makalah flavonoid
DESCRIPTION
flavonoidTRANSCRIPT
MAKALAH KIMIA BAHAN ALAM
FLAVONOID
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Kimia Bahan Alam
Disusun oleh :
Ervian Meilanty (121431008)
Riska Purwanti (121431021)
Toni (121431027)
PROGRAM STUDI DIII-ANALIS KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan karunia
– Nya penyusunan Makalah yang bejudul ”Flavonoid ” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
“Kimia Bahan Alam”. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak terkait.
Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :
1. Allah S.W.T. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang tak akan pernah terhitung,
2. Bapak Edi Wahyu selaku Dosen Mata Kuliah Kimia Bahan Alam yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan,
dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini
Kami sadari dalam penyusunan Makalah ini masih banyak sekali kekurangannya, untuk
itu saran dan kritik yang sifatnya mendukung sangat kami harapkan dari para pembaca, guna
memperbaiki kesempurnaan Makalah ini agar lebih baik lagi untuk kedepannya.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga dorongan
dan restu kita semua mendapatkan balasan dari Allah S.W.T.
Bandung, September 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berlimpahnya bahan-bahan kimia baru khususnya yang ada di alam,
memungkinkan manusia dengan berbagai penelitian dan metode untuk mendapatkan
bahan-bahan tersebut agar bisa di manfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari baik dalam
bidang ilmu pengetahuan,kedokteran,teknologi dll.
Salah satu contoh bahan yang di temukan di alam tersebut adalah flavonoid yaitu
merupakan kandungan khas tumbuhan hijau kecuali alga dan hornwort. Flavonoid
terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari,
nectar, bunga, buah buni, dan biji dan hanya sedikit saja flavonoid yang terdapat pada
hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang, ‘propolis’ (sekresi lebah), dan di
dalam sayap kupu-kupu; itu pun dengan anggapan bahwa flavonoid tersebut berasal dari
tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak disintesis di dalam tubuh
mereka.
Senyawa aromatik ini mengandung cincin karbon aromatik yaitu cincin aromatic yang
hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen dan antrasen. Cincin
karboaromatik ini biasanya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus
lainnya yang ekivalen ditinjau dari biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam
aromatic ini sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian
diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas.
Beberapa tumbuhan yang mengandung senyawa flavonoid dan telah berhasil diisolasi di
antaranya adalah temu lawak (Nugrahaningtyas, Dwi. 2005), daun beluntas (Koireowa,
2012), biji keledai (Asih, Astiti. 2009), daun salam (Hertianti, 2009) dan lain-lain.
Dalam makalah ini akan di bahas bagaimana senyawa flavonoid berkembang,di
isolasi dan pemanfaatannya bagi manusia.
1.2 Tujuan
Mempelajari dan mengetahui senyawa flavonoid mulai dari keanekaragaman, struktur,
biosintesis, sintesis, aktifitas biologis dan identifikasi senyawa flavonoid secara kualitatif
maupun dengan menggunakan instrumen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan kelompok fenol yang terdiri dari 15 atom
karbon yang dengan warna kuning dan merah yang dapat ditemukan pada tumbuhan
seperti buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herbal, rempah-rempah, serta produk
pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan
obat herbal. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta
kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid
tertentu.
Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses
evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid
berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, kompetisi, interaksi dengan
mikrobia, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur
transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga
membentuk suatu susunan C6-C3-C6.Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga
memiliki sifat kimia senyawa fenol, yaitu
1. Bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa.
2. Merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil.
3. Sebagai antibakteri karena flavonoid sebagai derivat dari fenol dapat menyebabkan
rusaknya susunan dan perubahan mekanisme permeabilitas dari dinding sel bakteri.
4. Sebagai antioksidan yaitu kemampuan flavonoid untuk menjalankan fungsi
antioksidan, bergantung pada struktur molekkulnya, posisi gugus hidroksil memiliki
peranan dalam fungsi antioksidan dan aktivitas menyingkirkan radikal bebas.
