ispa 5
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 ispa 5
1/110
SKRIPSI
HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN
PENYAKIT INFEKSI PADA BAYI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GALESONG UTARA
KABUPATEN TAKALAR
HAJAR HASAN
K 111 11 008
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
-
7/25/2019 ispa 5
2/110
-
7/25/2019 ispa 5
3/110
-
7/25/2019 ispa 5
4/110
i
RINGKASAN
Universitas HasanuddinFakultas Kesehatan Masyarakat
Epidemiologi
Hajar Hasan
Hubungan Praktik Pemberian ASI dengan Kejadian Penyakit Infeksi pada
Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar
(ix+ 75 Halaman+ 8 Tabel + 2 Gambar + 7 lampiran )
Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian yang
terjadi pada bayi dan anak terutama sering terjadi pada negara berkembang
termasuk Indonesia. Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi seseorang akan lebih
rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitankarena penyakit infeksi serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi
dan balita. Data World Health Statistics menunjukkan bahwa lebih dari 70%
kematian balita disebabkan oleh penyakit infeksi. Prevalensi penyakit infeksi di
Puskesmas Galesong Utara pada tahun 2014 yaitu mencapai 82 %. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan praktik pemberian ASI dengan
kejadian penyakit infeksi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar
Jenis Penelitian ini yaitu menggunakan studi observasional analitik
dengan rancangan desain penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini
adalah semua ibu yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan yang bertempat tinggal
di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar pada tahun 2014yaitu 125 orang dan tercatat dalam buku registrasi persalinan di Puskesmas
Galesong Utara. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan
exhaustive samplingdimana keseluruhan dari populasi menjadi sampel penelitian
yaitu 125 sampel. Data dianalisis menggunakan uji statistik chi square dengan
tingkat kemaknaan = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 116 bayi terdapat 82 bayi atau
70,7% yang pernah menderita penyakit infeksi. Berdasarkan hasil analisis bivariat
terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (p= 0,004), Pemberian
ASI eksklusif (p=0,000) dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi serta tidak
ada hubungan dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dengan
kejadian penyakit infeksi pada bayi (p> 0,05). `Disarankan kepada instansi kesehatan khususnya bagian KIA di
Puskesmas Galesong Utara agar kiranya memperbanyak program kesehatan
seperti melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait kejadian penyakit
infeksi pada bayi sehingga masyarakat dapat mengetahui pencegahan tentang
penyakit infeksi kepada bayi, untuk menekan angka kematian maupun kesakitan
akibat penyakit infeksi.
.
Kata Kunci:IMD, ASI eksklusif, MP ASI, penyakit infeksi, bayi
Daftar Pustaka: 40 (20032014)
-
7/25/2019 ispa 5
5/110
ii
KATA PENGANTAR
Kata yang lebih pantas dan berharga untuk diucapkan hanyalah puji dan
syukur tiada terhingga atas karunia berkah yang dilimpahkan oleh Allah SWT.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, guna memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan S.1 di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin dengan judul penelitian Hubungan Praktik
Pemberian ASI dengan Kejadian Penyakit Infeksi pada Bayi di Wilyah
Kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar. Berkah itu tidak
mungkin akan terlupakan, terutama dalam usaha penyelesaian penyusunan skripsi
ini.
Sebagai pertanda akan ketidak sempurnaan dari diri penulis sebagai insan
manusia maka segala kekurangan yang mewarnai skripsi ini baik dalam metode
penulisan maupun dalam pemaparan isinya diharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari pembaca. Dalam upaya menciptkan diri untuk lebih
dekat dengan orang yang mencintai kebenaran dan kebijakan.
Dalam proses perjuangan yang panjang dan cukup melelahkan ini,
pengorbanan fisik dan nonfisik, tidak mengenal putus asa serta ketabahan dan
kesabaran hanya dapat dimaknai dari hasil akhir yang diraih dengan semua proses
pemebelajaran akademik yang besar artinya, serta diharapkan mampu mengantar
penulis kejenjang perjuangan yang lebih panjang lagi. Begitu pula dalam proses
penyelesaian skripsi ini, peranan dari berbagai pihak sangat besar artinya dalam
mengantar penulis menuju gerbang cita-cita yang mulia.
-
7/25/2019 ispa 5
6/110
iii
iii
Sembah sujudku serta penghargaan yang tak terhingga pada kedua orang
tuaku tercinta. Ayahanda H.Hasan Dini dan Ibunda Hj. St. Haoleni yang telah
mewarnai sikap, perilaku, dan segala pengorbanannya semoga mendapat balasan
dari Allah SWT. Serta saudaraku tersayang Hasni Hasan. S.Ag, Salawati Hasan,
Hasanuddin Hasan. A.Md, Haerani Hasan. S.Pd yang selalu memberikan
dorongan, bantuan dan semangat didalam penyusunan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini, tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan pihak lain.
Oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terimah kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Noer Nasry Noor, MPH selaku pembimbing 1 dan Bapak
Dian Sidik A,SKM, MKM selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis tanpa lelah.
2. Bapak Prof.Dr.drg.H.A.Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan Fakultas
Kesehatan Masayarakat Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Ansariadi,SKM, M.Sc.PH,Ph.D selaku ketua jurusan epidemiologi
beserta seluruh dosen dan staf pegawai atas segala bantuan dan
perhatiannya yang telah diberikan.
4. Ibu Balqis, SKM,M.Kes,M.Sc.PH selaku penasehat akademik yang telah
membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan pendidikannya.
5. Ibu Jumriani Ansar,SKM,M.Kes, ibu Dr. Suriah,SKM, M.Kes, dan Bapak
Abdul Salam,SKM, M.Kes selaku desen penguji yang selalu memberikan
masukan serta ilmu bagi penulis.
-
7/25/2019 ispa 5
7/110
iv
iv
6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar dan Kepala Puskesmas
Galesong Utara Kabupaten Takalar yang bersedia memberikan izin dan
rekomenasi peneliti.
7. Kepada sahabat-sahabatku Muliana, Zelvy, Riana, Lilis, Rifkah, Musdalifah
dan kakanda senior Nurmina,Uchi, Ekha yang selalu membantu dan
member dorongan serta motivasi atas terampunnya skripsi ini.
8. Azhar Chaeruddin Rahim yang senantiasa meluangkan waktunya didalam
penyusunan skripsi ini.
9. Teman-Teman PBL kelurahan Rappojawa dan teman-teman KKN Profesi
Kesehatan Angkatan 47 desa Borikamase yang selalu memberikan
semangat.
10.Teman-teman angkatan 2011 terkhusus teman-teman jurusan epidemiologi
yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang mendukung
dalam menyeslesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari apa
yang diharapkan. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun guna penyempurnaan
penulisan skripsi. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi semua pihak yang membacanya
Makassar, April 2015
P e n u l i s
-
7/25/2019 ispa 5
8/110
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN........................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Penelitian ................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Umum Penyakit Infeksi ............................................ 8
B.Tinjauan Umum ASI Eksklusif ................................................. 13
C.TinjauanUmumMP-ASI ........................................................... 25
D.TinjauanUmum IMD ............................................................... 28
BAB III KERANGKA KONSEP
A.Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ........................................ 35
-
7/25/2019 ispa 5
9/110
v
v
B. Kerangka Konsep ..................................................................... 37
C.Definsi Operasional dan Kriteria Objektif ................................ 37
D.Hipotesis Penelitian .................................................................. 40
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................ 41
B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 41`
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 42
D. Subjek penelitian ..................................................................... 43
E. Pengumpulan Data .................................................................. 44
F. Pengolahan Data ..................................................................... 45
G. Analisi Data ........................................................................... 46
H. Penyanjian Data ...................................................................... 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 48
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 49
C. Pembahasan............................................................................. 60
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran ...................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 72
LAMPIRAN
-
7/25/2019 ispa 5
10/110
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 Komposisi Kandungan ASI. 21
Tabel 2 Perkiraan Kebutuhan ASI Untuk Bayi Usia 1-24 Minggu 22
Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan di wilayah kerja
Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar 51
Tabel 4 Karakteristik Jenis Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Galesong Utara Kabupaten Takalar... 52
Tabel 5 Distribusi Variabel penelitian di wilayah kerja Puskesmas
Galesong Utara Kabupaten Takalar... 54
Tabel 6 Hubungan Inisiasi Menusu Dini dengan Kejadian Penyakit
Infeksi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong
Utara Kabupaten Takalar... 56
Tablel 7Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian
Penyakit Infeksi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Galesong Utara Kabupaten Takalar... 58
Tabel 8Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Penyakit
Infeksi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong
Utara Kabupaten Takalar... 59
-
7/25/2019 ispa 5
11/110
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 :Kerangka Konsep
Gambar 2: Peta wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara tahun 2014
-
7/25/2019 ispa 5
12/110
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
Lampiran 2: Hasil Analisi Data
Lampiran 3: Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Bagian Epidemiologi
Lampiran 4: Surat Izin Penelitian dari FKM UNHAS
Lampiran5: Surat Izin Penelitian Dari Kesatuan Bangsa dan Politik Kab. Takalar
Lampiran 6: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Puskesmas
Galesong Utara
Lampiran 7: Dokumentasi
Lampiran 8: Riwayat Hidup
-
7/25/2019 ispa 5
13/110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian
yang terjadi pada bayi dan anak terutama sering terjadi pada negara
berkembang termasuk Indonesia. Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi
seseorang akan lebih rentan terhadap infeksi. Penyakit infeksi masih
merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan
masih tingginya angka kesakitan karena penyakit infeksi serta menimbulkan
banyak kematian terutama pada bayi dan balita ( Riskesdas 2013).
