ipal surakarta
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. LAPORAN MAGANG
1. Pengertian Magang Kerja
Magang kerja adalah kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan
oleh mahasiswa secara berkelompok dengan tujuan ke masyarakat atau
dunia kerja. Sasarannya adalah UKM (Usaha Kecil Menengah) dan
koperasi, instansi pemerintah / swasta dan kelompok masyarakat umum.
Bentuk kegiatan magang kerja antara lain : magang, pendampingan,
pelatihan, penyuluhan, pelaporan, dan lain-lain.
Sebelum pelaksanaan magang kerja, mahasiswa lebih dahulu
dibekali dengan berbagai penegtahuan praktis, disamping keahliannya
dalam konsentrasi industri masing-masing. Magang kerja merupakan
Dharma ketiga dari Tri Darma Perguruan Tinggi, yang merupakan
kegiatan intrakurikuler dalam bentuk kegiatan terpadu antara pendidikan
dan pengabdian kepada masyarakat.
2. Tujuan Magang Kerja
a. Agar mahasiswa dapat lebih menguasai dan mendalami materi-materi
perkuliahan di D III Manajemen Industri Fakultas Ekonomi UNS
b. Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung dan pengetahuan
tentang berbagai aktivitas dunia usaha
29

c. Agar mahasiswa setelah lulus dapat memahami dan menghayati
permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia industri
3. Pelaksanaan Magang Kerja
a. Tempat dan waktu pelaksanaan magang kerja
Tempat atau Obyek. : PDAM Kota Surakarta
Waktu : 19 Januari s/d 19 Februari 2004
b. Kegiatan magang kerja
Kegiatan magang kerja dilaksanakan pada tanggal 19 Januari
2004 s/d 19 Februari 2004. Sesuai dengan jurusan yang dimiliki yaitu
Manajemen Industri maka magang kerja dilakukan pada bagian
pengelolaan limbah dalam hal ini adalah Unit Pengelolaan Limbah
(UPL) PDAM Surakarta. Waktu yang ditetapkan perusahaan bagi para
PKL adalah mulai pukul 07.00 sampai 15.30 untuk hari Senin dan
Kamis, untuk hari Jumat pukul 07.00 sampai 11.00 karena instansi
pemerintah maka sistem kerjanya lima hari.
Unit pengelolaan limbah memiliki struktur kerja sebagai berikut :
Ka unit Pengelolaan limbah membawahi :
1. Sub unit perencanaan limbah
2. Sub unit administrasi limbah
3. Sub unit instalasi pengelolaan air limbah (IPAL)
4. Sub unit instalasi pengelolaan lumpur tinja (IPLT)
30

Dari empat bagian unit operasi tersebut peneliti hanya ditempatkan
pada dua unit bagian kerja yaitu sub unit administrasi limbah dan IPAL
dengan rincian tugas-tugas adalah :
Sub Unit Administrasi Limbah :
a. Membantu kepala Unit Pengelolaan Limbah sesuai dengan bidangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Penyusunan anggaran dan laporan keuangan
c. Pengelolaan administrasi kepegawaian, surat menyurat keuangan,
peralatan dan perlengkapan serta inventarisasi
d. Pencatatan pelanggan, penerbitan dan penagihan rekening serta pembuatan
buku kas.
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit
Pengelolaan Limbah.
Sub Unit IPAL
a. Pelaksanaan pengoperasian instalasi dan proses pengelolaan air limbah
dan jaringan perpipaan.
b. Mengawasi dan menilai pekerjaan pembangunan dan perbaikan, yang
diserahkan kepada pihak ketiga.
c. Pengawasan dan menilai pekerjaan pembangunn dan perbaikan, yang
diserahkan kepada pihak ketiga
d. Mengadakan pemantauan kualitas air.
e. Melaksanakan analisa kimia, fisik dan bakteriologi dan pemakaian dan
pengendalian bahan kimia.
31

f. Melakukan penelitian terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran-
pencemaran sumber air.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh Kepala Unit Pengelolaan Limbah.
Demikian laporan magang kerja yang telah dilaksanakan. Melalui
magang kerja tersebut mahasiswa mengetahui bagaimana pengelolaan limbah
dilaksanakan dengan observasi dan terjun secara lanmgsung. Sebagai objek
penulisan tugas akhri maka data yang diambil tentang Peran Unit Pengelolaan
Limbah PDAM kota Surakarta.
B. GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM
Kota Surakarta mempunyai jumlah penduduk lebih dari 550.000 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 0,64% pertahun dalam luas
wilayah 44,040 kilometer persegi. meskipun laju pertumbuhan penduduk
relatif rendah namun dengan adanya orang-orang yang datang pada siang hari
untuk melakukan kegiatan bisnis di Kota Surakarta maka penduduk Kota
Surakarta seolah-olah menjadi 3 kali lipat dari jumlah penduduk sebenarnya.
Masyarakat di Kota Surakarta masih banyak yang membuang sampah
di sembarang tempat misalnya pada saluran drainase dan sungai serta masih
banyak septic tank masyarakat yang tidak berfungsi dengan baik sehingga
tidak mempunyai persyaratan teknis. Kondisi tanah Kota Surakarta terdiri dari
batuan muda (tidak memiliki sifat menyaring), padahal 50% masyarakat masih
menggunakan sumur dangkal sebagai sumber air. Hal ini merupakan salah
32

