analisa perbandingan tingkat efesiensi alat campa sebagai alat tanam padi terhadap cara konvensional...

47
KARYA TULIS ILMIAH ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT EFESIENSI ALAT CAMPA SEBAGAI ALAT TANAM PADI TERHADAP CARA KONVENSIONAL PERTANIAN DALAM PENANAMAN PADI DI KABUPATEN WAJO Disusun Oleh: Fernanda Findi Pahlawan Mukmin SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NURMILAD BOARDING SCHOOL 2012

Upload: nur-milad-boarding-school

Post on 30-Jul-2015

287 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT EFESIENSI

ALAT CAMPA SEBAGAI ALAT TANAM PADI

TERHADAP CARA KONVENSIONAL PERTANIAN

DALAM PENANAMAN PADI DI KABUPATEN WAJO

Disusun Oleh:

Fernanda

Findi Pahlawan

Mukmin

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

NURMILAD BOARDING SCHOOL

2012

Page 2: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

ii

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT EFESIENSI ALAT CAMPA

SEBAGAI ALAT TANAM PADI TERHADAP CARA KONVENSIONAL

PERTANIAN DALAM PENANAMAN PADI DI KABUPATEN WAJO

Disusun Oleh:

Fernanda

Findi Pahlawan

Mukmin

Telah disetujui untuk mengikuti Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) Tingkat

Nasional di Banjarmasin Tahun 2012

Lempong, 1 Juli 2012

Mengetahui,

Kepala sekolah Pembimbing

Dra. Rugaiyah A. Arfah M.Si Ahmad Hani Ridho, SE

NIP. 19611231 198702 02 002

Page 3: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

iii

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu Negara Agraria yang mempunyai potensi tanah yang subur dan luas. Oleh karena itu sebagian besar penduduknya bersumber penghasilan sebagai petani, antaralain dalam bentuk pertanian hasil

padi, Kabupaten Wajo dengan ibukotanya Sengkang Peovinsi Sulawesi Selatan dengan sebagian besar penduduknya berpenghasilan sebagai petani, dalam bentuk

padi, Terletak di bagian tengah Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kurang lebih 250 km dari Makassar, memanjang pada arah laut Tenggara dan terakhir merupakan selat, dengan posisi geografis antara 3º 39º - 4º 16º LS dan 119º 53º-

120º 27 BT. Kabupaten Wajo tergolong beriklim Type B dengan suhu antara 29oC sampai 31oC curah hujan rata-rata 150 mm/tahun1. Dengan tingkat curah hujan

seperti itu, maka banyak petani di Kabupaten Wajo mengairi sawah mereka dengan sistem tadah hujan. Namun dengan suhu udara mencapai 31oC tersebut menjadi kendala bagi para petani untuk bekerja hingga siang hari. Dengan kendala

ini maka berkembanglah di komunitas petani sebuah alat yang dapat membantu mereka dalam menanam padi di sawah yang menurut mereka lebih efisien,

mudah, dan cepat. Oleh karena itu, kami sebagai siswa SMP Nurmilad Boarding School di

Lempong Kabupaten Wajo. tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul“

Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa sebagai Alat Tanam

Padi terhadap Cara Konvensional Pertanian dalam Penanaman Padi di

Kabupaten Wajo”, dengan permasalahannya adalah: 1). Bagaimanakah tingkat perbandingan penggunaan alat Campa dibanding cara konvensional dalam penanaman padi, dari segi: a. Efisiensi Waktu tanam; b. Biaya dan tenaga; c.

Produktivitas dan hasil; d. Usia panen; 2). Apa yang menjadi permasalahan dalam menggunakan alat campa, dari segi, a. Air; b. Penggunaan alat campa; c. Harga

Motode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara kepada pengguna dan bukan pengguna alat Campa serta observasi lapangan di empat Kecamatan di Kabupaten Wajo. Dengan Teknik analisisnya adalah

Deskriptif Kualitatif dengan pendekatan induktif. Hasilnya adalah 1. Alat Campa lebih efesiensi dibanding cara

konvensional, baik dari segi biaya, waktu, tenaga, dan hasil panen serta usia panen lebih cepat. 2. Permasalahnnya : Memerlukan tambahan alat pompa air dari tadah hujan, dari sisi penggunaannya tidak sulit, berkaitan dengan masalah harga alat

campa, hal ini menjadi masalah bagi yang tidak mampu untuk membeli. Adapun Saran yang kami berikan adalah Agar para petani menggunakan

alat campa, sekaligus diperlukan dukungan pemerintah, baik menyangkut pengadaan alat campa maupun sosialisasinya ke seluruh daerah khususnya Sulawesi dan umumnya di Indonesia agar produksi beras Indonesia meningkat

dan kembali menjadi Negara Swasembada beras serta menyaingi Negara-negara tetangga.

Kata Kunci : Campa, Padi, Efisien

Page 4: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

iv

KATA PENGANTAR

Segala rasa syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah karena dengan

kesempatan dan kesehatan yang telah diberikan kepada kami dan juga telah

memberikan ilmu kepada kami, sehingga dengan ilmu ini kami dapat

mempergunakannya dengan baik dalam menyusun karya ilmiah yang berjudul

“ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT EFESIENSI ALAT CAMPA

SEBAGAI ALAT TANAM PADI TERHADAP CARA KONVENSIONAL

PERTANIAN DALAM PENANAMAN PADI DI KABUPATEN WAJO”.

Kami pun sangat senang atas kesempatan yang diberikan kepada kami

dalam mengikuti suatu program yaitu Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR)

2012 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang mana pada kesempatan ini kami

berusaha dengan penuh ketekunan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

Remaja ini dengan baik dan tepat waktu, kami semaksimal mungkin kami lakukan

untuk mewujudkannya.

Tidak lupa pula kami mengucapkan rasa terima kasih kami yang tak

terhingga kepada:

1. Ibu Kepala Sekolah SMP Nurmilad Boarding School, Dra. Rugayah A.

Arfah, M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk meneliti.

2. Guru pembimbing kami dalam penelitian ini bapak Ahmad H. Ridho, S.E

yang telah menyediakan waktunya untuk kami untuk membantu kami

menyelesaikan makalah ini.

3. Orangtua kami yang mendukung kami berupa doa restu, dorongan, dan

semangat, sehingga kami dapat menyelesakan tugas makalah ini dengan tepat

waktu.

4. Teman-teman di Kampus Nurmilad Boarding School yang tidak kami

sebutkan namanya satu persatu yang memotivasi kami serta memberikan

saran dan informasi yang berguna bagi kami.

5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam keberhasilan penelitian ini.

Semoga apa telah dilakukan mendapat pahala dan balasan yang sepadan dari

Allah SWT.

Page 5: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

v

Di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan baik dalam penulisan

maupun penyusunan kata-katanya. Oleh karena itu jika ada kritikan dan saran

yang membangun dalam isi makalah ini kami terima dengan lapang dada.

Lempong, 31 Juli 2012

Penulis

Page 6: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii

ABSTRAK ................................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah............................................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3 D. Manfaat penelitian ........................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 5

A. Pengertian Pertanian ........................................................................................ 5 B. Sejarah Pertanian ............................................................................................. 5 C. Sistem Pertanian Sawah ................................................................................... 8 D. Padi ................................................................................................................ 9 E. Pengertian Efesiensi ....................................................................................... 10 F. Campa .......................................................................................................... 10

BAB III METODE PENULISAN ........................................................................................... 12

A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 12 B. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................................... 12 C. Sumber Data Penelitian .................................................................................. 12 D. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 13 E. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 13 F. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................... 14 G. Analisis Data ................................................................................................. 15

BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................... 16

A. Hasil Penelitian.............................................................................................. 16

1. Efesiensi Campa dalam Waktu Penanaman .................................................. 16 2. Efesiensi Campa dalam Biaya dan Tenaga Kerja .......................................... 17 3. Hasil Padi Menggunakan sistem Campa dibanding Sistem Tanam Pindah...... 17 4. Kekurangan dan Masalah Menggunakan Campa .......................................... 18 5. Usia Panen Menggunakan Campa ............................................................... 19

6. Kemudahan Cara Menggunakan Campa ...................................................... 19 7. Harga Campa di Masing-masing Tempat ..................................................... 19 8. Kemungkinan Seluruh Petani Menggunakan Campa... 19Error! Bookmark not

defined.

