jiwa

28
LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Ny. A, 35 tahun, pendidikan terakhir SD, agama Islam, suku Jawa, tinggal di Lampung Timur, pedagang jamu, diantar ke Poli RSJ pada tanggal 25 Agustus 2014 oleh keluarga yaitu suami dan anak kandung pasien B. ANAMNESIS PSIKIATRI(Allo-Autoanamnesa) Diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis dari suami pasien I. RIWAYAT PENYAKIT a. Keluhan Utama Pasien dikeluhkan suami pasien merusak barang- barang di rumah, hingga membakar perabotan rumah b. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lampung karena merusak barang-barag dirumah hingga membakar

Upload: rinavi-adrin-ririn

Post on 19-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Ny. A, 35 tahun, pendidikan terakhir SD, agama Islam, suku Jawa, tinggal di

Lampung Timur, pedagang jamu, diantar ke Poli RSJ pada tanggal 25

Agustus 2014 oleh keluarga yaitu suami dan anak kandung pasien

B. ANAMNESIS PSIKIATRI(Allo-Autoanamnesa)

Diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis dari suami pasien

I. RIWAYAT PENYAKIT

a. Keluhan Utama

Pasien dikeluhkan suami pasien merusak barang-barang di rumah, hingga

membakar perabotan rumah

b. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lampung karena merusak barang-

barag dirumah hingga membakar perabotan. Selain itu pasien juga marah-

marah jika keinginannya tidak dipenuhi. Hal ini bertambah parah sejak 1 hari

SMRS. Pasien sudah menderita gangguan jiwa selama 17 tahun sejak usia 19

setelah pasien melahirkan anak kedua. Pada tahun 1997, 2 bulan setelah

melahirkan anak kedua pasien seperti berteriak-teriak seperti ada yang

menghantui, dan juga berbicara sendiri. Melihat keadaan pasien yang seperti

itu, keluarga membawa pasien ke alternatif, setelah berobat dialternatif

keadaan pasien membaik dan pasien kembali bisa melakukan aktivitasnya

sehari-hari. Bahkan pasien sempat bekerja diluar negeri selama 3 tahun.

Pada tahun 2010, setelah pasien melahirkan anak yang ketiga, keluhan pasien

kambuh kembali seperti yang terjadi pada tahun 1997, pasien seperti orang

ketakutan dan berbicara sendiri. keluhan pasien semakin parah dan keluarga

tidak mampu menangani pasien, sehingga keluarga membawa pasien ke

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Pasien dirawat selama 10 hari dan

pasien dipulangkan dalam keadaan baik. Setelah keluar dari RS pasien rutin

kontro ke RSJ. Namun ± 6 bulan yang lalu, pasien tidak lagi kontrol ke RSJ,

pasien merasa dirinya telah sembuh.

Pada tahun 2014, keluhan yang dialami pasien sebelumnya kembali muncul

dan semakin parah, pasien hingga merusak barang-barang dirumah hingga

membakar perabotan. Suami pasien mengatakan bahwa awalnya pasien

ditawari oleh saudaranya untuk menempati rumah saudaranya tersebut,

pasien sangat senang dan ingin segera memindahkan barang-barangnya.

Namun suami pasien tidak mau karena lebih memilih untuk tinggal di rumah

sendiri. Sejak saat itu pasien mengamuk, merusak barang-barang hingga ada

yang dibakar olehnya. Pasien juga berbicara tidak nyambung, berbicara

sendiri dan juga marah-marah ke suaminya. Keluarga sudah ada yang

mencoba menghentikannya dengan cara memegangi pasien, namun tenaga

pasien sangat kuat, sehingga keluarga menyerah dan membawa pasien ke

RSJ.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

a. Riwayat Gangguan Jiwa

Kira-kira sejak 17 tahun yang lalu, pasien pernah mengalami gejala

berupa berteriak seperti ada yang menghantui dan berbicara sendiri,

marah-marah jika keinginannya tidak dipenuhi, berbicara kacau.

2

Kemudian ia dibawa berobat ke alternatif dan keadaan pasien mulai

membaik. Tahun 2010, penyakit pasien kembali kambuh kemudian

pasien dirawat di RSJ.

b. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Riwayat menggunakan zat adiktif disangkal oleh keluarga

c. Riwayat Penyakit Medis Umum

Riwayat sakit berat sebelumnya disangkal, trauma kepala disangkal,

riwayat kejang disangkal.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Periode Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal dibantu oleh dukun.

