jiwa

Upload: lailatul-faradila

Post on 08-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

LAPORAN PSIKIATRI

ANXIETAS FOBIA KHAS (KLAUSTROPHOBIA)

DENGAN SERANGAN PANIK

Pembimbing :

dr. Mardi Susanto, SpKJ (K)

Disusun Oleh :

Lailatul Faradila 1410221068KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA

RSUP PERSAHABATAN JAKARTA

PERIODE 9 FEBRUARI 2015 14 MARET 2015LAPORAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. AGUsia

: 44 Tahun

Jenis Kelamin: Laki-laki

Agama

: IslamStatus

: Menikah

Pekerjaan

: FreelanceAlamat

: Pondok bambu, JakartaII. RIWAYAT PSIKIATRI

Anamnesa dilakukan secara langsung pada tanggal 18 Februari 2015 pukul WIB di poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.

a. Keluhan Utama

Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol kunjungan kedua.b. Riwayat Gangguan SekarangPasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan berpenampilan tampak sesuai dengan usianya, warna kulit sawo matang, berpakaian rapi, serta perawatan diri baik.Pasien datang sendiri dengan mengendarai motornya, pasien mengeluhkan sesak napas bila berada di lingkungan yang asing dan pergi sendirian, keluhan dirasakan sejak tahun 2010. Pasien juga mengatakan selain berada di tempat yang baru atau asing dan sendirian, pasien juga mengeluhkan serangan dapat muncul pada saat pasien berada di ruangan yang sempit atau kecil seperti di lift.Pasien datang untuk kontrol yang kedua kalinya. Pasien mengatakan keluhannya belum banyak berkurang sejak kontrol yang pertama, yaitu sekitar 2 minggu yang lalu. Pasien mengatakan bahwa pada tanggal 8 Februari 2015 pasien mendapatkan serangan panik ketika berkendara jarak jauh dengan mobil pribadinya, serangannya yaitu pasien merasa sesak yang membuat dadanya terasa berat secara perlahan dan pasien juga merasa was-was. Ketika serangan tersebut timbul, pasien mengatakan bahwa pasien segera menghentikan kendaraannya untuk menenangkan diri sejenak.Pasien juga merasa cemas dan was-was bila naik lift karena berada di ruangan yang sempit. Namun, untuk naik lift di RS Persahabatan pasien tidak merasa apa-apa karena menurut pasien lingkungan RS Persahabatan sudah tidak asing lagi bagi diri pasien dan juga jumlah lantai di RS Persahabatan juga tidak terlalu tinggi sehingga pasien tidak merasa cemas dan tidak merasakan sesak saat naik lift di RS Persahabatan.Pemeriksa bertanya kepada pasien, diantara skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak ada serangan atau tidak ada apa-apa dan 10 adalah adanya serangan panik yang hebat, manakah skor kecemasan pasien saat sedang diwawancara, pasien menjawab skornya adalah 2. Pasien juga mengatakan apabila pasien datang ke RS Persahabatan bersama teman atau tukang ojek, skor kecemasan pasien juga 2 dan juga apabila saat diwawancara ada teman pasien yang duduk di samping pasien, pasien mengatakan skor kecemasannya juga 2. Pasien mengatakan ketika pada saat terjadi serangan tanggal 8 Februari yang lalu, skor kecemasannya ialah 6. Saat naik lift di tempat yang asing dan berlantai banyak, pasien juga mengatakan bahwa skor kecemasannya ialah 6.

Pemeriksa kemudian mengajak pasien membayangkan jika pasien saat ini sedang berada di lift RS Persahabatan sendirian dan perlahan-lahan pasien turun ke lantai bawah, pasien mengatakan tidak merasakan cemas dan tidak timbul rasa sesak. Kemudian pemeriksa bersama pasien naik lift untuk turun ke lantai bawah, pasien juga tidak merasa cemas, dan skor kecemasannya ialah 2. Namun pada saat pasien baru datang ke RS Persahabatan dan naik lift, skor kecemasannya ialah 3.

