jl.mh. thamrin no.2 jakarta 10110 - indonesia :// · dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014,...
TRANSCRIPT
BANK INDONESIA
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanGrup Kebijakan MoneterDepartemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id
i
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah
Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain
dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua
maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang
mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan
moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan
kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang
melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Ronald Waas Deputi Gubernur
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN IV 2012
iii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
strategi Kebijakan Moneter
Prinsip Dasar
Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.
Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.
Sasaran Inflasi
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.
Untuk tahun 2013, 2014, dan 2015, sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2013-2015 berdasarkan PMK no.66/PMK.011/2012 masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% dengan deviasi +1%.
Instrumen dan Operasi Moneter
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.
Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).
Proses Perumusan Kebijakan BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal
terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Transparansi
Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Koordinasi dengan Pemerintah Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah
membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga
(Inflation Targeting Framework)
Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
v
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Kata Pengantar
Di tengah kondisi ekonomi dan pasar keuangan global yang masih lemah, sepanjang triwulan IV 2012 dan untuk keseluruhan tahun, perekonomian Indonesia tetap tumbuh kuat dan terjaga stabil. Konsumsi rumah tangga dan investasi swasta menjadi penopang utama pertumbuhan, sementara kinerja ekspor dan impor menurun sejalan dengan lemahnya permintaan eksternal. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan meningkat didorong oleh tetap kuatnya aktivitas domestik dan peningkatan kinerja eksternal seiring dengan prospek pemulihan ekonomi global. Di sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan diperkirakan masih didominasi oleh sektor-sektor pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan akan mengalami surplus yang semakin meningkat pada triwulan IV 2012. Defisit neraca transaksi berjalan diprakirakan cenderung menurun, meski belum secepat yang diprakirakan. Sementara neraca transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang lebih besar didukung oleh kenaikan investasi langsung dan portofolio. Berdasarkan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir November 2012 mencapai 111,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Selama tahun 2012, nilai tukar rupiah terdepresiasi dengan volatilitas yang tetap terjaga. Sumber tekanan nilai tukar rupiah berasal baik dari eksternal maupun domestik. Masih tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis utang dan fiskal di Eropa, masih lemahnya perekonomian negara maju, serta menurunnya harga komoditas sebagai basis ekspor, melambatnya ekspor di tengah masih tingginya kinerja impor memberikan tekanan pada pergerakan nilai tukar rupiah. Namun, berlanjutnya aliran dana asing ke pasar keuangan domestik akibat kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang masih baik mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut.
Inflasi IHK sepanjang tahun 2012 tetap terkendali dan diprakirakan akan berada di kisaran sasaran inflasi
tahun 2012 yang sebesar 4,5%±1%. Sampai dengan November 2012, inflasi IHK tercatat sebesar 0,07% (mtm) atau 4,32% (yoy). Rendahnya inflasi tersebut akibat terkoreksinya harga beberapa komoditas pangan, terjaganya pasokan, serta berbagai langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga stabilitas harga.
Gubernur Bank Indonesia
vi
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Stabilitas keuangan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang kian membaik. Kinerja industri perbankan yang baik tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah. Kegiatan intermediasi perbankan berupa penyaluran kredit untuk meningkatkan kapasitas perekonomian nasional terus berlanjut.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Desember 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Evaluasi terhadap kinerja tahun 2012 dan prospek tahun 2013-2014 secara umum menunjukkan bahwa perekonomian domestik tumbuh tetap baik dengan stabilitas yang terjaga. Ke depan, dengan mencermati risiko perekonomian global, Bank Indonesia akan memperkuat kebijakan untuk mengelola keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan dengan tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta dukungan koordinasi dengan Pemerintah akan mampu menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2012 serta prospek ke depannya. Saya berharap laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.
Gubernur Bank Indonesia
Dr. Darmin Nasution
vii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
daftar Isi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Daftar Isi
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012 .......................... 1
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ................. 3
Asumsi Yang Mendasari Perkiraan Ekonomi ................................... 3
Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 4
Prospek Inflasi ................................................................................. 10
3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini .............. 12
Perkembangan Ekonomi Dunia ........................................................ 13
Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 16
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................ 23
Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 25
Inflasi .............................................................................................. 27
Disagregasi Inflasi ............................................................................ 27
Perkembangan Pasar Keuangan ...................................................... 29
Kondisi Perbankan........................................................................... 36
Tabel Statistik .................................................................................. 37
viii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
daftar Isi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Desember 2012
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga
tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai
dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Evaluasi terhadap kinerja
tahun 2012 dan prospek tahun 2013-2014 secara umum menunjukkan bahwa perekonomian
domestik tumbuh tetap baik dengan stabilitas yang terjaga. Ke depan, dengan mencermati
risiko perekonomian global, Dewan Gubernur akan memperkuat kebijakan untuk mengelola
keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan dengan tetap memberikan
dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia meyakini bahwa
penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta dukungan koordinasi
dengan Pemerintah akan mampu menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Dewan Gubernur mencatat bahwa perekonomian dunia tahun 2012 tumbuh lebih
lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Eropa mengalami
kontraksi terkait dengan berlarut-larutnya penyelesaian krisis di kawasan tersebut. Sementara
itu, ekonomi AS tumbuh cukup baik meskipun dibayangi kekhawatiran terhadap ancaman
jurang fiskal (fiscal cliff). Di kawasan Asia, China dan India, sebagai mitra dagang utama
Indonesia, juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
global yang melambat dan harga komoditas yang turun cukup tajam menyebabkan tekanan
inflasi global menurun. Sejalan dengan itu, respons kebijakan negara-negara maju dan juga
beberapa negara emerging markets secara umum masih cenderung akomodatif. Pada tahun
2013 dan 2014, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi dunia akan tumbuh lebih tinggi
dan harga komoditas dunia juga akan mengalami kenaikan.
Dewan Gubernur menilai bahwa perekonomian Indonesia tahun 2012 tumbuh cukup
baik. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2012 diprakirakan sekitar 6,2% sehingga
keseluruhan tahun 2012 mencapai sekitar 6,3%. Kinerja pertumbuhan ditopang oleh
kuatnya permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan investasi, sementara
penurunan kinerja ekspor masih berlanjut. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan
akan kembali meningkat didorong oleh tetap kuatnya permintaan domestik serta peningkatan
ekspor seiring dengan prospek pemulihan ekonomi global dan perbaikan harga komoditas
internasional. Aktivitas ekonomi yang meningkat juga akan didorong oleh persiapan Pemilu
dan daya beli yang membaik. Di sisi lain, investasi tetap kuat seiring dengan iklim usaha yang
kondusif dan optimisme terhadap fundamental dan prospek ekonomi Indonesia.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami defisit pada triwulan I dan II
2012 kembali mengalami surplus pada triwulan III 2012 dan akan semakin meningkat
pada triwulan IV 2012. Defisit transaksi berjalan cenderung terus menurun ke tingkat
yang sustainable, meskipun tidak secepat yang diperkirakan. Akan tetapi defisit transaksi
berjalan tersebut dapat diimbangi oleh surplus pada Transaksi Modal dan Finansial (TMF)
2Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012
yang lebih besar, ditopang oleh peningkatan investasi langsung dan portofolio. Dengan
perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir November 2012 meningkat
menjadi 111,3 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri Pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja neraca pembayaran akan
tetap mengalami surplus, didukung oleh penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang
sustainable serta surplus neraca modal dan finansial yang tetap besar.
Nilai tukar yang mengalami tekanan depresiasi pada triwulan II dan III 2012, kembali
bergerak stabil pada triwulan IV 2012. Tekanan depresiasi rupiah pada triwulan II dan III
2012 terutama akibat ketidakpastian ekonomi global dan tekanan pada neraca pembayaran
Indonesia. Pada triwulan IV 2012 intensitas depresiasi menurun dan rupiah bergerak stabil
sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai
tukar rupiah sesuai dengan tingkat fundamentalnya. Pada November 2012, rupiah secara
point-to-point menguat sebesar 0,12% (mtm) ke level Rp9.594 per dolar AS atau secara
rata-rata melemah 0,25% (mtm) menjadi Rp9.617 per dolar AS. Ke depan, nilai tukar
rupiah akan bergerak stabil didukung oleh kondisi neraca pembayaran yang diprakirakan
akan tetap surplus.
Inflasi sepanjang tahun 2012 tetap terkendali dan diprakirakan pada akhir tahun
akan berada di bawah titik tengah sasaran inflasi tahun 2012 sebesar 4,5%±1%.
Rendahnya tingkat inflasi didukung oleh penerapan bauran kebijakan moneter dan
makroprudensial serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui forum TPI (Tim
Pengendalian Inflasi) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah). Inflasi IHK pada November
2012 tercatat sebesar 0,07% (mtm) atau 4,32% (yoy). Di samping inflasi kelompok volatile
foods dan administered prices yang rendah, inflasi inti juga terkendali dengan rendahnya
imported inflation sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan dan energi global
dan terjaganya stabilitas rupiah, cenderung menurunnya ekspektasi inflasi, serta respons sisi
penawaran yang memadai. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali
dalam kisaran sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2013 dan tahun
2014.
Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan
baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan
modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya
rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu,
pertumbuhan kredit hingga akhir Oktober 2012 mencapai 22,8% (yoy), sedikit melambat
dari 22,9% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan terutama pada kredit konsumsi yang
tumbuh sebesar 18,9% (yoy), sementara kredit modal kerja tumbuh stabil sebesar 22,0%
(yoy). Namun, kredit investasi tetap tumbuh tinggi sebesar 30,3% (yoy), dan diharapkan
dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional. Ke depan, Bank Indonesia meyakini
stabilitas sistem keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang
akan meningkat seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
Pada tahun 2012, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh cukup baik (6,3%)
meskipun lebih rendah dari tahun sebelumnya akibat perlambatan pertumbuhan
ekonomi dunia. Perlambatan ekonomi global telah berdampak pada kinerja ekspor
sebagaimana terlihat dari lebih rendahnya pertumbuhan ekspor dibandingkan dengan tahun
2011. Di sisi lain, permintaan domestik diperkirakan masih tetap kuat, terutama dari sisi
permintaan rumah tangga dan investasi.
Pada tahun 2013, ekonomi global diperkirakan mulai meningkat secara gradual
sehingga kinerja ekspor diperkirakan akan membaik. Meningkatnya ekspor juga diiringi
oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga yang didukung oleh kuatnya daya beli, terjaganya
keyakinan konsumen, serta dampak diselenggarakannya Pemilu 2014. Potensi pasar yang
besar dan stabilitas makroekonomi menjadi daya tarik yang cukup kuat untuk kesinambungan
laju investasi. Dengan permintaan domestik yang masih kuat dan kinerja ekspor yang
meningkat, impor diperkirakan juga akan mengalami peningkatan. Sementara secara
sektoral, pertumbuhan perekonomian masih didominasi oleh sektor industri pengolahan,
sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor transportasi dan komunikasi.
Inflasi sepanjang tahun 2012 tetap terkendali dan pada akhir tahun akan berada
di bawah titik tengah sasaran inflasi sebesar 4,5% ± 1%. Rendahnya tingkat inflasi
didukung oleh penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta koordinasi
kebijakan dengan Pemerintah melalui forum TPI (Tim Pengendalian Inflasi) dan TPID (Tim
Pengendalian Inflasi Daerah). Ke depan, inflasi diperkirakan akan tetap terkendali dalam
kisaran yang telah ditetapkan yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2013 dan 2014.
ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI
Asumsi Perekonomian Internasional
Setelah tumbuh terbatas pada tahun 2012, perekonomian global diprakirakan
akan meningkat secara gradual. Pada tahun 2012 perekonomian global diperkirakan
mengalami pertumbuhan sebesar 3,2%, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011
yang mencapai 3,8%. Relatif rendahnya pertumbuhan perekonomian di negara maju akibat
krisis utang di Eropa dan masalah jurang fiskal (fiscal cliff) di AS menyebabkan tertahannya
pertumbuhan perekonomian negara-negara emerging markets melalui penurunan harga
komoditas dan volume perdagangan.
Sejalan dengan langkah-langkah kebijakan perbaikan ekonomi di AS dan Eropa, ekonomi
dunia pada tahun 2013 diperkirakan akan membaik mencapai 3,6%.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
4Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Kinerja perekonomian global yang lebih baik akan diikuti
oleh peningkatan aktivitas perdagangan internasional.
Meningkatnya perdagangan antar negara tersebut pada gilirannya
akan meningkatkan harga komoditas internasional sebagaimana
yang telah diprediksi oleh beberapa lembaga internasional. IMF
memperkirakan terjadi kenaikan volume perdagangan dunia
dari 3,2% di tahun 2012 menjadi 4,5% di tahun 2013. Sejalan
dengan hal tersebut, indeks harga komoditas di tahun 2013
juga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya.
Asumsi Kebijakan Fiskal
Pada tahun 2013 defisit APBN diperkirakan mencapai 1,65%
dari PDB, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya
sejalan dengan upaya pemerintah menjaga kesinambungan
fiskal sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah
yang diambil pemerintah untuk mengurangi defisit diantaranya
dengan mengurangi beban subsidi energi melalui penyesuaian tarif
tenaga listrik sebesar 15%.
Salah satu catatan penting dalam APBN 2013 adalah adanya peningkatan alokasi
anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang tertinggi dibandingkan tahun
sebelumnya. Alokasi belanja infrastruktur pada tahun 2013 akan digunakan untuk
membangun sarana dan prasarana pengairan dan irigasi, transportasi, perumahan dan
pemukiman, komunikasi dan informatika, pertanahan dan penataan ruang. Peningkatan
anggaran untuk pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kapasitas produksi yang pada gilirannya akan meningkatkan daya
saing, memperluas kesempatan kerja dan menekan angka kemisikinan.
Selain peningkatan alokasi belanja modal, dalam RAPBN 2013 pemerintah juga
menetapkan untuk meningkatkan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP)
menjadi 24 juta per tahun. Di satu sisi kebijakan ini akan mengurangi pendapatan
pemerintah, namun di sisi lain akan meningkatkan daya beli masyarakat untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Selain dari sisi konsumsi, pemerintah dalam
APBN 2013 telah menganggarkan Rp528 triliun berupa transfer daerah untuk memberikan
dorongan kepada pemerintah daerah dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
lebih merata.
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Pada tahun 2012, perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,3%.
Perlambatan ekonomi global telah berdampak pada kinerja ekspor sebagaimana terlihat
dari pertumbuhan ekspor yang diperkirakan lebih rendah di triwulan IV 2012. Di sisi lain,
Tabel 2.1
Proyeksi PDB Dunia (% yoy)
2012 2013 2010 2011
Proyeksi
PDB Dunia 5,1 3,8 3,3 3,6
Negara Maju 3,0 1,6 1,3 1,5
Amerika Serikat 2,4 1,8 2,2 2,1
Kawasan Eropa 2,0 1,4 -0,4 0,2
Jepang 4,5 -0,8 2,2 1,2
Negara Maju Lainnya 5,9 3,2 2,1 3,0
Negara Berkembang 7,4 6,2 5,3 5,6
Eropa Timur dan Tengah 4,6 5,3 2,0 2,6
Negara Persemakmuran 4,8 4,9 4,0 4,1
Negara Berkembang Asia 9,5 7,8 6,7 7,2
China 10,4 9,2 7,8 8,2
India 10,1 6,8 4,9 6,0
ASEAN-5* 7,0 4,5 5,4 5,8
Amerika Latin & Karibia 6,2 4,5 3,2 3,9
Timur Tengah & Afrika Utara 5,0 3,3 5,3 3,6
* Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan VietnamSumber: IMF, World Economic Outlook, Oktober 2012
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
permintaan domestik diperkirakan masih tetap kuat, dengan meningkatnya kontribusi
konsumsi pemerintah terkait penyerapan yang lebih baik. Secara umum, di tahun 2012,
sumber pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha berasal dari sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor pengangkutan dan
komunikasi.
Pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2013 akan lebih baik dibandingkan
dengan tahun 2012 sejalan dengan kinerja perekonomian dunia yang diperkirakan
meningkat secara gradual. Permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi
pendorong utama pertumbuhan, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Selain itu,
kegiatan terkait dengan persiapan Pemilu 2014 turut menjadi faktor pendorong aktivitas
ekonomi. Pertumbuhan perekonomian dunia yang lebih tinggi akan meningkatkan
permintaan produk ekspor. Peningkatan volume ekspor yang ditunjang dengan tingkat
harga yang lebih baik akan menyebabkan kontribusi sektor eksternal meningkat
dibandingkan tahun 2012. Dari sisi lapangan usaha, sektor-sektor utama, yakni sektor
industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor
pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih akan mendominasi perkembangan
perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan sektor-sektor akan membaik seiring
dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan global.
Seiring dengan berlanjutnya akselerasi pertumbuhan perekonomian global serta
kegiatan terkait Pemilu, perekonomian domestik pada tahun 2014 diperkirakan
akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2013 melalui permintaan domestik
yang semakin kuat dan peningkatan ekspor. Secara sektoral, sektor-sektor utama,
yakni sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta
sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama
perkembangan perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan secara sektoral akan
membaik seiring dengan kondisi perekonomian domestik dan global yang lebih baik.
