seminar intoleransi aktivitas bro

36
BAB I A.PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal maupun global, yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular. Menurut Junaidi (2011) stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan kematian otak tersebut. Sedangkan stroke hemoragik merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak, sehingga terjadi hematom. Menurut World Health Organization (WHO) (2004) seperti yang dikutip pada laporan The Global Burden Disease, di dunia untuk semua kelompok umur stroke iskemik dan penyakit jantung 1

Upload: wideyatma

Post on 23-Nov-2015

178 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IA. PENDAHULUAN1. Latar BelakangStroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal maupun global, yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular. Menurut Junaidi (2011) stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan kematian otak tersebut. Sedangkan stroke hemoragik merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak, sehingga terjadi hematom.

Menurut World Health Organization (WHO) (2004) seperti yang dikutip pada laporan The Global Burden Disease, di dunia untuk semua kelompok umur stroke iskemik dan penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama. Dengan penderita stroke iskemik yang meninggal di dunia adalah 7,2 juta jiwa (12,2 %), dan penyakit jantung 5,7 juta jiwa (9,7%). Insidens rate penyakit stroke iskemik untuk serangan pertama adalah 9 juta jiwa. Menurut peneliti dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), stroke banyak ditemukan di kalangan remaja dan orang muda dewasa.

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke adalah 200 per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.000 penduduk, maka 200 orang akan menderita stroke. Kejadian stroke iskemik sekitar 80% dari seluruh total kasus stroke, sedangkan kejadian stroke hemoragik hanya sekitar 20% dari seluruh total kasus stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2012).

Pasien stroke biasanya mengalami peningkatan metabolik dan mengalami kelemahan sekunder sehingga untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan berkurang yang mengakibatkan terjadinya kelemahan atau penurunan kemampuan untuk beraktivitas. Di Pronvinsi Bali, diperkirakan pada tahun 2013, tepatnya di Rumah Sakit Umum Bangli ruang Mawar, terdapat beberapa pasien yang mengalami gangguan intoleransi aktivitas, yakni jumlah pasien yang dirawat ada 201 orang, pasien yang meninggal sekitar 9 orang.

2. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari makalah yang kami buat adalah:a. Tujuan UmumMahasiswa mampu menerapkan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan intoleransi aktivitas serta dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan intoleransi aktivitas.b. Tujuan KhususMahasiswa mampu menjelaskan konsep tentang intoleransi aktivitas seperti: definisi, etiologi (factor resiko, predisposisi, presipitasi), proses terjadinya,komplikasi, pemeriksaan penunjang yang di perlukan, penatalaksanaan keperawatan, penatalaksanaan medis, serta asuhan keperawatan teoritisnya. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan intoleransi aktivitas yang meliputi:1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan intoleransi aktivitas.2) Mahasiswa mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan intoleransi aktivitas.3) Mahasiswa mampu menentukan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan intoleransi aktivitas.4) Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan intoleransi aktivitas.5) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi atau catatan perkembangan pada pasien dengan intoleransi aktivitas.

3. Metode PenulisanLaporan kasus ini ditulis dengan deskriptif dengan melakukan teknik observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi (rekam medis).

4. Sistematika PenulisanUntuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud karya tulis ini maka penulis secara sistematis membuatnya menjadi beberapa bab diantaranya, sebagai berikut : Bab I Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. Bab II Membahas tentang tinjauan teoritis kebutuhan dasar manusia (KDM) dengan intoleransi aktivitas yang isinya membahas tentang definisi, etiologi (factor resiko, predisposisi, presipitasi), proses terjadinya, komplikasi, pemeriksaan penunjang yang di perlukan, penatalaksanaan keperawatan, penatalaksanaan medis, serta asuhan keperawatan teoritisnya. Serta membahas tentang tinjauan teori asuhan keperawatan terkait gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang isinya membahas tentang pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Bab III membahas tentang tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Bab IV membahas tentang kesenjangan yang di dapatkan antara teori dengan tinjauan kasus mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab V ini membahas tentang kesimpulan dan saran yang menunjang dari isi yang diangkat yaitu intoleransi aktivitas.

