isi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian
mana saja dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe
kista ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya
terbentuk selama siklus menstruasi normal. Setiap bulan, ovarium seorang wanita
tumbuh kista kecil yang menahan sel telur. Ketika sebuah sel telur matur, kantung
membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga dapat berjalan melewati tuba
falopii untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah.Salah satu tipe dari
kista fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini tidak terbuka
untuk mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya akan
menghilang setelah satu sampai tiga bulan. Kista korpus luteum, bentuk lain dari
kistafungsional, terbentuk apabila kantung kista ini tidak menghilang. Kemudian
kantung kista menutup lagi setelah sel telur dikeluarkan1.
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam (silent killer).Karena, memang
seringkali penderita tidak ada perasaan apa-apa. Kalaupun terjadi keluhan
biasanya sudah lanjut misalnya: sering kembung, teraba massa atau ada benjolan
di perut bagian bawah, gangguan pencernaan, danlain-lain.Sampai sekarang
belum ada cara deteksi dini yang sederhana untuk memeriksa adanyakeganasan
ovarium itu. Sekarang ini yang bisa dipakai masih menggunakan USG, tetapi itu
agak sulit kalau diterapkan secara massal karena biayanya cukup mahal.Berbeda
halnya dengan kanker serviks yang bisa dideteksi dini dengan papsmear1.
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang
bisa dikatatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas
atau kanker. Perjalanan penyakit yang secara diam-diam menyebabkan banyak
wanita tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya
1
mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Kista
ovarium juga dapat berubah menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium.
Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka
seharusnya pendeteksian dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih
lengkap sehingga dengan ini pencegahan terjadinya keganasan dapat dilakukan1.
Orang yang menggunakan pil KB risiko terjadinya kanker ovarium bisa
lebih kecil.Karena kanker ovarium itu terjadi apabila ovarium aktif mengalami
pertumbuhan folikel.Tapi dengan menggunakan kontrasepsi hormonal terutama
pil KB, proses itu pada ovarium ditekan, sehingga risikonya terjadi keganasan
pada ovarium menurun. Kista ovarium ini bisa juga terjadi pada anak-anak,
bahkan ketika masih bayi, pada remaja sampai orang tua. Tetapi kebanyakan
dialami wanita berusia di atas 40 tahun. Bahkan, pada bayi dalam kandungan bisa
ditemukan kista ovarium. Pada ibu hamil yang terdapat kistaneoplasti, bila
menutupi jalan lahir kistanya bisa dioperasi saat hamil. Tetapi jika kistanya tidak
menutupi jalan lahir, kista dapat dioperasi setelah melahirkan1.
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Memahami mengenai penyakit kista ovarium terpuntir.
2. Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang kedokteran
khususnya bagian ilmu kesehatan kebidanan dan kandungan.
3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Kesehatan Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang dan RS Muhammadiyah Palembang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Ovarium
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang
dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan
kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran
panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm1.
Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat
ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan
belakang , sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan.Ujung yang
dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus, dan
tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan
ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi
3
Gambar 1. Anatomi Ovarium
satu dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum
berasal dari gubernakulum.
Struktur ovarium terdiri atas:
1. korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang
berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel primordial
2. medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh-pembuluh darah, , serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap
bulan satu folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graff. Folikel-folikel ini merupakan
badian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak
yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel
telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de Graff yang
matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan siap untuk
berovulasi.
4
Gambar 2. Ovarium dan folikel-folikel dalam berbagai tingkat perkembangan
Folikel de Graff yang matang terdiri atas :
1. ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus pula;
2. stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor
follikuli;
3. teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel-sel yang lebih kecildaripada sel granulosa;
4. teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang
melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut
dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua tahap
sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai
berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli.
Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di situ.
Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel diberi nama
korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel-selnya
timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-selnya
membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat
diantaranya.
Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada
pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan
menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat
laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi , korpus luteum tetap ada,
malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2.5 cm pada
kehamilan 4 bulan1.
5
2.2. Fisiologi Ovarium
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum
primordial (primitive). Di antara interval selama masa suburnya (umumnya setiap
bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi. Ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesterone,
dan androgen) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan fungsi wanita normal1.
2.3. Kista Ovarium
2.3.1. Definisi
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (atau kista indung
telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di
indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa
pubertas sampai menopause, juga selama kehamilan2.
Gambar 3. Kista ovarium
Kista ovarium adalah kantung penuh cairan yang tumbuh dalam indung
telur (ovarium), salah satu bagian dari organ reproduksi wanita. Sebagian besar
kista ovarium tidak berbahaya, namun seringkali terjadi keadaan yang bersifat
gawat darurat oleh karena kantung kista ovarium pecah, tangkai terpuntir,
mengalami perdarahan atau timbul rasa nyeri2.
6
2.3.2. Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri.
Kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus
menstruasi.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak
sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen
sebagai respon terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan
luteinizing hormon (LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10
cm (folikel normal berukuran maximum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium
yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan
bilateral. Biasanya asimtomatik.
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur
yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan
darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.
Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening,
berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung
telur, serta terapi hormon3.
2.3.3. Epidemiologi
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan
penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas
insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia
(14,5-15,3 per 100.000 populasi).
Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per
100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah kista
fungsional dan jinak. Di Amerika , karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira
22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.
Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista
ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker ovarium merupakan
penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian
7
yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan
baru menimbulkan keluhan apabila sudah berada dalam stadium akhir. Kista
dermoid yang merupakan bagian dari kista ovarium 80 % didapati pada penderita
yang berusia antara 20-30 tahun.
Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko tumor
menjadi ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol dengan USG
pelvic. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma
terutama pada wanita wanita yang mulai menopause.
