isi

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Metode Ilmiah adalah blok ketiga pada semester I dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini diadakan tutorial studi kasus Skenario A yang memaparkan kasus yang berkaitan dengan metode ilmiah. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu: Sebagai laporan kepada tutor yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Dapat menyelesaikan kasus yang dipaparkan dalam skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial. 1

Upload: ira-maulani

Post on 05-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Isi blok 3

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Metode Ilmiah adalah blok ketiga pada semester I dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini diadakan tutorial studi kasus Skenario A yang memaparkan kasus yang berkaitan dengan metode ilmiah.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu: Sebagai laporan kepada tutor yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran

KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Dapat menyelesaikan kasus yang dipaparkan dalam skenario dengan metode

analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

BAB II

1

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. H. Hibsah Ridwan, M.ScModerator : Yolanda Rachmi NurainiSekretaris Meja : Dera ApriyunitaSekretaris papan : Erica FitrianiWaktu Tutorial : 19 Desember 2011

21 Desember 2011Rule Tutorial : 1. Handphone dinon-aktifan/silent

2. Apabila ada pendapat, harus mengangkat tangan terlebih dahulu 3. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk ruangan.

2.2 Skenario Kasus

Warga Kota Depok diresahkan dengan meningkatnya kejadian penyakit Hepatitis A yang banyak menimpa siswa SD dan SMP. Dinas Kesehatan Kota Depok diperintahkan oleh Walikota untuk mengatasi masalah tersebut.

Dr. Yayat sebagai kepala seksi pemberantasan penyakit menular (P2M) Dinas Kesehatan Kota Depok diperintahkan olek kadinkes untuk mencari faktor resiko yang menyebabakan kejadian tersebut. Dari study pustaka, Dr. Yayat mengetahui bahwa Hepatitis A ditularkan ketubuh manusia melalui saluran pencernaan. Dr. Yayat mengamati banyak potensi faktor resiko penularan Hepatitis A yang terjadi di Kota Depok antara lain makanan dikantin sekolah yang tidak higienis, air minum yang tidak terjamin kebersihannya dan air sungai yang tercemar limbah pabrik.

Akan tetapi dr. Yayat belum mengetahui secara pasti angka kejadiannya dan faktor apa yang benar-benar menyebabkan penularan tersebut yang harus dibuktikan secara ilmiah, padahal kadinkes sudah meminta laporan sesegera mungkin untuk disampaikan ke Walikota Depok.

2.3 Seven Jump Steps

2

2.3.1 Klasifikasi Istilah

1. Hepatitis A : Penyakit yang disebabkan virus Hepatitis A yang disebarkan oleh kotoran atau tinja penderita.

2. Faktor resiko : Hal-hal yang menyebabkan suatu masalah.3. Study pustaka : Bahan sumber bacaan.4. Higienis : Bebas dari kuman atau penyakit.5. Angka kejadian : Jumlah kejadian.6. Limbah pabrik : Sisa-sisa pengolahan pabrik.7. Saluran pencernaan : Saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan.8. Ilmiah : Sesuatu yang sudah teruji kebenarannya.9. Penularan : Proses penyebaran penyakit.

2.3.2 Identifikasi Masalah

1. Warga Kota Depok diresahkan dengan meningkatnya kejadian penyakit Hepatitis A yang banyak menimpa siswa SD dan SMP. Dinas Kesehatan Kota Depok diperintahkan oleh Walikota untuk mengatasi masalah tersebut.

2. Dr. Yayat diperintahkan oleh kadinkes untuk mencari faktor resiko dan kemudian dr. Yayat mengetahui dari study pustakanya bahwa Hepatitis A ditularkan ketubuh manusia melalui pencernaan.

3. Dr. Yayat mengamati banyak potensi faktor resiko penularan Hepatitis A yang terjadi di Kota Depok. Antara lain makanan dikantin sekolah yang tidak higienis, air minum yang tidak terjamin kebersihannya dan sungai yang tercemar oleh limbah pabrik.

4. Dr. Yayat belum mengetahui secara pasti angka kejadian dan faktor penyebab penularan yang harus dibuktikan secara ilmiah. Kadinkes meminta laporan sesegera mungkin untuk disampaikan ke Walikota Depok.

2.3.3 Analisis Masalah

3

1. a. Apa pengertian dari hepatitis A ?Jawab : Hepatitis A adalah golongan hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian.

b. Bagaimana cara penularan dan pencegahannya ?Jawab : Virus hepatitis A, penyebarannya melalui tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sedangkan pencegahannya dapat dengan :

Mencuci tangan dan memastikan semua makanan yang kita makan higenis.

