isi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah Singkat PT. Semen Padang (Persero)
PT. Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia yang didirikan pada
tanggal 18 maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement
Maatschappij (NV NIPCM). Pabrik mulai berproduksi pada tahun 1913 dengan kapasitas
22.900 ton/tahun dan pernah mencapai produksi sebesar 170.000 ton pada tahun 1939 yang
merupakan produksi tertinggi pada waktu itu.
Ketika Jepang menguasai Indonesia tahun 1942-1945, pabrik diambil alih dengan dengan
manajemen Asano Cement, Jepang. Pada waktu kemerdekaan tahun 1945 pabrik diambil alih
oleh karyawan dan selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia dengan
nama Kilang Semen Indarung. Pada Agresi Militer I tahun 1947, pabrik dikuasai kembali
oleh Belanda dan namanya diganti menjadi NV Padangs Portland Cement Maatschappij (NV
PPCM).
Berdasarkan PP No. 50 tanggal 5 Juli 1958, tentang penentuan perusahaan perindustrian
dan pertambangan milik Belanda dikenakan nasionalisasi, maka NV Padang Portland
Cement Maatschappij dinasionalisasikan dan selanjutnya ditangani oleh Badan Pengelola
Perusahaan Industri Tambang (BAPPIT) Pusat.
Setelah tiga tahun dikelola BAPPIT Pusat, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
135 tahun 1961 status perusahaan dirubah menjadi PN (Perusahaan Negara). Akhirnya pada
tahun 1971 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 menetapkan status Semen Padang
menjadi PT. Persero dengan akta notaris 5 tanggal 4 Juli 1972.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 5
326/MK.016/1995, pemerintah melakukan konsolidasi atas 3 (tiga) pabrik semen milik
pemerintahan yaitu PT. Semen Tonasa (PTST), PT. Semen Padang (PTSP) dan PT Semen
Gresik (PTSG), yang terealisir pada tanggal 15 September 1995, sehingga saat ini PT. Semen
Padang berada di bawah PT. Semen Gresik Group.
1
B. Kondisi Umum Tambang Quarry
1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
PT. Semen Padang (Persero) berlokasi di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk
Kilangan, Kotamadya Padang, Propinsi Sumatera Barat. Terletak 15 km di sebelah
timur Kota Padang Sumatera Barat, yaitu secara geografis terletak pada 100o 27’ 20’’BT
– 100o 32’ 12’’BT dan 00o 57’ 47’’LS – 01o 00’48’’LS, seperti yang terlihat pada
Gambar II.1. Indarung terletak di kaki Pegunungan Bukit Barisan, di daerah ini mengalir
beberapa sungai antara lain Sungai Batang Kuranji, Sungai Batang Idas, Sungai Batang
Kasumba dan Sungai Batang Arau.Kuari batugamping (Bukit Karang Putih) terletak di
Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan 2 km dari Pabrik Semen Padang
ke arah selatan Indarung yang dihubungkan dengan sebuah jalan yang terbuat dari beton.
Bukit Karang Putih ini secara geografis terletak pada 100o 24’ 31’’BT – 100o 25’ 04’’BT
dan 00o 57’ 47’’LS – 01o 00’ 48’’LS, dimana membujur dari arah utara ke selatan dengan
puncak tertinggi 554 m dan puncak terendah 400 m di atas permukaan laut, di kaki bukit
ini terletak kantor kuari tambang.
Untuk mencapai lokasi penambangan batugamping di Bukit Karang Putih seperti
yang terlihat pada Gambar II.2 ini dapat ditempuh ± 10 menit dari kantor kuari tambang
dengan menggunakan kendaraan bermotor (roda empat maupun roda dua), baik
kendaraan milik PT. Semen Padang maupun kendaraan umum yang menuju Bukit Karang
Putih.
Letak geografi Kotamadya Padang berada 0°58’4” Lintang Selatan dan 102°21’11”
Bujur Timur yang mengarah ke Lautan Hindia, dengan batas-batas wilayah adalah :
■ Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman.
■ Sebelah Timur : berbatasan dengan Kotamadya Solok dan Kabupaten Solok.
■ Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.
■ Sebelah Barat : berbatasan dengan Lautan Hindia.
