daftar isi
DESCRIPTION
daftar isi bukuTRANSCRIPT
Teknologi Pemesinan
Oleh : B. Sentot Wijanarka
i
Kata Pengantar
Teknologi pengerjaan logam pada saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Proses pemesinan sebagai salah satu proses pengerjaan logam telah mengalami kemajuan sejak pertama kali ditemukan. Proses pemesinan yang sekarang telah menggabungkan mesin perkakas dengan komputer (CNC) membuat proses produksi menjadi sangat efisien. Walaupun demikian sebagai dasar pengetahuan untuk proses pemesinan tersebut masih menggunakan konsep-konsep lama, misalnya kecepatan potong, gerak makan dan kedalaman potong. Untuk itu buku ini disusun untuk mahasiswa atau kalangan praktisi pemesinan memahami konsep dasar proses pemesinan sampai dengan perencanaan proses pemesinan dengan dilengkapi banyak gambar dan tabel data. Sebagian besar gambar dan tabel dalam buku ini diambil dari Cutting Tool Applications karangan George Schneider (2006) dan Fundamentals of Machine Tools (Department of The Army USA, 1996). Selain itu beberapa data dan gambar diambil dari Katalog produk PT.Kawan Lama, dan PT Mitutoyo, Seco Carboloy, dan IMTS 2006. Data-data terbaru diambil dari www.toolingandproduction.com, dan Katalog electronic Sandvik
Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan, karena beberapa data pemesinan yang diacu mungkin tidak sesuai dengan kondisi di bengkel. Penulis berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan buku ini di masa yang akan datang.
Semoga buku ini bermanfaat. Selamat membaca dan mempelajari.
Yogyakarta, September 2006Penulis
ii
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar iiDaftar Isi iiiDaftar Gambar ivDaftar Tabel xiiiDaftar Lampiran xvBAB 1. PENDAHULUAN 1
A. Sejarah singkat mesin perkakas 2B. Proses Pemesinan 3C. Klasifikasi Proses Pemesinan 3D. Alat Ukur 5E. Pembentukan Beram ( Chips Formation) pada
Proses Pemesinan11
F. Sistem Satuan 14BAB 2. PROSES BUBUT (TURNING) 17
A. Parameter yang dapat diatur pada mesin bubut 20B. Geometri Pahat Bubut 23C. Perencanaan dan perhitungan proses bubut 27
1. Material pahat 282. Pemilihan mesin 323. Penentuan langkah kerja 354. Perencanaan proses membubut lurus 385. Perencanaan proses membubut tirus 476. Perencanaan proses membubut ulir 517. Perencanaan proses membubut alur 628. Perencanaan proses
membubut/membuat kartel65
BAB 3. PROSES FRAIS (MILLING) 68A. Klasifikasi proses frais 70B. Metode proses frais 71C. Jenis mesin frais 73D. Parameter yang dapat diatur pada mesin frais 76E. Geometri pahat frais 77F. Peralatan dan asesoris untuk memegang pahat
frais80
iii
G. Alat pencekam dan pemegang benda kerja pada mesin frais
83
H. Elemen dasar proses frais 86I. Pengerjaan benda kerja dengan mesin frais 89
BAB 4. PROSES GURDI (DRILLING) 97A. Mesin Gurdi (Drilling Machine) 99B. Geometri mata bor (Twist drill) 101C. Pencekaman mata bor dan benda kerja 106D. Elemen dasar proses gurdi 110E. Perencanaan proses gurdi 113
BAB 5. PROSES SEKRAP (SHAPING) 117A. Mesin Sekrap 119B. Elemen dasar proses sekrap 122
BAB 6. CAIRAN PENDINGIN UNTUK PROSES PEMESINAN
125
A. Cara pemberian cairan pendingin pada proses pemesinan
127
B. Pengaruh cairan pendingin pada proses pemesinan
129
C. Kriteria pemilihan cairan pendingin 131D. Perawatan dan pembuangan cairan pendingin 133
BAB 7. OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PROSES BUBUT
135
A. Langkah 1 : Pemilihan geometri (bentuk) pahat 136B. Langkah 2 : Penentuan radius ujung pahat (rε)
