223.797 233.987 229.498 530.642 529.687 549.349 593.400 611.724 672.726 715.217 775.323 801.246 864.006 926.563 1.001.042 1.002.237 18.722 19.353 19.112 21.359 20.429 25.254 26.403 30.199 31.246 32.635 32.589 36.114 36.586 8.979 9.697 10.861 15.013 14.721 18.435 19.827 21.247 24.580 25.692 28.560 32.877 29.861 93.414 84.488 86.575 92.738 92.197 97.471 103.688 114.203 118.350 131.180 141.472 154.543 156.359 5.623 6.093 6.422 7.493 8.191 9.014 9.984 10.646 11.459 12.017 13.356 17.470 17.835 23.894 24.298 24.421 26.551 24.598 27.084 29.701 29.811 30.969 31.502 32.781 34.552 36.835 120.114 121.956 124.949 134.434 144.298 160.841 164.959 185.508 182.418 199.463 211.302 228.294 224.410 26.936 28.119 30.473 33.043 35.358 35.394 36.756 35.841 38.252 41.482 44.124 48.506 48.414 78.737 78.120 80.377 85.260 64.168 78.847 63.336 71.266 74.634 84.593 89.819 95.767 97.540 8.882 9.306 9.588 10.188 22.833 35.565 62.127 62.394 62.318 65.667 69.748 73.021 71.306 145.341 148.257 156.571 167.321 184.932 184.821 198.437 214.209 227.020 239.774 262.813 279.899 283.091 100.817 110.968 119.552 120.701 123.087 132.512 138.961 143.067 149.005 161.201 169.764 175.489 177.525 3.143 3.289 3.749 3.706 3.595 3.639 4.359 4.488 4.910 5.389 5.633 6.113 8.609 312 388 615 675 645 712 755 992 947 1.076 1.247 1.279 1.483 829 943 1.082 1.146 2.100 2.373 2.751 2.890 2.869 3.326 3.493 3.687 3.705 258 450 723 787 890 1.188 1.243 1.408 1.548 1.689 1.810 2.204 2.527 6.074 7.975 9.783 7.693 7.137 8.611 9.983 9.145 8.264 9.561 11.679 10.258 8.439 12.638 14.006 14.898 15.278 15.686 16.047 16.263 17.337 17.962 19.732 20.618 21.077 19.936 1.741 1.791 1.832 1.887 1.685 1.745 1.686 1.832 1.934 2.311 2.571 2.832 2.785 3.558 3.980 4.647 5.264 2.471 2.411 2.049 2.088 2.179 2.151 1.965 2.516 2.534 1.522 1.520 1.805 1.934 5.061 5.809 6.546 6.476 6.519 6.199 6.231 6.254 5.911 70.742 76.626 80.418 82.331 83.816 89.977 93.326 96.411 101.873 109.766 114.516 119.268 121.597 184.654 168.614 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 231.851 244.699 253.991 7.020 6.669 5.535 5.236 5.423 6.712 6.803 6.797 7.062 6.764 7.478 6.173 6.220 6.081 4.712 6.235 9.076 8.579 10.633 11.567 12.660 13.503 12.616 16.945 18.579 20.435 71.358 61.420 58.833 59.314 55.649 62.401 58.905 63.065 62.023 64.710 75.612 76.340 86.999 281 578 1.860 1.091 1.252 2.447 3.930 4.230 3.513 4.437 4.953 5.404 5.471 5.069 4.785 4.050 4.149 3.572 3.735 3.183 3.828 3.306 3.229 3.164 2.547 2.913 15.113 13.598 13.364 12.873 16.417 18.921 20.176 21.848 20.166 24.469 22.659 21.450 26.100 10.581 9.566 10.452 9.714 10.122 10.534 11.184 10.415 9.566 10.004 11.108 10.081 11.010 39.813 37.465 38.428 37.036 34.547 39.673 42.591 44.534 49.916 48.834 52.370 52.096 57.727 1.674 1.525 536 838 2.339 3.708 5.475 3.982 5.136 4.530 4.732 19.064 3.783 27.664 28.296 29.216 31.421 32.429 30.699 31.596 30.010 30.513 32.120 32.829 32.965 33.332 25.333 26.382 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.650 41.082 42.361 1.774 1.915 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 2.985 3.132 3.308 0 0 0 0 0 0 0 36 39 48 46 65 68 433 456 486 505 531 545 589 476 517 561 575 584 606 0 0 0 0 0 0 0 14 18 20 23 26 27 0 0 0 0 0 0 0 257 344 416 478 617 645 8.998 9.368 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.085 12.426 12.859 0 0 0 0 0 0 0 575 680 705 897 901 940 2.705 2.861 2.935 3.054 0 0 0 96 161 166 211 250 245 0 0 0 0 3.247 3.561 3.823 4.011 4.020 4.205 3.981 3.911 4.063 11.423 11.782 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 18.369 19.169 19.601 1.308.051 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.470.888 1.604.717 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.100.808 2.223.685 2.227.790 69.026 73.267 71.643 77.394 74.404 84.786 89.170 92.525 93.315 98.562 102.886 116.210 119.250 28.735 26.720 31.916 41.559 41.758 50.898 52.885 60.495 64.136 69.093 76.592 85.532 82.794 264.694 247.132 239.610 246.188 244.397 262.735 258.993 274.330 276.975 297.613 323.174 343.002 354.316 19.336 21.442 23.106 23.894 19.218 23.028 28.640 33.625 33.667 40.221 53.842 45.538 51.773 58.139 61.316 62.791 63.765 54.636 59.804 63.962 63.426 65.009 69.150 74.966 75.510 76.308 260.271 272.058 281.537 301.883 296.423 317.691 327.549 346.226 339.688 366.382 387.969 414.509 407.807 61.414 63.919 71.442 73.002 76.452 76.984 74.482 75.488 78.163 84.457 87.279 95.486 95.182 146.811 144.552 147.180 152.061 115.782 133.893 121.389 136.582 145.349 156.310 171.456 180.418 191.311 15.188 15.743 15.345 16.580 71.232 96.438 135.568 149.992 155.546 171.702 170.320 182.191 161.931 384.437 404.942 424.923 450.482 476.586 498.461 524.913 550.913 582.963 619.763 652.325 685.288 687.118
