jl.mh. thamrin no.2 jakarta 10110 - indonesia :// · global masih berada pada level yang tinggi...
TRANSCRIPT
Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesiahttp://www.bi.go.id
BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id
i
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah
Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain
dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua
maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang
mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan
moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan
kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang
melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
S. Budi Rochadi Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN II-2011
ii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
iii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
strategi Kebijakan Moneter
Prinsip Dasar
Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.
Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.
Sasaran Inflasi
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.
Instrumen dan Operasi Moneter
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.
Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).
Proses Perumusan Kebijakan
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Transparansi
Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Koordinasi dengan Pemerintah
Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.
Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga
(Inflation Targeting Framework)
Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
iv
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
v
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Kata Pengantar
Sejalan dengan perekonomian global yang terus membaik, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama triwulan II-2011 juga menunjukkan tren yang terus meningkat, dan diprakirakan akan mencapai kisaran yang lebih tinggi dari yang diprakirakan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik tersebut akan
ditopang oleh terus membaiknya kinerja investasi dan ekspor sehingga akan mengimbangi konsumsi yang tetap
kuat. Peningkatan kegiatan investasi ini diharapkan akan meningkatkan kapasitas perekonomian sehingga dapat
mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan ekspor yang kuat sejalan dengan volume
perdagangan dunia yang meningkat dan relatif tingginya harga komoditas global.
Perkembangan ekonomi global dan domestik yang terus membaik berdampak positif pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang untuk keseluruhan tahun 2011 diprakirakan masih mengalami surplus yang relatif besar. Surplus NPI tersebut didukung baik oleh transaksi modal dan finansial seiring masih kuatnya aliran
masuk modal asing maupun surplus transaksi berjalan meskipun mengalami penurunan. Sejalan dengan itu, cadangan
devisa juga terus menunjukkan peningkatan yang mengindikasikan ketahanan ekonomi kita yang semakin baik.
Kinerja sisi eksternal yang membaik juga tercermin pada pergerakan nilai tukar Rupiah yang diprakirakan akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat, meskipun pada tingkat yang lebih terbatas. Pada triwulan
II-2011, nilai tukar Rupiah menguat secara terbatas dengan volatilitas yang tetap terjaga. Penguatan nilai tukar
Rupiah tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk meredam tekanan inflasi dengan tetap memperhatikan
keseimbangan eksternal perekonomian. Sejauh ini, apresiasi nilai tukar masih sejalan dengan tren mata uang lain di
kawasan sehingga belum berdampak pertumbuhan ekspor.
Perkembangan inflasi sampai dengan triwulan II-2011 masih terkendali. Hal ini antara lain didorong oleh
penurunan harga sejumlah komoditas bahan pangan dalam triwulan ini. Sementara itu, inflasi inti masih merambat
naik didorong oleh kecenderungan tingginya harga komoditas global dan kuatnya permintaan seiring kegiatan
ekonomi yang meningkat. Di sisi lain, inflasi kelompok administered prices relatif terbatas, seiring tidak adanya
kebijakan Pemerintah terkait harga energi. Ke depan, inflasi diperkirakan tetap terkendali bahkan berpotensi untuk
lebih rendah dari perkiraan semula terutama apabila tidak ada kebijakan Pemerintah di bidang harga energi serta
tetap terjaganya pasokan dan distribusi bahan pangan.
Gubernur Bank Indonesia
vi
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Stabilitas sistem perbankan juga tetap terjaga dan disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Stabilitas industri perbankan tercermin pada tingginya rasio
kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross. Sementara itu, penyaluran
kredit juga terus meningkat. Bank Indonesia terus berupaya mendorong peningkatan efisiensi perbankan agar fungsi
intermediasi dapat dioptimalkan dengan tetap menjaga stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan.
Penilaian menyeluruh terhadap kondisi perekonomian dan prospek serta risikonya menjadi dasar pertimbangan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Juli 2011 yang memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%. Tingkat BI Rate tersebut dipandang masih sesuai
dengan upaya untuk menjaga peningkatan kegiatan perekonomian yang disertai dengan stabilitas yang tetap terjaga,
di tengah tingginya ekses likuiditas domestik dan masih derasnya aliran masuk modal asing. Ke depan, Bank Indonesia
tetap mewaspadai potensi risiko terhadap stabilitas makroekonomi. Bank Indonesia juga akan terus menerapkan
bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang diyakini mampu untuk menjaga stabilitas makro dan membawa
inflasi kepada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012.
Demikianlan gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan II-2011 serta prospek ke depan. Saya berharap laporan
ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua
Jakarta, 12 Juli 2011
Gubernur Bank Indonesia
Dr. Darmin Nasution
vii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
daftar Isi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Daftar Isi
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan II-2011 ........................... 1
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ................. 3
Asumsi yang Digunakan ................................................................. 3
Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 5
Prospek Inflasi ................................................................................. 10
Faktor Risiko ................................................................................... 12
3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini .............. 13
Perkembangan Ekonomi Dunia ....................................................... 13
Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 16
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................ 21
Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 22
Inflasi .............................................................................................. 24
Perkembangan Pasar Keuangan ...................................................... 25
Tabel Statistik ................................................................................... 30
viii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
daftar Isi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Respons Kebijakan Moneter Triwulan II-2011
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan II-2011
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Juli 2011 memutuskan
untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%. Tingkat BI Rate tersebut dipandang
masih sesuai dengan upaya untuk menjaga peningkatan kegiatan perekonomian yang disertai
dengan stabilitas yang tetap terjaga, di tengah tingginya ekses likuiditas domestik dan masih
derasnya aliran masuk modal asing. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai potensi
risiko tekanan terhadap stabilitas makroekonomi, khususnya yang berasal dari berlanjutnya
aliran masuk modal asing dan tingginya harga komoditas global. Sementara itu, inflasi
diperkirakan akan tetap terkendali dan dapat lebih rendah dari perkiraan sebelumnya apabila
tidak ada perubahan kebijakan Pemerintah di bidang harga energi serta tetap terjaganya
pasokan dan distribusi bahan pangan. Bank Indonesia akan terus menerapkan bauran
kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial, dengan penekanan pada pengendalian
likuiditas domestik, aliran masuk modal asing, dan apresiasi Rupiah yang sejalan dengan tren
apresiasi nilai tukar di kawasan Asia. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut mampu untuk menjaga stabilitas makro
dan membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011
dan 4,5%±1% pada tahun 2012.
Dewan Gubernur memandang bahwa pemulihan ekonomi global terus berlanjut,
sebagaimana tercermin pada volume perdagangan dunia yang meningkat. Namun,
prospek ekonomi global dibayangi sejumlah risiko, antara lain terkait krisis utang di Yunani,
berakhirnya Quantitative Easing (QE) II oleh the Fed dan melambatnya ekonomi China. Risiko
tersebut berpotensi menahan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2011, meskipun
pemulihan ekonomi akan tetap meningkat pada tahun 2012. Sementara itu, harga komoditas
global masih berada pada level yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak.
Inflasi dunia juga secara umum meningkat, meskipun tekanan inflasi di emerging markets
mereda. Respon kebijakan moneter di negara-negara emerging markets masih cenderung
ketat, sementara di negara-negara maju masih cenderung akomodatif.
Di sisi domestik, Dewan Gubernur memprakirakan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia dapat mencapai kisaran 6,3%-6,8% pada tahun 2011 dan 6,4%-6,9% pada
tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh sumber pertumbuhan yang
semakin berimbang seiring dengan kinerja investasi yang terus meningkat dan kinerja ekspor
yang masih tetap solid. Sementara itu, kinerja konsumsi rumah tangga juga tetap kuat. Pada
triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi diprakirakan cukup tinggi, yaitu sebesar 6,6%,
ditopang oleh konsumsi dan investasi. Di sisi sektoral, seluruh sektor ekonomi diprakirakan
akan tumbuh dengan baik. Sektor-sektor yang diprakirakan menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi ke depan, antara lain sektor transportasi dan komunikasi; sektor
perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor industri.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk keseluruhan tahun 2011 diprakirakan
masih mengalami surplus yang relatif besar. Hal ini seiring dengan masih kuatnya aliran
2 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Respons Kebijakan Moneter Triwulan II-2011
masuk modal asing, termasuk dalam bentuk PMA, dan transaksi berjalan yang diperkirakan
masih surplus meskipun mengalami penurunan. Penurunan surplus transaksi berjalan seiring
dengan peningkatan impor terkait kenaikan permintaan domestik dan harga impor terutama
migas. Di sisi transaksi modal dan finansial, aliran masuk modal asing diprakirakan masih
berlanjut seiring dengan peningkatan kegiatan ekonomi domestik dan persepsi investor
yang positif terhadap fundamental perekonomian Indonesia. Sejalan dengan itu, cadangan
devisa pada akhir Juni 2011 tercatat sebesar 119,7 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,8
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Pergerakan nilai tukar Rupiah diprakirakan tetap stabil dengan kecenderungan
menguat, meskipun pada tingkat yang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya
aliran masuk modal asing. Pada triwulan II-2011, nilai tukar Rupiah menguat 1,53%
(ptp) ke level Rp 8.577 per dolar AS dengan volatilitas yang tetap terjaga. Tren apresiasi
nilai tukar Rupiah tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk meredam tekanan
inflasi, khususnya dari imported inflation, dengan tetap mempertimbangkan dampaknya
terhadap pertumbuhan ekonomi. Penguatan Rupiah yang terjadi masih sejalan dengan
tren apresiasi mata uang di kawasan Asia sehingga sejauh ini tidak memberikan tekanan
pada kinerja ekspor.
Tekanan inflasi sampai dengan triwulan II-2011 masih terkendali. Inflasi IHK pada
triwulan II-2011 tercatat sebesar 0,36% (qtq) sehingga secara tahunan turun menjadi
5,54% (yoy), terutama didorong oleh deflasi di kelompok bahan pangan sementara inflasi
inti meningkat secara terbatas. Inflasi inti tercatat 0,85%(qtq) atau 4,63%(yoy), didorong
oleh kecenderungan tingginya harga komoditas global dan meningkatnya permintaan seiring
kegiatan ekonomi yang meningkat. Inflasi kelompok administered prices relatif terbatas,
yaitu sebesar 0,69%(qtq), seiring dengan tidak adanya kebijakan pemerintah terkait harga
energi. Sementara itu, kelompok bahan pangan mencatat deflasi -1,35%(qtq), terutama
disebabkan koreksi harga sejumlah komoditas pangan khususnya di bulan April dan Mei. Ke
depan, inflasi diperkirakan akan tetap terkendali dan diperkirakan dapat lebih rendah dari
perkiraan semula terutama apabila tidak ada kebijakan Pemerintah di bidang harga energi
serta tetap terjaganya pasokan dan distribusi bahan pangan.
Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga yang disertai terus membaiknya fungsi
intermediasi perbankan dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Stabilitas
industri perbankan tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy
Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah
(NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk
pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut, tercermin pada pertumbuhan kredit
yang pada Juni 2011 mencapai 23,4%(yoy). Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit
investasi yang sampai dengan bulan Mei 2011 tercatat sebesar 29,0% (yoy). Bank Indonesia
terus mendorong peningkatan efisiensi perbankan agar fungsi intermediasi dapat terus
dioptimalkan dengan tetap menjaga stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
Pertumbuhan aktivitas perdagangan dunia diprakirakan cenderung meningkat dari tahun
ke tahun, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang juga cenderung membaik.
Dengan kondisi eksternal tersebut, perekonomian Indonesia ke depan diprakirakan cenderung
membaik disertai dengan sumber pertumbuhan yang semakin seimbang. Pada tahun 2011
dan 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan masing-masing berkisar 6,3%-
6,8% dan 6,4%-6,9%. Membaiknya kinerja ekspor akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat yang kemudian mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Masih kuatnya kinerja ekspor dan membaiknya konsumsi rumah tangga akan mendorong
pertumbuhan investasi. Dengan kondisi permintaan yang cenderung meningkat, baik yang
berasal dari eksternal maupun domestik, pertumbuhan impor diprakirakan juga meningkat.
Dari sisi lapangan usaha, dukungan sektor industri diprakirakan meningkat sejalan dengan
kuatnya kinerja ekspor, konsumsi rumah tangga dan investasi.
Pergerakan inflasi sampai dengan semester I 2011 cukup mendukung tercapainya
target inflasi 5%+1%. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi berasal dari harga komoditas
internasional yang masih cenderung meningkat. Namun, stabilitas nilai tukar rupiah
diprakirakan dapat meredam meningkatnya tekanan inflasi dari sisi eksternal. Dari sisi
domestik, di samping faktor musiman dan hari raya, sumber tekanan inflasi diprakirakan
antara lain berasal dari meningkatnya permintaan sejalan dengan prakiraan pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi. Menghadapi berbagai tantangan di sisi inflasi, Bank Indonesia
terus memperkuat bauran kebijakan untuk mengarahkan inflasi ke
targetnya. Langkah tersebut juga diikuti oleh upaya memperkuat
koordinasi kebijakan dengan Pemerintah.
ASUMSI YANG DIGUNAKAN
Asumsi Perekonomian Internasional
Ekspansi ekonomi dunia diprakirakan tetap berlanjut meski
tidak merata. Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju
diprakirakan terbatas, sementara negara-negara berkembang
diprakirakan tumbuh tinggi sejalan dengan meningkatnya permintaan
domestik. IMF, dalam publikasinya di World Economic Outlook bulan
Juni 2011 memprakirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara
maju di 2011 mencapai 2,2% (Tabel 2.1). Sementara itu, negara-
negara berkembang diprakirakan tumbuh tinggi sebesar 6,6% yang
dimotori oleh China, India, dan negara-negara ASEAN 5 (Indonesia,
Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam). Secara keseluruhan,
pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2011 diprakirakan
mencapai 4,3%. Selanjutnya, pada tahun 2012, kondisi ekonomi
Tabel 2.1
Proyeksi PDB Dunia (% yoy)
2011 2012 2009 2010
Proyeksi
PDB Dunia -0.5 5.1 4.3 4.5
Negara Maju -3.4 3.0 2.2 2.6
Amerika Serikat -2.6 2.9 2.5 2.7
Kawasan Euro -4.1 1.8 2.0 1.7
Jepang -6.3 4.0 -0.7 2.9
Negara Maju Lainnya -1.1 5.8 4.0 3.8
Negara Berkembang 2.8 7.4 6.6 6.4
Eropa Timur dan Tengah -3.6 4.5 5.3 3.2
Negara Persemakmuran -6.4 4.6 5.1 4.7
Negara Berkembang Asia 7.2 9.6 8.4 8.4
China 9.2 10.3 9.6 9.5
India 6.8 10.4 8.2 7.8
ASEAN-5* 1.7 6.9 5.4 5.7
Amerika Latin & Karibia -1.7 6.1 4.6 4.1
Timur Tengah & Afrika Utara 2.5 4.4 4.2 4.4
* Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan VietnamSumber: IMF, World Economic Outlook Update, Juni 2011
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
4 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
negara maju diprakirakan semakin membaik karena meningkatnya investasi, membaiknya
permintaan domestik, dan membaiknya sektor tenaga kerja seiring kebijakan moneter yang
masih akomodatif. Sementara itu, negara-negara berkembang diprakirakan tetap mencatat
pertumbuhan yang tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia
dapat mencapai 4,5% pada tahun 2012.