BAB IITINJAUAN TEORITIS KDM INTOLERANSI AKTIVITASA. Tinjauan Teori Terkait Intoleransi Aktivitas1. PENGERTIAN

Intoleransi aktivitas merupakan penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang di inginkan atau di perlukan (Lynda juall, 2009).Intoleransi aktivitas merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Tarwoto, 2010).Intoleransi aktivitas merupakan kondisi di mana seseorang mengalami ketidak cukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan (Nanda,1982).

2. ETIOLOGI

a. Factor Resiko 1) Pernafasan Dispnes, peningkatan frekuensi nafas yang berlebihan, sesak nafas,penurunan frekuensi nafas.2) Nadi Lemah, meningkat yang berlebihan, perubahan irama, gagal kembali, ketingkat praaktivitas setelah 3 menit.3) Tekanan DarahTidak meningkat bersama aktivitas, peningkatan diastole lebih dari 15 mmHg4) Kelemahan 5) Keletihan6) Pucat atau sianosis7) Vertigob. Faktor Predisposisi1) Kelemahan umum2) Badrest yang lama/ imobilisasi3) Motivasi yang kurang4) Pembatasan pergerakan akibat pembedahan5) Nyeri6) Kelelahan7) Terpasang alat medis seperti infus, oksigen, kateter, selang drain.c. Factor presipitasi1) Tirah baring dan imobilisasi

3. PROSES TERJADINYA

Untuk melakukan suatu pergerakan ataupun aktivitas membutuhkan sejumlah energy. Pembentukan energy dilakukan di sel, tepatnya di mitrokondria melalui proses tertentu. Untuk pembentukan energy tubuh, memerlukan nutrisi dan oksigen. Pada kondisi tertentu, dimana suplay nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel, menyebabkan tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi energy yang bvanyak sehingga respon tubuh berubah menjadi intoleransi aktivitas.

4. KOMPLIKASIApabila intoleransi aktivitas tidak diatasi maka akan dapat menimbulkan komplikasi, yaitu :a. Iritasi pada kulit yang harus tertekan selama badrestb. Atrofi ototc. Paralisis atau kelemahan d. Kekakuan dan sakit sendie. Penurunan gerak pernafasanf. Postural hipotensi

5. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. CT scan: memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, infrakb. Rontgen: menentukan lokasi, luas daerah yang mengalami kerusakan.c. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin bagi klien ginjal.d. Hitung darah lengkap

6. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN a. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien b. Latihan ROM aktif dan pasifc. Membantu melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap untuk melatih kekuatan otot dan ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah bergerak

7. PENATALAKSANAAN MEDISa. Pemberian cairan infuseb. Pemberian obat relaksasi otot, antispasmodic, sesuai indikasi. c. Memberi obat analgetik sesuai kebutuhan d. jika diperlukan, konsultasikan dengan ahli fisioterapi untuk latihan intensif dan ambulasi pasien

B. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Terkait Intoleransi Aktivitas1. Asuhan keperawatan a. Pengkajian 1) Data subjektifa) Kaji batasan karakteristikKelemahan, kelelahan, dispnea, kurang tidur, dan istirahatb) Kaji factor yang berhubungan1)). Kurang dorongan2)). Penurunan partisipasi dalam aktifitas3)). Kurang percaya terhadap kemampuan melaksanakan aktifitas4)). Kurang percaya terhadap kemampuan melaksanakan aktivitas5)). Takut cedera / memperberat luka6)). Kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari7)). Nyeri yang mempengaruhi penampilan aktivitas2) Data objektifa). Kaji batasan karakteristik Kaji kekuatan dan keseimbangan , evaluasi individu untuk:1)). Mengubah posisi sendiri ditempat tidur2)). Mempertahankan kesejajaran tubuh3)). Melakukan dan mempertahankan posisi duduk 4)). Bangkit untuk posisi berdiri5)). Mempertahankan posisi tegak ambulasi6)). Melakukan aktivitas kehidupan sehari-harib). Kaji respon terhadap aktivitas1)). Ukuran tanda-tanda vital saat istirahat2)). Biarkan individu melakukan aktivitas3)). Kaji adanya pucat, sianosis, vertigo

