proteksi - ftp.unpad.ac.idftp.unpad.ac.id/koran/bisnis/2011-01-26/bisnis_2011-01-26_005.pdfyang...

1
A SURANSI & P EMBIAYAAN 5 Bisnis Indonesia, Rabu, 26 Januari 2011 PROTEKSI Verena ganti nama JAKARTA: PT Verena Oto Finance Tbk resmi mengganti nama perseroan menjadi PT Verena Multifinance Tbk setelah men- dapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan pada Januari ini. Perubahan nama sudah diajukan perseroan sejak 2010. Direktur Verena Multifinance Andi Harjono mengatakan perubahan nama ter- sebut guna membentuk citra baru persero- an dalam menghadapi persaingan bisnis pada tahun ini. “Kami sudah resmi ganti nama, sekarang jadi Verena Multifinance dari sebelumnya Verena Oto Finance untuk lebih meningkat- kan citra perseroan dalam menghadapi per- saingan bisnis ini,” katanya di Jakarta, kemarin. Dia mengatakan perseroan mampu menyalurkan pembiayaan baru pada tahun lalu mencapai Rp1,3 triliun seiring dengan pertumbuhan pembiayaan baru khususnya permintaan kendaraan roda empat bekas. (BISNIS/MTS) ASF cetak kredit Rp16 triliun JAKARTA: PT Astra Sedaya Finance membukukan penyaluran pembiayaan baru mencapai Rp16,6 triliun pada tahun lalu atau setara dengan kredit 115.000 unit ken- daraan bermotor. Direktur Utama ASF Djony Bunarto Tjondro mengatakan kinerja perseroan mencapai rekor pembiayaan pada tahun lalu seiring dengan total pembiayaan yang cukup tinggi. “Total pembiayaan pada tahun lalu men- capai Rp16,6 triliun atau setara dengan 115.000 unit. Penyaluran pembiayaan itu naik dari tahun sebelumnya, yaitu 93.000 unit kendaraan,” katanya dalam paparan publik obligasi, kemarin. (BISNIS/MTS) Regulator butuh tenaga ahli JAKARTA: Regulator diminta menye- diakan lebih banyak tenaga ahli, menyusul revisi UU No. 2/1992 tentang Usaha Perasuransian yang direncanakan memberi kewenangan lebih besar bagi regulator untuk melakukan intervensi. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Stephen B. Juwono me- ngatakan untuk dapat melakukan intervensi sampai pada aktivitas bisnis perusahaan regulator harus memiliki tenaga ahli. “Kalau saya lebih melihat positifnya agar aktivitas industri ke depan dapat lebih baik dan selalu dalam koridor yang benar, tetapi harus dipertimbangkan untuk menambah tenaga ahli di Biro Perasuransian,” ujarnya, baru-baru ini. (BISNIS/04) BISNIS INDONESIA JAKARTA: PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) menargetkan dana investasi pada tahun ini mencapai Rp115 triliun, naik 17,34% dibanding- kan dengan realisasi sepanjang 2010 sebesar Rp98 triliun. Direktur Investasi Jamsostek Elvyn G Massasya mengatakan komposisi dana investasi tersebut meliputi obligasi 44%-48%, deposito 28%-31%, saham 20%- 22%, reksa dana 4%-8%, sisanya pada penyertaan dan properti. Menurut dia, rencana investasi tersebut masih sesuai dengan amanat PP No. 22/2004 tentang Pengelolaan dan Investasi Dana Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Dalam ketentuan itu Jamsostek diperbolehkan menggunakan delapan instrumen investasi, yaitu deposito, surat utang nega- ra, surat utang korporasi, saham, penyertaan langsung, properti, reksa dana, dan repo. “Tahun ini kami meningkatkan investasi menjadi Rp115 triliun. Untuk investasi di saham kami mengalokasikan sebesar 20%- 22%, antara lain untuk menyerap rights issue (penawaran umum terbatas) Bank Mandiri, serta pembelian saham-saham IPO [ Initial Public Offering] BUMN,” ujarnya, kemarin. Elvyn menuturkan untuk me- nyerap rencana right issue Bank Mandiri pihaknya mengaku telah menyiapkan dana sebesar Rp750 miliar-Rp1 triliun. Saat ini, Bank Mandiri sendiri masih dalam posisi book building (proses penawaran). Adapun, investasi saham IPO antara lain ditujukan pada saham perdana PT Garuda Indonesia. Rencana investasi pada saham perdana Garuda itu karena perusahaan itu yang dinilai tidak memiliki kompetitor di bursa, serta dinilai memiliki prospek ke depan yang sangat