B. Pembahasan................................................................................................... 20

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 23

A. Simpulan ....................................................................................................... 23 B. Saran............................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 24

Page 7: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

vii

LAMPIRAN............................................................................................................. 26

Page 8: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara Agraria yang mempunyai potensi

tanah yang subur dan luas. Oleh karena itu sebagian besar penduduknya

bersumber penghasilan sebagai petani. Sebagai salah satu mata pencaharian utama

di Indonesia yaitu petani, maka hasil pertanian harus diupayakan agar lebih

banyak baik dalam kuantitas maupun kualitas. Akan tetapi Tenaga yang kurang

mampu dan waktu terbatas dalam setiap musimnya yang sering kali menjadi

faktor yang membuat banyak petani tidak optimal dalam melakukan penanaman

dan perawatan sawah selama musin tanam, sehingga tidak jarang hasil yang

didapat kurang atau jauh dari apa yang diharapkan oleh para petani di Indonesia.

Oleh karena itu maka dipandang perlu adanya peningkatan atau kemajuan dalam

efesiensi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan bertani agar dapat lebih

meningkat penghasilannya.

Hasil pertanian yang kurang optimal menjadi permasalahan tersendiri bagi

para petani Indonesia di mana pada saat ini Indonesia tidak lagi sebagai Negara

Swasembada beras, akan tetapi Indonesia sudah menjadi Negara pengimpor beras.

Hal ini terjadi karena kurang optimalnya hasil pertanian yang didapat dibanding

Negara-negara tetangga seperti Vietnam dan India yang memiliki berbagai alat

dan cara yang lebih maju dibandingkan alat yang dipakai petani Indonesia dan

mampu menghasilkan beras yang lebih banyak serta mampu mengimportnya ke

berbagai Negara.

Kabupaten Wajo dengan ibukotanya Sengkang adalah salah satu

Kabupaten di Sulawesi Selatan dengan sebagian besar penduduknya

berpenghasilan sebagai petani. Terletak di bagian tengah Provinsi Sulawesi

Selatan dengan jarak kurang lebih 250 km dari Makassar Ibukota Provinsi

Sulawesi Selatan, memanjang pada arah laut Tenggara dan terakhir merupakan

selat, dengan posisi geografis antara 3º 39º - 4º 16º LS dan 119º 53º-120º 27 BT.

Kabupaten Wajo tergolong beriklim Type B dengan suhu antara 29oC sampai

Page 9: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

2

31oC curah hujan rata-rata 150 mm/tahun2. Dengan tingkat curah hujan seperti itu,

maka banyak petani di Kabupaten Wajo mengairi sawah mereka dengan sistem

tadah hujan. Namun dengan suhu udara mencapai 31oC tersebut menjadi kendala

bagi para petani untuk bekerja hingga siang hari. Dengan kendala ini maka

berkembanglah di komunitas petani sebuah alat yang dapat membantu mereka

dalam menanam padi di sawah yang menurut mereka lebih efisien, mudah, dan

cepat.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti

berkenaan alat ini. Penelitian yang penulis fokuskan adalah pada seberapa besar

tingkat efisien dari alat ini terhadap kinerja para petani sehingga memudahkan

petani dalam menanam padinya agar tidak memakan tenaga dan waktu yang

banyak.

Produk ini dibuat menggunakan alat yang cukup sederhana yang

dinamakan oleh penduduk lokal dengan “Campa”. Fungsi produk ini sebagai alat

semi otomatis sederhana yang memudahkan petani menyebarkan bibitnya di

sawah. Di Kabupaten Wajo cara penanaman padi ada beberapa, antara lain:

1. Melalui penyemaian atau Tanam Pindah

Cara penanaman padi yang lazim dilakukan petani di Indonesia adalah

cara ini di mana petani pada awalnya melakukan pemilihan biji dan

menyemai, kemudian menanam kembali setelah disemai selama 25-40

hari.

2. Dengan cara penanam langsung yaitu menabur langsung di sawah.

Cara seperti ini sangat jarang dilakukan petani. Namun cara ini banyak

dilakukan oleh petani di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan yang mana biji

padi atau bibit disebar begitu saja di areal sawah sehingga tumbuhnya

tidak teratur dan dibiarkan hingga panen.

Dengan dua cara di atas, bagi petani yang merepotkan adalah cara nomor

satu, karena untuk penanaman kembali harus dilakukan oleh beberapa orang dan

membutuhkan biaya lebih. Cara yang lebih mudah adalah nomor dua karena bisa

dilakukan oleh satu orang, namun hasilnya juga tidak sebagus cara penanaman

nomor satu dengan resiko lebih banyak. Namun dengan alat yang akan penulis

2. http://www.wajokab.go.id/

Page 10: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

3

teliti ini maka petani mendapatkan kemudahan sebagaimana cara pada dua namun

dengan kualitas atau hasil panen seperti pada nomor satu. Oleh karena itu penulis

akan mencoba teliti sejauh mana tingkat efisiensinya dan juga hasilnya dibanding

dengan dua cara diatas sehingga menjadi solusi bagi para petani di Kabupaten

Wajo khususnya, dengan judul penelitian “Analisa Perbandingan Tingkat

Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional

Pertanian dalam Penanaman Padi di Kabupaten Wajo ”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian Latar Belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat

oleh penulis adalah:

1. Bagaimanakah tingkat perbandingan penggunaan alat Campa dibanding cara

konvensional dalam penanaman padi”, dari segi:

a. Efisiensi Waktu tanam.

b. Biaya dan tenaga

c. Produktivitas dan hasil

d. Usia panen

2. Apa yang menjadi permasalahan dalam menggunakan alat campa, dari segi

a. Air

b. Penggunaan alat campa

c. Harga

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar perbandingan tingkat efisiensi

penggunaan alat Campa dengan cara konvensional pada penanaman padi

dari segi: Waktu, biaya dan tenaga, produktivitas dan hasil, usia panen,

2. Untuk mengetahui permasalahan dalam menggunakan alat campa yaitu

dari segi air, penggunaannya dan harga alat campa

Page 11: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

4

D. Manfaat penelitian

1. Menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjadi

motifasi bagi penulis atau siswa dalam melakukan eksperimen\penelitian

dan mencari informasi.

2. Dapat memberikan solusi atau cara yang dapat memudahan dalam bertani

tanpa memerlukan biaya yang cukup banyak dan tanpa menguras tanaga

serta tidak memerlukan waktu yang cukup lama.

Page 12: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pertanian

Pertanian adalah suatu aktivitas yang dilakukan manusia pada

pemanfaatan sumber daya hayati untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku

industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa

di kenal orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation)

serta pembesaran hewan ternak (raising), juga termasuk mencakup berupa

pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan,

seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti

penangkapan ikan atau eksploitasi hutan3.

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-

bidang di lingkup pertanian. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai

sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena

sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi

dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.

Petani adalah orang yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh

"petani tembakau, atau petani beras". pertanian juga diartikan sebagai kegiatan

budidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.

B. Sejarah Pertanian

Zaman Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan,

merupakan zaman yang turut menentukan sistem pertanian kuno. Perekonomian

kota yang pertama berkembang di sana dilandaskan pada teknologi pertanian yang

berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung, dan juru tulis-juru tulis.4

Tulang punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang

masih penting untuk persediaan pangan dunia: gandum dan barlai, kurma dan ara,

zaitum dan anggur. Kebudayaan kuni dari Mesopotamia - Sumeria, Babilonia,

3. http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian

4. http://www.lab link.or.id/Agro/pertanian.htm

Page 13: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

6

Asiria, Cahldea - mengembangkan pertanian yang bertambah kompleks dan

terintegrasi. Reruntuhan menunjukkan sisa teras-teras, taman-taman dan kebun-

kebun yang beririgasi. Emapt ribu tahun yang lalu saluran irigasi dari bata dengan

sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000 mil persegi tetap ditanami

untuk memberi pangan 15 juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900

tanaman.

