isi makalah seminar bhp print.docx

Upload: paramita-affandi

Post on 09-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hh

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembuatan MakalahGagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama baik di Negara maju dan Negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan dari hasil Survei Kesehatan Nasional 2003, didapatkan bahwa penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia dan pada Profil Kesehatan Indonesia 2003 disebutkan bahwa penyakit jantung berada diurutan kedelapan pada sepuluh penyebab kematian terbanyak dan gagal jantung menempati urutan kelima dari sepuluh penyakit sistem sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian. Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung merupakan suatu sindroma klinis dimana pasien akan merasa sesak napas saat beraktivitas, lemah, lelah dan edema tungkai. Selain itu juga terdapat gejala yang tipikal seperti takikardi, suara ronki, edema perifer dan hepatomegali.Penegakan diagnosis yang baik sangat penting untuk penatalaksanaan gagal jantung baik akut maupun kronik. Diagnosis gagal jantung dapat diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan modal dasar untuk menegakan diagnose gagal jantung. Tetapi hal ini dapat ditunjang dengan berbagai pemeriksaan penunjang yang dapat sangat membantu dalam menegakan diagnosis seperti pemeriksan thoraks, elektrokardiografi, pemeriksaan radionuklir dan juga pemeriksaan angiografi koroner. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat menolong para klinisi atau dokter untuk menegakan diagnosis yang lebih baik untuk menangani penderita dengan gagal jantung.Penatalaksanaan gagal jantung meliputi penatalaksaan secara non farmakologi dan farmakologi. Penatalaksanaan ini tergantung dari penyebab gagal jantung yang terjadi dan fasilitas yang tersedia. Seorang dokter mempunyai kewajiban untuk memberikan penatalaksaan yang terbaik agar terjadi pengurangan angka morbiditas dan mortalitas terutama terhadap pasien gagal jantung kronik yang membutuhkan penatalaksanaan dan penyediaan fasilitas yang lebih baik. Oleh Karena itu, makalah ini akan membahas mengenai isu etik budaya dan hukum pada penanganan pasien gagal jantung yang dirujuk ke fasilitas lebih baik dengan tujuan selain untuk memenuhi tugas untuk mahasiswa Kedokteran UPNVJ juga untuk menambah pengetahuan mahasiswa mengenai penatalaksanaan yang baik mengani pasien gagal jantung yang dirujuk untuk mendapatkan fasilitas yang baik. 1.2 Tujuan PenulisanMakalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :a. Untuk mengetahui definisi gagal jantung b. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien gagal jantung.c. Untuk mengetahui aspek kaidah dasar bioetik dalam penanganan pasien gagal jantung.d. Untuk mengetahui isu etik budaya dan hukum menganai penatalaksanaan pasien gagal jantung yang dirujuk ke fasilitas yang lebih baik1.3 Manfaat PenulisanPenyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi bahan pembelajaran bagi tim penulis secara khusus dan pembaca secara umum mengingat betapa pentingnya masalah penanganan pada pasien gagal jantung..

BAB IIDASAR TEORI

2.1 Gagal Jantung

1. DefinisiGagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curh jantung dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

2. Etiologi Penyakit pada miokard sendiri: -Penyakit jantung koroner-Kardiomiopati-Miokarditis dan penyakit jantung reumatik-Penyakit infiltratif -Iatrogenik akibat obat-obat Gangguan mekanik pada miokard-Kelebihan beban tekanan. Contoh: Hipertensi, stenosis aorta, koartasio aorta-Kelebihan beban volume. Contoh: Penyakit jantung bawaan, insufisiensi aorta atau mitral-Hambatan pengisian. Contoh: Tamponade

3. Klasifikasia. Gagal jantung akutb. Gagal jantung kronik

4. Gejala dan Tanda-Tanda Gejala paru: dyspnea, orthopnea dan paroxymal nocturnal dyspnea Gejala dan tanda sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, desakan vena sentralis meningkat, takikardi, pulse pressure sempit, hepatomegali dan edema perifer Gejala SSP: Insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai delirium

5. Diagnosisa. Pemeriksaan Fisik:- Gejala dan tanda sesak nafas - Edema paru - Peningkatan JVP - Hepatomegali - Edema tungkai b. Pemeriksaan Penunjang - Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila gagal jantung sudah kronis. Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan, LVH, atau kadang oleh efusi perikard. Derajat kardiomegali tidak berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri. - Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebaigian besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertropi LV, gangguan konduksi, aritmia. - Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel (sistolik dan diastolik), dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan penyakit katub jantung dapat disinggirkan. - Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai fungsi ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat menyebabkan gagal jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus selalu dilakukan. - Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk menilai fungsi ventrikel dan sangat berguna ketika citra yang memadai dari ekokardiografi sulit diperoleh. Pemindahan perfusi dapat membantu dalam menilai fungsional penyakit jantung koroner.