bagus. Namun, hingga kini pihaknya belum menentukan berapa besar- an dana yang dialokasikan untuk menyerap saham perdana Garuda tersebut, karena harga penawar- annya juga belum diketahui. “Sudah pasti kami akan beli saham IPO Garuda, tetapi berapa yang disiapkan saya belum bisa katakan. Nilainya masih dihi- tung, tergantung nanti harga sa- hamnya berapa. Untuk investasi itu, Jamsostek tidak perlu me- minta izin Kementerian BUMN,” jelasnya. Selain rencana menanamkan modal di dua perusahaan BUMN tersebut, Elvyn menyatakan Jamsostek juga hendak memba- ngun rencana investasi penyerta- an langsung dalam bentuk Jamsostek Incorporated. Jamsostek Incorporated terse- but merupakan rencana investasi yang digagas dengan penanaman modal Jamsostek pada tujuh perusahaan di lini bisnis yang ber- beda dalam bentuk penyertaan. Tujuh lini bisnis tersebut meli- puti investasi, pelayanan kesehat- an, perbankan (bank pekerja), jasa perusahaan, reasuransi, properti, serta pembiayaan perumahan. Investasi Jamsostek Incorpora- ted yang mulai digarap pada ta- hun ini adalah Jamsostek Invest- ment Company (bisnis investasi) dan Health Provider (bisnis pela- yanan kesehatan). “Mulai digarap tahun ini. Pembentukannya lebih ditujukan untuk menunjang bisnis inti perse- roan, terlebih sebagai sarana untuk menyalurkan dan mengembalikan keuntungan yang diperoleh kepa- da peserta,” katanya. Elvyn menambahkan pada ta- hun ini juga Jamsostek juga akan segera merealisasikan rencana investasinya di bidang properti berupa gedung perkantoran, dengan nilai investasi sebesar Rp500 miliar. (04) (redaksi@bisnis. co.id) OLEH M. TAHIR SALEH Bisnis Indonesia JAKARTA: PT First Indo American Leasing (First Finance) memasang target pembiayaan baru hingga Rp1,6 triliun me- ningkat 60% dibandingkan de- ngan pencapaian pembiayaan pada tahun lalu yang nyaris me- nyentuh Rp1 triliun. Direktur First Finance Herman Suwinta mengatakan dampak positif pertumbuhan ekonomi khususnya di daerah-daerah yang kaya komoditas mampu mendorong pertumbuhan bisnis pembiayaan termasuk perseroan. “Daya beli masyarakat cukup baik sepanjang tahun lalu sehingga permintaan kredit ken- daraan roda empat juga tetap tinggi. Ini mendorong penyalur- an pembiayaan atau booking kami naik tajam,” katanya kepa- da Bisnis, baru-baru ini. Herman mengatakan sepan- jang tahun lalu, perseroan mem- bukukan booking Rp985 miliar naik 114% dibandingkan dengan raihan pada 2009 sebesar Rp460 miliar. Kenaikan tersebut seiring dengan langkah perseroan mengencangkan penetrasi bisnis ke sejumlah wilayah dengan pembukaan cabang baru. Hingga Desember 2010, First Finance yang pada akhir tahun lalu mengganti logo baru perusahaan itu memiliki 35 cabang yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Herman mengatakan fokus bis- nis perseroan pada tahun ini tetap dipertahankan pada segmen pem- biayaan mobil bekas baik penum- pang maupun komersial. Hal itu lantaran pasar mobil bekas masih cukup lebar dan belum dimaksi- malkan oleh multifinance. “Bisa dikatakan ‘kue’ pembia- yaan mobil bekas masih besar meski jumlah perusahaan pem- biayaan segmen mobil bekas juga tak sedikit. Tapi pasarnya masih besar sehingga peluang tetap ada,” katanya. Direktur Utama First Finance Sumartono Mardjuki dalam kesempatan terpisah mengata- kan kinerja perseroan cukup baik pada tahun lalu seiring dengan kenaikan harga komoditas seperti minyak sawit dan karet sehingga imbasnya bisa dirasakan sejum- lah multifinance yang fokus bis- nisnya ada di luar Pulau Jawa. Pada awal tahun ini, perseroan menyatakan rencana pelepasan saham perdana atau initial pub- lic offering/IPO pada tahun ini ditunda untuk sementara meng- ingat perseroan menitikberatkan terlebih dahulu pada peningkat- kan aset. Kini perseroan bertekad me- ningkatkan aset perseroan yang saat ini hampir mencapai Rp1 triliun setelah itu baru menjajaki IPO sekaligus juga dengan emisi penerbitan obligasi. Herman