jl.mh. thamrin no.2 jakarta 10110 - indonesia … dan (ii) sebagai media bagi dewan gubernur untuk...

56

Upload: phungduong

Post on 20-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesiahttp://www.bi.go.id

Page 2: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

Page 3: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain

dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua

maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang

mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan

moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan

kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang

melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN IV-2011

Page 4: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Page 5: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Framework)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 6: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2011

Page 7: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Kata Pengantar

Di tengah risiko melambatnya perekonomian global dan tekanan di pasar keuangan, kinerja perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang tetap kuat. Pertumbuhan ditopang baik oleh permintaan eksternal

(ekspor) maupun permintaan domestik, sehingga struktur pertumbuhan lebih berimbang. Konsumsi rumah tangga

tetap kuat didukung daya beli masyarakat yang terjaga dan ekspektasi inflasi yang membaik. Dari sisi produksi,

sektor-sektor yang diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri pengolahan,

transportasi dan komunikasi, serta perdagangan, hotel dan restoran.

Sejalan dengan eskalasi krisis utang Eropa dan gejolak di pasar keuangan global, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami tekanan pada semester II 2011. Tekanan tersebut terutama terjadi pada transaksi

modal dan finansial akibat pelepasan investasi portofolio oleh investor asing, sehingga neraca transaksi modal dan

finansial pada triwulan IV diprakirakan mengalami defisit. Sementara itu, surplus neraca transaksi berjalan pada

triwulan IV juga diprakirakan akan mencatat surplus yang lebih kecil terkait tingginya kenaikan impor, sejalan dengan

meningkatnya kegiatan ekonomi.

Tekanan terhadap NPI juga tercermin pada pergerakan nilai tukar. Selama semester II 2011, rupiah mengalami

depresiasi akibat meningkatnya permintaan valas yang dipengaruhi oleh sentimen negatif terhadap ketidakpastian

penyelesaian krisis utang Eropa. Meski demikian, depresiasi rupiah masih sejalan dengan pergerakan nilai tukar

mata uang negara kawasan. Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan

terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah.

Penurunan tekanan inflasi masih terus berlanjut. Hal tersebut dipengaruhi oleh terjaganya pasokan bahan pangan

dan menurunnya harga komoditas global. Nilai tukar rupiah yang bergerak stabil juga mengurangi tekanan inflasi

dari sisi eksternal. Laju inflasi administered prices dapat terjaga rendah karena tidak adanya kebijakan Pemerintah

terkait barang dan jasa yang bersifat strategis. Terkendalinya inflasi juga ditunjang oleh ekspektasi inflasi yang semakin

membaik, serta kapasitas produksi yang terus meningkat sejalan dengan meningkatnya investasi swasta.

Meskipun sempat terjadi gejolak di pasar keuangan global, stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang terus membaik. Kinerja industri perbankan tetap solid yang tercermin dari

tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah bruto. Sementara itu, kegiatan penyaluran

Gubernur Bank Indonesia

Page 8: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut, meskipun dengan tingkat suku bunga kredit yang

jauh masih tinggi relatif terhadap tingkat BI rate. Bank Indonesia akan terus berupaya menjaga stabilitas sistem

perbankan melalui penerapan prinsip kehati-hatian, namun tetap mendorong fungsi intermediasi secara efektif dan

efisien terutama untuk kredit yang produktif atau menambah kapasitas produksi.

Setelah melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap kinerja perekonomian terkini, prospeknya ke depan, serta berbagai faktor risiko dan tantangan yang kemungkinan dihadapi, pada 8 Desember 2011 Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI Rate di level 6,0%. Keputusan tersebut

diambil sejalan dengan keyakinan Bank Indonesia bahwa inflasi pada akhir tahun 2011 akan berada pada batas bawah

rentang target 5+1%. Ke depan, Bank Indonesia juga akan mencermati risiko melambatnya perekonomian global dan

senantiasa menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan domestik. Penerapan bauran kebijakan moneter

dan kebijakan makroprudensial lainnya sangat diperlukan dalam pengelolaan makroekonomi secara keseluruhan serta

untuk membawa tingkat inflasi pada sasaran yang ditetapkan yaitu 4,5%±1% pada tahun 2012 dan 2013.

Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2011 serta prospek ke depannya. Saya berharap

laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2011

Gubernur Bank Indonesia

Dr. Darmin Nasution

Page 9: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Daftar Isi

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011 .......................... 1

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ................. 4

Asumsi Yang Mendasari Perkiraan Ekonomi ................................... 5

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 6

Prospek Inflasi ................................................................................. 11

Faktor Risiko ................................................................................... 14

3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini .............. 15

Perkembangan Ekonomi Dunia ....................................................... 16

Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 18

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................ 26

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 27

Inflasi .............................................................................................. 28

Disagresi Inflasi ............................................................................... 29

Page 10: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Page 11: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 8 Desember 2011 memutuskan

untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,0%. Keputusan tersebut didasarkan pada

evaluasi menyeluruh terhadap kinerja perekonomian terkini, beberapa faktor risiko yang

masih dihadapi, dan prospek ekonomi ke depan. Dewan Gubernur memandang level BI Rate

saat ini masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi ke depan, dan tetap kondusif

untuk menjaga stabilitas keuangan serta mengurangi dampak memburuknya prospek

ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia. Evaluasi terhadap kinerja dan prospek

perekonomian secara umum menunjukkan bahwa perekonomian domestik masih tetap kuat

dengan stabilitas yang tetap terjaga. Ke depan, Dewan Gubernur akan terus mencermati

risiko memburuknya ekonomi global dan akan terus menjaga stabilitas makroekonomi

dan sistem keuangan serta memberikan stimulus untuk perekonomian domestik. Dewan

Gubernur menegaskan bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial

yang bersifat counter-cyclical sangat diperlukan dalam pengelolaan makroekonomi secara

keseluruhan serta untuk membawa inflasi pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 4,5%±1%

pada tahun 2012 dan 2013.

Dewan Gubernur mencatat bahwa perekonomian dunia tahun 2011 mengalami

perlambatan, terutama disebabkan oleh ketidakpastian pemulihan ekonomi dan

keuangan di Eropa dan AS. Eskalasi krisis di Eropa, terutama pada semester II-2011, memicu

tingginya volatilitas di pasar keuangan global. Dengan melemahnya permintaan global,

volume perdagangan dunia dan harga komoditas global mulai menurun. Di sisi harga, tekanan

inflasi di negara maju meningkat, sementara tekanan inflasi di emerging markets relatif

moderat meski masih berada di level yang tinggi. Sejalan dengan perkembangan tersebut,

negara emerging markets di akhir 2011 cenderung melakukan kebijakan moneter netral

atau sedikit akomodatif, sementara negara maju cenderung mempertahankan kebijakan

moneter akomodatif melalui langkah pelonggaran likuiditas.

Di sisi domestik, Dewan Gubernur berpandangan bahwa kinerja perekonomian

Indonesia di tahun 2011 masih cukup kuat. Pencapaian kinerja ekonomi tersebut

didukung oleh stabilitas makro dan sistem keuangan yang tetap terjaga. Pertumbuhan

ekonomi di triwulan IV-2011 diperkirakan sebesar 6,5%, sehingga pertumbuhan ekonomi

keseluruhan tahun 2011 diperkirakan mencapai 6.5%. Pertumbuhan tersebut terutama

didukung oleh permintaan domestik yang masih kuat dan kinerja ekspor yang masih

terjaga. Dari sisi produksi, sektor-sektor yang diperkirakan menjadi pendorong utama

pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri, sektor transportasi dan komunikasi, serta

sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk keseluruhan tahun 2011 masih

mencatat surplus yang cukup besar meski terdapat tekanan pada semester II-2011.

Tekanan tersebut terutama terjadi pada transaksi modal dan finansial sejalan dengan

meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan dan ekonomi global. Dengan perkembangan

Page 12: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

2 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011

tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir November 2011 mencapai USD111,3

miliar, atau setara dengan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah selama tahun 2011 mengalami apresiasi meski pada semester

II-2011 mengalami tekanan depresiasi akibat memburuknya sentimen terkait gejolak di

pasar keuangan global. Berbagai langkah kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dapat

membatasi tekanan terhadap nilai tukar Rupiah. Selama tahun 2011, tren pergerakan nilai

tukar masih konsisten dengan kecenderungan pergerakan nilai tukar di kawasan. Bank

Indonesia terus memonitor perkembangan nilai tukar Rupiah serta menjaga stabilitasnya

dan tetap sejalan dengan fundamentalnya.

Di sisi harga, tahun 2011 diwarnai oleh inflasi yang menurun. Inflasi IHK pada November

2011 tercatat sebesar 0,34% (mtm) atau 4,15% (yoy). Penurunan inflasi sepanjang tahun

2011 terjadi karena koreksi inflasi volatile food prices dan minimalnya inflasi administered

prices, sementara inflasi inti cenderung moderat. Rendahnya inflasi volatile food prices

terutama ditopang oleh pasokan yang terjaga, baik dari produksi domestik maupun impor.

Meskipun beras mencatat inflasi yang cukup tinggi, koreksi harga yang cukup besar terjadi

pada aneka bumbu, seperti bawang dan cabe merah, serta pada kelompok daging. Sementara

itu, cukup terkendalinya inflasi inti didukung oleh harga komoditas global yang terkoreksi

cukup tajam, nilai tukar yang cenderung stabil, dan ekspektasi inflasi yang terus membaik.

Jika kecenderungan penurunan inflasi ini berlanjut, maka inflasi IHK secara keseluruhan

tahun 2011 diperkirakan dapat lebih rendah dari 4,0%.

Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang membaik,

meskipun sempat terjadi gejolak di pasar keuangan akibat pengaruh global. Industri

perbankan tetap solid, sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/

Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit

bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, pertumbuhan

kredit hingga akhir Oktober 2011 mencapai 25,7% (yoy) dengan kredit investasi sebesar

31,1% (yoy), kredit modal kerja sebesar 24,7% (yoy), dan kredit konsumsi sebesar 23,8%

(yoy). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit untuk tahun 2011 diperkirakan

masih sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB).

Ke depan, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat terkait dengan

masih tingginya ketidakpastian penyelesaian masalah utang dan fiskal di Eropa dan

AS. Perlambatan ekonomi global tersebut diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi domestik yang pada tahun 2012 diperkirakan pada kisaran 6,3%-6,7%. Untuk

tahun 2013, ekonomi tumbuh meningkat ke kisaran 6,4%-6,8% seiring perkiraan akan

membaiknya kembali ekonomi global. Di sisi harga, Dewan Gubernur memperkirakan inflasi di

2012 dan 2013 dapat diarahkan pada kisaran sasarannya, yaitu 4,5%±1%. Dalam hubungan

ini, penurunan suku bunga BI Rate yang telah ditempuh BI selama ini diharapkan mampu

memberikan stimulus pada perekonomian. Dewan Gubernur tetap mewaspadai beberapa

faktor risiko terhadap keseimbangan ekonomi makro indonesia, termasuk dampak dari

pemburukan ekonomi global. Sejalan dengan itu, disamping melanjutkan upaya stabilisasi

moneter dan sistem keuangan dengan terus memastikan kecukupan likuiditas Rupiah dan

valas di pasar, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan momentum penurunan suku

Page 13: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011

bunga untuk mengefektifkan stimulus pada perekonomian. Disamping itu, koordinasi

dengan Pemerintah terus diperkuat agar stimulus perekonomian dapat juga ditingkatkan

dari sisi fiskal dan sektor riil.

Page 14: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

4 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

Pada tahun 2011, perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,5%. Perlambatan

ekonomi global belum terlalu berdampak pada kinerja perekonomian domestik. Di sisi lain,

permintaan domestik diperkirakan masih tetap kuat. Secara sektoral sumber pertumbuhan

ekonomi menurut lapangan usaha berasal dari sektor industri pengolahan, sektor

perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Di tahun 2012, perlambatan ekonomi global diperkirakan akan mulai memengaruhi kinerja

perekonomian domestik khususnya melalui jalur ekspor. Namun demikian, dengan masih

kuatnya daya beli, tingginya keyakinan konsumen, dan adanya respon kebijakan moneter,

permintaan domestik diperkirakan meningkat. Dari sisi lapangan usaha, di tahun 2012

peningkatan pertumbuhan ekonomi tetap dimotori oleh sektor industri pengolahan; sektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Di tahun

2013, seiring dengan perkiraan membaiknya perekonomian global, kinerja perekonomian

domestik diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2012 melalui peningkatan ekspor

dan permintaan domestik.

Inflasi 2011 dapat lebih rendah dari 4%. Pencapaian inflasi yang rendah itu didorong oleh

seluruh komponen IHK, terutama kelompok volatile foods dan inti. Pasokan bahan pangan

yang memadai baik dari domestik maupun impor serta gangguan distribusi yang minimal

menjaga stabilitas harga bahan makanan. Di sisi inflasi inti, penurunan harga komoditas

global, nilai tukar yang cenderung stabil, dan ekspektasi inflasi yang menurun mendorong

penurunan inflasi inti. Di tahun 2012 dan 2013 inflasi diperkirakan berada dalam sasaran

inflasi sebesar 4,5% + 1%.

Bank Indonesia akan terus mengevaluasi perkembangan kinerja ekonomi dan keuangan

global terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan. Bank Indonesia akan mengambil

kebijakan yang terukur untuk mengantisipasi potensi penurunan kinerja perekonomian

Indonesia dengan mengutamakan pencapaian sasaran inflasi. Bank Indonesia juga akan

meningkatkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk mengantisipasi berbagai

perkembangan perekonomian global.

Prakiraan makroekonomi tahun 2011 sampai dengan 2013 disertai dengan berbagai faktor

ketidakpastian yang berasal dari sisi domestik maupun eksternal. Dari sisi domestik, adanya

kemungkinan penerapan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi di tahun 2012 dapat

mendorong menyebabkan inflasi lebih tinggi. Sementara dari sisi eksternal, perlambatan

ekonomi global yang lebih dalam dapat menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia akan mewaspadai berbagai risiko terhadap pencapaian sasaran inflasi maupun

prospek makroekonomi ke depan. Sejalan dengan hal tersebut, kebijakan Bank Indonesia

ke depan diarahkan untuk: (1) melanjutkan upaya stabilisasi di sektor keuangan dengan

terus memastikan kecukupan likuiditas Rupiah dan valas yang diperlukan untuk menjaga

Page 15: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

keseimbangan pasar domestik, (2) mengoptimalkan momentum

penurunan suku bunga untuk mengefektifkan stimulus pada

perekonomian, namun dengan tetap menjangkar pencapaian sasaran

inflasi, dan (3) terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah

agar stimulus perekonomian dapat juga ditingkatkan dari sisi fiskal

dan sektor riil.

ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI

Asumsi Perekonomian Internasional

Berdasarkan perkembangan terkini, perekonomian dunia

di tahun 2012 diperkirakan tumbuh lebih rendah. Masih

tingginya pengangguran dan lemahnya konsumsi di negara maju

merupakan penyebab utama pertumbuhan ekonomi dunia di tahun

2012 diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan

proyeksi sebelumnya. Walaupun menurun, pada tahun 2012

perekonomian dunia masih akan ditopang oleh negara emerging

markets, yang masih tumbuh relatif tinggi, walaupun melambat

akibat rambatan krisis yang terjadi di Eropa dan AS. Memasuki

tahun 2013, perekonomian dunia diperkirakan mengalami perbaikan secara gradual dan

tumbuh sebesar 3,8%. Perbaikan diperkirakan berasal baik dari negara maju maupun

emerging markets.

Seiring dengan aktivitas perekonomian dunia yang melambat, harga komoditas

dan harga minyak dunia diprakirakan cenderung menurun. Harga komoditas dunia

di tahun 2011 diperkirakan tumbuh lebih rendah dari perkiraan semula. Revisi perkiraan

harga komoditas tersebut terutama karena lebih rendahnya realisasi harga komoditas

dibandingkan perkiraan semula, terutama untuk komoditas pertanian. Untuk tahun

2012, harga komoditas baik migas dan non migas diperkirakan cenederung turun seiring

dengan perkiraan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Memasuki tahun 2013,

seiring dengan perkiraan membaiknya ekonomi dunia, harga komoditas internasional

diperkirakan meningkat secara moderat.

Asumsi Kebijakan Fiskal

Realisasi pengeluaran pemerintah yang lebih rendah menyebabkan defisit fiskal

tahun 2011 diperkirakan lebih rendah dari asumsi APBN 2011. Pada tahun 2012

dan 2013 rasio defisit fiskal terhadap PDB diperkirakan lebih rendah dari tahun 2011

seiring dengan upaya konsolidasi fiskal yang dilakukan oleh Pemerintah. Pemerintah

mengupayakan agar operasi keuangan Pemerintah dapat mencapai surplus anggaran pada

2015. Upaya untuk mencapai defisit APBN yang lebih rendah tersebut dilakukan dengan

meningkatkan penerimaan Pemerintah sering dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih

tinggi ditambah dengan penurunan beban subsidi energi.

