inspirasi bisnis -...

1
OLEH RATNA ARIYANTI Wartawan Bisnis Indonesia & CANDRA SETYA SANTOSO Kontributor Bisnis Indonesia P agi belum beranjak ketika keramaian kecil terpusat di Aula Sasono Wiwoho, kedia- man keluarga Mooryati Soedibyo, pendiri PT Mustika Ratu Tbk, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu, 12 Januari lalu. Sang empunya rumah tampak sumringah berbalut kebaya biru. Da- lam usia ke-83 tahun, stamina Moor- yati masih tampak prima. Senyum- nya mengembang. Sesekali ia menya- lami tamu yang datang dari beragam latar belakang; teman-teman Moor- yati saat mengambil S3 di Strategic Management Universitas Indonesia, orang-orang terdekat, dan keluarga. Jelang tengah hari, hadirin dibawa ke puncak acara. Mooryati secara resmi menyerahkan kepemimpinan puncak Mustika Ratu kepada anak keduanya Putri Kuswisnuwardani. Momen itu mengantarkan Mustika Ratu ke sejarah yang akan ditulis oleh generasi kedua. Penunjukan Put- ri tak datang dalam sekejap. Di anta- ra anak pasangan Mooryati dan al- marhum Soedibjo Purbo Hadiningrat lainnya -Djoko Ramiadji, Dewi Nur Handayani, Haryo Tejo Baskoro, dan Yuli Astuti-, Mooryati melihat Putri memiliki kemampuan dan kemauan. “Bisa dibilang saya mempersiap- kan Putri selama 25 tahun. Ia ber- gabung dengan perusahan dari level yang paling bawah. Pendidikannya juga sesuai dengan kebutuhan per- usahaan. Saya yakin bersamanya perusahaan bisa berkembang lebih baik,” ujarnya. Mooryati paham betul pentingnya suksesi dalam perusahaan keluarga. Ini topik yang ditekuninya dan ber- buah disertasi bertajuk “Kajian terha- dap Suksesi Kepemimpinan Puncak (CEO) Perusahaan Keluarga di Indo- nesia (Menurut Perspektif Penerus)”. Penelitian ini bertolak dari pen- dekatan manajemen strategi yang mengacu pada model yang disampai- kan Bob De Wit dan Ron Meyer. Suksesi menurut model ini mengacu pada tiga komponen, yaitu konteks, proses, sampai konten. Mooryati melakukan wawancara dengan delapan CEO penerus pada delapan perusahan di Jakarta. Ins- trumen penelitian kemudian disem- purnakan dengan uji coba pada 20 responden CEO perusahaan keluarga di Jakarta. Pengujian empiris dilaku- kan terhadap 170 responden perusa- haan keluarga dari berbagai industri di berbagai kota, seperti Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar. Dari sudut konteks, Mooryati me- milih penerus yang dapat beradaptasi dan meneruskan pengalaman dan pengetahuan serta tujuan perusahaan. Dari segi proses, Putri mengenali ber- bagai pengetahuan lingkungan dan kultur perusahaan. Adapun, tahapan konten berkaitan dengan kemampuan Putri mengelola perusahaan. Tak henti berinovasi Pengetahuan mengenai bahan-ba- han alami yang diolah untuk jamu dan perawatan kesehatan didapatkan Mooryati di balik tembok Keraton Kasunanan Surakarta. Mooryati, putri nomor tiga dari lima bersaudara. Ayahnya, Ario Poernomo Hadiningrat, adalah putra dari Bupati Demak Hadiningrat, yang masih saudara sepupu dengan pejuang perempuan Kartini. Ibunda Mooryati Gusti Raden Ayu Kussalbiyah adalah putri Pakoe Boewono (PB) X, Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sejarah Mustika Ratu berawal pada 1973. Bermula dari garasi di sebuah rumah di Jalan Sawo, ditempati Mooryati bersama suami yang bekerja di Departemen Perindustrian, Mustika Ratu kemudian pindah ke Ciracas, Jakarta Timur pada 1978. Pabrik perseroan berdiri pada 1981. Empat belas tahun berselang, per- seroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta, yang sekarang berganti menjadi Bursa Efek Indonesia. Dari hanya lima macam jamu -perawatan wanita, perawatan rema- ja putri, sedet saliro (pelangsing tubuh), sepetan sari (keputihan), kesepuhan (menopause), dan kos- metik tradisional, seperti mangir, bedak dingin, dan air mawar, kini perseroan memproduksi 600 produk. Inovasi juga mengantarkan perse- roan ke diversifikasi produk berupa spa dengan bendera Taman Sari Royal Heritage Spa yang tersebar di Jakarta, Yogyakarta, dan sejumlah kota besar lain. Tidak hanya mengg- arap pasar dalam negeri, perseroan juga merambah pasar luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Thai- land, Jepang, China, Rusia, Ceko, Bulgaria, Kanada, dan Afrika. Pembukaan gerai di luar negeri juga dapat dimanfaatkan sebagai wah- ana memasarkan produk-produk perse- roan untuk pasar ekspor. Tak ada gading yang tak retak. Pun demikian halnya dengan per- jalanan bisnis Mustika