Melakukan yang menyebabkan. Kemungkinan yang menyebabkan peningkanan karena situasi

lingkungan sekolah yang kotor dan makanan yang tidak higenis.

c. Apa kemungkinan yang menyebabkan peningkatan hepatitis A yang banyak menimpa siswa SD dan SMP di Kota Depok ?Jawab : Kemungkinan yang menyebabkan peningkatan karena situasi lingkungan sekolah yang kotor dan makanan yang tidak higenis.

2. a. Desain apa yang tepat digunakan dalam kasus ini ?Jawab : Desain yang tepat digunakan dalam kasus ini ialah :

Cross sectional. Case Control. Cohort (Retrospektif).

b. Bagaimana kriteria studi pustaka yang valid (sahih) ?Jawab : Kriteria studi pustaka yang valid (sahih) antara lain :

Harus ada relevansi. Kemuktahiran : studi pustaka yang terbaru. Adekusi yang berkaitan langsung dengan masalah yang di teliti.

3. a. Apa hubungan faktor resiko dengan efek kejadian kasus ini ?Jawab : Hubungan kausar ada 7 menurut Koch oleh Sir Bradford Full antara lain :

4

Hubungan waktu (temporal relationship). Kuatnya asosiasi. Hubungan yang bergantung dosis. Konsistensi Koherensi Biological plausibility Kesamaan dengan hasil penelitian lain.

b. Apa pandangan Islam dalam kasus ini ?Jawab : Hadist dan ayat yang berhubungan dengan kasus ini :

H.R Tabrani QS. Al-Baqarah : 222 QS. Al-Baqarah : 68 H.R Ahmad

4. a. Desain apa yang paling tepat yang harus digunakan dr. Yayat dalam menyelesaikan penelitiannya sesegera mungkin ?Jawab : Cross- sectional, alasannya karena melakukan penelitian secara satu kali tanpa melakukan follow up.

b. Langkah apa saja yang digunakan pada desain penelitian tersebut ?Jawab : Langkah sistematika dalam penelitian antara lain :

5

JudulI. Pendahuluan :

1. Latar belakang2. Rumusan masalah3. Hipotesis4. Tujuan5. Manfaat

II. Tinjauan PustakaKerangka konsep

III. Metodologi1. Desain2. Tempat dan waktu3. Populasi dan sampel4. Kriteria insklusi dan eksklusi5. Besar sampel6. Cara kerja7. Identifikasi variabel8. Rencana manajemen dan analisis data9. Definisi operasional10. Masalah etika

IV. Daftar PustakaV. Lampiran

c. Bagaimana seharusnya latar belakang dalam penelitian ini ?Jawab :

Untuk mencari hubungan faktor resiko dengan hepatitis A dalam waktu sesaat.

Untuk segera mengetahui apa yang terjadi pada kasus hepatitis A. Mencari hubungan antara penyakit dan lingkungan. Mencari prevalence antara penyakit hepatitis A dengan lingkungan.

d. Bagaimana seharusnya rumusan masalah dalam penelitian ini ?Jawab :

Apakah benar makanan yang tidak higienis, air minum yang tidak terjamin kebersihannya dan air sungai yang tercemar mempengaruhi penularan penyakit hepatitis A ?

e. Bagaimana seharusnya tujuan dalam penelitian ini ?Jawab :

Untuk mengetahui jumlah peningkatan penyakit hepatitis A. Mengetahui faktor-faktor penyebab penyakit hepatitis A.

6

f. Bagaimana manfaat dalam penelitian cross- sectional ini ?Jawab :

Mendapatkan hasil lebih cepat dan lebih mudah di aplikasikan secara umum.

Untuk menambah pengetahuan. Untuk masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan

hepatitis A di desa Depok oleh Dinkes kepada masyarakat.

g. Bagaimana seharusnya populasi dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ?

Jawab :Populasi target : Warga Kota Depok.Populasi terjangkau : Siswa SD dan SMP di Kota Depok.Teknik pengambilam sampling baiknya di gunakan dengan cara random bertingkat, dan besarnya sampel di dasarkan pada pertimbangan analisis.

h. Bagaimana kriteria insklusi dan eksklusi pada penelitian ini ?Jawab :

Insklus : Seluruh siswa SD dan SMP di Kota Depok yangterkena penyakit Hepatitis A.

Eksklusi : Siswa SD dan SMP yang terkena penyakit lain selainHepatitis A yang dapat menyebabkan kesalahan dalam

penelitian.

i. Bagaimana seharusnya rencana manajemen dan analisis data pada penelitian ini ?Jawab : Pada studi cross-sectional, observasi dilakukan secara bersamaan tanpa melakukannya secara berkelanjutan dan data yang digunakan secara primer.Hubungan resiko dan efek di hitung dengan ratio prevalen dan X kuadrat.

j. Bagaimana aspek atis yang perlu di perhatikan dalam penelitian ini ?Jawab :

Harus memberikan informed consent pada subjek. Menghormati privacy/subjek kerahasiannya. Menghormati harkat dan martabat manusia (siswa SD dan SMP). Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang di timbulkan.

