dewan perwakilan rakyat republik indonesia …€¦ · · 2017-11-09melakukan identifikasi...
TRANSCRIPT
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
RISALAH RAPAT KERJA KOMISI VII DPR RI
DENGAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI
Tahun Sidang : 2017-2018
Masa Persidangan : I (satu)
Rapat ke- :
Jenis Rapat : Rapat Kerja
Hari, Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2017
Waktu : 10.58 WIB – 14.02 WIB
Tempat : R. Rapat Komisi VII
Ketua Rapat : Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc. (Wakil Ketua
Komisi VII/F-PG)
Sekretaris Rapat : Dra. Nanik Herry Murti (Kepala Bagian Sekretariat Komisi
VII)
Acara : 1. Implementasi grand design penyelamatan ekosistem
kawasan danau Indonesia
2. Implemantasi ratikasi Undang-Undang Perubahan Iklim
Hadir : 28 Anggota
Dengan rincian:
Fraksi PDI-P 5 orang dari 10 Anggota
Fraksi Partai Gerindra 3 orang dari 7 Anggota
Fraksi Partai Golkar 7 orang dari 8 Anggota
Fraksi PAN 2 orang dari 5 Anggota
Fraksi Partai Demokrat 3 orang dari 5 Anggota
Fraksi PKB 1 orang dari 4 Anggota
Fraksi PKS 1 orang dari 4 Anggota
Fraksi PPP 2 orang dari 3 Anggota
Fraksi Partai Hanura 1 orang dari 2 Anggota
Fraksi Partai Nasdem 3 orang dari 3 Anggota
JALANNYA RAPAT:
KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc./F-PG):
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita sekalian.
Yang kami hormat Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI.
Yang kami hormati Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI beserta jajarannya.
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allat SWT Tuhan yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita dapat
bertemu guna melaksanakan tugas-tugas konstitusional kita. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih atas perhatian serta kehadiran Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI
serta undangan yang hadir dalam acara Rapat Kerja Komisi VII DPR RI. Sesuai undangan yang
disampaikan dan berdasarkan jadwal rapat Komisi VII DPR RI pada masa persidangan I tahun
sidang 2017-2018, pada hari ini Komisi VII DPR RI akan melaksanakan Rapat Kerja dengan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Menteri Luar Negeri RI dan Menteri Hukum dan
HAM RI dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan dengan agenda membahas:
1. Implementasi daripaada grand design penyelamatan ekosistem kawasan danau
Indonesia.
2. Implementasi daripada ratifikasi Undang-undang Perubahan Iklim.
Berdasarkan data dari Sekretariat Komisi VII DPR RI yang telah hadir dan menandatangani
daftar hadir sebanyak 14 Anggota dari 51 Anggota DPR RI, sehingga sesuai dengan Pasal 251
ayat (1) Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib rapat ini telah memenuhi kuorum Fraksi. Oleh
karena itu dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim izinkan saya membuka Rapat Kerja
Komisi VII DPR RI.
(RAPAT DIBUKA PUKUL 10.58 WIB)
Sesuai dengan Pasal 246 ayat (1) Tata Tertib DPR RI menyatakan bahwa setiap rapat
DPR RI bersifat terbuka, kecuali dinyatakan tertutup. Untuk itu kami mengusulkan kepada para
Anggota agar Rapat Kerja Komisi VII pada hari ini bersifat terbuka dan terbuka untuk umum,
apakah dapat disetujui?.
(RAPAT:SETUJU)
Bapak-Ibu yang kami hormati.
Kondisi ekosistem kawasan danau kita saat ini semakin menurun kualitas lingkungannya,
padahal semua perbaikan telah dilakukan oleh pemerintah mulai dari pelaksanaan Konferensi
Nasional Danau Indonesia yang pertama di Bali pada bulan Agustus 2009 yang menghasilkan
kesepakatan Bali tentang pengelolaan danau berkelanjutan yang ditandatangani oleh 9 menteri
waktu itu. Kemudian pada Oktober 2011 di Semarang dilaksanakan Konferensi Nasional Danau
Indonesia yang ke-2 dan meluncurkan rencana aksi penyelamatan ekosistem danau Indonesia
dengan memilih danau Rawa Pening sebagai model gerakan penyelamatan danau atau
Germadan dan terdapat 7 program super prioritas dan 11 program prioritas dalam rencana aksi
tersebut.
Selain itu pemerintah juga pernah menerbitkan roadmap penyelamatan ekosistem kawasan
danau sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan, baik pemerintah, dunia usaha maupun
masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan penyelamatan
ekosistem danau serta menjadi arahan bagi kementerian lembaga pemerintah daerah dalam
menyusun rencana aksi penyelamatan ekosistem dalau. Dan selanjutnya pada November 2016
dilaksanakan Konvensi Danau Dunia yang ke-16 di Bali. Untuk itu sebagai komitmen Indonesia
dalam upaya menyelamatkan danau dari kerusaka, namun hingga saat ini masalah penyelamatan
ekosistem danau masih bersifat sektoral dan tidak menyelesaikan permasalahan secara
mendasar.
Bapak dan Ibu yang kami hormati.
Adapun poin kedua dalam rapat ini menyangkut masalah ratifikasi Undang-undang
Perubahan Iklim. Sebagai diketahui pada tanggal 25 Oktober 2016 telah diundangkan melalui
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement United Nation
Framework Convention on Climate Change, Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja
Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Perubahan Iklim. Dalam pertemuan KOP 22, CMMP 12,
CMA I di Maraquesh, Maroko pada tanggal 7 sampai dengan 12 November 2016 telah
dilaksanakan. Pertemuan tersebut sebagai sesi pertama dari persiapan implementasi aksi atau
Paris agreement yang menjadi bagian penting dari perjalanan negara, para pihak dalam
menurunkan emisi gas rumah kaca global. Dalam menurunkan emisi gas rumah kaca glolbal di
dalam Nationally Goverment Contribution atau NGC yang merupakan bentuk janji atau pledge dari
negara-negara Anggota United Nation Framework Convention on Climate Change yang telah
dirundingkan pada KOP 21 di Paris untuk berkontribusi tterhadap penurunan global paska 2020.
Indonesia telah menyampaikan rencana penurunan emisi hingga 29% pada 2030 dan dari
skenario.....as usual dan tambahan 12% dengan bantuan Internasional yang mencakup beberapa
sektor, yaitu energi yang didalamnya termasuk transportasi, proses Industri pemanfaatan hasil
Industri, pertanuan, dan land use and land use change forestry dan limbah. Terkait hal tersebut
pemerintah dalam hal ini Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan perlu menjelaskan
langkah-langkah pemerintah dalam implementasi Paris Agreement paska KOP 22, CMP 12, CME
I di Maraques Maroko dan sejauhmana kesiapan pemerintah dalam menghadapi KOP 23 di Bond
Jerman.
Selanjutnya demi efektif waktu rapat kerja ini kami berikan kesempatan kepada Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menyampaikan pemaparannya terutama berkaitan
dengan 2 agenda yang saya sampaikan tadi.
Silakan Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Shalom ohm suastiastu.
Yang kami hormati Pimpinan Komisi VII DPR RI.
Yang terhormat Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI.
Pertama kami bersyukur kepada Tuhan bahwa hari ini kita melaksanakan tugas
konstitusional di Komisi VII DPR RI. Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan tinggi atas undangan Rapat Kerja ini dan atas berbagai interaksi dan dukungan dari
yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi VII DPR RI.
Hari ini sebagai undangan dan sebagaimana telah disampaikan oleh yang terhormat
Pimpinan b aizinkan kami untuk melaporkan tentang penyelamatan danau dan tentang
pengendalian perubahan iklim yang secara tekstual dokumen sudah kami sampaikan dan mohon
maaf mungkin sangat tebal sampai 100 halaman lebih tetapi saya nanti akan menyampaikan
secara cepat catatan-catatan ini karena bersifat informatif dan diantaranya tentu kami
mengharapkan dukungan, catatan dan doronan dari yang terhormat Pimpinan dan Anggota
Komisi VII DPR RI.
Pimpinan dan Anggota yang kami hormati.
Izinkan kami masuk kepada langsung kepada bagian pertama menyangkut grand desain
dan implementasi penyelamatan ekosistem kawasan danau Indonesia pada bagian ini izinkan
kami melaporkan tentang kebijakan, kemudian program dan lembaga. Lalu saya mohon izin
melaporkan hal-hal yang kami atau kita sudah lakukan untuk danau Toba, danau Maninjau dan
satu lagi tentang rencana untuk danau Limboto yang kemarin pada pembahasan tentang
perubahan anggaran itu belum mendapatkan dukungan anggarannya tetapi kami sudah
melakukan identifikasi program-programnya.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota Komisi VII yang kami hormati.
Indonesia memiliki 840 danau dengan luas secara keseluruhan 710.3000 hektar,
diantaranya hanya 300 yang luas danaunya kurang dari 10 hektar. Berdasarkan
pertemuan-pertemuan lintas sektor yang digagas oleh Bappenas terlihat bahwa hampir semua
danau mengalami penurunan fungsi, baik secara ekonomi, ekologis juga sosial dan penyebab
utamanya adalah sedimentasi dan pencemaran. Tentu dalam sedimentasi ini terkait dengan
persoalan di hulu sungai dan terkait dengan pencemaran ini kalau situasi lapangannya itu yang
paling banyak karena dari rumah tangga sekitar danau dan dari usaha kerambah maupun
sebagian kecil Industri.
Manfaat danau seperti kita maklumi yaitu menjadi sumber air bagi masyarakat, penggerak
sektor pertanian, peternakan, Industri, perikanan, wisata, transportasi, juga berfungsi sebagai
pengendali banjir dan tentu dalam hal ini juga dalam pengendalian perubahan iklim dan habitat
spesies asli. Selama ini dalam RPJMN telah ditetapkan 15 danau prioritas yaitu danau Toba,
Singkarak, Maninjau, Kerinci, Rawa Danau, Rawa Pening, Batur, Sentarum, Kaska di Mahakam,
Limboto, Tondano, Poso, Matano, Tempe dan Sentani.
Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota Komisi VII yang kami hormati.
Seperti kami laporkan bahwa permasalahan danau yang utama adalah lahan kritis di
daerah tangkapan air di bagian hulu, kemudian pencemaran akibat limbah pertanian, peternakan,
perikanan, keramba jaring apung, juga limbah dari buangan rumah tangga dan Industri. Laju
erossi dan sedimentasi semakin tinggi karena hulu dan danau pun mengalami pendangkalan.
Penyempitan luas danau juga terjadi akibat pertumbuhan eceng gondok dan okupasi, kualitas,
kuantitas dan kontinuitas ketersediaan air juga semakin menurun serta dengan demikian juga
langsung keanekaragaman hayati spesies asli danau rusak dan terancam punah.
Secara umum kami laporkan bahwa daanau ini secara kelembagaan nggak ketahuan siapa
yang main aktornya yang dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memang tipis-tipis
peran ini karena memang dukungan anggarannya juga tipis, kita lebih banyak mengendalikan
denngan regulasi, jadi mengendalikan pencemaran dan juga peran yang besar sekarang di KLHK
juga menjaga di bagian hulu. Pada beberapa hal juga kita terlibat untuk membantu pengendalian
di sekitar danau seperti misalnya melalui pengendalian air limbah dan sebagainya.
Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota Komisi VII yang kami hormati.
Seperti tadi yang disampaikan oleh yang terhormat Pimpinan bahwa sudah ada SKB 9
menteri yang isinya di sini menterinya LHK Kehutanan, PU, Pertanian, Dalam Negeri, Energi,
ESDM, Kelautan, Perikanan, Ristek dan Pariwisata. Yang isinya berkaitan dengan pengelolaan
ekosistem danau, pemanfaatan sumber daya air danau, pengembangan sistem monitoring
evaluasi dan informasi danau, penyiapan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,
pengembangan kapasitas kelembagaan dan koordinasi, peningkatan peran serta masyarakat dan
pendanaan berkelanjutan. Tadi juga yang terhormat Pimpinan sudah menyampaikan bahwa ada
kebijakan untuk gerakan penyelamatan danau juga peluncuran grand desain, kemudian juga
penerapan danau prioritas dan tadi disampaikan juga yang, oleh yang terhormat Pimpinan sudah
ada World Lake Conference di Bali tahun lalu, kemudian juga juga sudah ada kegiatan loka karya
danau yang digagas oleh Bappenas pada bulan Mei yang lalu.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota Komisi VII yang kami hormati.
Kalau kita lihat stream bertikut, tabel matriks ini menunjukkan bagaimana penanganan
danau oleh kementerian termasuk Menteri Koordinator Perekonomian, LHK, PUPR, ATR, jadi di
matriksnya itu kelihatan.
Bapak-Ibu yang terhormat.
Dari ekosistem untuk pengendalian kualitas air keanekaragaman hayati, jadi yang merah
garis contrengnya tebal itu peran LHK sebetulnya yang paling utama. Yang gulma iar seperti
eceng gondok erupsi dan pendangkalan, kemudian penyelamatan DAS dan daerah tampung
airnya lahan kritis, pengendalian banjir dan sedimentasi serta pengendalian pencemaran itu juga
menjadi kewenangan tugas KLHK, tetapi di situ ada juga aspek pertanian, ramah lingkungan dan
sebagainya. Dalam hal penyelamatan peran KLHK terutama di dalam pengendalian sempadan
juga dalam penataan. Pada sisi ekonomi penataan ruang terkait dengan bagaimana perencanaan
tata ruangnya, kajian lingkungan hidup strategis, zona pemanfaatan dan ini memang terasa ketika
kita bekerja untuk danau Toba. Kemudian dalam hal pemanfaatan air danau juga terlihat di dalam
matriks ini.
Selanjutnya di matriks pada halaman 8 terlihat bagaimana secara kelembagaan concern
dari masing-masing kelembagaan ini dalam hal pengembangan kapasitas kelembagaan dan
koordinasi, kemudian peningkatan peran serta masyarakat. Jadi koordinasi pusat, daerah,
lembaga-lembaga penelitian, pengelolaan dan kerjasama juga peningkatan serta masyarakat
untuk pemahaman terhadap ekosistem dan kemampuan penyelamatan, pemanfaatan danau
maupun keterpaduan proggram.
Kemudian pada halaman 9, Bapak-Ibu yang kami hormati. Untuk tahun 2018 terhadap 15
danau prioritas ini kita mengalokasikan, merencanakan untuk alokasi perencanaan pengelolaan
danau untuk seluruhnya. Kemudian ini untuk keseluruhan dilakukan rehabilitasi hutan dan lahan,
jadi masing-masing ada yang 132 hektar, 125 hektar dan seterusnya ada di dalam tabel matriks
halaman 9, juga akan dibuatkan bangunan konsevasi tanah dan air seperti DAM penahan, gali
plak, kemudian pencacahan, jadi ada juga diberikan mesin untuk mencacah eceng gondok,
kemudian mesin untuk bio gas, kemudian mesin untuk pembuatan pakan ikan, mesin untuk pres
bata. Nah ini untuk pres bata tidak seluruh danau di dalam tabelnya bisa dilihat juga ada mesin
untuk pembuatan pupuk cair, mesin untuk alat kemasan pemantau kualitas air, motor, gerobak
dan perahu.
Jadi Bapak Pimpinan izinkan kami melaporkan bahwa seperti kami sampaikan pengelolaan
danau tidak dapat dilaksanakan oleh satu kementerian atau lembaga saja. Memang kami
mengusulkan bahwa kiranya Menteri Koordinator Perekonomian dapat menjadi leading sector dari
pengelolaan danau ini. Kemudian rencana pengelolaan danau terpadu secara keseluruhan akan
disusun tahun 2018 dan memang untuk penanganan ini sedang kami pertimbangkan justifikasi
untuk adanya peraturan pemerintah berkenaan dengan pengelolaan danau. Kami mohon
dukungan dan arahan dari yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi VII.
Izinkan selanjutnya saya melaporkan tentang apa yang kami lakukan dalam mendukkung
danau Toba sebagai destinasi wisata nasional. Pada halaman 12-17 itu adalah yang
gambar-gambar warna merah adalah daerah kampung air danau Toba yang secara menyeluruh
ini sebetulnya harusnya direhabilitasi, jadi harus dihijaukan. Dalam tahun 2016 pada halaman 18
kita sudah melakukan bersama-sama kabupaten itu penanaman pohon sebanyak 1 juta pohon
lebih, 1.085.500 pohon di area luas penanaman 2.116 hektar. Ini terus terang tidak mudah karena
banyak juga masalah-masalah sosial termasuk tanahnya, kemudian konsistensi untuk merawat
dan sebagainya itu sedang terus-menerus kita dorong. Pada tahun 2017 juga direncanakan dan
sekarang sedang berlangsung upaya-upaya di dalam rehabilitasi hutan dan lahan untuk ...... di
danau Toba yaitu pada DAS .....dan DAS Asahan ....seperti terlihat pada halaman 19 dan di
danau Toba ini dukungan untuk rehabilitasi hutan dan lahan juga diperoleh dari BUMN dan swasta
yaitu pada areal 4.155 hektar yang disanggupi penanaman paada tahun 2017 911 hektar seperti
terlihat pada halaman 20.
Selanjutnya dalam kewajiban tugas KLHK untuk pengendalian pencemaran danau Toba
KLHK telah memasang 3 unit alat online monitoring pemantauan kualitas air sebanyak 2 unit di
daanau Toba dan 1 unit di sungai Asahan, selain itu juga pembangunan satu instalasi pengolahan
air limbah di Balige kabupaten Toba Samosir, kemudian penyusunan Renstra untuk penurunan
beban pencemaran, ini diskusinya sangat panjang sejak tahun 2016 dan untuk, dari limbah
domestik bersama-sama dengan Dirjen Cipta Karya. Pembnagunan sarana restorasi kualitas air 1
unit di kabupaten Samosir, kemudian perencanaan eko reparian untuk daerah-daerah tepi danau
yang sudah berkembang jadi kalau sekarang kan yang paling banyak berkembang di Prapat tapi
sebetulnya bisa berkembang luas lagi di Balige di Baraka, bisa juga Karo jadi sebetulnya
harusnya bisa berkembang di banyak spot dan kami melihat memang ada problem Ipal yang
cukup serius sehingga kita baru coba. Sebetulnya di sana kelihatannya tidak mmudah untuk
mendapatkan lokasi untuk penempatan Ipal, jadi kementerian masih terus-menerus berusaha
untuk membina ataupun melakukan langkah-langkah karena danau Toba ini harus menjadi
destinasi wisata yang terdukung oleh kondisi lingkungan, baik di hulu maupun di lokasi sekitar dan
bahkan di danaunya itu sendiri. Gambar-gambar, terus ini secara cepat saja, ini lokasinya,
rencana di halaman 24 untuk Ipalnya. Kalau dlihat sesungguhnya kebutuhan Ipal itu 432 unit
untuk seluruh danau Toba di halaman 25, tetapi ini saja membutuhkan dana sampai Rp. 599
milyar, jadi sebetulnya kalau mau dikerjain secara keseluruhan memang kebutuhan dananya yang
ckup besar.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Sedikit Pimpinan, izin Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Nasir.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Melanjutin Ipal tadi, ini timbulnya dari mana Bu, dia kan Ibu mau membuat Ipal kebutuhan
Ipal, limbahnya dari mana dia datangnya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Rumah tangga Pak, jadi kelompok-kelompok rumah misalnya 100 rumah itukan kelihatan
airnya kan rata-rata dibuang ke danau, nah itu seharusnya bisa di olah, idenya seperti itu.