2.2 Struktur dan Karakteristik Senyawa Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat
yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoid dapat digambarkan
sebagai berikut :
Kerangka dasar senyawa flavonoid
Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi.
Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :
Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi
R = R’ = H, R’ = OH R = H, R’ = R” = OH R = R’ = R” = OH (juga, R = R’ = R” = H)
(Sastrohamidjojo, 1996)
Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa sehingga
memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosiklis dalam senyawa trisiklis. Pada
cincin B jarang ditemukan pola oksigenasi terdapat tiga gugus hidroksil atau cincin B tidak
teroksigenasi atau teroksigenasi pada posisi orto jarang ditemukan.
2.3 Klasifikasi Senyawa Flavonoid
Harborne ; Marby dkk; Markham (1967a; 1970; 1982 dalam Harborne 1987: 72)
memberikan penjelasan bahwa Penggolongan jenis flafonoid dalam jaringan tumbuhan
mula-mula didasarkan kepada telaah sifat kelarutan dan reaksi warna. Kemudian diikuti
dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis secara kromatografi satu arah.
Akhirnya, flavonoid dapat dipisahkan dengan cara kromatografi. Komponen masinh-masing
diidentifikasi dengan membandingkan kromatografi dengan spektrum, dengn memakai
senyawa pembanding yang sudah dikenal. Senyawa baru yang ditemukan sewaktu menelaah
memerlukan pemeriksaan kimia dan spektrum yang lebih terperinci.
Flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu :
1. Flavonol
Flafonol tersebar luas dalam tumbuhan, baik sebagai kopigmen antosianin dalam daum
bunga maupun dalam daun tumbuhan tinggi. Seperti antosianin, mereka paling sering
terdapat sebagai glosida (Harborne : 1987 )
Robinson (1995 dalam Doloksaribu 2009) menyatakan bahwa Flavonol paling sering
terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida dan aglikon flavonol yang umum yaitu
kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi.
Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana
dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu
cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.
Struktur Flavonol
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol karena flavon tak terdapat penyulihan 3-hidroksi. Hal
tersebut berpengaruh pada serapan UV-nya, gerakan kromatografi dan reaksi warnanya.
Hanya ada dua aglikon flavon umum yaitu apigenin dan luteolin, pola hidroksilasinya serupa
dengan kemferol dan kuersetin.
Flavon terdapat juga sebagai glikosida tetapi jenis glikosidanya lebih sedikit daripada
jenis glikosida pada flavonol. Glikosida itu sendiri merupakan senyawa yang menghasilkan
satu atau lebih gula di antara hasil hidrolisisnya. Untuk flavon jenis yang paling umum ialah
7-glikosida, contohnya luteoin 7-glukosida. Terdapat juga flavon yang terikat pada gula
melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap sebagai
induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoid.
Struktur Flavon
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Isoflavonoid dapat
dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan sifat fisiologinya yaitu 7-4’-dihidrroksiisoflavon
(daidzein) dan 5,7,4’-trihidroksiisoflavon (genistein) merupakan estrogen alam lemah,
terdapat dalam seamanggi, Trifolium pratense. Isoflavon ini merupakan insektisida alam
yang kuat sehingga berfungsi sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit.
Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun.
Kebanyakan isoflavon bila disinari dengan sinar UV akan menunjukan warna merah
senduduk tua dan bila diuapi dengan amonia warnanya akan berubah menjadi coklat,
sedangkan beberapa isoflavon misalnya daidzein memberikan warna biru kuat dengan sinar
UV bila diuapi ammonia.
Struktur Isoflavon
4. Khalkon
Khalkon merupakan antoklor, yaitu pigmen fenol kuning. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan bila daun bunga berwarna kuning akan berubah menjadi merah atau jingga bila
diuapi oleh asap basa atau asap amonia. Bila dalam kromatografi kertas, khalkon akan
berwarna coklat kuat dibawah sinar UV. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya,
karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas
dalam pengembang air.
