instrumen moneter islami alternatif
DESCRIPTION
Instrumen Moneter Islami Alternatif untuk mengendalikan jumlah uang beredar dan mengendalikan excess demand dan excess supplyTRANSCRIPT
1
INSTRUMEN MONETER ISLAMI UNTUK MENGATASI
EXCESS DEMAND DAN EXCESS SUPPLY
Oleh : Totok Harmoyohttp://id.totok.harmoyo.com
LATARBELAKANG
Kelebihan jumlah barang yang ditawarkan dan kelebihan permintaan
barangdipasarmerupakan sebuah realitaekonomiyang selalu terjadidan
menjadi rutinitas ekonomi dari waktu ke waktu. Seiring dengan
perkembangan perekonomian dan kondisi sumber daya ekonomi dalam
suatunegara,maka realitas inimerupakanperistiwayangwajar ditemuidi
pasar.Ketikaperistiwainiterjadi,berartisedangterjadigangguanterhadap
titikkeseimbanganantarapenawarandanpermintaan.
Gangguantersebutbisadalambentukberkurangnyakuantitaspasokan
barang ke pasaran sebagai akibat terjadinya kegagalan panen di kalangan
petani, atau kegagalan dalam proses distribusi karena terjadinya bencana
alam, bisa juga karena faktor lainnya. Sebaliknya, peristiwa ini juga bisa
terjadikarenaadanyapeningkatansupplybarangkepasarsehinggamelebihi
kemampuanpasaruntukmenyerapnya.Halinimunculbisadisebabkanoleh
faktor musim panen atau adanya kebijakan yang memermudah kegiatan
imporbarang.
Fenomena-fenomena ekonomi tersebut merupakan suatu peristiwa
yang hanya terjadi dalam waktu sementara saja, kemudian kondisi pasar
akanmengarahkembaliketitikkeseimbangankarenaadanyaperanhukum
2
penawaran dan permintaan yang berlaku di pasar (Mankiw, 2009). Hukum
permintaandanpenawaranyangdimaksudadalahketikaterjadipergeseran
titik equilibrium pasar, maka harga akan segera menyesuaikan dengan
jumlah permintaan dan penawaran barang di pasar, sehingga secara alami
akan menggiring konsumen dan produsen kembali ke titik keseimbangan
pasar.
Dengan dasar fenomena ekonomi tersebut, maka pemerintah selaku
pemegangamanahdariAllahSWTdalammengelolasuatunegaradandalam
rangka mensejahterakan masyarakatnya, perlu untuk turut campur dalam
mengatasigangguankeseimbanganpasartersebut.Dalamhalini,pemerintah
tidak diperkenankan untuk mengintervensi pasar melalui kebijakan harga,
sebab hal ini merupakan sesuatu treatment yang tidak dicontohkan oleh
RasulullahSAWbahkanbeliaumenolaknyaketikamasyarakatberbondong-
bondongmenghadapbeliaudanmemintabeliauuntukmenurunkanhargadi
pasaran.MenurutRasulullahSAW,fenomenakenaikandanturunnyahargadi
pasaran merupakan fenomena yang dikehendaki oleh Allah SWT, sehingga
pemerintah tidak memiliki otoritas untuk menentukan harga di pasaran
(Huda,2009).
Jikaterjadiketidakseimbangandidalampasar,sedangkanpemerintah
tidak diperkenankan oleh syariat untuk menstabilkan pasar melalui
intervensiharga,makasalahsatujalanyangbisaditempuholehpemerintah
dalam adalah dengan cara mengintervensi jumlah pasokan barang di
pasaran. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan menambah pasokan
barang ke pasar untuk mengatasi kelangkaan atau dengan cara menyerap
3
kelebihan pasokan di pasar sehingga harga keseimbangan tetap dapat
dicapai.Dengankatalain,pemerintahdapatmenjalankankebijakanmoneter
dan fiskal untuk menstabilkan perekonomian. Kebijakan pemerintah
hendaknyamendorongaktifitasperekonomianketikasedangmelambatdan
menahan laju perekonomian ketika sedang dalam kondisi overheated
(Mankiw,2006).Dengandemikian,pemerintahtelahmenjalankansalahsatu
fungsinyadalamperekonomian,yaknimenjagastabilitasekonomidansosial
masyarakat(Kahf,1998).
Dalamrangkamenjalankan fungsinya,pemerintahdapatmemilihopsi
kebijakankontraktifmaupunekspansif,sesuaidengankondisiperekonomian
yang dihadapinya. Kebijakan tersebut dapat di jalankan melalui sisi fiskal
maupun sisi moneter. Dalam kasus kelebihan permintaan atau kelebihan
penawaran,makakebijakanfiskalmaupunmoneteryangdapatdipilihadalah
memicu terjadinya pertambahan pasokan barang ke pasaran untuk
memenuhi kelebihanpermintaanataumenyerapkelebihanpasokanbarang
di pasaran. Kedua-duanya memiliki tujuan untuk menjaga ekuilibrium di
dalamperekonomian,utamanyakeseimbangandipasarbarang.