c). Kaji factor-faktor yang berhubungan1)). Situasional Personal : strategi koping memfokuskan pada penghindaranan ketidakadekuatan dukungan sosialLingkungan : isolasi, ketidakcukupan istirahat2)). Penyakit yang berhubungana)). Kelainan kardiopulmonalb)). Ketidakseimbangan cairan dan elektrolitc)). Kekurangan nutrisid)). Kelainan neurologie)). Penyakit kronis

d). Tindakan yang berhubungan1)). Tirah baring/ketentuan mobilisasi2)).Obat-obatan /diet3)).Harapan pemberi perawat4)).Alat bantu yang memerlukan kekuatan5)).Pemeriksaan diagnose6)).Jadwal tindakan dan pembedahanb. Perencanaan1). Prioritas 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat spasme otot pada ekstremitas ditandai dengan pasien mengatakan sulit melakukan pergerakan1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan tirah baring ditandai dengan pasien mengatakan adanya kelemahan2). Rencana keperawatan1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat spasme otot pada ekstremitas ditandai dengan pasien mengatakan sulit melakukan pergerakan

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa dan kekuatan otot pasien kembali kebatas normal.

Kriteria hasil: 1)).Dapat melakukan aktivitasnya dengan bantuan secara bertahap 2)).Pasien bias bergerak tanpa takut memperparah lukanya3)).Kelemahan otot pasien berkurang4)).Secara bertahap pasien dapat memenuhi aktivitasnyaRencana tindakan 1)).Monitor keterbatasan aktivitas , kelemahan saat aktifitasRasional : merencanakan intervensi dengan tepat2)).Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiriRasional: pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri3)).Monitor TTV sebelum dan sesudah aktivitasRasional: mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas4)).Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapi dalam latihan dan aktivitasRasional: meningkatkan kerja sama tim dan perawatan holistic5)).Istirahat yang adekuat setelah latihan dan istirahatRasional: membantu mengembalikan energy6)).Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli gizi Rasional: metabolisme membutuhkan energy7)).Berikan pendidikan kesehatan tentang perubahan gaya hidup untuk menyimpan energy dan penggunaan alat bantu pergerakan Rasional: meningkatkan pengetahuan dalam perawatan dirib). intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan tirah baring ditandai dengan pasien mengatakan adanya kelemahan Tujuan: setelah di kakukan tindakan keperawatan diharapkan kelemahan pasien berkurang ataupun teratasiKreteria hasil: individu berpatisipasi dalam terapi yang di rencanakan sehingga mengembalikan efek perubahan Rencana tindakan: 1) Kaji riwayat tirah baring di tempat tidur ( misalnya, jangka pendek, jangka panjang, berulang)Rasional: untuk mengetahui adanya resiko dekubitus2) Kaji kelemahan dan kekuatan otot Rasional: untuk mengetahui kemampuan pasien beraktivitas3) Ubah posisi pasien setiap 2 jam Rasional: untuk kenyamanan pasien 4) Kaji keadekuatan asupan nutrisiRasional: memastikan kalor yang dibutuhkan pasien dalam memilih atau memenuhi kebutuhannya5) Bantu pasien beraktivitas secara bertahap melalui latihan program terencanaRasional: melatih sedini mungkin kemampuan pasien dalam bergerak6) Tingkatkan kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hariRasional: agar tidak selalu tergantung pada keluarga atupun perawat

c. Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan ( tindakan keperawatan yang telah direncanakan)d. Evaluasi Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuannya perawatan dapat di capai dan member umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.Evalusi dari diagnose intoleransi aktivitas yaitu:1) Kelemahan berkurang2) Pasien mampu untuk mempertahankan kemampuan aktivitas yang optimalJika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak masalahnya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensI

BAB IIITINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN TERKAIT INTOLERANSI AKTIVITAS

ASUAHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN INTOLERANSI AKTIFITASDI RUANG MAWAR RSUD BANGLI TANGGAL 9 11 AGUSTUSA. PENGKAJIANPengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2013 pukul 08.00 di Ruang Mawar RSUD Bangli dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi ( rekam medis)1. Pengumpulan dataa. Identitas pasienPasien Penanggung (istri)Nama : SKUmur : 55 40 thJenis kelamin: laki-lakiperempuanStatus pekawinan: menikahmenikahSuku/banga: IndonesiaindonesiaAgama : hinduhinduPendidikan : --Pekerjaan : petanipetaniAlamat : malet kute mesir, susut malet kute meir, susutAlamat terdekat: malet kute mesir, susut malet kute mesir, susutNomor telepon: --Nomor register: 17 9942Tanggal MRS: 1-8-2013

b. Riwayat kesehatan1. Keluhan utama masuk rumah sakitPasien mengatakan badnnya lemas sri yang sejak 5 hari yang lalu2. Keluhan utama saat pengkajianPasien mengatakan tidak dapat berjalan akibat kaku pada sebagian tubuh sebelah kiri3. Riwayat penyakit sekarangPasien datang di IRD RSUD Bangli pada tanggal 1 Agustus 2013 dalam keadaan sadar, mengeluh lemah separuh tubuh sebeleh kiri, syok 30 menit seblum masuk rumah sakit. Nyeri kepala, muntah, riwayat hipertensi tidak terkontrol, suara pelo. Dari hasil pemeriksaan TTV: TD:150/100 mmHg, N:72 x/menit, R: 15 x/menit, S: 360C.Di IRD pasien mendapat terapi: IVFD RL 500 ml 30 tetes/menit Piracetam 3 gr Citicoline 500 mg Ondancentron 4mg Ranitidine 50 mgDari hasil pemeriksan diagnostic pasien didiagnosa oleh dokter denagn diagnose medis SNH ( stokre non hmoragic) dan pasien disarankan dirawat inap di Ruang Mawar Dirawat inap pasien mendapat terapi: IVFD RL 500 ml 30 tete/menit Piracetam 3 gr Citicoline 500 mg Ondancentron 4 mg Ranitidine 50 mg 4. Riwayat penyakit sebelumnyaKeluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah dirawat inap dirumah sakit dengan penyakit yang sama yaitu SNH5. Riwayat penyakit keluargaKeluarga pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit SNHc. Pola kebiasaan 1. Bernafas Sebelm pengkajian dan saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien saat menarik dan menghembuskan nafas tidak ada masalah dengan pernafasannya2. Makan minumMakan Sebelum pengkajian: pasien biasa makan 3x sehari dengan menu dan lauk paukSaat pengkajian: pasien menghabiskan porsi makanan yang diberikan Minum Sebelum pengkajian : pasien minum 6-8 gelas sehariSaat pengkajian : pasien minum 2-3 gelas sehari3. EliminasinasiBAB : sebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada masalah dengan BABBAK: sebelum dan saat pengkajian pasien mengatkakan tidak ada masalah dengan BAK4. Gerak dan aktifitasSebelum pengkajian: pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan keluargaSaat pengkajian: pasien mengatakan saat beraktifitas dibantu oleh keluarga5. Istirahat dan tidur Sebelum dan saat pengkajian , pasien mengatakan tidak memiliki ganguan tidur