Struktur Khalkon
5. Auron
Aron sama halnya dengan Khalkon yang merupakan antoklor. Auron berupa
pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita. Dalam larutan
basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa
bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah
jingga bila diberi uap amonia.
Struktur Auron
6. Flavanon
Flavanon merupakan isomer khalkon. Flavanon terdistribusi luas di alam seperti terdapat
di dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari
tanaman genus prenus dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin
dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.Flavanon ini merupakan senyawa tak
berwarna yang tidak dapat diditeksi dalam kromatografi kecuali apabila dilakukan
penyemprotan kromogen.
Struktur Flavanon
7. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika
dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena
konsentrasinya rendah dan tidak berwarna. (Doloksaribu, 2009)
Struktur Flavanonol
8. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir dan
daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai
antioksidan. (Doloksaribu, 2009)
Struktur Katekin
9. Flavolan
Flavolan atau yang dulu disebut Leukoantosianidin merupakan senyawa tanwarna,
terutama terdapat pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida,
contohnya melaksidin, apiferol.
Struktur Flavolan
10. Antosianin
Antosianin merupakan penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen
berwarna kuat dan larut dalan air ini, adalah penyebab hampir semua warna merah jambu,
merah marak, merah, merah seduduk, ungu, dan biru dalam daun bunga, daun dan buah pada
tumbuhan tinggi. (Harborne : 1987)
Antosianidin memiliki 6 aglikon yang umum. Antosianidin merupakan aglikon
antosianin yang akan terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Sianidin adalah
aglikon yang paling umum yang berwarna merah lembayung. Pelargon merupakan aglikon
yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandingkan sianiding, sedangkan Defilnidin yang
gugus hidroksilnya lebih satu dari sianidin. Terdapat pula tiga jenis eter metil antosianidin
yang umum yaitu peonidin yang merupakan turunan sianidin.; serta petunidin dan malvidin
yang merupakan turunan dari delfinidin.
Struktur Antosianin
Menurut Harborne (1987), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoid dimana semua flavonoid,
menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan semuanya mempunyai
sejumlah sifat yang sama yakni:
Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas
Antosianin
Proantosianidin
Flavonol
Flavon
Glikoflavon
Biflavonil
Khalkon dan auron
pigmen bunga merah
marak,dan biru juga dalam
daun dan jaringan lain.
terutama tan warna, dalam
daun tumbuhan berkayu.
terutama ko-pigmen tanwarna
dalam bunga sianik dan
asianik; tersebar luas dalam
daun.
seperti flavonol
seperti flavonol
tanwarna; hampir seluruhnya
terbatas pada gimnospermae.
pigmen bunga kuning, kadang-
kadang terdapat juga dalam
jaringan lain
larut dalam air, λmaks 515-545
nm, bergerak dengan BAA
pada kertas.
menghasilkan antosianidin
(warna dapat diekstraksi
dengan amil alkohol ) bila
jaringan dipanaskan dalam
HCl 2M selama setengah jam.
setelah hidrolisis, berupa
bercak kuning murup pada
kromatogram Forestal bila
disinari dengan sinar UV;
maksimal spektrum pada 350 –
386 nm
setelah hidrolisis, berupa
bercak coklat redup pada
kromatogram Forestal;
maksimal spektrum pada 330-
350 nm.
mengandung gula yang terikat
melalui ikatan C-C; bergerak
dengan pengembang air, tidak
seperti flavon biasa.
pada kromatogram BAA beupa
bercak redup dengan RF tinggi
.
dengan amonia berwarna
merah ; maksimal spektrum
370-410 nm.
2.4 Sumber Flavonoid
Natori (1981 dalam Matsjeh 2004). Flavonoid adalah salah satu kelompok metabolit
sekunder dan merupakan salah satu golongan senyawa fenol terbesar yang dihasilkan secara
alami oleh tumbuh-tumbuhan. Diperkirakan sekitar 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan (atau kira-kira 1 x 109 ton /tahun) diubah menjadi
flavonoid dan turunannya. Sebagian besar tanin juga berasal dari flavonoid. Flavonoid
terdapat di dalam semua tumbuhan darat, tetapi tidak ditemukan pada tumbuhan laut (Alga),
mikroorganisme, bakteri, jamur dan lumut. Scheuer (1987 dalam Handayani 2013).
