krisis moneter

41
(PERBANKAN NASIONAL) KRISIS MONETER

Upload: wirt

Post on 17-Jan-2016

200 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

KRISIS MONETER. (PERBANKAN NASIONAL). Reformasi Finansial. pergeseran alokasi kredit yang berorientasi pasar melalui kemudahan atau dihapusnya kewajiban portofolio, program kredit selektif, plafon kredit, dan pagu suku bunga - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: KRISIS MONETER

(PERBANKAN NASIONAL)

KRISIS MONETER

Page 2: KRISIS MONETER

Reformasi Finansial pergeseran alokasi kredit yang berorientasi

pasar melalui kemudahan atau dihapusnya kewajiban portofolio, program kredit selektif, plafon kredit, dan pagu suku bunga

memperbaiki sistem kontrol moneter, stabilisasi dan mobilisasi tabungan domestik

Page 3: KRISIS MONETER

DASAR TEORITIS

Mc Kinnon (1973) dan Shaw (1973) Menitikberatkan analisis pada represi

finansial. Represi finansial bermula dari kondisi di mana pasar modal tidak efisien atau berada dalam keseimbangan. Sistem finansial suatu negara disebut “ditindas” apabila pasar finansialnya masih terbelakang dan harga-harga kekayaan fianansialnya mengalami distorsi. Yang terakhir ini, umumnya ditandai dengan penetapan pagu suku bunga oleh pemerintah di bawah tingkat keseimbangan yang berlaku di pasar.

Page 4: KRISIS MONETER

Menurut Fry (1989), pagu dan plafon suku bunga dapat mendistorsi perekonomian melalui tiga jalur : rendahnya suku bunga deposito akan

menyebabkan bias dalam mendorong konsumsi saat ini dengan mengorbankan konsumsi masa depan, pada gilirannya akan menyebabkan tabungan dan ivestasi berada dibawah tingkat optimum;

para penabung potensial akan lebih menyukai investasi yang relatif low-yielding dibanding mendepositokan uangnya di bank agar dipinjamkan untuk membiayai proyek-proyek yang higher-yeilding;

bank-bank peminjam akan dapat memperoleh semua dana yang mereka inginkan pada tingkat bunga pinjaman yang rendah dan cenderung memiliki proyek yang lebih padat modal.

Page 5: KRISIS MONETER

Dalam kondisi sistem finansial yang “tertindas” tersebut, dua karakteristik mencuat kepermukaan:

suku bunga deposito riil seringkali negatif dan sulit diprediksi bila inflasi tinggi dan tidak stabil;

kurs valuta asing menjadi penuh dengan ketidakpastian.

Akibatnya, tabungan menjadi terlambat meskipun peluang investasi cukup bagus, pendangkalan keuangan (shallow finance) biasanya terjadi, dan pada gilirannya pertumbuhan ekonomi akan terhambat juga.

Page 6: KRISIS MONETER

represi finansial menuju liberalisasi finansial

membebaskan suku bunga dari kontrol pemerintah (liberalisasi suku bunga)

menurunkan reserve requirement. menjaga agar sistem finansial beroperasi

secara kompetitif dibawah kondisi free entry

memperbaiki kualitas investasi dan bukan kuantitas investasi

Page 7: KRISIS MONETER

Indonesia

Korea

Malaysia

Deregulasi 1983 meniadAkan plafon kredit, mengurangi kredit yang disubsidi (KLBI), deregulasi suku bunga deposito dan pinjaman, serta meniadakan subsidi terhadap deposito.Deregulasi 1988 (Pakto) mengendorkan izin dan persyaratan pembukaan cabang, menurunkan reserve requirement dari 15% menjadi 2%, mengizinkan BUMN untuk menempatkan deposito/dananya pada bank-bank swasta, dan memperbaiki peraturan mengenai lending limits.

Dimulai dengan dikendorkannya peraturan mengenai pembuatan cabang dan manajemen pada awal 1980-an, dan privatisasi bank-bank komersial pada 1983. Sebagian besar suku bunga pinjaman preferensi dihapus pada petengahan 1982, dan restriksi bagi lembaga keuangan bukan bank diperlonggar. Kontrol suku bunga secara bertahap ditinggalkan pada 1988-1991, kendati investasi yang lunak tetap dilanjutkan.

Secara bertahap menghapus kontrol terhadap deposito jangka panjang dan menerapkan sistem evisa bebas pada awal 1970-an, liberalisasi suku bunga deposito dan pinjaman pada 1978, namun kembali menerapkan kontrol suku bunga sampai pertengahan 1980-an; dan kembali menderegulasi suku bunga pada 1991. Mengurangi ruang lingkup program kredit prioritas sejak pertengahan 1970-an. Bank Sentral berperan aktif dalam mengembangkan pasar uang dan surat berharga.

Liberalisasi Keuangan di Asia

Page 8: KRISIS MONETER

Philipina

Sri Langka

Thailand

Turki

Liberalisasi finansial selama 1980-1984: segmentasi dan hambatan memasuki pasar dikurangi, perbedaan fungsional antara berbagai tipe lembaga keuangan dihapus dan ruang lingkup kegiatannya diperluas. Hambatan untuk pendirian bank baru dan pembukaan cabang baru ditinggalkan pada 1989.

Deregulasi finansial diturunkan sejak 1977. Hambatan memasuki pasar diperlonggar dan bank asing diizinkan beroperasi sejak 1979.

Mengurangi konsentrasi dan meningkatkan persaingan antar bank-bank komersial. Pada 1979, Undang-undang Perbankan diubah untuk menghambat konsentrasi pemilikan dan kekayaan. Bank asing dizinkan pada pertengahan 1980-an.

Tahap 1: menghapus plafon suku bunga deposito dan pinjaman, serta memberikan kemudahan untuk memasuki sektor keuangan nonbank. Tahap 2: diperkenalkannya asuransi deposito secara parsial, undang-undang perbankan baru (1985) dengan persyaratan modal yang lebih tinggi, dan memperbaiki sistem pengawasan.

Lanjutan

Page 9: KRISIS MONETER

Aspek kunci dari reformasi finansial di Asia liberalisasi suku bunga dikuranginya kontrol kredit diturunkannya reserve requirement ditingkatkannya persaingan dan efisiensi

dalam sistem finansial diperkuatnya pengawasan terhadap

industri perbankan.

Page 10: KRISIS MONETER

Beberapa celah kebijakan liberalisasi perbankan di Indonesiakebijakan tersebut telah “mengkonstruk”

sistem ekonomi liberal yang cenderung berpihak kepada kaum kapitalis (di Indonesia bernama konglomerat)

kebijakan liberalisasi perbankan kalau tidak dimbangi dengan kontrol yang kuat, akan mendorong terjadinya praktek-praktek “moral hazard”, seperti dilanggarnya prinsip “prodential banking”,

Page 11: KRISIS MONETER

Hancurnya Perbankan Nasional pemberian kredit kepada sektor-sektor yang

beresiko tinggi dan lebih berpihak kepada konglomerat ketimbang usaha kecil, sehinga tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit (prinsip 5C)

pemberian kredit yang berlebihan dan terkonsentrasi pada pihak-pihak terkait dan kelompok usaha tertentu, sehingga melanggar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)

lemahnya manajemen bank dan intervensi pemilik yang berlebihan terhadap operasional bank yang mengarah pada kecenderungan untuk melakukan berbagai penyimpangan dan pelanggaran (moral hazard)

lemahnya pengawasan bank

Page 12: KRISIS MONETER

Restrukturisasi Perbankan dilakukan langkah pengembalian kepercayaan

masyarakat terhadap perbankan melalui pelaksanaan program penjaminan pemerintah baik untuk bank umum maupun bank perkreditan rakyat

(Keputusan Menteri Keuangan No. 179/KMK.017/2000, tentang Syarat, Tatacara dan Ketentuan Pelaksanaan Jaminan Pemerintah Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum)

dilakukan langkah perbaikan struktur permodalan

bank, langkah kebijakan dilakukan melalui program rekapitalisasi bank umum.

Page 13: KRISIS MONETER

Secara spesifik, program rekapitalisasi ini dilakukan untuk meningkatkan permodalan bank sehingga memenuhi ketentuan Capital Adequacy Ratio (CAR) sekurang-kurangnya 4%.

Dalam program rekapitalisasi tersebut, pemerintah melakukan penyertaan modal pada bank-bank melalui penerbitan obligasi sehingga sebagian besar kepemilikan bank-bank tersebut berada di tangan pemerintah.

Page 14: KRISIS MONETER

Mega Skandal Restrukturisasi Perbankan

program rekapitalisasi perbankan, pemerintah telah mengucurkan dana sedikitnya Rp. 320 trilyun yang disebut Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)

terdiri dari: Rp. 144,4 trilyun yang diterima 48 bank umum swasta nasional Rp. 175 trilyun yang diterima bank BUMN

Page 15: KRISIS MONETER

Penyimpangan Dana BLBI Dari Rp 144,5 trilyun dana BLBI yang disalurkan ke 48 bank

ditemukan penyimpangan penggunaan dana BLBI senilai Rp 84,5 trilyun. Penyimpangan yang dilakukan adalah dana BLBI tersebut bukan digunakan untuk mengatsi rush, tetapi digunakan untuk transaksi valas dan disalurkan kepada perusahaan dalam satiap kelompok usaha.

Hasil audit investigatif BPK terbaru (diserahkan ke DPR

pertengahan 2001) juga menemukan bahwa jaminan yang diserahkan bank-bank penerima BLBI ternyata hanya bernilai Rp. 12,53 trilyun atau kurang dari 10% jika dibandingkan dengan dana BLBI sebesar Rp. 144,5 trilyun

Yang lebih mencengangkan, sebesar Rp. 22,5 trilyun di antara BLBI yang menyimpang itu digunakan untuk membiayai kontrak derivatif alias spekulasi valas. Pembelian dollar AS besar-besaran tahun 1998 yang menghancurkan nilai rupiah hingga level Rp. 16.000 per dollar AS, antara lain dipicu oleh tindak spekulasi ini.

Page 16: KRISIS MONETER

NO NAMA BANK JUMLAH BLBI % PENANGGUNG JAWAB

1 Bank Dagang Nasional Indonesia 1) 37.039,76 25,63 Sjamsul Nursalim

2 Bank Central Asia (BCA) 2) 26.596,28 18,40 Sadono Salim

3 Bank Danamon 2) 23.188,38 15,99 Usman Atmadjaja

4 Bank Umum Nasional 1) 12.067,95 8,35 Mohammad Hasan, Kaharudin Ongko

5 Bank Indonesia Raya 3) 4.018,24 2,78 Atang Latief

6 Bank Harapan Sentosa 4) 3.866,18 2,67 Hendra Rahardja

7 Bank Nusa Nasional 2) 3.020,32 2,09 -

8 Bank Tiara Asia 2) 2.909,24 2,01 -

9 Bank Modern 1) 2.557,69 1,77 Samadikun Hartono

10 Bank Pesona (d/h Bank Utama) 3) 2.334,89 1,62 Sigit Harjojudanto

11 Bank Pacific 4) 2.133,37 1,48 Hendrik Willem Teori

12 Bank Asia Pacific 3) 2.054,97 1,42 Thomas Suyatno

13 Bank PDFCI 2) 1.995,00 1,38 -

14 Bank Pelita 1) 1.989,83 1,38 Hashim S. Djojohadikusumo

15 Bank PSP 3) 1.938,95 1,34 Slamet S. Gondokusumo

Daftar Bank Penerima BLBI(dalam miliar Rp)