Prospek Permintaan Agregat
Pada tahun 2013, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap
tumbuh kuat. Pertumbuhan tersebut didukung oleh meningkatnya
pendapatan masyarakat dan inflasi yang relatif terkendali sehingga
akan meningkatkan optimisme dan daya beli masyarakat. Selain itu,
aktivitas terkait dengan Pemilu 2014 dan perekonomian global yang
membaik (yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui pertumbuhan ekspor) juga akan meningkatkan
sisi konsumsi masyarakat.
Terdapat beberapa sumber utama yang menjadi pendorong
peningkatan pendapatan masyarakat. Sampai dengan November
2012, sudah terdapat penetapan kenaikan UMP tahun 2013 untuk
beberapa provinsi. Besaran kenaikan UMP tersebut berbeda-beda,
Grafik 2.1
Indeks Ekspektasi Konsumen – SK BI
���
��������������������������������������
���
���
��
��
�����
�������
��
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� ��
��������������������������������
���� ���� ���� ����
����������������������������������������������������������������������������������������������������������
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
6Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
sesuai dengan tingkat inflasi dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) provinsi-provinsi tersebut.
Secara umum, besaran kenaikan UMP 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan
UMP 2011. Meskipun demikian, dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dampak
kenaikan UMP tersebut diperkirakan tidak akan sepenuhnya ditransmisikan ke harga jual.
Selain UMP, pendapatan pegawai baik swasta maupun aparat negara juga diperkirakan
akan meningkat. Hal itu dikonfirmasi oleh hasil survei yang mengindikasikan adanya
peningkatan penghasilan pada tahun 2013. Selain itu, Pemerintah pada tahun 2013 juga
akan menaikkan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menjadi Rp24 juta per tahun.
Kebijakan ini akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga dapat meningkatkan
pengeluaran dalam bentuk konsumsi dan investasi.
Pada tahun 2013, kontribusi konsumsi riil diprakirakan lebih tinggi dari tahun
sebelumnya. Perkiraan peningkatan tersebut sejalan dengan upaya pemerintah untuk
memperbaiki kualitas belanja yang tercermin dari meningkatnya belanja modal. Di
samping itu, adanya aktivitas yang terkait dengan Pemilu juga menjadi faktor pendorong
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pola tahun 2008 – 2009, penyelenggaraan Pemilu
memiliki dampak terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi.
Investasi pada tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Hal itu didasarkan pada tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga
domestik yang menguat serta prospek kinerja ekspor ke depan yang membaik. Selain
itu, perkiraan meningkatnya investasi juga didukung oleh adanya alokasi belanja modal
pemerintah yang lebih tinggi, relatif rendahnya suku bunga, serta membaiknya iklim
usaha domestik.
Pada RAPBN 2013, Pemerintah telah meningkatkan alokasi belanja modal.
Pembangunan infrastruktur yang direncanakan pada RAPBN-2013 meliputi pembangunan
jalan, pelabuhan, penyediaan sarana dan prasarana transportasi sungai, danau dan
penyeberangan, pembangunan dan rehabilitasi bandara udara, pembangunan jalur kereta
api baru, pembangunan terminal transportasi jalan pada 24 lokasi, dan pembangunan
prasarana 61 dermaga penyeberangan, serta pengembangan pembangunan dan
pengelolaan pelabuhan perikanan di 25 lokasi. Selain itu, sebagai pendukung pembangunan
infrastruktur, Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk peningkatan kapasitas
pembangkit listrik dan perluasan jaringan transmisi. Pemerintah juga merencanakan
peningkatan kapasitas jalan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang 4.431 km. Agenda akselerasi
pembangunan infrastruktur pada RAPBN-2013 juga didukung dengan penerbitan Perpres
70/2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Perpres 71/2012 tentang
Tata Cara Pengadaan Tanah untuk Pembangunan dan Kepentingan Umum. Kedua
Perpres ini diharapkan dapat mengakselerasi pembangunan infastruktur sehingga target
pembangunan dan pemerataan pertumbuhan dapat tercapai.
Pertumbuhan ekspor berpotensi meningkat pada 2013. Pertumbuhan ekspor barang
dan jasa diprakirakan lebih tinggi dari tahun 2012 terkait pertumbuhan perekonomian
global yang diperkirakan lebih baik diikuti dengan peningkatan harga komoditas. Kinerja
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
ekspor Indonesia diperkirakan meningkat terkait membaiknya pertumbuhan ekonomi
negara-negara Asia seperti China dan India.
Pertumbuhan impor barang dan jasa pada tahun 2013 diperkirakan juga meningkat.
Dengan perkiraan laju pertumbuhan ekspor yang mulai meningkat, pelaku produksi akan
menambah penggunaan bahan baku dan barang modal impor untuk keperluan produksi
barang-barang ekspor.
Prospek Penawaran Agregat
Dari sisi lapangan usaha, struktur perekonomian tahun 2013 masih didominasi oleh
sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan
dan komunikasi. Sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, peran ketiga sektor tersebut
mencapai 63%. Dominasi ketiga sektor tersebut diperkirakan masih berlanjut pada tahun
2014.
K o m p o n e n
Tabel 2.2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Sumber : BPS
* Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 5,2 5,7 5,6 5,4
Konsumsi Pemerintah 3,2 5,9 7,4 -3,2 12,9 6,4
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 10,0 12,3 10,0 10,5 10,7
Ekspor Barang dan Jasa 13,6 7,9 2,2 -2,8 -1,8 1,1
Impor Barang dan Jasa 13,3 8,0 10,9 -0,5 1,9 4,9
PDB 6,5 6,3 6,4 6,2 6,2 6,3
II III IV*2011
20122012*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
I
S e k t o r
Tabel 2.3
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Sumber : BPS
* Proyeksi Bank Indonesia
Pertanian 3,0 4,3 3,6 4,8 3,1 4,0
Pertambangan & Penggalian 1,4 2,8 2,9 -0,1 -0,1 1,2
Industri Pengolahan 6,2 5,7 5,5 6,4 6,4 6,0
Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 5,2 5,9 5,6 5,2 5,5
Bangunan 6,7 7,2 7,1 8,0 8,2 7,6
Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 8,3 8,9 6,9 6,9 7,7
Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,3 10,1 10,5 10,7 10,4
Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,3 7,0 7,4 7,5 7,1
Jasa-jasa 6,7 5,5 5,7 4,4 5,6 5,3
PDB 6,5 6,3 6,4 6,2 6,2 6,3
I II III IV*2011 2012*
2012
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
8Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Membaiknya kondisi ekonomi global, dan investasi yang
cukup tinggi beberapa tahun terakhir memperkuat kinerja
sektor industri di tahun 2013. Kondisi global yang membaik
membawa harapan akan perbaikan pasar komoditas ekspor
Indonesia. Ekspor yang diperkirakan membaik menjadi pemacu
aktivitas di sektor industri pengolahan dari sisi permintaan.
Dukungan terhadap kinerja sektor industri pengolahan dari sisi
permintaan yang lain datang dari konsumsi masyarakat, serta
tingginya aktivitas di sektor-sektor lain, antara lain sektor bangunan.
Pertumbuhan konsumsi masyarakat yang terjaga pada level cukup
tinggi mendorong aktivitas di sektor industri pengolahan tetap
bergairah, di tengah kelesuan ekonomi global (Grafik 2.2). Dari sisi
penawaran, investasi yang relatif tinggi beberapa waktu terakhir
memungkinkan sektor industri pengolahan mampu merespons
dengan baik peningkatan permintaan, baik dari sisi eksternal
maupun dari sisi domestik (Grafik 2.3). Dengan didukung oleh
faktor-faktor yang lebih kondusif sektor industri pengolahan
diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan
tahun 2012.
Subsektor industri makanan, minuman dan tembakau
(mamin) diperkirakan akan berperan cukup penting dan
tumbuh tinggi di tahun 2013. Selain didukung oleh pasar
domestik yang luas dengan kemampuan daya beli yang masih solid,
kinerja subsektor makanan dan minuman akan diuntungkan oleh
persiapan pemilihan umum (Pemilu) tahun 2014. Aktivitas terkait
Pemilu 2014 diperkirakan sudah dimulai pada triwulan III 2013
dan akan mencapai puncaknya pada triwulan I 2014. Hal tersebut
didasarkan pada kondisi yang terjadi pada masa persiapan pemilu
tahun 2009. Pada saat itu, krisis ekonomi global yang merebak
di tahun 2008 telah memengaruhi kinerja ekonomi domestik.
Namun, sektor industri pengolahan masih mampu menunjukkan pertumbuhan positif,
kendati mengalami perlambatan yang cukup tajam. Hal tersebut didukung terutama oleh
subindustri mamin yang tumbuh tinggi terkait dengan kegiatan persiapan pemilu tahun
2009 (Grafik 2.4)
Subsektor industri lain yang diperkirakan menjadi mesin pendorong kinerja sektor
industri di tahun 2013 yaitu industri semen, otomotif dan besi baja. Pembangunan
infrastruktur terkait Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) yang masih berlangsung, serta proyek pembangunan properti (untuk
bisnis dan tempat tinggal) yang cukup marak mendorong tingginya permintaan pada
industri semen, besi dan baja. Kondisi ini juga tercermin pada sektor bangunan yang
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari tahun 2012. Sementara
itu, prospek industri otomotif masih tetap optimis. Pasar domestik yang cukup besar dan
Grafik 2.2
Pertumbuhan Ekspor, Manufaktur & Konsumsi
Grafik 2.3
Perkembangan Investasi
�������
�
�
�
�
�
�
�
��������
��
��
�
�
��
���
���
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
���������� ����������� ��������������������
�� ��
��
��
��
�� ����
������������������������������
��
��
��
������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
komposisi penduduk kelas menengah yang sedang bertumbuh
serta didukung oleh daya beli yang memadai telah menciptakan
kondisi yang cukup kondusif bagi berkembangnya industri otomotif
di tanah air.
Kuatnya permintaan domestik menjadi pendukung kinerja
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Pada tahun
2013, sektor ini diperkirakan tumbuh lebih tinggi. Besarnya potensi
pasar yang tersedia di Indonesia serta daya beli yang cukup tinggi,
menjadi faktor pendorong berkembangnya aktivitas di sektor PHR.
Potensi tersebut telah dimanfaatkan oleh pelaku usaha di bidang
ritel untuk berekspansi lebih dekat kepada konsumen. Hal tersebut
terlihat dari banyaknya gerai-gerai mini market, yang dibangun di
sekitar tempat tinggal. Seiring dengan semakin dekatnya pelaku
pedagang eceran kepada masyarakat, nilai penjualan eceran
menunjukkan kecenderungan meningkat.
Perkembangan di sektor PHR juga didukung oleh kinerja sektor pariwisata, yang
kian mendapat perhatian dari pemerintah karena besarnya potensi sumbangannya
terhadap perekonomian. Seiring dengan meningkatnya kemampuan ekonomi
masyarakat, pola konsumsi masyarakat mulai bergeser ke arah konsumsi nonmakanan,
termasuk berwisata di dalamnya (Grafik 2.5). Perkembangan pariwisata tidak hanya
didukung oleh wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan asing. Kondisi perekonomian
global yang diperkirakan lebih baik akan mendorong optimisme meningkatnya kedatangan
wisatawan asing ke tanah air (Grafik 2.6).
Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
kreatif (Kemenparekraf) berencana untuk mengembangkan tujuh wisata minat
khusus. yaitu wisata budaya dan sejarah; alam dan ekowisata; olahraga rekreasi, seperti
sepeda, golf, selancar , kapas pesiar; belanja dan kuliner; kesehatan dan kebugaran
serta kegiatan konferensi (meeting, incentive, convention and
event/mice). Dengan perkembangan ini, kegiatan usaha terkait
penyediaan akomodasi menjadi menarik. Sehingga daerah-daerah
yang memiliki potensi besar sebagai daerah tujuan wisata banyak
melakukan ekspansi di bidang penyediaan akomodasi.
Perekonomian Indonesia yang diperkirakan akan tetap tumbuh
tinggi pada tahun 2013 akan mendorong meningkatnya arus
penumpang dan barang serta kebutuhan masyarakat akan
jasa komunikasi. Hal tersebut menjadi faktor yang mendorong
kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan
sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Mobilitas penumpang dan
barang yang diperkirakan akan meningkat telah diantisipasi oleh
berbagai maskapai penerbangan melalui penambahan frekuensi
Grafik 2.4
Pertumbuhan Makanan, Minuman, dan Tembakau
Grafik 2.5
Proporsi Konsumsi Makanan dan Nonmakanan
����
��
��
��
��
��
��
��
��
��
�
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
������� �����������
����������
����
����
���
���
���� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� �� �� ���� ������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
����������������������������� ������������������������������������
������
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
10Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
terbang, penambahan rute baru dan sebagai konsekuensinya
melakukan penambahan armada (Grafik 2.7). Apabila Indonesia
dapat mencapai peringkat (rating) ‘One’ dari Federal Aviation
Administration (FAA) dalam industri penerbangan pada tahun
2013, jangkauan wilayah terbang industri penerbangan Indonesia
akan semakin luas.
Selanjutnya, untuk mendukung aktivitas ekonomi yang cukup
tinggi, ketersediaan informasi yang tepat dan cepat semakin
dibutuhkan. Dengan kondisi tersebut penggunaan internet dan
komunikasi data akan terus meningkat. Peningkatan jaringan
broadband, terutama jaringan generasi ketiga (third generation/3G)
dikembangkan oleh hampir semua operator komunikasi untuk
meningkatkan layanan kebutuhan informasi data masyarakat.
Selain tiga sektor utama di atas, sektor lain yang juga tumbuh
tinggi dan keberhasilannya akan ikut memengaruhi kinerja sektor-sektor lain di
masa mendatang, yaitu sektor bangunan. Dengan semangat membangun konektivitas
antar-koridor ekonomi terkait pelaksanaan program Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi (MP3EI), aktivitas pembangunan fisik, terutama infrastruktur
meningkat. Dukungan pemerintah dalam membangun infrastruktur tercermin dari
peningkatan anggaran infrastruktur dan berbagai insentif kemudahan.
Kendala utama klasik yang hingga kini masih membayangi
pembangunan infrastruktur yaitu sulitnya pembebasan lahan.
Pada tahun 2014, proses pemulihan kondisi ekonomi global
diperkirakan berjalan lebih baik. Hal itu akan berdampak positif
bagi perekonomian domestik. Kinerja perekonomian domestik
diperkirakan akan lebih baik dari tahun 2013. Kinerja ekonomi yang
lebih baik tersebut, selain didukung oleh kondisi global yang membaik
juga adanya penyelenggaraan pemilihan umum. Apabila kondisi
keamanan kondusif, berbagai aktivitas terkait penyelenggaraan
pemilu, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan akan turut
mendorong pertumbuhan usaha-usaha yang terkait dengan kegiatan
pemilu, seperti kegiatan promosi/iklan, usaha makanan, minuman
dan rokok. Namun dari sisi struktur, peran pertumbuhan ekonomi
masih akan didominasi oleh sektor industri pengolahan, PHR,
pengangkutan dan komunikasi.
PROSPEK INFLASI
Inflasi tahun 2013 diprakirakan akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran yang
telah ditetapkan yaitu 4,5%±1%. Optimisme untuk membawa inflasi pada kisaran
targetnya tersebut antara lain dilandasi oleh keberhasilan dalam mengendalikan inflasi
di tahun 2012. Penguatan bauran kebijakan yang terus ditempuh Bank Indonesia telah
Grafik 2.6
Jumlah Wisatawan Asing
Grafik 2.7
Jumlah Penumpang Pesawat Terbang
�������������
��
��
��
��
��
����� ���� ����� �����
��������������������������������������������
��
��
��
��
���� ���� ���� ���� ����� ����� �����
������
������
�����
�����
�����
�����
�
����������
���������������������
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
mampu mengendalikan tekanan inflasi baik yang berasal dari faktor eksternal maupun
domestik sekaligus menjaga ekspektasi inflasi. Pada saat bersamaan, komitmen Pemerintah
untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan, termasuk
kebutuhan pokok bagi golongan masyarakat miskin, serta tersedianya Pusat Informasi Harga
Pangan Strategis (PIHPS) turut mendukung tetap terkendalinya inflasi kelompok volatile
foods di tahun 2012. Melalui penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial
serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, inflasi tahun 2013 diprakirakan akan tetap
terjaga dalam kisaran 4,5% ± 1%.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
12Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Ekonomi dunia selama tahun 2012 diliputi ketidakpastian dan mengalami
perlambatan. Ekonomi global yang melemah dipengaruhi oleh penyelesaian krisis di
Eropa yang cenderung berlarut-larut, koreksi pertumbuhan ekonomi Asia (China, Jepang,
dan India), dan masih rentannya pertumbuhan AS yang dibayangi risiko terkait jurang
fiskal. Perdagangan dunia tahun 2012 lebih rendah dari prakiraan awal dan disertai
dengan anjloknya harga komoditas global sehingga berdampak pada kinerja sektor
eksternal negara-negara emerging markets Asia yang cenderung melemah. Sejalan
dengan perlambatan ekonomi dunia, tekanan inflasi global cenderung mereda. Pasar
keuangan global mengalami tekanan dibayangi permasalahan krisis utang kawasan
Eropa khususnya pada paruh pertama tahun 2012. Respons kebijakan otoritas di negara
maju secara umum masih akomodatif guna mendorong aktivitas perekonomian. Hal
yang sama juga terjadi pada respons kebijakan otoritas di negara berkembang yang
secara umum cenderung akomodatif.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap solid
di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global. Sumber pertumbuhan
berasal dari kinerja konsumsi rumah tangga yang tetap kuat dan peningkatan investasi.
