jl.mh. thamrin no.2 jakarta 10110 - indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi...

49

Upload: buikhanh

Post on 02-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesiahttp://www.bi.go.id

Page 2: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

Page 3: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain

dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua

maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang

mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan

moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan

kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang

melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN II-2011

Page 4: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Page 5: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Framework)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 6: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Page 7: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Kata Pengantar

Sejalan dengan perekonomian global yang terus membaik, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama triwulan II-2011 juga menunjukkan tren yang terus meningkat, dan diprakirakan akan mencapai kisaran yang lebih tinggi dari yang diprakirakan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik tersebut akan

ditopang oleh terus membaiknya kinerja investasi dan ekspor sehingga akan mengimbangi konsumsi yang tetap

kuat. Peningkatan kegiatan investasi ini diharapkan akan meningkatkan kapasitas perekonomian sehingga dapat

mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan ekspor yang kuat sejalan dengan volume

perdagangan dunia yang meningkat dan relatif tingginya harga komoditas global.

Perkembangan ekonomi global dan domestik yang terus membaik berdampak positif pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang untuk keseluruhan tahun 2011 diprakirakan masih mengalami surplus yang relatif besar. Surplus NPI tersebut didukung baik oleh transaksi modal dan finansial seiring masih kuatnya aliran

masuk modal asing maupun surplus transaksi berjalan meskipun mengalami penurunan. Sejalan dengan itu, cadangan

devisa juga terus menunjukkan peningkatan yang mengindikasikan ketahanan ekonomi kita yang semakin baik.

Kinerja sisi eksternal yang membaik juga tercermin pada pergerakan nilai tukar Rupiah yang diprakirakan akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat, meskipun pada tingkat yang lebih terbatas. Pada triwulan

II-2011, nilai tukar Rupiah menguat secara terbatas dengan volatilitas yang tetap terjaga. Penguatan nilai tukar

Rupiah tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk meredam tekanan inflasi dengan tetap memperhatikan

keseimbangan eksternal perekonomian. Sejauh ini, apresiasi nilai tukar masih sejalan dengan tren mata uang lain di

kawasan sehingga belum berdampak pertumbuhan ekspor.

Perkembangan inflasi sampai dengan triwulan II-2011 masih terkendali. Hal ini antara lain didorong oleh

penurunan harga sejumlah komoditas bahan pangan dalam triwulan ini. Sementara itu, inflasi inti masih merambat

naik didorong oleh kecenderungan tingginya harga komoditas global dan kuatnya permintaan seiring kegiatan

ekonomi yang meningkat. Di sisi lain, inflasi kelompok administered prices relatif terbatas, seiring tidak adanya

kebijakan Pemerintah terkait harga energi. Ke depan, inflasi diperkirakan tetap terkendali bahkan berpotensi untuk

lebih rendah dari perkiraan semula terutama apabila tidak ada kebijakan Pemerintah di bidang harga energi serta

tetap terjaganya pasokan dan distribusi bahan pangan.

Gubernur Bank Indonesia

Page 8: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Stabilitas sistem perbankan juga tetap terjaga dan disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Stabilitas industri perbankan tercermin pada tingginya rasio

kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross. Sementara itu, penyaluran

kredit juga terus meningkat. Bank Indonesia terus berupaya mendorong peningkatan efisiensi perbankan agar fungsi

intermediasi dapat dioptimalkan dengan tetap menjaga stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan.

Penilaian menyeluruh terhadap kondisi perekonomian dan prospek serta risikonya menjadi dasar pertimbangan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Juli 2011 yang memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%. Tingkat BI Rate tersebut dipandang masih sesuai

dengan upaya untuk menjaga peningkatan kegiatan perekonomian yang disertai dengan stabilitas yang tetap terjaga,

di tengah tingginya ekses likuiditas domestik dan masih derasnya aliran masuk modal asing. Ke depan, Bank Indonesia

tetap mewaspadai potensi risiko terhadap stabilitas makroekonomi. Bank Indonesia juga akan terus menerapkan

bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang diyakini mampu untuk menjaga stabilitas makro dan membawa

inflasi kepada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012.

Demikianlan gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan II-2011 serta prospek ke depan. Saya berharap laporan

ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua

Jakarta, 12 Juli 2011

Gubernur Bank Indonesia

Dr. Darmin Nasution

Page 9: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Daftar Isi

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan II-2011 ........................... 1

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ................. 3

Asumsi yang Digunakan ................................................................. 3

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 5

Prospek Inflasi ................................................................................. 10

Faktor Risiko ................................................................................... 12

3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini .............. 13

Perkembangan Ekonomi Dunia ....................................................... 13

Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 16

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................ 21

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 22

Inflasi .............................................................................................. 24

Perkembangan Pasar Keuangan ...................................................... 25

Tabel Statistik ................................................................................... 30

Page 10: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Page 11: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Respons Kebijakan Moneter Triwulan II-2011

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan II-2011

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Juli 2011 memutuskan

untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%. Tingkat BI Rate tersebut dipandang

masih sesuai dengan upaya untuk menjaga peningkatan kegiatan perekonomian yang disertai

dengan stabilitas yang tetap terjaga, di tengah tingginya ekses likuiditas domestik dan masih

derasnya aliran masuk modal asing. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai potensi

risiko tekanan terhadap stabilitas makroekonomi, khususnya yang berasal dari berlanjutnya

aliran masuk modal asing dan tingginya harga komoditas global. Sementara itu, inflasi

diperkirakan akan tetap terkendali dan dapat lebih rendah dari perkiraan sebelumnya apabila

tidak ada perubahan kebijakan Pemerintah di bidang harga energi serta tetap terjaganya

pasokan dan distribusi bahan pangan. Bank Indonesia akan terus menerapkan bauran

kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial, dengan penekanan pada pengendalian

likuiditas domestik, aliran masuk modal asing, dan apresiasi Rupiah yang sejalan dengan tren

apresiasi nilai tukar di kawasan Asia. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran

kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut mampu untuk menjaga stabilitas makro

dan membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011

dan 4,5%±1% pada tahun 2012.

Dewan Gubernur memandang bahwa pemulihan ekonomi global terus berlanjut,

sebagaimana tercermin pada volume perdagangan dunia yang meningkat. Namun,

prospek ekonomi global dibayangi sejumlah risiko, antara lain terkait krisis utang di Yunani,

berakhirnya Quantitative Easing (QE) II oleh the Fed dan melambatnya ekonomi China. Risiko

tersebut berpotensi menahan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2011, meskipun

pemulihan ekonomi akan tetap meningkat pada tahun 2012. Sementara itu, harga komoditas

global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak.

Inflasi dunia juga secara umum meningkat, meskipun tekanan inflasi di emerging markets

mereda. Respon kebijakan moneter di negara-negara emerging markets masih cenderung

ketat, sementara di negara-negara maju masih cenderung akomodatif.

Di sisi domestik, Dewan Gubernur memprakirakan bahwa pertumbuhan ekonomi

Indonesia dapat mencapai kisaran 6,3%-6,8% pada tahun 2011 dan 6,4%-6,9% pada

tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh sumber pertumbuhan yang

semakin berimbang seiring dengan kinerja investasi yang terus meningkat dan kinerja ekspor

yang masih tetap solid. Sementara itu, kinerja konsumsi rumah tangga juga tetap kuat. Pada

triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi diprakirakan cukup tinggi, yaitu sebesar 6,6%,

ditopang oleh konsumsi dan investasi. Di sisi sektoral, seluruh sektor ekonomi diprakirakan

akan tumbuh dengan baik. Sektor-sektor yang diprakirakan menjadi pendorong utama

pertumbuhan ekonomi ke depan, antara lain sektor transportasi dan komunikasi; sektor

perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor industri.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk keseluruhan tahun 2011 diprakirakan

masih mengalami surplus yang relatif besar. Hal ini seiring dengan masih kuatnya aliran

Page 12: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

2 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Respons Kebijakan Moneter Triwulan II-2011

masuk modal asing, termasuk dalam bentuk PMA, dan transaksi berjalan yang diperkirakan

masih surplus meskipun mengalami penurunan. Penurunan surplus transaksi berjalan seiring

dengan peningkatan impor terkait kenaikan permintaan domestik dan harga impor terutama

migas. Di sisi transaksi modal dan finansial, aliran masuk modal asing diprakirakan masih

berlanjut seiring dengan peningkatan kegiatan ekonomi domestik dan persepsi investor

yang positif terhadap fundamental perekonomian Indonesia. Sejalan dengan itu, cadangan

devisa pada akhir Juni 2011 tercatat sebesar 119,7 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,8

bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Pergerakan nilai tukar Rupiah diprakirakan tetap stabil dengan kecenderungan

menguat, meskipun pada tingkat yang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya

aliran masuk modal asing. Pada triwulan II-2011, nilai tukar Rupiah menguat 1,53%

(ptp) ke level Rp 8.577 per dolar AS dengan volatilitas yang tetap terjaga. Tren apresiasi

nilai tukar Rupiah tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk meredam tekanan

inflasi, khususnya dari imported inflation, dengan tetap mempertimbangkan dampaknya

terhadap pertumbuhan ekonomi. Penguatan Rupiah yang terjadi masih sejalan dengan

tren apresiasi mata uang di kawasan Asia sehingga sejauh ini tidak memberikan tekanan

pada kinerja ekspor.

Tekanan inflasi sampai dengan triwulan II-2011 masih terkendali. Inflasi IHK pada

triwulan II-2011 tercatat sebesar 0,36% (qtq) sehingga secara tahunan turun menjadi

5,54% (yoy), terutama didorong oleh deflasi di kelompok bahan pangan sementara inflasi

inti meningkat secara terbatas. Inflasi inti tercatat 0,85%(qtq) atau 4,63%(yoy), didorong

oleh kecenderungan tingginya harga komoditas global dan meningkatnya permintaan seiring

kegiatan ekonomi yang meningkat. Inflasi kelompok administered prices relatif terbatas,

yaitu sebesar 0,69%(qtq), seiring dengan tidak adanya kebijakan pemerintah terkait harga

energi. Sementara itu, kelompok bahan pangan mencatat deflasi -1,35%(qtq), terutama

disebabkan koreksi harga sejumlah komoditas pangan khususnya di bulan April dan Mei. Ke

depan, inflasi diperkirakan akan tetap terkendali dan diperkirakan dapat lebih rendah dari

perkiraan semula terutama apabila tidak ada kebijakan Pemerintah di bidang harga energi

serta tetap terjaganya pasokan dan distribusi bahan pangan.

Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga yang disertai terus membaiknya fungsi

intermediasi perbankan dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Stabilitas

industri perbankan tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy

Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah

(NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk

pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut, tercermin pada pertumbuhan kredit

yang pada Juni 2011 mencapai 23,4%(yoy). Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit

investasi yang sampai dengan bulan Mei 2011 tercatat sebesar 29,0% (yoy). Bank Indonesia

terus mendorong peningkatan efisiensi perbankan agar fungsi intermediasi dapat terus

dioptimalkan dengan tetap menjaga stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan.

Page 13: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

Pertumbuhan aktivitas perdagangan dunia diprakirakan cenderung meningkat dari tahun

ke tahun, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang juga cenderung membaik.

Dengan kondisi eksternal tersebut, perekonomian Indonesia ke depan diprakirakan cenderung

membaik disertai dengan sumber pertumbuhan yang semakin seimbang. Pada tahun 2011

dan 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan masing-masing berkisar 6,3%-

6,8% dan 6,4%-6,9%. Membaiknya kinerja ekspor akan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat yang kemudian mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Masih kuatnya kinerja ekspor dan membaiknya konsumsi rumah tangga akan mendorong

pertumbuhan investasi. Dengan kondisi permintaan yang cenderung meningkat, baik yang

berasal dari eksternal maupun domestik, pertumbuhan impor diprakirakan juga meningkat.

Dari sisi lapangan usaha, dukungan sektor industri diprakirakan meningkat sejalan dengan

kuatnya kinerja ekspor, konsumsi rumah tangga dan investasi.

Pergerakan inflasi sampai dengan semester I 2011 cukup mendukung tercapainya

target inflasi 5%+1%. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi berasal dari harga komoditas

internasional yang masih cenderung meningkat. Namun, stabilitas nilai tukar rupiah

diprakirakan dapat meredam meningkatnya tekanan inflasi dari sisi eksternal. Dari sisi

domestik, di samping faktor musiman dan hari raya, sumber tekanan inflasi diprakirakan

antara lain berasal dari meningkatnya permintaan sejalan dengan prakiraan pertumbuhan

ekonomi yang lebih tinggi. Menghadapi berbagai tantangan di sisi inflasi, Bank Indonesia

terus memperkuat bauran kebijakan untuk mengarahkan inflasi ke

targetnya. Langkah tersebut juga diikuti oleh upaya memperkuat

koordinasi kebijakan dengan Pemerintah.

ASUMSI YANG DIGUNAKAN

Asumsi Perekonomian Internasional

Ekspansi ekonomi dunia diprakirakan tetap berlanjut meski

tidak merata. Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju

diprakirakan terbatas, sementara negara-negara berkembang

diprakirakan tumbuh tinggi sejalan dengan meningkatnya permintaan

domestik. IMF, dalam publikasinya di World Economic Outlook bulan

Juni 2011 memprakirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara

maju di 2011 mencapai 2,2% (Tabel 2.1). Sementara itu, negara-

negara berkembang diprakirakan tumbuh tinggi sebesar 6,6% yang

dimotori oleh China, India, dan negara-negara ASEAN 5 (Indonesia,

Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam). Secara keseluruhan,

pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2011 diprakirakan

mencapai 4,3%. Selanjutnya, pada tahun 2012, kondisi ekonomi

Tabel 2.1

Proyeksi PDB Dunia (% yoy)

2011 2012 2009 2010

Proyeksi

PDB Dunia -0.5 5.1 4.3 4.5

Negara Maju -3.4 3.0 2.2 2.6

Amerika Serikat -2.6 2.9 2.5 2.7

Kawasan Euro -4.1 1.8 2.0 1.7

Jepang -6.3 4.0 -0.7 2.9

Negara Maju Lainnya -1.1 5.8 4.0 3.8

Negara Berkembang 2.8 7.4 6.6 6.4

Eropa Timur dan Tengah -3.6 4.5 5.3 3.2

Negara Persemakmuran -6.4 4.6 5.1 4.7

Negara Berkembang Asia 7.2 9.6 8.4 8.4

China 9.2 10.3 9.6 9.5

India 6.8 10.4 8.2 7.8

ASEAN-5* 1.7 6.9 5.4 5.7

Amerika Latin & Karibia -1.7 6.1 4.6 4.1

Timur Tengah & Afrika Utara 2.5 4.4 4.2 4.4

* Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan VietnamSumber: IMF, World Economic Outlook Update, Juni 2011

Page 14: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

4 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

negara maju diprakirakan semakin membaik karena meningkatnya investasi, membaiknya

permintaan domestik, dan membaiknya sektor tenaga kerja seiring kebijakan moneter yang

masih akomodatif. Sementara itu, negara-negara berkembang diprakirakan tetap mencatat

pertumbuhan yang tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia

dapat mencapai 4,5% pada tahun 2012.

