integrasi teknologi informasi dan …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri...

12

Click here to load reader

Upload: ngoanh

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

1

INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

DALAM PEMBELAJARAN: SOLUSI ATAU UTOPIA?

Sabri

Abstrak: Contextual Teaching and Learning (CTL) yang diharapkan

menjadi napas pelaksanaan kurikulum sekolah menuntut kreativitas guru

yang tinggi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Kreativitas

tersebut diperlukan guna menjalankan proses belajar mengajar yang

diwarnai dengan komponen CTL. Pencapaian kompetensi adalah tujuan

pembelajaran yang esensial dan ini dapat difasilitasi secara lebih efektif

dengan menggunakan alat bantu yang tepat dalam pembelajaran.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diintegrasikan ke

dalam proses belajar mengajar dapat membantu pencapaian kompetensi

yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien.

Kata Kunci: Pembelajaran, Teknologi Informasi dan Komunikasi,

integrasi.

PENDAHULUAN

Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran

konteksual menjadi warna yang diharapkan mengedepan dalam penerapan

kurikulum sekolah di Indonesia. Sejarah CTL bermula dari pandangan

seorang ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916

mengemukakan teori kurikulum dan metodologi pembelajaran yang terkait

dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual

berakar pada paham progressivisme yang intinya adalah “… siswa akan

belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan

apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa

terlibat aktif dalam proses belajar …” (Nurhadi, Yasin, & Senduk, 2004, h. 8).

Pendapat ini sejalan dengan ungkapan lugas Ausubel (1968) bahwa faktor

terpenting yang mempengaruhi belajar adalah pengetahuan yang telah dimiliki

oleh peserta didik; hal tersebut harus digali dan proses pembelajaran

selanjutnya dimulai darinya.

Penerapan pembelajaran kontekstual mensyaratkan tujuh komponen,

yaitu: konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Memunculkan setiap komponen

untuk mewarnai pembelajaran kontekstual menuntut guru lebih kreatif dan

dukungan kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai. Perangkat-

perangkat teknologi mutakhir (hampir) mutlak diperlukan untuk membantu

guru dalam melaksanakan tugas professionalnya. Tampaknya, tugas guru

bukannya menjadi lebih ringan dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan; malah sebaliknya, peran guru, yang berubah dari peran

tradisional sebagai sumber utama ilmu menjadi fasilitator pembelajaran,

menjadi semakin rumit dan menantang.

Page 2: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

2

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah teknologi yang

berkembang sangat dahsyat di dunia saat ini. Hampir semua aspek dinamika

kehidupan diarahkan untuk dikomputerisasi. Kemudahan-kemudahan hidup

memang sangat mungkin diwujudkan dengan penggunaan TIK yang

bertanggung jawab, proporsional, dan bermoral. TIK sekarang ini

memungkinkan terjadinya proses komunikasi sejagat dari dan ke seluruh

penjuru dunia sehingga batas wilayah suatu negara menjadi (hampir) tiada.

Implikasinya adalah bahwa warga dunia dengan sangat mudah saling

terhubung menjadi satu kesatuan yang disebut perkampungan dunia yang

cenderung tidak lagi terbatasi oleh sekat-sekat geografis. Dunia menjadi

terasa lebih sempit dan kecil sehingga dapat digenggam, dijangkau, dan

diakses hanya dengan tindisan seujung jari.

Peran TIK sebagai alat yang memungkinkan perubahan—yang baik

atau buruk—tidak bisa disangkal. Akan tetapi, penggunaan TIK dalam

pendidikan di beberapa negara berkembang malahan dikaitkan dengan

masalah pembiayaan tinggi dan potensi kegagalan (Gaible & Burns, 2005).

Lebih lanjut, Gaible dan Burns (2005) mengatakan bahwa TIK memang

bukanlah jawaban untuk masalah pendidikan, khususnya di negara

berkembang, tetapi paling tidak TIK bisa membantu.

TIK DAN PENDIDIKAN

TIK adalah teknologi yang berkembang sangat pesat dan dahsyat

saat ini. Segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan

mengirimkan informasi dalam bentuk elektronik, seperti micro computer,

komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak pemroses

transaksi, perangkat lunak lembar kerja (worksheet), dan peralatan

komunikasi dan jaringan merupakan sebagian contoh teknologi ini. Menurut

Wardiana (dalam Munir, 2008), TIK adalah teknologi yang digunakan untuk

mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,

menyimpan, dan memanipulasi data dengan berbagi cara untuk

menghasilkan informasi yang berkualitas dan digunakan untuk keperluan

pribadi, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan sebagai pertimbangan

strategis untuk pengambilan keputusan. Informasi yang berkualitas paling

tidak memenuhi kriteria sahih, terandalkan, relevan, akurat, dan tepat waktu.