mengatakan pada saat ini dukungan dana ekspansi bis- nis perseroan yang diperoleh dari sejumlah bank tetap ada dan terus bertambah mengingat likuiditas moneter masih baik. Hal itu juga merupakan salah satu alasan penundaan rencana perseroan list- ing di Bursa Efek Indonesia. BISNIS/ENDANG MUCHTAR LABA ALLIANZ: Seorang karyawati menjelaskan produk PT Asuransi Allianz life Indonesia dalam pameran yang digelar salah satu hotel berbintang di Jakarta, kemarin. Perusahaan asuransi tersebut hingga September 2010 melaporkan pertumbuhan laba sebelum pajak Rp362,9 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp188,2 miliar. Aset juga bertumbuh lebih dari 46% menjadi Rp 11,06 triliun, sedangkan rasio solvabilitas berada pada level 579%. First Finance kejar kenaikan pembiayaan 60% Jamsostek tambah investasi Pembelian saham dapat porsi 22% BUMN Asuransi tak bisa jadi BPJS BISNIS INDONESIA JAKARTA: Empat BUMN asuransi dinilai tak bisa menjadi pewaris tahta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), menyusul pembatalan pasal penunjukan penye- lenggara jaminan sosial dalam UU SJSN. Pasal tersebut adalah Pasal 5 Ayat 2 dan 3 UU No. 40/2004 tentang Sis- tem Jaminan Sosial Na- sional (SJSN). Wakil Ketua Pansus RUU BPJS Surya Chandra mengatakan pembatalan Pasal 5 UU SJSN tersebut ditetapkan lewat keputus- an Mahkamah Konstitusi No. 7/2005 yang menye- babkan empat BUMN asu- ransi itu tidak bisa menjadi BPJS. Pasal 5 Ayat (2) UU SJSN menyatakan sejak berlaku- nya UU ini penyelenggara jaminan sosial yang ada dinyatakan sebagai BPJS menurut UU ini. Adapun, Pasal 5 Ayat (3) UU SJSN menyatakan BPJS yang dimaksud adalah PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), PT Asuransi Kesehatan (Askes), PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) dan PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen). Menurut dia, hal itu mengingat latar belakang pengaturan yang berbeda terkait dengan eksistensi- nya sebagai perusahaan asuransi pelat merah. UU SJSN memberi sejumlah ketentuan BPJS, terutama sebagai lembaga nirlaba, wali amanat, dan pesertanya seluruh rakyat indonesia. Namun, peluang untuk menjadikan empat BUMN asuransi sebagai BPJS dini- lai masih terbuka dengan penyesuaian kinerja secara bertahap selama lima tahun yang juga diatur dalam Pasal 52 UU SJSN. Pasal 52 UU SJSN menyatakan semua keten- tuan yang mengatur ten- tang BPJS disesuaikan dengan UU ini paling lam- bat 5 tahun sejak UU ini diundangkan. “Empat BUMN asuransi itu bukan pewaris tahta BPJS karena Keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan pasal 5 UU SJSN. Akan tetapi, dalam pasal 52 masih terbuka peluang dengan penye- suaian. Itu yang harus dia- tur dengan UU tersendiri,” ujarnya, dalam diskusi Format Ideal Dana Jaminan Sosial yang diselenggara- kan Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia (AASI), kemarin. Hingga kini pembahasan RUU BPJS masih menyi- sakan persoalan mengenai tiga substansi pokok meli- puti apakah BPJS itu BUMN asuransi atau bukan, BPJS tunggal atau majemuk, dan RUU BPJS sebatas penetapan atau sekaligus pengaturan. Wakil Ketua Komisi VI DPR Nurdin Tampubolon menyatakan RUU BPJS tidak bisa sebatas penetap- an, tetapi harus sekaligus mengakomodasi tentang pengaturannya. “Dibutuhkan pengaturan dalam BPJS yang nantinya digunakan sebagai petun- juk pelaksanaan agar tidak terjadi multitafsir dalam pelaksanaannya,” katanya. Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Sjukur Sarto menyatakan perwakilan pekerja secara tegas meno- lak diberlakukannya BPJS tunggal. Hal itu terutama terkait dengan dana jami- nan pekerja yang selama ini telah dikelola oleh Jamsostek. Ketua Apindo Sofjan Wanandi mengungkapkan UU No.40/2004 sejak awal dikeluarkan sudah menye- babkan sejumlah masalah. Hal itulah yang kemudian menjadikan penerapannya belum bisa dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. (04) Aset Dana Pensiun Telkom tumbuh 12,5% OLEH M. TAHIR SALEH Bisnis Indonesia JAKARTA: Dana Pensiun Telkom (Dapen Telkom) membukukan aset kelolaan sepanjang tahun lalu menca- pai Rp13,5 triliun, meningkat 12,5% dari posisi aset pada tahun sebelumnya sebesar Rp12 triliun didorong oleh peningkatan hasil investasi. Direktur Utama Dapen Telkom Rochiman Soekarno mengatakan pen- capaian tersebut bukan menjadi satu hal yang dipandang sebagai perwuju- dan kinerja perusahaan mengingat dana tersebut merupakan milik peserta dana pensiun. “Jangan diartikan ini perusahaan. Dana Rp13,5 triliun itu milik peserta sehingga akan dimanfaatkan sebaik-ba- iknya untuk kepentingan peserta juga, berbeda dengan prinsip perusahaan,” katanya di sela-sela Paparan Publik PT Astra Sedaya Finance di Jakarta, kemarin. Dia mengatakan pertumbuhan aset pada tahun lalu itu meningkat didorong oleh iklim investasi yang baik seiring dengan pertumbuhan ekonomi Nasional dan kenaikan indeks harga saham gabungan. Menurut dia, hasil investasi dapen yang didirikan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk itu mencapai lebih dari Rp1 triliun. Rochiman belum mengungkapkan detail target pertumbuhan aset kelolaan pada tahun ini mengingat sedang disu- sun dalam rencana kerja tahunan. “Kami belum detail soal target aset tahun ini karena memang kami kan dana pensiun, beda dengan perusahaan. Tapi kami opti- mistis akan lebih baik,” katanya. Berdasarkan data Asosiasi Dana Pensiun Indonesia, Dapen Telkom meru- pakan dana pensiun dengan aset terbesar. Data 2009 menunjukkan 5 besar dana pensiun pemberi kerja ialah Dapen Telkom dengan aset kelolaan mencapai Rp12 triliun, Dapen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan aset sebe- sar Rp7,5 triliun, Dapen PT Pertamina Rp7,2 triliun, Dapen BUMN Perkebunan dengan aset Rp5,69 triliun, dan aset Dapen PT Perusahaan Listrik Negara senilai Rp5 triliun. Rasio pendanaan Rochiman mengatakan rasio kecu- kupan dana (RKD) pada Januari tahun ini sudah mencapai 113% artinya menunjukkan kinerja Dapen Telkom akan stabil karena antara kewajiban aktuaria membayar manfaat pensiun dan nilai kekayaan dana pensiun lebih dari seimbang. “Kesehatan dana pensiun kami saat ini terjaga dengan baik sudah lewati 100% seiring dengan hasil investasi dan pengembangan yang cukup baik sehingga perusahaan pendiri tidak perlu menambah lagi kekurangan,” katanya. Kapitalisasi atau RKD merupakan rasio dalam mengetahui tingkat kese- hatan dana pensiun pemberi kerja (DPPK) yang menjalankan program pensiun manfaat pasti (PPMP). Rasio ini merupakan hasil pembagian keka- yaan dapen dengan kewajiban aktuaria atau nilai sekarang dari manfaat pensi- un yang mesti dibayarkan. Dalam regulasi dapen tercatat maksi- mal pendanaan 120%, sementara secara ideal level pendanaan itu adalah 100%. JAMINAN SOSIAL: (Dari kanan) Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi bersama Deputi Bidang Usaha Perbankan dan Jasa Keuangan Kementerian BUMN Parikesit Suprapto berbicara dengan Ketua Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia (AAJSI) Hotbonar Sinaga di sela-sela acara seminar di Jakarta, kemarin. Seminar yang dise- lenggarakan AAJSI itu membahas format ideal investasi dana jaminan sosial dan implikasi pelaksa- naan UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada pengusaha dan pekerja. BISNIS/KELIK TARYONO BISNIS/T. PURNAMA Rencana Jamsostek Incorporated Sumber: PT Jamsostek, diolah Bisnis mekanisme Investasi joint venture, Jamsostek 51% partner 49% Pelayanan kesehatan akuisisi, Jamsostek 51% partner 49% Perbankan partisipasi modal maksimal 30% Servicing company subsidi Jamsostek 99% Reasuransi partisipasi modal maksimal 40% Properti joint venture, Jamsostek 51% partner 49% Pembiayaan perumahan joint venture, Jamsostek 51% partner 49% 50000 BANK INDONESIA LIMAPULUH RIBU RUPIAH 50000 BANK INDONESIA LIMAPULUH RIBU RUPIAH 50000 BANK INDONESIA LIMAPULUH RIBU RUPIAH

