pengus cher depa sahaan rry di pt arteme ins sayura

122
PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA T. SAUNG WENIN A EN AGRO FAKULT STITUT P AN PAKC G MIRWA BOGOR G PRABA A24061418 ONOMI DA TAS PERT ERTANIA 2011 CHOI BAB AN, MEGA AWATI 8 AN HORT TANIAN AN BOGO BY dan T AMENDU TIKULTU OR TOMAT UNG, URA

Upload: vuongkhue

Post on 30-Dec-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

PENGUS

CHER

DEPA

SAHAAN

RRY di PT

ARTEME

INS

SAYURA

T. SAUNG

WENIN

A

EN AGRO

FAKULT

STITUT P

AN PAKC

G MIRWA

BOGOR

G PRABA

A24061418

ONOMI DA

TAS PERT

ERTANIA

2011

CHOI BAB

AN, MEGA

AWATI

8

AN HORT

TANIAN

AN BOGO

BY dan T

AMENDU

TIKULTU

OR

TOMAT

UNG,

URA

Page 2: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

RINGKASAN WENING PRABAWATI. Pengusahaan Sayuran Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor. (Dibimbing oleh Bambang Sapta Purwoko) Kegiatan magang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan

pengalaman kerja secara praktis di lapangan, mengetahui dan membandingkan

kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran (khususnya pakchoi baby dan tomat

cherry) antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem

budidaya tanaman di mitra tani, serta mengetahui jumlah kehilangan hasil selama

panen, penanganan pasca panen, dan pemasaran yang dilakukan di PT. Saung

Mirwan, Megamendung, Bogor pada Maret hingga Juli 2010.

Metode pelaksanaan magang dengan mengikuti seluruh kegiatan yang

dilaksanakan oleh PT. Saung Mirwan yang berhubungan dengan aspek budidaya

tanaman serta survei dengan mempersiapkan kuesioner untuk mengetahui

perbandingan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen dengan

mengambil sampel 5 petani yang berstatus sebagai mitra tani.

Bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani melakukan kegiatan

budidaya pakchoi baby dengan teknik yang berbeda. Perbedaan tersebut meliputi

lokasi penanaman, metode penanaman, pola tanam, dan kegiatan pemeliharaan

yang dilakukan oleh keduanya. PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby di

dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanamnya di lahan terbuka. Pola

tanam yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan adalah pola tanam monokultur

dengan metode penanaman langsung, sedangkan mitra tani menerapkan pola

tanam tumpang sari dengan metode penanaman menggunakan persemaian terlebih

dahulu, sehingga tidak melakukan kegiatan penjarangan dan penyulaman.

Penanganan pasca panen pada pakchoi baby oleh mitra tani terdiri atas

trimming dan pengangkutan, sedangkan penanganan pasca panen di divisi

pengemasan PT. Saung Mirwan lebih intensif dan teliti yang terdiri atas trimming,

penyortiran, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan. Penanganan pasca

panen yang dilakukan divisi pengemasan PT. Saung Mirwan pada tomat cherry

terdiri atas pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan.

Page 3: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa persentase hasil yang dapat dipasarkan

untuk komoditi panen pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi PT. Saung

Mirwan berkisar antara 61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh

tingginya kehilangan bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk

dipasarkan. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan mitra tani, yaitu sebesar 90-96

%. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di mitra tani hanya

membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi saat panen di

lahan hanya dalam jumlah kecil. Kehilangan hasil pakchoi baby selama

penanganan pasca panen pada periode Januari-Juni 2010 berkisar antara 29-39 %.

Kehilangan hasil tomat cherry selama penanganan pasca panen mencapai nilai

yang tertinggi pada Juni 2010 yaitu sebesar 60.79 %.

Kegiatan pasca panen yang dilakukan bidang produksi PT. Saung Mirwan

lebih teliti dibandingkan mitra tani. Kehilangan hasil pada komoditi pakchoi baby

selama penanganan pasca panen disebabkan oleh banyaknya hasil panen tidak

memenuhi syarat atau disebut dengan istilah broken stock (BS) akibat trimming,

sedangkan untuk komoditi tomat cherry disebabkan oleh banyaknya jumlah BS

akibat penyimpanan dalam cool room.

Jalur pemasaran sayuran pakchoi baby dan tomat cherry di divisi

penjualan sayuran PT. Saung Mirwan melalui dua jalur, yaitu sayuran hasil

produksi dari bidang produksinya serta mitra tani, dan pembelian dari mitra beli,

yang kemudian disalurkan ke konsumen seperti supermarket, hotel, dan restoran.

Sistem penjualan yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan ialah sistem penjualan

putus, dengan pembayaran melalui transfer. Harga pakchoi baby dari bidang

produksi, mitra tani, dan mitra beli berada pada tingkat harga yang sama yaitu

Rp 4 000/kg, sehingga farmer’s share yang didapatkan juga sama yaitu sebesar

23.6 %. Harga tomat cherry pada tiap saluran pemasaran berbeda-beda. Harga dari

bidang produksi sebesar Rp 10 000/kg, mitra tani sebesar Rp 8 000/kg, dan mitra

beli sebesar Rp 8 500, sehingga farmer’s share yang diterima berturut-turut

adalah sebesar 36.36 %, 29.09 %, dan 30.91 %.

Kegiatan magang telah memberikan keterampilan dan pengetahuan

budidaya sayuran baik dari segi budidaya, panen dan pasca panen, serta

pemasaran.

Page 4: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

PENGUSAHAAN SAYURAN PAKCHOI BABY dan TOMAT

CHERRY di PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG,

BOGOR

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor

WENING PRABAWATI

A24061418

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 5: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

Judul : PENGUSAHAAN SAYURAN PAKCHOI BABY dan

TOMAT CHERRY di PT. SAUNG MIRWAN,

MEGAMENDUNG, BOGOR

Nama : WENING PRABAWATI

NRP : A24061418

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc.)

NIP 19610218.198403.1.002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr)

NIP 19611101.198703.1.003

Tanggal Lulus : …………………………

Page 6: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 September 1988 dari bapak

Suyono dan ibu Siti Chodijah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara.

Tahun 2000 penulis lulus Sekolah Dasar Cijantung 02 Pagi kemudian

melanjutkan di SLTP Negeri 103 Jakarta sampai tahun 2003. Pada tahun 2006,

penulis menamatkan pendidikan menengah lanjutan atas di SMA Negeri 88

Jakarta, yang kemudian diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007, penulis diterima

sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan

kemahasiswaan, diantaranya sebagai Panitia Masa Perkenalan Departeman (MPD)

pada tahun 2007. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang

liburan di Unit Teaching Farm Agricultural Development Center, Cikarawang

ICDF-IPB. Penulis juga menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Tanaman Buah

selama satu semester.

 

Page 7: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi

kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaiakan dengan baik.

Kegiatan magang pengusahaan sayuran dilaksanakan terdorong oleh keinginan

penulis untuk mempelajari aspek pengelolaan komoditi tanaman sayuran dan

meningkatkan kemampuan profesional penulis dalam memahami dan menghayati

proses kerja secara nyata.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc. sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan bimbingan, saran, kritik, dan semangat kepada

penulis sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si dan Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Maryati Sari, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan

sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.

4. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah

memberikan bekal ilmu dan staf komisi pendidikan atas bantuan selama

penulis menempuh pendidikan.

5. Bapak Tatang Hadinata dan Bapak Dudi Rusiyadi yang telah memberi ijin

kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di PT. Saung Mirwan,

serta kepada seluruh karyawan yang telah membantu penulis selama kegiatan

magang.

6. Kedua orang tua, Bapak Suyono dan Mama Siti Chodijah; kakak, Bani

Achmadi; dan adik, Fitri Saraswati; tersayang yang telah memberikan doa,

semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga.

7. Teman-teman seperjuangan AGH 43 yang tidak dapat disebutkan satu per

satu, terima kasih untuk segala kebersamaannya.

8. Teman-teman dekatku di AGH 43 yang tak pernah luput dari candaan : cha2,

syifa, dan isti; semoga jadi kenangan terindah yang takkan terlupakan.

Page 8: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

9. Leni dan Firman yang telah membantu penulis selama kegiatan magang di

PT. Saung Mirwan, terima kasih atas kebersamaannya.

Bogor, Januari 2011

Penulis

Page 9: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4 Budidaya Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi) .......................... 4 Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) ............... 5 Pemanenan .......................................................................................................... 6 Pasca Panen ......................................................................................................... 7

Pembersihan ..................................................................................................... 7 Penyortiran (Sortasi) dan Pengkelasan (Grading) ........................................... 8 Pengemasan (Packaging) ................................................................................ 8 Penyimpanan (Storage) ................................................................................... 9 Pengangkutan ................................................................................................... 9 Pemasaran ...................................................................................................... 10

Kehilangan Hasil Panen .................................................................................... 11

METODE MAGANG ........................................................................................... 13 Waktu dan Tempat ............................................................................................ 13 Metode Pelaksanaan .......................................................................................... 13 Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................................. 14 Analisis Data dan Informasi .............................................................................. 14

KEADAAN UMUM ............................................................................................. 16 Lokasi ................................................................................................................ 16 Keadaan Iklim dan Tanah ................................................................................. 16 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ...................................................................... 17 Keadaan Tanaman dan Produksi ....................................................................... 18 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................................... 24

Struktur Organisasi ........................................................................................ 24 Ketenagakerjaan ............................................................................................ 25

BUDIDAYA DAN PANEN ................................................................................. 27 Budidaya Pakchoi Baby .................................................................................... 27

Persiapan Lahan ............................................................................................. 27 Penanaman ..................................................................................................... 28 Pemeliharaan ................................................................................................. 29 Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................................. 31 Pemanenan ..................................................................................................... 33

Budidaya Tomat Cherry .................................................................................... 34

Page 10: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

Persiapan Bahan Tanam ................................................................................ 34 Persiapan Lahan ............................................................................................. 36 Penanaman ..................................................................................................... 37 Pemeliharaan ................................................................................................. 39 Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................................. 45 Pemanenan ..................................................................................................... 48

MANAJEMEN BUDIDAYA ............................................................................... 50 Bidang Produksi ................................................................................................ 50 Kemitraan .......................................................................................................... 51

PENANGANAN PASCA PANEN ....................................................................... 54 Pasca Panen ....................................................................................................... 54

Pembersihan ................................................................................................... 55 Penyortiran (Sorting) dan Pengkelasan (Grading) ........................................ 56 Pengemasan (Packaging) .............................................................................. 57 Penyimpanan (Storage) ................................................................................. 60 Pengangkutan ................................................................................................. 60

Kehilangan Hasil Panen dan Pasca Panen Sayuran........................................... 62

PEMASARAN ...................................................................................................... 76 Volume Pemesanan dan Volume Penjualan ...................................................... 78 Sistem Penjualan dan Pembayaran .................................................................... 79 Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry ............................................................ 80 Persentase Bagian yang Diterima oleh Petani (Farmer’s Share) ...................... 82

ANALISIS USAHA TANI ................................................................................... 84 Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (Mitra Tani) .............................................. 85 Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (PT. Saung Mirwan) ................................. 87 Analisis Usaha Tani Tomat Cherry (PT. Saung Mirwan) ................................. 89

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 92 Kesimpulan ........................................................................................................ 92 Saran .................................................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94

LAMPIRAN .......................................................................................................... 98

Page 11: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari-Juni 2010 ................................................ 16

2. Jenis Sayuran yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ............................... 19

3. Jenis Sayuran Pot yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ......................... 20

4. Jenis Bunga yang Diproduksi oleh PT, Saung Mirwan .................................. 20

5. Komoditi Lain yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan .............................. 20

6. Komoditi yang Diproduksi oleh Mitra Tani ................................................... 22

7. Komoditi yang Dibeli dari Mitra Beli ............................................................. 23

8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani .... 31

9. Komposisi Pupuk Dasar per 1 000 liter .......................................................... 39

10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter ............................... 40

11. Kewajiban dalam Kemitraan Antara PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani ...... 52

12. Kegiatan Pasca Panen di Tiap Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan .......... 54

13. Standar Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan ............................................... 56

14. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Bidang Produksi PT. Saung Mirwan ........................................................................... 63

15. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Mitra Tani ................................................................................................................. 64

16. Kehilangan Hasil Harian pada Pakchoi Baby saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan ..................................................................... 66

17. Kehilangan Hasil Harian pada Tomat Cherry saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan ..................................................................... 69

18. Produksi Komoditi Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari- Juni 2010 ......................................................................................................... 71

19. Kehilangan Hasil pada Pakchoi Baby di Divisi Pengemasan PT.Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 ................................................................. 72

20. Produksi Komoditi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari- Juni 2010 ......................................................................................................... 74

21. Kehilangan Hasil pada Tomat Cherry di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 ................................................................. 74

Page 12: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

22. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010................................................ 78

23. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010................................................ 79

24. Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan ............................................................................................................ 81

25. Farmer’s Share di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan ............................ 82

Page 13: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang Sebelum Pengolahan Tanah ............................................................................ 27

2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi Baby yang Digunakan ..................................................................................... 28

3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi Kabut ............................................................................................................... 29

4. Gejala Serangan Ulat Grayak .......................................................................... 32

5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby .................................. 32

6. (a) Tanaman yang Siap Dipanen, (b) Cara Panen Pakchoi Baby.................... 33

7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : (a) Pengangkutan Hasil Panen ke Tempat Teduh, (b) Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh .......... 34

8. (a) Bangunan Pembibitan, (b) Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry ........ 35

9. (a) Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, (b) Arang Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam ........... 37

10. (a) Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, (b) Penanaman Tomat di Polibag ............................................................................................................ 38

11. (a) Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, (b) Irigasi Tetes pada Tomat Cherry .. 39

12. (a) Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, (b) EC meter ............ 42

13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry ...................................... 43

14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang ...................... 44

15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa ............................................................. 44

16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : (a) Sebelum Pemangkasan Daun Bawah, (b) Setelah Pemangkasan Daun Bawah ............. 45

17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST ............................................ 45

18. Gejala Serangan : (a) Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun, (b) Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry ............................... 46

19. Gejala Penyakit : (a) Busuk Batang Akibat Bakteri Pseudomonas solanacearum, (b) Penyakit Busuk Ujung Buah (blossom end rot) ............... 47

Page 14: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

20. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Tomat .............................................. 48

21. (a) Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna Kekuning-kuningan, (b) Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan ......................................................... 49

22. Tomat Cherry yang Siap Dikemas Dikelompokkan Berdasarkan Kriteria Warna .............................................................................................................. 57

23. Wadah Pengangkutan Sayuran dari Lahan : (a) Bidang Produksi, (b) Mitra Tani .................................................................................................. 61

24. Mobil Distribusi PT. Saung Mirwan Berupa Mobil Truk Tertutup Berpendingin (AC) .......................................................................................... 61

25. Kegiatan Trimming dan Sortasi pada Pakchoi Baby : (a) Rompesan Pakchoi Baby, (b) Pakchoi Baby BS (Tidak Layak Jual) ............................... 65

26. Tomat Cherry yang Pecah dan Busuk ............................................................. 68

27. Skema Jalur Pemasaran Sayuran di PT. Saung Mirwan ................................. 77

Page 15: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lay Out Bangunan ............................................................................................ 99

2. Lay Out Green House ..................................................................................... 100

3. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan .......................................................... 101

4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010 ....................................................... 102

5. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pakchoi Baby ................................................................... 104

6. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat Cherry ................................................................... 104

7. Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis ............................ 105

8. Skema Jaringan Irigasi Tetes .......................................................................... 106

9. Lay Out Jaringan Irigasi Tetes ........................................................................ 107

Page 16: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sangat besar

untuk mengembangkan sumber keanekaragaman hayati. Berbagai macam sayuran

dapat ditanam di Indonesia, tidak hanya sayuran asli Indonesia tetapi juga yang

berasal dari negeri lain. Sayuran memiliki peran penting dalam pemenuhan

kebutuhan gizi manusia terutama sebagai sumber vitamin, mineral, serat, dan

antioksidan. Mengonsumsi berbagai macam sayuran secara rutin setiap hari sangat

dianjurkan karena dapat menyehatkan tubuh, dan mengurangi risiko berbagai

penyakit kanker, penyakit jantung, stroke, dan penyakit kronis lainnya.

Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia pada tahun 2006 hanya

sebesar 37.94 kg/kapita/tahun dan masih berada di bawah standar konsumsi yang

telah ditetapkan yaitu sebesar 65.75 kg/kapita/tahun (http://jakarta.litbang.deptan.

go.id). Menurut data statistik Ditjen Hortikultura (2009) pada tahun 2008 total

produksi sayuran yang dihasilkan Indonesia mencapai 9.57 juta ton. Jumlah ini

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 9.46 juta

ton. Peningkatan ini terjadi seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat

mengenai pentingnya mutu makanan termasuk sayuran. Oleh karena itu, perlu

diantisipasi peningkatan keperluan komoditi sayuran yang dihasilkan petani

Indonesia.

Salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan berbagai macam

sayuran adalah PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Jawa Barat. PT. Saung

Mirwan memiliki empat kebun produksi yaitu di Desa Sukamanah (Bogor)

dengan luas kebun ± 11 ha, Kampung Lemah Neundeut (Bogor) dengan luas

kebun 3 ha, Cipanas dengan luas kebun ± 1 ha, dan Garut dengan luas kebun

9 ha. Selain mengembangkan produksi sendiri, perusahaan tersebut juga menjalin

kemitraan dengan petani di wilayah Bogor dan Garut dengan luasan sekitar 30 ha

(Marliana, 2008). Sayuran yang diproduksi di perusahaan tersebut terdiri atas

berbagai macam sayuran daun maupun sayuran buah. Dua diantara sayuran yang

diproduksi ialah pakchoi baby dan tomat cherry yang memiliki harga dan daya

saing cukup tinggi.

Page 17: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

2

Pakchoi atau bok choy yang dikenal sebagai sawi China banyak digunakan

sebagai komposisi sup dalam masakan China. Sayuran ini banyak mengandung

vitamin dan mineral. Bagian yang dikonsumsi adalah daun dan petiolnya yang

berwarna hijau. Selain untuk masakan, pakchoi biasanya juga digunakan sebagai

penghias hidangan. Sayuran pakchoi mulai banyak dikenal di berbagai kalangan

masyarakat. Produksi komoditi ini di Indonesia mengalami peningkatan dari

1.29 juta ton pada tahun 2007 menjadi 1.31 juta ton pada tahun 2008. Tingkat

konsumsinya juga mengalami peningkatan dari 0.47 kg/kapita pada tahun 2006

menjadi 0.73 kg/kapita pada tahun 2007 (Ditjen Hortikultura, 2009).

Tomat merupakan salah satu komoditi sayuran unggulan yang prospektif.

Tomat dimanfaatkan sebagai konsumsi buah segar, bumbu masak, serta bahan

baku industri di antaranya aneka minuman, zat pewarna, saus, dan lain-lain.

Tomat cherry biasanya digunakan untuk salad. Tomat mengandung vitamin A dan

C yang baik untuk kesehatan. Permintaan tomat terus meningkat karena selain

dijual di pasar tradisional, buah tomat juga dijual di supermarket, mal-mal,

maupun dijual langsung ke hotel dan restoran. Produksi tomat di Indonesia

mengalami peningkatan dari 0.64 juta ton pada tahun 2007 menjadi 0.70 juta ton

pada tahun 2008. Tingkat konsumsi tomat mengalami peningkatan dari 1.17

kg/kapita pada tahun 2006 menjadi 2.09 kg/kapita pada tahun 2007 (Ditjen

Hortikultura, 2009).

Salah satu permasalahan yang sangat penting pada pemasaran produk

sayuran secara umum adalah penanganan pasca panen. Sayuran merupakan

komoditi yang sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif

singkat sehingga mutunya menurun. Kerusakan suatu komoditi yang terjadi pada

saat panen hingga penanganan pasca panen mengakibatkan kehilangan (loss).

Kehilangan tersebut mengakibatkan produk tidak layak dijual maupun untuk

dikonsumsi. Menurut Spinks dan Abbot (1986) tingkat kehilangan hasil pasca

panen yang terjadi pada produk hortikultura dalam pertanian di daerah tropika

sangat tinggi, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pasca Panen Pertanian (2008) menyatakan bahwa pada tahun

2007 tingkat kehilangan hasil sayuran di Indonesia mencapai 25-40 %. Menurut

Haryanto dan Rochani (2006) penanganan pasca panen di Indonesia yang buruk

Page 18: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

3

disebabkan oleh keterbatasan fasilitas dan kualitas sumber daya manusia yang

rendah. Kondisi ini menuntut adanya usaha penanganan pasca panen sayuran yang

baik untuk menekan kehilangan hasil, menjaga kualitas nutrisi yang dimiliki

sayuran serta menjamin keamanannya. Penerapan teknologi yang dapat

mengurangi kerusakan dan kehilangan hasil pada sayuran sangat diperlukan dalam

upaya memperpanjang masa simpan khususnya pada saat panen raya.