Ekspansi ekonomi dunia akan meningkatkan kegiatan ekspor-impor untuk memenuhi
kebutuhan produksi dan investasi global sehingga volume perdagangan dunia diprakirakan
tumbuh tinggi pada tahun 2011-2012. IMF memprakirakan kegiatan volume perdagangan
dunia tumbuh 8,2% (2011) dan 6,7% (2012). Pertumbuhan volume perdagangan dunia
yang tinggi juga diprakirakan oleh berbagai lembaga internasional lainnya, antara lain World
Bank (Global Economic Prospects, Juni 2011) yang memproyeksikan volume perdagangan
dunia tumbuh 8,0% (2011) dan 7,7% (2012).
Tingginya permintaan global di tengah ketatnya persediaan menyebabkan harga komoditas
persisten di level yang tinggi. Ketatnya persediaan tersebut disebabkan oleh rendahnya
inventori, karena terbatasnya produksi hasil-hasil pertanian terkait pengaruh cuaca. Selain
disebabkan oleh keterbatasan pasokan, kenaikan harga komoditas nonmigas juga dipicu
oleh pengaruh nonfundamental yang terindikasi dari peningkatan noncommercial contract.
Pada tahun depan, tingginya harga komoditas dan noncommercial contract memungkinkan
harga komoditas mengalami koreksi. Berdasarkan hal tersebut, harga komoditas diprakirakan
tetap tumbuh tinggi pada tahun 2011, namun mengalami koreksi pada tahun depan. IMF
memprakirakan harga komoditas nonmigas tumbuh 21,6% (2011) dan selanjutnya turun
-3,3% (2012).
Sementara itu, dampak krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North
Africa/MENA) diprakirakan mendorong harga minyak dunia pada tahun 2011 dan 2012
untuk tetap berada pada level yang tinggi. Selain itu, tingginya harga minyak juga dipicu
oleh kegagalan OPEC dalam mencapai kesepakatan untuk meningkatkan kuota produksi.
World Bank memprakirakan harga minyak dunia (rata-rata harga minyak Dubai, Brent, dan
West Texas Intermediate) mencapai 107,2 dolar AS per barel pada tahun 2011 dan 102,1
dolar AS per barel pada tahun 2012.
Asumsi Kebijakan Fiskal
Berdasarkan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan (RAPBN-P) Tahun Anggaran 2011, Pemerintah berencana untuk
melakukan perubahan terhadap APBN 2011. Perubahan tersebut dilakukan setelah melakukan
evaluasi kinerja ekonomi di tahun 2010, serta melihat perkembangan perekonomian dan
pembangunan di tahun 2011.
Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan pelaksanaan APBN 2011 terutama: (a)
perkembangan indikator ekonomi makro yang menjadi basis perhitungan besaran APBN; (b)
pelaksanaan langkah-langkah kebijakan yang telah direncanakan dalam APBN tahun 2011;
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
(c) kebutuhan tambahan anggaran belanja prioritas dalam tahun 2011; serta (d) langkah-
langkah antisipasi dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN 2011.
Sebagai dampak dari faktor-faktor tersebut, defisit APBN tahun 2011 diprakirakan
menjadi sekitar 2,1% terhadap PDB dari yang direncanakan sebelumnya sebesar 1,8%
terhadap PDB. Penambahan defisit pada RAPBN-P tahun 2011 tersebut direncanakan akan
dipenuhi dari sumber pembiayaan dalam negeri, dengan menggunakan dana saldo anggaran
lebih (SAL).
Dalam kerangka tersebut, perubahan APBN 2011 ditujukan antara lain untuk: (a)
mengantisipasi perubahan indikator ekonomi makro dalam tahun 2011 agar berbagai besaran
RAPBN-P menjadi lebih realistis dan dapat dilaksanakan secara baik; (b) menjaga stabilitas
harga barang dan jasa di dalam negeri; serta (c) mempercepat pelaksanaan program-program
prioritas pembangunan nasional dalam tahun 2011 dan jangka menengah. Perubahan APBN
2011 tersebut dilakukan secara menyeluruh guna menampung seluruh perubahan dalam
pendapatan, belanja, serta defisit dan pembiayaan anggaran.
Untuk periode selanjutnya, berdasarkan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2012, target defisit
APBN 2012 direncanakan berkisar antara 1,4-1,6% dari PDB. Defisit tersebut lebih rendah
dari tingkat defisit RAPBN-P 2011 sebesar 2,1% terhadap PDB. Strategi konsolidasi fiskal
tersebut dilakukan untuk mengendalikan defisit dalam rangka menjaga kesinambungan fiskal
jangka menengah periode 2010-2014. Sumber utama penerimaan APBN 2012 diharapkan
berasal dari dalam negeri, khususnya penerimaan perpajakan. Sementara itu, alokasi belanja
negara digunakan untuk mendukung sasaran utama pembangunan yaitu mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi 6,6-7,0%, diikuti dengan pengurangan tingkat pengangguran
menjadi 6,4-6,7% serta pengurangan kemiskinan menjadi 10,5-11,5%.
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian Indonesia ke depan diprakirakan cenderung membaik disertai dengan sumber
pertumbuhan yang semakin seimbang. Pertumbuhan ekonomi di 2011 diprakirakan
berkisar 6,3%-6,8% (Tabel 2.2). Prospek perekonomian Indonesia terutama didorong
oleh kegiatan perdagangan dunia yang kuat, sehingga kinerja ekspor juga diprakirakan
tumbuh tinggi. Kondisi tersebut diprakirakan terus membaik pada tahun 2012,
sehingga pertumbuhan ekonomi diprakirakan meningkat 6,4%-6,9%. Membaiknya
kinerja ekspor diprakirakan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, yang akan
mendorong akselerasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Masih kuatnya kinerja ekspor
dan membaiknya konsumsi rumah tangga selanjutnya mendorong pertumbuhan investasi.
Dengan kondisi permintaan yang cenderung meningkat, baik yang berasal dari eksternal
maupun domestik, pertumbuhan impor diprakirakan juga meningkat. Dari sisi lapangan
usaha, peningkatan pertumbuhan ekonomi ke depan terutama didukung oleh sektor industri;
sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
6 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Prospek Permintaan Agregat
Peningkatan pendapatan masyarakat akan mendorong kuatnya pertumbuhan
konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh tinggi sebesar
4,7% pada tahun triwulan III 2011, dan berkisar 4,4%-4,9% (2011). Pada tahun 2012,
pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan terakselerasi mencapai 4,8%-5,3%.
Pendapatan masyarakat yang meningkat berasal dari berbagai sumber yaitu: perbaikan
pendapatan dari hasil ekspor, kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), perbaikan pendapatan
aparat negara, kenaikan gaji karyawan perusahaan, potensi wealth effect dari kencederungan
kenaikan harga saham, serta dukungan pembiayaan dari perbankan.
Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh cukup tinggi dan menjadi salah
satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pergeseran pembayaran
gaji PNS ke-13 dari bulan Juni ke Juli 2011 menyebabkan konsumsi Pemerintah di
triwulan III 2011 diprakirakan meningkat cukup tinggi. Konsumsi Pemerintah secara
riil diprakirakan tumbuh 18,4% pada triwulan III 2011, sehingga secara keseluruhan
tahun 2011 pertumbuhan konsumsi pemerintah berkisar 8,8%-9,3%. Pada tahun
2012, pertumbuhan konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh 3,9%-4,4%, seiring
dengan strategi untuk mengendalikan defisit dalam rangka menjaga kesinambungan
fiskal jangka menengah.
Kegiatan investasi diprakirakan tumbuh tinggi pada tahun 2011 dan terakselerasi
pada tahun 2012. Pada tahun 2011, investasi diprakirakan tumbuh sekitar 9,3%-9,8%
dan meningkat menjadi 12,3%-12,8% pada tahun 2012. Tingginya pertumbuhan
investasi tersebut didorong oleh berbagai faktor. Dari sisi permintaan, tingginya prakiraan
investasi tersebut merupakan respons dari meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah
tangga dan ekspor. Faktor penarik tersebut juga didukung oleh beberapa faktor seperti
(i) stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, tercermin pada kondisi nilai tukar yang
stabil, (ii) potensi kenaikan sovereign credit rating Indonesia mencapai investment grade
oleh berbagai lembaga pemeringkat internasional sebagai kelanjutan dari proyeksi yang
positif dari berbagai lembaga pemeringkat, (iii) iklim investasi yang membaik, (iv) perbaikan
Indikator
Tabel 2.2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
* Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga 4.6 4.5 4.5 4.7 4.4 - 4.9 4.8-5.3
Konsumsi Pemerintah 0.3 3.0 (-2.6) 18.4 8.8 - 9.3 3.9 - 4.4
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8.5 7.3 8.6 10.5 9.3 - 9.8 12.3 - 12.8
Ekspor Barang dan Jasa 14.9 12.3 12.6 7.9 9.4 - 9.9 9.7 - 10.2
Impor Barang dan Jasa 17.3 15.6 9.8 10.3 11.1 - 11.6 11.3 - 11.8
PDB 6.1 6.5 6.5 6.6 6.3 - 6.8 6.4 - 6.9
2010I II* III*
20112011* 2012*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
birokrasi pemerintahan karena adanya reformasi birokrasi, dan
(v) potensi pasar di Indonesia karena besarnya jumlah populasi
dibanding dengan kawasan regional lain di Asia Tenggara.
Peningkatan kinerja investasi tersebut diprakirakan diikuti oleh peran
aliran investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI) yang semakin
meningkat. Berdasarkan Consensus Forecast bulan Mei 2011, aliran
FDI ke Indonesia untuk tahun 2011 dan 2012 diprakirakan lebih
tinggi dibandingkan FDI di 2010 (Grafik 2.1). Besarnya aliran FDI
ke Indonesia tersebut diprakirakan lebih tinggi dibandingkan aliran
FDI ke Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan. Membaiknya investasi
tersebut juga terlihat dari optimisme investor asing terhadap kondisi
perekonomian Indonesia ke depan sebagaimana terlihat dalam
berbagai publikasi institusi internasional. Selain dalam bentuk investasi
nonbangunan, investasi bangunan juga diprakirakan cenderung
membaik, sejalan dengan implementasi program infrastruktur yang
direncanakan Pemerintah.
Volume perdagangan dunia yang diprakirakan tumbuh tinggi menyebabkan kuatnya
permintaan barang-barang hasil ekspor Indonesia. Pada tahun 2011, ekspor barang
dan jasa diprakirakan tumbuh 9,4%-9,9%, dan meningkat menjadi 9,7%-10,2% pada
tahun 2012. Komoditas ekspor Indonesia secara historis sangat terkait erat dengan aktivitas
perdagangan dunia. Selain itu, ekspor Indonesia ke negara-negara berkembang cenderung
meningkat, dan diprakirakan masih akan berlanjut pada tahun-tahun mendatang. Selain
faktor permintaan, kinerja ekspor Indonesia juga akan tumbuh kuat dengan dorongan dari
tren kenaikan harga komoditas.
Tingginya pertumbuhan ekspor dan kuatnya permintaan domestik akan mendorong
impor barang dan jasa. Peningkatan kinerja ekspor akan mendorong permintaan terhadap
bahan-bahan baku impor untuk proses produksi. Selain itu, tingginya konsumsi rumah tangga
di Indonesia diperkirakan juga akan mendorong penjualan barang-barang konsumsi yang
antara lain dipenuhi melalui impor.
Di sisi lain, meningkatnya investasi sebagai respons terhadap kinerja ekspor dan konsumsi
rumah tangga diprakirakan juga akan mendorong tingginya pertumbuhan impor barang
modal. Secara keseluruhan, impor barang dan jasa diprakirakan tumbuh 10,3% pada triwulan
III-2011, sehingga tumbuh 11,1%-11,6% untuk keseluruhan tahun 2011 dan meningkat
berkisar 11,3%-11,8% pada tahun 2012.
Prospek Penawaran Agregat
Dari sisi lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti sektor industri, perdagangan-hotel-
restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap mendominasi
struktur perekonomian Indonesia (Tabel 2.3). Sektor industri diprakirakan mengalami
akselerasi pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang konsumsi dan produk
Grafik 2.1
Prakiraan FDI Consensus Forecast
�����
����
����
����
���
���
���
���
���
�����
�����
���������
���������
��������
��������
����������
������
�����������
�����
�����������������
�����
����
����
����
���
���
���
���
���
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
8 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
ekspor. Sementara itu, kuatnya daya beli masyarakat dan berbagai
program Pemerintah untuk mendorong pariwisata akan mendorong
pertumbuhan sektor PRH. Sektor pengangkutan dan komunikasi
diprakirakan menjadi salah satu sektor nontradable yang tetap
tumbuh tinggi seiring dengan geliat ekonomi di sektor-sektor lain
serta aktivitas ekspor dan impor.
Peningkatan aktivitas ekonomi domestik yang tetap solid telah
direspons oleh produsen melalui peningkatan kapasitas produksi
(investasi) dalam bentuk pembelian barang modal. Kondisi
ini tercermin dari peningkatan FDI dalam neraca pembayaran
Indonesia (NPI). Investasi yang meningkat tersebut juga terlihat
dari kegiatan impor mesin dan peralatan yang terus menunjukkan
peningkatan (Grafik 2.2). Sejak akhir tahun 2009 pertumbuhan
investasi nonbangunan (dari luar negeri) terus menunjukkan
peningkatan, dan pada akhir 2010 sampai dengan awal 2011
pertumbuhannya mencapai di atas 20%. Berbagai perkembangan
tersebut di atas mendukung ekspansi di sektor industri pengolahan
ke depan. Kinerja sektor industri pengolahan pada tahun
2011 dan beberapa tahun ke depan diprakirakan akan
melampaui level pertumbuhan sebelum krisis ekonomi
global tahun 2008.