KETUA RAPAT:
Sedikit saya, mumpung ada interupsi tadi ada kelupaan pada saat sambutan. Di Komisi VII
itu ada Anggota baru Bu, dari Fraksi Partai Golkar Pak Fayakhun Andriadi.
Pak Fayakhun bisa memperkenalkan diri Pak, saya lupa memperkenalkan, mohon maaf.
F-PG (Ir. FAYAKHUN ANDRIADI, M.Kom.):
Terima kasih Pak Satya Yudha.
Rekan-rekan Komisi VII yang saya cintai, saya banggakan.
Ibu Menteri beserta seluruh jajaran LHK.
Nama Fayakhun Andriadi saya sudah 3 minggu berada di Komisi VII, semula berada di
Komisi I dan mendapatkan amanah dari Fraksi untuk menjadi Anggota Badan Anggaran. Latar
belakang pendidikan komputer sains dan doktornya ilmu politik, namun tetap saja tidak jauh-jauh
dari komputer sains karena disertasinya demokrasi di era digital dan sepertinya itu memang
doktor pertama yang mengambil judul demokrasi di era digital. Saya rasa itu teman-teman semua
beserta mitra dari LHK, salam kenal saya senang bergabung di sini, Insya Allah bisa bekerjasama
dengan baik.
KETUA RAPAT:
Dapilnya Pak.
F-PG (Ir. FAYAKHUN ANDRIADI, M.Kom.):
Dapilnya Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan luar negeri, jadi begini Pak Ketua ketika tadi
saya mengikuti ini saya bicara dengan Bung Bara, ini lingkungan hidup selalu kok konteksnya ini
hutan, laut, all about naturals. Kalau saya sebagai Dapil Jakarta concern saya adaah polusi, jadi
Bu Menteri ini kita hidup di Jakarta ini polusi got depan rumah yang berantakan, saluran air dan
lain-lain memang saya tahu itu juga sebagian tugas Pemda, tetapi di nasional juga perlu kita
fikirkan karena kita semua hidup di sini.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Fayakhun.
Itu tadi perkenalan Bu Menteri, mmudah-mudahan bisa bekerjasama ke depan dengan Pak
Fayakhun khususnya dengan concern Dapilnya tadi.
Silakan Bu dilanjutkan kembali.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Terima kasih Ketua.
Bapak-Ibu yang terhormat.
Selanjutnya di halaman 26 sebetulnya kalau konsep ekoparian itu dilakkan sebetulnya
banyak di spot-spot di tepi danau Toba itu yang bisa menjadi sangat baik dan paling tidak
misalnya sasaran wisatawan domestik bisa bagus. Jadi ekoparian itu adalah sebetulnya hak
umum masyarakat di sekitar sungai atau di danau atau di laut yang sebetulnya bisa kita improve.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yyang terhormat.
Dalam proses yang panjang bersama-sama dengan berbagai kementerian dan lembaga
serta Pemda provinsi pada akhirnya kemudian dapat direkomendasikan penempatan daya
tampung dan pencemaran danau Toba karena kan yang diributin di sana selalu beban dari pakan
ikan, keramba, jaring apung dan lain-lain di dalam rekomendasi ini kira-kira angkanya seharusnya
dia hanya boleh 30 ribu ton, tetapi yang ada sekarang sudah 62 ribu ton. Oleh karena ini
pembahasannya sudah cukup panjang dan lama bersama Pemda, LIPI dan lain-lain, itu situasinya
di danau Toba sehingga ini memang yang harus kita tangani selanjutnya secara lintas sektor.
Kemudian terkait dengan sampah kalau diproyeksikan di halaman 30, potensi, kalau
diproyeksikan bahwa target 1 juta wisatawan dengan asumsi 0,7 kg per orang per hari, maka
dalam 1 hari potensi sampah bisa 700 ton dan diproyeksikan 14% adalah plastik. Nah untuk itu
Kementerian LHK dengan anggaran yang ada baru menyiapkan di halaman 32 pembangunan
untuk pusat daur ulang kapasitas 100 ton per hari dengan biaya 600 juta dan alat mesin serta
sosialisasi pendampingan, ini lokasinya rencananya di Tomok. Tomok itu persis tempat yang
penyeberangan masuk ke pulau Samosir, di situ memang yang paling padat, paling banyak
dikunjungi, sehingga itu kemarin yang kita sasar duluan.
Selanjutnya Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu yang terhormat, saya mohon izin melaporkan
apa yang terjadi dengan danau Maninjau. Terus terang dorongan kuat dari para tokoh seperti Pak
Bakhtiar Hamzah kepada kami dan banyak tokoh lain juga meminta untuk ditangani danau
Maninjau dan kami sepanjang tahun kemarin hingga tahun ini turun ke lapangan dan melihat
kondisi yang sebenarnya di lapangan dan untuk mengatasi eceng gondok yang begitu penuh dan
air yang begitu kental sudah dilakukan pengadaan perahu 4 unit, pengadaan alat pencacah eceng
gondok 1 unit, lalu rehabilitasi lahan juga. Jadi kita dorong juga untuk mulai mengatasi di bagian
hulu serta bangunan konservasi tanah dan air. Di sisi lain untuk menangani danaunya yang hijau,
kental dan sebagainya memang kemudian dilakukan tata lokasi sedimentasi di danau Maninjau
serta analisa sedimennya. Kemudian pembangunan 2 unit area konservasi perikanan dan
penyusunan feasibilities tadi. Sekarang kondisinya cukup berat dan untuk ini juga perlu saarana
fisik, konstruksi dan lain-lain yang sebetulnya lebih luas lagi dari kapasitasnya Kementerian LHK.
Danau ini terletak di kabupaten Padang Pariaman panjangnya 16 kilo lebih dan lebarnya 7 kilo,
luasnya kira-kira 9.700 hektar lebih. Ini juga sudah mulai dirancang tapi kita bleum bisa melakukan
konstruksinya tetapi bagaimana dan apa rencana yang harus dilakukan itu misalnya seperti
terlihat di halaman 39 dan halaman 40 itu bisa kelihatan.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang kami hormati.
Selanjutnya danau Limboto seperti yang kami laporkan bahwa ada permasalahan di danau
Limboto tapi ini belum ditangani Bapak Pimpinan karena memang kita merencanakan sebetulnya
dengan perubahan tahun ini tetapi tidak berhasil. Nah di danau Limboto kalau kita lihat di halaman
43, 44, dia di halaman 45 dan 46 itu kelihatan sekali bahwa danau Limbotonya semakin water
body-nya terus itu semakin mengecil hingga mencapai hanya nggak sampai 30% dari areal dan
kalau kita lihat di halaman berikutnya 47 memang kelihatan sekali daisektif bagian hulunya
sehingga memang tumpahan dari hulunya ke danau itu sangat deras, erosinya juga kuat kalau
dilihat di halaman 50 misalnya, di gambar di halaman 50 itu kelihatan sekali erosinya hampir
setinggi badan orang itu material yang terbawa erosi dengan rata-rata kalau lihat di petanya di
halaman 51 itu rata-rata erosinya erosi berat dan ini tidak ada, ada kaitannya dengan land use ddi
lapangan dan sebetulnya sudah ada program aksi sedikit sudah berjalan, rencananya sudah ada
tetapi memang perkayaan sipil, uupaya vegetatifnya masih sangat terbatas.
Di halaman 58 misalnya yang dilakukan oleh KLHK sangat terbatas berupa DAM penahan,
gali pluk, sumur resapan, agro forestry dan areal model bambu yang jumlahnya secara angka
sangat kecil karena Cuma 20 unit, 30 unit, kemudian demikian pula di tahun 2016 kecil-kecil juga
Cuma 300 hektar agro forestry, sumur resapan hanya 200 unit dan sebagainya termasuk di tahun
2017.
Bapak Pimpinan.
Terkait dengan danau saya kira itu yang ingin kami laporkan dan izinkan selanjutnya kami
melaporkan tentang implementasi ratifikasi Undang-undang Ratifikasi Perubahan Iklim. Secara
umum pada halaman 68, penanganan perubahan iklim memerlukan proses secara nasional,
Internasional yang secara terus-menerus dan bersinergi. Memang sebagai nasional vocal poin
ada di Kementerian LHK, jadi kaitan keinternasional, ke UNFCC, kemudian posisi negosiasi
dihitung berdasarkan kebijakan kepentingan nasional, kemudian peran nasional vocal point
menjadi sangat penting. Dalam kaitan ini komunikasi kami dengan para menteri yang terkait juga
cukup kuat, kemudian tentu saja di Internasional juga ada Internasional panel dan ada juga yang
dari Indonesia, jadi interaksinya kita terus jalankan. Di sini lain ada juga interaksi secara sub
nasional, jadi pemerintah daerah, bisa juga berarti komunitas masyarakat dan lain-lain. Jadi
komposisi atau struktur interaksinya pada halaman 69.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang kami hormati.
Muatan secara umum tentang Paris Agreement yang perlu ditindaklanjuti oleh negara pihak
tertera pada halaman 71 yaitu tadi seperti yang disampaikan oleh yang terhormat Pimpinan
menyampaikan kontribusi nationally ...contribution seperti yang disampaikan tadi. Kemudian
upaya-upaya untuk penurusan emisi, kemudian penndekatan dengan kebijakan insentif, lalu
kerjasama-kerjasama di dalam mitigasi, kemudian mengembangkan global adaptasi upaya-upaya
adaptasi juga secara global, kemudian mengendalikan kerugian dan kerusakan atau loss and
damage akibat perubahan iklim, kemudian interaksi dalam kaitan dengan peluang-peluang untuk
dukungan pendanaan untuk capacity building serta kerjasama dalam alih teknologi dengan
negara-negara maju, serta partisipasi publik, pendidikan, latihan dan public campaigne, kemudian
instrumen-instrumen untuk kerja transparan, kemudian juga inventarisasi, monitoring serta
pelaporan.
Selanjutnnya seperti yang sudah sama-sama kita fahami bahwa proses ini sejak 2015 akhir
sampai dengan dukungan dari yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi VII dengan lahirnya
Undang-undang 16/2016 serta penyampaian NDC kita kepada UNFCC dan selanjutnya di
halaman 79 bisa kita melihat konfigurasi yang kami sampaikan muatan tadi yaitu berupa mitigasi,
adaptasi serta sensitifitas kita terhadap loss and damage, kemudian terkait juga dengan main
operation-nya seperti financial, teknologi, capacity building dan juga instrumen-instrumen berupa
inventarisasi gas rumah kaca, kemudian metoda di dalam reporting dan penilaian serta sistem
yang terbuka dan yang bisa menjadi tempat untuk diregistrasi oleh masyarakat. Jadi usaha-usaha
atau langkah-langkah pengendalian perubahan iklim ini dilakukan oleh semua pihak untuk
record-nya itu masuk ke dalam sistem registry nasional dan sudah ada instrumen ini. Jadi dengan
demikian sebetulnya kita termasuk yang tidak terbelakang di Internasional dengan registry yang
sudah kita lakukan dan model reporting serta interaksi yang selama ini kita lakukan.
Selanjutnya pada halaman 80, ini komposisi bagaimana Indonesia dalam sebaran emisi
kalau dilihat, saya minta maaf ini harus dikoreksi bukan terbesar ketiga, Indonesia itu pengemisi
terbsar ke-9 karena yang terbesar itu kalau dilihat konfigurasinya ini Cina 12,5 giga, kemudian
United State 6,3 selanjutnya India 3, Brazil, kemudian Rusia dan sebagainya. Jadi kita
diperkirakan 0,8 giga mengeluarkan NDC-nya, sekarang sedang dihitung per daerah seperti apa.
Ini Ibu Dirjen dan semua sektor sedang kerjakan tapi sebagai contoh misalnya Kalimantan Timur
kira-kira 22 juta ton misalnya begitu, jadi gambarannnya seperti itu. Kalau dilihat halaman 81, tadi
seperti yang disampaikan oleh yang terhormat Pimpinan bahwa untuk penurunan gas rumah kaca
pada bisnis as usual, maka sebetulnya dari sisi energi 11% kontribusinya, kemudian waste0,38%,
kemudian Industri 0,1%, dari pertanian 0,32% dan dari forestry itu kira-kira 17,2% untuk 29%,
demikian pula untuk yang 41% dalam hal ini sudah di exercise 38%.
Selanjutnya bagaimana aksi mitigasi untuk semua sektor, kebijakannya di halaman 83 bisa
kita lihat. Kalau di energi misalnya dia diorientasikan dengan efisiensi penggunaan energi final,
pemanfaatan teknologi clrean cold technology, produksi listrik EBT, kemudian penggunaan bahan
bakar nabati dan juga pengendalian pada sektor transportasi. Di Kehutanan didekati dengan
penurunan day forestasi harus sampai dengan 300 ribu atau 450 ribu hektar saja per tahun, kalau
sekarang kita akibat kebakaran kemarin dianggap besar sekali sampai 800, sampai 1 juta mega
ton tetapi setelah kebakaran ini kita reduksi dengan baik hanya tinggal, kemarin 7% ddari 2015, di
2016 kme di 2017 itu hanya 8 atau 7% juga dari tahun sebelumnya. Jadi dari kebakaran hutan kita
udah turun banyak, sekarang lagi dihitung finalnya untuk 2016 ke 2017 diperkirakan yang dari
kehutanan saja mungkin sekitar 400 ribuan lebih tetapi ini masih sedang dihitung-hitung. Kita
punya problem terhadap penghitungan ini karena saintis-saintis luar negeri mengatakan kita besar
sekali, sedangkan hitungan kita nggak jadi kita sedang minta ayo kalau gitu kita duduk bareng apa
yang anda anggap deforestasi, apa menurut Indonesia jadi ini kami juga mohon dukungan
Pimpinan dan Anggota yang terhormat sebab sekarang Indonesia dari sisi sumber daya alam dan
tanda kutip kekhawatiran akan perubahan iklim ini mendapatkan sorotan Internasionalnya sangat
deras kelihatannya setelah Brazil, Kongo dan sebagainya Argentina dan lain-lain akan mulai
atensinya decline terus pindah ke kita ke Indonesia keras sekali pengamatannya dan juga ke
Afrika. Jadi saya selalu minta bolak-balik ke peneliti asing ini, kalau gitu kita adu metoda gitu
mmulai dari definisi sampai cara mengukur sampai kepada hasilnya. Sekarang di Direktorat
Jenderal dan interaksi dengan KL itu sedang terus dipersiapkan.
Kemudian dalam hal pertanian pendekatannya adalah penggunaan varietas rendah emisi
di sawah terutama, kemudian penerapan sistem pengairan sawah lebh hemat air, pemanfaatan
limbah ternak untuk bio gas. Dalam hal limbah yaitu dengan pengelolaan limbah padat,
pengelolaan limbah cair domestik, peningkatan penerapam land field gas recovery dan
pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah, peningkatan prosentase pemanfaatan sampah
melalui composting dan 3R.
Kemudian di Industri orientasinya Industri semen melaksanakan aksi mitigasi, pengurangan
klinker aitu semen ratio jadi blended semen, dari 80 menjadi 75%. Peningkatan efisiensi Industri
amonia melalui optimasi pemanfaatan gas bumi dan CO2 recovery pada primery reformer serta
penambahan aksi mitigasi. Kalau dilihat dari seluruh agenda ini hampir semuanya sebagian besar
ada di bawah kendali Komisi VII DPR RI, kecuali yang Industri itupun dalam prosentase sangat
kecil juga yang pertanian di Komisi IV itupun di prosentase sangat kecil.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang kami hormati.
Saya sangat berterima kasih bahwa ada selalu pembahasan-pembahasan khusus tentang
perubahan iklim ini dan mungkin nanti di suatu saat memang harus berinteraksi dengan
kesemuanya, kalau misalnya sulit dalam Rapat Kerja bisa Rapat Dengar Pendapat atau FGD
Pimpinan. Jadi dengan semua sektor yang tadi kebijakannya yang sudah kita ketahui di halaman
83. Jadi Indonesia relatif tidak ketinggalan karena kita sudah dirintis dibantu di waktu yang lalu
dengan agenda red plus, jadi reduksi emisi dari deforestasi dan degradasi ini, ini konsisten kita
lanjutkan karena metodanya memang cukup baik. Jadi saya ingin mengatakan bahwa kita nggak
ketinggalan secara Internasional karena dirintisan dengan red plus.
Dalam perkembangannya memang akhirnya harus dikaitkan dengan ketahanan nasional
juga, jadi ketahanan di halaman 85 terkait dengan ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan
ketahanan ekosistem dan landskap. Di Lemhanas sudah ada ukuran-ukuran untuk ketahanan
kami bar mulai merintis bersama Lemhanas untuk sampai kepada ukuran-ukuran yang lebih rinci
karena Lemhanas sudah punya record di setiiap daerah itu derajat ketahanan nasional di
daerahnya seperti apa.
Secara keseluruhan nanti seperti usul kami Pimpinan dan Anggota yang terhormat,
mungkin pada diskusi berikut bisa melalui FGD atau Rapat Dengar Pendapat kita perlu
bersama-sama melihat strategi implementasi kondisi ini melalui 9 agenda yaitu ownership dan
komitmen. Jadi public campaigne-nya di sini sangat kuat, kemudian capacity building, jadi
penguatan kelembagaan untuk pemahaman dan pengenalan tentang NDC bagaimaana
programnya, bagaimana pemahaman tentang mengukur dan reporting serta valueing, kemudian
sistem registry nasionalnya seperti apa. Lalu enabling program, enabling environment-nya melalui
peraturan perundangan saya sekali lagi sangat berterima kasih atas dukungan yang terhormat
Pimpinan dan Anggota Komisi VII terkait dengan lahirnya Ratifikasi Undang-undang 16 dan yang
kemarin Ratifikasi Undang-undang 16/2017.