Tabel 2.1

Proyeksi PDB Dunia (% yoy)

2011 2012 2009 2010

Proyeksi

PDB Dunia -0,7 5,1 4,0 4,0

Negara Maju -3,7 3,1 1,6 1,9

Amerika Serikat -3,5 3,0 1,5 1,8

Kawasan Eropa -4,3 1,8 1,6 1,1

Jepang -6,3 4,0 -0,5 2,3

Negara Maju Lainnya -2,3 4,3 2,8 3,0

Negara Berkembang 2,8 7,3 6,4 6,1

Eropa Timur dan Tengah -3,6 4,5 4,3 2,7

Negara Persemakmuran -6,4 4,6 4,6 4,4

Negara Berkembang Asia 7,2 9,5 8,2 8,0

China 9,2 10,3 9,5 9,0

India 6,8 10,1 7,8 7,5

ASEAN-5* 1,4 7,1 5,1 5,5

Amerika Latin & Karibia -1,7 6,1 4,5 4,0

Timur Tengah & Afrika Utara 2,6 4,4 4,0 3,6

* Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan VietnamSumber: IMF, World Economic Outlook, Sep 2011

Page 16: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

6 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Pada tahun 2011, perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,5%.

Perlambatan ekonomi global belum terlalu berdampak pada kinerja ekspor sebagaimana

terlihat dari pertumbuhan ekspor yang diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi di

triwulan-IV 2011. Di sisi lain, permintaan domestik diperkirakan masih tetap kuat, meski

kontribusi konsumsi pemerintah relatif moderat. Secara umum, di tahun 2011, sumber

pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha berasal dari sektor industri pengolahan,

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Di tahun 2012, perlambatan ekonomi global diperkirakan akan memengaruhi kinerja

perekonomian domestik khususnya melalui jalur ekspor yang diperkirakan tumbuh

lebih rendah dari tahun sebelumnya. Walaupun diperkirakan melambat, pertumbuhan

ekspor diperkirakan masih cukup baik mengingat negara-negara mitra dagang Indonesia

diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi di 2012, meskipun secara umum cenderung

melambat. Namun demikian, dengan masih kuatnya daya beli, tingginya keyakinan

konsumen, dan adanya pelonggaran kebijakan moneter di tahun 2011, permintaan

domestik diperkirakan meningkat. Dengan permintaan domestik yang masih kuat ditengah

perlambatan kinerja ekspor, impor diperkirakan hanya akan mengalami sedikit perlambatan.

Dari sisi lapangan usaha, di tahun 2012 peningkatan pertumbuhan ekonomi tetap dimotori

oleh sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor

pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan sektor industri pengolahan diperkirakan tetap

kuat, meskipun tumbuh melambat terkait ekspor dan investasi yang melambat. Kinerja

sektor PHR tetap kuat didukung dengan masih tingginya permintaan domestik. Demikian

juga kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih akan tetap solid

sejalan dengan aktivitas perekonomian yang meningkat.

Seiring dengan perkiraan membaiknya perekonomian global, di tahun 2013 kinerja

perekonomian domestik diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2012 melalui

peningkatan ekspor dan permintaan domestik. Secara sektoral, di tahun 2013, sektor-

sektor utama, yakni sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran

(PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih akan mondominasi

perkembangan perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan sektor-sektor

Indikator

Tabel 2.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,6 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 4,7 - 5,1 4,7 - 5,1

Konsumsi Pemerintah 0,3 2,8 4,5 2,5 6,9 4,5 7,4 - 7,8 4,7 - 5,1

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,5 7,3 9,4 7,1 7,2 7,7 9,7 - 10,1 11,8 - 12,2

Ekspor Barang dan Jasa 14,9 12,5 17,5 18,5 17,3 16,5 11,7 - 12,1 12,8 - 13,2

Impor Barang dan Jasa 17,3 14,4 15,3 14,2 14,1 14,5 13,5 - 13,9 15,3 - 15,7

PDB 6,1 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 - 6,7 6,4 - 6,8

2010I II III* IV*

20112012*2011* 2013*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Page 17: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

akan membaik seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian

domestik dan global.

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan cenderung

meningkat seiring dengan masih meningkatnya pendapatan,

tingginya keyakinan konsumen, dan dampak penurunan suku

bunga kebijakan di 2011. Rendahnya inflasi sepanjang 2011

menyebabkan peningkatan pendapatan riil masyarakat. Kinerja

ekspor yang cukup baik sepanjang 2011 juga meningkatkan

pendapatan walaupun ekspor di triwulan IV diperkirakan akan

mengalami penurunan. Beberapa sumber peningkatan lainnya

berasal dari penyesuaian Upah Minimum Provinsi (UMP), perbaikan

pendapatan aparat negara, kenaikan gaji karyawan perusahaan

serta dukungan pembiayaan dari perbankan. Beberapa indikator menunjukkan bahwa

kinerja konsumsi rumah tangga sampai dengan triwulan IV 2011 masih kuat. Survei

Konsumen BI menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terus menguat sepanjang tahun

bahkan pada bulan Oktober 2011 mencapai level tertinggi sejak tahun 2009.

Dengan adanya indikasi pendapatan masyarakat meningkat, konsumsi di tahun

2012 diperkirakan tetap kuat. Sampai dengan bulan November 2011, sudah terdapat

penetapan kenaikan UMP tahun 2012 untuk beberapa provinsi (Grafik 2.3). Besaran

kenaikan UMP tersebut berbeda-beda, sesuai dengan tingkat inflasi dan Kebutuhan

Hidup Layak-KHL provinsi-provinsi tersebut. Secara umum, besaran kenaikan UMP 2012

lebih tinggi dibanding dengan kenaikan UMP 2011 (Grafik 2.2). Meski secara umum

kenaikan UMP lebih tinggi dibandingkan 2011, namun dengan meningkatkan efisiensi dan

produktivitas, kenaikan UMP tersebut diperkirakan tidak akan diikuti oleh kenaikan harga

jual. Selain UMP, pendapatan pegawai swasta juga diperkirakan

akan meningkat. Beberapa indikator mengindikasikan bahwa

peningkatan penghasilan di tahun 2012 diperkirakan akan lebih

tinggi dari peningkatan di tahun 2011.

Realisasi defisit fiskal diperkirakan lebih rendah dibandingkan

dengan asumsi defisit APBN-P 2011. Perkiraan tersebut didasari

oleh lebih baiknya realisasi penerimaan pemerintah dibandingkan

6 tahun terakhir serta relatif lebih terbatasnya belanja pemerintah

sampai dengan Oktober 2011. Berdasarkan perkembangan

tersebut, kontribusi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi

2011 diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Hal

ini disebabkan oleh belanja barang, bantuan sosial, dan belanja

lain yang lebih terbatas. Sementara itu, alokasi belanja modal

yang lebih tinggi ternyata tidak mendorong peningkatan realisasi

Grafik 2.1

Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�������

����������

����������

�������������������������������������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � ����� ���� ���� ����

������������������������������������������������

���������������������������

�����

Grafik 2.2

Rata-rata Kenaikan UMP 2011

����

����

� � �� �� �����

����

�����

�����

����

�����

����

����

�����

�����

����

�����

��������������

��������������

����������������

������������������

�����������������

������

�����������������

���������������

�����������

�����������

�����������

������

����������

��������������������������������������������������

Page 18: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

8 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

investasi pemerintah, sehingga terjadi penurunan kontribusi fiskal

terhadap investasi pemerintah. Kebijakan fiskal 2012 diarahkan

menyesuaikan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012 yaitu

memberikan dorongan terhadap perekonomian (stimulus fiskal)

dengan tetap menjaga stabilitas ekonomi dan sustainabilitas fiskal.

APBN 2012 difokuskan untuk menunjang 4 pilar pembangunan

yaitu (i) mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,

inklusif, dan berkeadilan (pro-growth), (ii) memperluas kesempatan

kerja (pro-job), (iii) menanggulangi kemiskinan (pro-poor), dan (iv)

mendukung upaya pelestarian lingkungan hidup (pro-environment).

Selain itu, kebijakan keuangan pemerintah 2012 diperkirakan juga

dirancang untuk mengarahkan postur keuangan jangka menengah

untuk mencapai surplus anggaran sebesar 0,3% pada 2015 dengan

tetap meningkatkan kualitas belanja negara.

Ditengah perlambatan ekonomi global, investasi diprakirakan

masih cenderung meningkat, meski lebih rendah dari yang semula diperkirakan.

Pertumbuhan investasi diperkirakan sebesar 7,7% di 2011, dan meningkat menjadi

9,8% di 2012. Prospek investasi yang masih meningkat di tengah ekonomi global yang

melambat tersebut didasari oleh hasil berbagai survei. Berdasarkan hasil survey tersebut,

faktor-faktor yang mendukung cukup baiknya investasi di tahun 2012 adalah: keyakinan

investor yang masih tinggi, didukung stabilitas makroekonomi yang diprakirakan tetap

terjaga, tercermin pada kondisi nilai tukar dan inflasi yang relatif stabil; belanja modal

Pemerintah yang meningkat, terutama untuk proyek infrastruktur; iklim investasi yang

membaik; serta meningkatnya peran pembiayaan perbankan seiring dengan penurunan

BI rate pada kuartal IV 2011.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan melambat,

kinerja ekspor barang dan jasa diprakirakan tumbuh melambat pada tahun 2012.

Perlambatan ekonomi global belum terlalu berdampak pada kinerja ekspor pada tahun

2011 sehingga ekspor diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Pertumbuhan

ekspor riil sampai dengan triwulan III 2011 masih cenderung meningkat. Memasuki 2012,

pertumbuhan ekspor diperkirakan melambat akibat perlambatan ekonomi dunia dan

menurunnya harga-harga komoditas. Namun demikian, dengan struktur ekspor indonesia

yang didominasi oleh komoditas sumber daya alam, perlambatan ekonomi dunia dan

penurunan harga komoditas diperkirakan dapat mencegah perlambatan ekspor yang lebih

dalam. Secara historis, pengaruh perlambatan ekonomi dunia terhadap kinerja ekspor

barang sumber daya alam Indonesia relatif tidak terlalu besar.

Masih meningkatnya permintaan domestik di tengah perlambatan pertumbuhan

ekspor menyebabkan pertumbuhan impor diperkirakan masih akan tumbuh cukup

tinggi. Impor di tahun 2012 diperkirakan tumbuh sedikit lebih rendah dibandingkan

tahun 2011. Impor barang modal, terutama dalam bentuk impor mesin dan perlengkapan,

diperkirakan masih akan cenderung meningkat sejalan dengan perkiraan investasi yang

masih tumbuh meningkat di 2012. Selain itu, dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh

Grafik 2.3

Rata-rata Kenaikan UMP 2012

����������������������������

����������������������������������

�����������������������

��������������������������������

�����������

����������������������

����������������

������������������������������������������

�����

���������

���������

��������

���������

���������

��������

� �� �� �����

��������������������������������������������������

Page 19: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

lebih tinggi, impor barang konsumsi diperkirakan juga akan tumbuh lebih tinggi.

Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan meningkat sejalan

dengan pemulihan ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan secara

gradual membaik yang diikuti dengan kenaikan harga komoditas. Hal tersebut diperkirakan

akan mendorong perbaikan kinerja ekspor yang diperkirakan meningkat di tahun 2013.

Meningkatnya pertumbuhan ekspor diperkirakan akan meningkatkan daya beli sehingga

konsumsi rumah tangga juga diperkirakan meningkat. Sejalan dengan rencana untuk

mencapai surplus anggaran di tahun 2015, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh

lebih rendah di tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya kinerja

ekspor dan konsumsi rumah tangga, investasi diperkirakan kembali tumbuh meningkat

dengan peran investasi non bangunan yang semakin meningkat. Dengan kondisi tersebut,

impor diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Prospek Penawaran Agregat

Kinerja sektor industri pengolahan pada tahun 2011 diprakirakan tumbuh sesuai

perkiraan. Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan ini utamanya didukung oleh

tumbuh tingginya subsektor semen, subsektor makanan dan minuman, serta subsektor

tekstil dan logam yang tumbuh di atas rata-ratanya. Masih tingginya pertumbuhan

subsektor semen terkait aktivitas konstruksi yang meningkat, sementara subsektor

makanan dan minuman terkait potensi membaiknya produksi CPO. Pada produk elektronik,

Gabungan Elektronik menyatakan sebagian perusahaan telah mengalihkan pembelian

komponen dari Thailand ke negara lain seperti China dan Malaysia. Pertumbuhan sektor

industri pengolahan pada tahun 2012 diperkirakan masih mampu mencapai level

cukup tinggi, meski sedikit melambat dibandingkan dengan tahun 2011. Secara

umum aktivitas di sektor industri pengolahan bergerak sejalan dengan aktivitas ekspor.

Pemburukan perekonomian global, yang diperkirakan akan berlanjut di tahun 2012 akibat

melemahnya perekonomian Eropa dan Amerika Serikat, memberikan dampak yang tidak

Indikator

Tabel 2.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 2,9 3,7 3,9 2,7 2,0 3,1 3,1 - 3,5 3,0 - 3,4

Pertambangan & Penggalian 3,5 4,2 0,8 0,3 0,4 1,4 0,8 - 1,2 0,8 - 1,2

Industri Pengolahan 4,5 5,0 6,1 6,6 6,4 6,1 5,6 - 6,0 5,6 - 6,0

Listrik, Gas & Air Bersih 5,3 4,3 3,9 5,2 5,1 4,6 4,6 - 5,0 4,9 - 5,3

Bangunan 7,0 5,3 7,6 6,4 6,5 6,4 8,2 - 8,6 9,5 - 9,9

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,7 8,0 9,6 10,1 9,9 9,4 9,3 - 9,7 9,3 - 9,7

Pengangkutan & Komunikasia 13,5 13,7 10,7 9,5 10,2 10,9 9,9 - 10,3 9,9 - 10,3

Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 7,3 6,9 7,0 7,0 7,0 6,8 - 7,2 6,9 - 7,3

Jasa-jasa 6,0 7,0 5,7 7,8 7,0 6,9 6,5 - 6,9 6,1 - 6,5

PDB 6,1 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 - 6,7 6,4 - 6,8

2010I II III* IV*

20112012*2011* 2013*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Page 20: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

10 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

terlalu besar pada kinerja ekspor. Hal itu terjadi karena pangsa

terbesar (sekitar 68%) tujuan ekspor Indonesia ke kawasan Asia

yang masih memiliki prospek pertumbuhan ekonomi relatif baik.

Selain itu, pemerintah telah merencanakan pemberian insentif

bagi kegiatan investasi dalam bentuk penangguhan pajak untuk

jangka waktu tertentu (tax holiday). Kegiatan investasi yang layak

mendapat tax holiday harus memenuhi berbagai kriteria yang telah

ditetapkan oleh pemerintah.

Kinerja sektor PHR pada tahun 2011 tumbuh meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini sejalan

dengan membaiknya kinerja sektor tradables terutama sektor

industri pengolahan, serta aktivitas domestik yang masih baik.

Selain itu, kinerja impor pada tahun 2011 masih tumbuh tinggi

sehingga menambah jumlah barang yang diperdagangkan.

Hal ini didukung pula oleh terjaganya daya beli masyarakat.

Pertumbuhan sektor PHR pada tahun 2012 diperkirakan

masih cukup tinggi. Pertumbuhan yang tinggi tersebut didukung

oleh permintaan domestik yang relatif masih kuat, impor dan

sektor industri pengolahan yang tumbuh relatif tinggi. Tingginya

pertumbuhan PHR diperkirakan juga terkait dengan pengalihan

pasar internasional. Kondisi perekonomian global yang masih

lemah membuat para eksportir mengalihkan produknya dari pasar

internasional ke pasar domestik.

Sektor pengangkutan dan komunikasi masih berada

pada level yang tinggi. Subsektor pengangkutan di tahun

2011 mengalami perlambatan yang terutama disebabkan oleh

menurunnya subsektor pengangkutan rel terkait menurunnya

jumlah angkutan barang, kebijakan pembatasan penumpang

kereta api, dan penghentian sementara beberapa perjalanan

Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek pada pertengahan triwulan IV-2011. Sementara itu,

subsektor pengangkutan udara masih tumbuh tinggi, tercermin dari pertumbuhan jumlah

penumpang. Subsektor komunikasi masih tumbuh tinggi, ditopang oleh meningkatnya

komunikasi data/internet, sementara komunikasi seluler termoderasi. Pada tahun 2012

sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan tumbuh sebesar cukup tinggi.

Dari sisi sumber pertumbuhan, dominasi subsektor komunikasi terlihat dalam tren menurun

meski tetap tinggi, seiring dengan meningkatnya peran subsektor pengangkutan (Grafik

2.5).