Pasien mengatakan bahwa sekitar tahun 2013, pada saat pasien sedang berkendara mengendarai motornya, pasien merasakan pusing yang hebat hingga pasien keliyengan. Kemudian pasien pergi ke rumah sakit terdekat, yaitu ke RS Islam Jakarta, pasien masuk UGD, tetapi pada saat itu RS Islam sedang ramai pasien dan pasien diminta untuk menunggu. Pada saat menunggu, pasien mendapatkan serangan sesak napas yang membuat dadanya semakin berat. Pada saat itu juga, pasien didiagnosis sementara yaitu iskemia jantung, kemudian diperiksakan jantung dan parunya, tetapi hasil pemeriksaan didapatkan normal tidak ada gangguan apa-apa. Pada saat ditanya oleh pemeriksa berapa skor kecemasan saat kejadian tahun 2013 tersebut, pasien menjawab skornya adalah 10, yaitu dimana pasien merasakan sakit yang teramat hebat dan tingkat kecemasan yang tinggi.Serangan panik yang dikeluhkan pasien sudah dirasakan pasien sejak tahun 2010. Pasien mengatakan bahwa saat itu pasien sedang membersihkan toren air dengan kapasitas 3000 liter air. Pada saat pasien sedang membersihkan toren, pasien kemudian merasakan sesak napas dan panik, karena toren air yang dibersihkan pasien sangat gelap, sempit dan lembab. Sejak itu pasien merasa was-was dan cemas bila berada di tempat yang sempit.Pasien mengatakan bahwa dulu pasien pernah berkendara dengan menggunakan kereta dari rumahnya ingin pergi ke Citayam, Bogor. Pada saat berangkat dari rumahnya, pasien tidak merasakan adanya serangan panik yang timbul. Akan tetapi, pada saat pasien pulang dari Citayam, pasien merasakan adanya serangan panik yang membuatnya tidak bisa melanjutkan perjalanannya, kemudian pasien turun di stasiun UI Depok dan melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan taksi. Namun di taksi pasien malah semakin sesak napas dan akhirnya pasien meminta supir taksi untuk membawanya ke rumah sakit atau klinik terdekat untuk meminta pertolongan. Setelah merasa dirinya kembali tenang, pasien kemudian melanjutkan perjalanannya kembali menuju rumahnya. Pasien juga mengatakan bahwa ketika pasien sedang jalan-jalan ke mall dan naik lift, pasien merasa cemas dan was-was. Pasien mengatakan bahwa ketika rasa cemas dan was-wasnya timbul, pasien mengalihkan perhatiannya ke kegiatan lain, seperti dialihkan perhatiannya dengan mengobrol sama temannya, mengalihkan dengan melihat pemandangan sekitar sambil menarik napas dalam-dalam, dan mengalihkan perhatiannya dengan meminum air minum yang dibawanya. Pasien juga mengatakan bahwa terapi relaksasi yang sebelumnya diberitahukan caranya oleh pemeriksa sudah lumayan berhasil dalam mengatasi rasa cemas dan was-was yang diderita pasien.Pasien ketika ditanyakan bagaimana perasaannya jika pasien harus berada di tempat yang baru dan merasa asing, pasien mengatakan Bagaimana caranya cepat datang ke tempat tersebut dan saya akan merasa waspada terhadap serangan dadakan. Dan ketika ditanyakan apa yang dikhawatirkan jika timbul serangan dadakan, pasien menjawab pasien khawatir jika tidak ada yang menolongnya, pasien takut jika tidak ada yang menolongnya pasien akan tidak sadarkan diri. Jika pasien tidak sadarkan diri, pasien khawatir keluarganya tidak mengetahui jika pasien tidak sadarkan diri di tempat umum. Selain itu pasien juga takut akan kematian jika pasien tidak sadarkan diri. Dan pasien juga takut kalau pasien meninggal pasien merasa belum bisa membahagiakan istri dan anaknya.Pasien tidak memakai obat-obatan terlarang atau NAPZA, tidak meminum minuman alkohol dan juga pasien tidak merokok.Pasien mengaku tidak mendengar suara-suara bisikan yang tidak ada sumbernya, tidak melihat penampakan-penampakan, tidak pernah merasakan perasaan aneh pada indera pengecapannya, tidak pernah mencium bau-bauan yang hanya diciumnya sendiri dan tidak merasakan sentuhan-sentuhan yang tidak ada sumbernya. Pasien menyangkal saat menonton televisi pembawa acara mengejek pasien. Pasien juga tidak pernah merasa menjadi orang yang berbeda saat bercermin dan tidak merasa seolah-olah rumah atau lingkungan sekitar pasien berubah. Pasien juga menyangkal kalau pasien merasa tetangganya membicarakan dirinya, dan menyangkal kalau ada seseorang yang berusaha menjahatinya.Pasien menyangkal adanya perasaan sedih yang berlebihan, kehilangan minat dan mudah lelah. Pasien juga menyangkal adanya rasa gembira dan aktifitas fisik yang berlebihan. Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-harinya tanpa bantuan orang lain. Saat lahir pasien mengatakan bahwa pasien dilahirkan secara normal dan tidak ada kelainan atau penyulit apapun. Pada saat kanak-kanak sampai dewasa tidak terdapat gangguan maupun perlambatan dan tumbuh kembang seperti yang lainnya. Pasien mengaku merasa saat ini pasien sedang sakit dan harus meminum obat agar perasaannya lebih tenang sehingga pasien kontrol rutin ke dokter dan meminum obat dengan teratur. Pasien mengatakan obat yang diberikan dokter tidak terlalu berefek dan hanya menimbulkan rasa ngantuk sehingga pasien lebih sering tidur. Pasien mengharapkan obatnya dapat menghilangkan sesak napas yang dirasakannya.Pasien bersekolah sampai SMA. Selama bersekolah, pasien menyangkal adanya kesulitan bersosialisasi karena pasien mengatakan pasien memiliki banyak teman saat bersekolah dan suka bergaul. Pada saat dilakukan anamnesa pasien terlihat kooperatif dalam menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dari awal sampai akhir. Daya kognitif pasien baik, karena pasien mampu menghitung 100 7 = 93. Orientasi pasien akan waktu juga baik karena pasien tahu sekarang sudah siang hari. Orientasi tempat baik, karena pasien tahu sedang berada di RS Persahabatan dan sedang diperiksa oleh dokter sehingga orientasi orang pun baik. Orientasi situasi baik, karena pasien tahu bahwa saat ini pasien sedang wawancara dengan dokter. Pengetahuan umum pasien baik, karena pasien dapat menyebutkan presiden RI adalah Jokowi dan gubernur Jakarta adalah Ahok.