Dalam menjalankan kebijakan tersebut, pemerintah sering menemui
hambatanberupakurangnyalikuiditasyangdimilikiolehpemerintahsebagai
pemegang anggaran negara. Oleh karena itu, pemerintah harus menutupi
kekurangan likuiditas tersebut supaya dapat menjalankan kebijakan
fiskalnya. Dalam perspektif konvensional, kekurangan likuiditas ini dapat
dijalankan dengan cara melakukan pencetakan uang atau money creation,
atau dengan cara mencari pendanaan dengan cara utang. Cara lain untuk
4
memenuhi kesulitan likuiditas adalah dengan cara mengoptimalkan
penerimaanpemerintahdarisisiperpajakan,namuncarainitidaklahmudah
dan tidakdapatmemenuhi kekurangan likuiditaspemerintahdalam jangka
pendek.
Dalam perspektif Islam, cara pemenuhan likuiditas moneter dengan
money creation merupakan jalan yang tidak direkomendasikan, kecuali ada
kebutuhanriildidalamperekonomian(Chapra,2000).Jikapenciptaanuang
tidak didasarkan pada kebutuhan transaksi riil di dalam perekonomian,
justru akan memicu terjadinya inflasi yang berkepanjangan. Sedangkan
memenuhi kekurangan likuiditas dengan cara utang justru akan semakin
membebani anggaran pemerintah di masa-masa yang akan datang, apalagi
jikautangdiperolehdarisumberluarnegeri.
Pemenuhan likuiditasdengan intensifikasipenerimaandisektorpajak
juga akan mengakibatkan disinsentif bagi kalangan masyarakat terutama
kalangan pengusaha. Sebab, semakin besar pajak yang dibebankan kepada
mereka, maka akan semakin menggerus pendapatan mereka sedangkan
mereka tidak memiliki harapan return dari pengeluaran pajak tersebut,
kecuali sekedar harapan akan adanya perbaikan kualitas pelayanan
pemerintah terhadap masyarakat, dan itupun masih sulit untuk diukur.
Sangat berbeda dengan zakat, infak, atau sedekah yang dikeluarkan oleh
masyarakat,merekamerasabahwa akanmemeroleh return dariAllahSWT
berupa amal, dan secara psikologis, pengeluaran tersebut tidak menjadi
beban bagi masyarakat karena pengeluaran tersebut merupakan
pengeluaranuntuktujuanibadah.
5
Dengan demikian, pemerintah hendaknya menciptakan instrument
yang dapat dijalankan dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan
sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Dari instrument-instrumen tersebut,
hendaknya kebutuhan dana pemerintah dapat terpenuhi. Instrument
tersebut sebaiknya merupakan instrument yang terbebas dari penciptaan
uang(moneycreation)danbebasdariribaataubahkaninstrumenttersebut
harusmengandungnilaiibadahmenurutsyariatIslam.
Alternatif pembiayaan dari utang luar negeri juga sangat patut untuk
dihindari pemerintah. Hal tersebut tidak hanya membebani anggaran
pemerintahdimasadepan,tapijugauntukmenghindarialirandanakedalam
negeri dalam jumlah besar yang akhirnya memaksa pemerintah untuk
melakukanpencetakanuangdanmemicuinflasijuga.
InstrumenyangdirekomendasikanolehsyariatIslamadalahinstrumen
yang dalam penerapannya berbasis sektor riil, sehingga ketika instrumen
tersebut dijalankan, akan langsung membawa dampak terhadap
perkembangan di sektor riil, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Instrumen tersebut dapat dijalankan melalui kebijakan moneter atau fiskal
atau keduanya sekaligus. Dengan demikian, antara sektor moneter dan
sektor fiskalharusmelakukankoordinasisupayakebijakanyangdijalankan
dapat berjalan efektif dan target-target nasional dapat direalisasikan
(Chapra,2000).
Salah satu instrument yang ditawarkan oleh M.M. Metwally adalah
instrument iuran ekonomi (The Economic Dues) yang diaplikasikan dalam
bentukpajakpendapatandanpajakatasasettidur(Gulaid,1995).Meskipun
6
instrument tersebut masih harus dikaji secara lebih mendalam dan diikuti
oleh studi teoritis dan praktis, namun instrumen tersebut merupakan
instrumen yang cukup layak untuk diperhitungkan sebagai alat pengendali
stabilitas ekonomi suatu negara. Sebab, dengan instrumen tersebut, akan
mendesak pemilik modal menggunakan dananya untuk keperluan investasi
danpenguatansektorriil,karenajikasemakinbesardanamerekayangidle,
makaakansemakinbesardanayangdimilikinyaakandipotonguntukiuran
ekonomi(economicdues).