satu faktor penyebab tercemarnya air tanah oleh septic tank. Selain itu
penggunaan lahan untuk perumahan yang tidak tertata dengan baik terutama
daerah padat hunian menambah semakin tercemarnya air tanah.
Dari kondisi di atas kemudian direncanakan sebuah program untuk
mengatasi tercemarnya lingkungan karena limbah rumah tangga. Selain itu
kebutuhan air bersih masyarakat Kota Surakarta yang semakin meningkat
sedangkan Kota Surakarta tidak memiliki sumber air bersih yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Program Pengelolaan Limbah Cair merupakan sebuah usaha
penanggulangan tercemarnya air tanah dari limbah rumah tangga. Usaha ini
merupakan usaha jangka panjang dalam rangka meningkatkan kualitas air
bersih dan kesehatan lingkungan masyarakat yang pada akhirnya bisa menjaga
kesehatan masyarakat Kota Surakarta. pembangunan sanitasi juga merupakan
salah satu penjabaran Pemerintah dalam usaha memenuhi Undang-Undang RI
No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Perencanaan Pengelolaan Limbah Cair dilaksanakan oleh Pemerintah
Kota Surakarta dalam hal ini PDAM setelah mendapat instruksi dari
Pemerintah Pusat. Menurut Ketua Unit Pengelolaan Limbah, Agus Saryono
SE, keinginan untuk mengelola limbah ini sudah lama muncul, hanya saja
tidak ada dana untuk mewujudkannya. Secara kebetulan Pemerintah Pusat
mempunyai rencana untuk lebih meningkatkan kualitas kesehatan lewat
program sanitasi, dan secara kebetulan Kota Surakarta menjadi salah satu
daerah yang mendapat bantuan dana untuk pembangunan sanitasi.
33

C. PERAN UNIT PENGELOLAAN LIMBAH
Peran UPL yang dimaksud dalam penelitian ini, sesuai dengan Perda
No. 3 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Cair di Kota Surakarta hanya
sebatas mengelola air limbah domestik saja dan tidak pada pengelolaan limbah
hasil industri atau pabrik. Oleh karena itu penulis mencoba menganalisa peran
yang dilakukan oleh UPL dalam rangka mengelola air limbah yang ada di
Kota Surakarta.
Untuk memudahkan penelitian maka penulis mengkategorikan peran
UPL yaitu sebagai berikut:
1. Merencanakan, Menyusun Rumusan Kebijaksanaan dan Teknis
Peran UPL dalam merencanakan pengembangan pengelolaan
limbah diawali dengan pengembangan jaringan sambungan rumah.
Dengan pengembangan jaringan tersebut diharapkan dapat
mengoptimalisasikan keberadaan IPAL yang sudah ada untuk melayani
pengelolaan limbah rumah tangga.
Di dalam melaksanakan perencanaan ini UPL mempunyai unit
perencanaan yang bertanggung jawab merencanakan pengelolaan air
limbah baik itu di jaringan, sambungan limbah maupun operasional IPAL
dan IPLT. Perencanaan yang dilakukan berdasarkan adanya kebutuhan
yang ada di masyarakat akan pentingnya air bersih.
Perencanaan dalam hal optimalisasi pengelolaan sanitasi harus
diimbangi dengan sambungan rumah yang ada. Dari tahu ke tahun dapat
diketahui bahwa ada pengembangan sambungan rumah. Pada tahun 2001
34

hanya terdapat 6.611 sambungan rumah kemudian pada tahun 2002
bertambah menjadi 8.605 sambungan rumah, pada tahun 2003 bertambah
menjadi 9.807 sambungan rumah dan pada tahun 2004 ini akan ada
pemasangan 731 sambungan rumah sehingga total mencapai 10.538
sambungan rumah.
Tabel III.1
No Kecamatan Kelurahan Potensi (Unit) Keterangan
I
II
III
Banjarsari
Laweyan
Serengan
1. Nusukan
2. Kadipiro
3. Timuran dan Punggawan
4. Mangkubumen
1. Sondakan
2. Pajang
3. Bumi dan Laweyan
4. Panularan
5. Penumping
1. Serengan
2. Kratonan
3. Tipes
59
50
41
45
48
42
38
43
45
70
35
42
Selatan kali Jenes
35
Rencana Pemasangan Sambungan Rumah Air Limbah Kota Surakarta Tahun 2004

IV
V
Pasar Kliwon
Jebres
1. Joyosuran
2. Semanggi
3. Kauman dan Baluwarti
1. Mojosongo
40
33
35
65
JUMLAH 731
Sumber: Arsip PDAM
Di dalam menjalankan program kerjanya, UPL mempunyai
kemudahan karena di Kota Surakarta sudah ada jaringan perpipaan
peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1940 terdiri dari sub sistem
Mangkunegaran, sub sistem Kasunanan dan sub sistem Jebres dengan
panjang pipa ± 40 km. Sistem tersebut terdiri dari pipa beton, sedangkan
sistem Mojosongo terdiri dari 20,5 km (pipa beton dan PVC) dibangun
tahun 1983. Pada pengembangan selanjutnya dibangun melalui proyek
P3KT (Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu) yang pelaksanaan
pembangunannya bersamaan dengan Kota Semarang sektor sanitasi mulai
tahun 1994 sampai dengan mengembangkan Sanitasi Kota Surakarta
dengan mengembangkan tradisi pengkajian di bidang pengelolaan limbah.
UPL juga senantiasa memperbaharui diri melalui proses organisasi sesuai
dengan dinamika lingkungan hidup dalam rangka pencapaian tujuan dalam
pengelolaan limbah domestik yang ada di Surakarta yaitu tercapainya
derajat kesehatan yang baik. Hal tersebut juga tidak lepas dari keterlibatan
36

