isolasi dan sitotoksisitas ekstrak flavonoid daun … · karya saya dengan arahan pembimbing dan...

36
ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN TIN (Ficus carica Linn.) ARIDO YUGOVELMAN AHADDIN DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: vandat

Post on 17-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID

DAUN TIN (Ficus carica Linn.)

ARIDO YUGOVELMAN AHADDIN

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

2

Page 3: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Isolasi dan

Sitotoksisitas Ekstrak Flavonoid Daun Tin (Ficus carica Linn.) adalah benar

karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Arido Yugovelman Ahaddin

NIM G44090073

Page 4: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

4

Page 5: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

ABSTRAK

ARIDO YUGOVELMAN AHADDIN. Isolasi dan Sitotoksisitas Ekstrak

Flavonoid Daun Tin (Ficus carica Linn.). Dibimbing oleh GUSTINI

SYAHBIRIN dan KUSDIANTORO MOHAMAD.

Penggunaan daun tin (Ficus carica) sebagai obat mulai dikembangkan di

Indonesia sejak tahun 2011. Studi mengenai potensi bioaktif tanaman tin telah

banyak dilakukan di dunia, tetapi belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian

ini dilakukan untuk menentukan sitotoksisitas ekstrak flavonoid daun tin

berdasarkan metode uji letalitas larva udang (BSLT) dan toksisitas embrio ikan

zebra (ZFET). Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak flavonoid pada

sampel sebesar 2.36% dengan nilai LC50 sebesar 422 ppm dengan metode BSLT

dan 181 ppm dengan metode ZFET. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan

ekstrak kasar metanol. Uji kualitatif terhadap ekstrak menunjukkan kandungan

flavonoid berupa flavon dan flavonol dalam fraksi etil asetat dari ekstrak metanol.

Pemberian ekstrak kasar flavonoid daun tin pada embrio ikan zebra menimbulkan

abnormalitas mayor pada sirkulasi darah. Berdasarkan hasil ini ekstrak kasar

flavonoid daun tin cukup toksik dan efek toksiknya diduga dominan pada sistem

sirkulasi darah makhluk hidup.

Kata kunci: daun tin, flavonoid, toksisitas embrio ikan zebra, uji letalitas larva

udang

ABSTRACT

ARIDO YUGOVELMAN AHADDIN. Isolation and Cytotoxicity of Theen

Leaves (Ficus carica Linn.) Flavonoid Extract. Supervised by GUSTINI

SYAHBIRIN and KUSDIANTORO MOHAMAD.

Theen leaves have been used as traditional medicine in Indonesia since

2011. The bioactivity potential of the leaves has been acknowledged in

international research, but lack of information in Indonesia so far. This study aims

to examine the cytotoxicity of theen leaves flavonoid extract against brine shrimp

(Artemia salina) and zebrafish (Danio rerio) embryo. The result showed that

flavonoid in the sample was 2.36% and the 50% lethal concentrations (LC50) were

422 and 181 ppm against brine shrimp and zebrafish embryo, respectively. The

qualitative assay for flavonoid class indicated the presence of flavones and

flavonols class. The zebrafish embryo test indicated a major malformation on

blood circulation. Based on these facts, the flavonoid extract is toxic and has

effect to blood circulation of living organism.

Key words: brine shrimp lethality test, flavonoid, theen leaves, zebra fish embryo

toxicity.

Page 6: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

6

Page 7: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID

DAUN TIN (Ficus carica Linn.)

ARIDO YUGOVELMAN AHADDIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

8

Page 9: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

Judul skripsi : Isolasi dan Sitotoksisitas Ekstrak Flavonoid Daun Tin (Ficus carica

Linn.)

Nama : Arido Yugovelman Ahaddin

NIM : G44090073

Disetujui oleh

Dr Gustini Syahbirin, MS

Pembimbing I

drh Kusdiantoro Mohamad, MSi, PAVet

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS

Ketua Departemen Kimia

Tanggal lulus:

Page 10: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
Page 11: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
Page 12: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
Page 13: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat

dan keridhoan-Nya, skripsi yang berjudul Isolasi dan Sitotoksisitas Ekstrak

Flavonoid Daun Tin (Ficus carica Linn.) ini dapat terselesaikan dengan baik.

Masih banyak kekurangan yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi ini,

baik pada teknis penulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh karena itu,

saran dan masukan dari pembaca untuk karya selanjutnya yang lebih baik sangat

diharapkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Gustini Syahbirin,

MS selaku pembimbing pertama dan Bapak drh Koesdiantoro Mohamad, MSi,

PAVet selaku pembimbing kedua yang telah dengan sabar memberikan arahan

dan bimbingannya serta membagi ilmunya kepada penulis. Tidak lupa ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang turut membantu

dan mendukung kelancaran penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi ini, termasuk seluruh dosen, laboran dan staf Departemen Kimia IPB,

teman-teman Departemen Kimia, juga seluruh keluarga. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada kedua orang tua yang selalu mendukung dan

mendoakan penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi

semua pihak yang membutuhkan. Aamiin.

Bogor, Agustus 2014

Arido Yugovelman Ahaddin

Page 14: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 BAHAN DAN METODE 2

Alat dan Bahan 2

Metode 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kadar Air 4 Rendemen Ekstrak 4 Hasil Kualitatif Flavonoid 5 Toksisitas Akut terhadap Larva Udang 6 Toksisitas Akut dan Efek Teratogenik Ekstrak terhadap Embrio Ikan Zebra 7

SIMPULAN DAN SARAN 10 Simpulan 10 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 13 RIWAYAT HIDUP 18

Page 15: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

vii

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar flavonoid daun tin 5

2 Hasil uji kualitatif golongan flavonoid dalam fraksi etil asetat daun tin 6

3 Nilai LC50 hasil uji toksisitas ekstrak daun tin terhadap A.salina 7

4 Tingkat kematian embrio pada berbagai konsentrasi ekstrak kasar flavonoid

daun tin 8

5 Hasil pengamatan embrio ikan zebra 9

DAFTAR TABEL

1 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar metanol dan flavonoid daun tin 5

2 Hasil uji kualitatif golongan flavonoid dalam fraksi etil asetat daun tin 6

3 Pengaruh ekstrak kasar flavonoid daun tin terhadap embrio ikan zebra 7

4 Hasil pengamatan abnormalitas embrio ikan zebra 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kadar air daun tin 14