Ekspansi ekonomi dunia akan meningkatkan kegiatan ekspor-impor untuk memenuhi

kebutuhan produksi dan investasi global sehingga volume perdagangan dunia diprakirakan

tumbuh tinggi pada tahun 2011-2012. IMF memprakirakan kegiatan volume perdagangan

dunia tumbuh 8,2% (2011) dan 6,7% (2012). Pertumbuhan volume perdagangan dunia

yang tinggi juga diprakirakan oleh berbagai lembaga internasional lainnya, antara lain World

Bank (Global Economic Prospects, Juni 2011) yang memproyeksikan volume perdagangan

dunia tumbuh 8,0% (2011) dan 7,7% (2012).

Tingginya permintaan global di tengah ketatnya persediaan menyebabkan harga komoditas

persisten di level yang tinggi. Ketatnya persediaan tersebut disebabkan oleh rendahnya

inventori, karena terbatasnya produksi hasil-hasil pertanian terkait pengaruh cuaca. Selain

disebabkan oleh keterbatasan pasokan, kenaikan harga komoditas nonmigas juga dipicu

oleh pengaruh nonfundamental yang terindikasi dari peningkatan noncommercial contract.

Pada tahun depan, tingginya harga komoditas dan noncommercial contract memungkinkan

harga komoditas mengalami koreksi. Berdasarkan hal tersebut, harga komoditas diprakirakan

tetap tumbuh tinggi pada tahun 2011, namun mengalami koreksi pada tahun depan. IMF

memprakirakan harga komoditas nonmigas tumbuh 21,6% (2011) dan selanjutnya turun

-3,3% (2012).

Sementara itu, dampak krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North

Africa/MENA) diprakirakan mendorong harga minyak dunia pada tahun 2011 dan 2012

untuk tetap berada pada level yang tinggi. Selain itu, tingginya harga minyak juga dipicu

oleh kegagalan OPEC dalam mencapai kesepakatan untuk meningkatkan kuota produksi.

World Bank memprakirakan harga minyak dunia (rata-rata harga minyak Dubai, Brent, dan

West Texas Intermediate) mencapai 107,2 dolar AS per barel pada tahun 2011 dan 102,1

dolar AS per barel pada tahun 2012.

Asumsi Kebijakan Fiskal

Berdasarkan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Perubahan (RAPBN-P) Tahun Anggaran 2011, Pemerintah berencana untuk

melakukan perubahan terhadap APBN 2011. Perubahan tersebut dilakukan setelah melakukan

evaluasi kinerja ekonomi di tahun 2010, serta melihat perkembangan perekonomian dan

pembangunan di tahun 2011.

Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan pelaksanaan APBN 2011 terutama: (a)

perkembangan indikator ekonomi makro yang menjadi basis perhitungan besaran APBN; (b)

pelaksanaan langkah-langkah kebijakan yang telah direncanakan dalam APBN tahun 2011;

Page 15: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

(c) kebutuhan tambahan anggaran belanja prioritas dalam tahun 2011; serta (d) langkah-

langkah antisipasi dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN 2011.

Sebagai dampak dari faktor-faktor tersebut, defisit APBN tahun 2011 diprakirakan

menjadi sekitar 2,1% terhadap PDB dari yang direncanakan sebelumnya sebesar 1,8%

terhadap PDB. Penambahan defisit pada RAPBN-P tahun 2011 tersebut direncanakan akan

dipenuhi dari sumber pembiayaan dalam negeri, dengan menggunakan dana saldo anggaran

lebih (SAL).

Dalam kerangka tersebut, perubahan APBN 2011 ditujukan antara lain untuk: (a)

mengantisipasi perubahan indikator ekonomi makro dalam tahun 2011 agar berbagai besaran

RAPBN-P menjadi lebih realistis dan dapat dilaksanakan secara baik; (b) menjaga stabilitas

harga barang dan jasa di dalam negeri; serta (c) mempercepat pelaksanaan program-program

prioritas pembangunan nasional dalam tahun 2011 dan jangka menengah. Perubahan APBN

2011 tersebut dilakukan secara menyeluruh guna menampung seluruh perubahan dalam

pendapatan, belanja, serta defisit dan pembiayaan anggaran.

Untuk periode selanjutnya, berdasarkan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2012, target defisit

APBN 2012 direncanakan berkisar antara 1,4-1,6% dari PDB. Defisit tersebut lebih rendah

dari tingkat defisit RAPBN-P 2011 sebesar 2,1% terhadap PDB. Strategi konsolidasi fiskal

tersebut dilakukan untuk mengendalikan defisit dalam rangka menjaga kesinambungan fiskal

jangka menengah periode 2010-2014. Sumber utama penerimaan APBN 2012 diharapkan

berasal dari dalam negeri, khususnya penerimaan perpajakan. Sementara itu, alokasi belanja

negara digunakan untuk mendukung sasaran utama pembangunan yaitu mencapai tingkat

pertumbuhan ekonomi 6,6-7,0%, diikuti dengan pengurangan tingkat pengangguran

menjadi 6,4-6,7% serta pengurangan kemiskinan menjadi 10,5-11,5%.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Indonesia ke depan diprakirakan cenderung membaik disertai dengan sumber

pertumbuhan yang semakin seimbang. Pertumbuhan ekonomi di 2011 diprakirakan

berkisar 6,3%-6,8% (Tabel 2.2). Prospek perekonomian Indonesia terutama didorong

oleh kegiatan perdagangan dunia yang kuat, sehingga kinerja ekspor juga diprakirakan

tumbuh tinggi. Kondisi tersebut diprakirakan terus membaik pada tahun 2012,

sehingga pertumbuhan ekonomi diprakirakan meningkat 6,4%-6,9%. Membaiknya

kinerja ekspor diprakirakan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, yang akan

mendorong akselerasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Masih kuatnya kinerja ekspor

dan membaiknya konsumsi rumah tangga selanjutnya mendorong pertumbuhan investasi.

Dengan kondisi permintaan yang cenderung meningkat, baik yang berasal dari eksternal

maupun domestik, pertumbuhan impor diprakirakan juga meningkat. Dari sisi lapangan

usaha, peningkatan pertumbuhan ekonomi ke depan terutama didukung oleh sektor industri;

sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Page 16: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

6 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Prospek Permintaan Agregat

Peningkatan pendapatan masyarakat akan mendorong kuatnya pertumbuhan

konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh tinggi sebesar

4,7% pada tahun triwulan III 2011, dan berkisar 4,4%-4,9% (2011). Pada tahun 2012,

pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan terakselerasi mencapai 4,8%-5,3%.

Pendapatan masyarakat yang meningkat berasal dari berbagai sumber yaitu: perbaikan

pendapatan dari hasil ekspor, kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), perbaikan pendapatan

aparat negara, kenaikan gaji karyawan perusahaan, potensi wealth effect dari kencederungan

kenaikan harga saham, serta dukungan pembiayaan dari perbankan.

Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh cukup tinggi dan menjadi salah

satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pergeseran pembayaran

gaji PNS ke-13 dari bulan Juni ke Juli 2011 menyebabkan konsumsi Pemerintah di

triwulan III 2011 diprakirakan meningkat cukup tinggi. Konsumsi Pemerintah secara

riil diprakirakan tumbuh 18,4% pada triwulan III 2011, sehingga secara keseluruhan

tahun 2011 pertumbuhan konsumsi pemerintah berkisar 8,8%-9,3%. Pada tahun

2012, pertumbuhan konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh 3,9%-4,4%, seiring

dengan strategi untuk mengendalikan defisit dalam rangka menjaga kesinambungan

fiskal jangka menengah.

Kegiatan investasi diprakirakan tumbuh tinggi pada tahun 2011 dan terakselerasi

pada tahun 2012. Pada tahun 2011, investasi diprakirakan tumbuh sekitar 9,3%-9,8%

dan meningkat menjadi 12,3%-12,8% pada tahun 2012. Tingginya pertumbuhan

investasi tersebut didorong oleh berbagai faktor. Dari sisi permintaan, tingginya prakiraan

investasi tersebut merupakan respons dari meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah

tangga dan ekspor. Faktor penarik tersebut juga didukung oleh beberapa faktor seperti

(i) stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, tercermin pada kondisi nilai tukar yang

stabil, (ii) potensi kenaikan sovereign credit rating Indonesia mencapai investment grade

oleh berbagai lembaga pemeringkat internasional sebagai kelanjutan dari proyeksi yang

positif dari berbagai lembaga pemeringkat, (iii) iklim investasi yang membaik, (iv) perbaikan

Indikator

Tabel 2.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4.6 4.5 4.5 4.7 4.4 - 4.9 4.8-5.3

Konsumsi Pemerintah 0.3 3.0 (-2.6) 18.4 8.8 - 9.3 3.9 - 4.4

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8.5 7.3 8.6 10.5 9.3 - 9.8 12.3 - 12.8

Ekspor Barang dan Jasa 14.9 12.3 12.6 7.9 9.4 - 9.9 9.7 - 10.2

Impor Barang dan Jasa 17.3 15.6 9.8 10.3 11.1 - 11.6 11.3 - 11.8

PDB 6.1 6.5 6.5 6.6 6.3 - 6.8 6.4 - 6.9

2010I II* III*

20112011* 2012*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Page 17: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

birokrasi pemerintahan karena adanya reformasi birokrasi, dan

(v) potensi pasar di Indonesia karena besarnya jumlah populasi

dibanding dengan kawasan regional lain di Asia Tenggara.

Peningkatan kinerja investasi tersebut diprakirakan diikuti oleh peran

aliran investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI) yang semakin

meningkat. Berdasarkan Consensus Forecast bulan Mei 2011, aliran

FDI ke Indonesia untuk tahun 2011 dan 2012 diprakirakan lebih

tinggi dibandingkan FDI di 2010 (Grafik 2.1). Besarnya aliran FDI

ke Indonesia tersebut diprakirakan lebih tinggi dibandingkan aliran

FDI ke Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan. Membaiknya investasi

tersebut juga terlihat dari optimisme investor asing terhadap kondisi

perekonomian Indonesia ke depan sebagaimana terlihat dalam

berbagai publikasi institusi internasional. Selain dalam bentuk investasi

nonbangunan, investasi bangunan juga diprakirakan cenderung

membaik, sejalan dengan implementasi program infrastruktur yang

direncanakan Pemerintah.

Volume perdagangan dunia yang diprakirakan tumbuh tinggi menyebabkan kuatnya

permintaan barang-barang hasil ekspor Indonesia. Pada tahun 2011, ekspor barang

dan jasa diprakirakan tumbuh 9,4%-9,9%, dan meningkat menjadi 9,7%-10,2% pada

tahun 2012. Komoditas ekspor Indonesia secara historis sangat terkait erat dengan aktivitas

perdagangan dunia. Selain itu, ekspor Indonesia ke negara-negara berkembang cenderung

meningkat, dan diprakirakan masih akan berlanjut pada tahun-tahun mendatang. Selain

faktor permintaan, kinerja ekspor Indonesia juga akan tumbuh kuat dengan dorongan dari

tren kenaikan harga komoditas.

Tingginya pertumbuhan ekspor dan kuatnya permintaan domestik akan mendorong

impor barang dan jasa. Peningkatan kinerja ekspor akan mendorong permintaan terhadap

bahan-bahan baku impor untuk proses produksi. Selain itu, tingginya konsumsi rumah tangga

di Indonesia diperkirakan juga akan mendorong penjualan barang-barang konsumsi yang

antara lain dipenuhi melalui impor.

Di sisi lain, meningkatnya investasi sebagai respons terhadap kinerja ekspor dan konsumsi

rumah tangga diprakirakan juga akan mendorong tingginya pertumbuhan impor barang

modal. Secara keseluruhan, impor barang dan jasa diprakirakan tumbuh 10,3% pada triwulan

III-2011, sehingga tumbuh 11,1%-11,6% untuk keseluruhan tahun 2011 dan meningkat

berkisar 11,3%-11,8% pada tahun 2012.

Prospek Penawaran Agregat

Dari sisi lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti sektor industri, perdagangan-hotel-

restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap mendominasi

struktur perekonomian Indonesia (Tabel 2.3). Sektor industri diprakirakan mengalami

akselerasi pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang konsumsi dan produk

Grafik 2.1

Prakiraan FDI Consensus Forecast

�����

����

����

����

���

���

���

���

���

�����

�����

���������

���������

��������

��������

����������

������

�����������

�����

�����������������

�����

����

����

����

���

���

���

���

���

Page 18: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

8 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

ekspor. Sementara itu, kuatnya daya beli masyarakat dan berbagai

program Pemerintah untuk mendorong pariwisata akan mendorong

pertumbuhan sektor PRH. Sektor pengangkutan dan komunikasi

diprakirakan menjadi salah satu sektor nontradable yang tetap

tumbuh tinggi seiring dengan geliat ekonomi di sektor-sektor lain

serta aktivitas ekspor dan impor.

Peningkatan aktivitas ekonomi domestik yang tetap solid telah

direspons oleh produsen melalui peningkatan kapasitas produksi

(investasi) dalam bentuk pembelian barang modal. Kondisi

ini tercermin dari peningkatan FDI dalam neraca pembayaran

Indonesia (NPI). Investasi yang meningkat tersebut juga terlihat

dari kegiatan impor mesin dan peralatan yang terus menunjukkan

peningkatan (Grafik 2.2). Sejak akhir tahun 2009 pertumbuhan

investasi nonbangunan (dari luar negeri) terus menunjukkan

peningkatan, dan pada akhir 2010 sampai dengan awal 2011

pertumbuhannya mencapai di atas 20%. Berbagai perkembangan

tersebut di atas mendukung ekspansi di sektor industri pengolahan

ke depan. Kinerja sektor industri pengolahan pada tahun

2011 dan beberapa tahun ke depan diprakirakan akan

melampaui level pertumbuhan sebelum krisis ekonomi

global tahun 2008.

