jl.mh. thamrin no.2 jakarta 10110 - indonesia :// · dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014,...

56

Upload: lamdan

Post on 30-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesiahttp://www.bi.go.id

BANK INDONESIA

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanGrup Kebijakan MoneterDepartemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain

dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua

maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang

mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan

moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan

kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang

melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Ronald Waas Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN IV 2012

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.

Untuk tahun 2013, 2014, dan 2015, sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2013-2015 berdasarkan PMK no.66/PMK.011/2012 masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% dengan deviasi +1%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal

terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah

membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Framework)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Kata Pengantar

Di tengah kondisi ekonomi dan pasar keuangan global yang masih lemah, sepanjang triwulan IV 2012 dan untuk keseluruhan tahun, perekonomian Indonesia tetap tumbuh kuat dan terjaga stabil. Konsumsi rumah tangga dan investasi swasta menjadi penopang utama pertumbuhan, sementara kinerja ekspor dan impor menurun sejalan dengan lemahnya permintaan eksternal. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan meningkat didorong oleh tetap kuatnya aktivitas domestik dan peningkatan kinerja eksternal seiring dengan prospek pemulihan ekonomi global. Di sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan diperkirakan masih didominasi oleh sektor-sektor pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan akan mengalami surplus yang semakin meningkat pada triwulan IV 2012. Defisit neraca transaksi berjalan diprakirakan cenderung menurun, meski belum secepat yang diprakirakan. Sementara neraca transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang lebih besar didukung oleh kenaikan investasi langsung dan portofolio. Berdasarkan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir November 2012 mencapai 111,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Selama tahun 2012, nilai tukar rupiah terdepresiasi dengan volatilitas yang tetap terjaga. Sumber tekanan nilai tukar rupiah berasal baik dari eksternal maupun domestik. Masih tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis utang dan fiskal di Eropa, masih lemahnya perekonomian negara maju, serta menurunnya harga komoditas sebagai basis ekspor, melambatnya ekspor di tengah masih tingginya kinerja impor memberikan tekanan pada pergerakan nilai tukar rupiah. Namun, berlanjutnya aliran dana asing ke pasar keuangan domestik akibat kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang masih baik mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut.

Inflasi IHK sepanjang tahun 2012 tetap terkendali dan diprakirakan akan berada di kisaran sasaran inflasi

tahun 2012 yang sebesar 4,5%±1%. Sampai dengan November 2012, inflasi IHK tercatat sebesar 0,07% (mtm) atau 4,32% (yoy). Rendahnya inflasi tersebut akibat terkoreksinya harga beberapa komoditas pangan, terjaganya pasokan, serta berbagai langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga stabilitas harga.

Gubernur Bank Indonesia

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Stabilitas keuangan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang kian membaik. Kinerja industri perbankan yang baik tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah. Kegiatan intermediasi perbankan berupa penyaluran kredit untuk meningkatkan kapasitas perekonomian nasional terus berlanjut.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Desember 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Evaluasi terhadap kinerja tahun 2012 dan prospek tahun 2013-2014 secara umum menunjukkan bahwa perekonomian domestik tumbuh tetap baik dengan stabilitas yang terjaga. Ke depan, dengan mencermati risiko perekonomian global, Bank Indonesia akan memperkuat kebijakan untuk mengelola keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan dengan tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta dukungan koordinasi dengan Pemerintah akan mampu menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2012 serta prospek ke depannya. Saya berharap laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.

Gubernur Bank Indonesia

Dr. Darmin Nasution

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Daftar Isi

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012 .......................... 1

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ................. 3

Asumsi Yang Mendasari Perkiraan Ekonomi ................................... 3

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 4

Prospek Inflasi ................................................................................. 10

3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini .............. 12

Perkembangan Ekonomi Dunia ........................................................ 13

Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 16

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................ 23

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 25

Inflasi .............................................................................................. 27

Disagregasi Inflasi ............................................................................ 27

Perkembangan Pasar Keuangan ...................................................... 29

Kondisi Perbankan........................................................................... 36

Tabel Statistik .................................................................................. 37

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Desember 2012

memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga

tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai

dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Evaluasi terhadap kinerja

tahun 2012 dan prospek tahun 2013-2014 secara umum menunjukkan bahwa perekonomian

domestik tumbuh tetap baik dengan stabilitas yang terjaga. Ke depan, dengan mencermati

risiko perekonomian global, Dewan Gubernur akan memperkuat kebijakan untuk mengelola

keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan dengan tetap memberikan

dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia meyakini bahwa

penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta dukungan koordinasi

dengan Pemerintah akan mampu menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan

pertumbuhan ekonomi nasional.

Dewan Gubernur mencatat bahwa perekonomian dunia tahun 2012 tumbuh lebih

lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Eropa mengalami

kontraksi terkait dengan berlarut-larutnya penyelesaian krisis di kawasan tersebut. Sementara

itu, ekonomi AS tumbuh cukup baik meskipun dibayangi kekhawatiran terhadap ancaman

jurang fiskal (fiscal cliff). Di kawasan Asia, China dan India, sebagai mitra dagang utama

Indonesia, juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

global yang melambat dan harga komoditas yang turun cukup tajam menyebabkan tekanan

inflasi global menurun. Sejalan dengan itu, respons kebijakan negara-negara maju dan juga

beberapa negara emerging markets secara umum masih cenderung akomodatif. Pada tahun

2013 dan 2014, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi dunia akan tumbuh lebih tinggi

dan harga komoditas dunia juga akan mengalami kenaikan.

Dewan Gubernur menilai bahwa perekonomian Indonesia tahun 2012 tumbuh cukup

baik. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2012 diprakirakan sekitar 6,2% sehingga

keseluruhan tahun 2012 mencapai sekitar 6,3%. Kinerja pertumbuhan ditopang oleh

kuatnya permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan investasi, sementara

penurunan kinerja ekspor masih berlanjut. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan

akan kembali meningkat didorong oleh tetap kuatnya permintaan domestik serta peningkatan

ekspor seiring dengan prospek pemulihan ekonomi global dan perbaikan harga komoditas

internasional. Aktivitas ekonomi yang meningkat juga akan didorong oleh persiapan Pemilu

dan daya beli yang membaik. Di sisi lain, investasi tetap kuat seiring dengan iklim usaha yang

kondusif dan optimisme terhadap fundamental dan prospek ekonomi Indonesia.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami defisit pada triwulan I dan II

2012 kembali mengalami surplus pada triwulan III 2012 dan akan semakin meningkat

pada triwulan IV 2012. Defisit transaksi berjalan cenderung terus menurun ke tingkat

yang sustainable, meskipun tidak secepat yang diperkirakan. Akan tetapi defisit transaksi

berjalan tersebut dapat diimbangi oleh surplus pada Transaksi Modal dan Finansial (TMF)

2Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012

yang lebih besar, ditopang oleh peningkatan investasi langsung dan portofolio. Dengan

perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir November 2012 meningkat

menjadi 111,3 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang

luar negeri Pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja neraca pembayaran akan

tetap mengalami surplus, didukung oleh penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang

sustainable serta surplus neraca modal dan finansial yang tetap besar.

Nilai tukar yang mengalami tekanan depresiasi pada triwulan II dan III 2012, kembali

bergerak stabil pada triwulan IV 2012. Tekanan depresiasi rupiah pada triwulan II dan III

2012 terutama akibat ketidakpastian ekonomi global dan tekanan pada neraca pembayaran

Indonesia. Pada triwulan IV 2012 intensitas depresiasi menurun dan rupiah bergerak stabil

sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai

tukar rupiah sesuai dengan tingkat fundamentalnya. Pada November 2012, rupiah secara

point-to-point menguat sebesar 0,12% (mtm) ke level Rp9.594 per dolar AS atau secara

rata-rata melemah 0,25% (mtm) menjadi Rp9.617 per dolar AS. Ke depan, nilai tukar

rupiah akan bergerak stabil didukung oleh kondisi neraca pembayaran yang diprakirakan

akan tetap surplus.

Inflasi sepanjang tahun 2012 tetap terkendali dan diprakirakan pada akhir tahun

akan berada di bawah titik tengah sasaran inflasi tahun 2012 sebesar 4,5%±1%.

Rendahnya tingkat inflasi didukung oleh penerapan bauran kebijakan moneter dan

makroprudensial serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui forum TPI (Tim

Pengendalian Inflasi) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah). Inflasi IHK pada November

2012 tercatat sebesar 0,07% (mtm) atau 4,32% (yoy). Di samping inflasi kelompok volatile

foods dan administered prices yang rendah, inflasi inti juga terkendali dengan rendahnya

imported inflation sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan dan energi global

dan terjaganya stabilitas rupiah, cenderung menurunnya ekspektasi inflasi, serta respons sisi

penawaran yang memadai. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali

dalam kisaran sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2013 dan tahun

2014.

Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan

baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan

modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya

rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu,

pertumbuhan kredit hingga akhir Oktober 2012 mencapai 22,8% (yoy), sedikit melambat

dari 22,9% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan terutama pada kredit konsumsi yang

tumbuh sebesar 18,9% (yoy), sementara kredit modal kerja tumbuh stabil sebesar 22,0%

(yoy). Namun, kredit investasi tetap tumbuh tinggi sebesar 30,3% (yoy), dan diharapkan

dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional. Ke depan, Bank Indonesia meyakini

stabilitas sistem keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang

akan meningkat seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional.

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

Pada tahun 2012, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh cukup baik (6,3%)

meskipun lebih rendah dari tahun sebelumnya akibat perlambatan pertumbuhan

ekonomi dunia. Perlambatan ekonomi global telah berdampak pada kinerja ekspor

sebagaimana terlihat dari lebih rendahnya pertumbuhan ekspor dibandingkan dengan tahun

2011. Di sisi lain, permintaan domestik diperkirakan masih tetap kuat, terutama dari sisi

permintaan rumah tangga dan investasi.

Pada tahun 2013, ekonomi global diperkirakan mulai meningkat secara gradual

sehingga kinerja ekspor diperkirakan akan membaik. Meningkatnya ekspor juga diiringi

oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga yang didukung oleh kuatnya daya beli, terjaganya

keyakinan konsumen, serta dampak diselenggarakannya Pemilu 2014. Potensi pasar yang

besar dan stabilitas makroekonomi menjadi daya tarik yang cukup kuat untuk kesinambungan

laju investasi. Dengan permintaan domestik yang masih kuat dan kinerja ekspor yang

meningkat, impor diperkirakan juga akan mengalami peningkatan. Sementara secara

sektoral, pertumbuhan perekonomian masih didominasi oleh sektor industri pengolahan,

sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor transportasi dan komunikasi.

Inflasi sepanjang tahun 2012 tetap terkendali dan pada akhir tahun akan berada

di bawah titik tengah sasaran inflasi sebesar 4,5% ± 1%. Rendahnya tingkat inflasi

didukung oleh penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta koordinasi

kebijakan dengan Pemerintah melalui forum TPI (Tim Pengendalian Inflasi) dan TPID (Tim

Pengendalian Inflasi Daerah). Ke depan, inflasi diperkirakan akan tetap terkendali dalam

kisaran yang telah ditetapkan yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2013 dan 2014.

ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI

Asumsi Perekonomian Internasional

Setelah tumbuh terbatas pada tahun 2012, perekonomian global diprakirakan

akan meningkat secara gradual. Pada tahun 2012 perekonomian global diperkirakan

mengalami pertumbuhan sebesar 3,2%, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011

yang mencapai 3,8%. Relatif rendahnya pertumbuhan perekonomian di negara maju akibat

krisis utang di Eropa dan masalah jurang fiskal (fiscal cliff) di AS menyebabkan tertahannya

pertumbuhan perekonomian negara-negara emerging markets melalui penurunan harga

komoditas dan volume perdagangan.

Sejalan dengan langkah-langkah kebijakan perbaikan ekonomi di AS dan Eropa, ekonomi

dunia pada tahun 2013 diperkirakan akan membaik mencapai 3,6%.

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

4Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Kinerja perekonomian global yang lebih baik akan diikuti

oleh peningkatan aktivitas perdagangan internasional.

Meningkatnya perdagangan antar negara tersebut pada gilirannya

akan meningkatkan harga komoditas internasional sebagaimana

yang telah diprediksi oleh beberapa lembaga internasional. IMF

memperkirakan terjadi kenaikan volume perdagangan dunia

dari 3,2% di tahun 2012 menjadi 4,5% di tahun 2013. Sejalan

dengan hal tersebut, indeks harga komoditas di tahun 2013

juga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya.

Asumsi Kebijakan Fiskal

Pada tahun 2013 defisit APBN diperkirakan mencapai 1,65%

dari PDB, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya

sejalan dengan upaya pemerintah menjaga kesinambungan

fiskal sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah

yang diambil pemerintah untuk mengurangi defisit diantaranya

dengan mengurangi beban subsidi energi melalui penyesuaian tarif

tenaga listrik sebesar 15%.

Salah satu catatan penting dalam APBN 2013 adalah adanya peningkatan alokasi

anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang tertinggi dibandingkan tahun

sebelumnya. Alokasi belanja infrastruktur pada tahun 2013 akan digunakan untuk

membangun sarana dan prasarana pengairan dan irigasi, transportasi, perumahan dan

pemukiman, komunikasi dan informatika, pertanahan dan penataan ruang. Peningkatan

anggaran untuk pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur tersebut diharapkan

dapat meningkatkan kapasitas produksi yang pada gilirannya akan meningkatkan daya

saing, memperluas kesempatan kerja dan menekan angka kemisikinan.

Selain peningkatan alokasi belanja modal, dalam RAPBN 2013 pemerintah juga

menetapkan untuk meningkatkan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP)

menjadi 24 juta per tahun. Di satu sisi kebijakan ini akan mengurangi pendapatan

pemerintah, namun di sisi lain akan meningkatkan daya beli masyarakat untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Selain dari sisi konsumsi, pemerintah dalam

APBN 2013 telah menganggarkan Rp528 triliun berupa transfer daerah untuk memberikan

dorongan kepada pemerintah daerah dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang

lebih merata.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Pada tahun 2012, perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,3%.

Perlambatan ekonomi global telah berdampak pada kinerja ekspor sebagaimana terlihat

dari pertumbuhan ekspor yang diperkirakan lebih rendah di triwulan IV 2012. Di sisi lain,

Tabel 2.1

Proyeksi PDB Dunia (% yoy)

2012 2013 2010 2011

Proyeksi

PDB Dunia 5,1 3,8 3,3 3,6

Negara Maju 3,0 1,6 1,3 1,5

Amerika Serikat 2,4 1,8 2,2 2,1

Kawasan Eropa 2,0 1,4 -0,4 0,2

Jepang 4,5 -0,8 2,2 1,2

Negara Maju Lainnya 5,9 3,2 2,1 3,0

Negara Berkembang 7,4 6,2 5,3 5,6

Eropa Timur dan Tengah 4,6 5,3 2,0 2,6

Negara Persemakmuran 4,8 4,9 4,0 4,1

Negara Berkembang Asia 9,5 7,8 6,7 7,2

China 10,4 9,2 7,8 8,2

India 10,1 6,8 4,9 6,0

ASEAN-5* 7,0 4,5 5,4 5,8

Amerika Latin & Karibia 6,2 4,5 3,2 3,9

Timur Tengah & Afrika Utara 5,0 3,3 5,3 3,6

* Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan VietnamSumber: IMF, World Economic Outlook, Oktober 2012

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

permintaan domestik diperkirakan masih tetap kuat, dengan meningkatnya kontribusi

konsumsi pemerintah terkait penyerapan yang lebih baik. Secara umum, di tahun 2012,

sumber pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha berasal dari sektor industri

pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor pengangkutan dan

komunikasi.

Pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2013 akan lebih baik dibandingkan

dengan tahun 2012 sejalan dengan kinerja perekonomian dunia yang diperkirakan

meningkat secara gradual. Permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi

pendorong utama pertumbuhan, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Selain itu,

kegiatan terkait dengan persiapan Pemilu 2014 turut menjadi faktor pendorong aktivitas

ekonomi. Pertumbuhan perekonomian dunia yang lebih tinggi akan meningkatkan

permintaan produk ekspor. Peningkatan volume ekspor yang ditunjang dengan tingkat

harga yang lebih baik akan menyebabkan kontribusi sektor eksternal meningkat

dibandingkan tahun 2012. Dari sisi lapangan usaha, sektor-sektor utama, yakni sektor

industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor

pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih akan mendominasi perkembangan

perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan sektor-sektor akan membaik seiring

dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan global.

Seiring dengan berlanjutnya akselerasi pertumbuhan perekonomian global serta

kegiatan terkait Pemilu, perekonomian domestik pada tahun 2014 diperkirakan

akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2013 melalui permintaan domestik

yang semakin kuat dan peningkatan ekspor. Secara sektoral, sektor-sektor utama,

yakni sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta

sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama

perkembangan perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan secara sektoral akan

membaik seiring dengan kondisi perekonomian domestik dan global yang lebih baik.