2 Rendemen ekstrak daun tin 14

3 Toksisitas ekstrak kasar metanol daun tin dengan metode BSLT 14

4 Toksisitas ekstrak kasar etanol daun tin dengan metode BSLT 15

5 Toksisitas ekstrak kasar flavonoid daun tin dengan metode BSLT 15

6 Toksisitas ekstrak kasar flavonoid daun tin dengan metode ZFET pada 24 jam

pasca-fertilisasi 16

7 Toksisitas ekstrak kasar flavonoid daun tin dengan metode ZFET 48 jam pasca-

fertilisasi 16

8 Hasil pengamatan pengaruh pemberian ekstrak kasar flavonoid pada kematian,

abnormalitas, dan penetasan embrio ikan zebra pada 24, 48, 72, dan 96 jam

pasca-fertilisasi 17

Page 16: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
Page 17: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
Page 18: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
Page 19: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

PENDAHULUAN

Tin merupakan salah satu tanaman famili Moraceae yang banyak tersebar

luas di daerah tropis maupun subtropis (Patil VV dan Patil VR 2011a). Di

Indonesia, daun tin digunakan sebagai obat untuk mengatasi penyakit hipertensi,

batu ginjal, dan diabetes. Aktivitas daun tin yang telah dilaporkan ialah sebagai

antioksidan (Konyahoglu et al. 2005; Patil VV dan Patil VR 2011a; Raj dan

Joseph 2011; Ghazi et al. 2012), hepatoprotektan (Krishna et al. 2007),

antimikrob (Jeong et al. 2009), antibakteri (Lee dan Cha 2010), antipiretik (Patil

et al. 2010a), imunomodulator (Patil et al. 2010b) antidiabetes (El-Shobaki et al.

2010), antiradang (Patil VV dan Patil VR 2011b), dan antikanker (Refli 2012).

Tin memiliki beragam metabolit sekunder, tetapi yang terbesar adalah

flavonoid. Kandungan flavonoid dalam daun tin menurut Konyahoglu et al.

(2005) kira-kira 1.15% dengan pelarut metanol. Beberapa kandungan flavonoid

yang telah teridentifikasi oleh Oliveira et al. (2009) dan Sirisha et al. (2010)

adalah kuersetin-3-O-glukosida dan kuersetin-3-O-rutinosida. Refli (2012)

melaporkan kandungan flavon, flavonol, isoflavon, flavanon, dihidroflavonol,

kalkon, auron, antosianin, dan antosianidin, serta melaporkan bahwa ekstrak

flavonoid daun tin berdasarkan uji hayati memiliki nilai konsentrasi letal 50%

(LC50) sebesar 191 ppm.

Nilai LC50 tersebut tergolong toksik dan sejalan dengan hasil penelitian

mengenai berbagai aktivitas yang dimiliki. Ekstrak flavonoid daun tin memiliki

aktivitas antioksidan dengan kapasitas total 17.1 ± 1.5 mM -tokoferil asetat/g

massa kering (Konyahoglu et al. 2005) dan konsentrasi penghambatan 50% (IC50)

sebesar 150 mg/L (Refli 2012). Efek antiglikemik dilaporkan dengan pemberian

ekstrak sebesar 8% (b/b) (El-Shobaki et al. 2010). Chon et al. (2008) melaporkan

bahwa pemberian ekstrak flavonoid daun tin dapat menghambat pertumbuhan

Tetranychus urticae hingga 92% dengan penanaman di luar ruangan. Aktivitas

antibakteri dilaporkan oleh Lee dan Cha (2010) dengan nilai konsentrasi hambat

minimum 2.5 ̶ 20 mg/mL dan konsentrasi bunuh minimum 5 ̶ 20 mg/mL.

Penelitian terakhir menunjukkan adanya aktivitas antikanker dari ekstrak

flavonoid daun tin dengan nilai IC50 800 ppm dan besar penghambatan 57.18%

(Refli 2012).

Uji toksisitas merupakan salah satu syarat agar suatu bahan dapat digunakan

sebagai obat. Uji toksisitas yang paling umum digunakan adalah uji letalitas larva

udang (BSLT). Penggunaan larva udang (Artemia salina) sebagai hewan uji

menurut Colegate dan Molyneux (2008) memiliki kelebihan, seperti mudah

dikerjakan, murah, cepat, dan cukup akurat. Uji toksisitas juga dapat dilakukan

menggunakan embrio ikan zebra (Danio rerio). Ikan zebra merupakan organisme

bertulang belakang yang banyak dikembangkan sebagai hewan uji dalam

pengembangan obat (Rubinstein 2006). Penggunaan ikan zebra sebagai hewan uji

menurut Zhu et al. (2007) tidak hanya mendapatkan nilai toksisitas, tetapi juga

dapat menentukan organ-organ yang terkena efek toksik dari bahan uji. Hal ini

dapat dilakukan karena embrio maupun larva ikan zebra memiliki lapisan kulit

yang transparan sehingga organ-organ di dalamnya dapat terlihat secara jelas

(Chakraborty et al. 2009). Penelitian ini bertujuan mengisolasi flavonoid dari

Page 20: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

2

daun tin serta menentukan sitotoksisitasnya menggunakan metode BSLT dan

ZFET.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah alat kaca yang umum di laboratorium,

mikropipet, neraca analitik, filter 20 mikron, oven, penguap putar, multiwell, dan

mikroskop cahaya (inverted) yang dilengkapi dengan kamera.

Bahan-bahan yang digunakan adalah daun tin, metanol, etanol, n-heksana,

dan etil asetat teknis, HCl 2 N, dimetil sulfoksida (DMSO), larva A. salina,

embrio ikan zebra, air sumur, air laut, Pb(CH3COO)2, NaOH 0.1 N, H2SO4 pekat,

FeCl3 5%, amil alkohol, serbuk Mg, dan HCl pekat.

Metode

Identifikasi dan Preparasi Sampel

Tanaman tin yang diperoleh dari diidentifikasi di Pusat Penelitian Biologi,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Puslit Biologi LIPI). Daun tin

dikeringudarakan selama 7 hari, lalu dihaluskan hingga berukran 40 mesh.

Penentuan Kadar Air (AOAC 2005)

Cawan porselen dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 °C selama 60

menit. Kemudian cawan didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan

ditimbang bobot kosongnya. Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan

dan dikeringkan di dalam oven bersuhu 105 °C selama 24 jam. Setelah itu, cawan

tersebut didinginkan kembali dalam eksikator selama 30 menit, lalu ditimbang

sampai diperoleh bobot konstan. Penentuan kadar air dilakukan sebanyak 3 kali

ulangan (triplo).

