isi.doc
DESCRIPTION
Pemberdayaan masyarakat desaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan proses perbaikan menuju ke arah yang lebih baik. Proses
pembangunan ini tidak bisa dilakukan secara langsung melainkan harus bertahap dan harus
melihat kondisi taraf kehidupan masyarakat serta kesejahteraan sosial masyarakat. Salah satu
sasaran pembangunan adalah menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan peningkatan
kemampuan, skill, pendidikan serta ketrampilan yang nantinya dapat berguna untuk
pembangunan yang humanis. Pembangunan yang humanis merupakan pembangunan yang
menekankan pada aspek kesejahteraan masyarakat dan taraf nilai kehidupan manusia yang
bermartabat. Sejak era reformasi pembangunan terus ditingkatkan untuk memenuhi
kebutuhan umat manusia. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yang mulai
meningkat. Sehingga pembangunan disini dapat diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan
yang layak dalam meningkatkan standar hidup manusia yang sejahtera. Sayangnya
pembangunan sekarang ini hanya melihat dari aspek ekonomi, infrastruktur dan teknologi
tanpa melihat keadaan masyarakat. Pembangunan seperti itu hanya menurunkan martabat
manusia karena hanya menekankan aspek luar dan tidak melihat kondisi dan kualitas sumber
daya manusia. Dalam mengatasi laju pembangunan teknologi maupun ekonomi, pendekatan
humanis dapat mereduksi hal tersebut. Sehingga taraf hidup masyarakat dapat meningkat
sesuai standar Indeks Pembangunan Manusia.
Pembangunan berorientasi pada masyarakat ini dapat diaplikasikan pada masyarakat desa
yang mayoritas kesejahteraanya dibawah standar hidup. Masyarakat desa merupakan
kumpulan sumber daya manusia yang masih mengalami penurunan makna hidup akibat
globalisasi yang meluas tanpa diketahui hakikatnya. Desa dalam perkembangannya
mengalami keterbatasan dan keterlambatan, sangat berbanding terbalik dengan pertumbuhan
dan perkembangan kota. Keterbatasan pembangunan desa disebabkan eksternal. Sebab desa
merupakan unit terkecil sebuah pemerintahan, kebergantungan dengan faktor eksternal sangat
besar (Radar Lampung 2012). Banyak masyarakt desa yang masih mengeluh karena proses
pembangunan hanya menekankan pada aspek ekonomi dan laju infrastruktur. Hal ini tentunya
dapat berakibat buruk karena kesenjangan sosial akan semakin menjauh serta penurunan taraf
hidup manusia. Taraf kehidupan masyarakat desa dapat diukur dari tingkat kesejahteraan,
1
tingkat konsumsi, tingkat produksi kebutuhan, serta tingkat pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Jika dilihat dari indikator tersebut, masih banyak masyarakat desa yang mengalami
susahnya memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti kebutuhan pangan dan kualitas hidup
mereka yang tergantung pada produksi padi. Selain hal tersebut, masyarakat desa cenderung
mempertahnkan tradisi adat istiadat mereka yang mungkin dapat menganggu laju
pembangunan. Kondisi tersebut dapat menghambat pemerintah dalam meningkatkan laju
pembangunan secara merata. Tetapi kebaikan dari masyarakat didesa tidak lah didukung dari
segi pembangunan yang ada didalamnya. Pembangunan masyarakat di pedesaan cenderung
tertinggal dibanding masyarakat di perkotaan. Itu dikarenakan mungkin kurangnya resapan
bantuan pembangunan dari pemerintah di wilayahnya. Tetapi pembangunan yang besar
seperti itu tidaklah sangat diharapkan sekali oleh masyarakatnya karena mereka sudah
terbiasa untuk bergotong-royong dalam membangun sarana dan prasarana yang berada dalam
desa tersebut (Zacky Mughni 2012).
