jenis-jenis pertumbuhan tanaman · yang berada dalam endosperm sehingga menjadi glukosa dan asam...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
JENIS-JENIS PERTUMBUHAN TANAMAN
Oleh :
Golongan F/Kelompok 2
1. Sheila Natasya Anindia Putri (171510301021)
2. Muhammad Gazza Daffa Viali (171510701024)
3. Jumalia Warokah (171510701046)
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran baik berupa
tinggi, berat, maupun volume. Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan.
Pertumbuhan terjadi pada semua makhluk hidup baik dari makhluk hidup bersel
satu maupun makhluk hidup bersel banyak. Pertumbuhan makhluk hidup bersel
banyak lebih kompleks daripada pertumbuhan makhluk hidup bersel satu.
Pertumbuhan bersifat irreversible atau tidak dapat kembali seperti
keadaan semula, sedangkan perkembangan bersifat reversible atau dapat kembali
seperti keadaan semula. Berbeda dengan perkembangan, pertumbuhan bersifat
kuantitatif atau dapat diukur sedangkan perkembangan bersifat kualitatif atau
tidak dapat diukur. Pertumbuhan dapat terjadi pada makhluk hidup seperti
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Pertumbuhan manusia dan hewan dimulai
ketika manusia dan hewan telah menjadi janin. Pertumbuhan tumbuhan dimulai
ketika biji sudah melewati masa dormansi.
Masa dormansi adalah di mana biji meminimalisir metabolismenya untuk
bertahan hidup di lingkungan yang tidak mendukung. Biji mulai berkecambah
ketika masa dormansi habis tergantikan dengan imbibisi. Masa dormansi habis
ketika biji tersebut dimasuki oleh air dan mengaktifkan enzim pertumbuhan di
dalamnya.
Perkecambahan terjadi ketika biji sudah melakukan imbibisi yang
dibantu oleh enzim. Proses imbibisi adalah proses masuknya air ke dalam biji
sehingga perkecambahan dapat dimulai. Proses imbibisi menandai bahwa biji
sudah mulai tumbuh. Perkecambahan dimulai setelah imbibisi terjadi secara
sempurna atau optimal.
Perkecambahan mempunyai dua tipe yaitu tipe perkecambahan epigeal
dan tipe perkecambahan hypogeal. Perkecambahan tipe epigeal adalah
perkecambahan yang ditandai dengan kotiledon terangkat ke atas tanah karena
bagian hipokotil pada tumbuhan memanjang. Perkecambahan tipe hypogeal
adalah perkecambahan yang ditandai dengan kotiledon yang tetap berada di dalam
2
tanah karena yang memanjang bukan bagian hipokotilnya tapi bagian epikotil
yang memanjang. Tipe perkecambahan hypogel dapat dilihat pada jagung dan
kacang kapri sedangkan tipe perkecambahan epigeal dapat dilihat pada tanaman
sawi dan kacang hijau.
Perkecambahan tipe hypogeal maupun tipe epigeal ditandai dengan
munculnya radikula (calon akar) dan epikotil (calon batang dan daun).
Perkecambahan tipe hypogeal memiliki ciri-ciri bahwa kotiledon tetap berada di
dalam tanah. Perkecambahan tipe epigeal kotiledon terangkat ke atas tanah.
Struktur kecambah tipe hypogeal dan epigeal pada dasarnya sama yang
membedakan hanya letak kotiledonnya. Perkecambahan tipe hypogeal memiliki
kotiledon yang tetap berada di dalam tanah karena hipokotil tidak memanjang
sedangkan epikotil melakukan pemanjangan. Perkecambahan tipe epigeal
memiliki kotiledon yang terangkat ke atas tanah karena hipokotil memanjang dan
epikotil tidak memanjang atau memanjang sedikit.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa memahami dan mengerti jenis-jenis pertumbuhan tanaman dan
dapat membedakan berdasarkan morfologi dan fungsinya.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan bagian-bagian biji
lainya yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi
tumbuhan baru. Tahap awal perkecambahan dimulai pada saat biji menyerap air.
Penyerapan air (imbibisi) terjadi melalui liang biji. Penyerapan air merupakan fase
paling penting karena sebelumnya biji benar-benar kering. Perkecambahan ada
dua yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal (Setiowati dan Furqonita, 2007).