Pada usia rata-rata 30 tahun, tumor rata-rata berukuran 6 cm dan teratoma
bilateral kira-kira 10 %. Sebagian besar wanita dengan teratoma matur bersifat
asimptomatik. Pada kista dermoid yang simptomatik,sebagian besar timbul nyeri
perut dan perasan yang tidak menyenangkan3.
2.3.4. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm
dengan kista ditengah-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
8
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal,
kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak pecah atau
folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah
lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm
dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup
banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan
menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis
ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3
lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Dari gambaran klinis, kista ovarium yang berukuran kecil biasanya tidak
menunjukan gejala atau rasa sakit, kecuali kalau pecah atau terpuntir yang
9
menyebabkan perdarahan intraperitoneum dan gejala akut abdomen ,sakit yang
hebat di daerah perut bagian bawah, dan kaku4.
2.3.5. Klasifikasi
Terdapat berbagai macam tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada
yang neoplastik dan non neoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat
jinak (noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya
adalah maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebar ke bagian-bagian
tubuh lainnya. Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi
menjadi tumor kistik dan tumor solid. Pada umumnya, tumor ovarium dinamai
sesuai dengan asal macam sel tumor dan berdasarkan ganas tidaknya tumor.
Terdapat tiga tipe utama dari tumor ovarium yaitu tumor sel epitel permukaan
ovarium (epithelial tumors), dimulai dari sel yang melindungi permukaan luar
ovarium; tumor sel benih (germ cell tumors), dimulai dari sel yang menghasilkan
ovum dan tumor sel stroma (sex cord stromal tumors).
Tumor Non Neoplastik:
a. Kista Folikel
b. Kista Korpus Luteum
c. Kista Lutein
d. Kista Inklusi Germinal
e. Kista Endometrium
f. Kista Stein-Leventhal
Tumor Neoplastik Jinak:
a. Kistik
b. Kistoma Ovarii Simpleks
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
d. Kistadenoma Ovarii Musinosum
e. Kista Endometroid
f. Kista Dermoid
10
g. Solid
h. Fibroma, Leimioma, Fibroadenoma, Papiloma, Angioma, Limfangioma.
i. Tumor Brenner
j. Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)
Ada beberapa macam jenis kista ovarium, yaitu kista fungsional, adalah
kista ovarium yang paling banyak dijumpai. Jenisnya kista folikel dan kista lutein,
keduanya dapat hilang dengan sendirinya. Kista dermoid, adalah jenis kista
ovarium yang dapat berasal dari jaringan ektoderm, mesoderm, bahkan endoderm,
sehingga dapat berisi jaringan lemak, rambut, gigi, tulang, dan kulit.
Endometrioma disebut juga kista coklat, termasuk endometriosis eksterna, yaitu
adanya jaringan endometrium yang tumbuh pada ovarium. Adanya kista ini sangat
mempengaruhi fertilitas seseorang. Kista multipel, biasanya terdapat pada wanita
yang menstruasinya bersifat an-ovulasi, yang paling sering adalah sindroma
ovarium polikistik4.
Jenis kista ovarium :
1. Kista folikular
Jenis “simple cyst” ini terbentuk bila tidak terjadi ovulasi atau bila folikel yang
matang mengalami involusi (mengempis sendiri). Umumnya terbentuk saat
ovulasi dan dapat tumbuh terus sampai mencapai ukuran 5 – 6 cm. Bila kista
ini pecah saat ovulasi, penderita akan mengeluh sakit perut (mittelschmerz)
pada sisi dimana kista tersebut terbentuk . 25% wanita ini yang memiliki kista
jenis ini akan menderita mittelschmerz. Sebagian besar tidak memperlihatkan
adanya gejala dan dalam waktu beberapa bulan kista akan menghilang dengan
sendirinya.
2. Kista korpus luteum
Jenis kista fungsional ini terbentuk setelah ovulasi (folikel yang telah
mengalami ovulasi disebut sebagai corpus luteum). Bila tidak terjadi
kehamilan, corpus luteum umumnya akan berubah bentuk menjadi corpus
albican. Namun kadang-kadang corpus luteum tersebut akan berisi cairan atau
11
darah dan tetap berada didalam ovarium ,menjadi kista korpus luteum. Kista ini
biasanya berada pada satu ovarium dan tidak menimbulkan gejala.
3. Kista hemoragikum
Terbentuk bila dalam kista fungsional terjadi perdarahan. Kista ini akan dapat
menyebabkan timbulnya rasa nyeri abdomen.
4. Kista Dermoid
Kista yang tidak normal ini umumnya mengenai wanita muda dan dapat
mencapai ukuran sampai 15 cm. Ini adalah salah satu tumor jinak yang kadang-
kadang disebut sebagai “mature cystic teratoma”. Kista dapat berisi berbagai
komponen jaringan kulit, lemak, rambut, tulang rawan, gigi. Gambaran
ultrasonografi kista dermoid sangat bervariasi, namun dengan pemeriksaan CT
scan atau MRI terlihat adanya lemak dan kalsifikasi. Kista ini dapat mengalami
peradangan atau terpuntir sehingga menyebabkan satu keadaan yang bersifat
akut.
5. Endometrioma (kista endometrioid)
Adalah merupakan bagian dari penyakit yang disebut endometriosis. Kista ini
terbentuk bila jaringan endometrium (selaput lendir dalam terus) tumbuh di
dalam ovarium. Kejadian ini mengenai wanita pada masa reproduksi dan
menyebabkan nyeri menahun yang berkaitan dengan haid. Endometriosis
adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium diluar uterus. Penderita
endometriosis umumnya menderita gangguan kesuburan. Kista endometrium
umumnya berukuran 2 – 20 cm , berisi cairan kental berwarna coklat sehingga
seringpula dinamakan “chocolate cyste”
6. Kista ovarium polikistik
Ovarium membesar sampai duakali ukuran biasa dan pada permukaan
terlihat adanya kista-kista kecil. Kejadian berawal dari tidak terjadinya ovulasi
meskipun telur dalam folikel sudah matang. Siklus seperti ini berulang terus
sehingga pada akhirnya akan terbentuk sejumlah kista kecil didalam ovarium.