Intrumen lain yang dapat digunakan sebagai alternatif adalah wakaf
uangtunai.Denganinstrumenini,pemerintahdapatmemobilisasidanasegar
untuk menjalankan kebijakan fiskal dan moneter. Instrumen ini bukan
barangbarudidalamperekonomian,bahkan instrumen ini sudahadasejak
masaKekaisaranRoman,Mesopotamia.SementaradiduniaIslam,instrumen
initerusberkembangdanbarumencapaitahapkematangansebagaisebuah
instrumen pada abad ke-16, ketika instrumen tersebut menjadi instrumen
favorit pada masa Kekhalifahan Usmaniyah (Cizakca, 2004). Meskipun
demikian, instrumen wakaf merupakan instrumen yang berfungsi untuk
memobilisasisumberdaya,hanyaakanmampudimanfaatkansecaraterbatas
ketika belum disertai kontrak-kontrak yang lainnya. Misalnya saja, untuk
memanfaatkansumberdayayangtelahterkumpul,dibutuhkankontrakjenis
lain sehingga sumber daya tersebut dapat di gunakan untuk kepentingan
masyarakatumum,misalnyakontrakwakalah,ijarah,danlain-lain.
ASUMSI-ASUMSI
7
Sebagaimanailmuekonomipadaumumnya,keduainstrumentersebut
di atas tidaklah dapat dijalankan apabila tidak disertai asumsi-asumsi
pendukungnya. Asumsi tersebut merupakan suatu syarat bahwa suatu
gagasandapatdiimplementasikandilapangan.Olehkarenaitu,adabeberapa
asumsi yangharusdipenuhi agar instrumen tersebutdapatberjalan secara
efektif.
Pertama, pemerintah dan Bank Sentral harus menjaga stabilitas nilai
uang secara konsisten dan sinergis, sehingga inflasi bukan merupakan
fenomenarutinyangterusbergulirdariharikeharidanmenggerusnilairiil
matauang.Dalamhalini,pemerintahdanBankSentralmenjagajumlahuang
beredardengantidakmenempuhjalanpenciptaanuangbaru,sehinggauang
yang ada dimasyarakat akan stabil dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Stimulasi yang dipilih oleh pemerintah untuk memanaskan
perekonomian adalah dengan cara meningkatkan kecepatan uang beredar
(velocity of money) yang berbasis disektor riil dan bukan dengan cara
menambah jumlahuangberedar.Mendorongaktifitastransaksidisektor riil
agar terus meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan-
kebutuhan masyarakat. Sehingga sumber daya keuangan yang tersimpan
dalam keadaan idle semakin kecil atau bahkan uang sepenuhnya berputar
layaknyadarahyangterusmengalirditubuhmanusia.
Sebagaiperumpamaan,darahyangdibutuhkandidalamtubuhmanusia
cenderung konstan jika manusia tersebut dalam keadaan sehat. Untuk
meningkatkan kekuatan dan kesehatan tubuh, tidak perlu dilakukan
penambahandarahkedalamtubuh,namundarahyangadaitulahyangharus
8
dipacuuntukmengalirkeseluruhtubuhtanpaadanyacelahyangterhambat
dandarahyangmengendap.Pertambahanvolumedarahdidalamtubuhakan
terciptadengansendirinyaketikaadasel-seldarahyangrusakdantuaatau
juga karena pertumbuhan fisik dari anak-anak menjadi dewasa. Selain itu,
darah juga tidak boleh dipacu terlalu kencang (over heated), karena akan
mengakibatkan tubuh menderita tekanan darah tinggi, yang efeknya tidak
jauh berbeda ketika terjadi sumbatan dalam pembuluh darah atau dalam
bahasaekonominyadisebutsebagaidanayang idle.Karenatulisanini tidak
membahastentangilmubiologi,makaperumpamaandarahdanuangcukup
sampai disini saja, dan seharusnya sudah cukup menjadi gambaran bahwa
uangselayaknyadiperlakukansepertidarah.
Kedua, terdapat kepercayaan yang sangat baik dari masyarakat
terhadappemerintahansuatunegara. Jikapemerintahansuatunegara tidak
dipercaya lagiolehmasyarakatnya,karenakredibilitasnyadalammengelola
keuangan negara sangat diragukan dan cenderung buruk dan gagal dalam
memakmurkan rakyatnya, maka instrumen-instrumen yang ditawarkan
dalam artikel ini tidak akan dapat dijalankan secara efektif. Bagaimana
mungkin, rakyat yang tidak memercayai pemerintah akan mau
mengamanahkan dananya dalam jumlah besar, secara kolektif, kepada
pemerintahuntukdikelola.
