iv hasil dan pembahasan 4.1 keadaan umum daerah...
TRANSCRIPT
36
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Keadaan Fisik Daerah Penelitian
Kantor KUD Sinar Jaya terletak di Jalan AH. Nasution No 260 B Desa
Cipadung Kulon, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung. Kecamatan
Panyileukan adalah satu kecamatan dari 30 kecamatan di wilayah Kota Bandung.
Dengan luas wilayah 552,7 Ha, Kecamatan Panyileukan berada di ± 700 meter dpl
(di atas permukaan laut). Secara geografis Kecamatan Panyileukan memiliki bentuk
wilayah datar. Suhu maksimum di Kecamatan Panyileukan berkisar 29,85 o C ,
sedangkan suhu minimum 19 o C, sedangkan dilihat dari segi hujan berkisar 2400
mm/th dan jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak sebesar 45 hari
(Monografi Kecamatan Panyileukan, 2016). Kecamatan Panyileukan berbatasan
dengan :
Bagian Utara : Kecamatan Cinambo
Bagian Selatan : Kecamatan Gedebage
Bagian Timur : Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung
Bagian Barat : Kecamatan Ujung Berung
Menurut administrasi pembangunan, Kecamatan Panyileukan dimasukkan ke
dalam wilayah Bandung Timur. Kecamatan ini terdiri atas 4 (empat) kelurahan,
yaitu :
Kelurahan Mekar Mulya
Kelurahan Cipadung Kidul
Kelurahan Cipadung Wetan
37
Kelurahan Cipadung Kulon
Daerah para peternak anggota KUD Sinar Jaya itu sendiri terletak di
Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Secara administratif Kecamatan
Cilengkrang terletak di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan
Cilengkrang adalah kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung yang merupakan
wilayah hasil pemekaran perubahan batas wilayah berdasarkan PP No. 16 Tahun
1987, dibentuk pada tahun 1989 sebagai pemekaran dari Kecamatan Ujung Berung.
Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lembang (Kabupaten Bandung
Barat), di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi (Kabupaten
Bandung), di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ujung Berung, dan di
sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cimenyan (Kabupaten Bandung).
Luas wilayah Kecematan Cilengkrang tercatat 3.011,95 Ha. Kecamatan
Cilengkrang terdiri dari 6 desa yaitu desa Girimekar dengan luas wilayah sebesar
510,24 Ha, Desa Cipanjalu dengan luas wilayah 1.156,73 Ha, Desa Jatiendah
dengan luas wilayah 92,40 Ha, Desa Ciporeat dengan luas wilayah 558,89 Ha, Desa
Melatiwangi dengan luas wilayah 256,49 Ha dan Desa Cilengkrang dengan luas
wilayah 558,89 Ha.
Secara umum daerah Kecamatan Cilengkrang merupakan daerah berbukit
yang terdiri dari daratan dengan ketinggian 700 mdpl s/d 1.300 mdpl. Suhu udara
di daerah penelitian berkisar antara 19-23o C. Dengan kisaran suhu tersebut
merupakan daerah yang dimana cocok dalam beternak sapi perah. Ketinggian di
daerah tropis merupakan hal yang penting untuk sapi perah yang berasal dari iklim
sedang atau sapi keturunan untuk dapat mempertahankan produksi susunya, karena
tempat yang tinggi (1.000 mdpl) dapat dicapai suhu antara 15-21o C yang
38
merupakan suhu udara yang ideal untuk pemeliharaan sapi perah jenis Fries
Holland yang umumnya banyak dimiliki oleh peternak (Sudono, 1990).
4.1.2. Keadaan Sosial Ekonomi Daerah Penelitian
Untuk mengetahui kedaan sosial dan ekonomi pada penduduk di Kecamatan
Cilengkrang maka dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya :
1. Aspek Pendidikan
Pendidikan merupakan sumber daya terpenting, karena melalui sekolah atau
pendidikan formal dan informal senantiasa dipelihara bahkan terus dipertajam
sehingga manusia dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan,
menimbulkan gagasan-gagasan, adanya penemuan-penemuan, dan dapat
meningkatkan berbagai kegiatan membangun (dari segi kehidupannya), dengan
adanya pendidikan pengetahuan seseorang akan secara cepat didapat atau
tersampaikan (Mardikanto dan Sutarni, 1982). Dari aspek pendidikan penduduk
Kecamatan Cilengkrang, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Cilengkrang
No Pendidikan Jumlah
(Orang) (%)
1 Belum bersekolah 3.862 8,50
2 Tidak bersekolah 3.975 8,75
3 Tamatan SD 17.614 38,77
4 Tamatan SMP 9.346 20,57
5 Tamatan SMA 5.943 13,08
6 Tamatan perguruan tinggi 4.693 10,33
Jumlah 45.433 100,00
Sumber : Monografi Kecamatan Cilengkrang Tahun 2014
Tabel di atas menunjukan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kecamatan
Cilengkrang sebagian besar adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) dengan 38,77%,
rata-rata penduduk yang berprofesi sebagai peternak dan petani hanya mengenyam
39
pendidikan sampai sekolah dasar meskipun ada sebagian peternak dan petani
mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Kurangnya aspek pendidikan di
Kecamatan Cilengkrang karena anggapan masyarakat yang tidak begitu
mementingkan pendidikan dan kemauan masyarakat yang kurang dalam
melanjutkan pendidikannya dan memilih untuk bekerja, selain itu juga keterbatasan
ekonomi yang rendah menjadi salah satu alasan mereka tidak melanjutkan
pendidikannya.
2. Aspek Ekonomi
Ekonomi merupakan aspek yang mengkaji tentang pengurusan daya
material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Aspek ekonomi juga menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat pada
suatu wilayah. Secara ekonomi penduduk di Kecamatan Cilengkrang terdapat
berbagai tingkat ekonomi. Adapun mata pencaharian penduduk kecamatan
Cilengkrang adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Cilengkrang
No Mata Pencaharian Jumlah
(Orang) (%)
1 Petani 2.394 15,16
2 Pengrajin/industri kecil 29 0,18
3 Buruh industri 736 4,66
4 Buruh bangunan 1.145 7,30
5 Buruh tani 1.010 6,39
6 Buruh perkebunan 600 3,80
7 Pedagang 145 0,91
8 PNS 198 1,25
9 TNI/Polri 261 1,65
10 Pensiunan 360 2,28
11 Peternak 8.905 56,42
Jumlah 15.783 100,00
Sumber : Monografi Kecamatan Cilengkrang Tahun 2014.
40
Tabel di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk di
Kecamatan Cilengkrang umumnya adalah peternak (56,42%) dan petani (15,16%).
Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat Kecamatan Cilengkrang sebagian
besar berprofesi sebagai peternak dan petani. Topografi daerah Kecamatan
Cilengkrang merupakan daerah berbukit dengan ketinggian dan suhu yang ideal
untuk beternak sapi perah, dari tabel diatas masyarakat Kecamatan Cilengkrang
yang bermata pencaharian sebagai peternak sebesar 56,42% yang mayoritasnya
berada pada desa Cilengkrang untuk ternak sapi perah. Selain beternak sapi perah
masyarakat Kecamatan Cilengkrang juga beternak sapi potong, kambing etawa,
domba, ayam dan itik. Didirikannya KUD Sinar Jaya pada saat itu membuat
semakin menigkatnya peternak sapi perah di Kecamatan Cilengkrang. Adanya
KUD Sinar Jaya dapat membantu perkonomian masyarakat Kecamatan
Cilengkrang yang menjadi peternak sapi perah.
3. Aspek Sosial
Keadaan sosial pada suatu wilayah merupakan kondisi yang
menggambarkan tentang hal yang berkaitan dengan sikap atau perilaku
penduduknya di wilayah tersebut. Penduduk di Kecamatan Cilengkrang umumnya
adalah peternak. Hewan ternak yang mereka pelihara bermacam-macam
diantaranya adalah sapi perah, sapi potong, kambing etawa, domba, ayam dan itik.
Skala beternak penduduknya pun beragam pada ternak sapi perah umunya peternak
masih tradisional mereka belum mampu berkembang pada peternakan dengan
menggunakan teknologi terbaru sehingga produksi susu yang dihasilkan belum
menampakan kemajuan. Inovasi yang digunakan dalam beternak pun masih kurang
berkembang, ini terbukti dari masih minimnya sarana dan prasarana yang ada pada
41
kandang ternak sapi perah mereka yang menyebabkan hasil dan kualitas susu
menjadi kurang optimal.