Kemudian strategi berikut penyusunan kerangka kerja dan jaringan komunikasi, ini tentu
dengan dukungan dari para yang terhormat Anggota Komisi dalam interaksi ke daerah, ke
komunitas dan sebagainya juga sangat penting. Kemudian kebijakan satu data tentang gas rumah
kaca, jadi ini ada metodanya yang sedang terus dikembangkan, kemudian penyusunan kebijakan
rencana program dan untuk intervensi dan ini kaitannya kepada juga ada aturan main di daerah,
regulasi sampai kepada alokasi dukungan anggaran. Penyusunan pedoman implementasi lalu
langkah-langkah implementasi dan pemantauan serta review, itu strateginya.
Saya mohon izin melaporkan bagaimana progresnya sampai dengan sekarang yaitu sudah
ada ratifikasi pembangunan registry nasional sudah ada, NDC sudah di submit, strategi
implementasi NDC sudah ada draft dan kita akan finalisasi bersama kementerian dan lembaga.
Penyiapan instrumen pendanaan iklim, perubahan iklim dan lingkungan ini yang kami sedang
konsultasikan terus kepada Menko dan para menteri dan Bapak Presiden yaitu untuk lahirnya
Peraturan Pemerintah untuk instrumen ekonomi lingkungan, kemudian sudah ada summary,
sosialisasi juga sudah mulai dilakukan, baru dilakukan di Maluku, Aceh dan Kaltim dan akan
menyusul untuk seluruh Kalimantan, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Papua dan Papua Barat. Ini
sebetulnya yang diproyeksikan emisinya cukup gede-gede gitu. Kemudian sosialisasi dan
komunikasi stakeholder dengan Bappeda, jadi dengan para birokrat untuk mulai mereka
memahami dalam rangka capacity building, kemudian proses internal per sektor, kemudian
rapat-rapat dengan daerah serta mempelajari referensi seperti studi tentang kaitan investasi dan
perubahan iklim.
Selanjutnya untuk kegiatan mitigasi seperti yang kami laporkan tadi secara rinci per sektor
kehutanan, energi, limbah, kemudian pertanian dan Industri itu seperti serta ketahanan iklim dapat
dilihat paada halaman 89-94 dan seterusnya kami mohon izin melaporkan sepintas tentang sistem
inventarisasi gas rumah kaca di halaman 97 dan seterusnya kita lihat bagaimana emisi gas rumah
kaca dalam record pada tahun 2010-2014 dan juga di halaman 98. Kemudian di halaman 99
tterlihat laporan inventarisasi dari tiap provinsi, untuk energi sudah dilaporkan untuk seluruh
provinsi, yangn Industri baru 15 provinsi yang melaporkan. Kemudian di kehutanan juga sudah, ini
yang belum lengkap hanya yang dari perindustrian.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Saya mohon izin untuk kita melihat screen di halaman 100, garis yang warna coklat ini
adalah garis di mana proyeksi seharusnya pencapaian target bisa dicapai. Eh maaf yang biru,
yang coklat ini proyeksi yang berlangsung. Jadi kalau kita lihat angkanya di 2014 itu berdasarkan
hasil inventarisasi kita gas rumah kacanya masih sangat tinggi, yang hijau itu yang melesat ke
atas. Di 2015 karena kebakaran hutan kiita masih dianggap tinggi, hitungan dari luar negeri itu
sampai 1,8 giga gitu, perhitungan kita mungkin sampai 1,8 dan sebagainya. Ini yang saya bilang
kita masih akan diskusikan tentang metodanya dan lain-lain. Karena di 2016 dan 2017 kebakaran
hutannya sudah menurun banyak maka diproyeksikan dia akan menurun banyak.
Selanjutnya saya mohon izin melaporkan tentang gambaran tingkat kerentanan pada
halaman 103, ini sebetulnya ada beberapa tapi mohon izin untuk kita melihat di halaman 103. Itu
data ini menunjukkan bahwa dari 77.961 desa itu kira-kira yang sangat rentan itu 2.507 kalau lihat
petanya di halaman 102 seperti di Kalbar, Sumatera Selatan dan Papua itu yang sangat tinggi.
Yang tinggi itu seperti yang kuning itu kelihatan dan di halaman berikutnya sebetulnya di halaman
104-nya menunjukkan bahwa 2011 ke 2014 yang kerentanannya rendah itu menurun. Jadi
dengan demikian sebetulnya artinya ada hal yang harus kita waspadai, sementara di sisi lain di
kerentanannya yang sangat tinggi juga menurun, berarti sudah ada usaha juga untuk
memperbaiki. Oleh karena itu memang dalam hal ini interaksi bersama daerah dan kerjasama
berbagai lembaga menjadi sangat penting.
Bapak Pimpinan, tadi saya sudah menyampaikan soal sistem registry itu bisa dilihat di
halaman 105-106 dan juga tentang, sedikit tentang pendanaan. Pendanaan untuk perubahan ilim
itu dapat berupa dari kebijakan insentif, alokasi dana atau mencari sumber-sumber daya
pendanaan yang lain. Pendanaan ini menjadi tantanan karena pendanaan hijau itu tantangannya
cukup besar, baik dari APBN, swasta, maupun Internasional. Oleh karena itu seperti kami
sampaikan tadi kami mohon dukungan untuk kita bisa men-develope peraturan pemerintah untuk
instrumen ekonomi lingkungan seperti yang telah kami laporkan di waktu terdahulu. Jadi tadi
bagaimana untuk ini diketahui atau mulai dikenal oleh masyarakat Kementerian LHK
mengembangkan program kampung iklim yang pada saat ini jumlahnya 1.286 desa yaitu 205 di
Sumatera, 563 desa di Jawa, kemudian di Kalimantan 52, Sulawesi 188 desa itu sebarannya bisa
dilihat pada halaman 113 dan apa saja komponen-komponen perubahan iklim ini, intinya sih
bagaimana kita men-develope atau mengajak masyarakat dan mereka punya inisiatif gitu,
biasanya dari dia memperbaiki lingkungannya, menanam, kemudian menata dan sebagainya ini
elemen-elemennya bisa diilihat pada halaman 115 dan sampai dengan 117. Jadi kelihatan
bagaimana dia mempertahankan vegetasi, mencegah kebakaran, mengelola sampah,
mengembangkan energi baru terbarukan dan sebagainya.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang kami hormati.
Selanjutnya bagian terakhir saya ingin melaporkan tentang persiapan untuk agenda Kop 23
tanggal 6 ya, mulai tanggal 6-17 November ya di mana secara umum elemennya bisa dilihat pada
halaman 120 yaitu berupa Kop, ini Kop CMP, CMA, ini semua Kop perundingan antar partis
menyangkut perubahan iklim, geo protokol, Paris Agreement. Kemudian juga ada diskusi-diskusi
badan-badan di bawahnya, jadi mungkin istilahnya kalau di kita kelembagaan alat-alat
kelengkapannya, kemudian juga ada ad hoc-ad hoc working grup lalu ada presesional event. Jadi
agenda di Kop 23 nanti berupa event-event yang dimandatkan, kemudian ada side event,
Indonesia diminta untuk menjadi lead organizer dari side event terkait dengan governing pit lands
for the benefit of environment economy and society. Jadi delegasi RI melalui institusi maupun
perorangan juga menerima undangan, baik sebagai pembicara ataupun sebagai undangan di side
event paviliun dan sebagainya. Pavilion negara pihak juga disediakan, kita punya pavilion
Indonesia seperti yang lalu untuk soft diplomacy outrage campaigne dan sharing base parctices
serta ada juga forum-forum. Di sisi lain nanti Kop 23 akan ada tempat tersendiri yang sebelumnya
belum ada, nanti khusus non party stakeholders itu nanti ada building-nya khusus, jadi seperti
untuk CSO dan lain-lain, kemudian ada action ....
Misi delegasi Indonesia pada Kop 23 yaitu memperjuangkan kepentingan Indonesia dan
kontribusi melalui jalur nego dan non negosiasi. Jalur negosiasinya melalui agenda formal
UUNFCC termasuk lobi dan menggalang posisi, kemudian jalur non negosiasi melalui paviliun
sebetulnya yang paling bnayak juga side event yang diselenggarakan oleh Indonesia ataupun
oleh pihak lain karena juga kadang-kaadang dari .....seperti yang saya sampaikan tadi di undang.
Isu krusial negosiasi Kop 23 berdasarkan persiapan-persiapan yang dilakukan secara
Internasional dan kami hadiri dari kementerian yaitu pengaturan fitur akunting dan klarity
transparansi understanding serta NDC-nya. Kemudian pengaturan komunikasinya, kemudian
pengaturan framework transparansi untuk mitigasi dan adaptasi serta berbagai support.
Pengumpulan informasi secara global dalam rangka kajian terhadap penurunan emisi sebab
sebetulnya hharusnya di 2018 kita harus sudah mulai tahu angka-angka penurunan tersebut.
Kemudian pengaturan climate finance, kemudian jalur-jalur untuk meningkatkan partisipasi,
pengaturan mekanisme market non market, kemudian langkah-langkah terhadap dampak sosial
ekonomi serta secara khusus akan ada pembahasan untuk platform masyarakat hukum adat.
Kemudian denan demikian sebetulnya pada sidang di Bond beberapa pertemuan tingkat menteri
pada dasarnya sebagian negara menyatakan bahwa Kop 23 ini harus disepakati dengan aspek
implementasi. Jadi sudah bicara modalitas, prosedur guide lines untuk implementasi.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang kami hormati.
Selanjutnya khusus untuk paviliun Indonesia kita akan mengambil tema smater world
collective action for changing climate, jadi topik-topik terkait dengan sosial forestry. Di sini
aktornya adalah para menteri, beberapa menteri yang akan terlibat seperti ESDM sudah pasti
keuangan, Bappenas, KLHK sendiri, Menko Perekonomian dan mungkin nanti sedang kami
fikirkan untuk pembukaan paviliun di.....oleh Pimpinan DPR RI misalnya tadi karena yang
terhormat Pak Agus Hermanto juga sangat concern terhadap Komisi VII dan IV dan segala
substansi. Jadi kami mohon dukungan untuk itu, kemudian nanti juga dari parlemen, kemudian
para tokok cmapion dunia usaha, Kadin dan lain-lain, CSO, akkademisi, generasi muda, tokoh
agama dan mitra Internasional. Kegiatannya berupa talkshow, diskusi, pameran dan
display-display digital. Apa saja kurang lebih materi yang dibahas di dalam paviliun Indonesia
dapat kita lihat berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan perparasi kebijakan di halaman 126, juga
hal-hal yang merupakan base practices di operasional works di halaman 127, juga hal-hal yang
terkait dengan dukungan sosial dan komunitas dan ini di halaman 128 social works dan tentu saja
bagaimana kolaboratif works-nya kesefahaman interaksi dan lain-lain, kurang lebih gambaran
display-nya seperti itu Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu yang kami hormati.
Selanjutnya kami mohon dukungan dan berbagai catatan dan arahan pada kesempatan
Rapat Kerja ini, kurang lebih mohon maaf.
Terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Shalom, shanti-shanti ohm.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Bu Menteri atas penjelasannya terhadap 2 isu yang kita ingin diskusikan yaitu
menyangkut masalah bagaimana kita mengelola danau supaya lebih baik, walupun kita menyadari
tadi perlu ada sinergi antar beberapa kementerian yang tidak mudah. Maka lahirnya PP itu saya
pikir menjadi sangat yang krusial sekali karena PP itu tentunya sudah menggunakan mekanisme
sinkronisasi.
Dan yang kedua menyangkut masalah isu perubahan iklim yang dari waktu ke waktu
menjadi pengamatan Komisi VII karena kita cukup concern terhadap itu dan betul tadi yang
disampaikan mengenai bagaimana kita mengukur karena tidak mudah kita mengatakan bahwa
sumbangan emisi karbon kita adalah sekian giga ton tanpa ada satu akurasi pengukuran,
termasuk tadi tidak dimunculkan yaitu mengenai kualitas daripada udara karena air quality
monitoring system kita, apakah sudah terpasang ataupun tidak atau belum gitu ya, lantas
bagaimana mengukur secara keseluruhan mengenai polusi itu juga menurut hemat saya perlu
mendapatkan perhatian khusus gitu karena kalau tidak yang ngukur orang lain belum tentu benar
tapi number yang dikeluarkan besar, nah ini yang menurut hemat saya menjadi hal yang harus
menjadi perhatian kita ke depan, terutama yang berakibat daripada polusi udara itu, jadi gangguan
kesehatan, pendataannya itu kan tentunya harus sinkron gitu jangan sampai nanti di kemudian
hari orang makin aware, ternyata banyak penyakit yang dimunculkan dan akibat dari pada polusi
udara yang kita sendiri tidak mempunyai tools sudah mengukurnya gitu. Itu juga jangan sampai
menjadi isu di kemudian hari karena saya melihat banyak sekali yang non profit organization yang
Internasional sudah mulai menyoroti itu dan mengeluarkan angka-angka yang kita sendiri kurang
tahu dari mana mereka mengeluarkan angka-angka tersebut.
Saya rasa itu yang sedikit banyak nanti akan mendapatkan penajaman dari para Anggota,
di meja Pimpinan sudah ada 4 penanya. Jadi yang pertama Pak Kiai H. Nawafie Saleh, nanti
siap-siap Pak Muhammad Nasir.
Silakan Pak Nawafie.
F-PG (Drs. KH. NAWAFIE SALEH, SE., MM.):
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih Pimpinan dan Rekan-rekan Anggota Komisi VII yang kami hormati.
Ibu Menteri beserta jajarannya.
Kami melihat komplit alhamdulillah Bu, bersyukur kepada Allah bahwa pada hari ini kita
berbicara untuk menyelamatkan kaitannya dengan lingkungan kita. Mohon Ibu kalau saya
berbicara tidak danau yang besar karena Dapil saya di kabupaten Bogor, Dapil V Jawa Barat.
Saya masih ingat kabupaten itu masih bergabung dengan kota Depok, tercatat ada 113 danau.
Memang danaunya paling besar ukuran 25 hektar, tapi ternyata sudah 3 danau yang hilang jadi
perumahan, itu lucu. Itu tahun 1996 saya masih aktif menulis di media, saya pernah mneulis
menngenai hilangnnya 3 danau di kabupaten Bogor padahal itu adalah fungsi resapan air yang
juga menyelamatkan Jakarta. Yang hilang itu di Depok, satu di kecamatan Pancoran Emas, dua di
kecamatan Cimanggis. Caranya mereka tinggal di pinggir danau, kemudian danau itu buanng
sampah itu di situ dan sengaja ditutup, makin besar, makin besar dijadikan rumah dan akhirnya
semuanya hilang.
Nah ini yang menjadi catatan saya dan sekaarang bersyukur karena Ibu Menteri sekarang
akan menangani ini, kalau dulu kan hanya berkoordinasi kepada PSDA. PSDA juga tidak
membangun, tidak menyelamatkan, contoh kalau Ibu masuk jalan tol itu lewat jalan yang gunung
putri di sebelah kiri itu ada 25 hektar danau gunung putri, itu penuh sama eceng gondok, nggak
kelihatan danau Bu, padahal itu kalau diselamatkan kalau dikelola dulu ada pihak-pihak ketiga
akan berusaha istilahnnya apa minta dikelola kepada pemerintah daerah kabupaten Bogor,
kabupaten Bogor tidak mempunyai kewenangan, ke provinsi juga nggak dikasih. Nah ini ke mana
masyarakat ini, artinya masyarakat sekarang ini udah tahu danau itu adalah pemerintah Jawa
Barat yang itu PSDA tapi sampai sekarang elum bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Yang menjadi pertanyaan kami apakah akan didata semua ini danau-danau yang hilang,
termasuk yang hilang ini, yang sudah jadi rumah. Ini mungkin harus menjadi tugas Ibu Menteri
yang sekaarang dan untuk menyelamatkan dilihat dari grand desain dalam penyelamatan danau
dari ekosistem, kemudian dari segi, dari sisi ekonomi, kemudian dari sisi satu lagi adalah sosial
dan budaya. Ini harus menjadi perhatian kita, saya sarankan Pak Ketua, Pak Pimpinan, jadi kalau
gini harus ada departemen yang khusus menangani. Tadi Ibu bilang katanya ada beberapa
kementerian yang menangani, saya sarankan saja sekarang kementerian Ibu yang menangani
langsung. Itu mungkin yang saya harapkan supaya masyarakat di bawah, pemerintah daerah
yang tidak punya kewenangan itu bisa melaksanakannya lebih mudah, ini kalau kita sependapat
semua. Nah ini yang pertama untuk penyelamatan danau, saya kasihan ini kalau Jakarta kalau
danaunya habis di Bogor ini banjirnya akan lebih besar, akan lebioh besar karena dengan
danau-danau itu yang akan bisa menyelamatkan, hannya yang saya bagus, saya lihat itu hanya
danau Tonjong yang ada di kecamatan Bojong gede. Itu masih bagus itu dirawat pinggirnya udah
diberikan tanda-tanda dan sebagainya.
Jadi pertama saya bertanya kepada Ibu Menteri apakah nanti ke depan data-data danau itu
dari yang besar sudah terlihat datanya kami sampaikan, apakah yang kecil-kecil ini catatan saya
113 saja di kabupaten Bogor danau, nanti tinggal koordinasikan, apakah betul ada 113 sekarang,
masih ada atau belum. Kemudian daerah-daerah lain di Jawa Barat juga sama masih banyak
danau-danau termasuk di daerah Bandung kabupaten Bandung, kemudian kabupaten
Purwakarta, bahkan di Purwakarta ada danau yang di tenngah-tengah kota itukan bagus sekali.
Nah ini artinya tidak terselamatkan karena tidak bisa dibangun secara baik karena menurut
mereka tidak ada anggaran dan tidak ada kewenangan khusus untuk menangani danau itu.
Ini mungkin yang saya sampaikan Pimpinan, saya hnaya menyoroti danau saja yang sisi.
Yang kedua saya tidak menyoroti, itu saja terima kasih atas perhatiannya.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Kiai H. Nawafie.
Memang kalau besok ada menteri danau gitu ya Bu, nggak usah pake
kementerian-kementerian yang lain diurusin satu dengan anggaran satu mungkin lebih baik gitu.
Silakan berikutnya Pak Nasir.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Terima kasih Pimpinan.