Upload: trinhnhu

Post on 03-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROTEKSI - ftp.unpad.ac.idftp.unpad.ac.id/koran/bisnis/2011-01-26/bisnis_2011-01-26_005.pdfyang digagas dengan penanaman modal Jamsostek pada tujuh pe ru sahaan di lini bisnis yang

ASURANSI & PEMBIAYAAN 5Bisnis Indonesia, Rabu, 26 Januari 2011

PROTEKSI

Verena ganti namaJAKARTA: PT Verena Oto Finance Tbk

resmi mengganti nama perseroan menjadi PT Verena Multifinance Tbk setelah men-dapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan pada Januari ini. Perubahan nama sudah diajukan perseroan sejak 2010.

Direktur Verena Multifinance Andi Harjono mengatakan perubahan nama ter-sebut guna membentuk citra baru persero-an dalam menghadapi persaingan bisnis pada tahun ini.

“Kami sudah resmi ganti nama, sekarang jadi Verena Multifinance dari sebelumnya Verena Oto Finance untuk lebih meningkat-kan citra perseroan dalam menghadapi per-saingan bisnis ini,” katanya di Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan perseroan mampu menyalurkan pembiayaan baru pada tahun lalu mencapai Rp1,3 triliun seiring dengan pertumbuhan pembiayaan baru khususnya permintaan kendaraan roda empat bekas.(BISNIS/MTS)

ASF cetak kredit Rp16 triliunJAKARTA: PT Astra Sedaya Finance

membukukan penyaluran pembiayaan baru mencapai Rp16,6 triliun pada tahun lalu atau setara dengan kredit 115.000 unit ken-daraan bermotor.

Direktur Utama ASF Djony Bunarto Tjondro mengatakan kinerja perseroan men capai rekor pembiayaan pada tahun lalu seiring dengan total pembiayaan yang cukup tinggi.

“Total pembiayaan pada tahun lalu men-capai Rp16,6 triliun atau setara dengan 115.000 unit. Penyaluran pembiayaan itu naik dari tahun sebelumnya, yaitu 93.000 unit kendaraan,” katanya dalam paparan publik obligasi, kemarin. (BISNIS/MTS)

Regulator butuh tenaga ahliJAKARTA: Regulator diminta menye-

diakan lebih banyak tenaga ahli, menyusul revisi UU No. 2/1992 tentang Usaha Perasuransian yang direncanakan memberi kewenangan lebih besar bagi re gulator untuk melakukan intervensi.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Stephen B. Juwono me -ngatakan untuk dapat melakukan intervensi sampai pada aktivitas bisnis perusahaan regulator harus memiliki tenaga ahli.

“Kalau saya lebih melihat positifnya agar aktivitas industri ke depan dapat lebih baik dan selalu dalam koridor yang benar, tetapi harus dipertimbangkan untuk menambah tenaga ahli di Biro Perasuransian,” ujarnya, baru-baru ini. (BISNIS/04)

BISNIS INDONESIA

JAKARTA: PT Jaminan Sosial Tenaga

Kerja (Jamsostek) menargetkan dana

investasi pada tahun ini mencapai Rp115 triliun, naik 17,34% dibanding-

kan dengan realisasi sepanjang 2010 sebesar

Rp98 triliun.

Direktur Investasi Jamsostek Elvyn G Massasya mengatakan komposisi dana investasi tersebut meliputi obligasi 44%-48%, deposito 28%-31%, saham 20%-22%, reksa dana 4%-8%, sisanya pada penyertaan dan properti.

Menurut dia, rencana investasi tersebut masih sesuai dengan amanat PP No. 22/2004 tentang Pengelolaan dan Investasi Dana Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Dalam ketentuan itu Jamsostek

diperbolehkan menggunakan delapan instrumen investasi, yaitu deposito, surat utang nega-ra, surat utang korporasi, saham, penyertaan langsung, properti, reksa dana, dan repo.

“Tahun ini kami meningkatkan investasi menjadi Rp115 triliun. Untuk investasi di saham kami mengalokasikan sebesar 20%-22%, antara lain untuk menyerap rights issue (penawaran umum terbatas) Bank Mandiri, serta pembelian saham-saham IPO [Initial Public Offering] BUMN,” ujarnya, kemarin.

Elvyn menuturkan untuk me -nyerap rencana right issue Bank Mandiri pihaknya mengaku telah menyiapkan dana sebesar Rp750 miliar-Rp1 triliun. Saat ini, Bank Mandiri sendiri masih dalam po sisi book building (proses pena waran).

Adapun, investasi saham IPO antara lain ditujukan pada saham perdana PT Garuda Indonesia. Ren cana investasi pada saham perdana Garuda itu karena per usa haan itu yang dinilai tidak

memiliki kompetitor di bursa, serta dinilai memiliki prospek ke depan yang sangat bagus.

