jl.mh. thamrin no.2 jakarta 10110 - indonesia :// · tata kelola (governance) kebijakan moneter...

53

Upload: hoangcong

Post on 17-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesiahttp://www.bi.go.id

BANK INDONESIA

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanGrup Kebijakan MoneterDepartemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain

dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua

maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang

mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan

moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan

kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang

melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Ronald Waas Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN I-2012

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Framework)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Kata Pengantar

Di tengah perekonomian global yang melemah dan tidak pasti, kinerja ekonomi domestik Indonesia masih solid. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2012 masih akan cukup tinggi didorong oleh permintaan domestik yang masih cukup kuat, yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga tetap kuat didukung oleh daya beli konsumen yang terjaga dan optimisme konsumen yang masih tinggi. Sementara semakin kondusifnya iklim usaha mendorong kinerja investasi untuk tumbuh lebih baik. Di sisi lain, kinerja ekspor masih menunjukkan tren melambat, namun masih tumbuh pada level yang tinggi. Dari sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan ekonomi diprakirakan didorong oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2012 diprakirakan akan mengalami tekanan terkait dengan membesarnya defisit neraca transaksi berjalan (TB). Berlanjutnya ekspansi ekonomi domestik di tengah potensi perlambatan ekonomi negara mitra dagang (China dan India) menyebabkan pertumbuhan impor masih akan relatif tinggi dibandingkan dengan ekspor. Hal tersebut berdampak pada semakin membengkaknya defisit transaksi berjalan. Di sisi lain, transaksi modal dan finansial (TMF) diprakirakan masih mencatat surplus yang cukup besar ditopang oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masih besar.

Sejalan dengan perkembangan NPI, nilai tukar rupiah pada triwulan laporan bergerak melemah. Pelemahan rupiah tersebut terutama disebabkan oleh penyesuaian yang terjadi di pasar valas domestik akibat pengaruh sentimen global dan meningkatnya ekspektasi inflasi di dalam negeri. Melemahnya nilai tukar rupiah tersebut juga disertai dengan volatilitas yang meningkat. Namun, Bank Indonesia telah menempuh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang diperlukan guna memastikan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah.

Inflasi masih relatif terkendali meskipun ada risiko kenaikan inflasi ke depan. Hal tersebut didorong oleh tertahannya deflasi kelompok volatile food pada akhir triwulan. Inflasi inti juga masih cenderung terkendali dan berada pada level yang relatif rendah. Sementara itu, inflasi administered prices relatif rendah seiring dengan tidak adanya perubahan kebijakan di bidang harga komoditas strategis. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko meningkatnya ekspektasi inflasi terutama yang terkait kemungkinan kebijakan BBM yang ditempuh oleh Pemerintah.

Gubernur Bank Indonesia

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Di tengah terjadinya gejolak ekonomi global, stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang kian membaik. Kinerja industri perbankan semakin solid tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah. Sementara itu, kegiatan penyaluran kredit untuk pembiayaan perekonomian terus berlanjut. Bank Indonesia akan terus berupaya menjaga stabilitas sistem perbankan melalui penerapan prinsip kehati-hatian, namun tetap mendorong fungsi intermediasi secara efektif dan efisien.

Setelah melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap kinerja perekonomian terkini, prospeknya ke depan, serta berbagai faktor risiko dan tantangan yang kemungkinan dihadapi, pada 12 April 2012 Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI Rate di level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebutdinilaimasihkonsistendengantekananinflasidarisisi fundamental kedepan yang diperkirakanmasihrelatifterkendali. Meskipundemikian, Bank Indonesia mewaspadairisikodapatmeningkatnyatekananinflasisecaratemporerkedepandarikemungkinanadanyakebijakanterkait BBM yang ditempuh. Pemerintahdan Bank Indonesia akanmengambillangkahkebijakan yang diperlukanuntukmengantisipasidampakinflasijangkapendektersebut. Dalamhalini, Bank Indonesia akanmemperkuatbaurankebijakanmoneterdanmakroprudensial yang telahditempuhselamaini. Responskebijakansukubungatetapdiarahkanuntukmengendalikantekananinflasidarisisi fundamental sesuaiprakiraanmakroekonomikedepan.

Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan I 2012 serta prospek ke depannya. Saya berharap laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, Mei 2012

Gubernur Bank Indonesia

Dr. Darmin Nasution

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Daftar Isi

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan I 2012 ............................. 1

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ................. 4

Asumsi Yang Mendasari Perkiraan Ekonomi ................................... 5

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 6

Prospek Inflasi ................................................................................. 11

Faktor Risiko.................................................................................... 13

3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini .............. 14

Perkembangan Ekonomi Dunia ........................................................ 14

Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 16

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................ 23

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 24

Inflasi .............................................................................................. 26

Perkembangan Pasar Keuangan ...................................................... 27

Kondisi Perbankan........................................................................... 30

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan I 2012

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 April 2012 memutuskan

untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai

masih konsisten dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental ke depan yang diperkirakan

masih relatif terkendali. Meskipun demikian, Bank Indonesia mewaspadai risiko dapat

meningkatnya tekanan inflasi secara temporer ke depan dari kemungkinan adanya kebijakan

terkait BBM yang ditempuh. Pemerintah dan Bank Indonesia akan mengambil langkah

kebijakan yang diperlukan untuk mengantisipasi dampak inflasi jangka pendek tersebut.

Sehubungan dengan hal itu, Bank Indonesia akan melanjutkan penguatan operasi moneter

dan kebijakan makroprudensial, dengan tetap menjaga konsistensi kebijakan suku bunga

dengan prakiraan makroekonomi ke depan. Dengan terus memperkuat bauran kebijakan

moneter dan makroprudensial, serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah baik melalui

forum Tim Pengendalian Inflasi di tingkat pusat (TPI) maupun Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID), Bank Indonesia meyakini dapat membawa inflasi tahun 2013 menuju kisaran

4,5% ± 1%.

Dewan Gubernur berpandangan bahwa perekonomian global masih diliputi

oleh ketidakpastian yang tinggi. Meskipun perekonomian AS mulai mengindikasikan

perbaikan, pemulihan ekonomi di kawasan Eropa masih terkendala oleh penyelesaian

krisis yang sedang berlangsung sementara terdapat indikasi perlambatan ekonomi di

China dan India. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan berdampak

pada penurunan lebih lanjut kinerja ekspor negara-negara emerging markets, termasuk

Indonesia. Sementara itu, tekanan inflasi global masih relatif rendah sehingga negara-negara

maju masih melanjutkan kebijakan akomodatif meskipun dengan ruang gerak yang semakin

terbatas. Namun, peningkatan harga komoditas global, khususnya harga minyak, telah

meningkatkan tekanan inflasi yang dapat mendorong penerapan kebijakan moneter yang

cenderung ketat di negara-negara emerging markets. Dengan ketidakpastian perekonomian

global dan tingginya harga komoditas, volatilitas arus masuk modal asing ke negara-negara

emerging markets diperkirakan masih akan berlanjut.

Dewan Gubernur memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan

relatif tinggi di tengah risiko perlambatan ekonomi dunia tersebut dan kemungkinan

ditempuhnya kebijakan Pemerintah terkait dengan BBM. Pada triwulan II 2012

pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai 6,4%, sedikit lebih rendah dibandingkan

dengan prakiraan pertumbuhan untuk triwulan I 2012 sebesar 6,5%. Pertumbuhan ekonomi

diprakirakan masih dapat mencapai kisaran 6,3-6,7% pada tahun 2012 dan meningkat

menjadi sekitar 6,4-6,8% pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, di tengah

perlambatan ekonomi global tersebut, terutama ditopang oleh kuatnya permintaan

domestik dengan konsumsi yang masih kuat dan peran investasi yang semakin meningkat.

Penimbangan risiko (balance of risks) untuk tahun 2012 menunjukkan pertumbuhan

cenderung bias ke bawah baik karena dampak perlambatan perekonomian global maupun

2Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011

kemungkinan adanya kebijakan terkait BBM oleh Pemerintah, apabila tidak ditempuh

langkah-langkah stimulus khususnya dari kebijakan fiskal. Secara sektoral, seluruh sektor

ekonomi diprakirakan masih akan tumbuh cukup tinggi, dengan pertumbuhan tertinggi

pada sektor transportasi dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan

sektor bangunan.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun 2012 diprakirakan akan

mencatat surplus yang lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan surplus

neraca pembayaran terutama disebabkan oleh defisit transaksi berjalan yang lebih besar

karena melambatnya ekspor sejalan dengan perlambatan permintaan dunia di tengah impor

yang terus meningkat seiring dengan kuatnya permintaan domestik dan tingginya konsumsi

BBM. Di sisi lain, transaksi modal dan keuangan diprakirakan masih mengalami surplus yang

cukup besar ditopang oleh aliran investasi langsung dan portofolio. Sementara itu, cadangan

devisa sampai dengan akhir Maret 2012 masih cukup besar, mencapai 110,5 miliar dolar AS,

atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Pergerakan nilai tukar rupiah selama triwulan I 2012 mengalami pelemahan. Rupiah

secara point-to-point melemah sebesar 0,83%(qtq) ke level Rp9.144 per dolar AS atau

secara rata-rata melemah 1,03% (qtq) menjadi Rp9.066 per dolar AS. Pelemahan tersebut

diikuti dengan volatilitas yang meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Tekanan terhadap rupiah antara lain berasal dari penyesuaian portofolio investor asing

akibat pengaruh sentimen global dan ekspektasi inflasi yang meningkat di dalam negeri,

di samping permintaan valas yang cenderung meningkat seiring dengan kuatnya impor,

termasuk impor migas untuk konsumsi BBM di dalam negeri. Dengan langkah stabilisasi

nilai tukar rupiah yang ditempuh Bank Indonesia, baik melalui intervensi di pasar valas

maupun pembelian SBN dari pasar sekunder, stabilitas pergerakan nilai tukar rupiah secara

keseluruhan masih tetap terjaga.

Di sisi harga, inflasi masih terkendali meskipun terdapat risiko peningkatan

tekanan inflasi ke depan. Inflasi IHK pada triwulan I 2012 tercatat 0,88% (qtq) sehingga

secara tahunan tercatat sebesar 3,97% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Di sisi lain, inflasi inti masih cenderung terkendali dan berada pada level yang

relatif rendah (4,25%, yoy). Sumber tekanan inflasi antara lain berasal dari rendahnya deflasi

kelompok bahan pangan meskipun telah memasuki masa panen raya. Sementara itu, inflasi

administered prices relatif rendah seiring dengan tidak adanya perubahan kebijakan di

bidang harga komoditas strategis. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko

meningkatnya ekspektasi inflasi terutama yang terkait kemungkinan kebijakan BBM yang

ditempuh oleh Pemerintah.

Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan disertai dengan fungsi intermediasi

yang semakin baik dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Industri perbankan

menunjukkan kinerja yang semakin solid sebagaimana tercermin pada tingginya rasio

kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8%

dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.

Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin dari pertumbuhan

3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011

kredit yang hingga akhir Februari 2012 mencapai 24,2% (yoy). Kredit investasi tumbuh cukup

tinggi, sebesar 33,2% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian.

Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar

23,4% (yoy) dan 19,6% (yoy).

Ke depan, Dewan Gubernur akan mencermati dampak dari kemungkinan kebijakan

Pemerintah terkait dengan BBM dan risiko perlambatan ekonomi global terhadap

perekonomian Indonesia. Apabila kebijakan BBM tersebut ditempuh Pemerintah, Bank

Indonesia tetap meyakini bahwa dampaknya terhadap inflasi akan bersifat temporer (one-

time shock). Meskipun demikian, Bank Indonesia akan mengoptimalkan berbagai kebijakan

yang diperlukan untuk meminimalkan dampak temporer inflasi tersebut dan mengendalikan

tekanan inflasi ke depan sesuai kondisi fundamental agar berada dalam sasarannya. Dalam

hal ini, Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial

yang telah ditempuh selama ini. Respons kebijakan suku bunga tetap diarahkan untuk

mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan makroekonomi ke

depan. Sementara itu, untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam jangka pendek yang

bersifat temporer, kebijakan difokuskan pada penguatan operasi moneter dan pengendalian

ekses likuiditas secara terukur. Di samping itu, koordinasi dengan Pemerintah akan terus

diperkuat, baik dengan Pemerintah Pusat melalui forum TPI maupun dengan Pemerintah

daerah melalui forum TPID.

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

4Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

Prospek perekonomian Indonesia tahun 2012 diliputi oleh berbagai faktor

ketidakpastian yang terutama bersumber dari terus berlanjutnya perlambatan

ekonomian global, peningkatan harga minyak dunia, serta ketidakpastian terkait

kebijakan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Di tahun 2012, ekonomi Indonesia

diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,3% - 6,7%. Kinerja perekonomian terutama

ditopang oleh permintaan domestik yang masih cenderung meningkat terutama

terkait dengan kinerja investasi dan konsumsi rumah tangga yang masih meningkat.

Di sisi lain, ekspor diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan akibat

perlambatan ekonomi global serta menurunnya harga komoditas internasional

secara umum. Secara sektoral sumber pertumbuhan ekonomi menurut lapangan

usaha berasal dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan

restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Di tahun 2013, pertumbuhan

perekonomian domestik diperkirakan akan membaik sejalan dengan perkiraan mulai

pulihnya perekonomian global melalui meningkatnya permintaan eksternal dan

domestik. Sumber pertumbuhan dari sisi lapangan usaha di tahun 2013 diperkirakan

masih tetap bertumpu pada sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan

restoran (PHR), serta pengangkutan dan komunikasi.

Di sisi inflasi, terdapat risiko peningkatan tekanan inflasi terkait kemungkinan

kenaikan harga BBM dan pemburukan ekspektasi inflasi yang dipicu oleh

ketidakpastian rencana kenaikan harga BBM. Selain itu, harga minyak internasional

yang cenderung meningkat juga dapat meningkatkan tekanan inflasi melalui

tambahan biaya produksi. Di sisi lain, terdapat beberapa faktor yang dapat

mengurangi tekanan inflasi seperti kondisi ekonomi global yang melambat, harga

komoditas global yang secara umum menurun, nilai tukar rupiah yang relatif stabil,

dan kapasitas produksi domestik yang masih memadai dalam merespons peningkatan

permintaan domestik. Menghadapi berbagai tantangan di atas, Bank Indonesia akan

terus melakukan upaya pengendalian inflasi melalui penerapan bauran kebijakan

moneter dan makroprudensial, disertai penguatan koordinasi kebijakan dengan

Pemerintah. Dalam hal terjadi kenaikan harga BBM, diyakini bahwa tekanan inflasi

yang ditimbulkan bersifat jangka pendek dan temporer (one time shock) sehingga

pada tahun 2013, dengan membaiknya respons sisi penawaran serta dukungan

kebijakan, inflasi diperkirakan dapat kembali dalam rentang sasaran sebesar 4,5%

± 1%.

Bank Indonesia akan terus mencermati berbagai perkembangan perekonomian global

dan domestik, terutama terkait kemungkinan kebijakan Pemerintah menaikkan

harga BBM, serta mengevaluasi dampak perkembangan tersebut terhadap kinerja

perekonomian Indonesia ke depan. Bank Indonesia akan mengoptimalkan berbagai

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

kebijakan yang diperlukan dalam meminimalkan dampak dari kebijakan Pemerintah

di bidang energi untuk membawa inflasi ke dalam sasarannya. Dalam hal ini, Bank

Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang

telah ditempuh selama ini. Respons kebijakan suku bunga tetap diarahkan untuk

mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan makroekonomi

ke depan. Sementara itu, untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam jangka pendek

yang bersifat temporer, kebijakan difokuskan pada penguatan operasi moneter dan

pengendalian ekses likuiditas secara terukur. Di samping itu, koordinasi dengan

Pemerintah akan terus diperkuat, baik dengan Pemerintah Pusat melalui forum TPI

maupun dengan Pemerintah daerah melalui forum TPID.

ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI

Asumsi Perekonomian Internasional

Secara umum, kondisi perekonomian dunia masih diliputi ketidakpastian terkait

krisis di Eropa dan perlambatan ekonomi China, meskipun perekonomian AS

mulai mengindikasikan perbaikan. Pengaruh dari lemahnya pertumbuhan di negara

maju yang terutama disebabkan oleh tingkat konsumsi yang lebih rendah dan tingkat

pengangguran yang masih tinggi masih berdampak kepada pertumbuhan di negara

berkembang. Walaupun demikian, terdapat tanda-tanda pemulihan perekonomian dunia

yang tercermin dari mulai membaiknya ekonomi AS yang terindikasi dari meningkatnya

kinerja sektor industri, tenaga kerja dan pendapatan. Namun proses pemulihan masih

membutuhkan waktu mengingat tingginya risiko ketidakpastian terkait dengan belum

adanya perkembangan positif dari indikator makroekonomi di Eropa

serta sentimen perlambatan ekonomi China. Namun, berdasarkan

World Economic Outlook Januari 2012, perekonomian dunia di

tahun 2013 diperkirakan akan mengalami pemulihan dan mencapai

pertumbuhan sebesar 3,9%.

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia

di tahun 2012, harga komoditas selain migas di tahun 2012

diperkirakan tumbuh lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Sementara harga minyak dunia terus mengalami peningkatan

seiring ketatnya permintaan dan penawaran, menurunnya cadangan

minyak, eskalasi ketegangan di Iran, dan tingginya aksi spekulasi. Di

tahun 2013, sejalan dengan perkiraan membaiknya ekonomi dunia,

harga komoditas secara umum diperkirakan meningkat.

Asumsi Kebijakan Fiskal

Pemerintah menetapkan defisit sekitar -2,2% dari PDB pada

APBN-P 2012. Defisit tersebut lebih tinggi dari APBN 2012, yakni

Tabel 2.1

Proyeksi PDB Dunia (% yoy)

2012 2013 2010 2011

Proyeksi

PDB Dunia 5,2 3,8 3,3 3,9

Negara Maju 3,2 1,6 1,2 1,9

Amerika Serikat 3,0 1,8 1,8 2,2

Kawasan Eropa 1,9 1,6 -0,5 0,8

Jepang 4,4 -0,9 1,7 1,6

Negara Maju Lainnya 5,8 3,3 2,6 3,4

Negara Berkembang 7,3 6,2 5,4 5,9

Eropa Timur dan Tengah 4,5 5,1 1,1 2,4

Negara Persemakmuran 4,6 4,5 3,7 3,8

Negara Berkembang Asia 9,5 7,9 7,3 7,8

China 10,4 9,2 8,2 8,8

India 9,9 7,4 7,0 7,3

ASEAN-5* 6,9 4,8 5,2 5,6

Amerika Latin & Karibia 6,1 4,6 3,6 3,9

Timur Tengah & Afrika Utara 4,3 3,1 3,2 3,6

* Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan VietnamSumber: IMF, World Economic Outlook, Jan 2012

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

6Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

-1,5% dari PDB. Perubahan APBN 2012 mencakup perubahan asumsi makro, pokok

kebijakan fiskal dan pergeseran pos anggaran. Pembiayaan tambahan defisit bersumber

dari kenaikan penggunaan Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp51,1 triliun dan tambahan

penerbitan SBN sebesar Rp25 triliun. Dengan tidak dilakukannya kenaikan harga BBM dan

tarif tenaga listrik pada 1 April 2012 yang lalu, terjadi peningkatan belanja terutama pada

anggaran subsidi BBM, LPG & BBN yang naik menjadi Rp137,4 triliun dan subsidi listrik

yang naik menjadi Rp 65 triliun.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini masih akan kuat meskipun menghadapi

kondisi perlambatan ekonomi dunia dan kemungkinan kenaikan harga BBM

domestik. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai kisaran

6,3%-6,7% dan sedikit meningkat mencapai kisaran 6,4%- 6,8% pada tahun 2013.

Sumber pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 diperkirakan masih akan disumbang oleh

permintaan domestik. Kinerja ekspor diperkirakan akan cenderung menurun sejalan

dengan menurunnya permintaan eksternal. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap

menjadi penopang utama pertumbuhan dari sisi domestik seiring masih kuatnya daya beli

masyarakat. Sementara itu, peranan investasi dalam pertumbuhan ekonomi akan meningkat

ditunjang oleh stabilitas makroekonomi di tengah perlambatan global, iklim investasi yang

membaik, dan pencapaian peringkat layak investasi. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-

sektor utama seperti industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan

dan komunikasi diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Dari

sisi regional, perekonomian Jawa dan Sumatera pada tahun 2012 diperkirakan akan

sedikit lebih rendah sejalan dengan perlambatan kinerja ekspor akibat melemahnya

perekonomian global. Sementara itu, kinerja ekonomi Jakarta diperkirakan dapat tumbuh

meningkat didorong oleh peningkatan sektor konstruksi swasta dan pemerintah. Sementara

membaiknya kinerja KTI disebabkan oleh lebih baiknya produksi tambang.

Di tahun 2013, sejalan dengan perkiraan pulihnya perekonomian dunia, kinerja

perekonomian domestik diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2012 melalui

peningkatan ekspor dan permintaan domestik. Dari sisi lapangan usaha, di tahun 2013,

K o m p o n e n

Tabel 2.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,7 5,0 4,8 4,7 - 5,1 4,6 - 5,0

Konsumsi Pemerintah 3,2 3,0 7,0 5,7 - 6,1 4,2 - 4,6

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 10,6 10,6 10,5 9,6 - 10,1 11,5 - 11,9

Ekspor Barang dan Jasa 13,6 10,2 10,1 10,6 - 11,1 12,3 - 12,7

Impor Barang dan Jasa 13,3 10,3 11,2 11,6 - 12,0 14,3 - 14,7

PDB 6,5 6,5 6,4 6,3 - 6,7 6,4 - 6,8

I II2011 2012*

20122013*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran;

serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih

menjadi penunjang utama kinerja perekonomian nasional.

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh pada kisaran

4,7% - 5,1% di tahun 2012. Potensi pertumbuhan konsumsi

tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Eceran (IPE) dan

penjualan mobil dan motor yang meningkat (Grafik 2.1). Hasil

survei konsumen BI Maret 2012 juga menunjukkan bahwa tingkat

keyakinan konsumen masih dalam level optimis walaupun sempat

mengalami penurunan akibat adanya ekspektasi tingginya tekanan

harga sehubungan dengan rencana kenaikan BBM (Grafik 2.2).

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga ditunjang oleh daya

beli yang membaik. Daya beli yang meningkat tersebut ditunjang

oleh inflasi yang relatif rendah, perbaikan upah di beberapa wilayah

serta adanya alokasi dari pemerintah untuk kenaikan gaji pegawai

negeri sipil, TNI/Polri serta pensiunan. Selain itu tingkat utang rumah

tangga dan suku bunga yang relatif rendah juga mendukung kinerja

konsumsi rumah tangga di tahun 2012 dan 2013.

Di tahun 2012, konsumsi pemerintah riil diprakirakan tumbuh

sebesar 5,7% - 6,1%. Perkiraan tersebut didasari oleh peningkatan

kinerja belanja pemerintah dan adanya APBN-P yang meningkatkan

rasio defisit anggaran dari -1,5% terhadap PDB menjadi sekitar

-2,2%. Berdasarkan perkembangan tersebut, kontribusi fiskal

terhadap pertumbuhan ekonomi 2012 diperkirakan lebih besar dari

tahun sebelumnya. Operasi keuangan Pemerintah di tahun 2012

selain dirancang untuk mendukung kesinambungan fiskal juga

diarahkan untuk meningkatkan kualitas belanja negara.

Investasi di tahun 2012 diprakirakan tumbuh 9,6% - 10,1%. Di

tengah perekonomian global yang melambat, investasi diperkirakan

masih tumbuh meningkat. Hal tersebut didukung oleh hasil

berbagai survei dan indikator, diantaranya Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU-BI), Business Tendency Index – BPS, serta penggunaan

kapasitas. Berdasarkan hasil survei dan indikator-indikator tersebut,

rencana investasi masih cenderung meningkat didukung oleh

optimisme para pelaku usaha (Grafik 2.3). Selain itu investasi

bangunan dan non bangunan juga diperkirakan masih meningkat.

Kinerja investasi juga akan didukung oleh relatif rendahnya suku

bunga dan masuknya Indonesia dalam peringkat layak investasi.

Pertumbuhan ekspor diprakirakan melambat dibandingkan

Grafik 2.1

Pertumbuhan Penjualan Mobil, Motor dan Penjualan Eceran

Grafik 2.2

Indeks Keyakinan Konsumen

����

����

��

��

��

��

���

���

��������������� ��������������������� ���������������� �����������������������

���

�����������

� � � � � � � � � ���� �� � � � � � � � � � ���� �� � � � � � � � � � �� ���� � �

���� ���� ���� ����

��

��

��

��

���

���

���

���

�����������

������������������������������� �������������������������� �������������������������

�������

�������

��������������������������������������������

���� ���� ���� ����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � ��� ����� ���

Grafik 2.3

Realisasi Investasi dan Rencana Investasi

�����

�����

����������

����� �����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��� ���� ��� ���� ��� ���� ����

��������������

����������������������������������

���� ���� ���� ����

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

8Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

tahun sebelumnya. Pertumbuhan yang lebih rendah tersebut

akibat melambatnya pertumbuhan perekonomian global serta

berlanjutnya tren penurunan harga komoditas. Kinerja ekspor

Indonesia diperkirakan tidak terlalu terpengaruh oleh faktor global

mengingat diversifikasi pasar ekspor Indonesia ke negara-negara

emerging markets Asia seperti China dan India yang melakukan

reorientasi pertumbuhan ekonominya ke permintaan domestik.

Selain itu, komposisi komoditas ekspor yang didominasi oleh

komoditas sumber daya alam menjadikan produk ekspor Indonesia

tidak terlalu sensitif terhadap perlambatan ekonomi global dan

penurunan harga komoditas. Dengan kondisi tersebut, ekspor

di tahun 2012 diperkirakan masih berada dalam kisaran 10,6%

- 11,1%.

Di tengah perlambatan ekspor, impor masih menunjukkan

pertumbuhan yang kuat. Masih kuatnya impor sejalan dengan

permintaan domestik yang masih kuat dan tingginya konsumsi BBM. Sejalan dengan

perkiraan pertumbuhan investasi yang meningkat, impor barang modal dalam bentuk

mesin dan perlengkapan juga diperkirakan meningkat. Kegiatan produksi yang diperkirakan

masih tetap kuat mendorong permintaan impor akan bahan baku impor akan tetap tinggi.

Impor barang konsumsi diperkirakan tumbuh tinggi, meskipun dalam jumlah yang terbatas,

sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat.

Di tahun 2013, pertumbuhan perekonomian domestik diperkirakan akan membaik.

Hal tersebut seiring dengan perkiraan mulai pulihnya perekonomian global dan harga

komoditas internasional melalui meningkatnya permintaan baik dari sisi eksternal maupun

domestik. Pertumbuhan konsumsi pemerintah riil diperkirakan lebih rendah dari tahun

2012 sejalan dengan rencana pemerintah untuk mencapai surplus anggaran pada tahun

2015.

Grafik 2.4

Utilisasi Kapasitas Industri Pengolahan

��

��

��

��

��

��� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��������������������������������������������

K o m p o n e n

Tabel 2.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 3,0 3,0 3,2 3,0 - 3,5 3,0 - 3,4

Pertambangan & Penggalian 1,4 0,6 0,8 0,7 - 1,1 0,8 - 1,2

Industri Pengolahan 6,2 6,3 6,2 6,0 - 6,4 6,1 - 6,5

Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 5,6 5,5 5,5 - 6,0 5,4 - 5,8

Bangunan 6,7 8,1 8,0 7,5 - 8,0 8,6 - 9,0

Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 9,3 9,1 8,7 - 9,2 9,1 - 9,5

Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,2 10,1 9,9 - 10,4 9,1 - 9,5

Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,7 6,5 6,4 - 6,8 6,5 - 6,9

Jasa-jasa 6,7 6,6 6,4 6,4 - 6,8 6,2 - 6,6

PDB 6,5 6,5 6,4 6,3 - 6,7 6,4 - 6,8

I II2011 2012*

20122013*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Prospek Penawaran Agregat

Di sisi lapangan usaha, sektor-sektor yang terkait dengan

permintaan domestik secara umum cenderung meningkat.

Sementara itu, sektor yang terkait dengan permintaan

eksternal diprakirakan cenderung melambat. Pertumbuhan

ekonomi tahun 2012 diprakirakan akan tetap dimotori oleh sektor

industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran serta

sektor pengangkutan dan komunikasi. Dominasi peran ketiga sektor

tersebut dalam pertumbuhan ekonomi mencapai lebih dari 60%.

Sektor industri pengolahan pada tahun 2012 diprakirakan

tumbuh tetap tinggi, meskipun melambat dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.Pertumbuhan sektor industri

pengolahan diprakirakan berada di kisaran 6,0%-6,4% (Tabel 2.3).

Aktivitas investasi yang masih tinggi mendukung kinerja sektor

industri pengolahan, seperti a.l industri semen dan otomotif. Di

sisi lain, fundamental makroekonomi yang tetap terjaga serta kondisi usaha yang lebih

kondusif menjadi faktor positif ketahanan kinerja sektor industri pengolahan.

Industri makanan dan minuman merupakan salah satu pendukung daya tahan

kinerja sektor industri pengolahan (Grafik 2.5). Pertumbuhan industri makanan

dan minuman diperkirakan masih cukup tinggi ditopang oleh peningkatan jumlah

kelas menengah. Kelompok kelas menengah tersebut relatif lebih konsumtif dan lebih

terbuka pada ragam jenis makanan dan minuman. Selain itu, pertumbuhan mini market

(convenient store) yang masih marak menjadi pasar potensial produk industri makanan

dan minuman.

Masih kuatnya sektor industri pengolahan juga didukung oleh industri otomotif

dan industri semen. Indonesia yang merupakan pasar otomotif terbesar di Asia

Tenggara telah banyak menarik minat investor untuk menjadikan Indonesia sebagai basis

produksi beberapa merk otomotif. Di sisi lain, upaya pemerintah untuk menyukseskan

program konektivitas dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan Indonesia

mendorong maraknya pembangunan infrastruktur. Geliat pembangunan infrastruktur

ini telah mendorong sektor bangunan tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Hal

tersebut menjadi insentif positif bagi pengusaha meningkatkan kapasitas produksi untuk

mengantisipasi peningkatan permintaan semen.

Sektor perdagangan dan restoran (PHR) masih mampu tumbuh tinggi di tahun

2012. Sektor PHR diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,7%-9,2% (Tabel 2.3). Pertumbuhan

tersebut sejalan dengan perkembangan konsumsi masyarakat dan impor. Jumlah penduduk

yang besar dan area yang cukup luas menjadikan Indonesia sebagai pasar yang sangat

prospektif. Hal itu semakin diperkuat dengan dukungan daya beli masyarakat yang membaik

serta struktur demografi yang semakin didominasi oleh usia produktif. Dengan demikian

kemampuan berkonsumsi masyarakat akan tetap kuat hingga beberapa tahun ke depan.

Kondisi tersebut sangat mendukung perkembangan sektor PHR yang sangat tergantung

dengan kemampuan berkonsumsi masyarakat. Seiring dengan tingginya daya serap pasar

Grafik 2.5

Pertumbuhan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

�����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����

���

���

���

���

����

����

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

10Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

domestik, impor barang konsumsi yang masih cukup tinggi juga

mendorong aktivitas pada subsektor perdagangan (Grafik 2.6).