Kebudayaan Mesir jaya, yang berpengaruh pada kebudayaan-kebudayaan

Barat sekarang, adalah makmur dalam keberlimpahan pertanian yang dimungkin-

kan oleh kebanjiran Sungai Nil yang menyuburkan tanah kembali. Orang Mesir

adalah ahli dalam mengembangkan teknik drainase dan irigasi. Drainase yaitu

pembuangan kelebihan air, merupakan tuntutan di daerah seperti lembah Nil; hal

ini meminta pengembangan lereng- lereng lahan dan pembuatan sistem

pengangkutan serta saluran air yang efisien. Irigasi yaitu pemberian air pada

tanaman secara buatan, menyangkut penadahan, pengantaran dan pemberian air.

Masalah drainase dan irigasi saling menjalin; pemecahannya oleh orang Mesir

dengan membangun serentetan parit untuk menyimpan air dan saluran yang

melayani kedua tujuan tersebut. Orang Mesir mengembangkan teknik menaikkan

air, yang masih dipakai sekarang. Penemuan yang utama adalah shaduf, yang

memungkinkan menaikkan 2.250 liter air setinggi 1.8 m tiap hari kerja pria.

Teknologi pengolahan tanah dapat dilacak lewat perbaikan cangkul.

Cangkul asalnya dari suatu tongkat bercabang yang lancip dan digunakan dengan

gerakan memotong. Bajak kuno juga hanya merupakan cangkul yang ditarik

manusia (belakangan oleh hewan) untuk menggaruk permukaan tanah, dan kini

masih banyak digunakan di bagian dunia. Kemudian bajak diperbaiki dengan

penemplean besi di bagian yang besinggungan dengan tanah dan dengan

konstruksi yang lebih kuat dan efisien. Orang-orang Mesir menggunakan berbagai

alat potong pada waktu panen, salah satunya adalah arit yang merupakan alat yang

paling baik ketika itu.

Abad pertengahan, dengan runtuhnya Romawi dan Negara Barat,

kemajuan teknologi beralih ke Timur Tengah. Setelah tahun 700 M, kebudayaan

Islam yang menyumbang hasil-hasil kebudayaannya kepada dunia. Kebudayaan

Islam muncul dengan menyumbangkan hasil-hasil teknologi dan ilmu

Page 14: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

7

pengetahuannya yang jauh lebih rasional dan ilmiah dibandingkan dengan

kebudayaan-kebudayaan sebelumnya.

Dalam pertanian ada empat sistem pertanian yang dikenal dan dilakukan di

Indonesia yaitu:

1. Sistem ladang

Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit

dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan

umumnya berupa tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-

umbian.

2. Sistem tegal pekarangan

Sistem ini berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-

sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka

menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya

rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga

yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-

tanaman yang diusahakan terutama tanaman - tanaman yang tahan

kekeringan dan pohon-pohonan.

3. Sistem sawah

Merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah

dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi,

sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem

pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah

merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun

palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan

sistem sawah.

4. Sistem perkebunan

Baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu

milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan negara,

berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-

bahan ekspor seperti karet, kopi, teh, dan coklat yang merupakan hasil

Page 15: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

8

utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan

manajemen yang industri pertanian.

5. Sistem pertanian organik

Sistem ini pada dasarnya adalah menghindari segala pemakaian bahan

kimia terhadap tanah dan tumbuhan. Jadi dalam pengolahannya

menggunakan bahan-bahan alami tentunya pupuk yang digunakan seperti

pupuk kompos organik. Sistem pertanian ini semakin populer saja,

semakin banyak masyarakat yang tersadar akan pentingnya pola hidup

sehat. Karena dalam sistem ini mengandung berbagai manfaat, yaitu

tanaman yang dihasilkan bebas dari residu atau sisa-sisa pestisida dan

bahan kimia lainnya yang disebabkan oleh kegiatan pemupukan. Produk

yang dihasilkan dari sistem organik ini jelas lebih sehat dan segar.

Tanaman yang dibudidayakan secara organik ini mampu menjaga

kelestarian dan keseimbangan alam.

6. Sistem pekarangan

Pekarangan adalah sebidang tanah yang berada di sekitar rumah tinggal

dan umumnya berpagar keliling. Biasanya di lahan pekarangan tumbuh

berbagai ragam tanaman. Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu

kesatuan kehidupan yang saling menguntungkan. Sebagian dari tanaman

dimanfaatkan untuk makanan manusia dan sebagian lagi untuk pakan

ternak, sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang untuk

menyuburkan tanah pekarangan. Dengan demikian, adanya keterkaitan

antara tanah, tanaman, hewan piaraan, dan manusia dalam satu tempat

sebagai satu kesatuan yang terpadu (simbiosis mutualisme).

C. Sistem Pertanian Sawah

Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata,

dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman

budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi.

Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi

memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk

mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan.

Page 16: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

9

Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya

adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan

basah (lowland rice). Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak

berteras untuk menghindari erosi dan menahan air. 5

Beberapa sistem sawah diketahui di Indonesia

1. Sistem Irigasi Teknis.

2. Sawah irigasi setengah teknis.

3. Sawah irigasi sederhana.

4. Sawah irigasi pompa.

5. Sawah irigasi tadah hujan.

6. Sawah irigasi pasang surut.

D. Padi

Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat

Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar

petani di Indonesia.

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman

pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan

subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang

(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Selain Cina dan India, beberapa

wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monotyledonae Keluarga : Gramineae (Poaceae)

Genus : Oryza Spesies : Oryza spp.

Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies,

tersebar di daerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan

Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua

Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya

5. http://id.wikipedia.org/wiki/Sawah

Page 17: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

10

yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika

Barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis

dan Oryza sativa f spontania.

E. Pengertian Efesiensi

Efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia, sebagai usaha untuk

mencapai hasil yang maksimal dengan menggunakan sumber daya yang tersedia,

yang meliputi sumber daya alam, modal, dan manusia dalam suatu waktu..

Sedangkan Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna

pencapaian hasil yang optimum.

Pada dasarnya Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar

telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk

mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan

penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang

diterima. Misalnya suatu pekerjaan dapat dikerjakan dengan cara A dan cara B.

Untuk cara A dapat dikerjakan selama 1 jam sedangkan cara B dikerjakan dengan

waktu 3 jam. dengan begitu dengan cara A baru bisa dikatakan lebih efisien bila

dibandingkan dengan cara B.

Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Efisiensi

merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber daya

biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.

F. Campa

Campa berasal dari bahasa bugis yang secara bahasa berarti “menepuk”.

Menepuk dalam artian ini adalah sebuah pukulan pelan dan lembut yang biasanya

dilakukan untuk menidurkan bayi atau menyentuh bahu (menepuk bahu)

seseorang. Sehingga Campa berarti kegiatan menepuk-nepuk dengan lembut

sesuatu untuk mendapatkan hasil atau memberi efek atas tepukannya.

Campa merupakan sebuah alat pertanian yang sudah mulai berkembang di

masyarakat petani di kawasan Kabupaten BOSOWA (Bone, Soppeng, Wajo).

Walau begitu, alat ini belum digunakan oleh semua petani dikarenakan mahalnya

harga alat tersebut dan jarang ada yang mampu membuatnya.

Page 18: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

11

Keberadaan alat ini belum begitu lama dan belum ada yang mengetahui

siapa yang pertama menciptakan alat ini. Alat ini tersebar begitu saja sesama

petani sehingga sudah diketahui sebagaian besar petani di BOSOWA.

Alat ini belum diproduksi secara masal dan tidak dijual secara bebas,

sehingga petani tidak mudah mendapatkanya begitu saja. Sebagian petani yang

memiliki alat ini, mereka memesan terlebih dahulu produk ini oleh pembuatnya

kemudian mulai dibuat, sehingga untuk mendapatkan alat ini harus terlebih dahulu

melalui pemesanan atau dengan cara lain alat ini bisa dibuat sendiri oleh petani

yang memiliki keahlian merakit.

Sebagaimana namanya Campa yang berarti menepuk, maka penggunaan

alat ini adalah dengan cara menepuk-nepuk sebuah panel sehingga bibit padi yang

ingin ditanam bisa keluar dan tersebar di sawah dengan pengaturan sesuai

pengaturan yang sudah ditentukan pada Campa.

Page 19: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

12

BAB III

METODE PENULISAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan pada karya ilmiah ini adalah

Deskriptif dengan analisa Kualitatif bermaksud membuktikan sebuah persepsi

atau teori berkenaan sebuah alat dengan menganalisa tingkat efektifitasnya.