Olehkarenaitu,pemerintahanyangbersihdanberwibawaseharusnya
bukanmenjadisuatuhalyangutopislagi.Saatini,untukmengetahuitingkat
kepercayaanmasyarakat terhadappemerintahansudahterdapatparameter
yang diakui dunia, yakni indeks persepsi korupsi pada suatu negara. Jika
9
semakin tinggi indeks persepsi korupsi, maka kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintahan juga semakin tinggi, karena indikasi pemerintah
menjalankanperannyasecarabersihdanprofesionalsemakinkuat.
Selain permasalahan korupsi, persepsi masyarakat tentang
pemerintahan dalam asumsi ini juga termasuk bagaimana keberpihakan
pemerintah terhadap Islam. Sebab, tidak mungkin masyarakat Islam akan
mengamanahkan dananya yang tidak sedikit untuk dimanfaatkan oleh
pemerintahan yang tidak berpihak kepada Islam. Tanpa keperpihakan
pemerintahanterhadapIslam,makadana-danatersebutbisajadijustruakan
dimanfaatkanolehpemerintahuntukkepentinganyangbertentangandengan
IslamataubahkanuntukmemusuhiIslam.Sebab,instrumen-instrumenyang
adadidalamtulisaninimerupakaninstrumentyangmemilikidimensiibadah
kepadaAllahSWT.
Ketiga, sektor swasta gagal menjalankan perannya untuk menyerap
kelebihan barang atau memenuhi kekurangan pasokan barang di pasar.
Sektorswastajustrumengambilkeuntungandarikelebihandankekurangan
penawaran barang tersebut untuk keuntungan yang berlipat, sehingga
mendorong terciptanya distorsi pasar yang semakin memburuk. Dimana
hargasemakinmelemahketikaterjadikelebihanpenawaransehinggasektor
swastadapatmembelibarangdipasardenganhargayanglebihmurahuntuk
kemudianditimbun lalumenjualnya kewilayahataunegara lainyang lebih
menjanjikan keuntungan. Tentunya, hal ini akan merugikan produsen,
sehinggakelangsunganproduksinyajugaakanterancamdimasamendatang
jikapemerintahtidaksegeraturuntanganuntukmelindungiprodusen.Oleh
10
karena itu,untukmelindungibaikkonsumenmaupunprodusen,diperlukan
kebijakanuntukmengembalikanhargakeposisistabilatauekuilibrium.
Keempat, sistem moneter secara keseluruhan sudah dijalankan sesuai
dengan prinsip-prinsip Islami atau paling tidak sistem moneter sudah
berjalan dengan prinsip-prinsip Islami secara dominan untuk negara yang
masih menganut sistem moneter ganda (dual banking system), Islami dan
konvensional.Dengandemikian,pengaruhsukubunga(interest)sangatkecil
di dalam perekonomian dan tidak memiliki daya hancur atau daya dorong
yangkuatterhadapperekonomian.Jikaasumsiiniterpenuhi,makakebijakan
yang direkomendasikan di dalam artikel ini akan dapat dijalankan secara
efektif. Karena, kebijakan ini menuntut adanya adanya keterlibatan sektor
perbankan komersial, sehingga kebijakan tersebut dapat dijalankan secara
efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Jika ternyata suku bunga
masih memiliki pengaruh yang dominan terhadap perekonomian, maka
perekonomian masih terancam oleh adanya distorsi dan inflasi sebagai
konsekuensidarisukubungaitusendiri.
INSTRUMENWAKAFTUNAI
Wakaf merupakan instrumen fiskal yang sudah cukup terkenal dalam
dunia Islam. Instrumen ini merupakan instrumen untuk memobilisasi
sumberdayayangadaditanganmasyarakatlaludigunakanuntukmembiayai
kepentinganpublik.Wakafmerupakan potensi filantropi yangdimilikioleh
masyarakatmuslimyangseharusnyajauhlebihbesardaripadapotensizakat,
karenawakafmerupakaninstrumenyangtidakterlalubanyakdibatasioleh
11
syariahmengenaicarapengumpulandanpemanfaatannyadibandingdengan
instrumenzakat(FEUI,2009).
Pengertian dari Wakaf adalah tindakan sukarela untuk melepaskan
kepemilikian seseorang atas suatu harta baik dalam jangka waktu tertentu
atauuntukselamanyadankemudiandiberikankepemilikannyakepadaAllah
SWT, dimana pemanfaatan dari harta tersebut adalah untuk kepentingan
publikdanwakafjugamerupakansalahsatubentukdarishadaqahatauinfak
(Ahmed,2004).