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)

diprakirakan masih akan tetap meningkat. Meningkatnya

kegiatan impor dan aktivitas ekonomi domestik yang terus membaik

menjadi faktor pendukung yang positif. Optimisme perkembangan

kinerja sektor PHR juga didukung oleh perkembangan konsumsi

rumah tangga yang cenderung meningkat yang ditopang oleh daya

Grafik 2.2

Pertumbuhan PMTB Mesin dan Sektor Industri

S e k t o r

Tabel 2.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 2.9 3.4 3.5 3.5 3.1 - 3.6 3.5 - 4.0

Pertambangan & Penggalian 3.5 4.6 4.1 4.1 3.7 - 4.2 3.7 - 4.2

Industri Pengolahan 4.5 5.0 5.1 5.1 4.8 - 5.3 5.0 - 5.5

Listrik, Gas & Air Bersih 5.3 4.2 5.3 5.9 5.1 - 5.6 6.4 - 6.9

Bangunan 7.0 5.3 6.8 7.2 6.4 - 6.9 7.6 - 8.1

Perdagangan, Hotel & Restoran 8.7 7.9 8.4 8.9 8.5 - 9.0 8.6 - 9.1

Pengangkutan & Komunikasi 13.5 13.8 13.1 13.2 12.7 - 13.2 11.6 - 12.1

Keuangan, Persewaan & Jasa 5.7 7.3 6.9 7.0 6.7 - 7.2 6.8 - 7.3

Jasa-jasa 6.0 7.0 6.7 6.6 6.3 - 6.8 6.1 - 6.6

PDB 6.1 6.5 6.5 6.6 6.3 - 6.8 6.4 - 6.9

2010II*I III*

20112011* 2012*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

����

����

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����

������������

�������������������������������������

������������������������������������������������������������������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ��

Grafik 2.3

Pertumbuhan Sektor Perdagangan dan Indeks Penjualan Eceran

���

���

��

��

����

����

��

��

��

��

��

���� ���� ����

����������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � �

�������������������� �����������������������

Page 19: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

beli dan sumber pembiayaan yang memadai. Dengan perkembangan tersebut sektor PHR

pada tahun 2011 diprakirakan tumbuh di kisaran 8,5%-9,0%.

Di sisi subsektor perdagangan besar dan eceran, perkembangan subsektor ini diprakirakan

masih cukup tinggi. Perkembangan kinerja subsektor perdagangan ini didukung oleh impor

barang konsumsi yang masih meningkat serta daya beli masyarakat yang masih cukup tinggi

(Grafik 2.3). Optimisme membaiknya kegiatan perdagangan ke depan juga di dukung oleh

optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan sebagaimana terlihat dalam

beberapa survei yang dilakukan oleh institusi internasional.

Sebagaimana subsektor perdagangan, subsektor hotel dan restoran juga diprakirakan

menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Proses pemulihan perekonomian global

yang terus berlanjut dan kondisi ekonomi domestik yang cukup kuat akan menopang kinerja

subsektor perhotelan dan restoran. Peningkatan kinerja subsektor hotel dan restoran juga

didukung oleh berbagai upaya Pemerintah dalam rangka mencapai target menarik wisatawan

mancanegara sebanyak 7,3-7,7 juta orang di tahun 2011. Pada tahun

2011 ini Pemerintah melakukan kampanye pariwisata dengan tema

“Wonderful Indonesia.” Data terkini menunjukkan hingga bulan Mei

tahun 2011 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia

tercatat sebanyak 2,92 juta orang atau tumbuh sebesar 5,64%

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan

perkembangan ini Pemerintah optimis target kunjungan wistawan

mancanegara dapat tercapai.

Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih akan

tumbuh kuat hingga beberapa tahun ke depan. Peningkatan

aktivitas dari sektor ini diprakirakan tidak hanya bertumpu pada

subsektor komunikasi. Subsektor pengangkutan kini berperan

semakin besar, seiring dengan geliat ekonomi di sektor-sektor lain

seperti sektor industri, terutama industri hulu, PHR serta aktivitas

ekspor dan impor. Di samping itu, aktivitas di subsektor komunikasi

juga masih berlanjut dalam bentuk penciptaan berbagai inovasi

yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan. Dengan

perkembangan ini, sektor pengangkutan dan komunikasi tahun

2011 diprakirakan tumbuh 12,7%-13,2%.

Meningkatnya kegiatan di subsektor pengangkutan antara lain

tercermin dari meningkatnya volume lalu lintas barang, seiring

dengan meningkatnya kegiatan perdagangan dan ekspor-impor

serta pengangkutan penumpang (Grafik 2.4). Berbagai peningkatan

layanan di pelabuhan dan bandara dilakukan untuk merespons

peningkatan aktivitas tersebut. Selain itu berbagai perbaikan

infrastruktur jalan (road development) yang saat ini sedang

dilakukan akan sangat mendorong kelancaran kegiatan angkutan

di darat.

Grafik 2.4

Angkutan Penumpang dan Barang

Grafik 2.5

Pelanggan dan Pengguna Internet

���

��

��

��

���

��

��

��

���� ���� ����

�����������������

�����

������

������������������������������������������������������

������

� � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � �� ���� � � � �

��������������������������������������

�����

�����

�����

�����

������

������

������

������

����

�����

�����

�����

�����

�����

���� ���� ����� ����� ����� �����

���������������������������

����������������������������

�����������������������

Page 20: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

10 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Kegiatan di subsektor komunikasi kini lebih terfokus pada pengembangan layanan data

(mobile data services - MDS). Investasi dalam pengembangan MDS mendapat porsi relatif

besar dalam anggaran belanja modal (capital expenditure) para operator telekomunikasi,

selain biaya terkait pemasaran. Banyaknya operator telekomunikasi yang masuk di bisnis

layanan data terutama terkait dengan besarnya peluang di bisnis ini (Grafik 2.5).

Di sektor pertanian, perbaikan kinerja terjadi terutama disebabkan oleh relatif

baiknya iklim yang sepanjang tahun 2010 lalu menjadi masalah yang cukup serius.

Kondisi iklim yang membaik ini memungkinkan produktivitas tanaman bahan pangan

meningkat. Selain dukungan iklim, perbaikan produksi di sektor pertanian diprakirakan

juga didukung oleh perbaikan infrastruktur pertanian dan keterhubungan antarwilayah

sebagaimana rencana Pemerintah dalam APBN 2011. Subsektor perikanan yang saat ini

merupakan pangsa kedua terbesar di sektor pertanian terus menunjukkan pertumbuhan yang

meningkat, terutama perikanan budidaya. Di subsektor perkebunan, pertumbuhan produksi

tahun 2011 diprakirakan lebih baik dari tahun sebelumnya, terutama dari perkebunan kelapa

sawit. Subsektor perkebunan, bersama dengan subsektor perikanan, akan menopang kinerja

sektor pertanian secara keseluruhan.

Perkembangan kinerja sektor-sektor ekonomi lainnya di tahun 2011 secara umum

menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi di

tahun 2010. Di sektor pertambangan, perbaikan kinerja akan ditopang oleh pertumbuhan

yang cukup tinggi di subsektor nonmigas seperti batubara, nikel dan timah. Faktor cuaca

di tahun 2011 diprakirakan lebih baik dari tahun 2010 sehingga membantu kinerja sektor

pertambangan ini. Selain itu, berbagai upaya Pemerintah terkait dengan penyelesaian

berbagai masalah pembebasan lahan diprakirakan mulai membuahkan hasil di tahun 2011.

Dengan demikian kegiatan proyek-proyek, terutama proyek infrastruktur, diprakirakan

mengalami perbaikan. Di sektor keuangan, perbaikan kinerja diprakirakan juga akan terjadi,

seiring dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan.

PROSPEK INFLASI

Tekanan inflasi di semester I 2011 relatif rendah. Dari sisi domestik, sumber inflasi

diprakirakan antara lain berasal dari faktor musiman dan hari raya di tengah terus

meningkatnya permintaan sejalan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Selain itu, faktor ekspektasi masyarakat yang dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas

internasional diprakirakan juga menambah tekanan inflasi.

Dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional

yang masih cenderung meningkat. Walaupun sempat menunjukkan penurunan, harga

minyak diprakirakan masih cenderung meningkat dan diikuti oleh kenaikan harga komoditas-

komoditas lainnya terkait masih tingginya permintaan akan komoditas internasional, baik

yang berasal dari negara-negara emerging markets maupun negara-negara maju. Tekanan

inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar rupiah yang

diprakirakan bergerak stabil.

Page 21: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Memasuki semester II-2011, inflasi volatile food diprakirakan lebih

tinggi dibandingkan semester sebelumnya sesuai dengan pola

musiman dan hari raya. Namun peningkatan tekanan dari sisi

volatile food diprakirakan lebih rendah dibandingkan tahun 2010

yang terkendala oleh gangguan produksi dan distribusi. Kebijakan

Pemerintah terkait pengadaan bahan pangan dalam negeri serta

pengamanan stok domestik bahan pangan diprakirakan dapat

membatasi tekanan inflasi volatile food. Berdasarkan hal tersebut

inflasi volatile food di tahun 2011 diprakirakan lebih rendah dari

tahun 2010.

Dengan memperhitungkan dan mengantisipasi risiko tekanan inflasi

ke depan melalui bauran kebijakan serta memperkuat koordinasi

dengan Pemerintah, inflasi diprakirakan dapat diarahkan pada

kisaran sasarannya sebesar 5%±1% pada tahun 2011 dan

4,5%±1% pada tahun 2012.

Faktor Fundamental: Inflasi Inti

Tekanan inflasi inti tahun 2011 khususnya di semester

II diprakirakan meningkat namun masih terkendali. Tren

meningkatnya harga komoditas diiringi dengan peningkatan inflasi

mitra dagang memberikan peningkatan tekanan inflasi inti dari

sisi eksternal. Harga minyak yang diprakirakan tetap tinggi akan

memengaruhi biaya transportasi sehingga akan meningkatkan

harga impor (Grafik 2.6). Namun demikian, tekanan dari sisi

eksternal tersebut diharapkan dapat diredam melalui stabilitas

nilai tukar rupiah.

Dari sisi domestik, prospek pertumbuhan ekonomi di 2011 yang

semakin meningkat diprakirakan memberikan tekanan dari sisi

inflasi inti. Hal tersebut diindikasikan oleh total utilisasi kapasitas

industri pengolahan yang menunjukkan kecenderungan meningkat

(Grafik 2.7). Meningkatnya pertumbuhan investasi diharapkan dapat

mendorong kemampuan sisi pasokan untuk merespon peningkatan

sisi permintaan sehingga dapat mengurangi tekanan inflasi yang

berasal dari meningkatnya permintaan.

Dari sisi ekspektasi inflasi, hasil berbagai survei menunjukkan

ekspektasi inflasi di 2011 dan 2012 masih relatif tinggi. Tingginya

ekspektasi inflasi tersebut, khususnya berkaitan dengan semakin

dekatnya hari raya dan kecenderungan meningkatnya harga

komoditas internasional. Selain itu, wacana kebijakan pengendalian

subsidi bahan bakar minyak (BBM) oleh Pemerintah juga dapat

meningkatkan ekspektasi inflasi masyarakat (Grafik 2.8 dan 2.9).

Grafik 2.6.

Harga Minyak dan Inflasi Inti

Grafik 2.7.

Kapasitas Produksi Industri Pengolahan dan Inflasi Inti

��

��

��

��

���

���

���

���

���� ��������� ���� ���� ���� ���� ����

������������������������

�������������������������

�����������������

����

����

����

����

����

�����

����

����

����

����

����

����

�� ��� ���� ��� �� ��� ���� ��� �� ��� ���� ��� �� ������� ���� ���� ����

� ����

�������������������������

���������������������������������������������

Grafik 2.8.

Ekspektasi Inflasi – Survei Konsumen

����������������

����������������

����������

����������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

Page 22: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

12 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Faktor Nonfundamental

Inflasi volatile food di tahun 2011 diprakirakan lebih

rendah dibandingkan 2010 walaupun tekanan di semester

II cenderung meningkat. Dengan musim panen yang mulai

berakhir dan terbatasnya peningkatan produksi, tekanan inflasi

volatile food mulai meningkat seiring dengan semakin dekatnya

bulan Ramadhan. Untuk menjamin kecukupan stok pangan

hingga akhir tahun dan mengendalikan kenaikan harga barang,

Pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan dengan baik

dengan cara memaksimalkan produksi dalam negeri maupun

pengadaan luar negeri jika diperlukan.

Selain faktor domestik, penggerak inflasi volatile food juga berasal

dari berlanjutnya tren kenaikan beberapa harga pangan global

akibat peningkatan permintaan di tengah terbatasnya respon sisi

pasokan.

FAKTOR RISIKO

Prospek inflasi di tahun 2011 dan 2012 tidak terlepas dari beberapa

faktor risiko baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar

negeri (Grafik 2.10). Dari sisi eksternal, faktor risiko antara lain

dapat berasal dari peningkatan lebih lanjut harga minyak dunia

dan komoditas internasional. Dari sisi domestik, tingginya konsumsi

BBM bersubsidi tahun 2011 dan tingginya harga minyak dunia

dapat mendorong dilakukannya penyesuaian harga barang yang

bersifat strategis seperti BBM bersubsidi, LPG dan Tarif Tenaga

Listrik (TTL).

Grafik 2.9.

Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast

Grafik 2.10.

Fan Chart Proyeksi Inflasi 2011-2012

� � � � � � ����������

��������������

���

������

���

��

��

�����

�� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� ������ ���� ���� ����

���� ������

�� ���� �� ������

��

��

��

�������

Page 23: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

Pemulihan ekonomi global masih berlangsung meski dibayangi adanya potensi

perlambatan ekonomi terutama di Jepang, Amerika Serikat dan Inggris. Namun

pertumbuhan yang terjadi di Eropa dan emerging markets diharapkan dapat meredam

perlambatan di negara-negara maju tersebut. Selama triwulan II 2011, negara-negara

emerging markets masih menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi global yang

tetap ditopang oleh konsumsi dan kinerja eksternal. Hal tersebut memberikan dampak

positif pada perkembangan ekonomi dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia

pada triwulan II 2011 diprakirakan mencapai 6,5% (yoy). Selain konsumsi domestik

pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih didorong oleh kinerja ekspor dan membaiknya

kinerja investasi. Di sisi lapangan usaha, kinerja pada triwulan II diprakirakan ditopang

oleh membaiknya kinerja beberapa sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor industri

pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor bangunan.

Kinerja perekonomian domestik yang menguat, membaiknya indikator risiko dan

menariknya imbal hasil aset rupiah mendukung penguatan nilai tukar selama triwulan

II 2011. Selain itu, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang solid juga berperan

dalam penguatan rupiah tersebut. Selama triwulan II, secara rata-rata, rupiah terapresiasi

sebesar 3,58% ke level Rp8.589 per dolar AS dengan tingkat volatilitas yang menurun

dari triwulan sebelumnya menjadi 0,3%.

Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan II 2011 menunjukkan penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi IHK pada triwulan

II 2011 mencapai 5,54% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan I 2011 yang mencapai

6,65% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh adanya koreksi dari sisi

volatile food. Sementara itu, meskipun tekanan inflasi dari faktor fundamental yang

terlihat pada inflasi inti menunjukkan peningkatan namun masih terkendali.

Di sisi pasar keuangan, suku bunga jangka pendek, sebagaimana tercermin pada

suku bunga PUAB O/N, bergerak cenderung menurun selama triwulan II 2011.

Sementara itu, pertumbuhan kredit masih berada pada tren yang meningkat mencapai

23,4% (yoy) pada Juni 2011. Di pasar modal, pasar SBN, dan pasar reksadana juga

menunjukkan kinerja yang positif.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Pemulihan ekonomi global triwulan II 2011 masih diselimuti ketidakpastian di

pasar keuangan global dan perlambatan ekonomi dunia. Adanya berbagai sentimen

negatif memengaruhi kinerja pasar keuangan global dan mengakibatkan tertahannya

tren penguatan di pasar keuangan global. Sentimen negatif tersebut muncul karena

adanya indikasi kuat perlambatan ekonomi global, berakhirnya Quantitative Easing II dan

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

13

Page 24: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

ancaman penurunan peringkat utang AS, berlarut–larutnya penyelesaian krisis utang di

Eropa, penurunan peringkat utang Negara-negara PIIGS (Portugal, Ireland, Italy, Greece,

and Spain),dan krisis politik di MENA (Midle East and North Africa). Hal tersebut

membuat bursa saham global bergerak melemah dan diikuti dengan pemburukan CDS

(credit default swap). Imbas dari ketidakpastian di pasar global membuat mayoritas

mata uang global bergerak melemah terhadap dolar AS di akhir triwulan II 2011.

Pertumbuhan ekonomi dunia triwulan I 2011 yang lebih rendah dari perkiraan disebabkan

oleh rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi negara maju seperti AS, Inggris, dan

Jepang. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan II 2011. Efek

bencana di Jepang masih mengganggu rantai pasokan sektor manufaktur global yang

berujung pada melambatnya sektor manufaktur dan menurunnya volume perdagangan

dunia. Masih lemahnya perekonomian negara maju dan perlambatan ekonomi China

juga menjadi faktor penyebab moderasi perekonomian global di triwulan II 2011.

Pertumbuhan ekonomi AS triwulan II 2011 mengalami moderasi. Sektor industri AS

yang menjadi tulang punggung pemulihan resesi ekonomi mengalami perlambatan ekspansi.

Hal tersebut mengakibatkan terjadinya hambatan dalam perbaikan sektor tenaga kerja yang

berujung pada turunnya konsumsi rumah tangga AS di tengah kondisi peningkatan tekanan

inflasi. Sektor perumahan AS yang menajadi episentrum krisis keuangan global tahun

2008 juga belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Kondisi tersebut menyebabkan

pesimisme terhadap prospek perekonomian AS meningkat, sebagaimana ditunjukkan oleh

penurunan consumer confidence index di bulan Juni 2011. Ekspektasi terhadap moderasi

ekonomi AS semakin kuat menyusul revisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi AS

tahun 2011 oleh the Fed menjadi 3,1%-3,3% (yoy) dari 3,4%-3,9% (yoy).

Ekspansi ekonomi negara kawasan Eropa diprakirakan terhambat oleh krisis utang

yang membelit kawasan tersebut. Jerman dan Perancis masih menjadi penopang utama

ekspansi ekonomi Eropa di tengah perlambatan ekonomi yang dialami negara–negara

Eropa lainnya sebagai dampak penerapan program kebijakan fiskal yang ketat (austerity

program). Meskipun demikian, sektor industri yang selama ini menjadi penopang utama

ekspansi di Jerman dan Perancis terindikasi mengalami perlambatan yang disebabkan

terganggunya pasokan dari Jepang dan rendahnya konsumsi di kawasan Eropa sebagai

dampak tingginya angka pengangguran di kawasan tersebut.

Tren positif pertumbuhan ekonomi Asia diprakirakan masih tetap terjaga.

Perekonomian kawasan Asia terus mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

menjadi penyokong utama perekonomian dunia. Solidnya ekspansi pada perekonomian

Asia ditopang oleh tingginya kinerja ekspor meski sedikit mengalami moderasi yang

disebabkan penurunan aktivitas industri di kawasan tersebut sebagai dampak bencana

di Jepang dan melambatnya ekspansi ekonomi China. Perekonomian Jepang mulai

bangkit dari keterpurukan pasca-bencana gempa dan tsunami sebagaimana tercemin

dari peningkatan beberapa indikator ekonomi, seperti peningkatan aktivitas industri dan

konsumsi rumah tangga. Namun, kontraksi ekonomi yang tajam di triwulan I 2011

mendorong Bank of Japan (BoJ) menurunkan proyeksi perekonomian Jepang pada tahun

2011 menjadi 0,5%-1,0% (yoy) dari sebelumnya 1,4%-1,8% (yoy).

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

14

Page 25: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Harga komoditas selama triwulan II 2011 mulai turun, namun masih dalam level

yang tinggi. Indeks harga komoditas Juni 2011 turun 1,14% dibandingkan dengan

Mei 2011, atau turun 3,98% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan

ini dipicu oleh keputusan negara-negara OECD untuk melepas cadangan minyaknya

akibat kegagalan OPEC mencapai kesepakatan terkait peningkatan kuota produksi

sehingga mendorong harga minyak sedikit terkoreksi pada akhir triwulan II 2011.

Penurunan harga minyak tersebut juga dipicu oleh ekspektasi perlambatan ekonomi

global. Meskipun demikian, secara keseluruhan harga komoditas tetap berada pada

level yang tinggi sehingga masih memberikan tekanan pada inflasi global. Di Eropa

dan Inggris tingkat inflasi telah melampaui target bank sentral. Sementara tekanan

inflasi di emerging markets mulai melambat akibat penerapan kebijakan moneter

ketat. Laju inflasi global tercatat telah mencapai 4,2% (yoy) pada triwulan II 2011

setelah tercatat tumbuh 3,7% (yoy) pada triwulan I 2011.

Perbedaan laju perbaikan ekonomi menyebabkan perbedaan respons kebijakan

moneter antara negara maju dan berkembang. Bank sentral utama seperti The

Fed, BoJ, dan BoE cenderung masih mempertahankan kebijakan moneter akomodatif

untuk menopang perekonomian yang masih lemah. Sebaliknya, cepatnya laju perbaikan

ekonomi di negara berkembang dan tingginya tekanan inflasi mendorong otoritas

moneter menerapkan kebijakan moneter cenderung ketat. The Fed tetap menahan

suku bunga pada kisaran 0%-0,25% seiring masih lemahnya konsumsi rumah tangga

dan peningkatan tekanan inflasi. ECB menaikkan suku bunganya menjadi 1,25%

dikarenakan adanya bantuan dari Uni Eropa guna menyelamatkan risiko kegagalan

(default) dari Yunani. Bank sentral Selandia Baru, RBNZ, masih mendorong pemulihan

perekonomian pasca-gempa dengan tetap mempertahankan suku bunga sebesar 2,5%.

Bank sentral Australia dan Canada hingga akhir triwulan II 2011 tetap mempertahan

tingkat suku bunganya.

Bank sentral negara emerging markets cenderung melakukan pengetatan

kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga yang disertai dengan

bauran kebijakan. Meningkatnya tekanan inflasi di kawasan emerging markets

membuat bank sentral di kawasan tersebut kembali melanjutkan upaya pengetatan

kebijakannya. Beberapa bank sentral di Asia telah menaikkan suku bunga di antaranya

India (+50bps), Filipina (+25bps), Malaysia (+25bps). Selain itu, bauran kebijakan mulai

diterapkan selama triwulan II 2011 guna menahan laju aliran dana asing, mengelola

likuiditas dan membatasi aktivitas spekulasi akibat perbedaan respons kebijakan negara

maju dengan negara emerging markets. Sebagian besar otoritas moneter di kawasan

emerging market melakukan kebijakan terkait valuta asing, seperti halnya Korea

yang membatasi derivative contract forex, Vietnam menaikkan giro wajib minimum

valas sebesar 2% menjadi 3%-6%, Turki menaikkan giro wajib minimum sebesar

1%, Singapura mengubah titik tengah nilai SGD ke arah yang lebih apresiatif dan

Brasil menaikkan kebijakan pajak untuk korporasi yang menarik utang luar negeri.

China juga menaikkan giro wajib minimum ke level 21% lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya sebesar 20%.

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

15

Page 26: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2011 diprakirakan

mencapai 6,5% dengan kontribusi utama ekspor, konsumsi

rumah tangga dan investasi (Tabel 3.1). Volume perdagangan

dunia yang meningkat mendorong ekspor tetap tumbuh positif.

Demikian pula dengan impor, dia diprakirakan tumbuh cukup

tinggi sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekspor dan

investasi. Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih akan

tumbuh tinggi dengan diiringi keyakinan konsumen yang cukup

tinggi. Pertumbuhan investasi diprakirakan meningkat meskipun

terjadi perlambatan apresisasi dan rendahnya realisasi proyek

infrastruktur serta belanja modal pemerintah.

Konsumsi rumah tangga triwulan II 2011 diprakirakan

masih tumbuh cukup tinggi. Optimisme perkembangan

konsumsi rumah tangga didukung oleh hasil survei konsumen

Bank Indonesia Juni 2011. Indeks Keyakinan Konsumen pada

Survei Konsumen tersebut menunjukkan optimisme masyarakat

yang tetap terjaga baik mengenai kondisi ekonomi saat ini

maupun ekspektasi ekonomi enam bulan mendatang (Grafik

3.1). Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan

masih tetap baik walaupun ekspektasi harga 3 (tiga) bulan

mendatang meningkat, terkait Hari Raya Idul Fitri serta ekspektasi

harga 6 (enam) bulan mendatang yang tetap tinggi terkait

faktor musiman akhir tahun. Namun, jika dibandingkan dengan

triwulan I 2011 akselerasi konsumsi rumah tangga pada triwulan

II 2011 tertahan. Hal itu tercermin dari indeks penjualan dari

survei penjualan eceran Bank Indonesia yang tumbuh stabil

Indikator

Tabel 3.1

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4.9 3.9 5.0 5.2 4.4 4.6 4.5 4.5

Konsumsi Pemerintah 15.7 (-7.6) (-7.3) 4.8 7.3 0.3 3.0 (-2.6)

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 3.3 8.0 8.0 9.2 8.7 8.5 7.3 8.6

Ekspor Barang dan Jasa -9.7 20.0 14.6 9.6 16.1 14.9 12.3 12.6

Impor Barang dan Jasa -15.0 22.6 18.4 12.2 16.9 17.3 15.6 9.8

PDB 4.6 5.6 6.1 5.8 6.9 6.1 6.5 6.5

20092010

I IIIII III IV2010

2011*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Grafik 3.1

Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI

Grafik 3.2

Pertumbuhan Penjualan Mobil dan Motor

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

����� ������

������������������������������� ����������������������������������������������������������������� ����������������������������

�������

�������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � ����� ���� ���� ����

����������

� � ��

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � ���� �� � � ������ ���� ���� ����

���

���

��

��

��

��

���

���

����������������������������������������������������

������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

16

Page 27: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

serta penjualan motor dan penjualan mobil yang tumbuh lebih rendah (Grafik 3.2).

Kenaikan bea balik nama kendaraan, pajak kendaraan bermotor secara progresif

serta wacana pembatasan konsumsi BBM bersubsidi ikut memengaruhi keterbatasan

pembelian kendaraan.

Pada triwulan II 2011, investasi diprakirakan terus tumbuh meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan investasi terutama

ditopang oleh investasi bangunan seiring meningkatnya aktivitas konstruksi sektor

properti. Indikator dini sektor bangunan seperti penjualan semen meningkat hingga

pertengahan triwulan II 2011 (Grafik 3.3). Namun, pertumbuhan investasi mesin

melambat, terindikasi dari perkembangan impor mesin dan suku cadang untuk

mesin sampai dengan Juni 2011 yang relatif menurun (Grafik 3.4). Pertumbuhan

investasi masih berisiko tumbuh lebih rendah (downside risk)

terkait realisasi proyek infrastruktur terutama proyek jalan tol

yang lebih lambat dari perkiraan. Berdasarkan informasi yang

dihimpun sampai dengan Mei 2011, Pemerintah hanya mampu

membangun dan mengoperasikan proyek jalan tol sepanjang

19,1 km pada 2011 dari target awal 120,5 km. Beberapa proyek

jalan tol meleset dari rencana terkendala proses pembebasan

lahan dan tidak adanya skema penjaminan kredit perbankan

oleh pemerintah. Sementara itu, realisasi pengoperasian proyek

listrik 10.000 MW sampai dengan Mei 2011 masih belum sesuai

targetnya walaupun beberapa pembangkit telah menyelesaikan

tahap konstruksi. Di samping itu, penyerapan belanja modal

pemerintah sampai dengan Mei 2011 cenderung rendah yaitu

baru sebesar 10% dari anggaran.

Konsumsi Pemerintah diprakirakan turun pada triwulan

II 2011. Turunnya konsumsi pemerintah pada triwulan II 2011

tercermin dari masih rendahnya realisasi belanja Pemerintah

hingga Mei 2011 yang baru mencapai 29,6% dari target

APBN 2011. Risiko lebih rendahnya realisasi anggaran juga

disebabkan oleh ditundanya realisasi rapel gaji ke-13 pegawai

negeri sipil (PNS), Polri dan pensiunan dari rencana awal Juni

2011 menjadi Juli 2011. Realisasi kontribusi Pemerintah ke

sektor riil di triwulan II 2011 juga berpotensi turun sejalan

dengan penyerapan belanja Barang dan Modal di bulan Mei

2011 yang belum memperlihatkan percepatan dibandingkan

dengan bulan-bulan sebelumnya.

Pada triwulan II 2011 ekspor diprakirakan masih tumbuh

cukup tinggi. Pertumbuhan harga komoditas dunia baik

migas maupun non-migas yang cukup tinggi serta membaiknya

sentimen bisnis di Eropa dan Amerika dapat menjaga kinerja

��

��

��

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ������� ���� ���� ����

�������������������������������� ������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������

����� �����

Grafik 3.4

PMTB Mesin

���

���

��

��

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

��

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ��

���� ���� ���� ����

����� �����

������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������� �����������������������������������������������

Grafik 3.3

PMTB Bangunan

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

17

Page 28: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

ekspor di triwulan II 2011 (Grafik 3.5). Selain itu pertumbuhan

ekonomi pasar ekspor, yaitu negara-negara emerging markets,

yang cukup tinggi juga mendukung pertumbuhan ekspor yang

tinggi di triwulan II 2011 (Grafik 3.6).