Menurut Cavaye (1996) dalam suatu penelitian studi kasus dapat menggabungkan

dua metode melalui wawancara mendalam, sebuah stud i kasus dapat melakukan

analisis kualitatif terhadap isu-isu spesifik yang kemudian dapat dijadikan variabel

terukur dan selanjutnya dianalisis secara kuantitatif. (Pendit, 2003: 256).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan selama satu bulan yaitu sejak bulan Juli

2012 sampai Agustus 2012. Lokasi penelitian dilaksanakan dibeberapa kecamatan

di Kabupaten Wajo yaitu; Kecamatan Bola, Kecamatan Majauleng, Kecamatan

Sabang Paru, dan Kecamatan Pamanna

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang penulis dapat sebagai bahan penelitian adalah:

1. Hasil wawancara dengan para petani yang menggunakan alat Campa

berjumlah dua orang yaitu:

a. Bapak Amri

b. Bapak Wello

2. Hasil wawancara dengan para petani yang tidak menggunakan alat

Campa tersebut berjumlah tiga orang yaitu :

a. Bapak Daeng Marade (Bapak Zainuddin)

b. Bapak M. Saing

c. Bapak Anto, Pak Anca, dan Pak Wiro

3. Hasil Observasi dan pengamatan selama satu bulan.

Page 20: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

13

Adapun data lainnya diambil dari beberapa kesaksian dan pengalaman

para petani yang tidak secara langsung diwawancarai berkenaan informasi alat ini.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Warsito (1992: 49), populasi yaitu sekumpulan unsur atau elemen

yang menjadi objek penelitian dan elemen populasi itu merupakan satuan

analisis. Dengan demikian populasi adalah keseluruhan objek yang akan

diteliti baik berupa benda, manusia, peristiwa ataupun gejala yang akan

terjadi. Sedangkan pengertian populasi menurut Kountur (2007: 145)

adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan

perhatian peneliti, objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda,

sistem dan prosedur, fenomena, dan lain- lain.

Populasi yang penulis jadikan sumber dalam penelitian ini adalah para

petani yang berada di wilayah Kabupaten Wajo.

2. Sampel

Sampel menurut Hadi (1983: 63) adalah sebagian individu atau populasi

yang diselidiki. Sedangkan sampel menurut Sugiono (2004: 56) yaitu

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dapat

disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian populasi yang diambil untuk

diselidiki oleh peneliti.

Sampel yang penulis jadikan data pada penelitian ini adalah beberapa

petani yang menggunakan alat Campa dan petani yang tidak menggunakan alat

tersebut akan tetapi mengetahui alat itu secara detil di empat Kecamatan yaitu

Kecamatan Bola, Kecamatan Majauleng, Sabang Paru, dan Pamanna yang semua

terletak pada Kabupaten Wajo

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan

observasi terhadap petani yang menggunakan alat Campa sebagai variable X dan

petani yang tidak menggunakan alat Campa akan tetapi mengenal alat tersebut

dengan baik sebagai variable Y.

Page 21: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

14

F. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara

dengan kuesioner sebagaimana berikut:

1. Apakah bapak mengetahui alat Campa?

2. Apakah bapak menggunakan alat ini dalam mengerjakan sawah

bapak? (Kalau jawaban tidak menggunakan)

3. apakah bapak mengenal alat ini ?

(Kalau menggunakan atau mengenal pertanyaan lanjut)

4. Apakah kelebihan dan kekurangan dengan adanya alat ini?

5. Apakah sudah banyak di gunakan oleh para petani khususnya di

Kabupaten Wajo?

6. Yang manakah menghasilkan lebih banyak ditabur langsung,

disemai, atau dengan mengunakan alat ini (Campa)?

7. Yang manakah mengalami pertumbuhan lebih baik mengunakan alat

ini atau dangan cara lain yaitu disemai dan ditabur langsung?

8. Apakah pada saat melakukan penyemprotan atau pemupukan para

petani tidak susah?

9. Apakah alat ini sudah dipasarkan atau belum?

10. Bagaimana cara mengunakan alat ini?

11. Bagaimana cara membuat alat ini?

12. Apa saja alat dan bahan-bahan dalam pembuatan alat ini?

13. Berapakah biaya pembuatan alat tersebut dan berapa lama

pembuatannya?

14. Barapakah biaya penanaman hasil Semai?

15. Berapakah biaya penanaman hasil Tabur langsung?

16. Berapakah biaya penanaman hasil dengan menggunakan alat ini

(Campa)?

17. Apakah Bapak setuju apabila alat ini benar-benar bagus dan

disebar/dimiliki kepada semua petani untuk meningkatkan hasil

pertanian mereka?

Prosedur pengambilan data selanjutnya ialah dengan melakukan observasi

lapangan dengan mengamati beberapa sawah yang menggunakan teknik

Page 22: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

15

penanaman menggunakan Campa, dengan penyemaian, dan dengan tabur

langsung.

G. Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis berusaha mengumpulkan, menyiapkan dan

meneliti data sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan

penelitian. Teknik analisis yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian

ini adalah deskriptif menggunakan analisis kualitatif yaitu analisis yang

memberikan gambaran suatu kasus berdasarkan data, fakta dan informasi yang

relevan dengan tujuan penelitian dengan metode induktif.

Page 23: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

16

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian yang kami lakukan, kami berhasil mengumpulkan data

dari para petani dari empat (4) Kecamatan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan

berkenaan dengan tingkat efesiensi alat Campa dalam perkembangan pertanian

padi sekarang ini yang kami rangkum sebagai berikut.

1. Efesiensi Campa dalam Waktu Penanaman

Menurut seorang petani yang berdomisili di Kecamatan Bola Desa

Lempong yaitu bapak Daeng Marade (Bapak Zainuddin) mengenai

kelehihan alat Campa, bahwa:

“Kelebihannya lebih cepat dari pada sistem tanam pindah, tapi

keteraturan dan jaraknya sama dengan tanam pindah”

Yaitu bahwa dengan sistem ini tidak lagi petani bekerja dua kali

sebagaimana pada sistem penanaman Tanam Pindah yang harus melalui

semai dulu baru ditanam kembali. Kemudian waktu penanaman padi

menggunakan Campa pun memakan waktu lebih cepat sebagaimana

komentar bapak M. Saing sebagai Ketua Kelompok Tani Maccoppe di

desa Simpursia Kecamatan Pamanna, walau bukan sebagai pemakai

Campa berkomentar sebagai berikut:

“Paling cepat penanaman setengah hari, paling lama satu

hari”.

Begitu pula dengan pendapat bapak Wello di Kecamatan Sabang Paru

dan bapak Amri di Majauleng yang menggunakan Campa masing-masing

berpendapat sebagai berikut:

“Sebentar saja, setengah hari tidak sampai. Di sini satu hari itu dua orang tiga hektar. Kalau Tanam Pindah setengah hari

dua puluh orang untuk satu hektar, cabut bibit dan tanam kembali”.

“Kalau Tanam Pindah selesai sampai satu hari. Kalau Campa

setengah hari saja”.

Page 24: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

17

2. Efesiensi Campa dalam Biaya dan Tenaga Kerja

Sebagaimana efesiensi waktu menggunakan Campa yang dipaparkan

di atas, maka penulis juga meneliti tingkat efesiensi Campa dalam Biaya.

Berikut komentar beberapa petani yang menggunakan Campa:

“Lebih besar biaya menanam, karena harus disemai dulu dan kemudian ditanam lagi. Upah menanam sebesar Rp 70,000/

hari sebanyak 20 orang untuk satu hektar sawah. Jadi totalnya Rp 1,400,000. Kalau menggunakan Campa cukup Rp. 300,000 saja dikerjakan 3 orang. Jadi masing

Rp 100,000”. (Bapak Amri)

“Kalau biayanya beda. Kalau menggunakan Campa biayanya

Rp 150,000/hektar. Kalau ditanam menggunakan 20 orang dengan biaya perorang Rp 40,000, totalnya 800,000 perhektar”. (Bapak Wello).

Kemudian pendapat petani yang tidak menggunakan Campa mengenai

biaya penggunaan Campa sebagai berikut:

“Penanaman satu hektar padi, biaya menggunakan Campa sebesar Rp 120,000. Kalau ditanam biaya Rp 900,000”.