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)
diprakirakan masih akan tetap meningkat. Meningkatnya
kegiatan impor dan aktivitas ekonomi domestik yang terus membaik
menjadi faktor pendukung yang positif. Optimisme perkembangan
kinerja sektor PHR juga didukung oleh perkembangan konsumsi
rumah tangga yang cenderung meningkat yang ditopang oleh daya
Grafik 2.2
Pertumbuhan PMTB Mesin dan Sektor Industri
S e k t o r
Tabel 2.3
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
* Proyeksi Bank Indonesia
Pertanian 2.9 3.4 3.5 3.5 3.1 - 3.6 3.5 - 4.0
Pertambangan & Penggalian 3.5 4.6 4.1 4.1 3.7 - 4.2 3.7 - 4.2
Industri Pengolahan 4.5 5.0 5.1 5.1 4.8 - 5.3 5.0 - 5.5
Listrik, Gas & Air Bersih 5.3 4.2 5.3 5.9 5.1 - 5.6 6.4 - 6.9
Bangunan 7.0 5.3 6.8 7.2 6.4 - 6.9 7.6 - 8.1
Perdagangan, Hotel & Restoran 8.7 7.9 8.4 8.9 8.5 - 9.0 8.6 - 9.1
Pengangkutan & Komunikasi 13.5 13.8 13.1 13.2 12.7 - 13.2 11.6 - 12.1
Keuangan, Persewaan & Jasa 5.7 7.3 6.9 7.0 6.7 - 7.2 6.8 - 7.3
Jasa-jasa 6.0 7.0 6.7 6.6 6.3 - 6.8 6.1 - 6.6
PDB 6.1 6.5 6.5 6.6 6.3 - 6.8 6.4 - 6.9
2010II*I III*
20112011* 2012*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
�
�
�
�
�
�
�
����
����
�
��
��
��
��
��
���� ���� ���� ���� ����
������������
�������������������������������������
������������������������������������������������������������������
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ��
Grafik 2.3
Pertumbuhan Sektor Perdagangan dan Indeks Penjualan Eceran
���
���
�
�
�
�
�
��
��
����
����
�
��
��
��
��
��
���� ���� ����
����������
� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � �
�������������������� �����������������������
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
beli dan sumber pembiayaan yang memadai. Dengan perkembangan tersebut sektor PHR
pada tahun 2011 diprakirakan tumbuh di kisaran 8,5%-9,0%.
Di sisi subsektor perdagangan besar dan eceran, perkembangan subsektor ini diprakirakan
masih cukup tinggi. Perkembangan kinerja subsektor perdagangan ini didukung oleh impor
barang konsumsi yang masih meningkat serta daya beli masyarakat yang masih cukup tinggi
(Grafik 2.3). Optimisme membaiknya kegiatan perdagangan ke depan juga di dukung oleh
optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan sebagaimana terlihat dalam
beberapa survei yang dilakukan oleh institusi internasional.
Sebagaimana subsektor perdagangan, subsektor hotel dan restoran juga diprakirakan
menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Proses pemulihan perekonomian global
yang terus berlanjut dan kondisi ekonomi domestik yang cukup kuat akan menopang kinerja
subsektor perhotelan dan restoran. Peningkatan kinerja subsektor hotel dan restoran juga
didukung oleh berbagai upaya Pemerintah dalam rangka mencapai target menarik wisatawan
mancanegara sebanyak 7,3-7,7 juta orang di tahun 2011. Pada tahun
2011 ini Pemerintah melakukan kampanye pariwisata dengan tema
“Wonderful Indonesia.” Data terkini menunjukkan hingga bulan Mei
tahun 2011 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia
tercatat sebanyak 2,92 juta orang atau tumbuh sebesar 5,64%
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan
perkembangan ini Pemerintah optimis target kunjungan wistawan
mancanegara dapat tercapai.
Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih akan
tumbuh kuat hingga beberapa tahun ke depan. Peningkatan
aktivitas dari sektor ini diprakirakan tidak hanya bertumpu pada
subsektor komunikasi. Subsektor pengangkutan kini berperan
semakin besar, seiring dengan geliat ekonomi di sektor-sektor lain
seperti sektor industri, terutama industri hulu, PHR serta aktivitas
ekspor dan impor. Di samping itu, aktivitas di subsektor komunikasi
juga masih berlanjut dalam bentuk penciptaan berbagai inovasi
yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan. Dengan
perkembangan ini, sektor pengangkutan dan komunikasi tahun
2011 diprakirakan tumbuh 12,7%-13,2%.
Meningkatnya kegiatan di subsektor pengangkutan antara lain
tercermin dari meningkatnya volume lalu lintas barang, seiring
dengan meningkatnya kegiatan perdagangan dan ekspor-impor
serta pengangkutan penumpang (Grafik 2.4). Berbagai peningkatan
layanan di pelabuhan dan bandara dilakukan untuk merespons
peningkatan aktivitas tersebut. Selain itu berbagai perbaikan
infrastruktur jalan (road development) yang saat ini sedang
dilakukan akan sangat mendorong kelancaran kegiatan angkutan
di darat.
Grafik 2.4
Angkutan Penumpang dan Barang
Grafik 2.5
Pelanggan dan Pengguna Internet
���
��
��
�
�
�
��
���
�
��
��
��
���� ���� ����
�����������������
�����
������
������������������������������������������������������
������
� � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � �� ���� � � � �
��������������������������������������
�
�����
�����
�����
�����
������
������
������
������
�
����
�����
�����
�����
�����
�����
���� ���� ����� ����� ����� �����
���������������������������
����������������������������
�����������������������
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
10 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Kegiatan di subsektor komunikasi kini lebih terfokus pada pengembangan layanan data
(mobile data services - MDS). Investasi dalam pengembangan MDS mendapat porsi relatif
besar dalam anggaran belanja modal (capital expenditure) para operator telekomunikasi,
selain biaya terkait pemasaran. Banyaknya operator telekomunikasi yang masuk di bisnis
layanan data terutama terkait dengan besarnya peluang di bisnis ini (Grafik 2.5).
Di sektor pertanian, perbaikan kinerja terjadi terutama disebabkan oleh relatif
baiknya iklim yang sepanjang tahun 2010 lalu menjadi masalah yang cukup serius.
Kondisi iklim yang membaik ini memungkinkan produktivitas tanaman bahan pangan
meningkat. Selain dukungan iklim, perbaikan produksi di sektor pertanian diprakirakan
juga didukung oleh perbaikan infrastruktur pertanian dan keterhubungan antarwilayah
sebagaimana rencana Pemerintah dalam APBN 2011. Subsektor perikanan yang saat ini
merupakan pangsa kedua terbesar di sektor pertanian terus menunjukkan pertumbuhan yang
meningkat, terutama perikanan budidaya. Di subsektor perkebunan, pertumbuhan produksi
tahun 2011 diprakirakan lebih baik dari tahun sebelumnya, terutama dari perkebunan kelapa
sawit. Subsektor perkebunan, bersama dengan subsektor perikanan, akan menopang kinerja
sektor pertanian secara keseluruhan.
Perkembangan kinerja sektor-sektor ekonomi lainnya di tahun 2011 secara umum
menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi di
tahun 2010. Di sektor pertambangan, perbaikan kinerja akan ditopang oleh pertumbuhan
yang cukup tinggi di subsektor nonmigas seperti batubara, nikel dan timah. Faktor cuaca
di tahun 2011 diprakirakan lebih baik dari tahun 2010 sehingga membantu kinerja sektor
pertambangan ini. Selain itu, berbagai upaya Pemerintah terkait dengan penyelesaian
berbagai masalah pembebasan lahan diprakirakan mulai membuahkan hasil di tahun 2011.
Dengan demikian kegiatan proyek-proyek, terutama proyek infrastruktur, diprakirakan
mengalami perbaikan. Di sektor keuangan, perbaikan kinerja diprakirakan juga akan terjadi,
seiring dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan.
PROSPEK INFLASI
Tekanan inflasi di semester I 2011 relatif rendah. Dari sisi domestik, sumber inflasi
diprakirakan antara lain berasal dari faktor musiman dan hari raya di tengah terus
meningkatnya permintaan sejalan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Selain itu, faktor ekspektasi masyarakat yang dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas
internasional diprakirakan juga menambah tekanan inflasi.
Dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional
yang masih cenderung meningkat. Walaupun sempat menunjukkan penurunan, harga
minyak diprakirakan masih cenderung meningkat dan diikuti oleh kenaikan harga komoditas-
komoditas lainnya terkait masih tingginya permintaan akan komoditas internasional, baik
yang berasal dari negara-negara emerging markets maupun negara-negara maju. Tekanan
inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar rupiah yang
diprakirakan bergerak stabil.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Memasuki semester II-2011, inflasi volatile food diprakirakan lebih
tinggi dibandingkan semester sebelumnya sesuai dengan pola
musiman dan hari raya. Namun peningkatan tekanan dari sisi
volatile food diprakirakan lebih rendah dibandingkan tahun 2010
yang terkendala oleh gangguan produksi dan distribusi. Kebijakan
Pemerintah terkait pengadaan bahan pangan dalam negeri serta
pengamanan stok domestik bahan pangan diprakirakan dapat
membatasi tekanan inflasi volatile food. Berdasarkan hal tersebut
inflasi volatile food di tahun 2011 diprakirakan lebih rendah dari
tahun 2010.
Dengan memperhitungkan dan mengantisipasi risiko tekanan inflasi
ke depan melalui bauran kebijakan serta memperkuat koordinasi
dengan Pemerintah, inflasi diprakirakan dapat diarahkan pada
kisaran sasarannya sebesar 5%±1% pada tahun 2011 dan
4,5%±1% pada tahun 2012.
Faktor Fundamental: Inflasi Inti
Tekanan inflasi inti tahun 2011 khususnya di semester
II diprakirakan meningkat namun masih terkendali. Tren
meningkatnya harga komoditas diiringi dengan peningkatan inflasi
mitra dagang memberikan peningkatan tekanan inflasi inti dari
sisi eksternal. Harga minyak yang diprakirakan tetap tinggi akan
memengaruhi biaya transportasi sehingga akan meningkatkan
harga impor (Grafik 2.6). Namun demikian, tekanan dari sisi
eksternal tersebut diharapkan dapat diredam melalui stabilitas
nilai tukar rupiah.
Dari sisi domestik, prospek pertumbuhan ekonomi di 2011 yang
semakin meningkat diprakirakan memberikan tekanan dari sisi
inflasi inti. Hal tersebut diindikasikan oleh total utilisasi kapasitas
industri pengolahan yang menunjukkan kecenderungan meningkat
(Grafik 2.7). Meningkatnya pertumbuhan investasi diharapkan dapat
mendorong kemampuan sisi pasokan untuk merespon peningkatan
sisi permintaan sehingga dapat mengurangi tekanan inflasi yang
berasal dari meningkatnya permintaan.
Dari sisi ekspektasi inflasi, hasil berbagai survei menunjukkan
ekspektasi inflasi di 2011 dan 2012 masih relatif tinggi. Tingginya
ekspektasi inflasi tersebut, khususnya berkaitan dengan semakin
dekatnya hari raya dan kecenderungan meningkatnya harga
komoditas internasional. Selain itu, wacana kebijakan pengendalian
subsidi bahan bakar minyak (BBM) oleh Pemerintah juga dapat
meningkatkan ekspektasi inflasi masyarakat (Grafik 2.8 dan 2.9).
Grafik 2.6.
Harga Minyak dan Inflasi Inti
Grafik 2.7.
Kapasitas Produksi Industri Pengolahan dan Inflasi Inti
�
�
�
�
�
�
�
��
��
��
��
���
���
���
���
���� ��������� ���� ���� ���� ���� ����
������������������������
�������������������������
�����������������
����
����
����
����
����
�����
����
����
����
����
����
����
�� ��� ���� ��� �� ��� ���� ��� �� ��� ���� ��� �� ������� ���� ���� ����
� ����
�������������������������
���������������������������������������������
Grafik 2.8.
Ekspektasi Inflasi – Survei Konsumen
����������������
����������������
����������
����������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
��
��
��
�
�
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
12 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Faktor Nonfundamental
Inflasi volatile food di tahun 2011 diprakirakan lebih
rendah dibandingkan 2010 walaupun tekanan di semester
II cenderung meningkat. Dengan musim panen yang mulai
berakhir dan terbatasnya peningkatan produksi, tekanan inflasi
volatile food mulai meningkat seiring dengan semakin dekatnya
bulan Ramadhan. Untuk menjamin kecukupan stok pangan
hingga akhir tahun dan mengendalikan kenaikan harga barang,
Pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan dengan baik
dengan cara memaksimalkan produksi dalam negeri maupun
pengadaan luar negeri jika diperlukan.
Selain faktor domestik, penggerak inflasi volatile food juga berasal
dari berlanjutnya tren kenaikan beberapa harga pangan global
akibat peningkatan permintaan di tengah terbatasnya respon sisi
pasokan.
FAKTOR RISIKO
Prospek inflasi di tahun 2011 dan 2012 tidak terlepas dari beberapa
faktor risiko baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri (Grafik 2.10). Dari sisi eksternal, faktor risiko antara lain
dapat berasal dari peningkatan lebih lanjut harga minyak dunia
dan komoditas internasional. Dari sisi domestik, tingginya konsumsi
BBM bersubsidi tahun 2011 dan tingginya harga minyak dunia
dapat mendorong dilakukannya penyesuaian harga barang yang
bersifat strategis seperti BBM bersubsidi, LPG dan Tarif Tenaga
Listrik (TTL).
Grafik 2.9.
Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast
Grafik 2.10.
Fan Chart Proyeksi Inflasi 2011-2012
�
�
�
�
�
� � � � � � ����������
��������������
���
������
���
�
�
�
�
�
��
��
�����
�� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� ������ ���� ���� ����
���� ������
�� ���� �� ������
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
��
��
��
�������
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Pemulihan ekonomi global masih berlangsung meski dibayangi adanya potensi
perlambatan ekonomi terutama di Jepang, Amerika Serikat dan Inggris. Namun
pertumbuhan yang terjadi di Eropa dan emerging markets diharapkan dapat meredam
perlambatan di negara-negara maju tersebut. Selama triwulan II 2011, negara-negara
emerging markets masih menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi global yang
tetap ditopang oleh konsumsi dan kinerja eksternal. Hal tersebut memberikan dampak
positif pada perkembangan ekonomi dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan II 2011 diprakirakan mencapai 6,5% (yoy). Selain konsumsi domestik
pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih didorong oleh kinerja ekspor dan membaiknya
kinerja investasi. Di sisi lapangan usaha, kinerja pada triwulan II diprakirakan ditopang
oleh membaiknya kinerja beberapa sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor bangunan.
Kinerja perekonomian domestik yang menguat, membaiknya indikator risiko dan
menariknya imbal hasil aset rupiah mendukung penguatan nilai tukar selama triwulan
II 2011. Selain itu, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang solid juga berperan
dalam penguatan rupiah tersebut. Selama triwulan II, secara rata-rata, rupiah terapresiasi
sebesar 3,58% ke level Rp8.589 per dolar AS dengan tingkat volatilitas yang menurun
dari triwulan sebelumnya menjadi 0,3%.
Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan II 2011 menunjukkan penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi IHK pada triwulan
II 2011 mencapai 5,54% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan I 2011 yang mencapai
6,65% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh adanya koreksi dari sisi
volatile food. Sementara itu, meskipun tekanan inflasi dari faktor fundamental yang
terlihat pada inflasi inti menunjukkan peningkatan namun masih terkendali.
Di sisi pasar keuangan, suku bunga jangka pendek, sebagaimana tercermin pada
suku bunga PUAB O/N, bergerak cenderung menurun selama triwulan II 2011.
Sementara itu, pertumbuhan kredit masih berada pada tren yang meningkat mencapai
23,4% (yoy) pada Juni 2011. Di pasar modal, pasar SBN, dan pasar reksadana juga
menunjukkan kinerja yang positif.
