isi skripsi

41
.BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit karies, atau gigi berlubang merupakan penyakit infeksi yang umum di dunia dan ditemukan pada 95% jumlah penduduk dunia. Karies merupakan penyakit kronis yang umum pada anak-anak sedunia, sedangkan penyakit jaringan penyangga gigi terdapat pada 75-90% dari populasi di dunia. Tindakan ekstraksi (pencabutan gigi) adalah tahap akhir jika gigi tersebut sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Pembuangan jaringan gigi pada saat preparasi dilakukan seminimal mungkin. Restorasi atau bahan tumpatan yang diberikan setelah gigi selesai dipreparasi harus menjamin pencegahan atau eliminasi penyakit. Sejak era tahun 1890-an, konsep preparasi kavitas (pengambilan bagian gigi yang berlubang dengan bur gigi) yang dikembangkan oleh GV. Black mulai digunakan luas di 1

Upload: lelia-zahra-zakiyah

Post on 24-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Skripsi

.BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Penyakit karies, atau gigi berlubang merupakan penyakit infeksi yang umum

di dunia dan ditemukan pada 95% jumlah penduduk dunia. Karies merupakan

penyakit kronis yang umum pada anak-anak sedunia, sedangkan penyakit jaringan

penyangga gigi terdapat pada 75-90% dari populasi di dunia.

Tindakan ekstraksi (pencabutan gigi) adalah tahap akhir jika gigi tersebut

sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Pembuangan jaringan gigi pada saat preparasi

dilakukan seminimal mungkin. Restorasi atau bahan tumpatan yang diberikan setelah

gigi selesai dipreparasi harus menjamin pencegahan atau eliminasi penyakit.

Sejak era tahun 1890-an, konsep preparasi kavitas (pengambilan bagian gigi

yang berlubang dengan bur gigi) yang dikembangkan oleh GV. Black mulai

digunakan luas di dunia kedokteran gigi. Konsepnya yang terkenal dengan prinsip

“extention for prevention” yakni membuat kavitas yang besar untuk bahan tumpat

amalgam, sangat sesuai dengan pemahaman untuk mencegah terjadinya karies

sekunder. Namun fakta yang muncul pasca perawatan, struktur dan jaringan gigi

yang tersisa menjadi rapuh dan tidak kuat menahan beban akibat proses pengunyahan

dan ikatan bahan tumpatan gigi dengan struktur gigi. Hal ini berdampak pada resiko

fraktur gigi menjadi lebih besar. Oleh karena itu sudah saatnya kita berpikir untuk

melakukan pendekatan yang berbeda dalam mengatasi hal ini.

1

Page 2: Isi Skripsi

Intervensi minimal merupakan filosofi dari penanganan karies secara

profesional. Intervensi minimal memberikan perhatian utama pada gejala awal,

deteksi dini dan perawatan dini pada tingkat mikro (tahap yang paling kecil), diikuti

dengan invasi yang paling minimal dan “patient friendly” sebagai pilihan untuk

memperbaiki kerusakan ireversibel yang disebabkan oleh penyakit. Intervensi

minimal bertujuan memberdayakan pasien untuk berperan aktif dan bertanggung

jawab terhadap penyakitnya sendiri, sehingga hanya memerlukan intervensi minimal

dari dokter gigi.

Intervensi minimal pada akhirnya mempunyai keuntungan diantaranya biaya

lebih murah dan trauma yang kecil pada pasien. Alasan perawatan didasarkan pada

penyebab awal penyakit-penyakit mulut itu sendiri. Konsep ini merupakan

pendekatan biologik, bukan mekanis.

Perawatan gigi dan mulut secara maksimal, khususnya pada masa balita dan

anak-anak, akan menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada usia selanjutnya.

Hal ini tidak lepas dari peranan orang tua yang memiliki pengetahuan dan kesadaran

akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut akan sering

dialami oleh balita dan anak-anak bila perawatannya tidak dilakukan dengan baik.

2

Page 3: Isi Skripsi

I.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah

1. Karies merupakan penyakit kronis yang umum pada anak-anak.

2. Prinsip “extention for prevention” dalam perawatan konservasif berdampak

pada resiko terjadinya fraktur pada gigi.

3. Penyakit gigi dan mulut akan sering terjadi pada anak-anak bila perawatannya

tidak dilakukan dengan baik. Selain berdampak pada ketidaknyamanan,

penyakit gigi dan mulut membutuh biaya yang relatif mahal.

4. Minimnya pengetahuan dan kesadaran para orang tua akan tindakan

pencegahan karies pada anak.

5. Menelusuri konsep perawatan karies yang lebih baik khususnya dalam

perawatan gigi anak.