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk mendapatkan

pengetahuan dan pengalaman kerja secara praktis di lapangan. Tujuan khusus

magang yaitu mengetahui kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran,

khususnya pakchoi baby dan tomat cherry, mengetahui jumlah kehilangan hasil

selama penanganan pasca panen, serta membandingkan produksi sayuran antara

sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem budidaya tanaman

di mitra tani.

Page 19: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

TINJAUAN PUSTAKA   

Budidaya Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi)

Pakchoi memiliki nama latin Brassica rapa L. cv. group Pakchoi atau

Brassica chinensis yang termasuk dalam famili Brasicaceae. Kultivar pakchoi

yang memiliki rasio panjang petiol terhadap panjang daun lebih pendek disebut

dengan kultivar tipe kecil atau pakchoi baby. Pakchoi diketahui berasal dari China

dan telah dibudidayakan sejak abad ke lima setelah Masehi. Budidaya pakchoi

meluas hingga ke China Selatan, China Tengah, dan Taiwan. Kelompok sayuran

ini relatif baru diperkenalkan di Jepang dimana masih disukai sebagai “sayuran

China”. Sayuran ini telah diperkenalkan di Asia Tenggara tepatnya di Selat

Malaka pada abad ke 15. Saat ini budidayanya meluas ke Filipina dan Malaysia,

dan masih terbatas di Indonesia dan Thailand (Tay dan Toxopeus, 1994).

Pakchoi merupakan tanaman herba dua musim tetapi bisa dibudidayakan

sebagai tanaman semusim tergantung kultivar dan lingkungan. Pakchoi

diperbanyak dengan menggunakan biji. Penanamannya dapat dilakukan dengan

penanaman benih langsung atau disemai terlebih dahulu. Jarak tanam antar

tanaman yang biasanya digunakan ialah 10-20 cm (Tay dan Toxopeus, 1994).

Tanaman ini sedikit sensitif terhadap suhu dibandingkan dengan petsai,

sehingga perlu adaptasi yang lebih luas (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Suhu

optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah 20-25 ºC (Tay

dan Toxopeus, 1994).

Tanah yang digunakan untuk penanaman perlu digemburkan, serta dibuat

bedengan. Sebelumnya lahan harus benar-benar bersih dan tidak boleh ternaungi.

Saat dilakukan penggemburan, tanah diberi pupuk kandang sebagai pupuk dasar.

Pemupukan tambahan dilakukan saat 3 minggu setelah tanam (MST) dengan

pemberian urea 50 kg/ha, dengan ditabur dalam larikan, ditutup tanah atau

dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada bedengan penanaman.

Penyiraman tanaman pakchoi perlu dilakukan secara teratur, terutama pada musim

kemarau. Kegiatan penjarangan dilakukan pada saat 2 MST, sedangkan

penyulaman dilakukan hanya jika diperlukan (Susila, 2006).

Page 20: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

5

Menurut Tay dan Toxopeus (1994) tipe kultivar pakchoi kecil atau

pakchoi baby memiliki produktivitas 10-20 ton/ha, sedangkan untuk tipe kultivar

yang besar produktivitasnya mencapai 20-30 ton/ha. Dalam 100 g pakchoi

mengandung 93 g air, 1.7 g protein, 0.2 g lemak, 3.1 g karbohidrat, dan 0.7 g

serat. Sayuran ini baik sebagai sumber vitamin dan mineral karena mengandung

2.3 g β–karoten, 53 mg vitamin C, 102 mg Ca, 46 mg P, dan 2.6 mg Fe. Nilai

energi yang dihasilkan adalah 86 kJ per 100 g pakchoi.

   

Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme)  

Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae.

Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati

tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di seluruh dunia, dan di

beberapa negara tropik menjadi berkembang secara alami (Harjadi, 1989). Tomat

cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang

berdiameter 3.1-3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2-2.5 cm (Jones

et al., 1980), Oregon Cherry yang diameternya 2.5-3.5 cm dengan bobot 11-15 g

(Baggett dan Frazier, 1978), serta Golden Pearl yang bobotnya 8-10 g dan Season

Red yang bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono,

2008).

Tomat merupakan tanaman herba semusim berbentuk perdu atau semak.

Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan disemaikan terlebih dahulu. Penanaman

dilakukan ketika tanaman berumur sekitar tiga minggu di persemaian (Nurtika dan

Abidin, 1997). Tomat dibudidayakan dalam bedengan dengan lebar 150-180 cm.

Tomat yang dijual dalam bentuk segar ditanam menggunakan jarak tanam dalam

baris 60-75 cm dan antar baris 120-150 cm sehingga populasinya 8 000-14 000

tanaman/ha (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Tomat membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk pertumbuhannya

agar diperoleh produksi yang tinggi dan baik. Suhu optimal untuk pertumbuhan

dan pembungaan tomat adalah 21-24 ºC dan suhu malam 18-22 ºC. (Peet dan

Bartholemew, 1986).

Page 21: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

6

Pemberian nutrisi pada sistem hidroponik dilakukan bersamaan dengan

penyiraman (fertigasi). Jumlah nutrisi yang digunakan tidak sama tergantung

umur tanaman dan kondisi cuaca. Tanaman tomat diajir pada umur 2-3 MST

menggunakan ajir benang yang dililitkan pada kawat yang dibentangkan pada

greenhouse setinggi 3 m. Pengikatan dilakukan dengan kuat dan tepat, akan tetapi

jangan sampai melukai atau memotong tanaman. Kondisi nutrisi tanaman

dikontrol secara rutin menggunakan EC (Electrical Conductivity) meter untuk

mengukur kandungan garam total di dalam larutan nutrisi (Susila, 2006).

Produksi buah tomat cherry per satuan luas lahan bervariasi tergantung

varietasnya. Pada pertanaman yang baik dan dipelihara secara intensif, dapat

berproduksi antara 10-60 ton ton/ha. Tomat hibrida seperti Santa memiliki

produktivitas 500 buah/tanaman dan bobotnya ± 4 g/buah, dapat berproduksi

antara 32-26 ton/ha (Rukmana, 1994)

Menurut Opena dan Vossen (1994) dalam 100 g buah tomat mengandung

94 g air, 1.0 g protein, 0.2 g lemak, 3.6 g karbohidrat, 10 mg Ca, 0.6 mg Fe,

10 mg Mg, 16 mg P, 1 700 IU vitamin A, 0.1 mg vitamin B1, 0.02 mg vitamin

B2, 0.6 mg niasin, dan 21 mg vitamin C. Nilai energi yang dihasilkan sebesar

80 kJ per 100 g buah tomat. Tomat sangat baik sebagai sumber vitamin A dan

vitamin C.

Pemanenan  

Menurut Thompson et al. (1986) pemanenan dan penanganan perlu

dilakukan dengan hati-hati untuk dapat mempertahankan mutu buah-buahan dan

sayur-sayuran. Pemanenan yang keliru dan penanganan yang kasar di kebun dapat

mempengaruhi mutu pemasaran secara langsung. Kader (1990) mengemukakan

bahwa tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan komoditi dari kebun

dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan kehilangan hasil yang

terjadi rendah.

Menurut Tay dan Toxopeus (1994) pemanenan pakchoi dapat dilakukan

lebih awal yaitu sekitar tiga minggu setelah penanaman tetapi ada juga yang pada

umur antara 30-45 hari, tergantung varietas dan metode penanamannya. Jika

pakchoi dibiarkan tumbuh terlalu lama di lahan maka dapat menurunkan nilainya

Page 22: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

7

secara cepat. Pemanenan pakchoi pada cuaca yang sangat panas harus dihindari.

Williams et al. (1993) menyatakan bahwa jika saat penanaman pakchoi

menggunakan bibit semai besar, maka tanaman dapat dipanen pada 25 hari setelah

pindah tanam dan menghasilkan sampai 30 ton/ha, sedangkan dari pertanaman

berumur enam minggu dapat dipanen hasil sebesar 50 ton/ha.

Cara panen pakchoi adalah tanaman dicabut dari tanah atau dipotong

setinggi tanah dengan pisau. Tanaman yang sudah dipanen jangan dibiarkan

terkena sinar matahari karena mudah layu. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada

pagi hari dan hasilnya dibawa ke tempat yang teduh (Thompson

et al., 1986 ).

Marpaung (1997) menyatakan bahwa kematangan buah tomat dari tingkat

kematangan masih muda sampai tua berturut-turut adalah hijau masak, pecah

warna, kekuning-kuningan, merah jambu, merah cerah, dan merah masak

sempurna. Pada umumnya tomat yang sudah siap dipanen pertama pada umur

± 75 hari setelah pindah tanam atau ± 3 bulan setelah menyebar benih. Saat

pemetikan buah yang tepat disesuaikan dengan tujuan konsumsi ataupun sasaran

pemasaran. Bila tujuan pemasaran jarak jauh atau diekspor, idealnya dipanen pada

waktu buah stadium hijau matang kira-kira 3-7 hari sebelum menjadi merah.

Sementara untuk tujuan pemasaran jarak dekat (pasar lokal), dapat dipanen

sewaktu tomat berwarna kekuning-kuningan.

Cara panen tomat adalah dipetik secara hati-hati agar tidak rusak. Panen

pada tomat cherry disertakan tangkai atau gagang buahnya. Panen dilakukan

secara periodik satu atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah yang masak

dan waktu panen yang tepat adalah pada cuaca terang.

 

Pasca Panen  Pembersihan   Pembersihan (cleaning) bertujuan untuk membuang kotoran yang melekat

pada sayuran untuk memperbaiki penampakan sayuran dan menghilangkan bagian

yang busuk atau rusak (Akamine et al., 1986). Pembersihan penting bukan hanya

Page 23: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

8

untuk menghemat waktu dan tenaga pada proses yang lebih lanjut, tetapi juga

menyingkirkan sumber-sumber kontaminasi (Rahardi et al., 2001).

Penyortiran (Sortasi) dan Pengkelasan (Grading)   Menurut Akamine et al. (1986) buah-buahan dan sayur-sayuran

mempunyai variasi mutu yang luas, yang disebabkan oleh faktor-faktor genetik,

lingkungan, dan agronomi. Sortasi mutu diperlukan untuk mendapatkan

keuntungan yang memadai sesuai dengan mutu barang. Setelah sortasi mutu, hasil

dipilah-pilah menurut ukurannya untuk mendapatkan keseragaman. Rahardi et al.

(2001) mengemukakan bahwa kegiatan sortasi biasanya dilakukan berdasarkan

standar mutu yang telah ditetapkan untuk pemasaran dalam negeri maupun

ekspor.

Trisnawati dan Setiawan (2002) mengemukakan bahwa pengkelasan

(grading) merupakan pemilahan dalam hal mutu. Penentuan mutu buah

didasarkan pada kesehatan, ketegaran, kebersihan, ukuran, bobot, warna, bentuk,

kematangan, kebebasan dari bahan asing dan penyakit, serta kerusakan oleh

serangga dan luka-luka mekanik.

Pengemasan (Packaging) Menurut Hardenberg (1986) perbaikan-perbaikan dalam pengemasan

memberikan kontribusi yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan

sayur-sayuran segar yang lebih efisien. Persyaratan pengemasan sangat

berbeda-beda, tergantung pada barang yang harus dikemas dan persyaratan yang

harus dipenuhi oleh hasil dari petani atau pengemas sampai konsumen.

Pengemasan tidak dapat memperbaiki mutu, oleh karena itu hanya hasil yang

paling baiklah yang seyogyanya dikemas. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh

dari pengemasan diantaranya adalah merupakan unit penanganan yang efisien,

merupakan unit penyimpanan yang mudah disimpan di gudang-gudang atau di

rumah, melindungi mutu dan mengurangi pemborosan, memberikan pelayanan

dan motivasi penjualan, mengurangi biaya pengangkutan dan pemasaran, serta

memungkinkan penggunaan cara-cara pengangkutan baru.

Page 24: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

9

Menurut Tay dan Toxopeus (1994) pakchoi dikemas dengan kontainer

kaku yang kuat dengan diberi lubang pada sisi-sisinya untuk menghindari panas

akibat transpirasi, contohnya keranjang plastik dengan ukuran panjang 72 cm

x lebar 47 cm x tinggi 33 cm dengan kapasitas 30 kg. Menurut Opena dan Vossen

(1994) buah tomat yang dipasarkan dikemas dalam wadah yang cocok, sering

menggunakan kotak kayu 20 kg, keranjang bambu, kotak plastik, atau bahan

pengemas lain yang tersedia di tempat.

Penyimpanan (Storage) Pantastico et al. (1986) menyatakan bahwa penyimpanan buah-buahan dan

sayur-sayuran segar dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan

tertentu memperbaiki mutunya. Selain itu penyimpanan bertujuan untuk

menghindarkan melimpahnya produk ke pasar, membantu pemasaran yang

teratur, meningkatkan keuntungan produsen, dan mempertahankan mutu

produk-produk yang masih hidup. Umur simpan dapat diperpanjang dengan

pengendalian penyakit-penyakit pasca panen, pengaturan atmosfer, perlakuan

kimiawi, penyinaran, dan pendinginan. Sampai sekarang pendinginan merupakan

satu-satunya cara yang ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi

buah-buahan dan sayur-sayuran segar.

Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa pakchoi memiliki

umur simpan yang singkat setelah pasca panen, tetapi kualitas produk dapat

dipertahankan pada suhu 0 ºC dan kelembaban udara 95 % dalam waktu 10 hari.

Opena dan Vossen (1994) menyatakan bahwa umur simpan tomat tergantung pada

tingkat kematangan pada saat panen dan kualitas buah yang diinginkan. Idealnya

tomat yang hijau masak dapat disimpan dalam waktu 7-10 hari pada suhu

13-18 ºC dan kelembaban udara 85-90 %.

Pengangkutan Chace dan Pantastico (1986) menyatakan bahwa pengangkutan merupakan

mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan

dan sayur-sayuran. Pengangkutan hasil dimulai dari kebun ke tempat-tempat

pengumpulan. Setelah melewati proses penanganan bahan ditransportasikan.

Page 25: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

10

Di daerah tropika terjadi kerugian-kerugian yang besar pada beberapa titik dalam

urutan distribusi yang disebabkan oleh kerusakan komoditi, penanganan kasar,

kelambatan-kelambatan yang tidak dapat dihindarkan, pemuatan dan

pembongkaran secara tidak hati-hati, penggunaan wadah-wadah untuk

pengangkutan yang tidak sesuai, dan kondisi pengangkutan yang kurang

memadai. Oleh karena itu, azas pengangkutan komoditi yang mudah rusak

menyangkut perangkutan dan penerapan informasi dari banyak disiplin ilmu,

seperti biokimia, fisiologi, hortikultura, patologi, pengemasan, pendinginan,

pemasaran, pengangkutan, dan perekayasaan (engineering).

Pemasaran Menurut Rahardi et al. (2001) aspek pemasaran merupakan kegiatan untuk

mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen dengan harga yang layak.

Manajemen yang baik diperlukan untuk melakukan pemasaran agar pengusaha

mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Tata niaga dapat dikatakan efisien

apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya

semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil

dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut

serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga.

Cahyono (2008) menyatakan bahwa penentuan harga jual hendaknya

bertumpu pada harga pokok sebagai standar untuk menentukan harga yang

menguntungkan menurut mutu kelas yang ditetapkan pada tahapan grading dan

sortasi. Sistem pemasaran dengan mata rantai yang panjang menyebabkan harga

di tingkat petani menjadi rendah dan harga di tingkat konsumen menjadi tinggi.

Terbentuknya margin pemasaran yang tinggi ini tidak menguntungkan kedua

belah pihak. Oleh karena itu, pengenalan lembaga tata niaga yang terlibat dalam

pemasaran hasil-hasil pertanian perlu diketahui dan dipelajari oleh para petani

produsen sebagai bahan untuk menyusun program atau strategi pemasaran yang

efektif dan efisien.

Page 26: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

11

Kehilangan Hasil Panen Muchtadi dan Anjarsari (1996) menyatakan bahwa kehilangan hasil (loss)

dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam hal ketersediaan (availability),

jumlah yang dapat dimakan (edibility), yang akhirnya dapat menyebabkan bahan

tersebut tidak dapat dikonsumsi. Menurut Winata (2006) beberapa kendala yang

dihadapi oleh pemasok pasar swalayan yang berkaitan dengan kegiatan pasca

panen yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sayuran antara lain adalah

adanya kelebihan stok sayuran dari petani atau bandar yang tidak dapat ditampung

pemasok pasar swalayan, volume penjualan sayuran dari pasar swalayan yang

kurang stabil, dan banyaknya penolakan sayuran di pasar swalayan akibat tidak

memenuhi standar.

Rapusas (2006) menyatakan bahwa kehilangan hasil sayuran di Filipina

pada komoditi pakchoi adalah sebesar 10 % dari tingkat petani hingga ke

pedagang pengecer, sedangkan total kehilangan hasil pada komoditi tomat sebesar

24 % dengan jumlah kehilangan hasil setelah panen 11.9 % dan kehilangan

setelah penyimpanan sebesar 12.1 %. Menurut Nugrohaini (2005) kehilangan

hasil pada komoditi tomat di masing-masing titik pemasaran mencapai 5 %.

Sarumaha (2005) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi caisin di

Yayasan Bina Sarana Bakti sebesar 60.5 %. Kehilangan pasca panen yang tinggi

pada tingkat petani disebabkan oleh faktor budidaya (benih, pengolahan lahan,

nutrisi mineral, jarak tanam, penyemprotan bahan kimia, dan irigasi) dan faktor

lingkungan. Winata (2006) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi selada

daun di CV Putri Segar sebesar 4 % dan di PD Pacet Segar sebesar 3.7 %.

Kehilangan hasil sayuran yang terjadi merupakan dampak dari kerusakan pada

sayuran. Yulianti (2009) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi petsai di

bagian pemasaran Yayasan Bina Sarana Bakti sebesar 32.2 %. Kehilangan hasil

dapat disebabkan oleh penerapan cara budidaya yang tidak sesuai, ketidaktelitian

petani saat panen, serta adanya pengaruh faktor musim hujan.

Sarumaha (2005) mengemukakan bahwa semakin panjang jalur pemasaran

maka semakin besar kehilangan pasca panen yang terjadi. Penanganan pasca

panen yang baik dapat menekan tingkat kehilangan pasca panen. Selain itu

kegiatan pasca panen yang tepat dapat meningkatkan nilai jual produk sayuran.

Page 27: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

12

Pentingnya aspek ekonomi program-program untuk mengurangi kerugian-

kerugian (kehilangan hasil) baik dalam kualitas maupun kuantitas, sering masih

terlewati karena biaya untuk mengurangi kehilangan hasil sampai pada tingkat

tertentu dapat melebihi nilai produk yang dapat diselamatkan. Apapun yang

dilakukan untuk memperbaiki saluran-saluran pemasaran, terjadinya kehilangan

hasil pada komoditi hortikultura yang relatif besar tidak dapat dihindarkan.

Namun, kehilangan hasil itu untuk masing-masing komoditi dapat dikurangi

sampai tingkat yang dapat diterima (Spinks dan Abbot, 1986).

Page 28: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2010 di

PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah,

Kecamatan Megamendung, Bogor.

Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan dalam kegiatan magang meliputi :

1. Penulis mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Saung Mirwan

yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman, yang meliputi persiapan

media tanam, penyemaian, pembibitan, pindah tanam (transplanting),

penanaman, pemupukan, panen, pasca panen, hingga pemasaran, dengan fokus

komoditi pakchoi baby dan tomat cherry.

2. Survei dengan kuesioner untuk mengetahui perbandingan cara budidaya

tanaman pakchoi baby, kuantitas produksi, serta kehilangan hasil selama

penanganan pasca panen antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung

Mirwan dengan sistem budidaya tanaman yang dilakukan oleh mitra tani

dengan jumlah sampel petani sebanyak 5 orang. Kuesioner yang diberikan

kepada petani berisi : kegiatan budidaya (cara pengolahan tanah, pola

penanaman, pupuk yang digunakan, pengendalian hama dan penyakit, serta

pemeliharaan), kegiatan panen (cara panen, alat yang digunakan, dan jumlah

hasil panen yang rusak), kegiatan pasca panen (pembersihan, sortasi dan

grading, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, pemasaran, serta tujuan

pasar).