Ratu. Mooryati mengatakan bahwa penge- tahuan yang minim mengenai mana- jemen membuat kemajuan persero- an bergerak perlahan. “Mungkin kalau dulu saya lebih cepat menggunakan konsultan yang lebih paham, kemajuannya bisa lebih dari sekarang. Saya dulu tidak menggunakan ilmu apa-apa. Uang hasil penjualan misalnya ya lang- sung dipakai. Jangan tanya rencana bisnis, yang penting waktu itu usaha jalan saja sudah cukup,” paparnya. Rasa syukur Mooryati tetap penuh, terutama karena ia mampu mengantarkan perusahaan dalam keadaan yang baik pada generasi kedua, pada Putri. Pada periode Januari-September tahun lalu, penjualan tumbuh 4,14% menjadi Rp252,41 miliar di- bandingkan dengan Rp242,38 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Matang dengan pengalaman bis- nis, Mooryati juga masuk ke jagat politik. Ia mengaku ini merupakan salah satu upaya untuk meningkat- kan kesejahteraan perempuan. “Saya tidak ingin pendidikan pe- rempuan tertinggal. Perempuan juga harus berani berkarya dan menjadi sumber kehidupan bagi keluarga serta memberi manfaat untuk seki- tar,” katanya. Setelah resmi menyerahkan, per- hatian Mooryati kini terfokus pada Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial. Ia juga tercatat sebagai think tank World Entrepre- neurship Forum. Untuk Mooryati be- lum ada kata berhenti, kisah yang awalnya dirajut dari balik tembok keraton. ([email protected]/ [email protected]) Bagaimana awal mula mendiri- kan usaha jamu dan kosmetik tradisional? Saya ini bisa dibilang orang awam yang tidak dibina oleh orang tua un- tuk menjadi pengusaha. Pendidikan saya sangat tradisional, sangat kuno karena masa kecil saya dihabiskan di Keraton Kasunanan Surakarta. Eyang saya Paku Buwono X mendidik saya untuk bisa menguasai keterampilan sesuai dengan tradisi, misalnya menari Jawa, sastra, seni busana, dan seni karawitan. Di keraton, bahan-bahan alami dari biji pohon, akar, dan lain-lain secara turun temurun digunakan karena me- miliki khasiat untuk perawatan kese- hatan, penampilan, dan kesejahteraan lahir batin. Jadi kalau kemudian memilih usaha di bidang kosmetik bukan karena saya mendapat pendidikan dokter terus jadi ahli kecantikan kulit. Kenapa saya juga memproduksi kosmetik dan tidak hanya jamu? Pada masa kecil kan saya terbiasa menari. Saya terbiasa merias wajah saya sendiri dan mendandani putri-putri keraton setiap kali ada hendak menari untuk upacara atau ketika ada kunjungan tamu agung. Saya juga tidak dipersiapkan untuk mempelajari bisnis. Orang tua saya hanya menekankan agar saya men- jadi perempuan yang bisa melayani keluarga. Pada 1972, sebelum suami saya Soedibyo Purbo Hadiningrat pensiun dari Departemen Perindustrian, saya sudah minta izin pada Menteri Perindustrian, waktu itu Jenderal M. Jusuf, mengenai niat saya untuk berdagang setelah suami saya pensiun. Meski keluarga saya tidak memiliki latar belakang pebisnis, saya akhirnya bisa berdagang. Karena apa? Semua ber- kat jiwa entrepreneur- ship. Bisa diceritakan cikal bakal Mustika Ratu? Suami saya semasa hidup bekerja di Departemen Perindustrian. Saya aktif di Rukun Istri Departemen Perindustrian. Dari sini saya banyak berhu- bungan dengan Anda-Anda dan mulai mengajarkan mengenai perawatan kesehatan dengan ramuan alam yang dibuat sendiri. Waktu itu saya belum memasarkan produk. Saya ajarkan mereka mena- nam bahan-bahannya di pot, kebun kecil. Menanam apa saja, mulai dari kunyit, temu lawak, jahe, temu giring, apa saja bisa. Itu kan gampang sekali. Setelah itu Anda-Anda mulai meme- san jamu ke saya. Alasannya, ramuan yang mereka buat tidak sama hasilnya dengan yang saya ajarkan. Pesanan datang tanpa promosi. Berawal dari ja- mu, mereka kemudian bertanya peri- hal perawatan kecantikan. Saya juga memiliki pengetahuan mengenai hal itu. Jadi saya juga mulai membuat produk, seperti sampo dari merang dan lulur. Semua dikerjakan di garasi rumah yang juga menjadi tempat tinggal saya dan keluarga di Jalan Sawo. Produknya terbatas sekali, hanya tiga produk. Pertama kali dipasarkan mer- eknya T’s Beauty Secret. T itu dari Tati,nama panggilan saya di keluarga. Semua berlangsung pelan-pelan. Dari dua orang pekerja menjadi 50 orang pekerja. Suami awalnya sempat mengeluh karena lama-lama tidak ada privasi di rumah. Selain itu, bau jamu juga dikeluhkan tetangga. Apa saat-saat sulit yang dihada- pi dalam periode awal menjalankan usaha? Garasi tempat kami