2.3.4 Learning Issue

No Pokok Bahasan

What I Know

What I Don’t Know What I Have To Prove

How I Will Learn

7

1 Desain Penelitian

Macam-macam desain penelitian

Kekurangan dan kelebihan dari masing-masing desain, manfaat dan fungsinya.

Melihat penggunaan desain penelitian pada jurnal.

Teks book, jurnal dan Internet

2 Sistematika Penelitian

Sistematika pembuatan laporan penelitian

Pengertian dan maksud dari langkah-langkah membuat laporan.

Mentelaah penggunaan sistemetika penelitian pada skripsi.

Teks book, jurnal dan Internet

3 Variabel dan Hubungan Antar Variabel

Pengertian dan macam-macam variabel

Hubungan antar variabel dan kriteria variabel.

Memahami hubungan antar variabel pada jurnal.

Teks book, jurnal dan Internet

4 Populasi dan Teknik Sampling

Menentukan populasi dan macam-macam teknik sampling

Pengertian dan kegunaan dari masing-masing teknik sampling, statistik, parameter dan interval kepercayaan.

Mengerti penggunaan teknik sampling pada penelitian yang telaah dalam jurnal.

Teks book, jurnal dan Internet

5 Pertimbangan Etik dalam Penelitian

Pengertian dari pertimbangan etik dalam penelitian

Penerapan etika dalam penelitian.

Memeahami penerapan etikanpenelitian pada jurnal.

Teks book, jurnal dan Internet

6 Pandangan Islam

Hukum etik dan moral secara umum dalam agama Islam.

Penjelasan mengenai ayat Al-Quran dan Hadist yang berhungan dengan skenario.

Mengaplikasikan dan melihat kehidupan sosial yang di dasarkan pada ajaran agama Islam.

Teks book, Internet, Al-Quran dan Hadist.

2.3.5 HipotesisDr. Yayat melakukan penelitian dengan desain penelitian cross-secrional, karena di minta laporan sesegera mungkin.

2.3.6 Kerangka konsep

8

Faktor resiko Hepatitis A

2.3.7 Sintesis

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa

sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan

penelitian.

Terdapat beberapa hal penting yang perlu dikaji sebelum jenis desain ditentukan.

Pertama, sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan melakukan intervensi, yaitu

melakukan studi intervesional (ekperimental) atau hanya akan melakukan pengamatan saja

tanpa intervensi yaitu melakukan studi obsevasional. Kedua peneliti baru dapat menetukan

desain apa yang akan di gunakan. Dan yang terakhir, peneliti memilih melakukan studi secara

retrospektif atau secara prospektif.

Adapun kami akan membahas tentang penelitian observasional yang umumnya dibagi

menjadi tiga jenis desain, yaitu :

1. Cross Sectional

9

Walikota meminta laporan

Kepala dinas memerintah dr. Yayat

Dr. Yayat meneliti dengan desain cross-

sectional

Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan hubungan atau korelasi

antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Faktor risiko dan dampak atau

efeknya diobservasi pada saat yang sama, artinya setiap subyek penelitian diobservasi hanya

satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau status pada saat

observasi.

Angka rasio prevalensi memberi gambaran tentang prevalensi suatu penyakit di dalam

populasi yang berkaitan dengan faktor risiko yang dipelajari atau yang timbul akibat faktor-

faktor risiko tertentu.

Kelebihan studi cross-sectional adalah kemudahannya untuk untuk dilakukan dan

murah, sebab tidak memerlukan follow-up. Jika tujuan penelitian “sekedar“ mendeskripsikan

distribusi penyakit dhubungkan dengan paparan faktor-faktor penelitian, maka studi potong

lintang merupakan rancangan studi yang cocok, efisien dan cukup kuat disegi metodologik.

Selain itu seperti penelitian observasional lainnya, studi potong lintang tidak “memaksa”

subjek untuk mengalami factor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (factor

resiko). Demikian pula, tidak ada subjek yang kehilangan kesempatan memperoleh terapi

yang diperkirakan bermanfaat, bagi subjek yang kebetulan menjadi control.