Sektor pertanian pada 2011 diperkirakan tumbuh sedikit membaik dibandingkan

tahun sebelumnya. Hal ini terutama didukung oleh membaiknya subsektor perkebunan

dan perikanan, seiring dengan cuaca yang cenderung normal. Kinerja subsektor perkebunan

menunjukkan peningkatan terutama pada triwulan IV-2011. Sementara, kinerja subsektor

tanaman bahan makanan (tabama) mengalami penurunan karena penurunan luas

Grafik 2.4

Pertumbuhan Sektor PHR dan Impor

Grafik 2.5

Penumpang Angkutan Udara, Kargo, dan Pelanggan Seluler

���������

�����

����

����

����

����

����

�����

����

����

���

�����

�����

������� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

��������������������

��������

������������

��������������������������������������������������������

� � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � ���� �� � � � � � � � � ����

���

��

��

��

��

���

���

��

��

��������������

������������������������ ���������������������������������������������������������� ��������������������������������

������������

Page 21: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

lahan, serangan hama yang meningkat, dan kendala penyaluran bantuan pupuk. Di

tahun 2012, pertumbuhan sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh stabil dengan

mempertimbangkan beberapa program yang sudah disiapkan oleh pemerintah dalam

mengantisipasi perubahan iklim. Sulitnya memprediksi kondisi iklim dan dalam rangka

mencapai ketahanan pangan nasional diantisipasi pemerintah dengan berupaya untuk terus

meningkatkan produktivitas pertanian melalui berbagai program. Gerakan Peningkatan

Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) diharapkan mampu mendorong produksi

pangan. Dalam program ini petani akan berpartisipasi dalam bentuk penyediaan lahan

dan menggarapnya, sementara pihak korporasi, dalam hal ini Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), berperan dalam pendampingan dan penyediaan modal untuk mengolah lahan

seperti benih, pupuk dan pestisida. Pada tahun 2011 program ini dilaksanakan untuk 3

komoditas yaitu padi, jagung, dan kedelai. Program ini rencananya akan dilanjutkan pada

tahun 2012. Program lain yang akan dilakukan pemerintah di bidang pertanian yaitu

program pemulihan kesuburan lahan sawah berkelanjutan.

Untuk keseluruhan tahun 2011, kinerja sektor bangunan diperkirakan tumbuh lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Lebih rendahnya pertumbuhan sektor ini

antara lain dipengaruhi oleh lebih rendahnya realisasi pengeluaran Pemerintah dibanding

historisnya terkait kendala pembebasan lahan. Namun demikian, pertumbuhannya masih

relatif tinggi karena dukungan dari investasi swasta. Masih tingginya kinerja sektor

bangunan sejalan dengan investasi yang masih tumbuh tinggi dan meningkatnya aktivitas

konstruksi. Hal tersebut tercermin dari indikator penjualan semen, impor bahan bangunan,

dan penjualan alat berat untuk kegiatan konstruksi yang stabil sampai dengan Oktober

2011. Kegiatan di sektor bangunan pada tahun 2012 diperkirakan akan lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Seiring dengan perkembangan ekonomi domestik

yang terus membaik dan pergerakan suku bunga yang diperkirakan akan menurun,

kegiatan konstruksi, seperti pembangunan properti, pabrik dan infrastruktur akan lebih

menggeliat. Terkait dengan pembangunan infrastruktur, pemerintah akan memberikan

jaminan berlapis melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) serta dukungan APBN

agar semua proyek berjalan lebih lancar.

Pertumbuhan ekonomi sektoral di tahun 2013 secara umum akan membaik, terkait

pemulihan perekonomian global di tahun 2013. Pada tahun 2013 kinerja berbagai

sektor dalam perekonomian diperkirakan akan lebih baik dari tahun 2012. Dari sisi sumber

pertumbuhan, motor pergerakan ekonomi diperkirakan masih tetap bertumpu pada sektor

industri pengolahan, PHR serta pengangkutan dan komunikasi. Selain sektor-sektor utama

tersebut, sektor lain yang diperkirakan akan tumbuh tinggi adalah sektor bangunan, seiring

dengan realisasi berbagai kebijakan pemerintah yang akan mendorong berbagai proyek

pembangunan infrastruktur berjalan lancar.

PROSPEK INFLASI

Inflasi tahun 2011 diperkirakan akan bias ke bawah dari rentang sasaran inflasi

sebesar 5% ± 1%. Dengan realisasi inflasi ytd sampai dengan November 2011 sebesar

Page 22: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

12 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

3,20%, lanjutan tekanan inflasi ke depan terkait hari raya Natal pada akhir tahun

diperkirakan relatif moderat. Memasuki 2012, inflasi diperkirakan berada di dalam kisaran

sasaran inflasi BI sebesar 4,5% + 1%. Tekanan inflasi yang berasal dari sisi eksternal

diperkirakan mereda seiring dengan perlambatan ekonomi dunia dan turunnya harga-

harga komoditas internasional, termasuk harga minyak. Di sisi lain, dengan nilai tukar

yang diperkirakan relatif stabil, imported inflation diperkirakan cenderung turun. Selain

itu, ekspektasi inflasi juga diperkirakan membaik. Di sisi domestik, tekanan inflasi dari sisi

permintaan diperkirakan relatif moderat seiring dengan masih cenderung meningkatnya

pertumbuhan investasi ditengah lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi. Sementara itu

dari sisi volatile food, inflasi diperkirakan relatif rendah meski lebih tinggi dari inflasi volatile

food di 2011. Rendahnya inflasi volatile food di 2012 diperkirakan didukung oleh kecukupan

sisi pasokan , baik melalui produksi maupun impor. Inflasi adminisitered prices diperkirakan

sedikit lebih tinggi dari rata-rata historisnya sejalan dengan rencana Pemerintah untuk

menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) sebesar 10% pada bulan April 2012. Namun demikian,

perkiraan inflasi tersebut masih dibayangi oleh beberapa faktor ketidakpastian terutama

yang berasal dari kenaikan strategic administered prices, terutama

dalam bentuk pembatasan konsumsi BBM bersubsidi.

Pada tahun 2013, sejalan dengan membaiknya perekonomian

dunia yang iikuti dengan kenaikan harga-harga komoditas,

inflasi diperkirakan berada dalam rentang sasaran inflasi sebesar

4,5% + 1%. Peningkatan inflasi terutama berasal dari inflasi inti

seiring dengan meningkatnya harga komoditas internasional dan

permintaan domestik. Inflasi volatile food diperkirakan sedikit

meningkat sejalan dengan harga komoditas pangan yang cenderung

meningkat. Adapun inflasi administered prices diperkirakan relatif

rendah seiring dengan belum adanya kebijakan pemerintah untuk

menaikkan harga barang/jasa yang bersifat strategis di 2013.

Tekanan inflasi inti tahun 2012 secara umum diprakirakan

akan cenderung turun. Turunnya tekanan inflasi inti sejalan

dengan penurunan pertumbuhan ekonomi global dan harga

komoditas. Harga komoditas di 2012 secara rata-rata diperkirakan

lebih rendah dari tahun 2011. Selain itu, harga emas internasional

yang cenderung menurun dalam beberapa bulan terakhir

diperkirakan masih akan terus berlanjut sehingga tekanan inflasi

inti dari harga emas diperkirakan mereda. Penurunan inflasi dari sisi

eksternal diprakirakan juga akan berasal dari cenderung turunnya

biaya pengiriman (freight cost) sejalan dengan harga minyak yang

cenderung turun. Selain itu, dengan stabilitas nilai tukar yang

terjaga, tekanan imported inflation diperkirakan relatif moderat.

Dari sisi domestik, permintaan diperkirakan masih akan meningkat,

meski lebih moderat. Namun demikian, peningkatan permintaan

dapat diimbangi oleh sisi penawaran melalui peningkatan utilisasi

kapasitas dan investasi baru sehingga tekanan inflasi dari sisi

Grafik 2.6

Ekspektasi Inflasi Pedagang – SPE BI

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�����������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������ ������

� � � � � � � �� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

Grafik 2.7

Ekspektasi Inflasi Konsumen – SK BI

������ ������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

� � � � � � � �� � � � � � � � �������� � � � � �� � �������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

�����

Page 23: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

13Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

permintaan relatif moderat, sebagaimana terlihat dari utilisasi kapasitas yang masih

memadai. Selain itu, meski kenaikan UMP di 2012 diperkirakan cukup tinggi, namun

dampaknya terhadap kenaikan harga diperkirakan minimal. Hal tersebut dikarenakan

kenaikan upah umumnya diikuti oleh kenaikan efisiensi dan produktivitas. Terjaganya inflasi

dalam beberapa periode terakhir serta relatif stabilnya nilai tukar mendorong perbaikan

ekspektasi inflasi.

Dari sisi inflasi volatile foods, peningkatan harga bahan makanan di tahun 2012

diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2011. Perkiraan lebih tingginya inflasi harga bahan

makanan di tahun 2012 adalah berdasarkan beberapa faktor, seperti harga beras yang

diperkirakan masih akan cenderung tinggi karena kebijakan harga di sejumlah negara

produsen, ditengah peningkatan produksi domestik yang cenderung terbatas. Selain itu,

tindak lanjut dari UU No.13/2010 tentang hortikultura dalam bentuk Peraturan Menteri

yang mengatur mekanisme impor produk hortikultura berpotensi akan mengurangi

kecepatan koreksi harga yang tajam pada produk aneka bumbu sebagaimana yang

terjadi selama ini. Namun, beberapa faktor-faktor eksternal dan domestik diperkirakan

masih cukup kondusif bagi perkembangan inflasi kelompok pangan. Dari sisi eksternal,

penurunan harga komoditas pangan global diperkirakan masih terus berlanjut. Dari

sisi domestik, pembangunan infrastruktur pertanian dan peningkatan keterhubungan

antar wilayah diperkirakan dapat membatasi inflasi volatile food. Dalam rangka menjaga

kestabilan harga pangan, pemerintah telah menambah anggaran ketahanan pangan yang

meningkat sebesar lebih dari 20% di RAPBN 2012.

Selain penyesuaian TTL, di sisi harga barang dan jasa yang diatur oleh Pemerintah,

di tahun 2012 belum terdapat rencana penyesuaian yang signifikan. Inflasi

administered di tahun 2012 diperkirakan sedikit meningkat. Hal tersebut terutama terkait

dengan kenaikan tarif tenaga listrik yang rencananya dilaksanakan pada bulan April.

Berdasarkan perhitungan, rencana penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada tahun 2012

diperkirakan akan memberikan dampak langsung dan tidak langsung yang tidak terlalu

besar terhadap peningkatan inflasi. Namun demikian, dengan terlewatinya kuota BBM

bersubsidi di tahun 2011 serta semakin terbatasnya jatah BBM bersubsidi di 2012, terdapat

risiko inflasi menjadi lebih tinggi dari yang diperkirakan apabila Pemerintah memutuskan

untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi.

Sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia yang iikuti dengan kenaikan harga-harga

komoditas, inflasi tahun 2013 diperkirakan meningkat namun masih dalam rentang

sasaran inflasi 4,5% + 1%. Peningkatan inflasi terutama berasal dari inflasi inti seiring

dengan meningkatnya harga komoditas internasional dan permintaan domestik. Inflasi

volatile food diperkirakan sedikit meningkat sejalan dengan harga komoditas pangan yang

cenderung meningkat. Adapun inflasi administered prices diperkirakan relatif rendah seiring

dengan perkiraan tidak adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga barang/jasa

yang bersifat strategis di 2013.

Page 24: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

14 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

FAKTOR RISIKO

Prakiraan makroekonomi tahun 2011 sampai dengan 2013 disertai

dengan berbagai faktor ketidakpastian yang berasal dari sisi

domestik maupun eksternal. Dari sisi domestik, risiko bersumber

dari kemungkinan terjadinya kenaikan harga barang dan jasa yang

diatur pemerintah, terutama dalam bentuk pembatasan konsumsi

BBM bersubsidi sehingga dapat mendorong inflasi yang lebih

tinggi. Sementara dari sisi eksternal, apabila perekonomian global

mengalami perlambatan yang lebih dalam berupa penurunan

pertumbuhan ekonomi dunia dan harga komoditas, prospek

pertumbuhan ekonomi dapat terkoreksi ke bawah.Grafik 2.8

Fan Chart Proyeksi Inflasi Tahun 2011-2013

������� ������� ��������������

Page 25: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

Indikasi perlambatan ekonomi dunia semakin menguat. Berlanjutnya krisis utang

yang membelit perekonomian di kawasan Eropa dan permasalahan fiskal di Amerika Serikat

(AS) menimbulkan gejolak di pasar keuangan global. Permintaan domestik di negara maju

mengalami tekanan sehingga berdampak pada melambatnya aktivitas perdagangan dunia.

Di kawasan Asia, kondisi ekonomi secara umum masih positif meski terdapat potensi

perlambatan akibat menurunnya kinerja eksternal. Melambatnya ekonomi dunia serta mulai

turunnya harga komoditas internasional mengakibatkan tekanan inflasi mulai mereda.

Seiring dengan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, laju pengetatan kebijakan

moneter di negara berkembang mulai tertahan dengan kecenderungan longgar, sementara

kebijakan moneter di negara maju masih cenderung akomodatif untuk menopang aktivitas

perekonomian.

Kinerja perekonomian Indonesia di tahun 2011 masih tetap kuat di tengah

menguatnya indikasi perlambatan ekonomi global. Ekspor diprakirakan masih akan

tumbuh tinggi diikuti oleh konsumsi yang tetap kuat. Sebagai respons masih kuatnya kinerja

ekspor dan konsumsi, investasi juga sedikit meningkat. Sejalan dengan masih kuatnya

kegiatan ekspor, impor juga tumbuh tinggi untuk menopang aktivitas perekonomian. Seiring

dengan meningkatnya risiko global, rupiah mengalami depresiasi selama triwulan IV 2011,

sejalan dengan tren pergerakan mata uang mayoritas negara kawasan.

Pergerakan harga barang dan jasa secara umum sepanjang tahun 2011 berada

dalam tren menurun. Pencapaian inflasi yang rendah itu didorong oleh seluruh komponen

IHK, terutama kelompok volatile food dan inti. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari

upaya Bank Indonesia dan Pemerintah dalam mengendalikan pergerakan harga barang dan

jasa secara umum. Bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial yang telah

ditempuh oleh Bank Indonesia serta penguatan koordinasi dengan Pemerintah telah dapat

menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan. Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan

tetap terkendali dan bias ke bawah dalam kisaran target yang ditetapkan sebesar 5%±1%

di tahun 2011.

Di pasar keuangan, suku bunga PUAB cenderung menurun sejalan dengan kebijakan

Bank Indonesia melebarkan koridor bawah PUAB O/N. Suku bunga deposito dan kredit

juga cenderung menurun, sementara kredit masih tetap tumbuh tinggi, terutama kredit

investasi. Di pasar saham dan SBN, investor asing terlihat melakukan aksi jual terhadap

portofolionya akibat sentimen negatif yang dipicu oleh krisis global.

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

15

Page 26: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perkembangan terkini dari berbagai kawasan memperkuat indikasi perlambatan

ekonomi global. Permintaan domestik di negara maju tertekan akibat tingginya

pengangguran dan lemahnya konsumsi. Hal tersebut berdampak pada aktivitas perdagangan

dunia yang melambat. Penyelesaian krisis Eropa yang berlarut-larut dan kekhawatiran

terulangnya krisis perbankan global memicu gejolak dan volatilitas di pasar keuangan

global terutama pada semester kedua tahun 2011. Perilaku risk aversion investor juga

memengaruhi pasar komoditas internasional dan menahan kenaikan harga komoditas lebih

lanjut. Respons kebijakan moneter di negara maju selama tahun 2011 diperkirakan masih

akomodatif disertai injeksi likuiditas dan pembelian surat utang pemerintah. Sementara

kebijakan negara berkembang masih bias ketat meski dengan kecenderungan longgar

mengantisipasi lemahnya ekonomi dunia.

Kinerja ekonomi AS mengindikasikan perlambatan. Perekonomian AS mengalami

perlambatan sepanjang tahun 2011 dan diprakirakan tumbuh 1,7% (yoy) setelah

mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,0% (yoy) pada tahun 2010.

Angka pengangguran yang tetap tinggi dan keyakinan konsumen

yang lemah cenderung menghambat laju konsumsi rumah tangga.

Sementara itu, laju aktivitas sektor produksi terindikasi melambat

menjelang semester kedua tahun 2011 yang ditandai dengan

turunnya laju penyerapan tenaga kerja (non farm payrolls) dan

indeks Purchasing Manager Index (PMI). Produksi industri pengolahan

sepanjang tahun 2011 diperkirakan tumbuh sebesar 4,0% (yoy) lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,3% (yoy).

Di sisi lain, ruang stimulus fiskal semakin terbatas sejalan dengan

upaya penghematan fiskal yang harus dilakukan Pemerintahan AS

untuk menahan defisit dan utang Pemerintah.

Ekonomi Jerman masih menjadi motor utama perekonomian

kawasan Eropa di tengah krisis utang dan pengetatan belanja

fiskal yang melanda kawasan tersebut. Kinerja ekonomi

negara-negara di Eropa melambat yang tercermin dari perkiraan

pertumbuhan ekonomi zona Eropa tahun 2011 sebesar 1,6%

(yoy) setelah tumbuh 3,0% (yoy) pada tahun 2010. Perekonomian

Jerman diperkirakan tumbuh sebesar 2,9% (yoy) pada tahun 2011.