(Bapak Anto, Anca, dan Wiro)

“Kalau satu hektar cukup 3 orang yang menanam

menggunakan Campa selama setengah hari saja. Kalau sistem tanam pindah satu hektar butuh 10 orang penanamannya”. (Bapak Daeng Marade).

3. Hasil Padi Menggunakan sistem Campa dibanding Sistem Tanam

Pindah

Perbandingan hasil panen yang di dapat dengan sistem penanaman

Campa menurut para petani sebagai berikut:

“Kelebihannya hasilnya banyak, lebih banyak dari sistem

Tanam Pindah. Biasanya kalau sistem Tanam Pindah satu petak hasilnya sekitar tujuh karung, kalau pakai Campa hasilnya bisa lebih sepuluh karung sampai empat belas

karung. Jadi bisa sampai dua kali lipat”. (Bapak Amri)

“Hasilnya Sama saja, tergantung air dan perawatannya”.

(Bapak Wello)

“Lebih banyak Campa. Perbandinganya kalau Tanam Pindah hasilnya dua belas karung setengah hektar, kalau Campa bisa

sampai tujuh belas karung”. (Bapak M. Saing)

Page 25: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

18

“Hasil sedikit, lebih banyak yang Tanam Pindah.

Perbandingannya sepuluh. Misalnya satu hektar dapat lima puluh karung kalau mengunakan campa. Kalau Tanam Pindah

dapat enam puluh karung lebih”. (Bapak Anto, Anca, dan Wiro)

4. Usia Panen Menggunakan alat Campa

Menurut data yang dikumpulkan penulis melalui penelitian, beberapa

responden memberikan informasi menarik mengenai usia panen yang

berbeda bila menggunakan teknik Campa, sebagaimana jawaban

responden sebagai berikut:

“Kalau menggunakan Campa cukup tiga bulan saja. Lebih

cepat Campa. Kalau Tanam Pindah bisa sampai empat bulan”. (Bapak Amri)

“Sama juga dengan Tanam Pindah tidak ada beda.” (Bapak Wello)

“Sama”. (Bapak Anto, Anca, dan Wiro)

5. Masalah Menggunakan Alat Campa (Air)

Setiap alat atau cara memiliki permasalahan dan kekurangannya. Di

sini penulis mencoba mendata apa saja yang menjadi kendala dan

kekurangan dari alat ini bagi setiap petani yang menjadi responden,

sebagai berikut:

“Petani di sini tidak menggunakan Campa, Karena disni pengairannya tadah hujan bukan pompa, kalau menggunakan

Campa cepat kering tanah dan tidak tumbuh dan hasilnya tidak banyak”. (Bapak Anto, Anca, dan Wiro).

“Di sini banyak petani pengairannya menggunakan sistem

tadah hujan jadi tanah cepat kering kalau tidak turun hujan. Kalau menggunakan Campa pengairannya harus teratur”.

(Bapak M. Saing)

“Kekurangan alat ini pada masalah air. Kalau kurang airnya maka tidak bisa baik hasilnya. Kalau ditanam biar sedikit

airnya bisa juga bagus hasilnya. Kelebihannya, sama saja yang penting airnya stabil. Pengairan di sini menggunakan

pompa, jadi kalau rusak pompa jadi sulit airnya. Kalau banyak air sama saja hanya saja dengan Campa air tidak bisa terlambat”. (Bapak Wello)

“Sepengatahuan saya kalau dengan Campa airnya harus sedikit dan harus lebih diatur tidak sama dengan ditanam. Jadi

Page 26: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

19

sawah harus dikeringkan kalau tidak padi tidak sampai tanah

dan mengapung di air. Kemudian setelah tumbuh harus diairi kalau tidak ada hujan padi mati. Proses penananam sampai

tumbuh tunas memakan waktu sekitar tiga hari, setelah itu sawah harus digenangi dengan air”. (Bapak Daeng Marade)

Kalau menurut bapak Amri sedikit berbeda. Menurutnya tidak ada

masalah pada sistem tanam Campa. Yang menjadi masalah adalah pada

bibit tertentu yang hasilnya kurang baik bila ditanam dengan sistem

Campa sebagaimana berikut:

“Iya padi bisa rubuh apabila bibit padinya yaitu bibit kuda”. (Bapak Amri)

6. Penggunaan/ Cara Menggunakan Alat Campa

Menilai efesiensi alat selain dari hasil, waktu, dan biaya maka perlu

juga dilihat kemudahan alat tersebut dalam penggunaannya. Berikut

beberapa informasi dari responden berkenaan cara penggunaan Campa:

“Tidak. Saya belum pernah menggunakan. Tapi yang saya lihat mudah tinggal ditarik dan dicampa (ditepuk)”. (Bapak

Daeng Marade)

“Alat ini ditarik sedikit kemudian dicampa (ditepuk), ditarik

kemudian dicampa lagi” (Bapak Amri)

“Ditarik saja alat tersebut dengan tali sebagai bahan ukuran agar lurus”. (Bapak M. Saing).

Selanjutnya peneliti juga menemukan dari hasil wawancara tentang kemungkinan para petani di Kabipaten Wajo bahkan

di Indonesia menggunakan alat campa, yaitu

“Iya menggunakan Campa”. (Bapak M. Saing)

“Setuju tapi tergantung pengairannya sawahnya. Kalau mudah

airnya bisa menggunakan Campa”. (Bapak Wello)

“Iya setuju”. (Bapak Amri)

7. Harga Alat Campa

Harga sebuah produk biasanya menjadi pertimbangan seseorang untuk

membeli dan menggunakan atau tidak sebagai tolak ukur pertimbangan

Page 27: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

20

efesiensi. Berikut informasi mengenai harga alat Campa yang berbeda-

beda di masing-masing Kecamatan walau masih dalam satu Kabupaten.

“Harganya Rp 800,000”. (Bapak Daeng Marade)

“Sekitar 500 ribu”. (Bapak Amri)

“Harganya aslinya Rp 900,000 tapi ada juga yang Rp 700,000

tergantung bahan-bahannya. Ada yg terbuat dari besi, ada yg dari kayu”. (Bapak Wello)

“Beda-beda, yang kayu Rp 450,000. Kalau yang besi Rp 800,000.”(Bapak Anto, Anca, dan Wiro)

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang penulis paparkan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa tingkat efesiensi penggunaan alat Campa bagi pertanian

sawah adalah tinggi bagi para petani baik dari segi biaya, hasil panen, usia panen,

kemudahan alat, dan penggunaan tenaga. Akan tetapi yang menjadi pertimbangan

para petani dalam memilih untuk menggunakan alat Campa tersebut adalah pada

sistem pengairan yang tersedia di kawasan petani tersebut. Ketika Bapak Anto,

Anca, dan Wiro berasal dari Pammana ditanya mengapa tidak menggunakan alat

Campa mereka menjawab:

“Karena di sini pengairannya tadah hujan bukan pompa, kalau menggunakan Campa cepat kering tanah dan tidak tumbuh

dan hasilnya tidak banyak”

Kemudian ketika ditanya apakah suatu saat ada rencana menggunakan

Campa, mereka menjawab:

“Tidak karena pengairannya susah, kecuali menggunakan

pompa dan dipompa sendiri pengairannya karena pengairannya harus diatur keseimbangannya. Kalau lagi musim hujan mungkin bagus tapi kalau tiba-tiba tidak ada

hujan jadi rusak”.

Begitu juga dengan jawaban bapak M. Saing yang juga berasal dari

Kecamatan yang sama yaitu Pammana ketika ditanya sistem tanam di lokasinya

bagaimana, beliau menjawab:

“Di sini banyak padi ditanam saja”.

Page 28: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

21

Kemudian ditanya mengapa tidak menggunakan Campa yang mulai

terkenal di kawasan Wajo, jawabnya:

“Disini banyak petani pengairannya menggunakan sistem tadah hujan jadi tanah cepat kering. Kalau menggunakan Campa pengairannya harus teratur. Kalau ada hujan campa

lebih banyak, tapi karena di sini tadah hujan jadi tidak ada”.

Akan tetapi ketika ditanya apakah ada yang menggunakan Campa,

jawabnya:

“Ada itu lihat padi yang masih muda itu, itu menggunakan

Campa”.