Produk impor yang mendapat tempat di pasar domestik antara

lain produk makanan dan minuman olahan serta barang-barang

elektronik.

Terkait dengan hal tersebut, upaya yang akan dilakukan pemerintah

untuk menahan aliran impor produk pangan dan melindungi

konsumen antara lain dengan merevisi aturan tentang label

produk pangan. Aturan baru tersebut akan mengacu pada standar

internasional (international best practice). Ke depan, detail

produk dan batasan waktu layak konsumsi harus menggunakan

bahasa Indonesia dan dicantumkan pada label yang menyatu

dengan kemasan.

Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada

tahun 2012 diprakirakan masih berada pada level yang

tinggi meskipun melambat. Aktivitas ekonomi yang masih

tinggi menopang sektor pengangkutan dan komunikasi untuk

tumbuh tinggi. Perlambatan yang terjadi lebih disebabkan oleh

tren perlambatan pertumbuhan subsektor komunikasi, sementara

sub sektor pengangkutan masih memiliki tren pertumbuhan yang

meningkat (Grafik 2.7).

Tren pertumbuhan subsektor pengangkutan terutama

didorong oleh pengangkutan udara yang masih tumbuh

tinggi. Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup

tinggi, diikuti dengan daya beli masyarakat yang tetap kuat serta

kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi faktor yang

sangat menguntungkan industri penerbangan. Dengan kondisi

perekonomian yang cukup kondusif, pertumbuhan penumpang

diperkirakan dapat mencapai 15%-20% per tahun pada beberapa tahun ke depan. Hal

tersebut telah direspons oleh pelaku usaha maskapai penerbangan dengan menambah

jumlah armada, frekuensi penerbangan dan rute perjalanan.

Selain peningkatan penumpang, aktivitas kargo juga bertambah. Peningkatan kargo

tidak hanya terjadi pada angkutan udara, tetapi juga angkutan laut dan darat. Untuk itu

pelayanan di bidang angkutan terus meningkat seperti peningkatan kapasitas dan layanan

di bandara, pelabuhan serta peningkatan panjang jalan, terutama jalan tol.

Sementara itu, pertumbuhan di subsektor komunikasi diperkirakan masih tetap

tinggi, meski dalam kecenderungan yang melambat. Perlambatan terjadi seiring

dengan perlambatan pertumbuhan jumlah pelanggan. Hal tersebut terutama disebabkan

layanan dalam bentuk suara dan pesan singkat, yang porsinya masih mendominasi,

cenderung melambat. Di sisi lain, pertumbuhan layanan data meningkat cukup tinggi,

meskipun perannya masih relatif kecil. Melihat prospek ke depan yang cukup menjanjikan,

Grafik 2.6

Pertumbuhan Sektor PHR dan Impor

���

���

���

��

��

��

��

��

������������

��� �������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� �����

Grafik 2.7

Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

���

����

����

����

����

����

����

���

���

���

���

����

����������������

������������ ����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

kini penyedia jasa komunikasi lebih memfokuskan aktivitas bisnisnya pada pengembangan

layanan data. Hal tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan layanan

data konsumen.

Pertumbuhan ekonomi sektoral di tahun 2013 secara umum akan membaik.

Optmisme tersebut didukung oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga, investasi yang

tetap tinggi serta kondisi ekonomi global yang lebih baik.Investasi yang tetap tinggi,

termasuk pembangunan berbagai proyek infrastruktur akan meningkatkan kapasitas

dan produktivitas perekonomian. Seiring dengan membaiknya kondisi global, ekspor

berpeluang tumbuh menguat. Berbagai perkembangan yang positif tersebut, ditambah

dengan dukungan konsumsi domestik yang diperkirakan tetap tinggi, akan meningkatkan

aktivitas berbagai sektor perekonomian. Dari sisi sumber pertumbuhan, motor pergerakan

ekonomi diperkirakan masih tetap bertumpu pada sektor industri pengolahan, PHR serta

pengangkutan dan komunikasi. Sektor lain yang diperkirakan akan tumbuh tinggi adalah

sektor bangunan, seiring dengan realisasi berbagai kebijakan pemerintah yang ditujukan

memperlancar realisasi pembangunan berbagai proyek infrastruktur. Hal tersebut dilakukan

dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan Indonesia.

PROSPEK INFLASI

Di sisi inflasi, terdapat risiko peningkatan tekanan inflasi terkait kemungkinan

kenaikan harga BBM dan pemburukan ekspektasi inflasi yang dipicu oleh

ketidakpastian rencana kenaikan harga BBM. Selain itu, harga minyak internasional

yang cenderung meningkat juga dapat meningkatkan tekanan inflasi melalui tambahan

biaya produksi. Meskipun sampai dengan Maret 2012 inflasi terkendali, ke depan, apabila

pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, inflasi diperkirakan melonjak dan dapat

melampaui kisaran sasaran inflasi di tahun 2012 sebesar 4,5% + 1%. Dengan kenaikan

tersebut, selain dampak langsung berupa kenaikan harga BBM, kebijakan tersebut juga akan

mendorong peningkatan biaya transportasi sehingga akan memengaruhi biaya produksi,

distribusi dan meningkatkan harga barang dan jasa lainnya. Namun, tekanan inflasi tersebut

diperkirakan bersifat temporer sehingga inflasi di tahun 2013 diperkirakan akan kembali

berada dalam rentang sasaran 4,5% + 1%. Selain risiko yang berasal dari kenaikan harga

BBM bersubsidi, tingginya ketidakpastian seputar kenaikan harga BBM berisiko meningkatkan

ekspektasi inflasi sebagaimana yang sudah terlihat pada inflasi triwulan I 2012.

Di tengah tingginya faktor risiko, dari sisi eksternal tekanan inflasi di tahun 2012

diperkirakan relatif moderat seiring dengan perlambatan ekonomi dunia dan turunnya

harga-harga komoditas internasional di luar minyak bumi. Di sisi domestik, selain faktor

ketidakpastian kenaikan BBM, tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan relatif

moderat seiring dengan masih cenderung meningkatnya pertumbuhan investasi di tengah

masih kuatnya permintaan domestik. Inflasi volatile food diperkirakan relatif terjaga, meski

lebih tinggi dibandingkan inflasi di tahun 2011, sejalan dengan perbaikan produksi dan

distribusi bahan pangan. Inflasi administered prices diperkirakan stabil pada level yang

rendah sehubungan dengan pembatalan penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) dan harga

BBM bersubsidi pada April 2012.

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

12Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Tekanan inflasi inti tahun 2012 diprakirakan terjaga meskipun

menghadapi kemungkinan kenaikan harga BBM di dalam

negeri.Terjaganya tekanan inflasi inti dari sisi eksternal terutama

terkait dengan perkiraan penurunan pertumbuhan ekonomi global

dan harga komoditas. Harga komoditas non migas di tahun 2012

secara rata-rata diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan

tahun 2011. Selain itu, harga emas internasional diperkirakan

cenderung stabil setelah sempat mengalami penurunan dalam

beberapa bulan terakhir. Namun di sisi lain, peningkatan harga

minyak dunia berpotensi meningkatkan freight cost sehingga

penurunan tekanan imported inflation diperkirakan relatif

moderat (Grafik 2.8). Dari sisi domestik, meningkatnya permintaan

domestik diperkirakan masih dapat direspons dengan kapasitas

produksi yang ada sejalan dengan pertumbuhan investasi. Tekanan

terhadap inflasi inti berasal dari ekspektasi yang meningkat sejalan

dengan ketidakpastian rencana kenaikan harga BBM. Namun,

ekspektasi inflasi untuk tahun 2013 justru terlihat menurun (Grafik

2.9). Hal tersebut menunjukkan bahwa ekspektasi dampak kenaikan

BBM terhadap inflasi bersifat temporer.

Inflasi dari kelompok volatile food pada tahun 2012

diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Perkiraan

lebih tingginya inflasi kelompok ini berdasarkan pada realisasi

tingkat inflasi volatile food sampai dengan triwulan I 2012 yang

lebih tinggi dari tahun sebelumnya pada periode yang sama. Dari sisi

domestik, lebih tingginya inflasi volatile food terutama disebabkan

oleh adanya penyesuaian Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

untuk komoditas beras dan sempat meningkatnya ekspektasi saat

pembahasan rencana kenaikan BBM sedang berlangsung (Grafik

2.10). Untuk menjaga kecukupan pasokan dan kestabilan harga

pangan, pemerintah dalam APBN-P 2012 telah menambah subsidi

pangan dari Rp15,6 triliun menjadi Rp20,9 triliun, selain dukungan

belanja modal untuk infrastruktur pertanian dan meningkatkan

keterhubungan antar wilayah.

Inflasi harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah

diperkirakan rendah jika tidak ada penyesuaian harga barang

strategis. Hal tersebut terutama terkait dengan tidak dinaikkannya

tarif tenaga listrik dan bahan bakar minyak bersubsidi yang semula

direncanakan akan dilaksanakan pada April 2012. Berdasarkan

APBN-P 2012, subsidi listrik dan BBM, LPG serta BBN masing-masing

meningkat besarannya menjadi Rp65 triliun dan Rp137,4 triliun

dengan kuota BBM bersubsidi sebesar 40 juta kilo liter. Namun,

dengan potensi terlewatinya kuota BBM bersubsidi di tahun 2012,

terdapat risiko inflasi menjadi lebih tinggi dari yang diperkirakan

Grafik 2.8

Perkembangan Harga Minyak Dunia

Grafik 2.9

Perkembangan Ekspektasi Inflasi (Consensus Forecast)

���

���

���

���

���

��

��

��

��

����� ��������

���

���

���

���

��

��

��

��

�����

�����

�����

������������������

����� ��� ���

����

��

����

��

���

���

���

���

���

���

����

��

�����

���

���

����

��

���

���

���

���

���

���

����

��

����

��

���

���

���

���

Grafik 2.10

Perkembangan Harga Beras dan Inflasi Volatile Food

����������������������� �����������������������

����

����

����

����

����

����� � � � � � � � � �� �� �� � � �

��������

��������

��������

��������

��������

���� �������� ����

�������� ����

���� ���� ����

�����

���

��

��

��

��

��

����� �������������

������

������������������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � � � �� � � � � � �� � � � � � ��� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � �

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

13Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

apabila Pemerintah memutuskan untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi atau

meningkatkan harga BBM bersubsidi.

Di tahun 2013 inflasi diperkirakan berada dalam rentang sasaran inflasi 4,5% + 1%.

Sumber tekanan inflasi diperkirakan berasal dari, antara lain, peningkatan harga komoditas

dan permintaan domestik. Selain inflasi inti, inflasi volatile food juga diperkirakan

meningkat seiring dengan peningkatan harga komoditas pangan, walaupun masih terjaga.

Sementara inflasi administered prices diperkirakan stabil pada level yang rendah apabila

tidak ada kebijakan untuk menaikkan harga barang/jasa yang bersifat strategis.

FAKTOR RISIKO

Prospek perekonomian tahun 2012 dan 2013 dipengaruhi oleh berbagai faktor

ketidakpastian yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Dari sisi eksternal,

faktor risiko antara lain dapat berasal dari pergerakan harga minyak dunia yang meningkat

terlalu tinggi. Sementara itu, masih tingginya faktor ketidakpastian pemulihan krisis di

negara-negara maju, khususnya Eropa, serta besaran efek rambatan ke negara berkembang

dikhawatirkan juga dapat memengaruhi permintaan terhadap komoditas ekspor. Dari

sisi domestik, tingginya peningkatan harga minyak internasional dapat menyebabkan

adanya penyesuaian harga barang atau jasa administered yang bersifat strategis seperti

BBM bersubsidi.

Dengan berbagai faktor risiko tersebut, inflasi dapat menjadi lebih tinggi dari yang semula

diperkirakan (Grafik 2.11). Melonjaknya harga minyak yang diikuti oleh kenaikan harga

komoditas lainnya akan berdampak pada meningkatnya tekanan inflasi baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui kenaikan biaya produksi. Selain itu, apabila lonjakan harga

minyak juga mendorong Pemerintah untuk mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi,

maka tekanan inflasi diperkirakan juga akan meningkat. Kenaikan

harga BBM bersubsidi selain akan memberikan dampak secara

langsung terhadap peningkatan inflasi, juga akan memberikan

dampak lanjutan berupa naiknya harga barang dan jasa lainnya

akibat meningkatnya biaya transportasi dan ekspektasi.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, meningkatnya tekanan inflasi

lebih tinggi dari yang diperkirakan dapat berdampak pada

pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan semula

akibat menurunnya daya beli masyarakat secara umum serta

meningkatnya biaya produksi. Namun, cukup besarnya kompensasi

yang akan diberikan Pemerintah untuk membantu masyarakat

miskin dari penurunan daya beli akibat kenaikan harga BBM,

konsumsi rumah tangga diprakirakan masih tumbuh cukup kuat,

sedangkan investasi akan sedikit menurun.

Grafik 2.11

Fan Chart Proyeksi Inflasi Tahun 2012-2013

������� ������� ��������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

14Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

3. PerkembanganMakroekonomi danMoneterTerkini

Tren perlambatan ekonomi dunia masih berlanjut pada triwulan I 2012. Di

tengah tren perlambatan ekonomi global, perekonomian Indonesia triwulan I

2012 diprakirakan masih tetap kuat.Selama triwulan I 2012, nilai tukar rupiah

mengalami tekanan depresiasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Perkembangan di pasar keuangan selama triwulan I 2012 tetap positif.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perekonomian dunia masih berada dalam tren yang melambat namun mengalami

perbaikan di beberapa negara. Di tengah ancaman resesi negara kawasan Eropa,

indikator ekonomi AS dan Jepang mengalami perbaikan sepanjang triwulan I 2012.

Di sisi lain, kawasan Asia terkena imbas perlambatan permintaan dunia melalui jalur

perdagangan meski kinerja ekspor mengalami perbaikan pada akhir triwulan I 2012.

Ekspektasi membaiknya prospek ekonomi dunia dan komitmen bank sentral negara maju

untuk menahan suku bunga rendah berdampak pada pasar keuangan yang mengalami

peningkatan () termasuk pada pasar komoditas dunia. Sementara itu, melonjaknya

harga minyak berdampak pada menguatnya tekanan inflasi (inflasi impor) khususnya

bagi negara-negara pengimpor minyak. Kenaikan harga minyak tersebut juga menjadi

risiko bagi pertumbuhan ekonomi global.

Kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami perbaikan. Membaiknya aktivitas

perekonomian AS tercermin dari meningkatnya penyerapan tenaga kerja seiring dengan

membaiknya aktivitas produksi. Rata-rata penyerapan tenaga kerja () dalam tiga bulan

terakhir (sampai dengan Februari 2012) mencapai 225 ribu tenaga kerja, namun tingkat

pengangguran masih berada pada level 8,3% (Grafik 3.1). Peningkatan penyerapan

tenaga kerja tersebut mendorong penguatan tingkat keyakinan konsumen dan konsumsi

rumah tangga. Di sisi lain, laju aktivitas sektor produksi mulai melambat tercermin

dari (PMI) yang menurun pada Maret 2012 (Grafik 3.2). Berdasarkan perkembangan

tersebut, Consensus Forecast edisi Maret 2012 memperkirakan ekonomi AS akan

tumbuh sebesar 2,0% (yoy) pada triwulan I 2012 dan semakin menguat menjadi 2,3%

(yoy) pada triwulan II 2012.

Perekonomian kawasan Eropa masih mengalami tekanan. Tingkat pengangguran

Eropa mengalami peningkatan mencapai level 10,7% (Januari 2012). Aktivitas industri

yang melemah juga terlihat dari PMI Manufaktur yang melambat ke level 47,4 pada

Maret 2012 dari level 49,0 (fase konstraksi). Kinerja konsumsi rumah tangga Eropa

semakin tertekan seiring dengan meningkatnya jumlah pengangguran dan melemahnya

tingkat keyakinan konsumen. Penjualan eceran masih tumbuh dalam teritori negatif

sebagaimana laporan penjualan eceran di komposit negara Eurozone yang tumbuh

-1,34% (yoy, Grafik 3.3).