Prospek Permintaan Agregat

Pada tahun 2013, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap

tumbuh kuat. Pertumbuhan tersebut didukung oleh meningkatnya

pendapatan masyarakat dan inflasi yang relatif terkendali sehingga

akan meningkatkan optimisme dan daya beli masyarakat. Selain itu,

aktivitas terkait dengan Pemilu 2014 dan perekonomian global yang

membaik (yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan

masyarakat melalui pertumbuhan ekspor) juga akan meningkatkan

sisi konsumsi masyarakat.

Terdapat beberapa sumber utama yang menjadi pendorong

peningkatan pendapatan masyarakat. Sampai dengan November

2012, sudah terdapat penetapan kenaikan UMP tahun 2013 untuk

beberapa provinsi. Besaran kenaikan UMP tersebut berbeda-beda,

Grafik 2.1

Indeks Ekspektasi Konsumen – SK BI

���

��������������������������������������

���

���

��

��

�����

�������

��

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� ��

��������������������������������

���� ���� ���� ����

����������������������������������������������������������������������������������������������������������

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

6Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

sesuai dengan tingkat inflasi dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) provinsi-provinsi tersebut.

Secara umum, besaran kenaikan UMP 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan

UMP 2011. Meskipun demikian, dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dampak

kenaikan UMP tersebut diperkirakan tidak akan sepenuhnya ditransmisikan ke harga jual.

Selain UMP, pendapatan pegawai baik swasta maupun aparat negara juga diperkirakan

akan meningkat. Hal itu dikonfirmasi oleh hasil survei yang mengindikasikan adanya

peningkatan penghasilan pada tahun 2013. Selain itu, Pemerintah pada tahun 2013 juga

akan menaikkan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menjadi Rp24 juta per tahun.

Kebijakan ini akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga dapat meningkatkan

pengeluaran dalam bentuk konsumsi dan investasi.

Pada tahun 2013, kontribusi konsumsi riil diprakirakan lebih tinggi dari tahun

sebelumnya. Perkiraan peningkatan tersebut sejalan dengan upaya pemerintah untuk

memperbaiki kualitas belanja yang tercermin dari meningkatnya belanja modal. Di

samping itu, adanya aktivitas yang terkait dengan Pemilu juga menjadi faktor pendorong

pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pola tahun 2008 – 2009, penyelenggaraan Pemilu

memiliki dampak terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi.

Investasi pada tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Hal itu didasarkan pada tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga

domestik yang menguat serta prospek kinerja ekspor ke depan yang membaik. Selain

itu, perkiraan meningkatnya investasi juga didukung oleh adanya alokasi belanja modal

pemerintah yang lebih tinggi, relatif rendahnya suku bunga, serta membaiknya iklim

usaha domestik.

Pada RAPBN 2013, Pemerintah telah meningkatkan alokasi belanja modal.

Pembangunan infrastruktur yang direncanakan pada RAPBN-2013 meliputi pembangunan

jalan, pelabuhan, penyediaan sarana dan prasarana transportasi sungai, danau dan

penyeberangan, pembangunan dan rehabilitasi bandara udara, pembangunan jalur kereta

api baru, pembangunan terminal transportasi jalan pada 24 lokasi, dan pembangunan

prasarana 61 dermaga penyeberangan, serta pengembangan pembangunan dan

pengelolaan pelabuhan perikanan di 25 lokasi. Selain itu, sebagai pendukung pembangunan

infrastruktur, Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk peningkatan kapasitas

pembangkit listrik dan perluasan jaringan transmisi. Pemerintah juga merencanakan

peningkatan kapasitas jalan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang 4.431 km. Agenda akselerasi

pembangunan infrastruktur pada RAPBN-2013 juga didukung dengan penerbitan Perpres

70/2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Perpres 71/2012 tentang

Tata Cara Pengadaan Tanah untuk Pembangunan dan Kepentingan Umum. Kedua

Perpres ini diharapkan dapat mengakselerasi pembangunan infastruktur sehingga target

pembangunan dan pemerataan pertumbuhan dapat tercapai.

Pertumbuhan ekspor berpotensi meningkat pada 2013. Pertumbuhan ekspor barang

dan jasa diprakirakan lebih tinggi dari tahun 2012 terkait pertumbuhan perekonomian

global yang diperkirakan lebih baik diikuti dengan peningkatan harga komoditas. Kinerja

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

ekspor Indonesia diperkirakan meningkat terkait membaiknya pertumbuhan ekonomi

negara-negara Asia seperti China dan India.

Pertumbuhan impor barang dan jasa pada tahun 2013 diperkirakan juga meningkat.

Dengan perkiraan laju pertumbuhan ekspor yang mulai meningkat, pelaku produksi akan

menambah penggunaan bahan baku dan barang modal impor untuk keperluan produksi

barang-barang ekspor.

Prospek Penawaran Agregat

Dari sisi lapangan usaha, struktur perekonomian tahun 2013 masih didominasi oleh

sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan

dan komunikasi. Sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, peran ketiga sektor tersebut

mencapai 63%. Dominasi ketiga sektor tersebut diperkirakan masih berlanjut pada tahun

2014.

K o m p o n e n

Tabel 2.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Sumber : BPS

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 5,2 5,7 5,6 5,4

Konsumsi Pemerintah 3,2 5,9 7,4 -3,2 12,9 6,4

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 10,0 12,3 10,0 10,5 10,7

Ekspor Barang dan Jasa 13,6 7,9 2,2 -2,8 -1,8 1,1

Impor Barang dan Jasa 13,3 8,0 10,9 -0,5 1,9 4,9

PDB 6,5 6,3 6,4 6,2 6,2 6,3

II III IV*2011

20122012*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I

S e k t o r

Tabel 2.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Sumber : BPS

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 3,0 4,3 3,6 4,8 3,1 4,0

Pertambangan & Penggalian 1,4 2,8 2,9 -0,1 -0,1 1,2

Industri Pengolahan 6,2 5,7 5,5 6,4 6,4 6,0

Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 5,2 5,9 5,6 5,2 5,5

Bangunan 6,7 7,2 7,1 8,0 8,2 7,6

Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 8,3 8,9 6,9 6,9 7,7

Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,3 10,1 10,5 10,7 10,4

Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,3 7,0 7,4 7,5 7,1

Jasa-jasa 6,7 5,5 5,7 4,4 5,6 5,3

PDB 6,5 6,3 6,4 6,2 6,2 6,3

I II III IV*2011 2012*

2012

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

8Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Membaiknya kondisi ekonomi global, dan investasi yang

cukup tinggi beberapa tahun terakhir memperkuat kinerja

sektor industri di tahun 2013. Kondisi global yang membaik

membawa harapan akan perbaikan pasar komoditas ekspor

Indonesia. Ekspor yang diperkirakan membaik menjadi pemacu

aktivitas di sektor industri pengolahan dari sisi permintaan.

Dukungan terhadap kinerja sektor industri pengolahan dari sisi

permintaan yang lain datang dari konsumsi masyarakat, serta

tingginya aktivitas di sektor-sektor lain, antara lain sektor bangunan.

Pertumbuhan konsumsi masyarakat yang terjaga pada level cukup

tinggi mendorong aktivitas di sektor industri pengolahan tetap

bergairah, di tengah kelesuan ekonomi global (Grafik 2.2). Dari sisi

penawaran, investasi yang relatif tinggi beberapa waktu terakhir

memungkinkan sektor industri pengolahan mampu merespons

dengan baik peningkatan permintaan, baik dari sisi eksternal

maupun dari sisi domestik (Grafik 2.3). Dengan didukung oleh

faktor-faktor yang lebih kondusif sektor industri pengolahan

diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan

tahun 2012.

Subsektor industri makanan, minuman dan tembakau

(mamin) diperkirakan akan berperan cukup penting dan

tumbuh tinggi di tahun 2013. Selain didukung oleh pasar

domestik yang luas dengan kemampuan daya beli yang masih solid,

kinerja subsektor makanan dan minuman akan diuntungkan oleh

persiapan pemilihan umum (Pemilu) tahun 2014. Aktivitas terkait

Pemilu 2014 diperkirakan sudah dimulai pada triwulan III 2013

dan akan mencapai puncaknya pada triwulan I 2014. Hal tersebut

didasarkan pada kondisi yang terjadi pada masa persiapan pemilu

tahun 2009. Pada saat itu, krisis ekonomi global yang merebak

di tahun 2008 telah memengaruhi kinerja ekonomi domestik.

Namun, sektor industri pengolahan masih mampu menunjukkan pertumbuhan positif,

kendati mengalami perlambatan yang cukup tajam. Hal tersebut didukung terutama oleh

subindustri mamin yang tumbuh tinggi terkait dengan kegiatan persiapan pemilu tahun

2009 (Grafik 2.4)

Subsektor industri lain yang diperkirakan menjadi mesin pendorong kinerja sektor

industri di tahun 2013 yaitu industri semen, otomotif dan besi baja. Pembangunan

infrastruktur terkait Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) yang masih berlangsung, serta proyek pembangunan properti (untuk

bisnis dan tempat tinggal) yang cukup marak mendorong tingginya permintaan pada

industri semen, besi dan baja. Kondisi ini juga tercermin pada sektor bangunan yang

diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari tahun 2012. Sementara

itu, prospek industri otomotif masih tetap optimis. Pasar domestik yang cukup besar dan

Grafik 2.2

Pertumbuhan Ekspor, Manufaktur & Konsumsi

Grafik 2.3

Perkembangan Investasi

�������

��������

��

��

��

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���������� ����������� ��������������������

�� ��

��

��

��

�� ����

������������������������������

��

��

��

������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

komposisi penduduk kelas menengah yang sedang bertumbuh

serta didukung oleh daya beli yang memadai telah menciptakan

kondisi yang cukup kondusif bagi berkembangnya industri otomotif

di tanah air.

Kuatnya permintaan domestik menjadi pendukung kinerja

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Pada tahun

2013, sektor ini diperkirakan tumbuh lebih tinggi. Besarnya potensi

pasar yang tersedia di Indonesia serta daya beli yang cukup tinggi,

menjadi faktor pendorong berkembangnya aktivitas di sektor PHR.

Potensi tersebut telah dimanfaatkan oleh pelaku usaha di bidang

ritel untuk berekspansi lebih dekat kepada konsumen. Hal tersebut

terlihat dari banyaknya gerai-gerai mini market, yang dibangun di

sekitar tempat tinggal. Seiring dengan semakin dekatnya pelaku

pedagang eceran kepada masyarakat, nilai penjualan eceran

menunjukkan kecenderungan meningkat.

Perkembangan di sektor PHR juga didukung oleh kinerja sektor pariwisata, yang

kian mendapat perhatian dari pemerintah karena besarnya potensi sumbangannya

terhadap perekonomian. Seiring dengan meningkatnya kemampuan ekonomi

masyarakat, pola konsumsi masyarakat mulai bergeser ke arah konsumsi nonmakanan,

termasuk berwisata di dalamnya (Grafik 2.5). Perkembangan pariwisata tidak hanya

didukung oleh wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan asing. Kondisi perekonomian

global yang diperkirakan lebih baik akan mendorong optimisme meningkatnya kedatangan

wisatawan asing ke tanah air (Grafik 2.6).

Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

kreatif (Kemenparekraf) berencana untuk mengembangkan tujuh wisata minat

khusus. yaitu wisata budaya dan sejarah; alam dan ekowisata; olahraga rekreasi, seperti

sepeda, golf, selancar , kapas pesiar; belanja dan kuliner; kesehatan dan kebugaran

serta kegiatan konferensi (meeting, incentive, convention and

event/mice). Dengan perkembangan ini, kegiatan usaha terkait

penyediaan akomodasi menjadi menarik. Sehingga daerah-daerah

yang memiliki potensi besar sebagai daerah tujuan wisata banyak

melakukan ekspansi di bidang penyediaan akomodasi.

Perekonomian Indonesia yang diperkirakan akan tetap tumbuh

tinggi pada tahun 2013 akan mendorong meningkatnya arus

penumpang dan barang serta kebutuhan masyarakat akan

jasa komunikasi. Hal tersebut menjadi faktor yang mendorong

kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan

sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan lebih

tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Mobilitas penumpang dan

barang yang diperkirakan akan meningkat telah diantisipasi oleh

berbagai maskapai penerbangan melalui penambahan frekuensi

Grafik 2.4

Pertumbuhan Makanan, Minuman, dan Tembakau

Grafik 2.5

Proporsi Konsumsi Makanan dan Nonmakanan

����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������� �����������

����������

����

����

���

���

���� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� ������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����������������������������� ������������������������������������

������

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

10Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

terbang, penambahan rute baru dan sebagai konsekuensinya

melakukan penambahan armada (Grafik 2.7). Apabila Indonesia

dapat mencapai peringkat (rating) ‘One’ dari Federal Aviation

Administration (FAA) dalam industri penerbangan pada tahun

2013, jangkauan wilayah terbang industri penerbangan Indonesia

akan semakin luas.

Selanjutnya, untuk mendukung aktivitas ekonomi yang cukup

tinggi, ketersediaan informasi yang tepat dan cepat semakin

dibutuhkan. Dengan kondisi tersebut penggunaan internet dan

komunikasi data akan terus meningkat. Peningkatan jaringan

broadband, terutama jaringan generasi ketiga (third generation/3G)

dikembangkan oleh hampir semua operator komunikasi untuk

meningkatkan layanan kebutuhan informasi data masyarakat.

Selain tiga sektor utama di atas, sektor lain yang juga tumbuh

tinggi dan keberhasilannya akan ikut memengaruhi kinerja sektor-sektor lain di

masa mendatang, yaitu sektor bangunan. Dengan semangat membangun konektivitas

antar-koridor ekonomi terkait pelaksanaan program Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi (MP3EI), aktivitas pembangunan fisik, terutama infrastruktur

meningkat. Dukungan pemerintah dalam membangun infrastruktur tercermin dari

peningkatan anggaran infrastruktur dan berbagai insentif kemudahan.

Kendala utama klasik yang hingga kini masih membayangi

pembangunan infrastruktur yaitu sulitnya pembebasan lahan.

Pada tahun 2014, proses pemulihan kondisi ekonomi global

diperkirakan berjalan lebih baik. Hal itu akan berdampak positif

bagi perekonomian domestik. Kinerja perekonomian domestik

diperkirakan akan lebih baik dari tahun 2013. Kinerja ekonomi yang

lebih baik tersebut, selain didukung oleh kondisi global yang membaik

juga adanya penyelenggaraan pemilihan umum. Apabila kondisi

keamanan kondusif, berbagai aktivitas terkait penyelenggaraan

pemilu, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan akan turut

mendorong pertumbuhan usaha-usaha yang terkait dengan kegiatan

pemilu, seperti kegiatan promosi/iklan, usaha makanan, minuman

dan rokok. Namun dari sisi struktur, peran pertumbuhan ekonomi

masih akan didominasi oleh sektor industri pengolahan, PHR,

pengangkutan dan komunikasi.

PROSPEK INFLASI

Inflasi tahun 2013 diprakirakan akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran yang

telah ditetapkan yaitu 4,5%±1%. Optimisme untuk membawa inflasi pada kisaran

targetnya tersebut antara lain dilandasi oleh keberhasilan dalam mengendalikan inflasi

di tahun 2012. Penguatan bauran kebijakan yang terus ditempuh Bank Indonesia telah

Grafik 2.6

Jumlah Wisatawan Asing

Grafik 2.7

Jumlah Penumpang Pesawat Terbang

�������������

��

��

��

��

��

����� ���� ����� �����

��������������������������������������������

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� ����� �����

������

������

�����

�����

�����

�����

����������

���������������������

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

mampu mengendalikan tekanan inflasi baik yang berasal dari faktor eksternal maupun

domestik sekaligus menjaga ekspektasi inflasi. Pada saat bersamaan, komitmen Pemerintah

untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan, termasuk

kebutuhan pokok bagi golongan masyarakat miskin, serta tersedianya Pusat Informasi Harga

Pangan Strategis (PIHPS) turut mendukung tetap terkendalinya inflasi kelompok volatile

foods di tahun 2012. Melalui penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial

serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, inflasi tahun 2013 diprakirakan akan tetap

terjaga dalam kisaran 4,5% ± 1%.

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

12Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

Ekonomi dunia selama tahun 2012 diliputi ketidakpastian dan mengalami

perlambatan. Ekonomi global yang melemah dipengaruhi oleh penyelesaian krisis di

Eropa yang cenderung berlarut-larut, koreksi pertumbuhan ekonomi Asia (China, Jepang,

dan India), dan masih rentannya pertumbuhan AS yang dibayangi risiko terkait jurang

fiskal. Perdagangan dunia tahun 2012 lebih rendah dari prakiraan awal dan disertai

dengan anjloknya harga komoditas global sehingga berdampak pada kinerja sektor

eksternal negara-negara emerging markets Asia yang cenderung melemah. Sejalan

dengan perlambatan ekonomi dunia, tekanan inflasi global cenderung mereda. Pasar

keuangan global mengalami tekanan dibayangi permasalahan krisis utang kawasan

Eropa khususnya pada paruh pertama tahun 2012. Respons kebijakan otoritas di negara

maju secara umum masih akomodatif guna mendorong aktivitas perekonomian. Hal

yang sama juga terjadi pada respons kebijakan otoritas di negara berkembang yang

secara umum cenderung akomodatif.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap solid

di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global. Sumber pertumbuhan

berasal dari kinerja konsumsi rumah tangga yang tetap kuat dan peningkatan investasi.