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Pemulihan ekonomi global triwulan II 2011 masih diselimuti ketidakpastian di
pasar keuangan global dan perlambatan ekonomi dunia. Adanya berbagai sentimen
negatif memengaruhi kinerja pasar keuangan global dan mengakibatkan tertahannya
tren penguatan di pasar keuangan global. Sentimen negatif tersebut muncul karena
adanya indikasi kuat perlambatan ekonomi global, berakhirnya Quantitative Easing II dan
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
13
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
ancaman penurunan peringkat utang AS, berlarut–larutnya penyelesaian krisis utang di
Eropa, penurunan peringkat utang Negara-negara PIIGS (Portugal, Ireland, Italy, Greece,
and Spain),dan krisis politik di MENA (Midle East and North Africa). Hal tersebut
membuat bursa saham global bergerak melemah dan diikuti dengan pemburukan CDS
(credit default swap). Imbas dari ketidakpastian di pasar global membuat mayoritas
mata uang global bergerak melemah terhadap dolar AS di akhir triwulan II 2011.
Pertumbuhan ekonomi dunia triwulan I 2011 yang lebih rendah dari perkiraan disebabkan
oleh rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi negara maju seperti AS, Inggris, dan
Jepang. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan II 2011. Efek
bencana di Jepang masih mengganggu rantai pasokan sektor manufaktur global yang
berujung pada melambatnya sektor manufaktur dan menurunnya volume perdagangan
dunia. Masih lemahnya perekonomian negara maju dan perlambatan ekonomi China
juga menjadi faktor penyebab moderasi perekonomian global di triwulan II 2011.
Pertumbuhan ekonomi AS triwulan II 2011 mengalami moderasi. Sektor industri AS
yang menjadi tulang punggung pemulihan resesi ekonomi mengalami perlambatan ekspansi.
Hal tersebut mengakibatkan terjadinya hambatan dalam perbaikan sektor tenaga kerja yang
berujung pada turunnya konsumsi rumah tangga AS di tengah kondisi peningkatan tekanan
inflasi. Sektor perumahan AS yang menajadi episentrum krisis keuangan global tahun
2008 juga belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Kondisi tersebut menyebabkan
pesimisme terhadap prospek perekonomian AS meningkat, sebagaimana ditunjukkan oleh
penurunan consumer confidence index di bulan Juni 2011. Ekspektasi terhadap moderasi
ekonomi AS semakin kuat menyusul revisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi AS
tahun 2011 oleh the Fed menjadi 3,1%-3,3% (yoy) dari 3,4%-3,9% (yoy).
Ekspansi ekonomi negara kawasan Eropa diprakirakan terhambat oleh krisis utang
yang membelit kawasan tersebut. Jerman dan Perancis masih menjadi penopang utama
ekspansi ekonomi Eropa di tengah perlambatan ekonomi yang dialami negara–negara
Eropa lainnya sebagai dampak penerapan program kebijakan fiskal yang ketat (austerity
program). Meskipun demikian, sektor industri yang selama ini menjadi penopang utama
ekspansi di Jerman dan Perancis terindikasi mengalami perlambatan yang disebabkan
terganggunya pasokan dari Jepang dan rendahnya konsumsi di kawasan Eropa sebagai
dampak tingginya angka pengangguran di kawasan tersebut.
Tren positif pertumbuhan ekonomi Asia diprakirakan masih tetap terjaga.
Perekonomian kawasan Asia terus mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
menjadi penyokong utama perekonomian dunia. Solidnya ekspansi pada perekonomian
Asia ditopang oleh tingginya kinerja ekspor meski sedikit mengalami moderasi yang
disebabkan penurunan aktivitas industri di kawasan tersebut sebagai dampak bencana
di Jepang dan melambatnya ekspansi ekonomi China. Perekonomian Jepang mulai
bangkit dari keterpurukan pasca-bencana gempa dan tsunami sebagaimana tercemin
dari peningkatan beberapa indikator ekonomi, seperti peningkatan aktivitas industri dan
konsumsi rumah tangga. Namun, kontraksi ekonomi yang tajam di triwulan I 2011
mendorong Bank of Japan (BoJ) menurunkan proyeksi perekonomian Jepang pada tahun
2011 menjadi 0,5%-1,0% (yoy) dari sebelumnya 1,4%-1,8% (yoy).
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
14
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Harga komoditas selama triwulan II 2011 mulai turun, namun masih dalam level
yang tinggi. Indeks harga komoditas Juni 2011 turun 1,14% dibandingkan dengan
Mei 2011, atau turun 3,98% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan
ini dipicu oleh keputusan negara-negara OECD untuk melepas cadangan minyaknya
akibat kegagalan OPEC mencapai kesepakatan terkait peningkatan kuota produksi
sehingga mendorong harga minyak sedikit terkoreksi pada akhir triwulan II 2011.
Penurunan harga minyak tersebut juga dipicu oleh ekspektasi perlambatan ekonomi
global. Meskipun demikian, secara keseluruhan harga komoditas tetap berada pada
level yang tinggi sehingga masih memberikan tekanan pada inflasi global. Di Eropa
dan Inggris tingkat inflasi telah melampaui target bank sentral. Sementara tekanan
inflasi di emerging markets mulai melambat akibat penerapan kebijakan moneter
ketat. Laju inflasi global tercatat telah mencapai 4,2% (yoy) pada triwulan II 2011
setelah tercatat tumbuh 3,7% (yoy) pada triwulan I 2011.
Perbedaan laju perbaikan ekonomi menyebabkan perbedaan respons kebijakan
moneter antara negara maju dan berkembang. Bank sentral utama seperti The
Fed, BoJ, dan BoE cenderung masih mempertahankan kebijakan moneter akomodatif
untuk menopang perekonomian yang masih lemah. Sebaliknya, cepatnya laju perbaikan
ekonomi di negara berkembang dan tingginya tekanan inflasi mendorong otoritas
moneter menerapkan kebijakan moneter cenderung ketat. The Fed tetap menahan
suku bunga pada kisaran 0%-0,25% seiring masih lemahnya konsumsi rumah tangga
dan peningkatan tekanan inflasi. ECB menaikkan suku bunganya menjadi 1,25%
dikarenakan adanya bantuan dari Uni Eropa guna menyelamatkan risiko kegagalan
(default) dari Yunani. Bank sentral Selandia Baru, RBNZ, masih mendorong pemulihan
perekonomian pasca-gempa dengan tetap mempertahankan suku bunga sebesar 2,5%.
Bank sentral Australia dan Canada hingga akhir triwulan II 2011 tetap mempertahan
tingkat suku bunganya.
Bank sentral negara emerging markets cenderung melakukan pengetatan
kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga yang disertai dengan
bauran kebijakan. Meningkatnya tekanan inflasi di kawasan emerging markets
membuat bank sentral di kawasan tersebut kembali melanjutkan upaya pengetatan
kebijakannya. Beberapa bank sentral di Asia telah menaikkan suku bunga di antaranya
India (+50bps), Filipina (+25bps), Malaysia (+25bps). Selain itu, bauran kebijakan mulai
diterapkan selama triwulan II 2011 guna menahan laju aliran dana asing, mengelola
likuiditas dan membatasi aktivitas spekulasi akibat perbedaan respons kebijakan negara
maju dengan negara emerging markets. Sebagian besar otoritas moneter di kawasan
emerging market melakukan kebijakan terkait valuta asing, seperti halnya Korea
yang membatasi derivative contract forex, Vietnam menaikkan giro wajib minimum
valas sebesar 2% menjadi 3%-6%, Turki menaikkan giro wajib minimum sebesar
1%, Singapura mengubah titik tengah nilai SGD ke arah yang lebih apresiatif dan
Brasil menaikkan kebijakan pajak untuk korporasi yang menarik utang luar negeri.
China juga menaikkan giro wajib minimum ke level 21% lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya sebesar 20%.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
15
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
PERTUMBUHAN EKONOMI
Permintaan Agregat
Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2011 diprakirakan
mencapai 6,5% dengan kontribusi utama ekspor, konsumsi
rumah tangga dan investasi (Tabel 3.1). Volume perdagangan
dunia yang meningkat mendorong ekspor tetap tumbuh positif.
Demikian pula dengan impor, dia diprakirakan tumbuh cukup
tinggi sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekspor dan
investasi. Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih akan
tumbuh tinggi dengan diiringi keyakinan konsumen yang cukup
tinggi. Pertumbuhan investasi diprakirakan meningkat meskipun
terjadi perlambatan apresisasi dan rendahnya realisasi proyek
infrastruktur serta belanja modal pemerintah.
Konsumsi rumah tangga triwulan II 2011 diprakirakan
masih tumbuh cukup tinggi. Optimisme perkembangan
konsumsi rumah tangga didukung oleh hasil survei konsumen
Bank Indonesia Juni 2011. Indeks Keyakinan Konsumen pada
Survei Konsumen tersebut menunjukkan optimisme masyarakat
yang tetap terjaga baik mengenai kondisi ekonomi saat ini
maupun ekspektasi ekonomi enam bulan mendatang (Grafik
3.1). Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan
masih tetap baik walaupun ekspektasi harga 3 (tiga) bulan
mendatang meningkat, terkait Hari Raya Idul Fitri serta ekspektasi
harga 6 (enam) bulan mendatang yang tetap tinggi terkait
faktor musiman akhir tahun. Namun, jika dibandingkan dengan
triwulan I 2011 akselerasi konsumsi rumah tangga pada triwulan
II 2011 tertahan. Hal itu tercermin dari indeks penjualan dari
survei penjualan eceran Bank Indonesia yang tumbuh stabil
Indikator
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan
* Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga 4.9 3.9 5.0 5.2 4.4 4.6 4.5 4.5
Konsumsi Pemerintah 15.7 (-7.6) (-7.3) 4.8 7.3 0.3 3.0 (-2.6)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 3.3 8.0 8.0 9.2 8.7 8.5 7.3 8.6
Ekspor Barang dan Jasa -9.7 20.0 14.6 9.6 16.1 14.9 12.3 12.6
Impor Barang dan Jasa -15.0 22.6 18.4 12.2 16.9 17.3 15.6 9.8
PDB 4.6 5.6 6.1 5.8 6.9 6.1 6.5 6.5
20092010
I IIIII III IV2010
2011*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Grafik 3.1
Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI
Grafik 3.2
Pertumbuhan Penjualan Mobil dan Motor
����
����
����
����
�����
�����
�����
�����
����� ������
������������������������������� ����������������������������������������������������������������� ����������������������������
�������
�������
� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � ����� ���� ���� ����
����������
� � ��
� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � ���� �� � � ������ ���� ���� ����
���
���
��
��
��
��
�
���
���
����������������������������������������������������
������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
16
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
serta penjualan motor dan penjualan mobil yang tumbuh lebih rendah (Grafik 3.2).
Kenaikan bea balik nama kendaraan, pajak kendaraan bermotor secara progresif
serta wacana pembatasan konsumsi BBM bersubsidi ikut memengaruhi keterbatasan
pembelian kendaraan.
Pada triwulan II 2011, investasi diprakirakan terus tumbuh meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan investasi terutama
ditopang oleh investasi bangunan seiring meningkatnya aktivitas konstruksi sektor
properti. Indikator dini sektor bangunan seperti penjualan semen meningkat hingga
pertengahan triwulan II 2011 (Grafik 3.3). Namun, pertumbuhan investasi mesin
melambat, terindikasi dari perkembangan impor mesin dan suku cadang untuk
mesin sampai dengan Juni 2011 yang relatif menurun (Grafik 3.4). Pertumbuhan
investasi masih berisiko tumbuh lebih rendah (downside risk)
terkait realisasi proyek infrastruktur terutama proyek jalan tol
yang lebih lambat dari perkiraan. Berdasarkan informasi yang
dihimpun sampai dengan Mei 2011, Pemerintah hanya mampu
membangun dan mengoperasikan proyek jalan tol sepanjang
19,1 km pada 2011 dari target awal 120,5 km. Beberapa proyek
jalan tol meleset dari rencana terkendala proses pembebasan
lahan dan tidak adanya skema penjaminan kredit perbankan
oleh pemerintah. Sementara itu, realisasi pengoperasian proyek
listrik 10.000 MW sampai dengan Mei 2011 masih belum sesuai
targetnya walaupun beberapa pembangkit telah menyelesaikan
tahap konstruksi. Di samping itu, penyerapan belanja modal
pemerintah sampai dengan Mei 2011 cenderung rendah yaitu
baru sebesar 10% dari anggaran.
Konsumsi Pemerintah diprakirakan turun pada triwulan
II 2011. Turunnya konsumsi pemerintah pada triwulan II 2011
tercermin dari masih rendahnya realisasi belanja Pemerintah
hingga Mei 2011 yang baru mencapai 29,6% dari target
APBN 2011. Risiko lebih rendahnya realisasi anggaran juga
disebabkan oleh ditundanya realisasi rapel gaji ke-13 pegawai
negeri sipil (PNS), Polri dan pensiunan dari rencana awal Juni
2011 menjadi Juli 2011. Realisasi kontribusi Pemerintah ke
sektor riil di triwulan II 2011 juga berpotensi turun sejalan
dengan penyerapan belanja Barang dan Modal di bulan Mei
2011 yang belum memperlihatkan percepatan dibandingkan
dengan bulan-bulan sebelumnya.
Pada triwulan II 2011 ekspor diprakirakan masih tumbuh
cukup tinggi. Pertumbuhan harga komoditas dunia baik
migas maupun non-migas yang cukup tinggi serta membaiknya
sentimen bisnis di Eropa dan Amerika dapat menjaga kinerja
�
�
�
�
�
��
��
��
���
���
���
���
�
��
��
��
��
���
���
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ������� ���� ���� ����
�������������������������������� ������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������
����� �����
Grafik 3.4
PMTB Mesin
���
���
��
�
�
��
��
��
��
��
���
���
���
�
��
��
��
��
���
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ��
���� ���� ���� ����
����� �����
������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������� �����������������������������������������������
Grafik 3.3
PMTB Bangunan
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
17
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
ekspor di triwulan II 2011 (Grafik 3.5). Selain itu pertumbuhan
ekonomi pasar ekspor, yaitu negara-negara emerging markets,
yang cukup tinggi juga mendukung pertumbuhan ekspor yang
tinggi di triwulan II 2011 (Grafik 3.6).
Merespons perkembangan permintaan eksternal, impor
pada triwulan II diprakirakan juga tumbuh tinggi, meskipun
melambat. Berdasarkan kelompoknya, masih tingginya impor
ditunjang oleh impor non-migas, terutama impor bahan baku
yang merespons peningkatan pertumbuhan ekspor sektor industri.
Di sisi kebijakan pemerintah, pertumbuhan impor didukung
oleh penghapusan bea masuk. Berdasarkan PMK 80/2011 (13
April 2011), Pemerintah menghapuskan Bea Masuk 182 pos
tarif yang terkait kelompok bahan baku dan barang modal.