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

15Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Perekonomian Asia secara umum mengalami perbaikan dan berdampak pada

meningkatnya kinerja industri. Kinerja ekspor di Asia mengalami perbaikan yang

terindikasi dari perkembangan PMI Manufaktur dan indeks produksi global yang berada

dalam teritori positif. Ekspor yang terindikasi membaik dikonfirmasi oleh indeks produksi

negara Asia yang juga meningkat. Di beberapa negara Asia seperti Singapura dan Korea,

indeks produksi sudah tumbuh positif. Sementara itu, pascaberakhirnya bencana banjir

di Thailand mendorong indeks produksi Februari tumbuh sebesar -3,4% (yoy), membaik

dari -15,0% (yoy) pada bulan sebelumnya.

Di sisi lain, ekonomi China menunjukkan perlambatan. Indeks produksi China tumbuh

melambat sebesar 11,4 (ytd) pada Februari 2012 sejalan dengan tren penurunan

kinerja ekspor. Tertekannya sektor eksternal China juga tercermin dari defisit neraca

perdagangan China pada Februari 2012 sebesar 31,5 miliar dolar AS untuk pertama kali

sejak Februari 2011 (Grafik 3.4). Namun, indikasi perbaikan ekonomi China tercermin

dari PMI Manufaktur yang naik ke level 53,1 pada Maret 2012 dari

51,0 pada bulan sebelumnya. Perbaikan pada sisi konsumsi rumah

tangga juga terkonfirmasi dari menguatnya indeks keyakinan

konsumen China.

Harga komoditas internasional mengalami peningkatan

selama triwulan I 2012. Peningkatan tersebut terlihat dari

Indeks Harga Komoditas IMF Februari 2012 yang tumbuh cukup

signifikan sebesar 4,0% (mtm) atau 3,5% (yoy). Kenaikan indeks

total harga komoditas IMF tersebut disumbang oleh lonjakan

harga bahan bakar sebesar 4,6% (mtm), sementara komoditas

non bahan bakar naik sebesar 2,9% (mtm). Terkait harga minyak,

peningkatan harga terutama disebabkan ketatnya kondisi

permintaan dan penawaran, menurunnya cadangan minyak,

meningkatnya eskalasi ketegangan di Iran, dan tingginya aksi

spekulasi (). Rata-rata harga minyak WTI sepanjang Maret 2012

mencapai 106,2 dolar AS per barel, sementara harga minyak

Minas meningkat menjadi 137,5 dolar AS per barel dari 130,6

dolar AS per barel pada bulan sebelumnya.

Sejalan dengan aktivitas ekonomi yang melambat, tekanan

inflasi global berada dalam tren yang menurun. Tekanan

inflasi global (komposit) Februari 2012 melambat menjadi 3,6%

(yoy) setelah tumbuh 3,9% (yoy) pada bulan sebelumnya.

Sementara laju inflasi dunia untuk keseluruhan tahun 2012

berdasarkan Consensus Forecast Maret 2012 diperkirakan

mencapai 3,38% (yoy); yaitu inflasi IHK di negara maju dan

berkembang masing-masing diperkirakan mencapai 4,9% (yoy)

dan 2,0% (yoy).

Grafik 3.1

Nonfarm Payrolls dan Pengangguran AS

Grafik 3.2

Survei PMI Manufaktur AS

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

�����������������

����� �����

����������������������������������������

���������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

����

���

���

���

���

���

���

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

������������������������������������������������������������

��������������

���

���

���

���

����

����

����

�����

�����

�����������������

������������������

���

������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

16Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Respons kebijakan moneter negara maju masih tetap

akomodatif disertai dengan berbagai kebijakan lainnya

untuk mendukung perekonomian. Secara umum, kebijakan

bank sentral di negara maju masih akomodatif dengan menjaga

suku bunga tetap rendah. Bank Sentral AS menegaskan

komitmennya untuk mempertahankan suku bunga pada level

rendah sampai dengan akhir tahun 2014. Sementara bank

sentral negara maju lainnya seperti ECB (Eropa) melakukan

(LTRO) kedua pada Februari dengan meminjamkan 530 miliar

euro kepada perbankan dalam jangka waktu tiga tahun dengan

suku bunga 1,0%. Bank of England (Inggris) menambah atau

pembelian surat-surat berharga sebesar 50 miliar poundsterling

sehingga menjadikan total keseluruhan APP sebesar 325 miliar

poundsterling. Bank of Japan (Jepang) menempuh kebijakan

untuk mendorong beberapa industri supaya bangkit setelah

terkena bencana banjir dan tsunami pada awal tahun 2011.

Bank sentral negara berkembang juga melakukan

pelonggaran kebijakan moneter meski ruang pelonggaran

semakin terbatas. Beberapa bank sentral di Asia terpantau

menurunkan suku bunga acuannya seiring tanda-tanda

pelemahan ekonomi domestik sepanjang triwulan I 2012.

Penurunan suku bunga acuan antara lain dilakukan oleh bank

sentral Fipilina (-50 bps), bank sentral Thailand (-25 bps), serta

bank sentral di kawasan Amerika Latin seperti Bank sentral Brazil

(-125 bps) dan Chile (-25 bps). Di samping penurunan suku

bunga, bank sentral China dan India menurunkan sebagai upaya

menurunkan keketatan likuiditas di pasar uang. Sementara bank

sentral Vietnam memotong sebesar 100bps menjadi 14,0% dan

juga memotong menjadi 15,0% serta menjadi 12,0%.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2012 diprakirakan tumbuh sebesar

6,5% (yoy). Sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan berasal dari

konsumsi rumah tangga dan akselerasi investasi. Optimisme konsumen yang masih

tinggi serta meningkatnya penjualan eceran mendorong konsumsi rumah tangga

tumbuh stabil. Belanja pemerintah pada awal tahun diprakirakan membaik seiring

dengan potensi percepatan penyerapan anggaran terutama belanja modal. Hal tersebut

diindikasikan oleh realisasi belanja pemerintah hingga Februari 2012 yang lebih baik dari

tahun sebelumnya. Sementara itu, kinerja investasi diprakirakan terakselerasi didukung

oleh optimisme pelaku usaha di tengah iklim usaha yang kondusif, potensi pendanaan

Grafik 3.4

Kinerja Eksternal China

Grafik 3.3

Indeks Produksi dan Penjualan Eceran Eropa

���

���

���

���

���

��

��

��

��

�������������

����

���������������� ���������������

������

��������

������

�������

�����

��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������������������ ������������� ���� ����

������� ���� ���� ���� ����

����

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

������������� ������������ �����������

��������������������

�����������������

�������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

17Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

yang meningkat, serta realisasi proyek infrastruktur terutama listrik yang membaik.

Di sisi eksternal, kinerja ekspor diprakirakan tumbuh melambat akibat berlanjutnya

pelemahan ekonomi global yang menyebabkan menurunnya daya serap negara mitra

dagang utama. Di tengah perlambatan kinerja ekspor, impor masih tinggi sejalan dengan

masih kuatnya permintaan domestik.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2012 diprakirakan tumbuh stabil.

Masih kuatnya konsumsi rumah tangga sejalan dengan terjaganya keyakinan konsumen

sesuai dengan Indeks Keyakinan Konsumen pada Survei Konsumen BI Maret 2012

yang masih tinggi sebesar 107,3 (Grafik 3.5). Hasil Survei Tendensi Konsumen dari

BPS juga menunjukkan keyakinan konsumen yang relatif stabil memasuki awal tahun,

meskipun ketidakpastian kenaikan harga BBM mendorong ekspektasi inflasi yang mulai

meningkat.

Terjaganya daya beli konsumen juga didukung oleh kenaikan upah minimum provinsi dan

kabupaten/kota (UMP) tahun 2012 rata-rata sebesar 10,3%, lebih tinggi dari rata-rata

tahun 2011 yang sebesar 8,8%. Selain itu, kenaikan gaji PNS/TNI/Polri sebesar 10% yang

mulai dibayarkan per Maret 2012 turut menopang terjaganya daya beli konsumen.

Indikator dini konsumsi rumah tangga seperti indeks penjualan eceran riil dan penjualan

kendaraan bermotor tumbuh membaik. Indeks penjualan eceran riil berdasarkan Survei

Penjualan Eceran Februari 2012 meningkat menjadi 14,4% (yoy) dari 13,0% (yoy) pada

bulan sebelumnya (Grafik 3.6). Kenaikan indeks terutama terjadi pada subkelompok

peralatan dan komunikasi serta perlengkapan rumah tangga. Namun, subkelompok

suku cadang dan aksesori serta bahan bakar kendaraan mencatat penurunan yang

cukup tajam. Sementara itu, konsumsi non makanan yang tercermin pada penjualan

kendaraan bermotor tumbuh membaik sebagaimana ditunjukkan oleh angka penjualan

mobil dan sepeda motor yang meningkat. Adanya kebijakan kenaikan uang muka

pembelian kendaraan bermotor berpotensi mengurangi volume penjualan kendaraan

terutama sepeda motor yang mayoritas dilakukan melalui kredit. Dari sisi pembiayaan,

Indikator

Tabel 3.1

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 5,0

Konsumsi Pemerintah 0,3 2,8 4,5 2,8 2,8 3,2 3,0

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,5 7,3 9,3 7,1 11,5 8,8 10,6

Ekspor Barang dan Jasa 15,3 12,2 17,2 17,8 7,9 13,6 10,2

Impor Barang dan Jasa 17,3 14,4 15,3 14,0 10,1 13,3 10,3

PDB 6,2 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5

2010I II III IV*

2011 2012

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

2011I*

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

18Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

kredit dan pembiayaan konsumsi riil sebagai salah satu sumber pendanaan konsumsi

masih tumbuh tinggi yakni masing-masing tumbuh di atas 10% dan 15%.

Akselerasi investasi diprakirakan masih berlanjut pada triwulan I 2012. Sinyalemen

tersebut didukung oleh optimisme pelaku usaha yang menguat seiring dengan iklim

usaha yang kian kondusif. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Indeks Tendensi Bisnis

BPS yaitu optimisme pelaku usaha yang meningkat pada triwulan laporan. Survei

Keyakinan Dunia Usaha (SKDU) memprakirakan kegiatan bisnis terus meningkat pada

triwulan laporan dengan nilai investasi pada semester I 2012 diperkirakan meningkat

tajam, yang didominasi oleh investasi baru (Grafik 3.7). Optimisme akselerasi investasi

tahun 2012 turut didukung oleh naiknya peringkat utang Pemerintah Indonesia ke level

layak investasi oleh lembaga pemeringkat Fitch dan Moody’s.

Pertumbuhan investasi ditopang baik oleh pertumbuhan investasi bangunan

maupun non bangunan. Investasi bangunan meningkat sebagai respons aktivitas

konstruksi baik swasta maupun pemerintah yang diprakirakan

meningkat pada tahun 2012 (Grafik 3.8). Indikasi tersebut sejalan

dengan masih tingginya indikator penjualan semen pada Februari

2012 dan impor bahan bangunan yang meningkat hingga

pertengahan triwulan I 2012. Sementara investasi non bangunan

diprakirakan tumbuh meningkat merespons tetap tingginya

permintaan domestik terutama pada sektor industri. Investasi

mesin tumbuh meningkat sejalan dengan data impor barang

modal terutama mesin dan kelengkapan transportasi untuk

industri yang meningkat. Investasi alat angkut juga menunjukkan

kenaikan sejalan dengan impor kendaraan penumpang dan

penjualan kendaraan komersial yang meningkat pada awal

tahun. Hal tersebut juga ditunjang oleh pulihnya pasokan alat

angkut dan suku cadang dari Thailand. Dukungan pendanaan

investasi dalam bentuk kredit investasi secara riil terus tumbuh

meningkat, sementara data realisasi investasi BKPM tahun 2011

secara total naik 20,5% dan ditargetkan akan naik sebesar 12,8%

pada tahun 2012.

Belanja anggaran pemerintah pada triwulan I 2012

diprakirakan membaik sejalan dengan potensi akselerasi

pertumbuhan terutama pada belanja modal. Untuk

keseluruhan tahun, anggaran belanja pemerintah pusat dalam

APBN-P 2012 ditetapkan sebesar Rp1.069,534 triliun dengan

alokasi belanja modal mengalami kenaikan sebesar 11,1% dari

APBN 2012. Adapun realisasi belanja pemerintah sampai dengan

pertengahan triwulan I 2012 mencapai 5,9% dari anggaran, lebih

tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,2%. Seluruh pos

belanja direalisasikan dengan persentase terhadap anggaran yang

Grafik 3.5

Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI

Grafik 3.6

Indeks Penjualan Eceran

��

��

��

��

���

���

���

���

���

��������

�������

�������

����������������������������������

�������������������������������

�������������������������� �������������������������

� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � �������� ���� ����

�� � �� �����

���

���

��

��

��

��

� � � � � � � � �� �� � �

���� ����

������������

��������������������������������������������������

���������������������������������

�����

� � � � � � � � � �� �� �� � �

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

19Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

relatif sama dengan tahun sebelumnya. Akselerasi terjadi pada

belanja modal yang mencapai 3,0% dari anggaran, lebih tinggi

dari periode tahun lalu yang sebesar 1,4%. Peningkatan belanja

triwulan I 2012 berasal dari kenaikan gaji PNS/TNI/Polri sebesar

10% yang dibayarkan mulai Maret 2012.

Kinerja ekspor pada triwulan I 2012 mengalami pertumbuhan

yang melambat akibat dampak melemahnya perekonomian

global. Hal tersebut sejalan dengan menurunnya daya serap

negara mitra dagang utama sebagai imbas dari kontraksi

perekonomian Eropa. Kinerja ekspor pada triwulan l 2012

diwarnai dengan perlambatan ekspor nonmigas pada awal

triwulan yang dipicu oleh menurunnya ekspor pada seluruh

sektor, terutama industri dan pertambangan (Grafik 3.9).

Memasuki Februari 2012, ekspor pertanian mengalami kenaikan

yang didorong oleh peningkatan ekspor udang dan ikan.

Berdasarkan komoditasnya, perlambatan ekspor sektor industri

dan pertambangan hingga pertengahan triwulan I 2012 terutama

pada komoditas tekstil, karet olahan, produk kimia, batubara,

dan nikel. Sementara itu, ekspor berbasis sumber daya primer

masih ditopang oleh kuatnya permintaan minyak kelapa sawit

dan tembaga. Di sisi lain, kontraksi ekspor migas berpotensi

membaik didorong oleh ekspor gas terkait dengan masih

tingginya permintaan dari Jepang karena belum pulihnya pasokan

pembangkit listrik bertenaga nuklir.

Impor masih tumbuh tinggi untuk memenuhi meningkatnya

permintaan domestik dan konsumsi BBM. Masih kuatnya

permintaan domestik mendorong tingginya impor barang modal

terutama pada komoditas kendaraan penumpang dan barang

modal di luar peralatan transportasi yang mendukung kapasitas produksi investasi

non bangunan (Grafik 3.10). Di sisi lain, seluruh komponen impor migas berpotensi

meningkat sehubungan dengan belum memadainya produksi minyak domestik. Selain

itu, pemulihan pasokan terkait membaiknya kemampuan produksi negara importir

utama seperti Jepang dan Thailand mendorong pertumbuhan impor yang masih relatif

tinggi. Berdasarkan pangsanya, negara pemasok impor terbesar masih bersumber dari

China (20,3%) dan Jepang (15,2%).