dan gerak makan (f)141
C. Langkah 3 : Penentuan grade pahat dan kecepatan potong
144
D. Langkah 4 : Penyesuaian kecepatan potong sebagai kompensasi dari perbedaan kekerasan bahan benda kerja
147
E. Langkah 5 : Penyesuaian kecepatan potong sebagai kompensasi untuk memperpanjang umur pahat
148
LAMPIRAN 149
iv
Daftar Gambar
HalamanGambar 1.1. Beberapa proses pemesinan : Bubut
(Lathe), Frais (Milling), Sekrap (Planer, Shaper), Gurdi (Drilling), Gerinda (Grinding), Bor (Boring), Pelubang (Punch Press), Gerinda permukaan (Surface Grinding)
4
Gambar 1.2. Sensor jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur berbagai posisi
5
Gambar 1.3.Jangka sorong dengan penunjuk pembacaan nonius, jam ukur, dan digital
6
Gambar 1.4. Cara membaca skala jangka sorong 7Gambar 1.5. Mikrometer luar, dan mikrometer
dalam7
Gambar 1.6. Cara membaca skala mikrometer 8Gambar 1.7. Berbagai macam pengukuran yang
bisa dilakukan dengan mikrometer : pengukuran jarak celah, tebal, diameter dalam, dan diameter luar
9
Gambar 1.8. Jam ukur (Dial Indicator) 10Gambar 1.9. Pengecekan sumbu mesin bubut
dengan bantuan jam ukur10
Gambar 1.10. Jenis-jenis bentuk beram pada proses pemesinan
Gambar 1.11 . Beberapa bentuk beram hasil proses pemesinan : beram lurus (staright), beram tidak teratur (snarling), helik tak terhingga ( infinite helix), melingkar penuh ( full turns), setengan melingkar (half turns), kecil (tight)
12
12
Gambar 1.12. Gambar dua dimensi terbentuknya beram (chips)
13
Gambar 1.13. Gambar skematis terbentuknya beram yang dianalogikan dengan pergeseran setumpuk kartu
14
Gambar 2.1. Proses bubut rata, bubut permukaan, dan bubut tirus
18
v
Gambar 2.2. Gambar skematis Mesin Bubut dan nama bagian-bagiannya
19
Gambar 2.3 Panjang permukaan benda kerja yang dilalui pahat setiap putaran
20
Gambar 2.4. Gerak makan (f) dan kedalaman potong (a)
20
Gambar 2.5. Proses pemesinan yang dapat dilakukan pada mesin bubut : (a) pembubutan pinggul (chamfering), (b) pembubutan alur (parting-off), (c) pembubutan ulir (threading), (d) pembubutan lubang (boring), (e) pembuatan lubang (drilling), (f) pembuatan kartel (knurling)
21
Gambar 2.6. Geometri pahat bubut HSS (Pahat diasah dengan mesin gerinda pahat).
23
Gambar 2.7. Geometri pahat bubut sisipan (insert) 24Gambar 2.8. Pahat tangan kanan dan pahat tangan
kiri24
Gambar 2.9. Pemegang pahat HSS : (a) pahat alur, (b) pahat dalam, (c) pahat rata kanan, (d) pahat rata kiri, (e) pahat ulir
25
Gambar 2.10. Pahat bubut sisipan (inserts), dan pahat sisipan yang dipasang pada pemegang pahat (tool holders)
25
Gambar 2.11. Standar ISO untuk pahat sisipan 26Gambar 2.12. Gambar skematis proses bubut 27Gambar 2.13. (a) Kekerasan dari beberapa macam
material pahat sebagi fungsi dari temperatur, (b) jangkauan sifat material pahat
29
Gambar 2.14. Benda kerja dipasang diantara dua senter
33
Gambar 2.15. Alat pencekam/pemegang benda kerja proses bubut
34
Gambar 2.16. Benda kerja yang relatif panjang dipegang oleh cekam rahang tiga dan didukung oleh senter putar
35
Gambar 2.17. Beberapa contoh proses bubut 36
vi
dengan cara pencekam-an/pemegangan benda kerja yang berbeda-beda
Gambar 2.18. Cara pemasangan pahat bubut : 1) Posisi ujung pahat pada sumbu benda kerja, 2) panjang pahat diusahakan sependek mungkin
37
Gambar 2.19. Tempat pahat (tool post) : (a) untuk pahat tunggal, (b) untuk empat pahat
38
Gambar 2.20. Gambar benda kerja yang akan dibuat