Sementara negara-negara Eropa lainnya seperti Yunani, Portugal,

Spanyol mengindikasikan pelemahan seiring dengan penghematan

fiskal yang menekan konsumsi rumah tangga. Menurunnya

konsumsi rumah tangga terlihat dari tren pelemahan keyakinan

konsumen seiring dengan masih tingginya angka pengangguran. Di

sisi lain, sektor industri yang merupakan penopang ekonomi Eropa

mengalami kontraksi yang tercermin dari komposit PMI (manufaktur

dan jasa) yang berada di bawah angka 50 pada semester kedua

tahun 2011.

Grafik 3.1

Nonfarm Payrolls dan Pengangguran AS

Grafik 3.2

Indeks PMI AS

�����

����

���

���

���

���

���

���

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

������������������������������������������������������

��������������

���

���

���

���

����

����

����

�����

�����

�����������������

������������������

���

��

�����

��

��

��

��

��

��

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

������

��������������������������

����

����

���

����

����

�����������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

16

Page 27: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Perekonomian kawasan Asia masih positif walaupun dibayangi

menurunnya kinerja eksternal. Masih tingginya harga komoditas

global dan perdagangan intra regional Asia berdampak positif pada

perkembangan sektor industri dan ekspor kawasan Asia. Namun,

seiring dengan melambatnya permintaan dunia dan ketidakpastian

outlook ekonomi dunia menjelang paruh kedua tahun 2011 berakibat

cukup signifikan pada kinerja ekspor negara kawasan Asia. Penurunan

kinerja ekspor terlihat hampir di sebagian besar negara Asia (Grafik

3.4). Di sisi lain, sisi konsumsi rumah tangga di kawasan Asia lainnya

relatif masih stabil tercermin dari positifnya pertumbuhan penjualan

eceran dan masih tingginya keyakinan konsumen.

Memasuki semester dua tahun 2011, kenaikan harga komoditas

internasional tertahan. Hal tersebut sejalan dengan mulai

meredupnya prospek perekonomian dunia. Hingga November 2011,

Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHKEI) telah tumbuh

sebesar 19,1% (yoy) dan diperkirakan akan tumbuh lebih rendah

untuk keseluruhan tahun 2011. Sementara itu, harga komoditas

internasional mulai mengalami penurunan menjelang paruh kedua

tahun 2011 yang terkonfirmasi dari turunnya indeks harga komoditas

IMF. Indeks harga komoditas IMF Oktober 2011 tumbuh sebesar

30,2% (yoy) atau menurun 3,0% (mtm). Penurunan indeks tersebut

disumbang oleh penurunan harga non migas sebesar 7,4% (mtm),

sementara komoditas migas hanya turun sebesar 0,6% (mtm).

Selain itu, harga minyak juga berada dalam tren yang menurun

sebagai imbas dari pasar keuangan global yang bearish dan sentimen

perlambatan ekonomi dunia.

Sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia, tekanan inflasi

global mulai melambat meskipun masih dalam level yang relatif

tinggi. Sampai dengan Oktober 2011, tekanan inflasi global mulai

mengalami perlambatan. Tekanan inflasi mulai mereda seiring dengan

mulai melambatnya aktivitas perekonomian dunia disertai mulai turunnya harga komoditas

internasional. Di kawasan Asia, perlambatan inflasi terjadi di Vietnam, India, Indonesia, China,

dan Singapura seiring dengan meredanya kenaikan harga komoditas internasional. Namun,

tekanan inflasi di negara-negara maju masih tinggi terkecuali di Jepang.

Respons kebijakan moneter negara maju masih cenderung akomodatif disertai

dengan upaya pembelian surat-surat berharga, sementara stance kebijakan moneter

negara berkembang mulai beralih ke kebijakan longgar. Prospek ekonomi yang masih

cukup baik di tengah tingginya tekanan inflasi pada awal tahun mendorong beberapa

bank sentral menaikkan suku bunga. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan krisis

Eropa yang disertai dengan memudarnya momentum pemulihan ekonomi dunia, maka

respons bank sentral dunia beralih ke kebijakan longgar disertai dengan berbagai kebijakan

Grafik 3.4

Kinerja Ekspor Negara Asia

Grafik 3.3

Survei Keyakinan Konsumen di Eropa

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

��������

��������������������������

�������

�����

�����������

��������

������

��������

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

��������������

�����

�����

��������

��������

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

��

��

�������

�����������������

��������������� ����������������

���������

�����

�����

���������

���������

�����

�����������

��������

��

���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ���� ����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

17

Page 28: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

lainnya untuk meredakan gejolak di pasar keuangan terutama pada akhir tahun 2011. Di

samping itu beberapa bank sentral seperti Turki, China, dan Vietnam menurunkan reserve

requirement untuk menjamin tersedianya likuiditas di sistem perbankan. Bank sentral negara

maju seperti AS, Inggris, dan Jepang juga meningkatkan jumlah pembelian surat-surat

berharga (quantitative easing) untuk menjaga suku bunga kredit dan likuiditas di perbankan.

Pemerintah Jepang dan bank sentral Swiss juga secara aktif melakukan intervensi di pasar

mata uang untuk meredam aksi spekulasi yang berakibat pada apresiasi mata uangnya.

Sementara bank sentral di Asia seperti Thailand menurunkan suku bunganya seiring dengan

memburuknya prospek ekonomi dunia dan upaya mendukung pemulihan ekonomi pasca

banjir. Bank sentral Singapura juga menahan apresiasi dolar Singapura untuk mendukung

kinerja ekspor.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh stabil pada triwulan IV 2011 (Tabel

3.1). Motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi berasal dari ekspor dan konsumsi

rumah tangga. Seluruh komponen permintaan diprakirakan tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya kecuali ekspor dan impor. Penguatan keyakinan konsumen yang disertai

dengan tren peningkatan konsumsi pada akhir tahun diperkirakan akan mendorong konsumsi

rumah tangga tumbuh lebih tinggi. Namun, terdapat risiko pertumbuhan konsumsi rumah

tangga yang lebih rendah terkait dengan masih terbatasnya peningkatan daya beli masyarakat

berpenghasilan rendah serta penurunan indeks penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja

saat ini (Survei Konsumen BI November 2011). Sementara itu, realisasi belanja Pemerintah

pada akhir tahun 2011 diprakirakan tumbuh tinggi. Sejalan dengan optimisme pelaku usaha,

pertumbuhan investasi baik di sektor bangunan dan non bangunan diperkirakan terus

berlanjut. Di sisi eksternal, meningkatnya risiko ketidakpastian global yang menurunkan daya

serap negara mitra dagang utama diperkirakan mulai berdampak pada kinerja ekspor yang

pada gilirannya diperkirakan akan menyebabkan melambatnya pertumbuhan impor.

Indikator

Tabel 3.1

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,6 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7

Konsumsi Pemerintah 0,3 2,8 4,5 2,5 6,9 4,5

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,5 7,3 9,4 7,1 7,2 7,7

Ekspor Barang dan Jasa 14,9 12,5 17,5 18,5 17,3 16,5

Impor Barang dan Jasa 17,3 14,4 15,3 14,2 14,1 14,5

PDB 6,1 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5

2010I II III* IV*

20112011*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

18

Page 29: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Untuk keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi tahun 2011 terus mengalami

penguatan ditopang oleh kontribusi kinerja ekspor dan permintaan domestik.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 diprakirakan mencapai sekitar 6,5% (yoy), meningkat

dari 6,1% (yoy) pada tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama disumbang dari

kenaikan ekspor sejalan dengan masih terbatasnya dampak perlambatan ekonomi global

disusul oleh pertumbuhan konsumsi yang didukung oleh membaiknya daya beli dan

penyerapan belanja Pemerintah. Sementara itu, investasi mengalami perlambatan terutama

akibat masih rendahnya dukungan infrastruktur dan ketidakpastian perekonomian global

yang menyebabkan surutnya optimisme pelaku usaha terutama pada paruh kedua tahun

2011. Konsumsi rumah tangga tumbuh relatif stabil didukung oleh keyakinan konsumen

yang terjaga sepanjang tahun, perbaikan kesejahteraan, meningkatnya peran sektor

formal, dan terjaganya daya beli masyarakat menengah atas. Di sisi permintaan eksternal,

kinerja ekspor selama tahun 2011 mengalami peningkatan meskipun pada triwulan akhir

pertumbuhannya melambat akibat risiko dari perekonomian negara tujuan utama ekspor

khususnya Amerika dan Eropa. Dengan permintaan domestik yang kuat serta pertumbuhan

ekspor yang masih tinggi, impor diperkirakan masih tumbuh tinggi namun melambat akibat

menurunnya akselerasi investasi.

Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh sebesar 4,9% (yoy) pada triwulan

IV 2011 dan 4,7% (yoy) untuk keseluruhan tahun 2011. Sampai dengan triwulan

III 2011 konsumsi rumah tangga tumbuh rata-rata 4,6%, relatif stabil dari tahun 2010

namun tetap lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan tahun 2001-2010 sebesar 4,3%.

Menurut komponennya, konsumsi bukan makanan tumbuh sedikit lebih tinggi di atas 5%

dibandingkan dengan konsumsi makanan yang cenderung tumbuh stabil di bawah angka

4%. Selain itu, pertumbuhan konsumsi barang domestik oleh rumah tangga juga didominasi

oleh konsumsi bukan makanan dengan porsi yang terus bertambah mencapai 55,2% pada

triwulan III 2011. Peningkatan keyakinan konsumen dan perbaikan daya beli kelompok

konsumen menengah ke atas yang ditunjukkan oleh indikator meningkatnya suku bunga riil

deposito dan terjaganya profit margin mendukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga

pada triwulan laporan. Dukungan kredit konsumsi riil yang terus meningkat diprakirakan

menambah akselerasi konsumsi rumah tangga. Realisasi penjualan eceran juga meningkat

sejalan dengan impor barang konsumsi yang terus meningkat sampai dengan Oktober 2011.

Namun, terdapat beberapa indikator yang berpotensi menahan pertumbuhan konsumsi

pada triwulan terakhir tahun 2011 yaitu terbatasnya kenaikan upah sektoral buruh dan Nilai

Tukar Petani (NTP), sedikit menurunnya indeks pendapatan saat ini indeks lapangan kerja

saat ini, serta indeks ekspektasi lapangan kerja. Risiko juga mungkin timbul dari perlambatan

penjualan kendaraan bermotor akibat berlanjutnya kendala pasokan.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama tahun 2011 didukung oleh menguatnya

keyakinan konsumen. Berdasarkan Survei Konsumen BI (SK BI), keyakinan konsumen terus

mengalami penguatan sepanjang tahun, bahkan pada Oktober 2011 mencapai level tertinggi

sejak tahun 2009 dengan indeks sebesar 116,1 (Grafik 3.5). Perbaikan optimisme terutama

terjadi pada komponen keyakinan terhadap kondisi ekonomi saat ini, sementara ekspektasi

terhadap perekonomian enam bulan mendatang juga terus meningkat. Peningkatan konsumsi

rumah tangga juga didukung oleh nilai tukar yang terjaga walaupun sedikit melemah pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

19

Page 30: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

akhir triwulan III 2011 sehingga mendorong impor barang konsumsi,

baik makanan maupun non makanan. Akselerasi konsumsi rumah

tangga pada tahun 2011 sejalan dengan masih positifnya indikator

dini konsumsi. Penjualan mobil dan motor pada tahun 2011 masih

tumbuh tinggi sebesar rata-rata 20,68% dan 13,27%. Namun, pada

triwulan II dan awal triwulan IV 2011 penjualan mobil mengalami

perlambatan akibat gangguan pasokan terkait terjadinya bencana

tsunami di Jepang dan banjir besar di Thailand. Sementara penjualan

sepeda motor sempat mengalami perlambatan pada Juli-Agustus

2011 akibat terhambatnya rantai pasokan selama libur hari raya

keagamaan. Di sisi lain, penjualan eceran terus menunjukkan

peningkatan sejak awal tahun terutama disumbang oleh penjualan

bahan makan serta pakaian dan perlengkapan (Grafik 3.6).

Kinerja investasi diprakirakan masih terakselerasi pada

triwulan IV 2011. Akselerasi investasi didukung oleh optimisme

pelaku usaha dimana hasil Survei Keyakinan Dunia Usaha BI (SKDU BI)

memprakirakan nilai investasi terus meningkat pada semester II 2011

(Grafik 3.7). Pertumbuhan investasi ditopang baik oleh pertumbuhan

investasi bangunan maupun non bangunan. Investasi bangunan

diprakirakan tumbuh sejalan dengan indikator penjualan semen

dan impor bahan bangunan yang meningkat pada Oktober 2011

(Grafik 3.8). Sementara investasi non bangunan diprakirakan tumbuh

meningkat merespons tetap tingginya konsumsi rumah tangga dan

masih terbatasnya dampak perlambatan ekonomi global terhadap

kinerja ekspor. Sumber pembiayaan investasi masih didominasi oleh

modal sendiri dan penyisihan laba (65,2%), kredit modal kerja dan

investasi (11,0%), dan pemerintah (8,6%), disamping pasar modal

dan dana asing. Dukungan pendanaan investasi masih baik antara

lain ditunjukkan oleh data realisasi penanaman modal BKPM hingga

triwulan III 2011 yang masih tumbuh cukup tinggi.

Setelah tumbuh tinggi pada tahun 2010 sebesar 8,5% (yoy), pertumbuhan investasi

tahun 2011 diprakirakan sedikit melambat yaitu sebesar 7,7% (yoy). Kinerja investasi

sempat menguat pada triwulan II namun kembali melambat pada triwulan III dan diprakirakan

berlanjut sampai dengan akhir tahun 2011. Sumber pertumbuhan investasi tahun 2011

masih didominasi oleh bangunan yang disusul oleh mesin, alat angkut, dan lainnya. Apabila

dilihat dari komponennya, investasi bangunan tumbuh stabil namun masih di bawah rata-rata

pertumbuhan tahun 2001-2010. Pertumbuhan mesin meskipun melambat namun masih

tercatat tinggi melampaui rata-rata historisnya. Sedangkan investasi alat angkut mengalami

dinamika perlambatan pada triwulan I dan III dibandingkan dengan historisnya. Sementara

itu, kinerja positif konsumsi dan ekspor hingga triwulan III 2011 mendorong kenaikan

kapasitas terpakai dan selanjutnya pertumbuhan investasi. Selain itu, apresiasi nilai tukar

yang terjadi hampir sepanjang tahun juga turut mendukung naiknya impor barang modal

guna menambah kapasitas produksi.

Grafik 3.5

Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI

Grafik 3.6

Indeks Penjualan Eceran

��

��

��

��

���

���

���

���

���

�������

����������

����������

�������������������������������������

����������������������� ��������������������������� �������������������������

� � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � ��������� ���� ����

���

���

��

��

��

��

��

���

���

��

��

��

��

���

���

���

� � � � � �� � � � � � �� � � � � ����� ���� ����

����������������������������������������������������������������

�����������������������������������������������

����� �����

������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

20

Page 31: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Secara tahunan, konsumsi pemerintah selama tahun 2011

tumbuh lebih baik namun realisasi investasi pemerintah

tumbuh lebih rendah. Realisasi belanja pemerintah sampai

dengan Oktober 2011 relatif sama dengan periode yang sama tahun

sebelumnya yaitu sebesar 68% dari anggaran. Demikian pula realisasi

belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah juga tercatat relatif

stabil yaitu sebesar 67,7% dan 76,6% dari budgetnya. Komponen

konsumsi pemerintah direalisasikan dengan baik antara lain belanja

pegawai (79,8% dari budget), subsidi (77,7% dari budget) dan

pembayaran bunga (73,7% dari budget). Serapan belanja barang

tercatat masih lebih rendah yaitu hanya mencapai 50,9% dari budget.

Realisasi investasi pemerintah juga masih sangat rendah terindikasi

dari serapan belanja modal yang baru mencapai 38,4% hingga

Oktober 2011, lebih rendah dari daya serap anggaran periode sama

tahun lalu (58,3%).

Seiring dengan meluasnya dampak perlambatan perekonomian

global, kinerja ekspor pada triwulan IV 2011 berpotensi

tumbuh melambat. Hal tersebut diindikasikan oleh realisasi volume

perdagangan dunia hingga triwulan III 2011 yang terkoreksi turun

dan pada akhir tahun 2011 berpotensi bias ke bawah dari perkiraan

sebelumnya. Memasuki akhir tahun, dampak rambatan krisis

ekonomi Amerika dan Eropa pada kinerja ekspor diprakirakan masih

terbatas namun potensi meluasnya dampak moderasi perekonomian

tersebut dapat menekan pertumbuhan ekspor pada triwulan IV 2011.

Jika dilihat dari komponennya, pertumbuhan ekspor non migas

diprakirakan melambat sejalan dengan perlambatan ekspor industri

pada awal triwulan IV 2011 terutama pada komoditas CPO, tekstil,

dan produk kimia (Grafik 3.10). Sementara ekspor pertambangan

dan pertanian meningkat didukung oleh masih tingginya permintaan

ekspor batubara dan udang. Di sisi lain, kontraksi ekspor migas

akibat lifting minyak yang masih belum mencapai target karena

faktor penyusutan produksi tambang lama dan gangguan produksi

diperkirakan masih berlanjut sampai dengan akhir tahun. Pada tahun

2011, kinerja ekspor diprakirakan tumbuh menguat sebesar 16,5%

melebihi tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 14,9% ditopang

oleh ekspor komoditas primer dan diversifikasi pasar ekspor ke negara

emerging countries.

