intoleransi laktosa.doc
DESCRIPTION
intoleransi laktosaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Susu merupakan sumber nutrien yang penting untuk pertumbuhan
bayi mamalia, termasuk manusia yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak, mineral dan vitamin. Sejak dari masa bayi hingga dewasa dan usia
lanjut, orang terbiasa mengkonsumsi susu atau produk susu. Saat usia bayi
sampai usia balita adalah saat dimana konsumsi susu biasanya sangat
diperlukan karena nilai gizi yang dikandung susu.1
Laktosa merupakan satu-satunya karbohidrat dalam susu mamalia,
merupakan disakarida yang terdiri dari gabungan monosakarida: glukosa dan
galaktosa. Kadar laktosa dalam susu sangat bervariasi antara satu mamalia
dengan yang lain. Air susu ibu (ASI) mengandung 7% laktosa, sedangkan
susu sapi hanya mengandung 4%.1
Keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa menjadi gula
sederhana dengan bantuan enzim laktase. Berbeda dengan sebagian besar
mamalia yang tidak lagi memproduksi laktase sejak masa penyapihan, pada
manusia laktase terus diproduksi sepanjang hidupnya. Bisa dikatakan hampir
setiap orang pernah mengkonsumsi susu atau produk susu. Sejak dari masa
bayi hingga dewasa dan usia lanjut, orang terbiasa mengkonsumsi susu atau
produk susu. Tanpa laktase yang cukup manusia tidak dapat/mampu
mencerna laktosa sehingga akan mengalami gangguan pencernaan seperti
sakit perut dan diare yang dikenal sebagai intoleransi laktosa atau defisiensi
laktase.2
Intoleransi laktosa atau defisiensi laktose merupakan salah satu
masalah penting bagi kesehatan masyarakat. Kelainan ini terdapat sangat luas
di negeri yang sedang berkembang seperti di beberapa negara di Afrika, Asia
dan Amerika. Angka kejadian intoleransi laktosa di Swedia diperkirakan
berkisar antara 0,5–1,5%. Di Amerika Utara perkiraan jauh lebih rendah dari
0,5%. Di Afrika angka kejadian intoleransi laktosa diperkirakan 81%,
1
Muangthai 84% dan India 83%. Sedangkan di Indonesia angka kejadiannya
juga tinggi, yaitu 86,4% pada anak yang mengalami malnutrisi energi protein,
72,2% bayi baru lahir, 51,3% anak umur 1 bulan – 2 tahun.2,3
B. Tujuan
Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan intoleransi laktosa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ada beberapa terminologi yang perlu dipahami sehubungan dengan
gangguan absorbsi laktosa, yaitu:1
1. Defisiensi laktase yaitu keadaan dimana aktifitas enzim laktase rendah
(atau tidak ada) pada pemeriksaan hasil biopsi mukosa usus halus.
2. Malabsorpsi laktosa yaitu ketidakmampuan usus halus mengabsorbsi
laktosa yang dibuktikan dengan pemeriksaan yang sesuai (uji beban
laktosa, uji hidrogen pernafasan).
3. Intoleransi laktosa yaitu munculnya gejala-gejala klinis setelah makan atau
minum bahan yang mengandung laktosa (mencret, mual, muntah, perut
kembung dan sakit perut).