Integrasi TIK dalam pembelajaran adalah peluang sekaligus

tantangan yang besar. Sederhananya, menurut Gaible dan Burns (2005),

integrasi teknologi mengacu pada penggunaan komputer dan Internet untuk

mendukung pembelajaran. Pengintegrasian TIK bukan menjadikannya

matapelajaran tersendiri, melainkan digunakan dengan tujuan yang terkait

dengan pencapaian kompetensi tertentu dalam pembelajaran. TIK digunakan

sebagai alat pembelajaran dan pembelajaran berlangsung melalui

penggunaannya (Gaible & Burns, 2005).

Kehadiran TIK hampir tidak memberikan pilihan lain kepada dunia

pendidikan selain turut serta dalam memanfaatkannya. Melalui pemanfaatan

TIK, siapa saja dapat memperoleh layanan informasi pendidikan dari

lembaga pendidikan mana saja—yang menyediakan layanan online, di mana

Page 3: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

3

saja, dan kapan saja dikehendaki. Dalam bidang pendidikan, inovasi TIK

telah meluas digunakan mulai dari kebutuhan administrasi hingga pada

ranah interaksi individu dalam dunia maya yang dibentuk menyerupai

suasana belajar mengajar di kelas.

Penggunaan TIK sebagai teknologi pendidikan baru secara strategis

dipandang mampu meningkatkan proses dan hasil belajar. Supaya efektif,

teknologi tersebut perlu didukung dengan pendekatan pedagogis yang

inovatif sedemikian sehingga memungkinkan terwujudnya kolaborasi,

komunikasi, dan mobilitas dinamis dan bermakna (Webster & Murphy,

2008). Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran diyakini akan: (a)

meningkatkan kualitas pembelajaran; (b) mengembangkan keterampilan

TIK yang diperlukan oleh siswa ketika bekerja dan dalam kehidupannya

nanti; (c) memperluas akses terhadap pendidikan dan pembelajaran; (d)

menjawab keharusan berpartisipasi dalam penggunaan TIK; (e)

mengefisienkan biaya pendidikan; dan (f) meningkatkan rasio biaya-

manfaat dalam pendidikan (Pannen, Yunus, & Prakoso, 2003). Penggunaan

TIK yang tepat tidak hanya memacu kreativitas, memperluas kebebasan,

dan memungkinkan fleksibilitas bagi guru dan siswa, tetapi, yang lebih

penting lagi, juga merubah beberapa dimensi proses belajar mengajar.

Perbedaan antara kelas biasa dan kelas yang menggunakan TIK (dan

Internet) dirangkumkan oleh Kessell (1997) pada tabel berikut.

Dimensi Kelas Biasa Kelas berbasis IT

Sumber pengetahuan

utama

Guru Berbagai sumber: Internet

Kelompok belajar Kelas atau kelompok

kecil

Kelas atau individual sebatas

luasnya jangkauan jaringan

Rentang umur

peserta didik

Seragam 8 hingga 80

Inisiator belajar Pada umumnya guru Siswa

Jadwal belajar Di sekolah, jam

tertentu

Di sekolah dan juga di

waktu yang lain

Tempat belajar Sekolah Dekat komputer

Peralatan belajar Materi bacaan dan

tertulis

Teknologi komputer

Gaya belajar Linier Sejajar

Keadaan ilmu

pengetahuan

Pengetahuan jarang

diperbaharui

Pengetahuan terkini

Pertanyaan siswa

diarahkan ke

Guru: waktu

bertanya terbatas

Guru dan pakar: waktu

bertanya fleksibel

Evaluasi Guru sebagai sumber

utama

Proyek sebagai sumber

utama

Kegiatan

laboratorium

Mungkin sedikit dari

waktu di kelas

Secara tidak langsung

sebagai simulasi

laboratorium

Page 4: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

4

Dalam kelas yang menggunakan TIK secara efektif, terjadi

peningkatan yang nyata dalam proses belajar mengajar—peningkatan

adalah kata kunci. TIK tidak akan menggantikan guru, melainkan hanya

meningkatkan upayanya di mana kegiatan belajar bisa lebih hidup dengan

banyaknya interaksi bermakna yang terjadi antara siswa dengan perangkat

lunak, siswa dengan siswa lainnya, dan siswa dengan guru. Bagaimana

sebaiknya TIK digunakan dalam pembelajaran? Beberapa contoh sekolah

(di luar negeri) yang menggunakan TIK menempatkannya sebagai latar

belakang saja. Perangkat lunak pembelajaran digunakan untuk memicu dan

memacu siswa belajar, bukan mendominasi pembelajaran siswa, meskipun

disadari bahwa ada saja beberapa paket pembelajaran (dan juga situs www)

yang berkualitas sangat baik dan sangat bisa diandalkan.