Daya ingat jangka panjang pasien bagus karena pasien ingat bersekolah sampai SMA. Daya ingat jangka pendek pasien baik, pasien mengingat bagaimana caranya untuk datang ke RS Persahabatan pada paginya yaitu dengan berjalan kaki. Untuk daya ingat segera saat disebutkan 5 nama binatang dengan baik pasien dapat menyebutkannya secara berurutan.

Daya pikir abstrak pasien bagus, karena saat pasien ditanya maksud dari panjang tangan pasien dapat menyebutkan maksudnya dengan benar, yaitu orang yang suka mencuri.Saat ini pasien tinggal di Pondok Bambu, Jakarta. Pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Untuk kebutuhan sehari-hari pasien mendapatkan penghasilan dari pekerjaannya sebagai freelance, namun terkadang pasien juga menjaga koperasi di dekat rumahnya. Kebutuhan sehari-hari menurut pasien sudah tercukupi namun pasien belum mempunyai pekerjaan tetap dan masih merasa belum bisa membahagiakan istrinya. Pasien berobat dengan menggunakan BPJS.Tiga harapan pasien saat ini adalah pasien ingin segera sembuh, ingin lebih banyak aktivitas di luar, dan ingin lebih sering berkendara dengan kendaraan umum.Pasien tidak merasa punya penyakit gangguan jiwa dan ingin sembuh dari rasa sesak napas dan was-was yang dideritanya. Selama wawancara pasien, dapat dipercaya untuk semua pertanyaan yang diberikan, dan pasien juga menjawab pertanyaan secara spontan dan juga secara aktif menjelaskan keluhan yang dirasakannya.c. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.