Kekurangan penelitian cross sectional:

a. Dibutuhkan subyek penelitian yang relatif besar atau banyak, dengan asumsi variable

bebas yang berpengaruh cukup banyak.

b. Kurang dapat menggambarkan proses perkembangan penyakit secara tepat.

c. Faktor-faktor risiko tidak dapat diukur secara akurat dan akan mempengaruhi hasil

penelitian.

d. Nilai prognosanya atau prekdisinya (daya ramal) lemah atau kurang tepat.

e. Korelasi faktor risiko dengan dampaknya adalah paling lemah bila dibandingkan dengan

rancangan penelitian analitik yang lainnya.

f. Kesimpulan hasil penelitian berkaitan dengan kekuatan rancangan yang disusun sangat

berpengaruh, umumnya kekuatan rancangan yang baik adalah sekitar 40%, artinya hanya

sebesar 40% variable bebas atau faktor risiko mampu menjelaskan variable terikat atau

dampak, sisanya yaitu 60% tidak mampu dijelaskan dengan model yang dibuat.

10

Contoh: penelitian tentang fluorosis yang dilakukan pada anak usia 10-12 tahun di Brazil

yang tinggal di daerah yang belum memperoleh fluoridasi air minum.

2. Case Control

Rancangan penelitian ini ada yang menyebutnya sebagai studi retrospektif, meskipun

istilah ini kurang tepat. Penelitian ini berusaha melihat ke belakang, yaitu data digali dari

dampak (efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudian dari dampak tersebut ditelusuri

variable-variabel penyebabnya atau variable yang mempengaruhi.

Penelitian epidemiologi kasus-kontrol ini hasil korelasinya lebih tajam dan mendalam

bila dibandingkan dengan rancangan penelitian potong-lintang, sebab menggunakan subyek

kontrol atau subyek dengan dampak positif dicarikan kontrolnya dan subyek dengan dampak

negatif juga dicari kontrolnya. Kemudian variable penyebab atau yang berpengaruh ditelusuri

lebih dulu, baru kemudian faktor risiko atau variable yang berpengaruh diamati secara

retrospektif.

Kelebihan penelitian case control:

a. Tidak menghadapi kendala etik, seperti halnya penelitian kohort dan eksperimental.

b. Pengambilan kasus dan kontrol pada kurun waktu yang bersamaan.

c. Adanya pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam.

d. Tidak perlu intervensi waktu, lebih ekonomis sebab subyek bias dibatasi.

Kekurangan penelitian case control :

a. Tidak diketahuinya efek variable luar oleh karena keterbatasan teknis yaitu variable yang

tidak ikut dikenakan waktu matching.

b. Bias penelitian akibat tidak dilakukan pengukuran oleh peneliti dengan tanpa mengetahui

yang harus diukur (blind measurement).

c. Kelemahan pengukuran variable secara retrospektif adalah obyektivitas dan

reliabilitasnya sehingga untuk faktor-faktor risiko yang tidak jelas informasinya dari

anamnesis maupun data rancangan sekunder sangat berisiko bila menggunakan

rancangan mengatasinya, anamnesis sebaiknya dilengkapi data penunjang yang

diperlukan untuk menegakkan diagnosis, misalnya pemeriksaan laboratorium klinis,

11

roentgenologi, mikrobiologis, dan imunologis. Apabila data tersebut adalah data

sekunder, perlu dilengkapi dengan uraian mengenai cara memperopleh data secara

lengkap.

d. Kadang-kadang untuk memilih kontrol dengan matching kita mengalami kesulitan oleh

karena banyaknya faktor risiko dan/atau sedikitnya subyek penelitian.

Contoh: riset tentang hubungan antara angioskorma hati dan vinil klorida  (Brady et al, 1977),

penelitian tentang kematian ibu postpartum dan persalinan sesar.

3. Kohort

Penelitian kohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian

survey (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara factor resiko

dengan efek (penyakit). Faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian

diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek yaitu penyakit atau salah satu indicator

status kesehatan. Contoh klasik studi kohort adalah Framingham Heart Study.

Rancangan penelitian kohort disebut juga sebagai survey prospektif meskipun

sesungguhnya kurang tepat. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian

epidemiologis noneksperimental yang paling kuat mengkaji hubungan antara faktor risiko

dengan dampak atau efek suatu penyakit.

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan longitudinal ke depan, dengan

mengkaji dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek suatu penyakit. Pendekatan

yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor risiko, kemudian dinamikanya diikuti atau

diamati sehingga timbul suatu efek atau penyakit.

Kesimpulan hasil penelitian diketahui dengan membandingkan subyek yang

mempunyai efek positif (sakit) antara kelompok subyek dengan faktor risiko positif dan

faktor risiko negative (kelompok kontrol).

Kelebihan penelitian Kohort:

a. Dapat membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok subyek dengan faktor risiko

positif dan subyek dari kelompok control sejak awal penelitian.

b. Secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari waktu ke waktu.

c. Keseragaman observasi terhadap faktor risiko maupun efek dari waktu ke waktu.