Lalu penulis menanyakan sistem pengairannya kalau di lokasi ini

menggunakan tadah hujan, mengapa ada yang bisa menggunakan Campa.

“Pengairan melalui bor”.

Lalu jawaban petani di Kecamatan Sabang Paru mengenai kendala alat

Campa sebagai berikut:

“Kekurangan alat ini pada masalah air. Kalau kurang airnya maka tidak bisa baik hasilnya. Kalau ditanam biar sedikit

airnya bisa juga bagus hasilnya. Pengairannya menggunakan pompa, jadi kalau rusak pompa jadi sulit airnya”.

Sedangkan bagi petani di Kecamatan Majauleng, mereka tidak ada

masalah dengan penggunaan alat ini karena sistem pengairan mereka

menggunakan pompa yang langsung dari air sungai Wallennae yang tidak pernah

kering walau musim kemarau, sehingga mereka dapat mengatur dengan leluasa

penggunaan air pada sawah mereka. Ketika ditanya berapa banyak yang

menggunakan Campa, bapak Amri menjawab:

“Iya rata-rata petani di sini sudah menggunakan Campa”.

Dengan demikian tingkat efesiensi alat Campa dalam hasil, waktu, biaya,

dan penggunaan cukup tinggi kalau tidak terkendala pada masalah pengairan.

Berikut data tingkat efesiensi alat Campa yang penulis jelaskan dalam bentuk

tabel.

Page 29: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

22

Tabel. 1

No Keterangan Efektifitas Responden Alat

Campa

Tanam

Pindah

1 Efesiensi Waktu Penanaman

Responden 1

Responden 2 Responden 3 Responden 4

Responden 5

v

v v -

v

-

- - -

-

2 Efesiensi Biaya dan Tenaga Kerja

Responden 1 Responden 2

Responden 3 Responden 4 Responden 5

v v

v v v

- -

- - -

3 Efesiensi dari Hasil Panen Padi

Responden 1

Responden 2 Responden 3

Responden 4 Responden 5

-

v v

- v

-

- v

v -

4 Efesiensi dalam Pengairan Sawah di masing-masing lokasi petani/responden

Responden 1

Responden 2 Responden 3 Responden 4

Responden 5

-

v v -

-

-

- - v

v

5 Efesiensi pada Usia Panen Padi

Responden 1 Responden 2

Responden 3 Responden 4 Responden 5

- v

v v -

- -

v v -

6 Efesiensi pada Kemudahan dalam masing-masing SistemTanam

Responden 1

Responden 2 Responden 3

Responden 4 Responden 5

v

v -

- v

-

- -

- -

7 Efesiensi Harga Alat Campa dibanding biaya upah tanam bibit padi

Responden 1 Responden 2

Responden 3 Responden 4

Responden 5

- v

v v

-

- -

- -

-

8 Petani / Responden yang Setuju Alat

Campa dipakai seluruh petani

Responden 1 Responden 2

Responden 3 Responden 4 Responden 5

- v

v - v

- -

v v -

Total (v) 26 8

Page 30: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

23

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan, maka hasil

penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa dengan alat Campa ini para petani merasakan efesiensi yang tinggi

dalam hal pengeluaran biaya, waktu, tenaga, dan hasil panen serta usia panen

lebih cepat. Bahkan efesiensi ini juga diakui oleh petani yang tidak

menggunakan Campa seperti Bapak Anto, Anca, dan Wiro

2. Penggunaan alat Campa ini, yang mmmenjadi permasalahan adalah dari sisi

air harus teratur karena penggunaan air dengan sistem tadah hujan, sehingga

memerlukan atau harus memiliki pompa untuk pengairannya, kalau dari sisi

penggunaannya tidak terlalu sulit dan bisa dikatakan para petani akan mampu

menggunakan alat campa tersebut dan yang menjadi permasalahan lainnya

adalah harga menjadi masalah terutama bagi petani yang kurang mampu.

B. Saran

1. Saran yang dapat penulis berikan kepada petani agar mencoba menggunakan

alat ini dan belajar kepada yang pernah menggunakan alat ini untuk

meningkatkan produktivitas panennya. Bila terkendala pada pengairan, maka

bisa diselesaikan dengan menggunakan pompa dari sumber air yang

mencukupi

2. Agar para petani menggunakan alat campa, sekaligus diperlukan dukungan

pemerintah, baik menyangkut pengadaan alat campa maupun sosialisasinya ke

seluruh daerah khususnya Sulawesi dan umumnya di Indonesia agar produksi

beras Indonesia meningkat dan kembali menjadi Negara Swasembada beras

serta menyaingi Negara-negara tetangga.

Page 31: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

24

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

MM. Sri Setiyati Harjadi, Pengantar Agronomi, 1984.

B.S. Vegara, dkk, Bertanam Padi Sawah, Penerbit Swadaya. 1990

Soemarjono, dkk, Bertanam Padi Sawah, Penerbit Swadaya. 1990

Brew , james, L.. Genetika Pertanian, 1983

Sumber Internet

http://www.wajokab.go.id/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian

http://www.lablink.or.id/Agro/pertanian.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Sawah

Keterangan Responden:

1. Bapak Daeng Marade : Responden 1

2. Bapak Amri : Responden 2

3. Bapak Wello : Responden 3

4. Bapak Anto, Anca & Wiro : Responden 4

5. Bapak M. Saing : Responden 5

Sumber Responden

1. Nama : Daeng Marade (Zainuddin)

Jenis Kelamin : Laki- laki

Tempat/tahun lahir : 1964

Umur : 48 tahun

Alamat : Talaga’E Desa Lempong, Kec. Bola

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Page 32: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

25

2. Nama : Amri

Jenis Kelamin : Laki- laki

Tempat/tahun lahir : 1963

Umur : 49 tahun

Alamat : Desa Tua, Kec. Majauleng

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

3. Nama : Wello

Jenis Kelamin : Laki- laki

Tempat/tahun lahir : 1962

Umur : 50 Tahun

Alamat : Desa Wage, Kec. Sabang Paru

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

4. Nama : Anto

Jenis Kelamin : Laki- laki

Tempat/tahun lahir : -

Umur : -

Alamat : Desa Simpursia, Kec. Pammanna

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

5. Nama : Muhammad Saing

Jenis Kelamin : Laki- laki

Tempat/tahun lahir : -

Umur : -

Alamat : Desa Simpursia, Kec. Pammanna

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani (Ketua Kelompok Tani Maccope)

Page 33: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

26

LAMPIRAN

Lampiran Biodata Peneliti

Peneliti 1

Nama : Fernanda

Alamat : Parigi, Kec. Bola

Tempat, Tanggal Lahir : Wata Bola, 5 Maret 1999

Agama : Islam

No. HP : 0853 5514 0624

Riwayat Pendidikan : SD. 129 Parigi

SMP Nurmilad Boarding School

Hobby : Membaca

Cita-cita : Dokter

Peneliti 2

Nama : Findi Pahlawan

Alamat : Bakke, Kec. Pinrang

Tempat, Tanggal Lahir : Bakke, 31 Desember 1998

Agama : Islam

No. HP : 0853 9674 6102

Riwayat Pendidikan : SD. 388 Lempong

SMP Nurmilad Boarding School

Hobby : Membaca

Cita-cita : Dokter

Peneliti 3

Nama : Mukmin

Alamat : Todang Kalung

Tempat, Tanggal Lahir : Todang Kalung, 18 Maret 1999

Agama : Islam

No. HP : 0853 9802 7129

Riwayat Pendidikan : SD. 388 Lempong

SMP Nurmilad Boarding School

Hobby : Badminton

Cita-cita : Polisi

Page 34: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

27

Lampiran Photo

Gb 001. Wawancara dengan Bapak Daeng Marade dan model Campa buatan sendiri

Gb 002. Gambar botol bekas sebagai wadah bibit padi yang akan ditanam

Gb 003-4. Gambar contoh persawahan dengan sistem tanam tabur yang ada di Kecamatan Bola terkesan tidak teratur

Page 35: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

28

Gb 005. Wawancara dengan bapak Amri di Kecamatan Majauleng

Gb 006. Bapak Amri bersama alat Campa-nya

Gb 007.