Kinerja ekspor mulai mengalami pemulihan meski masih terbatas sejalan dengan masih
lemahnya permintaan eksternal. Di sisi lain, impor masih relatif tinggi seiring dengan
masih kuatnya permintaan domestik dan perbaikan ekspor.
Tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan IV
2012 namun dengan intensitas yang lebih moderat dan tingkat volatilitas yang
lebih terjaga. Pelemahan rupiah terutama disebabkan oleh masih tingginya permintaan
valuta asing di pasar valuta asing domestik sejalan dengan masih tingginya impor di
tengah perbaikan ekspor yang masih terbatas. Namun, tekanan depresiasi cenderung
berkurang seiring dengan arus masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio
yang meningkat.
Di sisi harga, inflasi IHK tetap terkendali sesuai dengan kisaran sasarannya.
Tetap rendahnya inflasi IHK didukung oleh semua faktor baik fundamental maupun
nonfundamental. Inflasi inti tetap terjaga pada level yang didukung oleh memadainya
kemampuran sisi penawaran dalam merespons permintaan dan volatilitas nilai tukar
yang terjaga. Sementara itu, inflasi volatile food dan inflasi administered price tercatat
rendah sejalan dengan peningkatan produksi pangan dan relatif minimalnya gangguan
distribusi serta tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa
yang bersifat strategis.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
13Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Di pasar keuangan, perkembangan suku bunga PUAB selama tahun 2012
cenderung bergerak di batas bawah koridor. Sementara itu, suku bunga kredit dan
suku bunga deposito menunjukkan tren yang menurun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Kinerja pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencatat
pertumbuhan yang positif didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat
serta persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Perekonomian dunia selama tahun 2012 masih diwarnai dengan ketidakpastian
dan diprakirakan tumbuh melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Selama tahun 2012, perekonomian dunia diwarnai oleh perlambatan aktivitas ekonomi
di sejumlah negara Eropa, sementara pertumbuhan ekonomi Asia seperti China, Jepang,
dan India juga tidak sebaik prakiraan awal. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan
volume perdagangan dunia yang menurun dan diikuti dengan anjloknya harga komoditas
global. Dengan kondisi tersebut, inflasi dunia juga cenderung menurun. Di pasar
keuangan, krisis utang di kawasan Eropa mengakibatkan tertekannya pasar keuangan
dunia terutama pada semester pertama tahun 2012. Sementara itu, respons kebijakan
moneter negara maju dan berkembang selama tahun 2012 cenderung longgar dan
akomodatif disertai dengan kebijakan nonkonvensional seperti pembelian surat-surat
berharga oleh European Central Bank (ECB), Federal Reserve, dan Bank of Japan (BoJ)
untuk meredakan gejolak di pasar keuangan dan mendorong aktivitas perekonomian.
Sementara di Asia, di samping memotong suku bunga, bank sentral China dan India
menurunkan reserve requirement dengan harapan mendorong ekspansi kredit ke sektor
riil. Pada tahun 2013, ekonomi dunia diprakirakan tumbuh lebih baik meski beberapa
risiko masih harus dicermati seperti adanya jurang fiskal AS, ketidakpastian penyelesaian
krisis utang dan dampak penghematan anggaran di Eropa, serta berakhirnya fiskal
stimulus Jepang.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, perekonomian AS tumbuh
lebih baik pada tahun 2012. Respons kebijakan fiskal dan
moneter yang akomodatif disertai dengan meredanya gejolak
sektor perumahan berkontribusi pada prospek ekonomi AS yang
diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2012 sebesar 2,0%
(yoy). Namun, pertumbuhan tersebut masih rentan sebagaimana
tercermin pada aktivitas sektor industri sepanjang tahun 2012
yang terindikasi menurun seiring dengan melemahnya permintaan
global. Hal tersebut juga didukung oleh PMI manufaktur yang
sempat berada di fase kontraksi (indeks di bawah level 50) dan
moderatnya pertumbuhan indeks produksi (Grafik 3.1). Dari sisi
konsumsi, lambatnya penyerapan tenaga kerja, yang tercermin
dari indikator nonfarm payroll yang tumbuh tidak setinggi
pada tahun 2011 (Grafik 3.2), mendorong tertekannya kinerja
penjualan eceran.
Grafik 3.1
Survey ISM - PMI Manufaktur dan Jasa AS
��
������
��
��
��
��
��
��
����
����
����
����
�
�������������������������� ��������
������������������
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
14Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Perekonomian kawasan Eropa pada tahun 2012 diprakirakan
mengalami resesi dan tumbuh relatif stagnan pada
tahun 2013. Kebijakan penghematan fiskal yang diterapkan
oleh beberapa negara di kawasan Eropa berdampak pada
tertekannya aktivitas ekonomi. Hal tersebut pada akhirnya
berimbas pada terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
dan meningkatnya pengangguran. Tingkat pengangguran
Eropa melonjak naik mencapai 11,6% pada September 2012
atau tertinggi sepanjang sejarah berdirinya kawasan Eropa.
Meningkatnya level pengangguran tersebut memicu pelemahan
kinerja konsumsi yang tercermin dari keyakinan konsumen yang
melemah (Grafik 3.3) dan penjualan eceran yang hanya tumbuh
moderat. Sementara itu, sektor industri juga memburuk yang
tercermin dari PMI manufaktur yang masih berada pada fase
kontraksi. Namun, positifnya pertumbuhan ekspor disertai
dengan pelemahan mata uang Euro mampu mencatatkan
surplus neraca perdagangan. Dengan perkembangan tersebut,
pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa untuk keseluruhan tahun
2012 diprakirakan sebesar -0,5% (yoy).
Perekonomian Asia diprakirakan tumbuh melambat
terimbas dari kondisi pelemahan ekonomi global. Hampir
sebagian besar kinerja industri Asia mengalami perlambatan
yang terindikasi dari indikator PMI manufaktur yang sempat
berada dalam fase kontraksi. Penurunan aktivitas industri
tersebut ditengarai akibat tertekannya kinerja ekspor seiring
dengan melambatnya permintaan global dan menurunnya
harga komoditas internasional. Namun, masih cukup kuatnya
permintaan domestik dan didukung dengan kebijakan yang
cenderung longgar mampu menahan perlambatan aktivitas
ekonomi Asia.
Ekonomi China pada tahun 2012 mengalami perlambatan
yang cukup signifikan. Upaya yang dilakukan pemerintah China
untuk mengurangi ketergantungan pada sektor eksternal dan
mencegah asset price bubble di sektor perumahan berdampak
pada penurunan aktivitas ekonomi China. Perekonomian China
diprakirakan tumbuh sebesar 7,7% (yoy) pada tahun 2012,
menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 9,3% (yoy). Kinerja investasi sebagai penyokong
utama pertumbuhan ekonomi China berada dalam tren menurun
yang dikontribusi oleh sektor properti. Sektor produksi China
juga mengalami penurunan yang tercermin dari indikator PMI
Grafik 3.2
Nonfarm Payroll dan Tingkat Pengangguran AS
Grafik 3.3
Indeks Keyakinan Konsumen Eropa
������������������������������������������������������������������
������������
���
��
�
�
�
�
�
�
�����������������
��� ��� ��� �������
��� ������� ����
���
���
���
���
����
����
����
����
���
������
Grafik 3.4
Indeks Produksi Negara Asia
����������������������������������������
���������
���
���
���
��
��
��
��
��
��
����������������������������
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
�����������������
���������
�����
������
���
���
���
���
�
��
��
��
��
���
���
���
��
��
�������
�����������������
���������� �����������
��������
�����
���������
�����������������
��
���
�����
�������
���
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
15Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
manufaktur China yang sempat berada pada fase kontraksi. Hal tersebut sejalan dengan
pertumbuhan indeks produksi yang tumbuh moderat. Tertekannya produksi manufaktur
China juga terkonfirmasi dari perlambatan kinerja ekspor China akibat melemahnya
permintaan global. Dari sisi konsumsi, penjualan eceran juga tumbuh melambat sejalan
dengan tren pelemahan keyakinan konsumen. Namun, dampak pelonggaran kebijakan
moneter seperti penurunan suku bunga dan Reserve Requirement Ratio (RRR) terindikasi
mulai memberikan dampak positif terutama pada paruh kedua tahun 2012.
Harga komoditas internasional diprakirakan tumbuh negatif pada tahun 2012
sejalan dengan masih lemahnya permintaan global. Sampai dengan November
2012, Indeks Harga Komoditas Ekspor (IHEx) nonmigas tumbuh sebesar -11,9% (yoy)
yang dikontribusi oleh anjloknya harga komoditas pertanian. Dampak quantitative
easing III (QE III) belum mampu mengangkat harga komoditas dunia seiring dengan
menurunnya permintaan dunia yang disertai dengan melimpahnya pasokan. IHEx untuk
keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh sebesar -14,8% (yoy). Di sisi lain, harga
minyak pada tahun 2012 diprakirakan relatif tidak berubah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pasokan minyak dunia yang meningkat seiring dengan meredanya krisis
geopolitik Middle East and North Africa (MENA) disertai dengan tren bearish pasar
keuangan internasional mendorong harga minyak dunia untuk turun cukup dalam
pada pertengahan tahun 2012. Sementara stimulus moneter QE III pada September
2012 belum mampu mendorong kenaikan harga minyak cukup signifikan terutama
pada akhir tahun 2012.
Memasuki akhir tahun 2012, tekanan inflasi global mereda. Tekanan inflasi global
(komposit) sempat mencetak level tertinggi pada Januari 2012 sebesar 3,6% (yoy)
namun kemudian berangsur-angsur mereda menjadi ke level 3,1% (yoy) pada Oktober
2012. Meredanya tekanan inflasi dunia disebabkan oleh melambatnya aktivitas ekonomi
dunia yang disertai dengan menurunnya harga komoditas dunia. Sementara laju inflasi
dunia untuk keseluruhan tahun 2012 berdasarkan Consensus Forecast November 2012
diprakirakan mencapai 3,28% (yoy) yang dikontribusi oleh inflasi IHK di negara maju dan
berkembang yang masing-masing diprakirakan mencapai 2,0% (yoy) dan 4,9% (yoy).
Respons kebijakan moneter bank sentral negara maju masih akomodatif disertai
dengan berbagai kebijakan nonkonvensional lainnya yang dapat mendorong
aktivitas perekonomian. Hampir sebagian besar kebijakan bank sentral negara maju
masih akomodatif yang ditandai dengan tertahannya suku bunga pada level yang
sangat rendah oleh bank sentral AS (Federal Reserve), Jepang (BoJ), dan Inggris (BoE).
Bank sentral Eropa (ECB) memotong suku bunga pada Juli 2012 sebesar 25bps menjadi
0,75%, sedangkan Bank Sentral Australia (RBA) telah memotong suku bunganya
sebesar 125bps menjadi ke level 3,0% (yoy). Bank sentral Eropa lainnya seperti Swedia
dan Norwegia menurunkan suku bunga acuannya masing-masing sebesar 50bps
dan 25bps. Di samping itu, beberapa bank sentral utama seperti AS, Inggris, Jepang,
dan Eropa mengumumkan kebijakan nonkonvensional seperti pembelian Surat-surat
Berharga (SSB) dengan harapan dapat mendorong aktivitas ekonomi sektor riil. Federal
Reserve pada 13 September 2012 mengumumkan kebijakan Quantitative Easing tahap
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
16Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
III dengan pembelian SSB jenis mortgage backed securities sebesar 40 miliar dolar AS tiap
bulannya tanpa ada batasan waktu. Bank of England (BoE) mengumumkan tambahan
Asset Purchase Program (APP) sebesar 50 miliar poundsterling yang menjadikan total APP
sebesar 375 miliar poundsterling. Pada 6 September 2012, ECB juga mengumumkan
pembelian SSB melalui mekanisme Outright Monetary Transactions (OMT) tanpa
menyebutkan jumlah total pembelian. Bank of Japan mengumumkan penambahan
pembelian SSB sebesar 11 triliun yen dan menjadikan total sebesar 91 triliun yen yang
difokuskan pada pembelian SSB milik pemerintah (government bond) dan diprakirakan
akan berakhir pada akhir tahun 2013.
Hampir sebagian besar bank sentral negara emerging markets juga melakukan
pelonggaran kebijakan moneter dengan cara menurunkan suku bunga dan
suplemen kebijakan lainnya. Beberapa bank sentral Asia yang menurunkan suku
bunganya sepanjang tahun 2012 yaitu Filipina (-75bps), China (-56bps), India (-50bps),
Korea (-50bps), Indonesia (-25bps), dan Thailand (-25bps). Bank sentral Malaysia tidak
mengubah suku bunganya sehingga tetap di level 3,0%. Bank sentral kawasan Amerika
Latin yang memotong suku bunganya yaitu Brazil (-325bps) dan Kolombia (-50bps).
Di samping pemotongan suku bunga, bank sentral China dan India juga menempuh
penurunan reserve requirement dengan harapan dapat mendorong laju ekspansi kredit
perbankan. Beberapa bank sentral di kawasan emerging markets juga menempuh
kebijakan makroprudensial sebagai upaya meredam gejolak di pasar valas seperti: (i) Bank
sentral Turki menaikkan proporsi GWM dalam bentuk valas menjadi 55% dari 50% (Juli
2012), (ii) Bank sentral Peru membuka fasilitas repo valas sejak April 2011 sebesar 50
juta dolar AS dengan rate 5,5% (Mei 2012), (iii) Bank sentral Brazil membuka fasilitas
swap valas sebesar 2,4 miliar dolar AS dengan tenor 40 hari (Mei 2012).
PERTUMBUHAN EKONOMI
Permintaan Agregat
Perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh stabil di
level 6,2% (yoy) (Tabel 3.1). Permintaan domestik yang tetap kuat masih menjadi
penopang pertumbuhan. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat sejalan
dengan keyakinan konsumen yang masih baik dan adanya potensi perbaikan daya
beli masyarakat. Konsumsi pemerintah diprakirakan terakselerasi pada triwulan IV
2012 sesuai dengan pola historisnya. Kinerja investasi diprakirakan sedikit meningkat
sejalan dengan optimisme yang masih baik dan iklim usaha yang kondusif. Ekspektasi
pemulihan perekonomian dunia mendorong perbaikan kinerja ekspor meskipun masih
terbatas. Merespons perbaikan ekspor dan masih kuatnya permintaan domestik, impor
juga berpotensi kembali menunjukkan peningkatan.
Untuk keseluruhan tahun, perekonomian Indonesia tahun 2012 diprakirakan
tumbuh sebesar 6,3% (yoy), melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Perlambatan ekonomi tersebut disebabkan oleh menurunnya kinerja eksternal sejalan
dengan kinerja perdagangan internasional yang memburuk terutama mulai paruh
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
17Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Grafik 3.5
Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI
kedua tahun 2012. Namun, masih kuatnya permintaan domestik mampu menopang
pertumbuhan ekonomi sehingga tetap tumbuh tinggi di atas 6%. Konsumsi rumah
tangga tumbuh tinggi mencapai titik tertingginya sejak krisis finansial global tahun
2008/2009. Hal tersebut didukung oleh keyakinan konsumen yang terus menguat
dan daya beli yang relatif terjaga. Peranan konsumsi pemerintah juga mengalami
peningkatan terkait adanya upaya peningkatan belanja pemerintah. Kinerja investasi
tumbuh meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya didukung oleh optimisme
pelaku usaha dan iklim usaha yang kondusif. Sementara itu, ekspor tumbuh melemah
seiring dengan masih terpuruknya proses pemulihan perekonomian dunia. Kinerja impor
juga mengalami pelemahan merespons kinerja ekspor yang menurun namun masih
relatif tinggi didorong oleh masih kuatnya permintaan domestik.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap tumbuh
tinggi yaitu sebesar 5,6% (yoy) dan secara keseluruhan tahun tumbuh sebesar
5,4% (yoy). Masih kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan
berkurangnya level pengangguran terbuka serta didukung oleh optimisme konsumen
yang meningkat. Dorongan meningkatnya keyakinan akan
penghasilan, lapangan kerja saat ini, serta ekspektasi konsumen
ke depan mendorong Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank
Indonesia pada November 2012 terus menguat (Grafik 3.5).
Namun, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) BPS pada triwulan
laporan diprakirakan sedikit menurun, namun masih tetap
tumbuh pada level yang tinggi.
Pergerakan indikator-indikator dini konsumsi rumah
tangga mengonfirmasi masih kuatnya pertumbuhan
konsumsi rumah tangga. Indeks penjualan eceran riil pada
triwulan IV 2012 masih tumbuh pada level tinggi meski sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya akibat
faktor musiman berupa hari raya (Grafik 3.6). Lebih rendahnya
pertumbuhan penjualan eceran pada triwulan laporan bersumber
Indikator
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan
Sumber :BPS
* Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 4,9 5,2 5,7 5,6 5,4
Konsumsi Pemerintah 2,8 4,5 2,8 2,8 3,2 5,9 7,4 -3,2 12,9 6,4
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,3 9,3 7,1 11,5 8,8 10,0 12,3 10,0 10,5 10,7
Ekspor Barang dan Jasa 12,2 17,2 17,8 7,9 13,6 7,9 2,2 -2,8 -1,8 1,1
Impor Barang dan Jasa 14,4 15,3 14,0 10,1 13,3 8,0 10,9 -0,5 1,9 4,9
PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,2 6,3
I III IIIII III IV*IV2011
2011 20122012*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
���������
�������������������
���
���
��
��
��
����������
��
���������
���
�����
��������������������������������������������������
�� ��� �� �����
�� ��� �� �����
�� ��� �������
��� ��� ��� ���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
18Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
dari kelompok makanan dan minuman, perlengkapan rumah
tangga, dan bahan bakar. Penjualan mobil dan sepeda motor
pada Oktober 2012 relatif stabil. Perkembangan profit margin
dan Return of Equity (ROE) hingga triwulan III 2012 mengalami
peningkatan, dimana hal tersebut menunjang penghasilan
konsumen kelas menengah atas khususnya para pelaku usaha.