Hal yang perlu diperhatikan ialah karena seseorang dengan defisiensi laktase
belum tentu mengalami malabsorpsi laktosa. Malabsorpsi laktosa juga bisa
disebabkan kerusakan mukosa usus halus. Penderita malabsopsi laktosa
belum tentu juga mengalami intoleransi laktosa.1
Intoleransi laktosa adalah sindrom klinis terdiri dari satu atau lebih
gejala sebagai berikut: nyeri perut, diare, mual, dan perut kembung setelah
menelan laktosa atau zat makanan yang mengandung laktosa. Jumlah laktosa
yang akan menyebabkan gejala bervariasi dari individu ke individu,
tergantung pada jumlah laktosa yang dikonsumsi, tingkat kekurangan laktase,
dan bentuk bahan pangan yang laktosa tertelan. Malabsorpsi laktosa adalah
masalah fisiologis yang dapat bermanifestasi sebagai intoleransi laktosa dan
disebabkan ketidakseimbangan antara jumlah laktosa ditelan dan kapasitas
laktase untuk untuk menghidrolisis disakarida tersebut.1,2,4
B. Anatomi dan Fisiologi
Usus halus merupakan organ yang berlipat-lipat terbentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. Dinding usus halus terdiri atas lapisan serosa,
3
lapisan otot, lapisan sub mukosa dan lapisan mukosa. Lapisan mukosa dan
submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkuler, yang menonjol ke dalam
lumen ± 3-10 mm. Lipatan tersebut nyata pada duodenum dan jejunum,
menghilang pada pertengahan ileum. Pada lipatan-lipatan tersebut (vilus)
terdapat mikrovili, yang pada mikroskop elektron tampak sebagai brush
border. Enzim-enzim yang terletak pada brush border menyelesaikan proses
absorpsi. 1,5
Di sekeliling vilus terdapat kripta lieberkuhn yang merupakan
kelenjar-kelenjar usus yang menghasilkan sekret mengandung enzim-enzim
pencernaan termasuk laktase. Sel-sel yang tidak berdiferensiasi di dalam
kripta berproliferasi cepat dan bermigrasi ke ujung vilus dimana mereka
menjadi sel-sel absortif. Pada ujung vilus, sel-sel ini akan lepas ke dalam usus
halus. Pada permukaan membran mikrofili, laktosa dihidrolisis oleh enzim
laktose menjadi glukosa dan galaktosa, kemudian secara aktif diserap dan
diangkut melalui sel absorbtif selanjutnya dialirkan ke vena porta.1,5
Karbohidrat yang dimakan diserap dalam bentuk monosakarida
(glukosa, galakosa, dan frukstosa). Karena itu laktosa harus dihidrolisa
menjadi glukosa dan galaktosa agar proses absorpsi berlangsung. Laktosa
merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah keseluruhan kalori
susu (35-45%). Disamping itu laktosa juga penting untuk absorpsi kalsium.
Hidrolisa ini dilakukan oleh laktase (β-galactosidase), suatu enzim yang
terdapat di brush border mukosa usus halus. Distribusi enzim laktase ini tidak
merata sepanjang usus halus, konsentrasi tertinggi berada di yeyenum
proksimal, rendah di duodenum dan yeyenum distal serta terendah di ileum
terminal.2
Enzim lain yang terdapat di brush border adalah sukrase, maltase dan
glukoamilase. Laktase dijumpai pada bagian luar brush border dan diantara
semua disakaride, laktase yang paling sedikit. Aktivitas enzim laktase bekerja
pada pH optimal 5,5-6,0 dan mulai terdeteksi pada bulan ketiga kehamilan.
Aktivitas enzim ini akan meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan,
dari 30% pada kehamilan 26-34 minggu menjadi 70% pada kehamilan 35-38
minggu dan mencapai 100% pada usia 2-4 minggu setelah lahir. Kadar
4
tersebut bertahan sampai 2-5 tahun. Setelah itu aktivitas enzim laktase secara
genetik akan menurun dan mencapai kadar terendah pada masa dewasa.2,6
C. Etiologi
Intoleransi laktosa dapat terjadi karena adanya defisiensi enzim
laktase dalam brush border usus halus. Defisiensi laktase diartikan sebagai
keadaan aktivitas laktase dibawah normal yang diukur pada spesimen biopsi
mukosa usus halus. Sampai sekarang dikenal 2 bentuk dari defisiensi laktase,
yaitu defisiensi laktase primer dan sekunder.2
Defisiensi laktase primer terdiri dari 3 tipe yaitu:2,6
a. Defisiensi laktase developmental yang terdapat pada bayi dengan usia
kehamilan 26-32 minggu.
b. Defisiensi laktase bawaan, yaitu tidak terdapatnya enzim laktase pada
brush border epitel usus halus. Defisiensi laktase yang diwariskan
(congenital lactase deficiency), terjadi pada individu dengan genotip
homozigot resesif. Kejadian ini sangat jarang, jarang yaitu 1 perseratus
ribu penduduk, sehingga sering sekali tidak dibicarakan.