Masyarakat di Kecamatan Cilengkrang umumnya masih mempunyai
solidaritas yang cukup tinggi, masih terjalinnya rasa tenggang rasa dan gotong
royong antar masyarakat. Hal tersebut ditunjukan masyarakat Kecamatan
Cilengkrang cukup aktif dalam mengikuti lembaga kemasyarakatan seperti
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna dan lain-lain. Terbukti
pada tahun 2015 Desa Jatiendah, Kecamatan Cilengkrang berhasil menduduki
posisi ke-3 dalam lomba Hatinya PKK Tingkat Kabupaten Bandung pada kegiatan
peringatan Bulan Bakti Gotong Royong masyarakat ke XII dan Hari Kesatuan
Gerak (HKS) Tingkat Kabupaten Bandung. Selain itu juga hubungan antara
penduduk yang berprofesi sebagai peternak dengan peternak lainnya masih tumbuh
dengan kuat karena mereka memiliki kesamaan dalam hal kepentingan dan tujuan
yang sama.
4.1.3. Keadaan Peternakan Sapi Perah Responden
Potensi peternakan sapi perah di Kecamatan Cilengkrang cukup tinggi,
mengingat hampir 56,42 % penduduk Kecamatan Cilengkrang berprofesi sebagai
peternak. Selain Peternak Sapi Perah di daerah kawasan Kecamatan Cielngkrang
cukup banyak peternak kambing perah. Peternak sapi perah di Kecamatan
Cilengkrang sebagian besar telah bergabung dengan KUD Sinar Jaya lebih dari 15
tahun. Kini tidak semua peternak sapi perah di Kecamatan Cilengkrang bergabung
pada KUD Sinar Jaya, pada saat KUD Sinar Jaya sedang mengalami kemunduran
sebagian peternak memutuskan keluar dan karena pada saat itu kolektor sudah
memasuki kawasan Kecamatan Cilengkrang maka mereka memilih menyetrokan
susu kepada kolektor.
42
Peternak anggota berasal dari daerah Kampung Cipulus, Kampung Garung,
Kampung Babakan Salam, Kampung Palalangon, dan Kampung Palintang.
Sebagian besar responden menjadikan beternak sapi perah menjadi mata
pencaharian utama sedangkan mata pencaharian sambilan mereka bertani,
berdagang dan menjadi buruh bangunan.
Peternak sapi perah di KUD Sinar Jaya sebagian besar masih peternakan sapi
perah rakyat. Dengan skala usaha yang dimiliki sebagian besar peternak yaitu skala
usaha kecil dengan kepemilikan ternak produktif 1-3 ekor. Beberapa peternak yang
kepemillkan ternaknya cukup banyak untuk pemerahnya pun masih menggunakan
cara manual atau tidak menggunakan mesin perah. Produksi susu yang dihasilkan
rata-rata 10-15 liter/ekor/hari dengan harga jual pada koperasi Rp 4.250/liter.
Sebagian besar peternak menjual hasil produksinya dalam benuk susu segar,
peternak belum melakukan diversifikasi hasil produksi lebih lanjut.
Peternak biasa memberikan pakan kepada ternaknya berupa pakan hijauan,
pakan konsentrat serta ampas tahu. Pakan hijauan yang diberikan biasanya adalah
rumput gajah atau rumput raja, mereka mendapatkan rumput tersebut dari kebun
rumput yang mereka miliki yang terlatk di sekitar Cilengkrang. Sebagian besar
peternak memiliki lahan HMT (Hijauan Makan Ternak) sendiri. Sedangkan jika
sedang kemarau biasanya peternak mencari jerami di sawah hasil dari limbah
pertanian.
4.2 Profil KUD Sinar Jaya
4.2.1 Sejarah KUD Sinar Jaya
Koperasi Unit Desa (KUD) Sinar Jaya merupakan salah satu koperasi yang
berada di wilayah Jawa Barat yang menaungi peternak di wilayah Bandung Timur
43
tepatnya di lereng Gunung Manglayang. KUD SinarJaya berdiri pada tahun 1974.
Berdirinya lembaga koperasi desa yang diberi nama BUUD/KUD Sinar Jaya oleh
tokoh-tokoh masyarakat di Desa Cilengkrang, diawal berjalannya usaha koperasi
dengan jumlah anggota sebanyak 50 orang. Pada tanggal 10 Maret 1977 secara
resmi KUD Sinar Jaya berdiri dengan memperoleh Badan Hukum Nomor :
6586/BH/DK-10/20 dengan wilayah kerja sebanyak 4 desa yaitu : Desa Pakemitan,
Cipadung, Ciporeat dan Desa Cilengkrang dengan jumlah anggota yang semakin
bertambah menjadi 142 orang.
Berbagai upaya dilakukan koperasi demi merealisasikan kesejahteraan
anggotanya, maka pada tahun 1980 KUD Sinar Jaya memperoleh bantuan kredit
sapi perah dari pemerintah melalui Bank BRI cabang Kota Bandung sebanyak 50
ekor sapi perah dengan nilai kredit sebesar Rp 92.150.000,00. Melalui
diperolehnya kredit sapi tersebut, maka mata pencaharian penduduk di wilayah
kerja KUD Sinar Jaya khususnya yang berada di kaki gunung Manglayang yang
tadinya sebagian besar sebagai penebang kayu bakar di hutan-hutan, secara
bertahap dialihkan menjadi peternak sapi perah.
Perkembangan kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh KUD Sinar Jaya dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan dan perkembangan hal tersebut ditunjang
oleh sarana dan prasarana yang mendukung. Salah satu upaya peningkatan
pelayanan kepada anggota, pada tanggal 29 Oktober 1988 membuka kantor yang
dibangun di atas lahan seluas 714 m2 dengan lokasi yang sangat strategis karena
mudah dijangkau oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Pada tanggal 8 April
1996 KUD Sinar Jaya memperoleh Badan Hukum yang baru yang telah disesuaikan
dengan Undang-Undangan Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dengan
Nomor : 6586/BH/PAD/KWK/10/IV/1996.
44
Sejalan dengan perkembangan KUD Sinar Jaya yang berkembang dengan pesat
dan sangat maju sejak awal berdirinya hingga menjadikan koperasi ini menjadi
koperasi percontohan dan sering mendapatkan penghargaan mulai dari tingkat
Kabupaten sampai terakhir menjadi Koperasi Teladan Utama Tingkat Nasional
selama lima tahum berturut-turut dari berbagi instansi atau lembaga termasuk
pemerintahan. Namun karena adanya masalah internal hingga mengalami masa
krisis sejak tahun 2008 hingga 2010 dengan kehilangan seluruh aset termasuk
kantornya. Karena atas inisiatif anggota dan adanya rasa kepedulian terhadap
kondisi KUD yang kian terpuruk maka anggota memutuskan membentuk
kepengurusan yang baru ditahun 2011.
Diawal kepengurusan tersebut banyak hal yang perlu diperbaiki dengan
berbagai masalah dan keterbatasan. KUD Sinar Jaya hingga saat ini demi sedikit
berusaha mengembangkan usaha yang dilaksanakan dengan bantuan dari pengurus,
karyawan dan juga anggota KUD Sinar Jaya.
Wilayah KUD Sinar Jaya terdiri dari 7 kelompok, yaitu : Cipatat I, Cipatat II,
Pasir Angin, Garung, Cipulus, Cikoneng, Palalangon, Palintang, dan Babakan
Salam. Tetapi dari semua kelompok yang ada hanya tinggal kelompok peternak dari
Cipulus serta beberapa orang peternak dari Garung, Babakan Salam, Palalangon,
Palintang dan Babakan Salam yang masih setia menyetorkan produksi susunya
pada KUD Sinar Jaya, sedangkan kelompok lainnya telah beralih pada kolektor.
KUD Sinar Jaya dalam menjalankan usahanya selalu berpedoman pada azaz
yang dianutnya yaitu kekeluargaan dan gotong royong. Adapun tujuan usaha di
KUD Sinar Jaya adalah sebagai berikut:
45
1. Meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan kemajuan daerah kerja
pada umunya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil
makmur berdasarkan Pancasila.
2. Mempersatukan, mengarahkan, membina, dan mengembangkan potensi, daya
kreasi, daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan
tercapainya pendapatan yang adil dan makmur merata.
3. Mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan anggota dan masyarakat
4. Membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi.
KUD Sinarjaya mempunyai visi, misi, dan nilai prinsip kerja sebagai berikut :
a. Visi : “Pencapaian pendapatan anggota yang layak melalui perangkat
organisasi yang professional didukung pemodalan yang kuat:”
b. Misi : “Pendidikan anggota yang berkelanjutan, penguatan pemodalan,
perbaikan mutu genetik sapi perah, dan penerapan teknologi sistem informasi
disegala bidang.”
c. Nilai dan Prinsip Kerja : “Demokratis, kejujuran, efisiensi dan efektifitas,
kebersamaan, bertanggung jawab, disiplin, tegas, integritas, inovatif, dan
kreatif.”