Tuas kayu yang dicampa (ditepuk)

untuk menjatuhkan / membuka

penutup yang menjatuhkan bibit padi

Page 36: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

29

Gb 008. Media untuk menyerok bibit padi yang kemudian dituang dibotol/media tanam padi

Gb 009. Media/botol tanam padi dimana ketika melakukan kegiatan tanam padi dimasukkan ke dalam botol,

kemudian ketika tuas campa ditepuk, maka lubang penutup padi terbuka dan bibit jatuh ke tanah

Gb 010. Per/pegas yang dipasang pada alat yang berfungsi mengembalikan tuas pada posisi semula

Lubang penutup

Page 37: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

30

Gb 011. Kayu dan karet bekas ban yang berfunsi sebagai penggaris untuk patokan penanaman padi di sebelahnya

Gb 012. Kayu yang dibengkokkan sebagai landasan / roda alat Campa.

Gb 013. Lahan yang baru saja ditanami padi dengan menggunakan Campa

Gb 014. Lahan yang ditanam menggunakan Campa setelah satu minggu penanaman. Terlihat tunas padi baru

tumbuh. Pada awal penanaman hingga minggu pertama sawah tidak digenangi air tapi tidak juga kering. Tanah

harus dalam keadaan lembab / basah

Page 38: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

31

Gb 015. Usia padi setelah 2 minggu penanaman. Sawah sudah harus digenangi air

Gb 016. Contoh penanaman padi menggunakan Campa terlihat rapi dan teratur, lebih teratur dari penanaman

dengan cara Tanam Pindah

Gb 017. Pengairan sawah dengan metode Campa harus diatur agar tetap lembab dan basah, tidak harus tergenang

Page 39: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

32

Gb 018. Wawancara dengan Bapak Wello di Kecamatan Sabang Paru

Gb 019. Campa yang disewa di Kec. Sabang Paru yang berasal dari Kabupaten Soppeng

Gb 020. Campa dari Soppeng secara teknis sama walau secara struktur sedikit berbeda dari yang dimiliki di

Kec.Majauleng

Page 40: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

33

Gb 021. Wawancara dengan bapak Anto, Anca, dan Wiro di Kec. Pammana. Mereka menggunakan cara Tanam

Pindah

Gb 022. Wawancara dengan bapak M. Saing sebagai Ketua Kelompok Tani Maccoppe di Kec. Pammanna

Gb 023. Kondisi padi di Kec. Pamanna yang pengairannya dengan Tadah Hujan yang mengalami kekeringan

karena tidak dapat air. Sehingga sulit jika menggunakan sistem tanam Campa

Page 41: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

34

Lampiran Wawancara

Wawancara I dengan Petani Bapak Daeng Marade

Di Kecamatan Bola

Tanya : Apakah bapak mengenal alat Campa?

Jawab : Iya saya tahu

Tanya : Apakah bapak menggunakan alat ini?

Jawab : Tidak, saya belum menggunakan tapi baru mau menggunakan

Tanya : Apa menurut bapak kelebihan dan kekurangannya?

Jawab : Kelebihannya lebih cepat dari pada sistem Tanam Pindah, tapi keteraturan dan jaraknya sama dengan Tanam Pindah

Tanya : Berapa waktu penanaman dengan menggunakan Campa

Jawab : Kalau satu hektar cukup 3 orang yang menanam menggunakan Campa selama setengah hari saja.

Tanya : Kalau dengan sistem Tanam Pindah berapa lama?

Jawab : Kalau sistem Tanam Pindah satu hektar butuh sepuluh orang penanamannya

Tanya : Kekurangannya apa menurut bapak?

Jawab : Sepengatahuan saya kalau dengan Campa airnya harus sedikit dan harus lebih diatur tidak sama dengan ditanam. Jadi sawah harus dikeringkan kalau tidak padi tidak sampai tanah dan mengapung di air. Kemudian setelah tumbuh harus diairi kalau tidak ada hujan padi mati. Proses penananam sampai tumbuh tunas memakan waktu sekitar tiga hari, setelah itu sawah harus digenangi dengan air.

Tanya : Sistem perairan di sini pakai apa?

Jawab : Tadah hujan

Tanya : Menggunakaan alat ini sulit tidak?

Jawab : Tidak. Saya belum pernah menggunakan. Tapi yang saya lihat mudah tinggal ditarik dan di campa (ditepuk)

Tanya : Apakah sudah banyak digunakan petani di desa Lempong Kecamatan Bola?

Jawab : Belum banyak, beberapa saja

Tanya : Sistem penanaman apa yang banyak digunakan di sini desa Lempong Kec, Bola

Jawab : Banyaknya sistem Tabur Langsung, bukan Tanam Pindah

Tanya : Alat tersebut beli atau buat sendiri?

Page 42: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

35

Jawab : Ada yang khusus membuat alat tersebut, tapi saya buat sendiri dan insya Allah baru mau digunakan tanam padi besok

Tanya : Berapa harga alat ini kalau beli?

Jawab : Harganya Rp 800,000

Tanya : Kalau bapak buat sendiri dari bahan kayu, kalau beli apa terbuat dari besi?

Jawab : Kalau beli ada juga kayunya. Bahannya ada dari pipa. Kalau bahannya besi berat kalau dibawa-bawa. Jadi bahannya dari kayu

Tanya : Bapak menggunakan cara apa tanam padinya?

Jawab : Tabur langsung

Tanya : Apakah lebih bagus hasilnya

Jawab : Ya kalau jadi semua lebih banyak tapi kalau diserang tikus banyak yang gagal padinya karena dekat-dekat. Juga kalau mau di beri pupuk dan penyemprerotan harus diinjak padi yang ada karena tidak ada jarak.

Tanya : Selama pembuatan Campa ini, berapa lama waktunya?

Jawab : Cukup lama, itu kalau bahan sudah tersedia. Kalau sudah tersedia cukup satu minggu selesai.

Tanya : Apa bahan-bahannya?

Jawab : Kayu, paku, pipa, botol plastic, per, tempat racun bekas. Yang paling susah adalah kayu untuk kakinya, karena bengkoknya harus sama antara kanan dan kiri

Wawancara II dengan Petani Bapak Amri

Desa Tua Di Kecamatan Majauleng

Tanya : Apakah bapak mengetahui alat Campa?

Jawab : Iya, terbuat dari kayu, botol-botol, dan paralon

Tanya : Bapak buat sendiri atau beli?

Jawab : Punya orang saya pakai, dan karyawan yang menggunakan

Tanya : Berapa harga alat Campa ini?

Jawab : Sekitar Rp 500,000

Tanya : Sebelum menggunakan Campa, bagaimana sistem penanaman padi bapak?

Jawab : Sistem Tanam Pindah

Tanya : Apa kelebihan Campa dibanding sistem Tanam Pindah

Jawab : Hasilnya banyak lebih banyak dari sistem Tanam Pindah

Page 43: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

36

Tanya : Berapa perbandingannya dengan sistem Tanam Pindah?

Jawab : Biasanya kalau sistem tanam pindah satu petak hasilnya sekitar 7 karung, kalau pakai Campa hasilnya bisa lebih 10 karung sampai 14 karung. Jadi bisa sampai dua kali lipat

Tanya : Sudah berapa lama bapak menggunakan Campa?

Jawab : Sudah hampir empat tahun

Tanya : Apakah petani di sini rata-rata sudah menggunakan Campa?

Jawab : Iya rata-rata petani di sini sudah menggunakan Campa

Tanya : Dengan sistem Campa, apakah padinya mudah rubuh/ jatuh?

Jawab : Iya bisa apabila bibit padinya yaitu bibit kuda

Tanya : Jenis bibit apa yang bagus dipakai dengan metode Campa?

Jawab : Apa saja asal bukan kuda

Tanya : Berapa perbandingan biaya menggunakan sistem Tanam Pindah dan campa?

Jawab : Lebih besar biaya menanam, karena harus disemai dulu dan kemudian ditanam lagi

Tanya : Berapa upah menanam kembali per orang dan berapa orang?

Jawab : Sebesar Rp 70,000/ hari sebanyak 20 orang

Tanya : Berapa luas sawah bapak?

Jawab : 1 hektar setengah. Untuk menanam dalam satu hari harus gunain 20 orang

Tanya : Jadi totalnya sekitar 1,4 juta. Kalau menggunakan Campa berapa biayanya?