12

Kekurangan penelitian Kohort :

a. Memerlukan waktu penelitian yang relative cukup lama.

b. Memerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data yang lebih rumit.

c. Kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop out sehingga mengurangi ketepatan

dan kecukupan data untuk dianalisis.

d. Menyangkut etika sebab faktor risiko dari subyek yang diamati sampai terjadinya efek,

menimbulkan ketidaknyamanan bagi subyek.

Contoh penelitian retrospektif kohort: penelitian yang dilakukan oleh National Institute for

Occupational Safety and Health (NIOSH) yang bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa

energy yang dihasilkan oleh video display terminal (VDT’s) dimungkinkan dapat

menybabkan keguguran secara spontan.

2. Sistematika Penelitian

Bila peneliti telah menetapkan untuk melakukan penelitian, maka sebelum

melaksanakannya ia harus membuat rancangan penelitian. Sedangkan rancangan penelitian

13

secar tertulis yang bersifat formal dinamakan sebagai usulan penelitian. Berikut ini kami akan

memaparkan format pada usulan penelitian.

JudulVI. Pendahuluan :

6. Latar belakang7. Rumusan masalah8. Hipotesis9. Tujuan10. Manfaat

VII. Tinjauan PustakaKerangka konsep

VIII. Metodologi11. Desain12. Tempat dan waktu13. Populasi dan sampel14. Kriteria insklusi dan eksklusi15. Besar sampel16. Cara kerja17. Identifikasi variabel18. Rencana manajemen dan analisis data19. Definisi operasional20. Masalah etika

IX. Daftar PustakaX. Lampiran

3. Variabel dan Hubungan Antar Variabel

Hubungan Sebab-Akibat

Dalam diagnosis hubungan kausal, perlu diperhatikan dan ditelaah hal-hal berikut,

yang merupakan pengembangan dari postulat Koch oleh Sir Bradford Hill.

14

1. Hubungan waktu (temporal relationship)

Hubungan antar-vatiabel hanya mungkin merupakan hubungan sebab-akibat bila telah

diyakini bahwa sebab (variable independen) mendahului akibat (variable dependen). Dalam

konteks penelitian, maka variable bebas (risiko, penyebab, kausa, presiktor) harus

mendahului variabel tergantung (efek, penyakit, event, outcome). Hal ini dapat dipenuhi oleh

desain uji klinis, studi kohort, dan studi kasus-kontrol, dengan urutan kekuatan yang

menurun. Pada studi cross sectional, hubungan waktu tidak tergambar dalam desain, namun

dapat disimpulkan dengan teori atau logika.

2. Kuatnya asosiasi

Bukti adanya hubungan yang kuat antara dua variabel akan lebih menyokong

terdapatnya hubungan sebab akibat. Bila digunakan statistic, maka nilai p yang kecil lebih

kuat daripada nilai p yang besar. Bila yang dihitung adalah rasio, misalnya risiko relative,

rasio odds atau rasio prevalens, maka nilai rasio yang menjauhi angka 1 menunjukan

hubungan yang lebih kuat.

3. Hubungan yang bergantung dosis (dose dependent)

Bila besarnya asosiasi berubah dengan berubahnya dosis atau factor risiko, maka

asosiasi kausal menjadi lebih mungkin.

4. Konsistensi

Apabila terdapat hasil yang konsisten antara saty penelitian dengan penelitian lain,

atau pada subyek pada suatu penelitian, maka asosiasi sebab-akibat menjadi lebih mungkin.

5. Koherensi

Asosiasi disebut koheren apabila sesuai dengan gambaran umum distribusi factor

risiko serta efek pada populasi tertentu.

6. Biological plausibility

Agar dapat disebut hubungan kausal, hubungan antara variabel bebas dan tergantung

harus dapat diterangkan dengan teori yang ada.

15

7. Kesamaan dengan hasil penelitian lain

Bila hasil penelitian menyokong hal-hal yang ditemukan dalam penelitian lain maka

hubungan kausl menjadi lebih besar. Hal ini terutama bila desain yang digunakan tidak sama.

4. Populasi dan Teknik Sampling

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : sampling random

(probability sampling) dan  sampling nonrandom (nonprobability sampling). Sampling

random yaitu pengambilan sampel secara acak  yang dilakukan dengan cara undian,  atau

tabel bilangan acak/random atau dengan menggunakan kalkulator/komputer. Sedangkan 

sampling nonrandom  atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan

sampel tidak secara acak.