Yang saya hormati Pimpinan Rapat dan teman-teman Komisi VII.
Saya hormati Saudara Menteri beserta jajarannya.
Dalam poin rapat ini kita membahas masalah kawasan penanganan danau Toba, mungkin
awal Bu ingin izin Pimpinan, mungkin interaktif dengan Bu Menteri. Bu danau Toba ini tempat
saya lahir di Simalungun, jadi sedikit yang saya mau tanya Bu. Bagaimana kita mau penannganan
danau Toba ini kalau perusahaan-perusahaan yang merusak ini dibiarkan mengelola danau Toba
itu, mungkin interaktif dengan Ibu, bagaimana penanganan perusahaan-perusahaan ini. Satu
contoh habisnya kayu di sekitar bukit barisan yang ada di danau Toba itu karena ada perusahaan
besar kayu yang berdiri di sana, itu yang menghabiskan kayu tersebut. Apa sanksi perusahaan ini,
apakah sudah ditanam kembali, bagaimana proses penanganannya, apa sanksi hukum yanng
diberikan kepada perusahaan. Mungkin nanti ini izin Pimpinan, kita juga kalau bisa kunjungan
spesifik ke sana ke danau Toba bagaimana kita melihat nanti sisi-sisi yang disampaikan di poin
ini. Ini nggak akan terbenahi kalau perusahaan ini tetap memproses kondisi ini, jadi kalau Ibu saya
harap buat apa deh aturannya terserah, siapa yang motong kayu satu pohon, dendanya berapa di
kawasan itu, radius berapa, siapa yang motong kau siapa yang bisa, siapkan Satgas di sana
khusus menangani penangangan danau Toba ini, jadi jelas, jangan dirjen Ibu tinggal terima
setoran nanti dari perusahaan ini mengeluarkan izin terus, ini nggak jelas. Saya minta bagaimana
penanganan proses perusahana yang merusak kawasan danau Toba ini, saya minta laporannya
mau Ibu sampaikan tertulis monggo, mau Ibu sampaikan nanti dalam bentuk jawaban di forum ini
silakan, tapi saya minta bagaimana proses hukum tentang perusahaan yang merusak kawasan
danau Toba ini.
Yang kedua ada perusahaan Aqua Pam yang cukup besar yang merusak air danau Toba
ini, nah bagaimana prosesnya ini karena saya lihat sampai sekarang perusahaan ini yang
merusak dan sampai sekarang cukup besar memproduksi pengembangan ikan, ikan ya kalau
saya nggak salah. Ikan ini ribuan ton ini per bulan dikirim nggak tahu ke mana, tapi dikembangkan
di kawasan danau Toba. Nah bagaimana sanksi hukum perusahaan ini, saya minta juga ini nanti
sekalian pas kunjungan spesifik ini kita lihat perusahaan ini, bagaimana dia mengembangkan,
berapa karena truknya cukup besar Bu setiap hari dikirim ke Belawan itu pengapalannya, ke
gudangnya dari gudang itu diproses, nah itu dagingnya dikirim ke luar negeri.
Ini poin 2 ini Bu saya minta interaktif Pimpinan, mungkin kalau bisa dijawab dengan Ibu,
maih ada pertanyaan lain tapi saya bagaimana penanganannya dulu Bu yang merusak ini
bagaimana penangannya begitu. Kalau nggak ditanganin percuma nanti Ibu saya tahu ini butuh
anggaran Bu, butuh anggaran tapi kalau anggaran ini nanti dimasukkan, kalau ini tetap dirusak
seperti ini percuma anggaran ini nggak ada artinya, nanti masyarakat juga, gara-gara Ipal, oh air
danau Toba tercemarin. Menurut saya bukan karena Ipal ini Bu tapi karena perusahaan ini yang
satu juga ada Inalum juga mengambil air yang cukup besar, naik untuk pembangkit, ini juga
menurunkan. Menurunkan badan air danau Toba itu sudah sampai 4 meter Bu, bagaimana sanksi
perusahaan ini juga, bagaimana pemulihannya ini. Ini harus ada Ibu keluarkan suurta karena Ibu
yanng bertanggung jawab menurut saya, menteri yang ngawasin lingkungan di Reppublik kita ini.
Kalau tidak nggak akan selesai Bu danau Toba ini karena saya waktu kecil dulu ke danau Toba
masih indah saya lihat, Cuma pinus saja itu sekarang tinggal sedikit, waktu kita mau masuk awal
itu saja, yang lain sudah gundul tapi tidak ada sanksi hukumnnya. Mungkin Pak Dirjen Gakkum
bisa berkoordinasi dengan pihak Polda, proses hukumnya dijalankan, bagaimana tindak lanjutnya
begitu. Nah kalau nggak ini gunduul terus Bu, dulu tebing-tebing kanan-kiri barisan itu semua
pinus Pak, tapi nggak ada sekarang pinusnya sudah habis, tapi yang merusak perusahaan ini
masih ada, yang merusak pinus ini perusahaannya masih ada gitu dibiarkan saja, tidak menanami
sendiri, tidak diberikan sanksi tidak ada gitu, yang disampaikan dulu Pak Sekjen kita kasih IPK
nanti dia tanamin kembali. Ini tidak ada non sense semua, saya minta apa sanksi hukum dari
perusahaan ini. Jadi sekarang ada TVRI waktu kita kunjungan dengan Pertamina ke sana Pak, itu
ada beberapa LSM maupun media itu meliput bahwa air limbah perusahaan kertas itu langsunng
masuk ke danau Toba. Itu juga sanksi hukumnya harus ada, jadi kalau orang dibiarkan saja Bu
kalau limbah ya susah Bu, nggak ada sanksi hukumnya. Ibu percuma bersihin juga kalau dia tetap
ngalir ini nggak ada manfaatnya Bu, tapi kalau dia sudah bersihkan seperti Aqua ini, dia baru
buang ke danau itu, kita monggo, berarti benar gitu, sudah ada kehidupan sebelum dia buang,
ikan bisa hidup, kita lihat berhasil mungkin dia bisa pakai dana CSR-nya, ini baru baik gitu.
Baru-baru ini saya dengan Pak Dirjen Gakkum pergi ke Riau itu perusahaan RAPP itu kita cek tapi
ada beberapa catatan yang kita buat, jalan yang harus kita untuk inspeksi untuk kita periksa itu dia
tidak buat. Nah Pak Gakkum muter 2 jam pakai kapal itu dengan kapal speed kecil, ini saya bilang
bangun saja, kalau dia tidak ada masalah silakan dia bangun karena kita ingin mengecek
bagaimana pemanfaatan limbah ini yang implikasinya cukup besar per hari, mungkin jutaan Bu.
Bagaimana sungai itu mau bersih kalau ini dibiarkan terus gitu.
Saya lihat Bu harus ada ketegasan, keberanian untuk membenahi ini, kalau nggak uang
APBN ini habis nanti untuk kita pemerintah membenahi tapi perusahaan ini mengambil
keuntungan cukup besar tapi tidak ada feedback-nya gitu. Saya minta Ibu mungkin bisa
berkonsultasi kepada BPK untuk melakukan perhitungan kerugian ini, memberikan sanksi denda
untuk diberikan setorannya kepada negara, memberikan masukan PNBP yang sangat besar
kepada negara. Ini jauh lebih baik Bu Menteri, karena perusahaan ini besar juga, per hari dia
jutaan, ribuan kubik meleburkan kayu itu tapi kan dampak kimianya sekarang masyarakat ada
yang kena kanker payudara, begini, itu semua dampaknya dari situ Bu setelah tanya
teman-teman, orang-orang susah yang banyak kena gitu. Saya minta ketegaasan Bu, ketegasan
hukumnya dulu, hukum, bahwa hukum di Kementerian Lingkungan ini kuat menurut saya. Saya
sudah beberapa kali turun dengan Anggota Pak Dirjen ini dan saya minnta segel saja perusahaan
kalau dia nggak bener, segel saja, matiin saja, kalau dia nggak mau, dia tiap hari mungkin
mengambil keuntungan 100-200 juta tapi hanya membenahi kawasan lingkungan limbahnya tidak
mau, ya kita tutup saja, nanti kalau dia sudah benerin baru dibuka berikan izinnya. Kalau ada
pemda-pemda yang memberikan izin seperti .....atas kuda ya berapa biayany, berapa hari selesai,
ini di daerah seperti ini Bu. Ini saya minta kepada Pak Dirjen laporkan saja ke kepolisian ya
inpansing seperti itu, jadi kan nanti kita perlu kajian Pak, mengeluarkan satu izin kan ada kajian,
ada kajian bahwa potensi air ini begini baru bisa dibuang. Nah kalau airnya siap produksi berjalan
dibuangin terus ya rusak ini, ikan-ikan pun yang selama ini ditangkap masyarakat mati semua
karena kimia, sisa kimia itu dibuang. Itu cukup banyak, di Riau cukup banyak Pak, pabrik .....itu
cukup banyak di sana tapi tidak ada tindak lanjut hukum. Saya minta sebenarnya saya ada
sample 3-4 tempat saya dengan Anggota Pak Dirjen, saya bilang tutup saja kalau nggak mau
karena harus ada sanksi hukum kerugiannya bagaimana seperti yang saya tunjukkan Ibu juga,
gambar ada perusahana yang membuat tapal batas tanah. Sekarang tapal batas tanah itu sudah
menjadi masalah, sudah mengeluarkan anggaran APBN Sumatera Utara 100 milyar tapi tidak ada
sanksi hukum dan sampai sekarang perusahaan ini masih eksis, saya nggak mau Bu begini. Saya
maunya di mana hukum kita ini gitu baru lingkungan ini bisa terjaga, kalau Ibu benahi juga danau
Toba Bu, masyarakatnya seperti itu non sense Bu. Jadi nggak bisa, Ibu harus tegakkan satu
lembaga hukum di sana, motong satu kayu berapa dendanya, yang membuang limbah tidak
dengan aturan berapa dendanya itu bunyi Bu entah bentuknya Permen terserah, entah dipayungi
oleh PP terserah, yang penting ada Bu sanksi hukum di kawasan ini. Kalau tidak, ini nggak akan
bisa Ibu wujudkan, padahal Ibu tadi dalam penyampaian Ibu tadi ujung-ujungnya butuh anggaran
karena ini perlu anggaran saya lihat. Jadi anggaran ini kalau dijalankan kalau tidak di back up
dengan proses yang baik ya percuma saja macam buang garam di laut saja mneurut saya begitu.
Jadi menurut saya satu saja Bu yang saya minta bagaimana, izin Pimpinan interaktif,
bagaimana penanganannya hukum yang saya sampaikan tadi, apakah bisa dilaksanakan.
Izin Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu, untuk jawaban yang singat saaja.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Iya, saya kira ini kesempatan saaya mengatakan bahwa saya bukan pembela
perusahaan-perusahaan penjahat seperti itu tapi kita mesti lihat bahwa ini proses kumulatif yang
sangat panjang, saya juga lihat semua aturannya nanti. Saya setuju bahwa kita turun ke
lapangan, kita kenakan sanksi, saya sangat setuju itu Bapak, tapi ada tapinya, kalau pemerintah
kan mnegerjakannya harus sistematis dan nanti saya akan minta Pak Sekjen, Pak Dirjen untuk
menangani secara khusus tentang ini. Saya termasuk yang perusahaan-perusahaan seperti ini
memang harusnya nggak dikasih ampun karena memang jelas-jelas merusak apalagi hanya
mengambil keuntungan untuk dia sendiri saja. Jadi Ketua saya setuju dengan yang disampaikan
oleh yang terhormat Pak Nasir, tapi saya ingin membuat catatan juga bahwa nggak ada dirjen
yang terima setoran, itu saya jamin, awas dia kalau.
Demikian Ketua, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Clear ya Pak Nasir ya.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Setorannya kan banyak Bu, lain mungkin.
KETUA RAPAT:
Oke, silakan.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Sedikita lagi Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Sudah cukup lama ini Pak Nasir, yang lain Pak Nasir, nanti lagi aja Pak Nasir. Sekarang
Pak.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Ada lagi Pimpinan, sedikit, 1 menit.
Mungkin saya mendukung untuk penambahan anggaran yang Ibu sampaikan tadi, tapi
terutama yang perlu digarisbawahi anggaran yang paling penting didorong itu untuk Dirjen
Gakkum Ibu untuk saya karena dia butuh fasilitas. Kalau kita ke lapangan itu Bu, asep cerobong
itu keluar alatnya nggak ada, itu butuh alat Bu, terus di lab kita di kawasan limbah itu kita bisa
celupin alat gini, oh ini tahu potensinya bagus atau tidak. Ini nggak ada Bu, kita malu juga
lembaga kementerian sebesar ini nggak memililki alat-alat labb yang cukup bisa di bawa ke
lapangan. Ini bisa dibawa ke lapangan tapi tidak dimiliki gitu, jadi untuk memperkuat lmebaga Ibu
mneurut saya ya perlu diadakan Bu, jadi bukan mobil saja action-action pakai merk-merk itu
nggak cukup gitu. Jadi Beliau butuh alat menurut saya untuk bahan keamanan, yang lain itu
mungkin itu Bu perlu didorong kalau ada anggarannya mungkin bisa digeser sebelum
dilaksanakan mungkin difasilitasi karena kemarin saya turun dengan Anggota Beliau itu kita lihat
asep yang hitam saja, saya bilang itu bagaimana, ya alat ukurnya nggak ada Pak.......kita udah
tahu ini barang masalah atau tidak, dan airnya itu bau bangke itu tapi kita harus bawa ke suatu
lembaga lagi gitu, sebenarnya bisa dibangun di unit-unit Beliau yang di mana Beliau dirikan itu
ada lab kecil gitu yang bisa lebih cepat action-nya hitungan berapa menit gitu bisa selesai
masalahnya. Jadi bisa menyimpulkan bahwa perusahaan itu bermasalah atau tidak gitu. Ini bisa
menertibkan Bu menurut saya dan berikan sanksi dan bisa menjadi PNBP bagi kemenerian Ibu,
ini cukup besar Bu potensinya menurut saya bisa memberikan masukan kepada Kementerian
Lingkungan dan bisa disetorkan kepada negara, bisa berkonsultasi juga kepada BPK untuk
perhitungan yang besar, begitu Pimpinan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Berikutnya Pak Bara Hasibuan, silakan Pak Bara.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Terima kasih Pak Wakil Ketua.
Ibu Menteri dan seluruh jajarannya yang saya hormati.
Jadi walaupun daerah pemilihan saya adalah Sulawesi Utara tapi tetap saja nama saya
nama batak, jadi saya mendukung ide rekan Pak Nasir tadi untuk melakukan kunjungan ke danau
Toba, walau bagaimanapun saya tetap orang batak walaupun Dapil Sulawesi Utara. Jadi Ivan
juga pasti mendukung, jadi kita schedule secepatnya itu ya kunjungan.
Bicara mengenai danau itu salah satu danau yang 15 yang menjadi danau strategis
ditetapkan sebagia kategori strategis ada di daerah pemilihan saya yaitu danau tondanu. Ini ada
satu masalah yang sudah berlangsung bertahun-tahun Bu, sebetulnya masalah itu tidak begitu
rumit yaitu soal berkembangnya secara pesat eceng gondok yang lama-kelamaan itu melakukan
erosi terhadap kedalaman dari daanau Tondano dan masyarakat di sana dan juga Pemda
kabupaten sangat bingung menghadapi soal eceng gondok dan mereka beberapa kali datang
kepada saya bahwa mereka membutuhkan bantuan langsung dari pusat. Jadi eceng gondok itu
misalnya begini Bu, dibersihkan dipotong misalnya kemudian keesokan harinya dia tumbuh lagi
secara cepat. Jadi itu sangat kewalahan dan mereka tidak tahu bagaimana solusinya mungkin
ada teknologi yang bisa diberikan, ada bantuan langsung asistensi atau berupa teknologi yang
mungkin sudah dimiliki oleh kementerian atau diciptakan oleh LIPI yang bisa diberikan langsung
oleh pemda kabupaten Minahasa gitu Bu, itu satu.
Yang kedua ini presentasi mengenai climate change saya puji itu sangat komprehensif dan
action plan-nya juga cukup jelas apa yang dilakukan oleh pemerintah yang sedang dilakukan dan
apa yang akan dilakukan. Tapi saya ingin mendengar bahwa kami juga di Komisi VII harus yakin
bahwa posisi Kementerian LHK di sini dalam soal climate change itu memang sangat sentral
karena soal penanganan perubahan iklim, soal pengurangan emisi, itu berdekatan dengan
institusi-institusi lain misalnya Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian dan sebagainya.
Jadi kami ingin tahu bahwa apakah misalnya program-program dilakukan oleh kementerian lain
dalam rangka pengurangan emisi itu memang berkoordinasi dengan Kementerian LHK, misalnya
soal sekarang ini lagi rame soal proggram mobil listrik. Itu memang salah satu usaha kita untuk
melakukan pengurangan emisi, itu saya pikir Komisi juga memuji sebagai suatu terobosan tapi
apakah itu memang ide tersebut atau proyek tersebut memang dilakukan dalam berkoordinasi
dengan LHK. Jadi jangan sampai kita ingin bahwa memang kita ingin melakukan pengurangan
emisi dan kita mau semua kementerian yang relevan itu juga memberikan kontribusi tapi
koordinasi tidak ada. Jadi kita ingin bahwa betul-betul kita ingin mendengar dan kalau perlu kita
usulkan kepada presiden memang Kementerian LHK ini diberikan otoritas yang lebih tinggi lagi
dalam hal koordinasi, jadi jangan sampai berjalan sendiri-sendiri karena semua target dan yang
sudah digariskan itu semua saya pikir sebagian besar berada di Kementerian LHK. Jadi misalnya
mengenai ....dan sebagainya itu semua ada di kementerian LHK jadi dan juga yang menghadapi
yang mewakili Indonesia dalam forum Internasional soal climate change itu pemimpinnya adalah
Kementerian LHK. Jadi kami betul-betul ingin bahwa Kementerian LHK itu diberikan peran sentral
dan diberikna otoritas yang lebih tinggi lagi untuk melakukan koordinasi dalam rangka
penanganan climate change khususnya dalam usaha pengurangan karbpon emisi.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, silakan Pak Aryo Djojohadikusumo.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Terima kasih Pimpinan.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom ohm suastiastu nama budhaya.
