isi.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak
menyenangkan, berhubungnan dengan adanya potensi kerusakan jarinngan
atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut.Keadaan psikis sangat
mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala atau
memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan
nyeri.Nyeri yang dimilliki setiap orang berbeda-beda. Batas nyeri untuk suhu
adalah konstan, yakni 44-450 C. mediator nyeri antara lain mengakibatkan
reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-
ujung saraf bebas dikulit, mukosa, dan jaringan lainnya
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja klasifikasi nyeri ?
1.2.2 Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri oral facial ?
1.2.3 Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya nyeri ?
1.2.4 Bagaimana penanganan dari rasa nyeri ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Mengetahui dan memahani tentang oral facial pain
1.3.2 Mengetahui mekanisme terjadinya oral facial pain
1.3.3 Mengetahui faktor penyebab dan penanganan rasa nyeri
1
1.4 Skenario
Ibu Shinta (40 tahun) sering merasakan sakit kepala. Terasa berdenyut,
timbul hilang dan kadang menyebar hingga leher dan telinga. Berbagai
pengobatan telah dilakukan, namun nyeri masih sering kambuh. Ibu Shinta
juga sempat menjalani terapi akupuntur dan berobat ke internist karena
mempunyai riwayat gangguan pencernaan atau iritasi lambung. Bahkan
sempat juga ke dokter ahli saraf untuk memastikan penyebabnya hingga
akhirnya mendapat rujukan ke dokter gigi. Setelah dilakukan pemeriksaan
intraoral, tampak adanya gigi molar atas dengan lubang besar yang
diindikasikan untuk dilakukan pencabutan. Infeksi gigi tersebut yang diduga
dapat menyebabkan timbulnya referred pain.
1.5 Mapping
2
ORAL FACIAL PAIN
Klasifikasi
Mekanisme
Faktor Penyebab
Penanganan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Nyeri
A. Klasifikasi Nyeri Menurut Waktu Kejadian
Nyeri dapat dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri
akut adalah nyeri yang terjadi dalam durasi dari 1 detik sampai dengan kurang
dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam
waktu lebh dari enam bulan.
Nyeri akut umumnya terjadi pada cedera, penyakit akut, ayau pada
pembedahan dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang bervariasi
(sedang sampai berat). Nyeri akut dipandang sebagai nyeri yang terbatas dan
bermanfaat untuk mengindikasikan adanya cedera atau penyakit pada tubuh.
Nyeri jenis ini biasanya hilang dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan
setelah kerusakan jaringan menyembuh.
Nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermitten, atau bahkan
persisten. Karakteristik nyeri konis adalah penyembuhannya tidak dapat
diprediksi meskipun penyebabnya mudah ditentukan (beberapa kasus sulit
ditentukan). Nyeri kronis dapat menyebabkan pasien merasa putus asa dan
depresi. Pasien yang mengalami nyeri kronis mungkin menarik diri dan
mengisolasi diri. Nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik. (hidayat,
2004)
B. Klasifikasi Nyeri Menurut Lokasi
1. Nyeri superfisial
2. Nyeri somatik dalam
3. Nyeri viseral
4. Nyeri alih (reffered pain)
5. Nyeri sebar (radiasi)
6. Nyeri bayangan (phantom)
3
C. Klasifikasi Nyeri Menurut Organ Tempat Timbulnya
Berdasarkan organ tempat timbulnya, nyeri diklasifikasikan menjadi
nyeri organic, nyeri neurogenik dan nyeri psikogenik.
D. Nyeri pada Daerah Oral Facial Pain
a. Sindrom Disfungsi Nyeri
b. Sakit Kepala
c. Neuralgia
d. Nyeri Pulpa dan Dentin
2.2 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri berawal dari rangsang nosiseptor aferen primer yang
akan diteruskan ke sistem saraf pusat di dalam talamus, hingga akhirnya
impuls nyeri tersebut diproyeksikan pada korteks serebral. Mekanisme nyeri
dibagi menjadi empat langkah, yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi.
a. Transduksi
Transduksi merupakan aktivasi nosiseptor aferen primer yang
diaktifkan oleh stimulus termal, mekanik, dan kimia yang berbahaya.
Nosiseptor aferen primer juga dapat diaktifkan oleh substansi kimia
endogen algesic, yaitu mediator inflamasi.
Transduksi terjadi ketika stimulus berbahaya bereaksi pada ujung
saraf bebas reseptor nyeri yang terletak dalam berbagai macam jaringan,
yang selanjutnya mengarah pada aktivitas elektrik depolarisasi dan
menghasilkan impuls saraf potensial aksi. Potensial aksi dimulai dengan
perubahan tiba-tiba keadaan istirahat normal, potensial membran negatif,
menjadi potensial membran positif lalu diakhiri dengan perubahan kembali
menjadi potensial negatif. (Corwin, 2009)
4
b. Transmisi
Proses kedua disebut transmisi yang mengarah pada aktivitas neural
yang membawa input nosiseptif kedalam system saraf pusat untuk proses
selanjutnya.
Terdapat 3 komponen dasar system transmisi :
1. Saraf sensoris perifer
2. Neuron orde kedua
3. Interaksi antara neuron, talamus, korteks, dan sistem limbic serta input
nosiseptif yang mencapai pusat.
Secara umum, ada dua cara bagaimana sensasi nosiseptif dapat
mencapai susunan saraf pusat, yaitu melalui traktus neospinothalamic
untuk ”nyeri cepat – spontan” dan traktus paleospinothalamic untuk ”nyeri
lambat”.
1) Pada traktus neospinothalamik
2) Pada traktus paleospinothalamik
c. Modulasi
Modulasi sensorik nyeri adalah penggunaan intervensi secara fisik
untuk menutup gerbang terhadap impuls nyeri. Modulasi mengacu pada
aktivitas neural sentral dalam mengkontro dan melemahkan nyeri.
d. Persepsi
Persepsi nyeri adalah pengenalan usat nyeri di otak terhadap
rangsangan nyeri. Biasanya digambarkan oleh pasien sebagai nyeri tajam,
linu atau rasa tidak nyaman.
2.2.1 Mekanisme Nyeri Alih (Referred Pain)
Nyeri alih adalah istilah yang dipakai untuk melukiskan nyeri
yang berasal dari organ dalam tapi dilukiskan ileh pasien sebagai
terletak di dinding perut atau dada, bahu, rahang, atau daerah lain yang
dipasok oleh saraf somatik. nyeri kelihatannya berasal dari daerah
5
yang disuplai oelh saraf somatik yang memasuki medula spinalis pada
segmen yang sama seperti saraf sensoris dari organ yang menyebabkan
nyeri. (Swartz, 1989).
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada daerah lain di luar
daerah yang terkena stimulus atau kerusakan jaringan. serabut aferen
dari beberapa tempat (mungkin agak berjauhan) konvergeb pada
neuron tingkat keuda; proses kognitif sentrak merancukan tempat nyeri
sebenarnya. (Saunders, 2001).
2.3 Faktor Penyebab Oral Facial Pain
a. Karies yang Mencapai Pulpa Gigi
b. Gangguan Pembuluh Darah
c. Hormonal
d. Menopause
e. Makanan
f. Monosodium Glutamate
g. Aspartam
h. Kafein
i. Obat-obatan
j. Lingkungan
k. Rangsangan Sensorik
l. Stress fisik dan mental
m. Kepribadian
n. Perubahan pada Sensitifitas Neuron pada Spinal Cord
o. Facial Neuralgia
p. Complex Regional Pain Syndrome 1 (Reflex Symphatetic Dystrophy)
q. Atypical Odontalgia (Atypical Facial Pain)
r. Burning Mouth Syndrome (Glossodynia)
2.4 Penanganan Nyeri
a. Farmakologi
6
b. Akupuntur
c. Audioanalgesia
d. Terapi nyeri
e. Teknik Relaksasi
f. Distraksi
g. Massage (Pemijatan)
h. Pola Hidup Sehat
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Klasifikasi Nyeri
a. Klasifikasi Nyeri Menurut Waktu Kejadian
Nyeri dapat dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
adalah nyeri yang terjadi dalam durasi dari 1 detik sampai dengan kurang dari
enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebh
dari enam bulan. Untuk perbedaan yang lebih lengkapnya dapat dilihat dari
tabel berikut:
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri kronis
TujuanMemperingatkan adanya cedera
atau masalahTidak ada
Awitan Mendadak Intermitten (terus-menerus)
Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat
DurasiSingkat (dari beberapa detik
sampai 6 bulan)Lama (enam bulan atau lebih)
Respon otonom
Konsisten dengan respon
simpatis:
a. Frekuensi jantung
meningkat
b. Tekanan darah meningkat
c. Dilatasi pupil
d. Tegangan otot meningkat
e. Penurunan motilitas
gastrointestinal
f. Xerostomia
Tidak ada
Komponen Ansietas Depresi
8
psikologis Mudah marah
Menarik diri, isolasi
Respon lainnya Tidak ada
Tidur terganggu
Libido menurun
Nafsu maka menurun
b. Klasifikasi Nyeri Menurut Lokasi
1) Nyeri superfisial
Nyeri superefisial biasanya timbul akibat adanya stimulasi
terhadap kulit, seperti pada laserasi, luka bakar, dsb. Nyeri jenis ini
memiliki karakteristik durasi yang pendek, terlokalisir dan memiliki
sensasi yang tajam.