1. Teknik Sampling Random

Teknik sampling random terdiri atas tiga jenis, yaitu sampling random sederhana

(Simple Random Sampling), sampling bertingkat (Stratified Sampling), dan sampling

kluster/area (Cluster Sampling).

a. Sampling Random Sederhana

Digunakan jika populasi bersifat homogen. Dikatakan sederhana karena cara

pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu.

b. Teknik Sampling Bertingkat

Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis, berjenjang,

dan petala. Teknik ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-

kelompok yang bertingkat. Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya:

menurut usia, pendidikan, golongan pangkat, dan sebagainya. Teknik ini akan semakin baik

jika dilengkapi dengan penggunaan proporsional, sehingga setiap tingkat diwakili oleh

jumlah yang sebanding. Sampling bertingkat yang dilengkapi dengan proposional ini disebut

proportional stratified random sampling. Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota

sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan

16

usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya. Jika banyaknya ukuran dari masing-

masing tingkatan/kelompok tidak proporsional maka disebut dengan disproportional stratified

random sampling.

Contoh  Teknik sampling proporsional: misalnya populasi untuk A = 25, B = 60, C =

15. Jadi, jumlah anggota populasi = 100. Sedangkan besar anggota sampel = 80 sehingga

besar masing-masing sampel untuk A, B, dan C dapat dihitung  sebagai berikut:

untuk A: (25/100) x 80 = 20 orang, untuk B: (60/100) x 80 = 48 orang, dan untuk C :

(15/100) x 80 = 12 orang. Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.

Contoh Teknik sampling yang tidak proporsional: misalnya populasi untuk A = 3, B =

4, C = 33, D = 60. Jadi, jumlah anggota populasi = 100. Sedangkan besar anggota sampel

sebanyak 80 sehingga besar masing-masing sampel untuk A, B, C  dan D dapat dihitung 

sebagai berikut: untuk A dan B diambil semuanya sebagai sampel, sedangkan untuk C dan D

diambil secara proporsi dengan perhitungan sebagai berikut: Sehingga jumlah sampel

seluruhnya sebanyak 80 orang.

c.  Teknik Sampling Kluster

Teknik sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah, conditional

sampling/restricted sampling/area sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi tersebar

dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan seterusnya. Pada peta daerah

diberi petak-petak dan setiap petak diberi nomor. Nomor-nomor itu kemudian ditarik secara

acak untuk dijadikan anggota sampelnya.

Pada penggunaan teknik sampling kluster, biasanya digunakan dua tahapan, yaitu

tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap kedua menentukan orang/orang atau

objek yang dijadikan penelitian pada daerah yang terpilih yang dilakukan secara random.

Keuntungan menggunakan teknik ini ialah dapat mengambil populasi besar yang

tersebar diberbagai daerah dan pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan teknik

lainnya. Sedangkan kelemahannya ialah jumlah individu dalam setiap pilihan tidak sama,

karena itu teknik ini tidaklah sebaik teknik lainnya. Selain itu ada kemungkinan penduduk

satu daerah berpindah kedaerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk

tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel penelitian.

2. Teknik Sampling Nonrandom

Teknik sampling nonrandom terdiri atas lima macam yaitu: Teknik Sampling

Sistematis (Systematical Sampling), Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling),

17

Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling), Teknik Sampling Kuota (Quota

Sampling),  dan Teknik Bola Salju (Snowball  Sampling)

a. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling)

Teknik ini sebenarnya dapat termasuk kepada teknik random sampling sederhana

yang digunakan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu.

Misalnya setiap kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor, pengambilan

sampel hanya nomor genap atau yang ganjil saja, dll. Keuntungan teknik ini ialah lebih cepat

dan mudah. Sedangkan kelemahannya adalah kadang-kadang kurang mewakili populasinya.

b. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)

Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan

terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai dan dipandang orang yang

dijumpai tsb. cocok dijadikan sumber data. Misalnya kita ingin meneliti pendapat masyarakat

tentang kenaikan harga atau keluarga berencana, maka pertanyaan diajukan kepada mereka

yang kebetulan dijumpai dipasar atau ditempat-tempat lainnya. Keuntungan menggunakan

teknik ini ialah murah, cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya ialah kurang

representatif.

c. Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling)

Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan

tujuan penelitiannya. Sebagai contoh : untuk meneliti tentang disiplin siswa maka yang

dipilih adalah orang yang aahli dalam kesiswaan seperti kepala sekolah, PKS urusan

kesiswaan, ketua osos,  yang dijadikan anggota sampel. Keuntungan menggunakan teknik ini

ialah murah, cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan

kerugiannya ialah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum

(generalisasi).

d. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling)

Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan

jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, Jemaah haji yang berangkat

ke tanah suci sudah diberi jatah (kuota) oleh Persatuan Haji Indonesia (PHI) bekerjasama

dengan Pemerintah Arab Saudi, yaitu sebanyak 250.000 orang haji dari populasi 250.000.000

jiwa penduduk Indonesia. Artinya satu orang calon haji mewakili 1000 orang penduduk.

18

e. Teknik Bola Salju (Snowball  Sampling)

Teknik penentuan sampel bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel yang

diketahui hanya sedikit. Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel

lain dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah sampelnya makin

banyak. Seperti bola salju yang menggelinding makin lama bola salju tersebut makin besar.