Kinerja ekspor mulai mengalami pemulihan meski masih terbatas sejalan dengan masih

lemahnya permintaan eksternal. Di sisi lain, impor masih relatif tinggi seiring dengan

masih kuatnya permintaan domestik dan perbaikan ekspor.

Tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan IV

2012 namun dengan intensitas yang lebih moderat dan tingkat volatilitas yang

lebih terjaga. Pelemahan rupiah terutama disebabkan oleh masih tingginya permintaan

valuta asing di pasar valuta asing domestik sejalan dengan masih tingginya impor di

tengah perbaikan ekspor yang masih terbatas. Namun, tekanan depresiasi cenderung

berkurang seiring dengan arus masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio

yang meningkat.

Di sisi harga, inflasi IHK tetap terkendali sesuai dengan kisaran sasarannya.

Tetap rendahnya inflasi IHK didukung oleh semua faktor baik fundamental maupun

nonfundamental. Inflasi inti tetap terjaga pada level yang didukung oleh memadainya

kemampuran sisi penawaran dalam merespons permintaan dan volatilitas nilai tukar

yang terjaga. Sementara itu, inflasi volatile food dan inflasi administered price tercatat

rendah sejalan dengan peningkatan produksi pangan dan relatif minimalnya gangguan

distribusi serta tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa

yang bersifat strategis.

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

13Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Di pasar keuangan, perkembangan suku bunga PUAB selama tahun 2012

cenderung bergerak di batas bawah koridor. Sementara itu, suku bunga kredit dan

suku bunga deposito menunjukkan tren yang menurun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Kinerja pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencatat

pertumbuhan yang positif didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat

serta persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perekonomian dunia selama tahun 2012 masih diwarnai dengan ketidakpastian

dan diprakirakan tumbuh melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Selama tahun 2012, perekonomian dunia diwarnai oleh perlambatan aktivitas ekonomi

di sejumlah negara Eropa, sementara pertumbuhan ekonomi Asia seperti China, Jepang,

dan India juga tidak sebaik prakiraan awal. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan

volume perdagangan dunia yang menurun dan diikuti dengan anjloknya harga komoditas

global. Dengan kondisi tersebut, inflasi dunia juga cenderung menurun. Di pasar

keuangan, krisis utang di kawasan Eropa mengakibatkan tertekannya pasar keuangan

dunia terutama pada semester pertama tahun 2012. Sementara itu, respons kebijakan

moneter negara maju dan berkembang selama tahun 2012 cenderung longgar dan

akomodatif disertai dengan kebijakan nonkonvensional seperti pembelian surat-surat

berharga oleh European Central Bank (ECB), Federal Reserve, dan Bank of Japan (BoJ)

untuk meredakan gejolak di pasar keuangan dan mendorong aktivitas perekonomian.

Sementara di Asia, di samping memotong suku bunga, bank sentral China dan India

menurunkan reserve requirement dengan harapan mendorong ekspansi kredit ke sektor

riil. Pada tahun 2013, ekonomi dunia diprakirakan tumbuh lebih baik meski beberapa

risiko masih harus dicermati seperti adanya jurang fiskal AS, ketidakpastian penyelesaian

krisis utang dan dampak penghematan anggaran di Eropa, serta berakhirnya fiskal

stimulus Jepang.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, perekonomian AS tumbuh

lebih baik pada tahun 2012. Respons kebijakan fiskal dan

moneter yang akomodatif disertai dengan meredanya gejolak

sektor perumahan berkontribusi pada prospek ekonomi AS yang

diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2012 sebesar 2,0%

(yoy). Namun, pertumbuhan tersebut masih rentan sebagaimana

tercermin pada aktivitas sektor industri sepanjang tahun 2012

yang terindikasi menurun seiring dengan melemahnya permintaan

global. Hal tersebut juga didukung oleh PMI manufaktur yang

sempat berada di fase kontraksi (indeks di bawah level 50) dan

moderatnya pertumbuhan indeks produksi (Grafik 3.1). Dari sisi

konsumsi, lambatnya penyerapan tenaga kerja, yang tercermin

dari indikator nonfarm payroll yang tumbuh tidak setinggi

pada tahun 2011 (Grafik 3.2), mendorong tertekannya kinerja

penjualan eceran.

Grafik 3.1

Survey ISM - PMI Manufaktur dan Jasa AS

��

������

��

��

��

��

��

��

����

����

����

����

�������������������������� ��������

������������������

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

14Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Perekonomian kawasan Eropa pada tahun 2012 diprakirakan

mengalami resesi dan tumbuh relatif stagnan pada

tahun 2013. Kebijakan penghematan fiskal yang diterapkan

oleh beberapa negara di kawasan Eropa berdampak pada

tertekannya aktivitas ekonomi. Hal tersebut pada akhirnya

berimbas pada terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

dan meningkatnya pengangguran. Tingkat pengangguran

Eropa melonjak naik mencapai 11,6% pada September 2012

atau tertinggi sepanjang sejarah berdirinya kawasan Eropa.

Meningkatnya level pengangguran tersebut memicu pelemahan

kinerja konsumsi yang tercermin dari keyakinan konsumen yang

melemah (Grafik 3.3) dan penjualan eceran yang hanya tumbuh

moderat. Sementara itu, sektor industri juga memburuk yang

tercermin dari PMI manufaktur yang masih berada pada fase

kontraksi. Namun, positifnya pertumbuhan ekspor disertai

dengan pelemahan mata uang Euro mampu mencatatkan

surplus neraca perdagangan. Dengan perkembangan tersebut,

pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa untuk keseluruhan tahun

2012 diprakirakan sebesar -0,5% (yoy).

Perekonomian Asia diprakirakan tumbuh melambat

terimbas dari kondisi pelemahan ekonomi global. Hampir

sebagian besar kinerja industri Asia mengalami perlambatan

yang terindikasi dari indikator PMI manufaktur yang sempat

berada dalam fase kontraksi. Penurunan aktivitas industri

tersebut ditengarai akibat tertekannya kinerja ekspor seiring

dengan melambatnya permintaan global dan menurunnya

harga komoditas internasional. Namun, masih cukup kuatnya

permintaan domestik dan didukung dengan kebijakan yang

cenderung longgar mampu menahan perlambatan aktivitas

ekonomi Asia.

Ekonomi China pada tahun 2012 mengalami perlambatan

yang cukup signifikan. Upaya yang dilakukan pemerintah China

untuk mengurangi ketergantungan pada sektor eksternal dan

mencegah asset price bubble di sektor perumahan berdampak

pada penurunan aktivitas ekonomi China. Perekonomian China

diprakirakan tumbuh sebesar 7,7% (yoy) pada tahun 2012,

menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 9,3% (yoy). Kinerja investasi sebagai penyokong

utama pertumbuhan ekonomi China berada dalam tren menurun

yang dikontribusi oleh sektor properti. Sektor produksi China

juga mengalami penurunan yang tercermin dari indikator PMI

Grafik 3.2

Nonfarm Payroll dan Tingkat Pengangguran AS

Grafik 3.3

Indeks Keyakinan Konsumen Eropa

������������������������������������������������������������������

������������

���

��

�����������������

��� ��� ��� �������

��� ������� ����

���

���

���

���

����

����

����

����

���

������

Grafik 3.4

Indeks Produksi Negara Asia

����������������������������������������

���������

���

���

���

��

��

��

��

��

��

����������������������������

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

�����������������

���������

�����

������

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

��

��

�������

�����������������

���������� �����������

��������

�����

���������

�����������������

��

���

�����

�������

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

15Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

manufaktur China yang sempat berada pada fase kontraksi. Hal tersebut sejalan dengan

pertumbuhan indeks produksi yang tumbuh moderat. Tertekannya produksi manufaktur

China juga terkonfirmasi dari perlambatan kinerja ekspor China akibat melemahnya

permintaan global. Dari sisi konsumsi, penjualan eceran juga tumbuh melambat sejalan

dengan tren pelemahan keyakinan konsumen. Namun, dampak pelonggaran kebijakan

moneter seperti penurunan suku bunga dan Reserve Requirement Ratio (RRR) terindikasi

mulai memberikan dampak positif terutama pada paruh kedua tahun 2012.

Harga komoditas internasional diprakirakan tumbuh negatif pada tahun 2012

sejalan dengan masih lemahnya permintaan global. Sampai dengan November

2012, Indeks Harga Komoditas Ekspor (IHEx) nonmigas tumbuh sebesar -11,9% (yoy)

yang dikontribusi oleh anjloknya harga komoditas pertanian. Dampak quantitative

easing III (QE III) belum mampu mengangkat harga komoditas dunia seiring dengan

menurunnya permintaan dunia yang disertai dengan melimpahnya pasokan. IHEx untuk

keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh sebesar -14,8% (yoy). Di sisi lain, harga

minyak pada tahun 2012 diprakirakan relatif tidak berubah dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Pasokan minyak dunia yang meningkat seiring dengan meredanya krisis

geopolitik Middle East and North Africa (MENA) disertai dengan tren bearish pasar

keuangan internasional mendorong harga minyak dunia untuk turun cukup dalam

pada pertengahan tahun 2012. Sementara stimulus moneter QE III pada September

2012 belum mampu mendorong kenaikan harga minyak cukup signifikan terutama

pada akhir tahun 2012.

Memasuki akhir tahun 2012, tekanan inflasi global mereda. Tekanan inflasi global

(komposit) sempat mencetak level tertinggi pada Januari 2012 sebesar 3,6% (yoy)

namun kemudian berangsur-angsur mereda menjadi ke level 3,1% (yoy) pada Oktober

2012. Meredanya tekanan inflasi dunia disebabkan oleh melambatnya aktivitas ekonomi

dunia yang disertai dengan menurunnya harga komoditas dunia. Sementara laju inflasi

dunia untuk keseluruhan tahun 2012 berdasarkan Consensus Forecast November 2012

diprakirakan mencapai 3,28% (yoy) yang dikontribusi oleh inflasi IHK di negara maju dan

berkembang yang masing-masing diprakirakan mencapai 2,0% (yoy) dan 4,9% (yoy).

Respons kebijakan moneter bank sentral negara maju masih akomodatif disertai

dengan berbagai kebijakan nonkonvensional lainnya yang dapat mendorong

aktivitas perekonomian. Hampir sebagian besar kebijakan bank sentral negara maju

masih akomodatif yang ditandai dengan tertahannya suku bunga pada level yang

sangat rendah oleh bank sentral AS (Federal Reserve), Jepang (BoJ), dan Inggris (BoE).

Bank sentral Eropa (ECB) memotong suku bunga pada Juli 2012 sebesar 25bps menjadi

0,75%, sedangkan Bank Sentral Australia (RBA) telah memotong suku bunganya

sebesar 125bps menjadi ke level 3,0% (yoy). Bank sentral Eropa lainnya seperti Swedia

dan Norwegia menurunkan suku bunga acuannya masing-masing sebesar 50bps

dan 25bps. Di samping itu, beberapa bank sentral utama seperti AS, Inggris, Jepang,

dan Eropa mengumumkan kebijakan nonkonvensional seperti pembelian Surat-surat

Berharga (SSB) dengan harapan dapat mendorong aktivitas ekonomi sektor riil. Federal

Reserve pada 13 September 2012 mengumumkan kebijakan Quantitative Easing tahap

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

16Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

III dengan pembelian SSB jenis mortgage backed securities sebesar 40 miliar dolar AS tiap

bulannya tanpa ada batasan waktu. Bank of England (BoE) mengumumkan tambahan

Asset Purchase Program (APP) sebesar 50 miliar poundsterling yang menjadikan total APP

sebesar 375 miliar poundsterling. Pada 6 September 2012, ECB juga mengumumkan

pembelian SSB melalui mekanisme Outright Monetary Transactions (OMT) tanpa

menyebutkan jumlah total pembelian. Bank of Japan mengumumkan penambahan

pembelian SSB sebesar 11 triliun yen dan menjadikan total sebesar 91 triliun yen yang

difokuskan pada pembelian SSB milik pemerintah (government bond) dan diprakirakan

akan berakhir pada akhir tahun 2013.

Hampir sebagian besar bank sentral negara emerging markets juga melakukan

pelonggaran kebijakan moneter dengan cara menurunkan suku bunga dan

suplemen kebijakan lainnya. Beberapa bank sentral Asia yang menurunkan suku

bunganya sepanjang tahun 2012 yaitu Filipina (-75bps), China (-56bps), India (-50bps),

Korea (-50bps), Indonesia (-25bps), dan Thailand (-25bps). Bank sentral Malaysia tidak

mengubah suku bunganya sehingga tetap di level 3,0%. Bank sentral kawasan Amerika

Latin yang memotong suku bunganya yaitu Brazil (-325bps) dan Kolombia (-50bps).

Di samping pemotongan suku bunga, bank sentral China dan India juga menempuh

penurunan reserve requirement dengan harapan dapat mendorong laju ekspansi kredit

perbankan. Beberapa bank sentral di kawasan emerging markets juga menempuh

kebijakan makroprudensial sebagai upaya meredam gejolak di pasar valas seperti: (i) Bank

sentral Turki menaikkan proporsi GWM dalam bentuk valas menjadi 55% dari 50% (Juli

2012), (ii) Bank sentral Peru membuka fasilitas repo valas sejak April 2011 sebesar 50

juta dolar AS dengan rate 5,5% (Mei 2012), (iii) Bank sentral Brazil membuka fasilitas

swap valas sebesar 2,4 miliar dolar AS dengan tenor 40 hari (Mei 2012).

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh stabil di

level 6,2% (yoy) (Tabel 3.1). Permintaan domestik yang tetap kuat masih menjadi

penopang pertumbuhan. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat sejalan

dengan keyakinan konsumen yang masih baik dan adanya potensi perbaikan daya

beli masyarakat. Konsumsi pemerintah diprakirakan terakselerasi pada triwulan IV

2012 sesuai dengan pola historisnya. Kinerja investasi diprakirakan sedikit meningkat

sejalan dengan optimisme yang masih baik dan iklim usaha yang kondusif. Ekspektasi

pemulihan perekonomian dunia mendorong perbaikan kinerja ekspor meskipun masih

terbatas. Merespons perbaikan ekspor dan masih kuatnya permintaan domestik, impor

juga berpotensi kembali menunjukkan peningkatan.

Untuk keseluruhan tahun, perekonomian Indonesia tahun 2012 diprakirakan

tumbuh sebesar 6,3% (yoy), melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Perlambatan ekonomi tersebut disebabkan oleh menurunnya kinerja eksternal sejalan

dengan kinerja perdagangan internasional yang memburuk terutama mulai paruh

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

17Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Grafik 3.5

Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI

kedua tahun 2012. Namun, masih kuatnya permintaan domestik mampu menopang

pertumbuhan ekonomi sehingga tetap tumbuh tinggi di atas 6%. Konsumsi rumah

tangga tumbuh tinggi mencapai titik tertingginya sejak krisis finansial global tahun

2008/2009. Hal tersebut didukung oleh keyakinan konsumen yang terus menguat

dan daya beli yang relatif terjaga. Peranan konsumsi pemerintah juga mengalami

peningkatan terkait adanya upaya peningkatan belanja pemerintah. Kinerja investasi

tumbuh meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya didukung oleh optimisme

pelaku usaha dan iklim usaha yang kondusif. Sementara itu, ekspor tumbuh melemah

seiring dengan masih terpuruknya proses pemulihan perekonomian dunia. Kinerja impor

juga mengalami pelemahan merespons kinerja ekspor yang menurun namun masih

relatif tinggi didorong oleh masih kuatnya permintaan domestik.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap tumbuh

tinggi yaitu sebesar 5,6% (yoy) dan secara keseluruhan tahun tumbuh sebesar

5,4% (yoy). Masih kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan

berkurangnya level pengangguran terbuka serta didukung oleh optimisme konsumen

yang meningkat. Dorongan meningkatnya keyakinan akan

penghasilan, lapangan kerja saat ini, serta ekspektasi konsumen

ke depan mendorong Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank

Indonesia pada November 2012 terus menguat (Grafik 3.5).

Namun, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) BPS pada triwulan

laporan diprakirakan sedikit menurun, namun masih tetap

tumbuh pada level yang tinggi.