4.2.2 Struktur Organisasi
Struktur tertinggi pada KUD Sinar Jaya terletak pada Rapat Anggota Tahunan
(RAT), akan tetapi operasional pada KUD Sinar Jaya akan diatur oleh ketua umum
yang kemudian akan melaporkannya pada rapat anggota tahunan (RAT). Ketua
umum membawahi pengurus KUD Sinar Jaya yang terdiri dari sekertaris dan
bendahara, selain itu terdapat juga pengawas yang bertugas mengawasi kinerja para
pengurus. Selain itu, ketua umum juga bertanggung jawab atas manajer umum yang
terdiri dari manajer unit perkreditan dan jasa, manajer perdagangan dan distribusi
46
serta manajer unit peternakan. Berikut alur struktur organisasi pada KUD Sinar Jaya
:
Ilustrasi 2. Struktur Organisasi KUD Sinar Jaya
Sumber : Laporan Rapat Anggota Tahunan KUD Sinar Jaya Tahun 2017
Kepengurusan ini terpilih Iwan Triswandi sebagai ketua, Atang Sutisna
sebagai sekretaris, dan Erni Irbaningsih sebagai bendahara, hingga saat ini karena
terpilih kembali menjadi pengurus KUD Sinar Jaya pada pemilihan pengurus di
tahun 2015. Pada kepengurusan periode II yang diketuai oleh Iwan Triswandi
menghimpun anggota yang aktif sebanyak 29 orang. Pengalaman beternak anggota
koperasi di KUD Sinar Jaya sebagian besar telah melebihi 10 tahun. Sejak
kepengurusannya beliau menjalakan 3 unit usaha yang terdiri dari, unit usaha
Unit Simpan Pinjam
Nana Sumardi
Unit Simpan Pinjam
Nani Sumardi
47
peternakan, unit usaha simpan pinjam, dan unit usaha jasa kemitraan. Sedangkan
pada fungsi pengawasan hanya terdiri dari satu orang badan pengawas untuk
mengawasi kinerja pengurus serta laporan keuangan dan inventaris koperasi, fungsi
ini dilakukan oleh Dede Suhana.
4.2.3 Kegiatan Usaha KUD Sinar Jaya
Aktivitas usaha yang dilakukan KUD Sinar Jaya terdiri dari beberapa unit
usaha, yang dimana unit utamanya ialah unit usaha peternakan. Adapun unit-unit
usaha tersebut adalah :
a. Unit perkreditan :
1) Sub unit simpan pinjam (USP)
Unit usaha simpan pinjam di KUD Sinar Jaya bertujuan untuk membantu
baik anggota maupun masyarakat umum yang memerlukan modal usaha
ataupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kegiatan yang dikelola oleh
sub unit simpan pinjam terdiri dari simpan pinjam umum dan khusus. Simpan
pinjam umum adalah untuk anggota KUD Sinar Jaya, yang mempunyai hak
mendapatkan pelayanan dari unit simpan pinjam dimana penghasilannya tidak
berasal dari usaha peternakan sapi perah dimana cara pembayarannya yaitu
dengan diberikan waktu 10 bulan dengan tingkat bunga 2%, untuk simpan
pinjam khusus yaitu untuk anggota peternak sapi perah dimana cara
pembayarannya diperhitungkan dari produksi susu yang disetorkan atau yang
dijual melalui unit sapi perah.
2) Sub unit kredit candak kulak (KCK)
Unit kredit candak kulak ini bertujuan untuk pengembangan usaha mikro
anggota, misalnya untuk usaha warung, toko, bengkel, dll. Syarat yang harus
dipenuhi untuk menjadi anggota kredit candak kulak ini yaitu ; domisili tetap,
48
foto copy kartu keluarga, foto copy KTP, serta mengisi formulir yang telah
disediakan oleh pihak KUD Sinar Jaya. Cara penyetoran KCK yaitu bisa setiap
hari, setiap minggu ataupun setiap bulan.
b. Unit Peternakan :
1) Sub unit sapi perah
Sub unit sapi perah KUD Sinar Jaya dahulu merupakan sub unit andalan.
Pada awalnya, sub unit sapi perah merupakan sub unit yang memiliki
penerimaan hasil usaha yang paling besar dibandingkan dengan unit usaha
yang lainnya, namun seiring dengan timbulnya masalaha yang hingga kini
sulit diatasi menyebabkan unit sapi perah ini mengalami kemunduran yang
cukup signifikan. Tetapi saat ini sub unit sapi perah perlahan mulai
mengalami peningkatan kembali.
2) Sub unit pakan ternak
Sub unit pakan ternak KUD Sinar Jaya dahulu merupakan salah satu
andalan setelah unit sapi perah, hal ini dikarenakan untuk menunjang
produksi susu yang optimal diperlukan pakan yang mendukung. Awalnya sub
unit ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan pakan yang berkualitas dalam
bentuk konsentrat. Akan tetapi seiring dengan kemunduran sub unit sapi
perah, sub unit pakan ternak pun tidak berkembang bahkan saat ini pakan
yang disediakan dalam bentuk konsentrat oleh KUD Sinar Jaya merupakan
konsentrat yang dibeli dari supplier sehingga tidak ada kegiatan pembuatan
konsentrat. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota KUD Sinar Jaya yang
semakin menurun dari tahun ke tahun.
c. Unit jasa
49
Kegiatan Jasa yang dilakukan oleh KUD Sinar Jaya berupa jasa pelayanan
rekening listrik dan jasa pelayanan rekening telepon. KUD Sinar Jaya bekerja sama
dengan PT.PLN Bandung yang khusus untuk pembayaran rekening listrik.Untuk
pembayaran rekening telepon KUD Sinar Jaya melakukan kerjasama dengan PT.
TELKOM dan juga untuk pembayaran asuransi kesehatan bekerjasama dengan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
4.3. Identitas Responden
Responden yang digunakan sampel dalam penelitian ini sebanyak 29 orang
peternak anggota KUD Sinar jaya. Identitas responden ditinjau dari umur,
pendidikan, pengalaman beternak, lamanya keanggotaan dan kepemilikan ternak.
Hal-hal tersebut dicantumkan dalam identitas responden dikarenakan hal-hal
tersebut dipandang dapat menggambarkan kondisi peternak sapi perah di KUD
Sinar Jaya.
4.3.1 Umur Responden
Umur merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang. Umur peternak anggota di KUD Sinar Jaya cukup beragam, rata-rata
berumur diatas 20 tahun. Badan Pusat Statistik (2012) membagi umur menjadi iga
kelompok, yaitu umur belum produktif (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun)
dan umur tidak produktif (> 64 tahun). Berikut adalah tabel umur responden :
Tabel 2. Umur Responden
No Umur (tahun) Jumlah
Orang %
1 26-35 2 6,90 2 36-45 10 34,48
3 46-55 10 34,48
4 56-65 6 20,69
50
5 >65 1 3,45
Jumlah 29 100,00
Pada Tabel 4 menunjukan bahwa sebagaian besar umur peternak anggota di
KUD berada pada rentang umur produktif yaitu pada umur 15-64 tahun., sedangkan
peternak pada umur >64 tahun hanya terdapat satu orang. Hal ini menunjukan
bahwa umur peternak anggota di KUD Sinar Jaya sebagian besar masuk kedalam
umur produktif, dengan usia yang produktif peternak dapat lebih mudah dalam
mengadopsi inovasi yang berkaitan dengan usaha sapi perahnya sehingga peternak
dapat lebih mengembangkan keberdayaannya sehingga diharapkan usaha sapi
perah dapat berjalan secara optimal dan lebih menguntungkan bagi peternak.
Menurut Rogers dan Shoemakers (1986), semakin muda seseorang, dan ada dalam
usia yang produktif akan lebih responsif dalam menerima inovasi dibandingkan
dengan orang yang telah lanjut.
4.3.2 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam
melakukan sebuah usaha, dengan asumsi bahwa pendidikan yang lebih baik akan
memberikan pengetahuan, mempengaruhi pola pikir dan sikap yang lebih baik
dalam mengelola usaha. Berikut adalah pendidikan peternak anggota di KUD Sinar
Jaya:
Tabel 5. Pendidikan Responden
No Pendidikan Jumlah
...Orang... ...%...
1 SD 21 72,41
2 SMP 6 20,69
3 SMA/SMK 2 6,90
Jumlah 29 100,00
51
Berdasarkan Tabel 5 pendidikan peternak anggota sebagian besar lialah
lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sejumlah 72,41 %. Rendahnya tingkat kehidupan
ekonomi dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan menjadikan
anggota tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Tingkat
pendidikan yang rendah dapat menjadi salah satu faktor penghambat bagi peternak
dalam proses pemberdayaan untuk mengembangkan maupun menciptkan
keberdayaan yang dimiliki peternak. Karena pendidikan salah satu aspek yang
dapat berpengaruh terhadap pola pikir peternak dan juga terhadap adopsi suatu
inovasi yang berhubungan dengan peternakan. Menurut Mosher (1986) Pendidikan
merupakan salah satu pelancar pembangunan pertanian, karena dengan pendidikan
orang menjadi tahu dan mengerti untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menurut
Tiafery (2016) menjelaskan bahwa pendidikan harus lebih ditingkatkan dengan cara
memberikan pendidikan nonformal agar peternak rakyat tidak ketinggalan dengan
perkembangan jaman dan teknologi khususnya dalam pengembangan usaha
peternakan.