PMK ini bertujuan untuk mempertahankan daya saing produk-
produk manufaktur yang banyak menggunakan bahan baku
maupun barang modal impor. Selain itu, perkembangan nilai
tukar rupiah yang cenderung terapresiasi dan meningkatnya
konsumsi BBM di dalam negeri merupakan faktor lain yang
mendorong impor tetap meningkat. Namun, melihat pergerakan
composite leading indicator (CLI) impor yang menunjukkan fase
perlambatan, mengindikasikan adanya kemungkinan penurunan
laju impor pada triwulan mendatang (Grafik 3.7).
Operasi Keuangan Pemerintah
Realisasi APBN sampai dengan bulan Mei 2011 masih
mencatat surplus sebesar 0,8% dari PDB yang ditandai
dengan peningkatan penerimaan dan belanja negara. Pencapaian
tersebut sedikit lebih rendah dari surplus periode yang sama
tahun 2010 sebesar 1% dari PDB. Peningkatan penerimaan
berasal dari pergerakan harga komoditas minyak dan turunannya,
sedangkan kenaikan belanja terjadi karena beban subsidi energi.
Di sisi pembiayaan defisit APBN, pembiayaan melalui penerbitan
SBN selama semester I 2011 tidak mengalami hambatan,
tercermin dari realisasi yang melebihi targetnya dengan biaya
dana (yield) relatif stabil bahkan cenderung menurun sejak awal
tahun. Dari sisi likuditas, operasi keuangan Pemerintah masih
berdampak kontraktif selama semester I 2011. Pemerintah
merencanakan pengajuan penambahan kuota BBM bersubsidi
dan kenaikan defisit APBN dari 1,8% PDB menjadi 2,1% PDB
dalam pembahasan RAPBN-P 2011.
Grafik 3.5
Indeks Harga Komoditas Ekspor Non Migas
Grafik 3.6 Indeks Tendensi Bisnis (BPS) dan Sentimen Bisnis di Eropa dan China
Grafik 3.7
CLI Impor
� ��
�
��
��
��
��
��
��
���
���
� �
�
�
��
��
��
������ ����
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ������� ���� ���� ����
������������
������������������������
�������������������������
�����
�����
����
����
����
�����
�����
�����
�����
� � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � ����� ���� ���� ����
���������������������� ���������������������� ���������������������������
�����
������
��
��
��
��
���
���
���
���
���
� ��� � ��� � ��� � ��� � ��� � ��� � ������� ���� ���� ���� ���� ���� ����
����������������������������������������������������������
����������
���
���������������������
���������������������
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
18
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Realisasi penerimaan negara mencapai 38,1% dari target APBN 2011, atau
mencatat peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2010 yang mencapai
35,9% dari target APBNP 2010. Peningkatan penerimaan terjadi di hampir seluruh
sumber penerimaan Pemerintah terutama pajak ekspor, PPh Migas dan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Di sektor perpajakan, meningkatnya harga minyak mentah
Indonesia (ICP) dan crude palm oil (CPO) internasional mampu mendorong kenaikan
penerimaan PPh Migas dan Pajak Ekspor. Rata-rata harga ICP yang di atas asumsi
APBN meningkatkan realisasi PPh Migas dari target APBN. Sementara itu, realisasi
pajak ekspor telah jauh melampaui target APBN. Untuk sektor PNBP, peningkatan
penerimaan SDA Migas cukup signifikan akibat kenaikan harga komoditas minyak.
Realisasi penyerapan belanja negara telah mencapai 29,6% dari target APBN
2011, atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
mencapai 26,2% dari target APBNP 2010. Peningkatan belanja yang terjadi terutama
disumbang oleh kebutuhan pembayaran subdisi yang meningkat seiring kenaikan harga
ICP diatas asumsi APBN, Belanja Pegawai dan transfer ke daerah. Namun, realisasi
Belanja Barang dan Modal melambat dibandingkan dengan tahun lalu.
Penawaran Agregat
Kinerja sektoral pada triwulan II diprakirakan ditopang oleh membaiknya
kinerja beberapa sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan,
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor bangunan. Sementara itu, kinerja
sektor lainnya diprakirakan tumbuh terbatas. (Tabel 3.2). Faktor yang memengaruhi
pertumbuhan pada dua triwulan tersebut adalah kondisi permintaan eksternal yang
masih baik dan permintaan domestik yang masih terjaga. Selain itu, perbaikan cuaca
juga berpengaruh positif terutama pada sektor pertanian. Terdapat risiko pada kinerja
subsektor alat angkut terkait gempa Jepang yang mengganggu pasokan bahan baku,
namun produksi mulai kembali normal mulai Juni 2011.
Indikator
Tabel 3.2
Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran
* Proyeksi Bank Indonesia
Pertanian 4.0 3.0 3.1 1.8 3.8 2.9 3.4 3.5
Pertambangan & Penggalian 4.4 3.1 3.9 2.7 4.2 3.5 4.6 4.1
Industri Pengolahan 2.2 3.9 4.5 4.3 5.3 4.5 5.0 5.1
Listrik, Gas & Air Bersih 14.3 8.8 5.1 3.4 4.3 5.3 4.2 5.3
Bangunan 7.1 7.3 7.2 6.8 6.7 7.0 5.3 6.8
Perdagangan, Hotel & Restoran 1.3 8.6 9.1 8.7 8.4 8.7 7.9 8.4
Pengangkutan & Komunikasi 15.5 12.0 13.0 13.2 15.5 13.5 13.8 13.1
Keuangan, Persewaan & Jasa 5.1 4.8 5.6 5.9 6.3 5.7 7.3 6.9
Jasa-jasa 6.4 4.7 5.3 6.4 7.5 6.0 7.0 6.7
PDB 4.6 5.6 6.1 5.8 6.9 6.1 6.5 6.5
20092010
I IIIII III IV2010
2011*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
19
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Kinerja sektor pertanian pada triwulan II diprakirakan tumbuh membaik dari
triwulan sebelumnya. Perbaikan tersebut didukung oleh faktor cuaca yang telah
memasuki fase normal pada periode pertengahan triwulan II 2011. Efek positif ini
dirasakan oleh subsektor perkebunan, utamanya perkebunan kelapa sawit yang
terindikasi dari meningkatnya produksi kelapa sawit. Demikian pula subsektor perikanan
diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada 2011 yang utamanya berasal dari produksi
perikanan budidaya. Selain faktor cuaca, kinerja subsektor ini juga didukung oleh
program minapolitan Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II 2011 berpeluang tumbuh
membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor ini didukung oleh
masih baiknya permintaan eksternal dan relatif terjaganya permintaan domestik.
Pertumbuhan yang membaik tersebut terutama ditopang oleh pertumbuhan yang
cukup tinggi pada subsektor logam dasar, besi dan baja dan subsektor tekstil dan alas
kaki yang berada di atas pola historisnya. Di samping itu, kinerja subsektor makanan
dan minuman, subsektor alat angkut, dan subsektor semen masih tumbuh cukup
tinggi. Kinerja subsektor tekstil dan logam dasar yang realisasinya relatif tinggi pada
triwulan I-2011 terindikasi masih akan meningkat, tercermin dari perkembangan indeks
produksinya. Sementara itu, kinerja subsektor makanan minuman dan semen didukung
oleh meningkatnya produksi CPO dan semen hingga awal triwulan II-2011.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) pada triwulan II 2011
diprakirakan relatif membaik. Membaiknya pertumbuhan sektor ini terkait dengan
membaiknya kinerja sektor tradables dan aktivitas domestik. Perkiraan meningkatnya
kinerja sektor PHR sejalan dengan hasil SKDU. Sementara itu, konsumsi RT masih
tumbuh cukup kuat ditandai dengan pertumbuhan indeks penjualan eceran riil yang
stabil. Perkembangan terkini seperti jumlah wisatawan mancanegara dan tingkat hunian
hotel terus menunjukkan peningkatan hingga Mei 2011.
Kinerja sektor bangunan pada triwulan II diprakirakan tumbuh membaik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja sektor bangunan
terkait tingginya aktivitas konstruksi meskipun realisasi proyek infrastruktur Pemerintah
tidak secepat yang diharapkan. Aktivitas konstruksi yang meningkat tercermin pada
perkembangan indikator dini sektor bangunan, seperti penjualan semen dan penjualan alat
berat untuk konstruksi yang meningkat hingga pertengahan triwulan II 2011. Pertumbuhan
penjualan semen pada bulan April 2011 mencapai 17% (yoy), meningkat cukup tinggi
dibandingkan dengan rata-rata triwulan I 2011 yaitu sebesar 5,6% (yoy).
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II diprakirakan masih
tumbuh tinggi. Kinerja sektor ini terutama ditopang oleh peningkatan kinerja subsektor
pengangkutan dan pertumbuhan yang masih tinggi pada subsektor komunikasi.
Kinerja subsektor pengangkutan diprakirakan akan lebih berperan di sektor ini yang
terindikasi dari terus meningkatnya pertumbuhan penumpang angkutan udara serta
banyaknya liburan panjang dalam triwulan II 2011. Prospek angkutan udara pada
tahun 2011 yang baik direspons dengan penambahan armada oleh beberapa maskapai
penerbangan. Pada subsektor komunikasi, pertumbuhan yang masih tinggi berasal
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
20
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
dari meningkatnya bisnis internet dan komunikasi data, sementara untuk penggunaan
komunikasi seluler (suara dan sms) diperkirakan akan relatif terbatas.
Perekonomian Daerah
Pada triwulan II 2011 pertumbuhan ekonomi berbagai daerah diperkirakan
masih tetap tinggi. Pertumbuhan Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Sumatera
kembali tumbuh meningkat, sementara ekonomi Jawa dan Jakarta tumbuh
relatif stabil. Wilayah Jawa dan Jakarta tumbuh stabil dalam rentang perkiraan angka
pertumbuhan ekonomi nasional, sedangkan KTI dan Sumatera tumbuh di bawah
perkiraan angka nasional (Grafik 3.8).
Di sisi permintaan, kinerja perekonomian daerah pada triwulan II 2011 terutama
didorong oleh membaiknya kinerja investasi dan ekspor sehingga dapat menopang
kinerja konsumsi daerah yang tumbuh sedikit melambat. Perkembangan konsumsi
rumah tangga cenderung tumbuh melambat, terutama di wilayah
Jawa tercermin dari indeks penjualan eceran yang juga melambat
di beberapa kota besar (Bandung, Surabaya, Medan). Konsumsi
pemerintah terindikasi membaik, terutama di wilayah KTI dan
Sumatera. Peningkatan tersebut terkait dengan realisasi proyek
infrastruktur pemerintah yang menjadi pendorong membaiknya
realisasi belanja daerah. Perkembangan investasi (PMTB) tumbuh
meningkat di sebagian besar kawasan, terutama investasi bangunan.
Kinerja ekspor diperkirakan meningkat terutama didorong oleh
ekspor SDA, terutama perkebunan di Sumatera, dan relatif
stabilnya ekspor manufaktur di Jawa. Seiring dengan pertumbuhan
ekspor, kinerja impor juga cenderung meningkat, ditopang oleh
volume impor bahan baku yang cenderung meningkat terutama
di Jakarta dan Jawa.
Di sisi penawaran, secara umum pertumbuhan ekonomi
lebih ditopang oleh sektor-sektor yang dominan di tiap-
tiap daerah. Di wilayah KTI perekonomian didorong oleh
sektor pertambangan (batu bara) dan industri (CPO dan semen)
yang tumbuh meningkat secara signifikan. Untuk wilayah
Sumatera, di antara sektor-sektor yang dominan hanya sektor
pertambangan yang tumbuh melambat. Sementara itu, di wilayah
Jawa pertumbuhan didukung oleh meningkatnya kinerja sektor
pertanian (pergeseran puncak panen), sedangkan sektor industri
tumbuh melambat (Grafik 3.9).
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)
Kondisi fundamental ekonomi yang kuat masih menopang
kinerja NPI di triwulan II sehingga masih mencatat surplus
Grafik 3.8
Pertumbuhan PDRB Kawasan
Grafik 3.9
Perkembangan Sektor Utama Kawasan
� ��
� ��
���
� ��
���
� ��
���
� � � � � � � � � � � � � �� � � � � � � � � � � � � � ������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�����
��������
���
��������
����
���
���
���
���
���
���
����
����
�������� ��� ���� ���
�����
����� ���� �����
���������������������
�������� ���������������������
�������� ���������������������
�������� ���������������������
��������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
21
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
yang cukup besar. Prospek positif perekonomian domestik disertai besarnya selisih imbal
hasil menjadikan aset dalam rupiah sangat menarik bagi investor asing dan memicu
derasnya aliran dana investasi sehingga menopang neraca transaksi modal dan financial
(TMF). Peningkatan surplus pada TMF tersebut dapat mengimbangi penyempitan surplus
pada transaksi berjalan (TB).).
Surplus transaksi berjalan di triwulan II lebih rendah dari triwulan I akibat
tingginya impor. Laju pertumbuhan impor minyak di triwulan II lebih tinggi karena
tingginya tingkat konsumsi BBM, sementara harga minyak masih berada di level tinggi.
Dari sisi produksi, BBM yang dihasilkan di dalam negeri relatif terbatas. Produksi (lifting)
BBM terkendala oleh kerusakan kilang dan cuaca buruk, di tengah tingginya konsumsi
BBM dan ketidakpastian kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi. Kondisi tersebut
menjadi faktor pendorong lonjakan impor sehingga defisit neraca minyak menjadi lebih
besar. Hal tersebut selanjutnya menjadikan neraca migas mengalami penyusutan surplus.
Meskipun demikian, penurunan surplus tersebut dapat tertahan oleh kinerja ekspor
yang masih baik, terutama di sektor nonmigas. Kinerja ekspor nonmigas yang cukup
baik tersebut disebabkan oleh faktor harga komoditas yang masih berada pada level
yang tinggi. Selain itu, laju pertumbuhan ekspor juga masih melebihi laju pertumbuhan
impor nonmigas.
Surplus transaksi modal dan finansial di triwulan II masih cukup tinggi terkait
fundamental domestik yang masih baik dan selisih imbal hasil yang tinggi. Struktur
aliran modal masih didominasi oleh aliran portofolio. Meski demikian, prospek usaha
dan investasi yang positif memicu aliran investasi langsung (foreign direct investment-FDI)
meningkat lebih besar dari triwulan sebelumnya. Aliran FDI tersebut turut berkontribusi
terhadap surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011. Kuatnya fundamental
domestik serta prospek ekonomi yang tetap positif menarik aliran dana dalam bentuk
FDI. Prospek tingginya harga komoditas juga memberi insentif bagi pihak asing untuk
menambah dan menanamkan modalnya di perusahaan Indonesia terutama yang terkait
dengan perusahaan komoditas. Sementara itu, komposisi aliran modal terbesar masih
pada investasi portofolio. Melebarnya selisih imbal hasil sangat
menarik aliran modal masuk dalam bentuk investasi portofolio.