Seiring dengan peningkatan konsumsi dan pulihnya

perekonomian Jepang, impor pada triwulan IV 2011 berpotensi

tumbuh meningkat. Kinerja impor masih tumbuh pada level

yang tinggi sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik.

Berdasarkan kelompok penggunaannya, impor bahan baku hingga

Grafik 3.8

Investasi Bangunan & Indikator

Grafik 3.7

Nilai Investasi (SKDU BI)

�����

����� �����

����������

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��� ���� ��� ���� ��� ���� ��� ���� ��� ��������� ���� ���� ���� ����

������������������������������

�������������������������������������

������

������

������

����

�����

�����

�����

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

����������������������

�����������������������������������

�������������������

���������������������

������������������������

���������������������������������������

����� �����

���������������������������������������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ������� ���� ����

Grafik 3.9

Ekspor Riil Migas & Non Migas

���

���

���

��

��

��

��

���

���

��

��

���

� � � � � ������ ���� ���� ����

����� ������������� ���������������

�����

��

���

� � � � � �� � � � � � �� � � � � �

�����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

21

Page 32: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

awal triwulan IV 2011 mencatat kenaikan tertinggi diikuti oleh

barang konsumsi. Kenaikan tersebut terutama pada bahan baku

untuk industri seperti bahan baku peralatan telekomunikasi serta

kendaraan penumpang. Peningkatan pertumbuhan komoditas-

komoditas tersebut terkait dengan masih kuatnya permintaan

domestik dan berangsur membaiknya kemampuan Jepang dalam

memproduksi komoditas alat angkut. Hal itu tercermin dari

pertumbuhan rata-rata nilai impor dari Jepang memasuki triwulan

akhir tahun 2011 yang tercatat meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Selain itu, meski bergerak moderat namun

berlanjutnya penguatan nilai tukar juga memberi dorongan pada

aktivitas impor. Untuk keseluruhan tahun 2011, impor masih tumbuh

pada level yang tinggi yaitu sebesar 14,5% namun lebih rendah dari

tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 17,3%.

Operasi Keuangan Pemerintah

Realisasi APBN sampai dengan Oktober 2011 masih mencatat

surplus sebesar Rp4,8 triliun atau 0,1% dari PDB. Surplus tersebut

berasal dari penerimaan negara yang telah mencapai 76,8% dari

target APBNP 2011, sedangkan penyerapan belanja baru terealisasi

sebesar 67,7% dari target APBNP 2011. Kondisi tersebut sedikit

lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun 2010 yang juga mengalami surplus sebesar Rp21,4 triliun,

atau 0,3% dari PDB.

Membaiknya kondisi perekonomian domestik yang didukung

dengan penerapan beberapa kebijakan perpajakan serta

kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) berdampak

pada meningkatnya kinerja penerimaan negara. Dari sektor

perpajakan, sebagian besar komponen penerimaan mencatat

perbaikan. Dua sumber utama perpajakan, yaitu PPh dan PPN mengalami peningkatan kinerja

sejalan dengan membaiknya tingkat pendapatan masyarakat dan kenaikan harga rata-rata

ICP (Indonesia Crude Price)1. Selain itu, beberapa penerapan kebijakan perpajakan untuk

melanjutkan penggalian potensi perpajakan melalui program intensifikasi2 dan program

ekstensifikasi3 turut mendorong peningkatan kinerja penerimaan pajak. Peningkatan juga

terjadi pada pajak perdagangan internasional, yaitu Bea Masuk dan Bea Keluar seiring

dengan kenaikan realisasi impor dan kenaikan tarif bea keluar. Di sektor Cukai, kebijakan

untuk meningkatkan penerimaan dilakukan melalui kenaikan tarif cukai tembakau rata-rata

sebesar 5% sejak Januari 2011. Dari sektor nonpajak, kenaikan harga ICP mampu mendorong

1 Harga rata-rata ICP s.d. Oktober 2011 mencapai US$111,5/barel, lebih tinggi dari harga rata-rata ICP selama Januari-Oktober 2010 sebesar US$77,6/barel

2 program intensifikasi yang utamanya melakukan pemantapan dan penambahan profil wajib pajak (WP)3 program ekstensifikasi yang diprioritaskan untuk meningkatkan jumlah WP orang pribadi khususnya berbasis profesi, pemberi kerja,

feeding dari 1000 WP besar dan WPOPPT.

Grafik 3.10Ekspor Nonmigas

Grafik 3.11

Impor Riil Migas dan Non-Migas

��� ��

�����

�����

�����

����

���

���

����

�� ��

����

����

����

�����

�����

���

����

�� ��

����

����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ������� ���� ����

����������������� ������������ ������������ ������

���� ����

���

���

���

��

��

��

���

��

����

���

��

���

���

� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� ����� ���� ���� ����

� � �

����� ������������� ���������������

����� �����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

22

Page 33: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

peningkatan penerimaan SDA Migas terlepas dari lifting minyak yang menurun 4. Kenaikan

juga terjadi pada penerimaan Bagian Laba BUMN yang disebabkan oleh peningkatan laba

sejumlah perusahaan milik negara.

Di sisi lain, realisasi belanja barang, belanja modal, belanja lain dan bantuan

sosial mengalami perlambatan dibandingkan dengan realisasi 2 tahun terakhir.

Penyerapan belanja K/L sampai dengan Oktober 2011 tercatat masih rendah sehingga belanja

Pemerintah Pusat selama tahun 2011 diperkirakan hanya mencapai 95,0% dari APBNP.

Berbagai permasalahan administratif seperti proses lelang atau tender yang cukup panjang

dan penetapan APBNP yang relatif terlambat menjadi penghambat penyerapan belanja K/L.

Upaya untuk mempercepat pengadaan barang dan jasa sudah dilakukan oleh Pemerintah

melalui Perpres nomor 54 tahun 2010, namun hingga kini belum menunjukkan hasil yang

signifikan. Sementara itu APBNP, yang mengakomodir tambahan anggaran diantaranya untuk

program reward dan punishment belanja K/L dan untuk menampung berbagai program

atau kegiatan yang menjadi prioritas, baru disahkan pada 10 Agustus 2011 sehingga waktu

pencairan yang tersedia sangat terbatas. Sebaliknya beban fiskal dalam bentuk subsidi justru

meningkat signifikan, dan berpotensi melebihi pagu anggarannya di akhir tahun 2011,

terutama disebabkan oleh meningkatnya harga ICP dan adanya potensi volume konsumsi

BBM bersubsidi yang lebih tinggi dari alokasinya akibat kebijakan pembatasan BBM bersubsidi

bagi kendaraan pribadi yang tidak jadi dilakukan 5.

Sementara itu, pembiayaan fiskal melalui penerbitan SBN mampu mencapai targetnya

didukung oleh perekonomian domestik yang kondusif. Terjaganya risiko di pasar domestik

yang tercermin dari stabilnya nilai tukar Rupiah, rendahnya tingkat inflasi, meningkatnya

pertumbuhan ekonomi, serta relatif tingginya imbal hasil obligasi pemerintah berdampak

positif pada pembiayaan fiskal baik dari sisi volume maupun biaya. Di sisi volume, Pemerintah

memperoleh pembiayaan dari penerbitan SBN sekitar Rp204,5 triliun, atau 96,8% dari target

APBNP sampai dengan November 2011. Di sisi biaya, yield SBN mengalami tren penurunan

yang cukup signifikan sepanjang tahun 2011.

Penawaran Agregat

Kinerja sektoral pada triwulan IV 2011 diprakirakan masih kuat yang didorong

oleh permintaan domestik yang masih baik dan relatif masih terbatasnya dampak

perlambatan perekonomian AS dan Eropa (Tabel 3.2). Kinerja sektor tradables

diprakirakan masih tumbuh cukup tinggi terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan.

Kinerja sektor nontradables juga diperkirakan tetap tumbuh tinggi, utamanya ditopang

oleh kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), sektor keuangan, persewaan,

jasa, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Namun, sejumlah risiko di beberapa sektor

dapat menghambat kinerja sektoral. Risiko tersebut diantaranya terlambatnya musim hujan

yang berpengaruh pada kinerja sektor pertanian, planned shutdown beberapa lapangan

4 Realisasi lifting minyak di tahun 2011 hanya mencapai 889,6 ribu barel/hari (periode s.d September 2011), atau menurun dari tahun 2010 yang mencapai 947,4 ribu barel/hari.

5 Dalam APBNP 2011, volume konsumsi BBM bersubsidi ditetapkan 40,5 juta kilo liter, lebih tinggi dibandingkan dengan asumsi yang digunakan dalam APBN 2011 sebesar 38,6 juta kilo liter. Tambahan tersebut diperhitungkan dengan asumsi sudah dilaksanakannya kebijakan pembatasan BBM bersubsidi bagi kendaraan pribadi

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

23

Page 34: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

gas dan menurunnya produksi emas dan tembaga akibat pemogokan di Freeport pada

sektor pertambangan, gangguan pasokan komponen mobil akibat banjir di Thailand yang

berpengaruh terhadap kinerja sektor industri pengolahan, kebijakan pembatasan penumpang

kereta api pada subsektor angkutan rel, dan pada subsektor komunikasi terkait dihentikannya

layanan content provider. Di sisi lain, penyelenggaraan SEA Games pada November 2011 di

Jakarta dan Palembang berkontribusi positif pada sektor PHR. Secara umum, pertumbuhan

PDB sektoral tahun 2011 membaik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Hal tersebut didukung oleh aktivitas domestik yang membaik dan relatif masih terbatasnya

dampak perlambatan perekonomian dunia.

Sektor pertanian pada triwulan IV 2011 diprakirakan tumbuh melambat dari triwulan

sebelumnya. Melambatnya kinerja sektor pertanian utamanya disebabkan oleh menurunnya

kinerja subsektor tabama meskipun kinerja subsektor perkebunan dan perikanan masih baik.

Pada subsektor tabama, produksi padi tahun 2011 berdasarkan Angka Ramalan (ARAM)

III 2011 BPS diprakirakan menurun sebesar 1,63% (yoy) yang disebabkan oleh penurunan

luas lahan dan produktivitas. Sementara itu, kinerja subsektor perkebunan utamanya kelapa

sawit terindikasi meningkat kembali pada September 2011. Kinerja subsektor perikanan

diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2011 didukung oleh cuaca yang normal serta

dijalankannya program minapolitan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dari sisi ekspor,

kinerja subsektor perikanan masih menunjukkan pertumbuhan yang tinggi hingga September

2011. Jika dibandingkan secara tahunan, pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2011

sedikit membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut terutama didukung

oleh membaiknya subsektor perkebunan dan perikanan seiring dengan kondisi cuaca yang

cenderung normal.

Sektor pertambangan pada triwulan IV 2011 diprakirakan tumbuh lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya kinerja sektor

pertambangan terutama disebabkan oleh kinerja lifting migas yang masih dibawah target

meskipun kinerja pertambangan nonmigas (batu bara) membaik. Kinerja lifting migas yang

Indikator

Tabel 3.2

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 2,9 3,7 3,9 2,7 2,0 3,1

Pertambangan & Penggalian 3,5 4,2 0,8 0,3 0,4 1,4

Industri Pengolahan 4,5 5,0 6,1 6,6 6,4 6,1

Listrik, Gas & Air Bersih 5,3 4,3 3,9 5,2 5,1 4,6

Bangunan 7,0 5,3 7,6 6,4 6,5 6,4

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,7 8,0 9,6 10,1 9,9 9,4

Pengangkutan & Komunikasi 13,5 13,7 10,7 9,5 10,2 10,9

Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 7,3 6,9 7,0 7,0 7,0

Jasa-jasa 6,0 7,0 5,7 7,8 7,0 6,9

PDB 6,1 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5

2010I II III* IV*

20112011*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

24

Page 35: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

menurun disebabkan oleh faktor penyusutan produksi tambang lama dan gangguan produksi.

Selain itu, terdapat planned shutdown pada beberapa lapangan gas. Di sisi lain, kinerja

subsektor nonmigas, khususnya batubara, masih tumbuh tinggi didukung oleh kondisi cuaca

yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, pemogokan karyawan yang

terjadi di PT.Freeport berpotensi menurunkan produksi tembaga dan emas.

Sektor industri pengolahan pada triwulan IV 2011 diprakirakan membaik

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut

terutama didukung oleh subsektor semen yang tumbuh tinggi, subsektor makanan dan

minuman serta subsektor tekstil dan logam yang tumbuh di atas rata-ratanya. Masih

tingginya pertumbuhan subsektor semen terkait aktivitas konstruksi yang meningkat,

sementara subsektor makanan dan minuman terkait dengan potensi membaiknya produksi

CPO. Namun, terdapat risiko pada produksi mobil dan produk elektronik akibat gangguan

pasokan komponen dari Thailand sehubungan dengan bencana banjir yang terjadi di

negara tersebut. Jika dibandingkan dengan tahun 2010, sektor industri pengolahan tumbuh

meningkat. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan subsektor

alat angkut, mesin dan peralatannya, subsektor makanan dan minuman, serta subsektor

tekstil. Meningkatnya pertumbuhan pada subsektor tersebut terkait dengan masih baiknya

aktivitas domestik dan permintaan ekspor yang belum terlalu terpengaruh oleh melambatnya

perekonomian AS dan Eropa.

Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) pada triwulan IV 2011

diprakirakan tumbuh tinggi sesuai prakiraan. Hal tersebut terkait dengan masih tingginya

pertumbuhan sektor tradables, aktivitas domestik yang masih baik, serta masih terjaganya

impor. Masih baiknya aktivitas domestik tercermin dari indeks penjualan eceran yang tumbuh

tinggi hingga September 2011. Di samping itu, tingkat hunian hotel dan jumlah wisatawan

mancanegara juga menunjukkan kinerja yang relatif stabil hingga September 2011.

Penyelenggaraan SEA Games pada November 2011 di Jakarta dan Palembang diprakirakan

turut meningkatkan kegiatan di subsektor hotel dan restoran.

Kinerja sektor bangunan pada triwulan IV 2011 diprakirakan tumbuh sesuai dengan

prakiraan. Masih tingginya kinerja sektor bangunan sejalan dengan investasi yang masih

tumbuh tinggi dan meningkatnya aktivitas konstruksi. Hal tersebut tercermin dari stabilnya

indikator penjualan semen, impor bahan bangunan, dan penjualan alat berat untuk

kegiatan konstruksi pada Oktober 2011. Selain itu, pembangunan fasilitas untuk SEA Games

diperkirakan dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja sektor ini.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV 2011 diprakirakan masih

tumbuh tinggi meski melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kinerja pertumbuhan sektor ini masih ditopang oleh masih tingginya pertumbuhan subsektor

pengangkutan dan subsektor komunikasi meskipun termoderasi lebih cepat. Pertumbuhan

penumpang angkutan udara hingga Oktober 2011 dalam tren melambat meskipun masih

tumbuh tinggi. Pada subsektor komunikasi, pertumbuhan yang masih tinggi berasal dari bisnis

internet dan komunikasi data, sementara untuk penggunaan komunikasi seluler (suara dan

sms) diperkirakan akan relatif terbatas. Hal tersebut terindikasi dari pertumbuhan penggunaan

internet yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan komunikasi seluler.

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

25

Page 36: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Pertumbuhan komunikasi data/internet yang tinggi tersebut dapat

menahan penurunan kinerja subsektor komunikasi akibat semakin

terbatasnya pertumbuhan jumlah pelanggan seluler.

Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan IV 2011

diprakirakan masih tetap tinggi sejalan dengan prakiraan

pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk keseluruhan tahun 2011,

pertumbuhan ekonomi hampir di seluruh kawasan diprakirakan

lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 kecuali Kawasan

Timur Indonesia (KTI) yang mengalami sedikit perlambatan terkait

penurunan produksi migas (Kalimatan) dan tembaga (Balnustra).

Inflasi di sebagian besar daerah hingga akhir tahun diprakirakan masih

cenderung menurun. Namun, prospek ekonomi daerah ke depan

dibayangi oleh risiko penurunan kinerja ekspor akibat perlambatan ekonomi dunia (Grafik

3.12). Kekhawatiran terhadap penurunan permintaan ekspor akibat melemahnya ekonomi

negara-negara maju mulai dirasakan oleh beberapa pelaku usaha di daerah terutama untuk

pesanan barang tahun 2012. Sejauh ini pelaku usaha tetap optimis ekspor dapat mencapai

target hingga akhir tahun 2011.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Tekanan eksternal terus berlanjut pada triwulan IV 2011 sejalan dengan

ketidakpastian krisis yang terjadi di Eropa. Neraca transaksi modal dan finansial (TMF)

diprakirakan masih mengalami defisit pada triwulan laporan akibat masih berlangsungnya

aliran keluar dana asing jangka pendek meskipun tidak sebesar triwulan sebelumnya. Di sisi

lain, aliran masuk dana asing jangka panjang (Foreign Direct Investment – FDI) masih lebih

besar sejalan dengan fundamental ekonomi domestik yang kuat sehingga menjadi salah

satu faktor positif yang menopang kinerja neraca TMF. Sementara itu, neraca transaksi

berjalan (TB) pada triwulan laporan juga diprakirakan akan mencatat defisit akibat akselerasi

impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju ekspor seiring dengan menguatnya

perekonomian domestik.