Keadaan ini dapat ditemukan pada wanita normal atau dengan gangguan
endokrin.
12
Harus dibedakan dengan sindroma ovari polikistik (PCOS) yang
meliputi gejala dan kelainan patologis disamping gambaran polikistik ovarium
yang ada. PCOS meliputi resiko gangguan metabolisme dan kardiovaskular
terkait dengan resistensi insulin. Resiko-resiko tersebut antara lain, gangguan
toleransi glukosa, Diabetes tipe 2 dan hipertensi.
PCOS terkait dengan gangguan kesuburan, perdarahan abnormal,
abortus serta komplikasi kehamilan.
PCOS adalah kelainan yang relatif sering terjadi ( 4 – 7%) pada masa
reproduksi dan seringkali dikaitkan dengan karsinoma endometrium.
Untuk menegakkan diagnosa PCOS tidak cukup hanya dengan
pemeriksaan ultrasonografi saja.
7. Kistadenoma
Kista adenoma adalah tumor jinak jaringan ovarium. Kista berisi cairan lendir
yang kental. Diameter kista dapat mencapai 25 cm5.
2.3.6. Faktor Resiko
Penyebab kista ovarium dan beberapa faktor resiko berkembangnya
ovarium adalah wanita yang biasanya memiliki:
a. Riwayat kista ovarium terdahulu
b. Siklus haid tidak teratur
c. Perut buncit
d. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
e. Sulit hamil
f. Penderita Hipotiroid
g. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi6.
2.3.7. Manifestasi Klinik
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi
besar dan menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak biasa dilihat
dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain
13
seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau
kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.
Gejala-gejala berikut yang muncul bila anda mempunyai kista ovarium:
a. Nyeri abdomen bagian bawah atau nyeri panggul
b. Rasa penuh di bagian abdomen
c. Haid tidak teratur , bisa juga jumlah darah yang keluar banyak
d. Nyeri panggul / punggung berkepanjangan yang berhubungan dengan haid
e. Nyeri panggul saat aktivitas fisik yang berat atau sanggama
f. Nyeri yang berhubungan dengan buang air kecil (miksi) atau buang air besar
(defekasi)
g. Mual dan muntah
h. Nyeri vagina atau bercak perdarahan
i. Gangguan kesuburan
j. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki6.
2.3.8. Diagnosa banding
Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak
penyakit dengan gejala yang sama pada kista ovarium, adalah :
a. Endometriosis
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo
yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
b. Kehamilan Ektopik
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba,
dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada
pembuahan intrauterine.
c. Kanker Ovarium
Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan
ireguler6.
14
2.3.9. Diagnosis2
a. Anamnesa
Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah.
Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur.
Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi.Dapat terjadi
penekanan terhadap kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih
menjadi sering.
b. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umumnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga
teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini
merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan
ascites yang pasif.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan ultrasonografi transvaginal, dapat berguna untuk menemukan
massa kanker di ovarium serta ganas atau tidaknya kanker.
Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang
oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang
tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang
lebih putih dari dinding depannya.
15
Gambar 4. USG kista ovarium7
Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler
(bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus
(internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di
dalam kista.
2. CT scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging), dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh kanker menyebar dan lokasi kanker.
3. Laparoskopi diagnostik, merupakan pemeriksaan pasti untuk dapat
menentukan keganasan kanker. Indikasi untuk melakukan laparoskopi
antara lain :
a. massa ovarium > 7 cm
b. pembesaran ovarium pada masa menopause atau 1 tahun sebelum
menstruasi
c. pasca pemberian kontrasepsi hormonal
d. tumor bilateral (kecuali kista theca lutein)
e. tumor keras
f. gejala torsi (tumor terputar) atau rupture (tumor pecah)
g. ascites
4. Pemeriksaan CA 125. Serum CA 125 merupakan tumor marker yang dapat
digunakan untuk memisahkan antara kanker yang ganas dengan jinak. Akan
tetapi pemeriksaan ini lebih akurat pada wanita yang telah mengalami
16
menopause, sedangkan pada wanita yang belum menopause hasilnya
diragukan.
h. Pemeriksaan hormonal (LH, FSH, Estradiol, Testosterone)
i. Tes kehamilan : tindakan terhadap penderita kista ovarium yang hamil
tidak sama dengan tidak hamil. Kemungkinan kehamilan ektrauterin
harus diseingkirkan oleh karena gejala yang mirip dengan kista ovarium
j. Kuldosintesis : Pengambilan cairan dalam cavum douglassi
transvaginal.
k. Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan sekret (yang meliputi:
Trichomonas, Candida/jamur, bakteri batang, bakteri kokus, epitel,
lekosit, eritrosit, epitel, dan pH) dan hematologi, misalnya: Hb
(Hemoglobin).