Apakah TIK bisa menjadikan gaya pengajaran seorang guru berbeda

dari yang sebelumnya? Semua guru yang baik memang memiliki gaya

mengajar yang berbeda. Pembelajaran berbasis penemuan tidak

mengharuskan tersedianya akses ke situs www. Tetapi seringkali, dengan

mengarahkan siswa mengakses situs www tertentu yang telah dievaluasi

dengan baik, proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik bagi siswa.

Kerja kelompok, interaksi komunikasi dalam kelas, atau kegiatan

pemecahan masalah difasilitasi oleh guru yang baik, bukannya oleh

perangkat lunak yang mahal; meskipun tidak bisa dimungkiri bahwa

perangkat lunak yang tepat memang sangat membantu. Keterkaitan antara

mata pelajaran dimungkinkan oleh kurikulum yang baik, silabus yang

dirancang dengan matang, dan guru yang berkemampuan dan berdedikasi

tinggi, bukannya dengan perangkat keras yang termutakhir dan semacamnya.

Kebanyakan guru telah menyadari bahwa TIK sangat membantu

dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi, juga masih banyak pendapat

umum yang cenderung tidak akurat dan sifatnya menyurutkan semangat

misalnya: “Program pengolah kata mengurangi kemampuan siswa untuk

menulis,” padahal, adanya kemudahan revisi, kemudahan dalam presentasi,

dan kemudahan lainnya sangat membantu siswa meningkatkan kemampuan

menulisnya. Juga, ungkapan seperti “Interaksi antar siswa berkurang karena

mereka akan hanya berfokus pada layar komputer,” padahal justru kegiatan

belajar yang berbasis TIK yang difasilitasi dengan baik malah mendorong

interaksi sebagai komponen utama pembelajaran aktif.

APA YANG DAPAT DILAKUKAN?

Pada dasarnya, terdapat tiga kategori guru ditinjau dari sikapnya

terhadap teknologi informasi dan komunikasi. Kelompok yang pertama

adalah guru-guru yang phobia terhadap TIK, misalnya komputer. Mereka

hampir tidak mau (atau mungkin juga tidak tahu) menggunakan komputer.

Penggunaannya—kalau ada—dilakukan seminimal mungkin; mereka masih

belum merasa nyaman menggunakannya. Kalaupun digunakan, tidak efektif.

Kelompok kedua adalah guru-guru yang cukup mampu menggunakan

komputer tetapi memiliki keinginan setengah hati untuk menggunakan

komputer dalam pembelajarannya. Penggunaannya dilakukan hanya karena

Page 5: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

5

ada tuntutan dari pihak tertentu, yang tidak didasari dengan pelatihan yang

memadai untuk menggunakannya. Akhirnya, penggunaan fasilitas TIK yang

ada di sekolah tidak seefektif yang diharapkan. Kelompok ketiga adalah

guru-guru yang dengan sadar dan nyaman mengoptimalkan penggunaan

komputer dalam proses pembelajaran guna mencapai kompetensi yang telah

ditetapkan. Sekolah juga mendukung dengan penyediaan fasilitas dan

alokasi dana untuk pelatihan yang mencukupi. Pengklasifikasian ini

mungkin saja belum mencakup guru secara keseluruhan yang sangat

mungkin masih banyak yang tidak mampu mengidentifikasi diri, pada

kelompok mana dari ketiganya mereka berada, atau malah sama sekali tidak

pada salah satupun.

Bagi para guru, menurut Gaible dan Burns (2005), integrasi TIK ke

dalam pembelajaran menyangkut beragam aspek, yaitu: aspek teknis

(bagaimana menggunakan TIK?); aspek fungsional (apa fungsi TIK yang

bisa membantu dalam pekerjaan?); aspek logistik (bagaimana bisa

menggunakan sedikit TIK untuk banyak peserta didik?); aspek afektif

(akankah TIK menggantikan peran guru? akankah peserta didik tidak

menghargai guru lagi jika mereka lebih banyak terhubung dengan komputer

dibandingkan berinteraksi dengan guru?); aspek organisasi (bagaimana

menata kelas untuk mendukung penggunaan TIK? bagaimana menggunakan

TIK sebagai bagian dari kegiatan tang telah dilakukan di kelas?); aspek

konseptual (bagaimana guru belajar dari dan dengan TIK?); aspek

instruksional (bagaimana TIK membantu peserta didik belajar dengan cara

yang berbeda? Bagaimana TIK mendukung kurikulum? Bagaimana TIK

mendukung pembelajaran? bagaimana seharusnya pembelajaran yang

mengintegrasikan TIK); dan aspek evaluasi (bagaimana menilai

pembelajaran yang berbasis pada proyek dengan bantuan TIK? bagaimana

pembelajaran dengan TIK disesuaikan dengan ujian nasional?)