c. Defisiensi laktase dewasa yaitu kelainan yang timbul perlahan-lahan yang
terjadi pada anak usia 2-5 tahun hingga dewasa serta timbulnya bervariasi
tergantung ras. Defisiensi laktase ini dapat terjadi sebagai akibat induksi
sintesis laktase yang menurun. Laktase merupakan enzim yang sintesisnya
dapat diinduksi. Ketidaksukaan minum susu mungkin dapat memicu
keadaan ini, sebab tidak ada induksi enzim laktase. Defisiensi laktase
primer dapat dijumpai pada bayi prematur sehubungan dengan
perkembangan usus yang imatur (developmental lactase deficiency).
Defisiensi laktase sekunder yang menyertai malabsorbsi dapat terjadi
pada kerusakan mukosa usus halus, misalnya akibat infeksi. Kejadian ini
sering kali dijumpai pada anak diare setelah minum susu botol. Tentunya
laktase tidak mengalami defisiensi lagi bila kerusakan mukosa usus telah
membaik dan infeksi telah teratasi. Beberapa faktor lain penyebab intoleransi
laktosa antara lain:2
Gastroenteritis, dapat menyebabkan terjadinya gangguan penguraian
enzim laktase yang dapat berlangsung sampai beberapa minggu
5
Infeksi parasit, dapat menyebabkan pengurangan jumlah laktase
sementara waktu.
Defisiensi besi, rendahnya asupan besi dapat mengganggu pencernaan
dan penyerapan laktosa.
Obat-obatan diantaranya kanamisin, kolkisin, neomisin dan
metrotreksat.
D. Patofisiologi
Terdapat tiga macam bentuk karbohidrat yaitu monosakarida
(glukosa, fruktosa dan galaktosa), disakarida (laktosa, sukrosa dan maltosa)
dan polisakarida (pati, glikogen dan selulosa). Hidrolisis laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa terjadi di dalam usus halus memerlukan enzim laktase.
Bila terjadi defisiensi laktase baik primer maupun sekunder, maka pencernaan
laktosa akan terganggu.1,2
Bila ada defisiensi laktase, laktosa tidak akan didigesti akibatnya tidak
ada penyerapan oleh mukosa usus halus. Laktosa yang tidak dihodrolisis akan
diteruskan ke usus besar. Disakarida ini merupakan bahan osmotik yang akan
menarik air ke lumen. Jumlah air yang keluar sebanding dengan jumlah
laktosa yang tinggal di lumen usus. Penambahan volume lumen usus akan
menyebabkan rasa mual, muntah dan peningkatan peristaltik. Peristaltik usus
yang meninggi menyebabkan waktu transit usus makin pendek sehingga
mengurangi kesempatan untuk digesti dan absorpsi. Laktosa dan air/elektrolit
yang tidak diserap meninggalkan usus halus sampai di kolon. Di kolon,
laktosa ini akan difermentasi oleh flora normal menjadi gas (CO2, H2, dan
CH4), asam lemak rantai pendek (butirat, propional dan asetat) dan asam
laktat.1,2,5
Pembentukan gas menyebabkan perut kembung dan sakit perut.
Pembentukan gas hidrogen oleh flora di kolon dapat dideteksi di udara
pernafasan. Ini yang menjadi dasar uji hidrogen pernafasan. Pembentukan
asam lemak rantai pendek tadi diperlukan oleh tubuh karena asam lemak ini
dapat digunakan sebagai sumber energi. Disamping itu, pembentukan asam
6
lemak rantai pendek ini berguna untuk nutrisi kolon, membantu absorpsi
air/elektrolit dan motilitas kolon. 1,2,5
Lebih kurang 70% dari nutrisi kolon berasal dari intraluminal. Karena
itu secara fisiologis dalam keadaan normal dijumpai malabsorpsi
laktosa/karbohidrat. Sedangkan penyerapan asam laktat oleh kolonosit
menyebabkan asidosis metabolik. Air/ elektrolit yang sampai di kolon dan
hasil fermentasi tadi diserap oleh kolonosit (colonic salvage). Bila colonic
salvage dilewati, maka asam laktat banyak dijumpai di tinja yang akan
menyebabkan kadar air tinja meningkat (diare osmotik) dan bahan-bahan
reduksi (laktosa) dijumpai dalam tinja. 1,2,5
Pada defisiensi laktase sekunder kondisi yang bertanggung jawab
untuk kekurangan laktase meliputi infeksi akut (misalnya, rotavirus). Infeksi
menyebabkan usus kecil cedera dengan hilangnya laktase yang terkandung
pada sel epitel dari ujung vili tersebut. Sel epitel yang belum matang yang
mengganti mengandung laktase yang lebih sedikit, menyebabkan kekurangan
laktose sekunder. 1,2,5
E. Manifestasi Klinis
Terjadinya reaksi terhadap konsumsi laktosa dan manifestasi klinis
yang menyertainya terutama tergantung pada aktivitas laktase dalam usus.