Kadar Air (%) = 𝐴−𝐵

𝐴× 100%

A = Bobot sampel sebelum dikeringkan (gram)

B = Bobot sampel setelah dikeringkan (gram)

Isolasi Flavonoid Daun Tin (Markham 1988)

Sebanyak 50 g sampel kering dimaserasi dengan metanol dan etanol selama

3×24 jam pada suhu ruang. Ekstrak metanol yang didapat diekstraksi cair-cair

dengan n-heksana dan diambil fraksi metanolnya. Fraksi metanol yang didapat

dikumpulkan kemudian dihidrolisis dengan HCl 2 N selama 1 jam pada suhu 100

ºC. Hidrolisat yang terbentuk diekstraksi dengan 50 mL etil asetat sebanyak 2

kali. Fraksi etil asetat dikumpulkan dan dipekatkan dengan penguap putar. Ekstrak

pekat yang didapat ditimbang bobotnya dan dicatat sebagai bobot ekstrak kasar

flavonoid.

Page 21: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

3

Uji Fitokimia (Harborne 1987) Uji Senyawa Fenolik. Sebanyak 0.1 g sampel (ekstrak kasar metanol dan

flavonoid) dilarutkan dalam kloroform ̶ air (1:1) dan dipisahkan lapisan airnya.

Lapisan air dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan FeCl3 5%. Hasil

positif uji senyawa fenolik berupa warna hijau, biru, atau ungu.

Uji Flavonoid. Sebanyak 0.1 g sampel dilarutkan dalam kloroform:air (1:1)

dan dipisahkan lapisan airnya. Lapisan air dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dan ditambahkan serbuk Mg, 1 mL HCl pekat, dan 1 mL amil alkohol. Hasil

positif berupa warna kuning atau jingga.

Uji Kualitatif Flavonoid (Markham 1988)

Sampel dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi masing-masing

sebanyak 1 mL. Tabung pertama ditambahkan 3 tetes larutan Pb(CH3COO)2,

tabung kedua ditambahkan 3 tetes NaOH 0.1 N, dan tabung ketiga ditambahkan 3

tetes H2SO4 pekat. Perubahan warna yang terjadi pada setiap tabung diamati.

Uji Toksisitas Metode BSLT (Krishnaraju et al. 2005)

Larutan sampel dibuat dengan konsentrasi 2000 µg/mL kemudian

diencerkan dengan air laut hingga diperoleh konsentrasi 50, 100, 250, 500, 750,

dan 1000 µg/mL. Apabila ekstrak tidak larut, ditambahkan DMSO. Ke dalam

multiwell dimasukkan 1000 L air laut, 10 ekor larva udang dalam 1000 L air

laut dan 2 mL ekstrak, lalu diinkubasi selama 24 jam. Ulangan dilakukan

sebanyak 3 kali. Nilai LC50 ditentukan dengan menggunakan kurva hubungan

antara logaritma konsentrasi ekstrak (sumbu x) dan rerata persen probit larva

udang (sumbu y).

Uji Toksisitas Metode ZFET (Wei et al. 2010; Coelho et al. 2011)

Larutan ekstrak kasar flavonoid dibuat dalam konsentrasi 2000 g/mL,

kemudian diencerkan hingga diperoleh konsentrasi akhir 50, 100, 250, 500, dan

750 g/mL. DMSO ditambahkan apabila ekstrak tidak larut. Sebanyak 36 telur

ikan zebra dalam 150 µL air tawar dan 150 L ekstrak dimasukkan ke dalam

multiwell dengan jumlah 1 embrio per sumur. Embrio diinkubasi dalam suhu

kamar selama 96 jam. Embrio diamati pada 24, 48, 72, dan 96 jam pasca-

fertilisasi (jpf) menggunakan mikroskop cahaya. Kelainan yang diamati meliputi

pigmentasi, jantung, kuning telur, mata, kepala, sumbu tubuh, ekor, trunk, dan

sirkulasi darah. Nilai LC50 ditentukan dengan menggunakan kurva hubungan

logaritma konsentrasi ekstrak (sumbu x) dengan rerata persen kematian embrio

(sumbu y).

Page 22: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air

Lama penyimpanan suatu bahan sangat ditentukan oleh banyaknya air yang

terdapat di dalamnya. Untuk penyimpanan bahan dalam jangka waktu lama, kadar

air maksimum yang dianjurkan menurut Winarno (1995) adalah 10%. Selain

menentukan lama masa simpan, kadar air juga dapat digunakan sebagai faktor

koreksi dalam penentuan rendemen. Kadar air ditentukan dengan memanaskan

sampel pada suhu 105 ºC yang bertujuan menghilangkan air bebas maupun yang

terikat secara fisis pada sampel (Harjadi 1987). Kadar air sampel daun tin

diperoleh sebesar 6.04% (Lampiran 1). Kadar air di bawah 10% ini menunjukkan

bahwa sampel tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama

tanpa mengalami kerusakan.

Rendemen Ekstrak

Daun tin diekstraksi dengan metode maserasi dalam pelarut metanol. Cara

maserasi digunakan karena stabilitas bahan terhadap kalor belum diketahui.

Harborne (1987) menyatakan bahwa alkohol merupakan pelarut serbaguna yang

dapat dijadikan sebagai bahan pengekstrak awal karena dapat melarutkan senyawa

polar maupun nonpolar. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah

metanol. Alkohol (metanol dan etanol) telah banyak digunakan sebelumnya untuk

mengekstraksi berbagai komponen aktif dalam daun tin, seperti yang dilakukan

oleh Konyahoglu et al. (2005), Krishna et al. (2007), Cheng et al. (2008),

Khalaskar et al. (2010), dan Lee dan Cha (2010).

Ekstrak metanol kemudian diekstraksi lebih lanjut dengan etil asetat setelah

sebelumnya dihilangkan komponen nonpolarnya dengan n-heksana untuk

mengurangi efek matriks dalam ekstrak kasar. Ekstrak metanol yang telah

dipisahkan komponen nonpolarnya dihidrolisis dengan HCl 2 N untuk

melepaskan gugus gula (glikon) yang menempel pada flavonoid (aglikon).

