jawaban tentang sistem pertanian konvensional dan mengapa sistem pertanian konvensional tidak...

Download JAWABAN Tentang Sistem Pertanian Konvensional Dan Mengapa Sistem Pertanian Konvensional Tidak Sustainable Dan Bagaimana Solusinya

If you can't read please download the document

Upload: taufiq-ismail

Post on 25-Oct-2015

1.548 views

Category:

Documents


170 download

TRANSCRIPT

Moch Taufiq Ismail_135040218113008_Agroekoteknologi_20133Tentang Sistem Pertanian KonvensionalSistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistempertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman pangan dengan penambahan unsur eksternal yang telah diikuti banyak negara baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Sehingga, didapatkan produksi yang tinggi.Sistem pertanian konvensional memiliki ciri khas monokultur. Menggunakan bibit unggul hasil persilangan buatan yang bibitnya selalu beli dan butuh unsur hara yang tinggi. Dalam sistem pertanian konvensional sudah menggunakan sistem pengairan sistem irigasi dan menggunakan hormon tumbuh. Namun, dalam sistem pertanian konvensional menggunaan pupuk anorganik (buatan pabrik).Didalam teknik budidaya tanaman konvensional, pengendalian hama, gulma dan penyakit secara rutin memakai pestisida buatan. Karena, penggunaan pestisida menjadi kunci utama dalam memberantas hama, gulma dan penyakit. Sehingga menyebabkan ledakan hama sekunder dan pencemaran tanah, air dan udara karena polusi pestisida.Pertanian konvensional menggunakan teknologi yang sangat umum digunakan di seluruh dunia dan pada kebanyakan komoditi penting pertanian. Teknologi sistem pertanian konvensional, antara lain:Pengolahan tanah intensif.Budidaya monokultur.Aplikasi berbagai pupuk sintetik.Perluasan dan intensifikasi jaringan irigasi.Pengendalian hama, penyakit, gulma dengan pestisida kimia.Manipulasi genom tanaman dan binatang yang menghasilkan varietas - varietas unggul tanaman melalui teknologi pemuliaan tanaman serta rekayasa genetik.Agar pertanian konvensional berhasil meningkatkan produksi sesuai target jangka pendek diperlukan: Inovasi teknologi yang cepat. Modal besar agar produsen dapat menerapkan teknologi produksi dan pengelolaannya. Pertanian skala besar. Penanaman varietas unggul secara seragam dalam areal luas dan terus menerus sepanjang musim. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara intensif dan ekstensif Efisiensi penggunaan tenaga kerja tinggi sehingga mengarah pada penggunaan alat dan mesin pertanian Penerapan prinsip-prinsip agribisnis.Sistem pertanian konvensional di Indonesia sendiri bertujuan untuk memaksimalkan produksi dan memaksimalkan keuntungan. Tanpa memperhatikan konsekuensi jangka panjang dan dinamika ekologi dari sistem pertanian.Pertanian konvensional mulai dikenal di Indonesia ketika VOC menguasai nusantara. Orang Belanda mengusahakan perkebunan sendiri dengan memilih tanah - tanah yang paling baik bagi perkebunannya. Cara untuk mendapatkan tanah yang baik adalah menggunakan cara penggundulan hutan dan menjadikan hutan untuk pertanian konvensional monokultur seperti teh, tembakau, coklat dan kopi. Pada pertanian konvensional di Indonesia sendiri, penggunaan pestisida sangat dianjurkan. Hal tersebut terbukti dari adanya peraturan Pemerintah No. 7/1973 mengenai definisi pestisida dan fungsinya. Petani konvensional Indonesia sering menggunakan teknik spraying (penyemprotan). Diperkirakan, 75% penggunaan pestisida dilakukan dengan cara disemprotkan dari udara. Bentuk formulasi pestisida yang diaplikasikan dengan cara disemprotkan meliputi WP, EC, EW, WSC, SP, FW, WDG.Mengapa sistem pertanian konvensional tidak sustainable dan bagaimana solusinya?Sistem pertanian konvensional tidak sustainable karena menyebabkan: Degradasi dan penurunan kesuburan tanah karena erosi dan pemadatan tanah.Penggunaan air yang berlebihan dan kerusakan sistem hidrologi.Pencemaran lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan.Ketergantungan petani pada input - input eksternal.Kehilangan diversitas genetik seperti berbagai jenis tanaman dan varietas tanaman pangan lokal/tradisional.Peningkatan kesenjangan global antara negara - negara industri dan negara - negara berkembang.Kehilangan pengendalian komunitas lokal terhadap produksi pertanian.Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanianMembahayakan kesehatan manusia dan hewan.Meningkatkan resistensi organisme pengganggu.Terjadi ketidakadilan ekonomi karena adanya praktek monopoli dalam penyediaan sarana produksi pertanian.Ketimpangan sosial antara petani dan komunitas di luar petani.Perkembangan sistem pertanian yang didominasi oleh sistem pertanian dengan input luar yang tinggi tersebut telah membawa dampak negatif pada ekosistem pertanian dan lingkungannya.Dampak positif yang dihasilkan berupa peningkatan produksi tidak bertahan lama. Hal ini karena terjadi penurunan kualitas tanah dan penumpukan residu dalam tanah yang dapat meracuni tanaman. Sehingga sistem ini dianggap tidak arif lagi. Pada perkembangannya sistem pertanian konvensional ini menerapkan panca usaha tani sebagai acuan pengembangan program yang dilakukan.Pertanian konvensional mengakibatkan kerusakan lingkungan serta semakin menghabiskan energi dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Harga energi semakin lama semakin meningkat karena persediaan bahan bakar fosil semakin habis. Dilihat dari sisi ekonomi, keuntungan yang diperoleh dari pertanian konvensional semakin menurun. Fenomena pertanian konvensional dengan segala dampak sampingnya tersebut tidak hanya terjadi di luar negeri. Tetapi sudah dan sedang terjadi di Indonesia, termasuk dalam pelaksanaan program ketahanan pangan. Kondisi lingkungan dan ekonomi di ekosistem persawahan kita sudah sedemikian kritis sehingga sulit untuk melaksanakan kegiatan intensifikasi pertanian secara efektif dan efisien. Berbagai bentuk pemborosan ekonomi, lingkungan dan sosial budaya sedang terjadi di lahan - lahan sawah dan pedesaan saat ini. Kita akan mewarisi generasi mendatang dengan kerusakan dan biaya lingkungan yang sangat mahal yang sulit untuk dikembalikan lagi.Penerapan secara luas dan seragam program ketahanan pangan nasional yang bertumpu pada teknologi pertanian konvensional membuat petani dan kelompok tani semakin tidak berdaya, tidak mandiri dan tidak percaya diri. Mereka sangat tergantung pada uluran tangan pihak - pihak lain terutama pemerintah, pengusaha dan peneliti. Dengan ketergantungan tersebut berbagai potensi, aktivitas, kreatifitas dan kearifan petani menjadi tersumbat dan tidak dapat dimanfaatkan untuk pembangunan bangsa.Berbagai kendala yang dihadapi petani yang meliputi kendala internal seperti keterbatasan bibit, air, pupuk, pestisida, modal, pengetahuan dan teknologi serta kendala eksternal seperti akses pasar, penetapan harga, perubahan iklim dan lain-lainnya telah digunakan oleh pemerintah sebagai alasan melakukan intervensi dalam proses pengambilan keputusan petani dalam mengelola lahannya sendiri yang terbatas. Ketergantungan petani pada pemerintah, pengusaha sarana produksi serta rekomendasi peneliti membuat petani semakin tidak mampu dan tidak berani mengambil keputusan yang terbaik dalam mengelola produksi pertanian yang sesuai dengan keberadaan dan potensi mereka sendiri yang sangat khas lokal.Solusi:Keberlanjutan pertanian dicapai melalui praktek pertanian alternatif yang diberitahukan oleh pengetahuan seluk - beluk proses yang ekologis yang terjadi di lahan pertanian. Yaitu dengan menggunakan sistem pertanian agroekologi yang didasari oleh pertanian yang berlanjut.Agroekologi adalah suatu disiplin ilmiah yang menggunakan teori ekologis untuk belajar, mendesain, mengatur dan mengevaluasi sistem agrikultur yang produktif. Tetapi, juga memelihara sumber daya. Memelihara suatu pertanian produktif yang mendukung hasil dan mengoptimalkan penggunaan dari sumber daya lokal dan memperkecil dampak teknologi modern, sosial ekonomi dan lingkungan yang negatif.Prinsip ekologi:Meningkatkan pendauran ulang biomasa dan mengoptimalkan ketersediaan bahan gizi dan menyeimbangkan bahan gizi yang mengalir.Pengamanan kondisi - kondisi lahan yang baik untuk pertumbuhan. Terutama dengan memanage bahan organik dan meningkatkan lahan aktivitas biotik.Memperkecil kerugian dari radiasi matahari, udara dan air yang melalui manajemen microclimate, pemanenan air dan manajemen lahan serta sampai peningkatan lahan.Penganekaragaman jenis yang berdasarkan asas keturunan agroekosistem pada ruang dan waktu.Meningkatkan interaksi biologi yang menguntungkan dan sinergisme antar agrobiodiversitas sehingga menghasilkan promosi kunci proses ekologis dan jasa ekologis.Pertanian berlanjut (sustainable agriculture), merupakan perpaduan antara sistem pertanian tradisional dan konvensional. Sistem pertanian yang menggunakan prinsip prinsip keseimbangan ekologis serta dapat diterima secara sosial, budaya dan ekonomi. Pada sistem ini dilakukan regenerasi terhadap kualitas tanah. Yaitu dengan meminimalisisir penggunaan pupuk buatan dan pestisida buatan dengan memberikan pupuk organik dan pestisida organik.Melakukan pengendalian HPT secara terpadu dengan cara metode mengimpor musuh alami hama tertentu. Metode ini dikenal sekitar 1 abad lalu di California. Di sana serangga bersisik (Icerya purchasi) dibasmi mengggunakan serangga jenis kumbang (Rodolia cardinalis). Kumbang Rodolia cardinalis telah berhasil memberantas hama serangga bersisik di berbagai belahan dunia. Selain itu, contoh pengendalian hama menggunakan pemangsa alami juga terjadi pada kumbang badak atau dikenal dengan Oryctes Rhonoceros. Kumbang badak diberantas dengan virus yang bersifat patogenPada sistem pertanian berkelanjutan terdapat beberapa kegiatan yang dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan antara lain:Pengelolaan Nutrisi TanamanPengendalian Hama TerpaduSistem RotasiKonservasi LahanAgroforestri (wana tani)Diversifikasi Lahan dan TanamanTanaman PelindungPemasaranPemberdayaan Petani Melalui SLPHTKonsep Sains Petani