2. Periode Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Pertumbuhan pasien tidak pernah mengalami gangguan. Pasien mendapatkan

ASI yang cukup.

3. Periode Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pada masa ini, ia tidak berbeda dari anak-anak biasanya. Pasien memiliki

teman yang banyak

4.Riwayat Anak dan Remaja

Menurut keluarga, pasien merupakan anak yang periang..

5. Periode Dewasa

a. Riwayat Pendidikan

Pasien hanya bersekolah sampai kelas 1 Tsanawiyah, kemudian ia putus

sekolah dengan alasan ekonomi.

b. Riwayat Pekerjaan

Sehari-hari pasien bekerja sebagai pedagang jamu.

c. Riwayat Hukum

Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum dan belum pernah

ditangkap dan ditahan oleh polisi.

3

d. Riwayat Perkawinan

Pasien menikah dengan pasangan pilihannya sendiri tahun 1995 dan

dikaruniai 3 orang anak

e. Riwayat Kehidupan Beragama

Pasien beragama Islam

6. Riwayat keluarga

Pasien merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Sejak lahir hingga remaja,

ia dirawat dan diasuh oleh kedua orang tuanya.Ia hidup dalam keluarga yang

memiliki status ekonomi yang kurang. Ibu pasien bekerja sebagai petani.

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tua dan adik-

adiknya. Namun menurut suami pasien, pasien terkadang merasa bahwa dia

tidak disayang oleh orang tuanya karena merasa dibedakan dengan adik

perempuannya.

GENOGRAM :

Keterangan:

: Laki-laki

: Wanita

: Pasien

4

7. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga

Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya. Kebutuhan keluarga

dipenuhi oleh suami dan pasien

8. Riwayat Sosial

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya

9. Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya

10. Persepsi pasien tentang dirinya

Pasien tidak merasa dirinya sakit

E. STATUS MENTAL

I. Deskripsi Umum

a. Kesadaran : Compos mentis

b. Penampilan

Seorang wanita terlihat sesuai dengan usianya memakai seragam RSJ Prov.

Lampung, baju kaos biru polos dan celana biru, penampilan rapi, perawakan

sedang dengan berat badan cukup, kulit sawo matang, rambut panjang,

disisir rapi, kuku pendek dan bersih.

c. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Saat wawancara pasien tenang. Kontak mata dengan pemeriksa cukup

d. Pembicaraan : spontan, lancar, artikulasi jelas, volume cukup, amplitudo

baik, kualitas baik, kuantitas banyak (logore)

e. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

II. Keadaan Afektif

a. Mood : eutimia

b. Afek : luas

c. Keserasian : appropriate

5

III. Gangguan Persepsi :

a. Halusinasi : tidak ada

b. Ilusi : tidak ada

c. Depersonalisasi : tidak ada

d. Derealisasi : tidak ada

IV. Proses Berpikir :

a. Arus pikiran :

1. Produktivitas : cukup

2. Kontinuitas : flight of idea

b. Isi pikiran

Waham kebesaran, pasien meyakini bahwa pasien merasa sangat dekat

dengan tuhan, rasul, dan malaikat.

V. Fungsi Intelektual (Kognitif)

a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan taraf

pendidikan pasien.

b. Daya konsentrasi : cukup

c. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik

d. Daya ingat : Jangka panjang dan jangka menengah baik, jangka pendek

kurang, dan jangka segera baik

e. Pikiran abstrak : kurang

VI. Daya Nilai

a. Norma sosial : baik

b. Uji daya nilai : baik

c. Penilaian realitas : baik

VII.Tilikan

Tilikanderajat 1. Penyangkalan penuh terhadap gangguan dialaminya.

6

VIII. Taraf dapat dipercaya  : Dapat dipercaya

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

a. Tanda-tanda vital:

TD = 110/70 mmHg

N = 72 x/menit

P = 20 x/menit

S = 36,0 C

b. Pemeriksaan Fisik

Mata : Tidak ditemukan kelainan

Hidung : Tidak ditemukan kelainan

Telinga : Tidak ditemukan kelainan

Paru : Tidak ditemukan kelainan

Jantung : Tidak ditemukan kelainan

Abdomen : Tidak ditemukan kelainan

G. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien Ny. A, 35 tahun, pendidikan terakhir SD, agalam Islam, suku Jawa,

beralamat di Kab. Lampung Timur, menikah, telah dilakukan auto-alloanamnesa

pada tanggal 29 Agustus 2014 pukul 14.00 WIB.

Pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, cara berpakaian rapi dan perawatan

diri baik. Pasien dibawa ke RSJ karena merusak barang-barang di rumah hingga

membakarmya, pasien juga berbicara tidak nyambung dan kadang berbicara

sendiri. Keluhan ini sudah terjadi sekitar sekitar 17 tahun. Saat wawancara pasien

dalam keadaan tenang. : spontan, lancar, artikulasi jelas, volume cukup, amplitudo

baik, kualitas baik, kuantitas banyak (logore) dan terdapat flight of idea. Sikap

pasien kooperatif. Pasien menjalani pendidikan hingga kelas 1 Tsanawiyah namun

terputus dikarenakan masalah ekonomi. Saat sekolah pasien tidak pernah ada

masalah baik dalam akademik maupun sosial. Menurut pengakuan keluarga pasien

7

memiliki banyak teman dan disayangi oleh gurunya. Gangguan persepsi tidak

ditemukan. Daya konsentrasi baik, memori segera baik, jangka pendek kurang,

menengah kurang dan panjang baik. Orientasi tempat, waktu dan orang baik.

H. FORMULASI DIAGNOSIS

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna

serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam

pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien

ini mengalami gangguan jiwa.

a. Aksis I

Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan

rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau

kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Tidak ada riwayat penggunaan

zat psikoaktif, Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis

gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1).

Penegakan diagnosis aksis 1 berdasarkan anamnesis dengan pasien dan

keluarga. Pada terdapat pasien waham kebesaran. Hal ini sudah berlangsung

sejak tahun 1997 dan hilang timbul. Gejala mulai muncul kembali 2 hari

sebelum masuk rumah sakit. Dari data ini menjadi dasar diagnosis bahwa

pasien menderita skizofrenia (F.20). Dari anamnesis yang dilakukan

didapatkan adanya waham kebesaran sehingga menjadi dasar diganostik bahwa

pasien menderita skizofrenia paranoid (F20.0). Setelah dirawat lebih dari

satu minggu di RSJ Prov. Lampung gejala-gejala tersebut mulai hilang. Dari

data ini diagnosis aksis I Skizofrenia Paranoid Remisi Tak Sempurna

(F20.04). Dari anamnesis dengan keluarga pasien didapatkan informasi bahwa

pasien mulai mengalami gangguan seperti sekarang ketika berumur 18 tahun,

pasien sering berbicara sendiri dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis

banding dengan Skizofrenia hebefrenik (F20.1)

8

Pada aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada pasien hanya didapatkan

tumbuh kembang saat masa kanak-kanak baik, pasien mampu mengikuti

pendidikan di kelas SMK kelas 1 dengan baik, walaupun harus berhenti karena

faktor ekonomi. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental(F.70).

Jenis kepribadian pasien belum dapat didiagnosis..

Pada aksis III belum ditemukan adanya penyakit fisik . Oleh karena itu belum

ada diagnosis pada aksis III.

Pada aksis IV, pasien tidak memiliki masalah social. Namun pasien tidak tahu

penyakitnya.

Pada aksis V, penilaian Global Assessment of Fungtional (GAF)Scale yaitu 40 -

31 karena masih terdapat adanya gejala berat dan disabilitas berat . GAF

tertinggi selama satu tahun terahir adalah 40-31 (beberapa disabilitas dalam

hubungan dengan realita dan komunikasi , disabilitas berat dalam beebrapa

fungsi).

I. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I : skizofrenia paranoid remisi parsial (F20.04) dd skizofrenia

hebefrenik (F 20.1)

2. Aksis II : belum dapat dinilai

3. Aksis III : belum dapat dinilai

4. Aksis IV : tidak ada diagnosis

5. Aksis V : GAF 40-31(current)

GAF 40-31 (HLPY)

9

II. DAFTAR PROBLEM

1. Organobiologik

Tidak ada ditemukan

2. Psikologik

Pada pasien ditemukan gangguan isi pikir yang berupa waham kebesaran

3. Sosiologik

Pada pasien ditemukan hendaya dalam bidang social sehingga dibutuhkan

sosioterapi.