2.2 Penatalaksanaan Pada Pasien Gagal Jantung

Penalaksanaan pada gagal jantung dapat berupa : Saran umum tanpa pemberian obat-obatan Hindari merokok dan konsumsi alkohol Mengontrol kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar lemak darah tinggi dan diabetes Rutin olahraga Pola makan sehat Menjaga berat badan yang sehat Hindari stress

Pemakaian Obat-obatanBeberapa obat yang biasanya diberikan, antara lain: angiotensin-converting enzym (ACE) inhibitor, angiotensin II reseptor blocker, digoxin (lanoxin), beta blocker, diuretik, dan antagonis aldosteron.

Pemakaian Alat dan Tindakan BedahPenatalaksanaan media diarahkan pada perbaikan gagal jantung. Jika gagal jantung terus berkembang diluar batas responsive secara medis, makan pasien akan dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas dan dokter spesialis yang lebih berkompeten untuk melakukan pemasangan alat dan tindakan tersebut dengan tujuan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortilitas pada pasien gagal jantung

2.3 Prinsip-Prinsip Etik

1. Otonomi(Autonomy)Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.2. Berbuat baik (Beneficience)Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi3. Keadilan (Justice)Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.5. Kejujuran (Veracity)Prinsipveracityberarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsipveracityberhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. 6. Menepati janji (Fidelity)Prinsipfidelitydibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya kepada pasien. 7. Karahasiaan (Confidentiality)Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)

BAB IIIPEMBAHASANIsu etik budaya dan hukum pada penanganan pasien gagal jantung yag dirujuk ke fasilitas yang lebih baik merupakan salah satu tindakan seorang dokter untuk mencegah terjadinya suatu kelalaian atau malpraktik yang mungkin bisa membahayakan nyawa seorang pasien. Untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan, seorang dokter harus mengetahui implikasi hukum pidana, implikasi hukum perdata, akibat malpraktik pada pasien, serta faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien.Oleh karena itu, seorang dokter harus mampu memproyeksikan segala macam tindakan dalam dunia medis pada penanganan pasien gagal jantung ke dalam hukum aturan dan budaya dalam masyarakat karena pada kenyataannya untuk mengaplikasikannya ke dalam masyarakat tidaklah semudah yang dibayangkan. Seorang dokter harus memiliki kemampuan intelektual dalam menerapkan berbagai macam kode etik ketika berhadapan dengan seorang pasien.Hal-hal yang diperlukan untuk menjadi seorang dokter yang profesional: Menerapkan kaidah dasar bioetika yaitu beneficence, nonmaleficence, autonomy, dan justice. Mengutamakan keselamatan pasien Mencegah adanya medical malpractice yaitu dengan cara memberikn pelayanan medis dengan baik sesuai kebutuhan, meminimalisir berbagai kesalahan yang mungkin dapat membahayakan pasien Mengaplikasikan berbagai tindakan ke dalam budaya masyarakat dan hukum dalam kedokteran

3.1 Kaidah Dasar Bioetika Penanganan Pasien Gagal Jantung

Untuk merujuk seorang pasien gagal jantung ke fasilitas yang lebih baik diperlukan penanganan awal yaitu berupa memberikan kenyamanan pada pasien dan mencegah bahaya yang dapat beresiko hilangnya sesuatu yang penting serta mengambil tindakan yang efektif dan melakukan informed consent kepada pasien atau keluarganya, serta berterus terang tentang keadaan dan resiko yang berhubungan dengan pasien gagal jantung. Kaidah dasar bioetika yang berkaitan dengan penanganan pasien gagal jantung adalah: Beneficence1. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan keburukannya: Pada kasus penanganan pasien gagal jantung yang dirujuk ke fasilitas yang lebih baik mencerminkan suatu tindakan dokter yang kemungkinan memberikan banyak manfaat kepada pasien karena dengan merujuk ke fasilitas yang lebih baik seorang dokter menyadari bahwa tindakannya belum cukup baik untuk keselamatan pasien.2. Paternalisme bertanggungjawab atau berkasih sayang: Pada kasus penanganan pasien gagal jantung yang dirujuk ke fasilitas yang lebih baik menandakan seorang dokter yang bertangungjawab terhadap keselamatan dan kehidupan pasiennya3. Meminimalisasi akibat buruk:Hal ini serupa dengan poin sebelumnya dimana merupakan kewajiban seorang dokter untuk mencegah akibat buruk pada pasien karena tugas seorang dokter tidak hanya mengobati pasien hanya sebagai objek melainkan mengobati pasien seperti mengobati keluarganya sendiri.4. Kewajiban menolong pasien gawat darurat:Pada kasus penanganan pasien gagal jantung yang dirujuk ke fasilitas yang lebih baik, mungkin seorang pasien sedang dalam keadaan gawat darurat sehingga seorang dokter harus mengambil tindakan dengan segera agar seorang pasien dapat kembali sembuh.

Nonmaleficence1. Menolong pasien emergensi:Tidaklah mudah menjadi seorang dokter umum yang mengambil tindakan lebih jauh ketika seorang pasien dalam keadaan darurat. Jika kemampuan dokter umum belum mencukupi untuk mengambil tindakan pada seorang pasien yang gagal jantung maka dokter umum wajib merujuk kepada spesialis penyakit dalam yang berada pada rumah sakit dengan fasiltas yang lebih baik.2. Dokter sanggup mencegah bahaya:Pada kasus penanganan pasien gagal jantung yang dirujuk ke fasilitas yang lebih baik, pencegahan bahaya yang dilakukan seorang dokter umum atau dokter spesialis penyakit dalam yang berada pada sebuah tempat pelayanan medis yang fasilitasnya tidak memadai dengan cara merujuk ke tempat pelayanan medis yang lebih baik.