4.3.3 Pengalaman Beternak
Menurut Soetiyo (1969) bahwa selain umur dan pendidikan, pengalaman
beternak juga turut menentukan keberhasilan dari suatu usaha peternakan.
Pengalaman kerja seseorang akan mempengaruhi pada pengetahuan dan
keterampilan, penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan dalam melaksanakan
tugas akan lebih baik. Lama beternak informan peternak sapi perah anggota KUD
Sinar Jaya menentukan keberhasilan dalam menjalankan bisnis usaha sapi perah.
Berikut ini adalah pengalam beternak peternak anggota KUD Sinar Jaya :
52
Tabel. 6 Pengalaman Beternak Responden
No Tahun Jumlah
...Orang... ...%...
1 1–10 7 24,14
2 11–20 4 13,79
3 > 20 18 62,07
Jumlah 29 100,00
Berdasarkan Tabel 6 menunjukan bahwa sebagian besar responden
mempunyai pengalaman beternak > 20 tahun. Dengan pengalaman yang cukup
lama peternak dapat lebih baik dalam melakukan aspek beternak dan lebih sigap
dalam menghadapi dinamika yang terjadi dalam peternakan. Hal ini juga akan
berpengaruh terhadap keberdayaan yang dimana pengalaman mereka yang cukup
lama memungkinkan mereka mengembangkan diri dalam mencapai kemajuan
usaha sapi perahnya. Mastuti dan Hidayat (2008) menyatakan bahwa, semakin lama
beternak diharapkan pengetahuan yang didapat semakin banyak sehingga
keterampilan dalam menjalankan usaha peternakan semakin meningkat.
4.3.4 Kepemilikan Ternak
Skala usaha peternakan rakyat dibedakan atas tiga skala usaha, yaitu: (1) skala
usaha dengan jumlah kepemilikan ternak betina produktif sebanyak 1 – 3 ekor, (2)
skala usaha dengan jumlah kepemilikan ternak betina produktif sebanyak 4 – 6
ekor, (3) skala usaha dengan jumlah kepemilikan ternak betina produktif sebanyak
minimal 7 ekor (Suryadi, dkk., 1989).
53
Tabel 7. Kepemilikan Ternak Responden
No Jumlah Ternak Jumlah
Orang %
1 Skala Usaha Kecil (1-3 ekor) 17 58,62
2 Skala Usaha Menengah (4-6 ekor) 7 24,14
3 Skala Usaha besar (> 7 ekor) 5 17,24
Jumlah 29 100,00
Pada Tabel 7 menunjukan sebagian besar peternak anggota sekitar 58,62 %
kepemilikan ternaknya masih tergolong rendah. Hasil penelitian Erwidodo (1998)
menunjukkan bahwa sekitar 64 % produksi susu nasional disumbangkan oleh usaha
ternak sapi perah skala kecil, sisanya 28 % dan 8 % diproduksi oleh usaha ternak
sapi perah skala menengah dan usaha ternak sapi perah skala besar. Kepemilikan
ternak yang rendah yang dialami peternak anggota disebabkan oleh kurangnya
modal untuk mengembangkan usaha sapi perahnya dan kebutuhan ekonomi yang
mendesak yang mengaharuskan mereka unuk menjual sapi perahnya, terbatasnya
lahan HMT (Hijauan Makan Ternak). Selain itu, pada umumnya peternak selalu
menjual pedet hasil kelahiran induk baik pedet jantan maupun betina. Selain itu
juga peternak masih mempertimbangkan beban biaya pemeliharaan apabila jumlah
ternak yang dimiliki melebihi kemampuan manajemen peternak.
4.3.5 Lama Keanggotaan
KUD Sinar Jaya saat ini memiliki anggota sebanyak 29 orang. Sebagian besar
anggota Sinar Jaya, anggota yang telah lama bergabung pada saat KUD Sinar Jaya
didirikan. Berikut adalah tabel lama keanggotaan di KUD Sinar Jaya :
54
Tabel 8. Lama Keanggotaan di KUD Sinar Jaya
No Lama Keanggotaan Jumlah
Orang %
1 1-10 7 24,14
2 11-20 7 24,14
3 >20 15 51,72
Jumlah 29 100,00
Berdasarkan Tabel 8 sebagian besar anggota KUD Sinar Jaya telah
bergabung lebih dari 20 tahun (51,72 %). Mereka berpendapat bahwa KUD Sinar
Jaya sangat berjasa bagi mereka karena pada saat awal mereka memulai beternak
sapi perah, KUD Sinar Jaya lah yang menaungi para anggota untuk menjalankan
usaha sapi perahnya dengan segala pelayanan yang diberikan untuk membantu
mengembangkan usaha sapi perahnya. Walaupun KUD Sinar Jaya sempat
mengalami masalah, mereka tetap bertahan menjadi anggota KUD Sinar Jaya.
Selain itu juga walaupun kolektor susu telah memasuki kawasan mereka, tapi
mereka lebih memilih tetap menjadi anggota dan tidak sepenuhnya bergabung
dengan kolektor, karena menurut mereka koperasi lebih terpercaya dalam menaungi
usaha mereka dibandingkan para kolektor.
4.4 Peran Koperasi di KUD Sinar Jaya
Koperasi merupakan suatu wadah yang dapat mensejahterkan anggotanya.
Koperasi berperan strategis bagi peternak sapi perah dalam menjalankan usahanya.
Menurut Kartasapoetra (1987) peran koperasi dalam membantu meningkatkan
kesejahtaraan anggota pada dasarnya melalui pelayanan kepada anggota yang
secara umum meliputi; penerapan budidaya yang baik, memfasilitasi modal,
pelayanan dan pengadaan sarana produksi, dan penanganan hasil produksi sebelum
55
pemasaran. Hasil penilaian responden terhadap peran koperasi di KUD Sinar Jaya
dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Tingkat Kategori Peran Koperasi
No Kategori Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1 Tinggi 23 79,31
2 Sedang 6 20,69
3 Rendah 0 00,00
Jumlah 29 100,00
Berdasarkan Tabel 9 bahwa peran koperasi di KUD Sinar Jaya termasuk
dalam kategori tinggi yaitu 79,31 %. Hal tersebut menunjukan bahwa KUD Sinar
Jaya yang menaungi anggotanya dinilai baik dalam menjalankan perannya.
Koperasi dapat berperan sebagai fasilitator yang mendampingi proses
pemberdayaan peternak, melalui pelayanan dan fasilitas yang diberikan koperasi
yang dapat membuat peternak memperkuat atau mengoptimalkan keberdayaan
yang mereka miliki seperti dalam penerapan budidaya yang baik, memfasilitasi
modal, penyediaan pelayanan dan sarana produksi dan penanganan hasil produksi
sebelum pemasaran. Menurut Yunasaf (2007) koperasi sebenarnya dapat berperan
strategis di dalam memberdayakan peternak sapi perah, karena merupakan
organisasi ekonomi yang otonom, yang dimiliki oleh para peternak. Tingginya
tingkat kategori peran koperasi di KUD Sinar Jaya diperoleh berdasarkan dimensi-
dimensi dari peran koperasi yaitu; penerapan budidaya yang baik, memfasilitasi
modal, pelayanan dan sarana produksi, dan penanganan hasil produksi sebelum
pemasaran.
56
Tabel 10. Peran Koperasi di KUD Sinar Jaya
No Peran Koperasi
Kategori
Tinggi
...%...
Sedang
...%...
Rendah
...%...
1 Penerapan Budidaya Yang Baik 0,00 100,00 0,00
2 Memfasilitasi Modal 100,00 0,00 0,00
3 Pelayanan dan pengadaan sarana
produksi 55,17 44,82 0,00
4 Penanganan Hasil Produksi Sebelum
Pemasaran 85,76 17,24 0,00
Berdasarkan Tabel 10 peran koperasi dalam penerapan budidaya yang baik
sudah dinilai cukup oleh peternak yaitu 100,00 %. Hal tersebut menunjukan bahwa
dalam penerapan budidaya yang baik yang dilakukan KUD Sinar Jaya cukup
menambah pengetahuan peternak dan dapat diterapkan. Selanjutnya sebagian besar
peternak dalam memfasilitasi modal dinilai tinggi yaitu 100,00 %. Hal tersebut
karena KUD Sinar Jaya dapat membantu anggotanya melalui pinjaman yang
diberikan yang dapat digunakan untuk keperluan usaha sapi perah, kebutuhan
sehari-hari maupun untuk kebutuhan usaha lainnya. Pelayanan dan pengadaan
sarana produksi dinilai tinggi oleh peternak yaitu 55,17 %. Hal tersebut menunjukan
bahwa KUD Sinar Jaya dinilai baik dalam hal penyediaan konsentrat, pelayanan IB
dan keswan yang dapat menunjang kebutuhan usaha sapi perah peternak.