6. Kebiasaan diriSebelum pengkajian: pasien mengatakan mandi 2x sehariSaat pengkajian:pasien mengatakan sejak sakit dan selama dirawat di RS pasien hanya di lap sekali pada sore hari7. Pengaturan suhu tubuhSebelum dan saat pengkajian pasien tidak mengalami demam8. Rasa nyamanSebelum pengkajian: Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada keluhanSaat pengkajian: pasien mengatakan tidak nyaman karena merasa nyeri di bagian tubuh bagian kiri9. Rasa amanSebelum pengkajian: pasien mengatakan nyaman dengan kondisinyaSaat pengkajian: pasien merasa cemas dengan kondisinya saat ini10. Data socialSebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan hubungan dengan hubungan dengan orang lain dan sekitarnya harmonis11. Prestasi dan produktivitasSebelum dan Saat pengkajian pasien mengatakan tidak pernah mendapat prestasi apapun 12. Belajar Pasien mengatakan tidak pernah menempuh jenjang pendidikan13. Rekreasi Sebelum pengkajian : pasien mengatakan sehari-harinya bertaniSaat pengkajian :pasien mengatakan hanya bisa berbaring ditempat tidur14. IbadahSebelum pengkalian: pasien mengatakan sembahyang setiap hari dirumahSaat pengkajian: pasien mengatakan tidak bisa sembahyang selam sakitd. Pemeriksaan fisik1. Keadaan umuma. Kesadaran : composmentis (E1 V5 M5)b. Bangun tubuh: kurusc. Postur tubuh : sedangd. Cara berjalan: terganggue. Gerak motorik : tergangguf. Keadaan kulit:Warna: normalTurgor: elastisKebersihan: kurang bersihg. Gejala kardnal: TD: 150/100 mmHgN: 72 x/mntS: 360CR: 15x/mnth. Ukuran lainBerat badan dan tinggi badan tidak terkaji2. KepalaKulit kepala kotor, kusam, tidak ada nyeri tekan atau luka3. MataBola mata normal, pergerakan simetris, konjungtiva pucat, sclera putih, reflek pupil isokor, pergerakan mata simetris, tidak ada nyeri tekan4. HidungBentuk simetris, tidak terdapat secret, tidak ada nyeri tekan5. TelingaBentuk simetris, kurng bersih, pendengaran baik, tidak memakai alat bantu pendengaran, tidak ada nyeri tekan6. MulutBentuk simetris, mukosa bibir kering7. LeherNormal, tidak ada distensi kelenjar tiroid, tidak ada distensi kelenjar jugularis, tidak ada massa atau tumor8. ToraxBentuk simetris, gerakan dada bebas, suara jantung regular, suara paru vesikuler, payudara simetris, tidak ada nyeri tekan, bengkak ataupun luka9. AbdomenBentuk simetris, tidak ada luka , peristaltic usus 20x/menit, tidak ada nyeri tekan, perkusi tympani10. GenetaliaTerpasang dower kateter11. AnusTidak terkaji12. Ekstremitas Atas : tidak ada edema , tidak ada sianosis pada ujung kuku, terpasang infuse IVFD RL 500 ml 30 tetes/menit ditangan kanan.Bawah : tidak ada edema, tidak ada sianosis pada ujung kuku, tidak ada luka Kekuatan otot 555 111 555 111e. Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan laboratoriumRuang Hari/tanggaljamJenis pemeriksaanlaboratoriumHasil pemeriksaanNilai nomal

InstalansilaboratoriumPemeriksaan DLWBCLYM%LYMMIDMID%GRANGRA%RBCHGBHCTMCVMCHMCHCRDW%RDWaPLTMPVPDWPCTLPCR19,4 109/118,8 %3,6 109 /10,6 109 /13,0 %15,2 109 /178,2 %5,11 1012/dl15,4 109/dl44,8 %87,6 fl30,3 pg34,5 g/dl13,2 %64,5 fl304 109 /17,4 fl10,6 fl0,22 %10,8 %3,5:10,015,0:50,00,5:5,00,1:1,52,0:15,01,2:8,035,0:80,03,50:5,5011,5:16,535,0:55,075,0:100,025,0:35,031,0:38,011,0:16,030,0:150,0150:4008,0:11,00,1:99,90,01:9,990,1:99,9

2. Data focus Data subjektifData objektif

Pasien mengatakan tidak mampu melkukan aktifitas sendiri Pasien mengatakan sejak dirawat di RS tidak bisa bangun dari tempat tidur hanya bisa berbaring saja Pasien mengatakan badannya lemas Pasien mengatakan merasa cemas dan takut dengan penyakitnya Pasien mengatakan selama sakit hanya di lap 1x sehari pada sore hari Pasien tampak pucat dan lemah Pasien mengatakan aktivitasnya selalu di bantu oleh keluarga Kekuatan otot555 111555 111 Pasien terlihat gelisah dan cemas

