jl.mh. thamrin no.2 jakarta 10110 - indonesia :// · tekanan terhadap npi triwulan ini juga...

55

Upload: buiquynh

Post on 05-Jul-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesiahttp://www.bi.go.id

Page 2: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

Page 3: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain

dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua

maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang

mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan

moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan

kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang

melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN III-2011

Page 4: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Page 5: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Framework)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 6: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Page 7: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Kata Pengantar

Kinerja perekonomian domestik masih memiliki ketahanan cukup kuat di tengah perlambatan ekonomi global yang disertai tekanan di pasar keuangan. Kinerja ekspor diperkirakan tetap akan tumbuh tinggi. Sementara

itu, konsumsi meningkat khususnya konsumsi rumah tangga ditopang optimisme konsumen dan belanja yang lebih

besar pada periode hari raya. Sejalan dengan hal tersebut, investasi juga menunjukkan tren yang terus meningkat.

Di pihak lain, tingginya aktivitas perekonomian meningkatkan kebutuhan impor, termasuk impor minyak akibat

tingginya konsumsi BBM.

Tingginya ketidakpastian ekonomi global menimbulkan tekanan terhadap Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan ini, meskipun secara keseluruhan tahun 2011, NPI diprakirakan tetap mencatat surplus besar. Surplus tersebut terutama didukung oleh surplus transaksi modal dan finansial yang terus meningkat, baik dalam

bentuk investasi portofolio maupun investasi langsung. Sejalan dengan itu, cadangan devisa juga terus menunjukkan

peningkatan.

Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah

melemah disertai dengan peningkatan volatilitas. Tekanan terhadap rupiah tersebut terutama dipengaruhi oleh

meningkatnya kekhawatiran terhadap krisis utang Eropa yang semakin memburuk dan berbagai indikator ekonomi

AS yang mengindikasikan perlambatan. Meski demikian, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut masih sejalan dengan

pergerakan nilai tukar mata uang negara kawasan.

Tekanan inflasi sampai dengan triwulan III 2011 terus menurun. Hal tersebut antara lain didorong oleh

terjaganya pasokan barang dan turunnya harga komoditas pangan global. Inflasi kelompok administered prices juga

relatif terbatas seiring dengan tidak adanya kebijakan Pemerintah terkait barang dan jasa yang bersifat strategis.

Ekspektasi inflasi yang terjaga juga turut meminimalisir dampak gejolak harga emas dan depresiasi nilai tukar pada

akhir triwulan III.

Stabilitas sistem perbankan juga tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang terus membaik. Stabilitas industri perbankan tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan rendahnya rasio kredit bermasalah

bruto. Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut. Bank Indonesia terus

berupaya menjaga stabilitas sistem perbankan dan mendorong fungsi intermediasi dengan tetap memerhatikan prinsip

Gubernur Bank Indonesia

Page 8: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

kehati-hatian dengan mendorong ke arah pertumbuhan kredit produktif sehingga perekonomian nasional tetap dapat

mencapai pertumbuhan yang optimal di tengah kondisi perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian.

Asesmen yang menyeluruh terhadap kondisi perekonomian dan prospek serta risikonya menjadi dasar pertimbangan bagi Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dalam memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25bps menjadi 6,50% pada tanggal 11 Oktober 2011. Keputusan ini diambil sejalan dengan

keyakinan Bank Indonesia bahwa inflasi pada akhir tahun ini maupun tahun depan akan berada di bawah 5%. Bank

Indonesia juga akan tetap menempuh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah khususnya dari dampak gejolak

pasar keuangan global. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan

global serta menempuh respons suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk

memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian

sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012.

Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan III 2011 serta prospek ke depannya. Saya berharap

laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, Oktober 2011

Gubernur Bank Indonesia

Dr. Darmin Nasution

Page 9: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Daftar Isi

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan III-2011 .......................... 1

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ................. 4

Asumsi Yang Mendasari Perkiraan Ekonomi ................................... 5

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 6

Prospek Inflasi ................................................................................. 11

3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini .............. 13

Perkembangan Ekonomi Dunia ....................................................... 14

Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 16

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................ 22

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 23

Inflasi .............................................................................................. 25

Perkembangan Pasar Keuangan ...................................................... 26

BOKS 1: Dampak Rambatan Krisis Global ke Indonesia ............... 32

BOKS 2: Devisa Hasil Ekspor (DHE) ................................................ 34

Tabel Statistik ................................................................................... 36

Page 10: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Page 11: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Respons Kebijakan Moneter Triwulan III-2011

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan III-2011

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Oktober 2011

memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,50%. Bank

Indonesia juga akan tetap menempuh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah khususnya

dari dampak gejolak pasar keuangan global. Keputusan ini diambil sejalan dengan keyakinan

Bank Indonesia bahwa inflasi pada akhir tahun ini maupun tahun depan akan berada di bawah

5%. Selain itu, langkah-langkah tersebut ditempuh sebagai antisipasi untuk memitigasi

dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian

Indonesia. Ke depan, Dewan Gubernur akan terus mencermati perkembangan ekonomi

dan keuangan global serta menempuh respons suku bunga serta bauran kebijakan moneter

dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian

Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1%

pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012.

Dewan Gubernur terus mewaspadai tingginya risiko dan ketidakpastian di pasar

keuangan global serta kecenderungan menurunnya kinerja perekonomian global

akibat permasalahan utang dan fiskal di Eropa dan AS. Perhatian terutama ditujukan

pada dampak jangka pendek melalui jalur finansial berupa melemahnya bursa saham,

meningkatnya indikator risiko utang, dan tekanan pembalikan arus modal portofolio ( capital

reversals) oleh investor global dari emerging economies, termasuk Indonesia. Sementara

itu, kinerja perekonomian global terindikasi melemah seperti tercermin pada perlambatan

kegiatan produksi dan penjualan ritel yang disertai dengan tingkat keyakinan konsumen

yang melemah di negara maju dan koreksi sejumlah harga komoditas internasional. Di sisi

lain, tekanan inflasi mulai mereda, meski inflasi negara emerging markets masih relatif tinggi

sehingga terjadi pergeseran respons kebijakan moneter ke arah netral atau akomodatif.

Ke depan, secara keseluruhan Dewan Gubernur melihat kecenderungan menurunnya

pertumbuhan ekonomi negara maju, melambatnya volume perdagangan dunia, dan

menurunnya harga komoditas global. Sementara itu di sektor keuangan, tingginya ekses

likuiditas global dan persespi resiko investor masih akan mendorong tetap derasnya aliran

modal asing masuk ke negara-negara emerging economies, termasuk Indonesia, baik dalam

bentuk PMA maupun investasi portofolio.

Dewan Gubernur menilai bahwa fundamental ekonomi dan perbankan nasional

tetap kuat di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2011 diperkirakan akan lebih tinggi, terutama

didukung oleh konsumsi dan kegiatan investasi sehingga secara keseluruhan tahun 2011

dapat mencapai 6,6%. Sejauh ini, dampak gejolak ekonomi global lebih dirasakan di pasar

keuangan, sementara sektor riil relatif belum terpengaruh. Namun, perekonomian global

yang melemah diperkirakan akan memengaruhi kinerja ekonomi domestik pada tahun 2012,

baik melalui dampaknya pada pasar keuangan maupun terhadap kegiatan perdagangan

internasional. Pertumbuhan ekonomi domestik tahun 2012 diprakirakan berada di sekitar

Page 12: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

2 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Respons Kebijakan Moneter Triwulan III-2011

6,2%-6,7%. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi yang tetap kuat dan investasi

yang meningkat, namun ekspor akan menghadapi tekanan. Secara sektoral, seluruh sektor

ekonomi diprakirakan akan tumbuh dengan baik. Sektor-sektor yang diprakirakan menjadi

pendorong utama pertumbuhan ekonomi ke depan, antara lain sektor industri; sektor

perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor transportasi dan komunikasi.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2011 diprakirakan akan

kembali surplus setelah mengalami tekanan akibat terjadinya aliran modal keluar

pada triwulan sebelumnya. Secara keseluruhan tahun 2011, NPI diprakirakan akan tetap

mencatat surplus yang cukup besar. Surplus NPI ini diprakirakan akan tetap berlangsung

pada tahun 2012 terutama didukung oleh surplus transaksi modal dan finansial yang terus

meningkat, baik dalam bentuk investasi portofolio maupun investasi langsung. Sejalan dengan

itu, cadangan devisa pada akhir September 2011 tercatat sebesar 114,5 miliar dolar AS,

atau setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Jumlah

cadangan devisa tersebut lebih dari cukup untuk mendukung kestabilan nilai tukar rupiah.

Nilai tukar rupiah pada triwulan III 2011 mengalami tekanan, khususnya pada bulan

September 2011. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah 2,42% (ptp) menjadi

Rp8.790 per dolar AS dengan volatilitas yang meningkat. Namun, pelemahan nilai tukar

rupiah tersebut masih sejalan dengan pergerakan nilai tukar mata uang negara kawasan.

Tekanan terhadap rupiah antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya faktor risiko global

akibat kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Selain itu, meningkatnya permintaan

valas untuk memenuhi pembayaran impor turut menekan nilai tukar rupiah. Ke depan, Bank

Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah guna mendukung terpeliharanya

kestabilan makroekonomi.

Tekanan inflasi terus menurun. Inflasi IHK pada triwulan III 2011 tercatat sebesar 1,89%

(qtq) atau 4,61% (yoy), lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan

tekanan inflasi ini berasal dari kelompok volatile food dan administered prices seiring dengan

membaiknya pasokan, turunnya harga komoditas pangan internasional dan minimalnya

kebijakan Pemerintah terkait harga komoditas strategis. Sementara itu, tekanan kelompok inti

di luar kenaikan harga emas juga relatif terjaga baik karena kebijakan apresiasi nilai tukar pada

periode sebelumnya dan masih cukup memadainya pasokan dalam merespons permintaan.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi pada tahun 2011 diyakini akan lebih rendah dari

5%. Tahun 2012, inflasi akan tetap terkendali dan diprakirakan di bawah 5% seiring dengan

terjadinya koreksi harga komoditas global dan melemahnya perekonomian dunia.

Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang membaik

meskipun terjadi gejolak pasar keuangan akibat pengaruh global. Stabilitas industri

perbankan masih tetap terjaga dengan baik sebagaimana tercermin pada tingginya rasio

kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8%

dan rendahnya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.

Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut,

tercermin pada pertumbuhan kredit yang mencapai 23,8% (yoy) hingga akhir September

2011. Bank Indonesia terus berupaya menjaga stabilitas sistem perbankan dan mendorong

Page 13: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Respons Kebijakan Moneter Triwulan III-2011

fungsi intermediasi dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dengan mendorong ke

arah pertumbuhan kredit produktif sehingga perekonomian nasional tetap dapat mencapai

pertumbuhan yang optimal di tengah kondisi perekonomian global yang masih diliputi

ketidakpastian.

Page 14: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

4 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

Kinerja ekonomi nasional pada tahun 2011 diperkirakan masih akan cenderung meningkat

dengan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2011 diprakirakan sebesar 6,7%, sehingga secara

keseluruhan tahun 2011 mencapai 6,6%. Sumber pertumbuhan semakin berimbang dengan

peran ekspor dan investasi yang meningkat. Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih

akan tumbuh tinggi seiring dengan membaiknya pendapatan masyarakat, yang antara lain

bersumber dari pendapatan hasil ekspor yang masih kuat. Kinerja konsumsi rumah tangga

dan ekspor tersebut selanjutnya akan mendorong pertumbuhan investasi. Dengan kondisi

permintaan yang cenderung meningkat, baik yang berasal dari eksternal maupun domestik,

pertumbuhan impor diprakirakan juga meningkat. Dari sisi lapangan usaha, dukungan

sektor industri diprakirakan meningkat sejalan dengan kuatnya kinerja ekspor, konsumsi

rumah tangga dan investasi. Dari sisi lapangan usaha, dukungan sektor industri diprakirakan

meningkat sejalan dengan kuatnya kinerja ekspor, konsumsi rumah tangga dan investasi.

Untuk tahun 2012, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat akibat krisis di

kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Pertumbuhan ekspor diperkirakan akan mengalami

perlambatan, yang kemudian akan berdampak pada melambatnya pertumbuhan konsumsi

rumah tangga. Di sisi lain, investasi diperkirakan masih akan tumbuh meningkat sejalan

dengan masih besarnya potensi pasar dan kuatnya fundamental perekonomian Indonesia,

perbaikan iklim investasi, serta potensi perbaikan sovereign credit rating Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi diprakirakan menurun di tahun 2012, berada pada kisaran 6,2%

- 6,7%.

Pergerakan harga barang dan jasa secara umum sampai dengan triwulan III 2011 cukup

terkendali. Inflasi secara tahunan pada September 2011 tercatat sebesar 4,61% (year on

year), atau secara kumulatif sebesar 2,97% (year to date). Perkembangan tersebut tidak

terlepas dari upaya Bank Indonesia dan Pemerintah dalam mengendalikan pergerakan harga

barang dan jasa secara umum. Bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial

yang telah ditempuh Bank Indonesia serta penguatan koordinasi dengan Pemerintah telah

dapat menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan serta meredam dampak negatif

kenaikan harga komodtas internasional. Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan masih akan

terkendali dan berada dalam kisaran target yang ditetapkan sebesar 5%±1% di tahun 2011

dan 4,5%±1% di 2012. Namun, tekanan inflasi dapat lebih tinggi dari yang diperkirakan

terutama apabila Pemerintah mengambil pilihan kebijakan yang berdampak pada kenaikan

harga barang dan jasa yang bersifat strategis utamanya bahan bakar minyak (BBM) dan

Tarif Dasar Listrik (TDL).

Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan

keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini,

Bank Indonesia akan mengambil respons suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan

makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia

Page 15: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi.

Di samping itu, Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi

kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak

penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut.

ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI

Asumsi Perekonomian Internasional

Dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya, ekonomi dunia

diprakirakan tumbuh lebih rendah di tahun 2011 dan 2012,

masing-masing sebesar 4,0%. Prakiraan tersebut sejalan dengan

memburuknya krisis di Eropa dan Amerika Serikat. Perlambatan

pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun 2011 tersebut

terutama berasal dari perlambatan pertumbuhan di negara-negara

maju. Adapun dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi di

negara-negara maju tersebut diperkirakan juga akan terlihat pada

negara-negara emerging markets meski dengan besaran yang

lebih terbatas. China dan India diperkirakan juga akan mencatat

pertumbuhan yang sedikit lebih rendah dibandingkan perkiraan

sebelumnya, meski masih cukup tinggi, yaitu masing-masing sebesar 9,5% dan 7,8% di

tahun 2011.

Sejalan dengan aktivitas ekonomi global, kegiatan volume perdagangan dunia

diprakirakan tumbuh lebih rendah pada tahun 2011 dan 2012. Volume perdagangan

dunia (WTV) diperkirakan tumbuh sebesar 7,5% di tahun 2011, lebih rendah dari yang

diperkirakan semula. Untuk tahun 2012, volume perdagangan dunia diperkirakan akan

lebih rendah dari tahun 2011, yaitu sebesar 7,1%. Sejalan dengan hal itu, tren kenaikan

harga minyak diperkirakan tidak akan berlanjut. Tren yang sama diperkirakan juga akan

terjadi untuk harga komoditas nonmigas internasional. Di sisa tahun 2011 harga nonmigas

internasional diperkirakan masih akan sedikit mengalami peningkatan dan secara rata-rata

diperkirakan mengalami penurunan di tahun 2012.