Operasi Keuangan Pemerintah

Realisasi APBN masih mencatat surplus sebesar Rp13,7 triliun atau 0,2% dari PDB

sampai dengan Februari 2012. Surplus tersebut berasal dari penerimaan negara yang

mencapai 11,2% dari target APBNP 2012, dan penyerapan belanja yang baru terealisasi

Grafik 3.8

Investasi Bangunan & Indikator

Grafik 3.7

Sifat Investasi (SKDU BI)

����� ����� ����� ����� ����� ����� ����

����� ����� ����� ���������� �����

����

����� ����� ����� ����� ����� ����� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

��� ���� ��� ���� ��� ���� �������� ���� ���� ����

�������������������

����������������������������������������������������

�������������� ����������� ����������������������������

������

������

������

����

�����

�����

�����

���

���

���

��

��

��

��

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ��

���� ���� ���� ����

������������������������� ��������������������

�������������������� ������������������������������

����� �����

��������������������������������������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

20Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

sebesar 9,0% dari target APBNP 2012. Surplus tersebut sedikit

lebih rendah jika dibandingkan dengan surplus pada periode

yang sama tahun 2011 sebesar Rp18,8 triliun. Lebih rendahnya

surplus tersebut bersumber dari belanja negara yang lebih besar

dibandingkan dengan belanja negara pada periode yang sama

tahun 2011 yang terutama berupa Belanja Modal.

Masih kuatnya ekonomi domestik serta kenaikan harga

komoditas minyak bumi berdampak pada meningkatnya

kinerja penerimaan negara. Dari sektor perpajakan, PPN dan

PPh Migas mengalami peningkatan kinerja sejalan dengan masih

kuatnya konsumsi domestik dan kenaikan harga komoditas

minyak bumi. Sementara itu, di sisi realisasi belanja negara,

tingkat penyerapan Belanja Modal yang lebih besar dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya menunjukkan

adanya perbaikan kebijakan penyerapan Pemerintah. Realisasi

Belanja Modal sampai dengan Februari 2012 mencapai Rp5,1

triliun atau 3,0% dari target APBNP 2012. Meskipun masih

tergolong rendah, namun penyerapan Belanja Modal tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan penyerapan Belanja Modal

pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp1,9 triliun atau

1,4% dari target APBNP 2011. Secara keseluruhan, sebagian

besar belanja masih digunakan untuk belanja rutin yaitu Belanja

Pegawai, pembayaran Bunga Utang, transfer Dana Alokasi Umum

(DAU) dan belanja Subsidi yang berupa subsidi pangan khususnya

untuk pengadaan beras.

Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit APBN mencapai

Rp40,7 triliun, lebih besar dibandingkan dengan realisasi

pembiayaan pada periode yang sama tahun 2011 sebesar

Rp19,2 triliun. Perkembangan tersebut terkait dengan kebijakan Pemerintah yang

memanfaatkan momentum penurunan di tengah minat investor terhadap SBN yang

masih tinggi, serta adanya penerbitan (GMTN). Penerbitan SBN sampai dengan Februari

2012 telah mencapai 27,9% dari total target penerbitan SBN untuk tahun 2012.

Penawaran Agregat

Kinerja sisi penawaran pada triwulan I 2012 diprakirakan masih kuat yang

didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri

pengolahan masih tumbuh tinggi namun sedikit melambat jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut merespons kinerja ekspor yang dipengaruhi

oleh melemahnya perekonomian global. Masih tingginya kinerja subsektor industri

makanan dan minuman, membaiknya subsektor industri semen seiring dengan

Grafik 3.9

Ekspor Nonmigas

�����

�����

���

����

����

����

����

�����

�����

���

����

����

����

����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ��

���� ����

����������������������� ��������� ���������� ������������

���� ���� ���� ����

Grafik 3.10Impor Riil Nonmigas

���

���

���

��

��

������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ������ ���� ���� ����

����������� ���������������

������������������������������� ������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

21Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

meningkatnya konstruksi, dan pemulihan subsektor industri alat angkut pascabanjir di

Thailand menyokong masih baiknya kinerja sektor ini. Sektor PHR masih tumbuh pada

level yang tinggi didukung oleh aktivitas ekonomi domestik yang masih kuat. Sementara

itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga masih tumbuh tinggi didorong

oleh masih baiknya pertumbuhan subsektor komunikasi. Di sisi lain, akselerasi belanja

modal Pemerintah diprakirakan akan mendorong pertumbuhan sektor bangunan pada

triwulan laporan.

Sektor pertanian pada triwulan I 2012 diprakirakan tumbuh tinggi dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Lebih tingginya kinerja sektor pertanian didukung

oleh cuaca yang lebih kondusif serta adanya upaya-upaya dari Pemerintah untuk

meminimalkan dampak konversi lahan dan penurunan kualitas kesuburan tanah. Upaya

pemerintah tersebut dilakukan melalui rencana penambahan sawah baru pada tahun

2012. Berdasarkan Angka Ramalan (Aram) I BPS, produksi padi tahun 2012 tumbuh

1,53% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang sebesar -1,6% (yoy). Selain itu, dampak negatif dari fenomena La Nina

diperkirakan relatif terbatas karena intensitasnya lebih rendah dibandingkan pada tahun

2011. Kinerja subsektor perikanan diprakirakan masih tumbuh tinggi didukung oleh

cuaca yang cenderung normal. Masih tingginya kinerja subsektor tersebut tercermin

dari masih tingginya pertumbuhan ekspor subsektor dimaksud hingga Februari 2012.

Sementara itu, kinerja subsektor perkebunan, utamanya kelapa sawit, tumbuh stabil

pada Februari 2012 didukung oleh faktor cuaca yang relatif kondusif.

Sektor pertambangan diprakirakan tumbuh membaik dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, meskipun masih berada dalam kisaran pertumbuhan yang

rendah. Rendahnya kinerja sektor pertambangan terutama disebabkan oleh kinerja

subsektor migas yang belum membaik. Namun, terdapat faktor positif yaitu rencana

beroperasinya 15 Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) migas baru pada tahun 2012

Indikator

Tabel 3.2

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 3,0 3,7 3,6 2,6 1,9 3,0 3,0

Pertambangan & Penggalian 3,6 4,4 1,0 0,6 (-0,3) 1,4 0,6

Industri Pengolahan 4,7 5,0 6,2 6,9 6,7 6,2 6,3

Listrik, Gas & Air Bersih 5,3 4,3 3,9 5,2 5,8 4,8 5,6

Bangunan 7,0 5,2 7,5 6,3 7,8 6,7 8,1

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,7 7,9 9,3 9,2 10,2 9,2 9,3

Pengangkutan & Komunikasi 13,4 13,4 10,9 9,5 9,2 10,7 10,2

Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 7,0 6,7 6,9 6,7 6,8 6,7

Jasa-jasa 6,0 7,0 5,7 7,8 6,5 6,7 6,6

PDB 6,2 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5

2010I II III IV*

2011 2012

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

2011I*

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

22Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

untuk mengurangi laju penyusutan produksi alamiah. Di sisi lain, kinerja subsektor

nonmigas, terutama batubara, masih tumbuh tinggi didukung oleh kondisi cuaca yang

lebih baik. Selain itu, pemulihan produksi tembaga dan emas oleh PT. Freeport ikut

mendukung perbaikan di sektor pertambangan.

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan tetap tumbuh tinggi,

meski sedikit melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Perlambatan tersebut merespons kinerja ekspor yang dipengaruhi oleh melemahnya

perekonomian global. Namun, masih kuatnya permintaan domestik menahan

perlambatan sektor industri lebih lanjut. Kinerja sektor industri pengolahan didukung

oleh meningkatnya subsektor makanan dan minuman, subsektor semen, serta subsektor

logam yang tumbuh di atas rata-ratanya. Masih tingginya pertumbuhan subsektor semen

terkait aktivitas konstruksi yang meningkat. Sementara itu, kinerja subsektor alat angkut

terindikasi membaik seiring dengan pulihnya pasokan komponen dari Thailand.

Sektor PHR pada triwulan laporan diprakirakan masih tetap tumbuh tinggi

ditopang oleh aktivitas domestik yang masih baik. Hal tersebut tercermin dari

indeks penjualan eceran yang masih tumbuh tinggi pada Februari 2012. Perkiraan masih

tingginya pertumbuhan sektor PHR juga sejalan dengan hasil Survei Keyakinan Dunia

Usaha (SKDU) . Di samping itu, tingkat hunian hotel dan jumlah wisatawan mancanegara

juga menunjukkan kinerja yang masih baik hingga Februari 2012.

Pada triwulan I 2012, sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya kinerja sektor bangunan

sejalan dengan investasi yang masih tumbuh tinggi dan meningkatnya aktivitas

konstruksi. Hal tersebut tercermin dari indikator penjualan semen dan impor bahan

bangunan yang meningkat hingga Februari 2012. Selain itu, terdapat indikasi positif

terkait rencana pemerintah untuk mengakselerasi belanja modalnya pada awal tahun

2012.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I 2012 diprakirakan masih akan

tetap tumbuh tinggi, meski sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Perlambatan tersebut akibat kinerja subsektor pengangkutan, khususnya angkutan

udara, yang termoderasi. Pertumbuhan penumpang angkutan udara hingga Februari

2012 berada dalam tren yang melambat. Namun, terdapat potensi perbaikan yaitu

berupa rencana penambahan pesawat oleh beberapa maskapai penerbangan. Kinerja

angkutan rel terindikasi membaik yang tercermin dari pertumbuhan penumpang kereta

api yang meningkat pada Februari 2012. Sementara itu, subsektor komunikasi masih

tumbuh tinggi yang berasal dari penggunaan internet dan komunikasi data, sedangkan

untuk penggunaan komunikasi seluler (suara dan sms) diperkirakan akan relatif terbatas.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi Penanaman

Modal Asing (PMA) pada subsektor komunikasi dan layanan data masih tinggi dan

memiliki pangsa terbesar yakni sebesar 19,5%.

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

23Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi daerah secara umum mengkonfirmasi masih tingginya

pertumbuhan ekonomi nasional. Konsumsi rumah tangga terindikasi masih tumbuh

kuat di seluruh kawasan disertai dengan adanya peningkatan pengeluaran Pemerintah,

terutama di Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kinerja investasi diperkirakan

juga masih tumbuh tinggi, terutama di Sumatera. Kinerja ekspor di sebagian besar

kawasan terindikasi masih berada dalam kecenderungan yang melambat, terutama

untuk komoditas berbasis sumber daya alam (Sumatera dan KTI) (Grafik 3.11). Ekspor

manufaktur Jawa juga terlihat melambat. Inflasi di seluruh daerah pada akhir triwulan

I 2012 cenderung mengalami kenaikan, terutama dipicu oleh mulai meningkatnya

tekanan harga beberapa komoditas seiring dengan ekspektasi kenaikan harga BBM.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Kinerja NPI pada triwulan I 2012 diprakirakan akan menurun berkaitan dengan

membesarnya defisit neraca transaksi berjalan (TB). Defisit neraca TB yang lebih

besar tersebut sejalan dengan melambatnya ekspor di tengah impor yang masih tinggi

akibat aktivitas ekonomi domestik yang masih kuat dan tingginya konsumsi BBM. Di

sisi lain, transaksi modal dan finansial (TMF) diprakirakan masih mencatat surplus yang

cukup besar ditopang oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masih besar.

Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir Maret 2012

mencapai 110,5 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran

utang luar negeri pemerintah.

Tekanan terhadap neraca transaksi berjalan diprakirakan tetap berlanjut pada

triwulan I 2012. Ekspansi ekonomi domestik yang masih berlanjut, di tengah potensi

perlambatan ekonomi pada negara mitra dagang (China dan India), menyebabkan

pertumbuhan impor relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor. Kondisi tersebut

mendorong surplus neraca perdagangan mengalami penurunan (Grafik 3.12), sementara

defisit neraca jasa meningkat sebagai akibat meningkatnya biaya

pengangkutan barang kebutuhan impor. Neraca pendapatan

juga diprakirakan akan mengalami defisit sebagai dampak

dari meningkatnya transfer ke luar laba perusahaan asing dan

imbal hasil investasi portofolio. Transfer pendapatan laba yang

meningkat terkait dengan masih besarnya kegiatan investasi

langsung ( / FDI) dan investasi portofolio di Indonesia, sejalan

dengan masih positifnya prospek ekonomi domestik di mata

investor asing.

Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan masih

mencatat surplus pada triwulan I 2012. Prakiraan surplus

tersebut bersumber dari aliran dana asing yang masih besar,

baik yang berupa investasi langsung maupun portofolio. Aliran

investasi langsung diprakirakan masih mendominasi aliran

Grafik 3.11

Volume Ekspor SDA Sumatera dan KTI

����

����

����

��

��

��

��

���

���

���� ���� ���� ���� ����

������

�������� ���

� � � � � � � � ������� � � � � � � � � �������� � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������ �

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

24Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

masuk modal asing selama triwulan laporan. Realisasi investasi

langsung pada sektor nonmigas sampai dengan triwulan IV 2011

cenderung mengalami peningkatan terutama pada sektor industri

pengolahan (Grafik 3.13). Sementara itu, investasi portofolio oleh

investor asing selama triwulan laporan mengalami peningkatan

terutama pada instrumen SUN dan saham. Meskipun mengalami

koreksi pada Februari dan Maret 2012, kepemilikan non residen

pada instrumen SUN masih meningkat. Investor asing juga

mencatat net beli di pasar saham. Namun, kepemilikan non

residen pada instrumen SBI mengalami penurunan.

NILAI TUKAR RUPIAH

Nilai tukar bergerak melemah pada triwulan I 2012. Baik

secara rata-rata maupun , rupiah terdepresiasi dibandingkan

dengan level pada triwulan IV 2011. Secara rata-rata rupiah

melemah sebesar 1,03% (qtq) ke level Rp9.066 per dolar

AS dari level Rp8.972 per dolar AS pada triwulan IV 2011,

sedangkan secara rupiah melemah 0,83% ke level Rp9.144

per dolar AS dibandingkan dengan penutupan triwulan IV 2011

di level Rp9.068 per dolar AS (Grafik 3.14). Pelemahan rupiah

tersebut dipengaruhi oleh masih tingginya ketidakpastian kondisi

perekonomian global serta meningkatnya persepsi risiko domestik

terkait dengan kenaikan ekspektasi inflasi. Meningkatnya persepsi

risiko domestik tersebut juga yang menyebabkan pergerakan

rupiah secara triwulanan tidak sejalan dengan pergerakan mata

uang di kawasan (Grafik 3.15).

Volatilitas rupiah relatif terjaga. Meskipun sedikit mengalami

peningkatan, volatilitas nilai tukar selama triwulan I 2012

masih relatif terjaga pada level yang rendah. Hal tersebut tak

lepas dari peran Bank Indonesia yang secara berhati-hati dan

terukur melakukan kebijakan stabilisasi untuk menjaga volatilitas

pergerakan rupiah. Jika dibandingkan dengan negara-negara di

kawasan, volatilitas rupiah masih relatif lebih rendah.

Ketidakpastian kondisi eksternal memberikan tekanan

pada pergerakan rupiah. Selama triwulan I 2012, beberapa

faktor eksternal yang memberikan pengaruh negatif terhadap

perekonomian domestik diantaranya ialah tarik ulur detail

penanganan krisis utang dan fiskal Yunani terkait pencairan

dana talangan tahap dua, penurunan peringkat kredit beberapa

negara kawasan Eropa serta ketidakpastian mengenai target

defisit Spanyol. Sementara itu dari kawasan Asia, koreksi

Grafik 3.12

Kinerja Neraca Perdagangan

Grafik 3.13

Aliran Investasi Langsung Per Sektor

Grafik 3.14

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����������

�����������������

�������

�����

����������

�����

����� �����

�����

�����

�����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

���

����

���

����

�����

���

����

�����

���

����

�����

���

����

����

����

���

����

���

���

������

������

������

������

������

������

������

���

����

���

���

����

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

����������� ���������������

������������ ����������������

������������������������

���������������

���

���

���

��

��

�����������������

����

����

����

����

����

����

���� ���� ��������� ��������� ��������� ���������

����������������������������������������������

���������������������������������������������������������������������

������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

25Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

target pertumbuhan China oleh PBoC menjadi 7,5% dari 8%

memberikan tekanan pada prospek ekspor negara kawasan Asia

ke perekonomian terbesar kedua dunia tersebut, sehingga pada

gilirannya memberikan tekanan ke nilai tukar.