Badan, rambut, kulit kepala, telinga, dan mulut pasien tampak kotor

3. Analisa dataANALISA DATA PASIEN Tn.S DENGAN GANGGUAN INTOLERANSI AKTIFITAS DI RUANG MAWAR RSUD BANGLI TANGGAL 9 AGUSTUS 2013Data subjektifData objektifMasalah

Pasien mengatakan tidak mampu melkukan aktifitas sendiri Pasien mengatakan sejak dirawat di RS tidak bisa bangun dari tempat tidur hanya bisa berbaring saja Pasien mengatakan badannya lemas

Pasien tampak pucat dan lemah Pasien mengatakan aktivitasnya selalu di bantu oleh keluarga Kekuatan otot555 111555 111

Intoleransi aktivitas

Pasien mengatakan merasa cemas dan takut dengan penyakitnya Pasien terlihat gelisah dan cemas

Ansietas

Pasien mengatakan selama sakit hanya di lap 1x sehari pada sore hari Badan, rambut, kulit kepala, telinga, dan mulut pasien tampak kotorDeficit perawatan diri

4. Rumusan masalaha. Intoleransi aktifitasb. Ansietasc. Deficit perawatan diri

5. Aidak analisa masalah1. P = intoleransi aktivitasE = kelemahan fisikS = Pasien mengatakan tidak mampu melkukan aktifitas sendiri, Pasien mengatakan sejak dirawat di RS tidak bisa bangun dari tempat tidur hanya bisa berbaring saja, Pasien mengatakan badannya lemas, Pasien tampak pucat dan lemah, Pasien mengatakan aktivitasnya selalu di bantu oleh keluarga. Kekuatan otot 555 111 555 111Proses terjadinya: karena adnya kelemahan umum, menyebabkan keterbatasan dalam gerak dan aktifitas, sehingga pasien mengalami tirah baring yang mengakibatkan intoleransi aktifitas.Akibat jika tidak ditanggulangi: Pasien akan mengalami kekakuan otot, dimana bisa menyebabkan penurunan fungsi otot dan atrofi otot (otot mengecil)2. P = ansietasE = prognosis penyakitS = pasien mengatakn cemas dan takut dengan penyakitnya, pasien tampak gelisah dan cemasProses terjadinya: ketidaktahuan dan lamanya proses penyembuhan pasien terhadap penyakitnya menyebabkan katakutan pada pasien tentang perkembangan penyakitnyaAkibat bila tidak ditanggulangi: Ketidaktauan dan lamanya proses penyembuhan dapat menyebabkan ketidakpatuhan pada terapi pengobatan

3. P = deficit perawatan diriE = kelemahan fisik S = pasien mengatakan selama sakit hanya di lap 1x sehari pada sore hari, badan rambut, kulit kepala, telinga dan mulut. Pasien terlihat agak kotorProses terjadinya: Kelemahan fisik mengakibatkan pasien tidak bias melakukan ADL sendiri.Akibat bila tidak di tanggulangi: Kebersihan diri yang buruk dapat mempengaruhi keadaan umum pasien dan bias mempengaruhi proses penyembuhan.

Diagnose keperawatanNama : Tn.S No. rm: : 179942Umur : 55 th Ruang rawat : mawarJenis kelamin: laki-laki Diagnosa medis : SNHNoDiagnosa KeperawatanTanggalParaf

DitemukanTeratasi

1

2

3Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas sendiri, pasien mengatakan semenjak di rawat di RS tidak bias bangun dari tempat tidur hanya bias berbaring,pasien mengatakan badannya lemas,pasien tampak pucat dan lemah, pasien terlihat aktivitasnya di bantu oleh keluarga. Kekuatan otot:

Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit ditandai dengan pasien mengatakan cemas dan takut tentang penyakitnya, pasien terlihat gelisah dan cemas

Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien mengatakan selama sakit hanya dilap satu kali sehari pada sore hari ,badan ,rambut,kulit kepala, telinga dan mulut pasien terlihat agak kotor9-8-2013

9-8-2013

9-8-2013

B. PERENCANAAN prioritas masalah keperawatana. Intoleransi aktifitasb. Ansietasc. Deficit perawatan diri

Rencana KeperawatanRENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S DENGANGANGGUAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG MAWAR RSU BANGLITANGGAL 8-10 AGUSTUS 2013

NoHari/tgl/jamDiagnose keperawatan Tujuan dan kreteria hasilintervensirasionalparaf

1Kamis,8-8-2013Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai denganDS:- pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas sendiri- pasien mengatakan semenjak di rawat di RS tidak bisa bangun dari tempat tidur hanya berbaring saja-pasien mengatakan badannya lemas DO:-pasien tampak pucat dan lemah,-pasien terlihat -aktivitasnya di bantu oleh keluarga.-Kekuatan otot:555 111555 111 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan gangguan intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kreteria hasil:1.Pasien tidak lemah lagi2. Kekuatan otot meningkat3. pasien bisa beraktivitas sendiri4. pasien bertahap bias duduk1.observasi TTV

2. Observasi keadaan umum pasien

3. latihan ROM pasif pada bagian tubuh yang mengalami gangguan

4. Beri HE tentang pentingnya gerak dan aktivitas

5. Kolaborasi dalam pem berian obat oral:-kalnex 1 tab

6. Kolaborasi dalam pemberian injeksi IV perset:-piracetam 3gr-ranitidine 50 mg-dexametasone 5 mg 1.untuk mengetahui kondisi pasien dan dapat menentukan rencana selanjutnya

2. Untuk mengetahui perkembangan pasien

3. Melatih tonus otot agar tidak kaku

4.Agar pasien mengerti dan paham pentingnya melatihgerak,sehingga mampu mempercepat proses penyembuhan

5.untuk mempercepat dan mempertahankan kondisi pasien

6. untuk mempercepat dan mempertahankan kondisi pasien

C. IMPLEMENTASI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S DENGANGANGGUAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG MAWAR RSU BANGLITANGGAL 8-10 AGUSTUS 2013NoHari/tgl/jam Diagnose keperawatanTindakan keperawatanEvaluasi respon paraf

Kamis 8-8-13Wita

Jumat,9-8-2013DX 1

dx.1Mengobservasi TTV saat px istirahat

Mengobservasi keadaan umum pasien

Memberikan injeksi IV perset :-piracetam 3gr-ranitidine 50mg-Dexametasone 5mg

Memberikan obat oral:-kalnex 1 tab

5. melatih ROM pasif pada pasien

Mengobservasi TTV dan keadaan umum saat pasien istirahat

Mengatur posisi pasien yang nyaman

Memberikan injeksi IV perset:-piracetam 3gr-SA-ranitidine-Dexametasone

Memberikan obat oral:-kalnex 1 tab

Melatih ROM pasif pada tubuh bagian-bagian tubuh pasien

Memberikan HE tentang pentingnya gerak dan aktivitas kepada pasien dan keluarga pasien

Mengatur posisi pasien yang nyaman

mengobservasi TTV dan keadaan uum pasien saat istirahat

Menganjurkan pasien istirahat tidur

memberikan injeksi IV perset:-piracetam 3gr-SA-ranitidine-dexametasoneDS :DO :TTV : Td : 150/70 mmHg N :56x/menit S :36,20cRr:18x/menit

Ds:Pasien mengatakan masih lemahDo:Pasien tampak kooperatif

Do:Obat masuk tanpa reaksi alergi

Ds:Pasien mengatakan sudah minum obatDo:Obat sudah masuk dan pasin tampak koopratif

Ds:Pasien mengatakan belum mampu melakukan gerakan secara optimalDo:Pasien tampak belum mampu melakukan gerakan secara optimal