Merespons perkembangan permintaan eksternal, impor

pada triwulan II diprakirakan juga tumbuh tinggi, meskipun

melambat. Berdasarkan kelompoknya, masih tingginya impor

ditunjang oleh impor non-migas, terutama impor bahan baku

yang merespons peningkatan pertumbuhan ekspor sektor industri.

Di sisi kebijakan pemerintah, pertumbuhan impor didukung

oleh penghapusan bea masuk. Berdasarkan PMK 80/2011 (13

April 2011), Pemerintah menghapuskan Bea Masuk 182 pos

tarif yang terkait kelompok bahan baku dan barang modal.

PMK ini bertujuan untuk mempertahankan daya saing produk-

produk manufaktur yang banyak menggunakan bahan baku

maupun barang modal impor. Selain itu, perkembangan nilai

tukar rupiah yang cenderung terapresiasi dan meningkatnya

konsumsi BBM di dalam negeri merupakan faktor lain yang

mendorong impor tetap meningkat. Namun, melihat pergerakan

composite leading indicator (CLI) impor yang menunjukkan fase

perlambatan, mengindikasikan adanya kemungkinan penurunan

laju impor pada triwulan mendatang (Grafik 3.7).

Operasi Keuangan Pemerintah

Realisasi APBN sampai dengan bulan Mei 2011 masih

mencatat surplus sebesar 0,8% dari PDB yang ditandai

dengan peningkatan penerimaan dan belanja negara. Pencapaian

tersebut sedikit lebih rendah dari surplus periode yang sama

tahun 2010 sebesar 1% dari PDB. Peningkatan penerimaan

berasal dari pergerakan harga komoditas minyak dan turunannya,

sedangkan kenaikan belanja terjadi karena beban subsidi energi.

Di sisi pembiayaan defisit APBN, pembiayaan melalui penerbitan

SBN selama semester I 2011 tidak mengalami hambatan,

tercermin dari realisasi yang melebihi targetnya dengan biaya

dana (yield) relatif stabil bahkan cenderung menurun sejak awal

tahun. Dari sisi likuditas, operasi keuangan Pemerintah masih

berdampak kontraktif selama semester I 2011. Pemerintah

merencanakan pengajuan penambahan kuota BBM bersubsidi

dan kenaikan defisit APBN dari 1,8% PDB menjadi 2,1% PDB

dalam pembahasan RAPBN-P 2011.

Grafik 3.5

Indeks Harga Komoditas Ekspor Non Migas

Grafik 3.6 Indeks Tendensi Bisnis (BPS) dan Sentimen Bisnis di Eropa dan China

Grafik 3.7

CLI Impor

� ��

��

��

��

��

��

��

���

���

� �

��

��

��

������ ����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ������� ���� ���� ����

������������

������������������������

�������������������������

�����

�����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

� � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � ����� ���� ���� ����

���������������������� ���������������������� ���������������������������

�����

������

��

��

��

��

���

���

���

���

���

� ��� � ��� � ��� � ��� � ��� � ��� � ������� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����������������������������������������������������������

����������

���

���������������������

���������������������

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

18

Page 29: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Realisasi penerimaan negara mencapai 38,1% dari target APBN 2011, atau

mencatat peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2010 yang mencapai

35,9% dari target APBNP 2010. Peningkatan penerimaan terjadi di hampir seluruh

sumber penerimaan Pemerintah terutama pajak ekspor, PPh Migas dan Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP). Di sektor perpajakan, meningkatnya harga minyak mentah

Indonesia (ICP) dan crude palm oil (CPO) internasional mampu mendorong kenaikan

penerimaan PPh Migas dan Pajak Ekspor. Rata-rata harga ICP yang di atas asumsi

APBN meningkatkan realisasi PPh Migas dari target APBN. Sementara itu, realisasi

pajak ekspor telah jauh melampaui target APBN. Untuk sektor PNBP, peningkatan

penerimaan SDA Migas cukup signifikan akibat kenaikan harga komoditas minyak.

Realisasi penyerapan belanja negara telah mencapai 29,6% dari target APBN

2011, atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang

mencapai 26,2% dari target APBNP 2010. Peningkatan belanja yang terjadi terutama

disumbang oleh kebutuhan pembayaran subdisi yang meningkat seiring kenaikan harga

ICP diatas asumsi APBN, Belanja Pegawai dan transfer ke daerah. Namun, realisasi

Belanja Barang dan Modal melambat dibandingkan dengan tahun lalu.

Penawaran Agregat

Kinerja sektoral pada triwulan II diprakirakan ditopang oleh membaiknya

kinerja beberapa sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan,

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor bangunan. Sementara itu, kinerja

sektor lainnya diprakirakan tumbuh terbatas. (Tabel 3.2). Faktor yang memengaruhi

pertumbuhan pada dua triwulan tersebut adalah kondisi permintaan eksternal yang

masih baik dan permintaan domestik yang masih terjaga. Selain itu, perbaikan cuaca

juga berpengaruh positif terutama pada sektor pertanian. Terdapat risiko pada kinerja

subsektor alat angkut terkait gempa Jepang yang mengganggu pasokan bahan baku,

namun produksi mulai kembali normal mulai Juni 2011.

Indikator

Tabel 3.2

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 4.0 3.0 3.1 1.8 3.8 2.9 3.4 3.5

Pertambangan & Penggalian 4.4 3.1 3.9 2.7 4.2 3.5 4.6 4.1

Industri Pengolahan 2.2 3.9 4.5 4.3 5.3 4.5 5.0 5.1

Listrik, Gas & Air Bersih 14.3 8.8 5.1 3.4 4.3 5.3 4.2 5.3

Bangunan 7.1 7.3 7.2 6.8 6.7 7.0 5.3 6.8

Perdagangan, Hotel & Restoran 1.3 8.6 9.1 8.7 8.4 8.7 7.9 8.4

Pengangkutan & Komunikasi 15.5 12.0 13.0 13.2 15.5 13.5 13.8 13.1

Keuangan, Persewaan & Jasa 5.1 4.8 5.6 5.9 6.3 5.7 7.3 6.9

Jasa-jasa 6.4 4.7 5.3 6.4 7.5 6.0 7.0 6.7

PDB 4.6 5.6 6.1 5.8 6.9 6.1 6.5 6.5

20092010

I IIIII III IV2010

2011*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

19

Page 30: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Kinerja sektor pertanian pada triwulan II diprakirakan tumbuh membaik dari

triwulan sebelumnya. Perbaikan tersebut didukung oleh faktor cuaca yang telah

memasuki fase normal pada periode pertengahan triwulan II 2011. Efek positif ini

dirasakan oleh subsektor perkebunan, utamanya perkebunan kelapa sawit yang

terindikasi dari meningkatnya produksi kelapa sawit. Demikian pula subsektor perikanan

diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada 2011 yang utamanya berasal dari produksi

perikanan budidaya. Selain faktor cuaca, kinerja subsektor ini juga didukung oleh

program minapolitan Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II 2011 berpeluang tumbuh

membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor ini didukung oleh

masih baiknya permintaan eksternal dan relatif terjaganya permintaan domestik.

Pertumbuhan yang membaik tersebut terutama ditopang oleh pertumbuhan yang

cukup tinggi pada subsektor logam dasar, besi dan baja dan subsektor tekstil dan alas

kaki yang berada di atas pola historisnya. Di samping itu, kinerja subsektor makanan

dan minuman, subsektor alat angkut, dan subsektor semen masih tumbuh cukup

tinggi. Kinerja subsektor tekstil dan logam dasar yang realisasinya relatif tinggi pada

triwulan I-2011 terindikasi masih akan meningkat, tercermin dari perkembangan indeks

produksinya. Sementara itu, kinerja subsektor makanan minuman dan semen didukung

oleh meningkatnya produksi CPO dan semen hingga awal triwulan II-2011.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) pada triwulan II 2011

diprakirakan relatif membaik. Membaiknya pertumbuhan sektor ini terkait dengan

membaiknya kinerja sektor tradables dan aktivitas domestik. Perkiraan meningkatnya

kinerja sektor PHR sejalan dengan hasil SKDU. Sementara itu, konsumsi RT masih

tumbuh cukup kuat ditandai dengan pertumbuhan indeks penjualan eceran riil yang

stabil. Perkembangan terkini seperti jumlah wisatawan mancanegara dan tingkat hunian

hotel terus menunjukkan peningkatan hingga Mei 2011.

Kinerja sektor bangunan pada triwulan II diprakirakan tumbuh membaik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja sektor bangunan

terkait tingginya aktivitas konstruksi meskipun realisasi proyek infrastruktur Pemerintah

tidak secepat yang diharapkan. Aktivitas konstruksi yang meningkat tercermin pada

perkembangan indikator dini sektor bangunan, seperti penjualan semen dan penjualan alat

berat untuk konstruksi yang meningkat hingga pertengahan triwulan II 2011. Pertumbuhan

penjualan semen pada bulan April 2011 mencapai 17% (yoy), meningkat cukup tinggi

dibandingkan dengan rata-rata triwulan I 2011 yaitu sebesar 5,6% (yoy).

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II diprakirakan masih

tumbuh tinggi. Kinerja sektor ini terutama ditopang oleh peningkatan kinerja subsektor

pengangkutan dan pertumbuhan yang masih tinggi pada subsektor komunikasi.

Kinerja subsektor pengangkutan diprakirakan akan lebih berperan di sektor ini yang

terindikasi dari terus meningkatnya pertumbuhan penumpang angkutan udara serta

banyaknya liburan panjang dalam triwulan II 2011. Prospek angkutan udara pada

tahun 2011 yang baik direspons dengan penambahan armada oleh beberapa maskapai

penerbangan. Pada subsektor komunikasi, pertumbuhan yang masih tinggi berasal

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

20

Page 31: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

dari meningkatnya bisnis internet dan komunikasi data, sementara untuk penggunaan

komunikasi seluler (suara dan sms) diperkirakan akan relatif terbatas.

Perekonomian Daerah

Pada triwulan II 2011 pertumbuhan ekonomi berbagai daerah diperkirakan

masih tetap tinggi. Pertumbuhan Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Sumatera

kembali tumbuh meningkat, sementara ekonomi Jawa dan Jakarta tumbuh

relatif stabil. Wilayah Jawa dan Jakarta tumbuh stabil dalam rentang perkiraan angka

pertumbuhan ekonomi nasional, sedangkan KTI dan Sumatera tumbuh di bawah

perkiraan angka nasional (Grafik 3.8).

Di sisi permintaan, kinerja perekonomian daerah pada triwulan II 2011 terutama

didorong oleh membaiknya kinerja investasi dan ekspor sehingga dapat menopang

kinerja konsumsi daerah yang tumbuh sedikit melambat. Perkembangan konsumsi

rumah tangga cenderung tumbuh melambat, terutama di wilayah

Jawa tercermin dari indeks penjualan eceran yang juga melambat

di beberapa kota besar (Bandung, Surabaya, Medan). Konsumsi

pemerintah terindikasi membaik, terutama di wilayah KTI dan

Sumatera. Peningkatan tersebut terkait dengan realisasi proyek

infrastruktur pemerintah yang menjadi pendorong membaiknya

realisasi belanja daerah. Perkembangan investasi (PMTB) tumbuh

meningkat di sebagian besar kawasan, terutama investasi bangunan.

Kinerja ekspor diperkirakan meningkat terutama didorong oleh

ekspor SDA, terutama perkebunan di Sumatera, dan relatif

stabilnya ekspor manufaktur di Jawa. Seiring dengan pertumbuhan

ekspor, kinerja impor juga cenderung meningkat, ditopang oleh

volume impor bahan baku yang cenderung meningkat terutama

di Jakarta dan Jawa.

Di sisi penawaran, secara umum pertumbuhan ekonomi

lebih ditopang oleh sektor-sektor yang dominan di tiap-

tiap daerah. Di wilayah KTI perekonomian didorong oleh

sektor pertambangan (batu bara) dan industri (CPO dan semen)

yang tumbuh meningkat secara signifikan. Untuk wilayah

Sumatera, di antara sektor-sektor yang dominan hanya sektor

pertambangan yang tumbuh melambat. Sementara itu, di wilayah

Jawa pertumbuhan didukung oleh meningkatnya kinerja sektor

pertanian (pergeseran puncak panen), sedangkan sektor industri

tumbuh melambat (Grafik 3.9).

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Kondisi fundamental ekonomi yang kuat masih menopang

kinerja NPI di triwulan II sehingga masih mencatat surplus

Grafik 3.8

Pertumbuhan PDRB Kawasan

Grafik 3.9

Perkembangan Sektor Utama Kawasan

� ��

� ��

���

� ��

���

� ��

���

� � � � � � � � � � � � � �� � � � � � � � � � � � � � ������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

��������

���

��������

����

���

���

���

���

���

���

����

����

�������� ��� ���� ���

�����

����� ���� �����

���������������������

�������� ���������������������

�������� ���������������������

�������� ���������������������

��������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

21

Page 32: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

yang cukup besar. Prospek positif perekonomian domestik disertai besarnya selisih imbal

hasil menjadikan aset dalam rupiah sangat menarik bagi investor asing dan memicu

derasnya aliran dana investasi sehingga menopang neraca transaksi modal dan financial

(TMF). Peningkatan surplus pada TMF tersebut dapat mengimbangi penyempitan surplus

pada transaksi berjalan (TB).).

Surplus transaksi berjalan di triwulan II lebih rendah dari triwulan I akibat

tingginya impor. Laju pertumbuhan impor minyak di triwulan II lebih tinggi karena

tingginya tingkat konsumsi BBM, sementara harga minyak masih berada di level tinggi.

Dari sisi produksi, BBM yang dihasilkan di dalam negeri relatif terbatas. Produksi (lifting)

BBM terkendala oleh kerusakan kilang dan cuaca buruk, di tengah tingginya konsumsi

BBM dan ketidakpastian kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi. Kondisi tersebut

menjadi faktor pendorong lonjakan impor sehingga defisit neraca minyak menjadi lebih

besar. Hal tersebut selanjutnya menjadikan neraca migas mengalami penyusutan surplus.

Meskipun demikian, penurunan surplus tersebut dapat tertahan oleh kinerja ekspor

yang masih baik, terutama di sektor nonmigas. Kinerja ekspor nonmigas yang cukup

baik tersebut disebabkan oleh faktor harga komoditas yang masih berada pada level

yang tinggi. Selain itu, laju pertumbuhan ekspor juga masih melebihi laju pertumbuhan

impor nonmigas.