2. Pasien tidak memiliki riwayat gangguan medik sebelumnya3. Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohold. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Perinatal: Normal.

2. Riwayat Masa Kanak-Kanak dan Remaja: Baik.

3. Riwayat Masa Akhir Kanak-Kanak: Pasien memiliki banyak teman dan dapat bersosialisasi dengan baik.4. Riwayat Pendidikan: Pasien dapat menyelesaikan pendidikannya sampai SMA dengan baik.5. Riwayat Pekerjaan: Pasien bekerja sebagai penjaga koperasi.

6. Riwayat Agama: Pasien penganut agama Islam.

7. Riwayat Pernikahan: Pasien sudah menikah dan mempunyai 1 orang anak.

8. Hubungan dengan Keluarga: Saat ini pasien tinggal di rumahnya bersama istri dan anaknya.9. Aktivitas Sosial: Pasien dapat bersosialisasi dengan teman-temannya dan lingkungan sekitar.

e. Riwayat Keluarga

Di keluarga pasien tidak terdapat anggota keluarga yang mempunyai keluhan serupa.f. Status Sosial Sekarang

Pasien seorang laki-laki berusia 44 tahun. Pasien bekerja sebagai freelance, terkadang menjadi penjaga koperasi dan pekerjaannya tidak terikat. Kebutuhan sehari-hari menurut pasien sudah tercukupi namun pasien belum mempunyai pekerjaan tetap dan masih merasa belum bisa membahagiakan istrinya. Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS. Terdapat dukungan keluarga agar pasien berobat.

g. Persepsi (anggapan) Pasien Tentang Dirinya dan Kehidupannya

Pasien ditanyakan tiga harapan yang diinginkan dan pasien menjawab pertama pasien ingin segera sembuh, ingin lebih banyak aktivitas di luar, dan ingin lebih sering berkendaraan dengan kendaraan umum.III. STATUS MENTAL

a. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Laki-laki berusia 44 tahun, penampilan pasien tampak sesuai dengan usianya, warna kulit sawo matang, berpakaian rapi, serta perawatan diri baik.2. Kesadaran Umum

Compos mentis.

3. Kontak Psikis

Dapat dilakukan pasien, pasien dapat berkomunikasi baik dan cukup wajar dengan pemeriksa.

4. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Cara berjalan

: Baik.

Aktivitas psikomotor: Pasien kooperatif, tenang, kontak mata baik, tidak ada gerakan involunter dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

5. Pembicaraan

Kuantitas: Baik, pasien dapat menjawab sebagian pertanyaan dokter dengan baik dan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.

Kualitas: Bicara spontan, volume normal, artikulasi jelas, isi pembicaraan terarah dan dapat dimengerti.

6. Sikap Terhadap Pemeriksa

Baik, pasien kooperatif dan mau menjawab semua pertanyaan pemeriksa.

b. Keadaan Afektif

1. Mood

: Cemas2. Ekspresi Afek: Luas

3. Keserasian

: Serasi

4. Empati

: Pemeriksa dapat merabarasakan perasaan pasien.c. Inteletualitas (Kognitif)

1. Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan KecerdasanPasien dapat tamat SD, SMP, dan SMA. Pengetahuan pasien baik2. Daya Konsentrasi

Baik, pasien dapat mengikuti wawancara sampai selesai.