Penanganan hasil produksi sebelum pemasaran dinilai tinggi oleh sebagian besar
peternak yaitu 85,76%, hal tersebut karena dalam hal penanganan susu rutin
dilakukan sebelum pemasaran. Hal ini menunjukan bahwa peran koperasi dapat
dirasakan oleh responden. Berikut dimensi peran koperasi yang diamati dalam
penelitian :
57
4.4.1 Penerapan Budidaya Yang Baik
Budidaya sapi perah yang baik merupakan salah satu tolak ukur dalam
keberhasilan usaha sapi perah. Dalam mendapatkan pengetahuan mengenai
budidaya sapi perah dapat melalui pelatihan dan penyuluhan. Peternak diharapkan
dapat menerima inovasi dan mengadopsi informasi yang diberikan agar dapat
menerapkannya melalui kedual hal tersebut. KUD Sinar Jaya untuk saat ini
mengenalkan budidaya sapi perah salah satunya melalui penyuluhan. Biasanya
penyuluhan yang diberikan tidak terlepas mengenai breeding, feeding dan
management. Penerapan budidaya yang baik dapat dilihat pada tabel 11:
Tabel 11. Penerapan Budidaya Yang Baik
No Indikator Kategori
Tinggi ...%...
Sedang ...%...
Rendah ...%...
1 Materi penyuluhan 44,83 55,17 0,00 2 Metode penyuluhan efektif 37,93 41,38 20,69 3 Frekuensi penyuluhan 0,00 34,48 65,52
Tabel 11 menunjukan bahwa peternak menilai materi penyuluhan 44,83 %
dalam kategori tingi, 55,17 % sedang. Hal tersebut menunjukan sebagian besar
peternak menilai bahwa materi penyuluhan yang diberikan sedang. Materi
penyuluhan yang diberikan mengenai budidaya sapi perah seperti mengenai pakan,
pemeliharaan, penanganan susu dan lain-lain. Hal tersebut dapat membantu
peternak dalam menambah pengetahuan dalam budidaya sapi perah yang akan
berpengaruh pada keberdayaan yang dimiliki peternak.
Metode penyuluhan jika dilihat pada tabel 11, peternak menilai pada
kategori tinggi 37,93 %, sedang 41,38 % dan rendah 20,69 %. Sebagian besar
peternak menilai metode penyuluhan yang diberikan sedang. Metode penyuluhan
58
yang diberikan yaitu metode penyuluhan individu, hal ini dikarenakan jumlah
anggota KUD Sinar Jaya sudah berkurang sehingga KUD Sinar Jaya memutuskan
melakukan penyuluhan individu. Sebagian besar peternak anggota untuk saat ini
menilai metode penyuluhan secara individu cukup efektif karena petugas dapat
melihat langsung keadaan peternakan mereka dan lebih leluasa berdiskusi dengan
petugas. Sedangkan sebagian peternak merasa metode penyuluhan individu dirasa
kurang efektif karena mereka berpendapat dengan tenaga penyuluh yang sedikit
sebaiknya penyuluhan dilakukan secara kelompok agar adanya diskusi antar
peternak. Seperti menurut Van den Ban dan Hawkins (1998) diskusi kelompok
memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara agen penyuluh dan petani,
ataupun antar petani itu sendiri.
Frekuensi penyuluhan masuk dalam kategori rendah yaitu 65,52%.
Frekuensi penyuluhan yang dilakukan petugas KUD Sinar Jaya menurut peternak
anggota dalam sebulan penyuluhan yang dilakukan kurang dari dua kali, menurut
peternak hal tersebut dirasa masih kurang karena mereka membutuhkan media
untuk mengembangkan wawasan yang mereka miliki. Seperti menurut Mardikanto
dan Soebianto (2013) dalam mengoptimalkan dan atau memperkuat keberdayaan,
pemberdayaan harus didesain sebagai proses belajar atau dalam setiap upaya
pemberdayaan harus terkandung upaya-upaya pembelajaran atau penyelenggaraan
pelatihan, penyuluhan dan lain-lain. Frekuensi penyuluhan yang rendah ini
disebabkan karena untuk saat ini belum ada petugas penyuluh yang dimiliki KUD
Sinar Jaya sehingga penyuluhan dilakukan oleh tester maupun dari pengurus KUD
iu sendiri sehingga waktu mereka untuk melalukan penyuluhan terbatas.
59
4.4.2 Memfasilitasi Modal
Menurut Hanel (1985) fasilitas perkreditan (simpan pinjam) merupakan
salah satu pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Modal merupakan faktor
terpenting dalam menjalankan usaha. Pengembangan usaha sapi perah dari skala
kecil hingga ke skala besar bukanlah perkara mudah, peternak harus dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan populasi ternaknya namun kebutuhan
sehari-hari juga harus dapat terpenuhi. Pemberian fasilitas tersebut dapat berguna
bagi peternak untuk modal dalam pengembangan usaha sapi perahnya. KUD Sinar
Jaya memfasilitasi modal kepada anggotanya melalui Unit Simpan Pinjam (USP).
Tabel 12. Memfasilitasi Modal
No Indikator Kategori
Tinggi %
Sedang %
Rendah %
1 Persyaratan peminjaman 79,31 20,69 0,00 2 Cara pengajuan peminjaman 91,38 8,62 0,00 3 Tingkat suku bunga 82,76 10,34 6,90
Berdasarkan Tabel 12 persyaratan peminjaman termasuk kategori tinggi
yaitu 79,31 % persyaratan peminjaman simpan pinjam dinilai tidak memberatkan
anggota karena memberikan pinjaman sesuai dengan persayaratan yang diajukan,
persyaratan peminjaman USP (Unit Simpan Pinjam) kepada anggota asalkan
anggota memiliki produksi susu. Karena pembayaran dilakukan dari pemotongan
bayaran produksi susu yang diterima oleh anggota. Cara pengajuan pinjaman
termasuk kategori tinggi yaitu 91,38 %. Hal tersebut menunjukan bahwa proses
pengajuan peminjaman tidak memberatkan anggota karena proses pengajuan
mudah, peternak cukup menghubungi petugas KUD Sinar Jaya untuk keperluan
nominal pinjaman yang diperlukan selanjutnya jika telah diproses peternak hanya
60
tinggal mendatangi kantor KUD Sinar Jaya untuk menerima uang pinjaman. Proses
pengajuan cepat yaitu berkisar 1-2 hari saja sebagian peternak menilai sedang
terhadap proses pengajuan pinjaman yang dimana menurut mereka proses
pengajuan pinjaman 1-5 hari. Selain itu pada saat pengajuan pinjaman tidak
terdapat biaya administrasi dan tidak terdapat agunan (jaminan).
Tingkat suku bunga termasuk kategori tinggi yaitu 82,76 %. Hal tersebut
menunjukan bahwa sebagian besar peternak menganggap bunga simpan pinjam
(2%) dirasa cukup dan juga bunga yang diberikan tidak lebih tinggi dibandingkan
tingkat suku bunga bank. Seperti menurut (Kartasapoetra, 1987) koperasi
menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang atau barang dengan
bunga yang rendah. Sebagian peternak menilai bahwa tingkat suku bunga yang
diberikan cukup tinggi karena mereka berpendapat bahwa sebaiknya dalam simpan
pinjam tidak diberikan tingkat suku bunga.
4.4.3 Pelayanan dan Pengadaan Sarana Produksi
Pelayanan dan saranan produksi yang diberikan KUD Sinar Jaya dilihat dari
sarana produksi pakan, pelayanan kesehatan, dan Inseminasi buatan. Pelayanan dan
Sarana Produksi salah satu sarana yang dapat membantu proses pemberdayaan
peternak, melalui penyediaan konsentrat, pelayanan kesehatan dan Inseminasi
Buatan, Penilaian peternak anggota terhadap pelayanan dan sarana produksi dapat
dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Pelayanan dan Pengadaan Sarana Produksi
No Indikator Kategori
Tinggi ...%...
Sedang ...%...
Rendah ...%...
1 Sarana Produksi 62,07 32,18 5,75 2 Pelayanan Kesehatan 60,92 35,63 3,45
61
3 Inseminasi Buatan 87,36 12,64 0,00
Berdasarkan Tabel 13 sarana produksi termasuk kategri tinggi yaitu 62,07
%, sebagian peternak juga menilai rendah yaitu 5,75 %. Sarana produksi yang
diberikan berupa penyediaan konsentrat. Sebagian besar peternak menilai tinggi,
hal tersebut karena harga konsentrat yang diberikan Rp 2.100/kg menurut anggota
harga tersebut cukup terjangkau. Pelayanan penyediaan konsentrat pembayaran
dilakukan melalui potongan dari pembayaran susu. Bagi sebagian besar peternak
pengiriman konsentrat tepat waktu jika mereka membutuhkan konsentrat mereka
hanya cukup menghubungi petugas atau mengatakan kepada petugas pada saat
penerimaan susu, pada waktu paling cepat 2 hari anggota akan mendapatkan
konsentrat tersebut. Sebagian besar peternak menilai kualitas konsentrat yang
diberikan kualitasnya cukup baik, sebagian peternak juga menilai kualitas
konsentrat yang diberikan rendah karena tidak sesuai dengan kebutuhan sapi perah
mereka. Konsentrat yang diberikan KUD Sinar Jaya hanya memiliki protein kasar
sebesar 12 %. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014) pemberian
konsentat pada sapi laktasi dengan PK (Protein Kasar) sebesar 16-18%.