Namun, hingga kini pihaknya belum menentukan berapa besar-an dana yang dialokasikan untuk menyerap saham perdana Garuda tersebut, karena harga pena war-annya juga belum diketahui.

“Sudah pasti kami akan beli saham IPO Garuda, tetapi berapa yang disiapkan saya belum bisa katakan. Nilainya masih dihi-tung, tergantung nanti harga sa -

hamnya berapa. Untuk investasi itu, Jamsostek tidak perlu me -minta izin Kementerian BUMN,” jelasnya.

Selain rencana menanamkan modal di dua perusahaan BUMN tersebut, Elvyn me nya takan Jamsostek juga hendak memba-ngun rencana in ves tasi penyerta-an langsung da lam bentuk Jamsostek Incor po rated.

Jamsostek Incorporated terse-but merupakan rencana investasi yang digagas dengan penanaman

modal Jamsostek pada tujuh pe ru sahaan di lini bisnis yang ber-beda dalam bentuk penyertaan.

Tujuh lini bisnis tersebut meli-puti investasi, pelayanan kesehat-an, perbankan (bank pekerja), jasa perusahaan, reasuransi, properti, serta pembiayaan perumahan.

Investasi Jamsostek Incor po ra-ted yang mulai digarap pada ta -hun ini adalah Jamsostek In vest-ment Company (bisnis investasi) dan Health Provider (bisnis pela-yanan kesehatan).

“Mulai digarap tahun ini. Pemben tuk annya lebih ditujukan un tuk me nunjang bisnis inti perse-roan, ter lebih sebagai sarana un tuk menyalurkan dan me ngembalikan keuntungan yang diperoleh kepa-da peserta,” katanya.

Elvyn menambahkan pada ta -hun ini juga Jamsostek juga akan segera merealisasikan rencana investasinya di bidang properti berupa gedung perkantoran, dengan nilai investasi sebesar Rp500 miliar. (04) ([email protected])

OLEH M. TAHIR SALEHBisnis Indonesia

JAKARTA: PT First Indo American Leasing (First Finance) memasang target pembiayaan ba ru hingga Rp1,6 triliun me -ningkat 60% dibandingkan de -ngan pencapaian pembiayaan pa da tahun lalu yang nyaris me -nyentuh Rp1 triliun.

Direktur First Finance Herman Suwinta mengatakan dampak po sitif pertumbuhan ekonomi khususnya di daerah-daerah yang kaya komoditas mampu mendorong pertumbuhan bisnis pembiayaan termasuk perseroan.

“Daya beli masyarakat cukup baik sepanjang tahun lalu sehingga permintaan kredit ken-daraan roda empat juga tetap tinggi. Ini mendorong penyalur-an pembiayaan atau booking kami naik tajam,” katanya kepa-da Bisnis, baru-baru ini.

Herman mengatakan sepan-jang tahun lalu, perseroan mem-bukukan booking Rp985 miliar naik 114% dibandingkan dengan raihan pada 2009 sebesar Rp460 miliar. Kenaikan tersebut seiring dengan langkah perseroan me ngencangkan penetrasi bisnis ke sejumlah wilayah dengan pem bukaan cabang baru.

Hingga Desember 2010, First Finance yang pada akhir tahun lalu mengganti logo baru peru sahaan itu memiliki 35 cabang yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Herman mengatakan fokus bis-nis perseroan pada tahun ini tetap dipertahankan pada segmen pem-biayaan mobil bekas baik penum-pang maupun komersial. Hal itu lantaran pasar mobil bekas masih cukup lebar dan belum dimaksi-malkan oleh multifinance.

“Bisa dikatakan ‘kue’ pembia-yaan mobil bekas masih besar meski jumlah perusahaan pem-biayaan segmen mobil bekas

juga tak sedikit. Tapi pasarnya masih besar sehingga peluang tetap ada,” katanya.

Direktur Utama First Finance Sumartono Mardjuki dalam kesempatan terpisah mengata-kan kinerja perseroan cukup baik pada tahun lalu seiring dengan kenaikan harga komoditas seperti minyak sawit dan karet sehingga imbasnya bisa dirasakan sejum-lah multifinance yang fokus bis-nisnya ada di luar Pulau Jawa.

Pada awal tahun ini, perseroan me nya takan rencana pelepasan sa ham perdana atau initial pub-lic offe ring/IPO pada tahun ini ditunda untuk sementara meng-

ingat per seroan menitikberatkan terle bih dahulu pada peningkat-kan aset.

Kini perseroan bertekad me -ningkatkan aset perseroan yang saat ini hampir mencapai Rp1 triliun setelah itu baru menjajaki IPO sekaligus juga dengan emisi penerbitan obligasi.