Di kalangan tertentu, penggunaan TIK untuk kegiatan pembelajaran

dirasakan sudah menjadi keharusan. Persoalannya adalah bahwa integrasi

TIK tidak semata-mata menyangkut masalah teknologi, tetapi dalam

prakteknya, lebih banyak berurusan dengan pelaku-pelaku pembelajaran.

Pada dasarnya, pengembangan pembelajaran berbasis TI terkait dengan:

1. penyediaan sarana fisik berupa peralatan TIK dan jaringannya;

2. persiapan untuk perubahan proses pembelajaran; dan

3. pengembangan materi presentasi dalam proses pembelajaran itu sendiri.

Ketiga hal ini memiliki hubungan saling ketergantungan yang erat.

Komputer menawarkan fasilitas multimedia dalam satu sistem untuk

penyajian materi pembelajaran. Layanan media-media presentasi lama

dalam bentuk papan tulis, tape recorder, OHP (Over Head Projector), slide

projector, movie projector, sampai ke alat-alat peraga pembelajaran dan

praktikum dapat diberikan dengan kualitas yang sama atau setidaknya

mendekati dengan menggunakan sebuah komputer. Komputer menyatukan

media presentasi dengan alat pengembangan presentasi itu sendiri.

Penyediaan sarana fisik peralatan TIK adalah investasi yang menjanjikan

dalam hal peningkatan mutu proses pembelajaran.

Page 6: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

6

Penyediaan sarana TIK yang dirangkai dalam suatu jaringan di

sekolah diperlukan untuk menjalankan proses belajar yang berbasis TIK.

LAN (Local Area Network) dan Intranet memungkinkan siswa mengakses

sumber belajar mereka pada komputer mana saja yang terhubung. Guru

kemudian mengisikan bahan dan sumber pembelajaran ke dalam Intranet

sekolah. Kerja tambahan ini mungkin akan terasa sebagai beban berat pada

awalnya. Akan tetapi, jika dilakukan dengan penuh dedikasi, maka ini akan

menjadi investasi untuk kemudian tinggal diperbaiki atau ditingkatkan

sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas guru daru waktu ke waktu. Materi

pelajaran dapat ditampilkan dalam beragam model. Ini dapat berupa dokumen

tertulis biasa (buku elektronik), slide presentasi, rekaman film, program

interaktif, atau bentuk lainnya. Untuk suatu program pengajaran online yang

lengkap, media diskusi hingga alat dan hasil penilaian juga tersedia. Bahan

pembelajaran juga bisa dibuat dalam bentuk CD-ROM yang dapat

digunakan oleh siswa di sekolah atau di luar sekolah.

Dalam lingkungan belajar seperti tersebut di atas, interaksi guru

dengan siswa tidak akan berkurang, tetapi lebih mungkin akan berubah.

Guru membantu dan mengarahkan siswa secara lebih fleksibel sehingga

peran fasilitasinya terlaksana secara efektif. Untuk sekolah yang jaringannya

terhubung dengan Internet, peran guru akan lebih penting dalam hal

membantu siswa menyeleksi sumber-sumber informasi berupa situs www

yang baik dan tepat. Memperhatikan secara umum kondisi nyata sekolah,

salah satu yang mungkin dilakukan adalah melaksanakan proses belajar

mengajar dalam suatu ruangan (laboratorium) komputer tertentu yang

disediakan di sekolah. Dengan banyaknya mata pelajaran di sekolah, proses

belajar mengajar berbasis TIK tentu tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya.

Guru mungkin akan menjadikan kegiatan belajar berbasis TIK sebagai salah

satu variasi bagi siswa.

Alternatif lain adalah menyebarkan komputer ke masing-masing

ruang kelas, sehingga setiap kelas memiliki satu unit komputer yang

terhubung dengan yang unit lain. Yang dapat dilakukan adalah guru

menggunakan komputer tersebut untuk produktivitas pribadi, misalnya

membantu tugas-tugas administratif (penyiapan rencana pembelajaran,

administrasi dan dokumentasi penilaian); guru menggunakan komputer

tersebut untuk keperluan presentasi di kelas yang sebaiknya dilengkapi

dengan LCD projector; perangkat lunak interaktif digunakan dalam

komputer sehingga siswa secara aktif terpacu dalam kegiatan belajar yang

dibantu dengan perangkat tersebut; dan komputer tersebut digunakan

sebagai pusat atau stasiun pembelajaran (sumber informasi). Penggunaan

ini tetap akan memperhatikan kebutuhan dan kondisi kelas. Intinya, TIK

dapat difungsikan sekreatif mungkin oleh guru dalam proses belajar

mengajar. Intensitas dan tingkat penggunaannya sangat bergantung pada

profesionalisme guru, ketersediaan sarana dan prasaran, serta dukungan dari

pihak sekolah. Penggunaan yang tepat akan menjadikan TIK sebagai solusi

dalam mengatasi tantangan, kerumitan, dan besarnya beban kerja guru.