Pergerakan indikator-indikator dini konsumsi rumah

tangga mengonfirmasi masih kuatnya pertumbuhan

konsumsi rumah tangga. Indeks penjualan eceran riil pada

triwulan IV 2012 masih tumbuh pada level tinggi meski sedikit

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya akibat

faktor musiman berupa hari raya (Grafik 3.6). Lebih rendahnya

pertumbuhan penjualan eceran pada triwulan laporan bersumber

Indikator

Tabel 3.1

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan

Sumber :BPS

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 4,9 5,2 5,7 5,6 5,4

Konsumsi Pemerintah 2,8 4,5 2,8 2,8 3,2 5,9 7,4 -3,2 12,9 6,4

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,3 9,3 7,1 11,5 8,8 10,0 12,3 10,0 10,5 10,7

Ekspor Barang dan Jasa 12,2 17,2 17,8 7,9 13,6 7,9 2,2 -2,8 -1,8 1,1

Impor Barang dan Jasa 14,4 15,3 14,0 10,1 13,3 8,0 10,9 -0,5 1,9 4,9

PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,2 6,3

I III IIIII III IV*IV2011

2011 20122012*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

���������

�������������������

���

���

��

��

��

����������

��

���������

���

�����

��������������������������������������������������

�� ��� �� �����

�� ��� �� �����

�� ��� �������

��� ��� ��� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

18Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

dari kelompok makanan dan minuman, perlengkapan rumah

tangga, dan bahan bakar. Penjualan mobil dan sepeda motor

pada Oktober 2012 relatif stabil. Perkembangan profit margin

dan Return of Equity (ROE) hingga triwulan III 2012 mengalami

peningkatan, dimana hal tersebut menunjang penghasilan

konsumen kelas menengah atas khususnya para pelaku usaha.

Kinerja investasi pada triwulan IV 2012 diprakirakan

mengalami kenaikan sejalan dengan optimisme yang masih

tinggi dan iklim usaha yang kondusif. Masih kuatnya investasi

didukung oleh kinerja konsumsi yang berpotensi tetap kuat

pada dua triwulan ke depan dan adanya ekspektasi pemulihan

ekspor. Hasil Survei Keyakinan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan

nilai investasi yang diprakirakan masih tinggi pada semester

II 2012, meskipun sedikit turun. Investasi tersebut didominasi

oleh investasi baru. Namun, optimisme pelaku usaha menurut Indeks Tendensi Bisnis

(ITB) BPS diprakirakan sedikit menurun pada triwulan laporan setelah naik tajam pada

triwulan sebelumnya (Grafik 3.7). Persepsi positif terhadap investasi turut didukung

oleh kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade dari lembaga Rating &

Investment (R&I) pada Oktober 2012.

Motor utama pertumbuhan investasi masih ditopang oleh investasi

nonbangunan. Tetap tingginya konsumsi rumah tangga pada paruh kedua tahun 2012

disertai dengan potensi perbaikan kinerja ekspor secara bertahap mampu mendorong

peningkatan investasi. Namun, terdapat risiko lebih rendahnya pertumbuhan investasi

terkait impor barang modal yang melambat pada triwulan IV 2012 terutama impor

mesin dan peralatan transportasi untuk industri. Meskipun impor melambat, namun

prospek perbaikan ekspor diprakirakan akan meningkatkan rencana investasi baru

khususnya produsen kendaraan bermotor. Sementara itu, pertumbuhan investasi

bangunan mengalami kenaikan sebagai akibat dari aktivitas ekonomi domestik yang

masih kuat. Hal tersebut tercermin dari indikator rata-rata penjualan semen dan impor

bahan bangunan yang mengalami peningkatan. Selain itu, akselerasi penyerapan belanja

modal pemerintah pada akhir tahun turut mendukung tumbuhnya kinerja investasi. Di

sisi pembiayaan, kredit investasi secara riil tumbuh stabil di kisaran 25% didukung oleh

menurunnya suku bunga investasi riil (Grafik 3.8). Sementara suku bunga deposito riil

satu bulan yang tetap rendah diperkirakan juga akan memberikan efek peningkatan

investasi.

Kinerja konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh meningkat pada triwulan IV

2012 terkait pemenuhan serapan anggaran pada akhir tahun. Secara total, serapan

belanja pemerintah sampai dengan Oktober 2012 telah mencapai 69,3% dari APBN-P,

lebih baik daripada periode yang sama tahun sebelumnya (67,7%). Perbaikan terjadi

terutama pada belanja modal. Percepatan belanja khususnya belanja barang dan modal

diprakirakan akan terjadi pada triwulan IV 2012 sesuai dengan pola historisnya.

Grafik 3.6

Indeks Penjualan Eceran

��������

��

��

��

��

���

���� �� ��� �� � �� ���� ��� ���

���� ���� ����

����������������������������������

���������������������

�������

�����

�������

����������

�������������������������

�����������

�������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

19Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Kinerja ekspor pada triwulan IV 2012 diprakirakan membaik

meskipun masih terbatas. Penurunan kinerja ekspor yang lebih

dalam berpotensi tertahan di penghujung tahun didorong oleh

perkiraan mulai membaiknya volume perdagangan dunia dan

harga komoditas internasional meskipun dalam kisaran yang

sangat moderat. Kembali meningkatnya pertumbuhan ekspor

nonmigas secara rata-rata triwulan terutama pada komoditas

pertambangan dan industri dapat mendorong peningkatan ekspor

pada triwulan IV 2012. Dilihat dari komponennya, pertumbuhan

ekspor industri pada awal triwulan IV 2012 tumbuh membaik,

terutama pada komoditas logam dasar besi dan baja serta

produk kimia (Grafik 3.9). Pada kelompok pertanian, berlanjutnya

perlambatan ekspor terjadi pada komoditas utama seperti

ikan, udang, kopi, dan kakao sementara komoditas karet alam

tercatat membaik. Kondisi tersebut disebabkan oleh rendahnya

harga komoditas pertanian disertai dampak tertundanya musim

tanam. Di sisi lain, kontraksi ekspor migas diprakirakan masih

berlanjut hingga awal tahun 2013. Hal tersebut disebabkan oleh

lifting minyak yang masih belum mencapai target karena faktor

penyusutan produksi tambang lama dan gangguan produksi.

Impor pada triwulan IV 2012 diprakirakan kembali

meningkat merespons kinerja permintaan domestik dan

perbaikan ekspor, meskipun masih terbatas. Prakiraan

tersebut didukung oleh indikasi positif perkembangan investasi

dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh kuat. Kinerja impor

terutama ditunjang oleh impor nonmigas yaitu kelompok impor

bahan baku yang tumbuh tinggi terkait dengan tingginya investasi

nonbangunan (Grafik 3.10). Impor barang konsumsi dan barang

modal hingga awal triwulan IV 2012 tercatat tumbuh melambat.

Perlambatan impor barang konsumsi terutama terjadi pada

komoditas makanan dan peralatan transportasi non industri.

Sejalan dengan hal tersebut, impor barang modal tumbuh

melambat terutama akibat merosotnya impor barang selain

perlengkapan transportasi dan perlengkapan transportasi untuk

industri. Di sisi migas, kenaikan impor didorong oleh peningkatan

konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.

Operasi Keuangan Pemerintah

Kinerja operasi keuangan pemerintah sampai dengan

November 2012 diprakirakan tetap baik meski penerimaan

terindikasi melambat di tengah belanja yang relatif

stabil. Menurunnya penerimaan negara terutama disebabkan

Grafik 3.9

Ekspor Nonmigas

Grafik 3.7

Indeks Tendensi Bisnis - BPS

Grafik 3.8

Kredit Investasi & Suku Bunga Kredit Investasi Riil

�������������������������������

�����������

�����������������������������

�����������

��������������������

��

��������

��

��

��

��

��

�� � � � � ��

����� � � � � ��

����� �

����

���

��

��� � �

�����������������������������������������

���

������

���

���

���

��

��� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���

���� ���� ����

��������������������������������� ���������� ������������������� ���������

������������

���

���

���

��

��

��

��

������

���

��������

��

��

���

���

���� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ���� ����

���� ���� ����

���������������

���������

������������������

������������

��� ����

����

���� ���� �������

��������

��� �������

����

����

�����

����

���

������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

20Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

oleh melambatnya perekonomian global dan domestik. Di sisi

lain, penyerapan belanja negara relatif stabil dengan sumber

pengeluaran berasal dari pembayaran subsidi dan bantuan sosial.

Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit diprakirakan lebih

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan hasil penerbitan

yang relatif memenuhi target APBN-P, pemerintah tidak lagi

melakukan penerbitan SBN baru.

Penerimaan negara tercatat menunjukkan perlambatan

akibat masih rendahnya realisasi penerimaan perpajakan

maupun nonpajak. Melambatnya perekonomian global dan

domestik memengaruhi kinerja penerimaan sektor perpajakan.

Penurunan penerimaan pajak nonmigas dipengaruhi oleh potensi

melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik. Ketidakpastian

perekonomian global juga berdampak pada menurunnya ekspor

Indonesia. Namun, masih terdapat sejumlah komponen penerimaan yang menunjukkan

peningkatan di tengah perlambatan komponen penerimaan lainnya. Pajak migas

mengalami kenaikan sejalan dengan perkembangan ICP yang meningkat pada tahun

2012. Kondisi tersebut mengindikasi bahwa potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) SDA migas untuk meningkat di sisa tahun masih besar. Peningkatan kinerja

juga terjadi pada PPN yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi,

sementara kenaikan cukai terjadi sejalan dengan kebijakan kenaikan tarif cukai.

Kinerja belanja negara relatif stabil bersumber dari pembayaran subsidi dan

bantuan sosial. Realisasi belanja negara sampai dengan November 2012 diprakirakan

meningkat dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya. Besarnya pembayaran

subsidi terkait dengan tidak adanya kebijakan kenaikan administered price pada tahun

2012, lebih tingginya harga minyak, serta pelampauan kuota volume konsumsi BBM

sebesar 40 juta kiloliter. Namun, di sisi lain terdapat perkembangan positif dari belanja

negara yaitu penyaluran bantuan sosial yang membaik, realisasi belanja modal yang lebih

cepat, dan belanja barang yang lebih efisien. Penyerapan belanja barang mengalami

penurunan yang diprakirakan antara lain akibat program penghematan dan efisiensi

belanja operasional.

Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit sampai dengan November 2012

diprakirakan lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut

sejalan dengan pembiayaan melalui penerbitan SBN akibat perkembangan imbal hasil

SBN yang menurun. Dari sisi efektivitas pembiayaan, operasi keuangan pemerintah

menunjukkan perbaikan dimana kelebihan pembiayaan atau dana pinjaman yang belum

digunakan lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Penawaran Agregat

Kinerja sisi penawaran pada triwulan IV 2012 diprakirakan masih baik didukung

oleh aktivitas domestik yang masih kuat (Tabel 3.2). Sumber pertumbuhan

Grafik 3.10

Nilai Impor Riil Nonmigas

���

��

��������

� �� ��� ������

�����

��������������

���������

�����������

��

��

��

���

��

� �� ��� ������

� �� �������

���� ���� �������

���� ���� ���� ���� ���� ������� ���� ���� ���� ��� ���

����

��� ����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

21Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

sisi penawaran diprakirakan masih berasal dari sektor industri pengolahan, sektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sektor industri pengolahan dan PHR diprakirakan masih tumbuh kuat didukung oleh

masih kuatnya permintaan domestik dan potensi pemulihan kinerja ekspor. Sementara

itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh meningkat

didorong oleh kinerja angkutan udara dan komunikasi data yang masih baik. Sektor

bangunan diprakirakan tumbuh meningkat sejalan dengan aktivitas investasi yang masih

tinggi dan pemenuhan belanja modal pemerintah pada akhir tahun. Di sisi lain, sektor

pertambangan dan penggalian diprakirakan akan terkontraksi akibat masih lemahnya

ekspor batubara dan menurunnya produksi minyak. Sektor pertanian juga diprakirakan

akan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih tetap tinggi

didukung oleh subsektor tanaman bahan makanan (tabama).

Sektor pertanian pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh melambat jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut disebabkan

mundurnya musim tanam di beberapa daerah ke triwulan laporan sehingga berdampak

pada lebih sedikitnya panen yang dihasilkan pada triwulan laporan. Selain itu, curah

hujan yang cenderung di bawah normal juga berdampak pada kinerja subsektor tanaman

bahan makanan (tabama). Subsektor perkebunan utamanya produksi kelapa sawit

tumbuh melambat pada awal triwulan IV 2012. Ke depan, kinerja subsektor perkebunan

diprakirakan membaik didukung oleh kondisi cuaca yang kondusif. Subsektor perikanan

juga diprakirakan masih akan tumbuh baik. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II 2012

BPS, produksi pada triwulan IV 2012 melambat cukup dalam akibat mundurnya musim

tanam sebagai imbas dari terlambat datangnya musim hujan. Namun, produksi padi

untuk keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh sebesar 4,87% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar -1,07% (yoy). Kenaikan produksi

padi tersebut diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 268,01 ribu

hektar (2,03%) dan produktivitas sebesar 1,39 kuintal/hektar (2,79%).

S e k t o r

Tabel 3.2

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran

Sumber :BPS

* Proyeksi Bank Indonesia

I III IIIII III IV*IV2011

2011 20122012*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Pertanian 3,7 3,6 2,6 1,9 3,0 4,3 3,6 4,8 3,1 4,0

Pertambangan & Penggalian 4,4 1,0 0,6 -0,3 1,4 2,8 2,9 -0,1 -0,6 1,2

Industri Pengolahan 5,0 6,2 6,9 6,7 6,2 5,7 5,5 6,4 6,4 6,0

Listrik, Gas & Air Bersih 4,3 3,9 5,2 5,8 4,8 5,2 5,9 5,6 5,2 5,5

Bangunan 5,2 7,5 6,3 7,8 6,7 7,2 7,1 8,0 8,2 7,6

Perdagangan, Hotel & Restoran 7,9 9,3 9,2 10,2 9,2 8,3 8,9 6,9 6,9 7,7

Pengangkutan & Komunikasi 13,4 10,9 9,5 9,2 10,7 10,3 10,1 10,5 10,7 10,4

Keuangan, Persewaan & Jasa 7,0 6,7 6,9 6,7 6,8 6,3 7,0 7,4 7,5 7,1

Jasa-jasa 7,0 5,7 7,8 6,5 6,7 5,5 5,7 4,4 5,6 5,3

PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,2 6,3

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

22Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Sektor pertambangan pada triwulan IV 2012 diprakirakan kembali mencatat

kontraksi terkait penurunan kinerja subsektor migas dan melambatnya kinerja

subsektor nonmigas. Penurunan pertambangan subsektor migas terkait dengan

penurunan produksi alamiah disamping adanya gangguan produksi. Beroperasinya

beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas baru pada triwulan sebelumnya

belum dapat menahan laju penurunan produksi migas. Sementara itu, kinerja

pertambangan nonmigas juga melambat yang terindikasi dari tajamnya penurunan

ekspor pertambangan khususnya batubara.

Sektor industri pengolahan pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh stabil

pada level yang tinggi. Tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan ditopang

oleh permintaan domestik yang kuat dan diiringi oleh pemulihan ekspor manufaktur.

Aktivitas manufaktur yang membaik terindikasi dari Purchasing Manager Index (PMI)

yang masih menunjukkan ekspansi hingga Oktober 2012. Peningkatan tersebut didorong

oleh pesanan baru domestik dan eksternal yang meningkat. Kinerja subsektor alat

angkut diperkirakan masih tetap tinggi yang terlihat dari pertumbuhan penjualan mobil

dan sepeda motor yang stabil. Kinerja subsektor makanan dan minuman menunjukkan

peningkatan yang terindikasi dari meningkatnya produksi Crude Palm Oil (CPO).

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) pada triwulan IV 2012

diprakirakan tumbuh relatif stabil dan pada level yang tinggi didukung oleh

aktivitas ekonomi domestik yang masih baik. Hal tersebut tercermin dari indeks

penjualan riil hingga Oktober 2012 yang masih tumbuh tinggi. Perkiraan masih baiknya

pertumbuhan sektor PHR juga sejalan dengan hasil SKDU. Kinerja subsektor hotel kembali

menunjukkan peningkatan pada Oktober 2012 sejalan dengan masih naiknya jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara.

Sektor bangunan pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya kinerja sektor bangunan

sejalan dengan masih tingginya aktivitas konstruksi dan investasi. Kinerja sektor

bangunan yang masih baik sejalan dengan prospek membaiknya kinerja konstruksi dan

investasi. Penjualan semen dan alat berat pada Oktober 2012 sedikit melambat, namun

impor bahan bangunan terutama semen mengalami peningkatan.

Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV 2012

diprakirakan mengalami peningkatan. Hal tersebut ditopang oleh kinerja subsektor

angkutan udara dan kereta api yang tumbuh meningkat pada awal triwulan IV 2012.

Selain itu, faktor masuknya musim liburan sekolah dan tahun baru 2013 berdampak

positif pada kinerja subsektor pengangkutan. Kinerja subsektor komunikasi terindikasi

masih baik, terutama berasal dari penggunaan internet dan komunikasi data. Di samping

itu, kinerja subsektor komunikasi juga didukung oleh meningkatnya penjualan telepon

seluler dan komputer tablet pada triwulan III 2012 yang masing-masing tumbuh sebesar

14% (yoy) dan 248% (yoy) (data International Data Corporation / IDC Indonesia dan

Growth for Knowledge / GfK).