unsur masyarakat di dalamnya, yaitu dengan menumbuhkan kesadaran
pada masyarakat akan pentingnya usaha penyelamatan lingkungan hidup.
Untuk pengerjaan proyek sanitasi di Surakarta dimulai tahun 1995
silam secara bertahap. Proyek tersebut terdiri dari pembangunan IPAL,
IPLT, pemasangan pipa interseptor, pipa sekunder, pipa lateral serta
pengembangan prasarana dan sarana pemukiman Jateng itu dibagi dua
yakni kawasan Solo bagian Utara dengan IPAL Mojosongo serta Solo di
bagian Selatan dengan IPAL Semanggi.
Program-program UPL Surakarta yang menjadi tantangan UPL
Surakarta ke depan adalah mampu menjadi sebuah badan pengelola limbah
yang bertanggung jawab atas lingkungan hidup, khususnya pada
pengembangan air bersih. dengan mengurangi pencemaran air di Kota
Surakarta dapat diwujudkan dengan peningkatan:
a. Sumber daya manusia di lingkungan UPL
Adanya usaha peningkatan pendidikan bagi personil UPL
disesuaikan dengan bidang-bidang yang dibutuhkan. Dalam hal ini Upl
telah mengadakan beberapa usaha peningkatan SDM tersebut dengan
cara mengikuti training ataupun kursus-kursus yang diadakan oleh
Departemen Kimpraswil atau lembaga-lembaga perguruan tinggi
Universitas Diponegoro yang mengadakan training mengenai masalah-
masalah limbah yang diikuti oleh UPL.
37

b. Perencanaan dan riset meliputi
1). perencanaan sosial
Yaitu dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan
tanggung jawab bersama dalam memelihara lingkungan hidup
khususnya menanggulangi pencemaran air Kota Surakarta. Hal ini
dilakukan dengan cara mengadakan penyuluhan dan sosialisasi
mengenai masalah tersebut.
2). sarana, prasarana dan infrastruktur
Adanya penambahan peralatan-peralatan penunjang dalam
pengelolaan air limbah yaitu sambungan rumah pipa air limbah,
laboratorium air limbah rumah tangga, mesin pembersih pipa air
limbah yang dapat mendukung pelaksanaan pengelolaan air
limbah. Selain itu juga adanya penambahan yang diharapkan
seperti penambahan jaringan perpipaan, penambahan sambungan
rumah, dan peningkatan kapasitas IPAL.
c. Pelayanan publik (human service)
Kaitannya dengan pelayanan publik, UPL ke depan lebih
memberikan pelayanan yang baik dan cepat kepada masyarakat atau
pelanggan terhadap pengaduan ataupun kendala-kendala dari
masyarakat.
38

d. Peranan aktif dalam pemantauan lingkungan hidup khususnya
pencemaran air pada masyarakat.
Yaitu mengadakan penelitian laboratorium air bersih dari
contoh air yang tercemar limbah. Ini juga sebagai lanjutan dari
pelayanan publik. Sehingga dengan penelitian tersebut dapat dilakukan
penetralisasian terhadap air yang tercemar.
Adanya kerja sama dengan Kantor Lingkungan Hidup dalam
pengecekan daerah-daerah yang tercemar limbah.
PDAM dalam hal ini juga ingin mengembangkan konsep
“Waterworks” dimana pengelolaan air limbah yang terpadu dan
berkesinambungan. Untuk saat ini pengelolaan memang masih
dikonsentrasikan pada peningkatan kualitas air bersih dan pengembangan
jaringan (peningkatan pelanggan), pada akhirnya nanti konsentrasi
pengelolaan justru akan bergeser pada air limbah, dimana pengelola akan
berusaha mengambalikan kualitas air buangan dari air tanah tanpa
ketakutan akan adanya pencemaran.
Selain hal tersebut di atas, program UPL ke depan yaitu bagaimana
dapat terciptanya kolaborasi air UPL dan publik akan semakin nyata
sehingga bersama masyarakat. UPL akan menanggulangi pencemaran air
di Kota Surakarta. Untuk mewujudkan itu semua maka UPL masih akan
memperluas jaringan kerja dalam mengatasi keterbatasan pembiayaan
program-program mendatang. Mengingat hingga akhir tahun 2003 UPL
harus mampu mengadakan pembiayaan sendiri. Namun demikian UPL
39