2) Nyeri somatik dalam
Nyeri dimana stimulasi bermula dari bagian dalam tubuh. Nyeri
yang terjadi biasanya pada otot dan tulang serta struktur penyokong
lainnya. Umumnya nyeri bersifat tumpul dan distimulasi dengan
adanya peregangan dan iskemia.
3) Nyeri viseral
Nyeri visceral disebabkan oleh kerusakan organ internal ( organ
visera dalam abdomen dan dada). Nyeri yang timbul bersifat difus dan
durasinya cukup lama dengan sensasi yang timbul biasanya tumpul.
Penyebab nyeri visceral :
a. Iskemia. Terbentuknya produk akhur metabolic yang asam atau
produk yang dihasilkan oleh jaringan degenerative seperti
bradikinin; enzim proteolitik atau bahan lain yang merangsang
ujung serabut nyeri.
b. Stimulus kimia. Sebagai contoh adalah asam proteolitik getah
lambung yang keluar dari lambung yang robek atau tukak duodeni.
Getah ini kemudian menyebabkan tercernanya peritoneum visceral,
sehingga merangsang daerah serabut nyeri.
9
c. Spasme diskus berongga. Spame bias disebabkan oleh
terangsangnya ujung serabut nyeri secara mekanis, atau bias
disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot, dibarengi
dengan naiknya kebutuhan nutrisi otot untuk proses metabolism
sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
d. Distensi berlebihan pada viskus berongga. Viskus berongga apabila
diisi berlebihan juga dapat menimbulkan rasa nyeri, ini disebabkan
oleh jaringan itu sendiri yang terlalu teregang. Keadaan distensi
yang berlebihan dapat menyempitkan pembuluh-pembuluh darah
yang mengelilingi organ visera sehingga menyebabkan timbulnya
rasa nyeri.
e. Visera yang tidak sensitive, meliputi daerah-daerah parenkim hati
dan alveoli paru. Kapsul hati sangat peka terhadap trauma langsung
dan peregangan. Selain itu saluran empedu juga peka terhadap rasa
nyeri. Di dalam paru, bronki maupun pleura parietalis sangat
sensitive terhadap rasa nyeri.
Table perebedaan karakteristik nyeri somatic dan viseral
KARAKTERISTIKSOMATIK
VISERALSUPERFISIAL DALAM
KUALITAS TAJAM, MENUSUKTAJAM/TUMPUL,
DIFUS
TAJAM, TUMPUL,
DIFUS, KEJANG
LOKALISASI TERPUSAT MENYEBAR MENYEBAR
MENJALAR TIDAK TIDAK YA
STIMULUS PENYEBAB
CEDERA, ABRASI, PANAS/DINGIN
CEDERA, PANAS, ISKEMIA,
PERGESERAN
DISTENSI, ISKEMIA, SPASME,
IRITASI, KIMIA
REAKSI AUTONOM
TIDAK YA YA
REFLEKS KONTRAKSI OTOT
DALAM YA YA
10
4) Nyeri alih (reffered pain)
Adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri visceral yang
menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat
atau lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya neuron
sensori dari organ yang mengalami nyeri ke dalam medula spinalis dan
mengalami sinapsis dengan serabut saraf yang berada pada bagian lain.
5) Nyeri sebar (radiasi)
Adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal ke jaringan
sekitar. Nyeri dapat bersifat intermiten ataupun konstan. Nyeri
dirasakan seperti berjalan dari daerah asal nyeri ke sekitar atau ke
sepanjang bagian tubuh tertentu.
6) Nyeri bayangan (fantom)
Merupakan nyeri jenis khusus yang dirasakan oleh klien yang
mengalami amputasi. Nyeri dipersepsikan berada pada organ yang
telah diamputasi seolah-olah organnya masih ada.
c. Klasifikasi Menurut Organ Tempat Timbulnya
Berdasarkan organ tempat timbulnya, nyeri diklasifikasikan menjadi
nyeri organic, nyeri neurogenik dan nyeri psikogenik.
1) Nyeri organic
Merupakan nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan (actual atau
potensial) organ. Penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai
akibat adanya cedera, penyakit atau pembedahan terhadap salah satu
atau beberapa organ.
2) Nyeri neurogenik
Merupakan nyeri yang diakibatkan oleh adanya gangguan
neuron. Nyeri ini dapat terjadi secara akut maupun kronis. Nyeri
neurogenik dihasilkan dalam system sarafnya sendiri, reseptor ataupun
stimulasi serabut yang tidak diperlukan. Karakteristik klinis dari nyeri
11
ini adalah nyeri seperti membakar dengan kualitas menstimulasikan,
lokalisasi baik dengan adanya hubungan yang tertutup diantara lokasi
dari nyeri dan lesi, nyeri mungkin dengan gejala-gejala motorik,
sensorik dan autonomic.
3) Nyeri psikogenik
Merupakan nyeri yang diakibatkan oleh berbagai factor
psikologis. Gangguan ini lebih mengarah pada gangguan psikologis
dari pada gangguan organ. Nyeri ini umumnya terjadi ketika efek-efek
psikogenik seperti cemas dan takut timbul pada seseorang. Nyeri ini
dapat memunculkan intensifikasi nyeri somatic atau neuron dan juga
merupakan suatu manifestasi psikoneurotik.
d. Nyeri pada Daerah Oral Facial
1) Sindrom Disfungsi Nyeri
Sindroma disfungsi nyeri sendi temporomandibula
(temporomandibular joint pain-dysfunction syndrome} atau yang lazim
disebut dengan istilah sindroma disfungsi nyeri miofasial (myofascial
paindysfunctionsyndromel MPD).Disfungsi sendi temporomandibular
disebabkan oleh banyak faktor, antara laindisebabkan oleh beban
pengunyahan pada gigi yang terlalu besar, pengecilan otot rahang,
danketegangan dari otot-otot pendukung sendi temporomandibula.
Juga disebabkan oleh, sikaptubuh yang salah, kebiasaan oral yang
buruk, kerusakan fascia yang disebabkan oleh traumaatau penyakit.
Fascia adalah jaringan fibrosa yang membentuk pembungkus otot
danberbagai organ tubuh.6 Akibat yang ditimbulkan dapat berupa rasa
sakit, bunyi kliking saatmembuka mulut, dan kesulitan saat akan
membuka mulut dengan lebar.
2) Sakit Kepala
Sakit Kepala merupakan masalah kesehatan yang paling sering
terjadi.Beberapa orang sering mengalami sakit kepala, sedangkan yang
lainnya hampir tidak pernah merasakan sakit kepala.
12
Sakit kepala menahun dan sakit kepala kambuhan bisa terasa
sangat nyeri dan mengganggu, tetapi jarang mencerminkan keadaan
kesehatan yang serius.Suatu perubahan dalam pola atau sumber sakit
kepala (misalnya dari jarang menjadi sering, sebelumnya ringan
sekarang menjadi berat) bisa merupakan pertanda yang serius dan
memerlukan tindakan medis segera.
Sebagian besar sakit kepala merupakan ketegangan otot, migren
atau nyeri kepala tanpa penyebab yang jelas.Sakit kepala banyak yang
berhubungan dengan kelainan di mata,hidung, tenggorokan, gigi dan
telinga.Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan perasaan berdenyut di
kepala, tetapi tekanan darah tinggi jarang menyebabkan sakit kepala
menahun.
Biasanya dokter bisa menentukan penyebab sakit kepala dari
riwayat kesehatan penderita dan hasil pemeriksaan fisik.Kadang
dilakukan pemeriksaan darah untuk menentukan penyebabnya.Pungsi
lumbal (pengambilan sejumlah kecil cairan dari kolumna spinalis
untuk diperiksa dibawah mikroskop) dilakukan jika diduga
penyebabnya adalah suatu infeksi (misalnya meningitis).