Pemanfatannya pun, menurut kajian kontemporer, sudah tidak hanya
terbatas untuk pembangunan sara-sarana ibadah, namun dapat juga
dimanfaatkanuntukkemaslahatanpublik,yangsama-samabernilaiibadahdi
hadapan Allah SWT. Pemanfaat publik yang dimaksudkan tersebut antara
lain untuk keperluan riset, pelayanan kesehatan, pendidikan gratis, bahkan
bisa jugadimanfaatkansebagaifasilitaspinjamanlunakatauqardhalhasan
kepada para pengusaha mikro dan kecil (Ahmed, 2007). Dengan demikian,
wakaf memiliki potensi pemberdayaan umat yang sangat luas, baik untuk
kepentingansosialmaupununtukkepentinganproduktif.
Objekyangbisadijadikanwakafjugatidaklagiterbataspadatanahdan
bangunan saja, namun juga bisa dalam bentuk lainnya, misalnya emas, hak
kekayaan intelektual, surat berharga,danuang tunai.Khususdalam tulisan
ini,wakafyangakandijadikansebagaisalahsatuinstrumenmoneteradalah
wakaf uang tunai (cash waqf) dengan jangka waktu temporer. Sebab, akan
dijadikan instrumen moneter yang nantinya akan bersinggungan langsung
dengan jumlahuangberedar.Dengan cashwaqf ini,makaotoritasmoneter
12
mengumpulkan dana dalam jumlah tertentu yang kemudian ditransfer
kepada otoritas fiskal yang kemudian digunakan untuk menjalankan
kebijakanfiskal.
Secarateknis,untukmenjalankaninstrumenwakafini,salahsatujalan
yang bisa ditempuholehBank Sentral yakni dengan menerbitkan sertifikat
wakafyangditawarkankepadamasyarakatmelaluibank-bankumumIslami.
Selain melalui sertifkat wakaf, Bank Sentral juga bisa mengeluarkan
kebijakan dengan membolehkan bagi bank-bank umum agar bank tersebut
menyediakanpelayananpembukaanrekeningkhususwakafbagimasyarakat
umum. Dalam hal ini, pihak yang berperan sebagai nadzir tetaplah
Departemen Keuangan dan Bank Sentral hanya berfungsi sebagai
koordinatordankolektorsaja.
Karenaprosespengumpulandananyamelaluikerjasamadenganbank-
bankumum,makadanatersebutbolehdimanfaatkanolehbankumumuntuk
keperluan investasi melalui penyaluran pembiayaan. Imbal hasil dari
investasi tersebut, kemudian disetorkan oleh bank umum kepada Bank
SentraldalamrekeningdanawakafdiBankSentral.Imbalhasilyangdisetor
kepada Bank Sentral tentunya tidak semuanya, melainkan sudah dipotong
biaya pengelolaan oleh bank umum. Kumpulan dari imbal hasil wakaf
tersebut kemudian diserahkan kepada pemerintah untuk kemudian
digunakansebagaisumberdanapembangunan.
Pengelolaandanawakafolehbank-bankumumtersebutharusdiawasi
oleh Bank Sentral dan Dewan Syariah Nasional secara ketat agar hukum-
hukumwakaf tetap dipatuhi oleh bank umum. Selain itu, wakif juga harus
13
tahu peruntukan dari dana wakaf yang akan diasetorkan untuk tujuan apa
saja sebelum mereka membuka rekening wakaf atau membeli sertifikat
wakaf.Yangkemudianjugaharusdiketahuiolehparawakifadalahinformasi
mengenai seberapa besar sharing yang akan diambil oleh bank umum dan
yangakandisetorkepadaBankSentral.Tentunyarasio iniharusdisepakati
olehbankumumdenganBankSentralsebelumsertifikattersebutdiissueke
masyarakat. Kesepakatan tersebut juga harus selalu ditinjau ulang dalam
periode tertentu tergantung dengan perkembangan ekonomi dan risiko
investasiyangada.
Informasi yang juga harus diketahu dan disepakati oleh wakif adalah
bahwa, jikadalammasa-masa terjadi guncanganekonomi,makadanamilik
wakif tersebut akan ditarik oleh Bank Sentral dari bank umum, untuk
kemudian ditransfer kepada Departemen Keuangan kepada pemerintah
untukmenstimulasipasarsupayahargamenjadilebihstabil.Denganasumsi
perekonomian merupakan ekonomi yang bebas bunga (interest), maka
guncangan ekonomi lebih disebabkan oleh kurang atau lebihnya jumlah
penawaran barang di pasaran. Dengan demikian, pemerintah melakukan
intervensikedalampasarmelaluirekayasajumlahpenawaranbarang,bukan
denganrekayasaharga.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana status
outstanding pembiayaan bank yang bersumber dari dana wakaf jika
kemudiandanawakafditarikolehBankSentraluntukmemenuhikebutuhan
likuiditaspemerintahgunamenjalankankebijakan fiskalnya.Dalamkondisi
ini, terhitung mulai ditariknya dana wakaf oleh bank sentral, maka
14
outstanding yang bersumber dari dana wakaf langsung dialihkan menjadi
pembiayaan murni dari dana milik bank sendiri, sehingga tidak ada lagi
kewajiban bank umum untuk menyetorkan sharing return kepada bank
sentralatasoutstandingtersebut.