Surplus TMF juga didukung oleh surplus yang lebih besar pada
kelompok investasi lainnya. Realisasi penempatan bank di luar
negeri berupa currency and deposit lebih tinggi sejalan dengan
kondisi ekses likuiditas yang dialami perbankan. Dari sisi pinjaman
luar negeri, penarikan pinjaman luar negeri dari sektor swasta
lebih besar, mengimbangi rencana pembayaran yang juga lebih
besar dari proyeksi awal.
NILAI TUKAR RUPIAH
Penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut. Di tengah
meningkatnya risiko global terkait dengan penanganan krisis di
Eropa, rata-rata nilai tukar rupiah pada triwulan II 2011 terapresiasi
Grafik 3.10
Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah
����
����
����
����
����
���� ����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����������
����
����
����
�����
����
���
����
��
�����
���
���
����
���
����
����
��
����
����
����
���
��
���
����
����
����
����
����
����
����
����
����
�
����
���
����
�����
���
����
�����
���
����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
22
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
sebesar 3,58% ke level Rp8.589 per dolar AS (Grafik 3.10).
Pada akhir triwulan laporan, rupiah ditutup pada level Rp8.577
per dolar AS, menguat 1,53% (ptp) dibandingkan dengan akhir
triwulan sebelumnya. Penguatan tersebut diikuti oleh meningkatnya
volatilitas nilai tukar rupiah yang menurun menjadi 0,3% dari
0,35% pada triwulan sebelumnya (Grafik 3.11).
Penguatan rupiah tidak terlepas dari dana investor global
yang masih terus mengalir ke negara-negara emerging
market (EM) Asia. Likuiditas global yang melimpah pasca-
pelonggaran kuantitatif di masa krisis keuangan tahun 2008
serta kebijakan akomodatif dengan suku bunga rendah di negara
maju menyebabkan ekses likuiditas tersebut tidak sepenuhnya
dapat diserap. Sebagai konsekuensinya, investor mencari lokasi
penempatan dana yang memberikan imbal balik lebih tinggi,
salah satu tujuan utamanya ialah negara-negara Emerging Market
(EM) Asia, termasuk Indonesia. EM Asia yang tumbuh lebih
cepat, menghadapi tekanan inflasi lebih awal sehingga harus
menaikkan suku bunganya. Hal itu justru menjadi daya tarik
investasi bagi investor global sehingga berdampak pada nilai
mata uang negara-negara di kawasan Asia yang masih terus
mengalami penguatan, termasuk rupiah. Namun, penguatan
rupiah ke depan akan diwarnai oleh meningkatnya risiko global
terkait dengan penanganan krisis di Eropa serta akan berakhirnya
kebijakan Quantitative Easing 2 (QE-2).
Dari sisi domestik, penguatan rupiah didukung oleh
kondisi fundamental ekonomi yang tetap solid serta
prospek keberlanjutan ekspansi ekonomi domestik. Selain
itu, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatat
surplus mampu memberikan dukungan yang kuat bagi nilai
tukar serta menjaga ekspektasi positif investor global terhadap
perekonomian domestik.
Minat investor terhadap aset rupiah tetap tinggi. Investor
mempersepsikan investasi di aset rupiah relatif lebih aman dan
menguntungkan. Indikator imbal hasil investasi di aset rupiah yang
tercermin pada selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri
(UIP – Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan beberapa negara di kawasan regional Asia (Grafik 3.12).
Bahkan jika memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi
dalam rupiah tetap tinggi. Hal itu tercermin pada tren indikator CIP
(Covered Interest Parity) yang terus meningkat sejak pertengahan
tahun 2009 (Grafik 3.13). Membaiknya minat investor juga ditopang
dengan perbaikan risiko secara keseluruhan yang terlihat dari
Grafik 3.11
Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
Grafik 3.12
Perbandingan UIP Beberapa Negara
Grafik 3.13
Perbandingan CIP Beberapa Negara
�����
�����
�����
�����
�����
�����
����������������
�����������������
���������������������
������
������ ������������ ������ ������ ������
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�����
�����
������ ������
�����
�����
������
�����
���
���
���
���
���
����
���������
���������
�������������
�������
����
��� ��� ��� ��� ��� ���
����
��� ��� ��� ���
���� ����
��� ��� ��� ��� ������ ��� ������
��������� ���������
�������� �����
����
���
���
���
���
����
����
�������
����
��� ��� ��� ��� ��� ���
����
��� ��� ��� ��� ��� ���
����
��� ��� ��� ��� ��� ���
����
��� ���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
23
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
indikator CDS yang terus bergerak menurun walaupun sempat
terpengaruh isu global di akhir triwulan laporan (Grafik 3.14).
INFLASI
Tekanan inflasi sampai dengan triwulan II 2011 masih cukup
terkendali. Baik secara triwulanan maupun tahunan, inflasi
IHK pada triwulan II 2011 tercatat lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yakni sebesar 0,36% (qtq) dan 5,54% (yoy) (Grafik
3.15). Penurunan tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok
volatile food yang mengalami deflasi. Sementara itu, tekanan
dari kelompok inti meningkat yang antara lain didorong oleh
peningkatan harga komoditas global, namun masih terkendali.
Disagregasi Inflasi
Inflasi inti menunjukkan peningkatan, namun masih
terkendali. Pada triwulan II 2011, inflasi kelompok inti tercatat
sebesar 4,63% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
sebesar 4,45 (yoy) (Grafik 3.16). Peningkatan inflasi kelompok
inti terutama bersumber dari kenaikan harga emas dan harga
komoditas terkait tempat tinggal seperti sewa/kontrak rumah serta
bahan konstruksi (Grafik 3.17). Dari sisi eksternal, perkembangan
harga komoditas global masih memberikan tekanan pada inflasi
inti, meskipun peningkatan harga komoditas global tersebut tidak
setinggi triwulan sebelumnya.
Ekspektasi inflasi di pasar keuangan pada triwulan laporan
menunjukkan tren penurunan yang dikonfirmasi oleh hasil survei
Consensus Forecast (Grafik 3.18). Sementara itu, ekspektasi inflasi
di tingkat pedagang dan konsumen pada periode yang sama
masih menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor musiman yaitu perayaan hari keagamaan (Grafik 3.19).
Kelompok volatile food (VF) mencatat deflasi. Pada triwulan
II, inflasi volatile food tercatat sebesar -1,35% (qtq) yang
didorong oleh koreksi harga sejumlah komoditas pangan yang
terjadi pada bulan April dan Mei. Namun, secara tahunan
kelompok VF tetap mencatat inflasi sebesar 8,57% (yoy) pada
akhir triwulan II 2011.
Inflasi VF pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh inflasi
di bulan Juni 2011 yang lebih tinggi dari rata-rata historisnya.
Inflasi bulan Juni terutama disumbang oleh kenaikan harga beras
dan daging ayam seiring dengan kenaikan harga komoditas
internasional. Terkait beras, kenaikan harga disebabkan oleh
Grafik 3.15
Perkembangan Inflasi
Grafik 3.16
Inflasi Inti dan Nilai Tukar
������������
������������������������������������������������������������������������
����������������
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
���
��
�
�
��
��
��
��
��
�
���
���
���
�
��
��
��
��
���
���
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
��
���� ���� ���� ����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������� � � � � �
������������������������������
����
�������������
��������������������������
������ ������
����������
���������
Grafik 3.14
Indikator Risiko (CDS dan Yield Spread)
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
�
����������� �����������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
������������
�������������
������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����
��� ��� ���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
24
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
berkurangnya pasokan seiring dengan berakhirnya masa panen.
Di samping itu, merebaknya kasus sapi Australia yang berdampak
pada pelarangan impor menyebabkan berkurangnya pasokan sapi
yang mendorong pengalihan konsumsi daging sapi ke daging
ayam. Hal tersebut kemudian mendorong terjadinya kenaikan
permintaan daging ayam dan berlanjut pada kenaikan harganya.
Selain faktor permintaan tersebut, kenaikan harga daging dan telur
ayam juga disebabkan oleh peningkatan harga pakan ternak seiring
dengan tingginya harga jagung internasional dan kedelai.
Sementara itu, inflasi kelompok administered prices
tercatat cukup rendah seiring dengan tidak adanya
kebijakan strategis pemerintah. Kelompok administered prices
mencatat inflasi sebesar 0,69% (qtq) atau 5,61% (yoy), lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Komoditas
administered price yang berkontribusi pada inflasi triwulan
ini ialah rokok dan bahan bakar rumah tangga.1 Komoditas
rokok secara konsisten memberikan sumbangan inflasi di setiap
bulannya selama triwulan II. Hal itu terjadi akibat masih adanya
selisih antara harga transaksi pasar (HTP) atau harga yang dibayar
oleh konsumen dengan harga jual eceran (HJE) yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Sementara itu, inflasi komoditas bahan bakar
rumah tangga (BBRT) disebabkan oleh kelangkaan komoditas
energi di beberapa wilayah tanah air sehubungan dengan
berlanjutnya program konversi minyak tanah ke gas.
PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN
Suku Bunga
Pergerakan suku bunga PUAB O/N selama triwulan II
2011 cenderung mengalami penurunan. Rata-rata suku
bunga PUAB O/N pada akhir triwulan II 2011 turun sebesar
19 bps dari akhir triwulan sebelumnya menjadi 6,0% (Grafik
3.20). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh perilaku manajemen
likuiditas perbankan yang masih cenderung berjangka pendek.
Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang
dari O/N bergerak bervariasi dengan kecenderungan meningkat
untuk tenor jangka panjang. Rata-rata suku bunga PUAB dengan
tenor lebih panjang dari O/N berada pada kisaran 6,2% sampai
dengan 8,3% (Grafik 3.21). Di sisi lain, persepsi risiko likuiditas
di PUAB pada triwulan II 2011 tetap terjaga, sebagaimana
tercermin pada rata-rata selisih suku bunga PUAB O/N tertinggi
dan terendah yang masih terjaga yakni sebesar 39 bps.
1 Inflasi BBM non-subsidi hanya memberikan sumbangan inflasi yang relatif kecil, mengingat bobotnya yang sangat kecil sekitar 0.1%.
Grafik 3.17
Inflasi Properti dan Bahan Konstruksi
Grafik 3.18
Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast
Grafik 3.19
Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK-BI)
�
��
��
��
����������������������������������
���
���
�
��
��
������������������������������������������������������������������������������
������������������������������������������������������������
��������
������������
��������
��������������������
����
��������
����
����������������������������������������
����
������������
���������
������
�
�
�
�
�
��������������
������
���
���
� � � � � � �
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
����������������
�
�
��
��
������������������
����������
����������
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
25
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Suku bunga perbankan pada triwulan II 2011 mengalami
peningkatan. Data sampai dengan Mei 2011 menunjukkan rata-
rata suku bunga deposito 1 bulan sedikit meningkat menjadi
6,85% dari 6,83% pada triwulan sebelumnya. Di sisi suku bunga
kredit, berdasarkan data sementara, suku bunga untuk kredit
modal kerja (KMK), diindikasi mengalami peningkatan, sedangkan
suku bunga untuk kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK)
masing-masing diindikasi mengalami penurunan (Grafik 3.22).
Dana, Kredit, dan Uang Beredar
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sedikit meningkat.
Sampai dengan Mei 2011, pertumbuhan DPK mencapai 19,1%
(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
sebesar 18,6% (yoy) (Grafik 3.23). Dengan perkembangan
tersebut, posisi DPK pada triwulan II 2011 (sampai dengan Mei)
tercatat sebesar Rp2.397,2 triliun. Dilihat dari komponennya, giro
tumbuh sebesar 18,5% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya sebesar 17,9%. Komponen lainnya, deposito
dan tabungan mengalami sedikit penurunan dari triwulan
sebelumnya menjadi 25,8% (yoy) dan 15,2% (yoy).
Sementara itu, tren peningkatan kredit sampai dengan
akhir tahun 2011 diperkirakan terus berlanjut. Berdasarkan
data sampai dengan Mei 2011, pertumbuhan kredit (termasuk
channeling) sebesar 22,9% (yoy) mencapai Rp1.919 triliun
(Grafik 3.23). Meskipun secara triwulanan melambat, namun
pertumbuhan kredit tersebut masih berada dalam tren yang
meningkat. Berdasarkan data sementara, pertumbuhan kredit
hingga Juni 2011 mencapai 23,4% (yoy). Dengan perkembangan
tersebut, pertumbuhan kredit sampai dengan akhir tahun 2011
diperkirakan akan mencapai 23%-24% (yoy) sejalan dengan
Rencana Bisnis Bank (RBB) 2011 sebesar 23,5% (yoy).
Perkembangan kredit pada triwulan II 2011 diikuti oleh
meningkatnya kredit investasi. Hal tersebut menyebabkan pangsa
kredit investasi yang terus meningkat. Pertumbuhan kredit
investasi (KI) meningkat menjadi 29,0% (yoy) dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 26,8% (yoy). Meningkatnya
KI diharapkan dapat memperbesar kapasitas ekonomi sehingga
dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi tanpa
menimbulkan dampak ekonomi yang memanas (overheating).
Sementara itu, pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) dan kredit
konsumsi (KK) menurun masing-masing menjadi 24,8% (yoy) dan
17,8% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar
Grafik 3.21
Suku Bunga PUAB Berbagai Tenor
Grafik 3.22
Perkembangan Suku Bunga Perbankan
���
���
���
���
���
���
���
���
��� � ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� �������
������
������
������
������
������������
�
���
������
������
���
���
���
���
���
���
���
�
�
��
��
��
��
��
��
�� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� �
���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�
������� ���������������� ������������������
���������������� ���������������
Grafik 3.20
Suku Bunga PUAB O/N & Instr. Moneter
���
���
�
���
���
���
���
���
���
������� ������������������� ��������� ��������
�
�����
�
����
����
�����
����
�����
����
�����
����
�����
����
����
����
�����
����
�����
����
�����
����
���
����
�
����
����
���
����
���
����
����
�
����
����
����
����
�
����
����
���
����
���
���
�����
���
�����
����
�����
����
�����
����
�����
����
����
�����
����
�����
����
�����
����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
26
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
27,2% (yoy) dan 19,6% (yoy) (Grafik 3.24). Meski pertumbuhan
KMK menurun, namun pangsa KMK masih terus meningkat
hingga di triwulan II 2011 mencapai 48% dari total kredit.
Likuiditas perekonomian masih berada dalam tren yang
meningkat. Sampai dengan Mei 2011, pertumbuhan M1
mencapai 19,0% (yoy) menjadi Rp611,8 triliun, sedangkan M2
tumbuh relatif stabil sebesar 15,5% (yoy) menjadi Rp2.475
triliun (Grafik 3.25). Pertumbuhan M1 terutama ditopang
oleh pertumbuhan giro yang meningkat sejalan dengan tren
peningkatan penyaluran kredit. Pertumbuhan M1 yang meningkat
di tengah pertumbuhan M2 yang relatif stabil merupakan indikasi
positif dari peningkatan utilitas likuiditas perekonomian. Hal
tersebut tercermin pada peningkatan sumbangan M1 di tengah
menurunnya sumbangan deposito terhadap pertumbuhan M2.