Surplus transaksi modal dan finansial di triwulan II masih cukup tinggi terkait

fundamental domestik yang masih baik dan selisih imbal hasil yang tinggi. Struktur

aliran modal masih didominasi oleh aliran portofolio. Meski demikian, prospek usaha

dan investasi yang positif memicu aliran investasi langsung (foreign direct investment-FDI)

meningkat lebih besar dari triwulan sebelumnya. Aliran FDI tersebut turut berkontribusi

terhadap surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011. Kuatnya fundamental

domestik serta prospek ekonomi yang tetap positif menarik aliran dana dalam bentuk

FDI. Prospek tingginya harga komoditas juga memberi insentif bagi pihak asing untuk

menambah dan menanamkan modalnya di perusahaan Indonesia terutama yang terkait

dengan perusahaan komoditas. Sementara itu, komposisi aliran modal terbesar masih

pada investasi portofolio. Melebarnya selisih imbal hasil sangat

menarik aliran modal masuk dalam bentuk investasi portofolio.

Surplus TMF juga didukung oleh surplus yang lebih besar pada

kelompok investasi lainnya. Realisasi penempatan bank di luar

negeri berupa currency and deposit lebih tinggi sejalan dengan

kondisi ekses likuiditas yang dialami perbankan. Dari sisi pinjaman

luar negeri, penarikan pinjaman luar negeri dari sektor swasta

lebih besar, mengimbangi rencana pembayaran yang juga lebih

besar dari proyeksi awal.

NILAI TUKAR RUPIAH

Penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut. Di tengah

meningkatnya risiko global terkait dengan penanganan krisis di

Eropa, rata-rata nilai tukar rupiah pada triwulan II 2011 terapresiasi

Grafik 3.10

Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah

����

����

����

����

����

���� ����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����������

����

����

����

�����

����

���

����

��

�����

���

���

����

���

����

����

��

����

����

����

���

��

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���

����

�����

���

����

�����

���

����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

22

Page 33: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

sebesar 3,58% ke level Rp8.589 per dolar AS (Grafik 3.10).

Pada akhir triwulan laporan, rupiah ditutup pada level Rp8.577

per dolar AS, menguat 1,53% (ptp) dibandingkan dengan akhir

triwulan sebelumnya. Penguatan tersebut diikuti oleh meningkatnya

volatilitas nilai tukar rupiah yang menurun menjadi 0,3% dari

0,35% pada triwulan sebelumnya (Grafik 3.11).

Penguatan rupiah tidak terlepas dari dana investor global

yang masih terus mengalir ke negara-negara emerging

market (EM) Asia. Likuiditas global yang melimpah pasca-

pelonggaran kuantitatif di masa krisis keuangan tahun 2008

serta kebijakan akomodatif dengan suku bunga rendah di negara

maju menyebabkan ekses likuiditas tersebut tidak sepenuhnya

dapat diserap. Sebagai konsekuensinya, investor mencari lokasi

penempatan dana yang memberikan imbal balik lebih tinggi,

salah satu tujuan utamanya ialah negara-negara Emerging Market

(EM) Asia, termasuk Indonesia. EM Asia yang tumbuh lebih

cepat, menghadapi tekanan inflasi lebih awal sehingga harus

menaikkan suku bunganya. Hal itu justru menjadi daya tarik

investasi bagi investor global sehingga berdampak pada nilai

mata uang negara-negara di kawasan Asia yang masih terus

mengalami penguatan, termasuk rupiah. Namun, penguatan

rupiah ke depan akan diwarnai oleh meningkatnya risiko global

terkait dengan penanganan krisis di Eropa serta akan berakhirnya

kebijakan Quantitative Easing 2 (QE-2).

Dari sisi domestik, penguatan rupiah didukung oleh

kondisi fundamental ekonomi yang tetap solid serta

prospek keberlanjutan ekspansi ekonomi domestik. Selain

itu, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatat

surplus mampu memberikan dukungan yang kuat bagi nilai

tukar serta menjaga ekspektasi positif investor global terhadap

perekonomian domestik.

Minat investor terhadap aset rupiah tetap tinggi. Investor

mempersepsikan investasi di aset rupiah relatif lebih aman dan

menguntungkan. Indikator imbal hasil investasi di aset rupiah yang

tercermin pada selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri

(UIP – Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan beberapa negara di kawasan regional Asia (Grafik 3.12).

Bahkan jika memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi

dalam rupiah tetap tinggi. Hal itu tercermin pada tren indikator CIP

(Covered Interest Parity) yang terus meningkat sejak pertengahan

tahun 2009 (Grafik 3.13). Membaiknya minat investor juga ditopang

dengan perbaikan risiko secara keseluruhan yang terlihat dari

Grafik 3.11

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

Grafik 3.12

Perbandingan UIP Beberapa Negara

Grafik 3.13

Perbandingan CIP Beberapa Negara

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����������������

�����������������

���������������������

������

������ ������������ ������ ������ ������

�����

�����

������ ������

�����

�����

������

�����

���

���

���

���

���

����

���������

���������

�������������

�������

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ���

���� ����

��� ��� ��� ��� ������ ��� ������

��������� ���������

�������� �����

����

���

���

���

���

����

����

�������

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

23

Page 34: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

indikator CDS yang terus bergerak menurun walaupun sempat

terpengaruh isu global di akhir triwulan laporan (Grafik 3.14).

INFLASI

Tekanan inflasi sampai dengan triwulan II 2011 masih cukup

terkendali. Baik secara triwulanan maupun tahunan, inflasi

IHK pada triwulan II 2011 tercatat lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yakni sebesar 0,36% (qtq) dan 5,54% (yoy) (Grafik

3.15). Penurunan tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok

volatile food yang mengalami deflasi. Sementara itu, tekanan

dari kelompok inti meningkat yang antara lain didorong oleh

peningkatan harga komoditas global, namun masih terkendali.

Disagregasi Inflasi

Inflasi inti menunjukkan peningkatan, namun masih

terkendali. Pada triwulan II 2011, inflasi kelompok inti tercatat

sebesar 4,63% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

sebesar 4,45 (yoy) (Grafik 3.16). Peningkatan inflasi kelompok

inti terutama bersumber dari kenaikan harga emas dan harga

komoditas terkait tempat tinggal seperti sewa/kontrak rumah serta

bahan konstruksi (Grafik 3.17). Dari sisi eksternal, perkembangan

harga komoditas global masih memberikan tekanan pada inflasi

inti, meskipun peningkatan harga komoditas global tersebut tidak

setinggi triwulan sebelumnya.

Ekspektasi inflasi di pasar keuangan pada triwulan laporan

menunjukkan tren penurunan yang dikonfirmasi oleh hasil survei

Consensus Forecast (Grafik 3.18). Sementara itu, ekspektasi inflasi

di tingkat pedagang dan konsumen pada periode yang sama

masih menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dipengaruhi oleh

faktor musiman yaitu perayaan hari keagamaan (Grafik 3.19).

Kelompok volatile food (VF) mencatat deflasi. Pada triwulan

II, inflasi volatile food tercatat sebesar -1,35% (qtq) yang

didorong oleh koreksi harga sejumlah komoditas pangan yang

terjadi pada bulan April dan Mei. Namun, secara tahunan

kelompok VF tetap mencatat inflasi sebesar 8,57% (yoy) pada

akhir triwulan II 2011.

Inflasi VF pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh inflasi

di bulan Juni 2011 yang lebih tinggi dari rata-rata historisnya.

Inflasi bulan Juni terutama disumbang oleh kenaikan harga beras

dan daging ayam seiring dengan kenaikan harga komoditas

internasional. Terkait beras, kenaikan harga disebabkan oleh

Grafik 3.15

Perkembangan Inflasi

Grafik 3.16

Inflasi Inti dan Nilai Tukar

������������

������������������������������������������������������������������������

����������������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���

��

��

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

��

���

���

��

���� ���� ���� ����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������� � � � � �

������������������������������

����

�������������

��������������������������

������ ������

����������

���������

Grafik 3.14

Indikator Risiko (CDS dan Yield Spread)

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����������� �����������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

������������

�������������

������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

��� ��� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

24

Page 35: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

berkurangnya pasokan seiring dengan berakhirnya masa panen.

Di samping itu, merebaknya kasus sapi Australia yang berdampak

pada pelarangan impor menyebabkan berkurangnya pasokan sapi

yang mendorong pengalihan konsumsi daging sapi ke daging

ayam. Hal tersebut kemudian mendorong terjadinya kenaikan

permintaan daging ayam dan berlanjut pada kenaikan harganya.

Selain faktor permintaan tersebut, kenaikan harga daging dan telur

ayam juga disebabkan oleh peningkatan harga pakan ternak seiring

dengan tingginya harga jagung internasional dan kedelai.

Sementara itu, inflasi kelompok administered prices

tercatat cukup rendah seiring dengan tidak adanya

kebijakan strategis pemerintah. Kelompok administered prices

mencatat inflasi sebesar 0,69% (qtq) atau 5,61% (yoy), lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Komoditas

administered price yang berkontribusi pada inflasi triwulan

ini ialah rokok dan bahan bakar rumah tangga.1 Komoditas

rokok secara konsisten memberikan sumbangan inflasi di setiap

bulannya selama triwulan II. Hal itu terjadi akibat masih adanya

selisih antara harga transaksi pasar (HTP) atau harga yang dibayar

oleh konsumen dengan harga jual eceran (HJE) yang ditetapkan

oleh Pemerintah. Sementara itu, inflasi komoditas bahan bakar

rumah tangga (BBRT) disebabkan oleh kelangkaan komoditas

energi di beberapa wilayah tanah air sehubungan dengan

berlanjutnya program konversi minyak tanah ke gas.

PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN

Suku Bunga

Pergerakan suku bunga PUAB O/N selama triwulan II

2011 cenderung mengalami penurunan. Rata-rata suku

bunga PUAB O/N pada akhir triwulan II 2011 turun sebesar

19 bps dari akhir triwulan sebelumnya menjadi 6,0% (Grafik

3.20). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh perilaku manajemen

likuiditas perbankan yang masih cenderung berjangka pendek.

Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang

dari O/N bergerak bervariasi dengan kecenderungan meningkat

untuk tenor jangka panjang. Rata-rata suku bunga PUAB dengan

tenor lebih panjang dari O/N berada pada kisaran 6,2% sampai

dengan 8,3% (Grafik 3.21). Di sisi lain, persepsi risiko likuiditas

di PUAB pada triwulan II 2011 tetap terjaga, sebagaimana

tercermin pada rata-rata selisih suku bunga PUAB O/N tertinggi

dan terendah yang masih terjaga yakni sebesar 39 bps.

1 Inflasi BBM non-subsidi hanya memberikan sumbangan inflasi yang relatif kecil, mengingat bobotnya yang sangat kecil sekitar 0.1%.

Grafik 3.17

Inflasi Properti dan Bahan Konstruksi

Grafik 3.18

Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast

Grafik 3.19

Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK-BI)

��

��

��

����������������������������������

���

���

��

��

������������������������������������������������������������������������������

������������������������������������������������������������

��������

������������

��������

��������������������

����

��������

����

����������������������������������������

����

������������

���������

������

��������������

������

���

���

� � � � � � �

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����������������

��

��

������������������

����������

����������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

25

Page 36: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Suku bunga perbankan pada triwulan II 2011 mengalami

peningkatan. Data sampai dengan Mei 2011 menunjukkan rata-

rata suku bunga deposito 1 bulan sedikit meningkat menjadi

6,85% dari 6,83% pada triwulan sebelumnya. Di sisi suku bunga

kredit, berdasarkan data sementara, suku bunga untuk kredit

modal kerja (KMK), diindikasi mengalami peningkatan, sedangkan

suku bunga untuk kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK)

masing-masing diindikasi mengalami penurunan (Grafik 3.22).

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sedikit meningkat.

Sampai dengan Mei 2011, pertumbuhan DPK mencapai 19,1%

(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya

sebesar 18,6% (yoy) (Grafik 3.23). Dengan perkembangan

tersebut, posisi DPK pada triwulan II 2011 (sampai dengan Mei)

tercatat sebesar Rp2.397,2 triliun. Dilihat dari komponennya, giro

tumbuh sebesar 18,5% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya sebesar 17,9%. Komponen lainnya, deposito

dan tabungan mengalami sedikit penurunan dari triwulan

sebelumnya menjadi 25,8% (yoy) dan 15,2% (yoy).

Sementara itu, tren peningkatan kredit sampai dengan

akhir tahun 2011 diperkirakan terus berlanjut. Berdasarkan

data sampai dengan Mei 2011, pertumbuhan kredit (termasuk

channeling) sebesar 22,9% (yoy) mencapai Rp1.919 triliun

(Grafik 3.23). Meskipun secara triwulanan melambat, namun

pertumbuhan kredit tersebut masih berada dalam tren yang

meningkat. Berdasarkan data sementara, pertumbuhan kredit

hingga Juni 2011 mencapai 23,4% (yoy). Dengan perkembangan

tersebut, pertumbuhan kredit sampai dengan akhir tahun 2011

diperkirakan akan mencapai 23%-24% (yoy) sejalan dengan

Rencana Bisnis Bank (RBB) 2011 sebesar 23,5% (yoy).

Perkembangan kredit pada triwulan II 2011 diikuti oleh

meningkatnya kredit investasi. Hal tersebut menyebabkan pangsa

kredit investasi yang terus meningkat. Pertumbuhan kredit

investasi (KI) meningkat menjadi 29,0% (yoy) dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebesar 26,8% (yoy). Meningkatnya

KI diharapkan dapat memperbesar kapasitas ekonomi sehingga

dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi tanpa

menimbulkan dampak ekonomi yang memanas (overheating).

Sementara itu, pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) dan kredit

konsumsi (KK) menurun masing-masing menjadi 24,8% (yoy) dan

17,8% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

Grafik 3.21

Suku Bunga PUAB Berbagai Tenor

Grafik 3.22

Perkembangan Suku Bunga Perbankan

���

���

���

���

���

���

���

���

��� � ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� �������

������

������

������

������

������������

���

������

������

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

�� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������� ���������������� ������������������

���������������� ���������������

Grafik 3.20

Suku Bunga PUAB O/N & Instr. Moneter

���

���

���

���

���

���

���

���

������� ������������������� ��������� ��������

�����

����

����

�����

����

�����

����

�����

����

�����

����

����

����

�����

����

�����

����

�����

����

���

����

����

����

���

����

���

����

����

����

����

����

����

����

����

���

����

���

���

�����

���

�����

����

�����

����

�����

����

�����

����

����

�����

����

�����

����

�����

����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

26

Page 37: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

27,2% (yoy) dan 19,6% (yoy) (Grafik 3.24). Meski pertumbuhan

KMK menurun, namun pangsa KMK masih terus meningkat

hingga di triwulan II 2011 mencapai 48% dari total kredit.