Kinerja investasi pada triwulan IV 2012 diprakirakan
mengalami kenaikan sejalan dengan optimisme yang masih
tinggi dan iklim usaha yang kondusif. Masih kuatnya investasi
didukung oleh kinerja konsumsi yang berpotensi tetap kuat
pada dua triwulan ke depan dan adanya ekspektasi pemulihan
ekspor. Hasil Survei Keyakinan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan
nilai investasi yang diprakirakan masih tinggi pada semester
II 2012, meskipun sedikit turun. Investasi tersebut didominasi
oleh investasi baru. Namun, optimisme pelaku usaha menurut Indeks Tendensi Bisnis
(ITB) BPS diprakirakan sedikit menurun pada triwulan laporan setelah naik tajam pada
triwulan sebelumnya (Grafik 3.7). Persepsi positif terhadap investasi turut didukung
oleh kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade dari lembaga Rating &
Investment (R&I) pada Oktober 2012.
Motor utama pertumbuhan investasi masih ditopang oleh investasi
nonbangunan. Tetap tingginya konsumsi rumah tangga pada paruh kedua tahun 2012
disertai dengan potensi perbaikan kinerja ekspor secara bertahap mampu mendorong
peningkatan investasi. Namun, terdapat risiko lebih rendahnya pertumbuhan investasi
terkait impor barang modal yang melambat pada triwulan IV 2012 terutama impor
mesin dan peralatan transportasi untuk industri. Meskipun impor melambat, namun
prospek perbaikan ekspor diprakirakan akan meningkatkan rencana investasi baru
khususnya produsen kendaraan bermotor. Sementara itu, pertumbuhan investasi
bangunan mengalami kenaikan sebagai akibat dari aktivitas ekonomi domestik yang
masih kuat. Hal tersebut tercermin dari indikator rata-rata penjualan semen dan impor
bahan bangunan yang mengalami peningkatan. Selain itu, akselerasi penyerapan belanja
modal pemerintah pada akhir tahun turut mendukung tumbuhnya kinerja investasi. Di
sisi pembiayaan, kredit investasi secara riil tumbuh stabil di kisaran 25% didukung oleh
menurunnya suku bunga investasi riil (Grafik 3.8). Sementara suku bunga deposito riil
satu bulan yang tetap rendah diperkirakan juga akan memberikan efek peningkatan
investasi.
Kinerja konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh meningkat pada triwulan IV
2012 terkait pemenuhan serapan anggaran pada akhir tahun. Secara total, serapan
belanja pemerintah sampai dengan Oktober 2012 telah mencapai 69,3% dari APBN-P,
lebih baik daripada periode yang sama tahun sebelumnya (67,7%). Perbaikan terjadi
terutama pada belanja modal. Percepatan belanja khususnya belanja barang dan modal
diprakirakan akan terjadi pada triwulan IV 2012 sesuai dengan pola historisnya.
Grafik 3.6
Indeks Penjualan Eceran
��������
��
��
��
��
�
���
���� �� ��� �� � �� ���� ��� ���
���� ���� ����
����������������������������������
���������������������
�������
�����
�������
����������
�������������������������
�����������
�������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
19Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Kinerja ekspor pada triwulan IV 2012 diprakirakan membaik
meskipun masih terbatas. Penurunan kinerja ekspor yang lebih
dalam berpotensi tertahan di penghujung tahun didorong oleh
perkiraan mulai membaiknya volume perdagangan dunia dan
harga komoditas internasional meskipun dalam kisaran yang
sangat moderat. Kembali meningkatnya pertumbuhan ekspor
nonmigas secara rata-rata triwulan terutama pada komoditas
pertambangan dan industri dapat mendorong peningkatan ekspor
pada triwulan IV 2012. Dilihat dari komponennya, pertumbuhan
ekspor industri pada awal triwulan IV 2012 tumbuh membaik,
terutama pada komoditas logam dasar besi dan baja serta
produk kimia (Grafik 3.9). Pada kelompok pertanian, berlanjutnya
perlambatan ekspor terjadi pada komoditas utama seperti
ikan, udang, kopi, dan kakao sementara komoditas karet alam
tercatat membaik. Kondisi tersebut disebabkan oleh rendahnya
harga komoditas pertanian disertai dampak tertundanya musim
tanam. Di sisi lain, kontraksi ekspor migas diprakirakan masih
berlanjut hingga awal tahun 2013. Hal tersebut disebabkan oleh
lifting minyak yang masih belum mencapai target karena faktor
penyusutan produksi tambang lama dan gangguan produksi.
Impor pada triwulan IV 2012 diprakirakan kembali
meningkat merespons kinerja permintaan domestik dan
perbaikan ekspor, meskipun masih terbatas. Prakiraan
tersebut didukung oleh indikasi positif perkembangan investasi
dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh kuat. Kinerja impor
terutama ditunjang oleh impor nonmigas yaitu kelompok impor
bahan baku yang tumbuh tinggi terkait dengan tingginya investasi
nonbangunan (Grafik 3.10). Impor barang konsumsi dan barang
modal hingga awal triwulan IV 2012 tercatat tumbuh melambat.
Perlambatan impor barang konsumsi terutama terjadi pada
komoditas makanan dan peralatan transportasi non industri.
Sejalan dengan hal tersebut, impor barang modal tumbuh
melambat terutama akibat merosotnya impor barang selain
perlengkapan transportasi dan perlengkapan transportasi untuk
industri. Di sisi migas, kenaikan impor didorong oleh peningkatan
konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.
Operasi Keuangan Pemerintah
Kinerja operasi keuangan pemerintah sampai dengan
November 2012 diprakirakan tetap baik meski penerimaan
terindikasi melambat di tengah belanja yang relatif
stabil. Menurunnya penerimaan negara terutama disebabkan
Grafik 3.9
Ekspor Nonmigas
Grafik 3.7
Indeks Tendensi Bisnis - BPS
Grafik 3.8
Kredit Investasi & Suku Bunga Kredit Investasi Riil
�������������������������������
�����������
�����������������������������
�����������
��������������������
��
��������
��
��
��
��
��
�
�� � � � � ��
����� � � � � ��
����� �
����
���
��
�
�
�
�
�
��� � �
�����������������������������������������
���
������
���
���
���
��
��� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���
���� ���� ����
��������������������������������� ���������� ������������������� ���������
������������
���
���
���
��
��
��
��
������
���
��������
��
��
�
���
���
���� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ���� ����
���� ���� ����
���������������
���������
������������������
������������
��� ����
����
���� ���� �������
��������
��� �������
����
����
�����
����
���
������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
20Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
oleh melambatnya perekonomian global dan domestik. Di sisi
lain, penyerapan belanja negara relatif stabil dengan sumber
pengeluaran berasal dari pembayaran subsidi dan bantuan sosial.
Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit diprakirakan lebih
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan hasil penerbitan
yang relatif memenuhi target APBN-P, pemerintah tidak lagi
melakukan penerbitan SBN baru.
Penerimaan negara tercatat menunjukkan perlambatan
akibat masih rendahnya realisasi penerimaan perpajakan
maupun nonpajak. Melambatnya perekonomian global dan
domestik memengaruhi kinerja penerimaan sektor perpajakan.
Penurunan penerimaan pajak nonmigas dipengaruhi oleh potensi
melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik. Ketidakpastian
perekonomian global juga berdampak pada menurunnya ekspor
Indonesia. Namun, masih terdapat sejumlah komponen penerimaan yang menunjukkan
peningkatan di tengah perlambatan komponen penerimaan lainnya. Pajak migas
mengalami kenaikan sejalan dengan perkembangan ICP yang meningkat pada tahun
2012. Kondisi tersebut mengindikasi bahwa potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) SDA migas untuk meningkat di sisa tahun masih besar. Peningkatan kinerja
juga terjadi pada PPN yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi,
sementara kenaikan cukai terjadi sejalan dengan kebijakan kenaikan tarif cukai.
Kinerja belanja negara relatif stabil bersumber dari pembayaran subsidi dan
bantuan sosial. Realisasi belanja negara sampai dengan November 2012 diprakirakan
meningkat dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya. Besarnya pembayaran
subsidi terkait dengan tidak adanya kebijakan kenaikan administered price pada tahun
2012, lebih tingginya harga minyak, serta pelampauan kuota volume konsumsi BBM
sebesar 40 juta kiloliter. Namun, di sisi lain terdapat perkembangan positif dari belanja
negara yaitu penyaluran bantuan sosial yang membaik, realisasi belanja modal yang lebih
cepat, dan belanja barang yang lebih efisien. Penyerapan belanja barang mengalami
penurunan yang diprakirakan antara lain akibat program penghematan dan efisiensi
belanja operasional.
Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit sampai dengan November 2012
diprakirakan lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut
sejalan dengan pembiayaan melalui penerbitan SBN akibat perkembangan imbal hasil
SBN yang menurun. Dari sisi efektivitas pembiayaan, operasi keuangan pemerintah
menunjukkan perbaikan dimana kelebihan pembiayaan atau dana pinjaman yang belum
digunakan lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Penawaran Agregat
Kinerja sisi penawaran pada triwulan IV 2012 diprakirakan masih baik didukung
oleh aktivitas domestik yang masih kuat (Tabel 3.2). Sumber pertumbuhan
Grafik 3.10
Nilai Impor Riil Nonmigas
���
��
��������
� �� ��� ������
�����
��������������
���������
�����������
��
��
��
�
���
��
� �� ��� ������
� �� �������
���� ���� �������
���� ���� ���� ���� ���� ������� ���� ���� ���� ��� ���
����
��� ����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
21Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
sisi penawaran diprakirakan masih berasal dari sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sektor industri pengolahan dan PHR diprakirakan masih tumbuh kuat didukung oleh
masih kuatnya permintaan domestik dan potensi pemulihan kinerja ekspor. Sementara
itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh meningkat
didorong oleh kinerja angkutan udara dan komunikasi data yang masih baik. Sektor
bangunan diprakirakan tumbuh meningkat sejalan dengan aktivitas investasi yang masih
tinggi dan pemenuhan belanja modal pemerintah pada akhir tahun. Di sisi lain, sektor
pertambangan dan penggalian diprakirakan akan terkontraksi akibat masih lemahnya
ekspor batubara dan menurunnya produksi minyak. Sektor pertanian juga diprakirakan
akan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih tetap tinggi
didukung oleh subsektor tanaman bahan makanan (tabama).
Sektor pertanian pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh melambat jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut disebabkan
mundurnya musim tanam di beberapa daerah ke triwulan laporan sehingga berdampak
pada lebih sedikitnya panen yang dihasilkan pada triwulan laporan. Selain itu, curah
hujan yang cenderung di bawah normal juga berdampak pada kinerja subsektor tanaman
bahan makanan (tabama). Subsektor perkebunan utamanya produksi kelapa sawit
tumbuh melambat pada awal triwulan IV 2012. Ke depan, kinerja subsektor perkebunan
diprakirakan membaik didukung oleh kondisi cuaca yang kondusif. Subsektor perikanan
juga diprakirakan masih akan tumbuh baik. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II 2012
BPS, produksi pada triwulan IV 2012 melambat cukup dalam akibat mundurnya musim
tanam sebagai imbas dari terlambat datangnya musim hujan. Namun, produksi padi
untuk keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh sebesar 4,87% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar -1,07% (yoy). Kenaikan produksi
padi tersebut diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 268,01 ribu
hektar (2,03%) dan produktivitas sebesar 1,39 kuintal/hektar (2,79%).
S e k t o r
Tabel 3.2
Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran
Sumber :BPS
* Proyeksi Bank Indonesia
I III IIIII III IV*IV2011
2011 20122012*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Pertanian 3,7 3,6 2,6 1,9 3,0 4,3 3,6 4,8 3,1 4,0
Pertambangan & Penggalian 4,4 1,0 0,6 -0,3 1,4 2,8 2,9 -0,1 -0,6 1,2
Industri Pengolahan 5,0 6,2 6,9 6,7 6,2 5,7 5,5 6,4 6,4 6,0
Listrik, Gas & Air Bersih 4,3 3,9 5,2 5,8 4,8 5,2 5,9 5,6 5,2 5,5
Bangunan 5,2 7,5 6,3 7,8 6,7 7,2 7,1 8,0 8,2 7,6
Perdagangan, Hotel & Restoran 7,9 9,3 9,2 10,2 9,2 8,3 8,9 6,9 6,9 7,7
Pengangkutan & Komunikasi 13,4 10,9 9,5 9,2 10,7 10,3 10,1 10,5 10,7 10,4
Keuangan, Persewaan & Jasa 7,0 6,7 6,9 6,7 6,8 6,3 7,0 7,4 7,5 7,1
Jasa-jasa 7,0 5,7 7,8 6,5 6,7 5,5 5,7 4,4 5,6 5,3
PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,2 6,3
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
22Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Sektor pertambangan pada triwulan IV 2012 diprakirakan kembali mencatat
kontraksi terkait penurunan kinerja subsektor migas dan melambatnya kinerja
subsektor nonmigas. Penurunan pertambangan subsektor migas terkait dengan
penurunan produksi alamiah disamping adanya gangguan produksi. Beroperasinya
beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas baru pada triwulan sebelumnya
belum dapat menahan laju penurunan produksi migas. Sementara itu, kinerja
pertambangan nonmigas juga melambat yang terindikasi dari tajamnya penurunan
ekspor pertambangan khususnya batubara.
Sektor industri pengolahan pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh stabil
pada level yang tinggi. Tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan ditopang
oleh permintaan domestik yang kuat dan diiringi oleh pemulihan ekspor manufaktur.
Aktivitas manufaktur yang membaik terindikasi dari Purchasing Manager Index (PMI)
yang masih menunjukkan ekspansi hingga Oktober 2012. Peningkatan tersebut didorong
oleh pesanan baru domestik dan eksternal yang meningkat. Kinerja subsektor alat
angkut diperkirakan masih tetap tinggi yang terlihat dari pertumbuhan penjualan mobil
dan sepeda motor yang stabil. Kinerja subsektor makanan dan minuman menunjukkan
peningkatan yang terindikasi dari meningkatnya produksi Crude Palm Oil (CPO).
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) pada triwulan IV 2012
diprakirakan tumbuh relatif stabil dan pada level yang tinggi didukung oleh
aktivitas ekonomi domestik yang masih baik. Hal tersebut tercermin dari indeks
penjualan riil hingga Oktober 2012 yang masih tumbuh tinggi. Perkiraan masih baiknya
pertumbuhan sektor PHR juga sejalan dengan hasil SKDU. Kinerja subsektor hotel kembali
menunjukkan peningkatan pada Oktober 2012 sejalan dengan masih naiknya jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara.
Sektor bangunan pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya kinerja sektor bangunan
sejalan dengan masih tingginya aktivitas konstruksi dan investasi. Kinerja sektor
bangunan yang masih baik sejalan dengan prospek membaiknya kinerja konstruksi dan
investasi. Penjualan semen dan alat berat pada Oktober 2012 sedikit melambat, namun
impor bahan bangunan terutama semen mengalami peningkatan.
Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV 2012
diprakirakan mengalami peningkatan. Hal tersebut ditopang oleh kinerja subsektor
angkutan udara dan kereta api yang tumbuh meningkat pada awal triwulan IV 2012.
Selain itu, faktor masuknya musim liburan sekolah dan tahun baru 2013 berdampak
positif pada kinerja subsektor pengangkutan. Kinerja subsektor komunikasi terindikasi
masih baik, terutama berasal dari penggunaan internet dan komunikasi data. Di samping
itu, kinerja subsektor komunikasi juga didukung oleh meningkatnya penjualan telepon
seluler dan komputer tablet pada triwulan III 2012 yang masing-masing tumbuh sebesar
14% (yoy) dan 248% (yoy) (data International Data Corporation / IDC Indonesia dan
Growth for Knowledge / GfK).
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
23Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Grafik 3.11
Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Berdasarkan Wilayah
Perekonomian Daerah
Perekonomian daerah pada triwulan IV 2012 diprakirakan
masih cukup kuat sejalan dengan prakiraan pertumbuhan
nasional. Pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) diperkirakan mengalami peningkatan,
sehingga kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional meningkat. Di sisi lain, perekonomian Jawa masih
menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional,
meskipun melambat, Selain itu, pertumbuhan ekonomi di
Kalimantan juga terindikasi melambat pada triwulan IV 2012.