Asumsi Kebijakan Fiskal

Pemerintah menetapkan defisit fiskal sebesar 2,1% dari PDB untuk tahun 2011

pada APBNP 2011 dan sebesar 1,5% pada RAPBN 2012. Defisit anggaran untuk tahun

2011 tersebut lebih besar dari asumsi semula sebesar 1,8% terhadap PDB. Tambahan

defisit tersebut sepenuhnya dibiayai dari sumber pembiayaan non-utang, yaitu Saldo

Anggaran Lebih (SAL). Di tahun 2012, defisit fiskal akan ditekankan penggunaannya

untuk pembangunan infrastruktur di berbagai sektor baik yang ada di perdesaan

maupun perkotaan. Beberapa sektor infrastruktur tersebut diantaranya sektor energi

dan ketenagalistrikan, sektor transportasi, komunikasi, kesehatan, pendidikan, hingga

penyediaan sumber daya air bersih. Guna mendukung pembangunan infrastrukur di

Tabel 2.1

Proyeksi PDB Dunia (% yoy)

2011 2012 2009 2010

Proyeksi

PDB Dunia -0,7 5,1 4,0 4,0

Negara Maju -3,7 3,1 1,6 1,9

Amerika Serikat -3,5 3,0 1,5 1,8

Kawasan Eropa -4,3 1,8 1,6 1,1

Jepang -6,3 4,0 -0,5 2,3

Negara Maju Lainnya -2,3 4,3 2,8 3,0

Negara Berkembang 2,8 7,3 6,4 6,1

Eropa Timur dan Tengah -3,6 4,5 4,3 2,7

Negara Persemakmuran -6,4 4,6 4,6 4,4

Negara Berkembang Asia 7,2 9,5 8,2 8,0

China 9,2 10,3 9,5 9,0

India 6,8 10,1 7,8 7,5

ASEAN-5* 1,4 7,1 5,1 5,5

Amerika Latin & Karibia -1,7 6,1 4,5 4,0

Timur Tengah & Afrika Utara 2,6 4,4 4,0 3,6

* Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan VietnamSumber: IMF, World Economic Outlook, Sep 2011

Page 16: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

6 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

berbagai sektor tersebut, Pemerintah akan mengupayakan peningkatan dukungan

pembiayaan.

Khusus dalam hal peningkatan kondisi infrastruktur, pembangunan infrastruktur tahun 2012

akan dilakukan dengan penekanan pada peningkatan kualitas sistem jaringan infrastruktur

yang mampu menghubungkan antarwilayah (domestic connectivity) secara lebih efektif dan

efisien serta menjamin tersedianya pasokan barang hingga ke wilayah-wilayah terpencil di

seluruh Indonesia. Selain itu, pembangunan infrastuktur juga diorientasikan pada sektor

energi seperti penyediaan tenaga listrik dan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Selain

itu, pemerintah diperkirakan mulai mengurangi beban subsidi energi antara lain melalui

rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 10%.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Kinerja ekonomi nasional tahun 2011 diperkirakan masih akan tetap kuat, tumbuh

sebesar 6,6%, dengan peran ekspor dan investasi yang semakin meningkat. Di tahun

2012, perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat krisis Eropa dan Amerika Serikat

diperkirakan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekspor yang diikuti perlambatan

pertumbuhan konsumsi. Di sisi lain, investasi diperkirakan masih akan tumbuh meningkat

sejalan dengan masih besarnya potensi pasar dan kuatnya fundamental perekonomian

Indonesia, perbaikan iklim investasi, serta potensi perbaikan sovereign credit rating

Indonesia. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan menurun di tahun 2012 pada kisaran 6,2%

- 6,7%. Dari sisi lapangan usaha, di tahun 2011 peningkatan pertumbuhan ekonomi ke

depan masih tetap dimotori oleh sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel

dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Membaiknya pertumbuhan

sektor industri terutama terkait dengan meningkatnya eskpor dan investasi, serta tingkat

konsumsi rumah tangga yang masih kuat. Kinerja sektor PHR selain terkait dengan konsumsi

rumah tangga yang cukup tinggi, juga terkait dengan aktivitas impor yang masih cukup

tinggi. Selain itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih akan

tetap solid sejalan dengan aktivitas perekonomian yang meningkat. Di tahun 2012, sektor-

sektor utama tersebut diperkirakan juga akan mengalami perlambatan sejalan dengan

menurunnya pertumbuhan ekspor, dan konsumsi.

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih akan tumbuh kuat pada tahun

2011 seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Pendapatan yang

meningkat terutama berasal dari peningkatan pendapatan hasil ekspor sejalan dengan

kinerja ekspor yang mengalami pertumbuhan tinggi sepanjang tahun 2011. Selain itu,

rendahnya catatan inflasi yang hingga September 2011 hanya mencatat 4,61% (yoy)

menyebabkan pendapatan riil turut meningkat. Hal tersebut diperkirakan mampu

mendorong rumah tangga untuk melakukan kegiatan konsumsi. Di samping itu, beberapa

sumber peningkatan pendapatan lainnya ialah kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP),

perbaikan pendapatan aparat negara, kenaikan gaji karyawan perusahaan, serta masih

Page 17: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

kuatnya dukungan pembiayaan dari perbankan. Beberapa indikator menunjukkan masih

kuatnya kinerja konsumsi rumah tangga sampai dengan triwulan III 2011. Berdasarkan

survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia, tingkat keyakinan konsumen (Grafik

2.1) dan ekspektasi penghasilan 6 bulan ke depan masih cenderung meningkat. Selain itu,

data pertumbuhan penjualan mobil dan penjualan eceran sampai dengan Agustus 2011

juga masih telihat cenderung meningkat.

Defisit APBN-P 2011 ditetapkan sebesar 2,1% dari PDB. Dengan defisit tersebut,

kontribusi fiskal ke sektor riil pada tahun 2011 diperkirakan akan meningkat. Konsumsi

pemerintah diperkirakan tumbuh cukup tinggi didorong oleh belanja barang dan bantuan

sosial yang meningkat, tambahan alokasi dana pendidikan sejalan dengan postur APBN-P

2011 yang meningkat, serta adanya tambahan dana dari optimalisasi belanja Kementerian

dan Lembaga K/L. Sementara itu, alokasi belanja modal yang lebih tinggi diperkirakan akan

turut mendorong investasi pemerintah. Pada tahun 2012, Pemerintah memperkirakan

defisit fiskal sebesar 1,5% dari PDB untuk menjaga keseimbangan antara kesinambungan

fiskal dalam jangka menengah dan pada saat yang bersamaan masih memberikan stimulus

kepada perekonomian. Dari sisi belanja Pemerintah, alokasi belanja

pada tahun 2012 difokuskan pada pembangunan infrastruktur,

tercermin dari peningkatan belanja modal yang signifikan dan

peningkatan transfer ke daerah antara lain guna mengurangi

kesenjangan kualitas layanan publik antara pusat dan daerah.

Tingginya realisasi kinerja ekspor pada triwulan II 2011

yang mencapai 17,4% (yoy), memberikan keyakinan akan

kinerja ekspor yang tetap tinggi selama tahun 2011 di

tengah kondisi eksternal yang kurang kondusif. Hal tersebut

sekaligus menjelaskan proyeksi pertumbuhan ekspor tahun 2011

yang tetap kuat di tengah kondisi eksternal yang cenderung

melambat. Ekspor diprakirakan tetap tumbuh tinggi mencapai

14,3% (yoy) pada tahun 2011. Prakiraan tersebut selain didasarkan

oleh faktor permintaan yang masih cukup kuat juga didorong oleh

Indikator

Tabel 2.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,6 4,5 4,6 4,8 5,2 4,8 4,6 - 5,1

Konsumsi Pemerintah 0,3 2,8 4,5 21,5 20,2 13,9 3,8 - 4,3

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,5 7,3 9,2 10,2 10,6 9,4 10,9 - 11,4

Ekspor Barang dan Jasa 14,9 12,3 17,4 15,5 12,3 14,3 10,8 - 11,3

Impor Barang dan Jasa 17,3 15,6 16,0 20,6 19,3 18,0 11,9 - 12,4

PDB 6,1 6,5 6,5 6,6 6,7 6,6 6,2 - 6,7

2010I II III* III*

20112011* 2012*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Grafik 2.1

Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�������

����������

����������

���������������������������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � ������� ���� ���� ����

��������������������������������������������������������������

������������������������������������������������������

Page 18: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

8 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

harga komoditas yang diperkirakan masih akan tetap tinggi pada

sisa tahun 2011. Kondisi eksternal yang melambat akibat krisis di

Amerika Serikat dan Eropa akan berdampak pada kinerja ekspor

tahun 2012. Pertumbuhan ekspor diprakirakan turut melambat

menjadi sebesar 10,8% - 11,3% (yoy) pada tahun 2012 sejalan

dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan volume

perdagangan dunia (Grafik 2.2) serta perkiraan menurunnya harga

komoditas internasional. Namun, penurunan pertumbuhan ekspor

diprakirakan tidak terlalu besar, mengingat kinerja mitra dagang

Indonesia, terutama China dan India, diperkirakan masih akan

tumbuh cukup tinggi.

Di tengah kondisi eksternal yang kurang kondusif, investasi

diprakirakan tetap tumbuh tinggi didorong oleh masih cukup

tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor.

Di samping itu, persepsi investor terhadap kondisi fundamental

ekonomi Indonesia diprakirakan masih tetap terjaga di tengah gejolak ketidakpastian

ekonomi global. Hal tersebut dibuktikan oleh masih tingginya nilai investasi yang bersifat

long-term investment (Grafik 2.3). Beberapa faktor pendukung lainnya ialah: (i) iklim

investasi yang membaik, (ii) perbaikan birokrasi pemerintahan karena adanya reformasi

birokrasi, (iii) potensi kenaikan rating Indonesia mencapai investment grade pada tahun

2011 oleh berbagai lembaga rating internasional sebagai kelanjutan dari outlook yang

positif dari berbagai lembaga rating dan (iv) potensi pasar di Indonesia karena besarnya

jumlah populasi dibandingkan dengan kawasan regional lain di Asia Tenggara. Selain itu,

pemberlakuan tax holiday bagi lima bidang usaha, yaitu industri logam dasar, industri

pengilangan minyak bumi dan atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak

bumi dan gas alam, industri permesinan, industri di bidang sumber daya terbarukan, dan

industri peralatan telekomunikasi, diharapkan akan mendorong

pertumbuhan investasi ke depan.

Kuatnya permintaan domestik dan tingginya pertumbuhan ekspor

akan mendorong impor barang dan jasa untuk tumbuh mencapai

18,0% pada tahun 2011. Namun, perlambatan yang terjadi baik

pada ekspor maupun permintaan domestik pada tahun 2012

menyebabkan impor diprakirakan tumbuh melambat pada kisaran

11,9% - 12,4% (yoy). Melemahnya permintaan eksternal terhadap

barang-barang ekspor akan menyebabkan turunnya permintaan

terhadap barang input, selain berkurangnya permintaan impor

akibat melambatnya permintaan domestik. Namun demikian,

dengan pertumbuhan investasi yang diperkirakan masih cenderung

meningkat di tengah perlambatan ekonomi global, impor barang

modal diperkirakan masih akan tetap tinggi.

Grafik 2.2

Volume Perdagangan Dunia (% yoy)

����

���

��� ���

�����

�����

�����

���

����

����

�����

�����

�����

���

����

����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ��

���� ���� ����

��������������� ��������������������

���� ����

Grafik 2.3

Nilai Investasi

�����

����� �����

����� �����

�����

����������

�����

�����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��� ���� ��� ���� ��� ���� ��� ���� ��� ��������� ���� ���� ���� ����

������������������������������

�������������������������������

Page 19: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Prospek Penawaran Agregat

Perkembangan kinerja sektor industri yang menggembirakan sampai dengan

triwulan II 2011 diperkirakan akan berlanjut di sisa tahun 2011. Tingginya

pertumbuhan investasi sejak awal tahun 2010 diperkirakan akan meningkatkan

kemampuan sektor industri dalam merespons meningkatnya permintaan, baik yang berasal

dari dalam maupun luar negeri. Program revitalisasi mesin-mesin tekstil yang dicanangkan

Pemerintah telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Peran Tekstil dan Produk Tekstil

(TPT) dalam ekspor nonmigas terlihat mulai meningkat. Selain itu, pemberian insentif tax

holiday bagi industri logam dasar, industri pengilangan minyak bumi dan atau kimia dasar

organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam, industri permesinan, industri di

bidang sumber daya terbarukan, dan industri peralatan telekomunikasi, diharapkan akan

mendorong pertumbuhan sektor industri ke depan. Memasuki tahun 2012, pertumbuhan

sektor industri diperkirakan akan cenderung melambat, seiring dengan perlambatan

ekonomi dunia.

Pergerakan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), secara umum searah

dengan perkembangan daya beli masyarakat, sebagaimana tercermin dalam

konsumsi masyarakat, aktivitas impor dan kegiatan di sektor industri pengolahan.

Perkembangan ketiga faktor yang memengaruhi kegiatan di sektor PHR tersebut

diperkirakan tetap positif hingga beberapa tahun ke depan. Dengan demikian, searah

dengan perkembangan faktor-faktor tersebut, sektor PHR pada tahun 2012 diprakirakan

tumbuh cukup tinggi yaitu 8,7%-9,2% (yoy), meski melambat dibandingkan dengan

tahun 2011 sebagai imbas pelemahan ekonomi global. Tingginya kegiatan di sektor PHR

dikonfirmasi oleh indeks penjualan eceran yang menunjukkan tren pertumbuhan yang

meningkat (Grafik 2.4).

S e k t o r

Tabel 2.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 2,9 3,6 3,9 3,3 3,4 3,5 3,5 - 4,0

Pertambangan & Penggalian 3,5 4,3 0,8 0,9 0,9 1,7 1,3 - 1,8

Industri Pengolahan 4,5 5,0 6,1 6,2 6,2 5,9 5,3 - 5,8

Listrik, Gas & Air Bersih 5,3 4,3 3,9 4,0 4,1 4,1 4,6 - 5,1

Bangunan 7,0 5,3 7,4 7,7 8,0 7,1 7,6 - 8,1

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,7 7,9 9,6 9,7 9,7 9,2 8,7 - 9,2

Pengangkutan & Komunikasi 13,5 13,7 10,7 11,0 11,5 11,7 10,5 - 11,0

Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 7,3 6,9 7,0 7,0 7,0 6,6 - 7,1

Jasa-jasa 6,0 7,0 5,7 5,8 5,8 6,1 5,8 - 6,3

PDB 6,1 6,5 6,5 6,6 6,7 6,6 6,2 - 6,7

2010III III* IV*

20112011* 2012*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Page 20: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

10 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan

tetap tumbuh tinggi hingga beberapa tahun ke depan.

Prospek ekonomi domestik yang terus membaik mendorong

kegiatan perekonomian yang terus meningkat. Peningkatan

kegiatan ekonomi tersebut secara umum akan diiringi oleh

meningkatnya arus barang, penumpang dan informasi. Di tahun

2011, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi

diperkirakan tumbuh melambat, walaupun masih relatif tinggi. Pada

tahun 2012 pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi

diprakirakan sedikit melambat mencapai 10,5%-11,0%. Dari sisi

sumber pertumbuhan, peran subsektor pengangkutan diperkirakan

cenderung meningkat (Grafik 2.5).

Terkait sektor pertanian, kondisi iklim di tahun 2012

diperkirakan tidak mengalami gangguan sebagaimana

terjadi di tahun 2010. Hal tersebut akan berdampak positif bagi

perkembangan produksi di sektor pertanian. Selain kondisi iklim

yang kondusif, upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan

pangan nasional akan menjadi salah satu faktor pendorong sektor

pertanian tumbuh semakin membaik. Upaya pemerintah untuk

mendorong sektor pertanian antara lain tercermin dari rencana

perbaikan infrastruktur pertanian dan keterhubungan antarwilayah.