Tadinya saya mau mengucapkan selamat ke Pak Herman Khairon tapi lagi keluar ruangan
sebentar ya, meskipun ganti Komisi tapi Bu Menterinya masih sama. Saya juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada rekan Pak Kiai H. Nawafie Saleh yang telah peduli dengan
Dapil saya, Dapil saya nggak ada danaunya, waduk itu juga bukan danau Bu, jadi nggak apa-apa
tapi memang betul bahwa apa yang terjadi di Dapil Bapak itu imbasnya ke saya ini bnetar lagi
musim hujan, musim banjir biasanya, kita berharap tidak akan terjadi banjir tahun ini. Tadi hal-hal
tentang danau sudah banyak dibahas oleh kolega-kolega saya, saya juga hanya ingin
mengingatkan bahwa pemerintah harus mengambil keputusan apakah akan fokus untuk restorasi
danau sebagai obyek wisata atau sebagai culture karena kalau buat perikanan tentu saja ada efek
limbahnya. Jadi mungkin kembali lagi kami ingin menanyakan kepada pemerintah ini fokusnya
mau ke aqua culture atau untuk lingkungan hidup karena terkadang kita nggak bisa dua-duanya
Bu. Kebetulan kan belum lama ini Konvensi Minamata ..... I di jenewa pasti Bapak-bapak Dirjen
mewakili Ibu bisa melapor betapa jernihnya danau di Jenewa itu karena memang ya harus fokus
ke wisata atau ke perikanan. Mungkin kita ingin mengembangkan perikanan tadi juga ngi ada
wisatanya jadi harus pilih mau yang mana, saya kan fokus lebih ke perubahan iklim Ibu, ini salah
satu hal yang menjadi perhatian saya mengingat saya salah satu masuk yang muda di Komisi VII
ini, masa depan saya masih banyak maka saya ingin agar implementasi pengendalian perubahan
iklim ini benar-benar menjadi realita.
Pertanyaan pertama saya ini yang halaman 81 dan 82, mungkin bisa dijelaskan lebih lanjut
atau lebih dalam mungkin saya agak sedikit kurang jelas CN1 sama CN2, kemudian di halaman 2
ini saya asumsi CN2 ini berarti country .....lebih banyak ya, berarti emisinya jadi lebih rendah, ini
apa benar apa tidak, mohon sedikit interaktif sedikit hanya untuk halaman ini.
KETUA RAPAT:
Silakan.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Berarti di halaman 82 ini kok CN2-nya lebih tinggi ini apa saya salah baca ya,
mneurunkannya lebih tinggi, itu jadi CN2 sedangkan, tapi CN1 contohnya ini di forestry ini yang
paling kanan ini yang di halaman 82. Ini CN1 kok lebih rendah daripada CN2 ya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Karena kan yang country majors pertama kan kita hanya punya kewajiban menurunkan
29%.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Iya sedangkan kalau CN2 40%.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Soalnya kita 40% maunya api di exercise kita masih 38 angkanya Pak.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Berarti harusnya di forestry ini kolom hijau lebih rendah dari kolom merah atau maaf atau
saya salah baca.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Iya pengurangannya lebih.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Oh, pengurangannya oke, maaf, jadi saya baca jadi kolom ini berarti green house gas
emmmission reduction ya oke, terima kasih atas penjelasannya tadi. Waktu saya sekolah dulu
memang statistik saya nilainya paling rendah, jadi mohon maaf atas penjelasannya.
Kemudian di halaman 104 tolonng dijelaskan maksudnya kerentanan nasional ini tolong
pendalaman lebih lanjut, nggak usah sekarang nanti mungkin ini nanti maksudnya apa ini cara
bacanya seperti apa karena tadi Bu Menteri penjelasannya lumayan ngebut, sedangkan saya baru
mulai bacanya agak kurang jelas, tolong nanti dijelaskan.
Kemudian yang sistem registry nasional yang halaman 105 dan 106 ini apakah sudah
online atau belum. Kemudian nanti kalau sudah online nanti tolong nanti dijelaskan lebih lanjut
pengisian datanya dan kemudian apa yang nanti bisa kita gunakan karena tentu saja pasti akan
perlu lbeih penting lagi ke depannya.
Kemudian halaman 110 tentang sumber pendanaan, tolong lebih dijelaskan lebih lanjut
apakah sudha disiapkan mekanisme untuk pembiayaan untuk global environment ..... yang dari
Internasional ya, seperti green clime ....fund, global environment ....facility karena seperti Ibu
ketahui kita sedang membahas RAPBN dan agak mengenaskan lah kalau kita mau bicara
nationally, bicara NDC tetapi mau mengandalkan pemerintah sudah hampir tidak mungkin. Jadi
saya ingin tahu apakah ada rencana untuk percepatan persiapan skema ini, tolonng dijelaskan
lebih lanjut apakah untuk mendapatkan akses dana ke GCF dan GCF ini apakah perlu ada
kontribusi dari pemerintah Indonesia dalam bentuk kontribusi anggaran dari APBN atau tidak,
tolong lebih jelas lagi.
Kemudian yang halaman 111 BLU Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup ini sudah ada
atau belum, Indonesia baru rencana, tolong.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Sudah setahun dipersiapkan tapi belum jadi, itu harusnya dengan Perpres.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Dengan Perpres bukan dengan Permen ya berarti.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
PP-nya dulu tentang instrumen ekonomi lingkungan setelah itu Perpres, ini sudah setahun
kita siapkan.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Apakah itu harus ada PP-nya dulu turunan dari Undang-undang 16, turunan dari Ratifikasi
Paris atau bukan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Dua-duanya, saya mengkombinasi antara perintah di Undang-undang 32 dengan
langkah-langkah kita di Paris Agreement.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Oke, terima kasih.
Kemudian yang terakhir tentang terima kasih bahwa persiapan paviliun Indonesia di Kor 23
sudah direncanakan dari sekarang karena saya masih ingat di kop 21 itu agak last minute banget,
terima kasih sudah disiapkan dari sekarang. Saya ingin apresiasi juga bahwa selama ini Ibu
Menteri dari Kop 21, Kop22 paviliun Indonesia itu selalu yang palingn rame, saya nggak tahu apa
karena snack-nya paling enak atau nggak tapi yang pasti setiap kali ada pembicaraan di paviliun
kita itu sering dihadiri oleh Anggota Delegasi dari negara lain. Saya juga ingin mengingatkan saja
agar nanti karena Indonesia harus menjadi lead organizer dari goverment.....for the benefit
environment economy and society tolong bisa laporkan ke kami di Komisi VII sebelum
keberangkatan delegasi Republik Indonesia ke Kop 23.
Jadi sekali lagi tolong di penjelasan tentang climate finance melalui GEF dan GCF karena
untuk ini perlu komitmen dana dan lain sebagainya, apalagi lagi tadi mengingat laporan dari Ibu
dan laporan selama ini yang kami terima di Komisi VII bahwa Kementerian LHK 23% ya
sedangkan Kementerian ESDM hanya 14% saat ini. Saya ingin menyampaikan bahwa sangat
mungkin ke depannya tadi kan salah satu laporan yang dilaporkan Amerika Donald Trump kan
sudah keluar dari Paris Agreement, bagi saya ini bukan masalah karena Ibu perhatikan dari
setelah pernyataan Donald Trump tersebut negara-negara lain malah men-double-kan komitmen
mereka. Bagi saya malah saya pribadi merasa Donald Trump kleuar dari Paris Agreement itu
bagus untuk lingkungan hidup karena semua orang begitu bencinya dengan Donald Trump orang
berlomba-lomba ingin beda dengan Donald Trump dan saya juga ingin lapor ke Ibu bahwa di
Amerika sebagai federal bannyaka implementasi Paris Agreement di negara state negara bagian
dan lucunya ya Pak Pimpinan dan Bu Menteri banyak negara-negara bagian di Amerika states
yangn potensi energi baru terbarukannya paling besar itu negara-negara states republic states
negara bagian yang merah dikasih contoh saja Texas, Oklahoma, Idaho itu EBT-nya 30% lebih
California yang Demokrat pun ya sangat tinggi.
Jadi bagi saya Bu, saya nyebut namanya makin sebel, Dinald Trump keluar dari Paris
Agreement bagi saya tidak masalah, neggara-negara bagian di Amerika sudah banyak yang
commit untuk menegakkan Paris Agreement dan saya juga ingin melaporkan dari Kementerian
ESDM dan juga yang lebih penting juga waktu kita Rapat Dengar Pendapat dengan PLN saya
kaget sekali waktu itu, bahwa PLN yang selama ini agak setengah-setengah komitmennya
terhadap energi baru terbarukan bahkan sempat bicara membuat anak perusahaan PLN EBT,
sekarang ini sangat antusias ya, sangat antusias dengan energi baru terbarukan bukan hanya
energi baru terbarukan bahkan tenaga surya plus batere saya kaget, bahkan sudah ada beberapa
proyek juga dan saya juga senang bahwa akan ada SPLU yang banyak di Jakarta, saya kebetulan
tahun depan akan beli mobil listrik juga. Jadi saya rasa Kementerian ESDM sudah menunjukkan
komitmennya dengan bantuan PLN dan lain-lain, saya harap di Kementerian LHK kerjasama
dengan PT-PT ya saya rasa swasta lah sangat penting sekali. Tadi kan kolega saya dari
Sumatera Utara, bukan Sumatera Utara, dari Riau Pak Nasir menyampaikan bahwa swasta inikan
sangat kontributor yang besar terhadap pencemaran dan ini sangat cocok untuk kita ajak
kerjasama perusahaan-perusahaan besar inilah, apalah lagi di paviliun ......saya berharap nanti
ada perwakilan dari setiap perusahaan-perusahaan besar ini untuk menunjukkan komitmennya.
Saya rasa itu saja dari saya Pimpinan, terima kasih.
Wabillahittaufiq wal hidayah.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Aryo.
Saya bisa nyambunng sedikit saja, mudah-mudahan PLN betul-betul punya komitmen
untuk pengembangan EBT. Ini masih challenging ya, mudah-mudahan betul dan kemarin malem
presiden juga dalam pidatornya di Rakornas Kadin cukup keras sebetulnya. Mmudah-mudahan ini
bisa di denngar oleh para menteri yang hadir untuk menstimulasi peranan daripada sektor swasta
terutama karena BUMN-BUMN itu sekarang melaksanakannya secara mandiri melalui cucu dan
cicitnya. Kemarin sudah disentil dan mudah-mudahan hal itu tidak terjadi, kebetulan dengan mitra
kita yang lain Bu, bukan dengan Ibu tapi di Kementerian ESDM dan juga yang lain itu menjadi
perhatian yang utama.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Kalau boleh saya tambahkan Pimpinan, kan PLN selama ini ngeluh bahwa DMO-nya kan
tetap harus dibayar harga pasar, daripada bayar batubara mendingan EBT aja, kan angin sama
matahari dia nggak boleh ngeluh dong kalau awannya kurang atau bagaimana. Jadi saya rasa ini
cocok sekali, ini saat yang tepat untuk lebih fokus ke EBBT ya Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih Pak Aryo.
Selanjutnya dr. Ari dan siap-siap Pak Daryatmo.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang dan salam sejahtera.
Terima kasih kepada Pimpinan Komisi VII dan Anggota Komisi VII dan juga Ibu Menteri dan
jajarannya.
Pertanyaan saya tadi saya ngeliat di buku ini pada halaman 9 kegiatan penanganan 15
danau prioritas 2018, kenpaaa kok nggak dimasukin Labuan Cermin ya Bu, padahal Labuan
Cermin itu sangat indah banget dan juga perlu penanganan yyanng lebih jauh, lebih baik karena di
situ, mungkin juga sekali-kali bisa dilihat dari Komisi VII untuk melihat tentanng danau Labuan
Cermin, itu satu.
Terus yang kedua, saya mau menanyakan Bu ini tentang di Dapil saya kemain pada bulan
Agustus kemarin itu dari LK ada penerbitan IUPHK izin usaha pemanfaatan hasil hutan
kemasyarakatan, bagaimana progresnya. Izin Pimpinan interaktif, Ibu Menteri ini progresnya
seperti apa ya tentang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kemasyarakatan yang ada di Nunukan,
progresnya sudah sampai mana. Kemarin pada nulan Agustus sempat di NUNUkan ya untuk
proses ini seperti apa progresnya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Kita yang namanya hutan sosial ini ada 1 juta hektar lebih, ssaya harus cek itu yang
dimaksud yang mana, namanya apa, kelompoknya apa, nama desanya apa, lokasinya jadi saya
harus cek dulu.
Terima kasih Bu Ari.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Nanti saya minta informasinya ya Bu.
Terus yang ketiga pada halaman 53, di sini saya lihat program aksi yang telah sedang jalan
tentang gerakan penyelamatan danau Germadan. Ini sudah berapa lama prosesnya, terus habis
itu siapa yang menanganinya. Terus izin juga Pimpinan saya mau menyampaikan aspirasi dari
Kaltara Bu, izin ya Pimpinan sekarang ya.
KETUA RAPAT:
Aspirasi mengenai apa Bu.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Mengenai tentang gerobak sampah.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Oke, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Pak Daryatmo silakan.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Baik, terima kasih.
Yang terhormat Pimpinan Komisi dan yang terhormat Anggota Komisi VII.
Ibu Menteri dan jajarannya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Terima kasih kami telah memperoleh paparan, penjelasan yang menyangkut 2 bidang
utama tadi yaitu mengenai penyelamatan danau priorittas dan kedua mengenai ratifikasi maupun
soal emisi. Jadi Bapak-Ibu sekalian, barangkali ini soal yang kami soroti adalah soal 15 danau Bu,
jadi ini sebenarnya warisan periode lalu ketika ada sebuah keputusan di Bali tentang 15 danau
prioritas dan kemudian masuk di dalam RPJMN 2015-2019 karena ini menjadi sangat penting
artinya.
Yang pertama adalah soal mau koreksi saja, ketika surat dari Menteri LHK tahun 2016
kepada Menteri Menko Perekonomian itu catatan kami 1 Februari 2017 surat yang ditandatangani
oleh Menteri LHK, 1 Februari 2017. Jadi ini sebetulnya sebuah harapan terhadap tulisan yang,
usulan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengkoordinasikan atau arahan
tentanng pengelolaan danau maupun penyelesaian soal-soal danau karena menyangkut berbagai
hal termasuk kementerian yang terkait ada PUPR. Jadi secara iseng saya bertemu dengan Menko
Perekonomian dan baru saja juga dengan Menteri Bappenas, sejauhmana ini ditindaklanjuti surat
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kalau tadi temna-teman menyinggung soal
PP, sinyalemen yang diperoleh dari Bappenas akan diterbitkan Perpres. Jadi ini sdebenarnya
konfirmasi saja kepada Ketua, maksud saya kepada kami semua selama ini selalu 2 hal yang
terlibat yaitu PUPR dan Lingkungan Hidup. Lalu kemudian kalau 15 danau ini akan berjalan
menjadi sebuah apakah namanya surat-surat maupun Perpres dan sebagainya, menjadi
pertimbangan kami lalu nanti Ketua mitra kerja untuk urusan danau ini itu apakah kemudian pada
wilayah Menko Perekonomian, mitra kerja urusan danau, apakah 2 kementerian yaitu Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Menteri PUPR. Saya kira ini menjadi penting untuk itu
karena jangan sampai sifat koordinasinya itu menjadi penghalang, koordinasi yang harus
dilakukan oleh Lingkungan Hidup dan PUPR. Apabila ada sebuah hal-hal yang sifatnya
akibat-akibat terhadap danau itu tanda petik dosanya itu yang menanggung adalah lingkungan
hidup dan dengan demikian kan lalu Komisi VII, dosa akibat pengelolaan danau itu yang
menyangkut soal apakah riwayat-riwayat yang berakibat terhadap eceng gondok, terhadap
lingkungan hidup dan sebagainya. Sementara 2 kementerian ini terlibat dengan sepenuhnya, jadi
kita yang pertama mohon konfirmasi sejauhmana surat yang dibuat oleh Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan 1 Februari 2017 tentang 4 danau kalau nggak salah pada 15 danau tetapi
tentang danau itu mohon arahannya.
Itu penting untuk kita kemukakan apakah akan dijawab langsung oleh Ibu dalam proses
ataukah nanti tertulis, ini mohon informasi dulu ini sudah anggaran yang sudah mau habis ini
tahun 2017 tapi nasibnya belum jelas ini tahun 2017 ini. Mohon konformasi dulu Bu, ini.
KETUA RAPAT:
Interaktif saja Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Surat itu belum ada tindak lanjutnya, tetapi kemudian di bulan Mei 2017 tterjaddi lokakarya
yang di nasional yang diinisiatifkan oleh Bappenas, sehingga pada situasi itu lalu seolah-olah
lead-nya jadi di Bappenas. Jadi buat saya sebenarnya apakah PP ataukah Perpres nggak ada
masalah karena pada dasarnya itu adalah perintah kepada jajaran eksekutif. Jadi itu satu.
Yang kedua dalam kaitan dengan portofolio lead sektor ada dimanapun tetap portofolio
yang LHK-nya tetap ada tetapi memang sangat lemah, artinya touch-nya sangat tipis. Saya
sangat sependapat bahwa danau sebagai sumber daya air sebetulnya kalau lihat portofolio
sumber daya air dan kelembagaannya Direktorat Jenderal Sumber Daya Aiir dan dibawahnya ada
Direktorat Rawa dan Danau, maka sebetulnya yang paling besar pengaruh di dalam mengelola
danau ini adalah public works, tapi ada tapinya. Tapi secara alam, secara lingkungan kondisi ini
harus dikontrol oleh karena itu sangat panntas kalau Komisi VII juga mendapatkan keterangan
dari semua pemegang portofolio ini begitu.
Saya kira demikian respon kami Ketua, terima kasih.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Terima kasih Ibu, Ketua.
Jadi saya juga ngomong gimana ini kita undang 2 kementerian jadi satu, gini aja kan
begitu. Kalau Komisi VII KLHK kalau memang diundang nanti kita kirim Eselon-eselon di sekitar
Bappenas ataupun Eselon-eselon di ...PU saaya belum bicara, sebab soal air inikan selalu PU
kan punya wilayah ya tetapi bahwa ini soal danau menjadi topik itukan semuanya tempatnya di
Komisi VII. Saya kira ini ke depan barangkali untuk mensiasati itu, saya usul pada Pimpinan agar
ada satu kesempatan untuk LHK plus ini supaya tidak 2 kementerian, kalau 2 kementerian komisi
lain kan menjadi rapatnya di Pimpinan DPR RI tetapi kalau rapatnya itu lead-nya adalah LH kme
mengajak yang lain itu menjadi lebih simple tentunya Rapat Kerja karena soal ini tidak pernah
selesai Pak, inikan periode lalu juga, periode sekarang maish berjalan dan sudah ada
bidang-bidang yang mencakup penegakan hukum pun kemudian akan bertemu dengan kegiatan
lainnya atau masalah-masalah lainnya tetapi LHK membuat surat inikan juga basis pada
perkembangan situasinya sehingga membuat surat resmi. Jadi ini mohon kiranya menjadi
pertimbangan kita, kalau tidak akan timpang terus kita, soal anggaran 2018 seperti apa posisinya
kita juga tahu ....... baik saya kira itu yang pertama.