Autonomy1. Melakukan informed consent:Ketika seorang dokter ingin merujuk pasien yang mengalami gagal jantung ke rumah sakit yang memiliki fasilitas yang lebih baik, maka terlebih dahulu dokter harus melakukan informed consent kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat dari tindakan tersebut.

3.2 Keselamatan Pasien Gagal JantungBanyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang dokter untuk keselamatan pasiennya. Dibutuhkan program klinis khusus untuk pasien gagal jantung karena jantung merupakan organ vital pada kehidupan manusia yang mulai berdenyut pada masa pembuahan hingga meninggal, frekuensi dan irama denyut jantung yang sesuai merupakan syarat seorang pasien yang sehat dan tidaklah mudah bagi seorang dokter untuk memberikan penanganan yang tersebut dengan cepat ketika pasien gagal jantung dalam keadaan emergensi di rumah sakit.Keselamatan pasien gagal jantung di rumah sakit dapat tercapai dengan:1. Kewajiban moral manajemen + tenaga kesehatan rumah sakit:Sesuai dengan empat kaidah dasar moral etika biomedis2. Kewajiban legal manajemen + tenaga kesehatan rumah sakit:Dasar: UU RI No.29/2004 Pasal 3 tentang PRAKTIK KEDOKTERAN untuk memberi perlindungan kepada pasien 4 kriteria menentukan malpraktik oleh rumah sakit terhadap pasien3. Good hospital management dan good clinical governance:Dilaksanakan bersama oleh direksi dan komite yaitu: membina, mengarahkan, mengendalikan staf medik agar selalu berperilaku profesional dan menjalankan praktik medis sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Asas-asas pelaksanaan good governance:Transparansi, taat hukum dan etika, kemandirian, profesionalisme, keadilan dan akuntabilitas

Tujuan good clinical governance: Melindungi pasien gagal jantung Memberi pengarahan kepada staf medik untuk memberi fasilitas lebih baik kepada pasien gagal jantung

4. Tujuh strategi dasar menuju atau menjaga keselamatan pasien rumah sakit:1. Kepemimpinan yang berfokus pada keselamatan pasien di seluruh rumah sakit2. Sistem manajemen risiko klinis terintegrasi 3. Sistem pelaporan insiden4. Belajar dari pengalaman (analisis akar penyebab)5. Komunikasi dengan pasien6. Penyerapan solusi7. Budayakan keslematan pasien

3.3 ISU ETIK DALAM BUDAYA DAN HUKUM KEDOKTERANUntuk memperkuat dan mempertahankan tindakan yang telah dilakukan oleh seorang dokter yang sudah sesuai dengan prosedur diperlukan pemahaman terhadap budaya yang berlaku dalam masyarakat dan hukum sebagai penanggungjawab dari tindakan seorang dokter.Dalam hukum terdapat:1. Implikasi hukum pidana Pasal 359, 360, 361 KUHP kelalaian yang menyebabkan luka atau mati Pasal 267 dan 268 KUHP pembuatan keterangan palsu Pasal 347, 348, 349 aborsi ilegal Pasal 382 KUHP penipuan dan misrepresentasi Pasal 209 dan 372 KUHP pidana perpajakan Pasal 42 dan 43 UU pengelolaan lingkungan hidup pencemaran lingkungan hidup Pasal 344 KUHP eutanasia Pasal 284-294 KUHP penyerangan seksual2. Implikasi hukum perdata Kelalaian paling sering digugat Perbuatan melanggar hukuma. Tindakan medis tanpa persetujuanb. Membuka rahasia orang tertentuc. Penyerangan privasi seseorang Wanprestasi pelanggaran atas janji atau jaminan gugatan yang sukar dibuktikan

Isu etik budaya dalam penanganan pasien gagal jantung yang dirujuk ke fasilitas lebih baik Dunia medis Indonesia tidak terlepas dari pengobatan tradisional yang diwariskan dari keluarga pada budaya-budaya sebelumnya. Oleh karena itu, pemikiran masyarakatnya pun masih mempercayai hal-hal gaib yang dapat menyembuhkan penyakit tertentu dan ramuan obat-obatan serta menganggap sepele penyakit yang berbahaya. Pada kasus isu etik budaya penanganan pasien gagal jantung ada beberapa faktor yang dapat menghambat penanganannya. Masyarakat yang masih mempercayai warisan atau budaya keluarganya Lingkungan yang masih rendah tingkat pendidikannya Tidak adanya sarana pelayanan kesehatan Tidak adanya mata pencaharian yang menetap sehingga rendahnya tingkat pendapatan

BAB IVPENUTUPDemikian makalah BHP ini kami buat dan kami susun. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami selaku tutorial B1 mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah yang akan kami buat selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi tutorial B1 khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

1