Page 7: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

7

Pada saat memfasilitasi pembelajaran di kelas dengan menggunakan

program-program perangkat lunak komputer, kenyataannya guru memiliki

kesempatan yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan siswa dan

dibutuhkan kreativitas yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran

yang demikian. Yang penting, guru memiliki keterampilan dan pengetahuan

yang memadai dan mereka berupaya keras untuk mengembangkan

profesionalismenya untuk menghadapi laju perkembangan kemampuan dan

tuntutan belajar siswa. Dalam konteks pembelajaran, pemanfaatan TIK,

menurut Daniel dan David dalam (Isjoni, Ismail, & Mahmud, 2008), terbagi

atas tiga yaitu: mempresentasikan informasi, misalnya komputer dengan

mudah menampilkan grafik dan tabel secara otomatis hanya dengan

memasukkan data sesuai dengan yang diinginkan; menyelesaikan tugas-

tugas rutin dengan cepat dan otomatis; dan memperoleh dan mengirimkan

informasi dengan mudah, akurat, dan cepat.

Munir (2008) menyatakan bahwa, integrasi sumber belajar secara

tepat ke dalam suatu program pembelajaran merupakan salah satu faktor

penting untuk mengoptimalkan keefektifan penggunaan TIK. Program

pembelajaran berbasis TIK perlu disesuaikan dengan program sekolah agar

tujuan kurikulum tercapai. Dengan demikian, menjadi tuntutan bagi guru

supaya bisa menggunakan aplikasi komputer dengan tepat jika

menginginkan proses pembelajaran yang lebih bermakna. Lebih dari itu,

Apa yang dapat Dilakukan

dengan Satu Komputer

Satu komputer untuk

produktivitas pribadi

Satu komputer untuk

keperluan presentasi

Satu komputer dan pe-

rangkat lunak interaktif

Satu komputer sebagai

pusat/stasiun belajar

Kelas dengan Satu Komputer (Kessell, 2001)

Page 8: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

8

seorang guru saat ini seharusnya mampu mengembangkan media

pembelajaran sendiri sekalipun menggunakan aplikasi komputer yang

sederhana. Jika pun mereka tidak mengembangkan sendiri, di pasaran saat

ini telah banyak dikembangkan media pembelajaran berbasis komputer

yang umum dikenal dengan nama CAI (Computer Aided Instruction) atau

pembelajaran berbantuan komputer. Program yang banyak antara lain

Microsoft Powerpoint, Multimedia Builder, Illumination, Adobe Flash,

Macromedia Director, dan Macromedia.

Program aplikasi yang mudah digunakan dalam membuat media

pembelajaran berbantuan komputer adalah Microsoft PowerPoint (lihat

Finkelstein & Samsonov, 2008). Beberapa contoh di Internet dapat ditemui

dalam beberapa situs yang menampilkan Model Game Jeopardy. Model ini

membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa. Permainan

Jeopardy bisa dikembangkan dengan dua cara. Cara pertama adalah

mengajukan pertanyaan dan menuntut jawaban dari siswa, dan cara kedua

adalah mengajukan jawaban (situasi) dan menuntut siswa mengajukan

pertanyaan yang tepat. Ranah kognitif yang dikembangkan dapat meliputi

pengetahuan dan pengembangan keterampilan kognitif. Ini berarti

melibatkan proses mengingat (recall) atau pengenalan kembali (recognition)

fakta-fakta, pola-pola prosedural, serta konsep-konsep yang dibutuhkan

untuk pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual.

Dari sudut pandang pembelajaran aktif, proses pembelajaran

seharusnya mendorong dan mendukung semangat siswa untuk melakukan

penyelidikan, pemecahan masalah, dan mengkonstruksi pemahaman. Di

dalamnya, mereka menemukan, menguji, dan memperbaiki gagasan guna

membangun pemahaman yang dari waktu ke waktu semakin kompleks, kuat,

abstrak, dan canggih. Khusus dalam pembelajaran matematika, milsanya,

bukti visual, yang sangat dimungkinkan dengan TIK, memiliki peran penting

bersama dengan alat peraga lainnya untuk memjembatani pemahaman siswa

dari tingkat konkret ke tingkat abstrak. Menurut Martínez-Santaolalla

Martínez, Bienvenido Bárcena, dan Túnez Rodríguez (2005), TIK

memungkinkan terciptanya ’realitas virtual’, gambar yang indah serta animasi

yang interaktif. Lebih lanjut, mereka menjelaskan bahwa TIK bisa membantu

siwa membangun pemahaman yang lebih dalam tentang struktur geometri.