3. Mengetahui sistem saluran pemasaran sayuran serta harga jual produsen dan

lembaga pemasaran perantara.

4. Melakukan perhitungan prestasi kerja (banyaknya hasil kerja per tenaga kerja)

pada satuan waktu tertentu (jam) yang dilakukan oleh karyawan dan penulis.

Page 29: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

14

Pengamatan dan Pengumpulan Data   Pengamatan dilakukan saat bekerja di lapangan dan pengumpulan data

yang dilakukan dalam kegiatan magang ini dengan menggunakan metode

langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung menggunakan data primer

yang diperoleh dari pengisian kuesioner dengan mengambil 5 sampel petani untuk

mengetahui perbedaan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen

serta data panen dan kehilangan hasil komoditi pakchoi baby, sedangkan pada

komoditi tomat cherry tidak dilakukan karena tidak terdapat sampel petani. Selain

itu data primer juga diperoleh melalui penimbangan hasil panen, wawancara, atau

diskusi langsung dengan pelaku produksi.

Metode tidak langsung menggunakan data sekunder yang diperoleh dari arsip

kebun, laporan manajemen, dan dokumentasi lainnya. Data sekunder tersebut

meliputi letak geografis, keadaan iklim dan tanah, luas areal konsesi dan tata guna

lahan, keadaan tanaman (jenis tanaman dan populasi tanaman), struktur organisasi

dan ketenagakerjaan, produksi dan produktivitas tanaman, peta lokasi, dan sarana/

prasarana penunjang yang tersedia di lokasi. Informasi lainnya diambil dari

beberapa literatur ilmiah serta instansi terkait yang mendukung kegiatan magang

tersebut.

Analisis Data dan Informasi

Data yang diperoleh dikelompokkan dan diolah dengan menggunakan

rataan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengamatan yang

dilakukan penulis di lapangan (kebun PT. Saung Mirwan dan petani) meliputi

kegiatan budidaya hingga penanganan pasca panen sayuran, untuk komoditi

pakchoi baby dan tomat cherry yang meliputi :

1. Budidaya Pakchoi Baby dan Tomat Cherry

Kegiatan budidaya meliputi penyemaian, pembibitan, pengolahan tanah,

penanaman, pemupukan, pemeliharaan, serta pengendalian hama dan penyakit

2. Teknik Pemanenan

Kegiatan pemanenan meliputi alat yang digunakan saat panen dan cara panen

yang dilakukan

Page 30: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

15

3. Teknik Penanganan Pasca Panen

Kegiatan pasca panen meliputi pembersihan, penyortiran, pengkelasan,

pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan

4. Kehilangan Hasil Pasca Panen

Kehilangan hasil pasca panen untuk mengetahui perbandingan persentase

kehilangan hasil komoditi yang berasal dari bidang produksi PT. Saung

Mirwan dengan yang berasal dari mitra tani selama penanganan pasca panen

di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan

5. Harga Jual Tiap Saluran Pemasaran

Page 31: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

KEADAAN UMUM

Lokasi

PT. Saung Mirwan berlokasi di Jalan Cikopo Selatan No. 134, Desa

Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa

Barat. Desa Sukamanah berbatasan dengan Desa Sukamaja di sebelah utara, Desa

Suka Karya dan Desa Suka Galih di sebelah Timur, Desa Suka Resmi dan Desa

Bojong Murni di sebelah Selatan dan Desa Jambu Luwuk di sebelah Barat. Lokasi

tersebut berada di kaki Gunung Pangrango dengan ketinggian 670 m di atas

permukaan laut (dpl). Secara geografis PT. Saung Mirwan terletak pada

106º54’ BT dan 6º41’ LS.

Keadaan Iklim dan Tanah Desa Sukamanah memiliki topografi yang berbukit-bukit, datar, dan

miring. Jenis tanah di daerah ini adalah tanah latosol yang berwarna kecoklatan.

Jenis tanah ini memiliki sifat liat, remah, gembur, mudah menginfiltrasi air, daya

menahan air cukup baik, dan tahan erosi. Tanah sesuai untuk budidaya tanaman

sayuran. Suhu tertinggi yang dicapai dalam greenhouse adalah 35-38 ºC pada

siang hari dan suhu terendah 18-25 ºC pada malam hari. Kelembaban udara relatif

(RH) dapat mencapai titik tertinggi lebih dari 90 % dan titik terendah 50 % pada

siang hari. Adapun data iklim rata-rata yang diperoleh pada bulan Januari hingga

Juni 2010, seperti tercantum pada pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari-Juni 2010

Bulan Temperatur (°C) Kelembaban

(%)

Curah Hujan (mm)

Lama Penyinaran

(jam) Rata-rata Max Min

Januari 20.6 24.8 18.3 90 416.2 2.1 Februari 21.3 25.8 19.0 86 531.0 2.9 Maret 21.6 26.2 19.2 88 470.7 3.3 April 22.5 27.6 19.5 80 81.5 5.5 Mei 22.4 27.4 19.6 85 288.8 4.7 Juni 21.5 26.1 19.0 86 254.8 3.4

Sumber : Data Stasiun Meteorologi Citeko, 2010

Page 32: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

17

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

1. Desa Sukamanah, Bogor

Pusat kegiatan yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan mulai dari proses

produksi, pengemasan, penjualan, sampai administrasi berada di Desa

Sukamanah. Luas areal yang dimiliki saat ini kurang lebih 11 ha. Hampir 4 ha

adalah bangunan greenhouse. Bangunan lain yang ada di lokasi ini seperti rumah

pemilik, kantor, gudang pengemasan, bengkel, sarana olah raga, sarana ibadah,

mess karyawan, serta sarana dan prasarana lain yang menunjang kegiatan

produksi hingga distribusi dari produk yang dihasilkan. Lay out bangunan kebun

Sukamanah dapat dilihat pada Lampiran 1.

Komoditi sayur yang ditanam di dalam greenhouse diantaranya adalah

tomat cherry, tomat besar (dikenal dengan tomat beef atau tomat rianto), pakchoi

baby, kailan baby, dan baby lettuce dengan luasan sekitar 0.7 ha. Komoditi bunga

yang ditanam di dalam greenhouse diantaranya adalah krisan potong, krisan pot,

kalanchoe, kalandiva, dan kastuba dengan luasan sekitar 0.9 ha. Lokasi tanaman

induk krisan untuk produksi stek pucuk terbagi menjadi dua, yaitu 0.5 ha untuk

induk krisan yang memproduksi stek pucuk untuk pasar lokal dan 0.9 ha untuk

induk krisan yang memproduksi stek pucuk untuk pasar ekspor. Sisanya terdiri

atas tempat persemaian, demplot (showroom), dan rumah koleksi anggrek. Lahan

luar dimanfaatkan untuk produksi benih edamame, bawang daun, buncis mini,

lettuce, selada keriting, dan rukulla.

2. Kampung Lemah Neundet, Bogor

Kampung Lemah Neundet terletak di sebelah tenggara Desa Sukamanah

yang lokasinya lebih tinggi dengan waktu tempuh sekitar 15-20 menit dari desa

tersebut. Lahan ini merupakan lahan sewa kepada PTPN VII Gunung Mas-Bogor.

Luas lahan di lokasi ini sekitar 3.5 ha. Penggunaan lahan antara lain untuk

bangunan greenhouse sekitar 1.2 ha yang terdiri atas komoditi paprika hijau,

paprika kuning, paprika merah, bawang daun, pakchoi baby, kailan baby, krisan

potong, dan lisianthus. Lahan luar dimanfaatkan untuk menanam bawang daun,

pakchoi baby, daikon, dan rukulla. Bangunan lain yang ada di lokasi ini adalah

kantor, tempat persemaian, instalasi nutrisi, dan embung (tempat penampungan

air).

Page 33: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

18

3. Cipanas

Luas lahan produksi yang berada di Cipanas sekitar 1 ha. Komoditi yang

ditanam di lahan ini diantaranya adalah coriander, kailan baby, pakchoi putih,

shisito, selada keriting, timun jepang, timun mini, tomat cherry, dan tomat rianto.

4. Garut

Luas lahan produksi yang berada di Garut sekitar 9 ha yang diperoleh

dengan menyewa kepada para petani yang bermukim di sekitar areal pertanaman.

Lahan tersebut tersebar di sekitar Kecamatan Cisurupan, yaitu di Desa Cisurupan,

Desa Tambakbaya, Desa Cilame, Desa Barusuda, dan Desa Balewangi. Komoditi

yang ditanam di lahan ini diantaranya adalah butter head, endive, kol merah,

lettuce head, lettuce romance demiscus, lolorosa A, lolorosa C, radichio, red

batavia, selada merah, seledri, salanova, selada oakleaf, dan zuchini.

5. Mitra Tani Gadog dan Garut

Luas keseluruhan lahan mitra tani di wilayah Gadog dan Garut adalah

sekitar 30 ha yang menyebar di wilayah tersebut. Komoditi yang diproduksi oleh

mitra tani di wilayah Gadog adalah buncis mini, edamame, okra, pakchoi baby,

pakchoi hijau, shisito, tomat cherry, tomat rianto, tomat jenis TW, dan benih

edamame. Komoditi yang diproduksi oleh mitra tani di wilayah Garut diantaranya

adalah batavia, butter head, brokoli, buncis, bawang daun, edamame, endive,

jagung acar, kapri, kol, lettuce, lolorosa, nasubhi, paprika, salanova, radichio,

selada, seledri, tomat jenis TW, dan zuchini.

Keadaan Tanaman dan Produksi PT. Saung Mirwan merupakan perusahaan perdagangan yang bergerak di

bidang agribisnis, tepatnya sebagai produsen dan perusahaan perdagangan pada

bidang sayuran dan bunga. Perusahaan ini mengawali kegiatannya sebagai

produsen sayuran dengan menerapkan teknik budidaya secara hidroponik untuk

berbagai macam sayuran eksklusif seperti tomat besar (dikenal sebagai tomat beef

atau tomat rianto), tomat cherry, timun jepang (kyuuri), cabe jepang (shisito), dan

paprika. Sejak tahun 1991 perusahaan ini memperluas usahanya dengan budidaya

stek bunga krisan, bunga pot krisan, dan bunga potong. Komoditi yang saat ini

dibudidayakan oleh PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel 2, 3, 4, dan 5.

Page 34: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

19

Tabel 2. Jenis Sayuran yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan

No Jenis Sayuran Daun No Jenis Sayuran Buah

1 Bawang Daun (Allium fistulosum) 1 Paprika Hijau (Capsicum annuum L. cv. group Grossum)

2 Coriander (Coriandrum sativum) 2 Paprika Kuning (Capsicum annuum L. cv. group Grossum)

3 Kailan Baby (Brassica oleracea L. cv. group Chinese Kale)

3 Paprika Merah (Capsicum annuum L. cv. group Grossum)

4 Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi)

4 Timun Jepang (Cucumis sativus L. cv. group Slicing Cucumber)

5 Pakchoi Putih (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi)

5 Timun Mini (Cucumis sativus L. cv. group Slicing Cucumber)

6 Selada Keriting (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)

6 Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme)

7 Rukulla (Eruca vesicaria L. subsp. sativa)

7 Tomat Rianto (Lycopersicon esculentum var. esculentum)

8 Butter Head (Lactuca sativa L. cv. group Butterhead Lettuce)

8 Zuchini (Cucurbita pepo L. cv. group Zucchini)

9 Endive (Cichorium endivia L.) 10 Kol Merah (Brassica oleracea L. cv.

group Red Headed Cabbage)

11 Lettuce Head (Lactuca sativa L. cv. group Butterhead Lettuce)

12 Lettuce Romance Demiscus (Lactuca sativa L. cv. group Cos Lettuce)

13 Lolorosa A (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)

14 Lolorosa C (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)

15 Radichio (Cichorium intybus) 16 Red Batavia (Lactuca sativa L. cv.

group Summer Crisp)

17 Selada Merah (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)

18 Seledri (Apium graveolens) 19 Salanova (Lactuca sativa L.) 20 Selada Oakleaf (Lactuca sativa L. cv.

Oakleaf)

21 Baby Lettuce (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)

Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010

Page 35: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

20

Tabel 3. Jenis Sayuran Pot yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan

No. Jenis Sayuran Daun No. Jenis Sayuran Buah 1 Kemangi (Ocimum americanum L.) 1 Cabai (Capsicum annuum L.) 2 Coriander (Coriandrum sativum) 3 Seledri (Apium graveolens) 4 Chives (Allium tuberosum) 5 Rosemary (Rosmarinus officinalis) 6 Dill (Anethum graveolens) 7 Chervil (Anthriscus cerefolium)

8 Oregano (Origanum vulgare subsp. hirtum)

9 Thyme (Thymus serpyllum)

10 Sweet Marjoram (Origanum majorana)

11 Basil (Ocimum basilicum) 12 Summer Savory (Satureja hortensis) 13 Sage (Salvia officinalis)

Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010

Tabel 4. Jenis Bunga yang Diproduksi oleh PT, Saung Mirwan

No. Jenis Bunga Pot No. Jenis Bunga Potong 1 Krisan tipe standar

(Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)

1 Krisan tipe standar (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)

2 Krisan tipe spray (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)

2 Krisan tipe spray (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)

3 Kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana)

3 Lisianthus (Eustoma gandiflorum)

4 Kalandiva (Kalanchoe sp.) 5 Kastuba (Euphorbia

pulcherrima) Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010

Tabel 5. Komoditi Lain yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan

No. Komoditi 1 Stek pucuk krisan untuk lokal 2 Stek pucuk krisan untuk ekspor 3 Sekam Mentah 4 Benih Edamame

Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010

Sebagian besar tanaman yang ada dibudidayakan di dalam greenhouse.

Greenhouse yang ada di Desa Sukamanah memiliki tipe rumah susun berganda

(Shape Frame) dengan ventilasi di bagian atasnya, sehingga sirkulasi udara dapat

Page 36: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

21

berjalan dengan baik. Bangunan ini terbuat dari konstruksi besi dengan peralatan

modern seperti drip irrigation, ebb and flow irrigation, dan mist irrigation dengan

segala sarana penunjangnya. Umur teknis dari greenhouse yang terbuat dari

konstuksi besi ini selama 25 tahun. Atap greenhouse berupa plastik polyvinyl

chloride (PVC) berwarna putih. Plastik ini memiliki umur teknis sekitar 6 bulan

hingga satu tahun, tergantung dari kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca kurang baik

seperti sering terjadi angin kencang maka plastik akan lebih cepat rusak. Dinding

greenhouse berupa kasa nilon yang berwarna hijau. Penggunaan kasa bertujuan

untuk memudahkan aliran udara yang masuk sehingga suhu di dalam greenhouse

dapat dikurangi. Lay out greenhouse dapat dilihat pada Lampiran 2.

Bangunan greenhouse di PT. Saung Mirwan memiliki ukuran yang tidak

sama antara greenhouse satu dengan greenhouse yang lainnya. Antara lokasi yang

satu dengan lokasi lainnya di dalam greenhouse dibatasi dengan jalan. Setiap

greenhouse terdiri atas beberapa atap yang berfungsi sebagai unit produksi untuk

pengaturan penanaman, baik sayuran maupun bunga. Ukuran satu atap dengan

atap lainnya juga tidak sama karena panjangnya disesuaikan dengan kondisi

lapangan, namun untuk ukuran lebarnya memiliki satu standar ukuran yaitu 6.4 m.

Satu atap terdiri atas empat bedengan yang berfungsi sebagai unit terkecil dalam

produksi. Panjang bedengan disesuaikan dengan panjang atap, sedangkan

lebarnya 1.2 m dengan jarak antar bedengan 40 cm dan batas pinggir bedengan 20

cm. Arah bedengan disesuaikan dengan arah atap yaitu utara-selatan. Selain

membudidayakan tanaman di dalam greenhouse, PT. Saung Mirwan juga

memanfaatkan lahan luar untuk membudidayakan tanaman.

Pemenuhan kebutuhan pasar memerlukan kontinuitas produksi yang

berjalan dengan baik. Namun, pihak perusahaan menyadari adanya keterbatasan-

keterbatasan yang dimilikinya terutama dalam hal luas lahan dan besarnya biaya

investasi. Oleh karena itu, dibentuk suatu pola kerjasama berupa kemitraan

dengan petani di sekitar wilayah Gadog dan Garut. Sistem kemitraan yang terjalin

dilakukan dengan dua macam yaitu mitra tani dan mitra beli. Jenis komoditi yang

diperoleh dari mitra tani dan mitra beli dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.

Page 37: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

22 Tabel 6. Komoditi yang Diproduksi oleh Mitra Tani

No Komoditi No Komoditi No Komoditi 1 Benih Edamame 22 Kacang panjang (Vigna unguiculata L.) 43 Paprika Orange 2 Benih Kapri Manis 23 Kentang Besar (Solanum tuberosum L.) 44 Paprika Kuning 3 Brocolli (B. oleracea cv. group Broccoli) 24 Kembang Koll (B. oleracea cv. group Cauliflower) 45 Radhicio 4 Brocolli B (B. oleracea cv. group

Broccoli) 25 Kol Bulat Green (B. oleracea cv. group White Headed

Cabbage) 46 Selada Oaklife

5 Butter Head 26 Kol Merah (B. oleracea cv. group Red Headed Cabbage) 47 Selada Merah 6 Buncis Mini (Phaseolus vulgaris L.) 27 Kol Putih baby (B. oleracea cv. group White Headed

Cabbage) 48 Shisito (Capsicum annuum

L. cv. group Abbreviatum) 7 Buncis Lokal (Phaseolus vulgaris L.) 28 Kol Merah baby (B. oleracea cv. group Red Headed

Cabbage) 49 Seledri Lokal

8 Buncis Tw (Phaseolus vulgaris L.) 29 Lettuce Head A 50 Selada Keriting 9 Batavia Red 30 Lettuce Head B 51 Salanova 10 Caisin (B. rapa L. cv. group Caisin) 31 Lettuce Head A 52 Timun acar 11 Cabe Merah (Capsicum annuum L. cv.

group Acuminatum) 32 Lettuce Romance 53 Terong sayur (Solanum

melongena) 12 Daun Bawang 33 Lolorosa 54 Timun Jepang B 13 Daikon Large (Raphanus sativus L.) 34 Melinjo (Gnetum gnemon L.) 55 Timun Jepang P 14 Edamame (Glycine max (L.) Merr.) 35 Nasubhi (Solanum sp. L.) 56 Tomat Jepang 15 Edamame Pack 36 Nasubhi P (Solanum sp. L.) 57 Tomat Tw 16 Endive 37 Okra (Abelmoschus esculentus L.) 58 Tomat Tw Bk 17 Jagung Acar (Zea mays L.) 38 Pakchoi Baby 59 Tomat Cherry 18 Kailan 39 Pakchoi Hijau 60 Tomat Rianto 19 Kailan Baby 40 Pakchoi Putih 61 Zuchini 20 Kapri Snow pea (Pisum sativum L.) 41 Paprika Hijau 62 Zuchini Baby 21 Kapri Manis (Pisum sativum L.) 42 Paprika Merah

Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010

Page 38: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

23 Tabel 7. Komoditi yang Dibeli dari Mitra Beli

No Komoditi No Komoditi No Komoditi No Komoditi 1 Asem 18 Daun Mint (Mentha spp.) 35 Kailan Baby 52 Paprika Kuning 2 Asparagus (Asparagus

officinalis L.) 19 Daun Oregano 36 Kapri Lokal 53 Paprika Merah

3 Bawang Bombay (Alliun cepa cv. group Common Onion)

20 Daun Rosemary 37 Kapri Manis 54 Peterselly

4 Bawang Merah (Alliun cepa cv. group Aggregatum)

21 Daun Sage 38 Kembang Kol 55 Pisang Ambon (Musa L.)

5 Bawang Putih (Alliun sativum L.)

22 Daun Taragon (Artemisia dracunculus)

39 Kemiri (Aleurites moluccana)

56 Sawi Putih

6 Brocolli 23 Daun Thyme 40 Kentang Besar 57 Selada Keriting 7 Buncis Lokal 24 Edamame 41 Kol Green C 58 Seledri Lokal 8 Buncis Mini 25 Horinso (Spinacia oleracea L.) 42 Kol Merah 59 Seledri Stik 9 Cabe Hijau 26 Jagung Acar 43 Kol Merah Baby 60 Terasi

10 Cabe Merah 27 Jagung Manis Kulit (Zea mays L. cv. group Sweet Corn)

44 Kol Putih Baby 61 Terong Sayur

11 Caisin 28 Jagung Manis Kupas (Zea mays L. cv. group Sweet Corn)

45 Labu Siam (Sechium edule L.)

62 Timun Jepang

12 Coriander 29 Jahe (Zingiber sp.) 46 Lengkuas (Alpinia galanga)

63 Tomat Cherry

13 Daikon Large 30 Jamur Campignon (Agaricus campestris)

47 Lettuce Head 64 Tomat Rianto

14 Daun Bawang 31 Jamur Kuping (Auricularia auricula) 48 Melinjo 65 Tomat Tw

15 Daun Dill 32 Jeruk Lemon (Citrus medica Linn) 49 Mitshuba (Cryptotaenia canadensis L.)

66 Wortel (Daucus carota L.)

16 Daun Marjuran 33 Kacang Panjang 50 Pakchoi Baby 67 Wortel Import (Daucus carota L.)

17 Daun Melinjo 34 Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) 51 Pakchoi Hijau 68 Zuchini Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010

Page 39: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

24

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan dipimpin oleh seorang Presiden Direktur (Presdir) yang

sekaligus sebagai pemilik perusahaan, yaitu Tatang Hadinata. Presdir dibantu oleh

seorang Wakil Direktur, yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh bagian

Research and Development (R&D), Teknik Informatika (IT), dan Quality

Assurance (QA). Struktur organisasi dalam perusahaan tersebut terdiri atas tiga

bidang utama, yaitu Bidang Produksi, Bidang Komersial, dan Bidang Umum.