masih mengharapkan akan adanya bantuan pembiayaan dalam upaya
pengembangan infrastruktur di unit pengolahan dan sambungan rumah
sehingga seiring dengan pembiayaan, pelayanan UPL pada pihak publik
diikuti dengan kesadaran masyarakat akan tanggung jawab bersama dalam
memelihara lingkungan hidup, khususnya menanggulangi pencemaran air
di Kota Surakarta. Sehingga diharapkan UPL di masa yang akan datang
benar-benar mampu menjadi badan pengelolaan air limbah mandiri.
2. Melaksanakan Pengoperasian, Penyambungan Jaringan,
Pemeliharaan dan Pengelolaan Sarana dan Jaringan Limbah
Setelah merencanakan dan menyusun kebijaksanaan dan teknis
maka peran dari UPL selanjutnya yaitu melaksanakan pengoperasian,
penyambungan jaringan, pemeliharaan dan pengelolaan sarana dan
jaringan limbah. Adapun dalam pelaksanaan pengoperasian IPAL di
Surakarta dibagi menjadi dua, yaitu:
a. IPAL Mojosongo
Kapasitas IPAL Mojosongo adalah 25 lt/dt, melayani Surakarta
bagian utara mencakup Perumnas Mojosongo, Nusukan dan Kadipiro
dengan jumlah sambungan rumah 2900 unit, namun dapat
dikembangkan menjadi 4320 unit. Sistem pengelolaan yang digunakan
adalah sistem pengelolaan Aerated Facultative Lagoon atau
pengolahan secara biologi dengan BOD 200-1000 mg/lt menjadi air
olahan dengan BOD 40 mg/lt. Untuk debit rata-rata per hari adalah
40

3750 m3 dengan waktu tinggal 3,7 hari. Karena sistem pengaliran
buangan air limbah secara gravitasi maka di Perumnas Mojosongo
juga dilengkapi 3 buah stasiun pompa yaitu di Sibela, Malabar, dan
Dempo.
Proses pengolahannya, yaitu:
1). Bak Pengendap Awal
Air buangan yang dipompa dari sumur pump masuk ke bak
awal, disini pasir yang ikut terbawa akan mengendap, kemudian
pada saat tertentu bak pengendap awal perlu dikuras secara manual
dan lumpurnya ditampung di Sludge Drying Bed.
2). Aerated Lagoon I
Dari bak pengendap awal air buangan secara gravitasi akan
mengalir menuju ke aerated lagoon I, pada lagoon I, aerator
dihidupkan untuk menambah oksigen yang diperlukan
mikroorganisme untuk menguraikan zat organik.
3). Aerated Lagoon II
dari lagoon I air akan mengalir secara gravitasi ke lagoon II
dan di sini aerator juga harus dihidupkan untuk menambah
oksigen. Kebutuhan penambahan oksigen pada lagoon I dan II
sebanyak 26 kg oksigen per jam, kemudian lumpur yang
mengendap di dua lagoon tersebut diproses dengan cara
memompakan lumpur tersebut ke bak pengering (sludge drying
bed).
41

4). Sedimentasi pond
Air buangan dari lagoon II secara gravitasi akan mengalir
ke bak sedimentasi, dari sini air buangan di buang ke sungai
sedang lumpurnya dikuras setelah berumur 2 tahun, periode
pengurasan 6 bulan sekali.
5). Sludge Drying Bed
Lumpur yang dipompa dari lagoon I dan II maupun
sedimentasi pond akan mengalir masuk sludge drying bed, secara
bergiliran hingga semua bak terisi. Setelah waktu 30 hari lumpur
diambil untuk dibuang atau dimanfaatkan sebagai pupuk.
6). Bak Penampungan Supernatan
fungsinya sebagai penampung air rembesan dari lumpur
yang dikeringkan di sludge drying bed. Air rembesan ini akan
dipompakan kembali ke lagoon I demikian seterusnya dioperasikan
melalui kontrol panel yang ada di dalam bangunan kantor dan
laborat.
b. IPAL Semanggi
Kapasitas IPAL Semanggi adalah 45 lt/dt, untuk melayani 7700
sambungan rumah dengan cakupan daerah Kota Surakarta bagian
selatan yaitu daerah Kasunanan dan Mangkunegaran. Sistem IPAL
Semanggi menggunakan sistem bioaktived sludge dengan BOD 200-
400 mg/lt menjadi air olahan dengan BOD 40 mg/lt.
42

Proses pengolahannya, yaitu:
1). Grit Chamber
Pada proses awal, air buangan masuk ke Grit Chamber
untuk dipisahkan antara bagian limbah yang padatan dan kasar.
2). Bak Equalisasi
Dari Grit Chamber air buangan dialirkan ke bak equalisasi
untuk melakukan proses penyamaan larutan, pH dan sebagainya.
3). Bak Aerasi
Di bak aerasi ini dipompa udara (oksigen) secukupnya yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk menguraikannya.
4). Bak Penampungan Akhir
Di bak ini air buangan yang sudah diolah disalurkan ke
perpipaan (outlet) menuju sungai.
Gambar III.1 Diagram Alir IPAL
43

Dari 2 IPAL di atas maka dapat dilihat teknologi yang digunakan
baru sebatas pengolahan air limbah untuk rumah tangga sedangkan untuk
limbah industri sampai saat ini belum dapat ditangani oleh UPL Surakarta.
Proses pengolahan limbah dengan melalui berbagai macam tahap
tersebut diharapkan dapat mengurangi tingkat pencemaran air di sungai-
sungai di Surakarta, karena diprediksikan beberapa tahun ke depan
beberapa sungai yang melalui Kota Surakarta tidak akan mampu menerima
beban pencemaran domestik maupun industri kecil yang ada. Penting bagi
industri rumah tangga maupun industri besar untuk memiliki IPAL sendiri
sehingga limbahnya tidak langsung dibuang ke sungai. Berikut ini prediksi
pencemaran Kota Surakarta yang dipantau dari 4 sungai uatama yang
masih menjadi andalan bahan baku air bersih bagi masyarakat yang belum
mendapat pelayanan air bersih dari PDAM:
44