2.1.1Topografi
Dari Kota Padang ke arah timur keadaan topografi mulai naik sampai ke kaki
Pegunungan Bukit Barisan. Indarung terletak di kaki pegunungan ini yang membujur dari
arah utara ke selatan Pulau Sumatra. Bukit Karang Putih merupakan kuari batugamping yang
2
mempunyai ketinggian 549 m dari permukaan air laut. Keadaan topografi daerah
Indarung dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Dataran Rendah
Topografi daerah ini sedikit bergelombang atau relatif datar dengan ketinggian antara
130 – 250 m di atas permukaan air laut dan terdapat di bagian timur laut Bukit karang Putih.
Batuannya terdiri dari Alluvial berupa pasir dan lempung dari Sungai Batang Idas, bongkah-
bongkah batuan vulkanik, batugamping, batu kersikan dan batu sabak. Daerah ini merupakan
tanah pesawahan, tegalan dan padang.
2. Daerah Perbukitan Rendah
Daerah ini mempunyai ketinggian 250 – 450 m dari permukan air laut dan terletak
pada ujung barat daya, selatan, timur dan tenggara daerah penambangan. Daerah ini
merupakan padang ilalang dan hutan sekunder yang bersifat musiman.
3. Daerah Perbukitan Tinggi
Daerah ini berupa bukit-bukit terjal yang terdiri dari Bukit Karang Putih dengan
ketinggian 550 m, Bukit Gadang dengan ketinggian 586 m dan Bukit Batu Tajarang dengan
ketingian 750 m di atas permukaan air laut. Batuan pembentuk daerah ini adalah
batugamping dan andesit yang membentuk dinding terjal serta ditumbuhi hutan belantara.
2.1.2 Morfologi
Secara umum morfologi daerah Bukit Karang Putih termasuk dalam perbukitan
bergelombang lemah-kuat dan karst dengan kemiringan lereng 20º sampai dengan 65º yang
terletak pada ketinggian 250 sampai dengan 560 meter di atas permukaan laut.
2.1.3 Litologi
Berdasarkan hasil pemetaan geologi seperti yang terlihat pada Gambar II.4 diketahui
bahwa satuan batuan dari tua ke muda yang menyusun daerah Bukit Karang Putih adalah
sebagai berikut :
1. Batulempung tufaan (Batulempung terkersikan)
Berwarna coklat kemerah-merahan, ukuran butir halus, keras, dan sebagian telah
mengalami rekristalisasi, secara umum disebut juga dengan batuan silica. Penyebaran batuan
3
ini adalah pada bagian Timurlaut-Tenggara daerah penyelidikan, di puncak Bukit Karang
Putih, kemudian di sepanjang lembah selatan, di tebing-tebing dan longsoran. Secara struktur
batulempung tufaan ini telah mengalami perlipatan yang kuat.
2. Batugamping-marmer
Memiliki hubungan saling menjari dengan batu lempung kersikan. Berwarna abu-abu
kehitaman sampai dengan abu-abu terang, kristalin, massif. Penyebarannya mendominasi
Bukit Karang Putih dan telah mengalami perlipatan kuat dengan arah umum Baratlaut-
Tenggara.
3. Batuan vulkanik/tufa
Merupakan batuan termuda yang terdapat di Bukit Karang Putih. Satuan batuan ini
terdiri dari tufa, pasir tufa, dan rombakan batulempung tufaan yang telah mengalami
pelapukan. Penyebaran batuan ini sebagian tersingkap di Front VII berupa residual soil dan di
lembah daerah penyelidikan. Batuan ini diendapkan secara tidak selaras di atas kelompok
batuan Pra-Tersier.
4. Batuan terobosan (intrusi)
Batuan terobosan yang dijumpai di daerah Bukit Karang Putih berupa batuan beku
berkomposisi basaltis-andesitis, memiliki warna abu-abu kehitaman, tekstur afanitik-fanerik,
butir sangat halus – sedang, terdiri dari mineral feldspar, piroksen. Pada umumnya
kondisinya segar, sangat keras, dan kompak. Penyebarannya terdapat di tengah-tengah Bukit
Karang Putih dan di tepi lereng sebelah Barat, berupa dike dan sill.
4
BAB II
KEGIATAN PEMBORAN
A. Persiapan Pemboran
1. Alat pemboran dan spesifikasi alat.
Jenis alat bor yang digunakan untuk pemboran lunang ledak ialah Rotary Drilling yaitu
pemboran untuk rotary Crushing dengan cara memutar mata bor ke posisi baru diantara
“impact energy blow” .