Untuk keseluruhan tahun 2012, prospek pertumbuhan ekonomi
Jawa yang relatif stabil dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang
lebih tinggi dapat menopang perekonomian nasional untuk
tumbuh di kisaran 6,3%. Di sisi inflasi, realisasi inflasi pada
November 2012 terutama dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi di Sumatera dan cukup
rendahnya inflasi yang terjadi di Jawa dan Jakarta (Grafik 3.11). Berbeda dengan tiga
kawasan lainnya, tekanan inflasi di KTI justru kembali mencatat peningkatan. Koreksi
harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan dan sandang yang cukup besar terjadi
di Sumatera sehingga menyebabkan kawasan ini secara keseluruhan mengalami deflasi.
Sementara itu, tekanan inflasi di Jawa dan Jakarta masih relatif terkendali pada level
yang cukup rendah. Inflasi di dua kawasan ini terutama bersumber dari kenaikan biaya
transportasi, khususnya angkutan udara, dan beberapa komoditas kelompok makanan
jadi. Tekanan inflasi di KTI justru dipicu oleh kenaikan harga kelompok komoditas bahan
makanan, terutama sayur-sayuran, buah-buahan, dan aneka bumbu. Kenaikan inflasi
bahan makanan paling tinggi di kawasan ini terutama terjadi di Kalimantan.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)
Kinerja NPI pada triwulan IV 2012 diprakirakan membaik dan mencatat surplus
yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja
NPI didorong oleh prakiraan pencapaian surplus neraca transaksi modal dan finansial yang
lebih tinggi dan defisit transaksi berjalan yang menurun. Transaksi berjalan diprakirakan
masih mengalami defisit akibat penurunan kinerja ekspor nonmigas karena koreksi
harga komoditas ekspor nonmigas yang lebih tajam di tengah masih tingginya impor
untuk mendukung kuatnya permintaan domestik. Selain itu, tekanan defisit transaksi
berjalan juga berasal dari penurunan neraca perdagangan migas akibat lebih tingginya
impor minyak seiring dengan turunnya produksi minyak. Di sisi lain, transaksi modal dan
finansial diprakirakan mengalami peningkatan surplus sejalan dengan derasnya aliran
masuk modal asing terutama pada investasi portofolio. Aliran masuk berupa investasi
langsung (FDI) diprakirakan tetap kuat. Dengan kondisi tersebut, cadangan devisa pada
akhir November 2012 mencapai 111,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan
impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
������
���
���
���
���
���
���
�����
�����
�����
�����
�����
����
����
��
����
����
���
����
������
��
����
����
��
����
����
���
����
����
��
������
���
�����
����
�
�����
���
�������� ������� ���� ���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
24Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Rasio defisit transaksi berjalan (TB) terhadap pertumbuhan
ekonomi (PDB) diprakirakan lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Defisit pada TB disebabkan
oleh relatif rendahnya kinerja ekspor sementara impor masih
tetap tinggi. Rendahnya kinerja ekspor disebabkan oleh lemahnya
permintaan global dan penurunan harga komoditas global. Di
sisi lain, berlanjutnya ekspansi ekonomi domestik disertai dengan
tingginya kinerja konsumsi dan investasi mendorong impor masih
tetap tinggi. Data terbaru menunjukkan ekspor pada Oktober
2012 turun menjadi sebesar 10,6% (yoy), terutama dipicu oleh
penurunan ekspor nonmigas (Grafik 3.12). Pada periode yang
sama, impor masih tumbuh sebesar 9,8% (yoy) terjadi baik pada
impor nonmigas maupun migas. Sejalan dengan masih tingginya
impor dan berlanjutnya aliran masuk dana asing selama tahun
2012, defisit neraca jasa dan neraca pendapatan masih tinggi.
Transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2012
diprakirakan mencatat surplus yang lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi
perekonomian domestik yang masih kondusif di tengah kondisi
pasar keuangan global yang penuh ketidakpastian mendorong
berlanjutnya aliran masuk dana asing, baik dalam bentuk
portofolio maupun investasi langsung (Foreign Direct Investment/
FDI) (Grafik 3.13). Selain itu, kondusifnya perekonomian domestik
tersebut juga meningkatkan kepercayaan investor global/lembaga
internasional untuk memberikan pinjaman kepada Pemerintah
maupun institusi swasta. Aliran masuk dana asing pada triwulan
laporan diprakirakan masih tetap tinggi dengan dominasi
terutama dalam bentuk investasi langsung dan investasi lainnya
(Other Investment/OI). Sementara itu, aliran masuk dana asing dalam bentuk portofolio
diprakirakan juga masih akan berlanjut pada triwulan IV 2012.
Untuk keseluruhan tahun 2012, kinerja NPI diprakirakan masih mencatat surplus
meski lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sepanjang
tahun 2012, transaksi berjalan mencatat defisit akibat penurunan kinerja ekspor di
tengah impor yang masih tinggi dan disertai dengan defisit neraca jasa dan pendapatan
yang tinggi. Melemahnya ekspor merupakan dampak dari penurunan permintaan
negara mitra dagang utama dan tren penurunan harga komoditas internasional. Selain
itu, melemahnya ekspor juga disebabkan oleh kinerja neraca migas yang memburuk
dipicu oleh kenaikan impor minyak dan penurunan ekspor Liquefied Natural Gas
(LNG). Di sisi lain, transaksi modal dan finansial pada tahun 2012 mencatat surplus
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Masih baiknya kinerja
ekonomi domestik dan imbal hasil investasi rupiah, serta kebijakan stimulus ekonomi
yang dilakukan oleh beberapa negara mendorong tingginya aliran masuk modal asing
Grafik 3.12
Pergerakan Ekspor Indonesia
Grafik 3.13
Investasi Langsung (FDI)
������������
����������������
������������
��������
��
��
��
��
��
�
���
���
���
���
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
�����
������
������������������
�����
�����
�����
�����
�����
������
�����
�����
�
������������������������������������
����������������������������������������
�������������������������
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ������� ���� ���� ����� ����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
25Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Grafik 3.14
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 3.15
Volatilitas Nilai Tukar Kawasan
selama tahun 2012. Selain itu, investasi langsung juga masih
cukup kuat seiring dengan fundamental dan prospek ekonomi
Indonesia yang cukup baik.
NILAI TUKAR RUPIAH
Selama tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan
depresiasi namun dengan volatilitas yang tetap terjaga.
Secara rata-rata, rupiah terdepresiasi sebesar 6,09% dari Rp8.768
per dolar AS pada tahun 2011 menjadi Rp9.336 per dolar AS
pada tahun 2012.1 Sementara itu, secara point-to-point, rupiah
melemah sebesar 5,48% dan ditutup pada level Rp9.594 per
dolar AS (akhir November 2012) dengan volatilitas yang terjaga
rendah, bahkan jika dibandingkan dengan kawasan (Grafik 3.14
dan 3.15)
Beberapa faktor utama yang menjadi sumber tekanan
pergerakan rupiah berasal baik dari eksternal maupun
domestik. Dari sisi eksternal, pelemahan nilai tukar dipengaruhi
oleh melambatnya aktivitas perekonomian global akibat masih
tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis utang dan fiskal di
Eropa, belum solidnya pemulihan ekonomi AS, melemahnya
perekonomian China serta menurunnya harga komoditas sebagai
basis ekspor. Sementara itu, dari sisi domestik, depresiasi nilai
tukar dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor
di tengah masih tingginya permintaan akan komoditas impor
yang menyebabkan ketidakseimbangan di pasar valuta asing
domestik dan defisit neraca transaksi berjalan serta meningkatnya
ekspektasi depresiasi rupiah. Namun, terus berlanjutnya
aliran dana dari luar negeri ke pasar keuangan domestik yang
didorong oleh persepsi positif investor terhadap fundamental
perekonomian Indonesia dan perolehan status Investment Grade
mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut.
Melambatnya pertumbuhan ekspor di tengah laju impor
yang tetap tinggi guna mendukung peningkatan aktivitas
ekonomi domestik, memberikan tekanan pada nilai tukar
rupiah. Perlambatan pertumbuhan ekspor selama tahun 2012
disebabkan oleh melemahnya permintaan dari negara mitra
dagang di tengah tingginya ketidakpastian global serta koreksi
harga komoditas. Di sisi impor, permintaan domestik yang masih
kuat pada akhirnya menyebabkan Indonesia mengalami defisit
transaksi berjalan dan memberikan tekanan pada pergerakan
nilai tukar rupiah.
1 Data per 30 November 2012
Grafik 3.16
Indeks Risiko Global (VIX dan MSCI World)
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
��������
����
����
��������
��������
�����������
�����������������
�������
����
����
����
����
����
����
�����
��
�����
����
����
����
����
����
����
�����
��
�����
����
����
����
����
�����
�����
�����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
�����
�����
�����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
���
��
�
�
�
�
�
��������
����
����
�����
����
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
��� ���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
� ��������������� ������������������
�����������������������������������
������������������������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
26Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Faktor risiko domestik mengalami peningkatan hingga
triwulan II 2012 kemudian mengalami konsolidasi pada
paruh kedua 2012 seiring dengan mulai membaiknya faktor
risiko global. Hal itu sebagaimana tercermin dari meningkatnya
CDS dan yield spread Indonesia hingga paruh pertama 2012 yang
kemudian bergerak turun menjelang akhir tahun (Grafik 3.16).
Selain itu, premi swap juga tercatat masih berada di level tinggi
hingga akhir tahun (Grafik 3.17).
Imbal hasil berinvestasi di aset keuangan rupiah yang
masih relatif lebih kompetitif dibandingkan peer menjadi
daya tarik bagi investor. Indikator imbal hasil sebagaimana
tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri
(UIP – Uncovered Interest Parity) masih relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional
(Grafik 3.18). Posisi imbal hasil Indonesia juga semakin kompetitif
seiring dengan kebijakan bank sentral lain yang menurunkan
suku bunga kebijakannya. Hingga November 2012, Filipina telah
melakukan pemotongan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps
sebanyak 4 kali, Korea Selatan sebanyak 2 kali dan Thailand 1
kali. Bahkan jika memperhitungkan premi risiko (CIP – Covered
Interest Parity), daya tarik investasi dalam rupiah pun tetap lebih
tinggi dibandingkan Korea, Malaysia dan Filipina (Grafik 3.19).
Fundamental perekonomian domestik yang terjaga dan
perolehan peringkat investasi menjadi faktor yang menjaga
persepsi investor terhadap perekonomian Indonesia
selama tahun 2012. Setelah Fitch Ratings pada Desember 2011
menaikkan peringkat investasi Indonesia, pada Januari dan Oktober
2012 peringkat investasi kembali diraih Indonesia dari Moody’s
Investor Service dan Rating and Investment Information, Inc (R&I).
Di samping itu, afirmasi peringkat layak investasi (investment grade)
juga diperoleh dari Fitch Ratings dan Japan Credit Rating Agency,
Ltd. (JCR) pada November 2012. Perolehan peringkat investasi
tersebut memberikan optimisme bagi investor atas prospek
perekonomian Indonesia dan menjadi penopang terus berlanjutnya
aliran dana asing ke pasar keuangan domestik, terutama obligasi
pemerintah. Di sisi fundamental, terjaganya kinerja perekonomian
domestik dengan potensi kuatnya permintaan dari dalam negeri
menjadi penopang keyakinan investor terhadap perekonomian
Indonesia. Hal itu didukung pula oleh sustainabilitas fiskal yang
terjaga, cadangan devisa yang cukup kokoh dalam berjaga-jaga
menghadapi tekanan eksternal serta kebijakan yang ditempuh
Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai
dengan tingkat fundamentalnya.
Grafik 3.17
CDS Negara-negara Eropa
Grafik 3.18
Uncovered Interest Parity (UIP)
��
�
�
�
�
�
���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ����
���������
���������
���������
����������
�������������������������
�����
����
����
����
����
����
����
����
����
�����
�������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ���
���� ���� ����
��������� ��������� ����� ��������
��� ���
Grafik 3.19
Covered Interest Parity (CIP)
����
�����
����
����
����
����
�����
����
�������� ��� ������ ��� ���
������� ��� ������ ��� ���
������� ��� ������ ��� ���
������� ��� ������ ��� ���
��������� �������� ����� ��������
��� ��� ��� ��� ���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
27Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Grafik 3.21
Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Komoditas
INFLASI
Tekanan inflasi IHK tetap terkendali. Sampai dengan
November 2012, inflasi IHK tercatat sebesar 3,73% (ytd) atau
secara tahunan sebesar 4,31% (yoy) (Grafik 3.20). Secara
bulanan, inflasi di November 2012 tercatat rendah hanya sebesar
0,07% (mtm). Hal tersebut terutama didorong oleh terkoreksinya
harga beberapa komoditas pangan, terjaganya pasokan serta
berbagai langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia
dan Pemerintah untuk menjaga stabilitas harga.
Secara fundamental, stabilitas inflasi inti tetap terjaga
pada level yang rendah. Hal itu didukung oleh kemampuan
sisi penawaran yang dapat merespons permintaan dengan
baik, volatilitas nilai tukar yang terkendali serta ekspektasi
inflasi yang membaik. Kondisi tersebut didukung oleh berbagai
kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia dalam memperkuat kapasitas
perekonomian dan mengarahkan nilai tukar sesuai fundamentalnya. Hal tersebut juga
disertai dengan komunikasi kebijakan yang semakin efektif.
Di sisi lain, inflasi volatile food dan administered price tercatat rendah.
Peningkatan produksi pangan terutama beras serta minimalnya gangguan distribusi
menyebabkan deflasi pada kelompok volatile food. Selain itu, deflasi juga didorong oleh
penurunan harga CPO global yang menyebabkan turunnya harga minyak goreng serta
penurunan harga cabe dan daging ayam sejalan dengan pasokan yang mencukupi di
akhir tahun. Sementara itu, inflasi administered price cenderung stabil pada level yang
rendah seiring dengan tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan
jasa yang bersifat strategis.
DISAGREGASI INFLASI
Inflasi inti tetap terjaga pada level yang rendah dan stabil
sepanjang tahun 2012. Sampai dengan November 2012,
inflasi inti tercatat sebesar 4,11% (ytd) atau secara tahunan
sebesar 4,40% (yoy) (Grafik 3.21). Berbagai faktor baik dari
eksternal maupun internal memengaruhi pergerakan inflasi inti.
Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat
menyebabkan tekanan harga komoditas global menurun. Di
samping itu, kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan
nilai tukar rupiah sebagaimana tercermin pada tingkat volatilitas
nilai tukar yang rendah turut mendukung stabilnya inflasi inti.
Sementara itu, di sisi domestik, terkendalinya inflasi inti didukung
oleh kemampuan sisi penawaran yang memadai dalam merespons
permintaan domestik yang tetap kuat serta ekspektasi inflasi yang
Grafik 3.20
Perkembangan Inflasi
����
����
��
�
��
��
�
��������������������������
���������������
�������������������������������������������������
������
����
������������
������������������������������
������������������������������
������������������������������
������������������������������
���������������������������
������
����������������������������������������������������
����������������������������������������������������������������
���
�
��������
�
�
�
�
�
�
�
�
�
���
��
��
��
��
�
���
���
������������
����������
���� ���� ���� ��������� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� ��
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
28Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
membaik. Peningkatan permintaan konsumen mampu direspons
oleh produsen dengan memanfaatkan kapasitas produksi yang
masih cukup besar, seiring dengan tingginya pertumbuhan
investasi dalam beberapa tahun terakhir (Grafik 3.22).
Ekspektasi inflasi semakin membaik sebagaimana
ditunjukkan oleh berbagai hasil survei (Grafik 3.23 dan
3.24). Meskipun pada paruh pertama tahun 2012 ekspektasi
inflasi sempat mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh
perkiraan perubahan kebijakan bahan bakar bersubsidi oleh
Pemerintah, namun pada paruh kedua tahun 2012 ekspektasi
inflasi kembali menunjukkan penurunan sejalan dengan pilihan
keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga jual BBM
bersubsidi.
Inflasi kelompok volatile food berada pada level yang
cukup rendah. Sampai dengan November 2012 inflasi volatile
food tercatat sebesar 5,78% (yoy) atau 3,79% (ytd). Rendahnya
inflasi volatile food sepanjang tahun 2012 didukung oleh
produksi pangan domestik yang meningkat dan distribusi yang
relatif lancar. Produksi pangan pokok meningkat didukung
oleh bertambahnya luas lahan tanam dan peningkatan
produktivitas. Berdasarkan perkiraan Biro Pusat Statistik (BPS),
produksi gabah kering giling tahun 2012 diperkirakan tumbuh
4,87%, jauh meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang
turun 1%. Faktor yang memengaruhi peningkatan produksi
tersebut adalah naiknya luas lahan tanam sebesar 2,03%
dan peningkatan produktivitas sebesar 2,79%.2 Terjaganya
kesinambungan pasokan tersebut mendorong terkendalinya
harga beras bahkan pada masa paceklik. Selain pada komoditas
pangan pokok, peningkatan produksi juga terjadi pada
komoditas bumbu. Produksi cabai naik cukup tinggi sehingga
mendorong terjadinya koreksi harga yang cukup signifikan
selama beberapa bulan.
Sementara itu, tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga
barang dan jasa yang bersifat strategis menyebabkan tekanan
harga pada kelompok administered price minimal. Sampai dengan
November 2012 inflasi administered price tercatat sebesar 2,70%
(yoy) atau 2,56% (ytd). Kebijakan yang diambil Pemerintah pada
tahun ini yaitu penyesuaian harga terkait transportasi seperti
tarif kereta api, tarif tol dan tarif parkir juga hanya memberikan
dampak yang minimal terhadap inflasi IHK.