39
Gambar 2.21. Gambar rencana pencekaman, penya-yatan, dan lintasan pahat
41
Gambar 2.22. Gambar rencana gerakan dan lintasan pahat
42
Gambar 2.23. Gambar rencana pencekaman, penya-yatan, dan lintasan pahat
44
Gambar 2.24. Proses membubut tirus luar dan tirus dalam dengan memiringkan eretan atas, gerakan penyayatan ditunjukkan oleh anak panah
48
Gambar 2.25. Proses membubut tirus luar dengan bantuan alat bantu tirus ( Taper attachment)
48
Gambar 2.26. Bagian kepala lepas yang bisa digeser, dan pembubutan tirus dengan kepala lepas yang digeser
49
Gambar 2.27. Gambar benda kerja tirus dan notasi yang digunakan
50
Gambar 2.28. Nama- nama bagian ulir 51Gambar 2.29. Ulir segi empat 54Gambar 2.30. Pahat ulir metris dan mal ulir untuk
ulir luar dan ulir dalam54
Gambar 2.31. Proses pembuatan ulir luar dengan pahat sisipan
55
Gambar 2.32. Setting pahat bubut untuk proses pembuatan ulir luar
55
Gambar 2.33. Eretan atas diatur menyudut terhadap sumbu tegak lurus benda kerja dan arah pemakanan pahat bubut
57
vii
Gambar 2.34. Pengecekan kisar ulir dengan kaliber ulir
58
Gambar 2.35. Ulir tunggal, ulir ganda dua dan ulir ganda tiga
59
Gambar 2.36. Beberapa jenis bentuk profil ulir 60Gambar 2.37. Alur untuk : (a) pasangan poros dan
lubang, (b) pergerakan baut agar penuh, (c) jarak bebas proses penggerindaan poros
62
Gambar 2.38. Bentuk alur kotak, melingkar, dan V 63
Gambar 2.39. Alur bisa dibuat pada bidang memanjang atau melintang
63
Gambar 2.40. Proses pemotongan benda kerja (parting)
64
Gambar 2.41. Proses pembuatan kartel bentuk lurus dan berlian dan alat pahat kartel
65
Gambar 2.42. Bentuk dan kisar injakan kartel 66Gambar 2.43. Benda kerja dibuat menyudut pada
ujungnya agar tekanan pada pahat kartel menjadi kecil dan penyayatannya lembut.
66
Gambar 2.44. (a) Injakan kartel yang benar, (b) injakan kartel ganda (salah), (c) cinrin yang ada pada benda kerja karena berhentinya gerakan pahat kartel sementara benda kerja tetap berputar.
67
Gambar 3.1. Gambar skematik dari gerakan-gerakan dan komponen-komponen dari (a) mesin frais vertikal tipe column and knee dan (b) mesin frais horisontal tipe column and knee
69
Gambar 3.2. Mesin frais turret vertikal horisontal 70Gambar 3.3. Tiga Klasifikasi proses frais : (a) frais
periperal/ slab milling, (b) frais muka/ face milling, (c) frais jari /end milling
70
Gambar 3.4. (a) frais naik (up milling) dan (b) frais turun (down milling)
71
Gambar 3.5. Pahat frais identik dengan beberapa pahat bubut
72
Gambar 3.6. Berbagai jenis bentuk pahat frais 73
viii
untuk mesin frais horisontal dan vertikalGambar 3.7. Mesin frais tipe Column and knee 74Gambar 3.8. Mesin frais tipe tipe bed 74Gambar 3.9.Mesin frais tipe khusus (special
purposes). Mesin frais dengan dua buah spindel
75
Gambar 3.10. Mesin frais CNC tipe bed (Bed type CNC miling machine)
75
Gambar 3.11. Gambar jalur pahat dari pahat frais menunjukkan perbedaan antara gerak makan per gigi (ft) dan gerak makan per putaran (fr).
77
Gambar 3.12. Bentuk dan nama-nama bagian pahat frais rata
78
Gambar 3.13. Geometri pahat frais selubung HSS 78Gambar 3.14. Standar ISO pahat sisipan untuk
frais (milling)79
Gambar 3.15. Pahat frais bentuk sisipan dipasang pada tempat pahat yang sesuai
80
Gambar 3.16. Gambar skematik arbor mesin frais horisontal
80
Gambar 3.17. (a) Kolet yang memiliki variasi ukuran diameter, (b) Beberapa pemegang pahat dengan kolet dan alat pemasangnya.
