kep islami
DESCRIPTION
SEMOGA BERMANFAATTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal
kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar
dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran
saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan
pendidikan agama bagi keperawatan.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah
mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada
mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap
profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini
sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa
dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya
tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia,
mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan
etika keperawatan saja sudah cukup,Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku
kuliah.
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekan)kan aspek tertentu bagi
masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu
dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak
mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya
hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak
mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
KEBUTUHAN SPIRITUAL
KEBUTUHAN SPIRITUAL
A. Konsep dasar:
1. Pengertian
2. Karakteristik
3. Perkembangan spiritual
4. Konsep terkini dalam kesehatan spiritual
5. Hubungan antara spiritual – kesehatan dan sakit
6. Manifestasi perubahan fungsi spiritual
7. Intervensi dalam kesehatan spiritual
B. Asuhan Keperawatan pada klien dengan kebutuhan spiritual
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
PENDAHULUAN
Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya masalah, sikap
seseorang dalam menghadapi sangat ditentukan oleh keyakinan mereka masing-masing.
Keyakinan yang dimiliki setiap orang selalu dikaitkan dengan kepercayaan atau agama.
Spiritual, keyakinan dan agama merupakan hal yang berbeda namun seringkali diartikan
sama. Penting sekali bagi seorang perawat memahami perbedaan antara Spiritual, keyakinan
dan agama guna menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan
perawat dengan pasien.
Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan keperawatan yang
holistik dimana perawat dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif bukan hanya pada masalah secara fisik namun juga spiritualnya. Untuk itulah
materi spiritual diberikan kepada calon perawat guna meningkatkan pemahaman dan
kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan
spiritual.
SPIRITUAL
A. Pengertian
1. Spiritual
Berasal dari bahasa latin spiritus, yang berrti bernafas atau angin. Ini berarti segala sesuatu
yang menjadi pusat semua aspek dari kehidupan seseorang (McEwan, 2005).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta
(Achir Yani, 2000).
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada budaya,
perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang
(Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter Perry, 2009)
Menurut Burkhardt (1993) spiritual meliputi aspek sebagai berikut:
a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidk diketahui
b. Menemukan arti dan tujuan hidup
c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.
2. Kepercayaan (faith)
Kepercayaan artinya mempunyai kepercayaan atau komitmen terhadap sesuatu atau
seseorang (Achir Yani, 2000)
3. Agama merupakan sistem ibadah yang teratur dan terorganisasi (Achir Yani, 2000)
B. Karakteristik
1. Hubungan dengan diri sendiri
Kekuatan dalam dan self relience
a. Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat dilakukannya)
b. Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan, ketenangan pikiran,
harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri)
2. Hubungan dengan alam
Harmoni
a. Mengetahui tentang alam,iklim, margasatwa
b. Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, bertanam), mengabdikan dan melindungi alam
3. Hubungan dengan orang lain
Harmoni/ Suportif
a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik
b. Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit
c. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat)
Tidak harmonis
a. Konflik dengan orang lain
b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi
4. Hubungan dengan Ketuhanan
Agamis atau tidak agamis
a. Sembahyang/ berdoa/ meditasi
b. Perlengkapan keagamaan
a. Bersatu dengan alam
C. Perkembangan spiritual
1. Bayi dan todler (1-3 tahun)
Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya dengan yang mengasuh dan sejalan
dengan perkembangan rasa aman, dan dalam hubungan interpersonal, karena sejak awal
kehidupan mengenal dunia melalui hubungan dengan lingkungan kususnya orangtua. Bayi
dan todler belum memiliki rasa bersalah dan benar, serta keyakinan spiritual. Mereka mulai
meniru kegiatan ritual tanpa tau arti kegiatan tersebut dan ikut ketempat ibadah yang
mempengaruhi citra diri mereka.
2. Prasekolah
Sikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan pada anak tentang apa yang dianggap
baik dan buruk.anak pra sekolah belajar dari apa yang mereka lihat bukan pada apa yang
diajarkan. Disini bermasalah jika apa yang terjadi berbeda dengan apa yang diajarkan.
3. Usia sekolah
Anak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya, yang salah akan dihukum dan yang baik
akan diberi hadiah. Pada mas pubertas , anak akan sering kecewa karena mereka mulai
menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara mereka dan mulai mencari
alasan tanpa mau menerima keyakinan begitu saja.