Tabel III.2
Prediksi Pencemaran di Empat Sungai Utama di Surakarta
1995 1996 2001 2005*)
Kali Premulung mg/l
BOD 4,20
COD 9,00
DO 4,28
Kali Pepe mg/l
BOD 18,20 56,60 65 72,80
COD 34,10 129,50 121 139,0
DO 3,40 6,60 0,70 5,20
Kali Jenes mg/l
BOD 19,50
COD 47,30
DO 0
Bengawan Solo mg/l
BOD 23,00 34,40 61,25 76,30
COD 11,60 74,89 132 145,0
DO 6,19 4,40 5,60
Sumber:
1. Laporan survey dan pengukuran air limbah PDAM tahun 1996
2. Industrial Waste Water study for Semarang & Surakarta MLD 1995
3. Laporan VICL UPL Sistem Air Limbah Surakarta PT. Indra Karya,
2000
*) Prediksi Linier, Widyo Pranoko, Pengelolaan Sanitasi Surakarta,
makalah, 2001
45

Dari tabel di atas dapat kita ketahui karakteristik kimia yang
terkandung dalam air.
1. BOD
Biochemical Oxygen Demand (BOD) yaitu kebutuhan oksigen yang
diperlukan oleh bakteri mikroorganisme untuk menguraikan atau
mengoksidasi zat organik di dalam air selama pengeraman 5 × 24 jam
pada suhu 20oC. Jika nilai BOD tinggi maka air sudah tercemar dan
tidak layak untuk dikonsumsi. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan domestik atau
industri dan untuk mendesaian sistem-sistem pengolahan biologis
untuk air buangan tersebut. Konsentrasi BOD maksimum yang
diperbolehkan untuk limbah cair golongan II berdasarkan PP no 82
tahun 2001 adalah sebesar 3 mg/l, sedangkan berdasarkan SK
Gubernur Jawa Tengah no. 660.1/02/1997 adalah sebesar 159 mg/l.
2. COD
Chemical Oxygen Demand (COD) yaitu jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi organik dalam air scara kimia.
Konsentrasi COD maksimum yang diperbolehkan untuk limbah cair
golongan II berdasarkan PP no 82 tahun 2001 adalah 25 mg/l,
sedangkan berdasarkan SK Gubernur Jawa tengah No. 660.1/02/1997
adalah 300 mg/l.
46

3. Oksigen terlarut (DO)
Dissolved Oxygen (DO) adalah jumlah oksigen terlarut yang terdapat
di dalam air yang dinyatakan dalam mg/l dengan menjadi indikator
pencemaran. Semakin kecil nilai DO maka perairan tersebut semakin
tercemar. Batas minimum DO limbah cair golongan II bedasarkan PP
no. 82 tahun 2001 adalah 4 mg/l, sedangkan menurut SK Gubernur
JawaTengah No. 660.1/02/1997 adalah tidak diisyaratkan.
Agar pengelolaan IPAL dapat berjalan sesuai dengan prosedur
pengelolaan yang telah ditetapkan maka perlu dilakukan pemeliharaan dan
pengelolaan sarana dan jaringan limbah. Upaya-upaya yang dilakukan
antara lain dengan pengecekan sambungan dan jaringan perpipaan serta
sarana pendukung operasional lainnya. Pengecekan itu dilakukan secara
rutinitas dimulai dari sambungan rumah tangga sampai ke pipa primer
yang menuju ke IPAL untuk selanjutnya diolah. Pengecekan tersebut
meliputi pembersihan pada pipa-pipa sambungan dari rumah ke rumah, hal
ini terutama dilakukan apabila ada laporan dari rumah tangga yang
mengeluhkan sambungan pipanya macet atau tersumbat. Biasanya
pelanggan hanya menelpon dan kemudian ditindaklanjuti UPL dengan
mendatangi tempat yang dilaporkan.
47

3. Pelaksanaan Pengawasan dan Pemantauan Kualitas Air
Dalam pelaksanaan pengawasan dan pemantauan kualitas air
limbah, selain dilakukan uji laboratorium dari intern PDAM juga
dilakukan uji lab dari luar yaitu dari Kantor Lingkungan Hidup dan
laboratorium UNS. Pengawasan secara intern dilakukan oleh satuan
pengawas intern yang mengawasi operasional kinerja air limbah. Di
samping itu ada pengawasan yang dilakukan oleh pihak luar seperti Badan
Pengawas Keuangan Daerah (BPKD) dan Bawasda.
Pemantauan kualitas air buangan sesuai dengan jadwal yaitu
sebulan sekali. Divisi pengelolaan limbah sering ke lapangan untuk
mengecek, antara lain dilakukan di pintu-pintu penggelontor misal di pintu
air Kleco, Serengan, Kali Jenes hingga ke IPAL, juga di daerah yang
sering ada laporan mampet. Apabila ditemukan keadaan seperti itu segera
ditangani, pengecekan tersebut selain dilakukan secara rutin seringkali
juga dilakukan ketika ada laporan dari masyarakat.
Dua peralatan yang selama ini digunakan UPL untuk
membersihkan saluran air limbah adalah mobil Rom Combi 500 dan
penyedot KJ-2200. Rom Combi 500 bisa digunakan pada saluran pipa air
limbah (pipa lateral, pipa sekunder dan pipa pengumpul). Diameter 150
mm s/d 500 mm. Cara kerja mesin tersebut yaitu dengan cara air
disemprotkan melalui selang yang sudah dipasang nozel kemudian
dimasukkan ke dalam pipa yang akan dibersihkan (penyemprotan air
tersebut bertekanan tinggi), dan bisa mencapai 150 Bar.
48