Flavonoid di dalam tanaman menurut Andersen dan Markham (2006) terdapat

dalam keadaan bebas maupun berikatan dengan gula sebagai flavonoid glikosida.

Etil asetat selanjutnya digunakan untuk mengekstraksi senyawa flavonoid dan

polifenol yang terdapat di dalam ekstrak sampel (Harborne 1987). Didapatkan

rendemen ekstrak kasar flavonoid sebesar 2.4% (Lampiran 2), 2 kali lebih besar

jika dibandingkan dengan hasil penelitian Konyahoglu et al. (2005) yang

mendapatkan kadar flavonoid pada ekstrak metanol sebesar 1.2%. Perbedaan

dimungkinkan karena ekstrak kasar flavonoid yang didapat masih mengandung

berbagai pengotor. Ekstrak kasar flavonoid yang didapat kemudian diuji BSLT

dan ZFET untuk mengetahui toksisitasnya.

Page 23: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

5

Hasil Kualitatif Flavonoid

Ekstrak kasar metanol dan flavonoid (etil asetat) diuji lebih lanjut

keberadaan flavonoidnya melalui uji fitokimia. Hasil uji (Tabel 1) menunjukkan

kandungan senyawa fenolik dan flavonoid pada ekstrak kasar metanol, dengan

kandungan senyawa fenolik lebih besar. Fraksi etil asetat juga ditunjukkan

mengandung senyawa fenolik dan flavonoid (Gambar 1). Namun, kandungan

senyawa flavonoid di dalam fraksi ini cukup rendah. Hasil uji hanya memberikan

warna kuning pudar pada lapisan atas untuk uji flavonoid (Gambar 1b).

Gambar 1 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar flavonoid daun tin: senyawa fenolik

(A), flavonoid (B)

Hasil fitokimia ini jika dibandingkan dengan Refli (2012) menunjukkan

perbedaan kandungan berupa adanya senyawa fenolik di dalam kedua ekstrak.

Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan varietas dan vegetasi dari sampel

yang digunakan, yang dapat memengaruhi kandungan metabolit sekunder dalam

sampel.

Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar metanol dan flavonoid daun tin

Uji Ekstrak kasar metanol Ekstrak kasar flavonoid Refli (2012)

Fenolik +++ +++ ̶

Flavonoid ++ + +++ Keterangan: (+): terdeteksi (jumlah (+) menunjukkan intensitas warna atau endapan yang

terbentuk); ( ̶ ): tidak terdeteksi

Pada uji senyawa fenolik, sampel direaksikan dengan larutan FeCl3 5% dan

menghasilkan warna hijau agak hitam. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh

reaksi pembentukan kompleks antara gugus fenol dan FeCl3 membentuk

kompleks fenol-FeCl2 (Miroslav 1971). Kandungan flavonoid dapat diuji dengan

uji Shinoda (Mg/HCl) atau Pew (Zn/HCl) yang menghasilkan hasil positif berupa

perubahan warna kuning-merah (Markham 1988). Pembentukan warna pada uji

Shinoda didasarkan pada reaksi reduksi flavonoid oleh HCl yang menghasilkan

garam flavilium. Pembentukan garam flavilium tersebut mengakibatkan

pergeseran ke panjang gelombang yang lebih besar (Miroslav 1971). Uji

flavonoid yang dilakukan menunjukkan perubahan warna larutan menjadi warna

kuning pada lapisan atas tabung (Gambar 1B).

Selain uji fitokimia, dilakukan pula uji golongan flavonoid menggunakan

pereaksi seperti timbel(II) asetat, NaOH, dan asam sulfat. Hasil uji (Gambar 2)

menunjukkan bahwa flavonoid yang terkandung di dalam fraksi etil asetat berupa

flavon dan flavonol. Hasil ini didasarkan pada warna yang terbentuk pada saat

pengujian (Tabel 2).

A B

Page 24: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

6

Tabel 2 Hasil uji kualitatif golongan flavonoid dalam fraksi etil asetat daun tin

Pereaksi Warna Dugaan golongan

Pb(CH3COO)2 Jingga Flavon

NaOH 0.1 N Kuning Flavon dan flavonol

H2SO4 Kuning-jingga Flavon dan flavonol

Pada uji menggunakan timbel(II) asetat, larutan berubah warna menjadi

jingga. Hal ini diakibatkan terjadinya reaksi timbel(II) asetat dengan 2 buah gugus

hidroksil dalam flavonoid (Lysiuk dan Antonyuk 2011). Reaksi flavonoid dengan

basa (NaOH) akan mengionkan gugus fenolik bebas pada flavonoid sehingga

terjadi pergeseran batokromik yang mengubah warna (Markham 1988). Pada

reaksi dengan H2SO4, flavonoid terprotonasi dengan adanya asam dan terbentuk

garam flavilium yang memberikan warna kuning-jingga (Miroslav 1971).

Gambar 2 Hasil uji kualitatif golongan flavonoid dalam fraksi etil asetat daun tin

dengan Pb(CH3COO)2 (A), NaOH 0.1N (B), dan H2SO4 (C)

Toksisitas Akut terhadap Larva Udang

Uji letalitas larva udang (BSLT) dilakukan untuk mengetahui potensi

tingkat toksisitas dari suatu bahan. Larva udang yang digunakan berumur 48 jam

karena memiliki daya tahan yang paling rendah terhadap kondisi lingkungan.

Kematian larva dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu inhalasi dan difusi. Pada proses

inhalasi, toksikan masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan, sedangkan pada

proses difusi, toksikan akan masuk melalui kulit larva yang tipis. Melalui kedua

proses tersebut, toksikan dapat menyebar ke jaringan lain dan memberikan efek

letal (Sukardiman et al. 2004).

Hasil uji BSLT menunjukkan nilai LC50 ekstrak kasar flavonoid yang lebih

rendah daripada ekstrak kasar etanol maupun metanol (Gambar 3). Menurut

Meyer et al. (1982), suatu bahan dikatakan sangat toksik jika memiliki nilai LC50

di bawah 30 ppm, toksik jika berada pada kisaran 30 ̶ 1000 ppm, dan tidak toksik

jika lebih dari 1000 ppm. Nilai LC50 ekstrak kasar metanol didapatkan sebesar

1796 ppm (r2= 0.90) (Lampiran 3) dan ekstrak kasar etanol sebesar 1528 ppm

(r2= 0.97) (Lampiran 4). Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak kasar metanol

maupun etanol tidak bersifat toksik. Ekstrak kasar flavonoid memiliki nilai LC50

lebih rendah, yaitu 433 ppm (r2 = 0.96) (Lampran 5), yang berarti bahwa ekstrak

ini lebih toksik daripada ekstrak awalnya. Ekstrak kasar metanol diuji karena

metanol merupakan pelarut awal yang digunakan dalam mengisolasi sampel.