2. Pengukuran
Kedalaman (H) pemboran untuk peledakan ini ialah 7 m. Dan memiliki diameter
13 inchi.
3. kondisi lapangan kerja.
kondisi lapangan untuk melakukan pemboran sangat mendukung karena cuaca
sangat mendukung dan cerah. Ini sangat penting sekali pada waktu melakukan
pemboran. Daerah free face nya disediakan pada sisi yang sangat cocok dan
strategis sehingga tidak menimbulkan fly rocks (batuan terbang).
4. . Geometri
Dirancang secara terpadu sesuai dengan rancangan peledakan.
a. Diameter (θ) = 6.5 inchi
5
b. Burden (B) = 4m
c. Spasi antar lubang ledak (S) = 4 m
d. Kedalaman lubang ledak (H) = 7 m
e. Kemiringan (α) = 0O
Gambar I.1
5. Pola Pemboran
Pola pemboran yang digunakan pada peledakan ini adalah :
Pola pemboran selang-seling (staggered pattern)
Pola pemboran selang-seling atau lebih dikenal pola pemboran staggered
pattern memberi kebebasan pada saat pemboran berlangsung. Pola ini pada
umumnya dikombinasikan dengan delay row by row.
Gambar.I.2 Pola Pemboran Selang-seling
6. Arah Pemboran
. Arah lubang ledak yang umum dipakai dalam peledakan pada tambang terbuka PT
semen padang ialah adalah pemboran vertikal. Lubang ledak vertikal
6
B
S
Pada lubang ledak dengan arah vertikal, lantai jenjang akan menerima gelombang
tekan besar. Gelombang tekan tersebut sebagian dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian
diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang. Dalam proses pecahnya batuan, gelombang
tekan yang dipantulkan pada lubang vertikal lebih kecil dari pada lubang ledak miring.
Keuntungan arah lubang ledak vertikal adalah
Pemboran dapat dilaksanakan dengan mudah
Pengawasan tidak terlalu ketat.
B. Pelaksanaan Pemboran
Langkah-langkah pemboran untuk peledakan
Pembuatan rencana pemboran : titik koordinat,elevasi, perkiraan lithologi dan tekanan
formasi,program lumpur, konstriksi sumur,program coring, analisa cutting logging dan
testing.
Faktor-fktor yang mempengaruhi unjuk kerja pemboran:
1. Variable operasi, mempengaruhi keempat
komponen system pemboran (drill, rod, bit, dan fluid). Variable dapat dikontrol pada
umumnya dan mencakup dua kategori dari factor-faktor kekuatan pemboran.
a. Tenaga pemboran, energy semburan dan frekuensi, kecepatan putar, daya dorong dan
rancangan batang bor dan
b. Sifat-sifat fluida daan laju alirnya.
2. Factor-faktor lubang bor, meliputi: ukuran panjang, inklinasi lubang bor, tergantung pada
persyaratan dari luar, jadi merupakan variable bebas.Lubang bor di tambang terbuka pada
umumnya 15-45 cm (6-18 inch). Sebagai perbandigan, untuk tambang bawah tanah tanah
4-17,5 cm (1,5 – 7 in).
7
BAB III
KEGIATAN PELEDAKAN
A. Kegiatan Peledakan dan persiapan
Peralatan,Bahan Peledak dan Perlengkapan Peledakan
1) Peralatan peledakan
Peralatan peledakan adalah suatu komponen peledakan yang bisa dipakai lebih dari
satu kali peledakan. Macam–macam peralatan peledakan ini antara lain :
a. Blasting Machine.
Merupakan alat ledak yang berfungsi sebagai penghasil arus listrik untuk meledakkan
detonator listrik.
Gambar.I.3 Blasting Machine
a). Blasting ohmmeter
Blasting machine merupakan alat untuk mengetes rangkaian peledakan, agar diketahui
hambatan totalnya. Blasting ohmmeter dapat dilihat pada gambar 19.
Gambar.I1.1Blasting ohmmeter
b). Lead wire.