Hanya sebagian kecil sakit kepala yang disebabkan oleh tumor
otak, cedera otak atau berkurangnya oksigen ke otak.Jika diduga suatu
tumor, stroke atau kelainan otak lainnya, maka dilakukan pemeriksaan
CT scan atau MRI.
3) Neuralgia
Secara harfiah, Neuralgia Trigeminal berarti nyeri pada nervus
Trigeminus, yang menghantarkan rasa nyeri menuju ke wajah.
Neuralgia Trigeminal adalah suatu keadaan yang memengaruhi N. V,
nervus kranialis terbesar. Dicirikan dengan suatu nyeri yang muncul
mendadak, berat, seperti sengatan listrik, atau nyeri yang menusuk-
nusuk, biasanya pada satu sisi rahang atau pipi. Pada beberapa
penderita, mata, telinga atau langit-langit mulut dapat pula terserang.
13
Pada kebanyakan penderita, nyeri berkurang saat malam hari, atau
pada saat penderita berbaring.
KLASIFIKASI
Neuralgia Trigeminal (NT) dapat dibedakan menjadi:
1. NT Tipikal,
2. NT Atipikal,
3. NT karena Sklerosis Multipel,
4. NT Sekunder,
5. NT Paska Trauma, dan
6. Failed Neuralgia Trigeminal.
Bentuk-bentuk neuralgia ini harus dibedakan dari nyeri wajah idiopatik
(atipikal) serta kelainan lain yang menyebabkan nyeri kranio-fasial.
ETIOLOGI Neuralgia Trigeminal
Mekanisme patofisiologis yang mendasari NT belum begitu
pasti, walau sudah sangat banyak penelitian dilakukan. Kesimpulan
Wilkins, semua teori tentang mekanisme harus konsisten dengan:
1. Sifat nyeri yang paroksismal, dengan interval bebas nyeri yang
lama.
2. Umumnya ada stimulus ‘trigger’ yang dibawa melalui aferen
berdiameter besar (bukan serabut nyeri) dan sering melalui
divisi saraf kelima diluar divisi untuk nyeri.
3. Kenyataan bahwa suatu lesi kecil atau parsial pada ganglion
gasserian dan/ atau akar-akar saraf sering menghilangkan
nyeri.
4. Terjadinya NT pada pasien yang mempunyai kelainan
demielinasi sentral (terjadi pada 1% pasien dengan sklerosis
multipel)
4) Nyeri Pulpa dan Dentin
Gigi karies merupakan salah satu penyebab terjadinya radang
pulpa dan periapikal yang paling banyak.Biasanya saseorang baru
menyadari adanya kerusakan gigi apabila sudah timbul rasa nyeri.
14
Nyeri akan timbul bila rangsang dapat mencapai ujung sel odontoblast
yang ada di batas dentin dengan email (Sigal dick., 1984). Lapisan sel-
sel odontoblast yang paling tepi menjorok masuk ke jaringan dentin,
daerah tersebut disebut 'komplex pulpa dentin'.Daerah ini merupakan
daerah pertahanan pulpa gigi yang paling depan.
Berbagai teori terjadinya nyeri dentin yang masih dikenal sampai
saat ini adalah 'teori direct inervation', 'teori odontoblastic receptor' dan
'teori hydrodinamic' (Torabinejad, 1989 dalam Corwin, 2009).
Apabila rangsangan sudah mencapai pulpa, nyeri dentin dapat
berlanjut menjadi nyeri pulpa.Kemudian terjadi reaksi pada sistem
aliran darah mikro, sistem persarafan mikro dan sistem seluler jaringan
pulpa. Proses ini menyebabkan udema pada pulpa karena
terganggunya keseimbangan antara aliran darah yang masuk dengan
yang keluar. Faktor penyebabnya adalah dinding pulpa yang keras dan
kaku.Peristiwa ini mengakibatkan sistem persarafan pulpa terjepit, dan
menimbulkan rasa nyeri hebat, yang dapat mengganggu aktifitas
seseorang. Meskipun pusat gangguan tersebut sangat kecil dan bila
diukur hanya mempunyai berat kira-kira 0.006 gram (Avery,1981
dalam Corwin, 2009).
3.2 Mekanisme Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan dan
penderitaan yang dihasilkan oleh stimulus pada akhiran saraf tertentu yang
berhubungan dengan kejadian atau potensial kerusakan jaringan yag
dinyatakan sebagai jejas.
Mekanisme dari nyeri itu sendiri berawal dari rangsang nosiseptor aferen
primer yang akan diteruskan ke sistem saraf pusat di dalam talamus, hingga
akhirnya impuls nyeri tersebut diproyeksikan pada korteks serebral.
Mekanisme nyeri dibagi menjadi empat langkah, yaitu transduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi.
15
1) Transduksi
Transduksi merupakan aktivasi nosiseptor aferen primer yang
diaktifkan oleh stimulus termal, mekanik, dan kimia yang berbahaya.
Nosiseptor aferen primer juga dapat diaktifkan oleh neurotransmitter
berupa asetilkolin dan adrenalin pada ujung saraf bebas.
Transduksi terjadi ketika stimulus berbahaya bereaksi pada ujung
saraf bebas reseptor nyeri yang terletak dalam berbagai macam jaringan,
yang selanjutnya mengarah pada aktivitas elektrik depolarisasi dan
menghasilkan impuls saraf potensial aksi. Potensial aksi dimulai dengan
perubahan tiba-tiba keadaan istirahat normal, potensial membran negatif,
menjadi potensial membran positif lalu diakhiri dengan perubahan kembali
menjadi potensial negatif.
Potensial aksi bergerak sepanjang membran sel hingga mencapai
akhir akson dan berawal dari keadaan istirajat pada membran sel yang
disebut proses polarisasi dimana potensial membran cenderung agak
negatif. Proses polarisasi tersebut dipertahankan oleh keseimbangan antara
ion natrium pada bagian luar membran dan ion kalium pada bagian dalama
membran. Ketika terjadi aktivasi nosiseptor aferen primer karena adanya
rangsangan, maka membran sel mengalami depolarisasi dan potensial
membran menjadi positif, dimana terjadi permeabilitas mendadak terhadap
ion natrium sehingga ion natrium mencapai bagian dalam akson, melalui
saluran khusu dalam membran sel yang disebut saluran natrium. Pada
waktu yang sama saluran khusus sensitif pada kalium membuka dan
amengijinkan aliran kalium bergerak keluar membran. Setelah membran
menjadi lebih permeabel tehadap ion natrium, saluran natrium mulai
menutup dan saluran kalium membuka lebih dari biasanya. Karena ada
difusi yang cepat dari ion natrium dan ion kalium, maka kedua ion tersebut
kembali pada posisinya semula dan mempertahankan keadaan istirahat
normal kembali, dimana potensial membranran kembali negatif, proses ini
disebut repolarisasi membran.
16
2) Transmisi
Proses kedua disebut transmisi yang mengarah pada aktivitas neural
yang membawa input nosiseptif kedalam system saraf pusat untuk proses
selanjutnya.
Terdapat 3 komponen dasar system transmisi :
a. Saraf sensoris perifer yaitu neuron aferen primer, saraf ini membawa
input nosiseptif dari organsensoris menuju serabut spinal. Potensial
aksi muncul pada saat ujung saraf bebas mentransmisikan sinyal nyeri
menuju system saraf pusat melalui serabut saraf aferen primer. Badan
sel pada neuron aferen primer yang menghantarkan impuls menuju
system saraf pusat terdapat dalam ganglion saraf yang merupakan
bagian system nyeri perifer. Serabut saraf aferen melalui ganglion
saraf kemudian memasuki system saraf pusat melalui sinaps dengan
neuron kedua.
b. Neuron orde kedua yang membawa input ke pusat yang lebih tinggi.
Neuron aferen orde kedua dalam tanduk dorsal spinalis dan tanduk
dorsal medulla menyilang menuju sisi kontra lateral dan naik menuju
thalamus melalui jalur spinotalamik pada saraf servikal dan
trigeminotalamik pada saraf trigeminal.
c. Interaksi antara neuron, talamus, korteks, dan sistem limbic serta input
nosiseptif yang mencapai pusat. Akson dari traktus spinotalamik dan
trigeminotalamik bersinaps dengan neuron orde ketiga dalam
thalamus. Lalu neuron orde ketiga memproyeksikan impuls ke area
yang berbeda dalam serebral kortekssensoris dan system limbic otak.
Impuls ini menyebabkan dimensi motivasi dan emosional nyeri.