Pasar Saham
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate
pada 6,75% serta kondisi fundamental mikro emiten yang
baik mampu menopang laju pertumbuhan IHSG selama
triwulan II 2011. Dari sisi makro, pertumbuhan IHSG turut
didorong oleh tekanan inflasi yang rendah, nilai tukar yang
stabil serta prospek pertumbuhan ekonomi yang semakin baik.2
Sementara itu, dari sisi mikro, faktor yang turut memengaruhi
kinerja IHSG antara lain pencapaian laba dan pembagian dividen
emiten. Sejalan dengan dukungan kedua faktor tersebut IHSG
mampu mencapai level tertinggi sepanjang sejarah bursa efek
Indonesia yakni 3.888 atau menguat sebesar 1,34% dibandingkan
dengan posisi triwulan I 2011 (Grafik 3.26).
2 S&P menaikan rating Indonesia dari BB menjadi BB+ atau setingkat dibawah investment grade pada April 2011
Grafik 3.23
Pertumbuhan Dana, Kredit dan BI Rate
Grafik 3.24
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Penggunaan
Suku Bunga (%) Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
Tabel 3.3
Perkembangan Berbagai Suku Bunga
BI Rate 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.75 6.75 6.75 6.75
Penjaminan Deposito 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.25 7.25 7.25 7.25
Dep 1 bulan (Weighted Average) 6.89 6.76 6.79 6.79 6.75 6.72 6.81 6.78 6.83 6.72 6.72 6.83 6.80 6.85
Base Lending Rate 12.6 12.58 12.50 12.39 12.38 12.21 12.07 11.98 11.98 12.03 11.84 12.21 12.06 12.22
Kredit Modal Kerja (KMK) 13.42 13.26 13.17 13.21 13.19 13.00 13.01 12.96 12.83 12.75 12.72 12.69 12.68 n.a
Kredit Investasi (KI) 12.62 12.59 12.70 12.60 12.40 12.41 12.38 12.35 12.28 12.25 12.20 12.18 12.16 n.a
Kredit Konsumsi (KK) 15.34 15.23 14.99 14.92 14.83 14.75 14.65 14.53 14.53 14.48 14.50 14.39 14.38 n.a
2010 2011
����
����
�
�
�
�
�
�
�
��
�
�
��
��
��
��
��
��
��
������ ��� �������
�
����
��
���
���
�����
�
�������
����
��
���
���
����
��
���
���
�����
�
�������
����
��
���
���
����
��
���
���
�����
�
�������
����
��
���
���
����
��
���
���
�����
�
����
����
����
���
�
��
��
��
��
��
��
��� �� ��
�����
��� ��� �������
��� ��� �������
��� ��� �������
��� ��� �������
��� ��� �������
��� ��� �������
��� �������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
27
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Dalam perjalanannya selama periode laporan, IHSG sempat
mendapat tekanan yang bersumber dari eksternal antara lain
terkait keberlangsungan krisis utang Yunani,3 dampak kebijakan
moneter ketat China, volatilitas harga minyak dunia serta prospek
pemulihan ekonomi AS. Namun, solidnya kondisi fundamental
ekonomi mampu menopang laju pertumbuhan IHSG. Indeks
seluruh sektor ekonomi tumbuh merata dengan pertumbuhan
tertinggi dialami oleh sektor aneka industri yang mengalami
penguatan sebesar 14%. Penguatan indeks sektoral tersebut
ditopang oleh kondisi fundamental mikro emiten pada masing-
masing sektor yang cukup solid. Dengan indikator laporan
keuangan 2010 yang telah diaudit, seluruh sektor tercatat
mampu membukukan laba.
Prospek positif kinerja pasar saham pada akhirnya
menguatkan minat investor untuk menambah kepemilikannya
di pasar saham. Investor nonresiden membukukan beli neto
sebesar Rp21,5 triliun selama triwulan II 2011, atau naik
signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
mencatat jual neto sebesar Rp2,7 triliun. Hal tersebut tidak
terlepas dari sentimen positif yang bersumber dari kinerja positif
bursa global, pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada triwulan
I 2011, rendahnya tekanan inflasi, serta kenaikan peringkat
prospek kinerja saham Indonesia oleh Morgan Stanley dari
underweight menjadi equal weight
Pasar Obligasi
Pada triwulan II 2011 yield SBN mengalami penurunan. Dari
sisi makro, faktor yang berkontribusi positif antara lain stabilitas
nilai tukar, inflasi yang terkendali dan prospek pertumbuhan
ekonomi yang positif serta faktor risiko fiskal yang terkendali.
Namun, yield SUN bulan Juni 2011 meningkat khususnya untuk
jangka menengah. Dengan perkembangan tersebut, secara
bulanan yield SBN untuk tenor jangka pendek, menengah dan
panjang masing-masing naik sebesar 6,2 bps, 7,3 bps dan 8,7
bps. Secara keseluruhan, yield SBN terpantau sebesar 7,3% atau
turun sebesar 1% jika dibandingkan dengan akhir triwulan I
2011 (Grafik 3.28).
Faktor positif makro, risiko fiskal yang terjaga serta nominal
yield yang cukup kompetitif pada akhirnya mendorong beli
neto investor nonresiden di pasar SBN. Investor nonresiden
3 S&P menurunkan credit rating Yunani dari B menjadi CCC pada bulan Juni 2011
Grafik 3.26
IHSG dan BI Rate
Grafik 3.27
Pertumbuhan Sektoral
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����������
�
�
�
�
��
��
����
�
�
��� ��� ��� ���
���� �������
���
�
�����
������� ��� ��� ���
������� ��� ��� ���
������� ��� ��� ���
������� ���
��������
���������
�����������
��������
������������������
��������������
��������
������������
�������������
����
����
����
����
�����
����
����
����
���� ��������������������������
���� ��� �� �� ��� ��� ���
Grafik 3.25
Pertumbuhan Uang Beredar
����
����
����
�
�
�
��
��
��
�
�
��
��
��
��
��
���� �� �������������
������ ������
������������
��� ��� �������
��� ��� �������
��� ��� �������
��� ��� �������
��� ��� �������
��� ��� �������
��� �������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
28
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
masih mencatat beli neto sebesar Rp19,5 triliun pada triwulan
II 2011 lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Selain dukungan
faktor makro dan risiko fiskal yang terkendali, motivasi asing
tersebut terkait imbal hasil yang menarik baik secara nominal
maupun riil dan ekspektasi pencapaian investment grade.
Reksadana
Di lain pihak, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan
yang positif. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin
dalam NAB tumbuh sebesar 3,4% pada triwulan II 2011
dibandingkan dengan triwulan I 2011 (Tabel 3.4). Peningkatan
NAB reksadana tersebut ditopang oleh produk reksadana
berbasis saham.
Grafik 3.28
Yield SUN, dan BI Rate
�
��
��
��
�
�
�
�
��
��
�
�
�
��
��������� �������������
���������� ��� ��� ��� ���
���������� ��� ��� ��� ���
���������� ��� ��� ��� ���
���������� ��� ��� ��� ���
���������� ���
MTM Saham P Uang Campuran Pend. Tetap Terproteksi Indeks ETF-Saham ETP-Pend. Tetap Syariah Total
1
2
3
4
5
2010 6
7
8
9
10
11
12
2011 1
2
3
4
5
Mei 11-
Mar 11
-2.8% 16.7% -11.4% -9.7% -0.7% -0.8% -20.4% 2.4% 0.7% -3.5%
1.7% 3.7% 1.0% -0.1% 0.1% -34.1% -2.9% -39.6% 0.8% 0.6%
0.8% 10.4% 5.9% 2.1% -3.9% 4.3% 8.8% 3.6% -2.9% 0.6%
5.2% 10.1% 4.1% 11.1% 6.7% 5.1% 6.3% 2.9% 4.8% 6.7%
-1.6% -2.5% 0.9% -0.1% 1.5% -5.8% -5.2% -1.2% -6.4% -0.3%
-4.4% -1.2% -1.6% 10.8% 2.8% -5.1% 4.8% 3.2% 3.6% 1.1%
-1.8% 2.1% -1.8% -0.6% 0.3% -3.6% 4.7% 2.4% 0.9% -0.6%
-1.1% 0.7% 0.7% 7.5% 6.0% 10.8% -1.5% 0.6% -2.8% 2.9%
9.4% 0.8% 7.8% 6.4% 4.4% 14.2% 10.3% 2.3% 2.8% 6.3%
5.5% -2.2% 3.4% 10.5% 1.1% 9.2% -11.4% 3.2% -1.8% 4.2%
2.1% -2.0% 5.1% -4.5% 2.8% 3.1% -21.1% -15.4% -1.0% 0.9%
8.6% 0.6% -0.1% -3.3% -0.8% -30.6% 0.0% 0.0% 17.1% 2.1%
1.8% 5.9% 3.9% -3.1% -1.9% 42.8% -24.1% -6.5% -13.8% -0.1%
3.7% -1.0% 2.7% -0.9% 1.1% 0.5% 1.4% -0.4% 0.9% 1.7%
8.0% -2.5% 6.0% 0.9% 0.5% 9.0% 7.2% 5.8% 3.6% 3.7%
3.6% 2.5% 0.6% 0.8% 1.2% 3.9% 3.3% 4.2% 1.0% 1.9%
3.9% 1.1% 0.3% -2.1% 1.3% -3.3% 0.4% 1.5% 0.1% 1.5%
7.7% 3.7% 0.8% -1.2% 2.5% 0.5% 3.7% 5.8% 1.1% 3.4%
Tabel 3.4
Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
29
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-201130
Tabel Statistik
Tabel 1
Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit
(Persen per Tahun)
PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*
Tingkat Diskonto
SBI
Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*
1bulan
3bulan
6bulan
12bulan
24bulan
ModalKerja
Investasi
2006Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2007Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2011Trw. ITrw. II
* Data per Mei 2011
10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,17 6,27 6,77 6,99 7,31 8,49 8,48 13,54 12,72 6,19 6,26 6,79 6,95 6,99 7,87 8,11 13,17 12,70 6,19 n.a 6,72 6,95 6,96 7,64 7,92 13,00 12,41 5,58 n.a 6,83 7,06 7,20 7,88 8,11 12,83 12,28 6,20 n.a 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,69 12,18 5,61 n.a 6,85 6,91 7,15 7,07 7,39 n.a n.a
Tabel Statistik
31Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Tabel 2
Perkembangan Transaksi di Pasar Uang
(Miliar Rupiah)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)
Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi
2006
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2007
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw.IV
2008
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2009
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2010
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2011
Trw. I
Trw. II*
*) Data s.d April 2011 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)
23.866 415.638 356.471 133.799
23.910 517.853 483.967 167.685
25.383 599.495 586.715 180.464
27.706 665.673 636.381 209.756
37.341 774.867 740.952 243.671
38.323 846.655 832.325 258.002
36.615 895.563 887.770 266.152
32.061 777.250 795.475 247.926
37.482 871.303 906.767 212.463
23.510 496.338 543.656 165.145
27.115 389.140 437.315 116.969
14.029 404.072 340.913 180.128
22.897 448.505 394.904 232.700
30.656 324.806 324.776 232.731
29.038 375.134 387.188 220.676
24.566 631.235 592.048 259.864
26.907 648.324 607.933 300.255
30.615 322.322 351.475 271.103
28.553 199.589 218.152 252.540
23.142 153.809 203.835 203.110
30.401 86.480 56.066 233.524
23.755 23.747 23.498 233.772
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-201132
II III IV I II III IV I II III IV I II*
* Data per Mei 20111) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan
Tabel 3
Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)
(Miliar Rupiah)
1 Bank Pemerintah - Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
4 Bank Asing & Campuran - Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian
- Pertambangan
- Perindustrian
- Perdagangan
- Jasa-jasa
- Lain-lain
394.065 432.850 461.877 466.605 495.440 504.649 533.945 536.336 578.587 595.131 630.148 644.289 669.893 32.381 35.153 37.409 38.367 42.041 41.313 45.091 39.140 45.520 49.215 48.438 47.383 49.692
14.922 14.778 13.807 13.363 11.923 14.205 16.795 17.863 21.512 20.736 25.560 25.067 29.174
81.038 88.181 96.838 98.660 99.825 92.634 92.485 89.314 100.237 93.060 93.695 93.217 95.054
92.719 98.865 102.017 103.408 113.130 118.580 129.497 84.616 90.411 114.918 110.981 107.948 108.008
64.182 77.295 87.505 83.540 88.540 91.532 93.320 137.568 140.494 130.444 156.264 162.996 172.873
108.823 118.578 124.301 129.267 139.981 146.385 156.757 114.970 105.306 112.242 117.866 126.762 130.586
500.718 534.599 552.617 530.642 529.687 549.349 593.400 611.861 672.798 715.217 775.323 801.246 838.483 18.298 18.169 19.150 18.722 19.353 19.112 21.359 20.379 24.939 26.403 30.199 31.246 32.906
10.137 10.850 11.137 8.979 9.697 10.861 15.013 14.696 18.389 19.827 21.247 24.580 25.169
84.610 90.896 97.042 93.414 84.488 86.575 92.738 92.277 97.012 103.688 114.203 118.350 127.145
123.057 125.908 130.687 120.114 121.956 124.949 134.434 141.275 158.600 164.959 185.508 182.418 190.293
131.115 143.486 148.332 144.072 145.936 151.281 162.535 155.932 188.608 201.904 209.957 217.632 228.679
133.501 145.290 146.269 145.341 148.257 156.571 167.321 74.659 63.076 65.673 79.140 75.241 78.246
85.339 93.991 96.440 100.817 110.968 119.552 120.701 122.958 132.757 138.961 143.067 149.005 156.389 2.710 3.067 3.182 3.143 3.289 3.749 3.706 3.651 3.713 4.359 4.488 4.910 5.043
182 187 270 312 388 615 675 628 710 755 992 947 855
770 787 814 829 943 1.082 1.146 2.040 2.394 2.751 2.890 2.869 2.967
11.504 12.042 12.055 12.638 14.006 14.898 15.278 15.975 15.786 16.263 17.337 17.962 19.322
10.831 13.456 13.356 13.153 15.716 18.790 17.565 17.295 19.954 21.507 20.949 20.445 21.061
59.342 64.452 66.763 70.742 76.626 80.418 82.331 71.932 78.994 82.237 84.220 89.267 94.579
161.998 178.061 189.245 184.654 168.614 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 210.367 6.425 6.505 6.419 7.020 6.669 5.535 5.236 5.410 6.703 6.803 6.797 7.062 6.837
3.910 4.478 5.327 6.081 4.712 6.235 9.076 8.602 10.567 11.567 12.660 13.503 14.666
65.896 68.739 74.458 71.358 61.420 58.833 59.314 55.601 62.368 58.905 63.065 62.023 65.686
13.022 14.256 13.246 15.113 13.598 13.364 12.873 16.476 18.943 20.176 21.848 20.166 22.179
46.763 56.523 60.766 57.418 53.919 55.326 52.828 51.811 60.183 66.363 66.988 71.437 69.316
25.982 27.560 29.029 27.664 28.296 29.216 31.421 29.259 26.882 27.981 26.081 26.178 26.795
23.856 25.706 25.413 25.333 26.382 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 37.156 1.672 1.769 1.733 1.774 1.915 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.883
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 39 47
391 436 426 433 456 486 505 531 545 589 476 517 529
8.866 9.516 9.307 8.998 9.368 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.603
2.433 2.684 2.672 2.705 2.861 2.935 3.054 3.247 3.561 3.823 4.954 5.224 5.476
10.494 11.301 11.275 11.423 11.782 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 16.618
1.148.891 1.249.970 1.313.873 1.308.051 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.470.959 1.605.095 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.912.287 61.413 64.623 67.828 69.026 73.267 71.643 77.394 70.705 83.178 89.170 92.525 93.315 97.362
29.151 30.293 30.541 28.735 26.720 31.916 41.559 41.789 51.178 52.885 60.495 64.136 69.912
232.705 249.039 269.578 264.694 247.132 239.610 246.188 239.763 262.556 258.993 274.330 276.975 291.381
235.898 249.762 259.953 260.271 272.058 281.537 301.883 268.597 294.584 327.549 346.226 339.688 351.404
249.700 286.740 306.141 300.888 306.972 319.864 329.302 365.852 412.800 424.041 459.112 477.734 497.406
340.024 369.513 379.832 384.437 404.942 424.923 450.482 304.138 288.495 302.929 322.378 333.327 346.824
2008 2009 2010 2011
```
Tabel Statistik
33Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
* Data per Mei 2011 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan
Tabel 4
Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar
AkhirPeriode
Jumlah 1) Jumlah2)
M1
UangKartal
UangGiral
UangKuasi
AktivaLuar
NegeriBersih
TagihanBersih
PemerintahPusat3)
Tagihan Pada
LembagaPemerintah
BUMN
Tagihan Pada
PerusahaanSwasta danPerorangan
LainnyaBersih4)
2007
2008
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2009
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2010
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2011
Trw. I
Trw. II*
1.649.662 450.055 182.967 267.089 1.196.119 509.843 507.120 39.891 1.005.739 -102.955
1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992
1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902
1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287
1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144
1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550
1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181
2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445
2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293
2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773
2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738
2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665
2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460
2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448
2.475.286 611.791 254.066 357.725 1.853.915 971.294 223.667 88.475 1.809.801 -144.398
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-201134
Tabel 5
Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
349.649 392.136 344.688 304.718 322.994 354.297 402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 525.857
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
224.342 270.243 264.391 226.672 244.634 273.744 279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 305.497
189.453 223.166 209.378 186.538 203.838 210.822 226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.074 256.398
34.889 47.077 55.013 40.134 40.796 62.923 52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.392 49.098
124.811 121.302 79.648 77.404 77.744 79.920 89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 177.882
496 591 650 642 616 633 601 539 578 497 484 460 506
351.561 355.967 338.692 354.727 356.930 376.681 403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 678.640
-192.491 -137.121 -213.668 -323.022 -259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -449.246
117.614 123.797 172.012 105.571 136.202 144.747 200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 21.139
8.800 8.800 8.711 8.715 8.715 8.715 8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 8.465
9.353 9.227 9.009 8.783 8.622 8.458 8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.709
-120.989 -110.810 -155.278 -175.022 -131.729 -117.812 -97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -60.870
-191.525 -152.563 -233.866 -257.701 -267.412 -242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -418.792
-165.145 -116.967 -179.879 -232.700 -232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -159.169
-4.989 -1.403 -4.223 -15.288 -28.277 -22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -47.906
-21.391 -34.193 -50.186 -2.321 -5.896 1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -197.337
-15.761 -15.573 -14.256 -13.368 -13.785 -13.000 11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -6.897
2008 2009 2010 2011
II III IV I II III IV I II III IV I II*
I. Uang Primer
a. Statutory Reserve Shortfall
b. Uang yang diedarkan
- Uang kartal di masyarakat
- Kas bank umum
c. Saldo Giro Positif Bank
d. Giro Sektor Swasta
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Uang Primer
a. Net International Reserve 1)
b. Net Domestic Assets
- Tagihan Bersih pada Pemerintah
- Bantuan Likuiditas
- Kredit Likuiditas
- Tagihan Lainnya
- Operasi Pasar Terbuka
- SBI (net) 2)
- FASBI
- Lain-Lain 3)
- Net Other Items
* Data per Mei 20111) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)
Tabel Statistik
35Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep Internasional Reserve
and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.
