iv lemak

Upload: nabil-makarim

Post on 19-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ACARA IVLEMAK

A. Tujuan Tujuan dari Praktikum Acara IV ini adalah untuk mengetahui penentuan kadar lemak dalam bahan pangan dengan melakukan metode ekstraksi dengan menggunakan alat soxhlet.B. Tinjauan PustakaSeperti yang dikemukakan oleh Kantor Surgeon General bahwa ilmu lemak makanan dari hampir tidak sesederhana seperti yang dulu pernah muncul. Proposisi untuk yang manusia yang berusia 50 tahun, bahwa lemak dari makanan adalah kutukan bagi kesehatan didasarkan terutama pada kenyataan bahwa lemak, khususnya lemak jenuh ditemukan terutama dalam daging dan produk susu, mengangkat kadar kolesterol darah. Ini pada gilirannya menimbulkan penyakit seperti itu kolesterol akan menyumbat arteri, kondisi yang dikenal sebagai aterosklerosis yang dari kemudian meningkatkan risiko penyakit arteri koroner, serangan jantung, dan kematian mendadak. Pada 1970-an, setiap langkah individu rantai ini dari lemak kolesterol penyakit jantungelah ditunjukkan diragukan lagi, tapi kebenaran rantai secara keseluruhan belum pernah terbukti. Di Dengan kata lain meskipun dekade penelitian itu masih merupakan proposisi diperdebatkan apakah konsumsi lemak jenuh di atas direkomendasikan tingkat (langkah pertama dalam rantai) oleh siapa pun yang tidak sudah berisiko tinggi penyakit jantung akan meningkatkan kemungkinan dari kematiannya (didapatkan 3 hasil) (Taubes, 2001).Biskuit adalah produk roti yang paling populer di seluruh dunia. Biskuit mengandung karbohidrat yang tinggi, lemak dan kalori namun rendah serat, vitamin, dan mineral yang membuatnya tidak sehat untuk penggunaan sehari-hari. Karena penerimaan di semua kelompok usia, hidup lebih lama diri, rasa yang lebih baik dan posisinya sebagai makanan ringan itu menganggap sebagai produk yang baik untuk fortifikasi protein dan peningkatan nutrisi lainnya.Soyabean merupakan sumber protein yang sangat baik mengandung 35-45% dengan semua asam amino esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh yang tepat. Selain itu, tinggi vitamin, mineral dan antioksidan seperti Isoflavon yang membantu dalam pengurangan kolesterol, mencegah kanker dan regulasi menopause. Bahan utama dari setiap produk biskuit adalah gandum, yang memiliki kekurangan asam amino esensial (Mishra, 2012).Sebaliknya, beberapa asam lemak farmakologi menguntungkan dan bahkan penting untuk kesehatan. Artinya, manusia tidak memiliki enzim untuk membuat mereka, sehingga gejala ketidakhadiran mereka berkembang. Asam linoleat adalah esensial omega-6 (n-6) jenis asam lemak yang mungkin terlalu umum di diet Barat tetapi diperlukan untuk sintesis eicosanoid tetap. Asam linolenat adalah asam lemak esensial yang lain, pada sekarang ini kurang dikonsumsi omega-3 (n-3) Jenis ini memiliki efek spesifik sendiri tetapi juga bisa memanjang dan desaturate memiliki dampak biologis lebih lanjut. EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic asam), sering disebut sebagai "minyak ikan", yang dianggap lebih "kuat" farmakologi dari asam linolenat dalam beberapa hal dan asam lemak omega-3 lain (Lowery, 2004).Minyak dibedakan dari lemak berdasarkan konsistensinya. Minyak berbentuk cair pada suhu ruang, sedangkan lemak berbentuk padat atau semi padat pada suhu dibawah suhu ruang. Pembedaan ini sebenarnya tidak terlalu jelas karena suhu ruang dipengaruhi oleh iklim dan letak geografi. Sifat fisik lemakdan minyak yang penting antara lain warna, odor dan flavor, berat jenis, indeks refraksi, turbidity point dan titik cair. Pengamatan sifat fisik minyak dan lemak ini penting untuk mengenal jenis minyak dan lemak serta untuk mengetahui adanya kerusakan atau pemalsuan (Muchtadi dkk, 2010).Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair. Lemak hewani ada yang berbentuk padat (lemak) yang biasanya berasal dari lemak hewan darat seperti lemak susu, lemak babi, lemak sapi. Lemak hewan laut berbentuk cair dan disebut minyak seperti minya ikan paus, minyak ikan cod, minyak ikan herring. Lemak nabati dibedakan menjadi tiga berdasarkan dapat atau tidaknya digunakan sebagai minyak goreng yaitu drying oil, semi drying oil dan non drying oil. Lemak nabati yang berbentuk padat adalah minyak coklat dan bagian stearin dari minyak kelapa sawit (Winarno, 2004).Lemak tersusun dari suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi alcohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Pada lemak satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. Ketiga molekul asam lemak itu boleh sama boleh berbeda. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh (Poedjiadi, 2009).Lemak adalah suatu campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. Kristal dari fase padat terpisah dan dengan tekanan menggunting/memisah yang cocok, dapat bergerak sendiri lepas dari kristal lain. Jadi lemak mempunyai struktur seperti benda padat plastik. Karena jumlah benda padat dalam lemak berubah-ubah menurut suhu, demikian juga sifat-sifat plastiknya. Sifat-sifat plastik dari lemak menyebabkan lemak digunakan dalam beberapa bahan pangan misalnya pengoles dan pengempuk (Buckle et al, 2010).Konsumsi lemak jenuh yang tinggi di Indonesia salah satunya disebabkan oleh tingginya konsumsi santan. Konsumsi santan di Indonesia dapat diasumsikan sekitar 1,2 kg per kapita per tahun, sehingga jika dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia yang berkisar 220 juta jiwa akan didapatkan bahwa kebutuhan santan di Indonesia adalah 264.000 ton per tahun. Perebusan yang dilakukan pada bahan makanan yang mengandung minyak dan lemak akan mengakibatkan peningkatan asam lemak jenuh. Maulaningrum (2008) menyebutkan bahwa pemanasan minyak goreng yang dilakukan lebih dari empat kali dapat meningkatkan asam lemak jenuh (Oktaviana, 2012).Tahap pertama di dalam proses ekstraksi pada umumnya adalah penghancuran secara mekanis, yaitu bahan mentah dipotong atau dihancurkan menjadi ukuran kecil yang dikehendaki agar mendapat permukaan persentuhan yang luas untuk ekstraksi. Dalam beberapa contoh, seperti pada pengolaha gula dan dalam ekstraksi minyak sayur, proporsi yang tertentu dari hasil yang diinginkan dapat langsung dipindahkan secara penekanan, pada tahap ini dan kemudian bahan padat yang tertinggal dilewatkan ke pabrik ekstraksi (Earle, 1982).Pengujian lemak atau minyak secara kimiawi telah sejak lama dikerjakan. Pengujian ini didasarkan pada penelitian atau penetapan bagian tertentu dari komponen kimia minyak atau lemak. Sebagai contoh yaitu penetapan total minyak atau lemak. Penetapan minyak atau lemak total dilakukan dengan mengekstraksi bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut eter atau pelarut lemak lainnya. Setelah contoh uji bebas air, kemudian dihancurkan dengan cara digiling (Ketaren, 2008).Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipid, sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen yang lain. Karena itu hasilnya disebut lemak kasar (crude fat). Terdapat 2 cara penentuan kadar lemak yaitu cara kering dan cara basah. Pada cara kering bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimbell, kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Karena sampel kering maka pelarut dipilih harus bersifat tidak menyerap air. Apabila bahan masih mengandung air maka akan menyiulitkan pelarut dan menjadi jenuh dengan air. Ekstraksi dengan cara kering dapat dikerjakan secara terputus-putus atau berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dijalankan dengan alat soxhlet atau alat ekstraksi ASTM. Sedangkan cara berkesinambungan dengan alat Goldfisch atau ATSM yang dimodifikasi (Sudarmadji dkk, 2010).Metode yang digunakan dalam penentuan kadar lemak dalam makanan sangat beragam seperti sampel matriks. Ini merupakan ikhtisar dari beberapa metode yang berlaku atau beradaptasi dengan berbagai makanan. Berbagai metode penentuan lemak menyebabkan definisi yang berbeda dari kandungan total lemak. Untuk tujuan pelabelan, FDA telah didefinisikan total lemak sebagai asam lemak yang diperoleh dari total ekstrak lipid dari matriks pangan dinyatakan sebagai trigliserida. Metode-metode ekstraksi dan / atau deteksi mungkin atau mungkin tidak mematuhi secara ketat definisi ini, dan masalah ini mungkin perlu untuk diselidiki lebih lanjut tergantung pada persyaratan ketetapan tersebut (McConville, 2012).Penentuan kadar lemak yang terdapat pada bahan makanan dengan alat ekstraksi sokletasi.labu ekstraksi yang berisi beberapa butir batu didih harus dikeringkan sebelumnya didalam oven pada suhu 105-100 C selama 1 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Contoh yang akan diekstraksi ditimbang kira-kira 5 gram, lalu dimasukkan kedalam kertas saring yang dibuat dari kantong dan ditutup dengan kapas yang tidak berlemak. Kertas saring yang berisi contoh dimasukkan kedalam soklet dan diekstraksi dengan petroleum eter atau dengan pelarut lemak lainnya. Pelarut dipisahkand engan destilasi. Selanjutnya labu dikeringkan dengan pompa compressor untuk menghilangkan pelaut yang masih ada. Kemudian dikeringkan dalam oven selama 1 jam selanjutnya didinginkan dan ditimbang (Hutagalung, 2009).Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Budidarwanti, 2012).Labu lemak yang ukurannya 200 ml dikeringkan dalam oven lalu didinginkan dalam desikator kemudian timbang beratnya. Sampel 5 gr ditimbang dalam saringan timbel yang sesuai ukurannya, kemudian sample dibungkus dengan kertas saring yang bersih. Timbel dan kertas saring yang berisi sample tersebut diletakkan dalam alat ekstraksi soxhlet, kemudian alat kondensor diatasnya dan labu lemak dibawahnya. Setelah itu pelarut hexan atau petroleum eter dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran soxhletnya. Kemudian dilakukan ekstraksi selama 6 jam. Destilasi pelarut yang ada dalam labu lemak, ditampung pelarutnya. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven denagn suhu 100 Oc lalu dikeringkan sampai beratnya konstan. Didinginkan dalam desikator lalu timbang labu beserta lemak yang ada di dalamnya (Setyaji, 2012).C. Metodologi 1. Alat dan Bahan Alat Ekstraksi Soxhlet Eksikator Kertas Saring Bebas Lemak Neraca Analitik Pelarut Organik (benzene)