Menurut data WHO pada tahun 2000-2003 penyakit infeksi (diare dan
pneumonia) merupakan penyebab kematian dua urutan tertinggi di dunia pada
anak di bawah umur lima tahun, dengan Proportional Mortality Rate (PMR)
17% dan 19 %. Pada tahun yang sama, penyakit infeksi yaitu diare di Asia
Tenggara juga menempati urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak di
bawah umur lima tahun dengan PMR sebesar 18% (Vieira, Silva et al. 2003)
Menurut UNICEF penyakit infeksi merupakan penyebab kematian
utama. Dari 9 juta kematian pada bayi dan balita per tahunnya di dunia, lebih
dari 2 juta di antaranya meninggal akibat penyakit ISPA (Chidiebere, Stanley
et al. 2014). WHO melaporkan lebih dari 50% kasus penyakit infeksi berada
di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan, tiga per empat kasus
penyakit infeksi pada balita berada di 15 negara berkembang. Indonesia
-
7/25/2019 ispa 5
14/110
2
termasuk dalam himpunan 15 negara itu, dan menduduki tempat ke-6 dengan
jumlah 6 juta kasus. Data World Health Statistics menunjukkan bahwa lebih
dari 70% kematian balita disebabkan oleh penyakit infeksi (seperti diare,
pneumonia, campak, malaria dan malnutrisi) (Ehlayel, Bener et al. 2009).
Angka kematian bayi di Indonesia, yang disebabkan oleh penyakit
infeksi masih tinggi. Adapun salah satu cara untuk mengurangi prevalensi
penyakit infeksi adalah Pemberian ASI eksklusif. Dalam menyukseskan
pemberian ASI eksklusif adalah dengan IMD. IMD yang dilakukan pada satu
jam pertama setelah kelahiran bayi dapat menentukan keberhasilan ibu dalam
menyusu secara optimal serta mengurangi kematian terutama yang
disebabkan penyakit infeksi. Hal ini dibuktikan oleh data Riskesdas (2007)
bahwa penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan
pneumonia(23,8%). Penyakit diare termasuk ke dalam sepuluh penyakit yang
sering menimbulkan kejadian luar biasa. Berdasarkan laporan yang diperoleh
dari Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) tahun
2010, frekuensi KLB diare menempati urutan ke enam setelah DBD,
chikungunya, keracunan makanan, difteri, dan campak (Depkes RI, 2011).
Sedangkan, prevalensi pneumonia pada bayi di Indonesia adalah 0,76%
dengan rentang antar provinsi sebesar 0-13,2% (Riskesdas, 2007).
Angka kematian bayi di Sulawesi selatan menurut hasil
suskemas/susenas 2002-2003 sebesar 47 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan
hasil susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulawesi selatan pada tahun 2005
sebesar 36 per kelahiran, dan hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan angka 41
-
7/25/2019 ispa 5
15/110
3
per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Dinas Provinsi Sulawesi Selatan
,2013).
Berdasarkan laporan jumlah kematian bayi di Takalar juga Nampak
berfluktuasi, pada tahun 2007 terjadi 19 kematian bayi (3,6 per 1000 kelahiran
hidup) mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 14 kematian bayi (2,5
kematian bayi per 1000) namun meningkat kembali pada tahun 2009 menjadi
19 kematian bayi (3,6 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup) kemudian
mengalami penurunan menjadi 17 kematian bayi ( 3,1 kematian per 1000
kelhiran bayi) dan pada tahun 2010 menurun lagi menjadi 7 kematian bayi
(7,0 kematian per 1000 kelahiran hidup) hal ini di sebabkan karena penyakit
infeksi (Dinkes Kab.Takalar 2013).
Puskesmas Galesong Utara merupakan salah satu puskesmas yang
terletak di kabupaten Takalar dengan membawahi 5 desa diantaranya adalah
Bontosunggu, Tamasaju, Bontolebang, Tamalate, dan Sampulungan. Total
kunjungan pasien tahun 2014 sebanyak 6133 kunjungan. Adapun prevalensi
penyakit infeksi pada bayi yang paling tinggi tahun 2014 di puskesmas
Galesong Utara adalah diare yaitu mencapai 941 kasus dengan prevalensi
15%, ISPA yaitu mencapai 3822 kasus dengan prevalensi 62%, dan penyakit
ILI yaitu mencapai 327 kasus dengan prevalnesi 5%. Jadi prevalensi penyakit
infeksi di puskesmas Galesong Utara pada tahun 2014 yaitu mencapai 82 %
(puskesmas 2014).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu program Departemen
Kesehatan di Indonesia, yang dimaksudkan untuk memberikan rangsangan
-
7/25/2019 ispa 5
16/110
4
awal dimulainya pemberian ASI secara dini, dan diharapkan berkelanjutan
selama 6 bulan pertama ASI eksklusif, karena kegagalan IMD dan pemberian
ASI eksklusif pada periode tersebut, berpotensi menimbulkan defisiensi bahan
nutrient pada bayi, serta memungkinkan terjadinya status gizi kurang, yang
berujung pada turunnya IQ point bayi (sutriani 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa IMD dapat mengurangi angka
kematian neonatal sebesar 22 %. Di negara-negara berkembang IMD dapat
menghemat sebanyak 1.45 juta jiwa setiap tahun. Hasil penelitian (Baker
dkk.,2009) di Bolivia dan Madagascar, seperempat sampai setengah dari
kematian bayi di Negara berkembang terjadi pada minggu pertama kehidupan.
(N, L. S. (2012). Adapun penelitian yang dilakuan oleh Minarsih dkk tahun
2010 dengan judul penelitian hubungan praktik inisiasi menyusu dini dengan
kejadian diare pada bayi umur 012 bulan didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan antara praktik inisiasi menyusu dini dengan kejadian diare dan
umur pertama kejadian diare pada bayi (Minarsih and Adiningsih 2010).
Adapun beberapa penelitian yang terkait dengan hubungan pemberian
ASI ekslusif, MP-ASI dan IMD dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sri Nauli Harahap tahun
2012 dengan judul penelitian hubungan pemberian MP ASI dini dengan
kejadian penyakit infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012
adapun hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
-
7/25/2019 ispa 5
17/110
5
pemberian MP ASI dini dengan kejadian penyakit infeksi (p
-
7/25/2019 ispa 5
18/110
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan praktik pemberian ASI dengan kejadian
penyakit infeksi pada bayi di wilayah kerja puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui hubungan pemberian ASI esklusif dengan kejadian
penyakit infeksi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong
Utara Kabupaten Takalar.
b) Mengetahui hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kejadian
penyakit infeksi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong
Utara Kabupaten Takalar.
c) Mengetahui hubungan pemberian MP ASI dengan kejadian penyakit
infeksi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan
dan sebagai media untuk menambah pengalaman peneliti.
2. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca serta dapat menjadi referensi dalam rangka mengembangkan
konsep bagi peneliti berikutnya.
-
7/25/2019 ispa 5
19/110
7
3. Manfaat bagi peneliti
Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu
pengetahuan dan informasi yang telah diperoleh.
4. Manfaat bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan
masyarakat bagi yang membaca penelitian tersebut.
-
7/25/2019 ispa 5
20/110
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Penyakit infeksi
1. Pengertian
Menurut UNICEF Penyakit infeksi merupakan penyebab kematian
utama kesakitan dan kematian yang terjadi pada bayi dan anak.
Terutama sering terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia.
Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi seseorang akan lebih rentan
terhadap infeksi Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan
bagi masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan masih tingginya angka
kesakitan karena penyakit infeksi serta menimbulkan banyak kematian
terutama pada bayi dan balita
Penyakit infeksi adalah masuknya kuman atau bibit penyakit baik
virus, bakteri maupun jamur ke dalam organ tubuh dan berkembang biak
serta menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dalam tubuh. Gejala
utama terjadinya infeksi pada manusia adalah meningkatnya suhu badan
yang disebut dengan demam (Harahap 2010).
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit
penyakit seperti bakteri, virus, jamur, cacing, dsb. Rahmah (2010)
mengemukakan bahwa penyakit infeksi mempunyai efek terhadap status
gizi untuk semua umur, tetapi lebih nyata pada kelompok anak.
Kebutuhan
-
7/25/2019 ispa 5
21/110
9
energi pada saat infeksi biasa mencapai dua kali kebutuhan normal
karena meningkatnya metabolisme dalam tubuh. Penyakit infeksi dapat
bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat
menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran
pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit.
Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit. Jaringan tubuh
pada bayi dan balita belum sempurna dalam upaya membentuk
pertahanan tubuh seperti halnya orang dewasa. Umumnya penyakit yang
menyerang anak bersifat akut artinya penyakit menyerang secara
mendadak dan gejala timbul dengan cepat.
2. Penyakit infeksi yang sering terjadi pada bayi
a) ISPA
ISPA adalah penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang
ditandai dengan demam, sakit kepala, pilek, nyeri menelan dan batuk.
Penyebaran dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat
melalui partikel udara yang dikeluarkan melalui percikan (droplet) pada
saat batuk/ bersin. Batas waktu 14 hari diambil untuk menunjukkan
berlangsungnya proses akut, meskipun beberapa penyakit yang dapat
digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari
(Harahap 2010).
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-
kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami
-
7/25/2019 ispa 5
22/110
10
3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-60 % dari kunjungan di
Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang
disebabkan oleh ISPA mencakup 20% - 30%. Kematian yang terbesar
umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari
2 bulan hal ini disebabkan oleh pemberian MP-ASI dini (Harahap
2010).
Beberapa sumber yang digunakan untuk meneliti hubungan antara
menyusui dan resiko ISPA pada bayi yang lahir cukup bulan. Analisis
dari data-data yang diteliti menunjukkan pada negara-negara
berkembang, bayi yang diberikan susu formula mengalami 3 kali lebih
sering gangguan pernafasan yang membutuhkan perawatan intensif di
rumah sakit, dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif
selama 4 bulan atau lebih. Para peneliti di Australia Barat melakukan
penelitian terhadap 2602 anak-anak untuk melihat peningkatan resiko
asma dan gangguan pernafasan pada 6 tahun pertama. Anak-anak yang
tidak mendapatkan ASI beresiko 40% lebih tinggi terkena asma dan
gangguan pernafasan dibandingkan dengan anak-anak yang
mendapatkan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan. Para peneliti ini
merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif sekurangnya 4
bulan untuk mengurangi resiko terkena asma dan gangguan pernafasan
(Harahap 2010).
-
7/25/2019 ispa 5
23/110
11
b) Diare
Menurut WHO (2009) Diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari
tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan
diare persisten terjadi selama 14 hari. Secara klinis penyebab diare
terbagi menjadi enam kelompok, yaitu infeksi, malabsorbsi, alergi,
keracunan makanan, imunodefisiensi dan penyebab lainnya. Misalnya
gangguan fungsional dan malnutrisi.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari)
yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita
(Depkes, 2010).
Diare merupakan penyebab kematian yang banyak dijumpai pada
anak kecil. Kematian karena diare umumnya disebabkan oleh dehidrasi
karena diare dan muntah yang berdampak pada hilangnya air dan garam
tubuh. Hal ini terjadi saat anak belajar mendapatkan MP-ASI. Makanan
yang dimakan anak mungkin mengandung banyak kuman yang dapat
menyebabkan infeksi usus dan anak terkena diare.
Antara keadan gizi buruk dan dan penyakit diare terhadap
hubungan yang sangat erat sulit untuk mengatakan apakah terjadinya
gizi buruk akibat adanya diare ataukah kejadian diare adalah
disebabkan keadaan gizi buruk. Diare murupakan suatu gejala penyakit
yang dapat terjadi karena berbagai sebab yaitu salah makan, makanan
-
7/25/2019 ispa 5
24/110
12
yang basi atau busuk seperti sering terjadi pada pemberian susu botol
yang telah basi, yang akan berakibat infeksi. Mengingat tingginya
angka kematian akibat diare dan gizi buruk, maka penanganan penderita
harus dilakukan dengan cermat. Disamping pengembalian cairan yang
hilang, pemberian makanan pun harus seksama sehingga
memungkinkan tercapainya kembali berat badan anak (Harahap 2010).
Adapun Penelitian yang dilaksanakan oleh Winda di Puskesmas
Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta pada tahun 2010
menunjukkan prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang
mendapatkan ASI eksklusif sebesar 43,33 %. Sedangkan prevalensi
kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapat MP-ASI dini
sebesar 56,67 % (Wijayanti 2010).
c) ILI (Influenza Like Illnes)
Influenza Like Illness (ILI) adalah suatu proses infeksi akut pada
saluran pernafasan dengan gejala klinis demam, sakit tenggorokan
disertai batuk atau pilek. ILI merupakan masalah kesehatan di dunia
tidak saja di negara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS,
Kanada dan negara-negara Eropa (Kemenkes RI,2014).
Penularan Penyakit ILI yaitu Transmisi virus influenza lewat
partikel udara dan lokalisasinya di traktus respiratorius. Penularan
bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus
tersebut masuk ke dalam saluran napas. Penularan dari virus influenza
secara umum dapat terjadi melalui inhalasi, kontak langsung taupun
-
7/25/2019 ispa 5
25/110
13
kontak tidak langsung. Pada dosis infeksi 10 virus/droplet 50 % orang-
orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza.
B. Tinjauan Umum ASI
1. Pengertian
Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia (Tahun 2010), mendefinisikan ASI yaitu cairan hidup
yang mengandung sel-sel darah putih, imunoglobin, enzim dan hormon,
serta protein spesifik dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. ASI adalah suatu emulsi lemak
dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh
kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bayi Dan
didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) tahun 2012,
menyatakan bahwa air susu ibu yang singkat menjadi ASI adalah cairan
yang keluar dari kedua belah kelenjar payudara ibu yang mengandung
nilai gizi dan menjadi makan utama bayi (Sahusilawane 2013).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang direkomendasikan
bagi semua bayi. American Academy of Pediatrics (AAP) dan World
Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai usia 1 tahun atau
lebih. ASI telah dikenal luas memiliki berbagai kelebihan dibandingkan
susu formula, antara lain komposisi nutrisi yang lebih baik, mengandung
zat antibodi dan enzim yang berguna untuk kesehatan.
-
7/25/2019 ispa 5
26/110
14
Menurut Fikawati dan Syafiq, WHO menyatakan ASI eksklusif
adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan atau makanan padat
apapun kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes ataupun
sirup sampai usia 6 bulan. Defenisi dari departemen kesehatan RI (2003)
menyebutkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi
tanpa diberi makanan dan minuman lain sejak lahir sampai usia 6 bulan,
kecuali pemberian obat dan vitamin (Nana Yuliana, 2013).
Pengaturan mengenai pemberian ASI Eksklusif juga diatur dalam
pasal 128 Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
sebagai berikut:
a) Setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.
b) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah daerah,
dan masyarakat harus mendudukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
c) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.
Sementara pada peraturan pemerintah RI Nomor 33 tahun 2012
tentang air susu ibu eksklusif, pasal (2) menyebutkan bahwa pengaturan
pemberian ASI ekskluisf bertujuan untuk:
a) menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif
sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.
-
7/25/2019 ispa 5
27/110
15
b) memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya, dan
c) meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah
daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif.
2. Pemberian ASI Eksklusif
UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
sampai bayi berumur enam bulan. Setelah itu anak harus diberi makanan
padat dan semi padat sebagai makanan tambahan selain ASI. ASI
eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI
tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak
pada umur tesebut. Pengenalan dini makanan yang rendah energi dan gizi
atau yang disiapkan dalam kondisi tidak higenis dapat menyebabkan
anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asing, sehingga
mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit (Kemenkes
2014).
Berdasarkan Mentri Kesehatan nomor 450/MENKES/SK/VI/2004
tentang pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia yaitu:
a) Menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan
dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau
lebih dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.
b) Tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang
baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif dengan mengacu
pada 10 langkah keberhasilan menyusui.