Selain itu, Pemerintah juga akan meningkatkan hasil produksi

dan kualitas pertanian lain seperti buah-buahan dan sayuran

melalui kebijakan Good Agriculture Practice (GAP). Berdasarkan

kebijakan GAP ini, peningkatan hasil pertanian dilakukan melalui

pemangkasan jalur distribusi, pemanfaatan benih unggul dan proses

tanam yang benar.

Aktivitas kegiatan konstruksi yang kian menggeliat, baik

untuk pembangunan infrastruktur maupun untuk sektor

properti mendorong kinerja sektor bangunan melaju dengan tren pertumbuhan

yang meningkat. Pertumbuhan sektor bangunan pada tahun 2011 diperkirakan mencapai

7,1% dan akan terus meningkat di tahun 2012 dengan pertumbuhan diprakiran sebesar

7,6%-8.1%. Dukungan pemerintah terhadap pelaksanaan pemerintah diberikan baik

dalam bentuk kebijakan maupun finansial. Untuk pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur

pemerintah telah menegaskan bahwa tender dan proses konstruksi dapat dilakukan tanpa

menunggu pembebasan lahan selesai 100%. Selain itu pemerintah juga memberikan

jaminan untuk pelaksanaan proyek infrastruktur antara lain melalui PT. Penjaminan

Infrastruktur Indonesia (PII). Dukungan pemerintah terhadap proyek-proyek infrastruktur

juga terlihat dari meningkatnya alokasi belanja modal tahun anggaran 2012. Dari anggaran

yang dialokasikan untuk belanja modal tersebut sebagian besar diperuntukkan bagi

pembangunan infrastruktur.

Grafik 2.4

Indeks Penjualan Eceran – SK BI

Grafik 2.5

Penumpang Angkutan Udara, Kargo, dan Pelanggan Seluler

����

����

��

��

��

��

���

���

����� ���� ���� ����

���

����������������

������������������� ���������������� �����������

� � � � � �� � � � � � �� � � � � �� � � � �

���

���

��

��

��

��

���

��

��

��

���� ���� ����

������������������������ �����������������������������������

����������������������� ��������������������������������

������������

��������������������������������������

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � �

Page 21: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

PROSPEK INFLASI

Dari sisi perkembangan harga, pergerakan harga barang dan jasa secara umum sampai

dengan triwulan III 2011 cukup terkendali. Inflasi secara tahunan pada September 2011

tercatat sebesar 4,61% (year on year), atau secara kumulatif sebesar 2,97% (year to

date). Perkembangan tersebut tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia dan Pemerintah

dalam mengendalikan pergerakan harga barang dan jasa secara umum. Bauran kebijakan

moneter dan kebijakan makroprudensial yang telah ditempuh oleh Bank Indonesia serta

penguatan koordinasi dengan Pemerintah telah dapat menjaga keseimbangan permintaan

dan pasokan serta meredam dampak negatif kenaikan harga komoditas internasional. Ke

depan, tekanan inflasi diperkirakan masih akan terkendali dan berada dalam kisaran target

yang ditetapkan sebesar 5%±1% pada tahun 2011. Di tahun 2012, tekanan inflasi akan

lebih moderat sejalan dengan perkiraan melambatnya perekonomian global dan domestik.

Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan berada pada kisaran target yang ditetapkan

sebesar 4,5%±1% pada tahun 2012. Namun demikian, tekanan inflasi dapat lebih tinggi

dari yang diperkirakan, terutama apabila Pemerintah mengambil

pilihan kebijakan yang berdampak pada kenaikan harga barang

dan jasa yang bersifat strategis.

Selama tahun 2011, tekanan inflasi yang berasal dari sisi

eksternal akibat harga komoditas yang cenderung meningkat

dapat diredam oleh nilai tukar rupiah yang mengalami

apresiasi. Dari berbagai komoditas yang diperdagangkan di pasar

internasional, kenaikan harga emas memberikan sumbangan

cukup besar terhadap inflasi di tahun 2011. Ke depan, tekanan

inflasi dari sisi eksternal diperkirakan menurun, seiring dengan

perkiraan melambatnya perekonomian dunia yang akan diikuti

oleh penurunan harga-harga komoditas.

Di sisi lain, tekanan inflasi yang bersumber dari permintaan

pada sisa tahun 2011 diperkirakan masih cukup tinggi,

seiring dengan masih tingginya pertumbuhan ekonomi.

Tingginya pertumbuhan investasi sejak awal tahun 2010 telah

dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional, sehingga

peningkatan permintaan tidak terlalu berdampak pada melonjaknya

harga barang dan jasa secara umum. Ke depan, tekanan inflasi

dari sisi permintaan diperkirakan akan lebih moderat akibat

melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik. Dengan

kondisi tersebut dan terkendalinya inflasi sampai dengan September

2011, ekspektasi inflasi pelaku ekonomi cenderung menurun (Grafik

2.6 dan 2.7).

Dari sisi inflasi volatile food, pergerakan harga bahan

makanan diperkirakan masih akan tetap terkendali. Selain

membaiknya pasokan dari sisi domestik, pasokan bahan makanan

Grafik 2.6

Ekspektasi Inflasi Pedagang – SPE BI

Grafik 2.7

Ekspektasi Inflasi Konsumen – SK BI

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�����������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������ ������

� � � � � � � �� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������ ������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

� � � � � � � �� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

Page 22: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

12 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

melalui impor juga berkontribusi pada terkendalinya harga bahan makanan secara umum.

Ke depan, inflasi volatile food diharapkan dapat dijaga pada level yang moderat dengan

dukungan kebijakan dari Pemerintah dan iklim yang kondusif. Di tengah iklim yang

diperkirakan akan kondusif, rencana Pemerintah untuk meningkatkan kualitas infrastruktur

pertanian dan keterhubungan antarwilayah diperkirakan akan dapat menjaga inflasi volatile

food pada level yang moderat.

Terkait harga barang dan jasa yang diatur oleh Pemerintah,

secara umum diperkirakan tidak akan mengalami kenaikan

yang signifikan. Rencana Pemerintah untuk menaikkan Tarif

Tenaga Listrik (TTL) pada tahun 2012 diperkirakan tidak akan

memberikan dampak langsung dan tidak langsung yang terlalu

besar terhadap peningkatan inflasi. Namun demikian, perkiraan

inflasi tersebut dapat lebih tinggi dari yang diperkirakan apabila

Pemerintah memutuskan untuk mengambil opsi kebijakan

membatasi penggunaan BBM bersubsidi atau meningkatkan harga

BBM bersubsidi. Kebijakan tersebut meski dalam jangka panjang

akan mendorong efisiensi pada kegiatan perekonomian, namun

dalam jangka pendek dapat berdampak pada melonjaknya harga

barang dan jasa secara umum, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Grafik 2.8

Fan Chart Proyeksi Inflasi Tahun 2011-2012

������� ������� �������

Page 23: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

Perkembangan data ekonomi terakhir dari berbagai kawasan menguatkan indikasi

perlambatan ekonomi global. Krisis utang yang membelit perekonomian di kawasan Eropa

dan permasalahan fiskal yang dihadapi Amerika Serikat menjadi faktor penyebab tertahannya

ekspansi ekonomi global dan menimbulkan gejolak di pasar keuangan global. Di kawasan

Asia, kondisi ekonomi secara umum masih positif meski terdapat potensi perlambatan.

Kuatnya indikasi perlambatan ekonomi global mendorong melambatnya tekanan inflasi.

Seiring dengan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, laju pengetatan kebijakan

moneter di negara berkembang mulai tertahan, sementara kebijakan moneter di negara maju

masih cenderung akomodatif untuk menopang aktivitas perekonomian.

Kinerja perekonomian domestik masih tetap kuat di tengah menguatnya indikasi

perlambatan ekonomi global. Ekspor diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi

diikuti oleh konsumsi yang masih tetap kuat. Sebagai respons masih kuatnya kinerja ekspor

dan konsumsi, investasi juga menunjukan tren yang semakin meningkat. Tingginya aktivitas

perekonomian mendorong tingginya kebutuhan akan impor, termasuk tingginya impor

minyak akibat tingginya konsumsi BBM. Seiring dengan meningkatnya risiko global, rupiah

mengalami depresiasi. Rupiah sempat mengalami penguatan di awal triwulan III 2011, namun

mulai melemah sejak Agustus hingga akhir triwulan sejalan dengan tren pergerakan mata

uang mayoritas negara kawasan.

Pergerakan harga barang dan jasa secara umum sampai dengan triwulan III 2011

cukup terkendali. Inflasi secara tahunan pada September 2011 tercatat sebesar 4,61% (year

on year), atau secara kumulatif sebesar 2,97% (year to date). Perkembangan tersebut tidak

terlepas dari upaya Bank Indonesia dan Pemerintah dalam mengendalikan pergerakan harga

barang dan jasa secara umum. Bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial

yang telah ditempuh oleh Bank Indonesia serta penguatan koordinasi dengan Pemerintah

telah dapat menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan serta meredam dampak

negatif kenaikan harga komoditas internasional. Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan

tetap terkendali dan berada dalam kisaran target yang ditetapkan sebesar 5%±1% di

tahun 2011.

Di pasar keuangan, suku bunga PUAB cenderung menurun sejalan dengan kebijakan

Bank Indonesia melebarkan koridor bawah PUAB O/N. Suku bunga deposito dan kredit

juga cenderung menurun, sementara kredit masih tetap tumbuh tinggi, terutama kredit

investasi. Di pasar saham dan SBN, investor asing terlihat melakukan aksi jual terhadap

portofolionya akibat sentimen negatif yang dipicu oleh krisis global.

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

13

Page 24: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perkembangan data ekonomi terakhir dari berbagai kawasan menguatkan indikasi

perlambatan ekonomi global. Krisis utang yang membelit perekonomian di kawasan

Eropa dan permasalahan fiskal yang dihadapi Amerika Serikat menjadi faktor penyebab

tertahannya ekspansi ekonomi global dan menimbulkan gejolak di pasar keuangan global.

Kuatnya indikasi perlambatan ekonomi global mendorong melambatnya tekanan inflasi.

Seiring dengan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, laju pengetatan kebijakan

moneter di negara berkembang mulai tertahan, sementara kebijakan moneter di negara maju

masih cenderung akomodatif untuk menopang aktivitas perekonomian.

Kinerja ekonomi AS mengindikasikan perlambatan. Sektor industri, yang menjadi

tulang punggung ekonomi AS, sempat menunjukkan perkembangan yang cukup baik

pada periode tahun 2008 - 2009. Namun, kondisi saat ini menunjukkan penurunan kinerja.

Kondisi ini tercermin pada indeks survei manufaktur regional di AS yang dilakukan The Fed

yang menunjukkan penurunan cukup signifikan (Grafik 3.1). Selain itu, ekspektasi konsumen

AS terhadap prospek ekonomi AS juga turun, seiring dengan masih

tingginya angka pengangguran di AS yaitu berada pada level 9%.

Menurunnya ekspektasi konsumen tersebut mengindikasikan

terhambatnya ekspansi konsumsi rumah tangga AS (Grafik 3.2).

Berdasarkan perkembangan tersebut beberapa lembaga internasional

menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS. Consensus Forecast

pada September 2011 menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi

AS tahun 2011 menjadi 1,6% (yoy) dari 1,8% (yoy). IMF dalam

WEO September 2011 juga menurunkan proyeksi ekonomi AS yaitu

menjadi 1,5% pada tahun 2011 dan 1,8% di tahun 2012, jauh lebih

rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya pada WEO Juni 2011 yaitu

2,5% (2011) dan 2,7%(2012)

Krisis utang yang berkepanjangan di kawasan Eropa mulai

berdampak negatif pada perekonomian kawasan tersebut.

Kinerja ekonomi negara–negara besar di Eropa mulai melambat

yang tercermin dari melemahnya indikator–indikator ekonomi

kawasan tersebut selama triwulan III 2011. Sektor industri yang

merupakan penopang utama ekonomi Eropa mengalami kontraksi

yang tercermin dari level PMI composite (manufaktur dan jasa)

yang berada di bawah 50. Konsumsi rumah tangga Eropa juga

masih tertekan terlihat dari tren pelemahan keyakinan konsumen

seiring dengan tingginya angka pengangguran di level 9,9% dan

dampak pengetatan fiskal di kawasan tersebut (Grafik 3.3). Peliknya

krisis utang di kawasan Eropa menyebabkan tantangan terhadap

ekonomi ke depan semakin berat. Dengan mempertimbangkan

kondisi tersebut, IMF dalam WEO September 2011 menurunkan

perkiraan pertumbuhan kawasan Eropa menjadi 1,6% (2011) dan

1,1% (2012) dengan sumbangan pertumbuhan ekonomi terbesar

Grafik 3.1

Survei Manufaktur Regional AS

Grafik 3.2

Survey Keyakinan Konsumen AS

���

���

���

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������

����������������

��������������������������������

�����������������

�����

����

����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

�����������������������������

����������������������������������������

�����

�����������������

�����

����� ��� ����

������������������������������������������������������ ������ ������ ������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

14

Page 25: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

masih berasal dari Jerman. IMF memperkirakan ekonomi Jerman

masih akan tumbuh 2,7% (2011) dan 1,3% (2012), lebih rendah

dari perkiraan di WEO Juni 2011.

Kondisi ekonomi negara kawasan Asia secara umum masih

positif meski terdapat potensi perlambatan. Pulihnya global

supply chain industri Jepang dan masih tingginya harga komoditas

global berdampak positif pada perkembangan sektor industri dan

ekspor kawasan Asia. Kinerja sektor industri beberapa negara kawasan

Asia masih meningkat yang tercermin dari produksi sektor industri

yang tetap tumbuh positif. Ekspor Asia selama triwulan III 2011 (Juli

– Agustus) meningkat di atas 20% (yoy). Sisi konsumsi rumah tangga

di kawasan Asia juga masih solid tercermin dari tetap positifnya

pertumbuhan angka perdagangan eceran di negara–negara Asia.

Namun, sejalan dengan tingginya potensi perlambatan ekonomi dunia

yang dipicu krisis utang Eropa dan tersendatnya pemulihan ekonomi

negara maju menyebabkan risiko terhadap ekonomi kawasan Asia

meningkat terutama bagi negara yang memiliki ketergantungan

terhadap ekspor tinggi (Grafik 3.4). Dengan mempertimbangkan

kondisi tersebut, ADB menurunkan prediksi pertumbuhan tahun

2011 untuk Asia (di luar Jepang) dari 7,8% ke 7,5%. Hal serupa

juga dilakukan IMF dalam WEO September 2011, yang menurunkan

proyeksi pertumbuhan ekonomi developing Asia di tahun 2011 dari

8,4% menjadi 8,2%.

Harga komoditas selama triwulan III 2011 mulai turun.

Melimpahnya pasokan global dan meredupnya prospek ekonomi

dunia menjadi pemicu turunnya harga komoditas global tersebut.

Penurunan harga komoditas global tersebut juga ditunjukkan oleh

turunnya indeks harga komoditas ekspor Indonesia (IHEx) selama

triwulan III 2011. Penurunan harga komoditas global juga dikonfirmasi

oleh turunnya indeks harga komoditas IMF, terutama pada indeks

harga hasil pertanian, metal dan energi. Selain itu, harga minyak juga berada dalam tren yang

menurun. Penurunan harga minyak tersebut merupakan imbas dari berlanjutnya gejolak di

pasar keuangan global dan meningkatnya ekspektasi perlambatan ekonomi dunia.

Seiring dengan perlambatan ekonomi dunia, tekanan inflasi global mulai menurun

meski masih dalam level yang relatif tinggi. Sampai dengan Agustus 2011, tekanan inflasi

global masih cukup tinggi seiring dengan masih tingginya harga komoditas internasional

pada bulan tersebut. Memasuki bulan September tekanan inflasi mulai mereda munyusul

turunnya harga komoditas global. Di kawasan Asia, perlambatan inflasi terjadi di China,

Indonesia, Filipina, Malaysia dan India sejalan dengan kebijakan moneter yang cenderung

ketat yang diterapkan negara-negara tersebut. Namun, tekanan inflasi di negara-negara

maju seperti AS, Eropa dan Jepang masih meningkat.