I.3. Maksud dan Tujuan

Adapun Maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah

1. Memahami konsep Intervensi Minimal dalam Kedokteran Gigi Anak sebagai

konsep modern dalam manajemen karies pada anak.

2. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar kesarjanaan (S1) Program Studi

Pendidikan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas

Hasanuddin.

3. Sebagai bahan acuan bagi para klinisi kedokteran gigi dalam mengupayakan

pencegahan dan perawatan karies pada anak secara profesional.

3

Page 4: Isi Skripsi

I.4. Metodologi Penulisan

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara studi literatur, baik melalui buku-

buku referensi maupun bahan-bahan berbentuk jurnal yang diperoleh dari

perpustakaan dan internet.

I.5. Sistematik Penulisan

Adapun sistematika dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab 1. Pendahuluan.

Bab 2. Karies Gigi Anak.

Bab 3. Intervensi Minimal dalam Manajemen Karies pada Anak.

Bab 4. Penutup.

I.6. Manfaat Penulisan

Penulisan berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan acuan bagi para

praktisi kedokteran gigi dalam menerapkan konsep perawatan karies secara modern

yang hanya memerlukan intervensi minimal dari dokter gigi, terutama dalam

perawatan gigi anak.

4

Page 5: Isi Skripsi

BAB II

KARIES PADA ANAK

Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang bersifat kronis progresif yang

dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan

antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mokrobial

dari substrat (medium bagi bakteri). Dekalsifikasi disebabkan oleh asam yang

dihasilkan dari reaksi antara bakteri asidogenik dengan gula (karbohidrat). Bakteri

asidogenik misalnya laktobasilus, asidurik streptokoki, streptokokus mutans.1

Proses terjadinya karies dipengaruhi oleh 4 faktor penyebab utama yang

terjadi dalam waktu bersamaan, faktor tersebut adalah

1. Kuman, terdapat pada gigi. Secara normal kuman ada dan diperlukan di

rongga mulut, tetapi apabila terdapat sisa makanan yang melekat terus di gigi

dapat menjadi penyebab terjadinya lubang gigi.

2. Sisa makanan, terutama golongan karbohidrat seperti gula, roti, atau makanan

sejenis lemak lainnya yang lengket pada gigi. Sisa makanan yang melekat

terus pada gigi dapat diubah oleh kuman menjadi asam yang melarutkan email

gigi sehingga terjadi lubang gigi.

3. Gigi, dengan bentuk anatomi yang berlekuk kadang-kadang sulit untuk

dibersihkan secara sempurna dan dapat mempercepat proses lubang gigi.

4. Waktu, dari ketiga faktor di atas memerlukan proses dalam beberapa waktu

yang bersamaan.1

5

Page 6: Isi Skripsi

Ke empat faktor ini harus ada, bila salah satu faktor tidak ada maka karies tidak

terbentuk. Ini disebabkan keempat faktor ini merupakan lingkaran yang saling terkait,

dengan karies ditengahnya.2

Gambar 1. Etiologi karies

Faktor-faktor yang turut mengambil bagian dalam pembentukan karies :

1. Kurangnya perhatian terhadap kebersihan mulut dapat mempermudah

perkembangan karies.

2. Susunan makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan jarang memakan

makanan yang berserat yang dapat membersihkan gigi.2

Predisposisi

1. Konfigurasi anatomis yaitu pit, fisur yang dalam.

2. Bentuk anatomis gigi yang mempunyai sifat self cleansing yaitu embrasur dan

sepertiga servikal.

6

Page 7: Isi Skripsi

3. Posisi gigi pada lengkung gigi, hubungannya terhadap kelenjar ludah, mudah

tidaknya dibersihkan dengan sikat gigi

4. Kebiasaan mengunyah yang salah. Sisi yang tidak berfungsi akan cepat

mengendapkan sisa-sisa makanan.

5. Gigi yang terhambat pertumbuhannya, misal impacted.1,3

Bentuk anatomis gigi sulung dan letaknya pada lengkung gigi menentukan

kerentanannya terhadap serangan karies. Gigi molar jauh lebih rentan terhadap karies

dibandingkan gigi lain. Hasil penelitian menunjukkan gigi molar satu tetap

merupakan gigi yang mudah terserang karies dengan presentase 66 – 88 % diantara

semua gigi pada anak-anak.4

Urutan gigi sulung yang mudah terserang karies :

1. Incisivus atas,

2. Incisivus bawah,

3. Caninus atas,

4. Molar atas,

5. Caninus bawah

6. Incisivus bawah.4

Gigi insisivus atas sulung mudah terkena karies, karena enamel di permukaan

lebih tipis dan kurang padat dibandingkan permukaan oklusal gigi molar sulung.