Pelayanan kesehatan di KUD Sinar Jaya tergolong tinggi yaitu 60,92%,
sebagian peternak menilai rendah yaitu 3,45%. Kelengkapan obat-obatan di KUD
Sinar Jaya menurut peternak anggota tergolong lengkap. Karena ketika peternak
membutuhkan obat bagi ternaknya mereka merasa tidak pernah merasa kesulitan.
Dokter hewan dinilai sigap dalam menangani sapi perah peternak anggota yang
terjangkit penyakit. Sebagian besar peternak menilai dokter hewan mudah
dihubungi saat peternak membutuhkan penaganan, sebagai peternak menilai dokter
hewan sulit dihubungi, hal tersebut karena terkadang dokter hewan KUD Sinar Jaya
tidak hanya bertugas di wilayah KUD Sinar Jaya saja.
62
Pelayanan IB tergolong kategori tinggi yaitu 87,36 %. Petugas inseminator
dinilai sigap dalam menangani sapi perah yang ingin dikawinkan. Petugas
inseminator juga mudah dihubungi sehingga peternak tidak khawatir jika sapi
perahnya telat untuk dikawinkan. Ketersediaan peralatan IB seperti straw juga
dinilai lengkap oleh peternak, karena sejauh ini peternak belum pernah mengalami
petugas inseminator yang tidak lengkap dalam peratalan IB nya.
4.4.4 Penanganan Hasil Produksi Sebelum Pemasaran
Pemasaran hasil pertanian adalah semua kegiatan bisnis yang menyangkut
arus dan pelayanan produk hasil pertanian dari titik produksi sampai kepada tangan
konsumen (Kohls dan Uhl, 1990, dalam Firman, 2010). Berikut adalah tabel
penanganan dan pemasaran hasil produksi di KUD Sinar Jaya.
Tabel 14. Penanganan Hasil Produksi Sebelum Pemasaran
No Indikator Kategori
Tinggi ...%...
Sedang ...%...
Rendah ...%...
1 Pemeriksaan kualitas Susu 79,31 20,69 0,00 2 Penerimaan susu tepat waktu 86,21 13,79 0,00 3 Produksi susu diterima sesuai harga
100,00 0,00 0,00
Berdasarkan Tabel 14 pemeriksaan kualitas susu termasuk kategori tinggi
yaitu 79,31 %. Pemeriksaan kuaitas susu dilakukan KUD Sinar Jaya diniliai baik
karena dilakukannya pengujian atau pemeriksaan kualitas susu seperti uji alkohol,
suhu dan berat jenis (BJ). Pemeriksaan tersebut sangat diperlukan karena dalam
memasarkan susunya biasanya perusahaan menentukan harga sesuai dari kualitas
susu yang diterima jika kualitas susu kurang bagus susu tersebut dapat langsung
ditolak, untuk saat ini KUD Sinar Jaya menjual susunya pada KPSBU Lembang,
dan kepada agen, pada saat KUD Sinar Jaya sedang kritis KUD sinar jaya menjual
63
seluruh cooling unit yang ada. Jadi pemasaran susu KUD Sinar Jaya masih terbatas
karena terkendala waktu yang terbatas karena seperti yang kita tau susu adalah
produk yang mudah rusak.
Penerimaan susu tergolong tinggi yaitu 86,21 %. Penerimaan susu
dilakukan dua kali yaitu pukul 06.00 pagi dan pukul 05.00 sore. Penerimaan susu
yang dilakukan KUD Sinar Jaya menurut sebagian besar peternak dinilai tepat
waktu, walaupun ada beberapa peternak yang berpendapat penerimaan susu
terkadang telat atau tidak tepat waktu. Hal tersebut karena kawasan yang dijangkau
cukup jauh seperti di Kampung Babakan Salam, Kampung Palintang dan Kampung
Palalangon selain itu juga mobil pengangkut susu hanya ada satu. Produksi susu
diterima sesuai harga termasuk dalam kategori tinggi yaitu 100,00 %. Peternak
menilai produksi susu ditentukan selalu sesuai dengan harga yaitu Rp 4.250/liter.
4.5 Keberdayaan Peternak Sapi Perah
Keberdayaan masyarakat menurut Kartasasmita (1996) adalah unsur-unsur
yang memungkinkan masyarakat bertahan (survive) dan dinamis serta dapat
mengembangkan diri mencapai tujuan. Keberdayaan sangat diperlukan bagi
peternak sapi perah, karena dalam menjalankan usaha sapi perahnya mereka harus
mampu menjalankan perannya sebagai pemellihara ternak dari mulai budidaya sapi
perah hingga mengelola hasil produksi. Selain itu juga peternak harus mampu
menjalankan perannya sebagai manajer sehingga dapat mengelola usaha sapi perah
mereka dengan baik. Berikut adalah tabel tingkat kategori keberdayaan peternak
sapi perah di KUD Sinar Jaya :
64
Tabel 15. Tungkat Kategori Keberdayaan Peternak Sapi Perah
No Kategori Jumlah
Responden Persentase
1 Tinggi 8 24,14
2 Sedang 17 65,52
3 Rendah 2 6,90
Jumlah 29 100,00
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa keberdayaan peternak sapi peraah
di KUD Sinar Jaya dalam kategori sedang yaitu 65,52 %., sebagian peternak
termasuk kategori rendah yaitu 6,90 %. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
peternak sudah cukup mampu menajalankan usaha sapi perahnya dengan berperan
sebagai pemelihara ternak dan sebagai manajer dalam usaha mereka sendiri
walaupun belum sepenuhnya ideal. Sedangkan sebagian kecil peternak masih harus
lebih mengembangkan keberdayaannya karena masih belum sepenuhnya
mengetahui dan menerapkan aspek beternak yang baik begitupun pada perannya
sebagai manajer. Berikut adalah dimensi-dimensi yang berkaitan dengan
keberdayaan peternak sapi perah.
Tabel 16. Keberdayaan Peternak Sapi Perah di KUD Sinar Jaya
No Keberdayaan Peternak Sapi Perah Kategori
Tinggi ...%...
Sedang ...%...
Rendah ...%...
1 Keberdayaan Sebagai Pemelihara Ternak
37,93 62,07 0,00
2 Keberdayaan Sebagai Manajer 10,34 79,31 10,34
Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat keberdayaan sebagai pemelihara ternak
termasuk kategori sedang yaitu 62,07 %. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
peternak sudah cukup baik dalam menjalankan perannya sebagai pemelihara ternak,
yang dimana hal tersebut berkaitan dengan budidaya ternak sapi perah.
65
Keberdayaan sebagai pemelihara ternak ini salah satu aspek yang harus dimiliki
peternak karena dalam menjalankan usahanya mereka berhubungan langsung
dengan budidaya sapi perah yang dimana harus memahami aspek-aspek dalam
beternak sapi perah yang baik dan benar, karena akan mempengaruhi pada hasil
produksi yang akan mereka dapatkan. Keberdayaan sebagai manajer termasuk
dalam kategori sedang yaitu 79,31%, 10,34 % pada kategori tinggi dan 10,34 %
pada kategori rendah. Hal tersebut menunjukan sebagian besar peternak tergolong
sedang dalam mengelola usaha ternaknya agar usahanya dapat berjalan optimal dan
dapat lebih dikembangkan lagi. Menurut Yunasaf (2008) peternak yang berdaya
dipersonifikasi sebagai seorang individu yang memiliki keterampilan memelihara
ternak yang baik, sebagai manajer dalam pengeloalaan usaha yang baik, serta
sebagai individu otonom Peternak berdaya adalah peternak yang bergerak secara
dinamis dalam membudidayakan ternak sehingga tercapai produktifitas yang
tinggi, selain itu peternak berdaya juga harus mampu bergerak secara dinamis
dalam menjalankan usahanya agar dapat maju dan berkembang serta
menguntungkan untuk usahanya.
4.5.1 Keberdayaan Sebagai Pemelihara Ternak
Keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak, yaitu tingkat
berkembangnya kemampuan peternak di dalam menguasai dan melaksanakan
aspek teknis dalam beternak (Mauludin dkk, 2012). Keberdayaan sebagai
pemelihara ternak peternak sapi perah di KUD Sinar Jaya dapt dilihat di tabel 17.
66
Tabel 17. Keberdayaan Sebagai Pemelihara Ternak
No Indikator Kategori
Tinggi ...%...
Sedang ...%...
Rendah ...%...