3. Orientasi

Orientasi Waktu: Baik, pasien dapat mengetahui waktu berobat.

Orientasi Tempat: Baik, pasien dapat mengetahui tempat berobatnya yaitu di RS Persahabatan

Orientasi Orang: Baik, pasien mengetahui sedang berbicara dengan dokter.

Orientasi Situasi: Baik, pasien mengatakan saat itu sedang sharing.4. Daya Ingat

Daya Ingat Jangka Panjang: Baik, pasien dapat mengingat dengan baik bahwa pasien SD, SMP dan SMA. Daya Ingat Jangka Pendek: Baik, pasien dapat mengingat saat pergi ke RSUP Persahabatan.

Daya Ingat Segera

: Optimal, pasien dapat mengucapkan kembali 5 nama-nama binatang yang disebutkan oleh dokter.

Akibat Hendaya Daya Ingat Pasien : Tidak terdapat hendaya daya ingat pasien pada saat ini.

5. Pikiran Abstrak

Baik, pasien dapat memahami dan menyebutkan arti dari istilah panjang tangan.

6. Bakat Kreatif

Pasien hobi membaca buku.7. Kemampuan Menolong Diri Sendiri

Baik, pasien dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.d. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi dan Ilusi

Halusinasi: Pada pasien tidak terdapat halusinasi.Ilusi : Pada pasien tidak terdapat ilusi.2. Depersonalisasi dan Derealisasi

Depersonalisasi: Tidak terdapat depersonalisasi.

Derealisasi

: Tidak terdapat derealisasi.

e. Proses pikir

1. Arus Pikir

a. Produktivitas: Baik, pasien bicara secara spontan.

b. Kontinuitas: Baik, koheren.

c. Hendaya Bahasa: Tidak terdapat hendaya bahasa2. Isi Pikiran

a. Preokupasi

: Sesak napas.

b. Gangguan Pikiran: Tidak terdapat gangguan pikiran.f. Pengendalian Impuls

Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya dan melakukan wawancara dengan baik dan tidak ada gerakan involunter.g. Daya Nilai

1. Norma Sosial: Pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

2. Uji Daya Nilai: Baik, karena saat diberikan contoh permasalahan yaitu terdapat seorang anak 5 tahun akan menyebrang sungai yang deras, apa yang anda lakukan ? pasien menjawab akan membantu anak tersebut untuk menyebrang.

3. Penilaian Realitas: Baik, tidak terdapat halusinasi dan waham.h. Persepsi (tanggapan) Pemeriksa Tentang Diri dan Kehidupan PasienMenurut penilaian pemeriksa terhadap pasien adalah saat ini pasien merasa sakit namun tidak mengetahui penyebabnya. Saat ini gangguan sesak napas yang diderita pasien dirasa cukup mengganggu, dan keterbatasan pasien dalam menggunakan kendaraan umum juga dirasa mengganggu pasien.i. Tilikan

Tilikan 4, pasien sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahuinya.j. Taraf Dapat Dipercaya

Pemeriksa mendapatkan kesan bahwa jawaban pasien dapat dipercaya karena konsistensi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dari awal sampai akhir.IV. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis

1. Keadaan Umum

: Baik, compos mentis.

2. Tanda Vital

: TD = 120/80 mmHg; N=82x/menit.3. Sistem Kardiovaskular: Kesan dalam batas normal

4. Sistem Muskuloskeletal: Kesan dalam batas normal

5. Sistem Gastrointestinal: Kesan dalam batas normal6. Sistem Urogenital

: Kesan dalam batas normal

7. Gangguan Khusus

: Kesan dalam batas normal

b. Status Neurologis

1. Saraf kranial

: Kesan dalam batas normal

2. Saraf Motorik

: Kesan dalam batas normal

3. Sensibilitas

: Kesan dalam batas normal

4. Susunan Saraf Vegetatif: Kesan dalam batas normal

5. Fungsi Luhur

: Kesan dalam batas normal

6. Gangguan Khusus

: Kesan dalam batas normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

a. Pasien laki-laki usia 44 tahun datang untuk kontrol rutin.b. Keluhan yang dirasakan adalah adanya panik, rasa cemas dan was-was, juga kadang pasien merasakan sesak napas yang memberatkan dadanya. c. Keluhan dirasakan ketika pasien berada di tempat yang baru, asing dan sempit.d. Keluhan dirasakan pasien sejak tahun 2010.