Perkecambahan pada biji diawali dari proses imbibisi, yaitu proses dimana
terjadi penyerapan air sehingga memicu aktifnya hormon giberelin. Hormon
giberelin berguna sebagai pemacu butiran aleuron menyintesis enzim alfa amilase
dan protease. Enzim alfa amilase dan protease akan memecah amilum dan protein
yang berada dalam endosperm sehingga menjadi glukosa dan asam amino yang
bertindak sebagai substrat metabolisme (respirasi). Tahapan selanjutnya, dari
substrat yang berjumlah cukup banyak tersebut maka respirasi akan mengalami
peningkatan dan menghasilkan 5 energi (ATP) (Susilowarno dkk, 2007).
Skarifikasi benih pada bagian pangkal menyebabkan benih lebih cepat
berkecambah dibanding skarifikasi pada bagian lainnya. Kecepatan tersebut
diduga karena skarifikasi dilakukan dekat dengan embrio sehingga proses imbibisi
merangsang terjadinya hidrolisa dan pengaktifan enzim-enzim yang mendorong
terjadinya perkecambahan yang terjadi dekat dengan embrio sehingga lebih cepat
ditranslokasikan ke embrio. Pengaktifan tersebut menyebabkan benih lebih cepat
berkecambah dibanding benih yang diskarifikasi di bagian lain dan benih yang
tidak mendapat perlakuan skarifikasi (Mistian dkk, 2012).
Setelah kecambah melalui proses imbibisi, pertumbuhan tanaman yang
pertama ditandai dengan munculnya calon akar atau yang disebut dengan radikula.
Munculnya akar tersebut merupakan hal yang penting bagi tanaman. Akar pada
tanaman memiliki fungsi untuk menyediakan air beserta nutrisi dalam tanah yang
diperlukan oleh tanaman dalam siklus hidupnya (Lobo et al., 2014).
4
Menurut Handayani (2017), proses perkecambahan pada benih berbeda-
beda walaupun berasal dari buah yang sama. Lamanya proses perkecambahan
pada benih dapat dipengaruhi oleh perbedaan pematangan buah dan karakter pada
biji. Karakter pada biji berbeda-beda dan menyebabkan adanya perbedaan dalam
hal pematangan buah.
Menurut Hasnah (2013), pada beberapa jenis tanaman ukuran benih akan
berpengaruh terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit. Ukuran benih yang
besar dan sedang memiliki potensi tumbuh menjadi bibit yang baik. Ukuran benih
yang kecil memiliki potensi tumbuh menjadi bibit yang kurang baik.
Usaha yang dapat dilakukan oleh manusia selain dari perendaman benih,
untuk mempercepat perkecambahan dapat dilakukan perlakuan pada benih dengan
meletakkannya pada tempat yang gelap. Benih yang diletakkan di tempat yang
gelap lebih cepat mengalami proses perkecambahan daripada benih yang
diletakkan di tempat yang terang. Keadaan tersebut diakibatkan karena cahaya
dapat menguraikan gas asam karbonat yang dapat mengeluarkan oksigen dan
memperbaiki karbon sehingga semua bagian benih mengeras dan mencegah
adanya vegetasi (Washa, 2015).
Faktor eksternal yang memengaruhi proses perkecambahan adalah faktor
lingkungan. Lingkungan pada saat proses perkecambahan harus optimum yang
berarti sesuai dengan kondisi yang diperlukan tanaman. Lingkungan yang tidak
optimum dapat menyebabkan daya perkecambahan akan rendah sehingga benih
membutuhkan waktu yang lama berkecambah (Sebayang, 2014).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengantar Ilmu Tanaman acara 3 tentang “Jenis-jenis
Pertumbuhan Tanaman“ dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Oktober 2017 pukul
11.30-13.30 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian-
Universias Jember
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Alat tulis
2. Bak pengecambah
3. Beaker Glass
4. Sprayer
5. Kertas label
6. Tabel pengamatan
3.2.2 Bahan
1. Benih tanaman monokotil epigeal (sawi)
2. Benih tanaman monokotil hypogeal (jagung)
3. Benih tanaman dikotil epigeal (kacang hijau)
4. Benih tanaman dikotil hypogeal (kacang kapri)
5. Air
6. Media tanam (tanah+pasir dengan perbandingan 2:1)
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengisi bak pengecambah dengan bahan tanam hingga ½ bagian dari tinggi
bak pengecambah
3. Membuat lajur secara berurutan dengan ditandai menggunakan kertas label
pada setiap jenis benih dan pengulangannya
6
4. Rendam benih pada air dalam beaker glass selama 15 menit
5. Menanam benih pada bak pengecambah
6. Melakukan perawatan dan pemeliharaan setiap hari
7. Melakukan pengamatan akhir
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam kegiatan praktikum meliputi:
1. Panjang epikotil (cm)
Panjang epikotil diukur mulai dari kotiledon sampai ke atas bagian
tumbuhan.