1 Tatalaksana Reproduksi 61,38 27,59 11,03 2 Tatalaksana Pakan 33,33 39,08 27,59 3 Tatalaksana Pemeliharaan 51,29 20,69 28,02 4 Tatalaksana Peralatan dan Kandang
60,59 27,09 12,32
5 Tatalaksana Penanganan susu 52,89 33,33 13,79
Keberdayaan sebagai pemelihara ternak melipui tatalaksana reproduksi,
tatalaksana pakan, tatalaksana pemeliharaan, tatalaksana kandang dan peralatan dan
tatalaksana penanganan susu. Kelima indikator tersebut merupakan hal-hal yang
sangat penting diperhatikan dalam budidaya sapi perah. Berdasarkan tabel 14
tatalaksana reproduksi peternak menilai pada ketgori tinggi sebesar 61,38 %, untuk
kategori sedang 27,59 %, kategori rendah 11,03 %. Hal tersebut menunjukan
sebagian besar peternak telah mengetahui dan menerapkan mengenai pemilihan
bibit, mengenai estrus, umur yang tepat mengawinkan sapi perah pertama kali, dan
perkawinan secara IB.
Hampir sebagian besar peternak pernah membeli bibit indukan. Menurut
mereka dalam memilih bibit melihat dari postur tubuh atau eksterior sapi tersebut
dapat dilihat dari kepala, kaki, punggung. ambing dan lain sebagainya . Seperti
menurut Akoso (2012) dalam pemilihan bibit sapi perah saah satunya dapat dilihat
dari kepala berbentuk simetris dan besarnya seimbang dengan besar tubuh, dahi
lebar, sedikit cekung, punggung lurus dan lebar, letak ambing tampak kokoh,
memanjang kedepan ke arah perut, melebar sampai diantara paha, kondisi ambing
lunak, kaki belakang dan depan lurus dan kuat. Jarak antara kedua kaki belakang
lebar membentuk segi empat simetris. Selain dari eketrior peternak juga melihat
67
dari kemampuan produksi walaupun tidak banyak peternak yang memperhatikan
hal tersebut. Menurut Akoso (2012) kemampuan produksi dapat dilihat dari
informasi khusus atau dasar catatan produksi dan juga seleksi dapat dikaji dari
catatan produksi kerabat. Penilaian juga dilakukan dengan mengetahui riwayat
semen pejantan yang digunakan dalam Inseminasi Buatan (IB).
Selain itu juga tidak sedikit yang mengetahui lama estrus dan siklus pada
sapi perah mereka yang dimana sebagian besar peternak mengatakan lama estrus 6-
12 jam dan siklus estrus selama 21 hari. Seperti menurut Makin (2011) rata-rata
lamanya birahi adalah 18 jam dengan variasi 6-36 jam sedangkan lama siklus birahi
berkisar 18-24 hari dengan rata-rata birahi berkisar 21 hari (Toelihere, 1977).
Peternak juga sebagian besar telah mengetahui gejala estrus pada sapi perah mereka
mereka menyebutkan bahwa dalam melihat sapi perah yang mengalami estrus dapat
dilihat dari 3B (beurem, baseuh, bengkak) atau dengan arti lain merah, basah dan
bengkak yang terlihat pada vulva sapi, selain itu juga sapi menjadi kurang nafsu
makan, sering berteriak, dan produksi susu menurun.
Peternak juga biasa mengawinkan saat umur sapi sudah berkisar 18-24
bulan dan juga peternak mempertimbangkan juga bobot badan sapi yang
dikawinkan jika bobot sapi idak begitu besar peternak khawatir sapi mengalami
kesulitan dalam melahirkan walaupun tidak semua peternak memperhatikan
pertimbangan bobot badan dalam kawin pertama terhadap sapi mereka. Seperti
yang dikatakan Nurdin (2016) sapi perah sudah dapat dikawinkan pada umur 15-
18 bulan dan jika dilihat dari bobot badan minimal 325 kg (Dirjen Peternakan,
2014). Peternak lebih memilih perkawinan buatan Inseminasi Buatan (IB) karena
menurut mereka perkawinan dengan cara IB mereka akan mendapatkan kualitas
68
semen yang berkualitas, serta mereka juga dapat memilih bangsa sapi yang
diinginkan.
Pada tatalaksana pakan peternak menilai kategori tingggi 33,33 %, kategori
sedang yaitu 39,08 % dan kategori rendah 27,59 %. Hal tersebut menunjukan
peternak tergolong sedang dalam hal pemberian pakan. Pakan yang mereka berikan
berupa hijauan, konsentrat dan ampas tahu. Rata-rata bobot badan sapi milik
peternak berkisar 350 kg. Hijauan yang mereka berikan berkisar 30-35 kg/hari/ekor.
Pemberian tersebut dapat dikatakan cukup. Seperti menurut Direktorat Jenderal
Peternakan (2014) pemberian hijauan pada sapi perah adalah 10-15% dari bobot
badan. Sedangkan untuk pemberian konsentrat sebagian besar mereka memberikan
konsentrat berbarengan dengan pemberian ampas tahu yang dimana penggunaan
konsentrat kurang dari 4 kg sehari karena mereka menganggap pemberian
konsentrat saja tidak begitu berpengaruh terhadap produksi susu maka dari itu
mereka mencampurnya dengan ampas tahu. Padahal pemberian konsentrat per ekor
per hari sebesar 1,5-3% (Dirjen Peternakan dan Keswan, 2014). Belum semua
peternak yang memberikan air minum secara adlibitum masih ada peternak yang
menyediakan air minum pada sapi perahnya hanya pada saat mereka memberikan
pakan atau sedang membersihkan kandang padahal menurut Syariep dan
Sumoprastowo (1984) sebaiknya pemberian air minum pada sapi perah secara ad
libitum.
Pada tatalaksana pemeliharaan peternak menilai kategori tinggi 51,29 %,
sedang 20,69 % dan kategori rendah 28,02 %. Hal tersebut menunjukan sebagian
peternak sudah dapat dalam melakukan aspek pemeliharaan dengan baik. Tetapi
dalam hal pemotongan kuku, rata-rata peternak melakukan pemotongan kuku
setahun sekali karena mereka berpendapat bahwa pemotongan kuku sapi tidak perlu
69
dilakukan pemotongan secara rutin sedangkan menurut Djadja (2017) pemotongan
kuku sebaiknya dilakukan enam bulan sekali karena akan berdampak pada produksi
susu yang dihasilkan. Cara pemerahan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terhadap banyaknya susu yang dihasilkan. Pada cara pemerahan
manual tidak semua peternak melakukan cara pemerahan dengan memperhatikan
panjang atau pendeknya puting. Menurut Syariep dan Sumoprastowo (1984) cara
pemerahan manual terdapat tiga cara, whole hand (tangan penuh) cara yang
dilakukan pada puting yang agak panjang, stripping cara yang dilakukan pada
puting yang kecil dan pendek dan knevelen cara yang dilakukan untuk puting yang
pendek dan besar.
Peternak juga sebagian besar peternak melakukan recording hanya
pencatatan IB, produksi susu dan penggunaan identitas berupa eartag saja. Catatan
yang baik meliputi pencatatan pembelian bibit, kejadian kematian, perkawinan,
kelahiran, silsilah ternak, vaksinasi dan pengobatan (Direktorat Jenderal
Peternakan, 1991 dalam Sulistyati, 2009). Sedangkan dalam pengetahuan penyakit
mastitis, bloat (kembung) dan endometritis peternak cukup mengenal ketiga
penyakit tersebut walaupun belum mengetahui penanganan dalam mengobati
penyakit tersebut kecuali penyakit kembung biasanya mereka memberikan obat
tradisional salah satunya dengan minyak kelapa.
Tatalaksana peralatan dan perkandangan peternak menilai kategori tinggi
60,59 %, kategori sedang 27,09 % dan kategori rendah 12,32 %. Hal tersebut
menunjukan pada aspek peralatan dan perkandangan sebagian besar peternak
sudah menerapkannya dengan baik. Pada tatalaksana peralatan dan perkandangan
hal yang masih belum sebagian peternak terapkan antara adalah pembuatan
kandang sesuai umur kecuali kandang untuk pedet sedangkan menurut Dirjenak dan
70
Keswan (2014) bahwa pada peternak, kelompok maupun koperasi untuk bangunan
kandang sapi perah harus tersedia kandang pedet untuk minum susu, pedet lepas
sapih, dara, induk melahirkan, dan induk laktasi serta kandang isolasi. Jarak
kandang dengan tempat tinggal sebagian besar kurang dari 10 m. Peralatan susu
yang dimiliki sebagian peternak masih belum lengkap, masih ada peternak yang
belum memiliki milk can dan penyaring susu sedangkan dua alat tersebut sangatlah
penting dalam penanganan susu. Menurut Dirjenak dan Keswan (2014) peralatan
susu dapat berupa ember susu, milk can, gelas ukur, dipping cup, saringan
(Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2014).