5. Pertimbangan Etik dalam Penelitian

Terdapat dua syarat sebuah penelitian dikatakan etis. Syarat yang pertama, sbuah

penelitian dikatakan etis jika secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks

pembahasan kita, syarat ilmiah ini diterjemahkan menjadi konsisten, important, dan valid.

Jika kita dapat membuat proposal penelitian yang konsisten, important dan valid, maka kita

telah mempersiapkan penelitian yang etis. Dengan demikian, suatu proposal penelitian yang

pemilihan rumus besar sampelnya salah, selain tidak ilmiah dari segi konsistensi, juga tidak

etis; suatu proposal penelitian yang tidak merencanakan bagaimana pengukuran akan

dilakukan agar informasi yang diperolehnya valid, selain tidak ilmiah dari segi validitas, juga

tidak etis.

19

PENELITIAN YANG ETIS

Syarat yang kedua adalah syarat etis yang dipandang dari isu-isu etika. Ada tiga acuan utama

etika, yaitu prinsip keadilan, prinsip manfaat, dan prinsip menghormati orang lain. Harus

diusahakan semaksimal mungkin supaya penelitian yang akan dilakukan memenuhi ketiga

prin sip tersebut.

a. Bagian pada proposal yang berkaitan dengan etika

Semua bagian proposal penelitian sesungguhnya berkaitan dengan etika.Terdapat dua

komponen yang memberikan khusus tentang etika. Kedua komponen tersebut adalah pada isu

etika dan informed consent. Pada saat membuat proposal, kedua bagian ini harus dibuat

sedemikian rupa sehingga penelitian yang akan dilakukan memenuhi syarat etis.

Pada bagian isu etika sebuah proposal penelitian, peneliti perlu menyampaikan langkah-

langkah yang akan dilakukan supaya penelitian memenuhi syarat etis. Hal-hal yang bisa

disampaikan, antara lain:

1. Bagaimana data tersebut diperoleh;

2. Bagaimana menjaga kerahasiaan subyek penelitian;

3. Bagaimana data akan dipublikasikan;

20

ILMIAH ISU ETIKA

Proposal yang etis harus memenuhi syarat ilmiah:

Konsistensi, important, valid

Prinsip keadilan Prinsip manfaat Prinsip menghormati

orang lain

Sampaikan bagaimana langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan isu-isu etik Informed consent

Elemen utama Elemen dasar

4. Bagiamana izin penelitian akan diperoleh dari subyek penelitian;

5. Komisi etik mana yang akan melakukan penilaian kelayakan proposal penelitian.

Komponen yang kedua adalah pada formulir informed consent. Hampir semua aspek etika

penelitian tercermin dari formulir ini. Sebagiamana namanya, pada formulir tersebut terdapat

bagian informasi (penjelasan) kepada calon subyek penelitian serta bagian consent

(persetujuan) dari calon subyek. Supaya penelitian memenuhi syarat etis, maka peneliti harus

membuat formulir ini sebaik mungkin.

b. Informed consent

Informed Consent yang baik, mempunyai beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Aspek Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam formulir informed consent adalah bahasa untuk orang

awam.

2. Aspek Kelengkapan Dokumen

Pada footer dan header formulir, harus ada informasi mengenai judul penelitian atau

nomor protokol penelitian, versi, tanggal informed consent dibuat, informed consent dewasa

atau anak, tempat penelitian, dan nomor subyek penelitian. Kelengkapan dokumen ini harus

ada pada setiap halaman lembar informed consent. Contoh kelengkapan dokumen adalah

sebagai berikut:

Protokol nomor001/ versi 1/31 Mei 2008/dewasa/RS Ayah Bunda.

3. Aspek Kelengkapan Informasi

Informasi yang diberikan kepada calon subyek harus lengkap. Informasi tersebut

diklasifikasikan menjadi dua elemen, yaitu elemen dasar dan elemen tambahan. Yang

termasuk kedalam elemen dasar adalah:

a. Penjelasan bahwa kegiatan adalah sebuah penelitian

b. Tujuan penelitian dan mengapa calon subyek diminta untuk ikut serta

c. Prosedur penelitian

21

d. Resiko potensial dan rasa tidak enak yang akan dialami calon subyek

e. Manfaat langsung bagi subyek

f. Prosedur alternatif

g. Penjagaan kerahasiaan data

h. Kompensasi bila terjadi kecelakaan dalam penelitian

i. Partisipasi adalah sukarela

j. Nama dan alamat peneliti yang harus dihubungi bila terjadi kecelakaan

atau bila subyek bertanya.