Pembangunan pada masyarakat desa dengan pendekatan humanis ini dapat berupa
meningkatkan potensi ketrampilan seni dan budaya masyarakat desa yang nantinya dapat
membantu laju pembangunan. Peningkatan ketrampilan seni dan budaya dapat tinjau dari segi
pendidikan. Suatu desa dapat memiliki potensi yang unggul dalam memelihara ketrampilan
seni dan budaya dengan pendukung seperti pendidikan formal maupun pendidikan non
formal. Hal ini dapat dilihat dari pengolahan ketrampilan seni dan budaya yang lebih murni
dan alami untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Pembangunan seperti inilah yang
dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) serta stabilitas kesejahteraan
masyarakat desa yang efektif dan efesien. Pola ketrampilan seni dan budaya dapat dilatih
sejak dini dengan pembelajaran berkelompok maupun pendidikan formal di sekolah. Selama
ini masyarakat desa tergerus oleh pembangunan yang kurang efesien karena dianggap
menurunkan martabat manusia. Kehadiran teknologi di mata masyarakat desa, masih belum
bisa dioptimalkan karena keterbatasan akses dan letak geografis yang kalah dengan penduduk
di kota. Dengan kata lain untuk meningkatkan pembangunan yang humanis dan berorientasi
pada masyarakat perlu peningkatan ketrampilan budaya dan seni yang merupakan potensi
masyarakat desa dalam mengukur taraf kehidupan manusia, serta memenuhi kebutuhan hidup
yang layak.
Peran pemerintah dalam mengoptimalkan ketrampilan seni dan budaya masyarakat desa
ini masih terbilang cukup minim. Hal ini bisa dilihat dari kebijakan pemerintah yang masih
tidak menguntungkan bagi masyarakat desa, misalnya seperti impor beras. Padahal
2
masyarakat desa masih bisa produksi padi dengan jumlah yang banyak. Dalam hal
ketrampilan seni dan budaya, pemerintah berupaya untuk mengembangkan teknologi berupa
internet bagi warga desa serta bantuan dana untuk rakyat miskin. Tentunya hal ini masih sulit
untuk dilaksanakan karena penyediaan teknologi tanpa tersedianya pembelajaran akan
menyulitkan masyarakat desa untuk berkembang. Kemudian bantuan dana terus menerus juga
tidak terlalu efektif karena dapat menimbulkan ketergantungan pada pemerintah sehingga
menimbulkan sifat kemalasan. Untuk melihat fenomena potensi ketrampilan seni dan budaya
masyarakat desa dalam meningkatkan pembangunan yang humanis dan bermartabat maka
penulis membuat sebuah makalah yang berjudul “Analisis Peran Ketrampilan Seni dan
Budaya Dalam Meningkatkan Pembangunan Bertaraf kehidupan masyarakat desa”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan pada makalah ini adalah bagaimana masyarakat
desa mengaplikasikan ketrampilan seni dan budaya dalam meningkatkan pembangunan yang
humanis ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini diharapkan mampu mengetahui masyarakat desa
mengaplikasikan ketrampilan seni dan budaya dalam meningkatkan pembangunan yang
humanis.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat Akademis
1. Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang peran ketrampilan seni dan budaya
dalam meningkatkan pembangunan yang humanis serta bermartabat bagi
kesejahteraan sosial.
2. Dapat menambah khasanah pengetahuan terhadap sistem dan tindakan pemerintah
dalam meningkatkan pembangunan masyarakat desa yang adil dan menunjang
kesejahteraan sosial.
Manfaat Praktis
1. Sebagai solusi permasalahan pembangunan desa yang masih minim.
2. Sebagai acuan mahasiswa bahwa pembangunan tidak hanya dilakukan dengan
indikator ekonomi serta penerapan teknologi tetapi perlu dilihat dari taraf
kesejahteraan masyarakat secara luas.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pembangunan
Menurut UNDP (1990:1), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk
memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia ("a process of enlarging people's choices"). Dari
definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah
penduduk karena penduduk adalah kekayaan suatu negara. Konsep atau definisi pembangunan
manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi
ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan
ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta
dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya, Sebagaimana
dikutip dari UNDP (1995:118), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia
diantaranya adalah :
a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian
b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak
hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; oleh karena itu, konsep
pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan
hanya pada aspek ekonomi saja
c. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu : Prodiktifitas,
pemerataan, kesinmabungan, dan pemberdayaan
d. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan
kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan
kemampuan manusia tersebut secara optimal
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha
atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994)
memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana
4
Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan
strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya,
dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri
dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar.
Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding
terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi
sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh
akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan,
air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik.
Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya
semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma
yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme.
Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan
tradisional menjadi organisasi modern dan rasional. Sebagaimana dikemukakan oleh para
para ahli di atas, pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui
upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses
perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang
menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya
mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek
yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena dalam proses modernisasi
itu terjadi suatu proses perubahan yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen
pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana terjadi proses
perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern, yang pada awal mulanya ditandai
dengan adanya penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat yang tradisional.
2.2 Konsep Pengembangan Pembangunan Desa
Konsep perencanaan pengembangan desa mencakup 5 dimensi sebagai pilar utama yaitu
menyangkut tata ruang desa, perekonomian desa, sosial budaya desa, mitigasi bencana,
lingkungan hidup. Tata ruang desa merupakan rehabilitasi, rekonstruksi dan pengembangan
desa. Selain itu, juga mampu menampung pertumbuhan ruang di masa datang secara fleksibel
dan mampu menampung kebutuhan perbaikan struktur tata ruang desa melalui konsolidasi
lahan (jika diperlukan). Konsep ini sesuai dengan muatan PP no 2 tahun 2005 yang meliputi :
5
a. Perekonomian Desa : meningkatkan penghidupan masyarakat dan pembangunan
sarana ekonomi berbasis potensi lokal, pengembangan usaha mikro, kelembagaan
ekonomi dikaitkan dengan sumber daya manusia.
b. Sosial Budaya Desa : pembangunan pendidikan, sosial dan penguatan adat istiadat
setempat dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat yang melibatkan
segenap lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya kelompok anak-anak pemuda dan
wanita.
c. Mitigasi bencana : penataan ruang desa dengan fungsi khusus yaitu mitigasi bencana,
berupa pembangunan daerah daerah yang rawan bencana dan tempat tempat yang
digunakan untuk penampungan evakuasi warga ketika terjadi bencana.
d. Lingkungan hidup : penataan lingkungan yang menjaga keseimbangan holistik antara
kawasan budidaya dengan kawasan lindung dalam upaya menjaga kelestarian
penghidupan sebagian besar masyarakat. Penataan dilakukan juga terhadap
pengelolaan di sektor pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, kehutanan untuk
meminimalisir ketidakseimbangan ekosistem.
Prinsip Perencanaan Partisipatif
Prinsip-prinsip Participatory Rural Appraisal (PRA) Prinsip PRA merupakan filosofi
dasar metode PRA. Prinsip ini memuat sikap dan pandangan kita tentang cara
mengembangkan program pembangunan yang bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat
yang adil dan menghormati sesama.
a. Pemberdayaan, yaitu penguatan kemampuan yang telah ada dan pengalihan
kemampuan baru kepada masyarakat. Penguatan masyarakat dilakukan dengan cara
mendorong mereka melaksanakan semua tahap kegiatan sebagai proses saling belajar.
b. Mengutamakan yang terabaikan, yaitu memperhatikan kelompok masyarakat yang
terpinggirkan seperti kelompok miskin, lemah terabaikan dan minoritas. Selain itu,
juga berpihak kepada kelompok perempuan yang paling sedikit mendapat kesempatan
menjadi pelaku aktif pembangunan.
c. Masyarakat sebagai pelaku utama dan pihak luar sebagai fasilitator, bahwa pihak luar
memfasilitasi dan saling bertukar pengalaman dengan masyarakat, bukan mengajari,
menggurui, menyuruh dan mendominasi kegiatan. Peran pihak luar akan berkurang
secara bertahap.
d. Saling belajar dan menghagari perbedaan, bahwa semua pihak dapat saling
menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya untuk mengkaji pemecahan masalah
6
yang tepat guna. Mengakui nilai pengetahuan tradisional, dan pihak luar juga terbuka
untuk belajar dari cara masyarakat memecahkan masalah.
e. Mengoptimalkan hasil, yaitu terus menerus memperbaiki lingkup dan mutu kajian
informasi melalui pemahaman optimal dan kecermatan yang memadai. Pemahaman
optimal dipahami, bahwa informasi yang dikumpulkan dianggap cukup
menggambarkan keadaan waktu. Kecarmatan yang memadai diartikan, bahwa
informasi yang dikumpulkan dapat dianggap mendekati benar.
f. Orientasi praktis, bahwa penerapan PRA bukan hanya untukmenggali informasi,
melainkan juga untuk merancang programbersama yang ditekankan pada penguatan
kemampuan swadaya masyarakat.
g. Keberlajutan dan waktu selang, bahwa pengembangan program berlangsung menurut
daur program (yang berulang) dalam jangka waktu tertentu. Selama berproses akan
selalu terjadi keadaan dan permasalahan yang selalu mengalami perubahan.
h. Terbuka, bahwa PRA bukanlah sebuah perangkat yang telah sempurna dan cocok
mengingat PRA dirancang kondisional. Dinamika ini akan mengembangkan dan
memperkaya pengalaman sebagai sebuah pembelajaran yang berharga.
2.3 Tinjauan Umum Daerah Pedesaan
Gambar 1 Gambaran Umum Kondisi Daerah Pedesaan
Sumber : Olahan Penulis
7
Keadaan Topografi
Karakteristik masyarakat desa
Pemukiman Desa
Kondisi Umum Daerah Pedesaan
Tatanan masyarakat dan sektor pertanian
Menurut Kondisi Alam
Desa Pedalaman, Desa Pantai Desa
Sungai
Keadaan Topografi
Di wilayah Indonesia kira-kira 80% merupakan pedesaan dan 20% merupakan
perkotaan. Dimana seluruh wilayah Indonesia secara administrative terbagi habis menjadi
desa-desa. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan,maka terdapat desa di tengah
pulau dan desa di tepi pantai, di samping itu terdapat desa yang meliputi pulau kecil.
Berhubung permukaan bumi tidak sama, maka dapat dibedakan pula desa di dataran, desa di
lembah, desa di perbukitan, dan desa di pegunungan. Pada umumnya desa di tengah pulau
atau desa pedalaman mempunyai pemukiman yang terpusat dikelilingi oleh tanah untuk
kegiatan ekonominya, seperti sawah, ladang, hutan dan sebagainya. Desa di tepi sungai
merupakan pemukiman yang linier dengan tempat kegiatan ekonominya. Sedangkan desa
yang terletak di perbukitan sering mempunyai pola pemukiman tersebar. Jadi secara
geografis di Indonesia terdapat desa pedalaman, desa pantai desa sungai.
Karakteristik Masyarakat Desa
Karaktersitik kehidupan masyarakat desa terutama nampak dengan adanya tata
masyarakat dan ekonomi pertanian yang membedakan dengan tata masyarakat kota.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa perbedaan utama antara kehidupan masyarakat
kota dengan masyarakat desa adalah dalam tuntutan kebutuhan dalam usaha-usaha
memenuhi kebutuhan hidup. Pada umumnya keluarga petani dapat memenuhi kebutuhan
sendiri dalam melengkapi keperluan hidupnya. Mereka memproduksi pangannya sendiri,
sekaligus memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang esensiil lainnya seperti sandang, peralatan
dan lain-lain. Di daerah pedesaan kegiatan masyarakat sangat didominir oleh kegiatan
pertanian atau perikanan. Dengan kata lain susunan masyarakatnya merupakan satuan yang
bersifat lebih homogen dibanding dengan masyarakat di daerah perkotaan yang bersifat
heterogen. Pada umumnya keadaan masyarakat di desa bila dilihat dari segi sosial
mempunyai sifat yang statis. Apabila menemukan suatu masalah mereka menyelesaikannya
dengan cara , musyawarah, karena mereka masih memiliki rasa kekeluargaan yang kuat.
Pemukiman Desa
Perumahan di desa dibangun menurut kondisi alam desa tersebut. Bentuk
perumahan di desa mempunyai kaitan dengan aspek budaya rakyat. Perumahan desa
pada umumnya kurang memenuhi persyaratan dalam konstruksinya, karena pembangunan
yang tergesa-gesa, diburu oleh kebutuhan yang sangat mendesak. Masyarakat desa adalah
masyarakat agraris yang hidup sebagai petani, sehingga umumnya mereka bekerja di sawah
8
ladang dari pagi sampai sore hari. Hanya di waktu menunggu padi siap panen atau
palawija berbuah, mereka dapat mempergunakan waktu tersebut untuk mencapai
pekerjaan tambahan lain. Dan itupun kadang-kadang digunakan untuk berdagang di kota-
kota, menjadi buruh dan sebagainya. Mereka kembali ke kampung dengan tenaga terpecah-
pecah, sehingga tidak mempunyai kesempatan memikirkan dan memperbaiki kondisi
rumah mereka, walaupun rakyat desa bisa bergotong-royong pada saat mendirikan rumah,
tetapi bidang kemampuan teknik mereka masih rendah. Dalam membangun rumah
mereka mementingkan kecepatan waktu sehingga ada kesan asal jadi, tidak mencerminkan
suatu rumah dengan konstruksi yang kuat.