2. Panjang hypokotil (cm)
Panjang hypokotil diukur mulai dari kotiledon ke bawah bagian tumbuhan
sampai permukaan tanah.
3. Radikula (cm)
Radikula diukur dengan mengukur akar tanaman.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum selanjutnya akan
dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No U1 Gambar dan Bagian-
bagian Tanaman Epigeal
Panjang Tanaman
Epikotil Hipokotil Radikula
1 1
4 cm 0,6 cm 4,2 cm
2 3 cm 0,5 cm 2,8 cm
3 3 cm 0,5 cm 2,5 cm
4 3 cm 0,5 cm 2,8 cm
2 1
8 cm 13 cm 5 cm
2 14 cm 6 cm 6,7 cm
3 7 cm 5,5 cm 4 cm
4 12 cm 11 cm 4,5 cm
8
No U1 Gambar dan Bagian-
bagian Tanaman Hypogeal
Panjang Tanaman
Epikotil Hipokotil Radikula
1 1
7 cm 1,5 cm 19,7 cm
2 7,3 cm 1,8 cm 23 cm
3 7 cm 1,5 cm 23,6 cm
4 6,2 cm 1,4 cm 27 cm
2 1
1 cm 0 cm 0 cm
2
3
4
4.2 Pembahasan
Berdasarkan letak kotiledonnya, ada dua jenis perkecambahan yaitu tipe
epigeal dan hipogeal. Tipe perkecambahan di bawah tanah (hypogeal) yaitu
epikotil memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di
9
atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah. Contoh
tumbuhan yang mengalami perkecambahan hipogeal adalah tanaman jagung dan
tanaman kacang kapri dan sebagainya. Sedangkan tipe perkecambahan di atas
tanah (epigeal) yaitu hipokotil memanjang sehingga plumula dan kotiledon
melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh tumbuhan yang
mengalami perkecambahan epigeal meliputi sawi dan kacang hijau.
Awalnya perkecambahan ialah suatu proses pertumbuhan dari biji setelah
mengalami masa dormansi. Bila kondisi di sekelilingnya memungkinkan,
ketersediaan air di sekitar biji merupakan faktor penting. Jika kurang tersedianya
air pada sekitar biji maka akan menyebabkan jumlah air yang diambil untuk
berkecambah menjadi semakin rendah atau tidak terpenuhi. Hal ini sangat
berpengaruh besar pada proses perkecambahan. Jika jumlah air yang diserap tidak
mencapai kebutuhan minimum maka proses perkecambahan tidak akan pernah
terjadi. Proses perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi tempat biji
dikecambahkan. Faktor-faktor lingkungan yang berperan adalah air, suhu dan
cahaya.
Perkecambahan pada sebuah biji merupakan tanda permulaan kehidupan,
akan tetapi pada kenyataannya biji itu sudah mengandung tumbuhan ukuran
miniatur, lengkap dengan akar dan tunas embrionik. Pada perkecambahan
tumbuhan memulai kehidupannya tetapi meneruskan pertumbuhan dengan
perkembangan yang temporer dihentikan ketika biji menjadi dewasa dan
embrionya menjadi tidak aktif. Beberapa biji berkecambah segera setelah mereka
berada dalam lingkungan yang sesuai. Biji jenis lain bersifat dorman dan tidak
akan berkecambah, meskipun disemaikan dalam tempat yang menguntungkan,
sampai petunjuk lingkungan tertentu menyebabkan biji mengkakhiri keadaan
dormansi tersebut.
Tanaman epigeal terdiri dari tanaman sawi dan kacang hijau. Tanaman
sawi ialah sekelompok tanaman dari genus Brassica yang dapat dimanfaatkan
daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah.
Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang terkadang mirip satu dengan
lainnya. Ada beberapa jenis tanaman sawi yang perlu diketahui. Pada umumnya
10
tanaman sawi biasanya mempunyai daun yang panjang, tidak berbulu, halus dan
tidak berkrop. Petani biasanya hanya mengenal 3 macam sawi yang sering
dibudidayakan, yaitu: sawi putih (sawi jabung), sawi huma, dan sawi hijau.