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

23Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Grafik 3.11

Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Berdasarkan Wilayah

Perekonomian Daerah

Perekonomian daerah pada triwulan IV 2012 diprakirakan

masih cukup kuat sejalan dengan prakiraan pertumbuhan

nasional. Pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur

Indonesia (KTI) diperkirakan mengalami peningkatan,

sehingga kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi

nasional meningkat. Di sisi lain, perekonomian Jawa masih

menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional,

meskipun melambat, Selain itu, pertumbuhan ekonomi di

Kalimantan juga terindikasi melambat pada triwulan IV 2012.

Untuk keseluruhan tahun 2012, prospek pertumbuhan ekonomi

Jawa yang relatif stabil dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang

lebih tinggi dapat menopang perekonomian nasional untuk

tumbuh di kisaran 6,3%. Di sisi inflasi, realisasi inflasi pada

November 2012 terutama dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi di Sumatera dan cukup

rendahnya inflasi yang terjadi di Jawa dan Jakarta (Grafik 3.11). Berbeda dengan tiga

kawasan lainnya, tekanan inflasi di KTI justru kembali mencatat peningkatan. Koreksi

harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan dan sandang yang cukup besar terjadi

di Sumatera sehingga menyebabkan kawasan ini secara keseluruhan mengalami deflasi.

Sementara itu, tekanan inflasi di Jawa dan Jakarta masih relatif terkendali pada level

yang cukup rendah. Inflasi di dua kawasan ini terutama bersumber dari kenaikan biaya

transportasi, khususnya angkutan udara, dan beberapa komoditas kelompok makanan

jadi. Tekanan inflasi di KTI justru dipicu oleh kenaikan harga kelompok komoditas bahan

makanan, terutama sayur-sayuran, buah-buahan, dan aneka bumbu. Kenaikan inflasi

bahan makanan paling tinggi di kawasan ini terutama terjadi di Kalimantan.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Kinerja NPI pada triwulan IV 2012 diprakirakan membaik dan mencatat surplus

yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja

NPI didorong oleh prakiraan pencapaian surplus neraca transaksi modal dan finansial yang

lebih tinggi dan defisit transaksi berjalan yang menurun. Transaksi berjalan diprakirakan

masih mengalami defisit akibat penurunan kinerja ekspor nonmigas karena koreksi

harga komoditas ekspor nonmigas yang lebih tajam di tengah masih tingginya impor

untuk mendukung kuatnya permintaan domestik. Selain itu, tekanan defisit transaksi

berjalan juga berasal dari penurunan neraca perdagangan migas akibat lebih tingginya

impor minyak seiring dengan turunnya produksi minyak. Di sisi lain, transaksi modal dan

finansial diprakirakan mengalami peningkatan surplus sejalan dengan derasnya aliran

masuk modal asing terutama pada investasi portofolio. Aliran masuk berupa investasi

langsung (FDI) diprakirakan tetap kuat. Dengan kondisi tersebut, cadangan devisa pada

akhir November 2012 mencapai 111,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan

impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.

������

���

���

���

���

���

���

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

��

����

����

���

����

������

��

����

����

��

����

����

���

����

����

��

������

���

�����

����

�����

���

�������� ������� ���� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

24Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Rasio defisit transaksi berjalan (TB) terhadap pertumbuhan

ekonomi (PDB) diprakirakan lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Defisit pada TB disebabkan

oleh relatif rendahnya kinerja ekspor sementara impor masih

tetap tinggi. Rendahnya kinerja ekspor disebabkan oleh lemahnya

permintaan global dan penurunan harga komoditas global. Di

sisi lain, berlanjutnya ekspansi ekonomi domestik disertai dengan

tingginya kinerja konsumsi dan investasi mendorong impor masih

tetap tinggi. Data terbaru menunjukkan ekspor pada Oktober

2012 turun menjadi sebesar 10,6% (yoy), terutama dipicu oleh

penurunan ekspor nonmigas (Grafik 3.12). Pada periode yang

sama, impor masih tumbuh sebesar 9,8% (yoy) terjadi baik pada

impor nonmigas maupun migas. Sejalan dengan masih tingginya

impor dan berlanjutnya aliran masuk dana asing selama tahun

2012, defisit neraca jasa dan neraca pendapatan masih tinggi.

Transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2012

diprakirakan mencatat surplus yang lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi

perekonomian domestik yang masih kondusif di tengah kondisi

pasar keuangan global yang penuh ketidakpastian mendorong

berlanjutnya aliran masuk dana asing, baik dalam bentuk

portofolio maupun investasi langsung (Foreign Direct Investment/

FDI) (Grafik 3.13). Selain itu, kondusifnya perekonomian domestik

tersebut juga meningkatkan kepercayaan investor global/lembaga

internasional untuk memberikan pinjaman kepada Pemerintah

maupun institusi swasta. Aliran masuk dana asing pada triwulan

laporan diprakirakan masih tetap tinggi dengan dominasi

terutama dalam bentuk investasi langsung dan investasi lainnya

(Other Investment/OI). Sementara itu, aliran masuk dana asing dalam bentuk portofolio

diprakirakan juga masih akan berlanjut pada triwulan IV 2012.

Untuk keseluruhan tahun 2012, kinerja NPI diprakirakan masih mencatat surplus

meski lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sepanjang

tahun 2012, transaksi berjalan mencatat defisit akibat penurunan kinerja ekspor di

tengah impor yang masih tinggi dan disertai dengan defisit neraca jasa dan pendapatan

yang tinggi. Melemahnya ekspor merupakan dampak dari penurunan permintaan

negara mitra dagang utama dan tren penurunan harga komoditas internasional. Selain

itu, melemahnya ekspor juga disebabkan oleh kinerja neraca migas yang memburuk

dipicu oleh kenaikan impor minyak dan penurunan ekspor Liquefied Natural Gas

(LNG). Di sisi lain, transaksi modal dan finansial pada tahun 2012 mencatat surplus

yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Masih baiknya kinerja

ekonomi domestik dan imbal hasil investasi rupiah, serta kebijakan stimulus ekonomi

yang dilakukan oleh beberapa negara mendorong tingginya aliran masuk modal asing

Grafik 3.12

Pergerakan Ekspor Indonesia

Grafik 3.13

Investasi Langsung (FDI)

������������

����������������

������������

��������

��

��

��

��

��

���

���

���

���

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

�����

������

������������������

�����

�����

�����

�����

�����

������

�����

�����

������������������������������������

����������������������������������������

�������������������������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ������� ���� ���� ����� ����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

25Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Grafik 3.14

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 3.15

Volatilitas Nilai Tukar Kawasan

selama tahun 2012. Selain itu, investasi langsung juga masih

cukup kuat seiring dengan fundamental dan prospek ekonomi

Indonesia yang cukup baik.

NILAI TUKAR RUPIAH

Selama tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan

depresiasi namun dengan volatilitas yang tetap terjaga.

Secara rata-rata, rupiah terdepresiasi sebesar 6,09% dari Rp8.768

per dolar AS pada tahun 2011 menjadi Rp9.336 per dolar AS

pada tahun 2012.1 Sementara itu, secara point-to-point, rupiah

melemah sebesar 5,48% dan ditutup pada level Rp9.594 per

dolar AS (akhir November 2012) dengan volatilitas yang terjaga

rendah, bahkan jika dibandingkan dengan kawasan (Grafik 3.14

dan 3.15)

Beberapa faktor utama yang menjadi sumber tekanan

pergerakan rupiah berasal baik dari eksternal maupun

domestik. Dari sisi eksternal, pelemahan nilai tukar dipengaruhi

oleh melambatnya aktivitas perekonomian global akibat masih

tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis utang dan fiskal di

Eropa, belum solidnya pemulihan ekonomi AS, melemahnya

perekonomian China serta menurunnya harga komoditas sebagai

basis ekspor. Sementara itu, dari sisi domestik, depresiasi nilai

tukar dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor

di tengah masih tingginya permintaan akan komoditas impor

yang menyebabkan ketidakseimbangan di pasar valuta asing

domestik dan defisit neraca transaksi berjalan serta meningkatnya

ekspektasi depresiasi rupiah. Namun, terus berlanjutnya

aliran dana dari luar negeri ke pasar keuangan domestik yang

didorong oleh persepsi positif investor terhadap fundamental

perekonomian Indonesia dan perolehan status Investment Grade

mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut.

Melambatnya pertumbuhan ekspor di tengah laju impor

yang tetap tinggi guna mendukung peningkatan aktivitas

ekonomi domestik, memberikan tekanan pada nilai tukar

rupiah. Perlambatan pertumbuhan ekspor selama tahun 2012

disebabkan oleh melemahnya permintaan dari negara mitra

dagang di tengah tingginya ketidakpastian global serta koreksi

harga komoditas. Di sisi impor, permintaan domestik yang masih

kuat pada akhirnya menyebabkan Indonesia mengalami defisit

transaksi berjalan dan memberikan tekanan pada pergerakan

nilai tukar rupiah.

1 Data per 30 November 2012

Grafik 3.16

Indeks Risiko Global (VIX dan MSCI World)

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��������

����

����

��������

��������

�����������

�����������������

�������

����

����

����

����

����

����

�����

��

�����

����

����

����

����

����

����

�����

��

�����

����

����

����

����

�����

�����

�����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���

��

��������

����

����

�����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��� ���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

� ��������������� ������������������

�����������������������������������

������������������������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

26Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Faktor risiko domestik mengalami peningkatan hingga

triwulan II 2012 kemudian mengalami konsolidasi pada

paruh kedua 2012 seiring dengan mulai membaiknya faktor

risiko global. Hal itu sebagaimana tercermin dari meningkatnya

CDS dan yield spread Indonesia hingga paruh pertama 2012 yang

kemudian bergerak turun menjelang akhir tahun (Grafik 3.16).

Selain itu, premi swap juga tercatat masih berada di level tinggi

hingga akhir tahun (Grafik 3.17).

Imbal hasil berinvestasi di aset keuangan rupiah yang

masih relatif lebih kompetitif dibandingkan peer menjadi

daya tarik bagi investor. Indikator imbal hasil sebagaimana

tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri

(UIP – Uncovered Interest Parity) masih relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional

(Grafik 3.18). Posisi imbal hasil Indonesia juga semakin kompetitif

seiring dengan kebijakan bank sentral lain yang menurunkan

suku bunga kebijakannya. Hingga November 2012, Filipina telah

melakukan pemotongan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps

sebanyak 4 kali, Korea Selatan sebanyak 2 kali dan Thailand 1

kali. Bahkan jika memperhitungkan premi risiko (CIP – Covered

Interest Parity), daya tarik investasi dalam rupiah pun tetap lebih

tinggi dibandingkan Korea, Malaysia dan Filipina (Grafik 3.19).

Fundamental perekonomian domestik yang terjaga dan

perolehan peringkat investasi menjadi faktor yang menjaga

persepsi investor terhadap perekonomian Indonesia

selama tahun 2012. Setelah Fitch Ratings pada Desember 2011

menaikkan peringkat investasi Indonesia, pada Januari dan Oktober

2012 peringkat investasi kembali diraih Indonesia dari Moody’s

Investor Service dan Rating and Investment Information, Inc (R&I).

Di samping itu, afirmasi peringkat layak investasi (investment grade)

juga diperoleh dari Fitch Ratings dan Japan Credit Rating Agency,

Ltd. (JCR) pada November 2012. Perolehan peringkat investasi

tersebut memberikan optimisme bagi investor atas prospek

perekonomian Indonesia dan menjadi penopang terus berlanjutnya

aliran dana asing ke pasar keuangan domestik, terutama obligasi

pemerintah. Di sisi fundamental, terjaganya kinerja perekonomian

domestik dengan potensi kuatnya permintaan dari dalam negeri

menjadi penopang keyakinan investor terhadap perekonomian

Indonesia. Hal itu didukung pula oleh sustainabilitas fiskal yang

terjaga, cadangan devisa yang cukup kokoh dalam berjaga-jaga

menghadapi tekanan eksternal serta kebijakan yang ditempuh

Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai

dengan tingkat fundamentalnya.

Grafik 3.17

CDS Negara-negara Eropa

Grafik 3.18

Uncovered Interest Parity (UIP)

��

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

���������

���������

���������

����������

�������������������������

�����

����

����

����

����

����

����

����

����

�����

�������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ����

��������� ��������� ����� ��������

��� ���

Grafik 3.19

Covered Interest Parity (CIP)

����

�����

����

����

����

����

�����

����

�������� ��� ������ ��� ���

������� ��� ������ ��� ���

������� ��� ������ ��� ���

������� ��� ������ ��� ���

��������� �������� ����� ��������

��� ��� ��� ��� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

27Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Grafik 3.21

Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Komoditas

INFLASI

Tekanan inflasi IHK tetap terkendali. Sampai dengan

November 2012, inflasi IHK tercatat sebesar 3,73% (ytd) atau

secara tahunan sebesar 4,31% (yoy) (Grafik 3.20). Secara

bulanan, inflasi di November 2012 tercatat rendah hanya sebesar

0,07% (mtm). Hal tersebut terutama didorong oleh terkoreksinya

harga beberapa komoditas pangan, terjaganya pasokan serta

berbagai langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia

dan Pemerintah untuk menjaga stabilitas harga.

Secara fundamental, stabilitas inflasi inti tetap terjaga

pada level yang rendah. Hal itu didukung oleh kemampuan

sisi penawaran yang dapat merespons permintaan dengan

baik, volatilitas nilai tukar yang terkendali serta ekspektasi

inflasi yang membaik. Kondisi tersebut didukung oleh berbagai

kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia dalam memperkuat kapasitas

perekonomian dan mengarahkan nilai tukar sesuai fundamentalnya. Hal tersebut juga

disertai dengan komunikasi kebijakan yang semakin efektif.

Di sisi lain, inflasi volatile food dan administered price tercatat rendah.

Peningkatan produksi pangan terutama beras serta minimalnya gangguan distribusi

menyebabkan deflasi pada kelompok volatile food. Selain itu, deflasi juga didorong oleh

penurunan harga CPO global yang menyebabkan turunnya harga minyak goreng serta

penurunan harga cabe dan daging ayam sejalan dengan pasokan yang mencukupi di

akhir tahun. Sementara itu, inflasi administered price cenderung stabil pada level yang

rendah seiring dengan tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan

jasa yang bersifat strategis.

DISAGREGASI INFLASI

Inflasi inti tetap terjaga pada level yang rendah dan stabil

sepanjang tahun 2012. Sampai dengan November 2012,

inflasi inti tercatat sebesar 4,11% (ytd) atau secara tahunan

sebesar 4,40% (yoy) (Grafik 3.21). Berbagai faktor baik dari

eksternal maupun internal memengaruhi pergerakan inflasi inti.

Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat

menyebabkan tekanan harga komoditas global menurun. Di

samping itu, kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan

nilai tukar rupiah sebagaimana tercermin pada tingkat volatilitas

nilai tukar yang rendah turut mendukung stabilnya inflasi inti.

Sementara itu, di sisi domestik, terkendalinya inflasi inti didukung

oleh kemampuan sisi penawaran yang memadai dalam merespons

permintaan domestik yang tetap kuat serta ekspektasi inflasi yang

Grafik 3.20

Perkembangan Inflasi

����

����

��

��

��

��������������������������

���������������

�������������������������������������������������

������

����

������������

������������������������������

������������������������������

������������������������������

������������������������������

���������������������������

������

����������������������������������������������������

����������������������������������������������������������������

���

��������

���

��

��

��

��

���

���

������������

����������

���� ���� ���� ��������� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� ��

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

28Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

membaik. Peningkatan permintaan konsumen mampu direspons

oleh produsen dengan memanfaatkan kapasitas produksi yang

masih cukup besar, seiring dengan tingginya pertumbuhan

investasi dalam beberapa tahun terakhir (Grafik 3.22).

Ekspektasi inflasi semakin membaik sebagaimana

ditunjukkan oleh berbagai hasil survei (Grafik 3.23 dan

3.24). Meskipun pada paruh pertama tahun 2012 ekspektasi

inflasi sempat mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh

perkiraan perubahan kebijakan bahan bakar bersubsidi oleh

Pemerintah, namun pada paruh kedua tahun 2012 ekspektasi

inflasi kembali menunjukkan penurunan sejalan dengan pilihan

keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga jual BBM

bersubsidi.

Inflasi kelompok volatile food berada pada level yang

cukup rendah. Sampai dengan November 2012 inflasi volatile

food tercatat sebesar 5,78% (yoy) atau 3,79% (ytd). Rendahnya

inflasi volatile food sepanjang tahun 2012 didukung oleh

produksi pangan domestik yang meningkat dan distribusi yang

relatif lancar. Produksi pangan pokok meningkat didukung

oleh bertambahnya luas lahan tanam dan peningkatan

produktivitas. Berdasarkan perkiraan Biro Pusat Statistik (BPS),

produksi gabah kering giling tahun 2012 diperkirakan tumbuh

4,87%, jauh meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang

turun 1%. Faktor yang memengaruhi peningkatan produksi

tersebut adalah naiknya luas lahan tanam sebesar 2,03%

dan peningkatan produktivitas sebesar 2,79%.2 Terjaganya

kesinambungan pasokan tersebut mendorong terkendalinya

harga beras bahkan pada masa paceklik. Selain pada komoditas

pangan pokok, peningkatan produksi juga terjadi pada

komoditas bumbu. Produksi cabai naik cukup tinggi sehingga

mendorong terjadinya koreksi harga yang cukup signifikan

selama beberapa bulan.