Terdapat beberapa cara untuk menentukan apakah kista pada ovarium bersifat
jinak atau ganas, yaitu :
Berdasarkan pemeriksaan fisik
Jinak bila:
a. Pergerakkan Mudah digerakkan (mobile)
b. Konsistensi / Isi Kistik
c. Terdapat hanya di 1 sisi atau 2 sisi tubuh
d. Permukaan Halus dan tidak berdungkul (smooth)
Ganas bila:
a. Pergerakkan Sulit digerakkan (fixed / menetap)
b. Konsistensi / Isi Padat (solid)
c. Terdapat di 1 sisi tubuh 2 sisi tubuh
d. Permukaan Berdungkul-dungkul
17
Berdasarkan hasil radiografi
Jinak bila:
a. Kista sederhana dengan ukuran kurang dari 10 cm
b. Tebal sekat kurang dari 3 mm
c. 1 sisi
d. Tidak membentuk massa di perut
Ganas bila:
a. Tumor solid (padat) atau campuran
b. Banyak sekat dan tebal sekat (dinding) lebih dari 3 mm
c. 2 sisi
d. Membentuk massa di perut (asites)
Berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi (PA) sel-selnya
Jinak bila:
a. Tidak ada perlekatan sehingga mudah digerakkan (mobile)
b. Kapsul (pembungkus) kista utuh
Ganas bila:
a. Ada perlekatan sehingga sulit digerakkan (fixed).
b. Kapsul (pembungkus) kista tidak utuh / pecah / rupture.
Gambaran Radiologi Kista Ovarium
Gambaran radiologis kista ovarium dapat dilihat pada pemeriksaan foto
polos pelvis, ultrasonografi, nuclear medicine, CT-Scan, dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI).
18
- Foto Polos Pelvis
-
Ultrasonografi
Kista
Ovarium
a. Dapat
membantu untuk mengetahui karakteristik dari kista ovarium
b. Kista unilokuler dan memiliki dinding tipis yang mengelilingi suatu kavitas
yang terdiri dari terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam
kista. Kista ini tidak mungkin menjadi suatu kanker. Sebagian besar kista
tersebut adalah folikular fungsional atau kista luteal kistadenoma serosa atau
kista inklusi.
c. Kista kompleks memiliki lebih dari satu ruangan/septa (multiokular) ,
dinding tebal, proyeksi ke dalam lumen atau pada permukaan atau kondisi
abnormal dalam isi kista. Kista maligna biasanya termasuk dalam kategori
ini.
d. Kista hemoragik, endometrioma dan dermoid pada pemeriksaan sonogram
memiliki karakteristik yang dapat membantu untuk membedakannya dari
kista maligna kompleks.
e. Sonogram tidak dapat membantu untuk membedakan hidrosalpin,
paraovarian, dan kista tuba dari kista ovarium.
f. Ultrasonografi endovaginal dapat menguraikan secara rinci struktur
morfologi pelvis.
19
Gambar 5. Kista Dermoid Ovarium Potongan AP7
g. Ultrasonografi transabdominal lebih baik daripada endovaginal
ultrasonografi untuk evaluasi besarnya massa dan menilai struktur
intraabdominal lain seperti ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan
transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan vesica urinaria
terisi/penuh8.
Patologi Anatomi Kista Ovarium
Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau
setengah cair yang tumbuh dalam indung telur. Kista termasuk tumor jinak yang
terbungkus oleh selaput semacam jaringan. Bentuknya kistik dan ada pula yang
berbentuk seperti anggur. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan
normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Ini adalah kista benigna ovarium. Kemungkinan kista ini adalah kista
folikuler. Kadang-kadang kista dapat mencapai ukuran tertentu dalam sentimeter
dan, jika terjadi ruptur dapat
menyebabkan nyeri pada perut.
20
Gambar 6. Kista Ovarium Benigna
Teratoma ovarium atau dermoid cyst terjadi karena jaringan dalam telur
yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut,
tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya tanpa
gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/pecah9.
2.3.10. Penatalaksanaan
Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun
tidak akan menimbulkan gejala yang berarti. Kista jenis ini termasuk jinak dan
tidak memerlukan penanganan medis.
Kista biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat dokter melakukan
pemeriksaan USG. Kebanyakan pasien dengan kista ovarium simple berdasarkan
hasil pemeriksaan USG tidak dibutuhkan pengobatan. Meskipun demikian,
pengawasan tetap harus dilakukan terhadap perkembangan kista sampai dengan
beberapa siklus menstruasi. Bila memang ternyata tidak terlalu bermakna maka
kista dapat diabaikan karena akan mengecil sendiri.
1. Pendekatan
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur dan
tanpa gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak
memberikan pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG
ulangan secara periodic untuk melihat apakah ukuran kista membesar.
Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita pascamenopouse jika kista
berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
2. Medikasi
21
Gambar 7. Teratoma Ovarium Matur
a. Pil kontrasepsi oral berguna untuk mengatur siklus haid, mencegah
pembentukan kista yang dapat berubah menjadi kista dan mungkin dapat
menurunkan atau mengecilkan ukuran kista.
b. Pereda rasa sakit : NSAID atau narkotik (harus dengan resep dokter)
3. Pembedahan
Jika kista ovarium tidak menghilang setelah beberapa episode
menstruasi, semakin besar, lakukan pemeriksaan ultrasound, nyeri, pada masa
postmenopouse, dokter harus segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan bedah
yang utama, yaitu: Laparoskopi dan Laparatomy.
Pembedahan dimulai dengan teknik pembedahan atau operasi yang
dilakukan dengan membuat lubang kecil 3 buah lubang (berdiameter 5-10
milimeter) di sekitar perut pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk
memasukkan sebuah alat yang dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar
dalam rongga perut ke layar monitor, sementara dua lubang yang lain untuk
peralatan bedah yang lain, misalnya laser yang akan mengangkat kista
ovarium.
a. Laparoskopi Rongga abdomen diisi dengan gas kemudian dibuat insisi
kecil untuk memasukkan instrumen kedalam abdomen. Dengan instrumen
ini ahli bedah dapat melihat dan mengangkat kista ovarium.
b. Laparotomi Pembedahan yang lebih invasif dimana ahli bedah akan
membuka perut dengan sayatan melintang atau vertikal untuk dapat
mengangkat kista ovarium yang besar.
c. Pembedahan pada kista ovarium yang terpuntir. Tangkai kista ovarium
dapat terpuntir dan menyebabkan rasa nyeri hebat. Penderita dapat
mengalami mual atau muntah. Ini adalah keadaan gawat darurat dimana
diperlukan tindakan pembedahan yang sifatnya segera untuk memperbaiki
keadaan yang terjadi10.