7

Page 8: Isi Skripsi

Disamping itu gigi insisivus erupsi paling awal sehingga paling lama berkontak

dengan ASI (Air Susu Ibu) atau PASI (Pengganti ASI). Gigi depan bawah (sulung

atau tetap) biasanya imun terhadap karies, karena adanya muara saliva sehingga self

cleansing lebih baik. Keadaan gigi akan disebut parah bila karies telah menyerang

gigi depan. 4

Urutan permukaan gigi yang diserang karies :

1. Pit, fisur (oklusal, bukal dan palatal),

2. Kontak proksimal

3. Servikal.4

II.1. Rampan Karies

Prevalensi karies gigi sulung lebih tinggi dibandingkan gigi tetap, hal ini

disebabkan proses kerusakannya kronis dan asimptomatis. Disamping banyak faktor

yang mempengaruhi terjadinya karies pada gigi sulung, struktur enamelnya kurang

padat karena banyak mengandung air dan pemeliharaannya yaitu sikat gigi tidak

teratur.3,5

Rampan karies ialah suatu jenis karies yang proses terjadinya dan meluasnya

sangat cepat dan tiba-tiba, sehingga menyebabkan lubang pada gigi, terlibatnya pulpa

dan cenderung mengenai gigi yang imun terhadap karies yaitu gigi insisivus depan

bawah.4

8

Page 9: Isi Skripsi

Gambar 2. Rampant karies.

Tidak ada keterangan yang menyatakan bahwa terjadinya rampan karies

berbeda dengan karies biasa, hanya waktunya lebih cepat. Dikatakan cepat karena

dalam waktu satu tahun, gigi yang terlibat bisa mencapai 10 buah, dan dikatakan tiba-

tiba karena pulpa langsung terlibat. Rampan karies dapat terjadi pada mulut yang

relatif bersih.5

Gejala klinis dan gambaran radiologi rampant karies:

1. Pada umumnya yang terkena adalah anak-anak usia 4 – 8 tahun atau remaja

usia 11 – 19 tahun. Bila anak-anak usia 2 – 4 tahun sudah terserang rampan

karies pada gigi sulung, hal ini dihubungkan dengan enamel hipoplasia dan

kepekaan terhadap karies yang tinggi.

2. Gigi yang terkena rampan karies biasanya sudah mengalami kerusakan hebat,

beberapa gigi atau semuanya dapat menjadi gangren atau menjadi radiks.

Konsistensi lesi karies sangat lunak dengan warna kuning sampai coklat

muda.

3. Pada umumnya karies sudah dalam. Terkenanya pulpa akan menyebabkan

rasa sakit, terlebih bila disertai abses yang mengakibatkan anak susah / tidak

mau makan. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya fungsi pengunyahan

9

Page 10: Isi Skripsi

sehingga mengakibatkan pertumbuhan rahang berkurang terutama arah

vertikal.

4. Bila terjadi gangguan pada jaringan penyangga, melalui ronsen foto terlihat

gambaran radiolusen disekitar apeks gigi.5

Faktor etiologi:

1. Konsumsi makanan.

Seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung

karbohidrat terutama diantara waktu makan. Waktu makan merupakan factor

yang dihubungkan dengan perkembangan rampan karies.

2. Saliva.

Berkurangnya sekresi serta kekentalan saliva. Saliva dapat menghambat karies

karena aksi buffer, kandungan bikarbonat, amoniak dan urea dalam saliva

dapat menetralkan penurunan pH yang terjadi saat gula dimetabolisme bakteri

plak. Kecepatan sekresi saliva berakibat pada peningkatan pH dan kapasitas

buffernya. Bila sekresi berkurang akan terlihat peningkatan akumulasi plak

sehingga jumlah mikroorganisme (streptococus mutans) akan bertambah.

3. Faktor psikologis.

Pada umumnya dapat mengakibatkan timbulnya kebiasaan buruk dalam

makan atau memilih makanan. Stress juga dihubungkan sebagai penyebab

berkurangnya sekresi dan kekentalan saliva.

4. Faktor sistemik, misalnya penderita diabetes melitus.

10

Page 11: Isi Skripsi

5. Faktor turunan.

Orang tua yang peka terhadap karies akan mempunyai anak yang juga peka

terhadap karies. Hal ini disebabkan karena dalam keluarga mempunyai pola

kebiasan makan yang sama dan pemeliharaan kesehatan gigi yang sama pula.5

Perawatan :

1. Relief of pain (menghilangkan rasa sakit).

Tindakan yang dapat dilakukan pada kunjungan pertama adalah

menghilangkan rasa sakit dan melenyapkan peradangan. Untuk

menghilangkan rasa sakit pada peradangan gigi yang masih vital (pulpitis)

dapat dilakukan pemberian zinc oksid eugenol (ZnO). Untuk gigi yang non

vital (gangren pulpa) lakukan trepanasi kemudian diberikan obat-obatan

melalui oral (antibiotik, analgetik). Bila dijumpai abses, berikan premedikasi

terlebih dahulu, kemudian lakukan insisi.