-
7/25/2019 ispa 5
28/110
16
3. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
Manfaat pemberian ASI eksklusif yang terpenting bagi bayi adalah
sebagai berikut:
a) ASI eksklusif sebagai nutrisi
Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai
sepasang atau lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar
air susu akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayi. ASI
merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebuthan pertumbuhan bayi. ASI
adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal
sampai umur 6 bulan.
b) ASI eksklusif meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang masih berada dalam kandungan, secara alamiah akan
mendapat imunoglobin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui tali
plasenta. Namun kadar zat ini akan cepat menurun setelah bayi lahir.
Tubuh bayi baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga
mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan. Pada
saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk
oleh badan bayi belum mencukupi maka terjadi kesenjangan zat pada
bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI,
karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan yang akan
-
7/25/2019 ispa 5
29/110
17
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, virus, parasit, dan
jamur.
c) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Perkembangan kecerdasan berkaitan erat dengan pertumbuhan
otak. Ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan. Faktor genetik
dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau faktor bawaan menentukan
potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua. Faktor ini
tidak dapat dimanipulasi ataupun direkayasa. Faktor lingkungan adalah
faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai
secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat
dimanipulasi atau direkayasa.
Selain hal tersebut diatas faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan otak bayi dan anak adalah nutrisi atau gizi yang
diterimanya. ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat menunjang
perkembangan kognitifnya.
d) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui
akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan
tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya
yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan
disayangi merupakan dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk
kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
-
7/25/2019 ispa 5
30/110
18
4. Komposisi ASI
IDAI (2008), menyatakan bahwa keunggulan dan keistimewaan
ASI sebagai nutrisi untuk bayi sudah tidak diragukan lagi. Seperti halnya
nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan mikro
nutrisi. Yang termasuk mkaronutrien adalah karbohidrat, protein dan
lemak. Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang
menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari pertama
sampai hari kelima menyusu kaya akan zat gizi terutama protein.
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena
itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan
air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas.
Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu
formula lebih kental dibandingkan ASI sehingga dapat menyebabkan
terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula IDAI,2008
dikutip oleh (Sahusilawane 2013).
Ada empat faktor yang mempengaruhi komposisi ASI,
soetjiningsih tahun 1997 faktor-faktor yang dimaksud yaitu: stadium
laktasi, ras, dan keadaan nutrisi. Kristiyanasari (2011) dalam Helene
Esterlina Sahusilawane (2013), menyatakan bahwa komposisi ASI tidak
sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan laktasi, komposisi ASI
dibedakan menjadi tiga macam,yaitu:
a) Kolostrum
-
7/25/2019 ispa 5
31/110
19
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material
yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum
dan setelah masa puerperium. Kolostrum disekresi oleh kelenjar
payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat.
Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.
Kolostrum merupakan cairan viscous yang agak kental berwarna
kekuning-kuningan lebih kuning di bandingkan dengan ASI mature,
bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel
epitel.
Berat jenis kolostrum 1.040-1.060, berbeda dengan rata-rata
berat jenis ASI matur 1.030. Kolostrum merupakan pencahar yang
ideal untuk membersihkan mekoneum, sehingga mukosa usus bayi
yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Kolostrum lebih
banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI matur, serta
lebih banyak mengandung antibodi yang dapat memberikan
perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan.
a. ASI Masa Transisi/Peralihan
ASI masa transisi/peralihan merupakan ASI peralihan dari
kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. Disekresi dari hari
keempat sampai hari ke sepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula
pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada
minggu ketiga sampai minggu kelima.
-
7/25/2019 ispa 5
32/110
20
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu
(laktosa). ASI mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah
laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi
cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein
meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walaupun
kadar protein, laktosa, dan nutrient yang larut dalam air sama pada
setiap kali periode menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.
Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi
protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin
tinggi, hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi
yang mulai aktif dan mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa
ini pengeluaran ASI mulai stabil.
b. ASI Matur
ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari kesepuluh
dan seterusnya, komposisi relative konstan (ada pula yang
menyatakan bahwa komposisi ASI relative konstan baru mulai
minggu ketiga sampai menggu kelima). Pada ibu yang sehat dimana
produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang
paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
ASI matur merupakan suatu cairan yang berwarna putih
kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat,
riboflavin dan karoten, yang terdapat di dalamnya. ASI matur jika
dipanaskan tidak menggumpal. Di dalam ASI matur terdapat
-
7/25/2019 ispa 5
33/110
21
antimicrobial faktor antara lain: antibody terhadap bakteri dan virus,
sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T), enzim
(lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amylase, fosfo
diesterase, alkalinfosfatase), protein (laktoferin, B12 Binding protein),
resistance faktor terhadap stafilokokus, komplemen, interferon
producing cell, sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah
dan adanya faktor bifidus, hormon.
Untuk lebih jelasnya dalam melihat perbandingan komposisi
kandungan ASI, dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1
Komposisi Kandungan ASI
Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur
Energy (kg kla)
Laktosa (gr.100ml)Lemak (gr/100)
Protein (gr/100)
Mineral (gr/100)
Immunoglobin:
Ig A (mg/100 ml)
Ig G (mg/100 ml)
Ig M (mg/100 ml)
Lisozim (mg/100 ml)
Laktoferin
57,0
6,5
2,9
1,195
0,3
335,9
5,9
17,1
14,2-16,4
420-520
63,0
6,7
3,6
0,965
0,3
-
-
-
-
-
65,0
7,0
3,8
1,324
0,2
119.6
2,9
2,9
24,3-27,5
250- 270
Sumber: Marimbi,2010 dan Kristiyanasari, 2011 dalam Helene EsterlinaSahusilawane tahun 2013
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk
setiap waktu menyusui, dengan jumlah berkisar antara 450-12000 ml
dengan rata-rata antara 750-850 ml/hari. Banyaknya ASI yang bersal dari
ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah
-
7/25/2019 ispa 5
34/110
22
hanya 100-200 ml/hari ( IDAI,2008 dalam Helene Esterlina Sahusilawane
tahun 2013).
Jumlah ASI yang dibutuhkan oleh bayi tergantung pada usia dan
berat badan bayi. Seperti terlihat pada tabel 2 berikut tentang kebutuhan
ASI untuk bayi usia 1-24 minggu.
Tabel 2
Perkiraan Kebutuhan ASI Untuk Bayi Usia 1-24 Minggu
Usia Bayi Kebutuhan/hari
Minggu ke Satu
Minggu ke 2-3
Minggu ke 4-7
Minngu ke 8- 12
Minggu ke 1224
100450 ml
450600 ml
600650 ml
650750 ml
750850 ml
Sumber: Moejie dalam Marimbi, 2010 dikutip oleh (Sahusilawane 2013)
Menurut hasil penelitian Irawati (2007), ada beberapa komposisi
ASI eksklusif yang sangat bermanfaat bagi bayi yaitu:
a) Karbohidarat
Dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah
setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah
laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa lebih
manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang
-
7/25/2019 ispa 5
35/110
23
sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum
PASI. Dengan demikian pemberian ASI akan semakin sukses.
Hidarat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk
pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel
syaraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium
mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang
menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadi
tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan
mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi.
b) Protein
Dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun
demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya
hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein
unsur whey. Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI
adalah 80:40, sedangkan dalam PASI 20:80. Artinya protein dalam
PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem
pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein
yang sukar diabsorbsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering
menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang
menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi
diberikan PASI.
c) Lemak
-
7/25/2019 ispa 5
36/110
24
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian
meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap
kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi
lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10
menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan
hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan
kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI
mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan
otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase.
Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula
tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila
dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap
lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare.
Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya
dengan PASI yaitu 6 : 1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak
yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu
perkembanga sel syaraf otak bayi.
d) Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya
relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur
6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang
sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak di Hubungani
-
7/25/2019 ispa 5
37/110
25
oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi,
tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan memperberat
kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan
meningkatkan pertumbuhan dalam bakteri yang merugikan sehigga
mengakibat kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung,
gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme.
e) Vitamin
ASI menggandung vitamin yang lengkap yang dapat
mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitmin K, karena
bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.
C. Tinjauan Makanan Pendamping ASI
1. Definisi MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang
berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya
(Depkes,2006). Semakin meningkat umur bayi atau anak, kebutuhan
akan zat gizi semakin bertambah karena proses tumbuh kembang,
sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-
ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap
baik bentuk maupun jumlahnya,sesuai dengan kemampuan pencernaan
bayi atau anak.pemberian MP-ASI yang cukup dalam kualitas penting
-
7/25/2019 ispa 5
38/110
26
untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang
betambah pesat pada periode ini (Depkes 2000).
MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara
bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk
menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-
ASI (Depkes RI, 2004).