2 Angka Ramalan II BPS
Grafik 3.22
Kapasitas dan Indeks Produksi
Grafik 3.23
Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
�
�
��
��
���
���
���
���
��������� ������
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � ����� ���� ���� ����
� � �
��������������������������������������������������
� � � ��
���
��
����
����������������������������������������������������������������������������������������������������
��
��
��
���
���
���
��
��
��
��
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� �
���
������
Grafik 3.24
Ekspektasi Harga Konsumen
�
�
��
��
���
���
���
���
������ ������
� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � ����� ���� ���� ����
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
� � �
���
���
� � �
��������������������������������������������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
29Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN
Suku Bunga
Selama tahun 2012, suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) cenderung
bergerak di batas bawah koridor. Cenderung rendahnya suku bunga PUAB O/N
selama tahun 2012 terutama dipengaruhi oleh penurunan suku bunga BI Rate sebesar
25 bps (Februari 2012) dan perubahan suku bunga Deposit Facility O/N pada Januari
dan Agustus 2012. Pada November 2012, rata-rata suku bunga PUAB O/N tercatat
menurun sebesar 41 bps menjadi sebesar 4,14% dibandingkan dengan akhir tahun
2011 sebesar 4,55%. Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang
turut bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N.
Dari sisi risiko, persepsi risiko di PUAB tetap terjaga. Persepsi risiko yang terjaga
tercermin pada selisih antara suku bunga tertinggi dan terendah PUAB O/N pada
November 2012 yang tercatat kecil yakni secara rata-rata sebesar 8 bps. Sementara
itu, volume transaksi di PUAB selama tahun 2012 mengalami sedikit penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rata-rata bulanan volume transaksi PUAB
pada tahun 2012 tercatat sebesar Rp9,7 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan
rata-rata bulanan tahun 2011 sebesar Rp11 triliun.
Selama tahun 2012, suku bunga perbankan cenderung mengalami penurunan.
Baik suku bunga kredit maupun suku bunga deposito cenderung bergerak menurun
sepanjang tahun 2012 diantaranya dipengaruhi oleh beberapa kebijakan Bank Indonesia
seperti penurunan suku bunga BI Rate sebesar 25 bps pada Februari 2012, penurunan
suku bunga Deposit Facility (koridor bawah) sebesar 50 bps pada Januari 2012 serta
pemberlakuan aturan SBDK (Suku Bunga Dasar Kredit)3 pada perbankan sejak tahun
2011. Sejak awal tahun sampai dengan Oktober 2012, rata-rata suku bunga deposito
telah turun sebesar 86 bps menjadi 5,49%, sedangkan rata-rata suku bunga kredit
turun sebesar 59 bps menjadi 12,2%.
Penurunan suku bunga deposito yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan suku
bunga kredit menyebabkan selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan
lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Grafik 3.25). Hal itu mengonfirmasi
masih adanya ruang yang cukup bagi penurunan suku bunga kredit yang lebih besar
di masa yang akan datang sejalan dengan perbaikan efisiensi operasional perbankan
dan efisiensi penyaluran dana perbankan.
Penurunan suku bunga kredit selama tahun 2012 terjadi di seluruh jenis suku
bunga. Sampai dengan Oktober 2012, suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi
dan kredit konsumsi masing-masing mengalami penurunan sebesar 43 bps, 75 bps dan 60
bps dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya menjadi 11,7%, 11,3%, dan 13,6%
(Tabel 3.3 dan Grafik 3.26). Sementara itu, berdasarkan kelompok banknya, penurunan
rata-rata suku bunga kredit terbesar terjadi pada kelompok bank asing dan campuran
yakni sebesar 188 bps. Penurunan tersebut terutama terjadi pada jenis suku bunga kredit
investasi yang turun mencapai 529 bps. Posisi berikutnya ditempati oleh kelompok bank
3 Aturan SBDK mewajibkan perbankan untuk mengumumkan / mempublikasikan suku bunga dasar kredit kepada nasabah yang berlaku sejak 31 Maret 2011
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
30Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
persero dan kelompok bank swasta dengan penurunan rata-rata suku bunga kredit
mencapai 63 bps dan 49 bps. Meskipun kelompok bank asing dan campuran tercatat
sebagai kelompok yang berhasil menurunkan suku bunga kredit
terbesar, namun level suku bunga kreditnya masih tercatat sebagai
yang tertinggi di antara kelompok lainnya. Rata-rata suku bunga
kredit per kelompok bank masing-masing ialah 16,23% untuk
kelompok bank asing dan campuran, 12,36% untuk kelompok
bank swasta, dan 11,26% untuk kelompok bank persero.
Dana, Kredit, dan Uang Beredar
Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh relatif stabil selama tahun
2012. Pertumbuhan DPK sampai dengan Oktober 2012 tercatat
sebesar 18,7% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan akhir
tahun sebelumnya sebesar 19,0% (yoy) (Grafik 3.27). Deposito
dan tabungan masih merupakan penopang dari pertumbuhan DPK,
sedangkan kontribusi giro mengalami penurunan (Grafik 3.28).
Selama tahun 2012, pertumbuhan kredit tercatat sedikit
melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
meskipun masih relatif tinggi. Pertumbuhan kredit sempat
mencapai puncaknya pada Mei 2012 sebesar 26,3% (yoy).
Setelah itu, pertumbuhan kredit perlahan mengalami perlambatan
sejalan dengan perkembangan ekonomi (PDB) yang juga sedikit
melambat sejak triwulan III 2012. Sampai dengan Oktober 2012,
pertumbuhan kredit (tidak termasuk kredit channeling) melambat
menjadi sebesar 22,8% (yoy). Posisi kredit selama tahun 2012
mencapai Rp2.585 triliun atau meningkat sebesar Rp386,3 triliun
dari posisi pada akhir tahun 2011.
Penyaluran kredit perbankan masih didominasi oleh kredit
untuk tujuan produktif. Kontribusi kredit produktif yang terdiri
dari kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK) terhadap
Suku Bunga (%) Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
Tabel 3.3
Perkembangan Berbagai Suku Bunga
BI Rate 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75
Penjaminan Deposito 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50
Dep 1 bulan (Rata-rata Tertimbang) 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 5,49 n.a
Kredit Modal Kerja (KMK) 12,36 12,31 12,16 12,09 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 11,73 11,70 11,68 n.a
Kredit Investasi (KI) 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 11,42 11,35 11,36 11,29 n.a
Kredit Konsumsi (KK) 14,02 14,18 14,15 14,19 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90 13,92 13,69 13,67 13,60 n.a
Trw IV-2011 Trw I-2012 Trw II-2012 Trw III-2012 Trw IV-2012
Grafik 3.25
Suku Bunga Perbankan
Grafik 3.26
Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan
�
�
�
�
�
�
�
��
��
�
��������������
�
������������������ ��������������� �����������������
������� ������������
�������������������������������������������������������������������������������
�������
��� ��� ��� ��� ��� �������
��� ��� ��� ��� ��� �������
��� ��� ��� ���
�
��
��
��
��
��
��
������ ������������ ������
������ ����� �����
����
�
����
�
����
�
����
�
����
� ����
����
�
����
�
����
�
����
�
����
����
�
����
�
����
�
����
�
������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
31Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
total kredit tercatat mencapai 70%. Sampai dengan Oktober 2012,
kredit investasi tercatat tumbuh tinggi mencapai 30,3% (yoy)
meski masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan
tahun sebelumnya yang sebesar 33,2% (yoy). Kredit modal kerja
turut tumbuh cukup tinggi mencapai 22,0% (yoy) atau lebih
tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 21,4% (yoy). Sementara
itu, kredit konsumsi tumbuh melambat dari tahun sebelumnya.
Kredit konsumsi tercatat tumbuh 18,9% (yoy) pada Oktober
2012 menurun cukup signifikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mencapai 24,1% (yoy) (Grafik 3.29).
Dilihat berdasarkan jenis valutanya, selama tahun 2012
pertumbuhan total kredit ditopang oleh pertumbuhan
kredit rupiah, sedangkan sumbangan kredit dalam valuta
asing (valas) menurun. Sampai dengan Oktober 2012,
pertumbuhan kredit rupiah tercatat sebesar 23,5% (yoy) dengan
level Rp2176 triliun, relatif stabil dibandingkan dengan akhir
tahun 2011 sebesar 23,15% (yoy). Sebaliknya, pertumbuhan
kredit valas justru melambat secara signifikan menjadi 19,0%
(yoy) dengan level Rp410 triliun dibandingkan dengan akhir tahun
2011 yang mencapai 32,1% (yoy). Perlambatan akselerasi kredit
valas tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya kegiatan
ekspor impor terkait pelemahan ekonomi global.
Secara sektoral, perlambatan kredit terutama terjadi
pada sektor lainnya, sektor listrik air dan gas, sektor
pertambangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor jasa
sosial. Sampai dengan Oktober 2012, perlambatan pertumbuhan
kredit terjadi pada sektor lainnya, sektor listrik air dan gas,
sektor pertambangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor jasa
sosial (Grafik 3.30). Dengan pangsa penyaluran kredit pada
sektor-sektor tersebut yang cukup signifikan total sebesar
50,4% dari total kredit, maka perlambatan pertumbuhan kredit
di sektor-sektor tersebut cukup berdampak pada perlambatan
pertumbuhan kredit total.
Selama tahun 2012, pertumbuhan uang primer relatif
stabil. Pada November 2012, pertumbuhan uang primer sebesar
13,9% (yoy) menjadi Rp648 triliun. Perkembangan tersebut
sejalan dengan pertumbuhan GWM yang juga cenderung stabil,
sedangkan pertumbuhan uang kartal di luar bank (currency outside
bank, COB) masih meningkat sesuai dengan pola historisnya.
Pertumbuhan uang kartal di luar bank (currency outside bank,
COB) meningkat menjadi 20,0% (yoy) menjadi Rp335 triliun,
dibandingkan dengan akhir tahun 2011 sebesar 18,0% (yoy).
Grafik 3.27
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.28
Kontribusi Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.29
Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan
������������ �������������������
������������������� �������������������
����������������������������
��
��
��
�
�
�
�
�
������������
��
��
��
��
�
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ���� ����
����
����
���
�
��
��
��
��
�������������� ������������������
���������������� ���������������
�����
����
������������
���������� ��� ���
������� ��� ���
������� ��� ���
������� ��� ���
������� ���
�
�
��
��
��
��
��
���������������� �������������������������������������� �������������������
������
�
�
��
��
��
��
��� ��� ��� �������
��� ��� ��� ��� ��� �������
��� ��� ��� ��� ��� �������
������
���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
32Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Sejak awal tahun sampai dengan November 2012, uang primer dan
uang kartal di luar bank (currency outside bank) telah bertambah
masing-masing sebesar Rp35 triliun dan Rp25 triliun.
Likuiditas perekonomian selama tahun 2012 cenderung
meningkat. Sampai dengan Oktober 2012, pertumbuhan M2
meningkat menjadi sebesar 18,4% (yoy) dengan level Rp3.168
triliun, dibandingkan dengan akhir tahun 2011 yang hanya
sebesar 16,4% (yoy). Sementara itu, akselerasi pertumbuhan
M1 sedikit menurun menjadi 17,9% (yoy) dengan level Rp782
triliun, dibandingkan dengan akhir tahun 2011 sebesar 19,4%
(yoy) (Grafik 3.31). Dari perkembangan tersebut, pertumbuhan
M2 yang berada di atas pertumbuhan M1 menunjukkan adanya
indikasi perlambatan aktivitas di sektor riil sejalan dengan
perkembangan PDB yang sedikit melambat. Hal tersebut
dikonfirmasi oleh tingginya sumbangan deposito dan tabungan
(uang kuasi) terhadap pertumbuhan M2, sedangkan pertumbuhan
giro rupiah justru melambat. Dari sisi faktor, pertumbuhan M2
ditopang oleh kembali naiknya sumbangan Net Foreign Asset
(NFA) yang tercermin pada peningkatan DPK valas di tengah
menurunnya sumbangan Net Domestic Asset (NDA).
Pasar Saham
Di tengah masih tingginya ketidakpastian perekonomian
global, pasar saham domestik mampu membukukan
pertumbuhan positif selama tahun 2012. Dukungan stabilitas
makroekonomi dan pertumbuhan laba emiten menjadi penopang
kinerja pasar saham domestik. IHSG bahkan kembali mencapai
level tertingginya sebesar 4.375,17 pada 26 November 2012
dan menjadi bursa dengan kinerja paling baik di negara kawasan
setelah Philipina dan Thailand. Dalam perkembangannya, kinerja
pasar saham sempat terkena dampak oleh gejolak pasar keuangan
global menyusul berlarutnya penyelesaian krisis Eropa. Hal tersebut
mengakibatkan kinerja pasar saham domestik selama beberapa
periode mengalami penurunan. Sampai dengan 30 November
2012, IHSG ditutup pada level 4.276.14 atau tumbuh sebesar
11,9% jika dibandingkan dengan tahun 2011 (Grafik 3.32).
Dinamika yang terjadi selama tahun 2012 menunjukan
peningkatan daya tahan pasar saham domestik dalam
menghadapi imbas dari ketidakpastian perekonomian
global. Peningkatan daya tahan tersebut antara lain tercermin
dari market confidence yang relatif terjaga pada saat pasar saham
mengalami tekanan. Indikasi dari market confidence yang relatif
Grafik 3.30
Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi
Grafik 3.31
Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian
Grafik 3.32
IHSG dan BI Rate
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����������
�
�
�
�
��
��
�
�
���� �������
���
�
�����
�����
���
���
��� ���
���
���
����
���
���
��� ���
���
���
����
���
���
��� ���
���
���
����
���
���
��� ���
���
���
����
���
���
��� ���
���
���
����
���
���
��� ���
���
���
����
��
������������������������������������������
�
���������
������������
�������������������
��������������������
����������
�����������
������������
����������������
�����������
���������
�� �� ��
���� ����
������
������
����
������
������
����
����
����
����
����
�������
���
����
����
����
����
��
����
����
�
�
�
��
��
��
�
�
��
��
��
��
��
�� �� ������������������
�������
�����������������������������������������������������������������������������������
�����
����
��� ��� ���
����
��� ��� ��� ��� ��� ���
����
��� ��� ��� ��� ���
����
��� ��� ���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
33Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
terjaga dapat dilihat antara lain dari (i) volume perdagangan yang tidak mengalami
perubahan drastis sehingga pembentukan harga terjadi secara normal, (ii) reaksi investor
non residen dalam melakukan aksi jual (force sale) yang bersifat temporer dan diikuti
dengan aksi pembelian kembali (buy back), (iii) kecepatan pemulihan harga saham yang
lebih baik. Jika dilihat lebih jauh, relatif terjaganya market confidence tersebut dilandasi
oleh kepercayaan pasar terhadap komitmen yang kuat dari Pemerintah dan Bank
Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi serta prospek emiten yang cukup
baik. Dukungan kedua faktor tersebut mendorong mekanisme stabilisasi oleh pelaku
pasar berjalan dengan baik sehingga pemulihan kinerja pasar dapat segera terjadi.
Secara bulanan, selama November 2012 IHSG mengalami penurunan
dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan indeks dipicu oleh sentimen
negatif dari eksternal yang bersumber dari (1) Kekhawatiran pasar mengenai fiscal cliff
(jurang fiskal) dalam bentuk kenaikan pajak dan pengurangan anggaran Federal AS yang
nilainya diatas US$600 miliar sehingga dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan
ekonomi AS dan global, (2) Kecemasan pasar terhadap pelemahan ekonomi Eropa dan
perlambatan ekonomi global, (3) Peringkat utang Perancis yang turun menjadi Aa1
dari AAA oleh Moody’s, dan (4) Kekecewaan pasar terhadap kegagalan pencapaian
kesepakatan para Menkeu Eropa terkait bailout Yunani.
Struktur pertumbuhan sektoral dalam IHSG semakin baik. Pada tahun 2011,
pertumbuhan IHSG lebih banyak ditopang oleh sektor keuangan dan konsumsi,
sedangkan selama tahun 2012, kontribusi sektor keuangan mulai berkurang meski masih
memiliki porsi terbesar. Sementara itu, peran sektor infrastruktur semakin meningkat.
Searah dengan perkembangan tersebut, nilai kapitalisasi emiten juga mengalami
peningkatan. Perubahan perilaku sektoral pada pasar saham domestik tersebut sejalan
dengan meningkatnya peran investasi pada struktur perekonomian domestik. Hal
tersebut diharapkan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sehingga
akan semakin memperkuat perkembangan pasar saham (IHSG).
Selama tahun 2012, sebagian sektoral mengalami pertumbuhan dengan
peningkatan tertinggi dialami oleh sektor properti yang mengalami penguatan
sebesar 45,1%. Penguatan juga dialami oleh sektor perdagangan, infrastruktur dan
konsumsi. Sementara sektor pertambangan dan pertanian mengalami penurunan
masing-masing 26% dan 10,8% (Grafik 3.33). Pelemahan yang dialami oleh sektor
pertambangan dipicu oleh penurunan harga komoditas di tengah melimpahnya pasokan
batubara dan menurunnya permintaan China. Secara umum, penguatan indeks sektoral
tersebut ditopang oleh fundamental ekonomi yang kondusif sebagaimana tercermin
dalam inflasi yang terkendali, prospek pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nilai
tukar rupiah. Sementara itu, dari sisi mikro emiten, kinerja keuangan emiten domestik
diperkirakan akan terus membaik.