produksi awal- nya itu sudah seperti garasi ayam deh. Tapi prinsip saya waktu itu, yang penting bisa berproduksi. Saya ikut menumbuk sendiri bahan-bahan ja- munya. Karena menggunakan tangan, hasil buatannya yang tidak seragam juga menjadi kendala pada masa-masa awal produksi. Hasil tumbukan ada yang kasar, ada yang terlalu lembut. Untuk bikin sampo merang misalnya, prosesnya panjang sekali. Merang dibakar, setelah itu dikukus, sarinya dimasukkan dalam botol. Pembuatan penghalus kulit juga manual, misal- nya pembuatan air mawar yang mesti disuling. Sebelum dikirim, kualitas produk juga sering berubah saat disimpan. Bisa warnanya yang berubah atau air dan sari dari bahannya terpisah. Jadi banyak juga produk yang kembali. Jumlah produk yang laku lumayan, tapi yang dikembalikan juga banyak. Buat saya tidak masalah karena dalam hidup ada pengalaman naik dan turun. Pengalaman sulit bisa dile- wati dengan perjuangan. Kalau ada kemauan yang kuat saya yakin orang tidak akan menyerah. Masa kecil Anda dihabiskan di Keraton, lalu harus berjibaku un- tuk berusaha dan terlibat sendiri di proses produksi. Apa tidak ada perlawanan dari dalam hati? Saya tidak pernah berpikir bahwa karena saya dibesarkan di keraton lalu harus mengurus usaha ini. Wah kalau berpikir ke sana, nanti tidak bisa bekerja saya. Lupa mungkin ya. (Mooryati tertawa). Ayah saya itu putra dari Bupati Demak tapi selalu mengajarkan saya sikap sederhana. Bagaimana fase selanjutnya hingga sampai mendirikan pabrik? Karena garasi rumah sudah tidak memungkinkan, akhirnya tempat produksi pindah ke Ciracas pada 1978 di lokasi awal seluas 800 m 2 . Kami lalu mendirikan pabrik pada 1981. Modalnya sekitar Rp60 juta dari dana sendiri. Pelan-pelan mulai mendatang- kan mesin. Kerja saya ya merangkap, dari urusan keuangan, produksi, sampai marketing dan promosi. Saya dulu pernah memberi konsultasi kesehatan dan kecantikan dengan ramuan tradisional di surat kabar dan TVRI. Ini bermanfaat seba- gai sarana promosi gratis. Lama-lama produk berkembang, kami juga mem- bidik usaha lain yang masih terkait, yaitu bisnis spa. Bagaimana Anda memandang perjalanan Mustika Ratu? Dulu saya tidak pernah mengguna- kan konsultan. Jadi rasanya perkem- bangan perusahaan terasa begitu lama. Kalau lebih cepat melibatkan konsul- tan manajemen, perusahaan mungkin bisa lebih maju. Tapi tidak apa-apa, kan alon-alon asal kelakon. Karena saya juga tidak mengerti. Dulu enggak ngerti itu business plan, pengaturan uangnya bagaimana, untung rugi kalau investasi dengan dana sendiri dan pinjaman bank, return on invest- ment bagaimana. Tapi saya sangat mensyukuri apa yang saya dapatkan selama saya membangun perusahaan. Bersyukur karena saya bisa menerus- kan kepada generasi kedua dalam ke- adaan bagus, bukan dalam keadaan bubrah. Sekarang perusahaan makin berbe- nah. Bagian riset dan pengembangan diperkuat. Inovasi terus dilakukan. Kosmetik sekarang bervariasi. Lulur misalnya ada kocok, ada krim. Kami sadar bahwa kami harus berkembang sesuai dengan tren dan permintaan konsumen. Bagaimana Anda mempersiap- kan suksesi kepemimpinan di Mus- tika Ratu? Proses memilih Putri sebagai peng- ganti itu berlangsung lama. Setelah selesai S1, Putri ikut job training di perusahaan, lalu menjadi Kepala Departemen Promosi dan Periklanan pada 1986. Setelah mendapatkan pen- didikan Master of Business Adminis- tration dari National University Ingle- wood, California, Amerika Serikat, ka- rier Putri terus berkembang dari Ma- najer Keuangan, kemudian Wakil Pre- siden Direktur. Saya sudah tidak mengurusi operasional perusahaan dan menyerahkan kepada Putri. Saya juga meneliti peralihan kepe- mimpinan puncak di perusahaan ke- luarga sebagai bahan disertasi saya di S3 UI bidang Strategic Management di Universitas Indonesia. Dari sini saya belajar banyak mengenai suksesi. Se- lama membuat disertasi, referensi saya banyak. Saya sampai tidur ngeloni buku demi suksesi. Salah satu yang saya pakai adalah apa yang disampai- kan Bob De Wit dari University of Amsterdam bahwa sukses itu harus memperhatikan konteks, proses, dan konten. John P. Kotter, profesor dari Harvard Business School juga menekankan pentingnya faktor kepemimpinan. Maju atau mundurnya satu perusaha- an lebih bergantung pada kepemim- pinan. Jadi kalau ada perusahaan yang gagal, ya kepe- mimpinannya dilihat sa- ja. Itu sebabnya kepemimpinan harus dibina, disiapkan. Tidak