Ada 4 kesalahan dalam pelaksanaan IMD. Pertama, bayi baru lahir
biasanya sudah dibungkus sebelum diletakkan didada ibu akibatnya
tidak terjadi kontak kulit. Kedua, bayi bukan menyusu melainkan
disusui, berbeda antara menyusu sebelum dia siap untuk disusukan.
Ketiga, memaksakan bayi untuk menyusu sebelum dia siap untuk
disusukan. Keempat, bayi dipisahkan dari ibunya untuk dibawa ke
ruang pemulihan untuk tindak lanjutan (Bate, A. I. A. 2014).
2. Anjuran WHO Tentang MP-ASI
Dalam deklasrasi innocent yang dilakukan antara perwakilan WHO
dan UNICEF pada tahun 1991, mendefenisikan bahwa pemberian
makan bayi yang optimal adalah pemberian ASI Eksklusif mulai dari
saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua
kehidupan.makanan tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi
berusia sekitar 6 bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan kenvensi
expert panel meetingyang meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan
-
7/25/2019 ispa 5
39/110
27
menyimpulkan bahwa periode 6 bulan merupakan usia bayi yang
optimal untuk pemberian ASI Eksklusif (Gibney,MJ et all,2009).
3. Jenis-jenis MP-ASI
Jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik tekstur, frekuensi,
dan porsi makan harus disesuaikan denga tahap perkembangan dan
pertumbuhan bayi dan anak usia 6-24 bulan,300 kkal per hari untuk
bayi usia 9-11 bulan, dan 550 kkal per hari untuk anak usia 12-23 bulan
(Depkes,2000) (Bownan,BA, et al, 2001).
MP-ASI pertama sebaiknya adalah golongan beras dan serealia,
karena berdaya alergi rendah, secara berangsur-ansur, di perkenalkan
sayuran yang dikukus dan dilhaluskan, buah yang di haluskan, kecuali
pisang dan alpukat matang dan yang harus di ingat adalah jagan
diberikan buah atau sayuran mentah. Setelah bayi dapat menerima beras
atau sereal, sayur dan buah dengan baik, berikan sumber protein (tabu,
tempe, daging ayam, hati ayam dan daging sapu) yang dikukus dan
dihaluskan.(Depkes, 2000)
Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang
dianggap baik adalah apabila memenuhi beberapa kriteria hal berikut :
a) Waktu pemberian yang tepat, artinya MP-ASI mulai
diperkenalkan pada bayi ketika usianya lebih dari 6 bulan dan
kebutuhan bayi akan energy dan zat-zat melebihi dari apa yang
didapatkannya melalui ASI
-
7/25/2019 ispa 5
40/110
28
b) Memadai, maksudnya adalah MP-ASI yang diberikan
memberikan energy, protein dan zat gizi mikro yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi anak.
c) Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi
mikroorganisme baik pada saat disiapkan, disimpan maupun saat
diberikan pada anak.
4. Manfaat Pemberian MP-ASI Sesuai Tahapan Umur
Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 60-70%
kebutuhan gizi bayi, sehingga bayi mulai membutuhkan makanan
pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian makanan padat pertama ini
harus memperhatikan kesiapan bayi, antara lain keterampilan motorik,
keterampilan mengecap dan mengunyah serta penerimaan terhadap rasa
dan bau. Untuk itu pemberian makanan pada pertama perlu dilakukan
secara bertahap. Misalnya, untuk melatih indera pengecapnya, berikan
bubur susu satu rasa dahulu, kemudian dicoba dengan multirasa.
D. Tinjauan Umum IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
1. Pengertian
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah memberikan ASI segera setelah
bayi dilahirkan, biasanya dalam 30 menit- 1 jam pasca bayi dilahirkan atau
pemberian air susu ibu dimulai sedini mungkin segera setelah bayi lahir,
setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan
kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu
-
7/25/2019 ispa 5
41/110
29
menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat
menyusui sendiri (Kemenkes 2014).
WHO (World Healt Organization) merekomendasikan bahwa
inisiasi menyusui dini dalam satu jam pertama kelahiran, menyusu secara
Eeksklusif selama enam bulan, diteruskan dengan makanan pendamping
ASI sampai usia dua tahun. Konferensi tentang hak anak mengakui bahwa
setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup
dan berkembang setelah persalinan (Roesli, 2008).
2. Manfaat IMD
IMD merupakan salah satu faktor yang mendukung untuk terjadinya
proses involusi uteri, karena dengan memberikan ASI segera setelah bayi
lahir memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus. Stimulasi isapan
bayi yang dikenal sebagai ejeksi atau pengeluaran ASI isapan bayi adalah
stimulasi utama pengeluaran ASI dan reflek ini dapat dikondisikan
(Martini 2012).
Manfaat lain dari inisiasi dini membantu spesies manusia menjaga
kemampuan survival (bertahan hidup) alaminya. Jika kita tidak memberi
kesempatan pada bayi baru lahir untuk melakukan inisiasi menyusu dini,
maka kita sebenarnya tengah menghilangkan kemampuan survival alami
pada satu generasi spesies manusia. Tetapi bayi itu tidak pernah mendapat
kesempatan menguji kemampuan survival untuk menemukan sendiri
sumber kehidupan mereka yaitu air susu ibu (Dalila 2013).
-
7/25/2019 ispa 5
42/110
30
Menurut KEMENKES RI tahun 2014 beberapa keuntungan IMD
adalah:
a) Keuntungan kontak kulit ibu dengan kulit bayi
1) Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi
2) Menstabilkan pernafasan
3) Mengendalikan temperatur tubuh bayi
4) Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik
5) Mendorong keterampilan bayi menyusu yang lebih cepat dan
efektif
6) Meningkatkan berat badan bayi lebih cepat
7) Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi
8) Bayi tidak banyak menangis pada satu jam pertama
9) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu didalam perut
bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap kuman
10)Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama
beberapa jam pertama kehidupannya.
b) Keuntungan IMD untuk ibu
1) Merangsang produksi hormone oksitosin. hormon oksitosin
akan merangsang kontraksi uterus dan menurunkan resiko
terjadinya perdarahan produksi ASI, keuntungan dan hubungan
mutualistik ibu dan bayi, ibu menjadi lebih tenang, fasilitas
kelahiran plasenta dan pengalihan nyeri dari berbagai prosedur
pasca persalinan lainnya.
-
7/25/2019 ispa 5
43/110
31
2) Meransang produksi hormon prolaktin. hormon prolaktin akan
meningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi stress
dan rasa kurang nyaman, memberikan efek relaksasi pada ibu
setelah bayi menyusu, menunda terjadinya ovulasi sehingga
mempunyai efek kontrasepsi.
c) Keuntungan IMD untuk bayi
1) Makanan dengan kualitas dan kualitas optimal agar kolostrum
segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
2) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang
segera kepada bayi
3) Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
4) Meningkatkan kecerdasan
5) Membantu bayi mengkoordinasi hisap, telan dan nafas
6) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
7) Mencegah kehilangan panas
8) Merangsang kolostrum segera keluar
3. LangkahLangkah Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Ada 10 langkah yang harus dilakukan untuk terlaksananya IMD
berdasrkan (Cludia 2013)yaitu :
a) Ibu perlu ditemani seseorang yang dapat memberikan rasa nyaman
dan aman saat melahirkan, baik itu suami, ibu, teman atau saudara
yang lain.
-
7/25/2019 ispa 5
44/110
32
b) Membantu proses kelahiran dengan upaya-upaya di luar obat
seperti pijatan, aromaterapi dan lain-lain kecuali jika dokter sudah
memutuskan untuk menggunakan obat atau alat pemicu.
c) Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu saat proses persalinan
atau memberikan posisi melahirkan sesuai keinginan ibu, karena
tidak semua ibu merasa nyaman dengan posisi terlentang.
d) Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk halus segera setelah
lahir tanpa dimandikan terlebih dahulu, biarkan cairan alami yang
menyelimuti kulit bayi.
e) Meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi tengkurap.
f) Membiarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu hingga bayi
menemukan puting susu ibu kemudian menyusunya.
g) Membiarkan bayi bergerak secara alami mencari payudara ibu
jangan arahkan menuju salah satu puting tetapi pastikan bayi dalam
posisi nyaman untuk mencari puting susu ibu.
h) Ibu yang melahirkan dengan sexcio caesar juga harus segera
bersentuhan dengan bayinya setelah melahirkan yang tentu
prosesnya membutuhkan perjuangan yang lebih.
i) Kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu kenyamanan bayi
seperti menimbang dan mengukur harus dilakukan setelah bayi
bisa melakukan inisiasi menyusu dini.
j) Jangan memberikan cairan atau makanan lain pada bayi kecuali
ada indikasi medis.