Sedangkan KJ-2200 digunakan untuk membersihkan saluran pipa
air limbah pada sambungan rumah. Jadi KJ-2200 ini direkomendasikan
untuk saluran pipa dengan diameter 1 ¼“ s/d 6” dengan cara kerja seperti
Rom Combi 500.
Biasanya pelanggan air limbah menelpon kantor UPL PDAM
ketika ada saluran air limbah di rumahnya yang tersumbat. Laporan
tersebut langsung ditindaklanjuti oleh UPL dengan mendatangi rumah
pelanggan untuk mengecek. Dalam kesempatan itu, petugas juga
seringkali menghimbau kepada pelanggan pengguna pelayanan limbah
agar tidak membuang bungkus samphoo atau potongan sayuran ke dalam
saluran air limbah sehingga tidak menyumbat saluran.
Selain itu air hujan juga tidak diperbolehkan dialirkan ke saluran
air limbah karena apabila hujan maka saluran akan membludhak karena
tidak muat menampung air.
menurut Kepala Sub Unit Perencanaan UPL PDAM Ir. Nanang
Pirmono, syarat air buangan sudah diatur dalam SK Gubernur Jawa
Tengah No. 660.1/02/1997 tentang peruntukan sungai, dimana untuk
Sungai Bengawan Solo yang merupakan badan sungai masuk dalam
golonganC, oleh karena itu air limbah buangan harus memenuhi standar
air buangan golongan 2 yaitu tidak boleh melebihi ambang batas 50 mg/lt.
Secara berkala, air limbah yang diolah di kedua IPAL tersebut selalu
dimonitor sifat fisik maupun kimiawinya, yang dilakukan oleh Kantor
49

Lingkungan Hidup, Laboratorium Teknik Penyehatan UNS serta
Laboratorium PDAM sendiri.
Tabel III.3
Sifat dan Sumber Asal Air Limbah
Sifat Air Limbah Sumber Asal Air Limbah
Sifat Fisik:
Warna Air buangan RT dan industri serta bangkai benda organis
Bau Pembusukan air limbah dan limbah industri
Endapan Penyediaan air minum, air limbah rumah tangga dan
industri, erosi tanah, aliran air rembesan
Temperatur Air limbah RT dan industri
Kandungan Bahan Kimia
Organik:
Karbohidrat Air limbah RT, perdagangan serta limbah industri
Minyak, lemak, gemuk Air limbah RT, perdagangan serta limbah industri
Pestisida Air limbah pertanian
Fenol*) Air limbah industri
Protein Air limbah RT, perdagangan
Deterjen **) Air limbah RT, dan industri
Lain-lain Bangkai bahan organik
Anorganik:
Kesadahan Air limbah dan air minum RT serta rembesan air tanah
Klorida Air limbah dan air minum RT serta rembesan air tanah
50

dan pelunak air
Logam Berat ***) Air limbah industri
Nitrogen Air limbah RT dan pertanian
PIHAK Air limbah industri
Fosfor Air limbahRt dan industri, serta limpahan air hujan
Belerang Air limbah dan air minum RT serta limbah industri
Bahan-bahan beracun****) Air limbah industri
Gas-gas:
Hidrogen Sulfida Pembusukan limbah RT
Metan Pembusukan limbah RT
Oksigen Penyediaan air minum RT serta perembesan air
permukaan
Kandungan Biologi:
Binatang Saluran terbuka dan bangunan pengolah
Tumbuh-tumbuhan Saluran terbuka dan bangunan pengolah
Protista Air limbah RT dan bangunan pengolah
Virus Air limbah RT
Sumber: Adi Nugroho dan Metealf and Eddy (1979), Mewujudkan Kota
Solo Hijau dan Berkelanjutan, makalah, 2001
*) Fenol dihasilkan oleh industri dan jika konsentrasinya mencapai 500 mg/lt
masih dapat dioksidasi melalui proses biologis, tetapi akan sulit penguraiannya
apabila telah mencapai kadar yang melebihi tersebut di atas.
51