Tabel 6
Neraca Pembayaran Indonesia 1)
(Juta US$)
2008 2009R 2010* 2011**
II III IV Total I II III IV Total I II III IV Total I
I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)
-1.013 -967 -637 126 2.690 2.377 1.781 3.781 10.628 1.938 1.412 1.208 1.096 5.654 1.926 5.443 5.771 4.166 22.916 6.052 7.493 6.931 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.628 8.404 37.345 38.081 29.768 139.606 24.195 28.158 31.289 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.701 -31.902 -32.309 -25.603 -116.690 -18.143 -20.665 -24.358 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.597 -127.447 -37.297 -3.387 -3.313 -3.227 -12.998 -1.672 -2.476 -2.249 -3.344 -9.741 -2.105 -2.274 -2.154 -2.787 -9.320 -2.183 -4.425 -4.756 -2.881 -15.155 -2.742 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -3.993 -4.262 -5.385 -6.652 -20.291 -5.365 1.356 1.331 1.305 5.364 1.051 1.135 1.171 1.221 4.578 1.081 1.100 1.153 1.303 4.637 1.070 2.105 2.370 -5.822 -1.876 1.835 -2.320 2.924 2.414 4.852 5.590 3.697 7.298 9.550 26.134 6.221 62 187 29 294 19 29 34 14 96 18 2 4 26 50 1 2.043 2.184 -5.850 -2.170 1.815 -2.349 2.891 2.399 4.756 5.572 3.695 7.294 9.524 26.084 6.220 197 1.871 720 3.419 628 575 647 779 2.628 2.484 2.298 1.617 4.241 10.639 2.956 -1.436 -1.517 -1.217 -5.900 -1.276 -872 -340 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.539 1.633 3.388 1.937 9.318 1.904 1.447 987 540 4.877 2.911 3.280 2.808 4.305 13.304 4.495 4.188 -74 -4.377 1.721 1.950 1.893 2.972 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.561 60 -65 -467 -1.294 133 362 -331 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -59 4.128 -9 -3.910 3.015 1.817 1.532 3.303 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 4.15 -2.342 387 -2.194 -7.309 -763 -4.817 -728 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.160 3.846 2.243 -296 -1.974 -1.610 -4.498 -10.755 -241 -2.943 -6.083 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -984 -367 1.998 2.304 3.446 -522 -1.874 5.355 834 3.794 -308 -244 3.120 1.400 3.968 688 1.091 1.404 -6.459 -1.750 4.524 57 4.705 6.195 15.481 7.528 5.108 8.506 10.646 31.788 8.147 233 -1.493 2.246 -195 -570 995 -1.159 -2.241 -2.975 -907 312 -1.551 643 -1.503 -481 1.324 -89 -4.212 -1.945 3.955 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 59.453 57.108 51.639 51.639 54.840 57.576 62.287 66.105 66.105 71.823 76.321 86.551 96.207 96.207 105.709 4.5 5.4 5.7 6.1 6.5 6.5 5.2 5.6 6.3 7.0 7.0 6.2 -0.8 -0.7 -0.5 0.0 2.4 1.8 1.2 2.5 2.0 1.2 0.8 0.6 0.6 0.8 1.0 17.8 15.2 24.2 18.1 23.3 25.0 19.8 24.6 23.2 21.2 23.2 20.3 23.7 22.2 17.0 7.7 4.7 9.2 6.4 6.1 10.0 5.3 8.5 7.5 5.0 7.2 4.8 6.2 5.8 4.7
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-201136
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 7
Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
(Persen)1)
Kelompok/Sub Kelompok
3,87 4,75 0,60 1,44 -1,76 4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 3,90 0,60 0,91 2,76 -0,75 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 5,45 13,94 -4,64 2,39 -0,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 2,67 12,12 2,94 2,25 -2,52 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 4,44 8,04 4,32 2,24 -0,88 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 3,26 8,94 -2,51 -0,34 -0,54 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 5,65 3,79 6,60 2,59 -5,97 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 3,29 5,93 0,42 0,18 -2,59 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 4,77 7,30 1,68 0,71 3,11 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 1,14 -10,49 8,28 1,66 -8,24 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 3,78 -1,65 -6,81 -0,81 0,12 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 2,56 3,57 1,20 1,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 2,93 2,62 2,43 2,40 1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 3,81 2,83 2,35 1,59 1,03 1,46 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 2,75 2,15 1,50 5,39 2,15 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 0,53 2,60 3,70 2,42 0,82 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 3,39 3,58 1,00 0,42 0,26 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 3,10 2,16 0,73 1,00 0,12 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 5,72 8,94 1,66 -1,48 0,29 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 1,71 1,66 1,10 0,95 0,68 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 2,47 1,71 1,08 1,00 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,28 0,77 2,58 4,48 -1,88 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 0,79 3,02 0,35 0,38 0,55 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 0,83 2,15 0,30 0,44 0,29 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 1,23 2,13 0,23 0,26 0,39 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 -1,07 -2,46 7,26 13,49 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 2,04 1,64 1,10 1,27 1,20 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 1,00 1,07 0,69 1,60 1,72 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 2,04 2,19 1,60 1,14 1,39 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 1,99 2,36 1,61 1,39 0,73 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 3,09 1,76 1,26 1,01 0,42 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 0,84 3,77 0,82 0,22 0,22 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 0,25 6,76 0,70 0,04 0,06 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 0,71 4,95 0,32 0,59 0,46 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 1,00 1,14 1,11 0,37 0,16 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 2,19 0,51 1,02 0,48 0,55 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,69 0,91 0,49 0,51 0,33 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 8,90 0,92 -2,94 -4,66 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 16,74 1,03 -4,46 -6,95 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 -8,66 0,02 0,20 -0,07 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 1,75 1,34 1,64 1,38 0,34 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,05 3,89 0,00 0,00 0,00 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 3,97 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36
2008 2009 2010 2011
II III IV I II III IV I II III IV I II
I. Bahan Makanan A. Padi-padian. umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur. susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi. Minuman. Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol
III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga
IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya
V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M
Tabel Statistik
37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota
(Persen)1)
K o t a
3,94 2,92 2,97 -0,56 -0,37 4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 3,74 1,36 1,39 0,35 0,14 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 5,51 1,27 1,56 -0,03 -1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 2,94 3,06 2,22 -0,52 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 4,27 1,37 1,33 -0,20 0,10 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 3,66 1,21 2,26 -0,84 -0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 4,82 2,04 2,07 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 2,64 3,17 0,55 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 3,26 1,72 0,58 0,64 -0,43 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 7,20 1,76 -0,19 0,26 -0,72 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 4,97 3,20 -0,29 -0,06 0,09 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 5,74 3,61 0,34 0,09 -0,74 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 4,74 4,95 0,74 0,92 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 7,47 4,26 0,13 -0,78 -0,74 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 6,39 3,04 1,22 -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 5,13 3,33 1,19 0,32 -0,73 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 3,57 2,54 0,87 -0,13 0,15 1,73 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 3,76 3,64 1,22 0,78 1,09 1,09 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 3,15 4,50 1,46 0,65 1,31 2,62 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 5,22 3,21 0,00 0,32 -0,06 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 6,31 0,88 1,57 0,63 0,36 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 4,31 2,38 0,46 0,79 -0,27 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 3,26 3,42 1,32 1,67 0,35 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 3,59 3,82 0,03 0,01 -0,26 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 3,52 3,49 0,18 -0,87 -0,20 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 4,75 2,28 -0,07 0,11 -0,14 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 5,15 4,04 0,19 0,91 0,04 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 3,72 3,53 1,16 0,78 0,11 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 2,79 1,74 0,13 1,06 0,19 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 3,33 2,83 0,18 0,72 0,06 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 2,39 2,36 0,45 1,05 1,05 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 3,39 3,16 0,59 0,59 0,11 1,90 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 4,78 2,77 -0,67 1,02 0,08 1,16 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 3,90 2,83 1,05 0,25 0,14 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 3,32 3,10 -0,35 0,90 0,02 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 3,18 2,93 0,38 1,28 0,16 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 3,90 3,85 0,00 0,60 0,07 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 6,11 2,27 -0,32 1,02 0,00 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 3,23 2,56 0,14 1,06 -0,41 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,33 3,14 1,04 2,14 -0,61 1,77 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 4,97 3,23 0,91 1,78 -1,43 3,48 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 7,21 3,16 0,77 2,41 -1,12 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 6,95 6,66 -2,44 0,39 1,10 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 4,93 0,46 1,94 0,85 0,35 2,77 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 3,44 3,21 0,08 1,73 0,50 3,52 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 5,30 2,73 0,02 0,38 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 3,89 1,72 0,68 1,62 -0,82 0,95 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 2,96 3,62 1,76 -0,65 -0,88 1,28 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,09 2,23 1,85 0,30 0,34 1,77 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 3,70 3,02 0,39 0,03 0,31 2,55 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 5,83 2,96 -0,06 1,49 0,42 1,81 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19
2008 2009 2010 2011
II III IV I II III IV I II III IV I II
1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-201138
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)
(Persen)1)
K o t a
4,42 5,54 0,82 0,53 1,34 3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 4,25 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 4,58 5,01 -0,63 1,78 -0,36 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 6,12 3,62 0,27 2,14 0,84 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 3,82 3,50 0,14 0,84 -1,13 2,53 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 4,28 4,21 0,43 0,40 -0,53 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 5,08 3,50 1,16 1,14 -0,12 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 8,05 3,30 0,74 2,99 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 3,70 4,01 0,16 2,33 0,59 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 4,24 5,86 -0,29 -0,35 0,06 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 6,41 5,06 -4,80 2,26 -2,43 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 2,88 4,30 -0,92 1,25 -0,27 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 6,30 8,31 0,62 3,52 0,36 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 14,59 7,29 -1,86 0,77 0,52 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 4,96 2,88 0,31 -0,06 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 3,97 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36
52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura
NASIONAL
2008 2009 2010 2011
II III IV I II III IV I II III IV I II
Tabel Statistik
39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2011
Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)
Tabel 9
Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar
(Persen) 1)
Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*
Periode
3,87 0,61 1,60 -0,64 -1,34 -1,20
4,97 1,83 2,11 5,13 8,84 4,85
5,33 2,40 2,58 0,61 0,00 2,31
6,74 3,51 1,51 1,82 -5,00 0,56
6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,93
2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 4,32
7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 3,63
7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50
7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45
7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55
4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92
0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67
2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80
3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99
5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79
1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91
2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17
2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29
3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14
1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43
1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86
0,22 1,31 0,65 n,a n,a n.a
2006
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2007
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2008
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2009
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2010
Trw.I
Trw.II
Trw.III
2011
Trw.I
Trw.II