Pada masa ini anak mulai mengambil keputusan akan meneruskan atau melepaskan agama
yang dianutnya karena ketergantungannya pada orang tua. Remaja dengan orang tua berbeda
agama akan memutuska memilih pilihan agama yang dianutnya atau tidak memilih satupun
dari agama orangtuanya.
4. Dewasa
Kelompok dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat keagamaan dari anaknya
akan menyadari apa yang diajarkan padanya waktu kecil dan masukan tersebut dipakai untuk
mendidik anakya.
5. Usia pertengahan
Usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan
berusaha untuk mengerti nilai agama yang di yakini oleh generasi muda.
D. Konsep terkini dalam kesehatan spiritual.
1. Spiritualitas
Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang tindih:
Energi, transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial, keyakinan dan
nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani.
a. Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk menemukan diri mereka,
untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan untuk memelihara kesehatan.
b. Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang merupakan dorongan dari luar
yang lebih besar dari individu.
c. Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal (dengan diri sendiri),
interpersonal (dengan orang lain) dan transpersonal ( dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau
yang tertinggi) (Miner –william, 2006 cit Potter & Perry, 2009)
d. Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan Tuhan. Kepercayaan selalu
identik dengan agama sekalipun ada kepercayaan tanpa agama.
e. Spritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup).
f. Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu individu menentukan apa
yang penting bagi mereka dan membantu individu menghargai keindahan dan harga
pemikiran, obysk dsn prilaku.(Holins, 2005; vilagomenza, 2005
g. Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan pengertian kekuatan batiniah
yang dinamis dan kreatif yang dibutuhkan saat membuat keputusan sulit (Braks-wallance
dan Park, 2004).
h. Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit terminal maupun menjelang
ajal (Potter & Perry, 2009).
Ada individu yang tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis) atau percaya bahwa tidak ada
kenyataan akhir yang diketahui (Agnostik). Ini bukan berati bahwa spiritual bukan
merupakan konsep penting bagi atheis dan agnostik, Atheis mencari arti kehidupan melalui
pekerjaan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.agnostik menemukan arti hidup
dalam pekerjaan mereka karena mereka percaya bahwa tidak adanya akhir bagi jalan hidup
mereka.
2. Dimensi Spiritual ( Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray & Zentner, 1993 ):
a. Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar
b. Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan
c. Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik, dan menghadapi kematian
3. Konsep kesejahteraan spiritual ( spiritual well-being) (Gray,2006; Smith, 2006):
a. Dimensi vertikal
Hubungan positif individu dengan Tuhan atau beberapa kekuasaan tertinggi
b. Dimensi horisontal
Hubungan positif individu dengan orang lain
E. Hubungan antara spiritual – kesehatan dan sakit
1. Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan prilaku klien. Beberapa pengaruh yang perlu dipahami:
a. menuntun kebiasaan sehari-hari
praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin
mempunyai makna keagamaan bagi klien, sebagai contoh: ada agama yang menetapkan diet
makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.
b. sumber dukungan
pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. sumber
kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakitnya khususnya jika penyakit
tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama.
c. sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan.
Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan
2. kepercayaan agama tentang kesehatan
Agama/ Budaya
Kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan
Respon terhadap penyakit
Penerapan pada kesehatan dan perawatan
Hindu Menerima ilmu medis terkini
Dosa masa lalu menyebabkan penyakit
Waktu untuk doa, jimat, ritual, simbol
Shikhism
Menerima ilmu medis terkini
Wanita diperiksa wanitaMelepaskan pakaian dalam merupakan tekanan
Waktu untuk doa, jimat, ritual, simbol
Buddha Menerima ilmu medis terkini
Menolak pengobatan pada hari suciRoh non manusia yang menyerang manusia menyebabkan penyakit
Islam Harus dapat mempraktikkan 5 hukum islamTerkadang memiliki pandangan kesehatan yang salah
Menggunakan kepercayaan penyembuhanTidak melakukan eutanasia
Kesehatan dan spiritual saling berhubunganTidak mempertimbangkan transplantasi organ
Yahudi Mempercayai kesucian hidupIbadah hari sabath, menolak pengobatan hari sabath
Eutanasiaa dilarang Percaya penting hidup sehat
Kristiani Menerima ilmu medis terkini
Menggunakan doa, kuas penyembuhan
Mendukung donor organ
F. Manifestasi perubahan fungsi spiritual
1. Verbalisasi disstress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan meverbalisasikan yang
dialaminya untuk mendalatkan bantuan.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual.. Klien yang
merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar
hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya berikut
terdapat tabel ekspresi kebutuhan spiritual.
TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN MALLADAPTIF
Kebutuhan Tanda pola atau prilaku
adaptif
Tanda pola atau prilaku
maladaptif
Rasa percaya Rasa percaya terhadap diri
sendiri dan kesabaran
Menerima bahwa yang lain
akan mampu memenuhi
kebutuhan
Rasa percaya terhadap
kehidupan walaupun terasa
berat
Keterbukaan terhadap
Tuhan
Merasa tidak nyaman
dengan kesadaran diri
Mudah tertipu
Ketidakmampuan untuk
terbuka dengan orang lain
Merasa bahwa hanya orang
tertentu dan tempat
tertentu yang aman
Mengharapkan orang tidak
berbuat baik dan tidak
tergantung
Ingin kebutuhan dipenuhi
segera tidak dapat
menunggu
Tidak terbuka kepada
Tuhan
Takut terhadap maksud
Tuhan
Kemampuan
memberi
maaf
Menerima diri sendiri dan
orang lain dapat berbuat
salah
Tidak mendakwa atau
berprasangka buruk
Memandang penyakit
sebagai sesuatu yang nyata
Memaafkan diri sendiri
Memaafkah orang lain
Menerima pengampunan
Tuhan.
Pandangan yang realistik
Merasa penyakit sebagai
suatu hukuman
Merasa Tuhan sebagai
penghukum
Merasa maaf hanya
diberikan berdasar prilaku
Tidak menerima diri
sendiri
Menyalahkan diri sendari
atau orang lain.
terhadap masa lalu
TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN MALLADAPTIF
Kebutuhan Tanda pola atau prilaku
adaptif
Tanda pola atau prilaku
maladaptive
Mencintai dan
ketertarikan
Mengekspresikan perasaan
dicintai oleh orang lain
atau Tuhan
Mampu menerima bantuan
Menerima diri sendiri
Mencari kebaikan dari
orang lain
Takut akan tergantung
dengan orang lain
Menolak bekerja sama
dengan tenaga kesehatan
Cemas berpisah dengan
keluarga
Menolak diri sendiri serta
angkuh dan mementingkan
diri sendiri
Tidak mampu untuk
mempercayai diri sendiri
dicintai oleh Tuhan, tidak
punya hubungan rasa cinta
dengan Tuhan
Merasa tergantung dan
hubungan bersifat magik
dengan Tuhan. Merasa
jauh dengan Tuhan.
Keyakinan Ketergantungan dengan
anugerah Tuhan
Termotifasi untuk tumbuh
Mengekspresikan
kepuasan dengan
Mengekspresikan perasaan
ambivalens terhadap
Tuhan
Tidak percaya terhadap
kekuasaan Tuhan
menjelaskan kehidupan
setelah kematian
Mengekspresikan
kebutuhan untuk
memasuki kehidupan dan
ataui memahami
kehidupan manusia dengan
wawasanyang lebih luas
Mengekspresikan
kebutuhan ritual
Mengekspresikan
kehidupan untuk merasa
berbagi keyakinan
Takut kematian
Merasa terisolasi dari
kepercayaan masyarakat
sekitar
Merasa pahit, frustasi dan
marah terhadap Tuhan
Nilai, keyakinan dan
tujuan hidup yang tidak
jelas
Konflik nilai
Tidak mempunyai
komitmenm
TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN MALLADAPTIF
Kebutuhan Tanda pola atau
prilaku adaptif
Tanda pola atau prilaku
maladaptive
Kreatifitas dan harapan Meminta informasi
tentang kondisi
Membicarakan
kondisinya secara
realistik
Menggunakan waktu
selama dirawat inap
secara konstruktif
Mencari cara untuk
mengekspresikan diri
Mencari kenyamanan
batin daripada fisik
Mengekspresikan
harapan tentang masa
depan
Terbuka terhadap
Mengekspresikan
perasaan takut
kehilangan kendali diri
Mengekspresikan
kebosanan diri
Tidak mempunyai visi
alternatif yang
memungkinkan
Takut terhadap terapi
Putus asa
Tidak dapat menolong
ayau menerima diri
sendiri
Tidak dapat menikmati
apapun
Telah menunda
kemungkinan
mendapatkan
kedamaian
pengambilan
keputusan.