2. Menghentikan proses karies.

Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik. Setelah rasa sakit

hilang kavitas dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik

sehingga proses karies terhenti. Pada beberapa kasus yang tidak dapat

ditambal langsung, lakukan tambalan sementara lebih dahulu, misal pada

hiperemi pulpa, berikan pulp capping (Ca – hidroksid).

3. Diet.

11

Page 12: Isi Skripsi

Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral

higene. Lakukan oral profilaksis pada gigi.

4. Perawatan dan restorasi.

Perawatan dan pembuatan restorasi tergantung pada diagnosa masing-masing

gigi misalnya pulpotomi, pulpektomi, pencabutan, pembuatan amalgam atau

crown.

5. Topikal aplikasi .

Lakukan topikal aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif.

Pada evaluasi bila tidak dijumpai karies baru, topikal aplikasi tidak dilakukan

lagi, cukup dengan pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor.

6. Evaluasi

Evaluasi secara periodik setiap 3 bulan sampai diperoleh keadaan oral higene

yang baik dan diet yang sesuai dengan anjuran. Koreksi faktor sistemik (bila

ada), saliva (terutama bila berhubungan dengan stress) bila perawatan yang

telah dilakukan tidak berhasil.5

II.2. Karies Botol

Karies botol merupakan masalah yang sering dihadapi oleh dokter gigi,

Banyak ibu datang ke klinik dengan membawa anaknya yang sudah menderita karies

botol, bahkan bayi yang masih sangat muda, ada yang melaporkan usia 16 bulan

sudah terkena karies botol. Pengetahuan yang kurang dari ibu tentang penyebab

karies botol menyebabkan keadaan ini terlambat untuk dirawat. ASI (Air Susu Ibu)

12

Page 13: Isi Skripsi

atau makanan/ minuman / susu melalui botol merupakan cara pemberian makanan

yang utama pada bayi dan anak, namun pola pemberian yang salah ternyata

menyebabkan terjadinya karies botol.3

Banyak istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan keadaan karies pada

bayi dan anak yang menggunakan botol (berisi cairan karbohidrat yang dapat

difermentasi) dalam waktu lama dan sering. Istilah tersebut adalah baby bottle caries,

early childhood caries, baby bottle tooth decay dan nursing caries.4

Gambar 3. Karies botol.

Karies botol adalah suatu karies yang terjadi pada bayi dan anak yang masih

sangat muda ditandai dengan pola tersendiri atau khas berupa karies yang hebat dan

parah pada gigi desidui disebabkan cara pemberian makanan/susu/ASI yang tidak

tepat. Karies botol tidak tergantung pada jumlah gigi yang terlibat tetapi pada usia

bayi dan anak, gigi dan posisi yang terlibat. Definisi karies botol sebenarnya adalah

bentuk spesifik dari rampant karies pada gigi sulung. Yang membedakannya dengan

rampan karies adalah :

- Banyaknya gigi yang terlibat.

13

Page 14: Isi Skripsi

- Lesi berkembang dengan cepat.

- Karies terjadi pada permukaan yang secara umum mempunyai resiko

terjadinya karies kecil seperti permukaan lingual gigi depan bawah.

- Kunci karies botol adalah tidak terlibatnya gigi insisivus bawah.5,6

Pola Kerusakan Gigi

Pemeriksaan klinis memperlihatkan adanya pola yang khas dan progresif.

Kerusakan gigi dimulai segera setelah gigi erupsi yaitu pada gigi rahang atas bagian

lingual. Gigi yang sering terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan lateralis atas,

molar pertama desidui atas dan bawah. Permukaan yang terkena dimulai dari

proksimal kemudian labial (servikal) dan oklusal pada gigi molar. 4

Selama menyusui dengan ASI atau botol, putting susu atau dot terletak di

bagian palatal, menyebabkan palatum tertekan, sementara itu otot oral menekan isi

botol ke dalam mulut. Cairan dari botol atau ASI tidak/ sedikit mengenai gigi depan

bawah karena secara fisik gigi bawah dilindungi oleh lidah, juga oleh ludah yang

berasal dari glandula salivari. Disamping itu gigi depan bawah juga merupakan gigi

yang relatif imun terhadap karies.4

Jika anak tertidur dengan putting susu atau dot berada dalam mulut, cairan

tersebut akan tergenang pada gigi atas. Jika cairan tersebut mengandung karbohidrat

yang memfermentasikan asam disekeliling gigi akan terjadi proses dekalsifikasi.