Selain itu juga dipengaruhi oleh jumlah dan frekuensi, serta cara bagaimana
laktosa dikonsumsi, waktu singgah disaluran cerna.7,8
7
Orang yang mengalami intoleransi laktosa biasanya mempunyai batas
toleransi untuk mengkonsumsi laktosa, yang jika mereka mengkonsumsi
dalam batas ini maka mereka akan mengalami gejala yang minimal. Beberapa
gejala intoleransi laktosa antara lain sakit perut, perut kembung,
mengeluarkan gas (flatus), borborigmic, mual, muntah dan diare yang sangat
frekuen, cair, bulky dan berbau asam. Tinja sering mengapung karena
kandungan gasnya yang tinggi. Selanjutnya pertumbuhan anak akan
terhambat bahkan tidak jarang dapat terjadi malnutrisi. Pada keadaan yang
ringan dapat menyebabkan sakit perut berulang-ulang dan hilang timbul.
Kadang-kadang gejala intoleransi laktosa sering disalah artikan sebagai gejala
dari irritable bowel syndrome (IBS), padahal penderita IBS bukanlah
penderita intoleransi laktosa. Penderita IBS cenderung mengalami kesulitan
dalam mentoleransi lemak.5
Gejala batas toleransi laktosa yang muncul akibat dari konsumsi
laktosa yang terlalu banyak adalah produksi gas yang berlebihan (kentut
terus) atau serangan diare. Orang yang memiliki kelainan batas toleransi
laktosa dapat meminum sekitar 250 ml susu setiap hari tanpa gejala yang
parah.1
Untuk menguji batas toleransi laktosa dapat dilakukan tes pernafasan
hidrogen (hydrogen breath test) atau tes keasaman kotoran (stool acidity test)
agar didapatkan diagnosis klinis. Orang yang menderita batas toleransi
laktosa dapat mengkonsumsi produk-produk bebas-laktosa, misalnya susu
kedelai, susu almond dan susu beras. Batas toleransi laktosa tidak sama
dengan alergi susu, yang merupakan reaksi tubuh terhadap protein susu. 1,2,5
F. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis intoleransi laktosa merupakan gabungan gejala klinik dan
uji/pemeriksaan yang sesuai. Secara klinis dengan uji toleransi laktosa. Setiap
bayi minum bahan yang mengandung laktosa akan timbul gejala klinis (diare,
perut kembung, dll). Bila laktosa dieliminasi dari dietnya maka gejala
tersebut akan hilang. Uji pemeriksaan yang dilakukan bertujuan untuk
menentuan adanya malabsorpsi laktosa. Adanya bahan-bahan reduksi dan pH
tinja yang asam mengindikasikan adanya malabsorpsi laktosa. Walaupun
8
pemeriksaan ini bersifat uji saring dan kualitatif, uji ini valid bila: hanya
laktosa yang diminum, waktu transit usus yang cepat, tinja yang segar dan
harus diperiksa segera, dan degradasi laktosa oleh flora kolon tidak komplit.1,2
Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosa intoleransi
laktosa, antara lain:1,2
a. Hydrogen breath test (uji hidrogen nafas)
Merupakan pengujian terhadap jumlah gas hidrogen yang
ditiupkan keluar melalui pernafasan. Laktosa, yang seharusnya dicerna
oleh laktase, mengalami fermentasi oleh bakteri di saluran pencernaan,
sehingga akan menyebabkan produksi gas hidrogen lebih banyak dari
keadaan normal. Uji ini tidak invansif dan dapat dilakukan pada bayi.