e. Pasien bukan peminum alkohol, bukan pengguna NAPZA dan bukan perokok.f. Selama ini pasien tidak pernah menderita suatu penyakit yang menyebabkan disfungsi otak.g. Fungsi kognitif pasien baik, pengendalian impuls baik.

h. Selama wawancara berlangsung pasien terbuka untuk menjawab semua pertanyaan.

i. Pada pasien tidak terdapat halusinasi, waham, depersonalisasi dan derealisasi.

j. Orientasi waktu, tempat, orang dan situasi pasien baik.k. Pasien menjalani pendidikan secara baik dari SD sampai SMA. Selama menjalani pendidikan, pasien dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain sehingga memiliki banyak teman.l. Pasien diperiksa tekanan darahnya = 120/80 mmHg, nadi 82x/menit dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.

m. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.

n. Pasien tinggal di rumahnya sendiri bersama istri dan anaknya.o. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari didapatkan pasien dari penghasilan sebagai feelance dan terkadang sebagai penjaga koperasi. Biaya pengobatan menggunakan BPJS. p. Kebutuhan sehari-hari menurut pasien sudah tercukupi namun pasien belum mempunyai pekerjaan tetap dan masih merasa belum bisa membahagiakan istrinya.q. Pada pasien didapatkan gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, dan secara umum masih baik.VI. FORMULASI DIAGNOSIS

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien ditemukan sekumpulan gejala dan perilaku yang menimbulkan penderitaan atau disabilitas. Disfungsi ini terlihat dalam segi perilaku, psikologik atau biologik yang kemudian gangguan-gangguan ini mempengaruhi hubungan dengan masyarakat maka pasien ini dikatakan menderita gangguan jiwa.a. Diagnosis Aksis I Pada pasien ini tidak terdapat penyakit fisik yang menyebabkan adanya gangguan otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya konsentrasi, orientasi yang masih baik sehingga pasien ini bukan penderita gangguan mental organik (F.0).

Dari anamnesis tidak diriwayatkan adanya penggunaan zat psikoaktif (NAPZA), dan tidak mengonsumsi alkohol. Maka pasien ini bukan penderita gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif atau alkohol (F.1).

Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realitas. Pada pasien tidak ditemukan adanya halusinasi dan waham. Maka pasien ini bukan penderita gangguan psikotik (F.2).

Pada pasien ini tidak ditemukan mood yang meningkat, aktivitas fisik dan pembicaraan yang meningkat, maka pasien ini bukan merupakan penderita gangguan manik. Pasien juga tidak mengalami mood yang menurun, kehilangan minat dan kegembiraan, mudah lelah dan kehilangan energi, maka pasien bukan merupakan penderita gangguan depresi. Karena pasien ini bukan merupakan penderita gangguan mood dan afek manik dan depresi, maka pasien ini bukan merupakan penderita gangguan mood dan afek (F.3). Dari autoanamnesis pasien memiliki kecemasan serta kegelisahan yang cukup mengganggu dalam kehidupannya, maka pasien ini merupakan penderita gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan dengan stress (F.4). Pada pasien ini ditemukan perasaan takut yang dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas, yaitu berupa situasi yang baru, asing dan tempat yang sempit. Pada pasien ini juga terdapat gejala sesak napas dan pusing yang hilang jika situasi atau objek yang ditakutkan menghilang. Maka diagnosis aksis I merupakan penderita gangguan anxietas fobik khas (F.40.2).b. Diagnosis Aksis II