Grafik 3.4

Kinerja Ekspor Negara Asia

Grafik 3.3

Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara Eropa

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

��������

��������������������������

�������

�����

�����������

��������

������

��������

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

���������������

�����

�����

��������

��������

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

��

��

�������

�����������������

��������������� ����������������

���������

�����

�����

���������

���������

�����

�����������

��������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

15

Page 26: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Terkait respons kebijakan moneter, terdapat perbedaan antara negara maju dan

negara berkembang. Perbedaan tersebut terkait dengan perkembangan kondisi ekonomi

saat ini dan proyeksi ke depan masing-masing negara-negara tersebut. Turunnya aktivitas

ekonomi dan suramnya prospek ekonomi dunia mendorong beberapa bank sentral negara

maju mempertahankan suku bunga yang rendah. Sementara itu, tekanan inflasi yang

relatif masih tinggi, meski mulai menurun, mendorong bank sentral negara berkembang

cenderung menahan suku bunga kebijakan. Selain itu, berbagai kebijakan lain juga ditempuh

oleh otoritas moneter untuk menjaga stabilitas perekonomian. Kebijakan tersebut antara

lain intervensi di pasar valas untuk menjaga pergerakan nilai tukar di tengah tingginya

ketidakpastian di pasar keuangan global dan melakukan pembelian surat-surat berharga.

Pembelian surat-surat berharga tersebut dimaksudkan untuk mendorong perekonomian

serta penyediaan dana untuk melindungi eksportir dari kerugian akibat apresiasi mata uang

seperti yang dilakukan Jepang.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Perekonomian Indonesia pada triwulan III dan IV 2011 diprakirakan tumbuh sebesar

6,6% (yoy) dan 6,7% (yoy). Sumber pertumbuhan terutama berasal dari ekspor dan

permintaan domestik. Faktor positif yang menopang masih tingginya pertumbuhan ekspor

yaitu masih kuatnya permintaan dari China dan India terutama pada komoditas ekspor

berbasis sumber daya alam. Selanjutnya, permintaan domestik diprakirakan tetap kuat,

terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Peningkatan konsumsi rumah

tangga didorong oleh optimisme konsumen dan belanja yang lebih besar pada momen hari

raya. Di sisi Pemerintah, realisasi belanja APBN diprakirakan akan tumbuh tinggi memasuki

semester kedua sehingga mendorong konsumsi Pemerintah yang lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan investasi diprakirakan menguat seiring dengan meningkatnya

perkiraan belanja modal Pemerintah dan tingkat penggunaan kapasitas utilisasi perusahaan.

Sementara itu, impor diprakirakan tetap tumbuh tinggi sejalan dengan masih kuatnya

permintaan domestik.

Indikator

Tabel 3.1

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,6 4,5 4,6 4,8 5,2 4,8

Konsumsi Pemerintah 0,3 2,8 4,5 21,5 20,2 13,9

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,5 7,3 9,2 10,2 10,6 9,4

Ekspor Barang dan Jasa 14,9 12,3 17,4 15,5 12,3 14,3

Impor Barang dan Jasa 17,3 15,6 16,0 20,6 19,3 18,0

PDB 6,1 6,5 6,5 6,6 6,7 6,6

2010I II III* IV*

20112011*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

16

Page 27: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Ekspor pada triwulan III dan IV 2011 diprakirakan masih akan

tumbuh tinggi, meskipun melambat dibandingkan dengan

triwulan II 2011. Peningkatan permintaan ekspor, terutama untuk

nonmigas, berasal dari negara-negara Asia seperti China dan India

seiring dengan pertumbuhan ekonominya yang masih relatif tinggi

untuk komoditas primer (Grafik 3.5). Di samping itu, kinerja ekspor

juga didukung oleh perbaikan daya serap pasar ekspor, seiring

dengan peralihan negara tujuan ekspor dari advanced countries ke

emerging markets dan negara-negara lain yang mempunyai volume

perdagangan maupun pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.

Namun, ekspor menghadapi risiko perlambatan sebagai akibat

rambatan memburuknya perekonomian AS dan Eropa. Meskipun

dampak rambatan dari krisis ekonomi di Amerika dan Eropa pada

kinerja ekspor di triwulan III 2011 diprakirakan masih terbatas, namun

potensi meluasnya dampak krisis perekonomian tersebut ke negara

pasar tujuan ekspor lainnya dapat menekan pertumbuhan ekspor

di kuartal IV 2011.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan III dan IV 2011

diprakirakan tetap tumbuh tinggi. Pertumbuhan konsumsi rumah

tangga didukung oleh keyakinan konsumen yang tetap tinggi serta

membaiknya daya beli konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen

pada Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan optimisme

masyarakat yang tetap terjaga (Grafik 3.7). Optimisme tersebut

turut didorong oleh realisasi data inflasi yang hingga September

2011 mencatat angka di bawah 5%. Daya beli konsumen khususnya

PNS/TNI/Polri/Pensiunan serta pelaku usaha diprakirakan tumbuh

lebih baik. Indikasi tersebut sejalan dengan peningkatan daya beli

PNS/TNI/Polri/Pensiunan seiring telah dicairkannya gaji ke-13 mulai

Juli 2011. Di samping itu, daya beli pelaku usaha diprakirakan akan

meningkat seiring dengan masih tingginya profit margin1 terutama

pada sektor pertambangan.

Berbagai indikator penjualan eceran menunjukkan akselerasi

pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Penjualan riil dari Survei

Penjualan Eceran Bank Indonesia Agustus 2011 tercatat tumbuh

30,97% (yoy), paling tinggi sejak awal tahun. Tingginya pertumbuhan

tersebut didorong oleh penjualan eceran kebutuhan pokok pada

siklus musiman perayaan hari raya. Sementara itu, memasuki triwulan

III 2011 penjualan motor dan mobil tumbuh lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Angka penjualan mobil dan motor

pada Agustus 2011 masing-masing tercatat sebesar 13,15% dan

7,25% (yoy) (Grafik 3.8).

1 Profit Margin = Net Income / Sales

Grafik 3.5

Ekspor Nonmigas

Grafik 3.6Indeks Harga Komoditas Ekspor Nonmigas

�����

�����

�����

�����

����

���

���

����

����

����

����

����

�����

�����

���

����

����

����

����

���� ����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� �������� ���� ���� ����

����������������� ������������ ������������ ������

� ��

��

��

��

��

��

��

���

���

� �

��

��

��

������ ����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ������ ���� ���� ����

������������

���������������������������������

���������������������

����

���������������������

Grafik 3.7

Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�������

����������

����������

�������������������������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � ������� ���� ���� ����

��������������������������������������������������������������

������������������������������������������������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

17

Page 28: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Tren peningkatan investasi diprakirakan terus berlanjut pada

triwulan III dan IV 2011. Pertumbuhan investasi ditopang baik oleh

pertumbuhan investasi bangunan maupun pertumbuhan investasi

nonbangunan. Investasi bangunan diprakirakan tumbuh meningkat

seiring dengan kegiatan konstruksi sektor properti yang meningkat

(Grafik 3.9). Sementara itu, investasi non bangunan tumbuh

signifikan didorong oleh pulihnya pasokan alat angkutan, tumbuhnya

sektor manufaktur khususnya subsektor baja dan adanya program

revitalisasi mesin TPT. Meningkatnya volume impor barang modal

pada awal triwulan III 2011 turut mendukung pertumbuhan investasi

non bangunan. Sejalan dengan hal tersebut, optimisme pelaku usaha

tetap terjaga sebagaimana tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) yang memprakirakan nilai investasi terus meningkat

pada triwulan III 2011 dengan sifat investasi yang dominan berupa

investasi baru. Iklim investasi yang baik juga ditunjukkan oleh indeks

tendensi bisnis BPS yang diprakirakan meningkat pada triwulan III

2011 (Grafik 3.10).

Pertumbuhan investasi juga didukung oleh tingkat penggunaan

kapasitas yang meningkat. Utilisasi kapasitas industri menurut SKDU

meningkat menjadi 74,29% pada triwulan II 2011, lebih tinggi dari

rata-rata historis tahun 2010 sebesar 71,07%, yang terutama terjadi

pada seluruh subsektor industri pengolahan. Hasil survei produksi

juga menunjukkan kapasitas utilisasi industri pengolahan nonmigas

yang meningkat. Pada Juli 2011 kapasitas utilisasi industri pengolahan

non migas berada pada level 81,07% meningkat dibandingkan

dengan bulan sebelumnya sebesar 79,34%.

Konsumsi Pemerintah diperkirakan tumbuh meningkat pada

triwulan III 2011. Realisasi belanja pemerintah hingga Agustus

2011 terus membaik, mencapai 51,3% dari total anggaran belanja

tahun 2011 atau lebih baik dari pencapaian periode yang sama tahun

lalu (49,4% dari anggaran). Membaiknya serapan belanja tersebut

terutama karena penyerapan belanja pegawai yang cukup tinggi yaitu

mencapai 69,1%. Hal tersebut didorong oleh pembayaran gaji pokok,

gaji ke-13 dan gaji September yang telah terealisasi. Sementara itu,

belanja barang dan modal masih tercatat rendah, masing-masing

sebesar 36,6% dan 26,1% dari total anggaran belanja. Masih cukup

rendahnya belanja barang dan modal tersebut disebabkan oleh

tingkat kemajuan proyek yang masih rendah, antara lain akibat tender

proyek yang diulang maupun terkendala pembebasan lahan.

Impor pada triwulan III dan IV 2011 diprakirakan tumbuh

tinggi merespons masih kuatnya permintaan domestik.

Berdasarkan kelompoknya, tingginya impor ditunjang oleh impor

Grafik 3.8

Pertumbuhan Penjualan Mobil dan Motor

����

����

��

��

��

��

���

���

����� ���� ���� ����

���

������������

��������������� ���������������������� ����������������

� � � � � �� � � � � � �� � � � � �� � � � �

Grafik 3.9

Investasi Bangunan

��������

���

���

��

��

��

��

����

���

���

���

��

��

��

���

���

���

�����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� �������������������

������������������� ����������������������������������

�������������������� ��������������������������

�������������������� �������������������������������

Grafik 3.10

Indeks Tendensi Bisnis

��

��

��

���

���

���

���

��

��

���

���

���

�������� �����

������������������������������������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� �������� ���� ���� ����

������������������������ ������� ��������������� �������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

18

Page 29: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

nonmigas khususnya impor bahan baku, terutama bahan baku untuk

industri serta kendaraan penumpang (Grafik 3.11). Di sisi migas,

kenaikan impor tersebut didukung oleh faktor musiman peningkatan

konsumsi minyak sepanjang bulan Ramadhan. Namun, pertumbuhan

impor menghadapi risiko perlambatan sejalan dengan prakiraan

perlambatan ekspor sektor industri sebagai dampak rambatan

pelemahan perekonomian Eropa dan AS.

Operasi Keuangan Pemerintah

Realisasi APBN sampai dengan Agustus 2011 masih mencatat

surplus sebesar 0,6% dari PDB. Pencapaian tersebut sedikit lebih

rendah dari surplus periode yang sama tahun 2010 sebesar 0,7%

dari PDB. Realisasi belanja modal dan barang masih relatif rendah.

Penyerapan yang tinggi terjadi pada belanja subsidi dan pembayaran

bunga utang. Dari sisi pembiayaan, pemerintah masih mampu memperoleh pembiayaan dari

penerbitan SBN sesuai targetnya.

Realisasi penerimaan negara mencapai 61,4% dari target APBNP 2011 atau mencatat

peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 60,8% dari target

APBNP 2010. Realisasi penerimaan yang lebih tinggi terutama disebabkan oleh kenaikan

penerimaan Pajak Ekspor sejalan dengan tarif Bea Keluar ekspor CPO yang meningkat.

Sementara itu, penerimaan PBB sedikit menurun. Dari sektor Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP), kenaikan penerimaan PNBP SDA Migas dan Bagian Laba BUMN masih dapat

menutupi kinerja PNBP SDA Nonmigas dan PNBP Lainnya yang menurun, sehingga secara

keseluruhan kinerja PNBP meningkat dibandingkan dengan kinerja periode yang sama pada

tahun 2010.

Realisasi penyerapan belanja negara telah mencapai 51,3% dari target APBNP

2011 atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 49,4%.

Realisasi belanja yang lebih tinggi tersebut lebih disebabkan oleh subsidi dan pembayaran

bunga utang yang meningkat. Penyerapan belanja modal dan barang justru mengalami

penurunan masing-masing mencapai 26,1% dan 36,6% dari APBNP 2011 dari pencapaian

tahun 2010 sebesar 28,7% dan 40%. Peningkatan alokasi anggaran Belanja Barang dan

Modal untuk pembangunan infrastruktur belum sepenuhnya terserap oleh Kementerian dan

Lembaga (K/L). Sementara itu, realisasi Belanja Pegawai yang meningkat dipengaruhi oleh

implementasi program remunerasi K/L yang mulai berjalan.

Penawaran Agregat

Kinerja sektoral pada triwulan III dan IV 2011 diprakirakan masih kuat, terutama

didorong oleh permintaan domestik yang solid dan permintaan eksternal yang

masih terjaga (Tabel 3.2). Kinerja sektor tradables diprakirakan masih tumbuh cukup

tinggi, terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan. Kinerja sektor nontradables juga

diperkirakan tetap tumbuh tinggi, utamanya ditopang oleh kinerja sektor perdagangan,

Grafik 3.11

Pertumbuhan Impor Migas dan Non-Migas

���

���

���

��

��

��

���

��

����

���

��

���

���

� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ ����� ���� ���� ����

� � � � � � �

����� ������������� ���������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

19

Page 30: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

hotel, dan restoran (PHR), sektor bangunan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Namun, terdapat beberapa risiko di beberapa sektor seperti terjadinya kekeringan yang

berpengaruh pada kinerja sektor pertanian, menurunnya produksi (lifting) migas pada sektor

pertambangan, dan indikasi awal penurunan kinerja sektor bangunan berupa menurunnya

pertumbuhan penjualan semen dan impor bahan bangunan. Di sisi lain, terdapat faktor

positif, yaitu adanya penyelenggaraan Sea Games pada November 2011 di Jakarta dan

Palembang yang diprakirakan akan mendukung kegiatan di sektor riil.

Kinerja sektor pertanian pada triwulan III dan IV 2011 diprakirakan tumbuh

melambat dari triwulan sebelumnya. Melambatnya kinerja sektor pertanian seiring

dengan berlalunya musim panen padi. Produksi padi berdasarkan ARAM II-2011 diprakirakan

tumbuh sebesar 2,4%. Prakiraan produksi padi tersebut masih diwarnai beberapa faktor

risiko, yaitu (1) penurunan luas lahan karena peningkatan konversi lahan pertanian; (2)

serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti hama wereng, hama kresek, virus

kerdil dan lain sebagainya; (3) realisasi bantuan pupuk yang tidak memenuhi target; dan (4)

kekeringan yang terjadi di beberapa daerah. Di sisi lain, kondisi cuaca diperkirakan lebih baik

dari tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari indikator La Nina/El Nino yang berada

dalam fase normal hingga akhir triwulan III 2011. Normalnya cuaca berdampak positif pada

kinerja subsektor perikanan sehingga diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2011.

Selain faktor cuaca, kinerja subsektor perikanan juga didukung oleh program minapolitan

Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Sektor pertambangan pada triwulan III dan IV 2011 diprakirakan tumbuh terbatas.