2009 2010 2011 2012
```
Tabel Statistik
37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
* Data Feb-12 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan
Tabel 4
Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar
AkhirPeriode
Jumlah 1) Jumlah2)
M1
UangKartal
UangGiral
UangKuasi
AktivaLuar
NegeriBersih
TagihanBersih
PemerintahPusat3)
Tagihan Pada
LembagaPemerintah
BUMN
Tagihan Pada
PerusahaanSwasta danPerorangan
LainnyaBersih4)
2008
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2009
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2010
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2011
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2012
Trw. I*
1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992
1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902
1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287
1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144
1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550
1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181
2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445
2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293
2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773
2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738
2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665
2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460
2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448
2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049
2.643.331 656.096 279.224 376.872 1.973.573 918.902 237.643 105.744 1.989.000 -81.378
2.877.220 722.991 307.760 415.231 2.139.840 912.174 351.177 102.594 2.118.376 -29.895
2.849.796 683.253 280.103 403.150 2.150.808 942.113 296.141 94.819 2.138.727 -10.418
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-201238
Tabel 5
Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
304.718 322.994 354.297 402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 565.149 613.488 578.964
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
226.672 244.634 273.744 279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 336.521 372.972 333.862
186.538 203.838 210.822 226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 279.224 307.735 282.856
40.134 40.796 62.923 52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.349 50.343 57.297 65.237 51.006
77.404 77.744 79.920 89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 183.427 189.546 207.538 207.376
642 616 633 601 539 578 497 484 460 530 473 116 2.331
354.727 356.930 376.681 403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 675.926 656.574 619.981 614.169
-323.022 -259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -411.166 -352.386 -412.723
105.571 136.202 144.747 200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 23.206 38.676 166.928 88.153
8.715 8.715 8.715 8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 7.965 8.470 8.199 8.199
8.783 8.622 8.458 8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.638 7.609 7.364 7.345
-175.022 -131.729 -117.812 -97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -84.989 -96.336 -120.391 -148.940
-257.701 -267.412 -242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -362.498 -403.347 -359.314
-232.700 -232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -112.608 -90.391 -67.485
-15.288 -28.277 -22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -58.451 -87.835 -169.916 -175.371
-2.321 -5.896 1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -168.812 -126.802 -73.974 -33.938
-13.368 -13.785 -13.000 11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -4.868 -7.086 -11.139 -8.166
2009 2010 2011 2012
I II III IV I II III IV I II III IV I*
I. Uang Primer
a. Statutory Reserve Shortfall
b. Uang yang diedarkan
- Uang kartal di masyarakat
- Kas bank umum
c. Saldo Giro Positif Bank
d. Giro Sektor Swasta
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Uang Primer
a. Net International Reserve 1)
b. Net Domestic Assets
- Tagihan Bersih pada Pemerintah
- Bantuan Likuiditas
- Kredit Likuiditas
- Tagihan Lainnya
- Operasi Pasar Terbuka
- SBI (net) 2)
- FASBI
- Lain-Lain 3)
- Net Other Items
* Data Feb-12 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)
Tabel Statistik
39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep
Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.
Tabel 6
Neraca Pembayaran Indonesia 1)
(Juta US$)
2009 2010 2011
I II III IV Total I II III IV Total I* II* III* IV** Total**