81
Gambar 3.18. (a) Pemegang pahat frais ujung (end mill) , (b) pemegang pahat shell end mill
82
Gambar 3.19. Kepala bor (offset boring head) 82Gambar 3.20. (a) Ragum sederhana (plain vise),
(b) Ragum universal yang biasa digunakan pada ruang alat
83
Gambar 3.21. Kepala pembagi (Dividing Head) untu membuat segi banyak, roda gigi, atau helik
84
Gambar 3.22. Meja yang dapat diatur sudutnya dalam beberapa arah, digunakan untuk alat bantu pengerjaan benda kerja yang memiliki sudut lebih dari satu arah
84
Gambar 3.23. (a) Meja putar (Rotary Table) yang bisa digunakan untuk mesin frais vertikal
85
ix
maupun horisontal, (b) Meja putar yang dapat diatur sudutnya.
Gambar 3.24. Berbagai bentuk kelem untuk memegang benda kerja pada meja mesin frais
86
Gambar 3.25. Gambar skematis proses frais vertikal dan frais horisontal
87
Gambar 3.26. Proses frais rata (surface/slab milling)
89
Gambar 3.27. Cara pencekaman benda kerja , bagian kiri pencekaman yang salah (incorrect) dan bagian kanan pencekaman yang benar (correct)
90
Gambar 3.28. Beberapa variasi proses frais yang dilakukan pada mesin frais
92
Gambar 3.29. Proses frais roda gigi dengan mesin frais horisontal
94
Gambar 3.30. Kepala pembagi dan pengoperasiannya
95
Gambar 4.1. Proses gurdi (drilling) 98Gambar 4.2. Gambar skematik : (a) Mesin Gurdi
Vertikal (Vertical drill press) dan Mesin Gurdi Turret CNC
99
Gambar 4.3. (a) Mesin Gurdi Radial (Radial drilling machine), (b) Mesin Gurdi Bangku, dan (c) Mesin Gurdi dan tap CNC (Drilling and Tapping CNC Machine)
100
Gambar 4.4. Proses pembuatan lubang dengan mesin gurdi bisa dilakukan satu per satu atau dilakukan untuk banyak lubang sekaligus
101
Gambar 4.5. Nama-nama bagian mata bor dengan sarung tirusnya
102
Gambar 4.6. Mata bor khusus untuk pengerjaan tertentu
102
Gambar 4.7. Bor senter (center drill) 105Gambar 4.8. Proses kelanjutan setelah dibuat
lubang dengan mata bor : (a) reaming, (b) tapping, (c) counterboring, (d)
106
x
countersinkingGambar 4.9. Cekam mata bor rahang tiga dengan
kapasitas maksimal mata bor 13 mm107
Gambar 4.10. Cekam bor terpasang pada batang tirus, sarung tirus (drill sleeve), dan sambungan sarung tirus (drill socket), dan mata bor yang dipasang pada dudukan pahat gurdi
107
Gambar 4.11. Ragum meja (Table vise), Ragum putar (Swivel vise), dan Ragum sudut (Angle vise) untuk mencekam benda kerja pada mesin gurdi
108
Gambar 4.12. Pemasangan benda kerja sebaiknya tidak terlalu tinggi, dan didukung oleh dua buah parallel
109
Gambar 4.13. Alat bantu pencekaman benda kerja pada meja mesin gurdi : pelat siku ( Angle Plate), Blok dan kelem (V-Block and Clamp), Kelem V (V-Clamp), Kelem C (C-Clamp), Blok bertingkat (Step-Block), Kelem ekor melengkung (Bent-tail Machine Clamp), Kelem jari (Finger Machine Clamp), dan Kelem pengikat (Machine Strap Clamp)
109
Gambar 4.14. Cara pengikatan benda kerja di meja mesin gurdi dengan bantuan kelem dan baut T
110
Gambar 4.15. Gambar Skematis proses gurdi/ drilling
111
Gambar 4.16. (a) Mata bor dengan sudut sisi potong sama tetapi panjangnya berbeda, dan (b) mata bor dengan sudut sisi potong dan panjang sisi potong tidak sama
113
Gambar 4.17. (a) Mata bor dengan sudut sisi potong sama tetapi panjangnya berbeda, dan (b) mata bor dengan sudut sisi potong dan panjang sisi potong tidak sama
114
Gambar 5.1. Penyayatan yang biasa dilakukan 118
xi
pada proses sekrapGambar 5.2. Mesin sekrap horisontal (Shaper) 119Gambar 5.3. Mesin sekrap vertikal ( Slotter) 120Gambar 5. 4. Gambar skematik mesin sekrap meja
(planner) dua kolom120
Gambar 5.5. (a) Mekanisme mekanik (crank mechanism) , (b) mekanisme hidrolik
121
Gambar 5.6. Proses sekrap 122Gambar 6.1. Pemberian cairan pendingin dengan
cara dibanjiri cairan pendingin pada benda kerja
127
Gambar 6.2. Cara pendinginan dengan cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan pada proses pembuatan lubang
128
Gambar 6.3. Pemberian cairan pendingin dengan cara mengabutkan cairan pendingin
129
Gambar 6.4. Beram hasil pemotongan tersingkir karena ada aliran cairan pendingin sehingga memudahkan dalam penanganan/ pembersihannya.