2.3.11. Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-
angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-
22
gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam
jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
b. Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 5
cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun
gangguan ini jarang bersifat total.
c. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut
dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk
mengosongkan kandung kemih secara sempurna.
d. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang
menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting11.
2.3.12. Pencegahan
Adapun langkah-langkah untuk mengurangi resiko terkena kanker
ovarium terutama pada wanita resiko tinggi antara lain:
1. Melahirkan anak minimal 1 kali
2. Menggunakan kontrasepsi oral
3. Mengangkat indung telur bila wanita telah memiliki cukup anak dan tidak
ingin hamil lagi
4. Pada wanita yang memiliki riwayat keluarga sering terkena kanker payudara,
maka screening mammography dan serum CA 125 harus dilakukan pada usia
30 tahun dan teratur untuk tahun-tahun selanjutnya.
5. Pemeriksaan tumor marker, USG atau CT-scan secara berkala untuk deteksi
dini kanker.
6. Pada wanita dengan riwayat penyakit atau penyakit kista ovarium, sebaiknya
membatasi aktivitas fisik yang berlebihan untuk mencegah kista pecah atau
terpuntir.
Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah kanker ini tetapi deteksi dini
dan tindakan terapi dini dan efisien dapat mengurangi angka kematian. Karena itu
para wanita harus mulai menggalakkan program pemeriksaan diri berkala ke
23
dokter kebidanan pribadinya agar dapat memonitor kesehatan pribadi secara
maksimal dan meminimalkan resiko kanker12.
2.3.13. Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena
karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama
kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium
akhir.
Segi Kelangsungan Hidup
Prognosis untuk baik jinak baik. Namun untuk kista yang dapat
berkembang untuk menjadi kanker ovarium angka kelangsungan hidup 5 tahun
(“5 Years survival rate”) penderita kanker ovarium stadium lanjut hanya kira-kira
20-30%, sedangkan sebagian besar penderita 60-70% ditemukan dalm keadaan
stadium lanjut.
Walaupun penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan
dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai sekarang ini
belum sangat menggembirakan termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat
kanker terkemuka di dunia sekalipun.
Segi Kelangsungan Organ
Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun
tidak akan menimbulkan gejala yang berarti.Kista jenis ini termasuk jinak dan
tidak memerlukan penanganan medis.
Kista biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat dokter melakukan
pemeriksaan USG. Meskipun demikian, pengawasan tetap harus dilakukan
terhadap perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila
memang ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan
mengecil sendiri13.
24
2.4. Kista Ovarium Terpuntir
2.4.1. Definisi
Kista ovarium terpuntir adalah bila kista ovarium yang terjadi terpuntir pada
tangkai vaskularnya dan mengganggu suplai darah. Kista dan ovarium (dan sering
diikuti sebagian tuba) mengalami nekrosis.
Kista ovarium terpuntir merupakan penyebab nyeri abdomen bagian bawah
yang jarang namun signifikan pada wanita. Presentasi klinisnya sering tidak
spesifik dengan temuan fisik tidak khas, biasanya menimbulkan keterlambatan
diagnosis dan penanganan bedah1.
2.4.2. Etiologi
a. Perubahan anatomis yang mempengaruhi berat dan ukuran ovarium dapat
mengubah posisi tuba fallopi dan menimbulkan puntiran. Kehamilan kadang-
kadang menyebabkan kista terpuntir, sekunder terhadap pembesaran ovarium
yang terjadi selama ovulasi dengan kelemahan jaringan penyokong ovarium.
b. Malformasi kongenital dan pemanjangan tuba fallopi dapat ditemukan pada
sebagian pasien prepubertas muda.
c. Tumor ovarium. Menyebabkan lebih dari setengah kasus torsi adnexa. Tumor
dermoid adalah yang paling sering. Tumor ganas lebih jarang daripada tumor
jinak. Hal ini disebabkan perlekatan kanker yang memfiksir ovarium ke
jaringan sekitar.
d. Pasien dengan riwayat pembedahan pelvis (terutama ligasi tuba) memiliki
resiko lebih tinggi terhadap kista terpuntir14.
2.4.3. Epidemiologi
Kista ovarium terpuntir dapat terjadi pada berbagai usia, namun umumnya
terjadi pada awal usia reproduksi. Hampir 17% kasus ditemukan pada wanita
premenarche dan postmenopause. Usia median adalah 28 tahun dengan persentasi
pasien berusia <30 tahun mencapai 70-75%15.
25
2.4.4. Patofisiologi
Kista ovarium terpuntir secara klasik terjadi unilateral pada ovarium yang
membesar patologis. Ireguleritas ovarium menimbulkan fulcrum di sekitar tuba
yang terlibat. Proses tersebut dapat berlangsung pada ovarium saja tapi lebih
sering mempengaruhi kedua ovarium dan tuba (adnexa terpuntir). Hampir 60%
torsi terjadi pada sisi kanan.
Berbagai faktor mempengaruhi perjalanan kista ovarium terpuntir. Kista
ovarium terpuntir normalnya paling sering terjadi pada usia muda, dimana
abnormalitas perkembangan misalnya tuba yang panjang atau ketiadaan
mesosalfing mungkin berperan. Faktanya, kurang dari setengah terpuntirnya
ovarium pada pasien anak melibatkan kista, teratoma, atau massa lainnya. Selama
hamil muda, adanya pembesaran kista korpus luteum mungkin merupakan
predisposisi terpuntirnya kista. Wanita yang menjalani induksi ovulasi untuk
infertilitas memiliki resiko lebih besar, dimana adanya kista teka lutein
memperbesar volume ovarium secara bermakna.