Pemahaman ini terbangun melalui fase tindakan (manipulasi fisik dan

mental), abstraksi (tindakan berproses menjadi bermakna secara mental dan

selanjutnya bisa digunakan sebagai landasan untuk bertindak dan merefleksi),

dan refleksi (menganalis pemikiran sendiri secara sadar). Proses siklis ini

membantu siswa membangun model mental yang semakin canggih dari

waktu ke waktu.

Program dynamic geometry, seperti Cabri Geometry, Geometers

Sketchpad dan GeoGebra, membawa dimensi baru pembelajaran goemetri

di sekolah. Eksplorasi sangat mungkin dilakukan oleh siswa dengan

program tersebut dan kreativitas siswa akan didorong sekaligus ditantang.

Kemampuan komputer menampilkan animasi yang menarik dan tampak

nyata sangat berguna dalam pembelajaran geometri. Pembelajaran

Page 9: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

9

matematika yang menyangkut data, pengolahan, dan presentasinya sangat

mungkin lebih efektif jika menggunakan bantuan komputer. Dengan

menggunakan fasilitas spreadseheet, siswa bisa diarahkan untuk mengolah

data secara sederhana dan mempresentasikan hasil analisis tersebut dengan

tampilan yang jauh lebih menarik dan bermakna. Sebagai open software,

Excel bisa digunakan dalam perhitungan yang lebih ekonomis, statistika

sederhana, simulasi, dan menemukan pola bilangan serta pembelajaran

aljabar pada tingkat dasar.

Potensi yang ditawarkan oleh perkembangan TIK begitu banyak.

Suasana kelas yang menyenangkan dan memotivasi sangat mungkin

diciptakan dengan TIK. Siswa bisa diperlombakan dengan menggunakan

program sederhana, misalnya dengan Jeopardy yang telah disebutkan di

atas. Interaksi dalam pembelajaran matematika bisa dioptimalkan dengan

merancang stasiun pembelajaran dengan komputer yang akan didatangi oleh

siswa secara berkelompok dan bergantian. Presentasi dalam pembelajaran

bisa dipoles sedemikian menarik. Ini perlu kehati-hatian, karena kadang-

kadang, perhatian beralih dari fungsi pembelajaran menjadi fungsi

presentasi dengan aksesoris yang macam-macam dan cenderung berlebihan.

Masalahnya sekarang paling tidak ada di pihak guru. Jika fasilitasnya ada,

seberapa mampu mereka mengoptimalkan pemanfaatannya.

Sekarang ini, salah satu bidang kajian penelitian pendidikan

matematika di sekolah adalah bagaimana TIK bisa meningkatkan prestasi

siswa. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemanfaatan

yang tepat dan terencana, proses pembelajaran bisa dilaksanakan jauh lebih

efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional (lihat Adelsberger,

Kishuk, Pawloski, & Sampson, 2008).

Saat menjalani perkuliahan pasca sarjana di luar negeri, penulis

menghadapi berbagai model perkuliahan yang ditawarkan. Mahasiswa bisa

memilih model online, tatap muka, atau modul (jarak jauh). Khusus untuk

model online, kemandirian mahasiswa sangat dibutuhkan untuk mampu

mengatur diri dan belajarnya. Beban kredit matakuliah menuntut mahasiswa

untuk memprogramkan secara ketat alokasi waktu untuk dapat

menyelesaikan matakuliah. Tenggat waktu untuk mengumpulkan tugas-

tugas telah ditentukan lebih awal dan mahasiswa harus mengikuti jadwal

tersebut secara ketat. Tatap muka dengan dosen dilakukan secara online.

Diskusi dengan dosen dan sesama mahasiswa dilakukan juga secara online.

Dalam kuliah seperti ini, kata kuncinya adalah kemandirian. Kendali

dari dosen hampir tidak ada. Yang ada hanya berupa penetapan tenggat

waktu dan mungkin beberapa kali peringatan untuk mengikuti jadwal yang

telah ditentukan. Akan tetapi, informasi tersebut tidak akan dapat diketahui

kecuali dengan secara aktif mengakses internet. Mudahnya, mahasiswa

sangat fleksible mengatur jadwal belajarnya, dan mengakses matakuliah

dapat dilakukan di mana saja yang memungkinkan akses jaringan internet.