Secara umum, ada dua cara bagaimana sensasi nosiseptif dapat
mencapai susunan saraf pusat, yaitu melalui traktus neospinothalamic
untuk ”nyeri cepat – spontan” dan traktus paleospinothalamic untuk ”nyeri
lambat”.
a) Pada traktus neospinothalamik, nyeri secara cepat bertransmisi
melalui serabut A-δ dan kemudian berujung pada kornu dorsalis di 17
medulla spinalis dan kemudian bersinapsis dengan dendrit pada
neospinothlamaik melalui bantuan suatu neurotransmitter. Akson dari
neuron ini menuju ke otak dan menyebrang ke sisi lain melalui
commisura alba anterior, naik keatas dengan columna anterolateral
yang kontralateral. Serabut ini kemudian berakhir pada kompleks
ventrobasal pada thalamus dan bersinapsis dengan dendrit pada korteks
somatosensorik. Nyeri cepat-spontan ini dirasakan dalam waktu 1/10
detik dari suatu stimulus nyeri tajam, tusuk, dan gores.
b) Pada traktus paleospinothalamik, nyeri lambat dihantarkan oleh
serabut C ke lamina II dan III dari cornu dorsalis yang dikenal dengan
substantia gelatinosa. Impuls kemudian dibawa oleh serabut saraf yang
berakhir pada lamina V, juga pada kornu dorsalis, bersinaps dengan
neuron yang bergabung dengan serabut dari jalur cepat, menyebrangi
sisi berlawanan via commisura alba anterior dan naik ke aras melalui
jalur anterolateral. Neuron ini kemudian berakhir dalam batang otak,
dengan sepersepuluh serabut berhenti di thalamus dan yang lainnya
pada medulla, pons, dan substantia grisea sentralis dari tectum
mesencephalon.
3) Modulasi
Modulasi merupakan proses pengendalian internal oleh sistem saraf,
dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri, melalui
aktivitas neural sentral yang melemahkan dan mngontrol sinyal nyeri yang
datang. Aktifitasnya yang dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan
impuls nyeri ini menyebabkan modulasi mempunyai sifat bideroksional.
Untuk melaksanakan fungsinya sistem yang digunakan salah satunya
adalah sistem analgesik endogen, sistem ini menekan input nyeri pada
kornu posterior yang merupakan pintu gerbang penyalur input nyeri.
18
Fungsi dari modulasi adalah untuk mengurangi aktifitas jalur transmisi
nyeri yang merupakan respon dari stimulasi berbahaya.
4) Persepsi
Proses terakhir merupakan pengalaman subjektif yang disebut
presepsi nyeri. Proses ini merupakan hasil akhir proses nyeri yang terjadi
kertika pesan nyeru mencapai pusat yang lebih tinggi, penderitaan dan
perilaku yang berhubungan dengan nyeri pun dimuai pada fase ini.
Komponen dari presepsi nyeri ada dua yaitu dimensi sensor
diskriminator dan dimensi afektif dimana memberikan perasaan tidak
menyenangkan dan emosi yang bersamaaan implikasi yang berhubungan
dengan nyeri.
Teori tentang presepsi nyeri :
Teori gate control
Impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oelh mekanisme pertahan
disepanjang sistem saraf pusat. Prinsip :
1. Masuknya aktifitas saraf aferen dimodulasi oleh mekanisme
pembukaan atau penutupan gerbang didalam tanduk dorsal korda
spinalis dan batang otak.
2. Gerbang tersebut dipengaruhi oleh serabut beta A diameter
besar,serabut delta A diameter kecil,serabut C.
3. Mekanisme kontrol saraf desendend dari tingkat yang lebih tinggi di
susunan saraf pusat dipengaruhi oleh proses kognitif, motivasional dan
afektif.
4. Saat gerbang terbuka dan aktivitas aferen masuk maka cukup untuk
mengaktifkan sistem transmisi, dua jalur ascendens utama diaktifkan
jalur sensoris diskriminatif dan jalur ascendens (melibatkan thalamus
dan limbus medial).
3.2.1 Mekanisme Nyeri Alih (Referred Pain)
19
Nyeri alih atau referred pain adalah nyeri yang dirasakan pada
daerah yang terkena stimulus atau kerusakan jaringan. Sedangkan
menurut Pierce (2007) menyatakan bahwa nyeri alih merupakan
presepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal
nyeri. Nyeri alih dapat terjadi apabila rangsangan yang berasal dari
suatu daerah sudah menjalar melalui saraf-saraf dan bertemu pada
ganglion kemudian ganglion tersebut membawa rangsangan tersebut
ke medulla spinalis. Setelah rangsangan tersebut sampai medulla
spinalis maka medulla spinalis akan sukar untuk membedakan
darimana rangsangan tersebut berasal karena pada ganglion atau
sinapsis terdapat bermacam-macam saraf aferen yang bertemu
sehingga sering terjadi salah presepsi darimana rangsang berasal.
Salah satu contoh dari mekanisme nyeri alih adalah seperti yang
ada pada skenario ketika seseorang mengalami sakit gigi akibat karies
namun nyeri yang dirasakan bisa sampai telinga dan leher. Hal ini
terjadi karena pada neuron orde kedua yang ada pada medulla spinalis
menerima rangsangan dari bermacam-macam serabut aferen seperti
pada gigi geligi, telinga, otot, mukosa dan lain-lain. Neuron orde kedua
atau yang biasa disebut sel T transmisi ini apabila sudah diaktifkan
oleh rangsangan akan mengakibatkan pusat-pusat yang lebih tinggi
pada otak kesulitan untuk menentukan presepsi nyeri berasal darimana
sehingga meskipun nyeri berasal dari gigi bisa saja orang tersebut
merasa nyeri tersebut berasal dari telinga atau bagian tubuh lain.
Nyeri alih juga dapat terjadi pada nyeri viseral yang disalah
artikan menjadi nyeri pada kulit. Hal ini dijelaskan pada gambar di
bawah ini. Pada gambar tampak cabang-cabang serabut nyeri viseral
bersinaps dengan neuron urutan kedua (1 dan 2), neuron kedua
20
menerima rangsang dari kulit. Apabila serabut nyeri viseral
mendapatkan ranagsang sinyalnyeri viseral akan dijalarkan melalui
neuron yang sama yang juga menjalarkan sinyal nyeri yang berasal
dari kulit, sehingga seseorang akan merasa bahwa nyeri tersebut
berasal dari kulit.
3.3 Faktor Penyebab Oral Fasial Pain
a) Karies yang Mencapai Pulpa Gigi
Karies terbentuk akibat terjadinya demineralisasi jaringan keras
pada gigi, di mana jaringan keras yang dimaksud di sini adalah lapisan
enamel. Lapisan enamel merupakan pelindung gigi pertama yang
menerima rangsang seperti rangsang mekanik, kimiawi, dan termal. Jika
lapisan enamel mengalami demineralisasi terus menerus tanpa diikuti
proses remineralisasi yang sebanding, maka enamel akan larut sehingga
lapisan dentin akan terbuka.
Lapisan dentin yang terbuka ini dapat memudahkan timbulnya rasa
nyeri karena impuls yang berasal baik dari suhu panas, dingin, makanan
manis, minuman, akan langsung disalurkan ke ruang pulpa melewati
tubuli dentin yang berisi tonjolan-tonjolan sitoplasma dari odontoblas.
Impuls nyeri ini akan diteruskan oleh tonjolan sitoplasma dalam tubuli
21
dentin menuju reseptor yang ada di daerah predentin, perbatasan dentin
dan pulpa, dan di subodontoblas. Setelah sampai di subodontoblas,
impuls nyeri akan tersalurkan ke kamar pulpa yang berisi pembuluh
darah dan juga banyak cabang dari serabut saraf yang berasal dari cabang
N.V yang menginervasi gigi tersebut.
Di dalam kamar pulpa, terdapat lebih banyak cabang dari serabut
saraf dibandingkan dengan yang ada di saluran akar, dengan
perbandingan 1:3. Percabangan serabut saraf semakin meningkat pada
ujung tanduk pulpa, sehingga setelah impuls sampai ke ruang pulpa,
maka impuls nyeri akan semakin cepat tersampaikan ke sistem saraf
pusat.
Impuls nyeri yang mengenai ujung saraf pulpa gigi dihantarkan ke
saraf maksilaris dan mandibularis dari saraf trigeminal oleh dua jenis
serabut saraf, yaitu serabut saraf tipe A, yang bermielin halus dengan
diameter 2-5 μm, dan dapat menghantarkan impuls nyeri dengan
kecepatan 12-30 m/det. Sedangkan serabut saraf tipe A bermielin yang
berdiameter 5-12 μm menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan 30-
70 m/det. Serabut saraf lainnya yang berperan yaitu serabut saraf tipe C
yang tidak bermielin dan memiliki diameter 0,4-1,2 μm. Serabut saraf
tipe C menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan 0,5-2 m/det.