Sementara itu, tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga

barang dan jasa yang bersifat strategis menyebabkan tekanan

harga pada kelompok administered price minimal. Sampai dengan

November 2012 inflasi administered price tercatat sebesar 2,70%

(yoy) atau 2,56% (ytd). Kebijakan yang diambil Pemerintah pada

tahun ini yaitu penyesuaian harga terkait transportasi seperti

tarif kereta api, tarif tol dan tarif parkir juga hanya memberikan

dampak yang minimal terhadap inflasi IHK.

2 Angka Ramalan II BPS

Grafik 3.22

Kapasitas dan Indeks Produksi

Grafik 3.23

Ekspektasi Harga Pedagang Eceran

��

��

���

���

���

���

��������� ������

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � ����� ���� ���� ����

� � �

��������������������������������������������������

� � � ��

���

��

����

����������������������������������������������������������������������������������������������������

��

��

��

���

���

���

��

��

��

��

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� �

���

������

Grafik 3.24

Ekspektasi Harga Konsumen

��

��

���

���

���

���

������ ������

� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � ����� ���� ���� ����

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

� � �

���

���

� � �

��������������������������������������������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

29Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN

Suku Bunga

Selama tahun 2012, suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) cenderung

bergerak di batas bawah koridor. Cenderung rendahnya suku bunga PUAB O/N

selama tahun 2012 terutama dipengaruhi oleh penurunan suku bunga BI Rate sebesar

25 bps (Februari 2012) dan perubahan suku bunga Deposit Facility O/N pada Januari

dan Agustus 2012. Pada November 2012, rata-rata suku bunga PUAB O/N tercatat

menurun sebesar 41 bps menjadi sebesar 4,14% dibandingkan dengan akhir tahun

2011 sebesar 4,55%. Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang

turut bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N.

Dari sisi risiko, persepsi risiko di PUAB tetap terjaga. Persepsi risiko yang terjaga

tercermin pada selisih antara suku bunga tertinggi dan terendah PUAB O/N pada

November 2012 yang tercatat kecil yakni secara rata-rata sebesar 8 bps. Sementara

itu, volume transaksi di PUAB selama tahun 2012 mengalami sedikit penurunan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rata-rata bulanan volume transaksi PUAB

pada tahun 2012 tercatat sebesar Rp9,7 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan

rata-rata bulanan tahun 2011 sebesar Rp11 triliun.

Selama tahun 2012, suku bunga perbankan cenderung mengalami penurunan.

Baik suku bunga kredit maupun suku bunga deposito cenderung bergerak menurun

sepanjang tahun 2012 diantaranya dipengaruhi oleh beberapa kebijakan Bank Indonesia

seperti penurunan suku bunga BI Rate sebesar 25 bps pada Februari 2012, penurunan

suku bunga Deposit Facility (koridor bawah) sebesar 50 bps pada Januari 2012 serta

pemberlakuan aturan SBDK (Suku Bunga Dasar Kredit)3 pada perbankan sejak tahun

2011. Sejak awal tahun sampai dengan Oktober 2012, rata-rata suku bunga deposito

telah turun sebesar 86 bps menjadi 5,49%, sedangkan rata-rata suku bunga kredit

turun sebesar 59 bps menjadi 12,2%.

Penurunan suku bunga deposito yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan suku

bunga kredit menyebabkan selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan

lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Grafik 3.25). Hal itu mengonfirmasi

masih adanya ruang yang cukup bagi penurunan suku bunga kredit yang lebih besar

di masa yang akan datang sejalan dengan perbaikan efisiensi operasional perbankan

dan efisiensi penyaluran dana perbankan.

Penurunan suku bunga kredit selama tahun 2012 terjadi di seluruh jenis suku

bunga. Sampai dengan Oktober 2012, suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi

dan kredit konsumsi masing-masing mengalami penurunan sebesar 43 bps, 75 bps dan 60

bps dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya menjadi 11,7%, 11,3%, dan 13,6%

(Tabel 3.3 dan Grafik 3.26). Sementara itu, berdasarkan kelompok banknya, penurunan

rata-rata suku bunga kredit terbesar terjadi pada kelompok bank asing dan campuran

yakni sebesar 188 bps. Penurunan tersebut terutama terjadi pada jenis suku bunga kredit

investasi yang turun mencapai 529 bps. Posisi berikutnya ditempati oleh kelompok bank

3 Aturan SBDK mewajibkan perbankan untuk mengumumkan / mempublikasikan suku bunga dasar kredit kepada nasabah yang berlaku sejak 31 Maret 2011

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

30Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

persero dan kelompok bank swasta dengan penurunan rata-rata suku bunga kredit

mencapai 63 bps dan 49 bps. Meskipun kelompok bank asing dan campuran tercatat

sebagai kelompok yang berhasil menurunkan suku bunga kredit

terbesar, namun level suku bunga kreditnya masih tercatat sebagai

yang tertinggi di antara kelompok lainnya. Rata-rata suku bunga

kredit per kelompok bank masing-masing ialah 16,23% untuk

kelompok bank asing dan campuran, 12,36% untuk kelompok

bank swasta, dan 11,26% untuk kelompok bank persero.

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh relatif stabil selama tahun

2012. Pertumbuhan DPK sampai dengan Oktober 2012 tercatat

sebesar 18,7% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan akhir

tahun sebelumnya sebesar 19,0% (yoy) (Grafik 3.27). Deposito

dan tabungan masih merupakan penopang dari pertumbuhan DPK,

sedangkan kontribusi giro mengalami penurunan (Grafik 3.28).

Selama tahun 2012, pertumbuhan kredit tercatat sedikit

melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

meskipun masih relatif tinggi. Pertumbuhan kredit sempat

mencapai puncaknya pada Mei 2012 sebesar 26,3% (yoy).

Setelah itu, pertumbuhan kredit perlahan mengalami perlambatan

sejalan dengan perkembangan ekonomi (PDB) yang juga sedikit

melambat sejak triwulan III 2012. Sampai dengan Oktober 2012,

pertumbuhan kredit (tidak termasuk kredit channeling) melambat

menjadi sebesar 22,8% (yoy). Posisi kredit selama tahun 2012

mencapai Rp2.585 triliun atau meningkat sebesar Rp386,3 triliun

dari posisi pada akhir tahun 2011.

Penyaluran kredit perbankan masih didominasi oleh kredit

untuk tujuan produktif. Kontribusi kredit produktif yang terdiri

dari kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK) terhadap

Suku Bunga (%) Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov

Tabel 3.3

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75

Penjaminan Deposito 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50

Dep 1 bulan (Rata-rata Tertimbang) 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 5,49 n.a

Kredit Modal Kerja (KMK) 12,36 12,31 12,16 12,09 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 11,73 11,70 11,68 n.a

Kredit Investasi (KI) 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 11,42 11,35 11,36 11,29 n.a

Kredit Konsumsi (KK) 14,02 14,18 14,15 14,19 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90 13,92 13,69 13,67 13,60 n.a

Trw IV-2011 Trw I-2012 Trw II-2012 Trw III-2012 Trw IV-2012

Grafik 3.25

Suku Bunga Perbankan

Grafik 3.26

Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan

��

��

��������������

������������������ ��������������� �����������������

������� ������������

�������������������������������������������������������������������������������

�������

��� ��� ��� ��� ��� �������

��� ��� ��� ��� ��� �������

��� ��� ��� ���

��

��

��

��

��

��

������ ������������ ������

������ ����� �����

����

����

����

����

����

� ����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

31Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

total kredit tercatat mencapai 70%. Sampai dengan Oktober 2012,

kredit investasi tercatat tumbuh tinggi mencapai 30,3% (yoy)

meski masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan

tahun sebelumnya yang sebesar 33,2% (yoy). Kredit modal kerja

turut tumbuh cukup tinggi mencapai 22,0% (yoy) atau lebih

tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 21,4% (yoy). Sementara

itu, kredit konsumsi tumbuh melambat dari tahun sebelumnya.

Kredit konsumsi tercatat tumbuh 18,9% (yoy) pada Oktober

2012 menurun cukup signifikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang mencapai 24,1% (yoy) (Grafik 3.29).

Dilihat berdasarkan jenis valutanya, selama tahun 2012

pertumbuhan total kredit ditopang oleh pertumbuhan

kredit rupiah, sedangkan sumbangan kredit dalam valuta

asing (valas) menurun. Sampai dengan Oktober 2012,

pertumbuhan kredit rupiah tercatat sebesar 23,5% (yoy) dengan

level Rp2176 triliun, relatif stabil dibandingkan dengan akhir

tahun 2011 sebesar 23,15% (yoy). Sebaliknya, pertumbuhan

kredit valas justru melambat secara signifikan menjadi 19,0%

(yoy) dengan level Rp410 triliun dibandingkan dengan akhir tahun

2011 yang mencapai 32,1% (yoy). Perlambatan akselerasi kredit

valas tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya kegiatan

ekspor impor terkait pelemahan ekonomi global.

Secara sektoral, perlambatan kredit terutama terjadi

pada sektor lainnya, sektor listrik air dan gas, sektor

pertambangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor jasa

sosial. Sampai dengan Oktober 2012, perlambatan pertumbuhan

kredit terjadi pada sektor lainnya, sektor listrik air dan gas,

sektor pertambangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor jasa

sosial (Grafik 3.30). Dengan pangsa penyaluran kredit pada

sektor-sektor tersebut yang cukup signifikan total sebesar

50,4% dari total kredit, maka perlambatan pertumbuhan kredit

di sektor-sektor tersebut cukup berdampak pada perlambatan

pertumbuhan kredit total.

Selama tahun 2012, pertumbuhan uang primer relatif

stabil. Pada November 2012, pertumbuhan uang primer sebesar

13,9% (yoy) menjadi Rp648 triliun. Perkembangan tersebut

sejalan dengan pertumbuhan GWM yang juga cenderung stabil,

sedangkan pertumbuhan uang kartal di luar bank (currency outside

bank, COB) masih meningkat sesuai dengan pola historisnya.

Pertumbuhan uang kartal di luar bank (currency outside bank,

COB) meningkat menjadi 20,0% (yoy) menjadi Rp335 triliun,

dibandingkan dengan akhir tahun 2011 sebesar 18,0% (yoy).

Grafik 3.27

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.28

Kontribusi Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.29

Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan

������������ �������������������

������������������� �������������������

����������������������������

��

��

��

������������

��

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ����

����

����

���

��

��

��

��

�������������� ������������������

���������������� ���������������

�����

����

������������

���������� ��� ���

������� ��� ���

������� ��� ���

������� ��� ���

������� ���

��

��

��

��

��

���������������� �������������������������������������� �������������������

������

��

��

��

��

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� ��� ��� �������

��� ��� ��� ��� ��� �������

������

���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

32Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Sejak awal tahun sampai dengan November 2012, uang primer dan

uang kartal di luar bank (currency outside bank) telah bertambah

masing-masing sebesar Rp35 triliun dan Rp25 triliun.

Likuiditas perekonomian selama tahun 2012 cenderung

meningkat. Sampai dengan Oktober 2012, pertumbuhan M2

meningkat menjadi sebesar 18,4% (yoy) dengan level Rp3.168

triliun, dibandingkan dengan akhir tahun 2011 yang hanya

sebesar 16,4% (yoy). Sementara itu, akselerasi pertumbuhan

M1 sedikit menurun menjadi 17,9% (yoy) dengan level Rp782

triliun, dibandingkan dengan akhir tahun 2011 sebesar 19,4%

(yoy) (Grafik 3.31). Dari perkembangan tersebut, pertumbuhan

M2 yang berada di atas pertumbuhan M1 menunjukkan adanya

indikasi perlambatan aktivitas di sektor riil sejalan dengan

perkembangan PDB yang sedikit melambat. Hal tersebut

dikonfirmasi oleh tingginya sumbangan deposito dan tabungan

(uang kuasi) terhadap pertumbuhan M2, sedangkan pertumbuhan

giro rupiah justru melambat. Dari sisi faktor, pertumbuhan M2

ditopang oleh kembali naiknya sumbangan Net Foreign Asset

(NFA) yang tercermin pada peningkatan DPK valas di tengah

menurunnya sumbangan Net Domestic Asset (NDA).

Pasar Saham

Di tengah masih tingginya ketidakpastian perekonomian

global, pasar saham domestik mampu membukukan

pertumbuhan positif selama tahun 2012. Dukungan stabilitas

makroekonomi dan pertumbuhan laba emiten menjadi penopang

kinerja pasar saham domestik. IHSG bahkan kembali mencapai

level tertingginya sebesar 4.375,17 pada 26 November 2012

dan menjadi bursa dengan kinerja paling baik di negara kawasan

setelah Philipina dan Thailand. Dalam perkembangannya, kinerja

pasar saham sempat terkena dampak oleh gejolak pasar keuangan

global menyusul berlarutnya penyelesaian krisis Eropa. Hal tersebut

mengakibatkan kinerja pasar saham domestik selama beberapa

periode mengalami penurunan. Sampai dengan 30 November

2012, IHSG ditutup pada level 4.276.14 atau tumbuh sebesar

11,9% jika dibandingkan dengan tahun 2011 (Grafik 3.32).

Dinamika yang terjadi selama tahun 2012 menunjukan

peningkatan daya tahan pasar saham domestik dalam

menghadapi imbas dari ketidakpastian perekonomian

global. Peningkatan daya tahan tersebut antara lain tercermin

dari market confidence yang relatif terjaga pada saat pasar saham

mengalami tekanan. Indikasi dari market confidence yang relatif

Grafik 3.30

Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi

Grafik 3.31

Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian

Grafik 3.32

IHSG dan BI Rate

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����������

��

��

���� �������

���

�����

�����

���

���

��� ���

���

���

����

���

���

��� ���

���

���

����

���

���

��� ���

���

���

����

���

���

��� ���

���

���

����

���

���

��� ���

���

���

����

���

���

��� ���

���

���

����

��

������������������������������������������

���������

������������

�������������������

��������������������

����������

�����������

������������

����������������

�����������

���������

�� �� ��

���� ����

������

������

����

������

������

����

����

����

����

����

�������

���

����

����

����

����

��

����

����

��

��

��

��

��

��

��

��

�� �� ������������������

�������

�����������������������������������������������������������������������������������

�����

����

��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

33Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

terjaga dapat dilihat antara lain dari (i) volume perdagangan yang tidak mengalami

perubahan drastis sehingga pembentukan harga terjadi secara normal, (ii) reaksi investor

non residen dalam melakukan aksi jual (force sale) yang bersifat temporer dan diikuti

dengan aksi pembelian kembali (buy back), (iii) kecepatan pemulihan harga saham yang

lebih baik. Jika dilihat lebih jauh, relatif terjaganya market confidence tersebut dilandasi

oleh kepercayaan pasar terhadap komitmen yang kuat dari Pemerintah dan Bank

Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi serta prospek emiten yang cukup

baik. Dukungan kedua faktor tersebut mendorong mekanisme stabilisasi oleh pelaku

pasar berjalan dengan baik sehingga pemulihan kinerja pasar dapat segera terjadi.

Secara bulanan, selama November 2012 IHSG mengalami penurunan

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan indeks dipicu oleh sentimen

negatif dari eksternal yang bersumber dari (1) Kekhawatiran pasar mengenai fiscal cliff

(jurang fiskal) dalam bentuk kenaikan pajak dan pengurangan anggaran Federal AS yang

nilainya diatas US$600 miliar sehingga dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan

ekonomi AS dan global, (2) Kecemasan pasar terhadap pelemahan ekonomi Eropa dan

perlambatan ekonomi global, (3) Peringkat utang Perancis yang turun menjadi Aa1

dari AAA oleh Moody’s, dan (4) Kekecewaan pasar terhadap kegagalan pencapaian

kesepakatan para Menkeu Eropa terkait bailout Yunani.

Struktur pertumbuhan sektoral dalam IHSG semakin baik. Pada tahun 2011,

pertumbuhan IHSG lebih banyak ditopang oleh sektor keuangan dan konsumsi,

sedangkan selama tahun 2012, kontribusi sektor keuangan mulai berkurang meski masih

memiliki porsi terbesar. Sementara itu, peran sektor infrastruktur semakin meningkat.

Searah dengan perkembangan tersebut, nilai kapitalisasi emiten juga mengalami

peningkatan. Perubahan perilaku sektoral pada pasar saham domestik tersebut sejalan

dengan meningkatnya peran investasi pada struktur perekonomian domestik. Hal

tersebut diharapkan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sehingga

akan semakin memperkuat perkembangan pasar saham (IHSG).