Likuiditas perekonomian masih berada dalam tren yang

meningkat. Sampai dengan Mei 2011, pertumbuhan M1

mencapai 19,0% (yoy) menjadi Rp611,8 triliun, sedangkan M2

tumbuh relatif stabil sebesar 15,5% (yoy) menjadi Rp2.475

triliun (Grafik 3.25). Pertumbuhan M1 terutama ditopang

oleh pertumbuhan giro yang meningkat sejalan dengan tren

peningkatan penyaluran kredit. Pertumbuhan M1 yang meningkat

di tengah pertumbuhan M2 yang relatif stabil merupakan indikasi

positif dari peningkatan utilitas likuiditas perekonomian. Hal

tersebut tercermin pada peningkatan sumbangan M1 di tengah

menurunnya sumbangan deposito terhadap pertumbuhan M2.

Pasar Saham

Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate

pada 6,75% serta kondisi fundamental mikro emiten yang

baik mampu menopang laju pertumbuhan IHSG selama

triwulan II 2011. Dari sisi makro, pertumbuhan IHSG turut

didorong oleh tekanan inflasi yang rendah, nilai tukar yang

stabil serta prospek pertumbuhan ekonomi yang semakin baik.2

Sementara itu, dari sisi mikro, faktor yang turut memengaruhi

kinerja IHSG antara lain pencapaian laba dan pembagian dividen

emiten. Sejalan dengan dukungan kedua faktor tersebut IHSG

mampu mencapai level tertinggi sepanjang sejarah bursa efek

Indonesia yakni 3.888 atau menguat sebesar 1,34% dibandingkan

dengan posisi triwulan I 2011 (Grafik 3.26).

2 S&P menaikan rating Indonesia dari BB menjadi BB+ atau setingkat dibawah investment grade pada April 2011

Grafik 3.23

Pertumbuhan Dana, Kredit dan BI Rate

Grafik 3.24

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Penggunaan

Suku Bunga (%) Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

Tabel 3.3

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.75 6.75 6.75 6.75

Penjaminan Deposito 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.25 7.25 7.25 7.25

Dep 1 bulan (Weighted Average) 6.89 6.76 6.79 6.79 6.75 6.72 6.81 6.78 6.83 6.72 6.72 6.83 6.80 6.85

Base Lending Rate 12.6 12.58 12.50 12.39 12.38 12.21 12.07 11.98 11.98 12.03 11.84 12.21 12.06 12.22

Kredit Modal Kerja (KMK) 13.42 13.26 13.17 13.21 13.19 13.00 13.01 12.96 12.83 12.75 12.72 12.69 12.68 n.a

Kredit Investasi (KI) 12.62 12.59 12.70 12.60 12.40 12.41 12.38 12.35 12.28 12.25 12.20 12.18 12.16 n.a

Kredit Konsumsi (KK) 15.34 15.23 14.99 14.92 14.83 14.75 14.65 14.53 14.53 14.48 14.50 14.39 14.38 n.a

2010 2011

����

����

��

��

��

��

��

��

��

��

������ ��� �������

����

��

���

���

�����

�������

����

��

���

���

����

��

���

���

�����

�������

����

��

���

���

����

��

���

���

�����

�������

����

��

���

���

����

��

���

���

�����

����

����

����

���

��

��

��

��

��

��

��� �� ��

�����

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� �������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

27

Page 38: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Dalam perjalanannya selama periode laporan, IHSG sempat

mendapat tekanan yang bersumber dari eksternal antara lain

terkait keberlangsungan krisis utang Yunani,3 dampak kebijakan

moneter ketat China, volatilitas harga minyak dunia serta prospek

pemulihan ekonomi AS. Namun, solidnya kondisi fundamental

ekonomi mampu menopang laju pertumbuhan IHSG. Indeks

seluruh sektor ekonomi tumbuh merata dengan pertumbuhan

tertinggi dialami oleh sektor aneka industri yang mengalami

penguatan sebesar 14%. Penguatan indeks sektoral tersebut

ditopang oleh kondisi fundamental mikro emiten pada masing-

masing sektor yang cukup solid. Dengan indikator laporan

keuangan 2010 yang telah diaudit, seluruh sektor tercatat

mampu membukukan laba.

Prospek positif kinerja pasar saham pada akhirnya

menguatkan minat investor untuk menambah kepemilikannya

di pasar saham. Investor nonresiden membukukan beli neto

sebesar Rp21,5 triliun selama triwulan II 2011, atau naik

signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencatat jual neto sebesar Rp2,7 triliun. Hal tersebut tidak

terlepas dari sentimen positif yang bersumber dari kinerja positif

bursa global, pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada triwulan

I 2011, rendahnya tekanan inflasi, serta kenaikan peringkat

prospek kinerja saham Indonesia oleh Morgan Stanley dari

underweight menjadi equal weight

Pasar Obligasi

Pada triwulan II 2011 yield SBN mengalami penurunan. Dari

sisi makro, faktor yang berkontribusi positif antara lain stabilitas

nilai tukar, inflasi yang terkendali dan prospek pertumbuhan

ekonomi yang positif serta faktor risiko fiskal yang terkendali.

Namun, yield SUN bulan Juni 2011 meningkat khususnya untuk

jangka menengah. Dengan perkembangan tersebut, secara

bulanan yield SBN untuk tenor jangka pendek, menengah dan

panjang masing-masing naik sebesar 6,2 bps, 7,3 bps dan 8,7

bps. Secara keseluruhan, yield SBN terpantau sebesar 7,3% atau

turun sebesar 1% jika dibandingkan dengan akhir triwulan I

2011 (Grafik 3.28).

Faktor positif makro, risiko fiskal yang terjaga serta nominal

yield yang cukup kompetitif pada akhirnya mendorong beli

neto investor nonresiden di pasar SBN. Investor nonresiden

3 S&P menurunkan credit rating Yunani dari B menjadi CCC pada bulan Juni 2011

Grafik 3.26

IHSG dan BI Rate

Grafik 3.27

Pertumbuhan Sektoral

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����������

��

��

����

��� ��� ��� ���

���� �������

���

�����

������� ��� ��� ���

������� ��� ��� ���

������� ��� ��� ���

������� ���

��������

���������

�����������

��������

������������������

��������������

��������

������������

�������������

����

����

����

����

�����

����

����

����

���� ��������������������������

���� ��� �� �� ��� ��� ���

Grafik 3.25

Pertumbuhan Uang Beredar

����

����

����

��

��

��

��

��

��

��

��

���� �� �������������

������ ������

������������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� ��� �������

��� �������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

28

Page 39: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

masih mencatat beli neto sebesar Rp19,5 triliun pada triwulan

II 2011 lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Selain dukungan

faktor makro dan risiko fiskal yang terkendali, motivasi asing

tersebut terkait imbal hasil yang menarik baik secara nominal

maupun riil dan ekspektasi pencapaian investment grade.

Reksadana

Di lain pihak, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan

yang positif. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin

dalam NAB tumbuh sebesar 3,4% pada triwulan II 2011

dibandingkan dengan triwulan I 2011 (Tabel 3.4). Peningkatan

NAB reksadana tersebut ditopang oleh produk reksadana

berbasis saham.

Grafik 3.28

Yield SUN, dan BI Rate

��

��

��

��

��

��

��������� �������������

���������� ��� ��� ��� ���

���������� ��� ��� ��� ���

���������� ��� ��� ��� ���

���������� ��� ��� ��� ���

���������� ���

MTM Saham P Uang Campuran Pend. Tetap Terproteksi Indeks ETF-Saham ETP-Pend. Tetap Syariah Total

1

2

3

4

5

2010 6

7

8

9

10

11

12

2011 1

2

3

4

5

Mei 11-

Mar 11

-2.8% 16.7% -11.4% -9.7% -0.7% -0.8% -20.4% 2.4% 0.7% -3.5%

1.7% 3.7% 1.0% -0.1% 0.1% -34.1% -2.9% -39.6% 0.8% 0.6%

0.8% 10.4% 5.9% 2.1% -3.9% 4.3% 8.8% 3.6% -2.9% 0.6%

5.2% 10.1% 4.1% 11.1% 6.7% 5.1% 6.3% 2.9% 4.8% 6.7%

-1.6% -2.5% 0.9% -0.1% 1.5% -5.8% -5.2% -1.2% -6.4% -0.3%

-4.4% -1.2% -1.6% 10.8% 2.8% -5.1% 4.8% 3.2% 3.6% 1.1%

-1.8% 2.1% -1.8% -0.6% 0.3% -3.6% 4.7% 2.4% 0.9% -0.6%

-1.1% 0.7% 0.7% 7.5% 6.0% 10.8% -1.5% 0.6% -2.8% 2.9%

9.4% 0.8% 7.8% 6.4% 4.4% 14.2% 10.3% 2.3% 2.8% 6.3%

5.5% -2.2% 3.4% 10.5% 1.1% 9.2% -11.4% 3.2% -1.8% 4.2%

2.1% -2.0% 5.1% -4.5% 2.8% 3.1% -21.1% -15.4% -1.0% 0.9%

8.6% 0.6% -0.1% -3.3% -0.8% -30.6% 0.0% 0.0% 17.1% 2.1%

1.8% 5.9% 3.9% -3.1% -1.9% 42.8% -24.1% -6.5% -13.8% -0.1%

3.7% -1.0% 2.7% -0.9% 1.1% 0.5% 1.4% -0.4% 0.9% 1.7%

8.0% -2.5% 6.0% 0.9% 0.5% 9.0% 7.2% 5.8% 3.6% 3.7%

3.6% 2.5% 0.6% 0.8% 1.2% 3.9% 3.3% 4.2% 1.0% 1.9%

3.9% 1.1% 0.3% -2.1% 1.3% -3.3% 0.4% 1.5% 0.1% 1.5%

7.7% 3.7% 0.8% -1.2% 2.5% 0.5% 3.7% 5.8% 1.1% 3.4%

Tabel 3.4

Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

29

Page 40: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-201130

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*

Tingkat Diskonto

SBI

Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

ModalKerja

Investasi

2006Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2007Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2011Trw. ITrw. II

* Data per Mei 2011

10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,17 6,27 6,77 6,99 7,31 8,49 8,48 13,54 12,72 6,19 6,26 6,79 6,95 6,99 7,87 8,11 13,17 12,70 6,19 n.a 6,72 6,95 6,96 7,64 7,92 13,00 12,41 5,58 n.a 6,83 7,06 7,20 7,88 8,11 12,83 12,28 6,20 n.a 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,69 12,18 5,61 n.a 6,85 6,91 7,15 7,07 7,39 n.a n.a

Page 41: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Tabel Statistik

31Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2006

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2007

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw.IV

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II*

*) Data s.d April 2011 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)

23.866 415.638 356.471 133.799

23.910 517.853 483.967 167.685

25.383 599.495 586.715 180.464

27.706 665.673 636.381 209.756

37.341 774.867 740.952 243.671

38.323 846.655 832.325 258.002

36.615 895.563 887.770 266.152

32.061 777.250 795.475 247.926

37.482 871.303 906.767 212.463

23.510 496.338 543.656 165.145

27.115 389.140 437.315 116.969

14.029 404.072 340.913 180.128

22.897 448.505 394.904 232.700

30.656 324.806 324.776 232.731

29.038 375.134 387.188 220.676

24.566 631.235 592.048 259.864

26.907 648.324 607.933 300.255

30.615 322.322 351.475 271.103

28.553 199.589 218.152 252.540

23.142 153.809 203.835 203.110

30.401 86.480 56.066 233.524

23.755 23.747 23.498 233.772

Page 42: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-201132

II III IV I II III IV I II III IV I II*

* Data per Mei 20111) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

4 Bank Asing & Campuran - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

394.065 432.850 461.877 466.605 495.440 504.649 533.945 536.336 578.587 595.131 630.148 644.289 669.893 32.381 35.153 37.409 38.367 42.041 41.313 45.091 39.140 45.520 49.215 48.438 47.383 49.692

14.922 14.778 13.807 13.363 11.923 14.205 16.795 17.863 21.512 20.736 25.560 25.067 29.174

81.038 88.181 96.838 98.660 99.825 92.634 92.485 89.314 100.237 93.060 93.695 93.217 95.054

92.719 98.865 102.017 103.408 113.130 118.580 129.497 84.616 90.411 114.918 110.981 107.948 108.008

64.182 77.295 87.505 83.540 88.540 91.532 93.320 137.568 140.494 130.444 156.264 162.996 172.873

108.823 118.578 124.301 129.267 139.981 146.385 156.757 114.970 105.306 112.242 117.866 126.762 130.586

500.718 534.599 552.617 530.642 529.687 549.349 593.400 611.861 672.798 715.217 775.323 801.246 838.483 18.298 18.169 19.150 18.722 19.353 19.112 21.359 20.379 24.939 26.403 30.199 31.246 32.906

10.137 10.850 11.137 8.979 9.697 10.861 15.013 14.696 18.389 19.827 21.247 24.580 25.169

84.610 90.896 97.042 93.414 84.488 86.575 92.738 92.277 97.012 103.688 114.203 118.350 127.145

123.057 125.908 130.687 120.114 121.956 124.949 134.434 141.275 158.600 164.959 185.508 182.418 190.293

131.115 143.486 148.332 144.072 145.936 151.281 162.535 155.932 188.608 201.904 209.957 217.632 228.679

133.501 145.290 146.269 145.341 148.257 156.571 167.321 74.659 63.076 65.673 79.140 75.241 78.246

85.339 93.991 96.440 100.817 110.968 119.552 120.701 122.958 132.757 138.961 143.067 149.005 156.389 2.710 3.067 3.182 3.143 3.289 3.749 3.706 3.651 3.713 4.359 4.488 4.910 5.043

182 187 270 312 388 615 675 628 710 755 992 947 855

770 787 814 829 943 1.082 1.146 2.040 2.394 2.751 2.890 2.869 2.967

11.504 12.042 12.055 12.638 14.006 14.898 15.278 15.975 15.786 16.263 17.337 17.962 19.322

10.831 13.456 13.356 13.153 15.716 18.790 17.565 17.295 19.954 21.507 20.949 20.445 21.061

59.342 64.452 66.763 70.742 76.626 80.418 82.331 71.932 78.994 82.237 84.220 89.267 94.579

161.998 178.061 189.245 184.654 168.614 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 210.367 6.425 6.505 6.419 7.020 6.669 5.535 5.236 5.410 6.703 6.803 6.797 7.062 6.837

3.910 4.478 5.327 6.081 4.712 6.235 9.076 8.602 10.567 11.567 12.660 13.503 14.666

65.896 68.739 74.458 71.358 61.420 58.833 59.314 55.601 62.368 58.905 63.065 62.023 65.686