2. Metodologi Dimasukkan 2 gr sampel ke dalam kertas saring bebas lemakSampel yang sudah dibungkus kemudian digulungSampel dioven sema 8 jam

Sampel ditimbang

Sampel dioven selam 1 jamProses ekstraksi soxhlet selama 5-8 jam atau 10-14 sirkulasiDitambahkan pelarut organik berupa BenzeneSampel dimasukkan ke dalam alat kstraksi soxhletDidinginkan didalam eksikatorSampel kemudian ditimbangKertas saring bebas lemak dioven

D. Hasil dan PembahasanTabel 4.1 Penentuan Kadar Lemak SampelBerat AwalBerat Sebelum SoxhletBerat Sesudah Soxhlet% Lemak

A2,0062,5922,17021,0369

B2,0172,6012,22218,7903

C2,0192,6362,29316,9886

D2,0162,5732,23416,8155

E1,9042,4682,07820,4832

F2,0042,5162,11220,1597

G2,0022,5852,22418,0320

H2,0092,5872,22817,8696

I2,0142,6252,27517,3784

Sumber : Laporan SementaraKeterangan Sampel A dan F = GoodTimeSampel B dan G = Biskuat CoklatSampel C dan H = Nyam-nyam KejuSampel D dan I = OatbitsSampel E = Malkist Abon AyamPembahasan Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adipose.Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tapi dapat diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti kloroform, eter, dan benzena. Senyawa organik ini terdapat dalam semua sel dan berfungsi sebagai komponen struktur sel, sebagai simpanan bahan bakar metabolik, sebagai bentuk untuk mengangkut bahan bakar, sebagai komponen pelindung dinding sel, sebagai komponen pelindung kulit vertebrata. Beberapa senyawa lipida mempunyai aktivitas biologis yang sangat penting dalam tubuh, diantaranya vitamin dan hormon. Ditinjau dari sudut nutrisi, lemak merupakan sumber kalori penting di samping berperan sebagai pelarut berbagai vitamin.Dalam Buckle (2010), menyatakan bahwa lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. Kristal dari fase padat terpisah dengan tekanan menggunting/memisah yang cocok, dapat bergerak sendiri lepas dari kristal lain. Jadi lemak mempunyai struktur seperti benda padat yang plastis. Pada umumnya lemak bersifat plastis bial kandungan padat antara 10% dan 50%. Sifat-sifat plastik dari lemak menyebabkan lemak digunakan dalam beberapa bahan pangan misalnya pengoles dan pengempuk.Dalam bahan makanan, lemak mempunyai peranan yang penting. Lemak memiliki kandungan kalori yang sangat tinggi. Lemak dalam bahan makanan dapat memberikan citarasa kelezatan yang lebih menarik. Kandungan asam lemak sangat penting, yang disebut asam lemak esensial, karena dapat merupakan prekursor pembentukan hormon tertentu seperti prostaglandin. Selain itu juga sebagai penyusun membran yang sangat penting untuk berbagai tugas metabolisme. Lemak juga dapat melarutkan berbagai vitamin, yaitu vitamin A, D, E dan K. Oleh karena itu mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung lemak akan menjamin penyediaan vitamin-vitamin tersebut untuk keperluan tubuh. Lemak dalam tubuh mempunyai peranan yang penting, karena lemak cadangan yang ada yang ada dalam tubuh dapat melindungi berbagai organ yang penting, seperti ginjal, hati dan sebagainya, tidak saja sebagai isolator, tetapi juga kerusakan fisik.Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul antibumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling water out. Pada ekstraksi dengan metode Soxhlet, sampel tidak mengalami kontak langsung dengan pelarut. Berbeda dengan ekstraksi menggunakan metode maserasi. Ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Dibandingkan dengan cara maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi. Makin polar pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak berbeda untuk kedua macam cara ekstraksi.Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren, 2008). Efisiensi ekstraksi lebih baik dari pada metode Batch Solvent Extraction. Sampel dikeringkan, dihaluskan dan diletakkan dalam thimble berpori. Thimble diletakkan dalam alat soxhlet yang dihubungkan dengan kondensor. Labu soxhlet dipanaskan, solven menguap, terkondensasi dan masuk ke bejana ekstraksi yang berisi sampel, dan mengesktraksi sampel. Lemak tertinggal di labu karena perbedaan titik didih. Pada akhir ekstraksi, solven diuapkan dan massa lemak yang tersisa ditimbang.Pada praktikum kali ini, pengujian kadar lemak menggunakan sampel berbagai macam biskuit dari berbagai macam merk. Metode yang digunakan untuk pengujian kadar lemak adalah dengan ekstraksi Soxhlet. Pengujian diawali dengan menghitung berat sampel awal dan berat kertas saring yang akan digunakan untuk membungkus sampel, kemudian sampel dibungkus dan diikat dengan benang dan dimasukkan dalam soxhlet dan dilakukan sirkulasi selama 10 sirkulasi. Sedangkan pelarut yang digunakan berupa benzene. Setelah proses ekstraksi selesai sampel diangin-anginkan dan dioven 5 jam. Setelah selesai dioven sampel dan kertas saring ditimbang beratnya, kemudian dilakukan perhitungan menentukan kadar lemaknya.Penentuan kadar lemak kasar (crude fat) diperoleh dari perhitungan berat sebelum soxhlet dikurangi dengan berat sesudah soxhlet kemudian dibagi berat awal dan dikali 100%. Pada praktikum kali ini didapatkan data untuk sampel A memiliki kadar lemak sebesar 21,0309%, sampel B memiliki kadar lemak sebesar 18,7903%, sampel C sebesar 16,9886%, sampel D sebesar 16,8155%. Pada sampel E didapat nilai kadar lemak kasar sebesar 20,4832%, sampel F sebesar 20,1597%, pada sampel G 18,0320%, pada sampel H sebesar 17,8696% dan sampel I sebesar 17,3784%.Dari data yang telah didapat, dapat ketahui bahwa sampel yang memiliki kadar lemak kasar paling tinggi secara berurutan yaitu sampel A, sampel E, sampel F, sampel B, sampel G, sampel H, sampel I, sampel C dan yang memiliki kadar lemak kasar paling kecil yaitu sampel D. Badan Standarisasi Nasional telah mengatur tentang standar mutu pada biscuit dalam SNI 01-2973-1992. Berikut adalah tabel persyaratan biskuit menurut SNI :NoKriteria Persyaratan