Pada beberapa matakuliah yang tidak banyak pengikutnya, ketiga model

tersebut di atas kadangkala digabungkan oleh dosen. Mahasiswa dapat

mengakses materi dan semua yang terkait dengan matakuliah di Internet, di

Page 10: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

10

samping mereka juga dilengkapi dengan modul, CD-ROM bahan kuliah dan

kadangkala diadakan tatap muka langsung jika dirasa perlu.

BEBERAPA MASALAH

Terdapat tiga isu kritis yang membatasi penggunaan dan integrasi

TIK, khususnya penggunaan Internet, ke dalam kurikulum, yaitu: kualitas

akses, kesesuaian akses, dan dukungan guru (Kessell, 1997). Kualitas akses

terkait dengan kualitas dan jangkauan peralatan yang tersedia di sekolah,

dan juga sejauh mana pengetahuan dan keterlibatan guru. Jika banyak

sekolah sedang berusaha mengadakan perangkat keras dan perangkat lunak

dengan jumlah yang cukup memadai, pengadaan itu sendiri tidak menjamin

akan digunakannya dengan tepat. Salah satu kasus adalah pengadaan

laboratorium (ruang) komputer yang diperuntukkan bagi sejumlah besar

siswa dalam belajar mata pelajaran dengan menggunakan TIK karena

laboratorium tersebut sepenuhnya digunakan untuk mengajarkan

keterampilan dasar komputer.

Isu kedua sesungguhnya akan muncul jika peralatan dan akses telah

tersedia. Siswa dan guru harus selektif dalam memilih sumber informasi

yang tepat dari ketersediaan informasi yang hampir tidak terbatas. Dalam

hal ini, siswa dan guru harus mampu mengevaluasi sumber-sumber yang

layak untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Kehati-hatian ini

mutlak diperlukan karena dari informasi yang tersedia, tidak sedikit dari

mereka yang merupakan “sampah.”

Isu yang ketiga mungkin adalah isu yang paling krusial. Ini terkait

dengan kemampuan dan kesiapan guru. Kesiapan guru dalam hal

pengetahuan dan keterampilan untuk mengintegrasikan TIK ke dalam proses

belajar mengajar yang dilaksanakan sangat diperlukan. Guru mengalami

kesulitan menghadapi TIK dan penggunaan TIK masih terbatas hanya oleh

guru yang memiliki daya inovasi tinggi dan telah terlatih dengan baik

(Baron & Harrari, 2005). Keterampilan mengintegrasikan TIK ke dalam

proses yang dijalankan seharusnya didasari dengan keterampilan dan

pengetahuan praktis TIK yang memadai. Di kawasan Eropa, misalnya di

Norwegia, penggunaan TIK secara umum masih kurang dalam kegiatan

pedagogik. Menurut Fuglestad (2007), guru di sana juga masih kekurangan

pengetahuan tentang bagaimana memberdayakan TIK dalam proses belajar

mengajar, misalnya matematika, dan mereka membutuhkan contoh praktek

yang baik sebagai acuan. Masalah berikutnya yang mengemuka adalah

kebanyakan guru tidak memiliki keluangan waktu yang cukup untuk

mengikuti pelatihan pengembangan professional. Tantangannya adalah

bagaimana upaya memotivasi, meyakinkan, dan mendidik para guru di

lapangan tentang penggunaan TIK sebagai alat bantu pedagogi secara

terintegrasi (Baron & Harrari, 2005).

Pemerintah—dan masyarakat—bertanggung jawab untuk menyediakan

fasilitas TIK yang memadai di sekolah. Fasilitas tersebut, jika belum

memungkinkan, tidak harus digunakan sebagai alat bantu proses belajar

mengajar, tetapi cukup untuk diadakan untuk dipelajari, karena daya saing

Page 11: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

11

bangsa mulai sekarang ditentukan oleh sejauh mana warga bangsa menguasai

TIK. Pemerintan juga bertanggung jawab menyediakan pelatihan

pengembangan profesionalisme guru dalam hal TIK.

Dengan berbagai peluang dan kemudahan yang menjanjikan dari

integrasi TIK ke dalam pembelajaran, beberapa pertanyaan patut dicermati.

Apa yang bisa kita perbuat? Bagaimana kondisi terkini pendidikan di

Indonesia? Bagaimana kreativitas guru? Bagaimana keinginan guru untuk

berubah tercapai dengan pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada

mereka untuk berubah ke arah yang lebih baik? Dan, bagaimana langkah

nyata pemerintah sekarang?

Ataukah, integrasi TIK dalam proses pembelajaran adalah masih

sebatas utopia?

CATATAN AKHIR

Ke depan, menurut Pahl dan Kenny (2008), semua program dan

kegiatan pengintegrasian TIK dalam pembelajaran paling tidak menyasar

empat aspek, yaitu:

1. Muatan, yang terkait dengan perspektif matapelajaran tentang bahan

yang akan dipelajari oleh peserta didik sebagai hasil rancangan cerdas

dan kreatif para guru.