Dinamika pasar keuangan yang terjadi selama tahun 2012 memengaruhi perilaku jual
beli investor asing. Pada saat kondisi pasar mengalami tekanan, khususnya pada periode
Mei 2012 dan Juni 2012, investor asing cenderung mengurangi eksposur mereka di pasar
saham domestik dengan membukukan jual neto sebesar Rp7,69 triliun dan Rp1,97 triliun.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
34Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Tekanan jual tersebut, pada akhirnya berdampak pada penurunan
harga saham. Pada kondisi tersebut, investor asing kembali merespons
dengan melakukan pembelian. Investor asing kembali menambah
eksposur mereka di pasar saham sehingga secara keseluruhan
selama tahun 2012 justru membukukan beli neto sebesar Rp15,76
triliun (Grafik 3.34). Perilaku tersebut dikenal dengan self market
stabilization dimana pelaku pasar melakukan mekanisme stabilisasi
sendiri.Terjadinya mekanisme self market stabilization tersebut tidak
terlepas dari ekspektasi pelaku pasar terhadap prospek pertumbuhan
ekonomi ke depan serta stabilitas makro.
Pasar Surat Berharga Negara
Sejalan dengan kinerja pasar saham domestik, pasar SBN
juga membukukan kinerja positif di tengah tingginya
ketidakpastian perekonomian global dan dinamika di
perekonomian domestik. Pada awal tahun 2012, para pelaku
di pasar SBN merespon positif penurunan BI Rate sebesar 25 bps.
Dalam perkembangan selanjutnya, memburuknya risiko eksternal
menyebabkan tekanan di pasar SBN mengalami peningkatan pada
pertengahan tahun 2012. Imbal hasil SBN naik menjadi sebesar
6,52 pada Mei 2012. Namun, seiring dengan langkah-langkah
lanjutan yang dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia,
pergerakan imbal hasil SBN kembali menurun dan sampai dengan
akhir tahun ditutup pada level 5,38 atau turun sebesar 65 bps
dibandingkan dengan tahun 2011 (Grafik 3.35).
Pergerakan imbal hasil SBN tahun 2012 cenderung turun
untuk keseluruhan tenor. Secara rata-rata penurunan imbal
hasil SBN pada 2012 mencapai 59 bps dibandingkan dengan
tahun 2011. Imbal hasil SBN untuk tenor pendek, menengah dan
panjang masing-masing turun sebesar 40 bps, 60 bps dan 82 bps.
Imbal hasil SBN 10 Tahun mengalami penurunan sebesar 65 bps
ke level 5,38% dibandingkan Desember 2011 sebesar 6,03%.
Dibandingkan dengan negara dikawasan, imbal hasil SBN masih
cukup menarik.
Dinamika yang terjadi selama semester pertama 2012
menyebabkan investor asing melakukan aksi wait and
see dan baru kembali membukukan beli neto yang cukup
besar pada paruh kedua tahun 2012. Eskalasi risiko yang
terjadi pada awal tahun 2012 mendorong investor asing menahan
aksi pembelian atau penjualan di pasar SBN. Perilaku tersebut
dilakukan para investor sebagai respons atas meningkatnya
ketidakpastian dan risiko eksternal. Pemulihan harga di pasar
Grafik 3.33
IHSG dan Perkembangan Sektoral
�����������������
�����
������
�����
���� ���� ���
����
�������������
������������
��������
������������������
��������
�����������
���������
��������
��������������
��� ��� ���
�����
������ �����
����
�����
�����
�����
�����
���������
Grafik 3.34
IHSG dan Beli/Jual Asing Neto
Grafik 3.35
Imbal Hasil SBN dan BI Rate
��������������
������������������������������������
��������
��������
��������
��������
��������
��������
��������
��������
������
�
�����
�����
�����
����
�
������
�������� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � ��
���� ���� ���� ���� ����
����
�
��
��
��
�
������������������������
����
��
���
���
����
��
���
���
�����
�
���
���
����
��
���
���
����
��
���
���
�����
�
���
���
����
��
���
���
����
��
���
���
�����
�
���
���
����
��
���
���
����
��
���
���
�����
�
���
���
����
��
���
���
����
��
���
���
�����
�
���
���
����
��
���
���
����
��
���
���
�����
�
���
���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
35Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
SBN yang ditandai dengan penurunan imbal hasil baru terjadi
pada paruh kedua tahun 2012 terutama ditopang oleh pembelian
SBN oleh investor asing. Selama tahun 2012, investor asing
mencatat beli neto sebesar Rp46,99 triliun dibandingkan tahun
2011 yang mengalami beli neto sebesar Rp27,11 triliun. Secara
bulanan, selama November 2012, investor nonresiden mencatat
net beli sebesar Rp19,52 triliun dibandingkan bulan sebelumnya
(Grafik 3.36). Aksi beli asing terjadi pada seluruh tenor seiring
dengan fundamental ekonomi domestik yang membaik dengan
pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang stabil serta imbal hasil
yang cukup menarik dibandingkan negara di kawasan.
Pergerakan imbal hasil SBN sepanjang tahun 2012
menunjukkan adanya penguatan daya tahan dibandingkan
dengan perilakunya pada tahun 2008 saat terjadinya krisis finansial global.
Indikasi penguatan daya tahan tersebut antara lain tercermin dari kenaikan imbal hasil
yang relatif terbatas saat terjadi gejolak nilai tukar dan kenaikan harga minyak (WTI). Daya
tahan pasar SBN juga ditunjukkan oleh volume perdagangan dan selisih imbal hasil antar
tenor yang relatif terjaga yang menjadi indikasi ekspektasi terkelola dengan baik.
Pasar Reksadana
Kinerja reksadana sampai dengan Oktober 2012 menunjukkan penurunan dibandingkan
dengan tahun 2011. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB turun
Grafik 3.36
Imbal Hasil SBN dan Jual/Beli Neto Asing
��
��
�
���
����
����
����
���
���
��� ���
���
��� ���
���
���
���
���
���
���
���
��� ���
���
��� ���
���
���
���
���
���� ����
����������
����������������������������������������������
�����
����
����
����
����
���
���
���
PeriodeJenis Reksadana
58,04 59,35 58,46 58,64 58,23 62,15 63,36 59,82 62,57 62,44 -0,20% 0,67% 2,05% 10,19 11,07 11,92 12,67 12,03 11,15 12,23 12,95 11,71 12,26 4,63% 5,04% 24,63% 20,69 21,43 21,33 21,97 21,01 21,31 21,70 20,58 21,24 20,89 -1,66% -0,34% 0,06% 31,69 33,44 33,32 33,62 31,40 31,67 32,97 32,79 32,32 32,50 0,56% 2,03% 12,33% 42,16 41,44 40,64 41,31 41,50 42,06 42,18 42,17 41,80 41,81 0,04% -0,62% -0,05% 0,24 0,25 0,29 0,33 0,30 0,31 0,32 0,30 0,34 0,44 30,41% 8,79% 82,86% 0,03 0,06 0,05 0,05 0,05 0,06 0,08 0,07 0,07 0,08 4,16% 11,38% 117,61% 0,56 0,60 0,60 1,13 1,10 1,13 1,12 1,10 1,15 1,18 2,61% 1,91% 121,89% 0,92 0,97 1,02 1,14 1,10 1,17 1,17 1,96 2,12 2,17 2,40% 81,69% 133,45% 1,71 1,83 1,79 1,88 1,80 1,89 2,10 1,50 1,72 1,97 14,66% -9,25% 18,75% 0,68 0,69 0,69 0,73 0,74 0,66 0,67 0,71 0,73 0,72 -1,00% 10,74% 18,50% 0,55 0,54 0,48 0,48 0,19 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 -1,77% -1,58% -69,06% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% 0,00% 0,00% 0,17 0,17 1,06 0,17 0,17 1,11 0,17 0,17 0,17 0,17 0,65% -84,83% -83,72% 0,82 13,52 16,13 13,90 13,23 4,32 0,79 0,69 0,69 1,09 58,08% -84,07% -93,24% 0,14 8,99 9,24 8,99 8,52 0,31 0,28 0,00 0,25 0,28 8,47% -18,21% -97,05% 168,60 194,34 197,01 196,99 191,36 179,49 179,32 175,00 177,05 178,16 0,63% -1,36% -8,03%
MarFebJan Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Bulanan Tw - III Ytd
2012
Tabel 3.4.
Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)
SahamPasar UangMixedFixed IncomeTerproteksiIndeksETF-SahamETF-Fixed IncomeSyariah-MixedSyariah-MixedSyariah-Fixed IncomeSyariah-TerproteksiSyariah-IndeksRDPT-SahamRDPT-MixedRDPT-Fixed Income
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
36Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Suku Bunga (%) Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep
Tabel 3.5
Kondisi Umum Perbankan
Total Aset (T Rp) 3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,5 3.891,1 3.902,5 3.923,8 4.009,4
DPK (T RP) 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0 2.955,8 2.961,4 2.984,1 3.050,0
Kredit* (T Rp) 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1 2.452,9 2.470,1 2.510,6 2.555,9
LDR* (%) 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 84,1 83,8
NPL Bruto* (%) 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,1
NPL Neto* (%) 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,6
CAR (%) 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9 17,5 17,3 17,2 17,3
NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
ROA (%) 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0 3,0 3,2 3,1 3,0 3,1
2011 2012
* tanpa channeling
sebesar 8,03% dibandingkan dengan Desember 2011, sedangkan secara bulanan NAB
Oktober naik sebesar 0,63% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sampai dengan
Oktober 2012, peningkatan NAB reksadana ditopang oleh produk reksadana pasar uang
dan pendapatan tetap yang tumbuh sebesar 24,6%, 12,3% (ytd).
KONDISI PERBANKAN
Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan
baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan
modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya
rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu,
pertumbuhan kredit hingga akhir Oktober 2012 mencapai 22,8% (yoy), sedikit melambat
dari 22,9% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan terutama pada kredit konsumsi yang
tumbuh sebesar 18,9% (yoy), sementara kredit modal kerja tumbuh stabil sebesar 22,0%
(yoy). Namun, kredit investasi tetap tumbuh tinggi sebesar 30,3% (yoy), dan diharapkan
dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional.
Tabel Statistik
37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Tabel Statistik
Tabel 1
Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit
(Persen per Tahun)
PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*
Tingkat Diskonto
SBI
Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*
1bulan
3bulan
6bulan
12bulan
24bulan
ModalKerja
Investasi
2007Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2012Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV*
10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,20 6,72 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18 6,03 7,36 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13 5,40 6,28 6,83 7,05 7,39 7,04 6,61 12,39 12,06 4,55 5,04 6,35 6,81 7,19 7,06 6,33 12,18 12,04 3,76 3,83 5,66 6,31 6,69 6,71 6,31 12,01 11,62 3,95 4,32 5,39 5,76 6,14 6,42 6,00 11,79 11,46 4,07 4,67 5,40 5,69 5,91 6,16 5,97 11,71 11,36 4,13 4,75 5,49 5,66 5,93 6,12 5,80 11,69 11,30
* Data Okt-12
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 201238
Tabel 2
Perkembangan Transaksi di Pasar Uang
(Miliar Rupiah)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)
Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi
2007Trw. ITrw. IITrw. III Trw.IV
2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2012Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV*
* Data Okt 2012 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)
37.341 774.867 740.952 243.671 38.323 846.655 832.325 258.002 36.615 895.563 887.770 266.152 32.061 777.250 795.475 247.926 37.482 871.303 906.767 212.463 23.510 496.338 543.656 165.145 27.115 389.140 437.315 116.969 14.029 404.072 340.913 180.128 22.897 448.505 394.904 232.700 30.656 324.806 324.776 232.731 29.038 375.134 387.188 220.676 24.566 631.235 592.048 259.864 26.907 648.324 607.933 300.255 30.615 322.322 351.475 271.103 28.553 199.589 218.152 252.540 23.142 153.809 203.835 203.110 30.401 86.480 56.066 233.524 36.788 51.790 96.325 188.988 30.061 19.822 57.593 151.217 30.262 51.641 79.605 123.253 16.541 26.600 51.790 98.064 34.559 14.607 19.822 92.849 32.241 29.475 51.641 70.682 10.804 56.478 35.000 71.942
Tabel Statistik
39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
`̀ `
III IV I II III IV I II III IV I II III
1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan
Tabel 3
Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)
(Miliar Rupiah)
1 Bank Pemerintah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
6 Sub jumlah (1 s,d, 5) - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
504.649 533.945 536.273 578.525 595.131 630.148 644.289 698.315 732.981 761.373 776.340 837.231 871.892 41.313 45.091 42.832 46.878 49.215 48.438 47.383 50.807 54.201 64.679 65.447 75.401 78.497 14.205 16.795 17.812 21.118 20.736 25.560 25.067 29.661 29.793 32.732 29.174 31.581 30.448 92.634 92.485 93.920 99.944 93.060 93.695 93.217 97.836 102.021 107.849 107.349 119.518 131.156 14.101 14.523 8.885 10.379 13.483 17.326 17.127 22.057 33.700 20.433 33.357 28.496 37.445 24.537 25.372 19.330 20.374 21.096 20.384 22.125 24.441 26.864 27.536 29.098 33.887 36.559 118.580 129.497 109.766 111.038 114.918 110.981 107.948 110.903 121.305 131.263 128.238 166.246 162.221 28.685 28.358 29.287 29.310 24.856 26.826 27.732 29.955 28.579 33.166 32.427 35.743 37.211 20.793 21.447 14.597 12.962 13.413 18.598 18.459 20.566 27.092 29.788 33.208 37.991 37.978 3.416 3.620 37.752 47.795 57.597 73.129 77.552 91.101 85.628 79.941 79.043 66.331 54.480 146.385 156.757 162.093 178.727 186.758 195.211 207.678 220.989 223.797 233.987 238.998 242.037 265.898 549.349 593.400 611.724 672.726 715.217 775.323 801.246 864.006 926.563 1.001.042 1.032.022 1.115.711 1.155.306 19.112 21.359 20.429 25.254 26.403 30.199 31.246 32.635 32.589 36.114 37.417 41.093 41.266 10.861 15.013 14.721 18.435 19.827 21.247 24.580 25.692 28.560 32.877 32.140 30.430 30.191 86.575 92.738 92.197 97.471 103.688 114.203 118.350 131.180 141.472 154.543 160.581 170.221 179.911 6.422 7.493 8.191 9.014 9.984 10.646 11.459 12.017 13.356 17.470 18.462 19.497 21.494 24.421 26.551 24.598 27.084 29.701 29.811 30.969 31.502 32.781 34.552 38.072 40.751 43.513 124.949 134.434 144.298 160.841 164.959 185.508 182.418 199.463 211.302 228.294 233.391 261.329 270.478 30.473 33.043 35.358 35.394 36.756 35.841 38.252 41.482 44.124 48.506 50.792 56.639 57.758 80.377 85.260 64.168 78.847 63.336 71.266 74.634 84.593 89.819 95.767 100.916 107.475 112.204 9.588 10.188 22.833 35.565 62.127 62.394 62.318 65.667 69.748 73.021 72.978 76.577 79.032 156.571 167.321 184.932 184.821 198.437 214.209 227.020 239.774 262.813 279.899 287.274 311.700 319.460 119.552 120.701 123.087 132.512 138.961 143.067 149.005 161.201 169.764 175.489 181.837 198.114 207.693 3.749 3.706 3.595 3.639 4.359 4.488 4.910 5.389 5.633 6.113 9.005 10.498 8.458 615 675 645 712 755 992 947 1.076 1.247 1.279 1.571 2.168 2.173 1.082 1.146 2.100 2.373 2.751 2.890 2.869 3.326 3.493 3.687 3.634 4.267 4.417 723 787 890 1.188 1.243 1.408 1.548 1.689 1.810 2.204 2.740 2.837 2.611 9.783 7.693 7.137 8.611 9.983 9.145 8.264 9.561 11.679 10.258 8.360 10.734 13.555 14.898 15.278 15.686 16.047 16.263 17.337 17.962 19.732 20.618 21.077 20.707 22.260 22.341 1.832 1.887 1.685 1.745 1.686 1.832 1.934 2.311 2.571 2.832 2.840 3.120 3.256 4.647 5.264 2.471 2.411 2.049 2.088 2.179 2.151 1.965 2.516 2.653 3.315 3.235 1.805 1.934 5.061 5.809 6.546 6.476 6.519 6.199 6.231 6.254 5.934 5.893 9.027 80.418 82.331 83.816 89.977 93.326 96.411 101.873 109.766 114.516 119.268 124.393 133.022 138.620 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 231.851 244.699 257.789 282.402 300.980 5.535 5.236 5.423 6.712 6.803 6.797 7.062 6.764 7.478 6.173 6.381 8.294 7.545 6.235 9.076 8.579 10.633 11.567 12.660 13.503 12.616 16.945 18.579 23.202 26.267 28.536 58.833 59.314 55.649 62.401 58.905 63.065 62.023 64.710 75.612 76.340 85.688 92.253 102.704 1.860 1.091 1.252 2.447 3.930 4.230 3.513 4.437 4.953 5.404 5.513 6.194 6.552 4.050 4.149 3.572 3.735 3.183 3.828 3.306 3.229 3.164 2.547 3.187 4.745 4.492 13.364 12.873 16.417 18.921 20.176 21.848 20.166 24.469 22.659 21.450 27.829 33.051 38.093 10.452 9.714 10.122 10.534 11.184 10.415 9.566 10.004 11.108 10.081 11.432 13.407 13.613 38.428 37.036 34.547 39.673 42.591 44.534 49.916 48.834 52.370 52.096 57.078 60.208 61.907 536 838 2.339 3.708 5.475 3.982 5.136 4.530 4.732 19.064 4.291 4.348 4.162 29.216 31.421 32.429 30.699 31.596 30.010 30.513 32.120 32.829 32.965 33.188 33.635 33.376 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.650 41.082 43.552 46.571 48.408 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 2.985 3.132 3.453 3.635 3.739 0 0 0 0 0 36 39 48 46 65 70 66 96 486 505 531 545 589 476 517 561 575 584 621 635 670 0 0 0 0 0 14 18 20 23 26 27 38 31 0 0 0 0 0 257 344 416 478 617 708 840 950 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.085 12.426 13.238 14.052 14.480 0 0 0 0 0 575 680 705 897 901 983 995 1.094 2.935 3.054 0 0 0 96 161 166 211 250 275 283 302 0 0 3.247 3.561 3.823 4.011 4.020 4.205 3.981 3.911 4.139 3.994 4.221 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 18.369 19.169 20.039 22.033 22.826 1.369.493 1.446.808 1.470.888 1.604.717 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.100.808 2.223.685 2.291.541 2.480.029 2.584.278 71.643 77.394 74.404 84.786 89.170 92.525 93.315 98.562 102.886 116.210 121.704 138.922 139.505 31.916 41.559 41.758 50.898 52.885 60.495 64.136 69.093 76.592 85.532 86.157 90.512 91.443 239.610 246.188 244.397 262.735 258.993 274.330 276.975 297.613 323.174 343.002 357.873 386.893 418.857 23.106 23.894 19.218 23.028 28.640 33.625 33.667 40.221 53.842 45.538 60.099 57.062 68.133 62.791 63.765 54.636 59.804 63.962 63.426 65.009 69.150 74.966 75.510 79.427 90.956 99.069 281.537 301.883 296.423 317.691 327.549 346.226 339.688 366.382 387.969 414.509 423.402 496.937 507.613 71.442 73.002 76.452 76.984 74.482 75.488 78.163 84.457 87.279 95.486 98.474 109.906 112.932 147.180 152.061 115.782 133.893 121.389 136.582 145.349 156.310 171.456 180.418 194.129 209.272 215.626 15.345 16.580 71.232 96.438 135.568 149.992 155.546 171.702 170.320 182.191 166.385 157.143 150.922 424.923 450.482 476.586 498.461 524.913 550.913 582.963 619.763 652.325 685.288 703.891 742.428 780.180
2009 2010 2011 2012
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 201240
1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk,waktu s,d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan
Tabel 4
Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar
AkhirPeriode
Jumlah 1) Jumlah2)
M1
UangKartal
UangGiral
UangKuasi
AktivaLuar
NegeriBersih
TagihanBersih
PemerintahPusat3)
Tagihan Pada
LembagaPemerintah
BUMN
Tagihan Pada
PerusahaanSwasta danPerorangan
LainnyaBersih4)
2008
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2009
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2010
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2011
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2012
Trw. I
Trw. II
Trw. III
1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992
1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902
1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287
1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144
1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550
1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181
2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445