Setelah puasa malam hari, peningkatan gas hidrogen >20 ppm sehabis
minum laktosa mengindikasikan adanya malabsorpsi laktosa. Setelah
dipuasakan 6 jam pada anak diberikan larutan laktosa sebanyak 2 g/kg BB
(maksimum 50 gram) dalam konsentrasi 20%. Sedangkan pada bayi usia
kurang dari 6 bulan diberikan dalam konsentrasi 10 %. Sampel udara nafas
diambil sesaat sebelum meminum larutan laktosa (menit 0) dan setiap 30
memint sesudahnya selama 2 jam. Analisis hidrogen dilakukan secara
kromatografi. Kenaikan kadar hidrogen sama atau lebih dari 20 ppm
menunjukkan malabsorbsi laktosa. Peningkatan sebesar 10-19 ppm
dianggap peralihan kecuali bila disertai gejala klinis dianggap positif.
Peningkatan dibawah 10 ppm dianggap negatif.2,8
Uji hidrogen nafas akan memberikan hasil akhir positif palsu pada
keadaan puasa kurang adekuat, tidur yang lama dan lelap, keadaan
hipoventilasi, setelah pemberian asam asetil salisilat, metoklopramid serta
adanya bakteri tumbuh lampau. Hasil negatif palsu dapat pula terjadi
karena hiperventilasi, diare akut, setelah pemberian antibiotik, laksatif atau
tindakan enema serta pada populasi yang flora kolonnya tidak
memproduksi hidrogen. 2,8
Fermentasi laktosa akan menghasilkan gas hidrogen,
karbondioksida, methan, asam organik (asam asetat, butirat, propionat).
Produksi hidrogen akan terjadi optimal bila jumlah bakteri penghasil
9
hidrogen memadai dan terjadi pada pH 7-7,5. Jumlah bakteri akan
berkurang setelah pemberian antibiotik, laksan atau tindakan enema.
Sekitar kurang lebih 2-9% flora kolon normal tidak membentuk hidrogen.
Penurunan pH kolon dapat disebabkan banyaknya asam organik yang
terbentuk. Selanjutnya sekitar 86% persen gas yang terbentuk akan
dikeluarkan melalui flatus. Sisanya 14% akan diserap melalui epitel usus
dan memasuki sistem portal akan mencapai paru dan dikeluarkan saat
ekspirasi. 2,8
b. Elimination diet
Merupakan diagnosa dengan cara meniadakan konsumsi makanan
yang mengandung laktosa untuk melihat perbaikan gejala. Jika gejala
muncul kembali ketika makanan yang mengandung laktosa diberikan lagi,
hampir bisa dipastikan penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa.2
G. Penatalaksanaan
Banyak orang yang mengalami intoleransi laktosa mengatasinya
dengan pembatasan konsumsi laktosa, seperti hanya minum segelas susu.
Bagi mereka yang mengalami intoleransi laktosa terdapat beberapa
tatalaksana, yaitu:1,2,4
a. Pemberian diet rendah dan bebas laktosa
Pemberian diet pada penderita yang mengalami intoleransi laktosa
tergantung pada berat ringannya intoleransi. Diet rendah laktosa diberikan
pada penderita intoleransi laktosa ringan dan sedang, sedangkan diet bebas
laktosa diberikan kepada penderita laktosa berat. Diet rendah atau bebas
laktosa dapat diberikan pada penyakit diare akut. 1,2,4
Terjadinya diare kronik menurut Leventhal adalah terjadinya
kerusakan mukosa usus yang berkepanjangan yang menyebabkan
defisiensi enzim laktase secara berkepanjangan pula. Pada keadaan diare
kronik diberikan susu formula yang bebas laktosa. Pada penderita kurang
gizi dan malnutrisi didapatkan gangguan absorbsi laktosa karena adanya
atropi sel-sel epitel mukosa usus halus sehingga produksi enzim laktase
sangat berkurang. Pemberian diet bebas laktosa sangat bermanfaat bagi
penderita ini. 1,2,4
10
Beberapa anjuran berikut ini mungkin dapat membantu dalam
menjalani diet rendah dan bebas laktosa:1
1. Baca label pangan dengan seksama bagi penderita intoleransi laktosa
agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, penting untuk
membaca label pangan dengan seksama pada bagian daftar bahan
pangan. Produk pangan perlu dihindari/dibatasi jumlah yang
dikonsumsi, jika mengandung bahan-bahan seperti berikut ini
misalnya padatan susu, padatan susu bebas lemak, whey, gula susu.