1AirMaks 5%

2ProteinMin 9%

3LemakMin 9,5%

4KarbohidratMin 70%

5AbuMaks 1,5%

6Logam berbahayaNegatif (-)

7Serat kasarMin 0,5%

Dari tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa semua sampel telah sesuai dengan SNI, karena kadar lemak kasar sudah memenuhi aturan yang telah ditetapkan. Semua produk memiliki kadar lemak lebih dari kadar minimum yaitu sebesar 9,5%. Sedangkan perbandingan kadar lemak total pada sampel hasil pengujian dibandingkan dengan label pada kemasan pada sampel A dan F (GoodTime), pada label lemak total sebesar 21,05% per takaran saji. Pada praktikum, sampel A didapat nilai sebesar 21,03% dan pada sampel F sebesar 20,1597%. Pada sampel B dan G (Biskuat Coklat), kadar lemak total pada label kemasan sebesar 12,5% per takaran saji. Sedangkan pada praktikum kadar lemak pada sampel B dan G secara berurutan yaitu 18,7903% dan 18,0320%. Pada sampel C dan H (Nyam-nyam Keju), kadar lemak total pada sampel yaitu sebesar 20%, pada praktikum didapatkan kadar lemak pada sampel C dan sampel H sebesar 16,9886% dan 17,8696%. Pada sampel D dan I (Oatbits) label pada kemasan menunjukkan bahwa kadar lemak total per takaran saji adalah sebesar 13,89%, sedangkan pada praktikum nilai kadar lemak pada sampel D dan I secara berturut-turut adalah 16,8155% dan 17,3784%. Dan pada sampel E (Malkist Abon Ayam), pada label kadar lemak total per takaran saji yaitu 22,2%, sedangkan pada praktikum didapatkan kadar lemak sebesar 20,4832%.Pada sampel GoodTime dan Malkist Abon Ayam kadar lemak yang didapat pada praktikum mendekati nilai yang tecantum pada label kemasan produk yang diuji. Tetapi, pada sampel Biskuat Coklat, Nyam-nyam Keju dan Oatbits hasil analisa kadar lemak pada praktikum lebih besar dibandingkan dengan label pada kemasan produk. Hal ini mungkin dikarenakan pada analisis yang dilakukan hasil yang diperoleh dari ekstraksi soxhlet masih berupa lemak kasar (crude fat), selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen yang lain (Sudarmadji, 2010). Sehingga hasil analisanya menjadi lebih besar dari kadar yang tertera pada label kemasan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar lemak pada bahan pertanian, yaitu sumber dari lemak yang diperoleh misalnya nabati atau hewani. Biasanya lemak yang didapat dari sumber hewani memiliki kadar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sumber nabati. Selain itu lemak dari sumber hewani akan memiliki titik lebur dan berat jenis yang lebih tinggi. Faktor lainnya yaitu proses pengolahan, jika pengolahan bahan yang mengandung lemak tidak sesuaiproses pengolahannya dapat menyebabkan kandungan lemak pada bahan tersebut kan rusak atau bahkan hilang. Faktor yang terakhir yaitu pada saat ekstraksi, meliputi pemilihan tipe pelarut yang tepat, suhu yang digunakan. Kadar air yang tinggi dalam bahan sebelum ekstraksi juga akan mempengaruhi karena memyebabkan lipida sulit untuk terekstraksi dengan pelarut non polar karena bahan pelarut sulit untuk masuk ke dalam jaringan yang basah dan menyebabkan bahan pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga kurang efisien untuk ekstraksi. Tingkat kemudahan ekstraksi bahan kering masih ditentukan olehukuran partikel bahan tersebut. Penghancuran merupakan perlakuan pendahuluan yang sangat penting sebelum ekstraksi.E. Kesimpulan Dari praktikum Acara IV Lemak dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tapi dapat diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti kloroform, eter, dan benzena2. Kadar lemak dalam bahan dapat ditentukan menggunakan ekstraksi soxhlet3. Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik4. Hasil penentuan kadar lemak yang didapat pada praktikum pada sampel A hingga sampel I secara berurutan adalah 21,0369%; 18,7903%; 16,9886%; 16,8155%; 20,4832%; 20,1597%; 18,0320%; 17,8696%; dan 17,3784%5. Pada sampel A, F dan sampel C,H kadar lemak yang dianalisis nilainya mendekati kadar lemak total yang tertera pada label kemasan.6. Pada sampel B,G; sampel C,H; dan sampel D,I kadar lemak yang dianalisis nilainya lebih dari kadar lemak yang tertera pada label kemasan7. Analisis kadar lemak yang didapat nilai yang lebih besar disebabkan karena hasil akhir sampel hasil ekstraksi yang didapat masih berupa lemak kasar (masih terikut fosfolipid, sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen)8. Faktor yang mempengaruhi kadar lemak dalam bahan pertanian yaitu sumber lemak, proses pengolahan serta proses ekstraksi yang dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A et al. 2010. Ilmu Pangan. Univeritas Indonesia Press. Jakarta Earle, P.L. 1982. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya. BogorKetaren, S. 2010. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta Muchtadi, Tien R.dkk . 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta. BandungPoedjiadi, Anna dan F.M Titin Supriyanti. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sharif, Mian K. et al. 2009. Preparation of Fiber and Mineral Enriched Defatted Rice Bran Supplemented Cookies. Pakistan Journal of Nutrition 8 (5): 571-577, 2009Sudarmadji, Slamet. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. YogyakartaWinarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. JakartaMcConville, Teresa. 2012. Fat Content Determination Methods Dietary Fat and Sports Nutrition: A Primer. Journal of Sports Science and Medicine (2004) 3, 106-117Taubes, Gary. 2001. The Soft Science of Dietary Fat. Science, New Series, Vol. 291, No. 5513 (Mar. 30, 2001)Setyaji, Hajar dkk. 2012. Sifat Kimia Dan Fisika Kerupuk Opak dengan Penambahan Daging Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus). Volume 14, Nomor 1, Hal. 17-22 ISSN 0852-8349 Januari Juni 2012 Oktaviana, Ineke Marita. 2012. Pengaruh Frekuensi Perebusan Terhadap Kadar Asam Lemak Jenuh Santan Kelapa. Jurusan Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas BrawijayaHutagalung, Lapendris Edison. 2009. Penentuan Kadar Lemak Dalam Margarin Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Medan. Karya Ilmiah Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera UtaraBudimarwanti, C. 2012. Analisis Lipida Sederhana dan Lipida Kompleks

LAMPIRAN% Lemak = Berat sebelum soxhlet Berat sesudah soxhlet x 100%Berat sampel

= 2,573 2,234 x 100%2,016

= 16,8155%