Aliran saliva dan proses penelanan yang kurang selama tidur akan membahayakan

gigi karena tidak ada self cleansing.5

14

Page 15: Isi Skripsi

Faktor Predisposisi

Penyebab karies botol sebenarnya sama saja dengan karies yaitu interaksi antara

empat faktor yaitu : Gigi (host), substrat (karbohidrat) , mikrorganisme serta waktu.

Namun karies botol mempunyai faktor predisposisi yang lain yaitu :

1. Pemberian ASI dan atau botol.

Pemberian ASI dan atau botol yang dilakukan sampai usia 13 bulan,

cenderung menimbulkan karies botol. Cara pemberian yang benar adalah

bayi/anak harus dalam posisi duduk atau setengah duduk dan tidak boleh

diberikan sambil tiduran, apabila sampai anak tertidur sehingga cairan

tersebut akan tergenang di dalam mulut, botol atau ASI harus sudah

disingkirkan sebelum anak tertidur. Bayi/anak yang masih menyusui sampai

usia 18 bulan dianggap mempunyai resiko terjadinya karies, apalagi jika

mereka mempunyai kebiasaan diet yang berhubungan dengan makanan yang

bersifat kariogenik. Suatu penelitian menganjurkan agar anak berhenti

menyusui pada usia 6 bulan dan mulai makan/minum dengan cara yang sama

seperti orang dewasa.

2. Penambahan bahan pemanis.

Banyak orang tua menambahkan bahan pemanis ke dalam minuman yang

kemudian dimasukkan ke dalam botol. Bahan yang terdiri dari sukrosa,

bahkan vitamin yang diberikan dalam jangka waktu lama dan tidak diikuti

dengan pemberian air putih dapat menimbulkan karies botol. Selain diberikan

15

Page 16: Isi Skripsi

dalam minuman ternyata ada juga ibu-ibu yang melapisi mainan

bayi/anakdengan bahan pemanis , hal ini juga dapat menimbulkan karies

botol.

3. Mikrorganisme.

Plak yang berasal dari anak penderita karies botol mengandung streptokokus

mutans yang tinggi, pada anak yang menyusui jumlah kuman ini lebih

banyak. Susu dapat menurunkan pH pada plak sedangkan ASI menurunkan

pH plak lebih rendah daripada susu sapi, akibatnya jumlah kuman akan lebih

banyak dalam mulut bila susu tergenang dalam mulut. Mengingat bahwa

potensi kariogenik dari susu sapi atau ASI berhubungan dengan waktu

menyusui yang lama, sehingga dapat menjadi faktor berkembangnya

mikrorganisme, terutama streptokokus dan terbentuk karies botol.6

Tahap Perkembangan

Tahap perkembangan karies atau pola kerusakan karies botol terdiri dari

beberapa tahap, meskipun pada perkembangannya kadang-kadang sulit untuk

dideteksi. Pada setiap tahap pencegahan yang dilakukan mempunyai efek yang baik.

Diagnosa awal karies botol dimulai dengan diskolorasi yang relatif sedikit

pada gigi, karies dimulai dengan demineralisasi, white spot pada permukaan

superfisialis lingual atau labiolingual dari gigi insisivus atas, kadang-kadang dijumpai

pula pada bagian proksimal, tetapi paling sering dijumpai pada bagian serviks tempat

melekatnya plak.6

16

Page 17: Isi Skripsi

Secara umum ada 5 tahap perkembangan karies botol yaitu :

1. Inisial

Disebut juga tahap reversibel, karena tahap ini dapat hilang. Ditandai dengan

terlihatnya warna putih, opak pada bagian seviks dan proksimal gigi insisivus

atas akibat demineralisasi. Demineralisasi dimulai beberapa bulan setelah gigi

erupsi. Rasa sakit tidak ada.

2. Karies/kerusakan

Lesi pada gigi insisivus atas meluas ke dentin dan menunjukkan diskolorasi.

Proses ini sangat cepat, anak mulai mengeluh sakit/ngilu bila minum air

terutama yang dingin dan gigi yang terlibat sudah mencapai molar satu atas.

3. Lesi yang dalam

Lesi pada gigi depan sudah meluas. Anak mulai mengeluh adanya rasa sakit

sewaktu makan terutama saat mengunyah dan juga saat menyikat gigi. Pulpa

insisivus atas sudah terlibat, rasa sakit spontan pada malam hari dan sesudah

minum panas/dingin yang berlangsung beberapa menit.

4. Tahap traumatic

Tahap ini terjadi akibat tidak dilakukan tindakan perawatan sewaktu gejala

awal terjadi. Gigi depan atas akan rusak karena karies dan dengan tekanan

yang ringan dapat terjadi fraktur, bahkan tidak jarang anak dating dengan

hanya tinggal akar gigi saja. Pada tahap ini pulpa gigi insisivus atas sudah non

vital, molar bawah sudah pada tahap kerusakan.