Jawab : Kalau menggunakan Campa cukup Rp 300,000 saja dikerjakan 3 orang. Jadi masing Rp 100,000

Tanya : Berapa lama waktu penanaman menggunakan sistem Tanam Pindah dan Campa?

Jawab : Kalau Tanam Pindah selesai sampai satu hari. Kalau Campa setengah hari saja

Tanya : Apakah bapak setuju kalau alat ini di sarankan untuk digunakan seluruh petani?

Jawab : Iya setuju.

Tanya : Apakah ada perbedaan umur panen antara Tanam Pindah dengan Campa?

Jawab : Kalau menggunakan Campa cukup tiga bulan saja. Lebih cepat Campa. Kalau Tanam Pindah bisa sampai empat bulan.

Page 44: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

37

Wawancara II dengan Petani Bapak Wello

Di Kecamatan Sabang Paru

Tanya : Apa menurut bapak kelebihan dan kekurangan alat Campa?

Jawab : Kekurangan alat ini pada masalah air. Kalau kurang airnya maka tidak bisa baik hasilnya. Kalau ditanam biar sedikit airnya bisa juga bagus hasilnya. Kelebihannya, sama saja yang penting airnya stabil.

Tanya : Bagaimana sistem pengairan di sini?

Jawab : Pengairannya menggunakan pompa, jadi kalau rusak pompa jadi sulit airnya

Tanya : Lebih banyak sistem yang mana yang banyak menggunakan air?

Jawab : Kalau banyak sama saja hanya saja dengan Campa air tidak bisa terlambat.

Tanya : Bagaimana hasil menggunakan Campa dan Tanam Pindah?

Jawab : Sama saja, tergantung air dan perawatannya

Tanya : Bagaimana dengan lama tumbuhnya?

Jawab : Sama juga dengan yang Tanam Pindah tidak ada beda

Tanya : Berapa biaya menggunakan Campa dengan Tanam Pindah?

Jawab : Kalau biayanya beda. Kalau menggunakan Campa biayanya Rp 150,000 per hektar. Kalau ditanam menggunakan 20 orang dengan biaya per orang Rp 40,000. Totalnya Rp 800,000 per hektar. Cuma rawatnya saja yang beda lebih teratur airnya.

Tanya : Alatnya bikin atau beli?

Jawab : Alatnya disewa Rp 150,000 sehari

Tanya : Alatnya didapat dari mana?

Jawab : Dari Soppeng

Tanya : Berapa harga asli alat ini?

Jawab : Harganya aslinya Rp 900,000 tapi ada juga yang Rp 700,000 tergantung bahan-bahannya. Ada yg terbuat dari besi, ada yg dari kayu.

Tanya : Dari mana tau alat ini?

Jawab : Alat ini dari soppeng awalnya

Tanya : Luas sawah bapak berapa?

Page 45: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

38

Jawab : Cuma 250 meter saja

Tanya : Berapa hasil panen yang biasa bapak dapat?

Jawab : Saya pernah dapat 25 karung

Tanya : Berapa kali panen dalam setahun?

Jawab : Dua kali saja

Tanya : Berapa waktu dipakai dalam menanam padi menggunakan alat ini?

Jawab : Sebentar saja, setengah hari tidak sampai. Di sini satu hari itu dua orang 3 hektar.

Tanya : Kalau menggunakan Tanam Pindah?

Jawab : Kalau tanam sendiri setengah hari 20 orang untuk 1 hektar cabut bibit dan tanam kembali

Tanya : Apakah bapak setuju kalau seluruh petani menggunakan Campa?

Jawab : Setuju tapi tergantung pengairannya sawahnya. Kalau mudah airnya bisa menggunakan campa

Wawancara dengan Petani Pak Anto, Pak Anca, Pak Wiro

Di Kecamatan Pamanna

Tanya : Hasil panen lebih banyak pengguna Campa ?

Jawab : Hasil sedikit lebih banyak yang Tanam Pindah

Tanya : Perbandingannya berapa?

Jawab : Perbandingannya 10. Misalnya 10 hektar dapat 50 karung bila mengunakan Campa, kalau ditanam dapat 60 karung lebih.

Tanya : Biaya operasionalnya lebih murah Campa?

Jawab : Iya

Tanya : Berapa perbandingan biaya 1 hektarnya?

Jawab : Penanaman 1 hektar padi biaya menggunakan Campa sebesar Rp 120,000. Kalau ditanam biaya Rp 900,000.

Tanya : Bapak menggunakan Campa ?

Jawab : Tidak lagi

Tanya : Pernah menggunakan?

Jawab : Pernah

Tanya : Berapa harga Campa?

Jawab : Beda-beda, yang kayu Rp 450,000. Kalau yang besi Rp 800,000

Page 46: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

39

Tanya : Mana yang lebih cepat tumbuh menggunakan Campa atau Tanam Pindah?

Jawab : Campa

Tanya : Lama hingga di panen?

Jawab : Sama

Tanya : Berarti di Pamanna lebih efesien dengan Tanam Pindah?

Jawab : Iya

Tanya : Bagaimana sistem pengairannya?

Jawab : Tadah hujan,

Tanya : Apakah petani di sini ada yang menggunakan Campa?

Jawab : Tidak ada

Tanya : Kenapa tidak ada yang memakai?

Jawab : Karena di sini pengairannya tadah hujan bukan pompa, kalau menggunakan Campa cepat kering tanah dan tidak tumbuh dan hasilnya tidak banyak

Tanya : Apakah ada rencana ke depan untuk mengunakan Campa?

Jawab : Tidak karena pengairannya susah, kecuali menggunakan pompa dan dipompa sendiri pengairannya karena pengairannya harus diatur keseimbangannya. Kalau lagi musim hujan mungkin bagus tapi kalau tiba-tiba tidak ada hujan jadi rusak.

Tanya : Kalau di Kecamatan Sabang Paru banyak yang menggunakan Campa.

Jawab : Iya kalau di kecamatan Sabang Paru rata-rata orang pakai Campa. Di sini sedikit saja.

Wawancara II dengan Petani Bapak M. Saing

Sebagai Ketua Kelompok Tani Macoppe Di Kecamatan Pamanna

Tanya : Bagaimana sistem penanaman padi di sini (kec. Pamanna)?

Jawab : Di sini banyak padi ditanam saja.

Tanya : Kenapa ditanam bukankah di kawasan Wajo mulai terkenal menggunakan Campa?

Jawab : Di sini banyak petani pengairannya menggunakan sistem tadah hujan jadi tanah cepat kering. Kalau menggunakan Campa pengairannya harus teratur.

Page 47: Analisa Perbandingan Tingkat Efesiensi Alat Campa Sebagai Alat Tanam Padi Terhadap Cara Konvensional Pertanian Dalam Penanaman Padi Di Kabupaten Wajo

40

Tanya : Lebih banyak mana hasil padi yang menggunakan Campa dengan Tanam Pindah?

Jawab : Kalau ada hujan Campa lebih banyak, tapi karena di sini tadah hujan jadi tidak ada.

Tanya : Adakan petani di sini yang menggunakan Campa?

Jawab : Ada itu lihat padi yang masih muda itu, itu menggunakan Campa.

Tanya : Berapa biaya yang dikeluarkan dengan cara Tanan Pindah?

Jawab : Kalau Tanam Pindah biaya per orangnya Rp 50,000.

Tanya : Bagaimana pengairan menggunakan Campa di sini?

Jawab : Melalui bor (pompa).

Tanya : Hasil panen lebih banyak Campa atau Tanam Pindah?

Jawab : Lebih banyak campa. Perbandinganya kalau Tanam Pindah hasilnya 12 karung setengah hektar kalau Campa bisa sampai 17 karung. Kalau Tanam Pindah jaraknya beda-beda. Kalau Campa teratur, ringan, dan mudah.

Tanya : Apakah saran bapak untuk petani apabila pengairan bagus, tanah bagus, apakah lebih baik menggunakan Campa?

Jawab : Iya menggunakan Campa.

Tanya : Berapa lama penanaman dengan menggunakan Campa?

Jawab : Paling cepat penanaman setengah hari, paling lama satu hari.

Tanya : Bagaimana menggunakan Campa?

Jawab : Ditarik saja alat tersebut dengan tali sebagai bahan ukuran agar lurus.