III. RENCANA TERAPI

a. Psikofarmaka :

Risperidon 2 x 1 mg selama 5 hari

b. Non-medikamentosa

Psikoterapi

a. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara

pengobatan dan efek samping pengobatan

b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol.

c. Membantu pasien untuk menerima kenyataan dan menghadapinya.

d. Mendorong pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-

hari secara bertahap.

e. Menggali kemampuan yang ada pada diri pasien agar bisa

dikembangkan.

Psikoedukasi

Kepada keluarga :

a. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien

tentang gangguan yang dialami pasien.

b. Menyarankan kepada keluarga pasien agar lebih berpartisipasi dalam

pengobatan pasien secara teratur seperti memberikan

10

suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan

pemeliharaan pasien, mengingatkan pasien agar teratur minum obat,

serta mengantar pasien saat pasien kontrol

IV. Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad malam

Pembahasan

Pada pasien ini ditemukan adanya isi pikir yang bermakna serta menimbulkan

suatu distress ( penderitaan ) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan

kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini

mengalami gangguan jiwa.

Pada diagnosis aksis 1, berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis,

tidak ditemukan riwayat trauma kepala, kejang sebelumnya ataupun adanya

kelainan organik. Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol ataupun zat

psikoaktif lainnya. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan

diagnosis gangguan mental organik (F.20) dan penggunaan zat psikoaktif

(F.1)

Penegakan diagnosis aksis 1 berdasarkan anamnesis dengan pasien dan

keluarga. Pada pasien didapatkan waham kebesaran. Waham kebesaran

didapatkan dari ucapan pasien yang merasa dirinya sangat dekat dengan Allah,

rasul dan malaikat. Proses pikir fligt of idea. Gejala muncul sejak 2 hari

SMRS. Dari data ini menjadi dasar diagnosis bahwa pasien menderita

skizofrenia (F.20). Setelah dirawat lebih dari satu minggu di RSJ Prov.

Lampung gejala-gejala tersebut mulai hilang. Dari data ini diagnosis aksis I

11

Skizofrenia Paranoid Remisi Tak Sempurna (F20.04). Dari anamnesis

dengan keluarga pasien didapatkan informasi bahwa pasien mulai mengalami

gangguan seperti sekarang ketika berumur 18 tahun, pasien sering berbicara

sendiri dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis banding dengan

Skizofrenia hebefrenik (F20.1)

Hal ini sesuai dengan pedoman diagnosis dalam PPDGJ III yang dapat

dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada sedikitnya

satu gejala berikut ini yang amat jalas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila

gejala – gejala itu kurang tajam atau jelas).

1. Salah satu dari:

- “thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun

isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

- “thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya;

2. Salah satu dari:

- “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; atau

(tentang “dirinya” : secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota

gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus;

12

- “delusional perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat;

3. Halusinasi auditorik:

a. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus

terhadap perilaku pasien, atau

b. Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri

(diantara berbagai suara yang berbicara), atau

c. Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian

tubuh

4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:

5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap

hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;

6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor;

8. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

13

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal); Harus

ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall

quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi

sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap larut

dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Untuk diagnose aksis I yang menurut PPDGJ III ada pedoman diagnostik untuk

menentukan apakah seseorang tersebut terkena skizofrenia paranoid ( F20.0 ).

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Sebagai tambahan :

a. Halusinasi dan atau waham harus menonjol

1. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah

atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit

(whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing)

2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-

lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol

3. Waham dapat berupa hamppir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”

(delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam

adalah yang paling khas

b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.

Adapun kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM IV adalah

Berlangsung minimal dalam enam bulan

14

Penurunan fungsi yang cukup bermakna di bidang pekerjaan, hubungan

interpersonal, dan fungsi dalam mendukung diri sendiri

Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama

berlangsungnya sebagian dari periode tersebut

Tidak ditemui dengan gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif,

gangguan mood mayor, autisme, atau gangguan organik

Pedoman diagnostik untuk menentukan apakah seseorang tersebut terkena

skizofrenia hebefrenik ( F20.1 ).

Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia

remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)

Keprbadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang

menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan

diagnosis.