Setiap bidang dipimpin oleh seorang Direktur. Bidang Produksi terdiri atas empat

kebun produksi, yaitu Kebun Gadog, Kebun Lemah Neundet, Kebun Cipanas, dan

Kebun Garut. Setiap kebun produksi tersebut dipimpin oleh seorang Kepala

Bagian (Kabag). Bidang Komersial terdiri atas lima divisi, yaitu Divisi Penjualan

Sayur, Divisi Penjualan Bunga, Divisi Pengadaan, Divisi Pengemasan, dan Divisi

Kemitraan. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang Manajer. Divisi

Pengadaan terdiri atas Bagian Pengadaan Sayur dan Bagian Pengadaan Non-

Sayur. Divisi Pengemasan terdiri atas Bagian Penerimaan Sayur, Bagian Fresh

Vegetable, Bagian Fresh Cut Vegetable, dan Bagian Umum. Bidang umum terdiri

atas empat divisi, yaitu Divisi General Affair (GA), Divisi Human Resources

(HR), Divisi Keuangan, dan Divisi Teknik. Stuktur organisasi perusahaan dapat

dilihat pada Lampiran 3.

Setiap Kabag dibantu oleh Kepala Seksi (Kasi), sedangkan Kasi dibantu

oleh Kepala Sub Seksi (Kasubsi). Kasi dan Kasubsi merupakan satu kesatuan

yang menunjang kemajuan perusahaan yang berada di bawah Manajer dan Kabag.

Kasubsi bertugas dalam mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan harian yang

berlangsung dalam perusahaan dan bertanggung jawab terhadap Kasi. Kasi

mendapatkan wewenang dan bertanggung jawab terhadap Kabag, sedangkan

Kabag bertanggung jawab atas semua proses produksi terhadap Manajer.

Karyawan harian bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing, misalnya

karyawan bidang produksi melakukan kegiatan dalam budidaya tanaman atau

karyawan divisi pengemasan melakukan kegiatan dalam pengemasan produk yang

dihasilkan.

Page 40: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

25

Sistem perekrutan tenaga kerja dilakukan oleh Divisi Human and

Resources (H&R) bagian Personalia berdasarkan jenjang pendidikan. Karyawan

harian minimal tamatan Sekolah Dasar (SD) dengan umur minimal 18 tahun dan

karyawan bulanan minimal tamatan SD sampai Sekolah Menengah Umum

(SMU). Bagi yang memiliki pendidikan minimal SMU atau tamatan SD yang

telah bekerja selama lima tahun dapat menjadi Kasubsi. Jabatan Kasi disyaratkan

memiliki pendidikan D3, sedangkan Kabag sampai Manajer bagi yang memiliki

pendidikan S1. Perekrutan karyawan bulanan menggunakan sistem jenjang karir

dengan masa percobaan selama tiga bulan. Kenaikan jabatan dilakukan jika telah

bekerja selama dua tahun terus menerus yang otomatis diikuti dengan perubahan

dalam gaji, wewenang, dan tunjangan.

Ketenagakerjaan PT. Saung Mirwan memiliki jumlah karyawan sebanyak 455 orang.

Karyawan tersebut terdiri atas 66 orang di bidang umum (14.51 %), 114 orang di

bidang komersial (25.05 %), dan 275 orang di bidang produksi (60.44 %). Jumlah

karyawan yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Jam kerja karyawan

yang berlaku untuk seluruh karyawan adalah pukul 08.00-16.00 WIB (Senin-

Kamis) dengan satu kali istirahat, yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB. Pada hari

Jumat jam kerja karyawan sama seperti hari biasanya, namun waktu istirahat lebih

panjang dari hari biasanya, yaitu pukul 11.00-13.00 WIB. Hal ini dimaksudkan

untuk memberi kesempatan pada karyawan muslim laki-laki yang akan

melaksanakan sholat Jumat. Karyawan bidang produksi tetap masuk kerja pada

hari Sabtu dengan jam kerja lebih singkat dibandingkan hari biasanya (setengah

hari kerja) yaitu pukul 08.00-12.00 WIB. Pada hari Minggu diberlakukan kerja

lembur secara bergantian untuk melakukan penyiraman. Namun, karyawan divisi

pengemasan sayur tetap bekerja sepanjang hari dari hari Senin hingga Minggu

dengan pemberlakuan dua shift kerja, yaitu shift pagi dan shift siang. Shift pagi

dengan jam kerja pukul 07.30-15.00 WIB dengan jam istirahat sama dengan

karyawan lainnya. Shift siang bekerja mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00

WIB. Pekerjaan dilanjutkan kembali pukul 20.00 WIB hingga selesai, biasanya

hingga pukul 03.00 WIB.

Page 41: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

26

Setiap karyawan di PT. Saung Mirwan wajib mengisi daftar hadir sebagai

tanda kehadiran. Kehadiran karyawan tetap ditandai dengan menggunakan finger

print, sedangkan bagi karyawan harian dilakukan secara manual dengan mengisi

daftar hadir yang disediakan di pos penjagaan. Pengisian daftar hadir bagi

karyawan harian wajib dilakukan karena berhubungan dengan pembayaran upah

mingguan. Pengisian daftar hadir dilakukan empat kali dalam satu hari, yaitu pagi

saat datang, saat istirahat pukul 12.00 WIB (Senin-Kamis) atau pukul 11.00 WIB

(Jumat), saat masuk setelah istirahat pukul 13.00 WIB, dan saat pulang.

Pembagian kerja untuk karyawan di bidang produksi berlaku untuk

karyawan pria dan wanita. Pekerjaan karyawan pria meliputi pengolahan lahan,

pemupukan, penyiraman (bagian nutrisi), penyemprotan pestisida, pemanenan,

dan pengangkutan hasil panen. Pekerjaan karyawan wanita meliputi pengisian

polybag, penanaman, penyulaman, pengajiran, pewiwilan, penyiangan gulma,

sanitasi kebun (menyapu jalan kebun), pemanenan, dan pengemasan. Gaji yang

diterima oleh karyawan harian dan borongan menggunakan sistem upah

mingguan. Upah yang diterima antara karyawan pria dan wanita berbeda karena

perbedaan jenis pekerjaan tersebut. Besarnya upah karyawan pria per hari adalah

Rp 19 000, sedangkan karyawan wanita Rp 13 500. Jumlah upah yang diterima

karyawan harian disesuaikan jumlah jam kerja dan hari masuk berdasarkan daftar

hadir karyawan. Jumlah upah yang diterima karyawan borongan berdasarkan

jumlah kerja yang dihasilkan. Jumlah gaji yang diterima karyawan bulanan tidak

hanya dari gaji pokok bulanan, tetapi ditambah dengan adanya uang kerajinan,

uang kehadiran tepat waktu, uang makan, tunjangan asrama, tunjangan kesehatan,

tunjangan pengobatan, kacamata, tunjangan persalinan, tunjangan hari raya, serta

tunjangan jabatan. Bagi karyawan bulanan, keterlambatan yang tercatat dalam

daftar hadir akan menyebabkan pemotongan besar bonus yang diterima.

Page 42: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

BUDIDAYA DAN PANEN

Budidaya Pakchoi Baby Persiapan Lahan Persiapan tanah sebelum penanaman dilakukan oleh bidang produksi

PT. Saung Mirwan dan kelompok mitra tani. Pengolahan tanah di PT. Saung

Mirwan dilakukan secara mekanik menggunakan mesin traktor (Gambar 1a),

sedangkan mitra tani masih secara manual menggunakan cangkul. Pengolahan

tanah yang pertama dilakukan adalah membalikkan tanah bekas pertanaman

sebelumnya. Tanah-tanah yang masih berbentuk gumpalan perlu diremahkan agar

lebih gembur dan halus. Setelah tanah menjadi gembur dilakukan perataan untuk

selanjutnya dibuat bedengan. Bedengan yang dibuat oleh PT. Saung Mirwan

memiliki kesamaan dalam ukuran lebar bedengan yaitu 1.2 m, sedangkan untuk

ukuran panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Pupuk

kandang diberikan sebelumnya (Gambar 1b), sehingga saat pengolahan tanah

dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar. Pemupukan dasar yang dilakukan

oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani dengan menggunakan

pupuk kandang dari kotoran kambing dan kotoran ayam. Selain itu PT. Saung

Mirwan juga menggunakan pupuk TSP dengan dosis 1 ton/ha.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang Sebelum Pengolahan Tanah

Page 43: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

28

Penanaman Penanaman pakchoi baby di PT. Saung Mirwan menggunakan metode

tanam langsung, yaitu suatu metode dengan mengolah lahan terlebih dahulu lalu

dibuat lubang tanam kemudian benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah

ditentukan (Gambar 2a). Namun, mitra tani menanam pakchoi baby berbeda

dengan PT. Saung Mirwan, kebanyakan dari mereka menanam dengan metode

tidak langsung. Benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih

dahulu. Persemaian dilakukan di tanah dengan dibuat bedengan. Bibit pakchoi

baby mulai dipindahtanam pada umur 3 minggu setelah semai (MSS). Sebelum

dilakukan penanaman, baik PT. Saung Mirwan dan mitra petani menaburkan

Furadan di lahan yang digunakan sebagai insektisida atau nematisida. Benih

pakchoi baby yang digunakan dalam penanaman tidak diproduksi sendiri oleh

perusahaan, melainkan benih dari perusahaan Takii & Co., Jepang (Gambar 2b).

Benih yang digunakan oleh mitra tani sama dengan yang digunakan oleh PT.

Saung Mirwan, sehingga tanaman yang dihasilkan seragam.

(a) (b)

Gambar 2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi Baby yang Digunakan

Pola penanaman yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan yaitu pola tanam

monokultur, sedangkan mitra tani ada yang menerapkan pola tanam monokultur

dan ada pula pola tanam tumpang sari. Tumpang sari yang dilakukan oleh mitra

tani berbeda-beda, contohnya pakchoi baby dengan edamame atau pakchoi baby

dengan cabai. Bidang produksi PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby

dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, sedangkan mitra tani yang menerapkan pola

tumpang sari menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penanaman

menggunakan satu benih per lubang dan satu bibit per lubang di mitra tani.

Page 44: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

29

Namun, terdapat pula petani yang menanam dengan cara benih ditabur pada alur.

Kebutuhan benih dengan sistem tabur ini lebih besar dibandingkan dengan

penanaman pada lubang. Selain itu tanaman yang dihasilkan lebih kecil karena

tanaman yang tumbuh saling berhimpitan.

Pemupukan yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan berbeda dengan

mitra tani. Aplikasi pupuk kandang di bidang produksi ada yang sebelum tanam

dan saat tanam, sedangkan kebanyakan mitra tani mengaplikasikan sebelum

tanam. Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran kambing dan kotoran

ayam. PT. Saung Mirwan mengaplikasikan pupuk dari kotoran kambing sebelum

tanam, sehingga ikut tercampur saat pengolahan tanah. Pupuk dari kotoran ayam

diaplikasikan saat tanam. Pupuk ini ditaburkan di atas bedengan sebagai penutup,

karena setelah benih dimasukkan ke dalam lubang tidak ditutup dengan tanah lagi

(Gambar 3a). Setelah itu dilakukan penyiraman dengan cara pengkabutan (mist

irrigation) (Gambar 3b). Mitra tani menggunakan pupuk campuran dari kotoran

kambing dan kotoran ayam. Pupuk diberikan saat pengolahan tanah.

(a) (b)

Gambar 3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi Kabut

Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman pakchoi baby dilakukan dengan melakukan

penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan gulma, dan pemupukan.

Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman. PT. Saung Mirwan melakukan

penyiraman untuk lahan sayuran dengan sistem irigasi kabut (mist irrigation),

sedangkan mitra tani melakukan penyiramannya secara manual dengan

menggunakan gembor. Bidang produksi PT. Saung Mirwan melakukan

penyiraman tiga kali dalam sehari, tergantung cuaca dan kondisi tanah di lahan.

Page 45: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

30

Jika cuaca panas, pengairan dilakukan tiga kali dalam sehari, sedangkan jika

cuaca mendung atau hujan pengairan dilakukan hanya satu atau dua kali dalam

sehari tergantung kondisi tanah masih basah atau tidak. Mitra tani melakukan

penyiraman tiga kali dalam seminggu. Perbedaan intensitas penyiraman ini

disebabkan oleh perbedaan lokasi penanamannya. PT. Saung Mirwan menanam di

dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanam di lahan luar. Selain dari

penyiraman yang dilakukan oleh mitra tani, kebutuhan air diperoleh dari air hujan

yang masuk ke dalam tanah. Akibatnya intensitas penyiraman mitra tani lebih

rendah dibandingkan penanaman di dalam greenhouse yang dilakukan PT. Saung

Mirwan. Penggunaan greenhouse menyebabkan air hujan tidak dapat masuk ke

dalam tanah di lahan penanaman, sehingga tidak terdapat cadangan air. Oleh

karena itu, penyiraman PT. Saung Mirwan harus dilakukan lebih sering agar

tanaman tidak kekeringan.

Penjarangan tanaman hanya dilakukan oleh PT. Saung Mirwan karena

penanaman langsung mungkin lebih dari satu benih per lubang tanam.

Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST karena pada saat itu sudah

muncul di permukaan tanah. Tujuan dari kegiatan ini adalah memelihara satu

tanaman pada satu lubang tanam agar tanaman yang dihasilkan sesuai ukuran. Jika

tidak dilakukan penjarangan maka tanaman yang tumbuh akan saling berhimpitan,

sehingga dihasilkan tanaman yang ukurannya lebih kecil. Kegiatan penjarangan

ini bersamaan dengan kegiatan penyulaman. Tanaman yang telah dicabut saat

penjarangan, langsung dipindahkan secara hati-hati ke lubang yang tanamannya

tidak tumbuh atau mati, sehingga tanaman tumbuh secara merata dan seragam.

Kegiatan penjarangan dan penyulaman hanya dilakukan satu kali saat umur 1

MST tersebut. Mitra tani yang kebanyakan menanam dengan metode persemaian

terlebih dahulu tidak melakukan kegiatan penjarangan, karena bibit yang ditanam

hanya satu bibit per lubang tanam.

Kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah penyiangan gulma. Baik

PT. Saung Mirwan maupun mitra tani melakukan kegiatan ini saat tanaman mulai

berumur 2 MST hingga panen. Penyiangan gulma dilakukan 2 kali dalam satu

minggu untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menghambat

petumbuhan tanaman. Setelah dilakukan penyiangan gulma yang pertama

Page 46: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

31

dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan susulan yang dilakukan PT. Saung

Mirwan dan mitra tani sama. Pupuk susulan yang digunakan adalah pupuk urea

dengan dosis 500 kg/ha. Perbedaan cara budidaya pakchoi baby yang dilakukan

oleh PT. Saung Mirwan dan mitra tani dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan

Mitra Tani

Tahapan Budidaya PT. Saung Mirwan Mitra Tani Alat pengolahan tanah Traktor Cangkul Pengolahan tanah Pembalikan tanah Pembalikan tanah Metode penanaman Penanaman langsung Persemaian (pindah tanam 3

MSS) Jarak tanam 10 cm x 10 cm 20 cm x 20 cm Pola penanaman Monokultur Tumpang sari Pupuk dasar TSP (1 ton/ha);

kotoran kambing (8.5 ton/ha); kotoran ayam (4.8 ton/ha)

Ayam+kambing (20.8 ton/ha)

Waktu aplikasi Sebelum tanam Sebelum tanam Cara aplikasi pupuk Diolah dengan tanah;

disebar Diolah dengan tanah

Pupuk susulan Urea (500 kg/ha) Urea (500 kg/ha) Waktu aplikasi 2 MST 2 MST Cara aplikasi pupuk Disebar Disebar Penjarangan 1 MST - Penyulaman 1 MST - Penyiangan 2 MST hingga panen 2 MST hingga panen Penyiraman 3 x sehari 3 x seminggu

Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Keterangan : MSS : Minggu Setelah Semai MST : Minggu Setelah Tanam Pengendalian Hama dan Penyakit Hama utama yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah ulat grayak

(Spodoptera litura). Ulat ini membuat lubang pada daun dan suka bersembunyi di

tempat yang lembab. Pada siang hari ulat bersembunyi dalam tanah dan

menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya banyak ulat bersama-sama pindah

dari tanaman yang telah habis daunnya menuju ke tanaman lainnya. Selain itu,

ditemui ulat Crocidolomia binotalis yang hidup secara bergerombol dan

menyerang bagian pucuk daun. Hama lain pada tanaman pakchoi baby adalah

Page 47: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

32

kutu loncat. Kutu ini menghisap cairan pada pucuk daun yang menggakibatkan

daun menjadi berkerut. Gejala serangan ulat grayak dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Gejala Serangan Ulat Grayak Penyakit yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah semai roboh

(Pythium sp.) dan busuk basah (Erwinia carotovora). Cendawan Pythium

menyerang jaringan tanaman yang mengakibatkan semai akan roboh. Bila

serangannya hebat, semai akan mati sebelum muncul di atas permukaan tanah.

Timbulnya penyakit semai roboh akan lebih cepat terjadi bila temperatur dan

kelembaban udara cukup tinggi. Penyakit busuk basah disebabkan oleh bakteri

Erwinia carotovora. Tanaman yang terserang penyakit ini akan menjadi lunak,

berlendir, baunya busuk, bila keadaan memungkinkan penyakit akan cepat sekali

menjalar ke seluruh tubuh tanaman.

Gambar 5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan dan

mitra tani pada tanaman pakchoi baby adalah dengan cara penyemprotan pestisida

(Gambar 5). Penyemprotan pestisida pada pakchoi baby di PT. Saung Mirwan

dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Waktu

pelaksanaannya adalah sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pestisida yang

Page 48: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

33

digunakan terdiri atas golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis

pestisida yang digunakan, dosis, serta kegunaanya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Pemanenan Pemanenan pakchoi baby yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan

dengan mitra tani tidak berbeda. Keduanya memanen pakchoi baby pada saat

umur tanaman 5 minggu (Gambar 6a). Mitra tani yang melakukan penanaman

dengan metode persemaian terlebih dahulu, melakukan panen saat tanaman

berumur 2 minggu di lapangan. Hal ini dilakukan karena bibit semai yang ditanam

berumur 3 minggu di persemaian, sehingga total umur tanaman pakchoi yang

dipanen 5 minggu.

Waktu pemanenan biasanya dilakukan pada pagi hari. Namun, ada

kemungkinan panen dilakukan pada saat siang hari karena kegiatan panen yang

dilakukan sejak pagi hari belum selesai sehingga tetap dilanjutkan pada siang

harinya. Cara panen yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan dengan mitra tani

sama, yaitu dengan memotong tanaman setinggi tanah (Gambar 6b). Alat yang

digunakan untuk memotong adalah pisau. Perbedaan saat panen antara PT. Saung

Mirwan dengan mitra tani adalah perlakuan terhadap tanaman sesaat setelah

panen. Pekerja PT. Saung Mirwan langsung memasukkan hasil panen ke dalam

kontainer plastik setelah dilakukan sortasi dan trimming, sedangkan mitra tani

mengumpulkan hasil panen ke tempat yang teduh terlebih dahulu yang diangkut

menggunakan karung (Gambar 7). Mitra tani juga melakukan trimming di lahan

saat panen dilakukan. Setelah panen selesai dilakukan maka hasil panen siap

diangkut ke divisi pengemasan.