Kemudian yang kedua, keterangan soal danau menjadi penting, lalu saya mengambil
contoh kalau soal emisi ada kategorisasi atau ukuran-ukuran yang memposisikan Indonesia pada
urutan ketiga, kemudian diralat oleh Bu Menteri menjadi urutan ke-9, berarti kan itu ada
ukuran-ukuran kuantitatifnya. Maka ketika di halaman 2 menyangkut istilah 440 danau, 540 sekian
dan 300 seperti ini keterangannya hampir semua danau mengalami penurunan fungsi ekonomi,
ekologis dan seterusnya akibat dari besarnya sedimentasi dan pencemaran. Pernyataan ini
menjadi pernyataan yang sangat kualitatif, maka apakah kami mengusulkan seperti danau Rano
Sumatera Selatan sangat bersih, tidak tersentuh dan perawan istilahnya, tidak masuk ini karena
memang danau baik. Maka kalau demikian kita mengusulkan agar ada sebuah peta dari kondisi
dari 840 danau di Indonesia yang kategorinya bagus begitu, kategorinya setengah bagus tapi
ukurannnya konkrit Pak, pencemarannya pakai sekian, fungsi sosial ekonomi sekian karena
selama ini kita hanya berkutat pada 15 danau. Kemudian alhamdulillah masuk di situ masa kecil
saya di Ambarawa di daerah Rawa Bening kita main sampan di sana waktu kecil dan sebagainya
masuk di dalam urutan nomor 15 terkecil, tetapi kemudian ini sudah berkurang lagi menjadi 4
danau Toba, Maninjau, Limboto atau 3 ya, lama-lama mengecil lagi danau Toba karena paling
besar akan ada Badan Pengelola Danau Toba, danau Toba kan 7 kabupaten ada di sana dan
danau Rawa Pening hanya 3 kabupaten Semarang mungkin hanya 2.
Jadi peta ini mohon dapat diinformasikan kepada kita dengna ukuran kuantitatif yang
namanya pencemaran, penterjemahan dari istilah penurunan fungsi ekonomi, ekologis dan sosial.
Dari keseluruhan ini sehingga danau yang bagus saya tidak tahu doa saya di ranau karena kami
pernah ke sana dan itu kategori bagus. Kategori paling rusak, kategori setengah rusak, kategori
sudah jadi daratan dan sebagainya karena ini soal yang kami harapkan agar dalam pemetaan
tersebut respon yyang disampaikan oleh Anggota yang lain tadi sekaligus terdapat informasi
tentang Industri-Industri yang berkaitan erat dengan wilayah-wilayah danau tersebut. Ini sebuah
kondisi yang memang harus kita terima, selama ini kita tidak peroleh, kita kan hana berputar pada
masalah-masalah yang pengobatan yang saat ini bukan pada wilayah pencegahan
keseluruhannya karena semuanya bertumpu pada ......pada attitude atau sikap bahwa danau
menjadi tempat buangan, danau menjadi limbah dari segala hal, segala sesuatu dibuang ke
danau dan sebagainya. Saya kira itu yang kedua yang ingin kami sampaikan agar dapat kita
peroleh saya mohon masuk pada bagian yang kemudian apakah ini dalam waktu tahun ini apakah
bisa disampaikan Bu Menteri, datanya harus nunggu tahun 2018 karena ini menyangkut juga
anggarannya......
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
.........kita Cuma mohon izin Ketua, di lokakarya 2 Mei 2017 memang para ahli-ahli danau
itu menyampaikan tipenya dan sebagainya tapi kan Cuma berapa danau. Jadi kalau yang diminta
oleh yang terhormat Pak Daryatmo saya kira saya sudah bilang sama Pak Sekjen disetujui saja
per pulau, se-Kalimantan di studi, di Sulawesi, di itu pulau Jawa di studi saja nanti kita minta
perguruan tinggi mana per pulau gitu selama 1 semester atau 1 tahun. Jadi baru bisa tahun
depan, tapi saya kira memang ini sangat penting terus terang, kalau saya termasuk yang
mendukung kalau ini.
KETUA RAPAT:
Mungkin tambahan saja Pak Dar, kita masih ingat Bu pada periode yang lalu memang di
Komisi VII itu ada Panja Danau ya. Ada Panja Danau memang menjadi concern Komisi VII saat
itu, tinggal nanti kita ingin dapatkan dokumennya gitu untuk supaya bisa kita tindaklanjuti. Kalau
memang perlu kita lakukan Panja Danau kita lakukan kembali Pak, kita bisa usulkan dalam Rapat
Internal karena saya masih ingat, saya nggak tahu Pak Daryatmo Anggota juga kan, iya kan, kita
ke Rawa Pening, kita mana saja waktu itu, sudah keliling Bu sebetulnya dan sudah menyaksikan
sebetulnya permasalahan sektoral tadi sangat menonjol.
Mungkin masih ada yang nambah lagi Pak Dar.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Iya satu lagi, jadi mungkin waktunya agak lama masih 1 semester karena ini adalah catatan
di halaman 10 rencana pengelolaan danau terpadu akan disusun tahun 2018.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Itu yang 15 danau.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Iya, berarti inikan maksud kami.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Iya nggak ada masalah kalau 15 danau.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Berarti masih 15 danau, tetapi kan selalu kita muncul pada teman-teman dan kita semua,
saya juga tadi mennyenggol Bu Mercy di Maluku ada danau ......kan begitu. Jadi sebenarnya di
wilayah lingkungan hidup kita itukan antara lain soal ini concern, tetapi keseluruhan kalau Ibu
sekalian atau dunia bisa mengkategorikan dan memvonis Indonesia urutan 9 mislanya begitu,
tetapi di dalam negeri sendiri kan kita tidak bisa melakukan pemetaan. Sebetulnya wilayah ini
kaya apa yang paling potensial rusak ke depan dan rusak pada ini dan ada bagian yang memang
masih bagus. Inikan menjadi benchmark Bu, menjadi faktor kontrol tetapi kita tidak pernah
menerima itu. Jadi kami mohon dan ini dengan rencana pengelolaan danau terpadu 2018 apakah
sudah teralokasikan pada RAPBN atau pembahasan tahun ini karna fungsinya di situ.
Jadi saya kira itu Ketua, jadi 2 hal dan nanti dengan kementerian yang lain nanti mohon
diatur supaya ada menjadi bagian dari ini, kemudian saya kira iini menjadi catatan supaya bisa
dibawa sambil soal itu tadi pak surat dari Ibu itu nasibnya kaya apa......kepada siapa kita kalau
nggak kan namanya ya seminar to seminar ya, seminar ke seminar, seminar usul, konferensi
Internasional usul dan sebagainya sementara PUPR, LH, Bappenas .......tidak pernah ada
tanda-tanda pelaksanaannya itu.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Daryatmo.
Messege-nya sudah clear sekali karena ini masalah yang sudah cukup lama ya.
Bapak-Ibu sekalian.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Bu Mercy ya, mengingat kita sudah jam 13.00 dan sudah ada tadi 6 penanya ditambah 1
lagi Bu Mercy, jadi kita sepakat kita akhiri dengan mendengarkan jawaban dari menteri atau kita
break terus nanti kita kembali lagi karena harus Ishoma dan sebagainya.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Mendenngar jawaban langsung saja Pak, mungkin pertanyaan kita singkat-singkat saja
semua.
KETUA RAPAT:
Iya silakan, cepat saja kalau gitu Bu Mercy ya.
Silakan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Saya Pak, baik.
Terima kasih Pak Ketua.
Ibu Menteri yang saya hormati dan seluruh jajaran.
Rekan-rekan Komisi VII yang saya hormati.
Saya ada beberapa catatan saja yang berkaitan dengan di halaman 83 sangat apresiasi
sekali ya untuk aksi mitigasi pencapaian target NDC dalam rangka penurunan emisi gas rymah
kaca, tetapi begitu kita coba kombinasikan dengan anggaran APBN lintas sektoral, kemudian
menjadi taget di dalam .....untuk energi baru terbarukan saja tahun kemarin itu dia ada di angka
kurang lebih sekitar 1,2 trilyun Bu. Tahun ini tahun 2018 kalau nggak salah agak turun, kalau saya
tidak salah ya, jadi ini betul-betul cukup sangat mencemaskan Bu.
Jadi saya kira untuk bagian ini saya langsung usul konkrit aja kalau sekiranya di tingkat
pemerintah sendiri ada rapat internal dalam rangka penataan anggaran yang berbasis green
budget nasional budget ini mungkin sangat membantu sekali Bu. Jadi kita bisa dari setiap 5 core
kegiatan besar ini kita punya target realisis itu menjadi atau lebih masuk akal gitu karena untuk
.....isu dengna Kementerian ESDM, Kementerian Kehutanan, Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan dan lain-lain itu bisa padu Bu, kenapa? Karena kami tahu di sini Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi leading sector-nya Bu. Jadi kalau ini tidak bergerak
mungkin di APBN kita juga bergeraknya juga mungkin tertatih-tatih, pelan-pelan gitu. Jadi saya
kira mungkin bila perlu di tingkat Pimpinan Komisi kita undang rapat gabungan komisi juga. Jadi
untuk kita dorong percepatan nasional budget kita yang basisnya ini green economic budget gitu
kalau ini bisa satu.
Yang kedua, ini berkaitan dengan apa namanya penataan danau kita di tingkat seluruh
nasional. Bu kalau boleh memberikan catatan satu Indonesia ini karakteristik danaunya
beda-beda Bu, untuk yang basis kontinental danaunya mungkin sangat luas seperti danau Toba,
mungkin beda-beda tipis seperti kita lihat danau di Jenewa atau danau di Hongaria atau beberapa
danau yang lain, termasuk yang ada .....kemarin ya yang kita lihat, itu luar biasa indah sekali Bu.
Tapi untuk yang di wilayah-wilayah kepulauan Bu, itu tepat terkategorikan danau walaupun
memang ada mungkin yang sebutannya telaga atau danau, apapun namanya tetap kategori
danau. Yang menjdai persoalan kami di bantaran sekitar telaga itu ada beberapa danau-danau
mislanya saya kasih contoh di Maluku, ada beberapa danau yang daerah di situ dikeramatkan.
Jadi dianggap itu daerah yang cukup miskin masih dijaga kemurniannya, tetapi ada di
wilayah-wilayah tertentu yang penebangan hutan dan lain-lain itu di skeitar danau itu dan akhirnya
menghancurkan wilayah asli dari keberadaan danau itu sendiri, padahal kehadiran danau itu, itu
sangat berdampak besar terhadap lingkungan hidup yang ada di situ.
Jadi mungkin kami memberikan atensi kepada Ibu dan jajaran khusus untuk penanganan
danau-danau di wilayah-wilayah pulau-pulau kecil mudah-mudahan ini juga menjadi perhatian Bu
karena kita nggak punya sungai. Di kawasan Maluku yang di kawasan sabuk selatan dan
tenggara mulai dari Aru turun sampai di Maluku Barat Daya yang berbatasan dengan Australia
rata-rata nggak punya sungai Bu, nggak ada sungai, Ibu jalan ke mana nggak bakalan ketemu
sungai karena itu dia pulau-pulau bakau atau pulau-pulau atau kecil Bu, tetapi memang di
berbagai bagian tertentu dari pulau-pulau itu bagian tengah atau di atas karang atau di atas
batu-batu itu ada yang disebut dengan danau yang kalau saya hitung-hitung ini ada sekitar 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 danau atau telaga yang ada di Maluku.
Jadi saya kira kalaupun intervensi besar untuk awal ini ke berapa tadi, berapa banyak ya
setiap tahun mudah-mudahan untuk yang di pulau-pulau kecil itu juga mendapat perhatian Bu,
sebab kalau danau hancur di pulau-pulau kecil, daya dukung pulau-pulau itu juga mungkin ikut
terganggu vegetasi dan habitat lingkungan di situ juga ekologinya juga ikut terganggu Bu. Saya
kira itu catatan yang pertama soal danau.
Catatan yang kedua Bu, ini berkaitan juga dengan tadi bicara tentang road map terpadu.
Nah untuk yang road map terpaadu ini kami juga sangat sarankan kalau ingin mendapatkan
banyak sekali pengayaan dari berbagai pihak termasuk dari yang pulau-pulau kecil ini juga kami
minta untuk hadirkan juga. Jadi ada banyak perspektif yang berkaitan dengan pengayaan
terhadap penataan tata ruang danau, pengelolaan dan seterusnya, dan seterusnya karena kaalau
bicara danau sampai dengan saat ini mind set orang itu masih danau-danau besar yang kaya
danau Toba dan danau-danau yang lain.
Jadi saya kira itu tanpa mengecilkan arti dari danau-danau yang besar yang ada di
Indonesia ini, mudah-mudahan danau-danau kecil yang ada tersebar di pulau-pulau kecil itu juga
mendapat perhatian serius karena itulah jantung dan paru-paru kita di pulau-pulau kecil Bu.
Pulau-pulau kecil itu luas wilayahnya kurang dari 2.000 km2 sangat kecil sekali, mudah-mudahan
ini mendapat perhatian dari Bu Menteri dan seluruh jajaran. Saya kira itu 2 catatan dari saya aja.
Sekian dan terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih.
Bapak-Ibu sekalian Anggota Komisi VII yang saya hormati.
Saya menambahkan kebetulan saya dapat fotocopy lembaran rekomendasi Paja Danau
periode yang lalu Bu. Memang di sini disebutkan ada keinginan untuk mempunyai
Undang-undang sebetulnya yang menjadi inisiatif DPR RI tentang tata kelola danau, walaupun
intermnya sebelum mendapat atau sebelum Undang-undang itu ada kita meminta supaya
pemerintah mengatur dengan memberikan landasan hukum berupa PP atau peraturan presiden.
Jadi sebetulnya sudah sejalan dengan apa yang dilakukan oleh kementerian, hanya kalau sampai
ke bentuk Undang-undang tentunya harus menjadi kesamaan dulu karena saya yakin kalau itu
menjadi inisiatif DPR RI prosesnya akan jauh lebih lama, tapi kalau ini menjadi inisiatif daripada
pemerintah dengan segala macam sumber daya manusianya yang ada bisa lebih cepat
sebetulnya. Tetapi ini sudah tertangkap dari hasil Panja periode yang lalu walaupun di DPR RI ini
kalau sudah ganti periode kan tidak mempunyai ikatan kecuali disampaikan misalkan hasil dari
pada panitia angket mislanya, itu ada ikatannya, bisa di carry over work, tapi kalau semacam
rekomendasi ini tidak bisa langsung tetapi bisa dijadikan rujukan.
Saya raasa itu yang bisa disampaikan dari para Anggota, saya mohon kesepakatan dari
para Anggota untuk memberikan waktu mungkin cepat saja Bu Menteri, memberikan
jawaban-jawaban selanjutnya bisa disampaikan secara tertulis sehingga rapat ini bisa kita akhiri
pada, paling tidak pada pukul 13.30 WIB, sepakat ya.
(RAPAT:SETUJU)
Silakan Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Terima kasih Bapak pimpinan.
Bapak-Ibu Anggota yang kami hormati.
Saya kira hanya ada 3 hal yang secara umum kami respon, pertama saya sangat
sependapat bahwa danau ini sangat penting dan kalau lihat apalagi tadi sudah jelas bahwa akan
kita susun PP, Perpres atau sampai bahkan ke naskah akademiknya Undang-undang. Maka saya
mohon izin untuk mendapatkan dukungan dari Komisi VII bahwa memang bagaimana kita
mendekati untuk pengelolaan danau ini atau kita punnya gambaran sesuatu. Saya inget betul
ketika saya bekerja sebagai planner di daerah itu saya sampai dengan tahun 1995 ke atas itu
masih pakai studi water resorces development tahun ’70-an untuk menyiapkan rencana-rencana
daerah irigasi baru, jadi memang master plan ini akhirnya menjadi sangat penting.
Kalua boleh Pimpinan saya sudah minta Sekjen untuk mulai mengawali studinya yang utuh
menyangkut batasan, kategori danau-danau kita harus ambil seluruhnya tadi karena tadikan
semuanya mempersoalkan danau itu seperti apa, mulai dari batasannya, kategori
kondisi-kondisinya, pemetaan kondisi masing-masing, orientasi pemanfaatan, prioritas dan
lain-lain. Inikan masukan tiba-tiba udah 15 aja gitu, ini ketika dibuka seluruhnya memang ada hal
yang sangat-sangat penting. Oleh karena itu Pak Sekjen mungkin kita mulai untuk studinya, kalau
dia belum selesai di 2017 ini kita teruskan. Jadi sekarang diawali dulu dan untuk seluruh
Indonesia, saya kira ini menjadi resources alternatif saya kira yang sangat baik Ketua.
Yang kedua terkait dengan perubahan iklim itu ada 2 hal yang saya lihat dari catatan yang
terhormat Bapak-Ibu Anggota yaitu pertama menyangkut bagaimana integrasi program. Di
Kementerian LHK sebagai national vocal point itu personilnya adalah Dirjen Pengendalian
Perubahan Iklim. Usaha-usaha di tingkat Menteri kami lakukan dengan interaksi menteri,
usaaha-usaha di tingkat teknis, birokratis direktorat jenderal saya lihat selalu berinteraksi dan
maka dapat hasilnya yang agak baik, tetapi memang lalu bagaimana untuk unsur pembiayaannya
kita memang nggak punya instrumen untuk menginytervensi bagaimana penganggaran di setiap
sektor, tapi saya mengikuti ketika PLN melakukan uji coba 100 motor listrik yang dia mulai dengan
penagihan. Jadi petugas yang nagih-nagih listrik itu dikasih uji cobanya dengan motor listrik,
kemudian dia juga membnagun berapa stasiun-stasiun untuk, jadi satu motor listrik itu bisa dipakai
6 jam, kalau udah 6 jam dia harus nge-charge lagi dan itu oleh PLN disiapkan di Jakarta di
beberapa tempat. Jadi yang seperti itu kita sebetulnya mengikuti, hanya untuk mengintervensi
program mungkin kita nggak bisa masuk, tetapi paling berkonsultasi.