2. Format, yang terkait dengan perspektif penataan dan pengorganisasian

tentang bagaimana silabus dikembangkan, pemangku kepentingan

dilibatkan, dan bagaimana lingkungan pembelajaran dikondisikan.

3. Infrastruktur, yang terkait dengan perspektif teknis tentang bagaimana

semua pihak pemangku kepentingan mengemban amanahnya dan

menentukan TIK mana dan bagaimana yang akan digunakan.

4. Pedagogi, yang terkait dengan perspektif pendidikan menyangkut

bagaimana guru berperan sebagai aktor utama proses pembelajaran.

Integrasi TIK ke dalam proses belajar mengajar bergantung pada

ketersediaan sarana pendukung, pengetahuan, keterampilan, dan kemauan

guru, dan dukungan dari pihak sekolah, pemerintah, dan masyarakat.

Penggunaan yang tepat akan menjadikan TIK sebagai solusi. Ataukah

kemajuan TIK akan melesat maju tanpa bisa kita optimalkan

penggunaannya dan pencapaian-pencapaian orang di negara lain hanya akan

terus menjadi utopia bagi kita.

DAFTAR PUSTAKA

Adelsberger, H. H., Kishuk, Pawloski, J. M., & Sampson, D. G. 2008.

Handbook on Information Technologies for Education and Training

(Edisi Kedua). Heidelberg: Springer-Verlag.

Baron, G-L, Harrari, M. 2005. ICT in French Primary Education, Twenty

Years Later: Infusion or Transformation? Education and Information

Technologies, 10(3), 147–156.

Gaible, E. & Burns, M. 2005. Using Technology to Train Teachers:

Appropriate Uses of ICT for Teacher Professional Development in

Developing Countries. Washington, DC: infoDev/World Bank.

Page 12: INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas negeri makassar-digilib... · Penerapan pembelajaran ... proses penemuan bisa lebih bermakna dan menarik

12

Finkelstein E. & Samsonov, P. 2008. PowepointPoint for Teachers:

Dynamic Presentations and Interactive Classroom Projects. San

Francisco, CA: Jossey-Bass.

Fuglestad, A. B. 2007. Teaching and Teachers’ Competence with ICT in

Mathematics in a Community of Inquiry. Dalam J. H. Woo, H. C.

Lew, K. S. Park, & D. Y. Seo (Ed.), Proceedings of the 31st

Conference of the International Group for the Psychology of

Mathematics Education, Vol. 2, 249-256. Seoul: PME.

Isjoni, Hj. Ismail, M. A,. & Mahmud, R. 2008. ICT untuk Sekolah Unggul:

Pengintegrasian Teknologi Informasi dalam Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kessell, S. R. 1997. Staff Development in Computing and Information

Systems Literacy: Computing as a Tool, Not an End in Itself. Makalah

dipresentasikan dalam The International Organisation for Science and

Technology Education Conference, di Curtin University of

Technology, Perth Australia, 5-8 Desember 1997.

Kessell, S. R. 2001. Graduate Certificate in Learning Technologies K12

Version – Course Material CD ROM (Version 4.4). Perth: Curtin

University of Technology.

Martinez-Santaolalla Martinez, M. J., Bienvenido Barcena, F., & Tunez

Rodriguez, S. 2005. ICT in Mathematics Education: Geometry

Problem Solving with Applets. Makalah disampaikan pada The III

International Conference on multimedia and Information &

Communication Technologies in Education (m-ICTE2005), Cáceres,

Spanyol, 7-10 Juni 2005.

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan

CV. Alfabeta.

Nurhadi, Yasin, B., & Senduk, A. G. 2004. Pembelajaran Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Pahl, C. & Kenny ,C. 2008. The Future of Technology Enhanced Active

Learning: A Roadmap. Dalam M. D. Lytras, D. Gašević, P. O. de

Pablos, & W. Huang (Ed.), Technology Enhanced Learning: Best

Practices, 348-375. New York: IGI Publishing.

Pannen, P., Yunus, M., & Prakoso, T. 2003. Pemanfaatan Teknologi

Informasi dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran Bahasa Indonesia.

Makalah disajikan dalam Kongres Bahasa Indonesia VIII, Pusat

Bahasa, Jakarta, 14-17 Oktober 2003.

Webster, L. & Murphy, D. 2008. Enhancing Learning through Technology:

Challenges and Responses. Dalam R. Kwan, R. Fox, F. T. Chan, & P.

Tsang Ed.), Enhancing Learning through Technology: Research on

Emerging Technologies and Pedagogies, 1-16. Singapore: World

Scientific.