Tatalaksana penanganan susu peternak menilai pada kategori tinggi 52,89
%, kategori sedang 33,33 % dan kategori rendah 13,79 %. Sebagian besar peternak
sudah biasa melakukan penyaringan susu setelah pemerahan mereka mengatakan
jika susu tidak saring dikhawatirkan kotoran yang berasal dari sapi akan
terkontaminasi dengan susu, lalu sebagian besar peternak menampung susu
kedalam milk can., penyimpanan susu sebelum disetorkan peternak sudah cukup
mampu menyimpan atau memilih tempat yang cukup bersih. Tetapi sebagian
peternak melakukan penyaringan susu kadang-kadang, karena mereka berpendapat
pada saat susu disetorkan sudah terdapat penyaringan susu yang terdapat pada
mobil penampung susu dan juga sebagian peternak masih ada yang tidak memiliki
penyaring susu. Selain itu juga sebagian peternak tidak menampung dengan
menggunakan milkcan tetapi menggunakan ember. Hal tersebut karena mereka
tidak mempunyai milkcan.
4.5.2 Keberdayaan Sebagai Manajer
Manajer adalah orang yang memimpin, mengawasi atau mengarahkan suatu
usaha dalam upayanya menghasilkan keuntungan (Ensminger, 1993). Keberdayaan
71
peternak sebagai manajer adalah tingkat berkembangnya kemampuan peternak di
dalam pengambilan keputusan untuk mencapai keberhasilan dari usahanya.
Tabel 18. Keberdayaan Sebagai Manajer
No Indikator Kategori
Tinggi ...%...
Sedang ...%...
Rendah ...%...
1 Perincian Tujuan Usaha 18,39 39,08 42,53 2 Penyusunan Prioritas Pengembangan
usaha 38,59 50,88 8,78
3 Pengembangan Belajar 45,98 29,90 24,23
Jika dilihat di tabel 18 perincian tujuan usaha masuk dalam kategori rendah
yaitu 42,53%. Menurut Yunasaf (2008) belum berkembangnya potensi peternak
dalam perannya sebagai manajer terlihat dari masih belum optimalnya peternak
dalam melakukan perincian tujuan usaha, penyusunan prioritas pengembangan
usaha dan pengembangan belajar. Peternak masih belum dapat melakukan dengan
baik dalam hal perincian tujuan usaha. Peternak masih ragu-ragu dalam merinci
tujuan usaha mereka. Menurut Syariep dan Sumoprastowo (1984) suatu usaha
didasarkan pada perencanaan sebelumnya, peternak selayaknya mempunyai
rencana kerja seperti tujuan usaha, rencana penambahan ternak,rencana bangunan
dan rencana ransum.
Pada rencana tujuan usaha peternak sebagian besar peternak mempunyai tujuan
usaha dalam menghasilkan susu saja, peternak belum mempunyai rencana dalam
mengolah lebih lanjut dari hasil produksinya, kotoran dan lain-lain. Walaupun
sebagian peternak ada yang menjual pedet betina dan induk laktasi tapi hal tersebut
karena kebutuhan yang mendesak yang memungkinkan mereka untuk menjual
ternaknya kepada bandar ataupun kepada sesama peternak. Peternak juga tidak
melakukan pencatatan terhadap usahanya seperti pencatatan terhadap penerimaan,
72
dan pengeluaran karena dengan melakukan hal tersebut peternak dapat mengetahui
kentungan dan kerugian suatu usaha, mendapatkan pedoman untuk merubah pola
kerja usaha, dan untuk merencanakan perbaikan-perbaikan untuk waktu
mendatang. Peternak berpendapat pencatatan belum terlalu perlu dilakukan karena
mereka menganggap tanpa melakukan pencatatan pun mereka sudah mengetahui
atas hasil yang didapatkan dari usahanya.
Penyusunan prioritas pengembangan usaha masuk kategori sedang yaitu 50,88
%. Sebagian besar peternak sudah cukup baik dalam melakukan pengembangan
usaha seperti meningkatkan kepemilikan ternak dan mengalokasikan modal kredit
atau pinjaman untuk usaha sapi perahnya. Tingkat kepemilikan ternak yang dimiliki
peternak anggota sebagian besar masih jauh dari kelayakan usaha sapi perah yang
dimana rata-rata kepemilikan sapi produktif 1-3 ekor. Hal tersebut karena kadang
mereka merasa usaha sapi perah mereka belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-
hari mereka karena penghasilannya yang sedikit, biasanya ternak tersebut dijadikan
sebagai tabungan jika ada keperluan mendadak seperti biaya pengobatan dan untuk
biaya sekolah. Tetapi peternak mempunyai keinginan meningkatkan skala
kepemilikan dengan membeli bibit indukan ataupun hanya melalui penambahan
ternak melalui perkawinan IB saja. Peternak juga biasanya mengalokasikan
sebagian pinjaman untuk menambah biaya pembelian sapi, pembelian ampas tahu,
dan perbaikan kandang dan juga untuk kebutuhan sehari-hari. Tetapi peternak
cukup mempunyai prioritas atas usaha sapi perah yang dijalaninya agar usaha sapi
perahnya dapat lebih berkembang.
Pengembangan belajar termasuk dalam kategori tinggi yaitu 45,98 %. Peternak
akan selalu membutuhkan media untuk belajar agar pengetahuan mengenai usaha
sapi perah terus bertambah. Peternak lebih banyak menambah wawasan atau
73
pengetahuanya dengan berdiskusi dengan peternak lainnya dan bertanya dengan
petugas KUD Sinar Jaya seperti petugas tester pada saat penerimaan susu, petugas
IB ataupun dokter hewan. Penyuluhan juga merupakan salah satu media yang biasa
digunakan peternak dalam media pembelajaran mengenai usaha sapi perah tetapi
karena frekuensi penyuluhan di KUD Sinar Jaya masih dirasa kurang peternak
masih belum merasa puas dengan pengembangan belajar melalui penyuluhan yang
dilakukan KUD Sinar Jaya.
4.6 Hubungan antara Peran Koperasi dengan Keberdayaan Peternak Sapi
Perah KUD Sinar Jaya
Berdasarkan hasil perhitungan rank spearman menggunakan aplikasi SPSS
diperoleh nilai koefisien korelasi rank spearman (rs) hubungan antara tingkat peran
koperasi dengan keberdayaan peternak sapi perah adalah 0,412. Nilai korelasi
tersebut menandakan bahwa hubungan antara peran koperasi dengan keberdayaan
peternak sapi perah adalah positif (searah) pada taraf ɑ = 0,05 atau 5 % dan hasil
interpretasi menunjukan hubungan yang cukup berarti antara peran koperasi dengan
keberdayaan peternak sapi perah. Melalui uji signifikansi didapat hasil p-value < α
maka tolak H0 dan terima H1.
Korelasi yang didapatkan dari peran koperasi dengan keberdayaan peternak
sapi perah yaitu cukup berarti. Perolehan hasil korelasi tersebut dapat disebabkan
karena peran KUD Sinar Jaya dari beberapa aspek seperti penerapan budidaya yang
baik, memfasilitasi modal, pelayanan dan pengadaan sarana produsi dan
penanganan hasil produsksi sebelum pemasaran masih ada yang belum optimal.
Seperti penerapan budidaya yang baik dan pelayanan dan pengadaan sarana
produksi. Karena beberapa aspek tersebut secara tidak langsung berkaitan dengan
74
proses pemberdayaan peternak dalam pengembangan keberdayaan peternak sapi
perah. Penerapan budidaya yang baik melalui penyuluhan termasuk dalam kategori
sedang yang dimana penyuluhan ini salah satu media dalam proses pemberdayaan
bagi peternak yang nantinya dapat mengembangkan keberdayaan peternak dengan
timbulnya sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang lebih baik lagi dalam aspek
beternak maupun dalam perannya sebagai manajer. Seperti menurut Mardikanto
dan Soebianto (2013) dalam mengoptimalkan dan atau memperkuat keberdayaan,
pemberdayaan harus didesain sebagai proses belajar atau dalam setiap upaya
pemberdayaan harus terkandung upaya-upaya pembelajaran atau penyelenggaraan
pelatihan, penyuluhan dan lain-lain. Sedangkan dalam pelayanan dan penyediaan
sarana produksi perlu ditingkatkan lagi seperti dari aspek pelayanan kesehatan dan
IB serta penyediaan konsentrat karena hal tersebut merupakan sarana yang dapat
dikatakan penting karena dapat mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan.
Jika peran koperasi sangat optimal maka meningkat pula keberdayaan peternak
sapi perah, sebaliknya jika peran koperasi tidak optimal maka keberdayaan sapi
perah pun akan rendah. Peran koperasi sangat dibutuhkan dalam mengembangkan
keberdayaan peternak sapi perah karena dapat berperan sebagai fasilitator yang
mendampingi proses pemberdayaan peternak sapi perah dengan segala pelayanan
maupun fasilitas yang diberikan KUD Sinar Jaya. Seperti menurut Yunasaf (2007)
koperasi dapat berperan strategis di dalam memberdayakan peternak sapi perah,
karena merupakan organisasi ekonomi yang otonom, yang dimiliki oleh para
peternak.