Yang kedua, terkait yang disampaikan oleh yang terhormat Pak Aryo dan secara
menyeluruh tadi saya lihat Bu Mercy dan lain-lain. Terkait dengan anggaran, bagaimana kita bisa
mnejamin bahwa persoalan langkah-langkah di dalam mengimplementasi Paris Agreement ini
bisa dikatakan kita selesaikan. Yang jelas kop 23 itu oleh seluruh negara memang dimintakan
untuk bicara implementasi dan di situ harus terang soal bagaimana dukungan negara maju
kepada negara-negara berkembang dan lainnya, jadi aspek itu sebetulnya menjadi catatan. Kita
sendiri di dalam negeri kamim sudah 1 tahun ini menyiapkan instrumen ekonomi lingkungan yang
akan mengintegrasikan semua unsur-unsur pembiayaan misalnya ada dana reklamasi tambang,
itu mestinya disatuin, ada dana asuransi Industri apa itu harusnya disatuin, ada dana reboisasi
atau apa itu harus disatuin, itu termasuk juga dari situ dari PP itu termasuk dana-dana filantropi
yang daatang dari luar. Itu yang tadi disampaikan dengan Badan Layanan yang tadi BLU yang
terhormat Pak Aryo katakan, konsepnya adalah ini ada APBN state budget lalu ada
pendampingnya yaitu philantropic budget tapi dua-duanya harus di Kementerian Keuangan dan
penggunaannya harus dengan board yang obyektif dan sebagainya karena kalau statte budget
kan harus di parlemen, yang bukan state budget tapi filantropic budget jadi konsepnya itu harus
benar-benar dikontrol oleh board profesional dan lain-lain. Nah yang dana lingkungan, kita masih
menyebutnya dana lingkungan karena ketika dibilang dana perubahan iklim itu masih perdebatan
akhirnnya kita pakai dana lingkungan. Ini akan digunakan untuk satu small grand kepada petani,
kelompok, masyarakat adat dan sebagainya. Yang kedua untuk investment apabila ada
penggunaan investment. Yang ketiga untuk capacity building bagi masyarakat dan bagi aparat.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua, sedikit saja Bu.
Yang 3 poin itu masuk nggak sebagai grand di dalam APBN penerimaan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Dana filantropik dia nggak mau masuk ke state budget Bapak.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Jadi pengelolaannya bagaimana Bu, mereka langsung atau diserahkan dikelola oleh
pemerintah atau negara.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Kepada pemerintah, yang berbeda kan hanya pembahasan untuk alokasinya dia tidak
lewat parlemen, karakternya, kalau pelaksanannya tetap kalau dia terkait kementerian tetap aja
kalau, kan funngsi pengawasan legislatif kan bukan hanya anggaran, pengawasannya kan ke
seluruh program, kalau itunya sih menurut saya nggak ada masalah Bapak.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Iya maksud saya supaya Pak Ketua, tidak dipersulit, memang dari sisi APBN itu hak ada di
penerimaan negara yaitu pajak, PNBP dan ggrand. Itu sebenarnya ada tapi tidak harus approve
dari komisi-komisi, hanya di approve secara menyeluruh oleh Badan Anggaran. Tapi kita memang
jangan sampai mempersulit supaya nanti ada bantuan-bantuan seperti itu tidak terhambat gitu
Pak Ketua, itu yang perlu poinnya gitu.
Terima kasih Pak Ketua, terima kasih Bu Menteri.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Pak Ketua, mau interupsi sedikit.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Tjatur.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Bu Menteri, saya Cuma mau ngasih masukan.
Ini yang saya bayangkan dana trust fund ini gede bakal trilyunan, jadi saya minta betul
dipersiapkan pengelolaannya itu betul-betul proffesional. Saya membayangkan ini setiap dinas
akan di daerah-daerah akan mengajukan proposal banyak sekali nanti, jadi harus ada office
khusus ini yang besar, yang profesional yang harus dipersiapkan betul-betul supaya nanti tidak
kewalahan. Mohon maaf jangan seperti yang ada gitu lah, pasti ini lebih besar dari yang ada dan
bayangan saya kaya bank lah, bayangkan kita punya mengelola Bank BNI gitu. Ini nanti sebesar
itu nanti karena akan melayani seluruh Indonesia itu, kalau persiapannya harus betul-betul
mateng, harus betul-betul kalau perlu hire orang profesional. Kalau teman-teman di pegawai
negeri mungkin pikirannya macem-macem gitu, itu saya kira.
Terima kasih Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua, mungkin sebelum Ibu Menteri menambahkan, melanjutkan dari Pak Tjatur
sedikit aja. Khusus untuk yangn karbon trading Bu, kalau bisa itu perhitungan simulasinya itu
dibuat tersendiri juga Bu, jadi di wilayah Indonesia peta mana saja yang bisa kita jadikan bagian
dari karbon trading itu yang pertama, sehingga kita clear juga Bu.
Yang kedua, inikan juga kita akan bernegosiasi di tingkat Internasional juga untuk
mendapatkan dukungan dan dana-dana yang terkait dengan karbon trading ini Bu. Nah itukan
pasti ada persyaratannya juga mereka mau kasihkan pasti akan turun kesekian misalnya, lah
inikan juga kita harus hitung baik-baik juga gitu, jadi mana-mana yang bisa kita lepas dengan
angka yang masuk akal berkaitan dengan timbal balik dalam kaitannya dengan dukungan
Internasional ini Bu. Saya nggak tahu apa sebutannya karbon trading atau apalah namanya, tapi
jangan sampai akhirnya kita bablas sekedar dijadikan bahan objektivitas saja Bu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu dilanjutkan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Terima kasih Pimpinan.
Terima kasih catatan yang terhormat Pak Tjatur dan yang terakhir yang terhormat Ibu
Mercy menyampaikan catatan. Saya selesaikan dulu yang trust fund Pak, jadi trust fund ini kita
akan waspada seperti yang disampaikan oleh yang terhormat Pak Tjatur bahwa dia akan besar
karena diproyeksikan sebetulnya ini kasarnya antara 300-600 juta US dolar setahun masuknya
dari luar yang trust fund ini. Jadi memang seperti danau Norway aja sekarang masuk ke Indonesia
ke kita ini nunggu pot-nya trust fund ini begitu, jadi saya beberapa ali juga diskusi dengan Menteri
Keuangan saya bilang ini harusnya didoronng karena di satu sisi lingkungan nggak punya
dukungan anggaran selalu kecil, tapi di sisi lain sebetulnya ada potensi dana lingkungan yang
trust fund yang memang harusnya kita endorse dengan kuat. Jadi saya terima kasih ini dapat
dukungan.
KETUA RAPAT:
Sebentar Bu, bukannya di Bappenas ada ICCTF itu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Iiya, jadi ini semacam ICCCTF tapi kita improve lagi walaupun itu tidak mengganggu
ICCTF.
KETUA RAPAT:
Atau kalau tidak disatukan saja atau dikeluarkan, kalau nggak malah jadi lucu kalau
redundent kan, Bappenas punya ICCTF tapi bayangan saya kemarin trust fund itu masukanya ya
namanya juga ICCTF itu climate change trust fund.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Kita di dalam aturan di desain yang kita rancang memang Bappenas mempertahankan itu
tetapi dia belum meng-cover yang saya sebutin tadi itu yang untuk dana.
KETUA RAPAT:
Dari filantropi itu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Iya dari segala macam itu yang dari dana lingkungan, dari reklamasi tambang, dari
reboisasi begitu. Jadi nanti kita lihat juga akan jadi metamorfosis seperti apa, tetapi di dalam
desain RPP-nya, di dalam RPP-nya itu kita pisahkan pasalnya.
KETUA RAPAT:
Mungkin bisa diambil contoh yang Amazaon trust fund Bu, Amazon trust fund itu dia bisa
mengumpulkan di atas daripada 2 billion ..... ini lebih besar. Itu saya dulu mengimpikan sebetulnya
ICCTF itu sebetulnya seperti Amazon, tapi mungkin yang baru ini mungkin yang lebih mirip seperti
yang Amazon.
Silakan Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Demikian Ketua.
Yang terakhir tentang karbon trading, kita saya sebelumnya belum pakai istilah karbon
trading tetapi jadi lebih kepada prestasi karbon, result base payment karena di Internasional juga
term ini juga masih mana yang akan di-fix-kan. Kita sedang mengumpulkan materials untuk
menyusun peraturannya dan kira-kira nanti rencananya adalah pertama kita sudah punya NDC,
kemudian sudah ada rencana-rencana kerja, kemudian ada partisipasi mana yang rakyat tanam
misalnya, mana yang perusahaan melakukan daur ulang sirkular ekonomi didalamnya,
macam-macam, contohnya misalnya yang udah ketahuan di Kalimantan Rimur di situ sudah ada
contohnya benar, dia sudah bisa menghitung 22 juta ton karbon akan dia hasilkan.
Di dalam aturan yang sedang disiapkan materialnya ini itu prinsipnya yang akan diatur
adalah bahwa nilai karbon itu hharus diberi nilainya. Ada yang dilakukan oleh swasta, ada yang
dilakukan oleh masyarakat karena Indonesia punya kewajiban 29% yang dinilai keluar dari negara
maka harus ada cara pembagian berapa kuota yang di swasta, berapa yang masyarakat, jadi itu
yang harus diatur. Dan penting juga ini lagi dikumpulin datanya dan lagi dihitung, lagi dikumpulkan
materialnya sedang dihitung, berapa minimum contribution dari tiap daerah. Jadi kaya misalnya
Kaltim 22 juta ton dari 800 mega ya, 800 juta ton itu berapa per provinsi itu minimum
contribution-nya untuk menurunkan emisi. Jadi pengaturannya akan seperti itu karena begini,
kenapa kita mesti atura yang swasta karena sekarang secara kenyataan sudah ada
swasta-swasta yang berinteraksi langsung kontrak dengan perusahaan luar negeri misalnya
California, yang paling banyak saya lihat kerja di Indonesia itu dari California sama dari Jepang,
Jepang di Sulawesi, California ada yang di Lampung partnernya. Itukan berarti karbonnya diambil
untuk prestasinya Amerika, prestasinya California, padahal kita punya kewajiban 29% maka itu
harus diatur kuota-kuotanya. Saya kira perkembangan tentang ini lebih lanjut kami akan
konsultasikan terus karena ini memang juga menyangkut masyarakat.
Saya kira itu Pimpinan dan Bapak-Ibu yang terhormat.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Interupsi Pimpinan, Bu tadi aja memang kembali ke masalah danau Toba. Mungkin tadi
Pimpinan untuk kunjungan spesifiknya kalau bisa dijadwalkan terus nanti kita pastikan Bu,
kawasan ini mau dijadikan seperti yang disampaikan teman saya tadi Mas Aryo,mau dijadikan
kawasan perikanan atau kawasan wisata gitu. Itu mungkin bisa menjadi tolok ukur kita
memutuskan sesuatu di kawasan ini, kalau dia mau jadikan pariwisata ya ikan-ikan ini hanya
pelestarian saja menurut saya, jadi tidak menjadi ekonomi bisnis yang akan dibuat di suatu
kawasan ini begitu. Ini nanti kalau bisa ini Pimpinan, kunjungan spesifik biar melihat langsung
timbulnya limbah dari sana diakibatkan dari perusahaan-perusahaan mana, jadi nanti bisa kita
dorong untuk membangun kawasan danau Toba ini karena nanti anggarannya saya lihat kan
cukup besar Bu, jadi jangna sampai nanti kawasannya rusak kembali gitu. Menurut saya itu, satu
Bu catatan yang saya sampaikan waktu kita di konsinyering masalah yang di Simalungun kalau
bisa saya sudah telpon Pak Karni juga kemarin untuk ditindaklanjuti itu proses hukumnya yang
merusak kawasan tapal batas tanah itu yang sudah, yang perusahaan Belgia itu waktu
perusahaan .....yang fotonya saya tunjukkan ke Ibu waktu di konsinyering, kalau bisa
dilaksanakan supaya prosesnya bisa berjalan karna udah merusak jalan lintas provinsi itu,
kawasan itu dan menelan anggaran sebesar 100 milyar yang dibiayai oleh pemerintah provinsi
tersebut tapi perusahaannya tidak bertanggung jawab. Mungkin bisa Ibu jadwalkan kapan harus
turun ke lapangan untuk kepastian hukumnya gitu karena saya sudah telepon Pak Dirjen Pak
Karni sudah tidak sanggup dan menyerahkan ke Gakkum begitu. Mungkin itu Ibu, mungkin
jadwalnya segera kita tunggu.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Oke, Pak Ramson.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Ketua, catatan saja buat kita, artinya kita memberikan dukungan penuh untuk
memprebesar sumber dana dari luar atau kalau terminologi philantropic fund, biarpun itu tetap
dikontrol. Kalau yang dari APBN tentu pengawasannya juga harus ketat seperti tadi yang Pak
Nasir beritahu kalau di sana juga terlalu besar ikan-ikannya ya menimbulkan inilagi Bu, polusi lagi,
jadi tidak jernih lagi itu jadi itu seperti peternakan ikan aja itu di danau Toba. Itu harus ada
keputusan yang tegas karena kementerian LHK banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
tetapi tidak ada sanksi hukumnya. Ini yanng tadinya yang mau ada rapat gabungan termasuk
dengan Bareskrim dan Kejaksaan Agung agar mem-back up Kementerian LHK lebih tegas, lebih
berani dan menemukan solusi-solusi secara hukum bagi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
terhadap masalah-masalah lingkungan hidup. Itu Bu Menteri, Pak Ketua, jadi itu bisa di satu sisi
kita mendukung sepenuhnya bagaimana malah kalau bisa Komisi VII juga berperanan untuk
meningkatkan tadi itu sumber dana dari luar yang bukan dari APBN tetapi pengawasan juga harus
lebih efektif kita koordinasikan, kita support Kementerian LHK.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih Pak Ramson.
Ini sudah jawaban sebetulnya Pak Tompo atau mau menanggapi saja.
Silakan.
F-HANURA (MUKHTAR TOMPO, S.Psi):
Saya tidak akan bertanya Pak, Bu Menteri saya hanya memanfaatkan kesempatan ini.
Saya tidak akan bertanya Cuma mungkin saya butuh data saja bisa dikirimkan lewat staf atau
langsung lewat dirjen terkait, saya butuh data Bu area pertambangan yang tumpang tin dih
dengan kawasan hutan raya, apakah itu lindung, konservasi, produksi, tanaman rakyat dan
lain-lain mengacu pada persoalan yang ada di Poboya di Sulawesi Tengah di Palu itu dari 85 ribu
hektar luas areal pertambangan ternyata 40%-nya tumpang tindih Bu dengan kawasan hutan
raya. Saya butuh data seperti ini se-Indonesia.
Sdaya kira itu, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu dilanjutkan lagi.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Dari saya sebenarnya sudah 3 poin itu Ketua.
KETUA RAPAT:
Sekaligus yang menjawab ini maksud saya, menjawab Pak Tompo.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Kalau data ntar dilihat aja, nanti dilihat Planologi nanti diteliti aja lagi datanya.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih atas penjelasannya dari beberapa hal yang menjadi materi pembahasan
mengingat hal yang dibahas pada siang hari ini sangat penting. Satu masalah danau dan yang
kedua mengenai langkah-langkah yang ditempuh di dalam pencapaian penurunan emisi karbon.
Walaupun ada satu topik yang belum sempat didalami itu mengenai finance sebenarnya secara
luas karena green finance itu belum menjadi tujuan dari pada APBN kita. Jadi kita di dalam
beberapa kesempatan juga melihat ada inkonsistensi dari apa yang kita ratifikasi dengan
kenyataan mengenai green finance di dalam APBN kita. Jadi belum ada satu penyatuan di Badan
Anggaran membahas anggaran kita normal saja tidak ada bedanya gitu, kita sesudah meratifikasi
sama sebelum meratifikasi saya belum melihat ada perbedaan yang signifikan Bu, hampir nggak
ada. Jadi penajamannya yang ada di kementerian yang kebetulan menjadi leading sector pada
KLHK, padahal kalau kita konsisten di Kementerian Keuangan itukan ada Badan Kebijakan Fiskal
yang didalamnya sebetulnya sudah ada keompok kerja mengenai perubahan iklim, tetapi tidak
bisa mempengaruhi dari pada skenario APBN kita, paling tidak sampai saat ini masih belum
nampak. Mungkin kita perlu membahasitu di lain kesempatan karena itu merupakan hal yang
sangat krusial untuk pencapaian daripada apa yang kita sampaikan pada siang hari ini.
Saya akan menuju ke kesimpulan tolong ditayangkan, nanti ada tambahan dari yang tadi
Pak Ramson usulkan ya karena perlu mendapatkan penekanan dalam kesimpulan ini. Jadi draft
kesimpulan Rapat Kerja dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia,
Rabu 4 Oktober 2017:
1. Komisi VII DPR RI mendorong Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk lebih
memaksimalkan peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam
implementasi grand desain penyelamatan danau khususnya yang menjdai tanggung
jawabnya.
2. Komisi VII DPR RI meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk segera
menyelesaikan Peraturan Pemerintah terkait instrumen ekonomi lingkungan untuk
memberikan landasan hukum bagi pendanaan perubahan iklim khususnya untuk
pencapaian atau untuk mencapai target NDC atau Nationally Determined Contribution
Indonesia.
Untuk poin 1 dan 2 saya mohon persetujuan dari Anggota dan juga nanti kita mintakan
persetujuan dari pemerintah. 1, 2 karena ini ada diskusinya saya takut kalau nanti sampai terakhir
jadi lepas, kita sepakati ya 1, 2 ya.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Tjatur.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Saya menyoroti yang nomor 2 itu, bukan nggak mungkin KLHK itu menyelesaikan PP tapi
mendorong percepatan penyelesaian peraturan pemerintah.
KETUA RAPAT:
Setuju, mendorong penyelesaian.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Percepatan penyelesaian.
KETUA RAPAT:
Percepatan penyelesaian PP, betul karena bukan satu kementerian. Mendorong
percepatan penyelesaian, jadi meminta kementerian mendorong percepatan penyelesaian
peraturan pemerintah.
Dari Bu Menteri nomor 1 dan 2.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
1 sebetulnya tadinya saya berfikir tentang memaksimalkan itu tapi karena ada kata menjadi
tanggung jawabnya jadi kita memaksimalkan itu dalam arti segala langkah dalam otoritas
dukungan anggaran kementerian, setuju Ketua. Yang kedua juga setuju, terima kasih catatan dari
Pak Tjatur.