Kinerja neraca transaksi berjalan diprakirakan akan mencatat defisit. Tekanan

impor berangsur melambat namun akselerasinya masih melebihi laju pertumbuhan ekspor.

Meningkatnya impor sejalan dengan kegiatan ekonomi yang masih kuat sehingga mendorong

impor non migas meningkat. Sementara itu, kinerja di sektor minyak membaik yang tercermin

dari defisit yang lebih rendah pada neraca migas. Neraca jasa dan neraca pendapatan

diprakirakan mengalami defisit sehingga turut menyebabkan memburuknya kinerja neraca

TB. Neraca jasa turut berkontribusi pada defisit akibat peningkatan pembayaran jasa freight

sejalan dengan kegiatan impor yang tinggi dan banyaknya wisatawan domestik yang

melakukan perjalanan ke luar negeri. Sementara besarnya pembayaran transfer pendapatan

dan imbal hasil investasi menyebabkan defisit pada neraca pendapatan.

Grafik 3.12

Volume Ekspor Manufaktur Jawa dan Jakarta

����

����

����

��

��

��

��������

��������������������������������������������������

������� ����

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � ����� ���� ���� ����

������������������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

26

Page 37: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan masih

mencatat defisit pada triwulan IV 2011 meskipun diperkirakan

tidak sebesar triwulan lalu. Defisitnya kinerja neraca TMF

dipengaruhi oleh aliran keluar dana asing jangka pendek. Selain itu,

defisit TMF juga turut dipengaruhi oleh kelompok investasi lainnya

terutama akibat besarnya penempatan dana di luar negeri oleh

bank. Aliran keluar dana pada trade credit juga tercatat cukup besar

sejalan dengan meningkatnya pembiayaan untuk kegiatan impor.

Dari sisi pembiayaan kegiatan ekonomi, baik sektor publik maupun

sektor swasta mencatat penarikan utang luar negeri yang lebih

besar pada triwulan laporan dimana hal ini akan berdampak positif

bagi perekonomian. Sementara itu, kondisi fundamental ekonomi

yang tetap kondusif menopang aliran FDI. Besarnya aliran FDI pada

triwulan IV diprakirakan dapat memperbaiki struktur aliran modal

yang selama ini didominasi oleh aliran modal asing jangka pendek.

Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif dan ekspektasi

membaiknya iklim investasi menyebabkan arus modal jangka panjang

diperkirakan tetap tinggi.

NILAI TUKAR RUPIAH

Seiring dengan meningkatnya risiko berlanjutnya perlambatan

ekonomi dunia, rupiah mengalami tekanan depresiasi selama

triwulan IV 2011. Berbagai sentimen negatif selama triwulan

laporan sempat menurunkan minat investor global terhadap pasar

keuangan emerging markets. Secara rata-rata, rupiah melemah

3,74% (qtq) ke level Rp8.933 per dolar AS (Grafik 3.13) sementara

secara point-to-point rupiah mencatatkan depresiasi sebesar 3,51%

(qtq) dan ditutup pada level Rp9.110 per dolar AS. Secara keseluruhan

tahun 2011, nilai tukar rupiah secara rata-rata mengalami apresiasi

sebesar 3,87% (ytd) ke level Rp8.742 dari Rp9.080 per dolar AS

pada akhir tahun sebelumnya. Namun, secara point-to-point rupiah

ditutup pada level Rp9.110 per dolar AS atau terdepresiasi sebesar

1,10% dari level akhir tahun 2010 yang tercatat sebesar Rp9.010

per dolar AS. Pelemahan tersebut relatif sejalan dengan pergerakan

nilai tukar kawasan yang secara rata-rata juga terkoreksi, kecuali

Yen Jepang. Di sisi lain, walaupun rupiah mengalami tekanan,

namun volatiliasnya menurun. Kebijakan stabilisasi yang dilakukan

BI mampu meredam volatilitas pergerakan rupiah. Rata-rata volatilitas

rupiah tercatat turun menjadi 0,46% di triwulan IV 2011 dari 0,49%

di triwulan sebelumnya (Grafik 3.14).

Dengan imbal hasil rupiah masih lebih kompetitif dibandingkan

dengan negara kawasan, diperkirakan minat investor terhadap

Grafik 3.15

Perbandingan UIP Beberapa Negara

Grafik 3.13

Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah

Grafik 3.14

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

�������������

������

������

������

������

������

�����

�����

�����

�����

����� �����

������

������

�����

�����

����������

�����

�����

������

�����

���������������

�����������������

����

���

����

��

����

���

����

����

��

������

����

���

����

��

����

���

����

����

��

������

����

���

����

��

����

���

����

����

��

������

����

���

����

��

����

���

����

����

��

������

������

������

������

������

������

������

�����

�����

�����

�����

������

�����������

�����������������

���������������������

���

����

��

���

���

�����

���

���

����

��

���

���

�����

���

���

����

��

���

���

�����

���

���

����

��

���

���

�����

���

���

�����

���

���

���

���

���

����

���������

�����������������

�����

�������

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

27

Page 38: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

aset rupiah tetap tinggi. Indikator imbal hasil investasi di aset

rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan

luar negeri (UIP – Uncovered Interest Party) relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional Asia

(Grafik 3.15). Bahkan jika memperhitungkan premi risiko, daya tarik

investasi dalam rupiah pun tetap tinggi. Pada akhir November, faktor

risiko di mayoritas negara kawasan sedikit mereda seiring dengan

rencana penanganan krisis oleh Uni Eropa sebagaimana tercermin

dari penurunan yield yang akhirnya mendorong peningkatan CIP

(Covered Interest Parity) kawasan (Grafik 3.16).

Ketidakpastian penanganan krisis utang di kawasan Eropa

serta adanya indikasi melemahnya perekonomian negara maju

selama triwulan IV 2011 memberikan dampak tidak langsung

pada pasar keuangan domestik. Hal tersebut pada gilirannya

akan memengaruhi pergerakan rupiah. Akumulasi sentimen negatif

di pasar keuangan global memicu investor menarik penempatan

dananya di aset emerging markets (portfolio rebalancing) dan beralih

ke aset-aset aman berdenominasi dolar AS dan emas. Rencana

kebijakan stimulus lanjutan oleh The Fed yang merupakan sinyal

positif ternyata belum mampu mendongkrak kepercayaan pasar.

Risiko yang masih tinggi tercermin dari indeks MSCI World dan VIX

yang bertahan di posisi tinggi meski telah menunjukkan penurunan

(Grafik 3.17). Sementara itu, sampai dengan November 2011

cadangan devisa tercatat sebesar 111,3 miliar dolar AS atau setara

dengan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.

INFLASI

Inflasi IHK pada November 2011 meningkat dibandingkan

dengan bulan sebelumnya, namun secara tahunan tekanan

inflasi masih berada pada tren yang menurun. Inflasi IHK tercatat

sebesar 0,34% (mtm) atau 4,15% (yoy), setelah bulan sebelumnya

mengalami deflasi sebesar -0,12% (mtm) atau 4,42% (yoy) (Grafik

3.18). Sumber tekanan inflasi pada bulan laporan berasal dari

kelompok volatile food terkait dengan pola musiman paceklik dan

masuknya musim penghujan. Kenaikan inflasi volatile food terutama

masih terjadi di Jawa dan Jakarta antara lain karena inflasi beras yang

lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain. Namun tingginya

impor pangan, termasuk impor beras, turut meredam akselerasi

kenaikan harga pada bulan laporan. Tekanan inflasi inti masih cukup

moderat ditopang oleh kondisi permintaan-penawaran domestik

Grafik 3.16

Perbandingan CIP Beberapa Negara

Grafik 3.17

Indeks Risiko Global (VIX, MSCI World)

��������� ���������

�������� �����

����

���

���

���

���

����

����

������� ��� ��� ������ ���

����

��� ��� ��� ������ ���

����

��� ��� ��� ������ ���

����

��� ��� ��� ������ ���

����

��� ��� ��� ������

����

��

��

��

��

��

�������

����������� �����������������

�����

����

����

�����

����

����

����

�������������������������������

���

��

��

��

����

����

����

�����

���

����

�����

���

����

�����

���

����

�����

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��

Grafik 3.18

Perkembangan Inflasi

����

����

����

���

��

��

��

������������������������������ ���� ���� ����

�������

���������������������������������

�������������������������� �������������������������� �������������������������� �����������������������

����

����

�����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

28

Page 39: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

yang masih kondusif dan ekspektasi yang kian membaik, walaupun

terdapat tekanan eksternal yang terutama bersumber dari kenaikan

harga emas dan melemahnya nilai tukar. Sementara itu, tekanan

inflasi dari kelompok administered prices relatif rendah karena tidak

adanya kebijakan pemerintah menyangkut harga di sepanjang bulan

laporan. Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi tahun kalender

mencapai 3,20% (ytd).

Disagresi Inflasi

Tekanan inflasi inti pada November 2011 masih cukup moderat

seiring dengan kondusifnya kondisi domestik dan ekspektasi

inflasi yang terus membaik. Inflasi inti pada November mencapai

0,31% (mtm) atau 4,44% (yoy) (Grafik 3.19). Tekanan inflasi pada

bulan November dipengaruhi oleh perkembangan faktor eksternal

yang sedikit mengalami peningkatan, meskipun masih terbatas pada

kenaikan harga emas (Grafik 3.20). Kenaikan harga emas tersebut

tidak terlepas dari ketidakpastian ekonomi global yang menyebabkan

investor membeli emas sebagai aset alternatif. Respons kenaikan

harga emas domestik ditengarai juga disebabkan oleh depresiasi

nilai tukar yang telah berlangsung dalam tiga bulan terakhir. Harga

emas global pada November naik sebesar 4,1% (mtm), sementara

harga emas domestik naik sebesar 5,1% (mtm) sehingga memberikan

sumbangan inflasi sebesar 0,10%. Sementara itu, sisi penawaran

diperkirakan masih memadai dalam merespons sisi permintaan.

Salah satu indikator respons sisi penawaran tercermin dari kapasitas

utilisasi industri manufaktur yang masih berada dalam level moderat

yaitu dibawah 75%.

Ekspektasi inflasi berada dalam tren yang membaik. Hal tersebut

tercermin dari hasil survei Consensus Forecast bulan November

2011 yang menunjukkan ekspektasi inflasi tahun 2011 dan 2012

menurun dari 5,50% menjadi 5,40% di tahun 2011 dan 5,70%

menjadi 5,30% di tahun berikutnya (Grafik 3.21). Membaiknya

ekspektasi inflasi juga terlihat di pasar keuangan. Berbeda dengan

hal tersebut, ekspektasi inflasi di tingkat pedagang menunjukkan

sedikit peningkatan (Grafik 3.22).

Setelah mengalami deflasi selama 2 bulan terakhir, kelompok

volatile food mulai kembali memberikan tekanan inflasi

seiring dengan kenaikan harga yang signifikan terutama pada

komoditas beras dan cabai merah. Kelompok volatile food pada

November mencatat inflasi sebesar 0,72% (mtm) atau 4,76% (yoy).

Kendati pada akhir tahun produksi domestik beberapa komoditas

Grafik 3.21

Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast

Grafik 3.19

Inflasi Inti

Grafik 3.20

Inflasi Inti dan Inti kecuali Emas

��

��

��

��������

������������������������������������������������������������������

� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � ����� ���� ���� ����

��

����������������

����

����

���

���

���

���

���

���

���

�������������

����������������������������������������������������

������

������

�����

����

�������

��

�����

����

�������

��

�����

����

�������

��

�����

���

���

���

���

���

��������������������������

��������������������������

� � � � � � � � �

������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��������

��������

�������� ����

�������� ����

����

����

�� �� ��

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

29

Page 40: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

pangan utama mengalami penurunan, dukungan impor untuk

komoditas pangan secara umum membantu menahan tekanan harga

pangan lebih lanjut. Selain itu, pola musiman perayaan hari raya Idul

Adha pada bulan laporan relatif minimal memberikan dampak pada

inflasi volatile food. Sesuai pola musimannya, komoditas pangan

utama yaitu beras memasuki musim paceklik sehingga terjadi

penurunan produksi dan pada gilirannya mendorong kenaikan harga.

Selain penurunan produksi akibat faktor musiman, produksi untuk

keseluruhan tahun juga diperkirakan turun 1,63% dibandingkan

dengan tahun sebelumnya (ARAM III BPS). Pada bulan November,

beras mencatatkan kenaikan harga 13,34% (yoy) atau memberikan

sumbangan inflasi sebesar 0,06% (mtm). Selain itu, musim penghujan

juga menurunkan produksi tanaman pangan yang rentan terhadap

cuaca seperti cabai. Komoditas cabai merah memberikan sumbangan

tertinggi dari kelompok volatile food yakni sebesar 0,09% (mtm). Di

sisi lain, beberapa komoditas bumbu terutama bawang merah dan

bawang putih masih terus mengalami penurunan harga sehingga

dapat menahan tekanan inflasi kelompok volatile food. Pasokan yang

melimpah baik bersumber dari panen di daerah sentra dan impor

berdampak pada berlanjutnya penurunan harga. Bawang merah

dan bawang putih memberikan dampak deflasi masing-masing

sebesar 0,01%.

Kelompok administered prices mencatat inflasi yang rendah

dan menurun sejalan dengan tidak adanya kebijakan

administered prices strategis. Inflasi administered prices tercatat

sebesar 0,15% (mtm) atau 2,83% (yoy), stabil dibandingkan

dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,16% (mtm) dan 2,91%

(yoy). Sumbangan inflasi utama kelompok ini utamanya berasal

dari komoditas rokok kretek dan bahan bakar rumah tangga yang

masing-masing memberikan sumbangan minimal sebesar 0,01%.

Sumbangan inflasi dari komoditas rokok tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan rata-rata historisnya yaitu sekitar 0,03%.

PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN

Suku Bunga

Suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) bergerak pada

level yang rendah selama tahun 2011. Rata-rata suku bunga

PUAB O/N tercatat lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya yaitu sebesar 5,77% (Grafik 3.24). Kondisi tersebut

sejalan dengan derasnya aliran modal yang masuk ke Indonesia

serta ekspansi keuangan Pemerintah selama tahun 2011 yang

menyebabkan berlimpahnya likuiditas di perbankan. Rendahnya

Grafik 3.22

Ekspektasi Inflasi Pedagang

Grafik 3.23

Ekspektasi Inflasi Konsumen

Grafik 3.24

Suku Bunga PUAB O/N & Instr. Moneter

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�����������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������ ������

� � � � � � � �� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��� ��

������ ������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

� � � � � � ��� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

���������������� ������� ��������� ������������ ������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

30

Page 41: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

suku bunga PUAB O/N juga diikuti oleh suku bunga PUAB dengan

tenor yang lebih panjang (Grafik 3.25). Rata-rata suku bunga PUAB

bertenor lebih panjang dari O/N selama tahun 2011 tercatat hanya

berada pada kisaran 5,87% – 7,95%. Meskipun demikian, rata-rata

spread suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah di 2011 tidak

berubah dari rata-rata tahun sebelumnya sebesar 24 bps.

Selama tahun 2011, suku bunga perbankan terus mengalami

penurunan Suku bunga kredit tercatat secara kontinyu mengalami

penurunan sejak awal tahun, sedangkan suku bunga deposito

bergerak relatif stabil (Grafik 3.26). Sampai dengan bulan Oktober

2011, suku bunga kredit modal kerja (KMK) menurun sebesar 47

bps, suku bunga kredit investasi (KI) menurun sebesar 26 bps, dan

suku bunga kredit konsumsi (KK) menurun sebesar 32 bps (Grafik

3.27). Penurunan berbagai suku bunga kredit tersebut jauh lebih

besar dari penurunan suku bunga deposito 1 bulan sebagai biaya

dana utama bank, yaitu hanya sebesar 8 bps.

Spread atau selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga

deposito pada tahun 2011 masih tercatat relatif lebar. Rata-rata

spread suku bunga kredit terhadap suku bunga deposito 1 bulan

selama tahun 2011 mencapai 6,23%, menurun dari rata-rata spread

tahun sebelumnya sebesar 6,85%. Dalam perkembangan terakhir,

spread suku bunga kredit terhadap suku bunga deposito 1 bulan di

akhir 2011 masih cenderung menurun. Masih lebarnya spread suku

bunga kredit terhadap suku bunga deposito tersebut mencerminkan

potensi penurunan suku bunga kredit di waktu mendatang masih

cukup besar sehingga diharapkan dapat memberikan dorongan

positif bagi pertumbuhan ekonomi pada tahun berikutnya.