Kabel utama yang menghubungkan sumber tenaga lisrik (blasting
machine) dengan leg wire detonator listrik. Gambar lead wire dapat dilihat
pada gambar. 20
8
Gambar.II.2 Lead Wire
c). Tongkat.dan besi sepanjang 10 m
Tongkat ini berfungsi untuk memadatkan material stemming. Tongkat
ini terbuat dari kayu dengan diameter yang lebih kecil dari lubang ledak dan
lebih panjang dari kedalaman lubang ledak.
2) Perlengkapan peledakan
Perlengkapan peledakan adalah komponen peledakan yang hanya dapat
dipakai satu kali peledakan. Peralatan peledakan itu antara lain :
a) Detonator listrik.
Merupakan jenis detonator dimana penyalaannya menggunakan arus
listrik yang dihantar melalui kabel khusus. Pada umumnya ada 2 jenis
detonator listrik, yaitu instaneous detonator dan delay detonator. Perbedaan
pada dua jenis detonator ini adalah delay detonator mempunyai satu bagian
khusus yang disebut dengan delay element yang berfungsi untuk memberikan
waktu tunggu bagi detonator untuk meledak, sedangkan instaneous detonator
tidak mempunyai waktu tunggu, sehingga akan langsung meledak bila dipicu
Gambar. II.3 Surface Delay
9
Gambar.II.4 In Hole Delay
b) Leg wire
Leg wire adalah kabel yang terdapat pada setiap kolom detonator
listrik. Fungsinya adalah untuk menghubungkan kedua ujung rangkaian
peledakan dan dihubungkan ke sumber arus listrik pada blasting machine.
c) Bahan Peledak.
Bahan peledak utama yang dipakai untuk mengisi lubang ledak adalah
ANFO. Untuk lebih jelasnya ANFO dapat dilihat pada gambar 23.
Gambar. II.5 ANFO
B.Pelaksanaan
1. persiapan Peledakan.
Untuk persiapan peledakan pada tambang quarry PT semen padang ini yang harus
disiapkan ialah setelah peralatan difungsikan atau dipasang maka para pekeja tambang,alat-
alat tambang yang berada disekitar lokasi tempat yang akan dilakukan peledakan harus
menjauh lebih kurang 1 km karena sangat berbahaya sekali (very dangerous) takut akan
mengenai batuan terbang (fly rocks) dan kerasnya guncangan getaran.
Jarak Aman Peledakan
Sebuah makalah yang dibuat oleh peneliti dari US Mine Safety and Health
Administration pada tahun 2001 menunjukkan bahwa terdapat empat kategori utama
kecelakaan kerja yang berhubungan dengan peledakan, yaitu (1) keselematan dan keamanan
lokasi peledakan; (2) batu terbang atau flyrock, (3) peledakan premature (premature blasting)
dan (4) misfre (peledakan mangkir). Kasus yang terjadi di Adaro merupakan salah satu jenis
10
kecelakaan kerja yang ditenggarai disebabkan oleh arah peledakan (keselamatan peledakan)
dan terkena batuan hasil peledakan yang dapat dikategorikan sebagai flyrock (pada jarak yang
dekat). Ini merupakan situasi yang masuk akal karena seorang juru ledak memang berada di
daerah yang paling dekat dengan pusat kegiatan peledakan.
C. Hasil
D. Hasil dari kegiatan peledakan berupa bongkahan-bongkahan material batuan dalam
ukuran yang bisa untuk dilakukan pemuatan dan pengangkutan dengan volume total
yang sesuai dengan perencanaan.
E. Gambar 7. Hasil Peledakan di Quary PT Semen Padang
11
BAB VI
PERHITUNGAN PELEDAKAN
A. Rangkaian Peledakan
Perbedaan rangkaian seri dan paralel dapat dilihat dari sambungan antar kabel legwire
detonator. Pada rangkaian seri, kabel legwire positif dari detonator yang satu dihubungkan dengan
kabel legwire negative dari detonator yang berkutnya. Sedangkan pada rangkaian paralel, kabel
legwire positif dari detonator yang satu dihubungkan kesesama kabel legwire positif dari detonator
yang lain, begitu juga dengan kebel legwire negatifnya.
Rangkaian yang dipakai pada kegiatan peledakan di PT. Semen Padang adalah rangkaian seri,
yang mana kabel positif pada detonator awal dan kabel negatif pada detonator akhir dibiarkan terbuka
yang nantinya akan disambungkan ke blasting machine.