Terima kasih Ketua.
KETUA RAPAT:
Kita sepakati ya 1 dan 2.
(RAPAT:SETUJU)
3. Komisi VII DPR RI meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk
memberikan sanksi hukum yang lebih tegas bagi perusahaan yang terindikasi kuat
melakukan perusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
Tadi Pak Nasir ini, silakan Pak Andi kalau ada.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Inikan kalau nomor 3 ini seolah-olah kita menganggap bahwa yang merusak itu hanya
perusahaan, padahal banyak kelompok dan individu yang tidak masuk dalam kategori perusahaan
juga melakukan pengrusakan. Oleh karena itu lebih tegas bagi perusahaan tau kelompok dan
individu yang terindikasi atau kelompok dan individu yang terindikasi kuat.
KETUA RAPAT:
Semua stakeholder ya baik itu kelompok atau individu, bisa disepakati ya.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Nggak, sebentar Pak biar Anggota dulu nanti baru kita tanyakan pemerintah.
Pak Tjatur silakan Pak.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Kalimatnya kalau kementerian ini menegakkan hukum, kalau memberikan sanksi
hukumnya itu adanya di pengadilan.
KETUA RAPAT:
Ini mantan Komisi III lebih tajam biasanya, jadi kalimatnya menegakkan hukum bukan
memberikan sanksi hukum, betul juga.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Menegakkan hukum dan atau sanksi administrasi, kalau mau tambah sanksi, sanksi
administrasi dari sini gitu atau ditutup sementara gitu Pimpinan, perusahaan itu sampai
membenahi yang dilanggar itu.
KETUA RAPAT:
Sanksi administrasi Pak, itu tutup ataupun nambah administrasi, administratif kan, sanksi
administrasi.
Bu Menteri bisa disepakati atau dipertajam.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Ini ada 2 situasi yang berbeda sebetulnya tapi ketika kita mengatakan langkah-langkah
penegakan hukum itu betul dia terhadap yang terindikasi, tapi ketika begitu mengatakan sanksi
administrasi maka itu udah jelas pelanggaran yang, itukan ada prosesnya yang panjang gitu
Ketua. Jadi kalau boleh melakukan penegakan hukum kepada pihak-pihak yang terindikasi
melakukan, sebetulnya di Undang-undang 32 itu juga mungkin Ketua inget kalau dia perusakan
belum tentu ke pidana ya Pak Ilyas ya, kalau dia pencemaran itu udah bisa masuk ke........ kan itu
sebetulnya di sini masing-masing ada yang tersiratnya. Jadi langkah-langkah melakukan,
langkah-langkah penegakan hukum kepada pihak-pihak yang terindikasi melakukan perusakan
dan pencemaran llingkungan hidup serta menerapkan atau sanksi. Sebenarnnya ketika
melakukan penegakkan hukum ya udah sanksinya, iya sanksi administrasi itukan pertama
paksaan untuk menyelesaikan hal-hal yang diperlukan, terus dia bekukan sementara terus ya
cabut.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Sebetulnya sanksi administrasi itu juga masuk dalam penegakan hukum, sebetulnya itu.
KETUA RAPAT:
Iya makanya kalimat tadi kan disampaikan penegakan hukum itu ada 2, kalau dia
melanggar berbau sanksi, tetapi kalau dia tidak melanggar tidak mesti diberikan sanksi karena.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Itu di drop saja, udah bener itu sampai di situ saja.
KETUA RAPAT:
Jadi pihak-pihak yang terindikasi melakukan perusakan dan pencemaran, saya pikir sudah
cukup ya.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Ramson.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi sedikit soal ini, bagaimana Kementerian LHK mau melakukan penegakan hukum,
selama ini hampir jarang itu terjadi.
KETUA RAPAT:
Dirjennya Pak, Dirjen Gakkum, Perdagangan Hukum ada Pak.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Ada penyidikanya.
KETUA RAPAT:
Ada penyidiknya Pak, hanya kebetulan kita.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua, suatu saat kita minta bukti-bukti yang memang udah ada tindakan hukum oleh
Kementerian LHK.
KETUA RAPAT:
Wah bnayak sekali itu Pak.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Disiapkan dulu, sekali-kali ada di Pekalongan ada yang di tangkap Pak.
KETUA RAPAT:
Iya, nanti pasti ada hanya kebetulan belum terinformasi yang Pak Ramson belum
menerima.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua, tolong melalui Bu Menteri ke Pak Dirjen dikirim datanya ya terus mekanismenya
bagaimana karena ada pelanggaran-pelanggaran hukum terkait lingkungan hidup di Dapil saya
juga, jadi menginformasikan bagaimana gitu, jangan kita di Komisi VII nggak tahu mekanismenya.
Itu harus diberitahu karena itukan sudah internal dari Kementerian LHK, ada SOP-nya dari sisi
Undang-undang, PP, kita tahu, tapi dari sisi internalnya bagaimana untuk melakukan tindakan
hukum yang dilakukan oleh Kementerian LHK.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Saya pikir penting menyadari dan kita kalau lagi berada di Dapil bisa sekaligus kita
sosialisasikan nanti Pak, supaya kita bisa me-warning mereka.
Bisa kita sepakati ya nomor 3 ya?.
(RAPAT:SETUJU)
4. Komisi VII DPR RI meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk
melakukan pemetaan danau per pulau di seluruh Indonesia disertai dengan tingkat
kerusakan dan pencemarannya, serta data-data kuantitatif lainnya sehingga dampaknya
bisa diukur secara ekonomi.
Ini merespon dari keterangan Bu Menteri tadi, sepakat ya, pemerintah pasti setuju, Anggota
setuju ya?.
(RAPAT:SETUJU)
5. Komisi VII DPR RI mendorong Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk
segera menyelesaikan rencana pengelolaan dana terpadu dan peraturan pemerintah
tentang penngelolaan danau.
Sebentar ini sebetulnya sudah masuk di poin nomor 4 ya, yang dimaksud di sini
menyelesaikan rencana pengelolaan danau terpadu dan peraturan pemerintah tentang
pengelolaan danau itu lebih ke ya dari sektor kementeriannya Bu karena PP itukan domainnya
tidak hanya di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bagaimana bisa direspon.
Silakan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Ketua, nomor 5 itu yang rencana pengelolaan danau terpadu itu clear untuk 15 yang danau
prioritas karena kan dengan demikian bisa dipakai selanjutnya. Untuk peraturan pemerintah
mungkin agak sulit kalau Kementerian LHK yang mendorong karena sampai sekarang itu belum
sama sekali belum dibicarakan untuk, maksudnya kita memang mendukung tetapi apakah tepat
inisiatif dari KLHK karena pertama PP itukan biasanya mandatory atau atributif, kalau atributifnya
kan kita sebetulnya kita belum kuat, saya lebih kena kalau kita menyiapkan dulu naskah akademik
dan sebagainya, nanti tinggal dilihat seperti apa. Apalagi sekarang kalau inikan payungnya itukan
sebetulnya Undang-undang Sumber Daya Sir Ketua, itu aja belum selesai dan masih dalam
proses di DPR RI. Jadi mohon arahan bahwa kita jangan bicara PP-nya dulu.
KETUA RAPAT:
Atau munngkin ditulis begini aja Bu, segera menyelesaikan rencana pengelolaan danau
terpdu dan menyiapkan naskah akademik dari peraturan pemerintah tentang pengelolaan danau.
Iya menyiapkan naskah akademik, jadi kita sifatnya mengantisipasi begitu, bisa kan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Mungkin jangna disebtin PP yang huruf besar, P besar huruf besar itukan langsunng
address Ketua, jadi agak tidak pas untuk KLHK.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Jadi begini Ketua, saya kira memang kalau kita lihat pembagian job descreption yang ada
di sana leading sector untuk LHK sama sekali ada penanggunng jawab utama, LHK itu hanya
pendukung.
KETUA RAPAT:
Betul.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Karena itu mungkin munculnya PP tidak dari LHK, tetapi kalau LHK diminta untuk
mempersiapkan naskah akademik untuk mengantisipasi atau memberikan input kepada lembaga
yang memang leading sector-nya......ya saya kira kira nggak ada soal.
KETUA RAPAT:
Mungkin menyiapkan naskah akademik ya pengelolaan danau,iya betul, naskah akademik,
PP-nya dihilangin, pengelolaan danau bagi perkembangan regulasi, sebetulnya PP itu secara
tersirat gitu ya, perkembangan regulasi, pengelolaan danau bagi pengembangan regulasi.
Oke saya ulang ya nomor 5:
Komisi VII DPR RI mendorong Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk segera
menyelesaikan rencana pengelolaan danau terpadu dan menyiapkan naskah akademik
pengelolaan danau bagi pengembangan regulasi. Bisa sepakat ya?.
(RAPAT:SETUJU)
6. Komisi VII DPR RI mendukung sepenuhnnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI untuk mendapatkan sumber dana filantropi agar program-program KLHK dapat
dilaksanakan secara optimal.
Kalimatnya kok, coba bagaimana.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Bukan mendapatkan ya, mungkin mengelola.
KETUA RAPAT:
Bukan mendapatkan ya, sebentar silakan Bu Menteri kalau ada.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Kalau lihat progres regulasi yang dipersiapkan kalau boleh kami mengusulkan Komisi VII
DPR RI mendukung, kalau langsung ke pemerintah boleh nggak Ketua kalau komisi, mendukung
pemerintah dalam penyelesaian RPP instrumen ekonomi lingkungan.
KETUA RAPAT:
Walaupun pemerintah kita harus menyebutkan melalui Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, jadi mendukung.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Karena prosesnya sebetulnya sudah di ujung begitu, artinya udah mau sampai.
KETUA RAPAT:
Jadi mendukung sepenuhnya pemerintah melalui Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan RI itu baru tepat, pemerintah melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
untuk.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Untuk penyelesaian peraturan pemerintah.
KETUA RAPAT:
Oke, penyelesaian peraturan pemerintah mengenai pengelolaan sumber dana filantrofi gitu
ya. Oke, mengenai penyelesaian aturan-aturan jadi bukan peraturan pemerintah.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Karena PP-nya tentang instrumen ekonomi.
KETUA RAPAT:
Aturan-aturan mengenai trust fund titik.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Pimpinan, nomenklaturnya trust fund, pakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar dana
abadi.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Dana amanah.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Bukan dana abadi.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Karena untuk lingkungan atau perubahan iklim misalnya seperti itu kalau mau dibuat.....
KETUA RAPAT:
Trust fund (dana amanah) sebab pemahamannya membumi karena trust fund memang
jamak Cuma tidak Bahasa Indonesia. Untuk pendanaan perubahan iklim ataupun lingkungan.
Jadi saya ulang sekali lagi ya nomor 6:
Komisi VII DPR RI mendukung sepenuhnya pemerintah melalui Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan RI untuk penyelesaian aturan-aturan mengenai trust fund (dana amanah) untuk
pendanaan perubahan iklim ataupun lingkungan, atau nggak dibalik aja mengenai dana amanah
(trust fund) itu yang bener, jadi mengutamakan Bahasa Indonesia.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Ketu mohon izin, boleh nggak ditambahin depannya mengenai pengelolaan dana amanah.
KETUA RAPAT:
Boleh pengelolaan, mengenai pengelolaan dana amanah karena tadi itu kita pikir kalau
pengelolaan seakan-akan dananya sudah ada, kalau pengelolaan, karenanya belum ada kita
sebutkan pengelolaan aja Bu, jadi mengenai dana amanah gitu. Multi interpretasi kalau mengelola
gitu itu sesuatu yang kita pegang, nggak usah ada pengelolaan lah saya pikir, dana amanah gitu
aja, pengelolaannya dihilangin, mengenai dana amanah.
Bisa kita sepakati ya Bu? Sepakat ya.
(RAPAT:SETUJU)
7. Komisi VII DPR RI meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk
memberikan secara tertulis atas semua pertanyaan Anggota Komisi VII dan
disampaikan paling lambat pada tanggal 11 Oktober.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua, mungkin interupsi sebelum masuk di poin 7. Satu stressing kita soal rapat
komisi saya nggak tahu apakah ini bisa masuk dalam rapat gabungan yang berkaitan dengan
green finance di dalam APBN karena ini sebenarnya persoalan kita yang paling mendasar ada di
sini Pak, saya nggak tahu formulasinya ini nanti dia masuk atau di catatan kaki dari kesimpulan
Pak, tapi sebaiknya ada Pak supaya ada dasar bagi kita juga bisa mengundang.
KETUA RAPAT:
Kementerian Keuangan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Iya Kementerian Keuangan, menteri-menteri yang lain mungkin dapat gabungan kalau
laporannya ke Pimpinan DPR RI Pak, kalau nggak ada di kesimpulan ini juga agak ini Pak,
mungkin bisa.
KETUA RAPAT:
Punya draft kalimatnya Bu Mercy. Komisi VII DPR RI.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Iya, Komisi VII DPR RI mendorong adanya rapat gabungan Komisi dengan mengundang
seluruh kementerian terkait apa gitu yang, dalam rangka penyusunan dan apa, yang berkaitan.
KETUA RAPAT:
.....penyusunan ya.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Green finance APBN.
KETUA RAPAT:
Adanya rapat gabungan dengan kementerian terkait gitu ya, kita kan juga belum
.....kementerian terkait terhadap.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Penyusunan rencana, penyusunan anggaran rencana aksi NDC.
KETUA RAPAT:
Penyusunan Bu, yang dimaksud sebetulnya green finance bukan untuk, green finance itu
lebih kepada anggaran belanja kita yang mendanai, yang mencerminkan keberpihakan kepada
aksi-aksi lingkungan. Penyusunan rencana anggaran, bukan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Anggaran yang mendukung.
KETUA RAPAT:
Penyusunan rencana anggaran.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Tentang terhadap penyusunan rencana anggaran.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Pimpinan, ini nggak ada menyinggunng soal kebutuhan anggaran dari materi tadi.
KETUA RAPAT:
Jadi begini Pak Nasir, tadi kita diskusikan justru di dalam......
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
........Kebetulan saya mengucapkan.
KETUA RAPAT:
Di dalam APBN kita itu belum mencerminkan adanya semangat green finance gitu karena
APBN itu sekarang disusun sebagaimana sesudah ataupun sebelum ratifikasi tidak ada
dampaknya. Kita di sini diangkat sama Bu Mercy supaya itu dimasukkan dalam catatan
kesimpulan kita supaya ada dasar kita mendorong gitu, apakah itu nanti kita mau lakukan rapat
gabungan dengan Kementerian Keuangan misalnya supaya konsisten, kalau tidak NDC itu tidak
satu kementerian, itukan multi sektor. Kalau semangat APBN kita masih hari ini saya rasa sangat
berat untuk bisa capai NDC.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Setuju Pimpinan, nanti kalau mau mengundang Menteri Keuangan atau Bappenas tapi
Komisi VII prinsipnya mendukung untuk pengembangan anggaran, pengembangan danau-danau
tadi dan sistem pengawasan monitoring tadi yang sistem pengawasan hukum tadi itu lingkungan
itu harus ditambah juga anggarannya supaya lebih kuat.
KETUA RAPAT:
Bisa, nanti pada waktu kita bicara.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Mungkin kita mengundang instansi tambahan yang kementerian atau Bappenas, bisa saja
tapi dibunyikan menurut saya Pimpinan.
Terima kasih.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Ketua, tadikan Pak Ketua nanya sepakat nggak, kalau saya mana pernah nggak sepakat
untuk Bu Menteri karena untuk Dapil soalnya Pak Ketua.
Terima kasih Pak Ketua.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Pak Ketua, ingin menanyakan saja hal-hal yang pernah disampaikan dalam RKAKL,
kebetulan saya waktu itu dipesen upaya pencegahan kebakaran hutan, itu masuk nggak
anggarannya itu, Bu Menteri atas izin Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Ini di luar daripada materi.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
........di luar dari materi rapat tapi bisa dijawab Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Yang spesifik apa yang ditanyain yang Sumsel kebakaran hutan
pencegahannya....alokasinya ada.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Ada alokasi pembiayaan untuk pencegahan kebakaran lahan, waktu itu kan saya titip
sebelum saya Kunker, tolong Bu dititip karena ini menjadi beban APBD dan pemerintah
kabupaten pemerintah provinsi, ada Bu ya.
Oke, terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Jadi saya ulangi ya yang kesimpulan tambahan tadi yang nomor 7 coba di.
Komisi VII DPR RI mendorong adanya Rapat Kerja gabungan dengan kementerian terkait
terhadap penyusunan anggaran yang berbasis lingkungan atau green finance terutama guna
mendukung rencana aksi NDC Indonesia, kan bagus ini Bu.
Ada yang keberatan, sangat mendukung.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
....... terima kasih.
KETUA RAPAT:
Sangat mendukung.
(RAPAT:SETUJU)
Dengan demikian berakhir sudah Rapat Kerja dari pagi hingga siang hari ini.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Pimpinan, di sini nggak diperlukan kapal sampah nggak perlu.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua, begitu sepakatnya saya supaya didengar para dirjen-dirjen Bu Menteri.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Terima kasih kepada para Anggota Komisi VII yang terus ikut menekuni Rapat Kerja yang
kita mulai dari pagi hingga siang hari ini. Sebelum saya menutup rapat saya persilakan Bu Menteri
untuk memberikan sepatah dua patah kata.
Silakan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Terima kasih.
Yang terhormat Pimpinan Komisi VII DPR RI yang kami hormati.
Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sangat tinggi atas
catatan dan sekaligus dukungan terhadap hal-hal yang sangat esensial dalam kaitan dengan
persoalan danau di Indonesia dan yang penting juga persoalan implementasi perubahan iklim.
Sekali lagi kami ucapkan terima kasih dan saya mohon untuk hal-hal yang kurang pas.
Terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih saya sampaikan kepada Bu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
beserta jajarannya atas kerjasama yang baik dan atas nama Pimpinan Komisi VII saya juga
mengucapkan mohon maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan selama rapat ini berlangsung
dan sekaligus saya juga mengucapkan terima kasih kepada para Anggota Bapak-Ibu Anggota
Komisi VII yang saya hormati. Akhirnya dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT Rapat
Kerja pada hari ini saya tutup.
Billahittaufiq wal hidayah.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
(RAPAT DITUTUP PUKUL 14.02 WIB)
a.n. KETUA RAPAT
SEKRETARIS RAPAT
Dra. Nanik Herry Murti NIP. 19650506199403200