Jika dilihat berdasarkan kelompok bank, sepanjang tahun

2011 penurunan suku bunga deposito 1 bulan6 yang terbesar

dilakukan oleh kelompok bank asing dan campuran yakni

sebanyak 230 bps. Sementara itu, kelompok BPD dan bank persero

masing-masing menurunkan suku bunga deposito 1 bulannya sebesar

56 dan 2 bps. Di sisi lain, kelompok bank swasta justru meningkatkan

suku bunga deposito 1 bulannya sebesar 6 bps. Di sisi suku bunga

kredit, kelompok bank asing dan campuran juga merupakan

kelompok bank yang paling agresif menurunkan suku bunga

KMK, KI dan KK-nya. Selama 2011, kelompok bank asing dan

campuran menurunkan suku bunga KMK, KI dan KK masing-masing

sebesar 120, 162 dan 110 bps. Sementara itu, kelompok bank persero

dan bank swasta tercatat menurunkan suku bunganya lebih minimal.

Kelompok bank swasta menurunkan suku bunga KMK, KI dan KK

6 Biaya dana utama bank

Grafik 3.25

Struktur Suku Bunga PUAB

Grafik 3.26

Perkembangan Suku Bunga Perbankan

Grafik 3.27

Suku Bunga Kredit per Jenis

���� ����

����

����

��������

���� ��������

����

����

����

���� ���� ����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��� ������ ����� ����� ����� ����� ����� ����� �������

������

������������

������������

��������

��������

����

��

��

��

��

������������ ����������� ������������ �������

�������������

��������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

�����

�����

��

��

��

��

����������������� ������������ ��������������������

��������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

31

Page 42: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

masing-masing sebesar 41, 39 dan 42 bps, sedangkan kelompok bank

persero menurunkan suku bunga KMK, KI dan KK masing-masing

sebesar 59, 28 dan 5 bps. Sebaliknya, kelompok BPD justru tercatat

menaikkan suku bunga KMK dan KInya masing-masing sebesar 20

dan 11 bps, sedangkan untuk suku bunga KK diturunkan hanya

sebesar 8 bps.

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) terus terakselerasi

sejalan dengan pertumbuhan kredit. Sampai dengan Oktober

2011, DPK tumbuh 19,0% (yoy) menjadi Rp2.587 triliun, lebih

tinggi dibandingkan dengan akhir tahun 2010 sebesar 18,5%

(yoy) (Grafik 3.28). Kontribusi deposito dan tabungan terhadap

pertumbuhan DPK masih besar meskipun dalam perkembangan

terakhir pertumbuhannya relatif melambat. Pertumbuhan deposito

dan tabungan relatif stabil pada 16,9% (yoy) dan 21,7% (yoy)

dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya sebesar 18,6% dan

21,0%, yoy). Sementara itu, pertumbuhan giro turut meningkat

menjadi 19,8% (yoy) dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya

sebesar 15,0% (yoy).

Pertumbuhan kredit terus meningkat sejalan dengan aktivitas

perekonomian yang meningkat. Selama 2011 7, pertumbuhan

kredit (tidak termasuk kredit channeling) terus meningkat mencapai

25,7% (yoy) dibandingkan dengan akhir tahun 2010 yang hanya

tercatat sebesar 22,8% (yoy). Dengan perkembangan tersebut,

kredit (tidak termasuk kredit channeling) sampai dengan Oktober

2011 meningkat sebesar Rp340,3 triliun hingga mencapai Rp2.106

triliun. 7 Data sampai dengan Oktober 2011

Grafik 3.28

Pertumbuhan DPK, Kredit dan BI Rate

Grafik 3.29

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Penggunaan

Suku Bunga (%) Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov

Tabel 3.3

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6.50 6.50 6.50 6.50 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.50 6.00

Penjaminan Deposito 7.00 7.00 7.00 7.00 7.25 7.25 7.25 7.25 7.25 7.25 7.25 7.25 7.00 6.75

Dep 1 bulan (Weighted Average) 6.81 6.78 6.83 6.72 6.72 6.83 6.80 6.85 6.82 6.86 6.80 6.83 6.75 n.a

Base Lending Rate 12.07 11.98 11.98 12.03 11.84 12.21 12.06 12.22 12.15 12.08 12.17 12.07 12.05 n.a

Kredit Modal Kerja (KMK) 13.01 12.96 12.83 12.75 12.72 12.69 12.68 12.61 12.60 12.55 12.50 12.39 12.36 n.a

Kredit Investasi (KI) 12.38 12.35 12.28 12.25 12.20 12.18 12.16 12.15 12.13 12.11 12.10 12.06 12.02 n.a

Kredit Konsumsi (KK) 14.65 14.53 14.53 14.48 14.50 14.39 14.38 14.37 14.37 14.32 14.30 14.25 14.21 n.a

2010 2011

����

����

����

��

��

��

��

����������������� ���������� �����������

�����

��������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������

���� ���� ���� ����

��

�����

��

��

��

��

��

� �

��

��

��

��

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� �������

��������� ���� �������� ��������

�����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

32

Page 43: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Grafik 3.30

Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian

Ekspansi pertumbuhan kredit selama 2011 lebih banyak bersumber

dari pertumbuhan KMK dan KI. Sampai dengan Oktober 2011, KMK

tumbuh sebesar 24,7% (yoy) dan KI tumbuh signifikan mencapai

31,1% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 25,2%

(yoy) dan 17% (yoy) (Grafik 3.29). Sementara itu, pertumbuhan KK

selama 2011 turut meningkat dibandingkan dengan akhir tahun

sebelumnya. KK tumbuh sebesar 23,8% (yoy) atau meningkat

dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya sebesar 22,9% (yoy).

Di sisi lain, pertumbuhan kredit berdasarkan sektor perekonomian

menunjukkan sumbangan sektor produktif yang semakin meningkat.

Sampai dengan Oktober 2011, sumbangan kredit sektor produktif

(sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor perdagangan

dan sektor jasa dunia usaha) terhadap total kredit meningkat cukup

besar. Pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan, sektor

pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa dunia usaha meningkat

masing-masing menjadi 27,8%, 19,0%, 19,5% dan 33,9% (yoy) dibandingkan dengan

akhir tahun sebelumnya sebesar 11,3%, 17,6%, 12,7% dan 18,9% (yoy). Sementara itu,

pertumbuhan kredit sektor lainnya sampai dengan Oktober 2011 mengalami penurunan

menjadi 24,2% (yoy) dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya sebesar 37,2%, (yoy).

Pertumbuhan uang kartal dan base money selama tahun 2011 meningkat sejalan

dengan aktivitas ekonomi yang juga meningkat. Selama tahun 2011 8, pertumbuhan uang

kartal (COB) meningkat menjadi 19,4% (yoy) mencapai Rp284,9 triliun dibandingkan dengan

akhir tahun sebelumnya sebesar 15,4% (yoy). Sementara itu, base money tumbuh akseleratif

menjadi 18,6% (yoy) dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya sebesar 14,7% (yoy).

Likuiditas perekonomian khususnya M1 selama tahun 20119 berada dalam tren yang

meningkat. Sampai dengan Oktober 2011, M1 tumbuh meningkat menjadi 19,3% (yoy)

mencapai Rp663,0 triliun dibandingkan dengan akhir tahun 2010 yang hanya tumbuh sebesar

17,4% (yoy) (Grafik 3.30). Pertumbuhan M1 yang akseleratif selama

tahun 2011 ditopang oleh besarnya sumbangan dari pertumbuhan

giro selain pertumbuhan uang kartal yang juga meningkat.

Perkembangan tersebut mencerminkan peningkatan aktivitas

ekonomi sektor riil. Sementara itu, pertumbuhan M2 selama tahun

2011 relatif stabil yaitu sebesar 15,9% mencapai Rp2.675 triliun

dibandingkan akhir tahun 2010 sebesar 15,4% (yoy).

Pasar Saham

Sentimen negatif akibat gejolak pasar keuangan global

berdampak terhadap kinerja pasar saham domestik walaupun

fundamental makroekonomi dan mikro emiten cukup kuat.

Gejolak di pasar keuangan global tersebut mendorong aksi portfolio

8 Sampai dengan November 20119 Sampai dengan Oktober 2011

Grafik 3.31

IHSG dan BI Rate

�����

�����

�����

��

��

��

��

��

��

��

��

�� �� �������������

������ ������

������������������������������������������������������������������������������������

�����

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����������

��

��

���� �������

���

�����

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

33

Page 44: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

adjustment oleh investor non residen di pasar keuangan domestik

yang diikuti dengan melemahnya nilai tukar sehingga menekan

kinerja pasar saham domestik. IHSG mengalami pelemahan yang

cukup tajam sebesar 8,7% ke level 3.549 pada 30 September 2011.

Meskipun melemah cukup tajam, namun dibandingkan dengan

negara-negara di kawasan, pelemahan tersebut masih relatif lebih

rendah. (Grafik 3.30 dan 3.31).

Ditengah risiko ketidakpastian perekonomian global yang

masih tinggi, pasar saham domestik mampu mempertahankan

pertumbuhan positif. Selama tahun 201110, IHSG mengalami

penguatan sebesar 0.3% yakni berada pada level 3.715, dan sempat

mencapai level tertinggi di posisi 4.193 pada Agustus 2011 (Grafik

3.31 & 3.32). Kondisi makro ekonomi yang kondusif, dukungan

kinerja emiten yang stabil serta kebijakan perekonomian yang

akomodatif menjadi penopang kinerja positif IHSG di tengah berbagai

gejolak yang mewarnai perkembangan bursa internasional akibat

meningkatnya intensitas risiko utang AS dan Eropa.

Daya tahan pasar saham domestik dalam menghadapi

risiko ketidakpastian global selama 2011 cukup memadai.

Pertumbuhan positif pasar saham domestik ditopang oleh

faktor fundamental makroekonomi dan mikro emiten. Dari sisi

makroekonomi, inflasi yang terkendali dan nilai tukar yang relatif

stabil mendukung terbentuknya prospek pertumbihan ekonomi

yang positif. Sementara dari sisi mikro emiten, kinerja keuangan

emiten domestik diperkirakan akan terus membaik. Secara sektoral,

keseimbangan di bursa saham selama 2011 turut menopang daya

tahan pasar saham domestik. Apabila dibandingkan dengan tahun

2008 yang didominasi oleh sektor pertambangan, kontribusi sektor

aneka industri cenderung lebih menonjol pada tahun 2011. Sektor aneka industri tidak

hanya mengalami peningkatan kapitalisasi, namun nilai transaksi perdagangannya juga

mengalami akselerasi pertumbuhan sebesar 30,4% (yoy) (Grafik 3.33). Dengan kondisi

tersebut, kerentanan bursa saham domestik terhadap spekulasi harga komoditas menjadi

lebih rendah dibandingkan dengan periode 2008.

Pasar Surat Berharga Negara

Sejalan dengan pasar saham, kinerja pasar SBN juga positif di tengah berbagai

gejolak eksternal. Hal tersebut tercermin dari pergerakan yield yang cenderung turun

untuk keseluruhan tenor yang mencapai 87 bps sepanjang tahun 2011 (Grafik 3.34).

Meski demikian, kondisi makro ekonomi yang cukup kondusif, faktor risiko fiskal yang

relatif terkendali serta respons kebijakan yang positif menyebabkan yield SBN kembali

bergerak normal dan mampu membukukan kinerja positif. Kinerja SBN juga relatif lebih baik

10 Sampai dengan 30 November 2011

Grafik 3.32

IHSG dan Perkembangan Bursa Global

����

�����������

����

�����������

������������������

�����������

����

�����������

���� ���� ���

�����������������������

������������������������

�������������������

�����������������������������������

���������������������

������������������������������������������

���������������������

�����

����������������

Grafik 3.33

IHSG dan Perkembangan Sektoral

����������������

����

������

������

����

�����

�����

�����

�����

�����

����

���� ���� �� ��� ���

����

��������������

������

�������

��������������

�����������

�����

�����������

��������

��������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

34

Page 45: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

dibandingkan dengan kinerja di negara kawasan karena volatilitasnya

yang rendah (Grafik 3.35).

Meski harga SBN relatif terjaga namun aksi jual asing sempat

memberikan tekanan di pasar SBN. Hal tersebut antara lain didorong

oleh berlanjutnya sentimen negatif global. Pada November 2011,

investor non residen mencatat net jual setelah pada bulan sebelumnya

membukukan net beli. Meskipun SBN masih memberikan yield yang

kompetitif baik secara nominal maupun riil dibandingkan dengan

negara-negara di kawasan, kekhawatiran akan dampak moderasi

perekonomian global mendorong investor non residen melakukan

aksi jual.

Struktur pelaku pasar SBN turut menopang stabilitas harga SBN

ditengah tekanan pasar keuangan global. Berbeda dengan perilaku

investor SBN pada tahun 2008 yang ketika itu tekanan jual asing

tidak dapat diimbangi oleh ketersediaan pembeli secara memadai,

selama tahun 2011 tekanan jual asing mampu diimbangi oleh pelaku

pasar lainnya. Saat sentimen penurunan rating AS terjadi pada

September 2011, perbankan mampu mengimbangi tekanan jual

asing di pasar SBN, sehingga penurunan harga SBN pada periode

tersebut relatif minimal. Struktur pasar yang cukup kondusif tersebut

tidak terlepas dari terjaganya likuiditas di pasar SBN yang terindikasi

dari meningkatnya volume perdagangan.

Otoritas fiskal dan moneter memainkan peran penting dalam menjaga

stabilitas pasar SBN selama tahun 2011. Saat sentimen negatif muncul

pada awal tahun, Pemerintah melakukan upaya stabilisasi harga SBN

melalui buyback sebanyak 14 kali dengan total pembelian sebesar

Rp3,0 triliun. Pada saat pasar bergejolak akibat penurunan rating AS,

Pemerintah kembali melakukan buyback sebanyak 6 kali dengan total pembelian sebesar

Rp3,1 triliun. Bank Indonesia juga berperan dalam stabilisasi kondisi pasar keuangan antara

lain dengan melakukan stabilisasi nilai tukar melalui pembelian SBN.

Reksadana

Sejalan dengan kinerja underlying asset, pasar reksadana mampu tumbuh positif

selama tahun 2011. Secara umum, kinerja reksadana, yang antara lain tercermin dalam

Nilai Aktiva Bersih (NAB), tumbuh cukup tinggi. Peningkatan NAB secara keseluruhan produk

mencapai 13,4% dibandingkan dengan tahun 2010. Peningkatan kinerja tersebut terutama

ditopang oleh reksadana saham dan campuran (Tabel 3.4). Peningkatan kinerja bahkan

malampaui underlying asset seperti indeks acuan di pasar keuangan (seperti IHSG untuk pasar

saham dan IDMA untuk pasar SBN). Pada saat pasar keuangan mengalami tekanan, kinerja

reksadana secara umum turut terkoreksi meski dengan derajat yang lebih rendah. Dalam

perkembangannya kinerja reksadana selama bulan Oktober 2011 mengalami peningkatan

sebesar 5,1% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Grafik 3.34

Yield SBN dan BI Rate

Grafik 3.35

Yield Negara Kawasan

��

��

��

��

��������� �������������

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

���

����

���

���

���

��

��

��

��

�������� ������� �������� �������� ���������

���������

��������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

35

Page 46: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

MTM Saham P Uang Campuran Pend. Tetap Terproteksi Indeks ETF-Saham ETP-Pend. Tetap Syariah Total

1

2

3

4

5

2010 6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

2011 4

5

6

7

8

9

10

Okt 2011-

Des 2010

Tabel 3.4.

Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

-2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5%

1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6%

0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6%

5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7%

-1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3%

-4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1%

-1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6%

-1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9%

9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3%

5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2%

2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9%

8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1%

1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1%

3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7%

8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7%

3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9%

3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5%

1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7%

0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4%

4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7%

-4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6%

9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1%

35,7% 7,6% 17,9% 0,9% -0,8% 36,1% -23,5% 25,1% -12,6% 13,4%

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

36

Page 47: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Tabel Statistik

37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*

Tingkat Diskonto

SBI

Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

ModalKerja

Investasi

2006Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2007Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2011Trw. ITrw. IITrw. III

10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,17 6,27 6,77 6,99 7,31 8,49 8,48 13,54 12,72 6,19 6,26 6,79 6,95 6,99 7,87 8,11 13,17 12,70 6,19 n,a 6,72 6,95 6,96 7,64 7,92 13,00 12,41 5,58 n,a 6,83 7,06 7,20 7,88 8,11 12,83 12,28 6,20 n.a 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18 6,03 n.a 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13 5,40 n.a 6,81 7,05 7,39 7,04 6,61 12,39 12,06

Page 48: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-201138

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2006

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2007

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw.IV

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II

Trw. III

1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)

23.866 415.638 356.471 133.799

23.910 517.853 483.967 167.685

25.383 599.495 586.715 180.464

27.706 665.673 636.381 209.756

37.341 774.867 740.952 243.671

38.323 846.655 832.325 258.002

36.615 895.563 887.770 266.152

32.061 777.250 795.475 247.926

37.482 871.303 906.767 212.463

23.510 496.338 543.656 165.145

27.115 389.140 437.315 116.969

14.029 404.072 340.913 180.128

22.897 448.505 394.904 232.700

30.656 324.806 324.776 232.731

29.038 375.134 387.188 220.676

24.566 631.235 592.048 259.864

26.907 648.324 607.933 300.255

30.615 322.322 351.475 271.103

28.553 199.589 218.152 252.540

23.142 153.809 203.835 203.110

30.401 86.480 56.066 233.524

36.788 51.790 96.325 188.988

30.061 19.385 55.718 151.217

Page 49: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Tabel Statistik

39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

III IV I II III IV I II III IV I II III

1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

4 Bank Asing & Campuran - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

432.850 461.877 466.605 495.440 504.649 533.945 536.336 578.587 595.131 630.148 644.289 698.315 732.981

35.153 37.409 38.367 42.041 41.313 45.091 39.140 45.520 49.215 48.438 47.383 50.807 54.201

14.778 13.807 13.363 11.923 14.205 16.795 17.863 21.512 20.736 25.560 25.067 29.661 29.793

88.181 96.838 98.660 99.825 92.634 92.485 89.314 100.237 93.060 93.695 93.217 97.836 102.021

98.865 102.017 103.408 113.130 118.580 129.497 84.616 90.411 114.918 110.981 107.948 110.903 121.305

77.295 87.505 83.540 88.540 91.532 93.320 137.568 140.494 130.444 156.264 162.996 188.119 201.862

118.578 124.301 129.267 139.981 146.385 156.757 114.970 105.306 112.242 117.866 126.762 137.060 128.942

534.599 552.617 530.642 529.687 549.349 593.400 611.861 672.798 715.217 775.323 801.246 864.006 926.563 18.169 19.150 18.722 19.353 19.112 21.359 20.379 24.939 26.403 30.199 31.246 32.635 32.589

10.850 11.137 8.979 9.697 10.861 15.013 14.696 18.389 19.827 21.247 24.580 25.692 28.560

90.896 97.042 93.414 84.488 86.575 92.738 92.277 97.012 103.688 114.203 118.350 131.180 141.472

125.908 130.687 120.114 121.956 124.949 134.434 141.275 158.600 164.959 185.508 182.418 199.463 211.302

143.486 148.332 144.072 145.936 151.281 162.535 155.932 188.608 201.904 209.957 217.632 235.261 249.828

145.290 146.269 145.341 148.257 156.571 167.321 74.659 63.076 65.673 79.140 75.241 83.038 93.513

93.991 96.440 100.817 110.968 119.552 120.701 122.958 132.757 138.961 143.067 149.005 161.201 169.764 3.067 3.182 3.143 3.289 3.749 3.706 3.651 3.713 4.359 4.488 4.910 5.389 5.633

187 270 312 388 615 675 628 710 755 992 947 1.076 1.247

787 814 829 943 1.082 1.146 2.040 2.394 2.751 2.890 2.869 3.326 3.493

12.042 12.055 12.638 14.006 14.898 15.278 15.975 15.786 16.263 17.337 17.962 19.732 20.618

13.456 13.356 13.153 15.716 18.790 17.565 17.295 19.954 21.507 20.949 20.445 21.912 24.256

64.452 66.763 70.742 76.626 80.418 82.331 71.932 78.994 82.237 84.220 89.267 96.881 101.347

178.061 189.245 184.654 168.614 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 231.851 6.505 6.419 7.020 6.669 5.535 5.236 5.410 6.703 6.803 6.797 7.062 6.764 7.478

4.478 5.327 6.081 4.712 6.235 9.076 8.602 10.567 11.567 12.660 13.503 12.616 16.945

68.739 74.458 71.358 61.420 58.833 59.314 55.601 62.368 58.905 63.065 62.023 64.710 75.612

14.256 13.246 15.113 13.598 13.364 12.873 16.476 18.943 20.176 21.848 20.166 24.469 22.659

56.523 60.766 57.418 53.919 55.326 52.828 51.811 60.183 66.363 66.988 71.437 71.035 76.327

27.560 29.029 27.664 28.296 29.216 31.421 29.259 26.882 27.981 26.081 26.178 26.691 26.813

25.706 25.413 25.333 26.382 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.650 1.769 1.733 1.774 1.915 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 2.985

0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 39 48 46

436 426 433 456 486 505 531 545 589 476 517 561 575

9.516 9.307 8.998 9.368 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.085

2.684 2.672 2.705 2.861 2.935 3.054 3.247 3.561 3.823 4.954 5.224 5.512 5.589

11.301 11.275 11.423 11.782 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 18.369

1.249.970 1.313.873 1.308.051 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.470.959 1.605.095 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.100.808 64.623 67.828 69.026 73.267 71.643 77.394 70.705 83.178 89.170 92.525 93.315 98.562 102.886

30.293 30.541 28.735 26.720 31.916 41.559 41.789 51.178 52.885 60.495 64.136 69.093 76.592

249.039 269.578 264.694 247.132 239.610 246.188 239.763 262.556 258.993 274.330 276.975 297.613 323.174

249.762 259.953 260.271 272.058 281.537 301.883 268.597 294.584 327.549 346.226 339.688 366.382 387.969

286.740 306.141 300.888 306.972 319.864 329.302 365.852 412.800 424.041 459.112 477.734 521.840 557.863

369.513 379.832 384.437 404.942 424.923 450.482 304.138 288.495 302.929 322.378 333.327 360.785 368.985

2008 2009 2010 2011

```

Page 50: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-201140

1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih4)

2007

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II

Trw. III

1.649.662 450.055 182.967 267.089 1.196.119 509.843 507.120 39.891 1.005.739 -102.955

1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992

1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902

1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287

1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144

1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550

1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181

2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445

2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293

2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773

2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738

2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665

2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460

2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448

2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049

2.643.331 656.096 279.224 376.872 1.973.573 918.902 237.643 105.744 1.989.000 -81.378

Page 51: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Tabel Statistik

41Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

392.136 344.688 304.718 322.994 354.297 402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 565.149

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

270.243 264.391 226.672 244.634 273.744 279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 336.521

223.166 209.378 186.538 203.838 210.822 226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 279.705

47.077 55.013 40.134 40.796 62.923 52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.349 50.343 56.816

121.302 79.648 77.404 77.744 79.920 89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 183.427 189.546

591 650 642 616 633 601 539 578 497 484 460 530 473

355.967 338.692 354.727 356.930 376.681 403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 675.926 656.574

-137.121 -213.668 -323.022 -259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -411.166

123.797 172.012 105.571 136.202 144.747 200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 23.206 38.676

8.800 8.711 8.715 8.715 8.715 8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 7.965 8.470

9.227 9.009 8.783 8.622 8.458 8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.638 7.609

-110.810 -155.278 -175.022 -131.729 -117.812 -97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -84.989 -96.336

-152.563 -233.866 -257.701 -267.412 -242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -362.498

-116.967 -179.879 -232.700 -232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -112.608

-1.403 -4.223 -15.288 -28.277 -22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -58.451 -87.835

-34.193 -50.186 -2.321 -5.896 1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -168.812 -126.802

-15.573 -14.256 -13.368 -13.785 -13.000 11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -4.868 -7.086

2008 2009 2010 2011

III IV I II III IV I II III IV I II III

I. Uang Primer

a. Statutory Reserve Shortfall

b. Uang yang diedarkan

- Uang kartal di masyarakat

- Kas bank umum

c. Saldo Giro Positif Bank

d. Giro Sektor Swasta

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Uang Primer

a. Net International Reserve 1)

b. Net Domestic Assets

- Tagihan Bersih pada Pemerintah

- Bantuan Likuiditas

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

- Operasi Pasar Terbuka

- SBI (net) 2)

- FASBI

- Lain-Lain 3)

- Net Other Items

1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)

Page 52: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-201142

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep Internasional Reserve

and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta US$)

2008 2009 2010* 2011**

IV Total I II III IV Total I II III IV Total I II III

I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)

-637 126 2.690 2.377 1.781 3.781 10.628 1.936 1.409 1.205 1.093 5.643 2.071 475 199 4.166 22.916 6.052 7.493 6.931 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.628 8.684 9.637 9.558 29.768 139.606 24.195 28.158 31.289 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.818 51.797 52.751 -25.603 -116.690 -18.143 -20.665 -24.358 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.597 -127.447 -37.134 -42.160 -43.194 -3.227 -12.998 -1.672 -2.476 -2.249 -3.344 -9.741 -2.106 -2.275 -2.155 -2.788 -9.324 -2.122 -3.379 -2.812 -2.881 -15.155 -2.742 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -3.993 -4.262 -5.385 -6.653 -20.291 -5.518 -6.746 -7.588 1.305 5.364 1.051 1.135 1.171 1.221 4.578 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.028 963 1.042 -5.822 -1.876 1.835 -2.320 2.924 2.414 4.852 5.590 3.697 7.365 9.550 26.201 6.428 13.089 -3.391 29 294 19 29 34 14 96 18 2 4 26 50 1 0 0 -5.850 -2.170 1.815 -2.349 2.891 2.399 4.756 5.572 3.695 7.361 9.524 26.151 6.427 13.089 -3.391 720 3.419 628 575 647 779 2.628 2.484 2.298 1.684 4.241 10.706 3.243 3.490 2.389 -1.217 -5.900 -1.276 -872 -340 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.748 -2.571 -1.351 1.937 9.318 1.904 1.447 987 540 4.877 2.911 3.280 2.875 4.305 13.371 4.990 6.061 3.741 -4.377 1.721 1.950 1.893 2.972 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.588 5.537 -4.709 -467 -1.294 133 362 -331 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -521 -731 110 -3.910 3.015 1.817 1.532 3.303 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 4.109 6.268 -4.819 -2.194 -7.309 -763 -4.817 -728 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.160 3.846 2.243 -404 4.062 -1.072 -4.498 -10.755 -241 -2.943 -6.083 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.248 2.029 -3.172 2.304 3.446 -522 -1.874 5.355 834 3.794 -308 -244 3.120 1.400 3.968 844 2.033 2.101 -6.459 -1.750 4.524 57 4.705 6.195 15.481 7.526 5.106 8.570 10.642 31.844 8.499 13.564 -3.192 2.246 -195 -570 995 -1.159 -2.241 -2.975 -905 315 -1.616 646 -1.559 -833 -1.688 -768 -4.212 -1.945 3.955 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 -3.960 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 51.639 51.639 54.840 57.576 62.287 66.105 66.105 71.823 76.321 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 114.503 5,4 5,7 6,1 6,5 6,5 5,2 5,6 6,3 7,0 7,0 6,1 6,9 6,6 -0,5 0,0 2,4 1,8 1,2 2,5 2,0 1,2 0,8 0,6 0,6 0,8 1,05 0,22 0,09 24,2 18,1 23,3 25,0 19,8 24,6 23,2 21,2 23,2 20,3 23,7 22,2 18,0 22,5 21,2 9,2 6,4 6,1 10,0 5,3 8,5 7,5 5,0 7,2 4,8 6,2 5,8 4,5 5,3 3,7

Page 53: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Tabel Statistik

43Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

Kelompok/Sub Kelompok

4,75 0,60 1,44 -1,76 4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 0,60 0,91 2,76 -0,75 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77

13,94 -4,64 2,39 -0,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 12,12 2,94 2,25 -2,52 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 8,04 4,32 2,24 -0,88 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 8,94 -2,51 -0,34 -0,54 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 3,79 6,60 2,59 -5,97 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 5,93 0,42 0,18 -2,59 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 7,30 1,68 0,71 3,11 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 -10,49 8,28 1,66 -8,24 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 -1,65 -6,81 -0,81 0,12 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 3,57 1,20 1,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 2,62 2,43 2,40 1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36

2,83 2,35 1,59 1,03 1,46 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 2,15 1,50 5,39 2,15 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 2,60 3,70 2,42 0,82 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 3,58 1,00 0,42 0,26 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 2,16 0,73 1,00 0,12 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 8,94 1,66 -1,48 0,29 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 1,66 1,10 0,95 0,68 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 1,71 1,08 1,00 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,77 2,58 4,48 -1,88 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 3,02 0,35 0,38 0,55 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 2,15 0,30 0,44 0,29 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 2,13 0,23 0,26 0,39 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 -2,46 7,26 13,49 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 1,64 1,10 1,27 1,20 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 1,07 0,69 1,60 1,72 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 2,19 1,60 1,14 1,39 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 2,36 1,61 1,39 0,73 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,76 1,26 1,01 0,42 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 3,77 0,82 0,22 0,22 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 6,76 0,70 0,04 0,06 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 4,95 0,32 0,59 0,46 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 1,14 1,11 0,37 0,16 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,51 1,02 0,48 0,55 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,91 0,49 0,51 0,33 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,92 -2,94 -4,66 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 1,03 -4,46 -6,95 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 0,02 0,20 -0,07 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 1,34 1,64 1,38 0,34 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 3,89 0,00 0,00 0,00 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89

2008 2009 2010 2011 III IV I II III IV I II III IV I II III

I. Bahan Makanan A. Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur, susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol

III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya

V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M

Page 54: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-201144

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

K o t a

2,92 2,97 -0,56 -0,37 4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 2,61 1,36 1,39 0,35 0,14 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 2,03 1,27 1,56 -0,03 -1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 3,49 3,06 2,22 -0,52 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 2,02 1,37 1,33 -0,20 0,10 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 2,76 1,21 2,26 -0,84 -0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 3,46 2,04 2,07 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 3,17 0,55 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,72 0,58 0,64 -0,43 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 2,06 1,76 -0,19 0,26 -0,72 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 3,22 3,20 -0,29 -0,06 0,09 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 2,00 3,61 0,34 0,09 -0,74 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 3,66 4,95 0,74 0,92 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 2,30 4,26 0,13 -0,78 -0,74 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 4,06 3,04 1,22 -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 3,33 1,19 0,32 -0,73 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 1,99 2,54 0,87 -0,13 0,15 1,73 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 1,89 3,64 1,22 0,78 1,09 1,09 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 1,62 4,50 1,46 0,65 1,31 2,62 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 2,07 3,21 0,00 0,32 -0,06 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 1,75 0,88 1,57 0,63 0,36 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 0,95 2,38 0,46 0,79 -0,27 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 0,78 3,42 1,32 1,67 0,35 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 2,31 3,82 0,03 0,01 -0,26 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 1,26 3,49 0,18 -0,87 -0,20 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 1,74 2,28 -0,07 0,11 -0,14 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 0,69 4,04 0,19 0,91 0,04 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 2,09 3,53 1,16 0,78 0,11 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 1,43 1,74 0,13 1,06 0,19 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 1,61 2,83 0,18 0,72 0,06 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 1,76 2,36 0,45 1,05 1,05 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 1,95 3,16 0,59 0,59 0,11 1,90 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 1,73 2,77 -0,67 1,02 0,08 1,16 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 1,39 2,83 1,05 0,25 0,14 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 1,58 3,10 -0,35 0,90 0,02 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 2,19 2,93 0,38 1,28 0,16 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 1,90 3,85 0,00 0,60 0,07 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 1,63 2,27 -0,32 1,02 0,00 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 1,75 2,56 0,14 1,06 -0,41 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,23 3,14 1,04 2,14 -0,61 1,77 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 0,82 3,23 0,91 1,78 -1,43 3,48 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 4,08 3,16 0,77 2,41 -1,12 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 1,89 6,66 -2,44 0,39 1,10 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 2,04 0,46 1,94 0,85 0,35 2,77 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 0,75 3,21 0,08 1,73 0,50 3,52 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 3,32 2,73 0,02 0,38 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 4,55 1,72 0,68 1,62 -0,82 0,95 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 1,64 3,62 1,76 -0,65 -0,88 1,28 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,40 2,23 1,85 0,30 0,34 1,77 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 1,74 3,02 0,39 0,03 0,31 2,55 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 1,98 2,96 -0,06 1,49 0,42 1,81 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19 2,36

2008 2009 2010 2011

III IV I II III IV I II III IV I II III

1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda

Page 55: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Tabel Statistik

45Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2011

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

K o t a

5,54 0,82 0,53 1,34 3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 5,01 -0,63 1,78 -0,36 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 3,62 0,27 2,14 0,84 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 3,50 0,14 0,84 -1,13 2,53 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 4,21 0,43 0,40 -0,53 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 3,50 1,16 1,14 -0,12 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 3,30 0,74 2,99 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 4,01 0,16 2,33 0,59 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 5,86 -0,29 -0,35 0,06 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 5,06 -4,80 2,26 -2,43 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 4,30 -0,92 1,25 -0,27 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 8,31 0,62 3,52 0,36 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 7,29 -1,86 0,77 0,52 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 2,88 0,31 -0,06 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89

52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura

NASIONAL

2008 2009 2010 2011 III IV I II III IV I II III IV I II III

Page 56: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-201146

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*

Periode

3,87 0,61 1,60 -0,64 -1,34 -1,20

4,97 1,83 2,11 5,13 8,84 4,85

5,33 2,40 2,58 0,61 0,00 2,31

6,74 3,51 1,51 1,82 -5,00 0,56

6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,93

2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 4,32

7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 3,63

7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50

7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45

7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55

4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92

0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67

2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80

3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99

5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79

1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91

2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17

2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29

3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14

1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43

1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86

0,22 1,31 0,65 -0,61 3,54 0,65

3,14 0,70 1,18 2,10 1,53 1,81

2006

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2010

Trw.I

Trw.II

Trw.III

2011

Trw.I

Trw.II

Trw.III