Sementar ekstrak kasar etanol digunakan sebagai pembanding karena merujuk

aturan BPOM (2011), bahan obat hanya boleh dilarutkan dengan etanol dan air.

A B C

Page 25: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

7

Gambar 3 Nilai LC50 hasil uji toksisitas ekstrak daun tin terhadap A.salina

Nilai LC50 ekstrak kasar flavonoid hasil penelitian ini masih lebih tinggi

dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Refli (2012), yaitu 191 ppm.

Perbedaan nilai toksisitas tersebut mungkin diakibatkan perbedaan letak

pengambilan sampel maupun perbedaan jenis daun yang digunakan. Selain itu,

perbedaan prosedur isolasi juga dapat memengaruhi banyaknya komponen aktif

yang terekstraksi sehingga nilai toksisitas menjadi lebih rendah.

Toksisitas Akut dan Efek Teratogenik Ekstrak terhadap Embrio Ikan Zebra

Penggunaan ikan zebra untuk uji toksisitas telah banyak dilakukan, seperti

pada penelitian Hill et al. (2005) mengenai toksisitas bahan kimia, Zon dan

Peterson (2005) mengenai uji in vivo dari obat, Zhu et al. (2007) mengenai limbah

buckminsterfulerena dan fulerol, Bar-Ilan et al. (2009) mengenai toksisitas

nanopartikel emas dan perak, serta Bai et al. (2010) mengenai studi fisikokimia

mekanisme toksisitas nanopartikel zink oksida. Berbagai kesamaan sistem organ

yang dimiliki oleh ikan zebra dengan manusia menyebabkan pengembangan

toksisitas obat melalui hewan ini semakin meningkat (Rubinstein 2006).

Pengamatan terhadap embrio ikan zebra menunjukkan bahwa pemberian

ekstrak kasar flavonoid dari daun tin dapat menimbulkan berbagai abnormalitas

maupun kematian. Semakin lama waktu pemaparan bahan, semakin banyak

jumlah embrio yang mengalami abnormalitas atau kematian. Pemberian ekstrak

juga memengaruhi tingkat penetasan embrio. Pada saat pengamatan 48 jpf, embrio

yang tidak mengalami koagulasi (kematian) tidak seluruhnya dapat menetas,

seperti pada konsentrasi 50 ppm yang hanya menetas sebanyak 83% (Tabel 3).

Tabel 3 Pengaruh ekstrak kasar flavonoid daun tin terhadap embrio ikan zebra

Kontrol 50 ppm 100 ppm 250 ppm 500 ppm 750 ppm

48 96 48 96 48 96 48 96 48 96 48 96

Hidup normal 6 6 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

Hidup abnormal 0 0 6 6 4 4 2 2 0 0 0 0

Kematian 0 0 0 6 2 6 4 6 5 6 6 6

Menetas 6 6 5 5 5 5 0 0 0 0 0 0

200

700

1200

1700

2200

Ekstrak kasar

metanol

Ekstrak kasar

etanol

Ekstrak kasar

flavonoid

LC

50 (

ppm

)

Page 26: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

8

Pemberian konsentrasi yang semakin tinggi juga meningkatkan tingkat

kematian. Gambar 4 memperlihatkan bahwa tingkat kematian ikan zebra pada 96

jpf telah mencapai 100%, yang menunjukkan bahwa semua hewan uji telah

mengalami kematian pada waktu tersebut. Penentuan nilai LC50 umumnya

dilakukan pada pengamatan 96 jpf (Grush et al. 2004; D’Amico et al. 2012).

Namun, beberapa penelitian menggunakan pengamatan pada 24 maupun 48 jpf

(Sisinno et al. 2000; Selderslaghs et al. 2009; Hagner et al. 2010). Pada penelitian

ini, nilai LC50 untuk 96 jpf tidak dapat ditentukan karena semua hewan uji telah

mati, sehingga digunakan nilai LC50 pada 24 dan 48 jpf. Nilai LC50 pada 24 dan

48 jpf didapatkan berturut-turut sebesar 235 ppm (r2= 0.93) dan 181 ppm (r2=

0.96) (Lampiran 6–7).

Gambar 4 Tingkat kematian embrio pada berbagai konsentrasi ekstrak kasar

flavonoid daun tin selama 24, 72, 48, dan 96 jam pasca fertilisasi Keterangan: = kontrol, = 50 ppm, = 100 ppm, = 250 ppm, = 500 ppm, = 750 ppm

Pengamatan terhadap embrio ikan zebra dengan mikroskop cahaya

(inverted) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kasar flavonoid dapat

menyebabkan berbagai macam kelainan. Kelainan ini dikarenakan embrio ikan

zebra sangat peka sehingga bahan uji mudah untuk berdifusi dan menginfeksi

organ (Chakraborty et al. 2009). Pada pemberian ekstrak dengan konsentrasi 50

ppm, embrio belum mengalami kelainan maupun kematian, tetapi pada

konsentrasi 750 ppm, tingkat kematian embrio telah mencapai 100%. Embrio

yang tidak mati mengalami kelainan seperti pembengkakan kantung kuning telur

pada pemberian ekstrak dengan konsentrasi 500 ppm. Pada Gambar 5B, terlihat

bahwa kantung kuning telur memiliki ukuran yang lebih besar dan bentuk yang

tidak lagi simetris jika dibandingkan dengan kontrol.

Pemberian ekstrak selama 48 jpf menghambat penetasan embrio (Lampiran

8). Pada tahap inkubasi ini, berbagai kelainan mulai muncul seperti tidak

terbentuknya sirkulasi darah, pembengkakan kantung kuning telur, penggumpalan

darah, pemendekan tubuh, pembengkokan sumbu tubuh, pigmentasi sedikit,

malformasi bentuk kepala, jantung tidak terbentuk, mata membesar, dan

koagulasi. Morfologi embrio normal dan beberapa jenis kelainan akibat paparan

ekstrak ditunjukkan pada Gambar 5. Pada inkubasi selama 48 jpf kerusakan yang

banyak terjadi adalah pembengkakan kuning telur dan tidak terbentuknya sirkulasi

darah. Namun, abnormalitas sirkulasi tidak tampak karena aliran sirkulasi hanya

dapat diamati langsung di bawah mikroskop. Pada tahap inkubasi ini kematian

0%

20%

40%

60%

80%

100%

24 48 72 96

% k

emat

ian

Waktu pengamatan (jpf)

Page 27: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

9

embrio meningkat jika dibandingkan dengan 24 jpf. Namun, nilai LC50 masih

dapat ditentukan.