Serabut saraf ini akan berjalan dari ganglion Gasseri ke nukleus
sensorik saraf trigeminal yang terletak pada medulla oblongata dan
meluas ke segmen servikal traktus spinalis. Di dalam ganglion semilunar
gasseri (ganglion trigeminal), terjadi pertukaran saraf atau sinaps yang
diperantarai oleh neurotransmitter seperti asetilkolin.
Daerah orofasial paling dominan diinervasi oleh N.V, sehingga di
dalam ganglion trigeminal ini terdapat badan sel dari tiga cabang N.V
yaitu N. Opthalmicus, N. Maxilaris, N. Mandibularis. Banyaknya badan
sel yang ada di dalam ganglion trigeminal dapat menyebabkan persepsi
yang salah tentang rasa nyeri yang dirasakan. Tiga cabang dari N.V ini
juga memiliki cabang lain yang menginervasi daerah lain di bagian wajah
22
seperti gambar di bawah ini. Salah satu cabang dari N.V/3 yaitu N.
Auriculotemporalis merupakan saraf yang menginervasi auricula atau
daun telinga sehingga saat ada nyeri di daerah gigi, nyeri itu dapat
menyebar ke daerah telinga juga.
b) Gangguan Pembuluh Darah
Salah satu gangguan pembuluh darah yang terjadi di daerah fasial
dapat menyebabkan terjadinya migraine. Salah satu penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa ternyata bukan hanya gangguan pada
pembuluh darah dan otot yang dapat menyebabkan migraine, namun juga
adanya neuroin yang dipicu di daerah midbrain yang mengaktifkan
sistem saraf trigeminal di daerah medulla, yang akan menyebabkan
terlepasnya neuropeptida seperti substansi P. Neurotransmitter ini akan
mengaktifkan reseptor pada dinding pembuluh darah cerebral yang
menyebabkan vasodilatasi dan vasokonstriksi. Adanya vasodilatasi dan
vasokonstriksi ini yang menyebabkan kepala terasa berdenyut, dan bisa
memicu munculnya rasa nyeri di daerah wajah dan rahang.
Selain itu, migraine juga dapat dipicu oleh makanan seperti kacang,
cokelat, dan anggur merah. Orang-orang yang sedang mengalami stress,
kekurangan tidur, dan juga dalam keadaan lapar juga cenderung
mengalami migraine. Migraine lebih sering menyerang wanita
23
disbanding laki-laki, dan mungkin hal itu dapat dipengaruhi oleh tingkat
emosional dan juga faktor hormone.
c) Hormonal
Fluktuasi hormon merupakan faktor pemicu pada 60% wanita, 14%
wanita hanya mendapat serangan selama haid. Nyeri kepala dipicu oleh
turunnya kadar 17-beta estradiol plasma saat akan haid. Serangan nyeri
kepala ini berkurang selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif
tinggi dan konstan, sebaliknya minggu pertama postpartum, 40% pasien
mengalami serangan yang hebat, karena turunnya kadar estra-diol.
Pemakaian pil kontrasepif juga meningkatkan frekuensi terjadinya
serangan nyeri kepala.
d) Menopause
Umumnya, nyeri kepala akan meningkat frekuensi dan berat-
ringannya pada saat menjelang menopause. Namun justru pada beberapa
kasus membaik pasca-menopause. Terapi hormonal dengan estrogen dosis
rendah dapat diberikan untuk mengatasi serangan nyeri kepala
pascamenopause.
e) Makanan
Berbagai makanan/zat dapat memicu timbulnya serangan nyeri
kepala. Pemicu yang paling sering ditemukan adalah alcohol berdasarkan
efek vasodilatasinya dimana anggur merah dan bir merupakan pemicu
terkuat. Makanan yang mengandung tiramin, yang berasal dari asam
amino tirosin seperti keju, makanan yang diawetkan atau diragi, hati,
anggur merah, youghurt, dan lain-lain. Makanan lain yang pernah
dilaporkan dapat mencetus nyeri kepala adalah ccoklat (karena
mengandung feniletilamin), telur, kacang, bawang, pizza, alpokat, pemanis
buatan, buah jeruk, pisang, daging babi, the, kopi, dan coca-cola yang
berlebihan.
f) Monosodium Glutamat
24
Merupakan pemicu nyeri kepala yang sering dan penyebab dari
sindrom restoran cina yaitu nyeri kepala yang disertai kecemasan, pusing,
parestesia leher dan tangan, serta nyeri perut dan dada.
g) Aspartam
Merupakan komponen utama pemanis buatan yang dapat
menimbulkan nyeri kepala pada orang tertentu.
h) Kafein.
Konsumsi yang berlebihan (>350 mg/hari) atau penghentian
mendadak minum kafein dapat menimbulkan nyeri kepala.
i) Obat-obatan.
Penggunaan nitrogliserin, nifedipin sublingual, isosorbid-dinitrat,
tetrasiklin, vitamin A dosis tinggi, dan fluoksetin memberikan efek
samping nyeri kepala.
j) Lingkungan.
Perubahan lingkungan dalam tubuh (internal) yang meliputi fluktuasi
hormon pada siklus haid dan perubahan irama bangun tidur dapat
menimbulkan serangan nyeri kepala akut. Perubahan lingkungan eksternal
meliputi cuaca, musim, tekanan udara, ketinggian dari permukaan laut,
dan terlambat makan dapat memicu terjadinya nyeri kepala pula.
k) Rangsangan sensorik.
Cahaya yang berkedip-kedip, cahaya silau, cahaya matahari yang
terang/terik, bau parfum, zat kimia pembersih, rokok, suara bising, dan
suhu yang ekstrim memicu terjadinya nyeri kepala.
l) Stress fisik dan mental.
Hal ini diketahui dapat memperberat serangan nyeri kepala.
m) Kepribadian.
Menurut penelitian, orang yang memiliki kepribadian perfeksionis,
kaku dan impulsif memiliki riwayat nyeri kepala yang lebih sering
dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki kepribadian berbeda.
n) Perubahan pada Sensitifitas Neuron pada Spinal Cord
25
Teori gate-control oleh Melzak dan Wall pada tahun 1965,
menjelaskan bahwa nyeri merupakan suatu proses multidimensi dengan
banyak pengaruh yang memengaruhi. Penjelasan lebih lanjut untuk nyeri
yang persisten setelah pengobatan bergantung pada perubahan yang terjadi
pada sistem nervus sentral. Neuron berfungsi sebagai penerima respon
stimulus, menghasilkan hubungan stimulus-respon. Keadaan ini tidak
membutuhkan input peripheral tapi merupakan konsekuensi dari
perubahan pada sensitifitas neuron pada spinal cord. Perubahan-perubahan
tersebut meliputi:
- Pengurangan stimuli, dengan menghasilkan neiron yang tidak lagi
membutuhkan stimulus noxious untuk diaktifkan.
- Perubahan pada pola respon temporal, jadi stimulus dapat
menimbulkan suatu aktivitas penyangga.
- Peningkatan respon general pada neuron motorik, jadi stimulus dapat
menghasilkan efek yang lebih besar.
- Ekspansi pada area reseptif, dengan menghasilkan respon yang dapat
ditimbulkan pada area yang lebih luas.
Manifestasi klinis dari perubahan ini meliputi hiperalesia, allodynia, dan
nyeri yang spontan dan menyebar.
Interaksi antara sistem nervus simpatis dan somatosensoris telah
berasosiasi dengan nyeri kronis dan dapat menyebabkan banyak namun
tidak semua kasus kompleks sindrom nyeri regional (CRPS).