I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)
2.690 2.377 1.781 3.781 10.628 1.891 1.342 1.043 870 5.144 2.072 473 468 -944 2.070 6.052 7.493 6.931 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.627 8.684 9.637 9.586 7.440 35.347 24.195 28.158 31.289 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.818 51.797 52.476 51.382 201.472 -18.143 -20.665 -24.358 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.598 -127.447 -37.134 -42.160 -42.890 -43.941 -166.125 -1.672 -2.476 -2.249 -3.344 -9.741 -2.106 -2.275 -2.155 -2.787 -9.324 -2.122 -3.379 -2.818 -3.503 -11.823 -2.742 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -4.038 -4.329 -5.547 -6.876 -20.790 -5.518 -6.747 -7.344 -6.058 -25.667 1.051 1.135 1.171 1.221 4.578 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.028 963 1.044 1.177 4.212 1.835 -2.320 2.924 2.414 4.852 5.662 3.767 7.464 9.728 26.620 6.646 12.849 -4.107 -1.370 14.018 19 29 34 14 96 18 2 4 26 50 1 0 0 0 1 1.815 -2.349 2.891 2.399 4.756 5.644 3.765 7.460 9.702 26.571 6.645 12.849 -4.107 -1.370 14.017 628 575 647 779 2.628 2.556 2.368 1.764 4.419 11.106 3.461 3.249 1.661 2.066 10.437 -1.276 -872 -340 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.529 -2.526 -1.350 -2.317 -7.722 1.904 1.447 987 540 4.877 2.983 3.350 2.955 4.483 13.771 4.990 5.775 3.011 4.383 18.160 1.950 1.893 2.972 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.588 5.537 -4.665 -261 4.198 133 362 -331 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -521 -731 154 -318 -1.416 1.817 1.532 3.303 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 4.109 6.268 -4.819 57 5.614 -763 -4.817 -728 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.179 3.846 2.262 -404 4.062 -1.103 -3.174 -618 -241 -2.943 -6.083 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.248 2.029 -3.203 -4.919 -7.341 -522 -1.874 5.355 834 3.794 -308 -244 3.139 1.400 3.987 844 2.033 2.101 1.745 6.723 4.524 57 4.705 6.195 15.481 7.552 5.108 8.507 10.597 31.765 8.718 13.322 -3.639 -2.313 16.088 -570 995 -1.159 -2.241 -2.975 -932 312 -1.552 692 -1.480 -1.052 -1.446 -321 -1.413 -4.232 3.955 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 -3.960 -3.726 11.856 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.856 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 54.840 57.576 62.287 66.105 66.105 71.824 76.322 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 114.502 110.123 110.123 5,4 5,7 6,1 6,5 6,5 6,7 6,0 6,9 7,2 7,2 7,4 7,2 7,1 6,4 6,4 2,4 1,8 1,2 2,5 2,0 1,2 0,8 0,6 0,5 0,7 1,05 0,22 0,21 -0,44 0,2 23,3 25,0 19,8 24,6 23,2 21,2 23,2 20,3 23,7 21,7 18,0 22,5 21,5 27,3 22,5 6,1 10,0 5,3 8,5 7,5 5,0 7,2 4,8 6,2 5,8 4,5 5,3 3,7 5,4 4,7
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-201240
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).
Tabel 7
Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
(Persen)1)
Kelompok/Sub Kelompok
1,44 -1,76 4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 1,86 0,77 2,76 -0,75 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77 4,27 2,74 2,39 -0,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 -0,62 0,41 2,25 -2,52 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 -1,75 3,24 2,24 -0,88 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 -0,92 2,32 -0,34 -0,54 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 1,53 1,63 2,59 -5,97 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 0,48 -1,62 0,18 -2,59 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 -0,63 0,25 0,71 3,11 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 1,57 -0,33 1,66 -8,24 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 12,43 -7,83 -0,81 0,12 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 -1,34 2,33 1,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 0,32 1,46 2,40 1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36 0,96 1,46 1,59 1,03 1,46 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 0,71 1,13 5,39 2,15 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 0,75 1,46 2,42 0,82 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 0,42 0,26 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 0,71 1,02 1,00 0,12 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 0,98 1,35 -1,48 0,29 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 0,16 0,55 0,95 0,68 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 0,32 0,49 1,00 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,73 0,75 4,48 -1,88 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 0,29 1,29 0,38 0,55 