Arti dan tujuan Mengekspresikan
kepuasan hidup
Menjalani kehidupan
sesuai dengan sistem
nilai
Menggunakan
penderitaan sebagai
cara memahami diri
Mengekspresikan arti
kehidupan/ kematian
Mengekspresikan
komitmen dan
orientasi hidup
Jelas tentang apa yang
penting
Mengekspresikan tidak
ada alasan bertahan
hidup
Tidak dapat menerima
arti penderitaan yang
dialami
Mempertanyakan arti
kehidupan
Mempertanyakan
tujuan penyakit
Tidak dapat
merumuskan tujuan
dan tidak mencapai
tujuan
Telah menunda
pegambilan keputusan
yang penting.
G. Intervensi dalam kesehatan spiritual
Tehnik dalam kesehatan spiritual adalah dengan tehnik meditasi
Tehnik Meditasi:
Tujuan: klien dapat mengungkapkan perasaan relaksasi dan trandensi diri setelah meditasi
Strategi pengajaran:
1. Berikan informasi singkat mengenai pengajaran / cara meditasi
2. Bantu klien mengidentifikasi ruangan dalam rumah yang tenang dan mempunyai gangguan
minimal
3. Jelaskan bahwa musik yang tenang dan bunyi yang mendesing dapat mengganggu meditasi
4. Ajarkan langkah-langkah meditasi, duduk dalam posisi yang nyaman dengan punggung
lurus; bernafas perlahan; dan fokus pada suara, doa atau gambar
5. Anjurkan pasien untuk melakukan meditasi selama 10-20 menit dua kali sehari
6. Jawab pertanyaan klien dan perkuat informasi selama diperlukan
Evaluasi:
Ijinkan klien menggambarkan perasaan setelah melakukan meditasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SPIRITUAL
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif
Spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda
pula (Mcsherry dan ross, 2002)
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah
1. Alifiasi nilai
a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau tidak
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2. Keyakinan agama dan spiritual
a. Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara agama
b. Strategi koping
Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:
a. Tujusn dan arti hidup
b. Tujuan dan arti kematian
c. Kesehatan dan arti pemeliharaan
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain
B. Diagnosa
1. Distress spiritual
2. Koping inefektif
3. Ansietas
4. Disfungsi seksual
5. Harga diri rendah
6. Keputusasaan
C. Perencanaan
1. Distress spiritual b.d anxietas
Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek dari seseorang yang
menggabungkan aspek psikososial dan biologis
NOC :
a. Menunjukkan harapan
b. Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual:
- Berarti adlam hidup
- Pandangan tentang spiritual
- Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
- Berdoa atau beribadah
- Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
- Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan kenyataan
c. Klien tenang
NIC :
- Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
- Tentukan konsep ketuhanan klien
- Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
- Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan kesehatan
- Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik keagamaan
- Kolaborasi dengan pastoral
2. Koping inefektif b.d krisis situasi
Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat stressor, pilihan respon
untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau ketidakmampuan menggunakan sumber yang
tersedia
NOC:
- Koping efektif
- Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
- Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku kompulsif
- Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan informasi
NIC :
- Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya
- Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
- Peningkatan koping:
nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri
nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi
Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai
- Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung pemberian pelayanan kesehatan
D. Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan
E. Evaluasi
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum tujuan tercapai apabila
klien ( Achir Yani, 1999)
1. Mampu beristirahat dengan tenang
2. Menyatakan penerimaan keputusan moral
3. Mengekspresikan rasa damai
4. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
5. Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas
6. Menunjukkan prilaku lebih positif
7. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing Interventions Clasification (NIC),
Mosby: St. Louis, Missouri
Doenges, M. E., Moorhouse. M. F., Geisler. A. C., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC: Jakarta
Hamid, Achir Yani, 1999, Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan, Widya medika:
Jakarta
Intansari Nurjanah, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA), Mocomedia:
Yogyakarta
Intansari Nurjanah, 2004, Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa, Mocomedia:
Yogyakarta
NANDA, 2007, Nursing Diagnoses: Definitions and Clasification 2007-2008, Philadelphia
NANDA, 2010, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-2010, EGC: Jakarta
Potter, P. A., Perry, A. G., Fundamental Keperawatan, Salemba medika: Jakarta
Sue Moorhead., Johnson, M., Mass. M., 2004, Nursing Outcomes Clasification (NOC), Mosby:
St. Louis, Missouri
Taylor, Lilis, Lemone, Lyn, 2011, Fundamental of Nursing The art and Sience of Nursing Care,
lippincott
Diposkan 17th April 2012 oleh bloggersahabat
info keperawatan
KEBUTUHAN SPIRITUAL
SEKSUALITAS
KEBUTUHAN SPIRITUAL
KEBUTUHAN SPIRITUAL
A. Konsep dasar:
1. Pengertian
2. Karakteristik
3. Perkembangan spiritual
4. Konsep terkini dalam kesehatan spiritual
5. Hubungan antara spiritual – kesehatan dan sakit
6. Manifestasi perubahan fungsi spiritual
7. Intervensi dalam kesehatan spiritual
B. Asuhan Keperawatan pada klien dengan kebutuhan spiritual
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
PENDAHULUAN
Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya masalah, sikap
seseorang dalam menghadapi sangat ditentukan oleh keyakinan mereka masing-masing.