bisa menda- dak. Mengapa saya memilih Putri? Kare- na dia mau dan mampu. Anak saya yang pertama Djoko Ramiadji misal- nya senangnya dengan konstruksi. Biasa menyemen jalan tol, ya tentu saja tidak mau diminta menyemen pipi. Putri juga bisa menerima pesan- pesan dari pendiri. Saya juga ikhlas. Kalau saya setengah-setengah menye- rahkannya, ya nanti tidak semua pe- ngetahuan diberikan. Putri juga sudah bersama saya selagi saya masih menja- lankan perusahaan. Jadi ada proses interaksi dan konsultasi. Saya berharap perusahaan dapat berjalan terus. Jangan seperti pepatah China: “The first generation worked very hard, the second generation lived like a king, the third generation had nothing left”. Mengapa Anda masuk ke dunia politik? Saat kampanye untuk kursi anggota DPD saya sedang menyusun disertasi di UI. Jadi aktivitas tidak terlalu padat, hanya riset saja. Setelah masuk DPD, saya terpilih menjadi Wakil Ketua MPR sekaligus anggota Panitia Ad Hoc III DPD, yang antara lain membidangi masalah pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan, terma- suk kesejahteraan perempuan. Tujuan saya untuk memperjuangkan kaum perempuan. Banyak perempuan yang memiliki kapasitas tapi tidak berani terlibat ke dunia politik. Memang modalnya adalah kemau- an, keberanian, dan kemampuan. Jangan sampai hanya berhenti pada keinginan saja. Kalau cuma ingin saja, mikir tok, mimpi tapi tidak bangun- bangun atau tidak bergerak, ya orang lain yang mengerjakan. Setelah suksesi kepemimpinan, apalagi mimpi Anda? Saya sekarang Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial. Saya juga think tank World Entrepreneurship Forum. Ini sudah tahun ketiga saya memberi- kan pengembangan entrepreneurship. Semua individu harus punya jiwa entrepreneurship. Gerakan untuk berkembang lebih maju dan bagaima- na bisa mengembangkan kemakmuran serta keadilan sosial. Saya berharap lebih banyak perempuan yang bisa berkarya, bisa maju. Sekarang kan sudah lebih mudah. Perempuan yang berkeluarga dan memiliki anak bisa bekerja di rumah karena teknologi informasi sudah sangat membantu. Selain itu, saya kan masih pendiri Mustika Ratu meski sudah suksesi. I’m still responsible for the business growth and sustanaibility of Mustika Ratu. Jadi saya masih membantu menangani riset dan pengembangan produk. Saya juga masih terlibat dalam rapat Dewan Komisaris. Pewawancara: Candra Setya Santoso/ Ratna Ariyanti/ Neneng Herbawati/ Abraham Runga Mali I NSPIRASI BISNIS 10 Bisnis Indonesia, Rabu, 26 Januari 2011 Mooryati Soedibyo Ngeloni buku demi suksesi BISNIS INDONESIA JAKARTA: Perjalanan Mooryati Soedibyo, pendiri PT Mustika Ratu Tbk, berawal dari bisnis rumahan yang memproduksi jamu dan produk perawatan kecantikan. Tak berhenti di situ saja, Mooryati lalu merambah ke dunia politik dengan berkiprah sebagai anggota Majelis Permusyawa- ratan Rakyat (MPR) periode 1997-1999 dan dilanjutkan dengan menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Provinsi DKI Jakarta sekaligus Wakil Ketua MPR pada periode 2004-2009. Mooryati juga berhasil mengantarkan Mustika Ratu pada ge- nerasi kedua. Pada 12 Januari lalu, Mooryati menyerahkan pim- pinan pucak perusahaan kepada anak keduanya Putri Kuswisnu Wardani. Berikut petikan wawancara dengan Mooryati perihal perjalan- an bisnis, kegiatan politik, dan kegiatan yang akan dilakoninya selepas suksesi kepemimpinan. Kelompok bisnis PT Mustika Ratu Tbk Sumber: Laporan Keuangan Mustika Ratu periode Januari-September 2010. Keterangan: *) Tidak aktif beroperasi. BISNIS/ADI PURDIYANTO PT Mustika Ratubuana International (Distribusi & perdagangan) Jakarta 1992 PT Mustika Ratu (M) Sdn. Bhd. Distribusi & perdagangan Malaysia 1993 PT Mustika Ratu Properties (M) Sdn. Bhd. Penyewaan properti Malaysia 1997 PT Mustika International Laboratories*) Distribusi & perdagangan Jakarta 1997 PT Paras Cantik Kenanga Distribusi & perdagangan Jakarta 2006 n Biografi Nama Lengkap : Mooryati Soedibyo Tempat / tanggal lahir : Surakarta, 5 Januari 1928 Riwayat pendidikan formal perguruan tinggi : Doktor (S3) Fakultas Ekonomi Dalam Ilmu Jurusan Ilmu Manajemen Stratejik, Universitas Indonesia (Mei 2007) S2 Program Studi Linguistik Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta (Maret 2003) S1 Universitas Terbuka Jakarta Jurusan Sastra Inggris (Okt. 2000) Universitas Saraswati Surakarta Program Diploma (1954) Dari balik tembok keraton

Upload: doandang

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: INSPIRASI BISNIS - ftp.unpad.ac.idftp.unpad.ac.id/koran/bisnis/2011-01-26/bisnis_2011-01-26_010.pdf · Kasunanan Surakarta. Mooryati, putri nomor tiga dari ... putri-putri keraton

OLEH RATNA ARIYANTI Wartawan Bisnis Indonesia

& CANDRA SETYA SANTOSOKontributor Bisnis Indonesia

Pagi belum beranjak ketika keramaian kecil terpusat di Aula Sasono Wiwoho, kedia-man keluarga Mooryati

Soedibyo, pendiri PT Mustika Ratu Tbk, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu, 12 Januari lalu.

Sang empunya rumah tampak sum ringah berbalut kebaya biru. Da -lam usia ke-83 tahun, stamina Moor-yati masih tampak prima. Senyum-nya mengembang. Sesekali ia me nya-lami tamu yang datang dari beragam latar belakang; teman-teman Moor-yati saat mengambil S3 di Stra tegic Management Universitas Indo nesia, orang-orang terdekat, dan ke luarga.

Jelang tengah hari, hadirin dibawa ke puncak acara. Mooryati secara resmi menyerahkan kepemimpinan puncak Mustika Ratu kepada anak keduanya Putri Kuswisnuwardani.

Momen itu mengantarkan Mustika Ratu ke sejarah yang akan ditulis oleh generasi kedua. Penunjukan Put -ri tak datang dalam sekejap. Di anta-ra anak pasangan Mooryati dan al -marhum Soedibjo Purbo Hadi ningrat lainnya -Djoko Ramiadji, Dewi Nur Handayani, Haryo Tejo Baskoro, dan Yuli Astuti-, Mooryati melihat Putri memiliki kemampuan dan kemauan.

“Bisa dibilang saya mempersiap-kan Putri selama 25 tahun. Ia ber-gabung dengan perusahan dari level yang paling bawah. Pendidikannya juga sesuai dengan kebutuhan per-usahaan. Saya yakin bersamanya perusahaan bisa berkembang lebih baik,” ujarnya.

Mooryati paham betul pentingnya suksesi dalam perusahaan keluarga. Ini topik yang ditekuninya dan ber-buah disertasi bertajuk “Kajian terha-dap Suksesi Kepemimpinan Pun cak (CEO) Perusahaan Keluarga di In do-nesia (Menurut Perspektif Pe nerus)”.

Penelitian ini bertolak dari pe n -dekatan manajemen strategi yang mengacu pada model yang disampai-kan Bob De Wit dan Ron Meyer. Suksesi menurut model ini mengacu pada tiga komponen, yaitu konteks, proses, sampai konten.

Mooryati melakukan wawancara dengan delapan CEO penerus pada delapan perusahan di Jakarta. Ins-tru men penelitian kemudian disem-purnakan dengan uji coba pada 20 responden CEO perusahaan keluarga di Jakarta. Pengujian empiris dilaku-kan terhadap 170 responden perusa-haan keluarga dari berbagai industri di berbagai kota, seperti Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Dari sudut konteks, Mooryati me -milih penerus yang dapat beradaptasi dan meneruskan pengalaman dan pengetahuan serta tujuan perusahaan. Dari segi proses, Putri mengenali ber-bagai pengetahuan lingkungan dan kultur perusahaan. Adapun, ta hapan konten berkaitan dengan ke mam puan Putri mengelola perusahaan.

Tak henti berinovasiPengetahuan mengenai bahan-ba -

han alami yang diolah untuk jamu dan perawatan kesehatan didapatkan Mooryati di balik tembok Keraton Kasunanan Surakarta.

Mooryati, putri nomor tiga dari lima bersaudara. Ayahnya, Ario Poernomo Hadiningrat, adalah putra dari Bupati Demak Hadiningrat,

yang masih saudara sepupu dengan pejuang perempuan Kartini. Ibunda Mooryati Gusti Raden Ayu Kussalbiyah adalah putri Pakoe Boewono (PB) X, Raja Ka sunanan Surakarta Hadiningrat.

Sejarah Mustika Ratu berawal pada 1973. Bermula dari garasi di sebuah rumah di Jalan Sawo, ditempati Mooryati bersama suami yang bekerja di Departemen Perindustrian, Mustika Ratu kemudian pindah ke Ciracas, Jakarta Timur pada 1978. Pabrik perseroan berdiri pada 1981.

Empat belas tahun berselang, per-seroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta, yang sekarang berganti menjadi Bursa Efek Indonesia.

Dari hanya lima macam jamu -perawatan wanita, perawatan rema-ja putri, sedet saliro (pelangsing tubuh), sepetan sari (keputihan), kesepuhan (menopause), dan kos-metik tradisional, seperti mangir, bedak dingin, dan air mawar, kini perseroan memproduksi 600 produk.

Inovasi juga mengantarkan perse-roan ke diversifikasi produk berupa spa dengan bendera Taman Sari Royal Heritage Spa yang tersebar di Jakarta, Yogyakarta, dan sejumlah kota besar lain. Tidak hanya mengg-arap pasar dalam negeri, perseroan juga merambah pasar luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Thai-land, Jepang, China, Rusia, Ceko, Bulgaria, Kanada, dan Afrika.

Pembukaan gerai di luar negeri juga dapat dimanfaatkan sebagai

wah-ana

memasarkan produk-produk perse-roan untuk pasar ekspor.

Tak ada gading yang tak retak. Pun demikian halnya dengan per-jalanan bisnis Mustika Ratu. Mooryati mengatakan bahwa penge-tahuan yang minim mengenai mana-jemen membuat kemajuan persero-an bergerak perlahan.

“Mungkin kalau dulu saya lebih cepat menggunakan konsultan yang lebih paham, kemajuannya bisa lebih dari sekarang. Saya dulu tidak menggunakan ilmu apa-apa. Uang hasil penjualan misalnya ya lang-sung dipakai. Jangan tanya rencana

bisnis, yang penting waktu itu usaha jalan saja sudah

cukup,” paparnya.Rasa syukur Mooryati tetap

penuh, terutama karena ia mampu mengantarkan perusahaan dalam keadaan yang baik pada generasi kedua, pada Putri.

Pada periode Januari-September tahun lalu, penjualan tumbuh 4,14% menjadi Rp252,41 miliar di -bandingkan dengan Rp242,38 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Matang dengan pengalaman bis-nis, Mooryati juga masuk ke jagat politik. Ia mengaku ini merupakan salah satu upaya untuk meningkat-kan kesejahteraan perempuan.

“Saya tidak ingin pendidikan pe -rempuan tertinggal. Perempuan juga harus berani berkarya dan menjadi sumber kehidupan bagi keluarga serta memberi manfaat untuk seki-tar,” katanya.

Setelah resmi menyerahkan, per-hatian Mooryati kini terfokus pada Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial. Ia juga tercatat sebagai think tank World Entre pre-neurship Forum. Untuk Mooryati be -lum ada kata berhenti, kisah yang awalnya dirajut dari balik tembok keraton. ([email protected]/[email protected])

Bagaimana awal mula mendiri-kan usaha jamu dan kosmetik tradisional?

Saya ini bisa dibilang orang awam yang tidak dibina oleh orang tua un -tuk menjadi pengusaha. Pendidikan say a sangat tradisional, sangat kuno karena masa kecil saya dihabiskan di Keraton Kasunanan Surakarta. Eyang saya Paku Buwono X mendidik saya untuk bisa menguasai keterampilan sesuai dengan tradisi, misalnya menari Jawa, sastra, seni busana, dan seni karawitan.

Di keraton, bahan-bahan alami dari biji pohon, akar, dan lain-lain secara tu run temurun digunakan karena me -mi liki khasiat untuk perawatan kese-hatan, penampilan, dan kesejahteraan lahir batin.

Jadi kalau kemudian memilih usaha di bidang kosmetik bukan karena saya mendapat pendidikan dokter terus jadi ahli kecantikan kulit. Kenapa saya j u ga memproduksi kosmetik dan tidak hanya jamu? Pada masa kecil kan saya terbiasa menari. Saya terbiasa merias

wajah saya sendiri dan mendandani putri-putri keraton setiap kali ada

hendak menari untuk upacara atau ketika ada kunjungan tamu agung.

Saya juga tidak dipersiapkan untuk mempelajari bisnis. Orang tua saya hanya menekankan agar saya men-jadi perempuan yang bisa melayani keluarga. Pada 1972, sebelum suami saya Soedibyo Purbo Hadiningrat pensiun dari Departemen Perindustrian, saya sudah minta izin pada Menteri Per in dustrian, waktu itu Jenderal M. Jusuf, mengenai niat saya untuk berdagang setelah suami saya pensiun.

Meski keluarga saya tidak memiliki latar

belakang pebisnis, saya akhirnya bisa berdagang. Karena apa? Semua ber-kat jiwa entrepreneur-ship.

Bisa diceritakan cikal bakal Mustika Ratu?

Suami saya semasa hidup bekerja di

Departemen Perindustrian. Saya aktif di Rukun Istri Departemen Perindustrian.

Dari sini saya banyak berhu-bungan dengan Anda-Anda dan mulai mengajarkan mengenai perawatan kesehatan dengan

ramuan alam yang dibuat sendiri. Waktu itu saya belum memasarkan produk. Saya ajarkan mereka mena-nam bahan-bahannya di pot, kebun kecil. Menanam apa saja, mulai dari kunyit, temu la wak, jahe, temu giring, apa saja bisa. Itu kan gampang sekali.

Setelah itu Anda-Anda mulai meme-san jamu ke saya. Alasannya, ramuan yang mereka buat tidak sama hasilnya dengan yang saya ajarkan. Pesanan

da tang tanpa promosi. Berawal dari ja -mu, mereka kemudian bertanya peri-hal perawatan kecantikan. Saya juga memiliki pengetahuan mengenai hal itu. Jadi saya juga mulai membuat produk, seperti sampo dari merang dan lulur.

Semua dikerjakan di garasi ru mah yang juga menjadi tempat tinggal saya dan keluarga di Jalan Sawo. Produknya terbatas sekali, hanya tiga produk. Per tama kali dipasarkan mer-eknya T’s Beauty Secret. T itu dari Tati,nama panggilan saya di ke luarga.

Semua berlangsung pelan-pe lan. Dari dua orang pekerja menjadi 50 orang pekerja. Suami awalnya sempat mengeluh karena lama-lama tidak ada privasi di rumah. Selain itu, bau jamu juga dikeluhkan tetangga.

Apa saat-saat sulit yang dihada-pi dalam periode awal menjalankan usaha?

Garasi tempat kami produksi awal-nya itu sudah seperti garasi ayam deh. Tapi prinsip saya waktu itu, yang penting bisa berproduksi. Saya ikut me numbuk sendiri bahan-bahan ja -munya.

Karena menggunakan tangan, hasil buatannya yang tidak seragam juga menjadi kendala pada masa-masa awal produksi. Hasil tumbukan ada yang kasar, ada yang terlalu lembut. Untuk bikin sampo merang misalnya, prosesnya panjang sekali. Merang dibakar, setelah itu dikukus, sarinya dimasukkan dalam botol. Pembuatan penghalus kulit juga manual, misal-nya pembuatan air ma war yang mesti disu ling.

Sebelum diki rim, kualitas pro duk juga sering berubah saat disimpan. Bisa warnanya yang berubah atau air dan sari dari ba hannya terpisah. Jadi banyak juga produk yang kembali. Jumlah produk yang laku lumayan, tapi yang dikembalikan juga ba nyak.

Buat sa ya tidak masalah karena dalam hi dup ada pengalaman naik dan turun. Pengalaman sulit bisa dile-wati dengan perjuangan. Kalau ada kemauan yang kuat saya yakin orang tidak akan menyerah.

Masa kecil Anda dihabiskan di Keraton, lalu harus berjibaku un -tuk berusaha dan terlibat sendiri di proses produksi. Apa tidak ada perlawanan dari dalam hati?

Saya tidak pernah berpikir bahwa karena saya dibesarkan di keraton lalu harus mengurus usaha ini. Wah kalau berpikir ke sana, nanti tidak bisa bekerja saya. Lupa mungkin ya. (Mooryati tertawa). Ayah saya itu putra dari Bu pati Demak tapi selalu mengajarkan saya sikap sederhana.

Bagaimana fase selanjutnya hingga sampai mendirikan pabrik?

Karena garasi rumah sudah tidak memungkinkan, akhirnya tempat produksi pindah ke Ciracas pada 1978 di lokasi awal seluas 800 m2. Kami lalu mendirikan pabrik pada 1981. Mo dalnya sekitar Rp60 juta dari dana sendiri. Pelan-pelan mulai mendatang-kan mesin. Kerja saya ya merangkap, dari urusan keuangan, produksi, sampai marketing dan promosi.

Saya dulu pernah memberi

konsultasi kesehatan dan kecantikan dengan ramuan tradisional di surat kabar dan TVRI. Ini bermanfaat seba-gai sarana promosi gratis. Lama-lama produk berkembang, kami juga mem-bidik usaha lain yang masih terkait, yaitu bisnis spa.

Bagaimana Anda memandang perjalanan Mustika Ratu?

Dulu saya tidak pernah mengguna -kan konsultan. Jadi rasanya perkem-bangan perusahaan terasa begitu lama. Kalau lebih cepat melibatkan konsul-tan manajemen, perusahaan mungkin bisa lebih maju. Tapi tidak apa-apa, kan alon-alon asal kelakon. Karena saya juga tidak mengerti. Dulu enggak ngerti itu business plan, pengaturan uangnya bagaimana, untung rugi kalau investasi dengan dana sendiri dan pinjaman bank, return on invest-ment bagaimana. Tapi saya sangat mensyukuri apa yang saya dapatkan selama saya membangun perusahaan. Bersyukur karena saya bisa menerus-kan kepada generasi kedua dalam ke -adaan bagus, bukan dalam keadaan bubrah.

Sekarang perusahaan makin berbe-nah. Bagian riset dan pengembangan diperkuat. Inovasi terus dilakukan. Kosmetik sekarang bervariasi. Lulur misalnya ada kocok, ada krim. Kami sadar bahwa kami harus berkembang sesuai dengan tren dan permintaan konsumen.

Bagaimana Anda mempersiap-kan suksesi kepemimpinan di Mus-tika Ratu?

Proses memilih Putri sebagai peng-ganti itu berlangsung lama. Setelah selesai S1, Putri ikut job training di perusahaan, lalu menjadi Kepala Departemen Promosi dan Periklanan pa da 1986. Setelah mendapatkan pen -di dikan Master of Business Admi nis-tration dari National University Ing le-wood, California, Amerika Serikat, ka -rier Putri terus berkembang dari Ma -na jer Keuangan, kemudian Wakil Pre-siden Direktur. Saya sudah tidak meng urusi operasional perusahaan dan menyerahkan kepada Putri.

Saya juga meneliti peralihan kepe-mim pinan puncak di perusahaan ke -luar ga sebagai bahan disertasi saya di S3 UI bidang Strategic Management di Universitas Indonesia. Dari sini saya belajar banyak mengenai suksesi. Se -lama membuat disertasi, referensi saya ba nyak. Saya sampai tidur ngeloni bu ku demi suksesi. Salah satu yang saya pakai adalah apa yang disampai-kan Bob De Wit dari University of Amsterdam bahwa sukses itu harus memperhatikan konteks, proses, dan konten.

John P. Kotter, profesor dari Harvard Business School juga menekankan pen tingnya faktor kepemimpinan. Ma ju atau mundurnya satu perusaha-an lebih bergantung pada kepemim-pinan. Jadi kalau ada perusahaan yang gagal, ya kepe- mimpinannya dilihat sa -

ja. Itu sebabnya kepemimpinan ha rus dibina, disiapkan. Tidak bisa menda-dak.