Kebanyakan warna tumbuhan disebabkan oleh flavonoid, mulai dari zat warna fungus
sampai angiospermae. Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif
maupun dalam bunga.
Secara kuantitatif jumlah flavonoid yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan
relatif sangat kecil, sehingga bila diisolasi akan memerlukan banyak tumbuhan. Abad
(1993) hanya mendapatkan 0,28 kg (0,14%) centaureidin (5,7,3’-trihidroksi-3,6,4’-
trimetoksi flavon) dari 200 kg Tanacentum microphyllum dan Conoclidium greggii
(compositae) sebanyak 2 kg hanya mengandung 0,024 kg (1,2%) 5,7,4’-trihidroksi
6,3’,5’-trimetoksi flavon. Dua contoh di atas adalah gambaran betapa kecilnya
kandungan flavonoid pada tumbuhan. Pada hal flavon adalah golongan flavonoid
yang paling banyak ditemukan di alam dan kedua tumbuhan itu adalah famili
tumbuhan yang dikenal kaya dengan flavonoid.
Bayu (2009 dalam Handayani 2013). Selain itu tanaman mangrove juga
banyak mengandung senyawa flavonoid, karena tanaman mangrove merupakan
tanaman sejati yang memiliki daun, akar, batang sejati. Flavonoid yang ditemukan
pada tanaman mangrove berperan sebagai antioksidan dengan menghambat
peroksidasi dari lipid dan berpotensi menginaktifkan oksigen triplet. Simamora (2011
dalam Handayani 2013). Pada tanaman, flavonoid memiliki beragam fungsi,
diantaranya dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimikrobial, fotoreseptor, dan
skrining cahaya. Flavonoid terutama dalam bentuk turunan glikosilat bertanggung
jawab atas pemberian warna pada daun, bunga, dan buah. Markham (1988 dalam
Silaban 2010). Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau yang terdapat
pada bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah dan
biji. Flavonoid bersifat polar karena mengandung sejumlah hidroksil yang tidak
terikat bebas atau suatu gula. Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan, terikat
pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mana pun, mungkin saja
terdapat dalam satu tumbuhan dengan beberapa bentuk kombinasi glikosida. Menurut
strukturnya, semua flavonoid merupakan turunan senyawa induk flavon yang terdapat
pada tumbuhan berupa tepung putih dan mempunyai sejumlah sifat yang sama.
Harborne (1967 dalam Handayani 2013). Flavonoid terdapat dalam semua
tumbuhan berpembuluh misalnya isoflavon dan biflavonol yang hanya terdapat pada
beberapa suku tumbuhan, tetapi beberapa kelas, yakni flavon dan flavonol tersebar di
semua tumbuhan. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang
sekali ditemukan dalam bentuk tunggal dalam jaringan. Selain itu, sering pula
ditemukan campuran flavonoid dengan berbeda kelas.
Silalahi (2006 dalam Handayani 2013). Konsumsi flavonoid dalam makanan
berkisar 50 – 80 mg/hari. Kumar et al. (2011a dalam Handayani 2013). Kebutuhan
akan flavonol dan flavon sebesar 23 g/hari, disamping itu quersetin flavonol
menyumbangkan 16 mg/hari dalam asupan makanan. Flavonoid dalam makanan
diantaranya kuercetin, kaemferol, luteolin, morin, dan katekin. Senyawa tersebut
memiliki kemampuan mencegah kanker yang diduga melalui sifatnya sebagai
antioksidan, penangkap radikal bebas, dan kemampuannya menonaktifkan kation
polivalen. Sumber-sumber flavonoid lebih banyak dihasilkan oleh sayur, buah-
buahan, kacang, bunga, daun teh dan lain-lain.