Selama tahun 2012, sebagian sektoral mengalami pertumbuhan dengan

peningkatan tertinggi dialami oleh sektor properti yang mengalami penguatan

sebesar 45,1%. Penguatan juga dialami oleh sektor perdagangan, infrastruktur dan

konsumsi. Sementara sektor pertambangan dan pertanian mengalami penurunan

masing-masing 26% dan 10,8% (Grafik 3.33). Pelemahan yang dialami oleh sektor

pertambangan dipicu oleh penurunan harga komoditas di tengah melimpahnya pasokan

batubara dan menurunnya permintaan China. Secara umum, penguatan indeks sektoral

tersebut ditopang oleh fundamental ekonomi yang kondusif sebagaimana tercermin

dalam inflasi yang terkendali, prospek pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nilai

tukar rupiah. Sementara itu, dari sisi mikro emiten, kinerja keuangan emiten domestik

diperkirakan akan terus membaik.

Dinamika pasar keuangan yang terjadi selama tahun 2012 memengaruhi perilaku jual

beli investor asing. Pada saat kondisi pasar mengalami tekanan, khususnya pada periode

Mei 2012 dan Juni 2012, investor asing cenderung mengurangi eksposur mereka di pasar

saham domestik dengan membukukan jual neto sebesar Rp7,69 triliun dan Rp1,97 triliun.

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

34Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Tekanan jual tersebut, pada akhirnya berdampak pada penurunan

harga saham. Pada kondisi tersebut, investor asing kembali merespons

dengan melakukan pembelian. Investor asing kembali menambah

eksposur mereka di pasar saham sehingga secara keseluruhan

selama tahun 2012 justru membukukan beli neto sebesar Rp15,76

triliun (Grafik 3.34). Perilaku tersebut dikenal dengan self market

stabilization dimana pelaku pasar melakukan mekanisme stabilisasi

sendiri.Terjadinya mekanisme self market stabilization tersebut tidak

terlepas dari ekspektasi pelaku pasar terhadap prospek pertumbuhan

ekonomi ke depan serta stabilitas makro.

Pasar Surat Berharga Negara

Sejalan dengan kinerja pasar saham domestik, pasar SBN

juga membukukan kinerja positif di tengah tingginya

ketidakpastian perekonomian global dan dinamika di

perekonomian domestik. Pada awal tahun 2012, para pelaku

di pasar SBN merespon positif penurunan BI Rate sebesar 25 bps.

Dalam perkembangan selanjutnya, memburuknya risiko eksternal

menyebabkan tekanan di pasar SBN mengalami peningkatan pada

pertengahan tahun 2012. Imbal hasil SBN naik menjadi sebesar

6,52 pada Mei 2012. Namun, seiring dengan langkah-langkah

lanjutan yang dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia,

pergerakan imbal hasil SBN kembali menurun dan sampai dengan

akhir tahun ditutup pada level 5,38 atau turun sebesar 65 bps

dibandingkan dengan tahun 2011 (Grafik 3.35).

Pergerakan imbal hasil SBN tahun 2012 cenderung turun

untuk keseluruhan tenor. Secara rata-rata penurunan imbal

hasil SBN pada 2012 mencapai 59 bps dibandingkan dengan

tahun 2011. Imbal hasil SBN untuk tenor pendek, menengah dan

panjang masing-masing turun sebesar 40 bps, 60 bps dan 82 bps.

Imbal hasil SBN 10 Tahun mengalami penurunan sebesar 65 bps

ke level 5,38% dibandingkan Desember 2011 sebesar 6,03%.

Dibandingkan dengan negara dikawasan, imbal hasil SBN masih

cukup menarik.

Dinamika yang terjadi selama semester pertama 2012

menyebabkan investor asing melakukan aksi wait and

see dan baru kembali membukukan beli neto yang cukup

besar pada paruh kedua tahun 2012. Eskalasi risiko yang

terjadi pada awal tahun 2012 mendorong investor asing menahan

aksi pembelian atau penjualan di pasar SBN. Perilaku tersebut

dilakukan para investor sebagai respons atas meningkatnya

ketidakpastian dan risiko eksternal. Pemulihan harga di pasar

Grafik 3.33

IHSG dan Perkembangan Sektoral

�����������������

�����

������

�����

���� ���� ���

����

�������������

������������

��������

������������������

��������

�����������

���������

��������

��������������

��� ��� ���

�����

������ �����

����

�����

�����

�����

�����

���������

Grafik 3.34

IHSG dan Beli/Jual Asing Neto

Grafik 3.35

Imbal Hasil SBN dan BI Rate

��������������

������������������������������������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

������

�����

�����

�����

����

������

�������� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � ��

���� ���� ���� ���� ����

����

��

��

��

������������������������

����

��

���

���

����

��

���

���

�����

���

���

����

��

���

���

����

��

���

���

�����

���

���

����

��

���

���

����

��

���

���

�����

���

���

����

��

���

���

����

��

���

���

�����

���

���

����

��

���

���

����

��

���

���

�����

���

���

����

��

���

���

����

��

���

���

�����

���

���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

35Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

SBN yang ditandai dengan penurunan imbal hasil baru terjadi

pada paruh kedua tahun 2012 terutama ditopang oleh pembelian

SBN oleh investor asing. Selama tahun 2012, investor asing

mencatat beli neto sebesar Rp46,99 triliun dibandingkan tahun

2011 yang mengalami beli neto sebesar Rp27,11 triliun. Secara

bulanan, selama November 2012, investor nonresiden mencatat

net beli sebesar Rp19,52 triliun dibandingkan bulan sebelumnya

(Grafik 3.36). Aksi beli asing terjadi pada seluruh tenor seiring

dengan fundamental ekonomi domestik yang membaik dengan

pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang stabil serta imbal hasil

yang cukup menarik dibandingkan negara di kawasan.

Pergerakan imbal hasil SBN sepanjang tahun 2012

menunjukkan adanya penguatan daya tahan dibandingkan

dengan perilakunya pada tahun 2008 saat terjadinya krisis finansial global.

Indikasi penguatan daya tahan tersebut antara lain tercermin dari kenaikan imbal hasil

yang relatif terbatas saat terjadi gejolak nilai tukar dan kenaikan harga minyak (WTI). Daya

tahan pasar SBN juga ditunjukkan oleh volume perdagangan dan selisih imbal hasil antar

tenor yang relatif terjaga yang menjadi indikasi ekspektasi terkelola dengan baik.

Pasar Reksadana

Kinerja reksadana sampai dengan Oktober 2012 menunjukkan penurunan dibandingkan

dengan tahun 2011. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB turun

Grafik 3.36

Imbal Hasil SBN dan Jual/Beli Neto Asing

��

��

���

����

����

����

���

���

��� ���

���

��� ���

���

���

���

���

���

���

���

��� ���

���

��� ���

���

���

���

���

���� ����

����������

����������������������������������������������

�����

����

����

����

����

���

���

���

PeriodeJenis Reksadana

58,04 59,35 58,46 58,64 58,23 62,15 63,36 59,82 62,57 62,44 -0,20% 0,67% 2,05% 10,19 11,07 11,92 12,67 12,03 11,15 12,23 12,95 11,71 12,26 4,63% 5,04% 24,63% 20,69 21,43 21,33 21,97 21,01 21,31 21,70 20,58 21,24 20,89 -1,66% -0,34% 0,06% 31,69 33,44 33,32 33,62 31,40 31,67 32,97 32,79 32,32 32,50 0,56% 2,03% 12,33% 42,16 41,44 40,64 41,31 41,50 42,06 42,18 42,17 41,80 41,81 0,04% -0,62% -0,05% 0,24 0,25 0,29 0,33 0,30 0,31 0,32 0,30 0,34 0,44 30,41% 8,79% 82,86% 0,03 0,06 0,05 0,05 0,05 0,06 0,08 0,07 0,07 0,08 4,16% 11,38% 117,61% 0,56 0,60 0,60 1,13 1,10 1,13 1,12 1,10 1,15 1,18 2,61% 1,91% 121,89% 0,92 0,97 1,02 1,14 1,10 1,17 1,17 1,96 2,12 2,17 2,40% 81,69% 133,45% 1,71 1,83 1,79 1,88 1,80 1,89 2,10 1,50 1,72 1,97 14,66% -9,25% 18,75% 0,68 0,69 0,69 0,73 0,74 0,66 0,67 0,71 0,73 0,72 -1,00% 10,74% 18,50% 0,55 0,54 0,48 0,48 0,19 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 -1,77% -1,58% -69,06% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% 0,00% 0,00% 0,17 0,17 1,06 0,17 0,17 1,11 0,17 0,17 0,17 0,17 0,65% -84,83% -83,72% 0,82 13,52 16,13 13,90 13,23 4,32 0,79 0,69 0,69 1,09 58,08% -84,07% -93,24% 0,14 8,99 9,24 8,99 8,52 0,31 0,28 0,00 0,25 0,28 8,47% -18,21% -97,05% 168,60 194,34 197,01 196,99 191,36 179,49 179,32 175,00 177,05 178,16 0,63% -1,36% -8,03%

MarFebJan Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Bulanan Tw - III Ytd

2012

Tabel 3.4.

Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

SahamPasar UangMixedFixed IncomeTerproteksiIndeksETF-SahamETF-Fixed IncomeSyariah-MixedSyariah-MixedSyariah-Fixed IncomeSyariah-TerproteksiSyariah-IndeksRDPT-SahamRDPT-MixedRDPT-Fixed Income

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

36Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Suku Bunga (%) Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Tabel 3.5

Kondisi Umum Perbankan

Total Aset (T Rp) 3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,5 3.891,1 3.902,5 3.923,8 4.009,4

DPK (T RP) 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0 2.955,8 2.961,4 2.984,1 3.050,0

Kredit* (T Rp) 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1 2.452,9 2.470,1 2.510,6 2.555,9

LDR* (%) 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 84,1 83,8

NPL Bruto* (%) 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,1

NPL Neto* (%) 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,6

CAR (%) 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9 17,5 17,3 17,2 17,3

NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

ROA (%) 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0 3,0 3,2 3,1 3,0 3,1

2011 2012

* tanpa channeling

sebesar 8,03% dibandingkan dengan Desember 2011, sedangkan secara bulanan NAB

Oktober naik sebesar 0,63% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sampai dengan

Oktober 2012, peningkatan NAB reksadana ditopang oleh produk reksadana pasar uang

dan pendapatan tetap yang tumbuh sebesar 24,6%, 12,3% (ytd).

KONDISI PERBANKAN

Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan

baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan

modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya

rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu,

pertumbuhan kredit hingga akhir Oktober 2012 mencapai 22,8% (yoy), sedikit melambat

dari 22,9% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan terutama pada kredit konsumsi yang

tumbuh sebesar 18,9% (yoy), sementara kredit modal kerja tumbuh stabil sebesar 22,0%

(yoy). Namun, kredit investasi tetap tumbuh tinggi sebesar 30,3% (yoy), dan diharapkan

dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional.

Tabel Statistik

37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*

Tingkat Diskonto

SBI

Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

ModalKerja

Investasi

2007Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2012Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV*

10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,20 6,72 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18 6,03 7,36 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13 5,40 6,28 6,83 7,05 7,39 7,04 6,61 12,39 12,06 4,55 5,04 6,35 6,81 7,19 7,06 6,33 12,18 12,04 3,76 3,83 5,66 6,31 6,69 6,71 6,31 12,01 11,62 3,95 4,32 5,39 5,76 6,14 6,42 6,00 11,79 11,46 4,07 4,67 5,40 5,69 5,91 6,16 5,97 11,71 11,36 4,13 4,75 5,49 5,66 5,93 6,12 5,80 11,69 11,30

* Data Okt-12

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 201238

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2007Trw. ITrw. IITrw. III Trw.IV

2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2012Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV*

* Data Okt 2012 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)

37.341 774.867 740.952 243.671 38.323 846.655 832.325 258.002 36.615 895.563 887.770 266.152 32.061 777.250 795.475 247.926 37.482 871.303 906.767 212.463 23.510 496.338 543.656 165.145 27.115 389.140 437.315 116.969 14.029 404.072 340.913 180.128 22.897 448.505 394.904 232.700 30.656 324.806 324.776 232.731 29.038 375.134 387.188 220.676 24.566 631.235 592.048 259.864 26.907 648.324 607.933 300.255 30.615 322.322 351.475 271.103 28.553 199.589 218.152 252.540 23.142 153.809 203.835 203.110 30.401 86.480 56.066 233.524 36.788 51.790 96.325 188.988 30.061 19.822 57.593 151.217 30.262 51.641 79.605 123.253 16.541 26.600 51.790 98.064 34.559 14.607 19.822 92.849 32.241 29.475 51.641 70.682 10.804 56.478 35.000 71.942

Tabel Statistik

39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

`̀ `

III IV I II III IV I II III IV I II III

1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

6 Sub jumlah (1 s,d, 5) - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

504.649 533.945 536.273 578.525 595.131 630.148 644.289 698.315 732.981 761.373 776.340 837.231 871.892 41.313 45.091 42.832 46.878 49.215 48.438 47.383 50.807 54.201 64.679 65.447 75.401 78.497 14.205 16.795 17.812 21.118 20.736 25.560 25.067 29.661 29.793 32.732 29.174 31.581 30.448 92.634 92.485 93.920 99.944 93.060 93.695 93.217 97.836 102.021 107.849 107.349 119.518 131.156 14.101 14.523 8.885 10.379 13.483 17.326 17.127 22.057 33.700 20.433 33.357 28.496 37.445 24.537 25.372 19.330 20.374 21.096 20.384 22.125 24.441 26.864 27.536 29.098 33.887 36.559 118.580 129.497 109.766 111.038 114.918 110.981 107.948 110.903 121.305 131.263 128.238 166.246 162.221 28.685 28.358 29.287 29.310 24.856 26.826 27.732 29.955 28.579 33.166 32.427 35.743 37.211 20.793 21.447 14.597 12.962 13.413 18.598 18.459 20.566 27.092 29.788 33.208 37.991 37.978 3.416 3.620 37.752 47.795 57.597 73.129 77.552 91.101 85.628 79.941 79.043 66.331 54.480 146.385 156.757 162.093 178.727 186.758 195.211 207.678 220.989 223.797 233.987 238.998 242.037 265.898 549.349 593.400 611.724 672.726 715.217 775.323 801.246 864.006 926.563 1.001.042 1.032.022 1.115.711 1.155.306 19.112 21.359 20.429 25.254 26.403 30.199 31.246 32.635 32.589 36.114 37.417 41.093 41.266 10.861 15.013 14.721 18.435 19.827 21.247 24.580 25.692 28.560 32.877 32.140 30.430 30.191 86.575 92.738 92.197 97.471 103.688 114.203 118.350 131.180 141.472 154.543 160.581 170.221 179.911 6.422 7.493 8.191 9.014 9.984 10.646 11.459 12.017 13.356 17.470 18.462 19.497 21.494 24.421 26.551 24.598 27.084 29.701 29.811 30.969 31.502 32.781 34.552 38.072 40.751 43.513 124.949 134.434 144.298 160.841 164.959 185.508 182.418 199.463 211.302 228.294 233.391 261.329 270.478 30.473 33.043 35.358 35.394 36.756 35.841 38.252 41.482 44.124 48.506 50.792 56.639 57.758 80.377 85.260 64.168 78.847 63.336 71.266 74.634 84.593 89.819 95.767 100.916 107.475 112.204 9.588 10.188 22.833 35.565 62.127 62.394 62.318 65.667 69.748 73.021 72.978 76.577 79.032 156.571 167.321 184.932 184.821 198.437 214.209 227.020 239.774 262.813 279.899 287.274 311.700 319.460 119.552 120.701 123.087 132.512 138.961 143.067 149.005 161.201 169.764 175.489 181.837 198.114 207.693 3.749 3.706 3.595 3.639 4.359 4.488 4.910 5.389 5.633 6.113 9.005 10.498 8.458 615 675 645 712 755 992 947 1.076 1.247 1.279 1.571 2.168 2.173 1.082 1.146 2.100 2.373 2.751 2.890 2.869 3.326 3.493 3.687 3.634 4.267 4.417 723 787 890 1.188 1.243 1.408 1.548 1.689 1.810 2.204 2.740 2.837 2.611 9.783 7.693 7.137 8.611 9.983 9.145 8.264 9.561 11.679 10.258 8.360 10.734 13.555 14.898 15.278 15.686 16.047 16.263 17.337 17.962 19.732 20.618 21.077 20.707 22.260 22.341 1.832 1.887 1.685 1.745 1.686 1.832 1.934 2.311 2.571 2.832 2.840 3.120 3.256 4.647 5.264 2.471 2.411 2.049 2.088 2.179 2.151 1.965 2.516 2.653 3.315 3.235 1.805 1.934 5.061 5.809 6.546 6.476 6.519 6.199 6.231 6.254 5.934 5.893 9.027 80.418 82.331 83.816 89.977 93.326 96.411 101.873 109.766 114.516 119.268 124.393 133.022 138.620 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 231.851 244.699 257.789 282.402 300.980 5.535 5.236 5.423 6.712 6.803 6.797 7.062 6.764 7.478 6.173 6.381 8.294 7.545 6.235 9.076 8.579 10.633 11.567 12.660 13.503 12.616 16.945 18.579 23.202 26.267 28.536 58.833 59.314 55.649 62.401 58.905 63.065 62.023 64.710 75.612 76.340 85.688 92.253 102.704 1.860 1.091 1.252 2.447 3.930 4.230 3.513 4.437 4.953 5.404 5.513 6.194 6.552 4.050 4.149 3.572 3.735 3.183 3.828 3.306 3.229 3.164 2.547 3.187 4.745 4.492 13.364 12.873 16.417 18.921 20.176 21.848 20.166 24.469 22.659 21.450 27.829 33.051 38.093 10.452 9.714 10.122 10.534 11.184 10.415 9.566 10.004 11.108 10.081 11.432 13.407 13.613 38.428 37.036 34.547 39.673 42.591 44.534 49.916 48.834 52.370 52.096 57.078 60.208 61.907 536 838 2.339 3.708 5.475 3.982 5.136 4.530 4.732 19.064 4.291 4.348 4.162 29.216 31.421 32.429 30.699 31.596 30.010 30.513 32.120 32.829 32.965 33.188 33.635 33.376 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.650 41.082 43.552 46.571 48.408 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 2.985 3.132 3.453 3.635 3.739 0 0 0 0 0 36 39 48 46 65 70 66 96 486 505 531 545 589 476 517 561 575 584 621 635 670 0 0 0 0 0 14 18 20 23 26 27 38 31 0 0 0 0 0 257 344 416 478 617 708 840 950 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.085 12.426 13.238 14.052 14.480 0 0 0 0 0 575 680 705 897 901 983 995 1.094 2.935 3.054 0 0 0 96 161 166 211 250 275 283 302 0 0 3.247 3.561 3.823 4.011 4.020 4.205 3.981 3.911 4.139 3.994 4.221 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 18.369 19.169 20.039 22.033 22.826 1.369.493 1.446.808 1.470.888 1.604.717 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.100.808 2.223.685 2.291.541 2.480.029 2.584.278 71.643 77.394 74.404 84.786 89.170 92.525 93.315 98.562 102.886 116.210 121.704 138.922 139.505 31.916 41.559 41.758 50.898 52.885 60.495 64.136 69.093 76.592 85.532 86.157 90.512 91.443 239.610 246.188 244.397 262.735 258.993 274.330 276.975 297.613 323.174 343.002 357.873 386.893 418.857 23.106 23.894 19.218 23.028 28.640 33.625 33.667 40.221 53.842 45.538 60.099 57.062 68.133 62.791 63.765 54.636 59.804 63.962 63.426 65.009 69.150 74.966 75.510 79.427 90.956 99.069 281.537 301.883 296.423 317.691 327.549 346.226 339.688 366.382 387.969 414.509 423.402 496.937 507.613 71.442 73.002 76.452 76.984 74.482 75.488 78.163 84.457 87.279 95.486 98.474 109.906 112.932 147.180 152.061 115.782 133.893 121.389 136.582 145.349 156.310 171.456 180.418 194.129 209.272 215.626 15.345 16.580 71.232 96.438 135.568 149.992 155.546 171.702 170.320 182.191 166.385 157.143 150.922 424.923 450.482 476.586 498.461 524.913 550.913 582.963 619.763 652.325 685.288 703.891 742.428 780.180