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 1,46 1,14 0,44 0,29 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 1,19 0,84 0,26 0,39 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 1,49 1,06 13,49 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 -1,30 1,59 1,27 1,20 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 0,60 0,81 1,60 1,72 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 0,33 0,89 1,14 1,39 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 0,65 0,69 1,39 0,73 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,17 1,31 1,01 0,42 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 0,70 0,69 0,22 0,22 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 0,41 0,30 0,04 0,06 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 0,63 0,15 0,59 0,46 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 0,54 0,56 0,37 0,16 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,13 0,43 0,48 0,55 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,13 0,55 0,51 0,33 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,69 0,37 -4,66 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 -0,14 0,40 -6,95 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 -0,26 0,47 -0,07 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 -0,18 -0,10 1,38 0,34 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 0,62 1,01 0,00 0,00 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 0,00 0,00 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88
2009 2010 2011 2012 I II III IV I II III IV I II III IV I
I. Bahan Makanan A. Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur, susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol
III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga
IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya
V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M
Tabel Statistik
41Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota
(Persen)1)
K o t a
-0,56 -0,37 4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 2,61 0,76 1,20 0,35 0,14 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 2,03 1,15 0,16 -0,03 -1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 3,49 1,35 0,36 -0,52 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 2,02 1,77 0,82 -0,20 0,10 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 2,76 0,64 1,60 -0,84 -0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 3,46 -0,28 0,52 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 1,57 0,09 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 0,64 -0,43 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 2,06 0,45 0,23 0,26 -0,72 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 3,22 0,52 0,31 -0,06 0,09 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 2,00 0,86 -0,23 0,09 -0,74 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 3,66 -0,18 -0,10 0,92 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 2,30 0,62 0,31 -0,78 -0,74 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 4,06 -1,44 2,06 -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58 0,32 -0,73 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 1,99 0,64 0,71 -0,13 0,15 1,73 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 1,89 0,70 0,83 0,78 1,09 1,09 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 1,62 1,46 1,21 0,65 1,31 2,62 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 2,07 1,03 0,70 0,32 -0,06 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 1,75 0,80 0,73 0,63 0,36 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 0,95 1,42 0,70 0,79 -0,27 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 0,78 0,75 0,21 1,67 0,35 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 2,31 1,03 0,74 0,01 -0,26 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 1,26 1,58 0,76 -0,87 -0,20 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 1,74 0,81 0,45 0,11 -0,14 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 0,69 1,50 1,25 0,91 0,04 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 2,09 1,34 0,07 0,78 0,11 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 1,43 0,86 1,03 1,06 0,19 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 1,61 1,14 0,59 0,72 0,06 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 1,76 0,70 1,12 1,05 1,05 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 1,95 0,31 0,22 0,59 0,11 1,90 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 1,73 0,85 0,71 1,02 0,08 1,16 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 1,39 1,00 0,85 0,25 0,14 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 