Terbatasnya kinerja sektor pertambangan terutama disebabkan oleh kinerja lifting migas

yang menurun meskipun kinerja pertambangan nonmigas (batu bara) membaik. Kinerja

lifting migas yang menurun disebabkan oleh faktor penyusutan produksi tambang lama dan

gangguan produksi. Di sisi lain, kinerja subsektor nonmigas khususnya batubara diperkirakan

membaik seiring dengan kondisi cuaca yang membaik dan meningkatnya permintaan batu

bara domestik terkait dengan beberapa proyek PLTU 10.000 MW tahap pertama. Prakiraan

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I II III* IV*Pertanian 2.9 3.6 3.9 3.3 3.4 3.5

Pertambangan & Penggalian 3.5 4.3 0.8 0.9 0.9 1.7

Industri Pengolahan 4.5 5.0 6.1 6.2 6.2 5.9

Listrik, Gas & Air Bersih 5.3 4.3 3.9 4.0 4.1 4.1

Bangunan 7.0 5.3 7.4 7.7 8.0 7.1

Perdagangan, Hotel & Restoran 8.7 7.9 9.6 9.7 9.7 9.2

Pengangkutan & Komunikasi 13.5 13.7 10.7 11.0 11.5 11.7

Keuangan, Persewaan & Jasa 5.7 7.3 6.9 7.0 7.0 7.0

Jasa-jasa 6.0 7.0 5.7 5.8 5.8 6.1

PDB 6.1 6.5 6.5 6.6 6.7 6.6

* Proyeksi Bank Indonesia

Tabel 2.3Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

S e k t o r 20102011

2011*

Indikator

Tabel 3.2

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 2,9 3,6 3,9 3,3 3,4 3,5

Pertambangan & Penggalian 3,5 4,3 0,8 0,9 0,9 1,7

Industri Pengolahan 4,5 5,0 6,1 6,2 6,2 5,9

Listrik, Gas & Air Bersih 5,3 4,3 3,9 4,0 4,1 4,1

Bangunan 7,0 5,3 7,4 7,7 8,0 7,1

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,7 7,9 9,6 9,7 9,7 9,2

Pengangkutan & Komunikasi 13,5 13,7 10,7 11,0 11,5 11,7

Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 7,3 6,9 7,0 7,0 7,0

Jasa-jasa 6,0 7,0 5,7 5,8 5,8 6,1

PDB 6,1 6,5 6,5 6,6 6,7 6,6

2010I II III* IV*

20112011*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

20

Page 31: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

tersebut juga sejalan dengan perkiraan kegiatan usaha SKDU yang meningkat pada triwulan

III 2011 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III dan IV 2011 diprakirakan masih

tumbuh tinggi. Masih tingginya pertumbuhan sektor industri terutama ditopang oleh

pulihnya kinerja subsektor alat angkut, mesin, dan peralatannya pascagangguan pasokan

akibat gempa Jepang. Hal itu tercermin dari penjualan mobil pada Agustus 2011 yang

mencapai sekitar 73 ribu unit atau tumbuh sebesar 13,2% (yoy). Selain itu, kinerja industri

juga didukung oleh pertumbuhan yang cukup tinggi pada subsektor logam dasar, besi dan

baja, dan subsektor tekstil dan alas kaki yang berada di atas pola historisnya, serta subsektor

makanan dan minuman yang tumbuh tinggi.

Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) diprakirakan masih

tumbuh tinggi pada triwulan III dan IV 2011. Hal tersebut terkait dengan masih

tingginya pertumbuhan sektor tradables, aktivitas domestik yang masih baik serta masih

terjaganya impor. Aktivitas domestik yang masih baik tercermin dari indeks penjualan

eceran yang meningkat pada Agustus 2011. Di samping itu, data tingkat hunian hotel dan

jumlah wisatawan mancanegara juga menunjukkan peningkatan hingga Agustus 2011.

Penyelenggaraan Sea Games pada November 2011 di Jakarta dan Palembang diprakirakan

dapat turut meningkatkan kegiatan di subsektor hotel dan restoran.

Kinerja sektor bangunan pada triwulan III dan IV 2011 diprakirakan masih tumbuh

tinggi. Masih tingginya kinerja sektor bangunan sejalan dengan investasi yang masih tumbuh

tinggi dan mulai berjalannya berbagai proyek Pemerintah. Namun demikian, terdapat faktor

risiko pada triwulan III 2011 dengan perkembangan proyek-proyek infrastruktur yang tidak

secepat dari perkiraan awal sebagaimana tercermin dari indikator penurunan penjualan

semen dan impor bahan bangunan pada Juli dan Agustus 2011.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III dan IV 2011 diprakirakan

masih tumbuh tinggi. Kinerja sektor tersebut terutama ditopang oleh peningkatan

subsektor pengangkutan dan masih tingginya pertumbuhan subsektor komunikasi.

Kegiatan usaha sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III 2011 diperkirakan

meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja subsektor pengangkutan

diprakirakan akan lebih berperan di sektor ini sebagaimana diindikasikan oleh masih tingginya

pertumbuhan penumpang angkutan udara hingga Agustus 2011. Selain itu, terdapat faktor

positif yaitu adanya penyelenggaraan Sea Games pada November 2011 di Jakarta dan

Palembang yang diprakirakan akan meningkatkan kegiatan di subsektor ini. Pada subsektor

komunikasi, pertumbuhan yang masih tinggi berasal dari bisnis internet dan komunikasi

data, sementara untuk penggunaan komunikasi seluler (suara dan sms) diperkirakan akan

relatif terbatas. Hal itu terindikasi dari pertumbuhan penggunaan internet PT. Telkom yang

tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan komunikasi seluler.

Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi daerah sepanjang paruh kedua tahun 2011 diprakirakan

masih tetap tinggi sejalan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi nasional (Grafik

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

21

Page 32: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

3.12). Hampir seluruh kawasan diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya, kecuali Sumatera karena melambatnya produksi

perkebunan dan berakhirnya panen tanaman bahan makanan

(tabama). Inflasi secara nasional cenderung menurun terutama

disumbang oleh rendahnya inflasi di sebagian Jawa dan Sulampua

(Sumatera, Lampung, dan Papua). Sementara itu, di Sumatera terjadi

peningkatan inflasi.

Di sisi permintaan, konsumsi rumah tangga menjadi

penopang pertumbuhan ekonomi daerah di seluruh

kawasan. Membaiknya kinerja konsumsi rumah tangga terlihat

dari ekspektasi konsumen yang meningkat serta ditunjang oleh

daya beli yang membaik. Selain itu, indeks penjualan eceran di kota-

kota besar, terutama di Jakarta dan Semarang, juga menunjukkan

peningkatan. Konsumsi pemerintah cenderung melambat, kecuali

di kawasan Jawa. Perkembangan investasi (PMTB) di Kawasan Timur Indonesia (KTI)

meningkat didorong oleh investasi di sektor pertambangan. Kinerja ekspor diperkirakan

meningkat ditopang oleh relatif stabilnya ekspor manufaktur di Jawa dan DKI Jakarta

serta meningkatnya perdagangan antar pulau. Seiring dengan perkembangan ekspor,

kinerja impor juga cenderung meningkat ditopang oleh impor barang konsumsi (Jawa

dan Jakarta) serta barang modal (KTI).

Di sisi penawaran, sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR),

serta sektor pengangkutan dan komunikasi mendominasi pertumbuhan ekonomi

daerah. Kinerja produksi manufaktur meningkat di seluruh kawasan sebagai respons

untuk memenuhi permintaan yang disertai membaiknya kembali pasokan bahan baku.

Meningkatnya permintaan domestik yang didukung oleh membaiknya daya beli mendorong

tingginya pertumbuhan sektor PHR hampir di seluruh kawasan kecuali Sumatera. Selain itu,

kunjungan wisata yang meningkat juga mendorong pertumbuhan sektor PHR. Di sektor

pengangkutan dan komunikasi, diperkirakan terjadi peningkatan penggunaan jasa angkutan

dan kapasitas optimum layanan jasa komunikasi hampir di seluruh kawasan.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Tingginya ketidakpastian ekonomi global, meskipun fundamental ekonomi domestik

tetap kuat, diprakirakan telah memberikan tekanan terhadap NPI. Aliran keluar

modal asing, yang didorong oleh sentimen negatif memburuknya perekonominan global

yang terjadi pada September 2011, menyebabkan turunnya surplus neraca transaksi modal

dan finansial (TMF). Sementara itu, neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2011 juga

mengalami tekanan karena tingginya pertumbuhan impor.

Kinerja neraca transaksi berjalan diperkirakan akan mencatat defisit. Meningkatnya

aktivitas perekonomian domestik menimbulkan tingginya permintaan akan impor, baik dalam

bentuk impor barang modal, bahan baku, maupun barang konsumsi. Selain itu, penurunan

harga minyak menyebabkan pendapatan ekspor dari minyak turun, sementara impor minyak

Grafik 3.12

Pertumbuhan PDRB Kawasan

� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � ������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

��������

���

���

����

����

�� �� ���

���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

22

Page 33: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

masih bertahan tinggi akibat tingginya tingkat konsumsi BBM di dalam negeri. Dari sisi

dalam negeri, pasokan bahan bakar minyak (BBM) relatif terbatas. Hal tersebut selanjutnya

menjadikan neraca migas mengalami defisit. Meskipun demikian, perkembangan ekspor

pada triwulan III 2011 membaik, terutama ekspor nonmigas.

Surplus transaksi modal dan finansial di triwulan III 2011 turun, dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya krisis di Eropa serta melambatnya ekonomi

Amerika Serikat memicu aliran keluar modal asing. Peran investasi portofolio yang masih

cukup besar dalam struktur aliran modal dalam NPI menyebabkan neraca transaksi modal

dan finansial mudah dipengaruhi oleh berbagai sentimen negatif. Meskipun demikian,

kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih kuat dan prospek investasi yang positif

masih mampu menarik aliran investasi dalam bentuk penanaman modal asing (Foreign

Direct Investment/FDI).

NILAI TUKAR RUPIAH

Seiring dengan meningkatnya risiko global, rupiah mengalami

depresiasi. Rupiah sempat mengalami penguatan di awal triwulan

III 2011, namun mulai melemah sejak Agustus hingga akhir triwulan

sejalan dengan tren pergerakan mata uang mayoritas negara

kawasan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, secara

rata-rata rupiah terdepresiasi sebesar 0,12% ke level Rp8.599 per

dolar AS (Grafik 3.13). Walaupun mengalami depresiasi di triwulan

III 2011, rupiah yang di akhir September 2011 ditutup pada level

Rp8.790 per dolar AS masih tercatat menguat sebesar 2,5% sejak

awal tahun 2011. Tekanan pada rupiah diikuti oleh volatilitas

yang meningkat. Selama triwulan III 2011, rata-rata volatilitas

rupiah tercatat mencapai 0,49% atau naik dari 0,3% pada triwulan

sebelumnya (Grafik 3.14).

Pelemahan rupiah terpengaruh oleh sentimen negatif

krisis AS dan kawasan Eropa. Di awal triwulan, investor

mempersepsikan rupiah relatif aman dan menguntungkan namun

terjadi peningkatan kekhawatiran investor di bulan Agustus hingga

September seiring dengan meningkatnya faktor risiko global.

Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kekhawatiran

investor adalah (i) meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan

global yang dipicu oleh kekhawatiran terhadap eskalasi krisis

Eropa seiring meningkatnya potensi default Yunani; (ii) penurunan

peringkat utang Amerika2 dan Italia3 ; (iii) penurunan rating surat

utang tiga bank besar di AS oleh Moody’s4 ; dan (iv) pernyataan The

Fed bahwa terdapat significant downside risks terhadap outlook

perekonomian AS. Faktor-faktor tersebut menyebabkan investor

2 S & P menurunkan peringkat kredit AS dari AAA menjadi AA+ dengan outlook negative3 S & P meurunkan peringkat Italia dari A+ menjadi A dengan outlook negative4 Moody’s menurunkan peringkat surat utang tiga bank terbesar di AS yaitu Citigroup, Wells Fargo dan Bank of America

Grafik 3.13

Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah

Grafik 3.14

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����������������

�����������������

�������

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

���

����

���

���

������

������

������

������

������

������

������

������

�����

�����

�����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���

���

����

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

������������

������������������������

����������������������������

������

������ ������������

�����

�����

�����

�����

������ ������ ������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

23

Page 34: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

beralih ke aset-aset aman dan mulai menarik penempatannya di

emerging markets (portfolio rebalancing). Kendati demikian,

terdapat ekspektasi bahwa nilai tukar rupiah akan mengalami

apresiasi. Hingga akhir triwulan laporan, berdasarkan hasil sebuah

survei5 , pelaku pasar tetap memperkirakan rupiah akan bergerak

menguat hingga akhir tahun 2011. Tingginya kepercayaan

pelaku pasar terhadap rupiah serta komitmen Bank Indonesia

untuk menjaga stabilitas rupiah diperkirakan dapat menopang

pergerakan rupiah ke depan. Sementara itu, strategi akumulasi

cadangan devisa yang telah ditempuh oleh Bank Indonesia dapat

memperkuat ketahanan Indonesia dalam menghadapi tekanan nilai

tukar sekaligus memenuhi kebutuhan kewajiban jangka pendek

fundamental.

Dengan imbal hasil rupiah masih lebih kompetitif

dibandingkan dengan kawasan, diperkirakan minat investor

terhadap aset rupiah tetap tinggi. Indikator imbal hasil investasi

di aset rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga DN dan LN

(UIP – Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan beberapa negara di kawasan regional Asia (Grafik 3.15).

Bahkan jika memperhitungkan premi risiko yang meningkat selama

triwulan laporan, daya tarik investasi dalam rupiah pun tetap tinggi

(Grafik 3.16). Faktor risiko di mayoritas negara kawasan mengalami

peningkatan seiring dengan melambatnya perekonomian global,

sebagaimana tercermin dari naiknya yield yang akhirnya mengoreksi

CIP.

Tekanan risiko global terhadap pasar keuangan domestik

sangat bergantung pada perkembangan dari kecepatan

penanganan dan kedalaman krisis utang di Eropa dan AS.

Indikator risiko credit default swap (CDS) meningkat signifikan di

bulan Juli hingga September karena terpengaruh turbulensi isu

global (Grafik 3.17). Namun, risiko tersebut diindikasi bersifat

temporer ditopang oleh kuatnya fundamental perekonomian

Indonesia dan keyakinan pelaku pasar terhadap prospek

perekonomian Indonesia ke depan. Dengan kondisi tersebut,

cadangan devisa tercatat sebesar 114,5 miliar dolar AS atau

setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri

Pemerintah. Jumlah cadangan devisa tersebut diyakini cukup untuk

mengantisipasi kemungkinan arus keluar modal asing yang terjadi

secara tiba tiba. Menurut IMF, threshold cadangan devisa yang

aman sebesar 3-4 bulan impor.

5 Survei nilai tukar Bloomberg

Grafik 3.15

Perbandingan UIP Beberapa Negara

Grafik 3.16

Perbandingan CIP Beberapa Negara

Grafik 3.17

Indikator Risiko (CDS dan Yield Spread)

�����

���

���

���

���

���

����

���������

���������

�������������

�������

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ���

���� ����

��� ��� ��� ��� ������ ��� ������ ��� ���

��������� ���������

�������� �����

����

���

���

���

���

����

����

�������

����

��� ��� ������ ��� ���

����

��� ��� ��������� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ���

����

���

���

���

���

���

����������� �����������

���

���

���

������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

��� ��� ���

���

���

���

��� ��� ���

�������������������������������������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

24

Page 35: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

INFLASI

Tekanan inflasi sampai dengan triwulan III 2011 terkendali.

Dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya, inflasi terus

mengalami perlambatan dan tercatat sebesar 4,61% (yoy) (Grafik

3.18). Hal tersebut disebabkan oleh terjaganya pasokan barang,

turunnya harga komoditas pangan global serta minimalnya kebijakan

Pemerintah yang bersifat strategis. Ekspektasi inflasi yang terjaga

turut mampu meminimalisir dampak gejolak harga emas dan

depresiasi nilai tukar pada akhir triwulan III.

Disagregasi Inflasi

Inflasi inti dipengaruhi oleh gejolak eksternal. Pada triwulan

III 2011, inflasi inti tercatat sebesar 4,93% (yoy), atau lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,63% (yoy) (Grafik 3.19).

Memburuknya kondisi eksternal akibat krisis utang di Eropa dan

belum pulihnya ekonomi AS meningkatkan intensitas ketidakpastian

yang mendorong terjadinya peralihan outlet investasi oleh investor

dari yang berupa surat-surat berharga menjadi komoditas emas.

Harga emas global pada triwulan laporan tercatat sempat melampaui

1.800 dolar AS per troy oz yang merupakan rekor tertinggi.

Peningkatan harga emas internasional tersebut pada gilirannya

memengaruhi harga emas domestik sehingga mendorong kenaikan

inflasi inti. Selain itu, terjadinya depresiasi nilai tukar pada akhir

triwulan laporan juga memengaruhi pergerakan inflasi inti, khususnya

untuk barang-barang tradables (Grafik 3.20).

Ekspektasi inflasi mampu terjaga baik. Hal itu tercermin dari berbagai

hasil survei yang menunjukkan penurunan. Hasil survei Consensus

Forecast untuk inflasi tahun 2011 turun dari 6,2% (yoy) pada akhir

triwulan II menjadi 5,6%(yoy) pada akhir triwulan III (Grafik 3.21).

Di sektor riil, hasil Survei Konsumen Bank Indonesia dan Survei

Penjualan Eceran Bank Indonesia juga menunjukkan penurunan baik

untuk ekspektasi harga 3 bulan maupun ekspektasi harga 6 bulan

kedepan (Grafik 3.22 dan 3.23).

Tekanan inflasi volatile food (VF) pada triwulan III 2011

rendah. Inflasi volatile food tercatat sebesar 5,14% (yoy) atau jauh

lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 8,75% (yoy).

Membaiknya pasokan barang dan minimalnya gangguan distribusi

selama triwulan laporan menjadi pendorong rendahnya catatan

inflasi kelompok volatile food. Hal itu juga didorong oleh terjadinya

deflasi pada beberapa komoditas seperti cabai dan bawang. Panen

yang berhasil ditambah dengan tambahan pasokan dari impor

Grafik 3.18

Perkembangan Inflasi

Grafik 3.19

Inflasi Inti

��������

��������

����

���

��

��

��

������������������������������ ���� ���� ����

�����������������������

�������������������������������������������������

�������������������������� �������������������������� �������������������������� �����������������

��

��

��

��������

������������������������������������������������������������������

� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � ����� ���� ���� ����

Grafik 3.20

Inflasi Inti dan Nilai Tukar

���

���

���

��

��

��

��

���

���

��

���� ���� ���� ����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������� � � � � �

������������������������������

����

�������������

��������������������������

������ ������

����������

���������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

25

Page 36: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

menyebabkan pasokan bumbu-bumbuan melimpah di pasar.

Di sisi harga beras, terjadi peningkatan namun tetap terkendali.

Mulai berakhirnya musim panen di tengah terjadinya peningkatan

permintaan menyebabkan tekanan pada harga beras. Namun,

masih mencukupinya stok hasil panen periode triwulan lalu yang

ditambah dengan pengadaan beras impor serta relatif lancarnya

distribusi selama triwulan laporan mampu menahan kenaikan harga

beras secara berlebihan. Selain itu, rendahnya inflasi volatile food

juga dipengaruhi oleh terkoreksinya beberapa harga komoditas

pangan global.

Inflasi kelompok administered prices masih rendah seiring

dengan tidak adanya kebijakan strategis pemerintah. Kelompok

administered prices pada triwulan III 2011 mencatat inflasi sebesar

2,83% (yoy). Komoditas administered price yang berkontribusi pada

inflasi triwulan laporan ialah rokok, bahan bakar rumah tangga dan

tarif kereta api. Komoditas rokok masih secara konsisten memberikan

sumbangan inflasi di setiap bulannya selama triwulan III akibat adanya

selisih harga transaksi pasar (HTP) dengan harga jual eceran (HJE)

yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sementara, inflasi komoditas

administered prices lainnya dipengaruhi oleh siklus hari raya.

PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN

Suku Bunga

Suku bunga PUAB O/N selama triwulan III 2011 mengalami

penurunan. Rata-rata suku bunga PUAB O/N tercatat sebesar

5,40%, lebih rendah 60 bps dibandingkan triwulan II 2011 (Grafik

3.24). Pergerakan tersebut sejalan dengan adanya pelebaran koridor

bawah PUAB O/N yang semula 100bps menjadi 150bps. Rata-rata

suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang dari O/N pada

triwulan III 2011 (5,42% - 5,85%6) berada pada kisaran yang lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,18 - 8,27%7).

Lebih rendahnya suku bunga PUAB O/N disertai dengan persepsi

risiko likuiditas yang menurun sebagaimana tercermin pada rata-

rata spread suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang

turun menjadi 12bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(39bps).

Selama triwulan III 2011 suku bunga deposito relatif stabil

sementara suku bunga kredit mengalami penurunan (Grafik

3.26). Berdasarkan data sampai dengan Agustus, suku bunga

deposito 1 bulan secara rata-rata tercatat sebesar 6,8% atau sedikit

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (turun 2bps). 6 Tenor 2 hari s.d 1 bulan7 Tenor 2 hari s.d 3 bulan

Grafik 3.21

Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast

Grafik 3.22

Ekspektasi Inflasi Pedagang

Grafik 3.23

Ekspektasi Inflasi Konsumen

��������������

������

������

� � � � � � � � �

������

������

������ ������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

� � � � � � � �� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�����������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������ ������

� � � � � � � �� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

26

Page 37: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Di sisi lain, suku bunga kredit mengalami penurunan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK)

mengalami penurunan sebesar 10bps, sementara suku bunga

untuk Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing

mengalami penurunan sebesar 3bps dan 7bps dibandingkan dengan

triwulan II 2011. Secara rata-rata suku bunga KMK, KI dan KK di

triwulan III 2011 adalah 12,5%, 12,1% dan 14,3%. Berdasarkan data

sementara, suku bunga simpanan dan kredit perbankan terindikasi

masih dalam tren yang menurun.

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan.

Berdasarkan data sampai dengan Agustus 2011, pertumbuhan DPK

tercatat sebesar 17,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya sebesar 16,3% (yoy) (Grafik 3.27). Dengan

perkembangan tersebut, posisi DPK pada triwulan III 2011 (sampai

dengan Agustus) tercatat sebesar Rp2.460 triliun. Berdasarkan

komponennya, deposito dan tabungan mengalami pertumbuhan

masing-masing sebesar 19,4% (yoy) dan 24,1% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan

sebelumnya yakni 15% untuk deposito dan 23,4% untuk tabungan.

Sementara komponen giro tercatat mengalami pertumbuhan

tahunan yang lebih rendah (5,6%) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (10,5%).

Pertumbuhan kredit relatif stabil. Pada triwulan III 2011

(berdasarkan data sampai dengan Agustus 2011), pertumbuhan

kredit (termasuk channeling) tercatat sebesar 23,4% (yoy) sehingga

mencapai Rp2.061 triliun. Pertumbuhan tersebut relatif stabil

dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yaitu 23,3% (yoy).

Berdasarkan data sementara, pertumbuhan kredit hingga September

2011 mencapai 23,8% (yoy). Pertumbuhan kredit pada triwulan III

2011 diikuti dengan peningkatan kualitas penyaluran kredit yang

tercermin dari pertumbuhan kredit investasi (KI) yang cukup signifikan

(30,1% (yoy)) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (23,8%

(yoy)) (Grafik 3.28). Meningkatnya KI diharapkan dapat meningkatkan

kapasitas ekonomi sehingga dapat merespons meningkatnya

permintaan tanpa menimbulkan gejolak harga yang berlebihan.

Selain KI, kredit konsumsi (KK) juga mengalami pertumbuhan yang

lebih tinggi pada triwulan III 2011 (24,8% (yoy)) dibandingkan

triwulan sebelumnya (23,2% (yoy)). Kredit modal kerja (KMK) yang

memiliki porsi terbesar dalam kredit (48%) tumbuh sedikit melambat

Grafik 3.24

Suku Bunga PUAB O/N & Instr. Moneter

Grafik 3.25

Struktur Suku Bunga PUAB

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����

���

����

�����

���

���

������

������

���

����

����

����

����

���

����

����

����

���

����

����

����

����

���

�����

���

����

����

���

����

�����

���

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�������

������� ������������������� ��������� ��������

�������� ����

��������

����

����

��������

���� ����

����

����

���� ��������

����

��������

����

����

����

����

����

����

����

��� ������ ����� ����� ����� ����� ����� ����� �������

������

������������

������������

Grafik 3.26

Perkembangan Suku Bunga Perbankan

����

�����

�����

�����

��

��

��

��

��

���������������������

�����������������

� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � ����� ���� ���� ����

�����������������������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

27

Page 38: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2011 KMK tumbuh sebesar

20,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan

sebesar 23,8% (yoy). Masih relatif tingginya pertumbuhan kredit,

terutama kredit investasi, menunjukkan optimisme pelaku usaha

terhadap kondisi perekonomian Indonesia ke depan.

Di triwulan III 2011 tren peningkatan likuiditas perekonomian

masih terus berlanjut. Sampai dengan Agustus 2011, M1 tercatat

mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 19,3% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (16,6% (yoy)),

menjadi Rp662,8 triliun. Pertumbuhan M1 tersebut juga diikuti oleh

pertumbuhan M2 yang meningkat menjadi 17,2% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya (13,1%, yoy), sehingga M2 tercatat

sebesar level Rp2.621 triliun. Pertumbuhan M1 terutama ditopang

oleh pertumbuhan kartal yang meningkat signifikan terkait dengan

perayaan hari raya keagamaan Lebaran. Sementara itu, pendorong

utama dari pertumbuhan M2 adalah pertumbuhan deposito.

Pasar Saham

Sentimen negatif akibat gejolak pasar keuangan global

berdampak terhadap kinerja pasar saham domestik walaupun

fundamental makroekonomi dan mikro emiten cukup kuat.

Gejolak di pasar keuangan global tersebut mendorong aksi portfolio

adjustment oleh investor non residen di pasar keuangan domestik

yang diikuti dengan melemahnya nilai tukar sehingga menekan

kinerja pasar saham domestik. IHSG mengalami pelemahan yang

cukup tajam sebesar 8,7% ke level 3.549 pada 30 September 2011.

Meskipun melemah cukup tajam, namun dibandingkan dengan

negara-negara di kawasan, pelemahan tersebut masih relatif lebih

rendah. (Grafik 3.30 dan 3.31).

Grafik 3.27

Pertumbuhan DPK, Kredit dan BI Rate

Suku Bunga (%) Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags

Tabel 3.3

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75

Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25

Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80

Base Lending Rate 12,39 12,38 12,21 12,07 11,98 11,98 12,03 11,84 12,21 12,06 12,22 12,15 12,08 12,17

Kredit Modal Kerja (KMK) 13,21 13,19 13,00 13,01 12,96 12,83 12,75 12,72 12,69 12,68 12,61 12,60 12,55 12,50

Kredit Investasi (KI) 12,60 12,40 12,41 12,38 12,35 12,28 12,25 12,20 12,18 12,16 12,15 12,13 12,11 12,10

Kredit Konsumsi (KK) 14,92 14,83 14,75 14,65 14,53 14,53 14,48 14,50 14,39 14,38 14,37 14,37 14,32 14,30

2010 2011

��

��

��

��

��

��

��

��

������ ��� �������

����

��

���

���

���

���

�����

��

����

��

���

���

����

��

���

���

���

���

�����

��

����

��

���

���

����

��

���

���

���

���

�����

��

����

��

���

���

����

��

���

���

���

���

�������������

�����

����

��

Grafik 3.28

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Penggunaan

����

���

��

��

��

��

��

��

��� �� ��

�����

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� �������

��������

������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

28

Page 39: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Merespons peningkatan risiko eksternal, investor

nonresiden melakukan portfolio adjustment dengan

mengurangi eksposur mereka di emerging market. Respons

yang dilakukan oleh investor nonresiden dilakukan melalui (i)

Exposure adjustment untuk mengurangi risiko di pasar keuangan,

(ii) melakukan strategi sell high – buy low yaitu melakukan aksi

jual dengan mengangkat kinerja indeks terlebih dahulu dan

kemudian melakukan aksi beli selektif pada saat pasar saham

mengalami tekanan. Selama triwulan III 2011, investor asing

mencatat net jual sebesar Rp0,5 triliun, menurun dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang mencatat net beli sebesar

Rp21,4 triliun. Emiten sektor pertambangan dan sektor keuangan

tercatat mengalami tekanan jual terbesar dari investor nonresiden.

Rencana beberapa BUMN untuk melakukan buyback ketika harga

saham sudah cukup rendah menjadi natural self stabilization di

pasar saham domestik.

Memburuknya kinerja IHSG terutama disebabkan tekanan

jual yang dialami oleh sektor pertambangan yang terkoreksi

sebesar 24%. Pelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh

ekspektasi koreksi harga komoditas sejalan dengan ekspektasi

melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang disertai dengan

aksi jual yang cukup besar terhadap saham-saham di sektor

tersebut. Namun demikian, beberapa sektor lainnya masih mencatat

penguatan yaitu sektor konsumsi dan aneka industri. Kinerja

positif kedua sektor tersebut terutama ditopang oleh stabilnya

pertumbuhan konsumsi nasional serta kinerja keuangan emiten

yang cukup kondusif. (Grafik 3.32).

Pasar Surat Berharga Negara

Kinerja pasar SBN masih positif meski mulai terkena dampak

dari gejolak pasar keuangan global khususnya pada akhir

triwulan III 2011. Dari sisi harga, dampak dari gejolak pasar

keuangan global terhadap pembentukan yield masih relatif terbatas

sebagaimana tercermin dari pergerakan yield SBN selama triwulan

III 2011 (Grafik 3.33). Kondisi tersebut tidak terlepas dari upaya

stabilisasi harga SBN dan nilai tukar oleh otoritas terkait. Secara

triwulanan, imbal hasil SBN selama triwulan III 2011 untuk tenor

jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar

26 bps, 59 bps dan 110 bps. Secara keseluruhan (triwulanan), yield

SBN berada pada level 6,7%, turun sebesar 6 bps jika dibandingkan

akhir triwulan II 2011. Meski demikian, secara bulanan, yield SBN

Grafik 3.29

Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian

����

����

����

�� �� �������������

������ ������

������������������������������������������������������������������������������������

�����

��

��

��

��

��

��

��

��

����

����

����

�����

����

���

����

����

����

�����

����

���

����

����

����

�����

����

���

����

����

����

�����

����

���

����

����

����

�����

����

���

����

����

����

�����

����

���

����

����

����

�����

Grafik 3.30

IHSG dan BI Rate

Grafik 3.31

IHSG dan Perkembangan Bursa Global

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����������

��

��

���� �������

���

�����

����

��

���

����

����

��

����

��

���

����

����

��

����

��

���

����

����

��

����

��

���

����

����

��

����

��

���

����

����

��

����������������������������������������

������������������������

�������������������

�����������������������������������

���������������������

������������������������������������������

���������������������

�����

���� ���� ���� ���� ��� �� �� ���

����������

������

�����������

������

������������

������

������������

������

������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

29

Page 40: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

untuk tenor jangka pendek dan menengah masing-masing meningkat

sebesar 64 bps dan 12 bps, sementara yield SBN jangka panjang

menurun sebesar 26 bps.