Tumor ovarium, jinak maupun ganas berimplikasi pada 50-60% kasus.
Massa yang terlibat hampir seluruhnya lebih besar dari 4-6 cm, walaupun jug
mungkin terjadi pada massa berukuran lebih kecil2.
2.4.5. Diagnosis
a. Anamnesis
Pasien datang dengan onset mendadak, berat, nyeri abdomen bagian bawah
unilateral yang memburuk secara intermiten dalam beberapa jam. Hampir 25%
pasien mengalami nyeri bilateral kuadran bawah yang dideskripsikan sebagai
nyeri tajam atau lebih jarang berupa kram.
Mual muntah terjadi pada hampir 70% pasien, menyerupai nyeri yang
berasal dari traktus gastrointestinal dan menyulitkan diagnosis.
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya mungkin membantu sehubungan dengan
adanya torsi yang membaik secara spontan. Demam mungkin merupakan temuan
26
akhir bila ovarium mengalami nekrosis. Onset selama latihan fisik atau gerakan
aktif lainnya umum terjadi.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, sebagaimana anamnesis biasanya tidak spesifik dan
sangat bervariasi. Massa adnexa kenyal, unilateral, dilaporkan pada 50-90%.
Bagaimanapun, tidak adanya temuan ini tidak menyingkirkan diagnosis.
Nyeri tekan umum ditemukan; tetapi cukup ringan pada 30% pasien. Oleh
karena itu, tidak adanya nyeri tekan tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan
kista ovarium terpuntir. Nyeri lepas dan muscle rigidity dapat ditemukan dan
sering sulit dibedakan dari abses pelvis atau apendisitis.
Temuan massa ovarium mungkin mengarahkan, namun bisa menyesatkan
asal sumber nyeri. Karena massa yang terlibat biasanya non-neoplasma atau kista
hemoragik, yang memang menimbulkan nyeri pada lokasi dan dengan kualitas
yang sama.
c. Pemeriksaan penunjang
1. USG adalah modalitas pencitraan utama untuk pasien yang dicurigai
mengalami kista ovarium terpuntir. Pembesaran ovarium sekunder terhadap
kerusakan drainase vena dan limfatik adalah temuan paling umum pada
kista ovarium terpuntir.
2. Kombinasi Doppler flow imaging dengan penentuan morfologik ovarium
dapat meningkatkan akurasi diagnosis; membantu memperkirakan viabilitas
struktur adneksa dengan menggambarkan aliran darah pada pedikel yang
terpuntir dan adanya aliran vena sentral.
3. Computed tomography dapat menggambarkan pembesaran ovarium dan
massa adneksa, tapi tidak dapat mengevaluasi da tidaknya aliran darah ke
ovarium yang terlibat. CT dapat berguna dalam menyingkirkan penyebab
lain nyeri abdomen bawah bila diagnosis tidak dapat ditentukan. CT dapat
menyingkirkan adanya massa pelvis5.
27
2.4.6. Tatalaksana
Pembedahan dilakukan untuk menghilangkan jaringan nekrotik. Jika
pembedahan tidak dapat dilakukan, bedrest, cairan intravena, dan analgesik dapat
memberikan hasil yang memuaskan, walaupun membutuhkan waktu yang lebih
lama. Dapat digunakan obat-obatan untuk mengatasi gejala yang muncul seperti
penggunaan antiemetik/ sedatif9.
2.4.7. Komplikasi
a. Infeksi
b. Peritonitis
c. Sepsis
d. Adhesi
e. Nyeri kronis
f. Infertilitas (rare)8.
2.4.8. Prognosis
Baik dengan diagnosis dini dan penanganan tepat15.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTITAS
28
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Tulung Selapan RT.05 RW.04 Kec. Tulung
Selapan OKI
Tgl. Masuk RS : 12 November 2013
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Tulung Selapan RT.05 RW.04 Kec. Tulung
Selapan OKI
3.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan terdapat benjolan pada perut bagian bawah disertai rasa nyeri
sejak ± 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik KIA RSUD Palembang BARI dengan
keluhan terdapat benjolan yang disertai rasa nyeri pada perut bagian
29
bawah sejak ± 1 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh keluar darah dari
vagina sejak ± 2 bulan yang lalu.
Riwayat Menstruasi
Haid pertama kali umur : 14 tahun
Siklus haid : teratur
Lamanya : 6 hari
Banyaknya : 2-3 X ganti pembalut/ hari
Dismenorea : (-)
Riwayat KB
Pasien mengaku mengunakan kontrasepesi suntik selama 5 tahun.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), alergi obat dan
makanan (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), alergi obat dan
makanan (-), riwayat anggota yang mengalami seperti ini (-). Riwayat
keganasan (-).
Riwayat Operasi
Pasien tidak pernah dioperasi apapun sebelumnya.
Riwayat Kebiasaan
Merokok (-), minum alkohol (-), minum jamu (-).
3.3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
30
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD : 110/80mmHg
N : 82x/menit
RR : 20 x/m
T : 36.2 0C
Kepala : Normocephali, rambut hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera tidak kuning.
Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-)
THT : Sekret (-), mukosa tidak hiperemis
Leher : Perabaan kelenjar tiroid tidak teraba,perabaan kelenjar getah
bening tidak teraba.
Thoraks :
o Cor : S1-S2 normal reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada
o Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronchi tidak ada, wheezing tidak
ada
o Mammae : Sepasang, simetris kanan dan kiri, areola berwarna
gelap, dan retraksi puting -/-. Nyeri tekan -/-, tidak teraba massa.