Gambar 5 Hasil pengamatan embrio ikan zebra: kontrol 24 jpf (A), 500 ppm 24

jpf (B), 750 ppm 24 jpf (embrio koagulasi/ mati) (C), kontrol 48 jpf

(D), 50 ppm 48 jpf (E), 100 ppm 48 jpf (F), 250 ppm 48 jpf (embrio

tidak menetas) (G), kontrol 72 jpf (H), dan 50 ppm 72 jpf (I).

Keterangan kelainan: ek = edema kuning telur, kd = koagulasi darah,

ep = edema perikardium.

Pada pengamatan 72 jpf setelah pemaparan, embrio ikan zebra hampir

seluruhnya mengalami kematian, yang ditunjukkan dengan koagulasi embrio.

Pengamatan hanya dapat dilakukan pada konsentrasi 50 ppm yang menunjukkan

terjadinya kelainan meliputi pembengkakan kuning telur, tidak terbentuknya

sirkulasi darah, edema pada jantung, dan ukuran tubuh yang cenderung lebih

pendek dibandingkan dengan embrio normal (Gambar 5H–I). Pada inkubasi 96

jpf, semua embrio telah mati mulai pemberian ekstrak dengan konsentrasi 50

hingga 750 ppm.

Abnormalitas yang terjadi pada embrio selama pengamatan diringkaskan

pada Lampiran 8. Secara umum, kelainan yang paling utama adalah pada bagian

sirkulasi. Penentuan ini didasarkan pada persentase kelainan yang teramati selama

penelitian. Jika persentasenya lebih dari atau sama dengan 50%, maka kelainan

tersebut digolongkan sebagai kelainan utama (Hill et al. 2010). Tingginya

persentase kelainan sirkulasi, yaitu sebesar 54% (Tabel 4), memberikan dugaan

bahwa ekstrak kasar flavonoid daun tin memiliki efek toksik dominan pada

sirkulasi darah makhluk hidup.

Page 28: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

10

Tabel 4 Hasil pengamatan abnormalitas embrio ikan zebra Abnormalitas Jenis abnormalitas Jumlah Persentase (%)*

Sumbu tubuh Bengkok 2 15

Otak Kelainan bentuk, nekrosis 1 8

Sirkulasi Tidak ada sirkulasi, penggumpalan darah 7 54

Mata Kelainan bentuk, tidak terbentuk,

membesar, mengecil

1 8

Jantung Kelainan bentuk, edema 4 31

Pigmentasi Kurang, lebih 1 8

Trunk Pendek, tidak terbentuk, kelainan bentuk 3 23

Kuning telur Edema, besar 6 46

Ekor Tidak tersambung 2 15 *Jumlah kelainan yang diamati /jumlah embrio abnormal pada seluruh dosis dan waktu pengamatan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak kasar flavonoid telah diisolasi dari daun tin asal Bogor dengan

rendemen 2.36%. Ekstrak ini tergolong toksik dengan nilai LC50 berturut-turut

sebesar 433 dan 181 ppm dengan uji pada larva udang dan embrio ikan zebra.

Hasil uji kualitatif menunjukkan kandungan flavonoid berupa flavon dan flavonol.

Semua embrio ikan zebra mati pada perlakuan ekstrak dengan konsentrasi 750

ppm. Dosis yang lebih rendah menimbulkan berbagai kelainan embrio dengan

kelainan utama (54%) pada sirkulasi darah.

Saran

Perlu dilakukan pemisahan lebih lanjut pada ekstrak kasar flavonoid serta

uji toksisitas pada fraksi-fraksi yang diperoleh untuk mengetahui komponen

flavonoid teraktif dalam daun tin. Komponen lain dari sampel juga perlu

dipisahkan untuk mengetahui komponen teraktif dalam sampel, selain flavonoid.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of

Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist Ed ke-5.

Arlington (US):AOAC.

Andersen ØM, Markham KR. 2006. Flavonoids Chemistry, Biochemistry, and

Application. New York (US): Taylor & Francis.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK 03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011

Page 29: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

11

tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.

Jakarta (ID): BPOM.

Bai W, Zhang Z, Tian W, He X, Ma Y, Zhao Y, Chai Z. 2010. Toxicity of zinc

oxide nanoparticles to zebrafish embryo: a physicochemical study of

toxicity mechanism. J Nanopart Res. 12:1645-1654. doi: 10.1007/s11051-

009-9740-9.

Bar-Ilan O, Albrecht RM, Fako VE, Furgeson DY. 2009. Toxicity assessments of

multisized gold and silver nanoparticles in zebrafish embryos. Small.

5(16):1897-1910.

Chakraborty C, Hsu CH, Wen ZH, Lin CS, Agoramoorthy G. 2009. Zebrafish: a

complete animal model for in vivo drug discovery and development. Curr

Drug Metab. 10(2):116-124.

Cheng NAL, Masakuni T, Isao H, Hajime T. 2008. Antioxidant flavonoid

glycosides from the leaves of Ficus pumila L. Food Chem. 109:415-420.

doi: 10.1016/j.foodchem.2007.12.069.

Chon SU, Kim DI, Kang KS. 2008. Insecticidal potential of methanol extract and

its fraction from fig (Ficus carica Linn.) leaves. J Microbiol Biotechnol. 17:

858-864.

Coelho S, Oliveira R, Pereira S, Musso C, Domingues I, Bhujel RC, Soares

AMVM, Nogueira AJA. 2011. Assessing lethal and sub-lethal effects of

trichlorfon on different trophic levels. Aqua Toxicol. 103:191-198.

Colegate SM, Molyneux RJ. 2008. Bioactive Natural Products: Detection,

Isolation, and Sturtural Determination. California (US): CRC Pr.

D’Amico l, Li C, Wen LS, McGrath P. Zebrafish: A Predictive Model for

Assessing Development Neurotoxicity. Massachusetts (US): Phylonix

Pharmaceutical.