(a) (b)

Gambar 6. (a) Tanaman yang Siap Dipanen, (b) Cara Panen Pakchoi Baby

Page 49: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

34

(a) (b)

Gambar 7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : (a) Pengangkutan Hasil Panen ke Tempat Teduh, (b) Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh

Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya pakchoi baby

lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung

Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara

penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi

karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume

dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.

Budidaya Tomat Cherry Persiapan Bahan Tanam

Benih merupakan salah satu pendukung keberhasilan produksi tomat,

sehingga dalam pemilihan benih harus dilakukan dengan hati-hati. PT. Saung

Mirwan tidak memproduksi benih tomat cherry yang digunakan dalam setiap

penanamannya melainkan harus mengimpor dari luar negeri. Benih tomat cherry

yang digunakan adalah varietas Cheresita yang merupakan benih hasil produksi

perusahaan De Ruiter dari Belanda. Persentase tumbuh dari benih ini sebesar

85-90 %. Benih ini memiliki keseragaman bentuk, permukaan kulit bersih, tidak

keriput, tidak cacat, warna kulit cerah, daya tumbuh baik, serta bebas dari hama

dan penyakit. Alasan perusahaan memilih benih ini karena buah yang dihasilkan

mempunyai bentuk, rasa, dan warna yang diinginkan konsumen. Selain itu

tanaman yang tumbuh memiliki sifat tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga

mampu berproduksi dengan baik.

Page 50: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

35

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 8. (a) Bangunan Pembibitan, (b) Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry

Penanaman tomat cherry dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu

benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih dahulu. Tujuan

penyemaian ini adalah untuk mengurangi risiko rendahnya daya tumbuh benih

jika langsung ditanam di lapangan. Penyemaian dilakukan di lokasi pembibitan

yang atapnya diberi paranet (Gambar 8a). Tujuan pengunaan paranet adalah untuk

mengurangi intensitas sinar matahari pada tanaman muda.

Awalnya benih tomat cherry disemai dalam baki berukuran 40 cm x 25 cm

x 5 cm dengan media arang sekam (Gambar 8b). Arang sekam yang digunakan

sebagai media persemaian ini melalui tahap pengayakan terlebih dahulu sehingga

medianya halus. Tujuan persemaian dengan menggunakan baki adalah hanya

untuk mengecambahkan benih. Kecambah berumur 9 hari (Gambar 8c),

dipindahkan ke tray ukuran 36 (Gambar 8d) atau pot berdiameter 10 cm. Bibit

tomat berada dalam tray atau pot selama 12 hari. Pemberian larutan nutrisi

dimulai sejak pemindahan kecambah tersebut. Komposisi larutan nutrisi yang

diberikan sama dengan tanaman tomat yang telah ditanam di lapangan, namun

dengan nilai Electric Coductivity (EC) yang lebih rendah karena dilakukan

Page 51: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

36

pengenceran 2 kali lipat dari nutrisi tanaman yang diberikan di lapangan

(1:1:600).

Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan untuk pertanaman tomat cherry harus

dibersihkan dan disterilkan terlebih dahulu. Persiapan lahan meliputi pembersihan

dari sisa-sisa tanaman dan arang sekam bekas pertanaman sebelumnya dengan

cara disapu hingga bersih. Setelah lantai bersih kemudian dicuci dengan cara

menyikat lantai agar lumut dan sisa-sisa garam mineral yang melekat dapat

dihilangkan. Kemudian lantai dibilas dengan air bersih menggunakan power

sprayer.

Kondisi lahan yang telah bersih tidak menjamin tanaman tomat cherry

yang akan ditanam dapat terhindar dari serangan bibit penyakit yang tertinggal di

lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sterilisasi lantai. Bahan yang digunakan

untuk sterilisasi lantai adalah formalin dengan konsentrasi 5 cc/l. Sterilisasi

dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan formalin tersebut ke lantai

menggunakan power sprayer. Penyemprotan harus secara merata, dilakukan

dengan berjalan mundur agar lantai yang telah steril tidak terinjak kembali oleh

penyemprot.

Persiapan selanjutnya adalah persiapan media tanam di lahan. Media

tanam yang digunakan untuk tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah

arang sekam. Arang sekam yang digunakan diproduksi sendiri oleh perusahaan di

bagian rumah pembakaran sekam. Sekam mentah yang akan dijadikan arang

sekam diperoleh dengan cara membeli dari penggilingan padi atau tempat-tempat

lain yang menyediakan sekam mentah. Pembelian dilakukan oleh divisi

pengadaan non-sayur. Rasio pembakaran dari sekam mentah menjadi arang sekam

sekitar 100 : 40, yaitu dari 100 karung sekam mentah dapat menghasilkan 40

karung arang sekam. Proses pembakaran di rumah pembakaran sekam dilakukan

mulai pukul 15.00 WIB hingga keesokan harinya pukul 07.00 WIB. Cara

pembakarannya adalah dengan menyalakan tungku api terlebih dahulu dengan

bantuan kayu bakar di dalamnya. Selanjutnya sekam mentah diletakkan

mengelilingi tungku api secara merata (Gambar 9a) dan proses pembakaran akan

Page 52: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

37

selesai keesokan paginya. Sekam yang telah terbakar merata (Gambar 9b) disiram

dengan air agar tidak terjadi abu sekam. Air yang digunakan adalah air yang

berasal dari bawah permukaan karena bebas dari kotoran atau biji-bijian tanaman

yang dapat menyebabkan gulma pada saat pertanaman.

(a) (b)

(c)

Gambar 9. (a) Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, (b) Arang Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam

Wadah tanam yang digunakan untuk penanaman tomat cherry adalah

polibag. Polibag yang digunakan berwarna hitam dengan ukuran 35 cm x 40 cm

yang memiliki daya tampung arang sekam sebanyak 2-2.5 kg. Bagian bawah

polibag diberi lubang yang berfungsi sebagai drainase. Sebelum polibag diisi

dengan media terlebih dahulu direndam dalam larutan lysol agar wadah yang

digunakan tersebut steril. Polibag diisi dengan arang sekam sebanyak 2/3 bagian

(Gambar 9c). Polibag yang telah diisi kemudian disusun di lahan dengan jarak

antar baris 120 cm dan jarak dalam baris 50 cm.

Penanaman Penanaman tomat cherry ke polibag dilakukan saat bibit tomat telah

berumur tiga minggu di persemaian (3 MSS). Bibit tomat yang telah siap

Page 53: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

38

dipindahkan ke polibag dapat dilihat pada Gambar 10a. Tujuan pindah tanam ini

adalah untuk pembesaran sehingga akan menghasilkan buah yang diharapkan baik

dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Satu hari sebelum tanam, polibag

diletakkan di greenhouse dan disiram dengan larutan pupuk dasar melalui irigasi

tetes. Pemberian pupuk dasar bertujuan agar pada saat tanam media masih basah

sehingga akar bibit tomat tidak mengalami stres kekeringan dan merangsang

pertumbuhan akar agar tumbuh optimal. Komposisi pupuk dasar yang digunakan

dapat dilihat pada Tabel 9.

Pemindahan bibit dari tray harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak

merusak perakaran dan batang bibit yang masih muda tersebut. Sebelum bibit

dikeluarkan dari tray, sebaiknya tray disiram terlebih dahulu dengan air agar akar

bibit mudah diangkat dan tidak rusak. Pembuatan lubang tanam pada media arang

sekam dilakukan sebelum bibit dikeluarkan dari tray. Lubang tanam yang dibuat

dengan kedalaman sekitar 5-8 cm. Setelah dikeluarkan, bibit dimasukkan beserta

medianya ke dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan hati-hati agar batang

dan akarnya tidak rusak. Selanjutnya lubang tanam ditutup dengan sedikit ditekan

agar tanaman berdiri tegak. Jumlah bibit tomat yang ditanam dalam setiap polibag

berjumlah dua bibit. Penanaman dilakukan jika lahan benar-benar telah disiapkan,

yaitu meliputi sanitasi, pemasangan saluran irigasi, dan penyusunan polibag

(Gambar 10b).

(a) (b)

Gambar 10. (a) Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, (b) Penanaman Tomat di Polibag

Page 54: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

39

Tabel 9. Komposisi Pupuk Dasar per 1 000 liter

Komposisi Jumlah Satuan Stok A HNO3 16 g CaNO3 1 243 g

FeEDTA 7 g

Stok B KH2PO4 170 g KNO3 339 g K2SO4 13 g MgSO4 554 g MnSO4 2 g ZnSO4 1 g Borax 4 g

Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan

Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman tomat cherry yang dilakukan meliputi penyiraman,

pemasangan tali ajir, pewiwilan, penyerbukan bantuan, pemangkasan daun bawah,

dan pemotongan titik tumbuh. Budidaya tomat cherry di PT. Saung Mirwan

dilakukan dengan sistem hidroponik, sehingga penyiraman yang dilakukan tidak

hanya memberikan air tetapi dengan larutan nutrisi. Komposisi larutan nutrisi

yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10. Komposisi pupuk tersebut dilarutkan

dalam 90 liter air untuk mencukupi kebutuhan selama satu minggu (Gambar 11a).

(a) (b)

Gambar 11. (a) Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, (b) Irigasi Tetes pada Tomat Cherry

Page 55: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

40

Tabel 10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter

Komposisi Jumlah Satuan Stok A CaNO3 24.8 kg

FeEDTA 175 g

Stok B MgSO4 12.0 kg KNO3 12.6 kg K2SO4 8.6 kg

KH2PO4 4.4 kg Borax 77.0 g

MNSO4 46.0 g ZnSO4 39.0 g

Na2MoO4 3.3 g CuSO4 5.0 g

Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan

Penyiraman dilakukan menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation)

(Gambar 11b) sebanyak empat kali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.00, 11.00,

13.00, dan 15.00 WIB. Namun, penyiraman tersebut juga disesuaikan dengan

kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca panas atau cerah, maka penyiraman dilakukan

sesuai jadwal tersebut. Sebaliknya jika cuaca berawan, maka penyiraman hanya

dilakukan dua kali dalam sehari, misalnya pukul 07.00 dan 13.00 WIB tergantung

kondisi media. Lamanya waktu penyiraman tergantung dengan banyaknya larutan

nutrisi yang diberikan pada saat penyiraman. Tujuan penyiraman adalah untuk

mempertahankan kondisi ketersediaan air pada media sehingga dapat

mengimbangi transpirasi yang cukup tinggi.

Larutan nutrisi dialirkan dari nutrisi pusat yang bersumber dari tangki

berkapasitas 3 000 l air. Jumlah larutan stok A dan stok B yang dilarutkan dalam

tangki tersebut masing-masing adalah 10 l, sehingga perbandingan antara stok A,

stok B, dan air adalah 1:1:300. Pencampuran larutan stok pada tangki dilakukan

pada saat bersamaan dengan pengisian air agar pencampurannya merata. Larutan

nutrisi akan mengalir dari tangki ke jaringan nutrisi hingga masuk ke lahan

pertanaman di dalam greenhouse. Awalnya larutan nutrisi akan mengalir melalui

pipa primer (HDPE 32 mm) terlebih dahulu. Setelah itu masuk ke pipa sekunder

(LDPE 13 mm), tetapi sebelumnya larutan akan melalui kran pengontrol yang

berfungsi untuk mengatur volume larutan nutrisi yang sampai ke tanaman. Setelah

Page 56: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

41

melalui pipa sekunder, larutan masuk ke pipa tersier (LDPE 5 mm) dan berujung

pada regulation stick (emitter) yang tertancap pada media dalam polibag. Skema

dan lay out jaringan irigasi tetes dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9.

Jumlah larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman perlu disesuaikan

dengan umurnya. Tanaman tomat muda atau umur 0-2 MST diberi larutan

sebanyak 50-100 ml, umur 2-4 MST sebanyak 150-250 ml, dan tanaman dewasa

atau mulai berbunga sebanyak 250-400 ml pada setiap aplikasinya. Pengukuran

volume yang diperoleh tanaman dilakukan dengan menggunakan gelas ukur yang

diletakkan di samping salah satu polibag yang dijadikan sampel (Gambar 12a).

Emitter pada polibag sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur sehingga larutan

nutrisi yang keluar dapat diketahui jumlahnya. Setelah itu larutan nutrisi

dimasukkan kembali ke dalam polibag sampel. Berdasarkan pengukuran yang

dilakukan pada tanaman dewasa diketahui bahwa tanaman mendapatkan larutan

nutrisi sebanyak 400 ml dalam waktu lima menit, sehingga dapat diketahui debit

larutan yang keluar dari emitter yaitu 1.33 ml/detik.

Electrical Conductivity (EC) merupakan kemampuan media

menghantarkan listrik dalam kaitannya dengan penyerapan unsur hara oleh

tanaman. Tanaman menyerap unsur hara yang diberikan melalui larutan nutrisi

dalam bentuk ion-ion. Ion tersebut akan saling berinteraksi membentuk garam-

garam mineral. Pengukuran nilai EC dan pH dilakukan menggunakan EC meter

(Gambar 12b). Nilai EC yang normal untuk tanaman tomat berkisar 1.5-2 mS/m,

sedangkan untuk nilai pH yang normal berkisar antara 5.5-6.5. Pada kondisi

tersebut tanaman dapat menyerap unsur hara yang diberikan melalui nutrisi secara

optimal, sehingga nilainya harus tetap dipertahankan. Oleh karena itu pengukuran

nilai EC dan pH pada larutan nutrisi tomat di bidang produksi seharusnya rutin

dilakukan setiap satu minggu sekali. Namun, pada kenyataannya di lapangan tidak

rutin dilaksanakan.

Pengukuran nilai EC pada media tanaman tomat dilakukan terhadap EC

masuk dan EC keluar. EC masuk merupakan nilai EC dari larutan nutrisi yang

akan diberikan ke tanaman, sedangkan nilai EC keluar merupakan nilai EC dari

larutan nutrisi yang tidak terserap akar tanaman sehingga keluar dari polibag dan

telah melewati media arang sekam. Whipker dan Cavins dalam Arif (2008)

Page 57: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

42

menyatakan bahwa nilai EC larutan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan

tanaman tumbuh lambat dan biaya produksi yang tinggi dalam proses budidaya.

Sebaliknya, konsentrasi larutan nutrisi yang terlalu rendah akan menyebabkan

produktivitas tanaman menurun. Oleh karena itu, pada larutan nutrisi dengan nilai

EC yang tinggi perlu dilakukan pengenceran dengan penambahan volume air atau

pengurangan larutan nutrisi pekat. Sebaliknya pada larutan nutrisi dengan nilai EC

rendah perlu dilakukan pengurangan volume air atau penambahan larutan nutrisi

pekat.

(a) (b)

Gambar 12. (a) Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, (b) EC meter

Tomat cherry memiliki pertumbuhan yang bersifat indeterminate, yaitu

pertumbuhan yang tidak terbatas. Oleh karena itu, tanaman tomat cherry

memerlukan penyangga agar tanaman tetap dapat tumbuh dengan tegak.

Penyangga yang diberikan pada tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan

berupa tali ajir (Gambar 13). Tali ajir berfungsi untuk mempertahankan tanaman

agar tidak rebah karena kelebihan beban saat berbuah, sehingga buah yang

dihasilkan pun bersih karena tidak menyentuh lantai. Pemasangan tali ajir mulai

dilakukan pada tanaman tomat berumur 2 MST hingga tanaman akan dibongkar.

Tali ajir yang digunakan adalah benang kasur. Cara memasang tali ajir pada

tanaman adalah dengan cara dililitkan pada batang tanaman dari kiri ke kanan.

Tali ajir diikat pada batang dengan simpul hidup agar memudahkan pelepasan tali

pada saat penaikan maupun penurunan tali tersebut. Pada saat tanaman berumur 5,

7, 9, dan 12 MST dilakukan penaikan tali ajir, kemudian saat tanaman berumur 14

MST tali ajir diturunkan kembali dan setiap satu minggu seterusnya hingga panen.

Penaikan tali ajir dimaksudkan agar tanaman dan buah yang terbentuk tidak

Page 58: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

43

sampai menyentuh tanah serta memudahkan saat pemeliharaan, sedangkan

penurunan tali ajir dimaksudkan untuk memudahkan saat pemanenan dan

pemotongan titik tumbuh.

Gambar 13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry

Pewiwilan pada tomat cherry mulai dilakukan saat tanaman berumur

3 MST. Pewiwilan dilakukan dengan cara membuang tunas-tunas air, karena

dapat mempengaruhi produksi buah pada tanaman tomat. Tunas air merupakan

tunas yang bersifat tidak produktif dan banyak tumbuh di ketiak daun

(Gambar 14). Pertumbuhan tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman

terutama pertumbuhan generatif karena sebagian besar hasil fotosintesis diserap

oleh tunas air tersebut. Kegiatan ini dilakukan tiga kali dalam seminggu.

Proses penyerbukan yang terjadi pada tanaman tomat cherry dapat

berlangsung secara alami. Namun, penyerbukan tanaman tomat di PT. Saung

Mirwan dibantu dengan penyerbukan bantuan. Penyerbukan bantuan ini dilakukan

karena pergerakan udara di dalam greenhouse umumnya terbatas dan kehadiran

serangga penyerbuk juga jarang ada karena terisolasi dari udara luar. Jika

penyerbukan bantuan ini tidak dilakukan, maka pembentukan buah sedikit terjadi.

Penyerbukan bantuan dilakukan dengan cara memukul-mukul batang tanaman

dengan menggunakan tongkat yang dilapisi dengan busa agar batang tidak terluka

(Gambar 15). Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap hari setelah ada cahaya

matahari. Menurut Heddy et al. (1994) intensitas cahaya yang lemah atau suhu

yang rendah pada tanaman tomat mengakibatkan tidak adanya penyerbukan.

Kondisi ini mengubah struktur bunga, antera tidak mau membuka atau pecah pada

Page 59: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

44

waktu stigma menerobos cincin antera. Penyerbukan bantuan biasanya dilakukan

pada pukul 09.00 WIB.

Gambar 14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang

Gambar 15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa

Kegiatan pemangkasan dilakukan terhadap daun bagian bawah yang telah

menguning karena tua, layu, atau terkena penyakit. Kondisi daun yang rimbun

juga dapat memicu perkembangan hama dan penyakit sehingga perlu dilakukan

pemangkasan. Selain itu kegiatan pemangkasan ini dapat mengurangi transpirasi

tanaman dan memudahkan dalam pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan

daun bawah dimulai setelah tanaman panen pertama kali, yaitu pada daun-daun

yang telah menyentuh lantai setelah penurunan ajir. Jumlah daun yang dipangkas

sebanyak dua pelepah daun atau lebih, namun tidak terlalu banyak karena dapat

mengakibatkan tanaman stres. Tanaman tomat cherry yang belum dan sudah

dipangkas padat dilihat pada Gambar 16.

Page 60: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

45

(a) (b)

Gambar 16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : (a) Sebelum Pemangkasan Daun Bawah, (b) Setelah Pemangkasan Daun Bawah

Umur ekonomis tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah

26 minggu. Setelah itu tanaman dibongkar untuk diganti lagi dengan tanaman

yang baru. Sebelum tanaman dibongkar, pemotongan dilakukan pada titik tumbuh

tanaman, sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman terhenti dan nutrisi yang

diberikan pada tanaman digunakan untuk pertumbuhan generatif atau

pembentukan dan pematangan buah. Pemotongan ini bertujuan untuk memelihara

buah terakhir pada tanaman agar dapat dipanen mencapai ukuran normal.

Pemotongan titik tumbuh dilakukan tiga minggu sebelum tanaman dibongkar.

Pemotongan titik tumbuh minimal dua pelepah daun di atas buah terakhir

(Gambar 17). Jika masih muncul bunga maka bunga tersebut dibuang, karena

hanya buah terakhir yang dipelihara sampai panen.

Gambar 17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST

Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang menyerang tanaman tomat cherry adalah white fly (Bemisia

tabaci), leafminer (Liriomyza trifolli), thrips, dan ulat buah (Heliotis armigera).

Page 61: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

46

White fly menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dan

menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi keriput kecoklatan.

Hama leafminer menyerang tanaman pada stadium larva dan dewasa dengan cara

membuat alur gerakan pada bawah epidermis daun yang menyebabkan daun

menjadi kering kuningan. Thrips menyerang tanaman pada bagian daun muda,

bunga, dan buah. Hama ini biasanya menetap di bagian bawah daun. Ulat buah

menyerang tanaman dengan cara memakan buah sehingga terbentuk lubang.

Gejala pada tanaman yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Gambar 18.