Herman mengatakan pada saat ini dukungan dana ekspansi bis-nis perseroan yang diperoleh dari sejumlah bank tetap ada dan terus bertambah mengingat likuiditas moneter masih baik. Hal itu juga merupakan salah satu alasan penundaan rencana perseroan list-ing di Bursa Efek Indonesia.

BISNIS/ENDANG MUCHTAR

LABA ALLIANZ: Seorang karyawati menjelaskan produk PT Asuransi Allianz life Indonesia dalam pameran yang digelar salah satu hotel berbintang di Jakarta, kemarin. Perusahaan asuransi tersebut hingga September 2010 melaporkan pertumbuhan laba sebelum pajak Rp362,9 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp188,2 miliar. Aset juga bertumbuh lebih dari 46% menjadi Rp 11,06 triliun, sedangkan rasio solvabilitas berada pada level 579%.

First Finance kejar kenaikan pembiayaan 60%

Jamsostek tambah investasiPembelian saham dapat porsi 22%

BUMN Asuransi tak bisa jadi BPJS

BISNIS INDONESIA

JAKARTA: Empat BUMN asuransi dinilai tak bisa menjadi pewaris tahta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), menyusul pembatalan pasal penunjukan penye-lenggara jaminan sosial dalam UU SJSN.

Pasal tersebut adalah Pasal 5 Ayat 2 dan 3 UU No. 40/2004 tentang Sis-tem Jaminan Sosial Na -sional (SJSN).

Wakil Ketua Pansus RUU BPJS Surya Chandra mengatakan pembatalan Pasal 5 UU SJSN tersebut ditetapkan lewat keputus-an Mahkamah Konstitusi No. 7/2005 yang menye-babkan empat BUMN asu-ransi itu tidak bisa menjadi BPJS.

Pasal 5 Ayat (2) UU SJSN menyatakan sejak berlaku-nya UU ini penyelenggara jaminan sosial yang ada dinyatakan sebagai BPJS menurut UU ini.

Adapun, Pasal 5 Ayat (3) UU SJSN menyatakan BPJS yang dimaksud adalah PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), PT Asuransi Kesehatan (Askes), PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) dan PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen).

Menurut dia, hal itu mengingat latar belakang pengaturan yang berbeda terkait dengan eksistensi-nya sebagai perusahaan asuransi pelat merah.

UU SJSN memberi sejumlah ketentuan BPJS, terutama sebagai lembaga nirlaba, wali amanat, dan pesertanya seluruh rakyat indonesia.

Namun, peluang untuk menjadikan empat BUMN asuransi sebagai BPJS dini-lai masih terbuka dengan penyesuaian kinerja secara bertahap selama lima tahun yang juga diatur dalam Pasal 52 UU SJSN.

Pasal 52 UU SJSN menyatakan semua keten-

tuan yang mengatur ten-tang BPJS disesuaikan dengan UU ini paling lam-bat 5 tahun sejak UU ini diundangkan.

“Empat BUMN asuransi itu bukan pewaris tahta BPJS karena Keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan pasal 5 UU SJSN. Akan tetapi, dalam pasal 52 masih terbuka peluang dengan penye-suaian. Itu yang harus dia-tur dengan UU tersendiri,” ujarnya, dalam diskusi Format Ideal Dana Jaminan Sosial yang diselenggara-kan Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia (AASI), kemarin.

Hingga kini pembahasan RUU BPJS masih menyi-sakan persoalan mengenai tiga substansi pokok meli-puti apakah BPJS itu BUMN asuransi atau bukan, BPJS tunggal atau majemuk, dan RUU BPJS sebatas penetapan atau sekaligus pengaturan.

Wakil Ketua Komisi VI DPR Nurdin Tampubolon menyatakan RUU BPJS tidak bisa sebatas penetap-an, tetapi harus sekaligus mengakomodasi tentang pengaturannya.

“Dibutuhkan pengaturan dalam BPJS yang nantinya digunakan sebagai petun-juk pelaksanaan agar tidak terjadi multitafsir dalam pelaksanaannya,” katanya.

Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Sjukur Sarto menyatakan perwakilan pekerja secara tegas meno-lak diberlakukannya BPJS tunggal. Hal itu terutama terkait dengan dana jami-nan pekerja yang selama ini telah dikelola oleh Jamsostek.