Hubungannya mungkin berupa pasangan yang dimediasikan oleh
neurotransmitter noreadrenaline, yang terbebas dari nervus sinpatis
berakhir pada adrenoreseptor dalam membrane neuron aferen, yang
menyebabkan depolarisasi. Mekanisme ini diperkirakan lebih menyerupai
kesensitifan sistem somatosensoris dibandingkan hiperaktifitas pada
sistem simpatis eferen.
o) Facial Neuralgia
Neuralgia klasik yang mempengaruhi daerah craniofacial merupakan
kelompok yang unik dari kelainan neuralgia yang mengenai nervus cranial
26
dan dikarakteristik dari (a) episode pendek tembakan, sering berupa
electric shock – seperti sakit disepanjang rangkaian yang terkena cabang
nervus; (b) daerah pemicu pada kulit atau mukosa yang menimbulkan
serangan rasa sakit ketika disentuh; dan (c) periode bebas sakit diantara
serangan dan periode refraktori segera setelah sebuah serangan, selama
episode baru tidak dapat dipicu. Karakteristik klinis ini berbeda dari
neurophatic pain, yang lebih cenderung bersifat konstan dan memiliki
kualitas terbakar tanpa adanya daerah pemicu. Neurophatic pain sering
disebabkan dari kelainan yang melibatkan nervus spinal dimana
keterlibatan dari nervus cranial mungkin menimbulkan neurophatic pain
kronis atau episode pendek klasik dari tembakan rasa sakit. Apakah
sebuah lesi melibatkan nervus cranial menyebabkan neurophatic pain yang
konstan atau episode pendek klasik dari tembakan rasa sakit tergantung
pada dua hal yaitu kondisi alamiah dari sebuah kelainan dan posisi tumor
yang melibatkan nervus trigeminal diantara sudut pontine pada fossa
cranial posterior dan ganglion fossa cranial medial biasanya akan
menyebabkan lesi yang menusuk dari trigeminal neuralgia dimana banyak
lesi peripheral akan menyebabkan neuropathic pain. Mayor Craniofacial
Neuralgia termasuk trigeminal neuralgia, glossopharyngeal neuralgia dan
occipital neuralgia. Geniculate neuralgia melibatkan bagian sensoris dari
nervus cranial VII merupakan mirip tetapi kelainan langka. Post-herpetic
neuralgia dan post-traumatic neuralgia sering merupakan penyebab
neurophatic pain.
Trigeminal Neuralgia
Trigeminal Neuralgia (TN), sering disebut dengan tic douloureux,
merupakan penyebab paling sering dari cranial neuralgia dan biasanya
mengenai individu dengan umur lebih dari 50 tahun. Ketika individu
muda terkena maka deteksi untuk lesi tersembunyi seperti tumor,
aneurisma, multiple sclerosis perlu ditingkatkan.
Etiologi dan Patogenesis
27
Penyebab dari banyak kasus TN masih kontroversi, tetapi sekitar 10%
dari kasus dapat dideteksi lesi patologis tersembunyi seperti tumor dari
sudut cerebral pontine, demyelinating plaque dari multiple sclerosis, atau
kelainan vascular. Tumor yang paling sering adalah meningioma dari fossa
cranial posterior. Kasus TN diklasifikasikan sebagain idiophatic. Beberapa
teori masih ada untuk menjelaskan etiologi dari TN. Teori yang paling
banyak diterima sebagai etiologi dari TN adalah disebabkan oleh
arteriosklerosis dari pembuluh darah (biasanya arteri cerebellar superior)
menekan dan menekuk di akar nervus trigeminal. Penekanan
menyebabkan focal demyelinization dan hyperexcitability dari serat
nervus, yang kemudian menyebabkan reaksi dari sentuhan ringan,
sehingga menimbulkan episode pendek dari rasa sakit. Bukti untuk teori
ini melibatkan observasi bahwa neurosurgery yang membuang tekanan
dari pembuluh darah pada akar nervus dengan menggunakan prosedur
microvascular decompression dapat menghilangkan rasa sakit pada
kebanyakan kasus. Pada penelitian sekarang sebanyak 1.185 pasien yang
mendapatkan operasi microvascular decompression untuk TN yang tidak
bereaksi terhadap terapi obat, 70% dari 328 pasien dengan kelainan
orofacial pain dan temporomandibular menyatakan bebas rasa sakit selama
10 tahun setelah operasi. Bukti tambahan untuk teori ini didapatkan dari
penelitian menggunakan tomographic magnetic resonance imaging (MRI),
dimana menunjukkan kontak antara pembuluh darah dan akar nervus
trigeminal lebih besar pada sisi yang terkena. Bukti yang menentan teori
ini meliputi penemuan oleh neurosurgeons yang memanipulasi daerah
dari akar nervus mungkin dapat menghilangkan rasa sakit bahkan ketika
pembuluh darah arteriosclerotic tidak menekan akar nervus. Investigasi
lainnya percaya bahwa factor terbesar etiologi dari TN merupakan
degenerasi dari ganglion daripada akar nervus.
Glossopharyngeal Neuralgia
Neuralgia glossopharingeal merupakan kondisi yang jarang yang di
asosiasikan dengan sakit pada proksimal, dengan intensitas sakit yang
28
lebih kurang daripada TN. lokasi dari zona trigger dan sensasi sakit
mengikuti distribusi ke saraf glossofaringela,faring,posterior lidah,telinga,
dan area infraradicular retromandibular. Sakit di picu oleh stimulasi dari
mukosa faringal ketika mengunyah,berbicara, dan menelan. Sakit kadang
sangat susah dibedakan dari neuralgia genikulate atau TMDs. Neuralgia
glossofaringeal biasa muncul pada TN, dan kerika itu muncul,lesi central
biasa akan di temukan. Glossofaringeal neuralgia di asosiasikan dengan
simpton vagal, seperti syncope dan arrhtemia.
Nervous Intermedius (Geniculate) Neuralgia
Nervous intermedius (geniculate) neuralgia merupakan neuralgia
paroxysmal pada CN VII yang jarang terjadi. Karakterisitik dari penyakit
ini yaitu terasa sakit pada telinga dan bagian anterior lidah atau palatum
lunak (frekuensi jarang). Lokasi nyeri didistibusikan sepanjang saraf
tersebut (saluran pendengaran luar dan sedikit daerah palatum lunak dan
posterior auricular). Rasa nyeri tidak setajam dan sehebat seperti pada TN,
dan biasanya sering menyebabkan paralisis wajah. Geniculate neuralgia
umumnya diakibatkan oleh herpes zoster pada ganglion geniculate dan
saraf intermedius CN VII, kondisi ini dikenal dengan sindrom Ramsay
Hunt. Terdapat vesikel viral yang ditemukan pada telinga atau membrane
timpani. Gejalanya disebabkan oleh peradangan degenerasi saraf.
Occipital Neuralgia
Occipital Neuralgia merupakan neuralgia pada distribusi cabang saraf
sensori plexus servikal (umumnya terjadi unilateral pada eher dan daerah
oksipital). Penyebab utama dari neuralgia ini adalah trauma, neoplasma,
infeksi, dan aneurism yang melibatkan persarafan. Pengobatan yang
diberikan yaitu dengan kortikosteroid, neurolisis, avulsion, dan blok
anastesi local saraf.
Postherpetic Neuralgia
Etiologi dan Patogenesis
Herpes zoster disebabkan karena infeksi varicella-zoster yang
menghasilkan rasa sakit dan lesi vesicular sepanjang saraf yang terkena.
29
Hampir 15 sampai 20% kasus herpes zoster melibatkan nervus trigeminal
meskipun sebagian besar menyerang nervus V divisi ophtalmicus yang
menyebabkan rasa sakit dan lesi pada daerah mata dan dahi. Herpes zoster
mandibula dan maksila menyebabkan rasa sakit dan lesi pada bagian
wajah dan mulut. Pada kebanyakan kasus, rasa sakit herpes zoster akan
hilang selama satu bulan setelah lesi sembuh. Rasa sakit yang terus
menerus (lebih dari satu bulan) dikelompokan sebagai postherpetic
neuralgia (PHN). PHN dapat menyerang segala usia namun lebih beresiko
pada usia lanjut. Rasa sakit dan mati rasa pada PHN disebabkan oleh
kombinasi antara mekanisme sentral dan peripheral. Virus varicella zoster
melukai saraf peripheral dengan demyelinasi, degenerasi wallerian,
sklerosis.
Post Traumatic Neurophatic Pain
Etiologi dan Patogenesis
Saraf trigeminal yang cedera dapat menyebabkan trauma wajah atau
dari prosedur pembedahan, seperti pencabutan gigi molar tiga yang
impaksi, penempatan implan gigi, pembuangan kista atau tumor tulang
rahang, genioplastis atau osteomies. Pada beberapa individu, kerusakan
saraf dapat menyebabkan keadaan mati rasa sedangkan pada yang lain
dapat menyebabkan rasa ssakit secara spontan atau dipiciu oleh stimulus.
Kerusakan saraf minor (diklasifikasikan sebagai neurapraxia) tidak
menyebabkan degenerasi axonal tetapi dapat menyababkan gangguan
temporary parasthesia selama beberapa jam atau hari. Kerusakan saraf
yang parah lainnya (diklasifikasikan sebagai axonotmesis) menyebabkan
degenerasi serat-serat neural meskipun bagian saraf tetap utuh. Kerusakan
yang menimbulkan gejala selama beberapa bulan tidak mempunyai
prognosis untuk pemulihan yang baik meskipun regenerasi axonal telah
lengkap. Saraf total yang terbelah (neurotmesis) seringkali menyebabkan
kerusakan saraf yang permanen, menghasilkan anesthesia dan/atau
dysthesia. Sensitisasi kemungkinan besar memegag peranan dalam gelaja
neuropathy.