5. Tahap karies terhenti

17

Page 18: Isi Skripsi

Semua tahap akan terhenti bila penyebab karies gigi dihilangkan. Akibat

remineralisasi lesi akan berwarna coklat gelap.7

Pencegahan dan Perawatan

1. Pemberian ASI atau makanan melalui botol dianjurkan hanya sampai usia

bayi 6 bulan.

2. Waktu memberi minuman pada bayi selalu diperhatikan dan bayi tidak boleh

dibiarkan mengisap botol/ASI sambil tiduran, apalagi sampai tertidur.

3. Hindari pemberian gula yang berlebihan

4. Sebaiknya anak sudah mulai diperkenalkan ke dokter gigi sejak usia dini ( 1

tahun ) sehingga bila terlihat tanda-tanda karies botol dapat dirawat dengan

segera.

5. Perawatan harus dilakukan meskipun gigi hanya tinggal akar, karena usia

penggantian gigi masih lama. Kehilangan atau pencabutan yang dini dari gigi

susu, mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan rahang

untuk tempat gigi tetap.7

18

Page 19: Isi Skripsi

BAB III

PERAWATAN KARIES PADA ANAK

DENGAN INTERVENSI MINIMUM

Penatalaksanaan karies gigi sebagai penyakit infeksi memerlukan seorang

dokter gigi untuk mengidentifikasi faktor risiko dan demineralisasi gigi secepat

mungkin. Deteksi dini risiko tersebut memberikan kesempatan pada dokter gigi untuk

melakukan upaya preventif sebelum penyakit gigi dan mulut ini terlihat nyata. Upaya

preventif tersebut meliputi pengembalian keseimbangan lingkungan mulut pada

keadaan alaminya sehingga mencegah progresi penyakit mulut. Kontrol bakteri,

buffer asam pH, dan pemberian kalsium, fosfat, serta fluor dapat membantu

mengembalikan keseimbangan rongga mulut. Hal tersebut dapat melindungi

kemungkinan demineralisasi struktur gigi dan juga memperbaiki lesi awal. Bila

kavitas terjadi, restorasi konservatif dengan bahan biomimetik dapat diaplikasikan.8

Sejarah kedokteran gigi menunjukkan komitmen pembelanjaran jangka

panjang. Melalui peningkatan ketepatan diagnosis, seorang dokter gigi dapat belajar

bagaimana menggunakan cara pencegahan yang merupakan dasar praktik klinik

moderen. Beberapa penelitian terkini mendukung banyak intervensi diagnostik dan

pencegahan sesuai dengan tuntutan kedokteran gigi modern.8

Pada dasarnya, gigi erupsi dalam keadaan sehat. Lesi karies pertama dan

restorasi pertama pada sebuah gigi berarti dimulainya serial perawatan selama masa

hidup gigi dan akan berakhir pada keadaan yang memerlukan restorasi atau

19

Page 20: Isi Skripsi

perawatan lebih berat jika karies tersebut tidak dikontrol. Faktor risiko berperan

penting dalam etiologi dan kejadian penyakit, sementara indikator risiko merupakan

faktor atau keadaan yang secara tidak langsung berkaitan dengan penyakit.9

Intervensi minimal merupakan pendekatan moderen terhadap penatalaksanaan

penyakit mulut. Hal tersebut memegang prinsip-prinsip sangat sederhana, yaitu

identifikasi, pencegahan, dan restorasi. Pendekatan ini menunjukkan identifikasi dan

penilaian potensi faktor risiko karies awal, pencegahan karies berdasarkan faktor-

faktor risiko ini dan menghilangkan atau meminimalisir efeknya, serta merestorasi

gigi dengan bahan biomimetik. Selain dengan bahan biomimetik, teknik invasif

minimal juga digunakan untuk mempertahankan struktur gigi sehat.9

Dalam bidang kedokteran gigi anak telah lama dikenal identifikasi dini

masalah-masalah dalam rongga mulut, pencegahan masalah tersebut, dan pendekatan

restorasi invasif minimal. Saat melakukan identifikasi, penyakit tersebut harus

dikenali sebagai akibat dari ketidakseimbangan dalam rongga mulut. Pencegahan

harus ditekankan pada mengembalikan ketidakseimbangan lingkungan mulut sebagai

mekanisme protektif dari remineralisasi dan memperbaiki demineralisasi.