Pasien tumbuh dan berkembang pada masa kanak-kanak sampai dewasa secara normal. Pasien mengaku dulu saat sekolah dapat bersosialisasi dan memiliki banyak teman, maka pada pasien ini tidak terdapat gangguan kepribadian. Pasien dapat menyelesaikan sekolah sampai SMA, sehingga pasien bukan penderita gangguan retardasi mental. Karena tidak adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental maka pasien pada aksis II tidak terdapat diagnosis.

c. Diagnosis Aksis IIIPada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan diagnosis. Maka pada aksis III pada pasien tidak terdapat diagnosis.d. Diagnosis Aksis IV

Pasien sudah menikah dan memiliki anak. Pasien dapat menyelesaikan pendidikan sampai SMA dan sekarang bekerja sebagai freelance. Biaya kebutuhan sehari-hari yang didapat dari pekerjaannya menurut pasien sudah tercukupi namun pasien belum mempunyai pekerjaan tetap dan masih merasa belum bisa membahagiakan istrinya. Pasien berobat dengan menggunakan BPJS. Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS. Maka pada aksis IV pada pasien terdapat masalah psikososial dan sosioekonomi.

e. Diagnosis Aksis V

Pada pasien terdapat gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, dan secara umum masih baik. Maka aksis V pada pasien didapatkan GAF scale 70-61.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I: Gangguan anxietas fobia khas (Klaustrofobia) dengan serangan panikAksis II: Tidak terdapat diagnosisAksis III: Tidak terdapat diagnosis

Aksis IV: Terdapat masalah psikososial dan sosioekonomiAksis V: GAF Scale 70-61.

VIII. DAFTAR PROBLEM

Organobiologik: Terdapat masalah kesehatan yaitu sesak napasPsikologis

: Terdapat masalah psikologis, yaitu cemas dan was-was ketika berada di tempat yang baru, asing dan sempit.Sosioekonomi: Terdapat masalah psikososial, yaitu pasien belum mempunyai pekerjaan tetap dan pasien merasa belum dapat membahagiakan istrinyaIX. PROGNOSIS

a. Prognosis ke Arah Baik

Pasien memiliki keinginan untuk sembuh. Pasien memiliki kepatuhan untuk kontrol atau datang berobat.

Pasien mempunyai kemauan untuk mencoba mengendarai kendaraan umum dan berpergian ke tempat yang belum pernah didatanginya. Tidak ada penyakit genetik.

Biaya pengobatan dengan menggunakan BPJS

b. Prognosis ke Arah Buruk Perjalanan penyakit sudah sejak tahun 2010. Adanya stressor psikologis yaitu pasien merasa belum dapat membahagiakan istrinya. Keluhan dapat timbul jika pasien berada di tempat asing dan baru.

Keluhan juga timbul jika pasien berada di tempat yang sempit sendirian.Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adala:

Ad vitam

: Dubia ad bonam

Ad functionam: Dubia ad bonam

Ad sanationam: DubiaX. TERAPI

a. Psikofarmaka Alprazolam 2 x 1/2 mgb. Psikoterapi

Edukasi cara melatih relaksasi diri, dengan cara menggenggam tangan/kontraksi, lalu perlahan melepaskan genggamannya/relaksasi. Setelah itu menarik napas dalam, lalu dikeluarkan perlahan melalui mulut. Edukasi terhadap pasien untuk kontrol 1 minggu lagi. CBT (Cognitive Behavioral Therapy) exposure, dimana pasien diminta untuk melakukan perjalanan ke tempat yang baru dan asing dengan menggunakan kendaraan umum sebanyak 2x dalam seminggu. Menyarankan agar pasien dapat lebih sering menggunakan kendaraan umum dan berpergian ke tempat yang baru sendirian.DAFTAR PUSTAKA1. Elvira, Sylvia D, dkk. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FKUI. Jakarta: 2010.

2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan Pertama. PT Nuh Jaya. Jakarta: 2001.18