(a) (b

Gambar 18. Gejala Serangan : (a) Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun, (b) Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry

Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry dapat disebabkan oleh

cendawan dan bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan terdiri atas

penyakit layu (Fusarium oxysporum), embun tepung (Peronospora parasitica),

bercak daun (Cercospora sp.), dan busuk daun (Phytophthora infestans). Penyakit

layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium menyerang bibit di

persemaian dan tanaman dewasa dengan gejala tanaman tampak layu. Bagian

yang terserang akan lunak dan berair, tetapi tidak mengeluarkan cairan lendir

berwarna putih dari bagian yang busuk tersebut. Gejala yang ditimbulkan oleh

penyakit embun tepung adalah pada permukaan daun atas tampak bercak nekrotik

berwarna kekuningan dan jika daun dibalik tampak tepung berwarna putih keabu-

abuan. Penyakit bercak daun memiliki gejala terjadi bercak klorosis berbentuk

lingkaran, berwarna kuning dan terdapat bintik hitam pada bagian tengah

lingkaran. Penyakit busuk daun menyerang semua tahap perkembangan tanaman.

Gejala yang ditimbulkan yaitu adanya bercak hitam kecoklatan yang pada kondisi

Page 62: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

47

lingkungan mendukung seperti kelembaban tinggi, dapat meluas dengan cepat

sehingga menyebabkan kematian.

Penyakit pada tanaman tomat yang disebabkan oleh bakteri adalah

penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Patogen

dari penyakit ini menyerang jaringan pengangkut air sehingga translokasi air dan

hara terganggu. Akibatnya tanaman menjadi layu, kuning, kerdil, dan akhirnya

mati. Bagian tanaman yang busuk karena patogen ini mengeluarkan cairan

berwarna putih seperti lendir.

Selain penyakit yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri, terdapat

penyakit lain yang disebabkan oleh defisiensi unsur hara, yaitu busuk ujung buah

(Blossom end rot) akibat defisiensi unsur Ca. Gejala yang ditimbulkan yaitu

terdapat bercak pada ujung buah dan warna kulit menjadi coklat tua. Bercak

tersebut menandakan jaringan yang berada di bawahnya mati, sehingga bagian

tersebut cenderung matang lebih cepat. Pengendalian penyakit Blossom end rot

adalah dengan penyemprotan tanaman menggunakan CaNO3 dengan konsentrasi

5-7 g/l. Pantastico dan Venter (1986) menyatakan bahwa selain pemberian

Ca(NO3)2 untuk mengurangi penyakit ujung buah juga dapat dilakukan dengan

pemberian gips atau penyemprotan CaCl2. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh

kelebihan unsur K yang mengakibatkan kekurangan Ca. Gejala serangan penyakit

pada tanaman tomat cherry dapat dilihat pada Gambar 19.

(a) (b)

Gambar 19. Gejala Penyakit : (a) Busuk Batang Akibat Bakteri Pseudomonas solanacearum, (b) Penyakit Busuk Ujung Buah (blossom end rot)

Page 63: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

48

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan pada

tanaman tomat cherry adalah dengan cara penyemprotan pestisida (Gambar 20).

Penyemprotan pestisida pada tanaman tomat di PT. Saung Mirwan dilakukan dua

kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Waktu pelaksanaannya

adalah sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pestisida yang digunakan terdiri atas

golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis pestisida yang

digunakan, dosis, serta kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 20. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Tomat

Pemanenan Menurut Kader (1990) tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan

komoditi dari kebun dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan

kehilangan hasil yang terjadi rendah. Tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan

biasanya mulai dipanen pada umur 8 MST. Namun, pada saat musim hujan

biasanya umur panen lebih lama yaitu pada 9 MST. Buah yang dipanen saat

berwarna kekuning-kuningan dengan tingkat kemasakan sekitar 80 % (Gambar

21a). Jika buah dipanen pada tingkat kemasakan 90 %, maka buah akan terlalu

lunak pada saat pemasaran.

Pemanenan dapat dilakukan setiap hari atau dua hari sekali tergantung

keadaan buah yang masak di lahan. Biasanya panen dilakukan pada pagi hari

pukul 07.00-09.00 WIB. Cara panen tomat cherry adalah dengan memetik buah

secara hati-hati agar tidak rusak dengan disertakan tangkai atau gagang buahnya

(Gambar 21b). Tujuan pemanenan tomat cherry menggunakan tangkai atau

gagang buah adalah untuk mengindikasikan lama simpan buah di divisi

pengemasan. Tomat cherry yang dipanen dimasukkan ke dalam ember, kemudian

Page 64: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

49

dipindahkan ke dalam keranjang untuk pengangkutan ke divisi pengemasan

(Gambar 21c).

(a) (b)

(c)

Gambar 21. (a) Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna

Kekuning-kuningan, (b) Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan

Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya tomat cherry

lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung

Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara

penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi

karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume

dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.

Page 65: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

MANAJEMEN BUDIDAYA

Bidang Produksi

Manajemen produksi merupakan hal yang sangat penting dalam mengatur

dan mengkoordinasikan kegiatan atau proses produksi agar tercapai tujuan yang

efektif dan efisien. Menurut Rahardi et al. (2001) manajemen produksi mencakup

perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi yang di dalamnya

terdapat pula pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi

untuk jangka pendek menengah atau panjang.

Proses produksi sayuran di PT. Saung Mirwan diawali dengan pembuatan

rencana program tanam yang dilakukan oleh Kepala Seksi yang bekerjasama

dengan Kepala Sub Seksi. Perencanaan program tanam sayuran sangat penting

dalam menghasilkan produksi sayuran yang sesuai dengan target penjualan dari

divisi penjualan sayur. Perencanan dan penyusunan program tanam dibuat setahun

sekali dengan kategori per minggu. Rencana program tanam ini bersifat fleksibel

karena setiap minggu dilakukan revisi atau perbaikan. Misalnya, jadwal

penanaman diundur karena jadwal panen dari pertanaman sebelumnya yang tidak

sesuai dengan kondisi tanaman di lapangan karena belum layak panen.

Pengorganisasian dilakukan dengan mengkoordinasikan rencana hasil

panen dari divisi penjualan sayur kepada bidang produksi untuk pembuatan

anggaran biaya produksi. Setelah itu anggaran biaya produksi diajukan kepada

bagian pengadaan non-sayur untuk mengetahui jumlah kebutuhan benih, pupuk,

pestisida, serta segala sarana dan prasarana penunjang kegiatan produksi sayuran

tersebut. Kemudian bagian pengadaan non-sayur mengajukan anggaran tersebut

ke divisi keuangan untuk membelanjakan seluruh kebutuhan kegiatan produksi.

Kegiatan menanam di lapangan dimulai setelah tersedianya bahan baku produksi.

Jumlah tanaman yang akan ditanam disesuaikan dengan luas areal dan

jumlah modal yang tersedia. Kebutuhan sayur dari divisi penjualan sayur yang

tidak dapat dipenuhi oleh bidang produksi diusahakan dari luar perusahaan

dengan sistem kerjasama melalui kemitraan dengan petani. Sebagian kebutuhan

sayuran ditanam oleh mitra tani, tetapi jika masih ada kekurangan untuk

mencukupi pemesanan dari divisi penjualan sayur maka bagian pengadaan sayur

Page 66: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

51

yang bertugas mencari untuk menutupi kekurangan tersebut. Bagian pengadaan

sayur mencari sayuran dari petani atau pengumpul yang berada di sekitar wilayah

perusahaan dan berstatus sebagai mitra beli. Jenis-jenis sayuran yang tidak

diproduksi sendiri oleh bidang produksi maupun mitra tani seluruhnya dibeli dari

mitra beli maupun dari pasar lokal setempat.

Kemitraan Salah satu strategi PT. Saung Mirwan untuk mencapai target dan

kontinuitas produksi sesuai dengan kebutuhan pasar adalah dengan membentuk

suatu pola kerjasama, yaitu sistem kemitraan dengan para petani. Tujuan dari

sistem kemitraan adalah untuk meringankan beban biaya produksi, karena pihak

perusahaan menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya

terutama dalam hal luas lahan dan besarnya biaya investasi. PT. Saung Mirwan

menginginkan kehadirannya bermanfaat bagi petani, dengan nilai jual dan harga

komoditi yang pasti. Petani dapat memproyeksikan atau menganalisis laba

ruginya karena biaya produksi yang jelas dan harga jual yang pasti dibandingkan

dengan menjual ke pasar lokal.

Sistem kemitraan yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan terdiri atas dua

macam, yaitu mitra tani dan mitra beli. Mitra tani merupakan kerjasama yang

dilakukan dengan cara petani menanam komoditi sesuai yang telah diprogramkan

dengan mendapat bimbingan dari penyuluh pertanian perusahaan dan seluruh hasil

produksi yang memenuhi standar kualitas perusahaan wajib dijual ke PT. Saung

Mirwan. Jenis komoditi yang ditanam meliputi lima macam, yaitu edamame,

kailan baby, buncis mini, pakchoi baby, dan pakchoi hijau. Mitra beli merupakan

kerjasama yang dilakukan dengan pengumpul atau petani yang produknya hanya

dibutuhkan saat hasil produksi dari perusahaan dan mitra tani tidak mencukupi

jumlah pemesanan dari konsumen.

Mekanisme untuk bergabung menjadi mitra dilakukan dengan memenuhi

beberapa persyaratan, diantaranya adalah dengan mengisi formulir perjanjian

kemitraan dan menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP). Setelah petani

resmi menjadi mitra, maka terdapat kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

Page 67: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

52

kedua belah pihak. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan perusahaan dan

mitra tani dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 . Kewajiban dalam Kemitraan Antara PT. Saung Mirwan dan

Mitra Tani

No Kewajiban Perusahaan No Kewajiban Mitra Tani 1 Memprogram semua lahan yang

akan dimitrakan 1 Membayar kebutuhan bibit/benih

yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan lahan

2 Menyediakan benih-benih yang direncanakan tanam

2 Membiayai kebutuhan operasional

2 Membantu dalam teknis budidaya 3 Menyediakan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan

4 Membeli semua produk yang dihasilkan oleh mitra tani yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan oleh perusahaan

4 Mengikuti petunjuk dari penyuluh lapangan tentang teknis budidaya

5 Mengikuti program tanam dan panen yang ditentukan perusahaan

6 Menjual seluruh hasil produksi yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan perusahaan

7 Mengantar sendiri hasil panen ke tempat penerimaan PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Kp. Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor

Sumber : Divisi Kemitraan PT. Saung Mirwan Kualitas produk yang dihasilkan oleh petani harus memenuhi standar yang

telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu sesuai dengan yang tertera dalam dokumen

standar penerimaan sayur yang terdapat di bagian penerimaan PT. Saung Mirwan.

Jika produk petani tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan, maka

produk tersebut dikembalikan ke petani. Biasanya produk tersebut kemudian

dijual ke pasar lokal, dengan harga yang lebih rendah dibandingkan PT. Saung

Mirwan.

Harga pembelian produk oleh perusahaan telah disepakati sejak awal

perjanjian dimulai. Harga produk yang berlaku tersebut bersifat tetap. Perubahan

harga hanya terjadi apabila terjadi kenaikan biaya produksi di petani dan telah

Page 68: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

53

disetujui oleh kedua pihak. Besarnya timbangan dari produk yang akan diterima

dan dibayar adalah produk setelah dilakukan sortasi oleh bagian penerimaan

PT. Saung Mirwan. Sistem pembayaran yang dilakukan terhadap produk yang

dikirim oleh mitra, baik mitra tani maupun mitra beli akan dibayarkan oleh

perusahaan dua minggu setelah hasil panen diterima oleh bagian penerimaan PT.

Saung Mirwan. Jumlah yang diterima oleh mitra adalah jumlah timbangan produk

yang diterima oleh bagian penerimaan dikalikan dengan harga produk, kemudian

dikurangi dengan nilai bibit/benih yang diterima oleh mitra.

Perjanjian kemitraan terhitung sejak tanggal ditandatanganinya surat

perjanjian hingga waktu yang tidak terbatas. Kerjasama dapat berakhir karena

terjadi masalah atau pemberitahuan antara kedua belah pihak. Misalnya, petani

mengundurkan diri dari program kemitraan. Selain itu perjanjian diakhiri karena

perusahaan sudah tidak memberi program penanaman atau petani tidak

melanjutkan program penanaman komoditi yang diberikan oleh perusahaan.

Page 69: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

PENANGANAN PASCA PANEN

Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang

tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu

kegiatan pasca panen dapat menjadikan sayuran lebih menarik sehingga

memenuhi standar perdagangan. Adanya penanganan pasca panen yang tepat

mengakibatkan hasil sayuran lebih awet dan sewaktu-waktu dapat digunakan atau

dipasarkan dengan kualitas yang tetap terjamin.

Penanganan pasca panen yang dilakukan oleh divisi pengemasan

PT. Saung Mirwan berbeda dengan yang dilakukan oleh mitra tani. Penanganan

pasca panen pada pakchoi baby oleh mitra tani hanya terdiri atas trimming dan

pengangkutan, sedangkan penanganan pasca panen di divisi pengemasan

PT. Saung Mirwan lebih intensif dan teliti untuk memenuhi permintaan

konsumen. Kegiatan pasca panen yang dilakukan pada pakchoi baby terdiri atas

trimming, penyortiran, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan, sedangkan

yang dilakukan pada tomat cherry terdiri atas pengemasan, penyimpanan, dan

pengangkutan. Hasil pengamatan dan wawancara terhadap kegiatan pasca panen

pakchoi baby dan tomat cherry dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kegiatan Pasca Panen di Tiap Saluran Pemasaran PT. Saung

Mirwan

Saluran Pemasaran

Pem

bers

ihan

Trim

min

g

Peny

ortir

an

Peng

kela

san

Peng

emas

an

Peny

impa

nan

Peng

angk

utan

Pem

bers

ihan

Peny

ortir

an

Peng

kela

san

Peng

emas

an

Peny

impa

nan

Peng

angk

utan

Pakchoi Baby Tomat Cherry Bag. Pengemasan PT. Saung Mirwan

- √ √ - √ √ √ - - - √ √ √

Mitra Tani - √ - - - - √ Mitra Beli (Pengumpul) - - - - - - √

Supermarket - - √ - - √ - - √ - - √ - Hotel dan Restoran √ - - - - - - √ - - - - -

Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Keterangan : : Tidak diperoleh data

Page 70: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

55

Pembersihan Pembersihan merupakan salah satu tindakan penting sebelum sayuran

diproses lebih lanjut. Menurut Akamine et al. (1986) pembersihan (cleaning)

bertujuan untuk membuang kotoran yang melekat pada sayuran agar memperbaiki

penampakan sayuran dan menghilangkan bagian yang busuk atau rusak. Kegiatan

pembersihan yang dilakukan misalnya dengan dicuci untuk membersihkan

sayuran dari kotoran/tanah yang masih melekat sewaktu dipanen ataupun

memangkas bagian-bagian yang rusak/cacat (trimming).

Pengendalian mutu yang diterapkan oleh divisi pengemasan PT. Saung

Mirwan adalah dengan cara membuang atau menghilangkan bagian yang tidak

diperlukan atau rusak. Prosedur pelaksanaannya adalah dengan memotong bagian

yang tidak diperlukan, kemudian memeriksa secara visual kondisi sayur setelah

dibersihkan untuk melihat ada tidaknya material lain di bagian dalam sayur.

Pembersihan lain dilakukan dengan cara menghilangkan kotoran yang dapat

menjadi kontaminan fisik terhadap produk. Proses penghilangan kotoran

dilakukan dengan cara pencucian menggunakan air yang memenuhi persyaratan

air minum. Pencucian produk segar hanya dilakukan terhadap beberapa jenis

sayuran yang dapat dicuci.

Sayuran daun seperti pakchoi baby memiliki sifat yang mudah rusak,

sehingga menuntut adanya pelaksanaan panen dan penanganan pasca panen yang

tepat. Pelaksanaan panen di lapangan harus dilakukan dengan hati-hati dan lebih

teliti agar produk yang dihasilkan tidak kotor, sehingga tidak perlu dilakukan

pencucian dalam bak air. Pencucian sayuran pada pakchoi baby akan

mengakibatkan tingkat kehilangan hasil yang lebih tinggi. Oleh karena itu, baik

PT. Saung Mirwan dan mitra tani tidak melakukan pencucian terhadap pakchoi

baby. Pembersihan yang dilakukan hanya trimming, yaitu membuang pangkal

batang serta lapisan luar daun yang tua, patah, busuk, ataupun berlubang.

Trimming yang dilakukan saat panen di lahan oleh bidang produksi PT. Saung

Mirwan lebih teliti dibandingkan oleh mitra tani. Hal ini disebabkan karena saat

penerimaan barang di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan sayuran akan

mengalami trimming kembali. Oleh karena itu, apabila trimming yang dilakukan

oleh mitra tani lebih teliti maka akan semakin mengurangi timbangan hasil panen.

Page 71: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

56

Penyortiran (Sorting) dan Pengkelasan (Grading) Penanganan pasca panen setelah pembersihan adalah penyortiran (sortasi).

Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan hasil panen yang berpenampilan baik

dengan yang rusak, busuk, terserang hama, atau terkena penyakit. Kegiatan sortasi

pada pakchoi baby dilakukan bidang produksi PT. Saung Mirwan saat masih di

lapangan. Hanya produk yang memenuhi standar yang dikirim ke divisi

pengemasan. Standar penerimaan yang ditetapkan oleh divisi pengemasan PT.

Saung Mirwan untuk pakchoi baby dan tomat cherry dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Standar Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan

Komoditi Kriteria Tomat cherry Diameter buah : 2.5-3 cm

Bobot : 15-25 g Warna : Semburat merah-merah penuh Keadaan produk : a. tidak busuk b. tidak pecah c. tidak lembek d. masih ada tangkai buah/cupat

Pakchoi baby Warna : Hijau Ukuran : Bobot 25-35 g Keadaan produk : a. tidak busuk b. tidak berlubang pada daun c. tidak layu

Sumber : Bagian Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan Produk yang akan masuk ke divisi pengemasan harus melalui bagian

penerimaan sayur terlebih dahulu. Bagian penerimaan sayur bertugas untuk

melakukan pemeriksaan kuantitas, kualitas, dan ada tidaknya residu pestisida

secara visual, serta melakukan penyortiran kembali terhadap produk yang

diterima.

Setelah dilakukan sortasi, kemudian dilakukan pengkelasan (grading) pada

produk. Menurut Winata (2006) kriteria pengkelasan umumnya adalah bentuk,

warna, tingkat kematangan, dan tingkat kerusakan. Yulianti (2009) menyatakan

bahwa pengkelasan dilakukan untuk melihat perbedaan mutu dan kualitas sayur

serta digunakan sebagai penentu harga jual di beberapa saluran pemasaran.

Page 72: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

57

Pengendalian mutu yang dilakukan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan

adalah dengan cara mengelompokkan sayuran berdasarkan ukuran, bentuk, dan

bobot sesuai dengan spesifikasi dari konsumen.

Divisi pengemasan tidak melakukan pengkelasan pada pakchoi baby.

Namun, pakchoi baby yang berukuran besar masuk ke dalam golongan pakchoi

hijau. Pada dasarnya saat penanaman menggunakan benih yang sama, hanya

dibedakan karena ukurannya lebih besar dan umur panennya lebih lama

dibandingkan pakchoi baby. Pengkelasan pada tomat cherry hanya dilakukan

dengan mengelompokkan buah berdasarkan kriteria warna saat pengemasan.

Gambar 22 merupakan pengelompokan tomat cherry berdasarkan kriteria warna

yang dilakukan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan.

Gambar 22. Tomat Cherry yang Siap Dikemas Dikelompokkan Berdasarkan Kriteria Warna

Pengemasan (Packaging) Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau

mengawetkan produk pangan. Selain itu, pengemasan juga merupakan penunjang

bagi transportasi, distribusi, dan merupakan bagian penting dari usaha untuk

mengatasi persaingan dalam pemasaran karena kemasan dapat memperindah

penampilan produk. Pengemasan tidak dapat memperbaiki mutu, oleh karena itu

hanya hasil yang paling baiklah yang seyogyanya dikemas. Pengendalian mutu

yang dilakukan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan adalah dengan cara

mengemas sayuran menggunakan kemasan berupa plastik film (wrapping film),

seal tape, plastik, trayfoam, krat boks, karton boks, ataupun styrofoam. Kemasan

dan bagian dalam kemasan harus dalam keadaan bersih. Prosedur pelaksanaan

proses pengemasan antara lain mempersiapkan kemasan, peralatan pengemasan,

Page 73: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

58

dan meja pengemas yang akan digunakan dalam kondisi bersih untuk menjamin

kebersihan saat proses pengemasan.