Bagian informed conent yang termasuk kedalam elemen tambahan adalah sebagai berikut:

a. Perkiraan jumlah subyek yang akan diikutsertakan

b. Kemungkinan mendapat timbul resiko yang belum diketahui pada saat

ini

c. Subyek dapat dikeluarkan dari penelitian

d. Bahaya potensial (bila ada) bagi subyek yang mengundurkan diri

sebelum penelitian selesai

e. Kemungkinan timbulnya biaya bagi perusahaan asuransi kesehatan

akibat keikutsertaan calon subyek dalam penelitian

f. Intensif bagi subyek (bila ada)

4. Aspek Kelengkapan Persetujuan

Pada bagian persetujuan, harus ada informasi mengenai nama subyek, usia, tandatangan,

dan tanggal penandatanganan yang harus ditulis oleh subyek sendiri. Pada bagian

persetujuan, juga harus ada nama peneliti, tandatangan, dan tanggal penandatanganan yang

harus diisi sendiri oleh peneliti. Bila diperlukan, peneliti harus membuat beberapa formulir

persetujuan, misalnya formulir persetujuan untuk subjek dewasa yang sadar akan tetapi tidak

mampu untuk membubuhkan tandatangan, formulir persetujuan dewasa yang tidak sadar,

formulir persetujuan anak, dan lain-lain.

c. Penelitian dari Catatan Medis

Dalam penelitian terhadap catatan medis, biasanya tidak praktis untuk memperoleh informed

consent dari setiap pasien yang diidentifikasi. Peneliti dapat mengajukan permohonan kepada

22

komisi etik utnuk melakukan penelitian tanpa persetujuan pasien terlebih dahulu. Pada

proposal penelitian, peneliti harus menuliskan alasan mengapa persetujuan tidak diperlukan.

Selain itu, peniliti juga harus menuliskan rencana yang akan dilakukan supaya penelitian

memenuhi syarat etis.

Beberapa hal yang dapat dituliskan oleh peneliti pada bagian isu etika adalah sebagai berikut:

1. Peneliti hanya akan menggunakan data dari catatan medis saja.

2. Tidak ada pemeriksaan tambahan atau kontak langsung dengan pasien.

3. Identitas pasien akan dirahasiakan.

4. Sebelum data diambil, petugas rekam medis akan menutup nama serta identitas pasien

lainnya yang memungkinkan pihak lain melakukan pelacakan pasien.

5. Bila peneliti menugaskan staffnya utnuk mengambil data, peneliti harus menjamin bahwa

staff tersebut mengerti tentang etika penelitian terutama kerahasiaan.

Akhirnya, komisi etik-lah yang akan mempertimbangkan apakah penelitian dapat dijalankan

atau tidak tanpa adanya persetujuan dari pasien.

6. Pandangan Islam

Sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani :”Dari Abu Hurairah : jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan Islam di atas prinsip kebersihan. Dan tidak akan masuk syurga, kecuali orang-orang yang bersih” . (HR. Thabrani).Dari Hadits di atas memberikan pengertian bahwa manusia tidak boleh kikir untuk membiayai diri dan lingkungan secara wajar untuk menjaga kebersihan agar kesehatan diri dan keluarga/masyarakat kita terpelihara.Demikian pula, mengusahakan penghijauan di sekitar tempat tinggal dengan menanamkan pepohonan yang bermanfaat untuk kepentingan ekonomi dan kesehatan, disamping juga dapat memelihara peredaran suara yang kita hisap agar selalu bersih, bebas dari pencemaran.Dalam sebuah Hadits disebutkan :”Tiga hal yang menjernihkan pandangan, yaitu menyaksikan pandangan pada yang hijau lagi asri, dan pada air yang mengalir serta pada wajah yang rupawan (HR. Ahmad) Nabi pernah bersabda :”Hati-hatilah terhadap dua macam kutukan; sahabat yang mendengar bertanya : Apakah dua hal itu ya Rasulullah ? Nabi menjawab : yaitu  orang yang membuang hajat ditengah jalan atau di tempat orang yang berteduh”Dari keterangan di atas, jelaslah aturan-aturan agama Islam yang menganjurkan untuk menjaga kebersihan dan lingkungan. Semua larangan tersebut dimaksudkan untuk mencegah agar tidak mencelakakan orang lain, sehingga terhindar dari musibah yang menimpahnya.

23

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Sopiyudin.2008. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan. Cetakan I. Jakarta: CV.Sagung Seto.

24

Riduan, dan Akdon. 2006. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Sastroasmoro, Sudigdo. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4.

Jakarta: Sagung Seto.

Fhalila, Erlyna Lulaa. 2011. Cross-sectional-Case-control-dan-Cohort. 2010.

( Http://www.erlynafkmundip.blogspot.com , Diakses 22 Desember 2011) .

25