130
Gambar 6.5. Peralatan centrifuging untuk cairan pendingin
133
Gambar 7.1. Geometri pahat bubut menurut Sandvik
137
Gambar 7.2. Pahat bubut sedang memotong benda kerja, penentuan panjang sisi potong efektif berdasarkan kedalaman potong dan sudut masuk
140
Gambar 7.3. Pemotongan bertingkat dengan sudut 90o (shoulder)
141
Gambar 7.4. Jejak pahat pada benda kerja yang dibubut dengan pahat yang memiliki radius ujung rε dan gerak makan f
143
Gambar 7.5. Harga Rmax teoritis untuk kombinasi gerak makan dan radius ujung tertentu
143
xii
Daftar Tabel
HalamanTabel 1.1. Faktor konversi satuan imperial menjadi
metris15
Tabel 2.1. Jenis Pahat HSS30
Tabel 2.2. Contoh penggolongan pahat jenis karbida dan penggunaannya
31
Tabel 2.3. Penentuan jenis pahat, geometri pahat, v, dan f ( EMCO)
39
Tabel 2.4. Hasil perhitungan elemen dasar pemesinan Bagian I
43
Tabel 2.5. Hasil perhitungan eleman dasar pemesinan Bagian II
44
Tabel 2.6. Dimensi ulir Metris 52
Tabel 2.7. Dimensi ulir Whitworth53
Tabel 2.8. Kecepatan potong proses bubut rata dan proses bubut ulir untuk pahat HSS
56
Tabel 3.1. Kecepatan potong untuk proses frais untuk pasangan benda kerja dan pahat HSS
91
Tabel 3.2. Tebal beram per gigi untuk beberapa tipe pahat frais dan benda kerja yang dikerjakan (satuan dalam inchi)
91
Tabel 3.3. Urutan nomer pahat frais gigi involute 96
Tabel 4.1. Data material, Kecepatan potong, Sudut mata bor HSS, dan cairan pendingin proses gurdi
102
xiii
Tabel 4.2. Putaran mata bor dan gerak makan pada beberapa jenis bahan untuk berbagai diameter mata bor HSS
112
Tabel 4.3. Kisar ulir dan ukuran diameter mata bor 115
Tabel 6.1. Cairan pendingin yang direkomendasikan untuk beberapa material benda kerja.
132
Tabel 7.1. Panjang sisi potong minimum yang diperlukan
140
Tabel 7.2. Petunjuk untuk gerak makan maksimum 141Tabel 7.3. Konversi harga kekasaran permukaan 144Tabel 7.4. Contoh sebagian data pemesinan dari
katalog pahat Sandvik untuk grade P,M, dan K (Katalog lengkap dapat dilihat pada buku katalog pahat Sandvik)
145
Tabel 7.5. Contoh data pemesinan dari katalog pahat Sandvik untuk Grade N,S, dan H (Katalog lengkap dapat dilihat pada buku katalog pahat Sandvik)
146
Tabel 7.6 Tabel konversi untuk beberapa skala kekerasan
147
Tabel 7.7. Faktor koreksi kecepatan potong untuk kekerasan yang berbeda
148
Tabel 7.8. Faktor koreksi umur pahat 148
xiv
Daftar Lampiran
HalamanLampiran 1. Standar ISO untuk pengkodean
pemegang pahat sisipan150
Lampiran 2. Beberapa macam Mesin Bubut konvensional dan CNC
152
Lampiran 3. Beberapa macam Mesin Frais konvensional dan CNC
156
Lampiran 4. Beberapa macam Mesin Gurdi (Drilling) konvensional dan CNC
159
xv