Dari sisi domestik, tekanan terhadap nilai tukar bersumber

dari meningkatnya ekspektasi inflasi. Meningkatnya

ekspektasi inflasi memberikan tekanan pada nilai tukar

sebagaimana tercermin pada yang sempat meningkat.

mengindikasikan persepsi pasar terhadap pergerakan rupiah

ke depan. Depresiasi rupiah berimplikasi pada besarnya risiko

bagi investor untuk memegang rupiah di masa datang sehingga

menyebabkan meningkat, demikian pula sebaliknya.

Diperolehnya peringkat layak investasi (investment grade)

dan terjaganya fundamental ekonomi domestik dapat

menahan pelemahan rupiah. Peningkatan peringkat kredit Indonesia menjadi

peringkat layak investasi memberikan optimisme bagi investor atas prospek ekonomi

Indonesia. Menyusul langkah Fitch pada Desember lalu, Moody’s Investor Service pada

18 Januari 2012 menaikkan status Indonesia sebesar 1 menjadi Baa3 dengan (). Selain

itu, prospek Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2012 yang masih mencatatkan surplus

merupakan tambahan kekuatan bagi nilai tukar rupiah terhadap berbagai tekanan

eksternal. Hal tersebut juga didukung pula oleh masih cukup kokohnya cadangan

devisa, terjaganya sustainabilitas fiskal dan masih relatif tingginya pertumbuhan PDB

Indonesia.

Minat investor terhadap aset rupiah tetap tinggi. Imbal hasil berinvestasi di aset

domestik masih kompetitif dibandingkan dengan negara -nya. Indikator imbal hasil

yang tercermin dari selisih suku bunga DN dan LN (UIP – ) masih relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional.

Bahkan jika memperhitungkan premi risiko (CIP – ), daya tarik

investasi dalam rupiah pun masih tetap lebih tinggi dibandingkan

dengan Korea dan Malaysia, serta sedikit lebih baik dibandingkan

dengan Filipina (Grafik 3.16).

Risiko global masih tinggi. Meskipun mengalami perbaikan

seiring dengan pemulihan perekonomian AS dan beberapa

perkembangan positif penanganan krisis hutang dan fiskal di

Eropa, faktor risiko global masih berada pada level yang tinggi.

Namun, secara umum persepsi risiko investor terhadap Indonesia

masih cukup baik ditopang oleh kondisi domestik yang kondusif.

Indikator persepsi risiko Indonesia yang tercermin pada level (CDS)

masih berada pada tren yang menurun meskipun mengalami

sedikit peningkatan pada akhir triwulan (Grafik 3.17).

Grafik 3.15

Apresiasi/Depresiasi Mata Uang Kawasan Regional dan Euro

Grafik 3.16

Perbandingan CIP Beberapa Negara

����

����

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

����

���

������

������

�����

�����

������

������

�����

�����

�����

������

������

������

�����

�����

��������� ��������� ����� ��������

�����

�����

����������

����������

��������

��������

��������

��������

��������

�������

���

���

���

���

���

���

���������

�������������

����� ����� ����� ����� ���� ���� ���� ����

���

��� �

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

26Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

INFLASI

Tekanan inflasi pada triwulan I 2012 tetap terkendali. Meski

sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

inflasi IHK pada triwulan I 2012 masih tercatat rendah sebesar

0,88% (qtq) atau 3,97% (yoy) (Grafik 3.18). Inflasi IHK tersebut

terutama dipengaruhi oleh kenaikan pada kelompok dan .

Sementara itu, kelompok inti masih tercatat stabil.

DISAGRESI INFLASI

Inflasi inti tercatat stabil. Secara tahunan, inflasi kelompok

inti tercatat sebesar 4,25% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan

sebelumnya sebesar 4,34% (yoy). Namun, secara triwulanan

inflasi kelompok inti pada triwulan I 2012 tercatat sebesar 0,97%

(qtq) atau sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

sebesar 0,47% (qtq). Tekanan inflasi inti terutama bersumber dari

faktor eksternal dan ekspektasi yang meningkat sejalan dengan

rencana kenaikan BBM. Sepanjang triwulan I 2012, beberapa

faktor eksternal yang mendorong kenaikan inflasi inti antara lain

kenaikan harga komoditas internasional non pangan terutama

komoditas emas dan energi yang meningkat cukup signifikan

serta depresiasi nilai tukar (Grafik 3.19 dan 3.20).

Ekspektasi inflasi pada triwulan laporan menunjukkan

peningkatan yang dikonfirmasi oleh berbagai hasil survei. Hasil

Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia

menunjukkan peningkatan terutama sejak pertengahan triwulan I

2012 (Grafik 3.21 dan 3.22). Kondisi yang sama ditunjukkan oleh

hasil survei Consensus Forecast. Ekspektasi inflasi pelaku pasar

meningkat pada akhir triwulan I 2012 dari level 4,90% menjadi

5,20% (Grafik 3.23).

Di tengah terjadinya peningkatan permintaan selama

triwulan I 2012, respons sisi penawaran domestik masih

memadai. Tekanan permintaan pada triwulan I 2012 terindikasi

meningkat namun mengalami perlambatan di akhir triwulan.

Namun, secara umum respons sisi penawaran masih dapat

memenuhi kenaikan permintaan tersebut. Kapasitas utilisasi

sektor produksi yang masih berada pada level 80% menunjukkan

kemampuan sisi penawaran yang cukup memadai untuk

merespons peningkatan permintaan yang terjadi sehingga tidak

menimbulkan tekanan harga (Grafik 3.24).

Tren deflasi pada kelompok volatile food tertahan. Hal

tersebut disebabkan oleh pemberlakuan HPP beras serta gangguan

Grafik 3.17

CDS Beberapa Negara

Grafik 3.18

Perkembangan Inflasi

Grafik 3.19

Harga Komoditas Internasional Nonpangan

�����

�����

�����

����

���

����������������������������������������

���������������������������������

������

���

���

���

���

���

��

������� ������ ������ ������ ������ ������ ������

������������������

��������� ������������� ����� ��� ����

������������

������ ����� ��� ���

���������

���� ��� ���� ��� �������

���������������

����� �� ��� �� ���

��������� �� ��� �� ��� �����

�����������������

��������

����

����

��

��

��

������������������������������ ���� ���� ����

�������

���������������������������������

�������������������������� �������������������������� �������������������������� ��������������������������

����

�����

���������

����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

27Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

pasokan di daerah. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar

0,65% (qtq) atau 4,45% (yoy), lebih tinggi dari triwulan yang

sama tahun lalu. Komoditas beras menjadi penyumbang inflasi

tertinggi pada triwulan I 2012 yang dipengaruhi oleh kenaikan

HPP beras per 1 Maret 2012 sebesar 30%. Selain itu, faktor

cuaca buruk turut menjadi pendorong kenaikan harga, seperti

yang terpantau pada harga aneka bumbu (cabe merah dan

bawang putih) serta beberapa komoditas ikan laut. Cuaca yang

cenderung basah menurunkan produktivitas panen aneka cabe.

Kondisi cuaca dengan gelombang tinggi turut menurunkan

pasokan beragam ikan laut. Di sisi eksternal, beberapa harga

pangan terindikasi mulai meningkat yang berdampak pada

kenaikan harga pada sebagian komoditas domestik, seperti

minyak goreng.

Sementara itu, inflasi kelompok administered prices masih

tercatat rendah. Secara tahunan, inflasi tercatat hanya sebesar

2,92% (yoy). Namun, secara triwulanan, kelompok mencatat

inflasi sebesar 0,92% (qtq), sedikit lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Komoditas yang menyumbang

dominan terhadap inflasi kelompok adalah rokok (0,09%, qtq),

bensin (0,03%, qtq) dan bahan bakar rumah tangga (0,02%,

qtq). Harga komoditas rokok meningkat terutama disebabkan

oleh kebijakan Pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 16%

per 1 Januari 2012. Sementara itu, peningkatan harga komoditas

bensin khususnya didorong oleh kenaikan harga BBM non

subsidi seiring dengan kenaikan harga minyak global yang telah

mencapai 102,86 dolar AS per barel1 dari rata-rata pada tahun

2011 sebesar 94,98 dolar AS per barel.

PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN

Suku Bunga

Suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) bergerak

menurun. Rata-rata suku bunga PUAB O/N pada Maret 2012

tercatat sebesar 3,76% atau turun sebesar 79 bps dari rata-rata

pada akhir triwulan IV 2011 (Grafik 3.25). Tak hanya suku bunga

PUAB O/N, suku bunga PUAB dengan tenor lebih besar dari O/N

juga mengalami penurunan sebesar 78 bps – 132 bps. Kondisi

tersebut selain disebabkan oleh masih melimpahnya likuiditas

perbankan juga dipengaruhi oleh kebijakan pelebaran koridor

suku bunga dan penurunan BI Rate selama triwulan I 2012.

Sampai dengan triwulan I 2012, persepsi risiko di PUAB tetap 1 Posisi level harga hingga 30 Maret 2012.

Grafik 3.21

Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK-BI)

Grafik 3.20

Inflasi Inti dan Nilai Tukar

��

��

���

���

���

���

���

��������� ������

� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � ����� ���� ���� ����

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

Grafik 3.22

Ekspektasi Inflasi Pedagang (SPE-BI)

��

��

���

���

���

���

��������� ������

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � ����� ���� ���� ����

����

����

�����

�����

�����

��

������ ������

��������� �� �������� ������ ����� �� ����� ������� �� ����� ������������������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���������������� ���������������������������������������������������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

28Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

terjaga. Persepsi risiko yang tercermin pada rata-rata selisih suku

bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah tercatat stabil pada level

4 bps. yang rendah tersebut mencerminkan kondisi likuiditas

jangka pendek perbankan yang berlebih sehingga berdampak

pada transaksi di PUAB yang menurun. Rata-rata volume

PUAB pada Maret 2012 tercatat Rp5,64 triliun atau menurun

dibandingkan dengan Desember 2011 sebesar Rp6,3 triliun.

Suku bunga perbankan terus mengalami penurunan. Data

per Februari 2012 menunjukkan suku bunga deposito turun

sebesar 38 bps dibandingkan dengan Desember 2011 menjadi

5,97%. Selain suku bunga deposito, suku bunga dasar kredit

(SBDK) turut mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya.

Penurunan SBDK tersebut terutama dikontribusi oleh komponen

harga pokok dana untuk kredit (HPDK) dan biaya . Sementara

itu, komponen marjin keuntungan relatif sama dengan triwulan

sebelumnya. Berdasarkan segmennya, SBDK pada Februari 2012

masing-masing sebesar 10,06%, 11,40%, 10,51%, dan 11,05%

untuk segmen korporasi, ritel, KPR dan non-KPR.

Sejalan dengan penurunan SBDK, rata-rata suku bunga kredit

(rata-rata dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi

dan kredit konsumsi) juga mengalami penurunan sebesar 36

bps dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya menjadi

12,42% (Tabel 3.3 dan Grafik 3.25). Suku bunga kredit modal

kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) masing-

masing turun sebesar 14, 42 dan 53 bps menjadi 12,02%,

11,62% dan 13,62% (Grafik 3.26).

atau selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito

pada triwulan I 2012 masih tercatat relatif lebar. Rata-rata suku

bunga kredit terhadap suku bunga deposito 1 bulan pada Februari 2012 tercatat sebesar

6,45%, relatif stabil dari Desember yang sebesar 6,43%. Masih lebarnya suku bunga

Grafik 3.23

Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast

Grafik 3.24

Utilisasi Kapasitas Produksi (Survei Produksi BI)

Suku Bunga (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

Tabel 3.3

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6,50 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75

Penjaminan Deposito 7,00 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50

Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,72 6,72 6,83 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 n,a

Base Lending Rate 12,03 11,84 12,21 12,06 12,22 12,15 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 11,16 n,a

Kredit Modal Kerja (KMK) 12,75 12,72 12,69 12,68 12,61 12,60 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 12,09 12,02 n,a

Kredit Investasi (KI) 12,25 12,20 12,18 12,16 12,15 12,13 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,62 n,a

Kredit Konsumsi (KK) 14,48 14,50 14,39 14,38 14,37 14,37 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 14,19 13,62 n,a

Trw I-2011 Trw II-2011 Trw III-2011 Trw IV-2011 Trw I-2012

����

����

����

����

���������������������������

�����������������������

������

� � � � � � � � � �� �� �� � � ����� ����

����

����

��������

��������

��������

��������

��������

���� ������������

���� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

�������������������������������������������

������������������������

������ �

� � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � �

���� ���� ���� ���� ����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

29Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

kredit terhadap suku bunga deposito tersebut mencerminkan

potensi penurunan suku bunga kredit di waktu mendatang masih

cukup besar. Hal tersebut juga didukung oleh adanya beberapa

kebijakan perbaikan efisiensi operasional perbankan dan efisiensi

penyaluran dana perbankan.

Penurunan terbesar suku bunga deposito 1 bulan terjadi pada

kelompok bank BPD yakni sebesar 66 bps. Sementara itu,

kelompok bank asing, bank swasta dan persero masing-masing

menurunkan suku bunga deposito 1 bulan sebesar 24, 38 dan

33 bps. Selain tercatat sebagai kelompok bank yang menurunkan

suku bunga deposito 1 bulan terbesar, kelompok bank BPD

juga tercatat sebagai kelompok bank yang menurunkan suku

bunga kredit terbesar. Kelompok tersebut pada Februari 2012

menurunkan suku bunga KMK, KI dan KKnya masing-masing

sebesar 224, 116 dan 277 bps. Sementara itu, kelompok bank

swasta dan persero secara rata-rata menurunkan suku bunga

kreditnya masing-masing sebesar 2 dan 8 bps.

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tetap tinggi

ditopang oleh tabungan dan deposito. Pada Februari 2012,

DPK tumbuh sebesar 20,8% (yoy) menjadi Rp2.764 triliun,

sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan pada Desember 2011 yang

sebesar 19,0% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan DPK tersebut

terutama dikontribusi oleh deposito yang memiliki pangsa hingga

45% dan tabungan. Deposito tumbuh sebesar 20,2% (yoy),

sedangkan tabungan tumbuh mencapai 23,9% (yoy). Masih

tingginya pertumbuhan DPK tersebut sejalan dengan suku bunga

DPK yang cenderung menurun.

Tren peningkatan pertumbuhan kredit masih terus berlanjut.

Pada Februari 2012 pertumbuhan kredit (tidak termasuk kredit

) tumbuh mencapai 24,2% (yoy). Pertumbuhan kredit yang

masih akseleratif tersebut ditopang oleh kredit investasi (KI) yang

tumbuh mencapai 33,2% (yoy) sejalan dengan tren penurunan

suku bunga dan peningkatan PMTB (Pembentukan Modal Tetap

Bruto). Sementara itu, pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) dan

kredit konsumsi (KK) tercatat sebesar 23,4% (yoy) dan 19,6%

(yoy) (Grafik 3.28).

Dilihat berdasarkan sektor perekonomian, pertumbuhan kredit

pada sektor listrik, air dan gas, serta sektor pertambangan

menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi (Grafik 3.29).

Grafik 3.25Suku Bunga Perbankan

Grafik 3.26

Suku Bunga Kredit

��

��

��

��

��

��

��

��

���

������������������ �������������������������������

��� ��� ��� ��� �������

��� ��� ��� ��� ��� �������

��� ��� ��� ��� ��� �������

��� �������

Grafik 3.27

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

��

��

��

��

��

����������� �������������������������������������� �������������������

������

��

��

��

��

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

�������

�����

����

��

��

��

��

������������ ����������� ������������

������� ������

��������������

�����������������

��� ��� �������

��� �������

��� �������

��� ��� �������

��� �������

��� �������

��� �������

��� �������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

30Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Sementara itu, pertumbuhan kredit di sektor lainnya tercatat

melambat dalam beberapa bulan terakhir. Peningkatan kredit

tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian

sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan.