30
p) Complex Regional Pain Syndrome 1 (Reflex Symphatetic Dystrophy)
Istilah “Complex Regional Pain Syndrime 1” (CRPS-1) dan “Reflex
Sympathetic Dystrophy” (RSD) digunakan untuk menjelaskan suatu
sindrom yang sulit dimengerti meliputi, rasa sakit lokal, abnormalitas
gerak dan keringat dan perubahan trofik pada jaringan lunak otot atau
kulit.
Etiologi dan Patogenesis
Tanda-tanda dan gejala yang dihubungkan denagn CRPS yaitu
adanya perubahan setelah trauma pada pasangan serat saraf sensory untuk
stimuli sympathetic. Pembuktian CRSP meliputi penelitian yang
menunjukan bahwa pembedahan atau blokade induced-drug dari sistem
saraf sympathetic merupakan gejalanya. Pada taksonomi baru yang
meliputi klasifikasi rasa sakit kronis, CRSP-1 berbeda dengan RSD,
sedangkan CRSP-2 menggantikan causalgia, dimana sindrom rasa sakit
dikarenakan kerusakan saraf mayor. RSD sangat jarang menyerang pada
distribusi saraf rigeminal, dan peran sistem saraf pada rasa sakit facial
kronis belum diketahui. Suatu penelitian mengenai rasa sakit facial kronis
pada pasien yang terbukti mengalami gangguan disfungsi autonomi
memperlihatkan suatu bagian kecil tubuh pasien membaik setelah
dilakukan blok stellate symphatetic. Hal ini dapat menjadi peran dari
sistem safat sympathetic. Itu juga telah dilaporkan pada rasa sakit facial
setelah dilakukan pathectomy.
q) Atypical Odontalgia (Atypical Facial Pain)
Etiologi dan pathogenesis
Ada beberapa teori mengenai etiologi dari AFP dan AO. Satu teori
menganggap AFP dan AO merupakan phantom tooth pain atau de-
afferentation. Teori ini didukung oleh persentasi yang tinggi dari pasien
dengan penyakit yang melaporkan bahwa gejala dmulai setelah prosedur
dental seperti terapi endodontik atau suatu extraction.Yang lainnya telah
berteori bahwa AO itu adalah suatu bentuk vaskuler, neurophatik atau
sakit yang dirawat secara simpatetik. Studi lainnya mendukung konsep
31
bahwa pada sebagian dari pasien dalam kategori ini mempunyai suatu
komponen psychogenic yang kuat pada gejala mereka seperti depresif,
somatisasi, dan penyakit konversi yang telah dijelaskan sebagai faktor
yang utama dalam beberapa pasien. Hal itu sering sulit dipelajari dengan
teliti aspek psikologis dari suatu sindrom sakit kronis karena tekanan
(depresi) dan kecemasan menjadi bagian dari gambaran klinis dari semua
pasien dengan sakit kronis.
r) Burning Mouth Syndrome (Glossodynia)
Sensasi terbakar menyertai inflamasi atau penyakit ulcerative dari
mukosa mulut tetapi istilah burning mouth syndrome (BMS) disediakan
untuk menjelaskan oral burning yang tidak dapat ditemukan penyebabnya.
Gejala terbakar di pasien dengan BMS tidak mengikuti anatomic
(anatomic pathway), tidak ada mukolesi atau penyakit neurologi yang
diketahui untuk menggambarkan gejala, tidak ada karakteristik kelainan
laboratorium.
Etiologi dan pathogenesis
Penyebab BMS yang tersisa tidak diketahui, beberapa faktor telah
dicurigai, termasuk hormonal dan penyakit alergi, hipofungsi kelenjar
saliva, trauma kronis yang bermutu rendah 9chronic low-grade trauma),
dan kelainan psikiatris.
3.4 Penanganan Nyeri
1. Farmakologi
Pengobatan ideal untuk setiap nyeri adalah menghilangkan
penyebabnya. Kadang- kadang hal ini mungkin namun lebih sering setelah
diagnosis dan dimulai pengobatan sesuai penyebabnya. Oleh karenanya
kegunaan obat-obatan ini sebaikya dipahami betul oleh semua praktisi.
Lokal : obat analgesik
32
Obat analgesik adalah zat-zat yang mengurangi atau mengahali
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat analgesik bekerja di
dua tempat utama yaitu perifer dan sentral. Cara kerja dari obat
analgesik adalah menghambat enzim siklooksigenase sehingga
konversi asam arakhidonat menjadi terganggu dan reaksi inflamasi
akan tertekan. Digunakan baik di perifer maupun di sentral, tetapi efek
perifernya lebih banyak. Efek analgesiknya berhubungan dengan efek
anti inflamasinya dan diakibatkan oleh inhibisi sintesis prostaglandin
dalam jaringan yang meradang. Prostaglandin menghasilkan sedikit
nyeri tetapi mempotensi nyeri yang disebabkan oleh mediato inflamasi
lain seperti histamin dan bradikinin.
a. Aspirin, Asetaminoferin, dan Obat Antiinflamasi Nonsteroid
(NSAIDs)
Obat ini ditinjau karena digunakan untuk problem yang
serupa dan mungkin mempunyai mekanisme kerja yang mirip.
Semua senyawa ini menghambat siklooksigenase dan kecuali
asetaminofen semuanya mempunyai kerja anti-inflamasi terutama
pada dosis besar. Mereka terutama efektif untuk nyeri kepala
ringan sampai sedang dan untuk nyeri mukloskeletal. Inhibitor
siklooksigenase sejauh ini merupakan analgesik yang paling umum
digunakan.
Dokter biasanya menganjurkan obat aspirin 0,6 gram atau
asetaminofen 0,6 gram, yang diberikan 4 hingga 6 jam sekali.
Nyeri kepala kronik tergolong kategori migren umum atau tegang
otot jauh lebih sulit penanganannya.
b. Analgesik Opioid
Opioid adalah obat penghilang nyeri yang paling poten yang
tersedia sampai saat ini. Terlebih lagi di antara semua analgesik,
mereka mempunyai efektivitas yang terluas jangkauan sehingga
memberikan metode paling terpercaya untuk menghilangkan nyeri.
Opioid menghasilkan analgesia dengan kerjanya pada susunan
33
saraf pusat. Mereka mengaktivasi neuron penghambat nyeri dan
secara langsung menghambat neuron transmisi nyeri.
Umum : anastesi umum
Anastesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral
yang disertai hilangnya kesadaran dan bersifat irreversible.
2. Akupuntur
Akuputur adalah suatu sistem pengobatan dengan cara menusukkan
jarum dititik-titik tertentu pada tubuh untuk memperoleh efek rangsang
pada energi vital guna mendapatkan kesembuhan dari suatu penyakit atau
untuk meningkatkan kualitas kesehatan.
3. Audioanalgesia
Audioanalgesia adalah proses penurunan nyeri dengan terapi musik
klasik mozart. Terapi musik klasik mozart dapat mengatasi nyeri
berdasarkan teori Gate Control bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme petahanan disepanjang sistem saraf pusat. Teori
ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah satu
cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan merangsang
sekresi endorfin yang akan menghambat pelepasan substansi P. Musik
klasik mozart dapat merangsang peningkatan hormon endorfin yang
merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. Sehingg
pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinaps
antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya
substansi P akan menghantarkan impuls. Pada saat tersebut, endorfin akan
memblokir lepasnya substansi P dari neuron sensorik sehingga transmisi
impuls nyeri di medula spinalis menjadi terhambat yang menyebabkan
rasa nyeri berkurang.
4. Terapi Nyeri
34
Terapi nyeri umumnya memblok penjalaran nyeri pada perifer
sebelum impuls masuk ke otak dengan mengganggu mekanisme ion yang
terlibat dalam konduksi impuls saah sehingga menghambat pembentukan
dan penjalaran impuls.
5. Teknik Relaksasi
Teknik ini didasarkan pada keyakinan tubuh berespon pada ansietas
yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya dapat
menurunkan ketegangan fisiologis. Posisi ini dapat dilakukan dengan
kepala ditopang berbaring atau duduk. hal utama yang dibutuhkan pasien
dalam metode ini adalah posisi yang pikiran yang istirihat, nyaman pikiran
relaksasi lingkunagn tenang. Teknik relaksasi banyak, salah satunya
relaksasi autogenik mudah dilakukan tidak berisiko. Prinsipnya pasien
mampu berkonsentrasi sambil baca doa, zhikir, dalam hati seiring
ekspirasi udara paru.