2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293
2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773
2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738
2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665
2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460
2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448
2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049
2.643.331 656.096 279.224 376.872 1.973.573 918.902 237.643 105.744 1.989.000 -81.378
2.877.220 722.991 307.760 415.231 2.139.840 912.174 351.177 102.594 2.118.376 -29.895
2.911.920 714.258 287.046 427.212 2.182.891 926.120 297.113 108.407 2.189.236 1.779
3.050.355 779.416 314.670 464.746 2.254.329 925.568 284.336 116.927 2.361.812 15.087
3.125.533 795.518 325.566 469.952 2.318.559 975.633 298.898 116.428 2.471.071 15.597
Tabel Statistik
41Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Tabel 5
Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 565.149 613.488 586.034 627.359 638.869 648.106
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 336.521 372.972 340.602 374.431 384.840 392.116
226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 279.224 307.735 287.046 314.670 325.566 332.842
52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.349 50.343 57.297 65.237 53.556 59.761 59.274 59.274
89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 183.427 189.546 207.538 209.747 215.349 219.865 222.131
601 539 578 497 484 460 530 473 116 359 330 912 1.062
403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 675.926 656.574 619.981 629.539 599.058 n.a n.a
-183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -411.166 -352.386 -395.860 -341.092 -384.146 -377.799
200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 23.206 38.676 166.928 94.654 64.873 78.161 63.554
8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 7.965 8.470 8.199 8.199 2.877 2.877 2.775
8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.638 7.609 7.364 7.328 7.298 7.286 7.266
-97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -84.989 -96.336 -120.391 -143.629 -159.388 -200.354 -199.665
-315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -362.498 -403.347 -353.429 -254.567 -269.416 -249.160
-226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -112.608 -90.391 -62.738 -55.600 -37.430 -39.144
-35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -58.451 -87.835 -169.916 -211.103 -120.703 -69.536 -60.268
-24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -168.812 -126.802 -73.974 10.184 -6.638 -69.754 -60.601
11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -4.868 -7.086 -11.139 -8.983 -2.184 -2.701 -2.569
2009 2010 2011 2012
IV I II III IV I II III IV I II III IV*
I. Uang Primer
a. Kekurangan Giro Wajib Minimum
b. Uang yang diedarkan
- Uang kartal di masyarakat
- Kas bank umum
c. Saldo Giro Positif Bank
d. Giro Sektor Swasta
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Uang Primer
a. Cadangan Devisa Bersih 1)
b. Aktiva Dalam Negeri Bersih
- Tagihan Bersih pada Pemerintah
- Bantuan Likuiditas
- Kredit Likuiditas
- Tagihan Lainnya
- Operasi Pasar Terbuka
- SBI (net) 2)
- FASBI
- Lain-Lain 3)
- Lainnya Bersih
* Data Okt-12 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 201242
3.781 10.628 1.891 1.342 1.043 870 5.144 2.947 265 766 -2.301 1.677 -3.126 -7.688 -5.336 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.627 9.264 9.223 9.700 6.596 34.783 3.810 818 3.039 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.901 51.810 52.376 50.701 200.788 48.353 47.538 45.572 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.598 -127.447 -36.637 -42.587 -42.676 -44.105 -166.005 -44.543 -46.720 -42.534 -3.344 -9.741 -2.106 -2.275 -2.155 -2.787 -9.324 -1.822 -3.133 -2.562 -3.115 -10.632 -2.075 -2.893 -2.449 -4.551 -15.140 -4.038 -4.329 -5.547 -6.876 -20.790 -5.525 -6.784 -7.416 -6.959 -26.684 -5.898 -6.473 -6.740 1.221 4.578 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.029 960 1.045 1.176 4.211 1.037 860 815 2.414 4.852 5.662 3.767 7.464 9.728 26.620 4.813 11.641 -3.294 372 13.532 2.373 5.054 5.960 14 96 18 2 4 26 50 1 4 5 23 33 6 3 7 2.399 4.756 5.644 3.765 7.460 9.702 26.571 4.813 11.636 -3.299 349 13.499 2.368 5.052 5.952 779 2.628 2.556 2.368 1.764 4.419 11.106 3.781 2.508 2.119 3.120 11.528 1.587 3.735 3.583 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.529 -2.526 -1.350 -2.308 -7.713 -2.932 542 -1.953 540 4.877 2.983 3.350 2.955 4.483 13.771 5.311 5.034 3.469 5.428 19.241 4.518 3.194 5.536 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.325 4.936 -4.650 426 4.037 2.704 4.038 3.847 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -311 -731 154 -110 -998 -408 55 -60 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 3.636 5.667 -4.804 536 5.035 3.112 3.982 3.907 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.179 3.846 2.262 -2.294 4.192 -768 -3.197 -2.066 -1.922 -2.721 -1.477 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.479 2.548 -3.211 -4.896 -7.037 -2.937 -2.994 -1.024 834 3.794 -308 -244 3.139 1.400 3.987 -815 1.644 2.442 1.699 4.971 1.014 272 -453 6.195 15.481 7.552 5.108 8.507 10.597 31.765 7.760 11.905 -2.528 -1.929 15.209 -752 -2.634 624 -2.241 -2.975 -932 312 -1.552 692 -1.480 -94 -29 -1.432 -1.797 -3.352 -281 -178 210 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 -3.960 -3.726 11.857 -1.034 -2.811 834 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 2.811 -834 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 2.811 -834 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 66.105 66.105 71.824 76.322 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 114.503 110.123 110.123 110.493 106.502 110.172 6,5 6,5 6,7 6,0 6,9 7,2 7,2 7,5 7,9 7,1 6,5 6,5 6,2 5,8 6,0 2,5 2,0 1,2 0,8 0,6 0,5 0,7 1,49 0,12 0,34 -1,07 0,2 -1,43 -3,48 -2,38 24,6 23,2 21,2 23,2 20,3 23,7 21,7 18,4 21,9 19,8 26,2 21,7 30,3 34,1 34,7 8,5 7,5 5,0 7,2 4,8 6,2 5,8 2,1 4,0 2,0 4,0 3,0 2,1 4,2 2,1
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit, Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi, 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi, Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL), 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa, 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia,
Tabel 6
Neraca Pembayaran Indonesia 1)
(Juta US$)
2009 2010 2011* 2012**
IV Total I II III IV Total I II III IV Total I II III
I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portofolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)
Tabel Statistik
43Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
* Data s.d Nov 2012
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 7
Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
(Persen)1)
Kelompok/Sub Kelompok
-0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 1,86 0,77 1,55 2,23 -0,56 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77 4,27 2,74 -0,82 1,26 0,63 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 -0,62 0,41 2,03 3,27 -1,60 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 -1,75 3,24 0,45 3,35 -1,48 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 -0,92 2,32 2,06 1,80 -1,16 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 1,53 1,63 -0,02 0,83 0,02 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 0,48 -1,62 0,65 7,02 -2,35 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 -0,63 0,25 1,54 11,01 -0,18 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 1,57 -0,33 1,39 6,64 -0,18 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 12,43 -7,83 15,55 -9,81 2,73 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 -1,34 2,33 -0,62 1,23 -2,39 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 0,32 1,46 1,98 1,40 -0,81 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36 0,96 1,46 1,51 2,14 0,58 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 0,71 1,13 0,94 1,94 0,56 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 0,75 1,46 3,03 2,38 0,20 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 1,96 2,58 0,96 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 0,71 1,02 0,78 0,77 0,57 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 0,98 1,35 0,95 0,83 0,91 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 0,16 0,55 0,68 -0,04 0,08 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 0,32 0,49 0,43 0,79 0,11 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,73 0,75 0,83 1,92 0,39 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 0,29 1,29 -0,29 2,53 0,84 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 1,46 1,14 0,57 0,96 0,21 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 1,19 0,84 0,47 1,21 0,20 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 1,49 1,06 0,61 1,20 0,16 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 -1,30 1,59 -1,42 4,83 1,56 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 0,60 0,81 0,62 0,80 0,46 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 0,33 0,89 0,52 0,65 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 0,65 0,69 0,56 0,59 0,39 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,17 1,31 0,91 0,86 0,61 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 0,70 0,69 0,68 1,00 0,50 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 0,41 0,30 0,19 3,36 0,27 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 0,63 0,15 0,08 5,27 0,41 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 0,54 0,56 0,27 0,99 0,07 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,13 0,43 0,38 0,72 0,17 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,13 0,55 0,41 0,47 0,15 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,69 0,37 0,34 0,23 0,53 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 -0,14 0,40 0,31 1,00 0,21 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 -0,26 0,47 0,41 1,39 0,22 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 -0,18 -0,10 -0,10 -0,07 -0,03 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 0,62 1,01 0,64 0,49 0,58 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 0,00 0,00 0,01 1,48 0,00 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90 1,68 0,23
2009 2010 2011 2012 IV I II III IV I II III IV I II III IV*
I. Bahan Makanan A. Padi-padian. umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur. susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi. Minuman. Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol
III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga
IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya
V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 201244
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota
(Persen)1)
K o t a
0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 2,61 0,76 1,20 1,23 -0,73 -1,60 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 2,03 1,15 0,16 -0,09 0,44 -1,11 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 3,49 1,35 0,36 1,18 0,96 0,46 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 2,02 1,77 0,82 2,33 -0,09 -0,55 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 2,76 0,64 1,60 1,93 0,98 -0,97 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 3,46 -0,28 0,52 1,44 0,78 0,52 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 1,57 0,09 1,25 1,76 0,07 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 1,11 0,89 0,24 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 2,06 0,45 0,23 0,64 0,65 -0,17 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 3,22 0,52 0,31 2,62 0,92 -0,30 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 2,00 0,86 -0,23 1,27 0,68 0,65 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 3,66 -0,18 -0,10 1,38 3,01 -0,30 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 2,30 0,62 0,31 1,36 1,98 -0,06 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 4,06 -1,44 2,06 0,76 4,41 -1,65 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58 1,28 1,66 -0,30 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 1,99 0,64 0,71 0,00 2,86 -0,70 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 1,89 0,70 0,83 0,64 1,75 0,67 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 1,62 1,46 1,21 0,55 1,77 0,08 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 2,07 1,03 0,70 1,38 1,41 0,17 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 1,75 0,80 0,73 1,08 1,87 0,41 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 0,95 1,42 0,70 0,96 1,69 -0,01 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 0,78 0,75 0,21 0,41 3,04 0,22 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 2,31 1,03 0,74 1,08 1,29 0,61 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 1,26 1,58 0,76 0,61 1,95 -0,42 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 1,74 0,81 0,45 1,44 1,84 -0,07 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 0,69 1,50 1,25 0,50 1,79 0,24 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 2,09 1,34 0,07 0,51 2,32 0,21 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 1,43 0,86 1,03 0,85 1,88 0,36 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 1,61 1,14 0,59 1,00 0,43 0,52 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 1,76 0,70 1,12 1,19 2,00 0,05 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 1,95 0,31 0,22 1,23 1,70 -0,47 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 1,73 0,85 0,71 0,91 1,38 0,58 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 1,39 1,00 0,85 0,83 1,65 0,31 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 1,58 1,57 0,98 1,22 2,16 0,15 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 2,19 1,03 0,53 1,21 2,40 0,07 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 1,90 1,14 0,45 0,87 2,06 0,45 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 1,63 0,61 0,63 1,73 2,49 0,43 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 1,75 0,88 0,67 0,58 1,72 0,15 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,23 0,83 0,73 0,82 1,85 0,40 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 0,82 0,80 2,01 0,63 0,87 0,54 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 4,08 1,94 2,52 -0,01 1,56 -0,47 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 1,89 3,39 1,11 0,97 1,57 -0,63 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 2,04 2,12 0,49 3,56 1,68 -0,22 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 0,75 1,13 1,13 1,29 1,04 0,01 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 3,32 -0,28 2,20 1,45 2,34 -0,60 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 4,55 -0,19 1,95 1,30 0,80 -0,51 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 1,64 1,00 2,60 0,26 0,61 0,18 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,40 0,39 2,25 0,68 1,54 0,49 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 1,74 0,95 2,45 0,28 1,37 0,88 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 1,98 -0,18 2,11 0,83 2,82 -0,44 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19 2,36 -0,21 2,13 0,11 2,31 -0,21
2009 2010 2011 2012
IV I II III IV I II III IV I II III IV*
1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda
Tabel Statistik
45Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
* Data s.d Nov 2012
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100),
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)
(Persen)1)
K o t a
1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,03 2,17 0,06 2,62 -0,11 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 0,86 1,59 1,28 1,40 1,54 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 1,72 0,56 1,72 2,62 -0,82 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 0,03 2,40 0,04 1,43 -0,55 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 0,48 2,00 0,42 1,65 -0,20 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 0,49 0,75 0,34 2,15 -0,19 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 -0,26 1,61 0,86 1,89 -0,74 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 -2,97 2,36 1,21 1,50 0,07 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 1,15 1,78 1,05 1,31 0,52 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 0,91 0,54 0,30 1,91 0,07 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 -0,59 4,32 3,26 -0,01 -1,83 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 1,45 0,52 1,15 0,71 0,10 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 0,82 -1,24 3,65 0,55 0,00 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 0,46 -0,67 3,74 2,37 -0,96 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 1,27 -0,46 0,71 1,41 0,25 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90 1,68 0,23
52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura
NASIONAL
2009 2010 2011 2012
IV I II III IV I II III IV I II III IV*
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 201246
Keterangan : Data s.d. Nov 2012 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100).Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)
Tabel 9
Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar
(Persen) 1)
Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*
Periode
6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,93
2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 4,32
7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 3,63
7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50
7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45
7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55
4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92
0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67
2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80
3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99
5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79
1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91
2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17
2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29
3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14
1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43
1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86
0,22 1,31 0,65 -0,61 3,54 0,65
3,14 0,70 1,18 2,10 1,53 1,81
0,42 1,59 0,85 1,56 1,83 0,94
1,58 1,72 1,40 4,60 4,91 2,65
1,61 0,85 0,58 -4,25 -3,20 -0,81
1,85 -0,66 1,04 6,67 2,39 2,35
-0,49 0,55 0,13 n,a n,a n,a
2007Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2008Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2009Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2010Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2011Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2012Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV*