institusi perusahaan (makalah pengganti uas)

16
Hukum Perusahaan Institusi Perseroan dalam Menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) Dosen : Prof. Dr. Sri Redjeki Hartono, S.H Oleh : RudiniHasyimRado 11010114410096 Kelas Akhir Pekan

Upload: rudinihasyimrado

Post on 25-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Hukum Perusahaan

TRANSCRIPT

Page 1: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

Hukum Perusahaan

Institusi Perseroan dalam Menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR)

Dosen :

Prof. Dr. Sri Redjeki Hartono, S.H

Oleh :

RudiniHasyimRado11010114410096

Kelas Akhir PekanMagister Ilmu HukumUniversitas Diponegoro

Semarang2015

Page 2: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

Institusi Perseroan dalam Menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR)

Oleh : Rudini Hasyim Rado

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pasca keruntuhan rezim Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk

beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia

bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol

sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk

menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak

hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya,

melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap

lingkungan sosialnya.

Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan

kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal sebagai

Corporate Social Responsibility (CSR). Pemahaman itu memberikan pedoman

bahwa korporasi bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya

sendiri saja sehingga ter-alienasi atau mengasingkan diri dari lingkungan

masyarakat di tempat mereka bekerja, melainkan sebuah entitas usaha yang

wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya.

Isu tanggung jawab sosial (social corporate responsibility) adalah suatu

topik yang berkenaan dengan etika bisnis. Disini terdapat tanggung jawab moral

perusahaan baik terhadap karyawan perusahaan dan masyarakat disekitar

perusahaan. Oleh karena itu berkaitan pula dengan moralitas, yaitu sebagai

standar bagi individu atau sekelompok mengenai benar dan salah, baik dan

buruk. Sebab etika merupakan tata cara yang menguji standar moral seseorang

atau standar moral masyarakat.1

Selanjutnya Multon Friedmen menyatakan tanggung jawab perusahaan

adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab

1 Bismar Nasution, Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Makalah, Disampaikan pada,Semiloka Peran dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Masyarakat Lokal Wilayah Operasional Perusahaan Perspektif Hak Asasi Manusia, Diselenggarakan Oleh Komisi Hak Asasi Manusia Riau Pekanbaru Tanggal 23 Februari 2008, Lihat Manuel G. Velasquez, “Business Ethics Consepts And Cares”, London: Prentice Hall International, 2002, Hlm. 8-13.

2

Page 3: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

moral perusahaan tentu bisa diarahkan kepada banyak hal, kepada dirinya

sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain, dan seterusnya.2

Sedangkan apabila yang dibicarakan adalah tanggung jawab sosial

perusahaan, maka yang disoroti adalah tanggung jawab moral perusahaan

terhadap masyarakat di mana perusahaan menjalankan kegiatannya, entah

masyarakat dalam arti sempit seperti lingkungan disekitar sebuah pabrik atau

masyarakat luas.

Dari tanggung jawab moral itulah lahir istilah CSR dalam kegiatan

perusahaan. Sebelum melangkah ke pembahasan selanjutnya, maka perlu

diketahui terlebih dahulu tentang defenisi CSR itu sendiri.Corporate Social

Responsibility atau biasa disebut CSR adalah sebuah komitmen dari

bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup

karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.3

SerupaMenurut Edi Suharto, CSR adalahkepedulianperusahaan yang

menyisihkan sebagian keuntungan (profit) bagi kepentingan pembangunan

manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan

prosedur (procedure) yang tepat dan professional. Definisi CSR menurut Ismail

Solihin, adalah salah satu dari bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap

pemangku kepentingan(stakeholders).4

Sehingga menurut Friedman tujuan utama korporasi adalah untuk

memperoleh profit semata semakin ditinggalkan. Sebaliknya konsep triple

bottom line (profit, planet, people) yang digagas oleh John Elkington makin

masuk ke dalam mainstream etika bisnis.5

CSR dalam sejarah modern di kenal sejak Howard R. Bowen

menerbitkan sebuah buku yang berjudul Social Resposibilities of The

Businessman pada era 1950-1960 di Amerika Serikat. Pengakuan publik terhadap

prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya

dinobatkan secara aklamasi sebagai Bapak CSR. Bahkan dalam dekade 1960-an,

pemikiran Bowen terus di kembangkan oleh berbagai ahli sosialogi bisnis

2Bertens K,Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius, 2000, Hlm.292.3Definisi CSR Menurut, World Business Council on Sustainable Development. 4Edi Suharto, PekerjaSosial di DuniaIndustri, Memperkuat CSR, Bandung:CV. Alfabeta, 2009,

Hlm. 105.5Suharto, MemperkuatTanggungJawabSosial Perusahaan, Bandung:RefikaAditama, 2008,

Hlm. 106.

3

Page 4: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan konsep Iron Laws of

Responsibility.6

Belakangan ini wacanacorporate social responsibility atau CSR

memang sedang menjadi trend di Indonesia. Banyak orang berbicara tentang

CSR dan semuanya bagus serta perusahaan yang melakukan corporate social

responsibility (CSR) semakin banyak. Namun upaya sosialisasi harus terus

dilakukan agar lebih banyak perusahaan menyadari dan memahami

esensipentingnya CSR.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang akan diangkat sebagai rumusan masalah dalam penulisan

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah PengaturanPelaksanaan CSR di Indonesia?

2. Bagaimanakah InstitusiPerseroandalamMenjalankan CSR?

Pembahasan

A. PengaturanPelaksanaan CSR di Indonesia

6Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta: SinarGrafika, 2008,Hlm. 37.

4

Page 5: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

Penerapan kegiatan CSR di Indonesia baru dimulai pada awal tahun

2000, walaupun kegiatan esensi dasar yang sama telah berjalan

jauhsebelumpascareformasitersebut. Pengaturan yuridis CSR di Indonesia

dengan sendirinya memberikan kepastian hukum bagi setiap stakeholders terkait.

Dengan adanya kepastian hukum dalam sistem hukum nasional maka

tercapailah keseimbangan dan harmonisasi antara perusahaan dengan masyarakat

sekitar dan masyarakat luas pada umumnya. Terbangunnya pola saling

menguntungkan dan mendukung kemajuan bersama, dan tak tangung-tanggung

implementasi dari tanggung jawab sosial dari sebuah perusahaan melalui prinsip

CSR yang tidakterlepas dari penerapan konsep good corporate governance di

dalam perusahaan itu sendiri.

Penerapan good corporate governance akan mendorong managemen

perusahaan itu untuk terus mengelola perusahaan secara banar, termasuk

mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya. Bila CSR benar-benar

dijalankan secara efektif maka dapat memperkuat atau meningkatkan akumulasi

modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Negara Indonesia sebagai Negara hukum modern bertujuan untuk

mencapai masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual. Negara

tidak hanya bertugas memelihara ketertiban masyarakat, akan tetapi lebih luas

dari pada itu yakni kewajiban turut serta dalam semua sektor kehidupan

masyarakat.7

Keikutsertaan Negara dalam segala sektor kehidupan masyarakat

ditetapkan sebagai tujuan Negara. Alinea keempat Pembukaan Undang-undang

Dasar (UUD) 1945 menyebutkan: “Kemudian dari pada itu untuk membentuk

suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial…”

Pengaturan CSR di Indonesia, telah diatur sejak lama hal ini dibuktikan

dengan banyak pengaturan yang mengatur dari program CSR, sehingga

7Ibrahim R, Prospek BUMN dan Kepentingan Umum, Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1996, Hlm. 1.

5

Page 6: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

pengaturan CSR di Indonesia telah memiliki konsekuensi secara yuridis dan

sanksi yang tegas dalam pelaksanaanya, yaitu :

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945, pada Pasal 33.2. Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) No. 40 Tahun 2007, pada bab I

ayat (3), bab IV Pasal 66 ayat (2), bab V Pasal 74 ayat (1) sampai ayat (4). 3. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara. 5. Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) No.25 Tahun 2007, terdapat pada

Pasal 15,16,17, dan 34.6. Undang-Undang Pengelolan Lingkungan Hidup No.23 Tahun 1997, pada

Pasal 67, Pasal 68, dan Pasal 87 ayat (1).7. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 8. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, pada

Pasal 13 ayat (3).

Adapun Rincian Pengaturan CSR dalam UU Perseroan Terbatas dapat

kita lihat sebagai berikut :

1. Pasal 1 ayat (3), Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

2. Pasal 66 ayat (2c), Laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

3. Pasal 74 ayat (1), Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

4. Pasal 74 ayat (2), Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yangpelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

5. Pasal 74 ayat (3), Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) akan dikenakan sanksi sebagaimana yang telah diatur dalam UU.

6. Pasal 74 ayat (4), Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.

Selain diatur dalam UU di atas, konsep CSR juga telah diatur pada dan

diwajibkan pada Undang-Undang Pasar Modal No. 25 Tahun 2007, yaitu :

1. Pasal 15, Setiap penanam modal berkewajiban : menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan melaporkan kepada badan koordinasi penanaman modal; menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

6

Page 7: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

2. Pasal 16, Setiap penanam modal bertanggung jawab : menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentika atau meninggalkan dan menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; menjaga kelestarian lingkungan hidup; menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteran pekerja.

3. Pasal 17, Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbaharukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standard kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Pasal 34 ayat (1), Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administrative, berupa: Pertama, Peringatan tertulis; Kedua, pembatasan kegiatan usaha; ketiga, pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; keempat, pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

5. Pasal 34 ayat (2), Sanksi administratif sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Pasal 34 ayat (3), Selain sanksi administratif badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dari Pengaturan-pengaturan di atas, dapat kita simpulkan bahwa

kewajiban dan tanggung jawab perusahaan telah ditambah, bukan lagi kepada

pemilik modal semata, melainkan juga kepada lingkungan hidup, karyawan dan

keluarganya, dan masyarakat sekitar.

B. Institusi Perseroan dalam Menjalankan CSR

Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung

pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Oleh karena itu, piramida

CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol harus difahami sebagai satu kesatuan.

Sebab, CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar

yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people dan planet

(3P).8

Profit; Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan

ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

People; Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan

manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian 8Porter, Michael E. dan Mark R. Kramer.The Competitive Advantage of Corporate

Phiilantropy, dalam Harvard Business Review, December, 2002,Hlm. 5.

7

Page 8: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan

kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang

merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.

Planet; Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan

keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini

biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih,

perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme).

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi tanggung

jawab sosial perusahaan. Menurut Prince of Wales Foundation ada lima hal

penting yang dapat mempengaruhi implementasi CSR, Pertama; menyangkut

human capital atau pemberdayaan manusia. Kedua; environments yang berbicara

tentang lingkungan.Ketiga; adalah Good Corporate Governance. Keempat;social

cohesion, artinya, dalam melaksanakan CSR jangan sampai menimbulkan

kecemburuan sosial. Kelima; adalah economic strength atau memberdayakan

lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi.9

Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung

terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sebagai

suatu institusi yang juga sebagai subjek hukum perusahaan mutlak berhubungan

dengan masyarakat atau subjek hukum lainnya, sehingga perusahaan tidak dapat

begitu saja melepaskan diri dari masyarakat. Mengingat eratnya hubungan antara

perusahaan dan masyarakat, maka idealnya harus selalu tercipta hubungan yang

serasi dan harmonis antara perusahaan dengan masyarakat, terutama dengan

masyarakat sekitarnya.10

Dibutuhkan penciptaan hubungan harmonis antara perusahaan dengan

masyarakat sekitar yang menjadi tanggung jawab sosial perusahaan atau sering

disebut CSR. Melalui prinsip CSR perusahaan akan meningkatkan investasi

sosialnya, yang akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Apabila

perusahaan meningkatkan investasi sosialnya, berbagai keuntungan finansial

yang diperolehnya juga semakin tinggi, sebuah prinsip yang dikenal dalam dunia

usaha sebagai “doing well by doing good”.11

9Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, Hlm. 11-12.

10Yoserwan,Hukum Ekonomi Indonesia dalam Era Reformasi dan Globalisasi, Padang: Andalas University Press, 2006, Hlm. 215.

11Lihat Opini Koran Tempo, Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Indonesia.Selasa, 26 September 2006.

8

Page 9: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

Selanjutnya Sri Redjeki Hartono menyatakan, walau bagaimanapun

interaksi antara sebuah perusahaan dengan masyarakat tidak dapat dihindari

sama sekali keduanya saling berhubungan dan membutuhkan. Di satu pihak

perusahaan dalam berbagai aktivitasnya serta dalam usaha mencapai tujuannya

akan selalu membutuhkan masyarakat sementara masyarakat dipihak lain juga

akan selalu membutuhkan perusahaan, baik itu dalam rangka memenuhi

kebutuhannya dari produk suatu perusahaan ataupun dalam penyediaan lapangan

kerja atau kegiatan lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan

perusahaan. Perusahaan sebagai suatu organisasi ekonomi, selalu berada dan ada

ditengah masyarakat. Perusahaan tidak mungkin berada diluar masyarakat,

karena ia hidup, tumbuh dan berkembang serta dikembangkan oleh masyarakat.12

Tanggung Jawab Sosial Lingkungan merupakan kewajiban perusahaan

yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan yang

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban kewajiban tanggung jawab

sosial dan lingkungan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan merupakan

tanggung jawab moral perusahaan baik terhadap karyawan di perusahaan itu

sendiri (internal) maupun di luar lingkungan perusahaan (eksternal).13 Perusahaan

sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang

besar sudah selayaknya memikirkan kepentingan masyarakat di sekitarnya,

karena perusahaan sebenarnya juga merupakan bagian dari masyarakat.

Menurut Mas Achmad Daniri, program yang dilakukan oleh suatu

perusahaan dalam kaitannya dengan tanggung jawab sosial di Indonesia dapat

digolongkan dalam dua bentuk, yaitu:14

a. Public Relations, yakni usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

b. Strategic Definisif, yakni usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas yang sudah tertanamterhadap kegiatan perusahaan, dan biasanya untuk melawan serangan negatif dari anggapan komunitas

12Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan,Bandung: PT. Mandar Maju, 2000, Hlm. 103.

13Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas: Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, Edisi Revisi, Jakarta: Aksara, 2013, Hlm. 144.

14Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan: Tentang Perseroan Terbatas, Cetakan Ketiga, Bandung: Nuansa Aulia, 2012, Hlm.208.

9

Page 10: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

Bahkandi tengah masyarakat yang semakin kritis dan peduli terhadap

keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang CSR menjadi suatu

keharusan bagi perusahaan. Apalagi sebenarnya perusahaan sendiri pun

memperoleh manfaat dari CSR ini, yang terutama yaitu mengenai manajemen

reputasi perusahaan. CSR yang awalnya hanya sebagai suatu kegiatan filantropik

sudah menjadi suatu strategi perusahaan.15

Masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan

barang yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab

secara sosial. Karena selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha

dengan masyarakat sekitarnya, kegiatan operasional perusahaan umumnya juga

memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya

lingkungan disekitar operasi perusahaan.

Sehingga dalam teknik dan tata cara untuk melakukan kegiatan itu

diserahkan kepada perusahaan dan masyarakat untuk merumuskannya.

Perencanaan program pengembangan masyarakat harus melibatkan masyarakat

sekitarnya. Metode dalam pengembangan masyarakat sekitar wilayah

kegiatanperusahaan adalah melalui metode partisipatif. Begitu juga dalam

pemantauan dan evaluasi harus melibatkan masyarakat sekitarnya.

Karena pada dasarnya mereka yang disebut sebagai penerima CSR

adalahpihak yang menikmati atau menerima adalah perusahaan, masyarakat,

serta lingkungannya untuk berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.

Referensi :

A.B. Susanto, A Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility, Jakarta: The Jakarta Consulting Group, 2007.

Bertens K,Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

15A.B. Susanto, A Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility, Jakarta: The Jakarta Consulting Group, 2007,Hlm. 8.

10

Page 11: Institusi Perusahaan (Makalah Pengganti UAS)

Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas: Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, Edisi Revisi, Jakarta: Aksara, 2013.

Bismar Nasution, Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Makalah, Disampaikan pada,Semiloka Peran dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Masyarakat Lokal Wilayah Operasional Perusahaan Perspektif Hak Asasi Manusia, Diselenggarakan Oleh Komisi Hak Asasi Manusia Riau Pekanbaru Tanggal 23 Februari 2008, Lihat Manuel G. Velasquez, “Business Ethics Consepts And Cares”, London: Prentice Hall International, 2002.

Edi Suharto, PekerjaSosial di DuniaIndustri, Memperkuat CSR, Bandung:CV. Alfabeta, 2009.

Definisi CSR Menurut, World Business Council on Sustainable Development. 

Ibrahim R, Prospek BUMN dan Kepentingan Umum, Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1996.

Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta: SinarGrafika, 2008.

Koran Tempo, Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Indonesia.Selasa, 26 September 2006.

Porter, Michael E. dan Mark R. Kramer.The Competitive Advantage of Corporate Phiilantropy, dalam Harvard Business Review, December, 2002.

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan: Tentang Perseroan Terbatas, Cetakan Ketiga, Bandung: Nuansa Aulia, 2012.

Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan,Bandung: PT. Mandar Maju, 2000.

Suharto, MemperkuatTanggungJawabSosial Perusahaan, Bandung:RefikaAditama, 2008.

Yoserwan,Hukum Ekonomi Indonesia Dalam Era Reformasi dan Globalisasi, Padang: Andalas University Press, 2006.

11