2009 2010 2011 2012

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 201240

1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk,waktu s,d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih4)

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2012

Trw. I

Trw. II

Trw. III

1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992

1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902

1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287

1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144

1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550

1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181

2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445

2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293

2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773

2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738

2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665

2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460

2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448

2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049

2.643.331 656.096 279.224 376.872 1.973.573 918.902 237.643 105.744 1.989.000 -81.378

2.877.220 722.991 307.760 415.231 2.139.840 912.174 351.177 102.594 2.118.376 -29.895

2.911.920 714.258 287.046 427.212 2.182.891 926.120 297.113 108.407 2.189.236 1.779

3.050.355 779.416 314.670 464.746 2.254.329 925.568 284.336 116.927 2.361.812 15.087

3.125.533 795.518 325.566 469.952 2.318.559 975.633 298.898 116.428 2.471.071 15.597

Tabel Statistik

41Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 565.149 613.488 586.034 627.359 638.869 648.106

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 336.521 372.972 340.602 374.431 384.840 392.116

226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 279.224 307.735 287.046 314.670 325.566 332.842

52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.349 50.343 57.297 65.237 53.556 59.761 59.274 59.274

89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 183.427 189.546 207.538 209.747 215.349 219.865 222.131

601 539 578 497 484 460 530 473 116 359 330 912 1.062

403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 675.926 656.574 619.981 629.539 599.058 n.a n.a

-183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -411.166 -352.386 -395.860 -341.092 -384.146 -377.799

200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 23.206 38.676 166.928 94.654 64.873 78.161 63.554

8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 7.965 8.470 8.199 8.199 2.877 2.877 2.775

8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.638 7.609 7.364 7.328 7.298 7.286 7.266

-97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -84.989 -96.336 -120.391 -143.629 -159.388 -200.354 -199.665

-315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -362.498 -403.347 -353.429 -254.567 -269.416 -249.160

-226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -112.608 -90.391 -62.738 -55.600 -37.430 -39.144

-35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -58.451 -87.835 -169.916 -211.103 -120.703 -69.536 -60.268

-24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -168.812 -126.802 -73.974 10.184 -6.638 -69.754 -60.601

11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -4.868 -7.086 -11.139 -8.983 -2.184 -2.701 -2.569

2009 2010 2011 2012

IV I II III IV I II III IV I II III IV*

I. Uang Primer

a. Kekurangan Giro Wajib Minimum

b. Uang yang diedarkan

- Uang kartal di masyarakat

- Kas bank umum

c. Saldo Giro Positif Bank

d. Giro Sektor Swasta

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Uang Primer

a. Cadangan Devisa Bersih 1)

b. Aktiva Dalam Negeri Bersih

- Tagihan Bersih pada Pemerintah

- Bantuan Likuiditas

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

- Operasi Pasar Terbuka

- SBI (net) 2)

- FASBI

- Lain-Lain 3)

- Lainnya Bersih

* Data Okt-12 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 201242

3.781 10.628 1.891 1.342 1.043 870 5.144 2.947 265 766 -2.301 1.677 -3.126 -7.688 -5.336 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.627 9.264 9.223 9.700 6.596 34.783 3.810 818 3.039 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.901 51.810 52.376 50.701 200.788 48.353 47.538 45.572 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.598 -127.447 -36.637 -42.587 -42.676 -44.105 -166.005 -44.543 -46.720 -42.534 -3.344 -9.741 -2.106 -2.275 -2.155 -2.787 -9.324 -1.822 -3.133 -2.562 -3.115 -10.632 -2.075 -2.893 -2.449 -4.551 -15.140 -4.038 -4.329 -5.547 -6.876 -20.790 -5.525 -6.784 -7.416 -6.959 -26.684 -5.898 -6.473 -6.740 1.221 4.578 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.029 960 1.045 1.176 4.211 1.037 860 815 2.414 4.852 5.662 3.767 7.464 9.728 26.620 4.813 11.641 -3.294 372 13.532 2.373 5.054 5.960 14 96 18 2 4 26 50 1 4 5 23 33 6 3 7 2.399 4.756 5.644 3.765 7.460 9.702 26.571 4.813 11.636 -3.299 349 13.499 2.368 5.052 5.952 779 2.628 2.556 2.368 1.764 4.419 11.106 3.781 2.508 2.119 3.120 11.528 1.587 3.735 3.583 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.529 -2.526 -1.350 -2.308 -7.713 -2.932 542 -1.953 540 4.877 2.983 3.350 2.955 4.483 13.771 5.311 5.034 3.469 5.428 19.241 4.518 3.194 5.536 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.325 4.936 -4.650 426 4.037 2.704 4.038 3.847 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -311 -731 154 -110 -998 -408 55 -60 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 3.636 5.667 -4.804 536 5.035 3.112 3.982 3.907 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.179 3.846 2.262 -2.294 4.192 -768 -3.197 -2.066 -1.922 -2.721 -1.477 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.479 2.548 -3.211 -4.896 -7.037 -2.937 -2.994 -1.024 834 3.794 -308 -244 3.139 1.400 3.987 -815 1.644 2.442 1.699 4.971 1.014 272 -453 6.195 15.481 7.552 5.108 8.507 10.597 31.765 7.760 11.905 -2.528 -1.929 15.209 -752 -2.634 624 -2.241 -2.975 -932 312 -1.552 692 -1.480 -94 -29 -1.432 -1.797 -3.352 -281 -178 210 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 -3.960 -3.726 11.857 -1.034 -2.811 834 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 2.811 -834 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 2.811 -834 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 66.105 66.105 71.824 76.322 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 114.503 110.123 110.123 110.493 106.502 110.172 6,5 6,5 6,7 6,0 6,9 7,2 7,2 7,5 7,9 7,1 6,5 6,5 6,2 5,8 6,0 2,5 2,0 1,2 0,8 0,6 0,5 0,7 1,49 0,12 0,34 -1,07 0,2 -1,43 -3,48 -2,38 24,6 23,2 21,2 23,2 20,3 23,7 21,7 18,4 21,9 19,8 26,2 21,7 30,3 34,1 34,7 8,5 7,5 5,0 7,2 4,8 6,2 5,8 2,1 4,0 2,0 4,0 3,0 2,1 4,2 2,1

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit, Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi, 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi, Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL), 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa, 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia,

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta US$)

2009 2010 2011* 2012**

IV Total I II III IV Total I II III IV Total I II III

I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portofolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)

Tabel Statistik

43Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

* Data s.d Nov 2012

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

Kelompok/Sub Kelompok

-0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 1,86 0,77 1,55 2,23 -0,56 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77 4,27 2,74 -0,82 1,26 0,63 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 -0,62 0,41 2,03 3,27 -1,60 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 -1,75 3,24 0,45 3,35 -1,48 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 -0,92 2,32 2,06 1,80 -1,16 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 1,53 1,63 -0,02 0,83 0,02 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 0,48 -1,62 0,65 7,02 -2,35 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 -0,63 0,25 1,54 11,01 -0,18 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 1,57 -0,33 1,39 6,64 -0,18 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 12,43 -7,83 15,55 -9,81 2,73 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 -1,34 2,33 -0,62 1,23 -2,39 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 0,32 1,46 1,98 1,40 -0,81 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36 0,96 1,46 1,51 2,14 0,58 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 0,71 1,13 0,94 1,94 0,56 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 0,75 1,46 3,03 2,38 0,20 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 1,96 2,58 0,96 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 0,71 1,02 0,78 0,77 0,57 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 0,98 1,35 0,95 0,83 0,91 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 0,16 0,55 0,68 -0,04 0,08 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 0,32 0,49 0,43 0,79 0,11 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,73 0,75 0,83 1,92 0,39 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 0,29 1,29 -0,29 2,53 0,84 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 1,46 1,14 0,57 0,96 0,21 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 1,19 0,84 0,47 1,21 0,20 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 1,49 1,06 0,61 1,20 0,16 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 -1,30 1,59 -1,42 4,83 1,56 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 0,60 0,81 0,62 0,80 0,46 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 0,33 0,89 0,52 0,65 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 0,65 0,69 0,56 0,59 0,39 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,17 1,31 0,91 0,86 0,61 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 0,70 0,69 0,68 1,00 0,50 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 0,41 0,30 0,19 3,36 0,27 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 0,63 0,15 0,08 5,27 0,41 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 0,54 0,56 0,27 0,99 0,07 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,13 0,43 0,38 0,72 0,17 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,13 0,55 0,41 0,47 0,15 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,69 0,37 0,34 0,23 0,53 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 -0,14 0,40 0,31 1,00 0,21 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 -0,26 0,47 0,41 1,39 0,22 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 -0,18 -0,10 -0,10 -0,07 -0,03 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 0,62 1,01 0,64 0,49 0,58 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 0,00 0,00 0,01 1,48 0,00 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90 1,68 0,23

2009 2010 2011 2012 IV I II III IV I II III IV I II III IV*

I. Bahan Makanan A. Padi-padian. umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur. susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi. Minuman. Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol

III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya

V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 201244

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

K o t a

0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 2,61 0,76 1,20 1,23 -0,73 -1,60 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 2,03 1,15 0,16 -0,09 0,44 -1,11 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 3,49 1,35 0,36 1,18 0,96 0,46 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 2,02 1,77 0,82 2,33 -0,09 -0,55 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 2,76 0,64 1,60 1,93 0,98 -0,97 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 3,46 -0,28 0,52 1,44 0,78 0,52 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 1,57 0,09 1,25 1,76 0,07 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 1,11 0,89 0,24 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 2,06 0,45 0,23 0,64 0,65 -0,17 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 3,22 0,52 0,31 2,62 0,92 -0,30 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 2,00 0,86 -0,23 1,27 0,68 0,65 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 3,66 -0,18 -0,10 1,38 3,01 -0,30 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 2,30 0,62 0,31 1,36 1,98 -0,06 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 4,06 -1,44 2,06 0,76 4,41 -1,65 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58 1,28 1,66 -0,30 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 1,99 0,64 0,71 0,00 2,86 -0,70 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 1,89 0,70 0,83 0,64 1,75 0,67 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 1,62 1,46 1,21 0,55 1,77 0,08 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 2,07 1,03 0,70 1,38 1,41 0,17 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 1,75 0,80 0,73 1,08 1,87 0,41 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 0,95 1,42 0,70 0,96 1,69 -0,01 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 0,78 0,75 0,21 0,41 3,04 0,22 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 2,31 1,03 0,74 1,08 1,29 0,61 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 1,26 1,58 0,76 0,61 1,95 -0,42 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 1,74 0,81 0,45 1,44 1,84 -0,07 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 0,69 1,50 1,25 0,50 1,79 0,24 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 2,09 1,34 0,07 0,51 2,32 0,21 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 1,43 0,86 1,03 0,85 1,88 0,36 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 1,61 1,14 0,59 1,00 0,43 0,52 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 1,76 0,70 1,12 1,19 2,00 0,05 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 1,95 0,31 0,22 1,23 1,70 -0,47 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 1,73 0,85 0,71 0,91 1,38 0,58 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 1,39 1,00 0,85 0,83 1,65 0,31 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 1,58 1,57 0,98 1,22 2,16 0,15 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 2,19 1,03 0,53 1,21 2,40 0,07 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 1,90 1,14 0,45 0,87 2,06 0,45 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 1,63 0,61 0,63 1,73 2,49 0,43 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 1,75 0,88 0,67 0,58 1,72 0,15 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,23 0,83 0,73 0,82 1,85 0,40 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 0,82 0,80 2,01 0,63 0,87 0,54 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 4,08 1,94 2,52 -0,01 1,56 -0,47 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 1,89 3,39 1,11 0,97 1,57 -0,63 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 2,04 2,12 0,49 3,56 1,68 -0,22 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 0,75 1,13 1,13 1,29 1,04 0,01 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 3,32 -0,28 2,20 1,45 2,34 -0,60 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 4,55 -0,19 1,95 1,30 0,80 -0,51 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 1,64 1,00 2,60 0,26 0,61 0,18 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,40 0,39 2,25 0,68 1,54 0,49 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 1,74 0,95 2,45 0,28 1,37 0,88 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 1,98 -0,18 2,11 0,83 2,82 -0,44 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19 2,36 -0,21 2,13 0,11 2,31 -0,21

2009 2010 2011 2012

IV I II III IV I II III IV I II III IV*

1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda

Tabel Statistik

45Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012

* Data s.d Nov 2012

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100),

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

K o t a

1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,03 2,17 0,06 2,62 -0,11 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 0,86 1,59 1,28 1,40 1,54 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 1,72 0,56 1,72 2,62 -0,82 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 0,03 2,40 0,04 1,43 -0,55 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 0,48 2,00 0,42 1,65 -0,20 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 0,49 0,75 0,34 2,15 -0,19 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 -0,26 1,61 0,86 1,89 -0,74 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 -2,97 2,36 1,21 1,50 0,07 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 1,15 1,78 1,05 1,31 0,52 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 0,91 0,54 0,30 1,91 0,07 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 -0,59 4,32 3,26 -0,01 -1,83 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 1,45 0,52 1,15 0,71 0,10 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 0,82 -1,24 3,65 0,55 0,00 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 0,46 -0,67 3,74 2,37 -0,96 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 1,27 -0,46 0,71 1,41 0,25 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90 1,68 0,23

52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura

NASIONAL

2009 2010 2011 2012

IV I II III IV I II III IV I II III IV*

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 201246

Keterangan : Data s.d. Nov 2012 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100).Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*

Periode

6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,93

2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 4,32

7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 3,63

7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50

7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45

7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55

4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92

0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67

2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80

3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99

5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79

1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91

2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17

2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29

3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14

1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43

1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86

0,22 1,31 0,65 -0,61 3,54 0,65

3,14 0,70 1,18 2,10 1,53 1,81

0,42 1,59 0,85 1,56 1,83 0,94

1,58 1,72 1,40 4,60 4,91 2,65

1,61 0,85 0,58 -4,25 -3,20 -0,81

1,85 -0,66 1,04 6,67 2,39 2,35

-0,49 0,55 0,13 n,a n,a n,a

2007Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2010Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2011Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2012Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV*