isi
DESCRIPTION
Isi blok 3TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Metode Ilmiah adalah blok ketiga pada semester I dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini diadakan tutorial studi kasus Skenario A yang memaparkan kasus yang berkaitan dengan metode ilmiah.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu: Sebagai laporan kepada tutor yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran
KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Dapat menyelesaikan kasus yang dipaparkan dalam skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
1
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. H. Hibsah Ridwan, M.ScModerator : Yolanda Rachmi NurainiSekretaris Meja : Dera ApriyunitaSekretaris papan : Erica FitrianiWaktu Tutorial : 19 Desember 2011
21 Desember 2011Rule Tutorial : 1. Handphone dinon-aktifan/silent
2. Apabila ada pendapat, harus mengangkat tangan terlebih dahulu 3. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk ruangan.
2.2 Skenario Kasus
Warga Kota Depok diresahkan dengan meningkatnya kejadian penyakit Hepatitis A yang banyak menimpa siswa SD dan SMP. Dinas Kesehatan Kota Depok diperintahkan oleh Walikota untuk mengatasi masalah tersebut.
Dr. Yayat sebagai kepala seksi pemberantasan penyakit menular (P2M) Dinas Kesehatan Kota Depok diperintahkan olek kadinkes untuk mencari faktor resiko yang menyebabakan kejadian tersebut. Dari study pustaka, Dr. Yayat mengetahui bahwa Hepatitis A ditularkan ketubuh manusia melalui saluran pencernaan. Dr. Yayat mengamati banyak potensi faktor resiko penularan Hepatitis A yang terjadi di Kota Depok antara lain makanan dikantin sekolah yang tidak higienis, air minum yang tidak terjamin kebersihannya dan air sungai yang tercemar limbah pabrik.
Akan tetapi dr. Yayat belum mengetahui secara pasti angka kejadiannya dan faktor apa yang benar-benar menyebabkan penularan tersebut yang harus dibuktikan secara ilmiah, padahal kadinkes sudah meminta laporan sesegera mungkin untuk disampaikan ke Walikota Depok.
2.3 Seven Jump Steps
2
2.3.1 Klasifikasi Istilah
1. Hepatitis A : Penyakit yang disebabkan virus Hepatitis A yang disebarkan oleh kotoran atau tinja penderita.
2. Faktor resiko : Hal-hal yang menyebabkan suatu masalah.3. Study pustaka : Bahan sumber bacaan.4. Higienis : Bebas dari kuman atau penyakit.5. Angka kejadian : Jumlah kejadian.6. Limbah pabrik : Sisa-sisa pengolahan pabrik.7. Saluran pencernaan : Saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan.8. Ilmiah : Sesuatu yang sudah teruji kebenarannya.9. Penularan : Proses penyebaran penyakit.
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Warga Kota Depok diresahkan dengan meningkatnya kejadian penyakit Hepatitis A yang banyak menimpa siswa SD dan SMP. Dinas Kesehatan Kota Depok diperintahkan oleh Walikota untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Dr. Yayat diperintahkan oleh kadinkes untuk mencari faktor resiko dan kemudian dr. Yayat mengetahui dari study pustakanya bahwa Hepatitis A ditularkan ketubuh manusia melalui pencernaan.
3. Dr. Yayat mengamati banyak potensi faktor resiko penularan Hepatitis A yang terjadi di Kota Depok. Antara lain makanan dikantin sekolah yang tidak higienis, air minum yang tidak terjamin kebersihannya dan sungai yang tercemar oleh limbah pabrik.
4. Dr. Yayat belum mengetahui secara pasti angka kejadian dan faktor penyebab penularan yang harus dibuktikan secara ilmiah. Kadinkes meminta laporan sesegera mungkin untuk disampaikan ke Walikota Depok.
2.3.3 Analisis Masalah
3
1. a. Apa pengertian dari hepatitis A ?Jawab : Hepatitis A adalah golongan hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian.
b. Bagaimana cara penularan dan pencegahannya ?Jawab : Virus hepatitis A, penyebarannya melalui tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sedangkan pencegahannya dapat dengan :
Mencuci tangan dan memastikan semua makanan yang kita makan higenis.
Melakukan yang menyebabkan. Kemungkinan yang menyebabkan peningkanan karena situasi
lingkungan sekolah yang kotor dan makanan yang tidak higenis.
c. Apa kemungkinan yang menyebabkan peningkatan hepatitis A yang banyak menimpa siswa SD dan SMP di Kota Depok ?Jawab : Kemungkinan yang menyebabkan peningkatan karena situasi lingkungan sekolah yang kotor dan makanan yang tidak higenis.
2. a. Desain apa yang tepat digunakan dalam kasus ini ?Jawab : Desain yang tepat digunakan dalam kasus ini ialah :
Cross sectional. Case Control. Cohort (Retrospektif).
b. Bagaimana kriteria studi pustaka yang valid (sahih) ?Jawab : Kriteria studi pustaka yang valid (sahih) antara lain :
Harus ada relevansi. Kemuktahiran : studi pustaka yang terbaru. Adekusi yang berkaitan langsung dengan masalah yang di teliti.
3. a. Apa hubungan faktor resiko dengan efek kejadian kasus ini ?Jawab : Hubungan kausar ada 7 menurut Koch oleh Sir Bradford Full antara lain :
4
Hubungan waktu (temporal relationship). Kuatnya asosiasi. Hubungan yang bergantung dosis. Konsistensi Koherensi Biological plausibility Kesamaan dengan hasil penelitian lain.
b. Apa pandangan Islam dalam kasus ini ?Jawab : Hadist dan ayat yang berhubungan dengan kasus ini :
H.R Tabrani QS. Al-Baqarah : 222 QS. Al-Baqarah : 68 H.R Ahmad
4. a. Desain apa yang paling tepat yang harus digunakan dr. Yayat dalam menyelesaikan penelitiannya sesegera mungkin ?Jawab : Cross- sectional, alasannya karena melakukan penelitian secara satu kali tanpa melakukan follow up.
b. Langkah apa saja yang digunakan pada desain penelitian tersebut ?Jawab : Langkah sistematika dalam penelitian antara lain :
5
JudulI. Pendahuluan :
1. Latar belakang2. Rumusan masalah3. Hipotesis4. Tujuan5. Manfaat
II. Tinjauan PustakaKerangka konsep
III. Metodologi1. Desain2. Tempat dan waktu3. Populasi dan sampel4. Kriteria insklusi dan eksklusi5. Besar sampel6. Cara kerja7. Identifikasi variabel8. Rencana manajemen dan analisis data9. Definisi operasional10. Masalah etika
IV. Daftar PustakaV. Lampiran
c. Bagaimana seharusnya latar belakang dalam penelitian ini ?Jawab :
Untuk mencari hubungan faktor resiko dengan hepatitis A dalam waktu sesaat.
Untuk segera mengetahui apa yang terjadi pada kasus hepatitis A. Mencari hubungan antara penyakit dan lingkungan. Mencari prevalence antara penyakit hepatitis A dengan lingkungan.
d. Bagaimana seharusnya rumusan masalah dalam penelitian ini ?Jawab :
Apakah benar makanan yang tidak higienis, air minum yang tidak terjamin kebersihannya dan air sungai yang tercemar mempengaruhi penularan penyakit hepatitis A ?
e. Bagaimana seharusnya tujuan dalam penelitian ini ?Jawab :
Untuk mengetahui jumlah peningkatan penyakit hepatitis A. Mengetahui faktor-faktor penyebab penyakit hepatitis A.
6
f. Bagaimana manfaat dalam penelitian cross- sectional ini ?Jawab :
Mendapatkan hasil lebih cepat dan lebih mudah di aplikasikan secara umum.
Untuk menambah pengetahuan. Untuk masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan
hepatitis A di desa Depok oleh Dinkes kepada masyarakat.
g. Bagaimana seharusnya populasi dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ?
Jawab :Populasi target : Warga Kota Depok.Populasi terjangkau : Siswa SD dan SMP di Kota Depok.Teknik pengambilam sampling baiknya di gunakan dengan cara random bertingkat, dan besarnya sampel di dasarkan pada pertimbangan analisis.
h. Bagaimana kriteria insklusi dan eksklusi pada penelitian ini ?Jawab :
Insklus : Seluruh siswa SD dan SMP di Kota Depok yangterkena penyakit Hepatitis A.
Eksklusi : Siswa SD dan SMP yang terkena penyakit lain selainHepatitis A yang dapat menyebabkan kesalahan dalam
penelitian.
i. Bagaimana seharusnya rencana manajemen dan analisis data pada penelitian ini ?Jawab : Pada studi cross-sectional, observasi dilakukan secara bersamaan tanpa melakukannya secara berkelanjutan dan data yang digunakan secara primer.Hubungan resiko dan efek di hitung dengan ratio prevalen dan X kuadrat.
j. Bagaimana aspek atis yang perlu di perhatikan dalam penelitian ini ?Jawab :
Harus memberikan informed consent pada subjek. Menghormati privacy/subjek kerahasiannya. Menghormati harkat dan martabat manusia (siswa SD dan SMP). Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang di timbulkan.
2.3.4 Learning Issue
No Pokok Bahasan
What I Know
What I Don’t Know What I Have To Prove
How I Will Learn
7
1 Desain Penelitian
Macam-macam desain penelitian
Kekurangan dan kelebihan dari masing-masing desain, manfaat dan fungsinya.
Melihat penggunaan desain penelitian pada jurnal.
Teks book, jurnal dan Internet
2 Sistematika Penelitian
Sistematika pembuatan laporan penelitian
Pengertian dan maksud dari langkah-langkah membuat laporan.
Mentelaah penggunaan sistemetika penelitian pada skripsi.
Teks book, jurnal dan Internet
3 Variabel dan Hubungan Antar Variabel
Pengertian dan macam-macam variabel
Hubungan antar variabel dan kriteria variabel.
Memahami hubungan antar variabel pada jurnal.
Teks book, jurnal dan Internet
4 Populasi dan Teknik Sampling
Menentukan populasi dan macam-macam teknik sampling
Pengertian dan kegunaan dari masing-masing teknik sampling, statistik, parameter dan interval kepercayaan.
Mengerti penggunaan teknik sampling pada penelitian yang telaah dalam jurnal.
Teks book, jurnal dan Internet
5 Pertimbangan Etik dalam Penelitian
Pengertian dari pertimbangan etik dalam penelitian
Penerapan etika dalam penelitian.
Memeahami penerapan etikanpenelitian pada jurnal.
Teks book, jurnal dan Internet
6 Pandangan Islam
Hukum etik dan moral secara umum dalam agama Islam.
Penjelasan mengenai ayat Al-Quran dan Hadist yang berhungan dengan skenario.
Mengaplikasikan dan melihat kehidupan sosial yang di dasarkan pada ajaran agama Islam.
Teks book, Internet, Al-Quran dan Hadist.
2.3.5 HipotesisDr. Yayat melakukan penelitian dengan desain penelitian cross-secrional, karena di minta laporan sesegera mungkin.
2.3.6 Kerangka konsep
8
Faktor resiko Hepatitis A
2.3.7 Sintesis
1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa
sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan
penelitian.
Terdapat beberapa hal penting yang perlu dikaji sebelum jenis desain ditentukan.
Pertama, sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan melakukan intervensi, yaitu
melakukan studi intervesional (ekperimental) atau hanya akan melakukan pengamatan saja
tanpa intervensi yaitu melakukan studi obsevasional. Kedua peneliti baru dapat menetukan
desain apa yang akan di gunakan. Dan yang terakhir, peneliti memilih melakukan studi secara
retrospektif atau secara prospektif.
Adapun kami akan membahas tentang penelitian observasional yang umumnya dibagi
menjadi tiga jenis desain, yaitu :
1. Cross Sectional
9
Walikota meminta laporan
Kepala dinas memerintah dr. Yayat
Dr. Yayat meneliti dengan desain cross-
sectional
Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan hubungan atau korelasi
antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Faktor risiko dan dampak atau
efeknya diobservasi pada saat yang sama, artinya setiap subyek penelitian diobservasi hanya
satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau status pada saat
observasi.
Angka rasio prevalensi memberi gambaran tentang prevalensi suatu penyakit di dalam
populasi yang berkaitan dengan faktor risiko yang dipelajari atau yang timbul akibat faktor-
faktor risiko tertentu.
Kelebihan studi cross-sectional adalah kemudahannya untuk untuk dilakukan dan
murah, sebab tidak memerlukan follow-up. Jika tujuan penelitian “sekedar“ mendeskripsikan
distribusi penyakit dhubungkan dengan paparan faktor-faktor penelitian, maka studi potong
lintang merupakan rancangan studi yang cocok, efisien dan cukup kuat disegi metodologik.
Selain itu seperti penelitian observasional lainnya, studi potong lintang tidak “memaksa”
subjek untuk mengalami factor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (factor
resiko). Demikian pula, tidak ada subjek yang kehilangan kesempatan memperoleh terapi
yang diperkirakan bermanfaat, bagi subjek yang kebetulan menjadi control.
Kekurangan penelitian cross sectional:
a. Dibutuhkan subyek penelitian yang relatif besar atau banyak, dengan asumsi variable
bebas yang berpengaruh cukup banyak.
b. Kurang dapat menggambarkan proses perkembangan penyakit secara tepat.
c. Faktor-faktor risiko tidak dapat diukur secara akurat dan akan mempengaruhi hasil
penelitian.
d. Nilai prognosanya atau prekdisinya (daya ramal) lemah atau kurang tepat.
e. Korelasi faktor risiko dengan dampaknya adalah paling lemah bila dibandingkan dengan
rancangan penelitian analitik yang lainnya.
f. Kesimpulan hasil penelitian berkaitan dengan kekuatan rancangan yang disusun sangat
berpengaruh, umumnya kekuatan rancangan yang baik adalah sekitar 40%, artinya hanya
sebesar 40% variable bebas atau faktor risiko mampu menjelaskan variable terikat atau
dampak, sisanya yaitu 60% tidak mampu dijelaskan dengan model yang dibuat.
10
Contoh: penelitian tentang fluorosis yang dilakukan pada anak usia 10-12 tahun di Brazil
yang tinggal di daerah yang belum memperoleh fluoridasi air minum.
2. Case Control
Rancangan penelitian ini ada yang menyebutnya sebagai studi retrospektif, meskipun
istilah ini kurang tepat. Penelitian ini berusaha melihat ke belakang, yaitu data digali dari
dampak (efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudian dari dampak tersebut ditelusuri
variable-variabel penyebabnya atau variable yang mempengaruhi.
Penelitian epidemiologi kasus-kontrol ini hasil korelasinya lebih tajam dan mendalam
bila dibandingkan dengan rancangan penelitian potong-lintang, sebab menggunakan subyek
kontrol atau subyek dengan dampak positif dicarikan kontrolnya dan subyek dengan dampak
negatif juga dicari kontrolnya. Kemudian variable penyebab atau yang berpengaruh ditelusuri
lebih dulu, baru kemudian faktor risiko atau variable yang berpengaruh diamati secara
retrospektif.
Kelebihan penelitian case control:
a. Tidak menghadapi kendala etik, seperti halnya penelitian kohort dan eksperimental.
b. Pengambilan kasus dan kontrol pada kurun waktu yang bersamaan.
c. Adanya pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam.
d. Tidak perlu intervensi waktu, lebih ekonomis sebab subyek bias dibatasi.
Kekurangan penelitian case control :
a. Tidak diketahuinya efek variable luar oleh karena keterbatasan teknis yaitu variable yang
tidak ikut dikenakan waktu matching.
b. Bias penelitian akibat tidak dilakukan pengukuran oleh peneliti dengan tanpa mengetahui
yang harus diukur (blind measurement).
c. Kelemahan pengukuran variable secara retrospektif adalah obyektivitas dan
reliabilitasnya sehingga untuk faktor-faktor risiko yang tidak jelas informasinya dari
anamnesis maupun data rancangan sekunder sangat berisiko bila menggunakan
rancangan mengatasinya, anamnesis sebaiknya dilengkapi data penunjang yang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis, misalnya pemeriksaan laboratorium klinis,
11
roentgenologi, mikrobiologis, dan imunologis. Apabila data tersebut adalah data
sekunder, perlu dilengkapi dengan uraian mengenai cara memperopleh data secara
lengkap.
d. Kadang-kadang untuk memilih kontrol dengan matching kita mengalami kesulitan oleh
karena banyaknya faktor risiko dan/atau sedikitnya subyek penelitian.
Contoh: riset tentang hubungan antara angioskorma hati dan vinil klorida (Brady et al, 1977),
penelitian tentang kematian ibu postpartum dan persalinan sesar.
3. Kohort
Penelitian kohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian
survey (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara factor resiko
dengan efek (penyakit). Faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian
diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek yaitu penyakit atau salah satu indicator
status kesehatan. Contoh klasik studi kohort adalah Framingham Heart Study.
Rancangan penelitian kohort disebut juga sebagai survey prospektif meskipun
sesungguhnya kurang tepat. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian
epidemiologis noneksperimental yang paling kuat mengkaji hubungan antara faktor risiko
dengan dampak atau efek suatu penyakit.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan longitudinal ke depan, dengan
mengkaji dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek suatu penyakit. Pendekatan
yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor risiko, kemudian dinamikanya diikuti atau
diamati sehingga timbul suatu efek atau penyakit.
Kesimpulan hasil penelitian diketahui dengan membandingkan subyek yang
mempunyai efek positif (sakit) antara kelompok subyek dengan faktor risiko positif dan
faktor risiko negative (kelompok kontrol).
Kelebihan penelitian Kohort:
a. Dapat membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok subyek dengan faktor risiko
positif dan subyek dari kelompok control sejak awal penelitian.
b. Secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari waktu ke waktu.
c. Keseragaman observasi terhadap faktor risiko maupun efek dari waktu ke waktu.
12
Kekurangan penelitian Kohort :
a. Memerlukan waktu penelitian yang relative cukup lama.
b. Memerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data yang lebih rumit.
c. Kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop out sehingga mengurangi ketepatan
dan kecukupan data untuk dianalisis.
d. Menyangkut etika sebab faktor risiko dari subyek yang diamati sampai terjadinya efek,
menimbulkan ketidaknyamanan bagi subyek.
Contoh penelitian retrospektif kohort: penelitian yang dilakukan oleh National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH) yang bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa
energy yang dihasilkan oleh video display terminal (VDT’s) dimungkinkan dapat
menybabkan keguguran secara spontan.
2. Sistematika Penelitian
Bila peneliti telah menetapkan untuk melakukan penelitian, maka sebelum
melaksanakannya ia harus membuat rancangan penelitian. Sedangkan rancangan penelitian
13
secar tertulis yang bersifat formal dinamakan sebagai usulan penelitian. Berikut ini kami akan
memaparkan format pada usulan penelitian.
JudulVI. Pendahuluan :
6. Latar belakang7. Rumusan masalah8. Hipotesis9. Tujuan10. Manfaat
VII. Tinjauan PustakaKerangka konsep
VIII. Metodologi11. Desain12. Tempat dan waktu13. Populasi dan sampel14. Kriteria insklusi dan eksklusi15. Besar sampel16. Cara kerja17. Identifikasi variabel18. Rencana manajemen dan analisis data19. Definisi operasional20. Masalah etika
IX. Daftar PustakaX. Lampiran
3. Variabel dan Hubungan Antar Variabel
Hubungan Sebab-Akibat
Dalam diagnosis hubungan kausal, perlu diperhatikan dan ditelaah hal-hal berikut,
yang merupakan pengembangan dari postulat Koch oleh Sir Bradford Hill.
14
1. Hubungan waktu (temporal relationship)
Hubungan antar-vatiabel hanya mungkin merupakan hubungan sebab-akibat bila telah
diyakini bahwa sebab (variable independen) mendahului akibat (variable dependen). Dalam
konteks penelitian, maka variable bebas (risiko, penyebab, kausa, presiktor) harus
mendahului variabel tergantung (efek, penyakit, event, outcome). Hal ini dapat dipenuhi oleh
desain uji klinis, studi kohort, dan studi kasus-kontrol, dengan urutan kekuatan yang
menurun. Pada studi cross sectional, hubungan waktu tidak tergambar dalam desain, namun
dapat disimpulkan dengan teori atau logika.
2. Kuatnya asosiasi
Bukti adanya hubungan yang kuat antara dua variabel akan lebih menyokong
terdapatnya hubungan sebab akibat. Bila digunakan statistic, maka nilai p yang kecil lebih
kuat daripada nilai p yang besar. Bila yang dihitung adalah rasio, misalnya risiko relative,
rasio odds atau rasio prevalens, maka nilai rasio yang menjauhi angka 1 menunjukan
hubungan yang lebih kuat.
3. Hubungan yang bergantung dosis (dose dependent)
Bila besarnya asosiasi berubah dengan berubahnya dosis atau factor risiko, maka
asosiasi kausal menjadi lebih mungkin.
4. Konsistensi
Apabila terdapat hasil yang konsisten antara saty penelitian dengan penelitian lain,
atau pada subyek pada suatu penelitian, maka asosiasi sebab-akibat menjadi lebih mungkin.
5. Koherensi
Asosiasi disebut koheren apabila sesuai dengan gambaran umum distribusi factor
risiko serta efek pada populasi tertentu.
6. Biological plausibility
Agar dapat disebut hubungan kausal, hubungan antara variabel bebas dan tergantung
harus dapat diterangkan dengan teori yang ada.
15
7. Kesamaan dengan hasil penelitian lain
Bila hasil penelitian menyokong hal-hal yang ditemukan dalam penelitian lain maka
hubungan kausl menjadi lebih besar. Hal ini terutama bila desain yang digunakan tidak sama.
4. Populasi dan Teknik Sampling
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : sampling random
(probability sampling) dan sampling nonrandom (nonprobability sampling). Sampling
random yaitu pengambilan sampel secara acak yang dilakukan dengan cara undian, atau
tabel bilangan acak/random atau dengan menggunakan kalkulator/komputer. Sedangkan
sampling nonrandom atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan
sampel tidak secara acak.
1. Teknik Sampling Random
Teknik sampling random terdiri atas tiga jenis, yaitu sampling random sederhana
(Simple Random Sampling), sampling bertingkat (Stratified Sampling), dan sampling
kluster/area (Cluster Sampling).
a. Sampling Random Sederhana
Digunakan jika populasi bersifat homogen. Dikatakan sederhana karena cara
pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu.
b. Teknik Sampling Bertingkat
Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis, berjenjang,
dan petala. Teknik ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-
kelompok yang bertingkat. Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya:
menurut usia, pendidikan, golongan pangkat, dan sebagainya. Teknik ini akan semakin baik
jika dilengkapi dengan penggunaan proporsional, sehingga setiap tingkat diwakili oleh
jumlah yang sebanding. Sampling bertingkat yang dilengkapi dengan proposional ini disebut
proportional stratified random sampling. Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota
sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan
16
usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya. Jika banyaknya ukuran dari masing-
masing tingkatan/kelompok tidak proporsional maka disebut dengan disproportional stratified
random sampling.
Contoh Teknik sampling proporsional: misalnya populasi untuk A = 25, B = 60, C =
15. Jadi, jumlah anggota populasi = 100. Sedangkan besar anggota sampel = 80 sehingga
besar masing-masing sampel untuk A, B, dan C dapat dihitung sebagai berikut:
untuk A: (25/100) x 80 = 20 orang, untuk B: (60/100) x 80 = 48 orang, dan untuk C :
(15/100) x 80 = 12 orang. Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.
Contoh Teknik sampling yang tidak proporsional: misalnya populasi untuk A = 3, B =
4, C = 33, D = 60. Jadi, jumlah anggota populasi = 100. Sedangkan besar anggota sampel
sebanyak 80 sehingga besar masing-masing sampel untuk A, B, C dan D dapat dihitung
sebagai berikut: untuk A dan B diambil semuanya sebagai sampel, sedangkan untuk C dan D
diambil secara proporsi dengan perhitungan sebagai berikut: Sehingga jumlah sampel
seluruhnya sebanyak 80 orang.
c. Teknik Sampling Kluster
Teknik sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah, conditional
sampling/restricted sampling/area sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi tersebar
dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan seterusnya. Pada peta daerah
diberi petak-petak dan setiap petak diberi nomor. Nomor-nomor itu kemudian ditarik secara
acak untuk dijadikan anggota sampelnya.
Pada penggunaan teknik sampling kluster, biasanya digunakan dua tahapan, yaitu
tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap kedua menentukan orang/orang atau
objek yang dijadikan penelitian pada daerah yang terpilih yang dilakukan secara random.
Keuntungan menggunakan teknik ini ialah dapat mengambil populasi besar yang
tersebar diberbagai daerah dan pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan teknik
lainnya. Sedangkan kelemahannya ialah jumlah individu dalam setiap pilihan tidak sama,
karena itu teknik ini tidaklah sebaik teknik lainnya. Selain itu ada kemungkinan penduduk
satu daerah berpindah kedaerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk
tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel penelitian.
2. Teknik Sampling Nonrandom
Teknik sampling nonrandom terdiri atas lima macam yaitu: Teknik Sampling
Sistematis (Systematical Sampling), Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling),
17
Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling), Teknik Sampling Kuota (Quota
Sampling), dan Teknik Bola Salju (Snowball Sampling)
a. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling)
Teknik ini sebenarnya dapat termasuk kepada teknik random sampling sederhana
yang digunakan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu.
Misalnya setiap kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor, pengambilan
sampel hanya nomor genap atau yang ganjil saja, dll. Keuntungan teknik ini ialah lebih cepat
dan mudah. Sedangkan kelemahannya adalah kadang-kadang kurang mewakili populasinya.
b. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)
Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan
terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai dan dipandang orang yang
dijumpai tsb. cocok dijadikan sumber data. Misalnya kita ingin meneliti pendapat masyarakat
tentang kenaikan harga atau keluarga berencana, maka pertanyaan diajukan kepada mereka
yang kebetulan dijumpai dipasar atau ditempat-tempat lainnya. Keuntungan menggunakan
teknik ini ialah murah, cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya ialah kurang
representatif.
c. Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling)
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan
tujuan penelitiannya. Sebagai contoh : untuk meneliti tentang disiplin siswa maka yang
dipilih adalah orang yang aahli dalam kesiswaan seperti kepala sekolah, PKS urusan
kesiswaan, ketua osos, yang dijadikan anggota sampel. Keuntungan menggunakan teknik ini
ialah murah, cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan
kerugiannya ialah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum
(generalisasi).
d. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling)
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan
jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, Jemaah haji yang berangkat
ke tanah suci sudah diberi jatah (kuota) oleh Persatuan Haji Indonesia (PHI) bekerjasama
dengan Pemerintah Arab Saudi, yaitu sebanyak 250.000 orang haji dari populasi 250.000.000
jiwa penduduk Indonesia. Artinya satu orang calon haji mewakili 1000 orang penduduk.
18
e. Teknik Bola Salju (Snowball Sampling)
Teknik penentuan sampel bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel yang
diketahui hanya sedikit. Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel
lain dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah sampelnya makin
banyak. Seperti bola salju yang menggelinding makin lama bola salju tersebut makin besar.
5. Pertimbangan Etik dalam Penelitian
Terdapat dua syarat sebuah penelitian dikatakan etis. Syarat yang pertama, sbuah
penelitian dikatakan etis jika secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks
pembahasan kita, syarat ilmiah ini diterjemahkan menjadi konsisten, important, dan valid.
Jika kita dapat membuat proposal penelitian yang konsisten, important dan valid, maka kita
telah mempersiapkan penelitian yang etis. Dengan demikian, suatu proposal penelitian yang
pemilihan rumus besar sampelnya salah, selain tidak ilmiah dari segi konsistensi, juga tidak
etis; suatu proposal penelitian yang tidak merencanakan bagaimana pengukuran akan
dilakukan agar informasi yang diperolehnya valid, selain tidak ilmiah dari segi validitas, juga
tidak etis.
19
PENELITIAN YANG ETIS
Syarat yang kedua adalah syarat etis yang dipandang dari isu-isu etika. Ada tiga acuan utama
etika, yaitu prinsip keadilan, prinsip manfaat, dan prinsip menghormati orang lain. Harus
diusahakan semaksimal mungkin supaya penelitian yang akan dilakukan memenuhi ketiga
prin sip tersebut.
a. Bagian pada proposal yang berkaitan dengan etika
Semua bagian proposal penelitian sesungguhnya berkaitan dengan etika.Terdapat dua
komponen yang memberikan khusus tentang etika. Kedua komponen tersebut adalah pada isu
etika dan informed consent. Pada saat membuat proposal, kedua bagian ini harus dibuat
sedemikian rupa sehingga penelitian yang akan dilakukan memenuhi syarat etis.
Pada bagian isu etika sebuah proposal penelitian, peneliti perlu menyampaikan langkah-
langkah yang akan dilakukan supaya penelitian memenuhi syarat etis. Hal-hal yang bisa
disampaikan, antara lain:
1. Bagaimana data tersebut diperoleh;
2. Bagaimana menjaga kerahasiaan subyek penelitian;
3. Bagaimana data akan dipublikasikan;
20
ILMIAH ISU ETIKA
Proposal yang etis harus memenuhi syarat ilmiah:
Konsistensi, important, valid
Prinsip keadilan Prinsip manfaat Prinsip menghormati
orang lain
Sampaikan bagaimana langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan isu-isu etik Informed consent
Elemen utama Elemen dasar
4. Bagiamana izin penelitian akan diperoleh dari subyek penelitian;
5. Komisi etik mana yang akan melakukan penilaian kelayakan proposal penelitian.
Komponen yang kedua adalah pada formulir informed consent. Hampir semua aspek etika
penelitian tercermin dari formulir ini. Sebagiamana namanya, pada formulir tersebut terdapat
bagian informasi (penjelasan) kepada calon subyek penelitian serta bagian consent
(persetujuan) dari calon subyek. Supaya penelitian memenuhi syarat etis, maka peneliti harus
membuat formulir ini sebaik mungkin.
b. Informed consent
Informed Consent yang baik, mempunyai beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Aspek Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam formulir informed consent adalah bahasa untuk orang
awam.
2. Aspek Kelengkapan Dokumen
Pada footer dan header formulir, harus ada informasi mengenai judul penelitian atau
nomor protokol penelitian, versi, tanggal informed consent dibuat, informed consent dewasa
atau anak, tempat penelitian, dan nomor subyek penelitian. Kelengkapan dokumen ini harus
ada pada setiap halaman lembar informed consent. Contoh kelengkapan dokumen adalah
sebagai berikut:
Protokol nomor001/ versi 1/31 Mei 2008/dewasa/RS Ayah Bunda.
3. Aspek Kelengkapan Informasi
Informasi yang diberikan kepada calon subyek harus lengkap. Informasi tersebut
diklasifikasikan menjadi dua elemen, yaitu elemen dasar dan elemen tambahan. Yang
termasuk kedalam elemen dasar adalah:
a. Penjelasan bahwa kegiatan adalah sebuah penelitian
b. Tujuan penelitian dan mengapa calon subyek diminta untuk ikut serta
c. Prosedur penelitian
21
d. Resiko potensial dan rasa tidak enak yang akan dialami calon subyek
e. Manfaat langsung bagi subyek
f. Prosedur alternatif
g. Penjagaan kerahasiaan data
h. Kompensasi bila terjadi kecelakaan dalam penelitian
i. Partisipasi adalah sukarela
j. Nama dan alamat peneliti yang harus dihubungi bila terjadi kecelakaan
atau bila subyek bertanya.
Bagian informed conent yang termasuk kedalam elemen tambahan adalah sebagai berikut:
a. Perkiraan jumlah subyek yang akan diikutsertakan
b. Kemungkinan mendapat timbul resiko yang belum diketahui pada saat
ini
c. Subyek dapat dikeluarkan dari penelitian
d. Bahaya potensial (bila ada) bagi subyek yang mengundurkan diri
sebelum penelitian selesai
e. Kemungkinan timbulnya biaya bagi perusahaan asuransi kesehatan
akibat keikutsertaan calon subyek dalam penelitian
f. Intensif bagi subyek (bila ada)
4. Aspek Kelengkapan Persetujuan
Pada bagian persetujuan, harus ada informasi mengenai nama subyek, usia, tandatangan,
dan tanggal penandatanganan yang harus ditulis oleh subyek sendiri. Pada bagian
persetujuan, juga harus ada nama peneliti, tandatangan, dan tanggal penandatanganan yang
harus diisi sendiri oleh peneliti. Bila diperlukan, peneliti harus membuat beberapa formulir
persetujuan, misalnya formulir persetujuan untuk subjek dewasa yang sadar akan tetapi tidak
mampu untuk membubuhkan tandatangan, formulir persetujuan dewasa yang tidak sadar,
formulir persetujuan anak, dan lain-lain.
c. Penelitian dari Catatan Medis
Dalam penelitian terhadap catatan medis, biasanya tidak praktis untuk memperoleh informed
consent dari setiap pasien yang diidentifikasi. Peneliti dapat mengajukan permohonan kepada
22
komisi etik utnuk melakukan penelitian tanpa persetujuan pasien terlebih dahulu. Pada
proposal penelitian, peneliti harus menuliskan alasan mengapa persetujuan tidak diperlukan.
Selain itu, peniliti juga harus menuliskan rencana yang akan dilakukan supaya penelitian
memenuhi syarat etis.
Beberapa hal yang dapat dituliskan oleh peneliti pada bagian isu etika adalah sebagai berikut:
1. Peneliti hanya akan menggunakan data dari catatan medis saja.
2. Tidak ada pemeriksaan tambahan atau kontak langsung dengan pasien.
3. Identitas pasien akan dirahasiakan.
4. Sebelum data diambil, petugas rekam medis akan menutup nama serta identitas pasien
lainnya yang memungkinkan pihak lain melakukan pelacakan pasien.
5. Bila peneliti menugaskan staffnya utnuk mengambil data, peneliti harus menjamin bahwa
staff tersebut mengerti tentang etika penelitian terutama kerahasiaan.
Akhirnya, komisi etik-lah yang akan mempertimbangkan apakah penelitian dapat dijalankan
atau tidak tanpa adanya persetujuan dari pasien.
6. Pandangan Islam
Sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani :”Dari Abu Hurairah : jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan Islam di atas prinsip kebersihan. Dan tidak akan masuk syurga, kecuali orang-orang yang bersih” . (HR. Thabrani).Dari Hadits di atas memberikan pengertian bahwa manusia tidak boleh kikir untuk membiayai diri dan lingkungan secara wajar untuk menjaga kebersihan agar kesehatan diri dan keluarga/masyarakat kita terpelihara.Demikian pula, mengusahakan penghijauan di sekitar tempat tinggal dengan menanamkan pepohonan yang bermanfaat untuk kepentingan ekonomi dan kesehatan, disamping juga dapat memelihara peredaran suara yang kita hisap agar selalu bersih, bebas dari pencemaran.Dalam sebuah Hadits disebutkan :”Tiga hal yang menjernihkan pandangan, yaitu menyaksikan pandangan pada yang hijau lagi asri, dan pada air yang mengalir serta pada wajah yang rupawan (HR. Ahmad) Nabi pernah bersabda :”Hati-hatilah terhadap dua macam kutukan; sahabat yang mendengar bertanya : Apakah dua hal itu ya Rasulullah ? Nabi menjawab : yaitu orang yang membuang hajat ditengah jalan atau di tempat orang yang berteduh”Dari keterangan di atas, jelaslah aturan-aturan agama Islam yang menganjurkan untuk menjaga kebersihan dan lingkungan. Semua larangan tersebut dimaksudkan untuk mencegah agar tidak mencelakakan orang lain, sehingga terhindar dari musibah yang menimpahnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Sopiyudin.2008. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. Cetakan I. Jakarta: CV.Sagung Seto.
24
Riduan, dan Akdon. 2006. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sastroasmoro, Sudigdo. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4.
Jakarta: Sagung Seto.
Fhalila, Erlyna Lulaa. 2011. Cross-sectional-Case-control-dan-Cohort. 2010.
( Http://www.erlynafkmundip.blogspot.com , Diakses 22 Desember 2011) .
25