El-Shobaki, El-Bahay AM, Esmail RSA, El Megeid AAA, Esmail NS. 2010.

Effect of fig fruit (Ficus carica L.) and its leaves on hyperglycemia in

alloxan diabetics rats. World J Dairy & Food Sci. 5(1):47-57.

Ghazi F, Rahmat A, Yassin Z, Ramli NS, Buslima NA. 2012. Determination of

total polyphenol and nutritional composition of two different types of Ficus

carica leaves cultivated in Saudi Arabia. Pak J Nutr. 11(11):1061-1065.

Grush J, Noakes DLG, Moccia RD. 2004. The efficacy of clove oil as an

anesthetic for the zebrafish, Danio rerio (Hamilton). Zebrafish. 1(1):46-53.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Pandawinata K, Sudiro I, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr.

Terjemahan dari: Phytochemical Methods.

Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia.

Hagner M, Olli-Pekka P, Pasanen T, Tiilikkala K, Setala H. 2010. Acute toxicity

of birch tar oil on aquatic organism. J Agric Food Sci. 19: 24-33.

Hill AJ, Teraoka H, Heideman W, Peterson RE. 2005. Zebrafih as a model

vertebrate for investigating chemical toxicity. Toxicol Sci. 86(1):6-19.

Hill DS, Wlodarczyk BJ, Palacios AM, Finnell RH. 2010. Teratogenic effect of

antiepileptic drugs. Expert Rev Neurother. 10(6):943-959. doi:

10.1093/toxsci/kfi110.

Jeong MR, Kim HY, Cha JD. 2009. Antimicrobial activity of methanol extract

from Ficus carica leaves against oral bacteria. J Bacteriol Virol. 39(2):97-

102. doi: 10.4167/jbv/2009.39.2.97

Page 30: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

12

Khalaskar MG, Shah DR, Raja NM, Surana SJ, Gond NY. 2010. Pharmacognistic

and phytochemical investigation of Ficus carica Linn. Ethnobotan Leaflets.

14:599-609.

Konyahoglu S, Saglam H, Kivcak B. 2005. -Tocopherol, flavonoid, and phenol

contents and antioxidant activity of Ficus carica leaves. Pharmaceut Biol.

43(8):683-686. doi: 10.1080/13880200500383538.

Krishna MG, Pallavi E, Kumar RB, Ramesh M, Venkatesh S. 2007.

Hepatoprotective activity of Ficus carica Linn. leaf extract against carbon

tetrachloride-induced hepatoxicity in rats. DARU. 15(3):162-166.

Krishnaraju AV, Rao TVN, Sundararaju D, Venisree M, Tsay HS, Subbaraju GV.

2005. Assessment of bioactivity of Indian medicinal plants using brine

shrimp (A. salina) lethality assay. Int J Appl Sci Eng. 3:125-134.

Lee YS, Cha JD. 2010. Synergistic antibacterial activity of fig (Ficus carica)

leaves extract against clinical isolates of methicillin-resitant Staphylococcus

aureus. Kor J Microbiol Biotechnol. 38(4):405-413.

Lysiuk RM, Antonyuk VO. 2011. A Textbook of Pharmacognosy. Lviv (UA):

Danylo Halytskyi Lviv National Medical University.

Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Padmawinata K,

penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: Techniques of

Flavonoid Identification.

Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin JL.

1982. Brine shrimps: a convenient general bioassay for active plant

constituent. Planta Med. 45:31-34.

Miroslav V. 1971. Detection and Identification of Organic Compounds. New

York (US): STNL.

Oliveira AP, Valentao P, Pereira JA, Silva BM, Tavares F, Andrade PB. 2009.

Ficus carica L.: metabolic and biological screening. Food & Chem Toxicol.

47(11):2841-2846. doi: 10.1016/j.fct.2009.09.004.

Patil VV, Bhangale SC, Patil VR. 2010a. Evaluation of anti-pyretic potential of

Ficus carica leaves. Int J Pharmaceut Sci Rev & Res. 2(2):48-50.

Patil VV, Bhangale SC, Patil VR. 2010b. Studies on immunomudulatory activity

of Ficus carica. Int J Pharmaceut Sci. 2(4):97-99.

Patil VV, Patil VR. 2011a. Ficus carica Linn.-an overview. Res J Med Plants.

5(3):246-253. doi: 10.3923/rjmp.2011.246.253.

Patil VV, Patil VR. 2011b. Evaluation of anti-inflammatory activity of Ficus

carica Linn. leaves. Ind J Nat Prod & Resour. 2(2):151-155.

Raj SJ, Joseph B. 2011. Pharmacognistic and phytochemical properties of Ficus

carica Linn.- an overview. Int J Pharm Tech Res. 3(1):8-12.

Refli R. 2012. Potensi ekstrak daun Tin (Ficus carica L.) sebagai antioksidan dan

aktivitas hambatannya terhadap proliferasi sel kanker HeLa [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Rubinstein AL. 2006. Zebrafish assay forr drug toxicity screening. Expert Opin.

Drug Metab Toxicol. 2(2):231-240.

Selderslaghs IWT, van Rompay AR, de Coen W, Witters HE. 2009. Development

of a screening assay to identify teratogenic and embryotoxic chemicals

using the zebrafish embryo. Reproductive Toxicol. 28:308-320. doi:

10.1016/j.reprotox/2009.05.004.

Page 31: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

13

Sirisha N, Sreenivasulu M, Sangeeta K, Chetty CM. 2010. Antioxidant properties

of Ficus spesies-a review. Int J Pharm Tech Res. 2(4):2174-2182.

Sisinno CLS, Oliveira-Filho EC, Dufrayer MC, Moreira JC, Paumgartten FJR.

2000. Toxicity evaluation of municipal dump leachate using zebrafish acute

test. Bull Environ Contam Toxicol. 64:107-113.

Sukardiman, Rahman A, Pratiwi FN. 2004. Uji praskrining aktivitas antikanker

ekstrak eter dan ekstrak metanol Marchantia cf planiloba Steph. dengan

metode uji kematian larva udang dan profil densitometri ekstrak aktif.

Airlangga J Pharm. 4(3):7-10.

Wei X, Bugni TS, Harper MK, Sandoval IT, Manos EJ, Swift J, Wagoner RMV,

Jones DA, Ireland CM. 2010. Evaluation of pyridoacridine alkaloids in a

zebrafish phenotypic assay. Mar Drugs. 8:1769-1778.