**) Deterjen adalah golongan dari molekul organik yang digunakan sebagai
pengganti sabun untuk pembersih supaya mendapatkan hasil yang lebih baik.
Sebelum tahun 1965 deterjen ini disebut sebagai Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
yang menimbulkan busa dan sulit diurai baik melalui proses biologis, bahan dasar
deterjen adalah minyak nabati atau minyak bumi yang dipakai adalah
hidrokarbon parafin dan olefin.
***) Nikel, magnesium, timbal, kromium, kadmium, zeng, tembaga, besi, dan air
raksa, perlu diawasi jumlah kandungannya dalam air limbah.
****) Tembaga, timbal, perak, dan krom serta arsen dan boron adalah zat yang
sangat beracun terhadap mikroorganisme, selain itu untuk kation seperti sianida
(CN) dan kromat (Cr) juga sering terdapat dalam limbah industri.
Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai
komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan
tetapi, secara garis besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dapat
dikelompokkan seperti pada skema berikut ini:
Gambar III.2
Komposisi Air Limbah
Sumber: Sugiharto, dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, UI Press Jakarta, 1987
52
Air (99,9%)
Air Limbah
Bahan padat (0,1%)
Organik Anorganik
Protein (65%)Karbohidrat (25%)Lemak (10%)
ButiranGaramMetal

Pengecekan yang dilakukan bisa dilakukan secara visual, dapat
dilihat dari warna, bau dan pengukuran kadar BOD dan pH. Karena IPAL
hanya untuk membuang limbah rumah tangga maka warnanya hanya
warna air keruh biasa. Direktur Teknik PDAM Ir. Sumedi Wasisto
mengatakan, limbah domestik yang masuk ke IPAL diproses secara alami
dengan metode proses oksidasi untuk menurunkan kandungan COD dan
BOD, dengan demikian memenuhi baku mutu sebagai air buangan setelah
itu baru dibuang ke Sungai Bengawan Solo.
Pengujian BOD menggunakan alat khusus yang dilakukan oleh
Kantor lingkungan Hidup. Setiap satu bulan, dua kali petugas KLH datang
untuk mengambil sampel air limbah dari IPAL Semanggi dan Kedung
Tungkul. Kurang lebih membutuhkan waktu 5 hari hingga satu minggu
untuk memeriksa kadar BOD tersebut. Sementara itu untuk pengukuran
pH, KLH membawa alat yang dinamakan pH meter kemudian dicelupkan
ke air dan angka yang ada di pH meter langsung menunjukkan. Selama ini
pemeriksaan kadar BOD dan pH di IPAL menunjukkan masih di bawah
ambang batas sehingga dapat dikatakan baik. Jika tidak memenuhi standar
air buangan maka KLH akan memberikan surat kepada UPL untuk
mengolah kembali, misal apabila kurang basa atau kurang asam maka ada
penambahan zat tertentu untuk menetralisir.
Secara langsung organisme perairan membutuhkan kondisi air
dengan tingkat kemasaman tertentu. Air dengan pH yang terlalu tinggi
atau terlampau rendah dapat mematikan organisme, demikian pula halnya
53

dengan perubahannya. Umumnya organisme perairan dapat hidup pada
kisaran pH antara 6,7 dan 8,5. Perubahan suatu senyawa ke perairan
kendalanya telah menyebabkan perubahan pH menjadi lebih kecil dari 6,7
atau lebih besar dari 8,5 (Kusnoputranto, 1997:115).
Nilai BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan
mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan
organik buangan dalam air (Saeni, 1995). Di dalam air terdapat banyak
senyawa organik (asam lemak, cellulosa, asam organik, lemak, dan
protein) dan organik terlarut (logam berat, amoniak, nitrit) serta
mikroorganisme yang berpotensi mengkonsumsi oksigen. semakin besar
BOD menunjukkan bahwa derajat pengotoran limbah semakin besar (Jaya
dkk, 1994).
Nilai COD merupakan ukuran dari pencemaran air oleh bahan-
bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses kimia
dna mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang
lebih tinggi dari uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi
biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam COD (Alaerts,
1987).
Selama ini proses pengolahan IPAL berpedoman pada SK
Gubernur dan SK Menteri Lingkungan Hidup no. 51/MenLH/1995 untuk
logam berat yang harus dipernuhi standar pengolahan limbah industri.
untuk saat ini hasil pengecekan dan pemantauan dari KLH dan Lab UNS
54

menunjukkan hasil buangan IPAL sudah memenuhi kisaran standar
industri sehingga memenuhi kelayakan baku mutu air buangan.
4. Pelaksanaan Pemungutan Retribusi
Pelaksanaan pemungutan retribusi berdasarkan pada SK Walikota
Surakarta No. 15 tahun 2002 mengenai Penetapan Tarif Pengelolaan
Limbah dan Golongan Pelanggan Limbah. Obyek tarif pengelolaan limbah
adalah jasa pelayanan pengelolaan limbah yang dikelola dan atau dimiliki
oleh perusahaan.
Jaringan instalasi pengelolaan limbah sebagaimana yang dimaksud
adalah terdiri dari:
a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
b. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Subyek penetapan tarif pengelolaan limbah cair adalah orang
pribadi atau badan yang memperoleh jasa pelayanan pengelolaan limbah,
badan yang dimaksud dalam hal ini yaitu badan yang berbentuk badan
hukum dan badan yang tidak berbentuk badan hukum. penetapan tarif
pengelolaan limbah didasarkan pada fungi bangunan. penetapan struktur
dan besarnya tarif pengelolaan limbah ditentukan oleh golongan
pelanggan.
55