2.5 Kegunaan Flavonoid
Kumar et al. (2011b dalam Handayani 2013). Flavonoid dalam tumbuhan
memberikan manfaat yang besar bagi tumbuhan tersebut. Flavonoid pada daun
mengatur fungsi fisiologis agar dapat bertahan dari gangguan hewan pemakan
tumbuhan, infeksi bakteri, dan melindungi dari sinar UV serta membantu dalam
proses fotosintesis, transfer energi, respirasi. Pigmen seperti antosianin juga
memberikan warna pada daun. Selain bagi tumbuhan, manusia pun dapat ikut
merasakan manfaat adanya flavonoid dalam makanan yang mereka konsumsi.
Harborne (1987). Flavonoid memiliki kemampuan antioksidan yang mampu
mentransfer sebuah elektron ke senyawa radikal bebas dan membentuk kompleks
dengan logam. Kedua mekanisme itu membuat flavonoid memiliki beberapa efek,
diantaranya menghambat peroksidasi lipid, menekan kerusakan jaringan oleh radikal
bebas dan menghambat beberapa enzim. Erukainure (2011 dalam Handayani 2013).
Hubungan antara total fenol dan senyawa flavonoid dengan aktivitas antioksidan pada
tumbuhan terutama buah-buahan adalah semakin meningkatnya konsentrasi total
fenol atau senyawa flavonoid, maka semakin tinggi pula tingkat aktivitas antioksidan
dari tumbuhan tersebut. Flavonoid melakukan aktivitas antioksidan dengan cara
menekan pembentukan spesies oksigen reaktif, baik dengan cara menghambat kerja
enzim maupun dengan mengikat logam yang terlibat dalam produksi radikal bebas.
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antioksidan sebagai berikut:
1. Flavonoid menghambat kerja enzim yang terlibat dalam reaksi produksi anion
superoksida, misalnya xanthin oksidase dan protein kinase. Flavonoid juga
menghambat kerja siklooksigenase, lipooksigenase, mikrosomal monooksigenase,
glutation-S-transferase, mitokondrial suksinoksidase, dan NADH oksidase.
2. Sejumlah senyawa flavonoid efisien dalam mengikat logam, diantaranya logam besi
bebas dan tembaga bebas yang dapat meningkatkan pembentukan spesies oksigen
reaktif.
Flavonoid mempunyai nilai potensial reduksi yang rendah, sehingga mudah mereduksi
radikal superoksida, peroksil, alkoksil, dan hidroksil.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan kelompok fenol yang terdiri dari 15 atom
karbon yang dengan warna kuning dan merah yang dapat ditemukan pada tumbuhan seperti
buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herbal, rempah-rempah, serta produk pangan dan
obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Flavonoid adalah salah satu kelompok metabolit sekunder dan merupakan salah satu
golongan senyawa fenol terbesar yang dihasilkan secara alami oleh tumbuh-tumbuhan.
Flavonoid berdasarkan pada keragaman pada rantai C3 dibagi menjadi 10 golongan
yaitu Antosianin, Flavolan, Flavonol, Flavon, Auron, Khalkon, Isoflavon, Katekin,
Flavanonol, Flavanon. Hampir semua golongan flavonoid terdapat sebagai glikosida dan
memiliki beberapa aglikon.
Kegunaan Flavonoid diantaranya adalah sebagai antioksdan, antimikrobial,
fotoreseptor dan screening cahaya juga sebagai penangkap radikal bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Wikipedia. [Online] Available at: http://id.wikipedia.org/wiki/Flavonoid [Diakses 23 September 2014].
Doloksaribu, R., 2009. Isolasi Senyawa Flavonoid dari Daun Tumbuhan Harimonting, Medan: Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.
Handayani, S., 2013. Kandungan Flavonoid Kult Batang Daun Pohon Api-api sebagai Senyawa Aktif Antioksidan, Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Harborn, J. B., 1987. Metode Fitokimia. II penyunt. Bandung: Penerbit ITB .
Matsjeh, S., 2004. Sintesis Flavonoid : Potensi Metabolit Sekunder Aromatik dari Sumber Daya Alam Nabati Indonesia, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.