Kegiatan pengemasan telah dilakukan sejak di lapangan. Sayuran yang

telah dipanen, dikemas sementara dalam wadah kontainer plastik atau keranjang

bambu. Bidang produksi PT. Saung Mirwan biasanya menggunakan kontainer

plastik untuk mengangkut sayuran setelah panen, sedangkan mitra tani biasanya

menggunakan keranjang bambu. Penumpukan dalam wadah sementara ini

sebaiknya tidak terlalu padat agar tidak terjadi kerusakan selama proses

pengangkutan. Kerusakan yang terjadi seperti luka atau lecet dapat mempercepat

terjadinya pembusukan.

Pengemasan sayuran di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan tergantung

pada jenis, bentuk, ukuran dan tujuan pasarnya. Pengemasan sayuran disesuaikan

dengan permintaan dari masing-masing konsumen. Pengemasan yang dilakukan

untuk pakchoi baby dan tomat cherry menggunakan sistem pengemasan curah dan

pack. Sistem pengemasan curah ditujukan untuk konsumen seperti restoran dan

hotel (Gambar 23a). Kemasan yang digunakan biasanya menggunakan plastik

dengan ukuran sesuai bobot yang dipesan oleh konsumen tersebut. Sistem

pengemasan pack ditujukan untuk konsumen pengecer (retail) yaitu supermarket.

Tujuan digunakannya kemasan ini untuk memberi nilai estetika agar menarik

konsumen. Daya tarik konsumen sebelum melihat suatu produk adalah melihat

tampilan kemasannya terlebih dahulu. Menurut Winata (2006) kemasan konsumen

dapat dimanfaatkan sebagai sarana informasi dan promosi dari komoditi sayuran

yang dikemas tersebut.

Pengemasan pada pakchoi baby menggunakan trayfoam dengan bobot

masing-masing kemasan adalah 250 g (Gambar 23b). Tomat cherry juga dikemas

menggunakan trayfoam dengan bobot masing-masing kemasan 200 g

(Gambar 23c). Setelah sayuran disusun pada trayfoam maka dilakukan

penimbangan, kemudian dibungkus menggunakan wrapping film. Sayuran yang

telah dibungkus diberi label dengan logo ”Fresh and Quality” dari PT. Saung

Mirwan. Label tersebut biasa digunakan untuk konsumen seperti Carrefour, Super

Indo, dan Yogya. Namun, ada perbedaan kemasan yang dilakukan pada tomat

cherry untuk konsumen dari Matahari yaitu menggunakan kemasan berupa mika

Page 74: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

59

plastik dengan bobot masing-masing kemasan 250 g dan diberi label dengan logo

yang berbeda (Gambar 23d). Alat timbangan yang digunakan untuk pakchoi baby

dan tomat cherry dapat dilihat pada Gambar 24.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 23. (a) Kemasan Curah Tomat Cherry, (b) Kemasan Pakchoi Baby, (c) Kemasan Tomat Cherry, (d) Kemasan Tomat Cherry untuk Matahari

(a) (b)

Gambar 24. Alat Timbangan : (a) Pakchoi Baby, (b) Tomat Cherry  

 

Page 75: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

60

Penyimpanan (Storage) Pantastico et al. (1986) menyatakan bahwa penyimpanan buah-buahan dan

sayur-sayuran segar dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan

tertentu memperbaiki mutunya. Pendinginan merupakan cara yang ekonomis

untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah-buahan dan sayur-sayuran segar.

Sayuran yang disimpan adalah sayuran yang telah masuk di bagian penerimaan

sebelum dikemas dan sayuran yang telah dikemas sebelum dikirim ke konsumen.

Divisi pengemasan PT. Saung Mirwan memiliki dua cool room, sehingga sayuran

yang belum dikemas disimpan di cool room yang terpisah dengan sayuran yang

telah dikemas. Suhu cool room diperiksa setiap 4 jam sekali dengan

mempertahankan suhu 4-8 ºC. Penyimpanan sayuran yang belum dikemas

dikelompokkan berdasarkan jenisnya, sedangkan untuk sayuran yang telah

dikemas dikelompokkan berdasarkan kode produk dan kode konsumen. Sayuran

yang belum dikemas berada di dalam cool room hingga adanya pemesanan dari

konsumen. Setelah adanya pemesanan maka sayuran dikeluarkan dari cool room

untuk dikemas kemudian dipindahkan ke cool room lainnya untuk dikirim

keesokan paginya.

Pengangkutan Mitra tani dan mitra beli melakukan pengiriman sayuran ke divisi

pengemasan PT. Saung Mirwan pada siang hingga sore hari. Hal tersebut

dilakukan karena bagian penerimaan sayur mulai dibuka pukul 14.00 WIB dan

ditutup pukul 17.00 WIB. Namun, untuk sayuran dari bidang produksi dikirim ke

divisi pengemasan setelah panen selesai agar tidak layu karena terlalu lama di

lahan, sedangkan untuk sayuran yang berasal dari kebun Cipanas atau Garut

diangkut sore hari dan akan sampai di bagian penerimaan pada malam hari sekitar

pukul 22.00 WIB. Bidang produksi mengangkut hasil panen dengan cara

memasukkan sayuran ke dalam kontainer plastik, sedangkan mitra tani dan mitra

beli ada yang menggunakan kontainer plastik dan ada pula yang menggunakan

keranjang bambu. Alat angkutan yang digunakan oleh mitra tani dan mitra beli

adalah mobil bak terbuka. Wadah yang digunakan untuk pengangkutan ke divisi

pengemasan dapat dilihat pada Gambar 25.

Page 76: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

61

(a) (b)

Gambar 23. Wadah Pengangkutan Sayuran dari Lahan : (a) Bidang Produksi, (b) Mitra Tani

Bagian distribusi PT. Saung Mirwan memiliki alat transportasi sebanyak

12 mobil, 4 diantaranya merupakan mobil truk dengan ban ganda. Mobil truk

dengan ban double memiliki kapasitas angkut sebanyak 4 ton, sedangkan

kapasitas truk lainnya hanya 2-3 ton. Semua mobil yang dimiliki merupakan truk

tertutup yang dilengkapi dengan alat pendingin (Gambar 26). Suhu pendingin

yang baik untuk mobil distribusi adalah 0-1 ºC. Namun, pada kenyataannya suhu

pada mobil distribusi PT. Saung Mirwan mencapai 3-4 ºC. Hal ini disebabkan

oleh kerusakan alat pendingin akibat perawatan yang kurang baik. Pengiriman

sayur dilakukan setiap hari, kecuali hari Minggu. Jadwal keberangkatan

pengiriman sayur pukul 05.00 WIB, sampai kepada konsumen di titik pertama

sekitar pukul 06.00-06.30 WIB, dan sampai di kantor kembali pukul 12.00 WIB.

Kondisi tersebut tergantung kondisi kemacetan di jalur distribusi tersebut. Setiap

mobil mengirim sayuran paling sedikit ke 9 titik tujuan dan paling banyak ke 15

titik di setiap jalur distribusi, tergantung banyaknya jumlah konsumen yang

memesan. Setelah itu pada siang harinya mobil distribusi digunakan untuk

mengambil hasil panen dari kebun Cipanas dan kebun Garut.

Gambar 24. Mobil Distribusi PT. Saung Mirwan Berupa Mobil Truk Tertutup Berpendingin (AC)

Page 77: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

62

Kehilangan Hasil Panen dan Pasca Panen Sayuran Sayuran yang telah dipanen tidak secara keseluruhan dapat dipasarkan

karena terdapat bagian-bagian tertentu yang tidak memiliki nilai jual, seperti akar

tanaman, daun yang berlubang, tua, maupun menguning, serta bagian tanaman

lainnya yang tidak dapat dikonsumsi. Hal tersebut mengakibatkan adanya nilai

persentase hasil panen yang dapat dipasarkan (marketable yield) setelah dilakukan

trimming dan sortasi di lapangan.

Pengamatan persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi

pakchoi baby di bidang produksi PT. Saung Mirwan dilakukan selama delapan

kali setiap ada kegiatan panen di lahan. Persentase hasil panen pakchoi baby yang

dapat dipasarkan diperoleh dari 32 bedengan dengan pengambilan sampel 1 m2

tiap bedengan. Pada komoditi tomat cherry persentase hasil panen yang dapat

dipasarkan mencapai 100 %. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya

kegiatan sortasi di lahan. Oleh karena itu, seluruh hasil panen dari lahan dibawa

ke divisi pengemasan sehingga tidak ada hasil panen yang dibuang.

Persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi pakchoi baby

di bidang produksi PT. Saung Mirwan disajikan pada Tabel 14. Rata-rata

persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada pakchoi baby berkisar antara

61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh tingginya kehilangan

bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk dipasarkan.

Kehilangan bobot yang tinggi disebabkan oleh kondisi tanaman banyak yang

berlubang karena terserang hama ulat sehingga banyak yang dibuang saat sortasi.

Nilai persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi pakchoi baby di

bidang produksi PT. Saung Mirwan ini lebih kecil dibandingkan yang terjadi di

mitra tani. Hal ini disebabkan oleh kegiatan trimming dan sortasi yang dilakukan

oleh bidang produksi pada produk panen sangat teliti, sehingga banyak rompesan

dan produk yang tidak sesuai standar penerimaan dibuang. Hal tersebut

mengakibatkan semakin kecil bobot bersih yang dapat dipasarkan untuk dibawa

ke divisi pengemasan.

Page 78: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

63

Tabel 14. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Bidang Produksi PT. Saung Mirwan

No Tanggal Bedengan Bobot Kotor (kg)

Bobot Bersih yang Dapat Dipasarkan

(kg)

Kehilangan Bobot (%)

Persentase yang Dapat Dipasarkan

(%) 1 13 April

2010 1 3.25 2.55 21.54 78.46

2 3.10 2.45 20.97 79.03 3 3.35 2.85 14.93 85.07 4 2.90 2.35 18.97 81.03 Rata-rata 3.15 2.55 19.10 80.90 2 16 April

2010 1 3.00 2.20 26.67 73.33

2 3.20 2.20 31.25 68.75 3 3.70 2.95 20.27 79.73 4 4.15 2.75 33.73 66.27 Rata-rata 3.51 2.53 27.98 72.02 3 23 April

2010 1 3.75 2.70 28.00 72.00

2 4.70 3.45 26.60 73.40 3 4.10 3.20 21.95 78.05 4 4.05 2.55 37.04 62.96 Rata-rata 4.15 2.98 28.40 71.60 4 27 April

2010 1 2.30 1.30 43.48 56.52

2 2.00 1.20 40.00 60.00 3 1.60 1.15 28.13 71.88 4 2.55 1.45 43.14 56.86 Rata-rata 2.11 1.28 38.69 61.31 5 4 Mei

2010 1 3.35 2.55 23.88 76.12

2 3.45 1.75 49.28 50.72 3 4.50 3.30 26.67 73.33 4 3.45 2.40 30.43 69.57 Rata-rata 3.69 2.50 32.56 67.44 6 17 Mei

2010 1 1.65 1.25 24.24 75.76

2 2.90 1.95 32.76 67.24 3 3.20 1.90 40.63 59.38 4 3.80 2.65 30.26 69.74 Rata-rata 2.89 1.94 31.97 68.03 7 20 Mei

2010 1 1.90 1.30 31.58 68.42

2 2.70 1.85 31.48 68.52 3 1.65 1.15 30.30 69.70 4 2.3 1.50 34.78 65.22 Rata-rata 2.14 1.45 32.04 67.96 8 21 Mei

2010 1 2.95 1.70 42.37 57.63

2 2.45 1.45 40.82 59.18 3 2.65 2.00 24.53 75.47 4 2.70 2.15 20.37 79.63 Rata-rata 2.69 1.83 32.02 67.98

Rata-rata total 3.04 2.13 30.34 69.66 Sumber : Hasil Pengamatan

Page 79: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

64

Persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi pakchoi baby

dari lahan mitra tani disajikan pada Tabel 15. Pengamatan persentase hasil panen

yang dapat dipasarkan hanya dilakukan satu kali di lahan salah seorang mitra tani

yang berlokasi sekitar 2 km dari divisi pengemasan PT. Saung Mirwan.

Persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada pakchoi baby diperoleh dari

4 bedengan dengan pengambilan sampel 1 m2 tiap bedengan.

Tabel 15. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Mitra Tani

No Nama Petani Bedengan

Bobot Kotor (kg)

Bobot Bersih yang

Dipasarkan (kg)

Kehilangan Bobot (%)

Persentase yang Dapat Dipasarkan

(%) 1 Yusuf

Solihin 1 2.00 1.82 9.00 91.00

2 2.00 1.80 10.00 90.00 3 1.80 1.65 8.33 91.67 4 3.50 3.38 3.43 96.57 Rata-rata 2.33 2.16 7.69 92.31

Sumber : Hasil Pengamatan Tanggal 26 Juli 2010 Persentase hasil panen mitra tani yang dapat dipasarkan berkisar antara

90-96 %. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di mitra tani

hanya membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi saat

panen di lahan hanya dalam jumlah kecil. Petani hanya membuang daun tua agar

tidak mengurangi bobot yang dikirim ke divisi pengemasan. Hal ini dikarenakan

akan dilakukan trimming dan sortasi kembali di bagian penerimaan sayur

PT. Saung Mirwan. Trimming dilakukan untuk membuang daun-daun yang rusak

selama pengangkutan dari lahan mitra tani. Kerusakan yang terjadi selama proses

pengangkutan menyebabkan kehilangan hasil (loss). Jika kegiatan trimming dan

sortasi yang dilakukan di lahan lebih teliti maka semakin mengurangi bobot yang

diterima bagian penerimaan, sehingga jumlah pembayaran yang diterima semakin

sedikit. Pengambilan sampel yang dilakukan hanya sekali dan hanya pada satu

orang petani mengakibatkan kesulitan dalam membandingkan nilai persentase

hasil panen yang dapat dipasarkan.

Kehilangan hasil (loss) dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam hal

ketersediaan (availability), jumlah yang dapat dimakan (edibility), yang akhirnya

Page 80: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

65

dapat menyebabkan bahan tersebut tidak dapat dikonsumsi (Muchtadi dan

Anjarsari, 1996). Kehilangan hasil pada sayuran di PT. Saung Mirwan terdiri atas

sayuran yang busuk, berlubang, tidak sesuai standar penerimaan, rompesan dari

trimming, dan pecah (sayuran buah). Kehilangan hasil ini sering disebut dengan

istilah broken stock (BS). Sayuran BS ini merupakan sayuran yang tidak layak

jual ke konsumen supermarket, restoran ataupun hotel. Biasanya sayuran BS ini

tidak dijual tetapi dibuang begitu saja karena sudah tidak memiliki nilai jual

menurut perusahaan.

Pengamatan kehilangan hasil harian pada komoditi pakchoi baby

dilakukan dengan pengumpulan data selama delapan kali. Kegiatan pengamatan

dilakukan dengan mengikuti proses pengemasan produk. Selama kegiatan

pengemasan dilakukan sortasi dan trimming kembali terhadap semua komoditi

pakchoi baby yang masuk melalui bagian penerimaan sayur. Jumlah sayuran yang

masuk telah ditimbang terlebih dahulu dan dilakukan pencatatan di bagian

penerimaan tersebut. Pakchoi baby yang termasuk dalam kriteria BS dan

rompesan hasil dari trimming (Gambar 25a) dipisahkan ke dalam kontainer plastik

(Gambar 25b) yang selanjutnya ditimbang untuk mengetahui bobot yang ditolak,

sehingga diketahui bobot bersih yang diterima oleh divisi pengemasan.

(a) (b)

Gambar 25. Kegiatan Trimming dan Sortasi pada Pakchoi Baby : (a) Rompesan Pakchoi Baby, (b) Pakchoi Baby BS (Tidak Layak Jual)

 

Pakchoi baby yang berasal dari mitra tani dan mitra beli, produk BS dan

rompesannya dikembalikan kepada pengirimnya. Biasanya produk BS tersebut

dijual ke pasar lokal, dengan harga jual lebih murah dibandingkan di PT. Saung

Mirwan. Begitu pula untuk pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi,

Page 81: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

66

produk BSnya yang hanya berlubang sedikit masih dapat dijual ke pasar lokal

melalui divisi pengemasan, sedangkan yang sudah tidak layak jual dibuang.

Tabel 16. Kehilangan Hasil Harian pada Pakchoi Baby saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan

No Tanggal Asal Sayur Penerimaan (kg)

BS (Broken Stock) (kg)

Kehilangan Hasil (%) Keterangan

1 15 April 2010

Lokasi BRC 24 3 12.50 Trimming Lokasi BLN 37 6 16.22 BS dan

trimming 2 19 April

2010 Lokasi BLN 105 13 12.38 BS dan

trimmingMitra Tani 70 43 61.43 BS dan

trimming3 29 April

2010 Lokasi BXC 53 22 41.51 BS dan

trimmingLokasi BLN 45 9.5 21.11 BS dan

trimming Mitra Tani 35 6 17.14 BS dan

trimming 4 4 Mei

2010 Mitra Tani 20 5 25.00 BS Lokasi BXC 196 30 15.31 BS Lokasi BLN 15 2 13.33 Ulat

5 4 Mei 2010

Mitra Beli 20 0 0.00 Mitra Tani 105 43 40.95 BS dan

trimmingMitra Tani 14 14 100.00 Ulat Mitra Tani 21 10 47.62 BS dan

trimming6 9 Juni

2010 Mitra Beli 31 0 0.00 Lokasi BLN 146 26 17.81 BS

7 16 Juni 2010

Lokasi BLN 19 0 0.00 Mitra Tani 115 36 31.30 BS dan

trimming Lokasi BXC 106 0 0.00

8 22 Juni 2010

Mitra Tani 38 18 47.37 BS dan trimming

Mitra Tani 76 31 40.79 BS dan trimming

Mitra Tani 80 24 30.00 BS dan trimming

Sumber : Bagian Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan

Page 82: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

67

Kehilangan hasil harian pada komoditi pakchoi baby selama proses

pengemasan disajikan pada Tabel 16. Kehilangan hasil pakchoi baby yang berasal

dari bidang produksi 0-41 %, mitra tani 17-100 %, dan mitra beli 0 %. Tingkat

kehilangan hasil pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi selama proses

pengemasan lebih rendah dibandingkan yang berasal dari mitra tani. Hal itu

disebabkan karena kegiatan trimming dan sortasi saat panen di lahan bagian

produksi lebih teliti dibanding yang dilakukan oleh mitra tani. Tingkat kehilangan

hasil pada pakchoi baby yang berasal dari mitra tani dapat mencapai 100 %

disebabkan karena tidak adanya kegiatan sortasi saat panen di lahan, sehingga

sayuran yang tidak memenuhi kriteria standar penerimaan sayur PT. Saung

Mirwan tersebut ditolak dan dikembalikan kepada petani.

Selain itu, tingkat kehilangan hasil pakchoi baby yang tinggi dari mitra

tani disebabkan karena lokasi lahan petani memiliki jarak cukup yang jauh dari

divisi pengemasan PT. Saung Mirwan, yaitu lebih dari 2 km. Hal tersebut

mengakibatkan tingginya risiko kerusakan selama proses pengangkutan

dibandingkan dari lahan bidang produksi yang hanya berjarak sekitar 200 m.

Pakchoi baby yang berasal dari mitra beli tidak mengalami kehilangan

hasil, yang berarti tingkat kehilangan hasilnya mencapai 0 %. Hal tersebut

disebabkan karena jumlah sayuran yang dipesan kepada pengumpul (mitra beli)

hanya sejumlah kekurangan untuk memenuhi pemesanan dari konsumen. Oleh

karena itu mitra beli hanya mengirimkan sayuran yang sesuai dengan standar

penerimaan dan telah dilakukan trimming dan sortasi yang lebih teliti agar jumlah

yang diterima oleh PT. Saung Mirwan sesuai dengan jumlah pemesanannya,

sehingga mampu untuk mencukupi pemesanan dari konsumen.

Pengamatan kehilangan hasil harian pada komoditi tomat cherry dilakukan

dengan pengumpulan data selama delapan kali. Kegiatan pengamatan dilakukan

dengan mengikuti proses pengemasan produk. Selama kegiatan pengemasan

dilakukan sortasi terhadap semua komoditi tomat cherry yang masuk melalui

bagian penerimaan sayur. Jumlah tomat cherry yang masuk telah ditimbang

terlebih dahulu dan dilakukan pencatatan di bagian penerimaan tersebut. Tomat

cherry yang termasuk dalam kriteria BS seperti pecah, memar, dan tidak sesuai

ukuran dipisahkan ke dalam kontainer plastik yang selanjutnya ditimbang untuk

Page 83: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

68

mengetahui bobot yang ditolak, sehingga diketahui bobot bersih yang diterima

oleh divisi pengemasan. Tomat cherry yang masuk dalam kriteria BS dapat dilihat

pada Gambar 27. Pada saat pengamatan dilakukan tomat cherry yang ada hanya

berasal dari bidang produksi, sehingga tidak diperoleh data kehilangan hasil saat

pengemasan untuk tomat cherry yang berasal dari mitra tani dan mitra beli.