2.4 Ketrampilan Seni dan Budaya
a. Pengertian Seni
Schopenhauer dalam Rasjoyo (1996 : 1) menjelaskan seni adalah usaha untuk
menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Menurut Schopenhauer, tiap orang tentu
senang musik meskipun seni musik adalah seni paling abstrak. Ki hajar dewantara dalam
Sugiyanto, (2004 : 1) menerangkan bahwa seni merupakan perbuatan manusia yang timbul
dari perasaaannya dan bersidfat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan
manusia. Sedangkan, Achdiat kartamihardja dalam Rasjoyo (1996 : 2), menjelaskan seni adl
kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitas ke dalam suatu karya. Bentuk dan isinya
mempuanyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam batin penerimanya.
b. Pengertian Budaya
Menurut Rapoport dalam Setyobudi (2007 : 1) menjelaskan kebudayaan dapat
dipandang sebagai latar bagi suatu tipe manusia, yang bersifat normatif bagi kelompok
tertentu, dan yang melahirkan gaya hidup tertentu yang secara tipikal dan bermakna berbeda
dengan kelompok lainnya, yang merupakan latar bagi perwujudan kelakuan dan karya
manusia, yang memberikan sumbangan bagi terwujudnya suatu gaya hidup yang memiliki
ciri khas. Sehingga, segala kelakuan dan karya manusianya mencerminkan kebudayaan yang
mempengaruhinya. Spreadly dan Mc Curdy, budaya adalah kemampuan yang diperlukan
seseorang yang digunakan untuk menafsirkan pengalaman dengan menghasilkan
keterampilan sosial (Umi Oktyasari Retnaningsih,1998:230)
c. Pengertian Keterampilan
Mardi Rasyid (1986 : 1-2) menjelaskan bahwa ‘keterampilan sebagai suatu
penampilan yang ekonomis yang efektif dalam mencapai suatu tujuan, keterampilan
menyangkut kemampuan individu mengadaptasikan perubahan perbuatan dalam
9
melaksanakan pekerjaan di mana gerakan fisik atau psikomotor yang dominan menghendaki
kekuatan, ketelitian dan kecepatan. W.J.S Poerwodarminto (1976 : 1088) menyatakan
‘keterampilan diartikan sebagai suatu kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk
melaksanakan sesuatu dengan baik dan cermat sehingga seseorang dikatakan terampil bila
cakap dan cekatan dalam melaksanakan suatu hal.
d. Pengertian Seni, Budaya dan Keterampilan
KTSP dalam Desyandri (2008) Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki
sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna
pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan
media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai
perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi
konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara
memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural
mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan
apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan Mancanegara.
2.5 Teori Pendekatan Humanisme
Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang
positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang
beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan
yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif
yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang
nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik,
belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan
manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Ciri-Ciri Teori Humanisme
Pendekatan humanisme menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang
berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka
punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya
diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan
membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena
10
keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Aliran humanisme memandang belajar
sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada
yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain,
pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka,
dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik
mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Sehingga dalam
pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan
menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran
sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan
hasil belajar yang dicapai siswa.
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Aplikasi dan Penerapan Ketrampilan Seni Budaya Masyarakat Desa Dalam
Meningkatkan Pembangunan Yang Humanis
Pembangunan pedesaan telah banyak dilakukan sejak dari dahulu hinggasekarang,
tetapi hasilnya belum memuaskan tehadap peningkatan kesejahteraanmasyarakat pedesaan.
Pembangunan pedesaan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai
subyek pembangunan. Pembangunan pedesaan harus dilihat sebagai, upaya mempercepat
pembangunan pedesaan melalui penyediaan prasarana dansaran untuk memberdayakan
masyarakat, dan upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh.