IURANEKONOMI(THEECONOMICDUES)
Berawaldari istilahyangdilontarkanolehM.M.Metwally tentangkebijakan
fiskalislami(Gulaid,1995),makamuncullahidesupayainstrumeninidapat
dimanfaatkan sebagai salah satu alat kebijakan moneter. Kalau Metwally
berpendapat bahwa instrumen ini dapat diterapkan sebagai pengurang
pendapatan dan pemotong aset yang idle, maka penulis ingin
mengembangkanidetersebutkedalamskalayanglebihbesar.
Argumentasiyangpalingpentingterhadapgagasanpenulisdibawahini
adalah bahwa uang merupakan barang publik, dan harus mengikuti flow
concept. Uang tidak boleh berhenti dari peredaran, sehingga uang harus
dimanfaatkanuntukkegiatanekonomiriil,danakhirnyauangterusberputar
untuk menggerakkan roda perekonomian (Karim, 2010). Oleh karena itu,
negaraharusmemerangisetiappihakyangsecararesmimaupuntidakresmi
melakukan penimbunan uang. Jika tindakan tersebut dibiarkan terus-
menerus,makadalamjangkapanjangakanberdampakkekuranganlikuiditas
dipasaran,padahal jumlahuangdidalamperekonomiansebenarnyasudah
mencukupi. Akhirnya otoritas moneter akan kesulitan untuk menentukan
arahkebijakan,jikatindakanpenimbunantersebuttidakdicegah.
Penimbunan uang bisa dikategorikan resmi dan tidak resmi.
Penimbunanresmiadalahsegalabentukuangyangtertahandariperedaran
15
karena adanya peraturan negara yang memintanya. Misalnya adanya
ketentuanprudentialbanking yangmewajibkanadanyacadanganminimum
dari perbankan untuk mengantisipasi penarikan dana nasabah. Sedangkan
penimbunanuangyangtidakresmisangatbanyaksekalikasusnya,misalnya
penimbunan uang oleh masyarakat, dan kasus ini justru yang sangat sulit
dikontrololehpemerintah.
Salah satu cara untuk mencegah tindakan penimbunan uang adalah
adanyakontrolyangketatterhadapaset-asetidlebaikdiperbankanmaupun
pemerintahan. Kontrol tersebut bisa berupa adanya penerapan ketentuan
FDRyangsungguh-sungguh.Jikasuatubanktidakmencapaisuatutingkatan
FDR optimal, maka bank tersebut harus mendapatkan sanksi. Sanksi bisa
berupaupayapenarikankelebihandanaperbankanyangidletersebut.
Dana tersebut ditarik kemudian dimanfaatkan oleh Bank Sentral
bekerjasama dengan pemerintah untuk menggerakkan sektor riil. Dana
tersebut ditarik untuk kemudian dikembalikan lagi setelah jangka waktu
tertentu,sesuaidengankesepakatanantaraBankSentraldenganbankumum
dan tetap memerhatikan keadaan keseimbangan di sektor riil. Upaya ini
kemudiandisebutsebagaiiuranekonomi(theeconomicdues)yangkemudian
dijadikansebagaiinstrumenuntukpengumpulansumberdayakeuanganoleh
pemerintah melalui kebijakan moneter guna mendorong terjadinya
keseimbanganpasar.
Secara teknis, ketika suatu bank umum tidak memenuhi kriteria
ketentuan minimum FDR, sedangkan perekonomian dalam keadaan
terganggu akibat adanya kelebihan penawaran barang atau terjadinya
16
kelebihan permintaan atas barang secara agregat. Maka dana yang ada di
bankumumtersebutditarik olehbanksentraldalamratio tertentudengan
tetap memertimbangkan stabilitas institusi moneter. Dana tersebut
kemudiandisalurkankepadapemerintahmelaluidepartemenkeuangandan
digunakanuntukmenjalankankebijakanfiskal.
Setelah jangka waktu tertentu, ketika perekonomian sudah mulai
membaik,makadanatersebutdikembalikankepadabankumum.Pertanyaan
yang kemudian muncul adalah apakah dana tersebut dikembalikan begitu
saja tanpa disertai return atau dengan disertai return? Tentunya, untuk
masalahini,banksentralharusdanpemerintahharusberlakuadilterhadap
bankumum,karenabankumumjugamenerimaamanahdarinasabahuntuk
mengeloladanatersebut.Returntetapdiberikankepadabankumumdalam
rasio yang disepakati antara bank sentral dengan bank umum. Sebagai
catatan, kebijakan ini dijalankan ketika dana wakaf yang terkumpul tidak
mencukupi untuk menjalankan kebijakan intervensi pasar, maka Bank
Sentralmenarikdana idledibank-bankumummelalui instrument ini.Dana
tersebutkemudiandiserahkankepadapemerintah selakupemangkusektor
riil.