2. Minum susu yang mengandung banyak lemak susu, karena lemak
dapat memperlambat transportasi susu dalam saluran perncernaan
sehingga dapat menyediakan waktu yang cukup untuk enzim laktase
memecah gula susu.
3. Hindari mengkonsumi susu rendah atau bebas lemak oleh karena
susu lebih cepat ditransportasi dalam usus besar dan cenderung
menimbulkan gejala pada penderita intoleransi laktosa. Disamping
itu, beberapa produk susu rendah lemak juga mengandung serbuk
susu skim yang mengandung laktosa dalam dosis tinggi.
4. Jangan menghindari semua produk susu oleh karena nilai gizi susu
pada dasarnya sangat dibutuhkan tubuh.
5. Mengkonsumsi susu dengan laktosa yang telah diuraikan (susu bebas
laktosa).
6. Minum susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Banyak
penderita intoleransi laktosa dapat meminum 240 ml susu per hari,
tetapi perlu untuk mengamati/ seberapa besar tingkatan toleransi
tubuh sendiri terhadap laktosa. Banyak penderita toleran terhadap
sejumlah laktosa yang terdapat dalam setengah cangkir susu full
cream, tiga perempat cangkir es krim, tiga perempat cangkir yoghurt,
tiga perempat cangkir keju mentah (unripened cheeses).
7. Konsumsi produk susu yang diolah dengan proses pemanasan
(seperti susu bubuk), karena pada pemanasan, laktosa akan dipecah
menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga produk seperti ini akan
ditoleransi lebih baik.
11
8. Konsumsi produk kedelai karena produk kedelai bebas laktosa dan
merupakan sumber kalsium yang bagus dan baik untuk
menggantikan susu dan produk susu lainnya.
b. Pemberian probiotik atau susu fermentasi
Probiotik berasal dari bahasa Yunani probios yang berarti “untuk
kehidupan”. Probiotik adalah suplementasi makanan dengan menggunakan
bakteri hidup yang mempunyai pengaruh menguntungkan terhadap
kesehatan pejamu dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora usus.
Pemakaian probiotik yang efektik sebagai terapi harus memenuhi beberapa
syarat berikut, yaitu: memberikan efek yang menguntungkan pada pejamu,
tidak patogenik dan tidak toksik, mengandung sejumlah besar sel hidup,
mampu bertahan dan melakukan kegiatan metabolisme usus, tetap hidup
selama dalam masa penyimpanan dan sewaktu digunakan dan tahan
terhadap asam lambung dan garam empedu.2
Sampai saat ini telah banyak spesies mikroorganisme yang
digunakan sebagai probiotik, tetapi yang paling sering digunakan adalah
golongan mikroorganisme yang menghasilkan asam laktat, yaitu:
Lactobacili (Lacobacillus rhamnosus, L. Casei, L. Gasseri, L. Bulgaricus),
genus Lactococci (L.cremoris, L.lactis), genus Streptococci (S.