B. Geometri Peledakan
Dari hasil pengamatan dan pengukuran, penulis mendapatkan data:
1. Jumlah lubang ledak (N) = 10 buah, yang diatur dalam 2 baris.
2. Diameter lubang ledak (De) = 6.5 inchi
3. Ukuran burden (B) = 4m
4. Ukuran spasi (S) = 4m
5. Kedalaman Lubang ledak (H) = 7m
6. Tinggi jenjang (L) = 6m
7. Besar muatan ANFO untuk setiap lubang 50 kg dengan kisaran SG = 0.85
8. Density batuan = 1.5 Ton/m3 dan density ANFO = 0.85 Ton/m3
9. Lubang ledak yang berada pada satu baris diledakkan secara simultan dan antar baris
diledakkan secara delay dengan memakai dela 3 dan 4.
C. Analisis
1. Loading density ANFO (de)
de =
12
=
= 24 kg/m
2. Tinggi lubang untuk bahan peledak (PC)
PC = =
3. Steaming (S)
S = H – PC = 7 – 2 = 5 m
4. Subdrilling (J)
J = H – L = 7– 6 = 1 m
5. Produksi peledakan (W)
Jika diasumsikan jumlah lubang ledak untuk setiap baris sama yaitu 10 lubang ledak untuk
setiap baris, maka akan diperoleh:
a. Panjang peledakan (Pj)
Pj = (5 – 1) x S = (5 – 1) x 4 = 16 m
b. Volume batuan yang dibongkar (V)
V = PL x 3B x L = 16 x 3 x 4 x 6 = 1152 m3
c. Produksi peledakan (W)
W = V x density batuan = 1152 x 1.5 = 1728 Ton
6. Powder factor (Pf)
a. Jumlah total bahan peledak (E)
E = 10 x 50 kg = 500 kg
b. Powder factor (Pf)
Pf =
7. Volume setara (Eq)
13
a. Total kedalaman pemboran (Htotal)
Htotal = N x H = 10 x 7 m = 70 m
b. Volume setara (Eq)
Eq =
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari kegiatan Praktek lapangan di PT semen padang yang telah dilakukan pada
tanggal 18 Januari 2011, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Peledakan yang dilakukan Oleh PT semen padang bertujuan untuk
memberaikan batuan..
2. Pemboran bertujuan untuk menyiapkan lubang ledak yang akan digunakan pada
kegiatan peledakan.
3. Peledakan merupakan lanjutan dari kegiatan pemboran yang bertujuan untuk
memberaikan batuan yang selanjutnya mengambil batu kapur yang terlah diledakkan
tadi sebagai bahan baku utama semen.
4. PT. Semen Padang lebih mengutamakn safety dan efisiensi.
5. Metoda yang digunakan dalam penambangan batu kapur di PT. Semen Padang adalah
metoda Open Cast yaitu Quary Side Hill Type.
6. Geometri peledakan yang diterapkan adalah 4 x 4 m, stemming 2,5 m, subdrilling 0,3
m, kedalaman lubang ledak 7 m. Berdasarkan geometri di lapangan ini, nilai
stemming yang masih kecil sehingga menimbulkan fly rock.
B. SARAN
Diharapkan mahasiswa bisa menerapkan apa yang telah didapat dari praktek di lapangan
sehingga dapat diamalkan untuk pekerjaan nantinya
Dalam penggisian bahan peledak haruslah dengan tetilti agar produksi ang diharapkan
dapat terlaksana dan flying rock dapat dihindari.
Campuran bahan peledak antara ammonium nitrat(An) dan Solar(Foil) hendaknya
diusahakan seimbang agar tercipta oksigen balance
15
Peledakkan diharapkan menggunakan system peledakan non elektrik, karena seperti yang
telah diketahui bahwa tambang terbuka umumnya sangat dipengaruhi oleh cuaca (hujan).
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim., 2007: Laporan dan Data-Data dari Departemen Tambang PT. Semen Padang.
2. Anonim., 1997: Dinas Pertambangan Sumatera Barat
3. Anonim., 2007: Perencanaan dan Pengembangan Kuari Batukapur di Wilayah 412 Ha
Terintegrasi Dengan Kuari Karang Putih PT. Semen Padang, PT. Stania Bara
Utama.
4. Diktat Kuliah,Teknik peledakan, Jurusan Teknik Pertambangan, Institut Teknologi
Bandung.1996.
16