Abdomen :
o Inspeksi : Massa (-)
o Palpasi :
Hepar dan lien tidak teraba
Dinding abdomen tegang
Teraba massa memenuhi seluruh abdomen, permukaan rata
dan licin, mobile, nyeri tekan (+)
Defense (-), undulasi (+)
o Perkusi : redup pada seluruh abdomen
o Auskultasi : bising usus (+) Normal
Ekstremitas : Akral hangat +/+, oedema tungkai pitting -/-, pembesaran
kelenjar lipat paha -/-
31
Status Ginekologi :
Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan ginekologi. Pada kasus
seharusnya dilakukan pemeriksaan ginekologi dan berdasarkan teori
pemeriksaan ginekologi, yaitu :
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Datar/cembung
Palpasi :
Fundus Uteri : tidak teraba
Massa tumor: teraba massa pada abdomen bawah, permukaan rata, mobile,
konsistensi kistik.
Inspekulo
Portio, OUE tertutup/Terbuka, fluxus
Pemeriksaan Dalam
- Vulva
- Vagina
- Portio
- Osteum Uteri Eksternum
- Corpus Uteri
- Parametrium kanan-kiri
- Cavum douglas
3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi :
Hb : 12,8 g/dL
Leukosit : 9.600/mm3
Trombosit : 366.000/ul
32
Hematokrit : 38 %
Diff. Count : 0/1/2/59/35/3
Gol. Darah : B
3.5. DIAGNOSIS
Kista ovarium terpuntir
3.6. PENATALAKSANAAN
IVFD RL gtt 20x/menit
Rencana laparatomi
3.7. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : ad malam
33
3.8. FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
16/11/13 Nyeri
pada luka
operasi
KU : Tampak sakit ringan
Sens : CM
TD: 120/80,
N: 84x/menit,
RR : 22x/menit,
T: 36,2˚C
Status.Gynekologi:
- Luka operasi tenang (+)
- Tanda-tanda cairan bebas
(-)
Post Salpingo
ophorectomy
ecausa kista
ovarium
-IVFD RL = 2 amp
keterolac gtt
20x/menit
- Ceftriaxone 2x1 gr
i.v
-Metronidazole Flash
2x1
-Asam Tranexamat
3x500 mg i.v
-Alinamin-F 2x25 mg
i.v
-24 jam bedrest total
17/11/13 Nyeri
pada luka
operasi
KU : Tampak sakit ringan
Sens : CM
TD: 120/70,
N: 80x/menit,
RR : 20x/menit,
T: 36,7˚C
Status.Gynekologi:
- Luka operasi tenang (+)
- Tanda-tanda cairan bebas
(-)
Post Salpingo
ophorectomy
ecausa kista
terpuntir
-IVFD RL = 2 amp
keterolac gtt
20x/menit
- Ciprofloxacine 2x1
gr i.v
-Metronidazole Flash
2x1
-Asam Tranexamat
3x500 mg i.v
-Alinamin-F 2x25 mg
i.v
-Diet bubur cair
-Mobilisasi duduk
34
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Penatalaksanaan
18/11/13 Nyeri
pada luka
operasi
KU : Tampak sakit ringan
Sens : CM
TD: 120/80,
N: 84x/menit,
RR : 20x/menit,
T: 36,5˚C
Status.Gynekologi:
- Luka operasi tenang (+)
- Tanda-tanda cairan bebas
(-)
Post Salpingo
ophorectomy
ecausa kista
ovarium
terpuntir
-Ciprofloxacin 3x1 tab
-As. Mefenamat 3x1
tab
-Metronidazole 3x1
tab
-B-Com C 1x1 tablet
-Boleh pulang
35
BAB IV
ANALISIS KASUS
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam
atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.
Keluhan pada kista ovarium terpuntir adalah perut terasa penuh, berat,
kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil), haid tak
teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
kepanggul bawah dan paha, nyeri senggama, mual, ingin muntah, atau pergeseran
payudara mirip seperti pada saat hamil. Pada pasien ini didapatkan keluhan
keluhan terdapat benjolan yang disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah sejak
± 1 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh keluar darah dari vagina sejak ± 2
bulan yang lalu.
Penyebab kista ovarium adalah stimulasi yang berlebihan terhadap
gonadotropin. Selain itu, gestational tropoblastic neoplasma (molahidatidosa dan
khoriokarsinoma), fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan
epitel permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik, dan zat karsinogen,
zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon polikistik. Pada pasien ini
penyebabnya masih perlu dicari.
Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah
karena kista tersebut terpuntir. Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan
terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan
miksi dan defekasi. Dapat terjadi penekanan terhadap kandung kemih sehingga
menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering. Pada pasien anamnesa yang
tidak didapatkan keluhan BAK yang sedikit.
Hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien dengan kista
ovarium adalah kista yang besar dan dapat teraba dalam palpasi abdomen.
Perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik,
36
mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada
satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada
ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis. Pada
perkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif. Pada pasien ini, didapatkan
pemeriksaan fisik teraba massa kistik ukuran 10 x 10 cm, mobile, permukaan rata,
berbatas tegas pada abdomen.
Pada pemeriksaan laboratorium hematologi dalam batas normal. Kesan
USG kista ovarium terpuntir. Pemeriksaan penunjang yang di lakukan untuk
mendiagnosa kista ovarium adalah USG. USG Merupakan alat terpenting dalam
menggambarkan kista ovarium. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak
batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, atau ovarium, apakah tumor kistik
atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan tidak dapat membantu mengidentifikasi karakteristik kista ovarium.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada kista ovari dapat dipakai prinsip
bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non neoplastik
tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak melebihi 5 cm. Tidak jarang
tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba.
Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi
anatomi untuk diperiksa. Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak
membutuhkan terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post
menopause, kista yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas
normal, aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan
pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista berukuran
kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi. Terapi bedah
diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yanglebih besar 10 cm dan kista
ovarium kompleks.
37
Operasi dilakukan karena ukuran kista yang melebihi 5 cm dan sudah
menggangu organ sekitar. Pada operasi terlihat dijumpai massa kistik menempel
ke dinding perut berasal dari ovarium kanan, cairan kista coklat encer. Tidak
dijumpai tanda-tanda malignancy ditunjukan dengan tidak adanya pembesaran
kelenjar – kelenjar. Prognosis pada pasien ini adalah Dubia ad Bonam jika
penatalaksanaan telah benar dan sesuai prosedur.
Pemantauan hari pertama post operasi os mengaku masih nyeri dibagian
luka bekas operasi, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD 120/80
mmHg , HR 84 x/menit, RR 22 x/menit, dan T 36,2 °C, status gynekologi luka
operasi tenang (+), cairan bebas (-). penatalaksanaan IVFD RL + 2 amp keterolac
dengan gtt xx, diberikan Ceftriaxone 2x1 gr (iv), metronidazole Flash 2x1, Asam
Traneksamat 3x500 mg (iv), Alinamin-F 2x25 mg (iv), 24 jam bedrest total.
Pemantauan hari kedua post operasi os mengaku masih nyeri dibagian luka
bekas operasi, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD 120/70
mmHg , HR 80 x/menit, RR 20 x/menit, dan T 36,7 °C, status gynekologi luka
operasi tenang (+), cairan bebas (-). penatalaksanaan IVFD RL + 2 amp keterolac
dengan gtt xx, diberikan Ceftriaxone 2x1 gr (iv), metronidazole Flash 2x1, Asam
Traneksamat 3x500 mg (iv), Alinamin-F 2x25 mg (iv), diet bubur cair, dan
mobilisasi duduk.
Pemantauan hari ketiga post operasi os mengaku nyeri tidak dirasakan lagi,
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD 120/80 mmHg , HR 84
x/menit, RR 20 x/menit, dan T 36,5 °C, status gynekologi luka operasi tenang (+),
cairan bebas (-). penatalaksanaan IVFD RL AFF, diberikan Ciprofloxacin 3x1 tab,
metronidazole 3x1 tab, As. Mefenamat 3x1 tab, B-com C 1x1 tablet,boleh pulang.
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kista ovarium merupakan pertumbuhan jaringan otot polos yang dapat
menimbulkan pembengkakan yang dapat berisi cairan maupun berbentuk padat.
Penemuan terbaru untuk penanganan kista ovarium dapat dilakukan laparoskopi.
Satu-satunya pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah operasi,
tergantung pada jenis usia wanita dan perlu atau tidaknya wanita hamil lagi,
sebaiknya isi kista segera dibuka, sebelum perut ditutup kembali. Pada wanita
yang lebih tua (lebih dari 40 tahun) jalan yang baik adalah hysterectomytotalis
dan salping oophorectomy bilateral walaupun tidak terdapat tanda-tanda
keganasan.
Kista ovarium terpuntir adalah bila kista ovarium yang terjadi terpuntir
pada tangkai vaskularnya dan mengganggu suplai darah. Kista dan ovarium (dan
sering diikuti sebagian tuba) mengalami nekrosis.
Kista ovarium terpuntir merupakan penyebab nyeri abdomen bagian
bawah yang jarang namun signifikan pada wanita. Presentasi klinisnya sering
tidak spesifik dengan temuan fisik tidak khas, biasanya menimbulkan
keterlambatan diagnosis dan penanganan bedah.
5.2. Saran
Diperlukan deteksi dini terhadap semua keganasan penyakit kandungan
terutama kista ovarium terpuntir. Penyakit ini disebut juga silent killer karena
gejala penyakitnya yang lambat terdeteksi oleh penderita dan kebanyakan
diketahui saat kista sudah besar. Menghindari faktor pemicu timbulnya kista
ovarium dan peningkatan status gizi sangatlah penting karena dari tubuh yang
sehat akan memperkecil kemungkinan untuk terjangkit penyakit.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004.
2. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis
and Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994.
3. Helm, CW. Ovarian Cyst. 19 maret 2008. (Available at :
http://.emedecine.com/med/topic1699.htm, accessed on 28 Agustus 2013)
4. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor
Ovarium Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I.
Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.
5. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia; 2006.
6. Sanders M. Mucinous Cystadenocarcinoma. (Available at:
http://radiology.uchc.edu/Atlas/GYN/530b.htm, accessed on 28 Agustus
2013)
7. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC.
8. Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Edisi 2.Cetakan 5.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
9. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. 1984. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset
10. Rabe, Thomas. 2002. Buku saku Ilmu Kebidanan. Jakarta: Hipokrates
11. Prawirohardjo, Sarwono. Tumor Jinak Pada Alat Genital. Dalam Ilmu
Kandungan edisi kedua, cetakan kelima.
40
12. R. James, S. Ronald, Y. Beth. Neoplasm of the Ovarian and Fallopian Tube.
Dalam : Danforth’s Obstretics and Gynecology, ed 9. California : Lippincott
Williams & Wilkins Publishers.
13. Monga, Ash. Benign tumors of the ovary. Dalam : Ginecology By Ten
Teachers, ed 18. New York : Edward Arnold Publishers.
14. A. John, W. Howard. Surgery for benign gynecologic conditions. Dalam : Te
Linde's Operative Gynecology, 10th Edition. California : Lippincott Williams
& Wilkins Publishers.
15. Prof. Sastrawinata, Sulaiman. 2010. Ginekologi edisi 2. Bandung. Elstar
Offset.
41