Untuk kasus kelebihan permintaan karena penawaran aggregat
mengalami penurunan, maka pemerintah memanfaatkan dana tersebut
untuk menstimulasi pasar baik melalui kebijakan impor barang untuk
menstabilkan pasar dalam jangka pendek, maupun dengan insentif bagi
sektorproduksi supayadapatmeningkatkankapasitasproduksinya sebagai
solusijangkapanjang.Jikapasarsudahkembalilagikekeadaanekuilibrium,
17
makapemerintahmengembalikandanayangsudahdipakainyakepadaBank
SentraldanBankSentralkemudianmengembalikannyakepadabankumum
dengan tetap memberikan return dari operasi pasar yang telah dijalankan
olehpemerintah.Tentunyareturnyangdiberikankepadabank-bankumum
tidak sebesar returnyangdiperolehbank-bankumumketikadana tersebut
disalurkanke sektor riildalambentukpembiayaan.Namun, jikabank-bank
umum mampu memenuhi batasan minimum FDR, tentunya sektor riil dan
keseimbangan pasar barang tidak akan terdistorsi karena kurangnya
pasokanbarang.Olehkarenaitu,kebijakaninidiharapkandapatmendorong
parapengelolabank-bankumumsupayalebihgiatdalammenyalurkandana
himpunannyakepadasektorriil.
Dalam kasus terjadi kelebihan penawaran aggregat, normalnya
kelebihan ini akan diserap oleh sektor swasta lalu dilepas ke pasar luar
negeriatauekspor.Namun,biasanya,jikadalamkondisipenawaranaggregat
melebihi kemampuan permintaan untuk menyerap barang, maka sektor
swasta akanmenekanprodusen sehinggaprodusenakanmenderita karena
harusmenjual produknya dengan harga yang lebih rendah. Jika kondisi ini
terjadi, maka dapat dikatakan bahwa mekanisme pasar telah gagal
menciptakan keadilan dan keseimbangan ekonomi. Oleh karena itu,
pemerintahharusturuntanganuntukmelakukanoperasipasardengancara
menyerapkelebihanpenawaranbarangtersebut.Barangyangtelahdiserap
bisadigunakanuntukcadanganpangannasionalnamunjikakondisipangan
nasional dalam keadaan aman dalam jangka waktu panjang, maka barang
tersebut dapat dilempar ke pasaran ekspor sehingga pemerintah
18
mendapatkan profit. Oleh karena itu, dari profit tersebutlah kemudian
pemerintah mengembalikan dana kepada bank umummelalui bank sentral
dengan disertai return, sehingga bank umum bisa memeroleh dananya
kembali dengan disertai return sehingga bank umum tidak kehilangan
kepercayaandarimasyarakatumum.
Dengan argumentasi untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional
suatu negara, maka kebijakan tersebut juga bisa dalam bentuk pemaksaan
terhadap bank-bank yang tidak memenuhi ketentuan batas minimum FDR
untukmengalokasikandananyayangidleuntukkemudianmembiayaiproyek
pemerintah baik secara bersama-sama dengan bank lain (konsorsium)
maupun secara individual. Namun, kebijakan tersebut tetap dijalankan
dibawah kontrol Bank Sentral yang ketat, supaya tercipta kepercayaan
masyarakat terhadap keputusan pembiayaan proyek pemerintah dengan
menggunakan dana bank umum tersebut. Pemaksaan tersebut diterapkan
semata-mata untuk menjaga supaya perekonomian dalam jangka panjang
tetapberjalandalamkeadaanstabildanadil.
KESIMPULAN
Latarbelakangpenerapankebijakaniniadalahadanyakelebihanpenawaran
dan kelebihan permintaan. Instrumen yang digunakan adalah instrumen
wakaf tunai dan iuran ekonomi yang dijalankan oleh bank sentral dan
bekerjasama dengan pemerintah. Dengan gambaran di dalam makalah ini,
makasudahhampir tidakdapatdibedakan lagiperbedaanantarakebijakan
moneter dan fiskal, karena kedua-duanya bertujuan untuk menciptakan
stabilitas ekonomi secara bersama-sama. Keduanya merupakan kebijakan
19
yang integratifdansaling tergantungsatudengan lainnya.Landasanutama
penerapan kebijakan iuran ekonomi adalah konsep Islam dalam
memperlakukan uang, dimana uang diibaratkan air dan darah, jika
mengendap maka akan menjadi sumber penyakit bagi perekonomian, oleh
karenanya uang harus terus berputar semakin cepat semakin baik namun
janganpulaterlaluoverheat.