Ds:-Do:TTV:Td:150/90mmHgN:55x/menitS:360cRr: 18x/menit

Ds:Pasien mengatakan masih lemahDo:Dengan tidak ada penekanan si daerah punggung pasien,pasien merasa lebih nyaman

Ds:-Do:Obat masuk tanpa teaksi alergi

Ds:Pasien mengatakan sudah minum obatDo:Obat sudah masuk dan pasien tampak koopratisf

Do:Pasien mengatakan belum mampu melakukan gerakan secara optimal

Do:Pasien dan kelurga tampak kooperatif

Ds:Pasien dan keluarga pasien mengatakan mengerti dengan penjelasan peawatDo: Pasien dan keluarga pasien mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan perawat

Ds :Do:Tidak ada penekanan di daerah punggungpasien,akan membuat pasien lebih nyaman

Do:TTV:Td:150/90mmHgN:54x/menitS:35,60cRr:20x/menit

Ds:Pasien mengatakan masih lemahDo:Pasien tampak kooperatif dan mengikuti saran yang di anjurkan perawat

Ds :-Do:Obat masuk tanpa reaksi alergi

D. EVALUASI1. Evaluasi formatifCATATAN PERKEMBANGAN PADA PASIEN Tn.S DENGANGANGGUAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG MAWAR RSU BANGLITANGGAL 8-10 AGUSTUS 2013NoHari/tgl/jamDiagnosa keperawatanEvaluasi responParaf

Kamis8-8-2013

Jumat9-8-2013

sabtu10-8-2013dx.1S : pasien mengatakan masih lemahO : - pasien terlihat masih lemah dan pucat Pasien terlihat aktivitasnya dibantu oleh keluarga Kekuatan otot:

A :tujuan no 1,2,3,4 belum tecapai masalah intoleransi aktivitas belu teratasiP : lanjutkan tindakan keperawatan no 1,2,3,4

S :- pasien mengatakan masih merasa lemah pasien dan keluarga pasien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikanO : - dengan tidak adanya penekanan di daerah punggung pasien,pasien lebih nyaman Pasien belum mampu melakukan gerakan secara optimal Obat masuk tanpa reaksi alergiA :tujuan no 1,2,3,4 belum tercapai masalah intoleransi aktivitas belum teratasiP : lanjutkan tindakan keperawatan no 1,2,3,4

S : pasien mengatakan masih lemahO :- tidak ada penekanan di daerah punggung membuat pasien merasa lebih nyaman -Pasien kooperatif dan mengikuti saran ya ng di anjukan perawatA : tujuan no 1,2,3,4 belum tercapai masalah intoleransi aktivitas belum teratasiP : lanjutkan tindakan keperawatan no 1,2,3,4

2. Evaluasi SumatifEVALUASI KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S DENGAN GANGGUAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG MAWAR RSU BANGLI TANGGAL 8-10 AGUSTUS 2013NoHari/tgl/jamdx. keperawatanEvaluasi responparaf

Sabtu10-8-2013dx.1S :- pasien mengatakan masih lemahO : - kekuatan otot masih lemah Pasien belum bias dudukA : tujuan no 1,2,3,4 belum tercapai masalah intoleransi aktivitas belum teratasiP : lanjutkan tindakan keperawatan no 1,2,3,4

BAB IVA. Pembahasan1. Pengkajian Menurut teori pada pengkajian didapatkan bahwa keluhan yang akan timbul pada pasien yang mengalami intoleransi aktivitas adalah dispnea, kekurangan tidur dan istirahat sedangkan pada saat pengkajian penulis tidak menemukan adanya dispnea, kurang tidur dan istirahat.

1. Perencanaan Di dalam perencanaan asukan keperawatan tidak ada kesenjangan karna sudah sesuai dengan teori yang ada.

1. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan ,tidak di temukan kesenjangan karna sudah melaksanakan berbagai strategi perencanaan keperawatan yang sudah sesuai dengan teori.

1. Evaluasi Pada tahap evaluasi asuhan keperawatan,tidak di temukan kesenjangan karna sesuai dengan teori yang ada.

20