Pembangunan pedesaan bersifat multi aspek oleh karena itu perlu dianalisis atau secara lebih
terarah dan serba keterkaitan dengan bidang sektor, dan aspek di luar pedesaan (fisik dan non
fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosbud dan nonspasial). Tujuan pembangunan pedesaan
jangka panjang adalah peningkatankesejahteraan masyarakat pedesaan secara langsung
melalui peningkatankesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan. Tujuan
pembanguan pedesaan jangka pendek adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumberdayamanusia dan sumberdaya alam. Tujuan
pembanguan pedesaan secara spasial adalah terciptanya kawasan pedesaan yang mandiri,
berwawasan lingkungan, selaras, serasi, dan bersinergi dengan kawasan-kawasan lain melalui
pembangunan holistik dan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang damai,
demokratis, berkeadilan, berdaya saing,maju dan sejahtera.
Pembangunan seperti itulah dapat menciptakan kesejahtraan sosial yang juga dapat
meningkatkan taraf kehidupan manusia. Desa merupakan penyumbang bahan makanan pokok
bagi masyarakat perkotaan, disamping itu masyarakat desa juga sebagai penyuplai tenaga
kerja baik untuk industri ataupun bisnis dan rumah tangga untuk perkotaan. Tetapi,
masyarakat desa tersebut tidak diikuti oleh kesejaheraan masyarakat desa dalam berbagai
bidang sepeti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan masih banyak lagi. Dapat dikatakan lebih
luas di desa, tetapi jika kita hanya menunggu kucuran bantuan dari anggaran pemerintan yang
saat ini masih terpusat pada pembangungan didaerah perkotaan. Maka dari itu, masyarakat
12
desa jangan terlalu menggantungkan terhadap kucuran bantuan dari pemerintah, diperlukan
suatu usaha dari masyarakat desa khususnya kolaborasi antara pemintah daerah, perguruan
tinggi, dan pelaku usaha untuk memperdayakan masyarakat desa. Dari itulah pentingnya
ketrampilan seni dan budaya dapat meningkatkan pembangunan yang bermartabat dan
humanis. Penerapan ketrampilan seni dan budaya merupakan aspek alternatif dalam
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat desa. Masyarakat desa biasanya menerapkan
ketrampilan mereka dengan cara produksi barang yang nantinya dapat mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Berikut ini alur dalam penerapan dan pemanfaatan ketrampilan seni dan budaya
masyarakat desa dalam meningkatkan pembangunan humanis ;
Gambar 2 Alur Pemanfaatan Ketrampilan Seni Budaya Masyarakat Desa
Sumber: Olahan Penulis
Dengan pembangunan yang humanis dan bermartabat pada masyarakat desa dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
dapat diaplikasikan dengan pemanfaatan ketrampilan seni dan budaya masyarakat desa.
Ketrampilan seni dan budaya masyarakat desa biasanya masih jarang menggunakan
teknologi, namun dengan cara yang manual. Meskipun begitu cara yang manual lebih alami
dibandingkan penggunaan teknologi yang masih terbatas di desa. Pelatihan secara formal
maupun non formal digunakan untuk mengasah kemampuan dalam pembuatan jiwa
ketrampilan masyarakat desa. Pelatihan formal dapat berupa pendidikan di sekolah-sekolah,
sedangkan non formal dapat berupa les, komunitas bersama, pemberdayaan seni dan budaya.
Dari pelatihan tersebut, masyarakat desa dapat memproduksi hasil ketrampilan mereka
berupa barang yang nantinya dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup dan jangka
panjangnya tidak ketergantungan oleh bantuan pemerintah. Pemberdayaan yang efesien dan
13
Masyarakat DesaPembangunan
HumanisKetrampilan Seni
Dan Budaya
Pelatihan
1. Formal2. Non Formal
Produksi Barang
Mendapatkan Penghasilan Guna Memenuhi Kebutuhan Hidup
Pemberdayaan
efektif dapat dilakukan oleh masyarakat desa dan pemerintah dengan integrasi yang
bersinergi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembangunan merupakan proses perbaikan menuju ke arah yang lebih baik. Proses
pembangunan ini tidak bisa dilakukan secara langsung melainkan harus bertahap dan harus
melihat kondisi taraf kehidupan masyarakat serta kesejahteraan sosial masyarakat. Salah satu
sasaran pembangunan adalah menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan peningkatan
kemampuan, skill, pendidikan serta ketrampilan yang nantinya dapat berguna untuk
pembangunan yang humanis. Pembangunan yang humanis merupakan pembangunan yang
menekankan pada aspek kesejahteraan masyarakat dan taraf nilai kehidupan manusia yang
bermartabat. Pembangunan pada masyarakat desa dengan pendekatan humanis ini dapat
berupa meningkatkan potensi ketrampilan seni dan budaya masyarakat desa yang nantinya
dapat membantu laju pembangunan. Tujuan pembangunan pedesaan jangka panjang adalah
peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan secara langsung melalui peningkatan
kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan. Tujuan pembanguan pedesaan
jangka pendek adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan ekonomi
dan pemanfaatan sumberdayamanusia dan sumberdaya alam.