Ketua Apindo Sofjan Wanandi mengungkapkan UU No.40/2004 sejak awal dikeluarkan sudah menye-babkan sejumlah masalah. Hal itulah yang kemudian menjadikan penerapannya belum bisa dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. (04)

Aset Dana Pensiun Telkom tumbuh 12,5%

OLEH M. TAHIR SALEHBisnis Indonesia

JAKARTA: Dana Pensiun Telkom (Dapen Telkom) membukukan aset kelolaan sepanjang tahun lalu menca-pai Rp13,5 triliun, meningkat 12,5% dari posisi aset pada tahun sebelumnya sebesar Rp12 triliun didorong oleh peningkatan hasil investasi.

Direktur Utama Dapen Telkom Rochiman Soekarno mengatakan pen-capaian tersebut bukan menjadi satu hal yang dipandang sebagai perwuju-dan kinerja perusahaan mengingat dana tersebut merupakan milik peserta dana pensiun.

“Jangan diartikan ini perusahaan. Dana Rp13,5 triliun itu milik peserta sehingga akan dimanfaatkan sebaik-ba-iknya untuk kepentingan peserta juga, berbeda dengan prinsip perusahaan,” katanya di sela-sela Paparan Publik PT Astra Sedaya Finance di Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan pertumbuhan aset pada tahun lalu itu meningkat didorong oleh iklim investasi yang baik seiring dengan pertumbuhan ekonomi Nasional dan kenaikan indeks harga saham gabungan. Menurut dia, hasil investasi dapen yang didirikan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk itu mencapai lebih dari Rp1 triliun.

Rochiman belum mengungkapkan detail target pertumbuhan aset kelolaan pada tahun ini mengingat sedang disu-sun dalam rencana kerja tahunan. “Kami belum detail soal target aset tahun ini karena memang kami kan dana pensiun, beda dengan perusahaan. Tapi kami opti-mistis akan lebih baik,” katanya.

Berdasarkan data Asosiasi Dana

Pensiun Indonesia, Dapen Telkom meru-pakan dana pensiun dengan aset terbesar. Data 2009 menunjukkan 5 besar dana pensiun pemberi kerja ialah Dapen Telkom dengan aset kelolaan mencapai Rp12 triliun, Dapen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan aset sebe-sar Rp7,5 triliun, Dapen PT Pertamina Rp7,2 triliun, Dapen BUMN Perkebunan dengan aset Rp5,69 triliun, dan aset Dapen PT Perusahaan Listrik Negara senilai Rp5 triliun.

Rasio pendanaanRochiman mengatakan rasio kecu-

kupan dana (RKD) pada Januari tahun ini sudah mencapai 113% artinya menunjukkan kinerja Dapen Telkom akan stabil karena antara kewajiban aktuaria membayar manfaat pensiun dan nilai kekayaan dana pensiun lebih dari seimbang.

“Kesehatan dana pensiun kami saat ini terjaga dengan baik sudah lewati 100% seiring dengan hasil investasi dan pengembangan yang cukup baik sehingga perusahaan pendiri tidak perlu menambah lagi kekurangan,” katanya.

Kapitalisasi atau RKD merupakan rasio dalam mengetahui tingkat kese-hatan dana pensiun pemberi kerja (DPPK) yang menjalankan program pensiun manfaat pasti (PPMP). Rasio ini merupakan hasil pembagian keka-yaan dapen dengan kewajiban aktuaria atau nilai sekarang dari manfaat pensi-un yang mesti dibayarkan.

Dalam regulasi dapen tercatat maksi-mal pendanaan 120%, sementara secara ideal level pendanaan itu adalah 100%.

JAMINAN SOSIAL: (Dari kanan) Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi bersama Deputi Bidang Usaha Perbankan dan Jasa Keuangan Kementerian BUMN Parikesit Suprapto berbicara dengan Ketua Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia (AAJSI) Hotbonar Sinaga di sela-sela acara seminar di Jakarta, kemarin. Seminar yang dise-lenggarakan AAJSI itu membahas format ideal investasi dana jaminan sosial dan implikasi pelaksa-naan UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada pengusaha dan pekerja.

BISNIS/KELIK TARYONO

BISNIS/T. PURNAMA

Rencana Jamsostek Incorporated

Sumber: PT Jamsostek, diolah

Bisnis mekanismeInvestasi joint venture, Jamsostek 51% partner 49%

Pelayanan kesehatan akuisisi, Jamsostek 51% partner 49%

Perbankan partisipasi modal maksimal 30%

Servicing company subsidi Jamsostek 99%

Reasuransi partisipasi modal maksimal 40%

Properti joint venture, Jamsostek 51% partner 49%

Pembiayaan perumahan joint venture, Jamsostek 51% partner 49%

50000BANK INDONESIA

LIMA PULUH RIBU RUPIAH

50000

BANK INDONESIA

LIMA PULUH RIBU RUPIAH

50000BANK INDONESIA

LIMA PULUH RIBU RUPIAH