Page 17: KRISIS MONETER

16 Sejahtera Bank Umum 4) 1.687,35 1,17 Hasudungan Tampubolon

17 Bank Surya 1) 1.653,75 1,14 H. Sudwikatmono

18 Bank Central Dagang 3) 1.403,49 0,97 Sam Handojo

19 Bank Papan 3) 928,91 0,64 Hashim S. Djojohadikusumo

20 Bank Ficorinvest 3) 917,85 0,64 Deddy Nurjaman

21 South East Asia Bank 899,40 0,62 Tidjan Ananto

22 Bank Subentra 1) 860,85 0,60 Benny Suherman

23 Bank Panaesaan 681,08 0,47 HR Rembert

24 Bank Sewu 3) 642,25 0,44 Dasuki Angkosubroto

25 Bank Centris 1) 629,63 0,44 Hubertus Setyawan

26 Bank Dewa Rutji 3) 609,41 0,42 Rudolf Kasendra

27 Bank Astria Raya 4) 578,92 0,40 Henry Liem

28 Bank Istimarat 1) 520,23 0,36 Hashim S. Djojohadikusumo

29 Bank Industri 4) 511,47 0,35 Hashim S. Djojohadikusumo

30 Bank Dagang Industri 3) 481,55 0,33 Prof. DR. Sukamdani SG

31 Bank Intan 3) 401,55 0,28 Fadel Muhammad

32 Bank Umum Servitia 3) 361,98 0,25 Rijanto Sastroatmodjo

33 Bank Mataram Dhanaarta 4) 336,76 0,23 Sri Sultan HB X

34 Bank Aken 3) 301,32 0,21 Indra Haryono SE

35 Bank Guna Internasional 251,06 0,17 Letjend TNI (Purn) Sutopo Yuwono

Lanjutan

Page 18: KRISIS MONETER

36 Bank UPPINDO 3) 242,95 0,17 Miranda S Gultom

37 Bank Lautan Berlian 3) 240,82 0,17 Ulung Bursa

38 Bank Tata Internasional 3) 221,23 0,15 Ny. Susilawati Wijaya NG

39 Bank Hokindo 1) 214,23 0,15 Hokianto

40 Bank Jakarta 4) 210,99 0,15 H. Probosutedjo

41 Bank Anrico 4) 210,08 0,15 Prof. Harun Alrasyid Zain

42 Bank Kosagraha Semesta 4) 201,81 0,14 Setiawan Chandra

43 Bank Citrahasta Manunggal 4) 201,80 0,14 Suyono Sukarno

44 Bank Danahutama 3) 184,82 0,13 Sofjan Wanandri

45 Bank Deka 1) 152,91 0,11 Dewanto Kurniawan

46 Bank Dwipa Semesta 4) 110,11 0,08 Dr. Yoga Sugomo

47 Bank Baja Internasional 3) 35,77 0,02 Riyanto

48 Bank Umum Majapahit Jaya 4) 8,55 0,01 Roy E. Tirtadji

TOTAL 144.535,98 100,00

Lanjutan

Keterrangan :1 : Bank Beku Operasi 2 : Bank Take Over (BTO)3 : Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU)4 : Bank Dalam Likuidasi (BDL)

Page 19: KRISIS MONETER

Masalah Perbankan:

- Kredit Macet

- Likuidasi

Rush

Restrukturisasi Perbankan :

- BBO

- BTO

- BBKU

- BDL

KeberpihakanPelanggaran BMPK

Lemahnya Pengawasan

Reformasi Finansial

(Represi - Liberal)

- Pakto 1983

- Pakto 1989

Pakto 1983, tentang:

- Plafon Kredit

- Suku Bunga

Pakto 1988, tentang:

- Pendirian Bank

- Penurunan RR

Restrukturisasi Perbankan (melalui BLBI) menghabiskan dana 320 Trilyun

175 T untuk bank BUMN

144,5 T untuk bank swasta

MASALAH PERBANKAN NASIONAL

Growt let Finance : Pertumbuhan mengikuti sektor keuangan Finance let Growt : Sektor keuangan mengikuti Pertumbuhan

Page 20: KRISIS MONETER

Nama Bank Jumlah Obligasi

Laba/rugidi Neraca

SumbanganBunga obligsAPBN :10 %

KondisiSesungguhnya

1.Bank Mandiri

2. Bank BNI

3.BCA

4.BRI

5.BII

6.Danamon

7.BTN

8.Bank Permata

9.Bank Niaga

10. Bank Lippo

155,5

54,7

53,6

28,4

23,3

20,0

14,2

11,6

6,7

5,7

373,7

2,8

2,1

2,19

1,5

0,03

0,72

0,25

----

0,09

0,14

9,857

15,55

5,47

5,36

2,84

2,33

2,00

1,42

1,16

0,67

0,57

37,375

RUGI

RUGI

RUGI

RUGI

RUGI

RUGI

RUGI

RUGI

RUGI

RUGI

BANK PENANGGUK REKAP DARI UANG RAKYAT/APBN BANK PENANGGUK REKAP DARI UANG RAKYAT/APBN (September 2002) – dlm Trilyun Rp(September 2002) – dlm Trilyun Rp