Selanjutnya, restorasi harus dapat mempertahankan struktur gigi sehat dan membantu

lingkungan mulut dalam penyebuhan, baik secara eksternal maupun internal.9

The World Dental Federation (FDI) membuat lima prinsip Minimal

Intervention dalam penanganan karies, yaitu: mengurangi bakteri kariogenik,

pendidikan kepada pasien, remineralisasi dari lesi non-cavitated pada enamel dan

dentin, minimum surgical intervention, perbaikan restorasi yang rusak.

20

Page 21: Isi Skripsi

III.1. Mengurangi bakteri kariogenik.

Karies bukan merupakan kejadian tetapi proses yang dapat dikontrol dalam

kedokteran gigi. Bakteri berkaitan erat dengan peningkatan risiko karies. Karies

adalah penyakit infeksi, maka fokus utama adalah mengontrol infeksi, kontrol plak,

dan mengurangi makanan karbohidrat. 8

Hubungan antara diet dengan karies telah banyak diteliti. Namun diet itu

sendiri tidak menyebabkan karies. Makanan-makanan yang mengandung zat asam

dapat menyebabkan demineralisasi dan erosi. Makanan yang berpotensi sebagai

penyebab karies adalah makanan yang mengandung karbohidrat yang dapat

difermentasikan.8

Bakteri plak mulut menggunakan karbohidrat yang dapat difermentasikan

dalam metabolisme glikositik untuk menghasilkan asam. Bahan yang dapat

mengembalikan keseimbangan rongga mulut antara lain adalah antimicrobial. 10

III.2. Pendidikan kepada pasien.

Pendidikan kepada pasien dilakukan dengan tujuan untuk memberitahukan

penyebab karies, sehingga ada tindakan pencegahan yang lebih dini dari pasien. Peran

serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian,

mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara

kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup

21

Page 22: Isi Skripsi

besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak.

8,9

Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku

yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan

tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses

pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan

mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan

gigi dan mulut anak. 13

Instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak telah banyak disusun

oleh para ahli. Program tersebut menekankan pada pencegahan terjadinya karies.

Oleh karena masih banyak para orang tua yang beranggapan bahwa geligi susu hanya

sementara dan akan diganti oleh geligi tetap sehingga mereka tidak memperhatikan

mengenai kebersihan geligi susu. Penerapan instruksi pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut sebaiknya telah dimulai sejak bayi masih di dalam kandungan, sehingga

orang tua akan lebih siap di dalam melakukan instruksi tersebut.14

Pencegahan dalam kedokteran gigi meliputi proses pengembalian

keseimbangan lingkungan rongga mulut. Pengembalian keseimbangan merupakan

proses alami yang terjadi dalam lingkungan mulut. Individu dengan bebas karies akan

menyeimbangkan serangan asam dari biofilm dengan sistem bufer saliva dan

penyikatan gigi untuk mempertahankan kontrol biofilm. Faktor-faktor lain, seperti

pemberian fluor dan control diet juga berperan dalam ekuilibrium bebas karies.14

22

Page 23: Isi Skripsi

Kriteria risiko tinggi untuk anak-anak meliputi satu atau lebih dari hal-hal

berikut ini: gigi karies, karies email awal pada area multipel (white spot lesion), plak

terlihat pada gigi anterior, gambaran radiografis menunjukkan karies email, titer

tinggi terhadap Streptococcus mutans (SM), penggunaan alat ortodontik, dan adanya

hipoplasia email.14

Anak-anak lain yang dapat dimasukkan ke dalam risiko tinggi adalah anak

yang belum pernah dilakukan aplikasi fluor secara topikal, anak yang mengkonsumsi

gula-gula dan makanan kariogenik lebih dari tiga kali sehari, ibu dengan karies aktif,

anak dengan kebutuhan khusus, dan kondisi yang mengganggu komposisi serta aliran

saliva.14

Terdapat bukti ilmiah yang kuat yang menyatakan bahwa dalam rangka

mencegah karies, terdapat beberapa faktor yang harus diubah, yaitu diet, kebersihan

mulut, fluor dan fisur silen. Lingkungan rongga mulut berada dalam keadaan

berubah-ubah. Hal tersebut disebabkan oleh biofilm yang merupakan komunitas

biofilm yang berubah-ubah secara konstan, namun ini dapat dimanipulasi sehingga

menjadi lingkungan mulut yang sehat dengan cara mengembalikan keseimbangan

dalam rongga mulut.15

III.3. Remineralisasi dari lesi non-cavitated pada enamel dan dentin

Larutan super saturasi kalsium dan fosfat dalam saliva merupakan mekanisme

pertama dalam memperlambat demineralisasi, sementara penambahan fluor

meningkatkan presipitasi mineral dalam lesi subpermukaan. Penggunaan sehari-hari

23

Page 24: Isi Skripsi

fluor dosis rendah diperlukan, hal ini dapat dicapai dengan menggunakan pasta gigi

yang mengandung fluor dan obat kumur sodium fluorida yang dijual bebas.