Selain dari sisi harga, tekanan terhadap pasar SBN juga terlihat

dari sisi kuantitas. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan porsi

kepemilikan nonresiden pada SBN. Selama September 2011, investor

nonresiden (khususnya dalam minggu terakhir) melakukan penjualan

SBN yang lebih besar dibandingkan pada Oktober 2008 (puncak

krisis). Namun, jika dilihat berdasarkan porsi jumlah SBN nonresiden

yang dijual terhadap keseluruhan kepemilikan SBN oleh nonresiden,

angka penjualan yang lebih besar dibandingkan Oktober 2008 hanya

terjadi pada SBN jangka menengah.

Beberapa kebijakan telah ditempuh otoritas untuk menjaga

kestabilan harga di pasar SBN. Beberapa langkah yang ditempuh

otoritas dalam rangka stabilisasi harga di pasar SBN adalah (1)

Pemerintah melakukan buyback dengan intensitas yang lebih tinggi.

Sejak 14 sampai dengan 23 September 2011, besarnya buyback SBN

mencapai Rp3,1 triliun. (2) Bank Indonesia menjaga kestabilan nilai

tukar rupiah sekaligus membantu upaya Pemerintah dalam menjaga

stabilitas harga SBN, (3) menghimbau kepada beberapa bank dan

asuransi untuk tidak menjual SBN ketika harga bergejolak.

Reksadana

Selama Agustus 2011, kinerja reksadana menunjukkan

perkembangan yang positif. Secara umum, kinerja reksadana -

yang tercermin dari nilai aktiva bersih (NAB) - tumbuh cukup tinggi

mencapai 15,2% dibandingkan triwulan II 2011 8. Peningkatan

NAB tersebut terutama ditopang oleh reksadana campuran dan

pendapatan tetap. Portofolio aset bentukan manajer investasi

untuk produk reksadana mencatat kinerja diatas kinerja IHSG.

(Tabel 3.4).

Gejolak yang terjadi di pasar saham tidak berdampak signifikan

terhadap kinerja industri reksadana. Meski pasar saham domestik

mengalami tekanan cukup besar, namun hal tersebut tidak memicu

pencairan dana (redemption) di industri reksadana. Koreksi yang

dialami IHSG mendorong sebagian investor mengalihkan investasinya

ke produk reksadana saham didasarkan pada keyakinan bahwa

IHSG akan kembali menguat sehingga hasil pengembalian investasi

(return) ke depan tetap tinggi. Produk-produk reksadana tercatat

masih memberikan return positif.

8 Perkembangan produk reksadana tersebut belum mencerminkan kinerja secara keseluruhan mengingat ketersediaan data yang terbatas

Grafik 3.32

IHSG dan Perkembangan Sektoral

Grafik 3.33

Yield SBN dan BI Rate

Grafik 3.34

Yield Negara Kawasan

�� �����

�����

������

����

����

�����

������

�����

�����������������

��������������

������������

��������

��������������

������������������

��������

�����������

���������

��������

� ��� ���� ���� ���� ���� ��� �� �� ��� ���

��

��

��

��

��������� �������������

����

���

����

��

�����

�����

���

����

����

����

����

���

���

����

����

����

����

����

����

����

���

����

��

�����

�����

���

����

����

����

����

���

���

����

����

����

����

����

����

����

���

����

��

�����

�����

���

����

���

����

���

���

���

��

��

��

��

�������� ������� �������� �������� ���������

���������

��������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

30

Page 41: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

MTM Saham P Uang Campuran Pend. Tetap Terproteksi Indeks ETF-Saham ETP-Pend. Tetap Syariah Total

1

2

3

4

5

2010 6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

2011 4

5

6

7

8

Agust 11 -

TW II 2011

Tabel 3.4

Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

-2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5%

1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6%

0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6%

5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7%

-1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3%

-4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1%

-1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6%

-1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9%

9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3%

5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2%

2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9%

8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1%

1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1%

3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7%

8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7%

3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9%

3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5%

1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7%

0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4%

4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7%

4,1% 7,6% 54,7% 40,3% -1,3% -21,9% -1,8% 7,1% -3,8% 15,2%

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

31

Page 42: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

BOKS 1: Dampak Rambatan Krisis Global ke Indonesia

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Grafik 1.

CDS Euro, CDS Indonesia dan VIX AS

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

32

Intensitas gejolak pasar keuangan global menunjukkan peningkatan sejak Agustus 2011

terkait dengan penurunan peringkat di Amerika Serikat dan semakin meningkatnya eskalasi

krisis utang di beberapa negara kawasan Eropa, termasuk Italia. Ketidakpastian penyelesaian

krisis Eropa dan Amerika Serikat telah memicu adanya dampak rambatan krisis dari kawasan

tersebut ke berbagai negara, termasuk negara-negara Asia.

Memburuknya krisis utang dan belum solidnya respons kebijakan di Eropa dan AS telah

mendorong perilaku flight to quality oleh investor global untuk menghindari risiko. Dampak

dari perilaku tersebut menyebabkan terjadinya pembalikan arus modal sehingga mengganggu

kinerja pasar keuangan dan bursa saham di beberapa negara, termasuk Indonesia. Gambaran

peningkatan persepsi risiko tersebut tercermin pada tren indikator risiko credit default swap

(CDS) yang meningkat. Perkembangan CDS Indonesia selama periode ketidakpastian di pasar

keuangan global tersebut (akhir Juli sampai dengan akhir September 2011) telah meningkat

sejalan dengan kenaikan CDS negara emerging market Lainnya.

Dampak Melalui Jalur Pasar Keuangan

Krisis yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa tidak hanya menciptakan sentimen negatif

yang ditransmisikan secara langsung ke Indonesia, melainkan juga melalui pasar keuangan

negara-negara emerging markets.

Gejolak di pasar keuangan global telah menyebabkan investor global melakukan penarikan

dananya dengan melepas kepemilikan SUN dan aksi net jual di bursa saham Indonesia.

Berdasarkan data historis, tekanan arus pembalikan modal terutama terjadi pada instrumen

SBI. Namun, dengan telah diterapkannya kebijakan six month holding period tekanan

terhadap instrumen SBI jauh mengecil. Bank Indonesia melakukan

stabilisasi di pasar untuk menjaga stabillitas nilai tukar rupiah.

Cadangan devisa sampai dengan 30 September mencapai 114,5

miliar dolar AS, setara dengan 7,7 bulan impor, masih lebih baik

dibandingkan dengan standar kecukupan devisa IMF (3-4 bulan

impor) dan juga peer group rating (negara-negara dengan rating

setara dengan Indonesia). Bank Indonesia menilai tingkat cadangan

devisa yang dimiliki saat ini diperkirakan mencukupi untuk meredam

dampak rambatan krisis tersebut.

Dampak Melalui Jalur Perdagangan

Berdasarkan proyeksi IMF terkini (September 2011), proyeksi

pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa terkoreksi masing-

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

���

������� ������� ����������

��� ���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

Page 43: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

33

masing sebesar 1,1% dan 0,7%. Bank Indonesia memperkirakan akan terjadi penurunan

kinerja ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa. Namun demikian, pemburukan kinerja ekspor

lebih jauh diperkirakan tidak terjadi mengingat ekonomi China dan India, yang merupakan

mitra dagang Indonesia, diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi di tahun 2012. Selain itu,

dengan karakteristik ekspor Indonesia, dimana produk sumber daya alam mempunyai peran

yang cukup dominan, maka penurunan kinerja ekspor diperkirakan tidak akan terlalu besar.

Dari data empiris, ekspor sumber daya alam relatif tidak terlalu sensitif terhadap penurunan

pertumbuhan ekonomi dunia maupun penurunan harga komoditas. Dengan kondisi tersebut,

Bank Indonesia memperkirakan, ekspor secara riil akan tumbuh sebesar 14,3% di tahun

2011 dan melambat menjadi 10,8% - 11,3% di tahun 2012.

Page 44: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

BOKS 2: Devisa Hasil Ekspor (DHE)

Pembangunan ekonomi nasional membutuhkan sumber dana yang memadai dan

berkesinambungan. Selain yang bersumber dari domestik, aliran masuk modal asing dalam

besaran yang sesuai masih diperlukan sebagai salah satu sumber pembiayaan perekonomian.

Namun, aliran masuk modal jangka pendek yang dominan berpotensi menimbulkan tekanan

terhadap stabilitas makro. Salah satu alternatif sumber dana luar negeri yang bersifat lebih

jangka panjang dapat berasal dari Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan Devisa Utang Luar Negeri

(DULN).

Perkembangan terkini menunjukkan bahwa tidak seluruh DHE dan DULN ditempatkan

pada perbankan yang beroperasi di Indonesia. Hal tersebut berdampak pada keseimbangan

pasokan dan permintaan di pasar valas domestik yang sebagian dipenuhi oleh aliran modal

jangka pendek yang rentan terhadap pembalikan (sudden capital reversal). Untuk itu Bank

Indonesia mengeluarkan kebijakan agar penerimaan DHE dan penarikan DULN dapat

dilakukan melalui Bank Devisa. Dengan kebijakan ini diharapkan pasokan valas di pasar

domestik menjadi lebih stabil dan berkelanjutan sehingga mendukung terciptanya pasar

keuangan yang lebih sehat, nilai rupiah yang stabil dan stabilitas makroekonomi yang kuat.

Selain itu, kebijakan ini juga ditujukan untuk meningkatkan kualitas statistik ekspor, impor,

utang luar negeri, neraca pembayaran (balance of payment) dan monitoring devisa sehingga

mendukung kebijakan moneter maupun kebijakan perpajakan dan kepabeanan.

Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan lalu lintas devisa terkait dengan penerimaan DHE dan

DULN pada tanggal 3 Oktober 2011. Dengan kebijakan ini, eksportir diwajibkan menerima

DHE melalui bank devisa di Indonesia. Demikian juga debitur utang luar negeri diwajibkan

menarik DULN melalui bank devisa di Indonesia. Pengaturan ini tetap berlandaskan pada

sistem devisa bebas yang berlaku selama ini, dimana setiap penduduk dapat dengan bebas

memiliki dan menggunakan devisa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24

Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar.

Kebijakan yang mulai berlaku sejak tanggal 2 Januari 2012 ini pada prinsipnya mewajibkan

semua DHE diterima bank domestik paling lambat 3 bulan setelah tanggal ekspor sesuai di

dalam Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Untuk tahun 2012 (masa transisi), DHE paling

lambat diterima 6 bulan setelah tanggal PEB. Bagi eksportir yang sudah memperjanjikan

penerimaan DHE tidak melalui bank domestik, diberikan masa transisi 1 tahun hingga 31

Desember 2012. Sementara itu, DULN yang wajib ditarik melalui bank devisa di Indonesia

adalah devisa utang luar negeri yang ditarik secara cash/tunai, berupa non revolving loan

agreement dan surat – surat berharga utang (debt securities). Penarikan DULN yang berasal

dari perjanjian ULN yang ditandatangani sebelum berlakunya kebijakan ini tidak wajib

dilakukan melalui bank devisa di domestik.

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

34

Page 45: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Secara rinci, kebijakan tersebut diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/20/

PBI/2011 tanggal 30 September 2011 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan

Devisa Utang Luar Negeri. Bersamaan dengan itu, telah disesuaikan pula peraturan mengenai

Pemantauan Lalu Lintas Devisa Bank dalam PBI No.13/21/PBI/2011 tanggal 30 September

2011 dan peraturan mengenai Kewajiban Pelaporan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri

dalam PBI No.13/22/PBI/2011 tanggal 30 September 2011. Ketiga peraturan tersebut bersama

dengan ringkasan dan tanya-jawab mengenai pokok-pokok kebijakan DHE dan DULN dapat

diakses melalui website Bank Indonesia.

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

35

Page 46: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-201136

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*

Tingkat Diskonto

SBI

Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

ModalKerja

Investasi

2006Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2007Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2011Trw. ITrw. IITrw. IIi

* Data sd Agt 2011

10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,17 6,27 6,77 6,99 7,31 8,49 8,48 13,54 12,72 6,19 6,26 6,79 6,95 6,99 7,87 8,11 13,17 12,70 6,19 n,a 6,72 6,95 6,96 7,64 7,92 13,00 12,41 5,58 n,a 6,83 7,06 7,20 7,88 8,11 12,83 12,28 6,20 n,a 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18 6,03 n,a 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13 5,82 n,a 6,79 6,90 7,15 6,87 6,70 12,50 12,10

Page 47: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Tabel Statistik

37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2006

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2007

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw.IV

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II

Trw. IIi*

*) Data s.d Agt 2011 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)