Page 21: KRISIS MONETER

1. Membayar Bunga SBI

17% x Rp. 500 T = 85 T (s/d 2002)

2 Membayar Bunga Obligasi = 60,1 T

DEFISIT APBN = Rp 54 T ( 2002 ), Rp 45 T (2003)Rp 35 T (2004), 26 T (2005)

Solusi Negara :

1. Menghutang ke IMF

2. Menaikkan BBM, Listrik, Telepon, dll

3. Jual Asset Negara Strategis

Rp 145,1Trilyun

Page 22: KRISIS MONETER

“Dampak Riba / Bunga”

1. Menzalimi dan semakin menyengsarakan rakyat Indonesia secara signifikan.

2. Memperbesar hutang Negara mencapai Rp. 2000 trilyun (Jika kita mampu membayar Rp 2 T Setahun), maka hutang RI baru lunas 1000 Tahun

3. Menaikkan harga – harga barang / jasa strategis ; BBM, listrik, Telephon dan barang – barang lainnya.

4. Menggadaikan Negara dengan penjualan asset strategis ke pihak asing (BCA,Danamon, Indosat,Perkebunan, BBM, dsb.

Page 23: KRISIS MONETER

ASSET SELURUH BANK DI INDONESIA = 1065 TDANA MASYARAKAT (TABUNGAN, DEPOSITO) = 800-an T

Seharusnya dana masyarakat disalurkan, tapi sebagian besar ditempatkan di SBI.

Negara wajib membayar bunganya dalam jumlah besar, puluhan trilyun

LDR Bank Nasional rata-rata 44 % LDR Bank Swasta Raksasa = 15% LDR Bank Syariah = 115% BANDINGKAN !!! Bank Riba Swasta:Bank

Islam Bagaikan siang dan malam atau langit

dan Bumi

LDR 44 %2002

Page 24: KRISIS MONETER

ASSET SELURUH BANK DI INDONESIA = 1135 TDANA MASYARAKAT (TABUNGAN, DEPOSITO) = 800-an T

Seharusnya dana masyarakat disalurkan, tapi sebagian besar ditempatkan di SBI.

Negara wajib membayar bunganya dalam jumlah besar, puluhan trilyun

LDR Bank Nasional rata-rata 59 %LDR Bank Swasta Raksasa = 15%LDR Bank Syariah = 103 %Banyak dana Bank yang ditempatkan di

SBI menjadi beban pemerintah dan pemicu inflasi

LDR 59 %2004

Page 25: KRISIS MONETER

APBN MENJADI DEFISIT DISEBABKAN BUNGA OBLIGASI REKAP BANK KONVENSIONALAPBN MENJADI SURPLUS TANPA BEBAN

BUNGAAPBN 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Total

Defisit -16.13 -40.48 -57 T 36.67 -24.42 -16.90 -158.18

BungaObligasi rekap

31,24 58.20 62.26 46.36 41.28 38.84 278.17

TanpaBungaObl.rkp

+15,11 +17,72 58,69 +9.69 16.86 +21,94 +119,99

Page 26: KRISIS MONETER

Bunga Obligasi Rekap lebih Besar dari Pembiayaan Pembangunan(DALAM TRILIUN RUPIAH)

APBN 2000 2001 2002 2003 2004 Total

Biaya

Pembangunan

8.84 21.37 25.60 48.84 50.50 155.15

Bunga

Obligasi Rekap

31.24 58.20 62.26 46.36 41.28 239.33

Page 27: KRISIS MONETER

Perbankan Ribawi, menikam Perbankan Indonesia Perbankan Ribawi, menikam Perbankan Indonesia karena tahun 2003, Bank Indonesia mengalami karena tahun 2003, Bank Indonesia mengalami Defisit karena Suku Bunga SBI lebih besar dari Defisit karena Suku Bunga SBI lebih besar dari Pendapatan BIPendapatan BI