Mengapa saya memilih Putri? Ka re-na dia mau dan mampu. Anak saya yang pertama Djoko Ramiadji misal-nya senangnya dengan konstruksi. Biasa menyemen jalan tol, ya tentu sa ja tidak mau diminta menyemen pipi. Putri juga bisa menerima pesan-pesan dari pendiri. Saya juga ikhlas. Ka lau saya setengah-setengah menye-rahkannya, ya nanti tidak semua pe -ngetahuan diberikan. Putri juga sudah bersama saya selagi saya masih menja-lankan perusahaan. Jadi ada proses interaksi dan konsultasi.

Saya berharap perusahaan dapat berjalan terus. Jangan seperti pepatah China: “The first generation worked very hard, the second generation lived like a king, the third generation had nothing left”.

Mengapa Anda masuk ke dunia politik?

Saat kampanye untuk kursi anggota DPD saya sedang menyusun disertasi di UI. Jadi aktivitas tidak terlalu padat, hanya riset saja. Setelah masuk DPD, saya terpilih menjadi Wakil Ketua MPR sekaligus anggota

Panitia Ad Hoc III DPD, yang antara lain membidangi masalah pen didikan, kesehatan, dan kesejahteraan, terma-suk kesejahteraan perempuan. Tujuan saya untuk memperjuangkan kaum perempuan. Banyak perempuan yang memiliki kapasitas tapi tidak berani terlibat ke dunia politik.

Memang modalnya adalah kemau-an, keberanian, dan kemampuan. Jangan sampai hanya berhenti pada keinginan saja. Kalau cuma ingin saja, mikir tok, mimpi tapi tidak bangun-bangun atau tidak bergerak, ya orang lain yang mengerjakan.

Setelah suksesi kepemimpinan, apalagi mimpi Anda?

Saya sekarang Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial. Saya juga think tank World Entrepreneurship Forum. Ini sudah tahun ketiga saya memberi-kan pengembangan entrepreneurship. Semua individu harus punya jiwa entrepreneurship. Gerakan untuk berkembang lebih maju dan bagaima-na bisa mengembangkan kemakmuran serta keadilan sosial. Saya berharap lebih banyak perempuan yang bisa berkarya, bisa maju. Sekarang kan sudah lebih mudah. Perempuan yang berkeluarga dan memiliki anak bisa bekerja di rumah karena teknologi informasi sudah sangat membantu.

Selain itu, saya kan masih pendiri Mustika Ratu meski sudah suksesi.

I’m still responsible for the business growth and sustanaibility of Mustika Ratu. Jadi saya masih membantu menangani riset dan pengembangan produk. Saya juga masih terlibat dalam rapat Dewan Komisaris.

Pewawancara: Candra Setya Santoso/ Ratna Ariyanti/

Neneng Herbawati/Abraham Runga Mali

INSPIRASI BISNIS10 Bisnis Indonesia, Rabu, 26 Januari 2011

Mooryati Soedibyo

Ngeloni buku demi suksesiBISNIS INDONESIA

JAKARTA: Perjalanan Mooryati Soedibyo, pendiri PT Mustika Ratu Tbk, berawal dari bisnis rumahan yang memproduksi jamu dan produk perawatan kecantikan.

Tak berhenti di situ saja, Mooryati lalu merambah ke dunia politik dengan berkiprah sebagai anggota Majelis Permusya wa-rat an Rakyat (MPR) periode 1997-1999 dan dilanjutkan dengan menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Provinsi DKI Jakarta sekaligus Wakil Ketua MPR pada periode 2004-2009.

Mooryati juga berhasil mengantarkan Mustika Ratu pada ge -ne rasi kedua. Pada 12 Januari lalu, Mooryati menyerahkan pim-pinan pucak perusahaan kepada anak keduanya Putri Kuswisnu Wardani.

Berikut petikan wawancara dengan Mooryati perihal perjalan-an bisnis, kegiatan politik, dan kegiatan yang akan dilakoninya selepas suksesi kepemimpinan.

Kelompok bisnisPT Mustika Ratu Tbk

Sumber: Laporan Keuangan Mustika Ratu periode Januari-September 2010.Keterangan: *) Tidak aktif beroperasi.

BISNIS/ADI PURDIYANTO

PT Mustika RatubuanaInternational

(Distribusi & perdagangan)Jakarta 1992

PT Mustika Ratu(M) Sdn. Bhd.

Distribusi & perdaganganMalaysia 1993PT Mustika Ratu

Properties (M) Sdn. Bhd.Penyewaan properti

Malaysia 1997

PT Mustika InternationalLaboratories*)

Distribusi & perdaganganJakarta 1997

PT Paras CantikKenanga

Distribusi & perdaganganJakarta 2006

n

Biografi

Nama Lengkap : Mooryati SoedibyoTempat / tanggal lahir : Surakarta, 5 Januari 1928Riwayat pendidikan formal perguruan tinggi : • Doktor (S3) Fakultas Ekonomi Dalam Ilmu Jurusan Ilmu Manajemen Stratejik, Universitas Indonesia (Mei 2007) • S2 Program Studi Linguistik Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta (Maret 2003) • S1 Universitas Terbuka Jakarta Jurusan Sastra Inggris (Okt. 2000) • Universitas Saraswati Surakarta Program Diploma (1954)

Dari balik tembok keraton

HAL10-03-260111 e-PAPER 1/25/11 23:33 Page 2