-
7/25/2019 ispa 5
45/110
33
4. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini
Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI tahun 2014 adapun Tujuan IMD
adalah:
a) Kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang.
b) Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan
membentuk koloni dikulit dan usus bayi sebagai perlindungan diri.
c) Kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi akan meningkatkan
ikatan kasih saying ibu dan bayi.
d) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
e) Mengurangi terjadinya anemia.
5. Faktor Yang Menghambat Proses Inisiasi Menyusu Dini
Menurut (Cludia 2013) banyak sekali masalah yang dapat
menghambat pelaksanan IMD antara lain:
a) Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya inisiasi menyusui
b) Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya praktek
Inisiasi Menyusu Dini
c) Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K tetes mata untuk
mencegah penyakit harus segera diberikan setelah lahir, padahal
sebenarnya tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam
sampai bayi menyusu sendiri
d) Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat
yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan
-
7/25/2019 ispa 5
46/110
34
e) Kepercayaan masyarakat yang tidak mengizinkan ibu untuk
menyususi dini sebelum payudaranya dibersihkan
f) Ibu lelah setelah melahirkan
g) Ibu harus dijahit
h) Bayi harus segera dibersihkan,ditimbang dan diukur panjang.
-
7/25/2019 ispa 5
47/110
35
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Berdasarkan dari data yang telah diperoleh menyatakan bahwa salah satu
penyebab utama morbiditi dan mortalitas pada bayi adalah penyakit infeksi.
Penyakit infeksi pada bayi merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian yang terjadi pada bayi dan anak terutama sering terjadi pada negara
berkembang termasuk Indonesia. Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi
seseorang akan lebih rentan terhadap infeksi penyakit infeksi masih
merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan
masih tingginya angka kesakitan karena penyakit infeksi serta menimbulkan
banyak kematian terutama pada bayi dan balita.
Adapun pengertian dari setiap variabel independen adalah sebagai berikut:
1. Pemberian ASI eksklusif
WHO menyatakan ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral, atau
obat dalam bentuk tetes ataupun sirup sampai usia 6 bulan.
Salah satu yang mempengaruhi suatu penyakit infeksi pada bayi
adalah pemberian ASI eksklusif karena pemberian ASI eksklusif
berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi. Semakin sedikit jumlah bayi
yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak
balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan pendamping ASI
-
7/25/2019 ispa 5
48/110
36
yang tidak benar akan menyebabkan gangguan pencernaan sehingga
penyakit infeksi akan lebih mudah menginfeksi bayi.
2. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara
bertahap baik bentuk mau pun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk
menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI
(Depkes RI, 2004).
Berdasarkan WHO salah satu yang mempengaruhi suatu kejadian
penyakit infeksi adalah bayi yang diberikan makanan pendamping selain
ASI akan mempunyai risiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3
kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) dibandingkan bayi yang mendapat ASI. Dalam hal ini bayi akan
lebih mudah terinfeksi penyakit dan mempunyai risiko lebih besar
dibanding yang lain.
3. Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi menyusu dini adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini
mungkin
segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, sehingga Memberikan
kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi dengan
demikian sistem kekebalan pada bayi akan kuat dan tidak mudah terinfeksi
oleh penyakit.
-
7/25/2019 ispa 5
49/110
B. Kerangka Konsep
Keterangan:
= Variabel Indepanden
= Variebel Dependen
= Variabel Antara ( tidak diteliti)
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1.Variabel Dependen
a) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi pada penelitian ini adalah apabila responden
telah didiagnosis oleh dokter menderita penyakit infeksi (diare, ISPA,
Influenza Like Illnes, batuk, demam ) dan tercatat dalam rekam medik.
Kriteri Objektif
Menderita :jika bayi pernah menderita penyakit infeksi (Diare,
ISPA, Influenza Like Illnes, Batuk,Demam ) dan
tercatat dalam rekam medik
Penyakit
Infeksi
IMD
Pemberian ASI
Eksklusif
Pemberian MP-
ASI
Imunitas
-
7/25/2019 ispa 5
50/110
Tidak menderita : jika bayi tidak pernah menderita penyakit infeksi
(Diare, ISPA, Influenza Like Illnes, Batuk, Demam )
dan tercatat dalam rekam medik.
2. Variabel Independen
a) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini adalah bayi yang diletakkan diatas dada
ibu dalam posisi tengkurap dan bayi berusaha mencari puting susu
ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama setelah kelahiran.
kriteria objektif
Ya : jika bayi diletakkan didada dalam posisi
tengkurap dan berusaha mencari puting susu ibu
kemudian menyusu pada satu jam pertama setelah
kelahiran.
Tidak : jika bayi tidak diletakkan didada dalam posisi
tengkurap dan berusaha mencari puting susu ibu
kemudian menyusu pada satu jam pertama setelah
kelahiran.
b) Pemberian ASI eksklusif
-
7/25/2019 ispa 5
51/110
Pemberian ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja sejak
kelahirannya tanpa diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
atau minuman selain ASI selama bayi berusia 6 bulan.
kriteria objektif
ASI Eksklusif : jika ibu memberikan ASI tanpa
diberikan makanan tambahan lain atau
minuman hingga bayi berusia 6 bulan.
Tidak ASI Eksklusif : jika ibu memberikan ASI pada bayinya
kurang dari 0-6 bulan (6 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya seperti
pisang, dan bubur.
kriteria Objektif:
MP-ASI : Jika ibu memberikan makanan pendamping
ASI pada bayi > 6 bulan.
Tidak MP-ASI : Jika ibu tidak memberikan makanan
pendamping ASI pada bayi < 6 bulan sejak
kelahirannya.
-
7/25/2019 ispa 5
52/110
D. HIPOTESIS PENELITIAN
1.Hipotesis Null (Ho)
a) Tidak ada hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan
kejadian penyakit infeksi pada bayi.
b) Tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
penyakit infeksi pada bayi.
c) Tidak ada hubungan antara Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi.
2.Hipotesis Alternatif (Ha)
a) Ada hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kejadian
penyakit infeksi pada bayi
b) Ada hubungan antara Pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
penyakit infeksi pada bayi
c) Ada hubungan antara Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi.
-
7/25/2019 ispa 5
53/110
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan
rancangan penelitian cross sectionalatau studi potong lintang, yang dimaksud
dengan studi potong lintang adalah jenis penelitian yang mempelajari
hubungan antara variabel bebas atau independent atau faktor resiko dengan
variabel terikat atau dependen atau efek, yang dilakukan dalam satu saat
(Notoatmodjo 2006). Dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara praktik pemberian ASI dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi.
B. Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah pesisir wilayah kerja Puskesmas Galesong
Utara Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar yang mencakup 1
kelurahan 4 desa diantaranya adalah keluarahan Bontolebang. Adapun 4
desa yaitu Bontosunggu, Tamasaju, Tamalate, dan Sampulungan.
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian karena belum pernah
dilakukan penelitian terkait penyakit infeksi pada bayi dan angka
kejadian penyakit infeksi tinggi.
-
7/25/2019 ispa 5
54/110
42
2. Waktu penelitian
Penelitian dan pengumpulan data ini dilaksanakan pada bulan
Maret tahun 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai
bayi umur 6-12 bulan dari bulan Maret Agustus tahun 2014 yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar pada tahun 2014 yaitu 125 orang dan tercatat dalam
buku resgistrasi persalinan di Puskesmas Galesong Utara Kabupaten
Takalar.
2. Sampel
a) Besar Sampel
Sampel pada penelitian adalah keseluruhan dari populasi yaitu
semua ibu yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Galeosng Uatara Kabupaten Takalar dan mempunyai bayi umur 6 -
12 bulan yaitu 125 orang yang tercatat dalam buku resgistrasi
persalinan/partus di Puskesmas Galesong Utara dari bulan Maret-
Agustus 2014.
-
7/25/2019 ispa 5
55/110
43
b) Metode Penarikan Sampel
Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan exhaustive
sampling dimana keseluruhan dari populasi menjadi sampel
penelitian (yasril 2009).
D. Subjek Penelitian
Responden pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi
umur 6-12 bulan yang pernah melakukan persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar, yang memenuhi syarat
kriteria inklusi yaitu kriteria atau standar yang harus ditetapkan sebelum
dilakukan penelitian sehingga perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
yang dapat diambil sebagai sampel sebagai berikut:
1. Masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Galesong Utara Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
2. Ibu yang mempunyai Bayi umur 6-12 bulan yang pernah bersalin
di Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar dan tercatat
dalam buku registrasi persalinan.
3. Ibu bayi yang menjadi responden dapat berkomunikasi dengan baik
dan jelas.
4. Bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut
Adapun kriteria ekslusi yaitu ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel adalah sebagai berikut:
-
7/25/2019 ispa 5
56/110
44
1. Ibu yang tidak melakukan persalinan di Puskesmas Galesong Utara
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
2. Ibu yang memiliki bayi dan bertempat tinggal diluar wilayah kerja
Puskesmas Galesong Utara Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar
3. Ibu yang memiliki bayi < 6 bulan.
E. Cara Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang
diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner secara langsung
mengenai kejadian penyakit infeksi pada bayi, pemberian ASI ekslusif,
IMD, dan MP-ASI.
2. Sumber Data
a) Data primer
Diperoleh dengan melakukan observasi langsung pada ibu yang
mempunyai bayi umur 6-12 bulan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar tahun 2014.
b) Data sekunder
Diperoleh dengan melihat pelaporan dan pencatatan jumlah bayi
yang berada pada wilayah kerja Puskesmas galesong utara, profil
Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar tahun 2014.
-
7/25/2019 ispa 5
57/110
45
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti, Kesioner terdiri dari bagian
karakteristik responden dan praktek pemberian ASI yang berhubungan
dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi (pemberian ASI ekslusif, MP
ASI, dan IMD).
F. Pengolahan Data
1. Pengolahan data
Menurut Hasan (2006), pengolahan data adalah suatu proses dalam
memperoleh data atau angka ringkasan dengan menggunakan cara atau
rumus tertentu. Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari
hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan
arah untuk pengkajian lebih lanjut (Sudjana, 2001).
Pengolahan data tersebut dilakukan dengan tahap-tahap sebagai
berikut :
a)
Editing
adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,
tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat
pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.
b) Coding
Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam
-
7/25/2019 ispa 5
58/110
46
bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada
suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
c) Entry Data
Setelah melakukan koding di SPSS, selanjutnya menginput data
pada masing-masing variabel. Urutan data yang diinput berdasarkan
nomor responden pada kuesioner.
d) Cleaning Data
Setelah proses penginputan data, maka dilakukan cleaning data
dengan cara melakukan analisis frekuensi pada semua variabel untuk
melihat ada tidaknya missing data. Data yang missing dibersihkan
sehingga dapat dilakukan proses analisis.
e) Tabulasi Data
Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang
telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam
melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.
Tabulasi Dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan data
kedalamsuatu tabel. Pengolahan data dilakukan secara elektronik
dengan menggunakan software SPSS dan Microsoft Office.
G. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara (pembagian kuesioner)
akan diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan
-
7/25/2019 ispa 5
59/110
47
bivariat. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI, MP-ASI, dan IMD
dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi.
a) Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisa ini akan menghasilkan distribusi dan persentase
dari tiap variabel yang diteliti.
b) Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan pengujian hipotesis, yang diuji
adalah Hipotesis nol (H0). Analisis bivariat bertujuan untuk melihat
hubungan antara 2 variabel penelitian yaitu variabel dependen dan
variabel independen dengan menggunakan tabulasi silang dan uji
statistik Chi Square. Hipotesis diuji dengan tingkat kemaknaan =
0,05.artinya apabila
-
7/25/2019 ispa 5
60/110
48
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Galesong Utara merupakan salah satu dari dua Puskesmas
di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar luasnya 13,76 km persegi,
yang batas-batasnya adalah :
Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara tahun 2014
- Sebelah Utara dengan Wilayah Puskesmas Aeng Towa
- Sebelah Selatan dengan Wilayah Puskesmas Galesong Selatan
- Sebelah Barat dengan Selat Makassar.
-
7/25/2019 ispa 5
61/110
49
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Gowa.
Puskesmas Galesong Utara melayani 4 (empat) desa dan 1 (satu)
kelurahan dari 10 desa di Kecamatan Galesong Utara yaitu : Kelurahan
Bontolebang yaitu Desa Tamalate, Desa Tamasaju, Desa Bontosunggu, Desa
Sampulungan. Keempat desa tersebut merupakan desa pesisir pantai
sedangkan kelurahan Bontolebang yang merupakan pusat dari kecamatan
Galesong Utara berada di daerah dataran rendah yang sebagian wilayahnya
berbatasan langsung dengan Kabupatan Gowa.
Jumlah penduduk dalam 4 (empat) desa dan 1 (satu) kelurahan yang
dilayani adalah 22.360 jiwa yang terdiri dari laki-laki 10.928 jiwa, dan
perempuan 11. 432 jiwa. Sebagian besar penduduknya adalah petani dan
nelayan, dan sebagian lagi adalah buruh kasar dan buruh tani. Sebagian kecil
penduduk adalah pegawai negeri sipil dan swasta serta pedagang.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar yaitu wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara yang terdiri dari 4
(empat) desa dan 1 (satu) kelurahan dari 10 desa di Kecamatan Galesong
Utarayaitu : Kelurahan Bontolebang. Desa Tamalate, Desa Tamasaju, Desa
Bontosunggu, Desa Sampulungan. Keempat desa tersebut, merupakan desa
pesisir pantai sedangkan Kelurahan Bontolebang yang merupakan pusat dari
Kecamatan Galesong Utara berada di daerah dataran rendah yang sebagian
wilayahnya berbatasan langsung dengan kabupatan Gowa. jumlah sampel
-
7/25/2019 ispa 5
62/110
50
dalam penelitian ini sebanyak 125 sampel yang tercatat dalam data
persalinan/partus di Puskesmas Galesong Utara dari bulan Maret tahun 2014
Agustus 2014. Namun setelah melakukan penelitian responden yang
diperoleh sebanyak 116 responden hal ini di karenakan beberapa dari 125
sampel yang akan diteliti tidak termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Galesong Utara. Pengumpulan data dilaksanakan mulai tanggal 2 Maret 2015
16 Maret 2015 dengan melakukan wawancara langsung kepada 116
responden yang memiliki bayi usia 6-12 bulan.
Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah secara
elektronik dengan menggunakan program SPSS. Hasil analisis data kemudian
ditampilkan dalam bentuk tabel disertai dengan narasi. Adapun hasil
penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar terdiri atas umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan.
Umur responden adalah lama hidup seseorang yang dihitung
berdasarkan ulang tahun terakhir dan dinyatakan dalam satuan tahun.
Tingkat pendidikan responden merupakan jenjang pendidikan formal yang
pernah ditamatkan oleh responden. Tingkat pendidikan dalam penelititian
ini dibagi dalam 5 kategori yaitu tidak tamat SD/MI, SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA, D1-D3/ PT. Kelompok pekerjaan dibagi menjadi 5 kelompok
yaitu PNS/TNI/Polri, pegawai swasta, wiraswasta, petani/ nelayan/ buruh
dan tidak bekerja/ IRT. Adapun Karakteristik responden di wilayah kerja
-
7/25/2019 ispa 5
63/110
51
Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar berdasarkan data yang
diperoleh dari 116 responden yaitu:
Tabel 3
Karakteristik Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar
Karakteristik Responden Nilai
Umur27
1547
6,60
Mean
MinimumMaximum
Standar Deviasi (SD)
Tingkat Pendidikan n %
Tidak tamat SD/MI 6 5,2
SD/MI 48 41,4
SMP/MTS 38 32,8
SMA/MA 17 14,7
D1-D3/ PT 7 6,0
Jenis Pekerjaan
PNS/TNI/Polri 2 1,7
pegawai swasta 13 11,2
Wiraswasta 4 3,4
tidak bekerja/IRT 97 83,6
Total 116 100,0Sumber: Data Primer 2015
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Karakteristik responden
di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar
menunjukkan bahwa rata-rata umur responden yaitu 27 tahun. Tingkat
pendidikan responden yang paling banyak adalah sekolah dasar yaitu
sebanyak 48 responden (41,4 %), dan yang paling sedikit adalah tamat
D1-D3/ Perguruan Tinggi yaitu 7 responden (6,0 %). Dan jenis
pekerjaan yang paling banyak adalah responden yang tidak bekerja
-
7/25/2019 ispa 5
64/110
52
yaitu 97 (83,6 %), dan yang paling sedikit adalah responden dengan
jenis pekerjaan PNS/TNI/Polri yaitu 2 (1,7 %).
2. Karakteristik Bayi
Karakteristik bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar terdiri atas umur dan jenis kelamin.