Peningkatan ketrampilan seni dan budaya dapat tinjau dari segi pendidikan. Suatu desa
dapat memiliki potensi yang unggul dalam memelihara ketrampilan seni dan budaya dengan
pendukung seperti pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Hal ini dapat dilihat
dari pengolahan ketrampilan seni dan budaya yang lebih murni dan alami untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Pola ketrampilan seni dan budaya dapat dilatih
sejak dini dengan pembelajaran berkelompok maupun pendidikan formal di sekolah. Selama
ini masyarakat desa tergerus oleh pembangunan yang kurang efesien karena dianggap
menurunkan martabat manusia. Kehadiran teknologi di mata masyarakat desa, masih belum
bisa dioptimalkan karena keterbatasan akses dan letak geografis yang kalah dengan penduduk
di kota. Dengan kata lain untuk meningkatkan pembangunan yang humanis dan berorientasi
pada masyarakat perlu peningkatan ketrampilan budaya dan seni yang merupakan potensi
14
masyarakat desa dalam mengukur taraf kehidupan manusia, serta memenuhi kebutuhan hidup
yang layak.
4.2 Saran
Pembangunan masyarakat desa seharusnya dapat diatasi dengan pemanfaatan
ketrampilan seni dan budaya. Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang unggul dan kemudian dapat meningkatkan taraf kehidupan kesejahteraan. Dalam
kehidupan yang semakin modern masyarakat dituntut siap dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Pendidikan formal maupun pendidikan non formal dapat membantu
meningkatkan kemampuan dalam ketrampilan seni dan budaya. Dengan hal tersebut,
pembangunan yang humanis dapat diterapkan sebagai peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Penggendalian pembangunan yang lebih menekankan pada aspek ekonomi
dan infrastruktur harus dikurangi karena dapat menurunkan hakikat dan martabat sumber
daya manusia. Begitu pula jika masyarakat desa dipengaruhi pembangunan yang menekankan
aspek fisik, hal tersebut juga akan mengurangi kualitas sumber daya manusia itu sendiri
karena tidak di imbangi dengan peningkatan ketrampilan yang sudah dimiliki sejak awal oleh
masyarakat desa.
15
DAFTAR PUSTAKA
Darma Aulia.2011.Definisi Pembangunan.Diakses melalui website internet
ilearn.unand.ac.id/pluginfile.../Pengertian%20Pembangunan.docx.Pada tanggal 26
Oktober 2012
Annisa Akmala.2011.Teori Belajar Humanisme.Diakses melalui website internet
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-humanisme/.Pada tanggal 26
Oktober 2012
Mughni Zacky.2012.Pembangunan Masyarakat Desa.Diakses melalui website internet
http://zmughnii.blogspot.com/2012/01/desa-masyarakat-desa-dan-
pembangunan.html.Pada tanggal 27 Oktober 2012
Radar lampung.2012.Pembangunan Desa.Diakses melalui website internet
http://www.radarlampung.co.id/read/opini/tajuk/49045-pembangunan-desa.Pada
tanggal 28 Oktober 2012
Anonim.2012.Program Rencana Pengembangan Desa.Diakses melalui website internet
http://panggungharjo.net/program/rencana-pengembangan-desa/.Pada tanggal 29
Oktober 2012
Anonim.2012.Strategi Pembangunan Desa.Diakses melalui website internet
file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.../Bab_4_Jadi.pdf.Pada tanggal 29 Oktober
2012
16
17