Untuk diagnosis yang meyakinkn umumya diperlukan pengamatan kontinu

selama 2 atau 3 lan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang

khas berikut memang benar bertahan :

Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat

diramalkan, sera mannerisme, ada kecendrungan untuk

selalu menyendiri(solitary), dan perilaku menunjukkan

hampa tujuan dan hampa perasaan

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar

(innapropiate), sering disertai oleh cikikikan (giggling) atau

perasaan puas diri (self satisfied), senyum sendiri (self

absorbed smiling), aau oleh sikap tinggi hati, terawa

menyeringai, mannerisme, mengibuli secara bersenda

gurau, keluhan hipokondrial dan ungkapan kata yang

diulang-ulang, proses pikir mengalami disorganisasi dan

pembicaraan tak menentu serta inkoheren.

15

Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikr

umumya menonjol

Dari hasil anamnesis didapatkan pasien memiliki gangguan isi pikir yaitu waham

kebesaran. Maka, dapat disimpulkan bahwa pasien menderita skizofrenia. Dalam hal

ini waham kebesaran yang paling menonjol sehingga mendukung ke arah skizofrenia

tipe paranoid. Saat ini gejala sudah mulai berkurang dibandingkan gejala awal

sehingga didiagnosis sebagai skizofrenia paranoid remisi parsial. Dari anamnesis

dengan keluarga bahwa pasien mulai menderita penyakit ini sejak usia 18 tahun,

sehingga didiagnosis banding dengan skizofrenia hebefrenik.

Diagnosis aksis II

Berdasarkan keterangan dari keluarga pasien dan dari penjelasan pasien. Tidak

didapatkan gangguan tumbuh kembang saat masa kanak – kanak maupun remaja. Hal

ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental ( F70). Pada pasien ciri kepribadian

belum dapat dinilai.

Diagnosis Aksis III

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat pemeriksaan fisik.

Oleh karena itu aksis III belum ada diagnosis

Diagnosis Aksis IV

Pada pasien tidak didapatkan masalah dalam hal gangguan lingkungan sosial.

Diagnosis Aksis V

Penilaian Global Assessment of Fungtional (GAF) Scale yaitu 40 - 31. GAF dalam 1

tahun terakhir adalah 40 – 31 ( beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita

dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi ).

16

Rencana terapi yang diberikan adalah risperidon 2 x 1 mg per hari selama 5 hari

kemudian dinaikkan dosis dalam waktu 1 hingga 3 minggu sampai dosis maintenance

lalu dipertahankan sampai 8-10 minggu lalu diturunkan tiap 2 minggu perlahan lahan.

Alasan penggunaan risperidon pada pasien ini adalah untuk mengobati gejala psikotik

pasien. Risperidon dapat digunakan untuk mengobati gejala yang ada pada pasien

yaitu waham. Menurut Neuropsychiatric Inventory (NPI) ,frekuensi dan keparahan

halusinasi , waham, agresi, dan iritabilitas dapat menurun dengan pemakaian

risperidon. Risperidon juga dapat mengatasi maslah gangguan afek. Penggunaan

risperidon juga tidak membuat perubahan fungsi kognitif pada pasien. Sehingga

penulis memilih risperidon sebagai obat yang tepat untuk pasien ini. Risperidon juga

memiliki efek samping yang kecil untuk terjadinya sindrom ekstrapiramidal dan

mudah didapatkan. Selain psikofarmaka, psikoterapi juga sangat diperlukan. Menurut

penelitian pengobatan hanya dengan obat obat tidak cukup untuk kesembuhan pasien.

Prognosis pada pasien adalah dubia ad malam karena gejala timbul pada usia muda

dan terjadi sudah berulang ulang.

17

Riwayat perjalanan penyakit pasien

18

Pasien merusak barang-barang dirumah, hingga membakar perabotan, marah-marah tanpa sebab, berbicara tidak nyambung, berbicara sendiri

Pasien menikah,

Setelah melahirkan caesar, penyakit pasien kambuh lagi, pasien berteriak ketakutan, berbicara sendiri. Pasien dirawat di RSJ

Gejala pada pasien menghilang, pasien bekerja diluar negeri selama 3 tahun

1979

0-1 thn

1982

1-3 thn

1991

3-12 thn

1997

18 thn

2000

21 th

2003

24 th

2010

31 th 35 th

Agus 20141995

16 thn

Pasien melahirkan anak ke 2, 2 bulan kemudian timbul gejala pasien ketakutan seperti ada yang menghantui, pasien berbicara sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika Edisi

Ketiga.

Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : Jakarta

Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Ilmu

Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : Jakarta

Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams &

Wilkins. 2007

Soewandi, 2002, Simtomatologi Dalam Psikiatri, Yogyakarta: FKUGM

19