Umur bayi adalah lama hidup bayi berdasarkan tanggal kelahiran
dalam setiap bulannya, sedangkan jenis kelamin adalah suatu keadaan
biologis yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Adapun Karakteristik
bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar
berdasarkan data yang diperoleh dari 116 responden yaitu:
Tabel 4
Karakteristik Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar
Karakteristik Bayi Nilai
Umur Bayi9
9
6
12
1,825
Mean
Median
Minimum
Maximum
Standar Deviasi (SD)
Jenis Kelamin n %Laki-laki 60 51,7
Perempuan 56 48,3
Total 116 100,0Sumber: Data Primer 2015
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa karakteristik bayi di wilayah
kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar yaitu rata-rata umur
bayi berada pada umur 9 bulan dan jenis kelamin bayi yang paling banyak
-
7/25/2019 ispa 5
65/110
53
adalah yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 60 bayi (51,7%) sedangkan
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 56 bayi (48,3%).
3. Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi variabel penelitian di wilayah kerja Puskesmas Galesong
Utara Kabupaten Takalar yaitu penyakit infeksi adalah suatu masalah
kesehatan bagi masyarakat yang dimana suatu keadaan masuknya kuman
atau bibit penyakit baik virus, bakteri maupun jamur ke dalam organ tubuh.
Jenis penyakit infeksi dalam penelitian ini terdapat empat jenis penyakit
infeksi yaitu ISPA, Diare, Influenza Like Illnes (ILI), dan Demam.
Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi yang
diletakkan diatas dada ibu dalam posisi tengkurap dan bayi berusaha
mencari puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama setelah
kelahirannya.
Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Benar
merupakan memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam
30 menit1 jam pasca bayi dilahirkan atau pemberian air susu ibu dimulai
sedini mungkin segera setelah bayi lahir sesuai dengan langkah-langkah
IMD.
Pemberian ASI eksklusif, Pemberian ASI eksklusif merupakan
responden yang memberikan ASI kepada bayi selama enam bulan pertama
kehidupan tanpa tambahan seperti susu formula, jerus, air putih, madu, teh,
dan tanpa makanan padat.
-
7/25/2019 ispa 5
66/110
54
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dalam penelitian
ini yaitu responden yang memberikan makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur >6 bulan
untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
Adapun deskripsi variabel penelitian di wilayah kerja Puskesmas
Galesong Utara Kabupaten Takalar berdasarkan data yang diperoleh dari
116 responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Distribusi Variabel Penelitian di Wilayah Kerja
Puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar
Distribusi Variabel Penelitian n %
Jenis Penyakit InfeksiTidak pernah menderita 34 29,3
Diare 46 39,7
Demam 24 20,7
ISPA 5 4,3ILI 7 6,0
Melaksanakan IMDYa 60 51,7
Tidak 56 48,3
Melaksanakan IMD dengan Benar
Ya 53 45,7Tidak 63 54,3
Pemberian ASI Eksklusif
Ya 61 52,6
Tidak 55 47,4Pemberian MP ASI
Ya 101 87,1
Tidak 15 12,9
Usia diberian MP ASITidak diberikan MP ASI 15 12,9
Usia
-
7/25/2019 ispa 5
67/110
55
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi variabel penelitian di
wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar yaitu
penyakit infeksi yang terbanyak pada bayi yaitu penyakit diare
sebanyak 46 bayi (39, 7 %) dan yang terendah yaitu berada pada
penyakit ISPA sebanyak 5 bayi (4,3%). Responden yang melakukan
Inisisasi Menyusu Dini (IMD) sebanyak 60 bayi (51,7 %) dan yang
tidak melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 56 bayi (48,3%).
Responden yang melaksanakan Inisisasi Menyusu Dini (IMD) dengan
benar sesuai dengan langkah-langkah IMD sebanyak 53 bayi (45,7 %)
dan yang tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini dengan benar sesuai
dengan langkah-langkah IMD sebanyak 63 bayi (48,3%). Responden
yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi sebanyak 61 orang
(52,6%) dan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada
bayi sebanyak 55 orang (47,4%). Responden yang memberikan
makanan pendamping ASI kepada bayi sebanyak 101 orang (87,1%)
dan responden yang tidak memberikan makanan pendamping ASI
kepada bayi sebanyak 15 orang (12,9 %). Responden yang memberikan
makanan pendamping ASI pada bayi lebih banyak pada usia 6 bulan
yaitu sebanyak 81 responden (69,8%) dibandingkan dengan yang
memberikan makanan pendamping ASI
-
7/25/2019 ispa 5
68/110
56
4. Analisis Hubungan Variabel Penelitian
a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
bayi yang diletakkan diatas dada ibu dalam posisi tengkurap dan bayi
berusaha mencari puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam
pertama setelah kelahiran.
Kategori Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua kategori yaitu yang melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
dan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini. Berdasarkan kategori
tersebut maka dibuat analisis hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi seperti pada tabel berikut:
Tabel 6
Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi
pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar
Melaksanakan
IMD
Kejadian Penyakit Infeksi
Uji
Statistik
Menderita
Penyakit
Infeksi
Tidak
Menderita
penyakit
infeksi
Total
n % N % n %
p= 0,004
Tidak 47 83,9 9 16,1 56 100,0
Ya 35 58,3 25 41,7 60 100,0
Total 82 70,7 34 29,3 116 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 60 responden yang melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terdapat 35 responden atau (58,3%) yang
-
7/25/2019 ispa 5
69/110
57
memiliki bayi yang menderita penyakit infeksi dan dari 56 responden
yang tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terdapat 47
responden (83,9%) yang memiliki bayi yang menderita penyakit
infeksi.
Hasil uji stastistik dengan menggunakan uji chi squaredidapatkan
nilai probabilitas (p = 0,004). Karena nilai p< 0,05 maka hipotesis nol
ditolak dan Ha diterima. Artinya, ada hubungan antara Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi.
b. Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif yang dimaksud pada penelitian ini adalah
bayi yang diberi ASI saja sejak kelahirannya tanpa diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) atau minuman selain ASI selama bayi
berusia 6 bulan.
Kategori pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua kategori yaitu ASI eksklusif dan yang tidak ASI eksklusif.
Berdasarkan kategori tersebut maka dibuat analisis hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi
seperti pada tabel berikut:
-
7/25/2019 ispa 5
70/110
58
Tabel 7
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Penyakit
Infeksi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong UtaraKabupaten Takalar
Pemberian ASI
Eksklusif
Kejadian Penyakit Infeksi
Uji
Statistik
Menderita
Penyakit
Infeksi
Tidak
Menderita
penyakit
infeksi
Total
n % N % n %
p=0,000Tidak 48 87,3 7 12,7 55 100,0
Ya 34 55,7 27 44,3 61 100,0
Total 82 70,7 34 29,3 116 100,0Sumber: Data Primer 2015
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 61 responden yang memberikan
ASI eksklusif terdapat 34 responden atau (55,7%) yang memiliki bayi
yang menderita penyakit infeksi dan dari 55 responden yang tidak
memberikan ASI eksklusif terdapat 48 (87,3%) responden yang memiliki
bayi yang menderita penyakit infeksi.
Hasil uji stastistik dengan menggunakan uji chi square
didapatkan nilai probabilitas (p = 0,000). Karena nilai p< 0,05 maka
hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Artinya, ada
hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian penyakit
infeksi pada bayi.
c. Pemberian Makanan Pendamping ASI
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dimaksud
pada penelitian ini adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi
diberikan pada bayi atau anak yang berumur >6 bulan untuk memenuhi
kebutuhan gizinya seperti pisang dan bubur.
-
7/25/2019 ispa 5
71/110
59
Kategori pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu yang memberikan
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dan yang tidak memberikan
Makanan Pendamping ASI (MP ASI). Berdasarkan kategori tersebut
maka dibuat analisis hubungan antara pemberian Makanan Pendamping
ASI (MP ASI) dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi seperti pada
tabel berikut:
Tabel 8
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Penyakit Infeksi
pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong Utara
Kabupaten Takalar
Pemberian MP
ASI
Kejadian Penyakit Infeksi
Uji
Statistik
Menderita
Penyakit
Infeksi
Tidak
Menderita
penyakit
infeksi
Total
n % N % n %
p=0,134Tidak 8 53,3 7 46,7 15 100,0
Ya 74 73,3 27 26,7 101 100,0
Total 82 70,7 34 29,3 116 100,0Sumber: Data Primer 2015
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 101 responden yang
memberikan makanan pendamping ASI terdapat 74 responden
(73,3%) yang memiliki bayi yang menderita penyakit infeksi dan dari
15 responden yang tidak memberikan Makanan Pendamping ASI (MP
ASI) terdapat 8 responden (53,3%) yang memiliki bayi yang
menderita penyakit infeksi.
Hasil uji stastistik dengan menggunakan uji chi square
didapatkan nilai probabilitas (p = 0,134). Karena nilai p> 0,05 maka
-
7/25/2019 ispa 5
72/110
60
hipotesis nol diterima dan hipo