1,58 1,57 0,98 0,90 0,02 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 2,19 1,03 0,53 1,28 0,16 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 1,90 1,14 0,45 0,60 0,07 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 1,63 0,61 0,63 1,02 0,00 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 1,75 0,88 0,67 1,06 -0,41 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,23 0,83 0,73 2,14 -0,61 1,77 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 0,82 0,80 2,01 1,78 -1,43 3,48 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 4,08 1,94 2,52 2,41 -1,12 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 1,89 3,39 1,11 0,39 1,10 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 2,04 2,12 0,49 0,85 0,35 2,77 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 0,75 1,13 1,13 1,73 0,50 3,52 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 3,32 -0,28 2,20 0,38 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 4,55 -0,19 1,95 1,62 -0,82 0,95 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 1,64 1,00 2,60 -0,65 -0,88 1,28 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,40 0,39 2,25 0,30 0,34 1,77 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 1,74 0,95 2,45 0,03 0,31 2,55 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 1,98 -0,18 2,11 1,49 0,42 1,81 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19 2,36 -0,21 2,13
2009 2010 2011 2012
I II III IV I II III IV I II III IV I
1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-201242
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)
(Persen)1)
K o t a
0,53 1,34 3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,03 2,17 1,18 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 0,86 1,59 1,78 -0,36 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 1,72 0,56 2,14 0,84 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 0,03 2,40 0,84 -1,13 2,53 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 0,48 2,00 0,40 -0,53 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 0,49 0,75 1,14 -0,12 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 -0,26 1,61 2,99 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 -2,97 2,36 2,33 0,59 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 1,15 1,78 -0,35 0,06 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 0,91 0,54 2,26 -2,43 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 -0,59 4,32 1,25 -0,27 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 1,45 0,52 3,52 0,36 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 0,82 -1,24 0,77 0,52 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 0,46 -0,67 -0,06 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 1,27 -0,46 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88
52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura
NASIONAL
2009 2010 2011 2012
I II III IV I II III IV I II III IV I
Tabel Statistik
43Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012
Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)
Tabel 9
Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar
(Persen) 1)
Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*
Periode
6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,93
2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 4,32
7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 3,63
7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50
7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45
7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55
4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92
0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67
2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80
3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99
5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79
1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91
2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17
2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29
3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14
1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43
1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86
0,22 1,31 0,65 -0,61 3,54 0,65
3,14 0,70 1,18 2,10 1,53 1,81
0,42 1,59 0,85 1,56 1,83 0,94
1,58 1,72 1,40 n,a n,a n,a
2007
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2008
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2009
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2010
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2011
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2012
Trw.I