Keyakinan yang dimiliki setiap orang selalu dikaitkan dengan kepercayaan atau agama.
Spiritual, keyakinan dan agama merupakan hal yang berbeda namun seringkali diartikan
sama. Penting sekali bagi seorang perawat memahami perbedaan antara Spiritual, keyakinan
dan agama guna menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan
perawat dengan pasien.
Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan keperawatan yang
holistik dimana perawat dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif bukan hanya pada masalah secara fisik namun juga spiritualnya. Untuk itulah
materi spiritual diberikan kepada calon perawat guna meningkatkan pemahaman dan
kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan
spiritual.
SPIRITUAL
A. Pengertian
1. Spiritual
Berasal dari bahasa latin spiritus, yang berrti bernafas atau angin. Ini berarti segala sesuatu
yang menjadi pusat semua aspek dari kehidupan seseorang (McEwan, 2005).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta
(Achir Yani, 2000).
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada budaya,
perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang
(Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter Perry, 2009)
Menurut Burkhardt (1993) spiritual meliputi aspek sebagai berikut:
a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidk diketahui
b. Menemukan arti dan tujuan hidup
c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.
2. Kepercayaan (faith)
Kepercayaan artinya mempunyai kepercayaan atau komitmen terhadap sesuatu atau
seseorang (Achir Yani, 2000)
3. Agama merupakan sistem ibadah yang teratur dan terorganisasi (Achir Yani, 2000)
B. Karakteristik
1. Hubungan dengan diri sendiri
Kekuatan dalam dan self relience
a. Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat dilakukannya)
b. Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan, ketenangan pikiran,
harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri)
2. Hubungan dengan alam
Harmoni
a. Mengetahui tentang alam,iklim, margasatwa
b. Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, bertanam), mengabdikan dan melindungi alam
3. Hubungan dengan orang lain
Harmoni/ Suportif
a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik
b. Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit
c. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat)
Tidak harmonis
a. Konflik dengan orang lain
b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi
4. Hubungan dengan Ketuhanan
Agamis atau tidak agamis
a. Sembahyang/ berdoa/ meditasi
b. Perlengkapan keagamaan
a. Bersatu dengan alam
C. Perkembangan spiritual
1. Bayi dan todler (1-3 tahun)
Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya dengan yang mengasuh dan sejalan
dengan perkembangan rasa aman, dan dalam hubungan interpersonal, karena sejak awal
kehidupan mengenal dunia melalui hubungan dengan lingkungan kususnya orangtua. Bayi
dan todler belum memiliki rasa bersalah dan benar, serta keyakinan spiritual. Mereka mulai
meniru kegiatan ritual tanpa tau arti kegiatan tersebut dan ikut ketempat ibadah yang
mempengaruhi citra diri mereka.
2. Prasekolah
Sikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan pada anak tentang apa yang dianggap
baik dan buruk.anak pra sekolah belajar dari apa yang mereka lihat bukan pada apa yang
diajarkan. Disini bermasalah jika apa yang terjadi berbeda dengan apa yang diajarkan.
3. Usia sekolah
Anak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya, yang salah akan dihukum dan yang baik
akan diberi hadiah. Pada mas pubertas , anak akan sering kecewa karena mereka mulai
menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara mereka dan mulai mencari
alasan tanpa mau menerima keyakinan begitu saja.