Perbankan Ribawi, diselamatkan negara melalui Perbankan Ribawi, diselamatkan negara melalui program Rekapitalisasi RATUSAN TRILIUNprogram Rekapitalisasi RATUSAN TRILIUN

Dana tabungan yang dihimpun Perbankan Ribawi, Dana tabungan yang dihimpun Perbankan Ribawi, hanya disalurkan sebesar 62.79% per November hanya disalurkan sebesar 62.79% per November 2005. Sejak tahun 1998-2004 LDR Bank Ribawi 2005. Sejak tahun 1998-2004 LDR Bank Ribawi antara 30 sd 59 %.antara 30 sd 59 %.

Perbankan Ribawi hanya mau menikmati tapi tidak Perbankan Ribawi hanya mau menikmati tapi tidak mau ikut membina Perekonomian Indonesia.mau ikut membina Perekonomian Indonesia.

Pemerintah sangat terbebani dengan program Pemerintah sangat terbebani dengan program rekapitalisasi dan BLBI, APBN terkurasrekapitalisasi dan BLBI, APBN terkuras

Page 28: KRISIS MONETER

Fakta Indonesia• Utang luar Negeri• Utang dalam Negeri• Sumbangan APBN (dana rakyat) utk BK• Suku Bunga masih tinggi• Inflasi masih tinggi• Nilai Tukar yang fluktuatif• Sektor riil masih terhambat (LDR 61%,)• Pengangguran Tinggi• Kemiskinan Masih menggurita

Page 29: KRISIS MONETER

IslamicIslamic

BankBank

Page 30: KRISIS MONETER

Bank IslamBank Islam

█ █ BANKBANK yang beroperasi sesuai denganprinsip-prinsip syariah Islam,serta tata cara beroperasinyamengacu kepada ketentuan-ketentuanAl-Qur’an & As-Sunnah

Page 31: KRISIS MONETER

FUNGSI & PERAN

BANK SYARIAH (Accounting & Auditing Organization for Islamic Financial Institution)

MANAJER INVESTASI (mengelola investasi dana nasabah)

Penyedia Jasa Keuangan&Lalu Lintas Pembanyaran

INVESTOR(menginvestasikan dana yang dimilikinya mau pun dana nasabah) KEGIATAN SOSIAL

(mengelola zakat maupun dana sosial lainnya)

Catatan: Hubungan Bank Islam dengan Nasabahnya, adalah hubungan kemitraan.

Page 32: KRISIS MONETER

It is part of broader concept of

Islamic Economics.It is the introduction of

The Value System & Ethics Of Islam into the economic sphere

Operation must be based onAl-Qur’an & As-Sunnah

ISLAMIC ISLAMIC BANKBANK

Page 33: KRISIS MONETER

Islamic Islamic BankingBanking

Prohibition ofProhibition of

• Monopoly• Gharar / Speculation• Riba / Interest or Usury• Overspending & wastage• Maisyir / Gambling

Page 34: KRISIS MONETER

The Product Concept of

Islamic Bank

Page 35: KRISIS MONETER

Perbedaan bunga dan Bagi Hasil

1 Penentuan bunga dibuat tanpa

berpedoman pada untung rugi

Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dgn berpedoman pada untung rugi

2 Besarnya persentase (bunga) ditentukan sebelumnya berdasarkan jumlah uang yang dipinjamkan

Besarnya bagi hasil berdasarkan keuntungan, sesuai dgn rasio yang disepakati

3 Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat

sekalipun jumlah keuntungan meningkat

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan

4 Jika terjadi kerugian, ditanggung si

Peminjam saja, berdasarkan pembayaran bunga tetap yang dijanjikan

Jika terjadi kerugian ditanggung kedua belah pihak

5 Besarnya bunga yang harus dibayar si

peminjam pasti diterima bank

Keberhasilan usaha menjadi perhatian bersama

6 Umumnya Agama (terutama Islam)

Mengecamnya

Tidak ada yang Meragukan Sistem Bagi Hasil

7 Berlawanan dgn Surah Luqman : 34 Melaksanakan Surah Luqman : 34

Page 36: KRISIS MONETER

Bank SyariahMekanisme Operasional(Prinsip & Piranti Keuangannya)