Thermophilus), genus Enterococci, dan Bifidobacteria.2,4
Pemilihan probiotik Lacto β yang berisi gabungan probiotik
(Lacobacillus acidophus, Bifidobacterium longum, Streptococcus faecium)
selain memenuhi sifat probiotik pada umumnya juga mempunyai
kemampuan untuk menempel pada sel epitel mukosa usus (enterosit)
sebagi sifat adhesi. Sebagaimana diketahui bahwa penempelan bakteri
probiotil pada sel epitel merupakan permulaan kolonisasi yang penting
bagi mikroorganisme. Selain itu juga probiotik Lacto β mengandung β-
galaktosidase (enzim laktase) yang tinggi yang sangat penting untuk
menghidrolisis laktosa. 2,4
Ada beberapa kemungkinan mekanisme peranan probiotik dalam
memperbaiki pencernaan laktosa pada penderita laktosa, yaitu: 1) β-
galactosidase (enzim laktase) yang dimiliki bakteri aktif dalam produk
12
susu yang tahan terhadap asam lambung dan garam empedu dapat
melewati lambung dan sampai di usus halus membantu pencernaan
laktosa. 2) Konsumsi jangka pendek dan jangka panjang laktosa dan
bakteri dalam produk susu yang difermentasi dapat mempengaruji pH
susu, mikroflora usus, fermentasi laktosa, kepekaan pejamu terhadap
ganggguan gastrointestinal dan sekaligus memperbaiki gejala intoleransi
laktosa. 2,4
Yoghurt yang mengandung lactobacillus bugaricus bila diberikan
pada penderita defisiensi laktase dapat mencerna laktosa. Terdapat dua
mekanisme kerja yoghurt dalam membantu mencerna laktosa, yaitu:1)
aktivitas enzim laktase yang terkandung dalam yoghurt, 2) pengosongan
lambung dan perjalanan yoghurt dalam usus yang lambat disebabkan
viskositas yoghurt lebih besar dan pH lebih rendah jika dibandingkan susu
biasa. 2,4
c. Pemberian enzim laktase
Susu yang sebelumnya telah diberikan enzim laktase dapat
diperoleh di pasaran. Susu ini secara khusus berisi 70 % laktosa
perhidrolisa, dapat digunakan secara efektif mengurangi gejala intoleransi
laktosa. Preparat enzim laktase dapat berupa cairan, kaplet, kapsul, tablet
kunyah. Dalam bentuk cair dapat dibubuhkan ke dalam susu sebanyak 5-
15 tetes/quart (1 quart=0,95 liter) dan mampu menghidrolisis 70-99%
laktosa selama masa inkubasi 24 jam di tempat pendingin. Untuk setiap
12 ons susu dapat digunakan 2-3 tablet, 1-2 kapsul, ½ - 3 kaplet, diminum
sebelum atau bersamaan dengan makan makanan yang mengandung
laktosa.2
BAB III
KESIMPULAN
Laktosa adalah disakarida yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim
pencernaan yang terdapat dalam usus halus. Intoleransi laktosa adalah
berkurangnya kemampuan untuk mencerna laktosa, yang disebabkan oleh
13
kekurangan enzim laktase sehingga menimbulkan gejala-gejala intoleransi laktosa
meliputi antara lain: perut kembung (banyak gas), sakit perut dan diare.
Penatalaksanaan penderita intorelansi laktosa meliputi: diet rendah atau bebas
laktosa, pemberian probiotik dan enzim laktase.
DAFTAR PUSTAKA
1. Atan Baas Sinuhaji. Intoleransi Laktosa. Majalah Kedokteran Nusantara.
2006. 4 (39): 424-9.
14
2. Zainul Arifin. 2005. Peran Prebiotik pada Tatalaksana Intoleransi Laktosa
pada Anak. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Keith J. N, Nicholls J, Reed A, Kafer K, Miller G. D. The Prevalence of Self-
Reported Lactose Intolerance and The Consumption of Dairy Foods Among
African American Adults are Less than Expected. J Natl Med Assoc. 2011.
103(1):36-45.
4. Wisnu Barlianto. 2005. Terapi Sinbiotik terhadap Diare Akut dengan
Intoleransi Laktosa. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
5. Pray W. S. Lactose intolerance: The Norm Among the World's Peoples.
American Journal of Pharmaceutical Education. 2005. 18: 1212-1218.
6. Tuula H. V, Phillippe M, Riita K. Lactose Intolerance. J Am Coll Nutr. 2000.
19: 165-75.
7. Stegalman A, Richeter B, Farselen S, Laue C. Probiotics compensation for
lactase insufficiency. Am J Clin Nutr. 2001. 72: 421-9.
8. Hegar B. Uji Hidrogen Napas Satu Cara Diagnostik Gannguan Saluran Cerna.
Maj Kes Masy Indones. 1998:278-80.
15