Dilihat berdasarkan valutanya, pertumbuhan kredit valas masih

tetap tinggi. Pada Februari 2012, pertumbuhan kredit valas

mencapai 29,8% (yoy) sejalan dengan kegiatan ekspor impor

yang masih relatif tinggi. Namun, angka pertumbuhan tersebut

sedikit melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada

Desember 2011 yang mencapai 32,1%. Di sisi lain, kredit rupiah

tumbuh sebesar 23,2%, sedikit lebih rendah dibandingkan

dengan Desember yang mencapai 23,2% (yoy).

Pertumbuhan base money relatif stabil. Pada Maret 2012,

pertumbuhan tercatat sebesar 21,5% (yoy) atau relatif stabil

dibandingkan dengan pertumbuhan pada Desember 2011

sebesar 20,9% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan M1 pada Februari

2012 mengalami perlambatan yakni hanya sebesar 16,6% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 19,4%.

Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan giro

rupiah akibat kontraksi rekening Pemerintah.

Sementara itu, likuiditas perekonomian (M2) meningkat sejalan

dengan perkembangan ekonomi riil di masyarakat dan tingginya

pertumbuhan kredit. Sampai dengan Februari 2012, pertumbuhan

M2 meningkat menjadi 17,73% (yoy), terutama didukung oleh

pertumbuhan deposito dan tabungan rupiah (Grafik 3.29).

KONDISI PERBANKAN

Secara umum, kondisi sistem keuangan domestik tetap

stabil. Permodalan perbankan sebagaimana tercermin pada

angka rasio kecukupan modal ( – CAR) per Februari 2012 tercatat

meningkat dari bulan sebelumnya menjadi 18,5%. Risiko kredit

tetap terjaga sebagaimana tercermin pada angka Non Performing

Loan (NPL) baik gross maupun neto yang rendah, jauh di bawah

5%. Sementara itu, dari sisi profitabilitas perbankan, indikator

(ROA) dan (NIM) tercatat tetap tinggi (Tabel 3.4).

Pasar Surat Berharga Negara

Kondusifnya fundamental perekonomian domestik,

pencapaian peringkat layak investasi serta penurunan

Grafik 3.28

Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan

Grafik 3.29

Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi

Grafik 3.30

Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian

����

����

����

���

��

��

��

��

�������������� ���������������

������������� ������������

�����

����

�����������������

������

������

����

������

������

������

����

������

������

������

����

������

������

������

����

������

���

����

����������

�����

��

��

��

��

��

��

��

��

�� �� �������������

������ ������

����������������������������������������������������������������������������������������

������

������

����

������

������

������

����

������

������

������

����

������

������

������

����

������

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��

������������������������������������

���������

������������

�������������������

��������������������

����������

�����������

������������

����������������

�����������

���������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�� ��

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

31Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

BI Rate berdampak positif terhadap pasar SBN. Kondisi

tersebut ditopang oleh membaiknya minat investor baik di pasar

primer maupun di pasar sekunder terutama terkait dengan

tingginya imbal hasil yang ditawarkan dibandingkan kawasan.

Secara keseluruhan, rata-rata imbal hasil SBN selama triwulan

I 2012 terpantau sebesar 5,63% turun sebesar 25,4 bps jika

dibandingkan dengan triwulan IV 2011 (Grafik 3.31). Imbal hasil

SBN untuk tenor jangka pendek (<5 tahun), menengah (5-10

tahun) dan panjang (> 10 tahun) masing-masing turun sebesar

36,5 bps, 7,7 bps dan 46,2 bps jika dibandingkan dengan triwulan

IV 2011 (Grafik 3.32).

Kondisi ekonomi domestik yang positif mendorong

peningkatan arus masuk modal asing dan meningkatkan

kinerja pasar SBN. Selama triwulan I 2012 investor non

residen masih mencatatkan beli neto. Selain faktor imbal hasil

yang menarik, peningkatan minat asing tersebut juga terkait

dengan optimisme investor terhadap prospek perekonomian

domestik dan premi risiko yang relatif terjaga. Pergerakan imbal

hasil SBN sempat mengalami peningkatan pada Februari dan

Maret disebabkan adanya tekanan jual asing di pasar SBN dan

kekhawatiran investor akan meningkatnya inflasi terkait rencana

penyesuaian harga BBM. Namun, laju kenaikan imbal hasil

tersebut mereda sejalan dengan berkembangnya pemahaman

pasar terhadap kebijakan penyesuaian harga BBM tersebut.

Pasar Saham

Sentimen positif dari eksternal dan domestik berdampak

kondusif terhadap kinerja pasar saham domestik. Penguatan

kinerja saham domestik selama triwulan I 2012 terutama dipicu

oleh peningkatan peringkat Indonesia oleh Moody’s menjadi

peringkat layak investasi2 dan menguatnya kepercayaan investor

asing terhadap perekonomian nasional serta rilis laporan keuangan

emiten yang secara umum menunjukkan perbaikan kinerja. Selain

itu, kinerja pasar saham juga dipengaruhi oleh sentimen positif

yang berasal dari eksternal. Sentimen positif tersebut antara

lain bersumber dari (1) meningkatnya optimisme pelaku pasar

terhadap perkembangan Yunani, (2) optimisme investor terhadap

Yunani setelah pertemuan para Menkeu EU yang menyetujui

pencairan tahap II kepada Yunani dan persetujuan IMF terhadap

tahap II Yunani, (3) peningkatan data indeks kepercayaan investor

Jerman dan data AS, (4) Outlook ekonomi AS yang semakin

2 Sejalan dengan Fitch yang sebelumnya telah memberikan kepada Indonesia, Moody’s menaikkan peringkat Indonesia menjadi Baa3 dengan stabil dari Ba1 pada 18 Januari 2012

Grafik 3.31

Imbal Hasil SBN dan BI Rate

Tabel 3.4

Kondisi Umum Perbankan

TotalAset (T Rp) 3.651,8 3.598,7 3.628,1DPK (T Rp) 2.784,1 2.742,3 2.763,9Kredit* (T Rp) 2.199,1 2.160,2 2.203,0LDR* (%) 79,0 78,8 79,7NPLs Gross* (%) 2,2 2,4 2,3NPLs Net* (%) 0,4 0,5 1,0CAR (%) 16,1 18,4 18,5NIM (%) 0,5 0,5 0,4ROA (%) 3,0 3,7 3,4

IndikatorUtama

2011 2012

Des Jan Feb

* Tanpa Chaneling

Grafik 3.32

Perubahan Imbal Hasil SBN (Triwulanan)

�����������������������������������������������

�������������

����������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����

����

����

����

��

� �����

�����

�����

����� �

��

��

��

��

��������� �������

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

32Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

membaik dan rilis hasil perbankan di AS yang positif. Dengan

perkembangan tersebut, selama triwulan I 2012, IHSG mampu

membukukan kinerja positif dengan mencatat kenaikan sebesar

7,8% ke level 4.121,55, sejalan dengan penguatan bursa lainnya

di kawasan (Grafik 3.33).

Selain faktor sentimen, penguatan IHSG juga ditopang oleh

pertumbuhan sektoral. Selama triwulan I 2012, seluruh indeks

sektoral mengalami penguatan dengan penguatan terbesar

dialami oleh sektor perdagangan sebesar 24,5% (qtq), diikuti

oleh sektor properti sebesar 21,5% (qtq), dan sektor pertanian

sebesar 13,1% (qtq). Namun, secara tahunan, pertumbuhan di

sektor perdagangan, properti dan aneka industri tercatat yang

paling tinggi di antara sektor-sektor lainnya (Grafik 3.34).

Kinerja pasar saham domestik yang positif, sebagaimana tercermin

pada indikator PER dan ROE (Table 3.5), mendorong investor asing

menambah kepemilikannya terhadap portofolio domestik. Selama

triwulan I 2012, investor asing mencatat net beli sebesar Rp10,02

triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan IV 2011 yang

mencatat net beli hanya sebesar Rp8,68 triliun.

Pasar Reksadana

Kinerja reksadana selama Februari 2012 menunjukkan

perkembangan yang positif. Secara umum, kinerja reksadana

yang tercermin dalam NAB, tumbuh sebesar 0,2% dari NAB

pada Desember 2011. Namun, secara bulanan, NAB tumbuh

cukup tinggi sebesar 15,3% (mtm). Peningkatan NAB reksadana

tersebut terutama ditopang oleh produk reksadana pasar uang,

campuran dan pendapatan tetap yang masing-masing tumbuh

sebesar 12,5%, 61%, dan 46,7% (Tabel 3.6).

Grafik 3.33

IHSG dan BI Rate

Grafik 3.34

IHSG dan Perkembangan Sektoral

Tabel 3.5.

Indikator Fundamental Saham

Australia 11 5 2 15China 10 18 2 17Hong Kong 10 -3 1 10Indonesia 13 15 3 26India 11 13 2 17Korea 10 -8 1 11Malaysia 13 16 2 16Phillipines 13 17 2 17Singapore 11 8 1 11Thailand 10 7 2 17Taiwan 13 22 2 13Asia 10 7 1 14

Faktor Fundamental Pasar Saham

PER EPS growth PB (x) ROE

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

��

��

���� �������������

���

�����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

�����������������

�����

������

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���� ���� ��� ��� ���

����

�������������

������������

��������

������������������

��������

�����������

���������

��������

��������������

�����

���� �� ��� ��� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

33Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

MTM Saham P Uang Campuran Pend. Tetap Terproteksi Indeks ETF-Saham ETP-Pend. Tetap Syariah Total

1 2 3 4 52011 6 7 8 9 10 11 122012 1 2Feb 2012-Des 2011

Tabel 3.6.

Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6% 9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1% -1,7% 9,6% -1,6% 2,1% 1,1% -2,6% 30,8% 2,4% 0,1% 0,3% 2,7% 12,9% 5,5% 6,4% -1,0% 2,2% 8,1% 6,6% 2,0% 3,2% -5,1% 3,7% -0,9% 9,9% 0,8% 1,8% -2,8% 5,7% 2,5% 0,2% 2,2% 8,5% 62,5% 33,5% -1,7% 3,8% 79,0% 7,5% 4,4% 15,3%

-3,0% 12,5% 61,0% 46,7% -0,9% 5,6% 74,0% 13,7% 7,0% 0,2%

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-201234

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*

Tingkat Diskonto

SBI

Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

ModalKerja

Investasi

2007Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2008Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2012Trw. I*

10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90

10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94

8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66

5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10

7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53

5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99

6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45

4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01

8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59

8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51

9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32

9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40

8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05

6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78

6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20

6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96

6,20 6,72 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18

6,03 7,36 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13

5,40 6,28 6,83 7,05 7,39 7,04 6,61 12,39 12,06

4,55 5,04 6,35 6,81 7,19 7,06 6,33 12,18 12,04

3,85 3,82 5,97 6,52 6,94 6,79 6,44 12,02 11,62

* Data Feb-12

Tabel Statistik

35Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2007Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw.IV

2008Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2012Trw. I*

* data s.d Feb 2012 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)