Bank SyariahMekanisme Operasional(Prinsip & Piranti Keuangannya)

Bagi Hasil(Sirkah)(Profit &Loss Sharing)

Jual-Beli(al Bai’)Sale &Purchase

Sewa(Ijarah)Lease

Pinjaman(al-Qard)Soft &BenevolentLoan

Jasa(Ujroh)Fee-basedService

Titipan(al Wadi’ah)Depository

Page 37: KRISIS MONETER

Mekanisme Operasional Bank IslamMekanisme Operasional Bank IslamMenggunakan Piranti-piranti KeuanganMenggunakan Piranti-piranti Keuangan Berdasarkan Prinsip-prinsip:Berdasarkan Prinsip-prinsip:

Bagi HasilBagi Hasil(sirkah)(sirkah)Profit &Profit &Loss Loss SharingSharing

Jual-BeliJual-Beli(al Bai’)(al Bai’)Sale &Sale &PurchasePurchase

SewaSewa(Ijarah)(Ijarah)LeaseLease

PinjamanPinjaman(al-Qard)(al-Qard)Soft &Soft &BenevolentBenevolentLoanLoan

JasaJasa(Ujroh)(Ujroh)Fee-basedFee-basedServiceService

1. Musyara-kah(Joint Venture Profit Sharing)

2. Mudhara-bah(Trustee ProfitSharing)

• Bai’ alMurabahah(Deferred Payment Sale)

• Bai’ asSalam (In-front Payment Sale)

• Bai’ alIstishna’(Purchase by Order orManufacture)

•Dan lain-lain

• Sewa (al-Ijarah)Operating Lease

• Sewa-Beli(Ijarah wa Iqtina’)Financing Lease

• al-Qard alHasan

(Sebagai aqd tathawwuiyaitu akad saling membantu /bukan transaksi komersial)

• ar-Rahn(Mortgage)

• al-Wakalah(Deputyship)

• al-Kafalah(Guaranty)

• al-Hawalah(Transfer Service)

• Ju’alahExp.:Bank Reference

• SharfExp.: Moneychanger

TitipanTitipan(al Wadi’ah)(al Wadi’ah)DepositoryDepository

1. Wadi’ahyadal-Amanah(Trustee Depository)

2. Wadi’ahyad adh-Dhamanah(Guarantee Depository)

Page 38: KRISIS MONETER

1. Philipine Amanah Bank (1973)

2. Islamic Bank of Sudan (1975)3. Bank Islam Dubai ( 1975)4. Islamic Bank of Eqypt (1977)5. Kuwait Finance House (1977)6. Faisal Islamic Bank, Mesir (1978)7. Islamic Finance House Luxemburg (1978)8. Bahrain Islamic Bank (1979)9. Islamic Bank Pakistan (1979)10. Faisal Finance Swiss (1980)11. Faisal of Islamic Bank Al-Kibris, Cyprus

(1983)12. Bank Islam Malaysia Berhad (1983)13. Dar Mal al-Islami, Turki (1984)14. Bank Islam Iran (1984)15. Ar-Rajhi Bank Saudi Arabia (1985)

SEJARAH BANK ISLAM DI DUNIA

Page 39: KRISIS MONETER

BANK SYARI’AH DI LUAR NEGERI

Denmark Luxemburg Kanada

Amerika Serikat United Kingdom Swtzerland

Swiss Australia Rusia

Bahama Caymand Island Cyprus

Afrika Selatan India Virgin Island

Srilangka Philipina Mauritania

Ghuinea Nigeria Tunisia

Page 40: KRISIS MONETER

BANK SYARI’AH DI LUAR NEGERIJibouti Turki Senegal

Libia Malaysia Brunei

Pakistan Sudan Dubai

Albania Bangladesh Yaman

Abu Dahbi Lebanon Bahrain

Iraq Iran Qatar

Yordania Mesir Saudi Arabia

Page 41: KRISIS MONETER

City Bank Bank terbesar di AS Buka Unit-unit Syariah

ABN Amro Bank terbesar di EROPA Buka 54 Cabang Syariah

ANZ Investment Mudharaba di Australia, dll

HSBC DAN STANDART CHARTER BANK