Winarno FG. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

Zhu X, Zhu L, Li Y, Duan Z, Chen W, Alvarez PJJ. 2007. Developmental toxicity

in zebrafish (Danio rerio) embryos after exposure to manufactured

nanomaterials: buckminsterfullerene aggregates (nC60) and fullerol. Environ

Toxicol & Chem. 26(5):976-979.

Zon LI, Peterson RT. 2005. In vivo drug discovery in the zebrafish. Nature Rev.

4:35-44. doi: 10.1038/nrd1606.

Page 32: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kadar air daun tin

Ulangan Bobot sampel

(g)

Bobot cawan

kosong (g)

Bobot cawan

+ sampel (g)

Kadar air

(%)

1 3.0070 41.7050 44.5309 6.02

2 3.0087 39.2084 42.0320 6.15

3 3.0033 39.1764 42.0011 5.95

Rerata 6.04

Kadar air = (Bobot cawan+isi)−(Bobot cawan kosong)

Bobot sampel× 100%

= (44.5309−41.7050)

3.0070× 100%

= 6.02%

Rerata = 6.02+6.15+5.95

3

= 6.04%

Lampiran 2 Rendemen ekstrak daun tin

Bahan Bobot

sampel (g)

Bobot wadah

kosong (g)

Bobot

wadah+isi (g)

Rendemen

(%)

Ekstrak kasar metanol 300.02 203.1452 255.3062 17.39

Ekstrak kasar etanol 300.02 172.4713 202.8696 10.13

Ekstrak kasar flavonoid 300.02 366.0216 373.1139 2.36

Rendemen = Bobot ekstrak

Bobot sampel× 100%

= (255.3062−203.1452)

300.02× 100%

= 17.39%

Lampiran 3 Toksisitas ekstrak kasar metanol daun tin dengan metode BSLT

y = 18,8470x - 56,3330r² = 0,9010

2

3

4

5

6

7

8

9

3.15 3.2 3.25 3.3 3.35 3.4 3.45

% p

rob

it

log konsentrasi

Page 33: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

15

LC50 = 10(5−𝑏)/𝑎

= 10(5−(−56.3330)/18.8470

= 1795.80

Lampiran 4 Toksisitas ekstrak kasar etanol daun tin dengan metode BSLT

LC50 = 10(5−𝑏)/𝑎

= 10(5−(−17.1449))/6.9548

= 1527.98 ppm

Lampiran 5 Toksisitas ekstrak kasar flavonoid daun tin dengan metode BSLT

LC50 = 10(5−𝑏)/𝑎

= 10(5−(−11.8488))/6.4170

= 422.33 ppm

y = 6,9548x - 17,1449r² = 0,9654

0

1

2

3

4

5

6

7

2.95 3 3.05 3.1 3.15 3.2 3.25 3.3 3.35

% p

rob

it

log konsentrasi

y = 6,4170x - 11,8488r² = 0,9582

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1.6000 1.8000 2.0000 2.2000 2.4000 2.6000 2.8000 3.0000 3.2000

% P

rob

it

log konsentrasi

Page 34: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

16

Lampiran 6 Toksisitas ekstrak kasar flavonoid daun tin dengan metode ZFET

pada 24 jam pasca fertilisasi

LC50 = 10(0.5−𝑏)/𝑎

= 10(0.5−(−1.5354))/0.8577

= 234.83 ppm

Lampiran 7 Toksisitas ekstrak kasar flavonoid daun tin dengan metode ZFET

pada 48 jam pasca fertilisasi

LC50 = 10(0.5−𝑏)/𝑎

= 10(0.5−(−1.4742))/0.8743

= 181.15 ppm

y = 0,8577x - 1,5354r² = 0,9337

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1.5 1.7 1.9 2.1 2.3 2.5 2.7 2.9 3.1

% K

em

atia

n

log konsentrasi

y = 0,8743x - 1,4742r² = 0,9560

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1.5 1.7 1.9 2.1 2.3 2.5 2.7 2.9 3.1

%ke

mat

ian

log konsentrasi

Page 35: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

17

Lampiran 8 Hasil pengamatan pengaruh pemberian ekstrak kasar flavonoid pada kematian, abnormalitas, dan penetasan embrio ikan zebra

pada 24, 48, 72, dan 96 jam pasca fertilisasi

Kontrol 50 ppm 100 ppm 250 ppm 500 ppm 750 ppm

24 48 72 96 24 48 72 96 24 48 72 96 24 48 72 96 24 48 72 96 24 48 72 96

Hidup normal 6 6 6 6 6 1 0 0 5 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Hidup abnormal 0 0 0 0 0 5 6 6 0 4 4 4 0 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0

Menetas 0 6 6 6 0 5 6 6 0 5 5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kematian 0 0 0 0 0 0 5 6 1 2 6 6 2 6 6 6 5 6 6 6 6 6 6 6

Abnormalitas

Sumbu tubuh: bengkok,

patah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Otak: kelainan bentuk,

nekrosis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sirkulasi: tidak ada

sirkulasi, koagulasi darah 0 0 0 0 0 3 1 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mata: kelainan bentuk,

tidak terbentuk, lebih besar,

lebih kecil

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jantung: kelainan bentuk,

edema 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pigmentasi: kurang, lebih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Trunk: pendek, kelainan

bentuktidak terbentuk 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kuning telur: edema,

membengkak 0 0 0 0 0 1 1 0 0 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Ekor tidak menempel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17

Page 36: ISOLASI DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK FLAVONOID DAUN … · karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 15 Desember 1990 sebagai anak

kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Koestoto dan Sri Sundari. Tahun 2009,

penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi

masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui USMI pada Departemen Kimia,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Tahun 2012, penulis

mengikuti kegiatan praktik lapangan di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan

Indonesia (BPBPI), Bogor dengan judul Efek Pemupukan Terhadap

Perkembangan dan Kandungan Mineral Pada Tanaman Model Jagung. Selama

mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Organik

Layanan tahun ajaran 2011/2012, Kimia Organik Diploma tahun ajaran

2011/2012 dan 2012/2013, Kimia Pangan Diploma tahun ajaran 2012/2013,

Kimia B tahun 2012 ̶2014, Kimia Bahan Alam tahun ajaran 2013/2014, dan Kimia

Dasar 1 tahun ajaran 2013/2014.