37.341 774.867 740.952 243.671

38.323 846.655 832.325 258.002

36.615 895.563 887.770 266.152

32.061 777.250 795.475 247.926

37.482 871.303 906.767 212.463

23.510 496.338 543.656 165.145

27.115 389.140 437.315 116.969

14.029 404.072 340.913 180.128

22.897 448.505 394.904 232.700

30.656 324.806 324.776 232.731

29.038 375.134 387.188 220.676

24.566 631.235 592.048 259.864

26.907 648.324 607.933 300.255

30.615 322.322 351.475 271.103

28.553 199.589 218.152 252.540

23.142 153.809 203.835 203.110

30.401 86.480 56.066 233.524

36.788 51.790 96.325 188.988

30.061 19.822 57.593 151.217

30.262 51.641 79.605 123.253

10.974 16.178 36.790 102.641

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-201236

I II III IV I II III IV I II III IV I*

* Data Feb-12 1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

466.605 495.440 504.649 533.945 536.273 578.525 595.131 630.148 644.289 698.315 732.981 761.373 751.677 38.367 42.041 41.313 45.091 42.832 46.878 49.215 48.438 47.383 50.807 54.201 64.679 64.528 13.363 11.923 14.205 16.795 17.812 21.118 20.736 25.560 25.067 29.661 29.793 32.732 30.947 98.660 99.825 92.634 92.485 93.920 99.944 93.060 93.695 93.217 97.836 102.021 107.849 106.648 13.174 14.321 14.101 14.523 8.885 10.379 13.483 17.326 17.127 22.057 33.700 20.433 25.911 23.102 24.258 24.537 25.372 19.330 20.374 21.096 20.384 22.125 24.441 26.864 27.536 27.477 103.408 113.130 118.580 129.497 109.766 111.038 114.918 110.981 107.948 110.903 121.305 131.263 124.502 22.156 24.443 28.685 28.358 29.287 29.310 24.856 26.826 27.732 29.955 28.579 33.166 32.032 21.998 22.126 20.793 21.447 14.597 12.962 13.413 18.598 18.459 20.566 27.092 29.788 33.266 3.110 3.392 3.416 3.620 37.752 47.795 57.597 73.129 77.552 91.101 85.628 79.941 76.867 129.267 139.981 146.385 156.757 162.093 178.727 186.758 195.211 207.678 220.989 223.797 233.987 229.498 530.642 529.687 549.349 593.400 611.724 672.726 715.217 775.323 801.246 864.006 926.563 1.001.042 1.002.237 18.722 19.353 19.112 21.359 20.429 25.254 26.403 30.199 31.246 32.635 32.589 36.114 36.586 8.979 9.697 10.861 15.013 14.721 18.435 19.827 21.247 24.580 25.692 28.560 32.877 29.861 93.414 84.488 86.575 92.738 92.197 97.471 103.688 114.203 118.350 131.180 141.472 154.543 156.359 5.623 6.093 6.422 7.493 8.191 9.014 9.984 10.646 11.459 12.017 13.356 17.470 17.835 23.894 24.298 24.421 26.551 24.598 27.084 29.701 29.811 30.969 31.502 32.781 34.552 36.835 120.114 121.956 124.949 134.434 144.298 160.841 164.959 185.508 182.418 199.463 211.302 228.294 224.410 26.936 28.119 30.473 33.043 35.358 35.394 36.756 35.841 38.252 41.482 44.124 48.506 48.414 78.737 78.120 80.377 85.260 64.168 78.847 63.336 71.266 74.634 84.593 89.819 95.767 97.540 8.882 9.306 9.588 10.188 22.833 35.565 62.127 62.394 62.318 65.667 69.748 73.021 71.306 145.341 148.257 156.571 167.321 184.932 184.821 198.437 214.209 227.020 239.774 262.813 279.899 283.091 100.817 110.968 119.552 120.701 123.087 132.512 138.961 143.067 149.005 161.201 169.764 175.489 177.525 3.143 3.289 3.749 3.706 3.595 3.639 4.359 4.488 4.910 5.389 5.633 6.113 8.609 312 388 615 675 645 712 755 992 947 1.076 1.247 1.279 1.483 829 943 1.082 1.146 2.100 2.373 2.751 2.890 2.869 3.326 3.493 3.687 3.705 258 450 723 787 890 1.188 1.243 1.408 1.548 1.689 1.810 2.204 2.527 6.074 7.975 9.783 7.693 7.137 8.611 9.983 9.145 8.264 9.561 11.679 10.258 8.439 12.638 14.006 14.898 15.278 15.686 16.047 16.263 17.337 17.962 19.732 20.618 21.077 19.936 1.741 1.791 1.832 1.887 1.685 1.745 1.686 1.832 1.934 2.311 2.571 2.832 2.785 3.558 3.980 4.647 5.264 2.471 2.411 2.049 2.088 2.179 2.151 1.965 2.516 2.534 1.522 1.520 1.805 1.934 5.061 5.809 6.546 6.476 6.519 6.199 6.231 6.254 5.911 70.742 76.626 80.418 82.331 83.816 89.977 93.326 96.411 101.873 109.766 114.516 119.268 121.597 184.654 168.614 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 231.851 244.699 253.991 7.020 6.669 5.535 5.236 5.423 6.712 6.803 6.797 7.062 6.764 7.478 6.173 6.220 6.081 4.712 6.235 9.076 8.579 10.633 11.567 12.660 13.503 12.616 16.945 18.579 20.435 71.358 61.420 58.833 59.314 55.649 62.401 58.905 63.065 62.023 64.710 75.612 76.340 86.999 281 578 1.860 1.091 1.252 2.447 3.930 4.230 3.513 4.437 4.953 5.404 5.471 5.069 4.785 4.050 4.149 3.572 3.735 3.183 3.828 3.306 3.229 3.164 2.547 2.913 15.113 13.598 13.364 12.873 16.417 18.921 20.176 21.848 20.166 24.469 22.659 21.450 26.100 10.581 9.566 10.452 9.714 10.122 10.534 11.184 10.415 9.566 10.004 11.108 10.081 11.010 39.813 37.465 38.428 37.036 34.547 39.673 42.591 44.534 49.916 48.834 52.370 52.096 57.727 1.674 1.525 536 838 2.339 3.708 5.475 3.982 5.136 4.530 4.732 19.064 3.783 27.664 28.296 29.216 31.421 32.429 30.699 31.596 30.010 30.513 32.120 32.829 32.965 33.332 25.333 26.382 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.650 41.082 42.361 1.774 1.915 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 2.985 3.132 3.308 0 0 0 0 0 0 0 36 39 48 46 65 68 433 456 486 505 531 545 589 476 517 561 575 584 606 0 0 0 0 0 0 0 14 18 20 23 26 27 0 0 0 0 0 0 0 257 344 416 478 617 645 8.998 9.368 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.085 12.426 12.859 0 0 0 0 0 0 0 575 680 705 897 901 940 2.705 2.861 2.935 3.054 0 0 0 96 161 166 211 250 245 0 0 0 0 3.247 3.561 3.823 4.011 4.020 4.205 3.981 3.911 4.063 11.423 11.782 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 18.369 19.169 19.601 1.308.051 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.470.888 1.604.717 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.100.808 2.223.685 2.227.790 69.026 73.267 71.643 77.394 74.404 84.786 89.170 92.525 93.315 98.562 102.886 116.210 119.250 28.735 26.720 31.916 41.559 41.758 50.898 52.885 60.495 64.136 69.093 76.592 85.532 82.794 264.694 247.132 239.610 246.188 244.397 262.735 258.993 274.330 276.975 297.613 323.174 343.002 354.316 19.336 21.442 23.106 23.894 19.218 23.028 28.640 33.625 33.667 40.221 53.842 45.538 51.773 58.139 61.316 62.791 63.765 54.636 59.804 63.962 63.426 65.009 69.150 74.966 75.510 76.308 260.271 272.058 281.537 301.883 296.423 317.691 327.549 346.226 339.688 366.382 387.969 414.509 407.807 61.414 63.919 71.442 73.002 76.452 76.984 74.482 75.488 78.163 84.457 87.279 95.486 95.182 146.811 144.552 147.180 152.061 115.782 133.893 121.389 136.582 145.349 156.310 171.456 180.418 191.311 15.188 15.743 15.345 16.580 71.232 96.438 135.568 149.992 155.546 171.702 170.320 182.191 161.931 384.437 404.942 424.923 450.482 476.586 498.461 524.913 550.913 582.963 619.763 652.325 685.288 687.118

2009 2010 2011 2012

```

Tabel Statistik

37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

* Data Feb-12 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih4)

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2012

Trw. I*

1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992

1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902

1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287

1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144

1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550

1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181

2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445

2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293

2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773

2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738

2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665

2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460

2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448

2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049

2.643.331 656.096 279.224 376.872 1.973.573 918.902 237.643 105.744 1.989.000 -81.378

2.877.220 722.991 307.760 415.231 2.139.840 912.174 351.177 102.594 2.118.376 -29.895

2.849.796 683.253 280.103 403.150 2.150.808 942.113 296.141 94.819 2.138.727 -10.418

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-201238

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

304.718 322.994 354.297 402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 565.149 613.488 578.964

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

226.672 244.634 273.744 279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 336.521 372.972 333.862

186.538 203.838 210.822 226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 279.224 307.735 282.856

40.134 40.796 62.923 52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.349 50.343 57.297 65.237 51.006

77.404 77.744 79.920 89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 183.427 189.546 207.538 207.376

642 616 633 601 539 578 497 484 460 530 473 116 2.331

354.727 356.930 376.681 403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 675.926 656.574 619.981 614.169

-323.022 -259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -411.166 -352.386 -412.723

105.571 136.202 144.747 200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 23.206 38.676 166.928 88.153

8.715 8.715 8.715 8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 7.965 8.470 8.199 8.199

8.783 8.622 8.458 8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.638 7.609 7.364 7.345

-175.022 -131.729 -117.812 -97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -84.989 -96.336 -120.391 -148.940

-257.701 -267.412 -242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -362.498 -403.347 -359.314

-232.700 -232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -112.608 -90.391 -67.485

-15.288 -28.277 -22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -58.451 -87.835 -169.916 -175.371

-2.321 -5.896 1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -168.812 -126.802 -73.974 -33.938

-13.368 -13.785 -13.000 11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -4.868 -7.086 -11.139 -8.166

2009 2010 2011 2012

I II III IV I II III IV I II III IV I*

I. Uang Primer

a. Statutory Reserve Shortfall

b. Uang yang diedarkan

- Uang kartal di masyarakat

- Kas bank umum

c. Saldo Giro Positif Bank

d. Giro Sektor Swasta

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Uang Primer

a. Net International Reserve 1)

b. Net Domestic Assets

- Tagihan Bersih pada Pemerintah

- Bantuan Likuiditas

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

- Operasi Pasar Terbuka

- SBI (net) 2)

- FASBI

- Lain-Lain 3)

- Net Other Items

* Data Feb-12 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)

Tabel Statistik

39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep

Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta US$)

2009 2010 2011

I II III IV Total I II III IV Total I* II* III* IV** Total**

I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)

2.690 2.377 1.781 3.781 10.628 1.891 1.342 1.043 870 5.144 2.072 473 468 -944 2.070 6.052 7.493 6.931 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.627 8.684 9.637 9.586 7.440 35.347 24.195 28.158 31.289 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.818 51.797 52.476 51.382 201.472 -18.143 -20.665 -24.358 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.598 -127.447 -37.134 -42.160 -42.890 -43.941 -166.125 -1.672 -2.476 -2.249 -3.344 -9.741 -2.106 -2.275 -2.155 -2.787 -9.324 -2.122 -3.379 -2.818 -3.503 -11.823 -2.742 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -4.038 -4.329 -5.547 -6.876 -20.790 -5.518 -6.747 -7.344 -6.058 -25.667 1.051 1.135 1.171 1.221 4.578 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.028 963 1.044 1.177 4.212 1.835 -2.320 2.924 2.414 4.852 5.662 3.767 7.464 9.728 26.620 6.646 12.849 -4.107 -1.370 14.018 19 29 34 14 96 18 2 4 26 50 1 0 0 0 1 1.815 -2.349 2.891 2.399 4.756 5.644 3.765 7.460 9.702 26.571 6.645 12.849 -4.107 -1.370 14.017 628 575 647 779 2.628 2.556 2.368 1.764 4.419 11.106 3.461 3.249 1.661 2.066 10.437 -1.276 -872 -340 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.529 -2.526 -1.350 -2.317 -7.722 1.904 1.447 987 540 4.877 2.983 3.350 2.955 4.483 13.771 4.990 5.775 3.011 4.383 18.160 1.950 1.893 2.972 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.588 5.537 -4.665 -261 4.198 133 362 -331 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -521 -731 154 -318 -1.416 1.817 1.532 3.303 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 4.109 6.268 -4.819 57 5.614 -763 -4.817 -728 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.179 3.846 2.262 -404 4.062 -1.103 -3.174 -618 -241 -2.943 -6.083 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.248 2.029 -3.203 -4.919 -7.341 -522 -1.874 5.355 834 3.794 -308 -244 3.139 1.400 3.987 844 2.033 2.101 1.745 6.723 4.524 57 4.705 6.195 15.481 7.552 5.108 8.507 10.597 31.765 8.718 13.322 -3.639 -2.313 16.088 -570 995 -1.159 -2.241 -2.975 -932 312 -1.552 692 -1.480 -1.052 -1.446 -321 -1.413 -4.232 3.955 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 -3.960 -3.726 11.856 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.856 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 54.840 57.576 62.287 66.105 66.105 71.824 76.322 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 114.502 110.123 110.123 5,4 5,7 6,1 6,5 6,5 6,7 6,0 6,9 7,2 7,2 7,4 7,2 7,1 6,4 6,4 2,4 1,8 1,2 2,5 2,0 1,2 0,8 0,6 0,5 0,7 1,05 0,22 0,21 -0,44 0,2 23,3 25,0 19,8 24,6 23,2 21,2 23,2 20,3 23,7 21,7 18,0 22,5 21,5 27,3 22,5 6,1 10,0 5,3 8,5 7,5 5,0 7,2 4,8 6,2 5,8 4,5 5,3 3,7 5,4 4,7

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-201240

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

Kelompok/Sub Kelompok

1,44 -1,76 4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 1,86 0,77 2,76 -0,75 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77 4,27 2,74 2,39 -0,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 -0,62 0,41 2,25 -2,52 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 -1,75 3,24 2,24 -0,88 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 -0,92 2,32 -0,34 -0,54 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 1,53 1,63 2,59 -5,97 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 0,48 -1,62 0,18 -2,59 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 -0,63 0,25 0,71 3,11 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 1,57 -0,33 1,66 -8,24 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 12,43 -7,83 -0,81 0,12 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 -1,34 2,33 1,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 0,32 1,46 2,40 1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36 0,96 1,46 1,59 1,03 1,46 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 0,71 1,13 5,39 2,15 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 0,75 1,46 2,42 0,82 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 0,42 0,26 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 0,71 1,02 1,00 0,12 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 0,98 1,35 -1,48 0,29 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 0,16 0,55 0,95 0,68 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 0,32 0,49 1,00 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,73 0,75 4,48 -1,88 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 0,29 1,29 0,38 0,55 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 1,46 1,14 0,44 0,29 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 1,19 0,84 0,26 0,39 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 1,49 1,06 13,49 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 -1,30 1,59 1,27 1,20 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 0,60 0,81 1,60 1,72 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 0,33 0,89 1,14 1,39 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 0,65 0,69 1,39 0,73 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,17 1,31 1,01 0,42 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 0,70 0,69 0,22 0,22 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 0,41 0,30 0,04 0,06 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 0,63 0,15 0,59 0,46 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 0,54 0,56 0,37 0,16 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,13 0,43 0,48 0,55 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,13 0,55 0,51 0,33 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,69 0,37 -4,66 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 -0,14 0,40 -6,95 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 -0,26 0,47 -0,07 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 -0,18 -0,10 1,38 0,34 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 0,62 1,01 0,00 0,00 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 0,00 0,00 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88

2009 2010 2011 2012 I II III IV I II III IV I II III IV I

I. Bahan Makanan A. Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur, susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol

III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya

V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M

Tabel Statistik

41Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

K o t a

-0,56 -0,37 4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 2,61 0,76 1,20 0,35 0,14 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 2,03 1,15 0,16 -0,03 -1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 3,49 1,35 0,36 -0,52 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 2,02 1,77 0,82 -0,20 0,10 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 2,76 0,64 1,60 -0,84 -0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 3,46 -0,28 0,52 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 1,57 0,09 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 0,64 -0,43 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 2,06 0,45 0,23 0,26 -0,72 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 3,22 0,52 0,31 -0,06 0,09 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 2,00 0,86 -0,23 0,09 -0,74 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 3,66 -0,18 -0,10 0,92 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 2,30 0,62 0,31 -0,78 -0,74 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 4,06 -1,44 2,06 -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58 0,32 -0,73 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 1,99 0,64 0,71 -0,13 0,15 1,73 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 1,89 0,70 0,83 0,78 1,09 1,09 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 1,62 1,46 1,21 0,65 1,31 2,62 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 2,07 1,03 0,70 0,32 -0,06 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 1,75 0,80 0,73 0,63 0,36 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 0,95 1,42 0,70 0,79 -0,27 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 0,78 0,75 0,21 1,67 0,35 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 2,31 1,03 0,74 0,01 -0,26 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 1,26 1,58 0,76 -0,87 -0,20 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 1,74 0,81 0,45 0,11 -0,14 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 0,69 1,50 1,25 0,91 0,04 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 2,09 1,34 0,07 0,78 0,11 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 1,43 0,86 1,03 1,06 0,19 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 1,61 1,14 0,59 0,72 0,06 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 1,76 0,70 1,12 1,05 1,05 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 1,95 0,31 0,22 0,59 0,11 1,90 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 1,73 0,85 0,71 1,02 0,08 1,16 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 1,39 1,00 0,85 0,25 0,14 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 1,58 1,57 0,98 0,90 0,02 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 2,19 1,03 0,53 1,28 0,16 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 1,90 1,14 0,45 0,60 0,07 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 1,63 0,61 0,63 1,02 0,00 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 1,75 0,88 0,67 1,06 -0,41 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,23 0,83 0,73 2,14 -0,61 1,77 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 0,82 0,80 2,01 1,78 -1,43 3,48 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 4,08 1,94 2,52 2,41 -1,12 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 1,89 3,39 1,11 0,39 1,10 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 2,04 2,12 0,49 0,85 0,35 2,77 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 0,75 1,13 1,13 1,73 0,50 3,52 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 3,32 -0,28 2,20 0,38 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 4,55 -0,19 1,95 1,62 -0,82 0,95 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 1,64 1,00 2,60 -0,65 -0,88 1,28 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,40 0,39 2,25 0,30 0,34 1,77 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 1,74 0,95 2,45 0,03 0,31 2,55 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 1,98 -0,18 2,11 1,49 0,42 1,81 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19 2,36 -0,21 2,13

2009 2010 2011 2012

I II III IV I II III IV I II III IV I

1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-201242

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

K o t a

0,53 1,34 3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,03 2,17 1,18 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 0,86 1,59 1,78 -0,36 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 1,72 0,56 2,14 0,84 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 0,03 2,40 0,84 -1,13 2,53 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 0,48 2,00 0,40 -0,53 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 0,49 0,75 1,14 -0,12 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 -0,26 1,61 2,99 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 -2,97 2,36 2,33 0,59 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 1,15 1,78 -0,35 0,06 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 0,91 0,54 2,26 -2,43 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 -0,59 4,32 1,25 -0,27 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 1,45 0,52 3,52 0,36 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 0,82 -1,24 0,77 0,52 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 0,46 -0,67 -0,06 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 1,27 -0,46 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88

52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura

NASIONAL

2009 2010 2011 2012

I II III IV I II III IV I II III IV I

Tabel Statistik

43Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2012

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*

Periode

6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,93

2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 4,32

7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 3,63

7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50

7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45

7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55

4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92

0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67

2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80

3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99

5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79

1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91

2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17

2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29

3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14

1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43

1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86

0,22 1,31 0,65 -0,61 3,54 0,65

3,14 0,70 1,18 2,10 1,53 1,81

0,42 1,59 0,85 1,56 1,83 0,94

1,58 1,72 1,40 n,a n,a n,a

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2010

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2011

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2012

Trw.I