DAFTARREFERENSI
Ahmed,Habib (2004),Role of Zakat and Awqaf inPoverty Alleviation, IRTI-
IslamicDevelopmentBank,Jeddah
Ahmed,Habib(2007),Waqf-BasedMicrofinance:RealizingTheSocialRoleof
IslamicFinance,IRTI–IslamicDevelopmentBank,Jeddah
Ahmed,Habib,MoneyandExchangeRateinanIslamicEconomy,availableon
http://www.financeinIslam.com/printer_friendly/1_36/174
Chapra,Dr.M.Umer(2000),SistemMoneterIslam,Jakarta,GemaInsaniPress
Chapra, M. Umer (1996), Monetary Management in an Islamic Economy,
Islamic Economic Studies Vol.4 No.1, dapat diakses di
http://www.irti.org/irj/go/km/docs/documents/IDBDevelopments/Inter
net/English/IRTI/CM/downloads/IES_Articles/Vol 4-1..M U
Chapra..MONETARYMANAGEMENTINANISLAMICECO.pdf
Chapra, M. Umer, Monetary Policy In An Islamic Economy, dapat diakses di
http://www.financeinIslam.com/printer_friendly/1_36/45
Cizakca,Murat (2004), Incorporatedcashwaqfs andmudaraba, Islamicnon-
bankfinancialinstrumentsfromthepasttothefuture,MunichPersonal
RePEcArchive(availableonhttp://mpra.ub.uni-muenchen.de/25336/)
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia-FEUI (2009), Indonesia Economic
Outlook2010,Grasindo,Jakarta
20
Faridi, FR (1983), Theory of Fiscal Policy in an Islamic State, J.Res. Islamic
Econ.Vo.1No.1pp.15-30,KingAbdulAzisUniversity,Jeddah
Gulaid, Dr. Mahamoud A, Muhammad Aden Abdullah (1995), Reading in
PublicFinanceinIslam,IRTIPublicationManagementSystem,Jeddah
Gulaid,MahamoudA.,PublicSectorResourceMobilizationinIslam,IRTIIDB,
Jedah Saudi Arabia, available on
http://www.irti.org/irj/go/km/docs/documents/IDBDevelopments/Inter
net/English/IRTI/CM/downloads/IES_Articles/Vol 2-2..M A
Gulaid..PUBLICSECTORRESOURCEMOBILIZATION..dp.pdf
Honohan, Patrick (2001), Islamic Financial Intermediation : Economic and
Prudential Considerations, The World Bank, also available on
http://www.nzibo.com/IB2/Intermediation.pdf
Ismal,Rifki(2011),CentralBankIslamicMonetaryInstruments:ATheoretical
Approach,StudiesinEconomicsandFinance,Vol.28Iss:1,pp.51–67
Kahf,Monzer,PublicSectorEconomicsFromIslamicPerspective,Availableon
http://monzer.kahf.com/papers/english/public_sector_economics.pdf
Karim,Adiwarman A. (2010),EkonomiMakro Islami Edisi 3, Rajawali Pers,
Jakarta
Khademoloseini,Majid,Cash-WaqfaNewFinancialInstrumentsforFinancing
Issues : An Analysis of Structure and Islamic Justification of Its
Commercialization, available on
http://www.kantakji.com/fiqh/Files/Wakf/z117.doc
Khan, Mohsin S. and Abbas Mirakhor (1994), Monetary Management in an
Islamic Economy, J.KAU Islamic Economics Vol. 6 pp. 3-21, also
available on
http://www.kau.edu.sa/Files/320/Researches/50888_21025.pdf
Mankiw, N. Gregory (2006), Makroekonomi Edisi Keenam, Jakarta, Penerbit
Erlangga
Mankiw, N. Gregory (2009), Pengantar Ekonomi Mikro Edisi 3, Jakarta,
SalembaEmpat
21
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2004TentangWakaf
Siddiqi,Dr.MuhammedNejatullah(1992),AnOverviewofPublicBorroringin
Early Islamic History, Available on
http://www.irti.org/irj/go/km/docs/documents/IDBDevelopments/Inter
net/English/IRTI/CM/downloads/IES_Articles/Vol 2-2..M Nejatullah
Siqqidi..ANOVERVIEWOFPUBLICBORROWING..dp.pdf
Siddiqi, Dr. Muhammed Nejatullah, Public Expenditure in An Islamic State,
Availableonhttp://www.financeinIslam.com/article/18/1/60
Sundararajan, et all (1998), Monetary Operation and Government Debt
Management Under Islamic Banking, IMF Working Paper WP/98/144,
alsoavailableonhttp://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/wp98144.pdf
Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor41Tahun2004TentangWakaf
Kahf, Dr. Monzer (1991), The Economic Role of State in Islam, Lecture
PresentedattheSeminaronIslamicEconomics,Dakka