Penggunaan fluor varnish telah terbukti bermanfaat dalam menghambat

demineralisasi gigi, namun kurang terbukti pada proses remineralisasi. Penelitian lain

menyebutkan bahwa remineralisasi berhasil bila varnish fluorida atau bahan lain yang

melepaskan fluor dalam jumlah besar ditempatkan di atas lesi email awal.16

Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa larutan remineralisasi dapat

efektif dalam membantu proses remineralisasi. Semen glass ionomer termasuk yang

berguna dalam memperbaiki gigi karena bersifat self-adhesive, terikat pada struktur

gigi, melepaskan fluor, dan bertindak sebagai ”pompa fluorida” yang dapat diisi

ulang untuk menimbulkan remineralisasi. Protektan permukaan glass ionomer terikat

pada email dan melepaskan fluorida pada permukaan gigi untuk meningkatkan

remineralisasi. Selain itu, glass ionomer juga membantu proses remineralisasi internal

jika ditempatkan langsung di atas dentin.15,17

III.4. Minimum Surgical Intervention

Minimum surgical intervention dan tindakan bedah dilakukan bila perlu,

misalnya lesi cavitas tidak dapat dipertahankan dan keperluan untuk fungsi dan

estetik. Meminimalkan jumlah struktur gigi yang dibuang saat preparasi kavitas dapat

mempertahankan struktur alami gigi.17

Adapun prinsip preparasi berdasarkan konsep intervensi minimal adalah

sebagai berikut:

24

Page 25: Isi Skripsi

1. Hanya degraded enamel dan infected dentin yang dibuang, sedangkan

affected dentin ditinggalkan.

2. Bentuk kavitas dibuat sesuai dengan bentuk karies.

3. Dasar enamel didukung oleh bahan adhesif restorative.

III.5. Perbaikan Restorasi yang Rusak

Konsep intervensi minimal dalam kedokteran gigi menempatkan restorasi

sebagai usaha terakhir. Memperbaiki restorasi yang rusak berfungsi untuk mencegah

perluasan karies, memperbaiki fungsi dan estetik. Sesuai dengan paradigma baru

kedokteran gigi, gigi sulung dan permanen direstorasi dengan protokol restoratif

invasif minimal dan bahan-bahan biomimetik. Restorasi diperlukan jika permukaan

gigi menjadi berlubang dan bahan restorasi yang dipilih yang dapat menggantikan

dalam hal estetik dan fungsi. Bahan tersebut antara lain adalah semen glass ionomer.

Semen tersebut berfungsi dengan baik sebagai bahan tambal untuk gigi sulung

maupun permanen.18

25

Page 26: Isi Skripsi

BAB IV

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

Intervensi minimal merupakan filosofi dari penanganan karies secara

profesional. Intervensi minimal memberikan perhatian utama pada gejala awal,

deteksi dini dan perawatan dini pada tingkat mikro (tahap yang paling kecil), diikuti

dengan invasi yang paling minimal dan “patient friendly” sebagai pilihan untuk

memperbaiki kerusakan ireversibel yang disebabkan oleh penyakit. Intervensi

minimal bertujuan memberdayakan pasien untuk berperan aktif dan bertanggung

jawab terhadap penyakitnya sendiri, sehingga hanya memerlukan intervensi minimal

dari dokter gigi.

The World Dental Federation (FDI) membuat lima prinsip Minimal

Intervention dalam penanganan karies, yaitu: mengurangi bakteri kariogenik,

pendidikan kepada pasien, remineralisasi dari lesi non-cavitated pada enamel dan

dentin, minimum surgical intervention, perbaikan restorasi yang rusak.

Karies bukan merupakan kejadian tetapi proses yang dapat dikontrol dalam

kedokteran gigi. Bakteri berkaitan erat dengan peningkatan risiko karies. Oleh karena

itu pendidikan kepada pasien sangat penting dilakukan agar pasien mengetahui

penyebab karies, sehingga ada tindakan pencegahan yang lebih dini dari pasien. Peran

serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian,

mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara

26

Page 27: Isi Skripsi

kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup

besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak.

IV.2. Saran

Penulis sadar, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tulisan ini

mengangkat topik konsep modern tentang perawatan gigi, khususnya dalam

kedokteran gigi anak. Maka dari itu penulis sadar akan perkembangan dan kemajuan

topik yang dibahas. Disamping itu untuk kesempurnaan tulisan ini bergantung pada

terbit referensi-referensi yang terbaru tentang perkembangan teknik perawatan gigi

dan kemajuan ilmu bahan dalam kedokteran gigi.

27