13.022 14.256 13.246 15.113 13.598 13.364 12.873 16.476 18.943 20.176 21.848 20.166 22.179

46.763 56.523 60.766 57.418 53.919 55.326 52.828 51.811 60.183 66.363 66.988 71.437 69.316

25.982 27.560 29.029 27.664 28.296 29.216 31.421 29.259 26.882 27.981 26.081 26.178 26.795

23.856 25.706 25.413 25.333 26.382 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 37.156 1.672 1.769 1.733 1.774 1.915 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.883

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 39 47

391 436 426 433 456 486 505 531 545 589 476 517 529

8.866 9.516 9.307 8.998 9.368 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.603

2.433 2.684 2.672 2.705 2.861 2.935 3.054 3.247 3.561 3.823 4.954 5.224 5.476

10.494 11.301 11.275 11.423 11.782 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 16.618

1.148.891 1.249.970 1.313.873 1.308.051 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.470.959 1.605.095 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.912.287 61.413 64.623 67.828 69.026 73.267 71.643 77.394 70.705 83.178 89.170 92.525 93.315 97.362

29.151 30.293 30.541 28.735 26.720 31.916 41.559 41.789 51.178 52.885 60.495 64.136 69.912

232.705 249.039 269.578 264.694 247.132 239.610 246.188 239.763 262.556 258.993 274.330 276.975 291.381

235.898 249.762 259.953 260.271 272.058 281.537 301.883 268.597 294.584 327.549 346.226 339.688 351.404

249.700 286.740 306.141 300.888 306.972 319.864 329.302 365.852 412.800 424.041 459.112 477.734 497.406

340.024 369.513 379.832 384.437 404.942 424.923 450.482 304.138 288.495 302.929 322.378 333.327 346.824

2008 2009 2010 2011

```

Page 43: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Tabel Statistik

33Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

* Data per Mei 2011 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih4)

2007

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II*

1.649.662 450.055 182.967 267.089 1.196.119 509.843 507.120 39.891 1.005.739 -102.955

1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992

1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902

1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287

1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144

1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550

1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181

2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445

2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293

2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773

2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738

2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665

2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460

2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448

2.475.286 611.791 254.066 357.725 1.853.915 971.294 223.667 88.475 1.809.801 -144.398

Page 44: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-201134

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

349.649 392.136 344.688 304.718 322.994 354.297 402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 525.857

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

224.342 270.243 264.391 226.672 244.634 273.744 279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 305.497

189.453 223.166 209.378 186.538 203.838 210.822 226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.074 256.398

34.889 47.077 55.013 40.134 40.796 62.923 52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.392 49.098

124.811 121.302 79.648 77.404 77.744 79.920 89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 177.882

496 591 650 642 616 633 601 539 578 497 484 460 506

351.561 355.967 338.692 354.727 356.930 376.681 403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 678.640

-192.491 -137.121 -213.668 -323.022 -259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -449.246

117.614 123.797 172.012 105.571 136.202 144.747 200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 21.139

8.800 8.800 8.711 8.715 8.715 8.715 8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 8.465

9.353 9.227 9.009 8.783 8.622 8.458 8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.709

-120.989 -110.810 -155.278 -175.022 -131.729 -117.812 -97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -60.870

-191.525 -152.563 -233.866 -257.701 -267.412 -242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -418.792

-165.145 -116.967 -179.879 -232.700 -232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -159.169

-4.989 -1.403 -4.223 -15.288 -28.277 -22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -47.906

-21.391 -34.193 -50.186 -2.321 -5.896 1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -197.337

-15.761 -15.573 -14.256 -13.368 -13.785 -13.000 11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -6.897

2008 2009 2010 2011

II III IV I II III IV I II III IV I II*

I. Uang Primer

a. Statutory Reserve Shortfall

b. Uang yang diedarkan

- Uang kartal di masyarakat

- Kas bank umum

c. Saldo Giro Positif Bank

d. Giro Sektor Swasta

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Uang Primer

a. Net International Reserve 1)

b. Net Domestic Assets

- Tagihan Bersih pada Pemerintah

- Bantuan Likuiditas

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

- Operasi Pasar Terbuka

- SBI (net) 2)

- FASBI

- Lain-Lain 3)

- Net Other Items

* Data per Mei 20111) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)

Page 45: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Tabel Statistik

35Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep Internasional Reserve

and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta US$)

2008 2009R 2010* 2011**

II III IV Total I II III IV Total I II III IV Total I

I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)

-1.013 -967 -637 126 2.690 2.377 1.781 3.781 10.628 1.938 1.412 1.208 1.096 5.654 1.926 5.443 5.771 4.166 22.916 6.052 7.493 6.931 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.628 8.404 37.345 38.081 29.768 139.606 24.195 28.158 31.289 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.701 -31.902 -32.309 -25.603 -116.690 -18.143 -20.665 -24.358 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.597 -127.447 -37.297 -3.387 -3.313 -3.227 -12.998 -1.672 -2.476 -2.249 -3.344 -9.741 -2.105 -2.274 -2.154 -2.787 -9.320 -2.183 -4.425 -4.756 -2.881 -15.155 -2.742 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -3.993 -4.262 -5.385 -6.652 -20.291 -5.365 1.356 1.331 1.305 5.364 1.051 1.135 1.171 1.221 4.578 1.081 1.100 1.153 1.303 4.637 1.070 2.105 2.370 -5.822 -1.876 1.835 -2.320 2.924 2.414 4.852 5.590 3.697 7.298 9.550 26.134 6.221 62 187 29 294 19 29 34 14 96 18 2 4 26 50 1 2.043 2.184 -5.850 -2.170 1.815 -2.349 2.891 2.399 4.756 5.572 3.695 7.294 9.524 26.084 6.220 197 1.871 720 3.419 628 575 647 779 2.628 2.484 2.298 1.617 4.241 10.639 2.956 -1.436 -1.517 -1.217 -5.900 -1.276 -872 -340 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.539 1.633 3.388 1.937 9.318 1.904 1.447 987 540 4.877 2.911 3.280 2.808 4.305 13.304 4.495 4.188 -74 -4.377 1.721 1.950 1.893 2.972 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.561 60 -65 -467 -1.294 133 362 -331 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -59 4.128 -9 -3.910 3.015 1.817 1.532 3.303 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 4.15 -2.342 387 -2.194 -7.309 -763 -4.817 -728 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.160 3.846 2.243 -296 -1.974 -1.610 -4.498 -10.755 -241 -2.943 -6.083 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -984 -367 1.998 2.304 3.446 -522 -1.874 5.355 834 3.794 -308 -244 3.120 1.400 3.968 688 1.091 1.404 -6.459 -1.750 4.524 57 4.705 6.195 15.481 7.528 5.108 8.506 10.646 31.788 8.147 233 -1.493 2.246 -195 -570 995 -1.159 -2.241 -2.975 -907 312 -1.551 643 -1.503 -481 1.324 -89 -4.212 -1.945 3.955 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 59.453 57.108 51.639 51.639 54.840 57.576 62.287 66.105 66.105 71.823 76.321 86.551 96.207 96.207 105.709 4.5 5.4 5.7 6.1 6.5 6.5 5.2 5.6 6.3 7.0 7.0 6.2 -0.8 -0.7 -0.5 0.0 2.4 1.8 1.2 2.5 2.0 1.2 0.8 0.6 0.6 0.8 1.0 17.8 15.2 24.2 18.1 23.3 25.0 19.8 24.6 23.2 21.2 23.2 20.3 23.7 22.2 17.0 7.7 4.7 9.2 6.4 6.1 10.0 5.3 8.5 7.5 5.0 7.2 4.8 6.2 5.8 4.7

Page 46: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-201136

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

Kelompok/Sub Kelompok

3,87 4,75 0,60 1,44 -1,76 4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 3,90 0,60 0,91 2,76 -0,75 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 5,45 13,94 -4,64 2,39 -0,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 2,67 12,12 2,94 2,25 -2,52 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 4,44 8,04 4,32 2,24 -0,88 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 3,26 8,94 -2,51 -0,34 -0,54 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 5,65 3,79 6,60 2,59 -5,97 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 3,29 5,93 0,42 0,18 -2,59 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 4,77 7,30 1,68 0,71 3,11 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 1,14 -10,49 8,28 1,66 -8,24 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 3,78 -1,65 -6,81 -0,81 0,12 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 2,56 3,57 1,20 1,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 2,93 2,62 2,43 2,40 1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 3,81 2,83 2,35 1,59 1,03 1,46 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 2,75 2,15 1,50 5,39 2,15 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 0,53 2,60 3,70 2,42 0,82 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 3,39 3,58 1,00 0,42 0,26 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 3,10 2,16 0,73 1,00 0,12 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 5,72 8,94 1,66 -1,48 0,29 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 1,71 1,66 1,10 0,95 0,68 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 2,47 1,71 1,08 1,00 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,28 0,77 2,58 4,48 -1,88 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 0,79 3,02 0,35 0,38 0,55 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 0,83 2,15 0,30 0,44 0,29 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 1,23 2,13 0,23 0,26 0,39 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 -1,07 -2,46 7,26 13,49 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 2,04 1,64 1,10 1,27 1,20 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 1,00 1,07 0,69 1,60 1,72 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 2,04 2,19 1,60 1,14 1,39 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 1,99 2,36 1,61 1,39 0,73 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 3,09 1,76 1,26 1,01 0,42 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 0,84 3,77 0,82 0,22 0,22 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 0,25 6,76 0,70 0,04 0,06 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 0,71 4,95 0,32 0,59 0,46 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 1,00 1,14 1,11 0,37 0,16 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 2,19 0,51 1,02 0,48 0,55 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,69 0,91 0,49 0,51 0,33 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 8,90 0,92 -2,94 -4,66 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 16,74 1,03 -4,46 -6,95 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 -8,66 0,02 0,20 -0,07 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 1,75 1,34 1,64 1,38 0,34 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,05 3,89 0,00 0,00 0,00 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 3,97 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36

2008 2009 2010 2011

II III IV I II III IV I II III IV I II

I. Bahan Makanan A. Padi-padian. umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur. susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi. Minuman. Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol

III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya

V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M

Page 47: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Tabel Statistik

37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

K o t a

3,94 2,92 2,97 -0,56 -0,37 4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 3,74 1,36 1,39 0,35 0,14 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 5,51 1,27 1,56 -0,03 -1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 2,94 3,06 2,22 -0,52 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 4,27 1,37 1,33 -0,20 0,10 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 3,66 1,21 2,26 -0,84 -0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 4,82 2,04 2,07 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 2,64 3,17 0,55 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 3,26 1,72 0,58 0,64 -0,43 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 7,20 1,76 -0,19 0,26 -0,72 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 4,97 3,20 -0,29 -0,06 0,09 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 5,74 3,61 0,34 0,09 -0,74 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 4,74 4,95 0,74 0,92 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 7,47 4,26 0,13 -0,78 -0,74 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 6,39 3,04 1,22 -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 5,13 3,33 1,19 0,32 -0,73 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 3,57 2,54 0,87 -0,13 0,15 1,73 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 3,76 3,64 1,22 0,78 1,09 1,09 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 3,15 4,50 1,46 0,65 1,31 2,62 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 5,22 3,21 0,00 0,32 -0,06 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 6,31 0,88 1,57 0,63 0,36 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 4,31 2,38 0,46 0,79 -0,27 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 3,26 3,42 1,32 1,67 0,35 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 3,59 3,82 0,03 0,01 -0,26 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 3,52 3,49 0,18 -0,87 -0,20 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 4,75 2,28 -0,07 0,11 -0,14 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 5,15 4,04 0,19 0,91 0,04 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 3,72 3,53 1,16 0,78 0,11 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 2,79 1,74 0,13 1,06 0,19 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 3,33 2,83 0,18 0,72 0,06 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 2,39 2,36 0,45 1,05 1,05 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 3,39 3,16 0,59 0,59 0,11 1,90 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 4,78 2,77 -0,67 1,02 0,08 1,16 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 3,90 2,83 1,05 0,25 0,14 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 3,32 3,10 -0,35 0,90 0,02 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 3,18 2,93 0,38 1,28 0,16 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 3,90 3,85 0,00 0,60 0,07 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 6,11 2,27 -0,32 1,02 0,00 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 3,23 2,56 0,14 1,06 -0,41 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,33 3,14 1,04 2,14 -0,61 1,77 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 4,97 3,23 0,91 1,78 -1,43 3,48 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 7,21 3,16 0,77 2,41 -1,12 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 6,95 6,66 -2,44 0,39 1,10 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 4,93 0,46 1,94 0,85 0,35 2,77 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 3,44 3,21 0,08 1,73 0,50 3,52 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 5,30 2,73 0,02 0,38 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 3,89 1,72 0,68 1,62 -0,82 0,95 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 2,96 3,62 1,76 -0,65 -0,88 1,28 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,09 2,23 1,85 0,30 0,34 1,77 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 3,70 3,02 0,39 0,03 0,31 2,55 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 5,83 2,96 -0,06 1,49 0,42 1,81 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19

2008 2009 2010 2011

II III IV I II III IV I II III IV I II

1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda

Page 48: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-201138

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

K o t a

4,42 5,54 0,82 0,53 1,34 3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 4,25 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 4,58 5,01 -0,63 1,78 -0,36 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 6,12 3,62 0,27 2,14 0,84 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 3,82 3,50 0,14 0,84 -1,13 2,53 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 4,28 4,21 0,43 0,40 -0,53 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 5,08 3,50 1,16 1,14 -0,12 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 8,05 3,30 0,74 2,99 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 3,70 4,01 0,16 2,33 0,59 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 4,24 5,86 -0,29 -0,35 0,06 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 6,41 5,06 -4,80 2,26 -2,43 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 2,88 4,30 -0,92 1,25 -0,27 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 6,30 8,31 0,62 3,52 0,36 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 14,59 7,29 -1,86 0,77 0,52 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 4,96 2,88 0,31 -0,06 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 3,97 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36

52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura

NASIONAL

2008 2009 2010 2011

II III IV I II III IV I II III IV I II

Page 49: Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga secara umum meningkat,

Tabel Statistik

39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*

Periode

3,87 0,61 1,60 -0,64 -1,34 -1,20

4,97 1,83 2,11 5,13 8,84 4,85

5,33 2,40 2,58 0,61 0,00 2,31

6,74 3,51 1,51 1,82 -5,00 0,56

6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,93

2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 4,32

7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 3,63

7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50

7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45

7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55

4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92

0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67

2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80

3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99

5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79

1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91

2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17

2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29

3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14

1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43

1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86

0,22 1,31 0,65 n,a n,a n.a

2006

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2010

Trw.I

Trw.II

Trw.III

2011

Trw.I

Trw.II