Tanaman sawi tidak bisa di tanam langsung dari benih karena akan memiliki
tingkat kematian yang cukup tinggi. Akan tetapi harus dibuat pembibitan terlebih
dahulu. Pembibitan biasanya dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
untuk proses penanaman. Karena lebih efisien benih akan lebih cepat beradaptasi
terhadap lingkungannya.
Cara membudidayakan tanaman sawi sebenarnya tidak sesulit tanaman
sayur yang lainnya seperti tanaman cabai, tanaman tomat, dan tanaman terong.
Cara membudidayakan tanaman sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan
membudidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi
proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk
dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman. Tanman sawi dapat ditanam secara
monokultur maupun tumpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara
lain: wortel, kangkung, dan bawang daun. Sedangkan menanam benih sawi ada
yang melalui pembibitan terlebih dahulu dan ada juga yang secara langsung.
Proses penanaman tanaman sawi yang perlu dilihat adalah kedalaman
proses penanaman, karena tidak boleh terlalu dalam atau terlalu dangkal.
Dengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak
tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu
sebelum proses penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu dengan
menggunakan pupuk kandang 3 – 5 ton/ha dan Kcl 15 kg/ha. Sedang jarak tanam
dalam bedengan 40×40 cm, 30×30 cm, dan 20×20 cm. Pilihlah bibit yang paling
baik, lalu memindahkan bibit tersebut dengan sangat hati-hati, lalu membuat
lubang dengan ukuran 4–8 x 6–10 cm.
Ada beberapa cara pemeliharaan tanaman sawi yang perlu dilakukan.
Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman. Penyiraman ini
tergantung pada musim, bila musim penghujan berlebih maka kita perlu
melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba
kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila
11
tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Dengan cara mencabut
tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Penyulaman adalah proses penggantian
tanaman dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati
atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan
biasanya dilakukan 2–4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan
kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan
dilakukan 1 atau 2 minggu setelah proses penanaman. Apabila perlu dilakukan
penggemburan dan penggulutan pada tanaman sawi bisa dilakukan bersamaan
dengan proses penyiangan. Dan pemupukan tambahan diberikan setelah 3
minggu tanam, yaitu dengan urea 20 kg/ha 1 minggu sekali sampai masa panen.
Proses panen tanaman sawi diharuskan memperhatikan umur panen dan
cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari dan paling pendek umur 40
hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran
daun. ada 2 macam cara untuk proses panen yaitu mencabut seluruh tanaman
beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas
tanah dengan pisau yang tajam. Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah
Pencucian dan pembuangan kotoran, Sortasi, Pengemasan, Penyimpanan, dan
Pengolahan. Setelah proses panen selesai tanman sawi dapat dipasarkan dan juga
manfaatkan sendiri oleh petani.
Sedangkan tanaman hypogeal terdiri atas tanaman jagung dan kacang
kapri. Jagung (Zea mays sp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk
Amerika bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk
Amerika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah
menjadi komponen penting sebagai pakan ternak. Selain sebagai pakan ternak
jagung di manfaatkan sebagai sumber energi. Karena jagung termasuk sayuran
bertepung yang mampu memberikan energi pada tubuh. Termasuk dalam jenis
karbohidrat kompleks membuat konsumsi makanan ini dapat memberikan rasa
kenyang lebih lama sehingga membuat energi berlangsung stabil. Jagung juga
dapat dimanfaatkan sebagai penambah berat badan. Jagung adalah pilihan
12
karbohidrat bagi orang yang memiliki tubuh kurus. Hal ini disebabkan karna
jagung kaya akan karbohidrat serta kalori yang mampu menambah berat badan
bagi seseorang yang kurus.
Kacang kapri adalah sejenis tumbuhan sayur yang mudah dijumpai di
pasar-pasar tradisional Indonesia. Kacang kapri dipanen ketika masih muda dan
bijinya belum berkembang penuh, sehingga berbentuk pipih dan masih lunak. Jika
terlalu tua dipanen polong kapri berserat tebal dan tidak nyaman lagi untuk
dikonsumsi. Kacang kapri dapat di manfaatkan sebagai meredakan flu karena
kandungan vitamin C dalam kacang kapri mampu meningkatkan sistem
imun tubuh untuk memerangi virus flu yang menyerang. Selain meredakan flu
kacang krapri dapat meningkatkan daya tahan tubuh kandungan vitamin B yaitu
riboflavin dalam kacang kapri mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
13
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Tipe perkecambahan ada dua yaitu tipe perkecambahan epigeal dan tipe
perkecambahan hypogeal.