23.866 415.638 356.471 133.799

23.910 517.853 483.967 167.685

25.383 599.495 586.715 180.464

27.706 665.673 636.381 209.756

37.341 774.867 740.952 243.671

38.323 846.655 832.325 258.002

36.615 895.563 887.770 266.152

32.061 777.250 795.475 247.926

37.482 871.303 906.767 212.463

23.510 496.338 543.656 165.145

27.115 389.140 437.315 116.969

14.029 404.072 340.913 180.128

22.897 448.505 394.904 232.700

30.656 324.806 324.776 232.731

29.038 375.134 387.188 220.676

24.566 631.235 592.048 259.864

26.907 648.324 607.933 300.255

30.615 322.322 351.475 271.103

28.553 199.589 218.152 252.540

23.142 153.809 203.835 203.110

30.401 86.480 56.066 233.524

36.788 51.383 95.689 188.988

20.757 11.822 27.593 151.217

Page 48: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-201138

```

III IV I II III IV I II III IV I II iII*

* Data sd Agt 2011 1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

4 Bank Asing & Campuran - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

432.850 461.877 466.605 495.440 504.649 533.945 536.336 578.587 595.131 630.148 644.289 698.315 719.263 35.153 37.409 38.367 42.041 41.313 45.091 39.140 45.520 49.215 48.438 47.383 50.807 52.199

14.778 13.807 13.363 11.923 14.205 16.795 17.863 21.512 20.736 25.560 25.067 29.661 30.154

88.181 96.838 98.660 99.825 92.634 92.485 89.314 100.237 93.060 93.695 93.217 97.836 98.215

98.865 102.017 103.408 113.130 118.580 129.497 84.616 90.411 114.918 110.981 107.948 110.903 116.249

77.295 87.505 83.540 88.540 91.532 93.320 137.568 140.494 130.444 156.264 162.996 188.119 200.438

118.578 124.301 129.267 139.981 146.385 156.757 114.970 105.306 112.242 117.866 126.762 137.060 130.040

534.599 552.617 530.642 529.687 549.349 593.400 611.861 672.798 715.217 775.323 801.246 864.006 900.496 18.169 19.150 18.722 19.353 19.112 21.359 20.379 24.939 26.403 30.199 31.246 32.635 32.647

10.850 11.137 8.979 9.697 10.861 15.013 14.696 18.389 19.827 21.247 24.580 25.692 27.452

90.896 97.042 93.414 84.488 86.575 92.738 92.277 97.012 103.688 114.203 118.350 131.180 136.766

125.908 130.687 120.114 121.956 124.949 134.434 141.275 158.600 164.959 185.508 182.418 199.463 203.829

143.486 148.332 144.072 145.936 151.281 162.535 155.932 188.608 201.904 209.957 217.632 235.261 243.437

145.290 146.269 145.341 148.257 156.571 167.321 74.659 63.076 65.673 79.140 75.241 83.038 90.895

93.991 96.440 100.817 110.968 119.552 120.701 122.958 132.757 138.961 143.067 149.005 161.201 167.188 3.067 3.182 3.143 3.289 3.749 3.706 3.651 3.713 4.359 4.488 4.910 5.389 5.669

187 270 312 388 615 675 628 710 755 992 947 1.076 1.135

787 814 829 943 1.082 1.146 2.040 2.394 2.751 2.890 2.869 3.326 3.506

12.042 12.055 12.638 14.006 14.898 15.278 15.975 15.786 16.263 17.337 17.962 19.732 20.917

13.456 13.356 13.153 15.716 18.790 17.565 17.295 19.954 21.507 20.949 20.445 21.912 22.816

64.452 66.763 70.742 76.626 80.418 82.331 71.932 78.994 82.237 84.220 89.267 96.881 100.032

178.061 189.245 184.654 168.614 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 227.428 6.505 6.419 7.020 6.669 5.535 5.236 5.410 6.703 6.803 6.797 7.062 6.764 7.128

4.478 5.327 6.081 4.712 6.235 9.076 8.602 10.567 11.567 12.660 13.503 12.616 14.664

68.739 74.458 71.358 61.420 58.833 59.314 55.601 62.368 58.905 63.065 62.023 64.710 74.920

14.256 13.246 15.113 13.598 13.364 12.873 16.476 18.943 20.176 21.848 20.166 24.469 22.825

56.523 60.766 57.418 53.919 55.326 52.828 51.811 60.183 66.363 66.988 71.437 71.035 75.023

27.560 29.029 27.664 28.296 29.216 31.421 29.259 26.882 27.981 26.081 26.178 26.691 27.482

25.706 25.413 25.333 26.382 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.703

1.769 1.733 1.774 1.915 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 3.132

0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 39 48 46

436 426 433 456 486 505 531 545 589 476 517 561 580

9.516 9.307 8.998 9.368 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.297

2.684 2.672 2.705 2.861 2.935 3.054 3.247 3.561 3.823 4.954 5.224 5.512 5.733

11.301 11.275 11.423 11.782 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 17.914

1.249.970 1.313.873 1.308.051 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.470.959 1.605.095 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.054.078 64.623 67.828 69.026 73.267 71.643 77.394 70.705 83.178 89.170 92.525 93.315 98.562 100.775

30.293 30.541 28.735 26.720 31.916 41.559 41.789 51.178 52.885 60.495 64.136 69.093 73.452

249.039 269.578 264.694 247.132 239.610 246.188 239.763 262.556 258.993 274.330 276.975 297.613 313.987

249.762 259.953 260.271 272.058 281.537 301.883 268.597 294.584 327.549 346.226 339.688 366.382 376.117

286.740 306.141 300.888 306.972 319.864 329.302 365.852 412.800 424.041 459.112 477.734 521.840 547.448

369.513 379.832 384.437 404.942 424.923 450.482 304.138 288.495 302.929 322.378 333.327 360.785 366.363

2008 2009 2010 2011

Page 49: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Tabel Statistik

39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

* Data sd Agt 2011 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih4)

2007

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II

Trw. III*

1.649.662 450.055 182.967 267.089 1.196.119 509.843 507.120 39.891 1.005.739 -102.955

1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992

1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902

1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287

1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144

1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550

1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181

2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445

2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293

2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773

2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738

2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665

2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460

2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448

2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049

2.621.346 662.806 324.725 338.081 1.943.770 977.568 214.240 105.055 1.946.476 -113.648

Page 50: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-201140

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

392.136 344.688 304.718 322.994 354.297 402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 625.440

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

270.243 264.391 226.672 244.634 273.744 279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 391.942

223.166 209.378 186.538 203.838 210.822 226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 322.689

47.077 55.013 40.134 40.796 62.923 52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.349 50.343 69.253

121.302 79.648 77.404 77.744 79.920 89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 183.427 190.731

591 650 642 616 633 601 539 578 497 484 460 530 445

355.967 338.692 354.727 356.930 376.681 403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 675.926 705.517

-137.121 -213.668 -323.022 -259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -409.884

123.797 172.012 105.571 136.202 144.747 200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 23.206 23.364

8.800 8.711 8.715 8.715 8.715 8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 7.965 8.470

9.227 9.009 8.783 8.622 8.458 8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.638 7.621

-110.810 -155.278 -175.022 -131.729 -117.812 -97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -84.989 -98.462

-152.563 -233.866 -257.701 -267.412 -242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -344.253

-116.967 -179.879 -232.700 -232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -130.725

-1.403 -4.223 -15.288 -28.277 -22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -58.451 -70.835

-34.193 -50.186 -2.321 -5.896 1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -178.784 -197.337

-15.573 -14.256 -13.368 -13.785 -13.000 11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -4.868 -6.624

2008 2009 2010 2011

III IV I II III IV I II III IV I II III*

I. Uang Primer

a. Statutory Reserve Shortfall

b. Uang yang diedarkan

- Uang kartal di masyarakat

- Kas bank umum

c. Saldo Giro Positif Bank

d. Giro Sektor Swasta

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Uang Primer

a. Net International Reserve 1)

b. Net Domestic Assets

- Tagihan Bersih pada Pemerintah

- Bantuan Likuiditas

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

- Operasi Pasar Terbuka

- SBI (net) 2)

- FASBI

- Lain-Lain 3)

- Net Other Items

* Data sd Agt 2011 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)

Page 51: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Tabel Statistik

41Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep Internasional Reserve

and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta US$)

2008 2009R 2010* 2011**

III IV Total I II III IV Total I II III IV Total I II

I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)

-967 -637 126 2.690 2.377 1.781 3.781 10.628 1.936 1.409 1.205 1.093 5.643 2.089 232 5.771 4.166 22.916 6.052 7.493 6.931 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.628 8.686 9.728 38.081 29.768 139.606 24.195 28.158 31.289 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.818 51.460 -32.309 -25.603 -116.690 -18.143 -20.665 -24.358 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.597 -127.447 -37.133 -41.732 -3.313 -3.227 -12.998 -1.672 -2.476 -2.249 -3.344 -9.741 -2.106 -2.275 -2.155 -2.788 -9.324 -2.305 -3.598 -4.756 -2.881 -15.155 -2.742 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -3.993 -4.262 -5.385 -6.653 -20.291 -5.318 -6.871 1.331 1.305 5.364 1.051 1.135 1.171 1.221 4.578 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.027 974 2.370 -5.822 -1.876 1.835 -2.320 2.924 2.414 4.852 5.590 3.697 7.365 9.550 26.201 6.436 12.518 187 29 294 19 29 34 14 96 18 2 4 26 50 1 0 2.184 -5.850 -2.170 1.815 -2.349 2.891 2.399 4.756 5.572 3.695 7.361 9.524 26.151 6.435 12.518 1.871 720 3.419 628 575 647 779 2.628 2.484 2.298 1.684 4.241 10.706 3.041 2.699 -1.517 -1.217 -5.900 -1.276 -872 -340 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.748 -2.547 3.388 1.937 9.318 1.904 1.447 987 540 4.877 2.911 3.280 2.875 4.305 13.371 4.789 5.247 -74 -4.377 1.721 1.950 1.893 2.972 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.798 5.742 -65 -467 -1.294 133 362 -331 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -311 -536 -9 -3.910 3.015 1.817 1.532 3.303 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 4.109 6.278 387 -2.194 -7.309 -763 -4.817 -728 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.160 3.846 2.243 -404 4.076 -1.610 -4.498 -10.755 -241 -2.943 -6.083 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.248 2.051 1.998 2.304 3.446 -522 -1.874 5.355 834 3.794 -308 -244 3.120 1.400 3.968 844 2.025 1.404 -6.459 -1.750 4.524 57 4.705 6.195 15.481 7.526 5.106 8.570 10.642 31.844 8.525 12.750 -1.493 2.246 -195 -570 995 -1.159 -2.241 -2.975 -905 315 -1.616 646 -1.559 -859 -873 -89 -4.212 -1.945 3.955 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 57.108 51.639 51.639 54.840 57.576 62.287 66.105 66.105 71.823 76.321 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 5,4 5,7 6,1 6,5 6,5 5,2 5,6 6,3 7,0 7,0 6,0 6,8 -0,7 -0,5 0,0 2,4 1,8 1,2 2,5 2,0 1,2 0,8 0,6 0,6 0,8 1,1 0,1 15,2 24,2 18,1 23,3 25,0 19,8 24,6 23,2 21,2 23,2 20,3 23,7 22,2 18,0 21,6 4,7 9,2 6,4 6,1 10,0 5,3 8,5 7,5 5,0 7,2 4,8 6,2 5,8 4,5 5,4

Page 52: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-201142

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

Kelompok/Sub Kelompok

4,75 0,60 1,44 -1,76 4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 0,60 0,91 2,76 -0,75 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77

13,94 -4,64 2,39 -0,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 12,12 2,94 2,25 -2,52 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 8,04 4,32 2,24 -0,88 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 8,94 -2,51 -0,34 -0,54 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 3,79 6,60 2,59 -5,97 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 5,93 0,42 0,18 -2,59 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 7,30 1,68 0,71 3,11 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 -10,49 8,28 1,66 -8,24 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 -1,65 -6,81 -0,81 0,12 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 3,57 1,20 1,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 2,62 2,43 2,40 1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36

2,83 2,35 1,59 1,03 1,46 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 2,15 1,50 5,39 2,15 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 2,60 3,70 2,42 0,82 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 3,58 1,00 0,42 0,26 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 2,16 0,73 1,00 0,12 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 8,94 1,66 -1,48 0,29 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 1,66 1,10 0,95 0,68 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 1,71 1,08 1,00 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,77 2,58 4,48 -1,88 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 3,02 0,35 0,38 0,55 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 2,15 0,30 0,44 0,29 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 2,13 0,23 0,26 0,39 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 -2,46 7,26 13,49 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 1,64 1,10 1,27 1,20 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 1,07 0,69 1,60 1,72 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 2,19 1,60 1,14 1,39 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 2,36 1,61 1,39 0,73 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,76 1,26 1,01 0,42 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 3,77 0,82 0,22 0,22 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 6,76 0,70 0,04 0,06 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 4,95 0,32 0,59 0,46 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 1,14 1,11 0,37 0,16 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,51 1,02 0,48 0,55 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,91 0,49 0,51 0,33 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,92 -2,94 -4,66 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 1,03 -4,46 -6,95 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 0,02 0,20 -0,07 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 1,34 1,64 1,38 0,34 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 3,89 0,00 0,00 0,00 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89

2008 2009 2010 2011 III IV I II III IV I II III IV I II III

I. Bahan Makanan A. Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur, susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol

III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya

V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M

Page 53: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Tabel Statistik

43Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

K o t a

2,92 2,97 -0,56 -0,37 4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 2,61 1,36 1,39 0,35 0,14 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 2,03 1,27 1,56 -0,03 -1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 3,49 3,06 2,22 -0,52 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 2,02 1,37 1,33 -0,20 0,10 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 2,76 1,21 2,26 -0,84 -0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 3,46 2,04 2,07 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 3,17 0,55 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,72 0,58 0,64 -0,43 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 2,06 1,76 -0,19 0,26 -0,72 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 3,22 3,20 -0,29 -0,06 0,09 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 2,00 3,61 0,34 0,09 -0,74 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 3,66 4,95 0,74 0,92 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 2,30 4,26 0,13 -0,78 -0,74 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 4,06 3,04 1,22 -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 3,33 1,19 0,32 -0,73 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 1,99 2,54 0,87 -0,13 0,15 1,73 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 1,89 3,64 1,22 0,78 1,09 1,09 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 1,62 4,50 1,46 0,65 1,31 2,62 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 2,07 3,21 0,00 0,32 -0,06 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 1,75 0,88 1,57 0,63 0,36 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 0,95 2,38 0,46 0,79 -0,27 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 0,78 3,42 1,32 1,67 0,35 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 2,31 3,82 0,03 0,01 -0,26 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 1,26 3,49 0,18 -0,87 -0,20 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 1,74 2,28 -0,07 0,11 -0,14 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 0,69 4,04 0,19 0,91 0,04 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 2,09 3,53 1,16 0,78 0,11 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 1,43 1,74 0,13 1,06 0,19 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 1,61 2,83 0,18 0,72 0,06 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 1,76 2,36 0,45 1,05 1,05 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 1,95 3,16 0,59 0,59 0,11 1,90 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 1,73 2,77 -0,67 1,02 0,08 1,16 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 1,39 2,83 1,05 0,25 0,14 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 1,58 3,10 -0,35 0,90 0,02 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 2,19 2,93 0,38 1,28 0,16 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 1,90 3,85 0,00 0,60 0,07 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 1,63 2,27 -0,32 1,02 0,00 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 1,75 2,56 0,14 1,06 -0,41 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,23 3,14 1,04 2,14 -0,61 1,77 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 0,82 3,23 0,91 1,78 -1,43 3,48 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 4,08 3,16 0,77 2,41 -1,12 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 1,89 6,66 -2,44 0,39 1,10 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 2,04 0,46 1,94 0,85 0,35 2,77 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 0,75 3,21 0,08 1,73 0,50 3,52 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 3,32 2,73 0,02 0,38 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 4,55 1,72 0,68 1,62 -0,82 0,95 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 1,64 3,62 1,76 -0,65 -0,88 1,28 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,40 2,23 1,85 0,30 0,34 1,77 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 1,74 3,02 0,39 0,03 0,31 2,55 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 1,98 2,96 -0,06 1,49 0,42 1,81 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19 2,36

2008 2009 2010 2011

III IV I II III IV I II III IV I II III

1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda

Page 54: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-201144

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

K o t a

5,54 0,82 0,53 1,34 3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 5,01 -0,63 1,78 -0,36 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 3,62 0,27 2,14 0,84 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 3,50 0,14 0,84 -1,13 2,53 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 4,21 0,43 0,40 -0,53 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 3,50 1,16 1,14 -0,12 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 3,30 0,74 2,99 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 4,01 0,16 2,33 0,59 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 5,86 -0,29 -0,35 0,06 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 5,06 -4,80 2,26 -2,43 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 4,30 -0,92 1,25 -0,27 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 8,31 0,62 3,52 0,36 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 7,29 -1,86 0,77 0,52 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 2,88 0,31 -0,06 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89

52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura

NASIONAL

2008 2009 2010 2011 III IV I II III IV I II III IV I II III

Page 55: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · Tekanan terhadap NPI triwulan ini juga tercermin di nilai tukar. Pada triwulan III 2011, nilai tukar rupiah melemah disertai dengan

Tabel Statistik

45Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*

Periode

3.87 0.61 1.60 -0.64 -1.34 -1.20

4.97 1.83 2.11 5.13 8.84 4.85

5.33 2.40 2.58 0.61 0.00 2.31

6.74 3.51 1.51 1.82 -5.00 0.56

6.32 3.39 3.47 3.57 2.63 3.93

2.97 1.64 3.35 5.75 7.05 4.32

7.69 1.61 3.70 3.26 1.80 3.63

7.59 3.70 5.80 11.05 10.00 8.50

7.05 4.08 7.17 6.64 5.88 6.45

7.75 10.78 12.60 15.56 14.14 12.55

4.68 3.54 1.40 -9.23 -5.31 -1.92

0.00 4.27 -4.14 -11.86 -13.55 -6.67

2.93 7.52 -0.26 5.28 2.44 1.80

3.07 -0.40 1.23 0.54 -0.81 0.99

5.19 1.22 1.13 -0.37 -2.86 0.79

1.19 1.05 0.53 0.60 1.88 0.91

2.05 0.60 1.57 0.22 0.27 1.17

2.25 0.80 0.60 0.69 2.70 1.29

3.74 0.52 1.41 0.14 -1.00 1.14

1.75 0.92 1.04 5.17 4.30 2.43

1.16 1.56 1.80 5.13 5.19 2.86

0.22 1.31 0.65 -0.61 3.54 0.65

3.14 0.70 1.18 n.a n.a n.a

2006

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2010

Trw.I

Trw.II

Trw.III

2011

Trw.I

Trw.II

Trw.III