Tabel III.4.
Struktur Tarif Berdasarkan Golongan Pelanggan
TarifGolongan
PelangganStatus Peruntukan Bangunan
Tarif Per
Bulan
A Rumah Tangga I Rumah Tangga dengan luas bangunan < 21 m2
Tempat Ibadah
Panti Asuhan
Yayasan sosial
Rp. 5.000
B Rumah Tangga II Rumah Tangga dengan luas bangunan > 21 m2
MCK
Puskesmas
Rp. 7.500
C Komersial I Sekolah (TK, SD, SMP, SMA, Perguruan
Tinggi)
Pemerintahan (Saranan Instansi Pemerintahan,
Pasar milik Pemerintah)
Toko kecil, warung kecil, wartel, bengkel
sepeda motor, tempat cuci sepeda motor
Praktek Dokter (Dokter Umum, Dokter
Spesialis, Dokter Gigi, Dokter Hewan)
Kasatrian (TNI dan POLRI)
Pondok Pesantren
Toko Obat dan Apotek
Rp. 20.000
56

D Komersial II Toko Sedang dan Besar
Katering
Bengkel mobil dan tempat cuci mobil
Kantor swasta (Asuransi, Keuangan,
Laboratorium swasta)
Tempat Hiburan (Diskotik, Karaoke, Pub,
Panti Pijat, Bioskop, Salon, Cafe)
Poliklinik Swasta
Tempat Indekost, asrama
Rp. 30.000
E Niaga I Hotel Melati
Perusahaan Kecil (Pegawai < 100 orang)
Supermarket
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Makan
Show Room kendaraan bermotor
Rp. 50.000
F Niaga II Hotel Berbintang
Perusahaan Besar (Pegawai > 100 orang)
Restoran
Kantor Bangunan tinggi
Rumah sakit Swasta
Rp. 100.000
Sumber : PDAM Surakarta
57

Hingga saat ini pemungutan retribusi air limbah tersebut masih
belum maksimal. Selama 3 bulan pertama sejak diberlakukannya
penetapan tarif air limbah pada Januari tahun 2003, belum banyak
masyarakat yang mau membayar tarif air limbah.
5. Pelaksanaan Koordinasi serta Kerja Sama dengan Dinas atau
Instansi/Lembaga Lain Guna Kelancaran Pelaksanaan Tugas
Pelaksanaan koordinasi dengan dinas atau instansi lain dalam
pengelolaan IPAL masih terbatas dan belum ada kooordinasi secara rutin
yang diselenggarakan oleh UPL Surakarta.
Koordinasi dan kerja sama dianggap juga sebagai salah satu cara
terbaik untuk mencegah ketidakefisienan. Mekanisasinya berawal dan
bersumber pada kesadaran dan kesediaan setiap instansi untuk
berkoordinasi dan bekerja sama dengan instansi atau lembaga lainnya
dalam mencapai tujuan yang diharapkan dan direncanakan.
Pembahasan mengenai pelaksanaan kooordinasi serta kerjasama
dengan dinas atau instansi lain yaitu mencakup:
a. P2SP (Proyek Pengembangan Sarana Perkotaan) Jawa Tengah
P2SP ini merupakan tangan panjang dari Menteri Pemukiman
dan Prasarana Wilayah yang bekerja sama dengan UPL dalam hal
pembangunan proyek sanitasi di perkotaan dan juga menopang dana
operasioanl IPAL selama dua tahun yaitu tahun 2002 dan 2003.
58

b. DPU (Dinas Pekerjaan Umum)
Koordinasi serta kerja sama yang dilakukan dengan DPU
dalam rangka pengelolaan limbah yaitu melihat bahwa jaringan limbah
yang ada khususnya peninggalan Belanda ini lebih detail yang
memiliki gambarnya adalah DPU. Maka dari itu UPL berkoordinasi
serta bekerja sama dalam hal menangani keluhan-keluhan dari
pelanggan mengenai saluran pipa yang mampet atau tersumbat juga
mengontrol jaringan perpipaan yang merupakan peninggalan Belanda
itu.
c. KLH (Kantor Lingkungan Hidup)
Bahwa koordinasi serta kerja sama yang dilakukan terkait
dengan pengecekan hasil olahan air limbah. Apakah sudah layak
sebagai mutu air buangan atau belum, dan juga pengurangan dari kadar
“kimia ataupun unsur-unsur beracun” lainnya yang terkandung dalam
air limbah hasil olahan tersebut untuk dibuang ke sungai. Biasanya
pengecekan ini dilakukan sebulansekali langsung dari KLH sendiri
yang melaksanakan.
d. Kelurahan
Yaitu kelurahan sebagai media atau tempat untuk diadakan
penyuluhan ataupun sosialisasi antara UPL dengan warga, terkait
pengelolaan limbah dan juga memberi pengetahuan mengenai
pentingnya menggunakan fasilitas saluran sanitasi air limbah yang
dialirkan ke IPAL itu sendiri.
59

Melihat koordinasi yang selama ini sudah dilakukan oleh UPL
dengan dinas/instansi lain demi kelancaran tugas UPL di atas maka dapat
disimpulkan koordinasi yang rutin itu terkait dengan dana proyek
pembagunan IPAL dan biaya operasional yaitu dengan P2SP serta pihak
lain seperti kelurahan, DPU, dan KLH untuk kemajuan pengelolaan
limbah.
60