6. Distraksi
Metode ini sebenarnya adalah bagian dari teknik relaksasi dari
ketidaknyamanan rasa nyeri. Distraksi adalah mengalihkan pasien dari
nyeri. Metode ini dapat didapatkan :
a. Bernafas lambat dan berirama secara teratur
b. Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya
c. Mendengarkan musik
d. Mendorong untuk mengkhayal (guided imagery) yaitu melakukan
bimbingan yang baik kepada klien untuk mengkhayal. Dengan teknik :
- Atur suara yang nyaman pada saat berbicara pada klien.
- Dengan suara lembut meminta klien memikirkan hal atau
pengalaman yang membantu pengguaan semua indra.
- Minta klien tetap fokus pada bayangan yang menyenangkan
sambil merelaksasikan tubuhnya.
35
- Bila klien relaks perawat tidak perlu bicara lagi.
- Jika klien agitasi atau gelisah tidak nyaman. latihan dihentikan
dimulai lagi ketika klien siap.
7. Massage (Pemijatan)
Ada teknik tertentu yang menghilangkan ketegangan menyebabkan
nyeri di bagian kepala. Cara ini dapat melemaskan otot dan
menghilangkan rasa nyeri. Teknik pertama yaitu:
o Letakkan kedua tangan anda dengan lembut pada kulit kepala orang
yang dipijat untuk beberapa saat. Angkat secara perlahan dari kepala
seolah membuang rasa sakit. Letakkan kembali tangan anda dengan
jempol berada diatas alis. Tekan dengan lembut sampai hitungan
kelima lepaskan.
o Lakukan gerakan tekan-lepas tadi kearah dalam ke luar pada kedua alis
menggunakan ujung jari telunjuk. Kemudian gunakan jempol untuk
melakukan gerakan itu di atas tulang pipi mulai dari hidung menuju ke
pelipis.
o Telungkupkan tangan di muka dengan lembut lalu angkat perlahan.
Atau teknik kedua yaitu dengan cara gerakan melingkar dengan
ujung jari ada otot samping leher naik kedaerah kepala dan belakang
telinga. Kemudian ke atas dahi dengan tambahkan gerakan mencubit dan
tekan secara stabil manta dari antara alis ke luar dengan jempol. Pijatlah
dari alis ke garis rambut. karena penekanan pada daerah ini akanmelewati
berbagai titik akupresur (jenis pengbatan dengan menekan titik terentu
dalam tubuh) sehingga akan melepas energi yang tersumbat. Nyeri kepala
dapat dikurangi dengan melakukan pemijatan ini. cara ini juga merapkan
melemaskan otot daerah tekanan dan bisa juga menghilangkan rasa
sakitnya dibagia tubuh yang lain untuk meghasilkan relaksasi.
8. Hypnosis
36
Pengobatan yang instan hanya akan menghilangkan rasa sakit secara
sementara dan tidakmenyelesaikan problem secara tuntas. Penyembuhan
alamiah hypnotherapy efektif dalam mengatasi gangguan problem
keduanya baik fisik maupun psikis. Prinsipnya sama mengalihkan pikiran
pasien dan mengarahkan ke arah positif.
9. Pola Hidup Sehat
Penanganan atau bisa disebut juga pencegahan yang terakhir ini yang
paling terpenting dilakukan mencakup semua aspek kesehatan, yaitu
dengan melakukan pola hidup sehat. Faktanya, untuk nyeri kepala lazim
terjadi setiap hari akibat kelelahan, stress akut atau penggunaan alkohol
dan tembakau berlebihan. Sakit kepala akibat ketegangan merupakan
konsekuensi gaya hidup. Oleh karenanya pola hidup sehat perlu dilakukan
untuk belajar menyelaraskan pikiran dan fisik tubuh anda. Dengan
mengkonsumsi makanan bergizi menghindari asupan kopi yang terlalu
sering atau bahan kimiawi seperti obat yang dapat menimbulkan efek
samping nyeri kepala. Pola hidup sehat juga dapat didukung dengan
melakukan olahraga teratur.
Pola hidup ini juga akan menjawab kasus dalam skenario yang
mengarah pada karies gigi yang menimbulkan nyeri kepala. Bila menjaga
kesehatan rongga mulut hal ini dapat diatasi. Namun jika sudah terjadi bisa
dilakukan restorasi gigi sehingga terbukanya dentin atau pulpa yang
sensitif saraf akibat stimulus luar dapat diblok atau ditahan. Akhirnya saraf
yang menghantarkan rasa nyeri tidak berkerja dan nyeri kepala dapat
diatasi.
Selain itu, temukan teknik sakit kepala yang alami dan lembut ketika
terjadi serangan nyeri kepala bisa juga dengan menambahkan kegiatan
relaksasi setiap minggunya contohnya dengan yoga dan meditasi sampai
aromaterapi.
37
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari tinjauan pustaka dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa klasifikasi nyeri dapat dibedakan berdasarkan waktu
kejadiannya, lokasi, dan organ tempat kejadian. Selain itu, dijelaskan pula
klasifikasi nyeri pada daerah oral facial. Berdasarkan waktu kejadian, terdapat dua
jenis nyeri yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Berdasarkan lokasinya, nyeri terbagi
menjadi nyeri superficial, nyeri somatik dalam, nyeri visceral, nyeri alih (reffered
pain), nyeri sebar (radiasi), dan nyeri bayangan (phantom). Sedangkan
berdasarkan oran tempat kejadiannya, terdapat nyeri organic, nyeri neurogenik,
dan nyeri psikogenik.
Mekanisme nyeri terdiri dari empat tahap, yaitu transduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi nyeri. Pada nyeri alih sendiri secara umum juga memiliki
mekanisme yang sama dengan nyeri yang lain.
Faktor yang menyebabkan oral facial pain juga ada bermacam-macam.
Faktor-faktor tersebut antara lain : karies yang mencapai pulpa gigi, gangguan
pembuluh darah, hormonal, menopause, makanan, Monosodium Glutamate,
Aspartam, Kafein, obat-obatan, lingkungan, rangsangan sensorik, stress fisik dan
mental, kepribadian, perubahan pada sensitifitas neuron pada spinal cord, facial
neuralgia, Complex Regional Pain Syndrome 1 (Reflex Symphatetic Dystrophy),
Atypical Odontalgia (Atypical Facial Pain), dan Burning Mouth Syndrome
(Glossodynia).
Dalam penanganan nyeri, terdapat beberapa alternative yang dapat
digunakan. Penanganan yang biasa digunakan untuk mengatasi nyeri antara lain :
farmakologi, akupuntur, audioanalgesia, terapi nyeri, teknik relaksasi, distraksi,
massage (pemijatan), dan pola hidup sehat.
38
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Blasberg, Bruce, Martin S. Greenberg. Orofacial Pain. Ch. 11.
Cawson, R. A. and E. W. Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral
Medicine 7th ed. Churcill Livingstone.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa, Nike Budhi
Subekti; Editor edisi bahasa indonesia, Egi Komara Yudha. Ed. 3. Jakarta :
EGC.
Fachri, Hasyim A. 2008. The Real Art of Hypnosis. Jakarta: Gagas Media.
Field, Anna and Lesley Longman. 2003. Tyldesley's Oral Medicine, 5th ed. Oxford
University Press.
Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy
Pharmacology). Alih Bahasa : Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta.
Greenberg M, Glick M. 2003. Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and Treatment.
10th ed. BC Decker Inc
Grace, Pierce A. & Borley, Neil R. 2007. Surgery at a Glance. Alih bahasa oleh
Vidhia Umami. Jakarta : Erlangga.
Guyton, Arthur C, John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta : EGC.
Harris, Jeffrey P. and M. H. Weisman. 2007. Head and Neck Manifestations of
Systemic Disease. Informa Healthcare USA, Inc.
Harrison. 1999. Prinsip- Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13. Jakarta: EGC.
(BAB : Patofisiologi dan Penatalaksanaan oleh Howard F. Fieldsdan Joseph
B. Martin dalam Harrison halaman 60)
39
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
Katzung, Bertram g. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik (Basic Clinical
Pharmacology). Alih Bahasa : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 : Edisi Ketiga.
Jakarta: Media Aesculapius – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hal 37-38.
Meliala L, 2004. Terapi Rasional Nyeri : Tinjauan Khusus Nyeri Neuropatik,
Aditya Media, Jogjakarta.
Raje Airey. 2005. 50 Cara Alami Mengatasi Sakit Kepala. Jakarta: Erlangga,
Indonesian translation
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih bahasa, Petrus
Lukmanto, R.F Maulany, dan Huriawati Hartanto. Jakarta : EGC.
Walton, Richard E. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Alih bahasa,
Narlan Sumawinata; Editor edisi bahasa indonesia, LilianJuwono. Ed. 3.
Jakarta : EGC.
40