2. Tanaman memiliki bagian yaitu plumula, epikotil, hipokotil, kotiledon, dan
radikula.
5.2 Saran
Para praktikan seharusnya lebih memperhatikan penjelasan asisten
laboratorium untuk menghindari adanya kesalahpahaman antara teori yang
dijelaskan dengan pemahaman praktikan. Saat praktikum dimulai sebaiknya
praktikan datang tepat waktu untuk menghindari keterlambatan mengikuti
praktikum. Praktikan seharusnya duduo dengan kelompoknya masing-masing
untuk memudahkan dalam melakukan praktikum dan untuk menghemat waktu.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, T. M. 2013. Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Pertumbuhan Bibit
Nyamplung (Calophllum inophyllum L.). Warna Benih, 14(2): 119-134.
Lobo, G. A., D. G. Santana., A. N. Salomão., L. S. Rehbein, dan A. P.
Wielewicky. 2014. A Technological Approach to The Morphofunctional
Classification of Seedlings of 50 Brazilian ForestSpecies. Seed Science,
36(1): 87-91.
Mistian, D., Meiriani, dan E. Purba. 2012. Respons Perkecambahan Benih
Pinang(Areca Catechu L.) Terhadap Berbagai Skrafikasi dan Konsentrasi
Asam Giberelat (GA3). Agroteknologi, 1 (1): 15-19.
Sebayang, A., T. C. Nissa, dan N. Rahmawati. 2014. Pengaruh Pemeraman,
Pengeringan, dan Keberadaan Sarcotesta terhadap Perkecambahan Benih
Pepaya (Carica Papaya) Varietas Callina. Agroekoteknologi, 2(3) : 1133-
1141.
Setiowati, T., dan Furqonita, D. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press.
Susilowarno, R. G., R. S. Hartono, Mulyadi, Th. E. Mutiarsih, Murtiningsih, dan
Umiyati. 2007. Biologi SMA untuk kelas XII, Jakarta: Grasindo.
Tri Handayani, T. 2017. Seed Germination and Seedling Morphology Of
Artabotrys Hexapetalus. Nusantara Bioscience, 9(1) : 23-30.
Washa, B. W. 2015. Potential of the Dark as a Factor affecting Seed Germination.
Science and Technology, 5(2) : 28-32.
15
LAMPIRAN DATA
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
DOKUMENTASI
Gambar 1. Tanaman monokotil epigeal Gambar 2. Tanaman dikotil epigeal
(Sawi) (Kacang hijau)
Gambar 1. Tanaman monokotil hypogeal Gambar 2. Tanaman dikotil hypogeal
(Jagung) (Kacang kapri)
28
LITERATUR
Setiowati, T., dan Furqonita, D. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press.
Susilowarno, R. G., R. S. Hartono, Mulyadi, Th. E. Mutiarsih, Murtiningsih, dan
Umiyati. 2007. Biologi SMA untuk kelas XII, Jakarta: Grasindo.
29
Mistian, D., Meiriani, dan E. Purba. 2012. Respons Perkecambahan Benih
Pinang(Areca Catechu L.) Terhadap Berbagai Skrafikasi dan Konsentrasi
Asam Giberelat (GA3). Agroteknologi, 1 (1): 15-19.
Lobo, G. A., D. G. Santana., A. N. Salomão., L. S. Rehbein, dan A. P.
Wielewicky. 2014. A Technological Approach to The Morphofunctional
Classification of Seedlings of 50 Brazilian ForestSpecies. Seed Science,
36(1): 87-91.
.
30
Tri Handayani, T. 2017. Seed Germination and Seedling Morphology Of
Artabotrys Hexapetalus. Nusantara Bioscience, 9(1) : 23-30.
Washa, B. W. 2015. Potential of the Dark as a Factor affecting Seed Germination.
Science and Technology, 5(2) : 28-32.
31
Sebayang, A., T. C. Nissa, dan N. Rahmawati. 2014. Pengaruh Pemeraman,
Pengeringan, dan Keberadaan Sarcotesta terhadap Perkecambahan Benih
Pepaya (Carica Papaya) Varietas Callina. Agroekoteknologi, 2(3) : 1133-
1141.
32
Hasanah, T. M. 2013. Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Pertumbuhan Bibit
Nyamplung (Calophllum inophyllum L.). Warna Benih, 14(2): 119-134.