Pada masa ini anak mulai mengambil keputusan akan meneruskan atau melepaskan agama
yang dianutnya karena ketergantungannya pada orang tua. Remaja dengan orang tua berbeda
agama akan memutuska memilih pilihan agama yang dianutnya atau tidak memilih satupun
dari agama orangtuanya.
4. Dewasa
Kelompok dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat keagamaan dari anaknya
akan menyadari apa yang diajarkan padanya waktu kecil dan masukan tersebut dipakai untuk
mendidik anakya.
5. Usia pertengahan
Usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan
berusaha untuk mengerti nilai agama yang di yakini oleh generasi muda.
D. Konsep terkini dalam kesehatan spiritual.
1. Spiritualitas
Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang tindih:
Energi, transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial, keyakinan dan
nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani.
a. Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk menemukan diri mereka,
untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan untuk memelihara kesehatan.
b. Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang merupakan dorongan dari luar
yang lebih besar dari individu.
c. Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal (dengan diri sendiri),
interpersonal (dengan orang lain) dan transpersonal ( dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau
yang tertinggi) (Miner –william, 2006 cit Potter & Perry, 2009)
d. Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan Tuhan. Kepercayaan selalu
identik dengan agama sekalipun ada kepercayaan tanpa agama.
e. Spritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup).
f. Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu individu menentukan apa
yang penting bagi mereka dan membantu individu menghargai keindahan dan harga
pemikiran, obysk dsn prilaku.(Holins, 2005; vilagomenza, 2005
g. Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan pengertian kekuatan batiniah
yang dinamis dan kreatif yang dibutuhkan saat membuat keputusan sulit (Braks-wallance
dan Park, 2004).
h. Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit terminal maupun menjelang
ajal (Potter & Perry, 2009).
Ada individu yang tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis) atau percaya bahwa tidak ada
kenyataan akhir yang diketahui (Agnostik). Ini bukan berati bahwa spiritual bukan
merupakan konsep penting bagi atheis dan agnostik, Atheis mencari arti kehidupan melalui
pekerjaan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.agnostik menemukan arti hidup
dalam pekerjaan mereka karena mereka percaya bahwa tidak adanya akhir bagi jalan hidup
mereka.
2. Dimensi Spiritual ( Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray & Zentner, 1993 ):
a. Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar
b. Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan
c. Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik, dan menghadapi kematian
3. Konsep kesejahteraan spiritual ( spiritual well-being) (Gray,2006; Smith, 2006):
a. Dimensi vertikal
Hubungan positif individu dengan Tuhan atau beberapa kekuasaan tertinggi
b. Dimensi horisontal
Hubungan positif individu dengan orang lain
E. Hubungan antara spiritual – kesehatan dan sakit
1. Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan prilaku klien. Beberapa pengaruh yang perlu dipahami:
a. menuntun kebiasaan sehari-hari
praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin
mempunyai makna keagamaan bagi klien, sebagai contoh: ada agama yang menetapkan diet
makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.
b. sumber dukungan
pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. sumber
kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakitnya khususnya jika penyakit
tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama.
c. sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan.
Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan
2. kepercayaan agama tentang kesehatan
Agama/ Budaya
Kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan
Respon terhadap penyakit
Penerapan pada kesehatan dan perawatan
Hindu Menerima ilmu medis terkini
Dosa masa lalu menyebabkan penyakit
Waktu untuk doa, jimat, ritual, simbol
Shikhis Menerima ilmu medis Wanita diperiksa Waktu untuk doa, jimat,
m terkini wanitaMelepaskan pakaian dalam merupakan tekanan
ritual, simbol
Buddha Menerima ilmu medis terkini
Menolak pengobatan pada hari suciRoh non manusia yang menyerang manusia menyebabkan penyakit
Islam Harus dapat mempraktikkan 5 hukum islamTerkadang memiliki pandangan kesehatan yang salah
Menggunakan kepercayaan penyembuhanTidak melakukan eutanasia
Kesehatan dan spiritual saling berhubunganTidak mempertimbangkan transplantasi organ
Yahudi Mempercayai kesucian hidupIbadah hari sabath, menolak pengobatan hari sabath
Eutanasiaa dilarang Percaya penting hidup sehat
Kristiani Menerima ilmu medis terkini
Menggunakan doa, kuas penyembuhan
Mendukung donor organ
F. Manifestasi perubahan fungsi spiritual
1. Verbalisasi disstress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan meverbalisasikan yang
dialaminya untuk mendalatkan bantuan.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual.. Klien yang
merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar
hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya berikut
terdapat tabel ekspresi kebutuhan spiritual.
TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN MALLADAPTIF
Kebutuhan Tanda pola atau prilaku
adaptif
Tanda pola atau prilaku
maladaptif
Rasa percaya Rasa percaya terhadap diri
sendiri dan kesabaran
Menerima bahwa yang lain
akan mampu memenuhi
Merasa tidak nyaman
dengan kesadaran diri
Mudah tertipu
Ketidakmampuan untuk
kebutuhan
Rasa percaya terhadap
kehidupan walaupun terasa
berat
Keterbukaan terhadap
Tuhan
terbuka dengan orang lain
Merasa bahwa hanya orang
tertentu dan tempat
tertentu yang aman
Mengharapkan orang tidak
berbuat baik dan tidak
tergantung
Ingin kebutuhan dipenuhi
segera tidak dapat
menunggu
Tidak terbuka kepada
Tuhan
Takut terhadap maksud
Tuhan
Kemampuan
memberi
maaf
Menerima diri sendiri dan
orang lain dapat berbuat
salah
Tidak mendakwa atau
berprasangka buruk
Memandang penyakit
sebagai sesuatu yang nyata
Memaafkan diri sendiri
Memaafkah orang lain
Menerima pengampunan
Tuhan.
Pandangan yang realistik
terhadap masa lalu
Merasa penyakit sebagai
suatu hukuman
Merasa Tuhan sebagai
penghukum
Merasa maaf hanya
diberikan berdasar prilaku
Tidak menerima diri
sendiri
Menyalahkan diri sendari
atau orang lain.
TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN MALLADAPTIF
Kebutuhan Tanda pola atau prilaku
adaptif
Tanda pola atau prilaku
maladaptive
Mencintai dan
ketertarikan
Mengekspresikan perasaan
dicintai oleh orang lain
atau Tuhan
Mampu menerima bantuan
Menerima diri sendiri
Mencari kebaikan dari
orang lain
Takut akan tergantung
dengan orang lain
Menolak bekerja sama
dengan tenaga kesehatan
Cemas berpisah dengan
keluarga
Menolak diri sendiri serta
angkuh dan mementingkan
diri sendiri
Tidak mampu untuk
mempercayai diri sendiri
dicintai oleh Tuhan, tidak
punya hubungan rasa cinta
dengan Tuhan
Merasa tergantung dan
hubungan bersifat magik
dengan Tuhan. Merasa
jauh dengan Tuhan.
Keyakinan Ketergantungan dengan
anugerah Tuhan
Termotifasi untuk tumbuh
Mengekspresikan
kepuasan dengan
menjelaskan kehidupan
setelah kematian
Mengekspresikan
kebutuhan untuk
memasuki kehidupan dan
ataui memahami
kehidupan manusia dengan
wawasanyang lebih luas
Mengekspresikan
Mengekspresikan perasaan
ambivalens terhadap
Tuhan
Tidak percaya terhadap
kekuasaan Tuhan
Takut kematian
Merasa terisolasi dari
kepercayaan masyarakat
sekitar
Merasa pahit, frustasi dan
marah terhadap Tuhan
Nilai, keyakinan dan
tujuan hidup yang tidak
kebutuhan ritual
Mengekspresikan
kehidupan untuk merasa
berbagi keyakinan
jelas
Konflik nilai
Tidak mempunyai
komitmenm
TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN MALLADAPTIF
Kebutuhan Tanda pola atau
prilaku adaptif
Tanda pola atau prilaku
maladaptive
Kreatifitas dan harapan Meminta informasi
tentang kondisi
Membicarakan
kondisinya secara
realistik
Menggunakan waktu
selama dirawat inap
secara konstruktif
Mencari cara untuk
mengekspresikan diri
Mencari kenyamanan
batin daripada fisik
Mengekspresikan
harapan tentang masa
depan
Terbuka terhadap
kemungkinan
mendapatkan
kedamaian
Mengekspresikan
perasaan takut
kehilangan kendali diri
Mengekspresikan
kebosanan diri
Tidak mempunyai visi
alternatif yang
memungkinkan
Takut terhadap terapi
Putus asa
Tidak dapat menolong
ayau menerima diri
sendiri
Tidak dapat menikmati
apapun
Telah menunda
pengambilan
keputusan.
Arti dan tujuan Mengekspresikan
kepuasan hidup
Menjalani kehidupan
sesuai dengan sistem
nilai
Menggunakan
Mengekspresikan tidak
ada alasan bertahan
hidup
Tidak dapat menerima
arti penderitaan yang
dialami
penderitaan sebagai
cara memahami diri
Mengekspresikan arti
kehidupan/ kematian
Mengekspresikan
komitmen dan
orientasi hidup
Jelas tentang apa yang
penting
Mempertanyakan arti
kehidupan
Mempertanyakan
tujuan penyakit
Tidak dapat
merumuskan tujuan
dan tidak mencapai
tujuan
Telah menunda
pegambilan keputusan
yang penting.
G. Intervensi dalam kesehatan spiritual
Tehnik dalam kesehatan spiritual adalah dengan tehnik meditasi
Tehnik Meditasi:
Tujuan: klien dapat mengungkapkan perasaan relaksasi dan trandensi diri setelah meditasi
Strategi pengajaran:
1. Berikan informasi singkat mengenai pengajaran / cara meditasi
2. Bantu klien mengidentifikasi ruangan dalam rumah yang tenang dan mempunyai gangguan
minimal
3. Jelaskan bahwa musik yang tenang dan bunyi yang mendesing dapat mengganggu meditasi
4. Ajarkan langkah-langkah meditasi, duduk dalam posisi yang nyaman dengan punggung
lurus; bernafas perlahan; dan fokus pada suara, doa atau gambar
5. Anjurkan pasien untuk melakukan meditasi selama 10-20 menit dua kali sehari
6. Jawab pertanyaan klien dan perkuat informasi selama diperlukan
Evaluasi:
Ijinkan klien menggambarkan perasaan setelah melakukan meditasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SPIRITUAL
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif
Spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda
pula (Mcsherry dan ross, 2002)
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah
1. Alifiasi nilai
a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau tidak
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2. Keyakinan agama dan spiritual
a. Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara agama
b. Strategi koping
Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:
a. Tujusn dan arti hidup
b. Tujuan dan arti kematian
c. Kesehatan dan arti pemeliharaan
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain
B. Diagnosa
1. Distress spiritual
2. Koping inefektif
3. Ansietas
4. Disfungsi seksual
5. Harga diri rendah
6. Keputusasaan
C. Perencanaan
1. Distress spiritual b.d anxietas
Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek dari seseorang yang
menggabungkan aspek psikososial dan biologis
NOC :
a. Menunjukkan harapan
b. Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual:
- Berarti adlam hidup
- Pandangan tentang spiritual
- Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
- Berdoa atau beribadah
- Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
- Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan kenyataan
c. Klien tenang
NIC :
- Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
- Tentukan konsep ketuhanan klien
- Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
- Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan kesehatan
- Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik keagamaan
- Kolaborasi dengan pastoral
2. Koping inefektif b.d krisis situasi
Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat stressor, pilihan respon
untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau ketidakmampuan menggunakan sumber yang
tersedia
NOC:
- Koping efektif
- Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
- Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku kompulsif
- Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan informasi
NIC :
- Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya
- Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
- Peningkatan koping:
nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri
nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi
Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai
- Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung pemberian pelayanan kesehatan
D. Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan
E. Evaluasi
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum tujuan tercapai apabila
klien ( Achir Yani, 1999)
1. Mampu beristirahat dengan tenang
2. Menyatakan penerimaan keputusan moral
3. Mengekspresikan rasa damai
4. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
5. Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas
6. Menunjukkan prilaku lebih positif
7. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing Interventions Clasification (NIC),
Mosby: St. Louis, Missouri
Doenges, M. E., Moorhouse. M. F., Geisler. A. C., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC: Jakarta
Hamid, Achir Yani, 1999, Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan, Widya medika:
Jakarta
Intansari Nurjanah, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA), Mocomedia:
Yogyakarta
Intansari Nurjanah, 2004, Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa, Mocomedia:
Yogyakarta
NANDA, 2007, Nursing Diagnoses: Definitions and Clasification 2007-2008, Philadelphia
NANDA, 2010, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-2010, EGC: Jakarta
Potter, P. A., Perry, A. G., Fundamental Keperawatan, Salemba medika: Jakarta
Sue Moorhead., Johnson, M., Mass. M., 2004, Nursing Outcomes Clasification (NOC), Mosby:
St. Louis, Missouri
Taylor, Lilis, Lemone, Lyn, 2011, Fundamental of Nursing The art and Sience of Nursing Care,
lippincott