Gambar 26. Tomat Cherry yang Pecah dan Busuk

Kehilangan hasil harian pada komoditi tomat cherry saat pengemasan

disajikan pada Tabel 17. Tingkat kehilangan hasil yang terjadi berkisar antara

0-16 %. Rendahnya tingkat kehilangan hasil ini disebabkan karena hasil panen

dari bidang produksi memiliki mutu yang baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh

produk yang menjadi BS disebabkan oleh ukuran buah yang tidak sesuai dengan

standar penerimaan dan buah memar yang biasanya terjadi saat pengangkutan,

bukan karena buah tomat yang busuk atau rusak karena hama dan penyakit. Mutu

buah yang baik diperoleh dari proses budidaya yang baik, nutrisi yang mencukupi,

dan rendahnya tingkat serangan hama dan penyakit yang dapat merusak buah.

Kondisi tersebut mengakibatkan hasil panen yang ditolak oleh bagian pengemasan

hanya dalam jumlah kecil. Tomat cherry yang menjadi BS biasanya dibuang

karena buah yang memar menjadi terlalu lembek sehingga sudah tidak layak

untuk dikonsumsi.

Page 84: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

69

Tabel 17. Kehilangan Hasil Harian pada Tomat Cherry saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan

No Tanggal Asal Sayur Penerimaan (kg)

BS (Broken Stock) (kg)

Kehilangan Hasil (%) Keterangan

1 6 April 2010

Kebun Cipanas 60 1 1.67 Memar Lokasi BPT 9 0.5 5.56 Memar

2 8 April 2010

Kebun Cipanas 37 0 0.00 Lokasi BPT 9 0.5 5.56 Ukuran

tidak sesuai dan memar

3 13 April 2010

Kebun Cipanas 27 1 3.70 Ukuran tidak sesuai dan memar

Lokasi BPT 6 1 16.67 Ukuran tidak sesuai dan memar

4 19 April 2010

Kebun Cipanas 52 1 1.92 Ukuran tidak sesuai dan memar

Lokasi BPT 22 2 9.09 Ukuran tidak sesuai dan memar

5 1 Mei 2010

Kebun Cipanas 26 1 3.85 Memar Lokasi BPT 9 1 11.11 Ukuran

tidak sesuai dan memar

6 6 Mei 2010

Kebun Cipanas 24 1 4.17 Ukuran tidak sesuai dan bercak hitam

Lokasi BPT 5 0 0.00 7 12 Mei

2010 Kebun Cipanas 36 0 0.00 Lokasi BPT 6 0 0.00

8 29 Mei 2010

Kebun Cipanas 52 2 3.85 Ukuran tidak sesuai dan memar

Lokasi BPT 4 0 0.00 Sumber : Bagian Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan

Page 85: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

70

Volume produksi komoditi pakchoi baby di PT. Saung Mirwan periode

Januari-Juni 2010 disajikan pada Tabel 18. Volume produksi komoditi pakchoi

baby yang tertinggi terjadi pada Maret 2010 yaitu 4 124 kg dan terendah pada Juni

2010 yaitu 1 706.5 kg. Volume produksi pakchoi baby pada Maret 2010 sebagian

besar dihasilkan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan yaitu sebesar 75.49 %.

Namun, pada saat volume produksi rendah, pakchoi baby yang dihasilkan pun

sebagian besar tetap dihasilkan dari bidang produksi PT. Saung Mirwan, yaitu

sebesar 75.36 %.

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa volume produksi pakchoi baby

di PT. Saung Mirwan sebagian besar dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri

dengan rata-rata persentase produksi sebesar 63.24 % selama periode Januari-Juni

2010. Rata-rata persentase produksi dari mitra tani hanya sebesar 34.65 %,

sedangkan mitra beli hanya sebagian kecil saja, yaitu 2.11 %. Hal tersebut

disebabkan karena program penanaman pakchoi baby lebih banyak dilakukan di

lahan bidang produksi dibandingkan mitra tani, sedangkan pakchoi baby dari

mitra beli hanya dibutuhkan jika terdapat kekurangan untuk memenuhi pemesanan

dari konsumen, sehingga bagian pengadaan sayur yang berperan mencarinya ke

mitra beli.

Divisi pengemasan PT. Saung Mirwan mencatat semua jumlah sayuran BS

(broken stock) selama penanganan pasca panen, sehingga diperoleh data BS beli,

BS panen, BS cool room, BS pengembalian, dan BS trimming. BS beli merupakan

jumlah sayuran baik berasal dari mitra tani maupun mitra beli yang tidak

memenuhi standar penerimaan ataupun rusak selama proses pengangkutan ke

divisi pengemasan. BS panen merupakan jumlah sayuran yang berasal dari bidang

produksi yang tidak memenuhi standar penerimaan ataupun rusak selama proses

pengangkutan ke divisi pengemasan. BS pengembalian merupakan jumlah sayuran

yang dikembalikan setelah sayuran dikirim ke konsumen karena tidak memenuhi

persyaratan dari konsumen tersebut atau mengalami kerusakan selama

pengangkutan ke konsumen. BS cool room merupakan jumlah sayuran yang rusak

selama penyimpanan di dalam cool room. BS trimming merupakan jumlah

rompesan sayuran saat dilakukan trimming terutama pada sayuran daun, baik

sayuran yang berasal dari bidang produksi, mitra tani maupun mitra beli.

Page 86: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

71

Kehilangan hasil komoditi pakchoi baby selama periode Januari-Juni 2010

disajikan pada Tabel 19. Kehilangan hasil pakchoi baby selama penanganan pasca

panen berkisar antara 29-39 %. Sebagian besar jumlah kehilangan hasil

disebabkan oleh adanya BS trimming. BS trimming yang tertinggi terjadi pada

Januari 2010. Jika dilihat dari Tabel 18 maka terlihat bahwa pada bulan tersebut

sebagian besar pakchoi baby dihasilkan dari mitra tani. Oleh karena itu, jumlah

rompesan yang dihasilkan saat trimming akan semakin banyak. Hal tersebut

disebabkan karena penanganan pasca panen yang dilakukan oleh mitra tani kurang

teliti dan tingginya curah hujan pada bulan Januari 2010 yang menyebabkan

sayuran di lahan petani menjadi kurang baik karena sebagian besar mitra tani

melakukan penanaman pakchoi baby di lahan luar. Kondisi tersebut juga memicu

pertumbuhan hama dan penyakit, sehingga pakchoi yang dihasilkan tidak sesuai

dengan yang diharapkan.

Tabel 18. Produksi Komoditi Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010

Periode Volume Produksi (kg) Total

Produksi (kg)

Persentase (%)

Bid. Produksi

Mitra Tani

Mitra Beli

Bid. Produksi

Mitra Tani

Mitra Beli

Januari 928.0 2 852.0 10.5 3 790.5 24.48 75.24 0.28

Februari 1 972.0 908.5 96.5 2 977.0 66.24 30.52 3.24

Maret 3 151.0 910.5 112.5 4 174.0 75.49 21.81 2.70

April 3 892.0 220.5 12.0 4 124.5 94.36 5.35 0.29

Mei 1 129.0 1 439.5 26.0 2 594.5 43.52 55.48 1.00

Juni 1 286.0 332.5 88.0 1 706.5 75.36 19.48 5.16

Rata-rata 63.24 34.65 2.11Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan

Page 87: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

72

Tabel 19. Kehilangan Hasil pada Pakchoi Baby di Divisi Pengemasan PT.Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010

Periode Volume Produksi (kg)

BS (Broken Stock) (kg) Persentase Kehilangan Hasil (%) Beli Panen Cool room Pengembalian Trimming Total BS

Januari 3 790.5 28.0 340.0 77.0 69.0 758.0 1 272.0 33.56

Februari 2 977.0 5.0 200.0 - 41.8 674.0 920.8 30.93

Maret 4 174.0 - 641.5 14.0 28.1 604.5 1 288.1 30.86

April 4 124.5 - 582.5 14.0 59.7 561.0 1 217.2 29.51

Mei 2594.5 - 165.0 155.0 111.0 591.0 1 022.0 39.39

Juni 1 706.5 - 192.0 27.0 41.9 415.0 675.9 39.61

Persentase rata-rata (%) 0.52 33.16 4.49 5.50 56.34 33.98 Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan

Page 88: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

73

Volume produksi komoditi tomat cherry di PT. Saung Mirwan periode

Januari-Juni 2010 disajikan pada Tabel 20. Volume produksi tomat cherry

tertinggi dihasilkan pada Maret 2010 yaitu 1 437 kg dan terendah pada Januari

2010 yaitu 375.5 kg. Volume produksi pada Maret 2010 sebagian besar dihasilkan

dari bidang produksi yaitu sebesar 67.43 % (969 kg). Pada bulan itu mitra tani

juga turut berperan banyak dalam memproduksi tomat cherry yaitu sebanyak

388 kg, sehingga volume produksi pada Maret 2010 mencapai volume tertinggi

pada periode Januari-Juni 2010. Rendahnya volume produksi pada Januari 2010

disebabkan karena jumlah tanaman yang berproduksi sedikit dengan produktivitas

yang telah menurun karena tanaman yang sudah tua dan sedang dilakukan

penanaman baru di lahan produksi. Pada bulan tersebut mitra tani tidak berperan

dalam memproduksi tomat cherry. Tomat cherry yang diperoleh dari mitra beli

juga dalam jumlah kecil, sehingga volume produksinya sangat rendah.

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa volume produksi tomat cherry

di PT. Saung Mirwan sebagian besar dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri

dengan persentase produksi rata-rata sebesar 85.39 % selama periode Januari-Juni

2010. Rata-rata persentase produksi dari mitra tani dan mitra beli selama periode

tersebut hampir seimbang, yaitu masing-masing sebesar 7.36 % dari mitra tani dan

7.25 % dari mitra beli. Pada Juni 2010 keseluruhan produksi tomat cherry hanya

dihasilkan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan. Hal itu disebabkan oleh

sudah tidak ada mitra tani yang menanam tomat cherry dan rendahnya pemesanan

dari konsumen (Tabel 23) sehingga bagian pengadaan sayur tidak memesan tomat

cherry kepada mitra beli.

Kehilangan hasil komoditi tomat cherry selama penanganan pasca panen

pada periode Januari-Juni 2010 disajikan pada Tabel 21. Tingkat kehilangan hasil

tomat cherry yang tertinggi terjadi pada Juni 2010 yaitu sebesar 60.79 %. Hal itu

disebabkan oleh banyaknya jumlah BS cool room selama penyimpanan pada bulan

itu. BS cool room yang terjadi pada tomat cherry biasanya mengakibatkan buah

menjadi lunak dan busuk.

Page 89: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

74

Tabel 20. Produksi Komoditi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010

Periode Volume Produksi (kg) Total Produksi

(kg) Persentase (%)

Bid. Produksi Mitra Tani Mitra Beli Bid. Produksi Mitra Tani Mitra Beli Januari 337.5 - 38.0 375.5 89.88 - 10.12 Februari 379.5 42.0 139.0 560.5 67.71 7.49 24.80 Maret 969.0 388.0 80.0 1 437.0 67.43 27.00 5.57 April 1 057.0 111.5 36.0 1 204.5 87.75 9.26 2.99 Mei 1 157.0 5.0 - 1 162.0 99.57 0.43 - Juni 874.0 - - 874.0 100.00 - -

Rata-rata 85.39 7.36 7.25 Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan

Tabel 21. Kehilangan Hasil pada Tomat Cherry di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010

Periode Volume Produksi (kg)

BS (Broken Stock) (kg) Persentase Kehilangan Hasil (%) Beli Panen Cool room Pengembalian Trimming Total BS

Januari 375.5 - 0.5 - 3.3 0.5 4.3 1.13 Februari 560.5 - 2.0 1.5 6.6 - 10.1 1.80 Maret 1 437.0 - 12.5 54.0 29.0 5.0 100.5 6.99 April 1 204.5 - 20.5 90.0 15.0 3.0 128.5 10.67 Mei 1 162.0 - 10.0 47.0 45.0 1.0 103.0 8.86 Juni 874.0 - 23.0 494.0 14.3 - 531.3 60.79 Persentase rata-rata (%) 0 7.80 78.22 12.89 1.08 15.04

Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan

Page 90: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

75

Faktor yang menyebabkan buah tomat menjadi BS adalah kerusakan

akibat pendinginan (chilling injury) dan produksi panen yang melebihi target

penjualan sehingga produk tersebut tertahan lama di dalam cool room dikarenakan

tidak terjual. Menurut Pantastico et. al. (1986) kerusakan akibat pendinginan

dapat menyebabkan banyak komoditi tidak mungkin disimpan pada suhu yang

seharusnya dapat memperpanjang umur simpannya. Gejala kerusakan akibat

pendinginan pada tomat ditunjukkan dengan buah tampak seperti basah karena

dicelup ke dalam air. Hal tersebut dapat dilihat pada komoditi tomat cherry yang

telah disimpan di dalam cool room divisi pengemasan PT. Saung Mirwan. Cook

dalam Pantastico et. al. (1986) menyatakan bahwa tomat matang dapat disimpan

selama 42 hari pada suhu 0 ºC dengan kehilangan karena pembusukan hanya

sebesar 3 % saja. Tomat yang matang masih dapat dimakan dan berwarna baik,

namun lunak. Kondisi buah yang lunak tersebut menyebabkan tomat menjadi BS,

sehingga sudah tidak layak untuk dipasarkan.

Selain itu, tomat termasuk dalam kelompok buah klimakterik. Pada buah-

buahan klimakterik, laju respirasi meningkat dengan tajam selama periode

pematangan dan pada awal penuaan (Zulkarnain, 2009). Menurut Kader (1992)

tomat termasuk dalam komoditi hortikultura yang memiliki laju respirasi dalam

kelas sedang, yaitu berkisar 10-20 ml CO2/kg-jam pada suhu 5 ºC (41 ºF).

Semakin tinggi laju respirasi maka akan mengurangi umur simpan produk. Salah

satu faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah etilen. Etilen dapat

menginduksi peningkatan respirasi klimakterik, sehingga buah yang matang

disimpan bersama-sama dengan buah yang belum matang mengakibatkan buah-

buah yang belum matang akan menjadi matang lebih cepat bila dibandingkan

tanpa kehadiran buah matang. Oleh karena itulah selama penyimpanan di dalam

cool room, tomat cherry mengalami pematangan buah yang juga disertai dengan

pelunakan buah, sehingga buah yang terlalu lama disimpan di dalam cool room

menjadi BS.

Page 91: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

PEMASARAN

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus

dilakukan oleh pengusaha termasuk pengusaha tani (agribusinessman) dalam

usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (survival), untuk

mendapatkan laba, dan untuk berkembang. Menurut Sa’id dan Intan (2001)

pemasaran pertanian dapat didefinisikan sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang

ditujukan untuk memberi kepuasan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang

pertanian dari barang atau jasa yang dipertukarkan, baik input maupun produk

pertanian.

Bisnis sayuran memiliki tiga pendukung yang memegang peranan penting

pada sistem distribusinya, yaitu konsumen, petani/produsen sayuran, dan

pengusaha perantara. Konsumen adalah pembeli terakhir suatu produksi sayuran.

Pengusaha produsen sayuran adalah pengusaha (orang yang menanamkan modal)

yang langsung berhubungan langsung dengan proses produksi sayuran. Pengusaha

perantara sayuran adalah pengusaha yang tidak berhubungan langsung dengan

proses produksi sayuran, melainkan sebagai penyalur produksi sayuran. Beberapa

pengusaha perantara sayuran adalah : (1) pedagang pengumpul, yaitu pedagang

yang mengumpulkan komoditi pertanian dari petani kemudian menjualnya

kembali dalam partai besar kepada orang lain; (2) pedagang besar, yaitu pedagang

yang membeli komoditi pertanian dari pedagang pengumpul atau langsung dari

petani serta menjual kembali kepada pedagang pengecer atau pedagang lainnya

dan kepada pembeli untuk industri; (3) pedagang pengecer, yaitu pedagang yang

menjual komoditi pertanian kepada konsumen dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen (Rahardi, 2001).

Jalur pemasaran sayuran pakchoi baby dan tomat cherry di divisi

penjualan sayur PT. Saung Mirwan melalui dua jalur. Jalur pertama yaitu sayuran

dari mitra tani dijual langsung ke PT. Saung Mirwan kemudian dipasarkan ke

supermarket, restoran, atau hotel. Jalur kedua yaitu petani menjual sayuran ke

mitra beli (pengumpul) yang kemudian dijual ke PT. Saung Mirwan lalu

dipasarkan ke supermarket, restoran, atau hotel. Skema jalur pemasaran sayuran

Page 92: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

77

pakchoi baby dan tomat cherry di PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada

Gambar 28.

 

Gambar 27. Skema Jalur Pemasaran Sayuran di PT. Saung Mirwan Berdasarkan skema jalur pemasaran tersebut diketahui bahwa PT. Saung

Mirwan berperan sebagai produsen sayuran sekaligus sebagai pedagang besar.

PT. Saung Mirwan berperan sebagai produsen karena memproduksi sebagian dari

komoditi yang dijual, sedangkan berperan sebagai pedagang besar karena

membeli komoditi sayuran dari petani (mitra tani) dan pedagang pengumpul

(mitra beli) yang kemudian menjualnya kembali kepada pedagang pengecer

(supermarket) dan kepada pembeli komersil (restoran dan hotel).

Divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan hanya mengirimkan sayuran

sesuai dengan jumlah pesanan dari pelanggan (konsumen), namun jumlah tersebut

disesuaikan lagi dengan ketersediaan produk di divisi pengemasan. Kerusakan

produk yang terjadi selama proses distribusi menjadi tanggung jawab perusahaan,

sehingga produk tersebut dikembalikan lagi ke perusahaan.

Petani

Mitra Tani Mitra Beli

PT. Saung Mirwan

Supermarket, Restoran, dan Hotel

Konsumen

Bidang Produksi PT.

Saung Mirwan

Page 93: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

78

Volume Pemesanan dan Volume Penjualan

Divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan belum dapat memenuhi seluruh

jumlah permintaan sayuran pakchoi baby dari pihak konsumen selama periode

Januari hingga Juni 2010. Volume penjualan sayuran pakchoi baby selama

periode tersebut selalu lebih rendah dibandingkan volume pemesanannya. Hal

tersebut dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Pakchoi

Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010

Periode Volume Pemesanan Volume Penjualan Persentase Penjualan (%)

…...…kg……… Januari 2 770.0 2 384.0 86.06 Februari 2 666.0 2 056.0 77.12 Maret 3 258.0 2 332.0 71.58 April 3 021.0 2 624.0 86.86 Mei 2 549.0 1 815.0 71.20 Juni 2 716.0 1 343.0 49.45

Total 16 980.0 12 554.0 73.93 Sumber :Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan Persentase penjualan komoditi pakchoi baby selama periode tersebut

hanya mampu memenuhi pemesanan dari konsumen sebesar 73.93 % dengan

volume penjualan sekitar 81 kg per hari. Persentase penjualan tertinggi terjadi

pada April 2010 yaitu sebesar 86.86 %. Pada bulan tersebut sebenarnya volume

produksi melebihi volume pemesanan dari konsumen tetapi karena tingginya

tingkat kehilangan hasil mengakibatkan jumlah produk yang tersedia tidak

mencukupi permintaan tersebut. Persentase penjualan terendah terjadi pada Juni

2010 yaitu sebesar 49.45 %. Hal itu terjadi karena produksi pada bulan tersebut

sangat rendah dan tingkat kehilangan hasil yang terjadi pun tinggi, sehingga tidak

dapat memenuhi permintaan dari konsumen.

Divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan juga belum dapat memenuhi

seluruh jumlah permintaan tomat cherry dari pihak konsumen selama periode

Januari hingga Juni 2010. Volume penjualan tomat cherry selama periode tersebut

Page 94: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

79

selalu lebih rendah dibandingkan volume pemesanannya. Hal tersebut dilihat pada

Tabel 23.

Tabel 23. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Tomat

Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010

Periode Volume Pemesanan Volume Penjualan Persentase Penjualan (%)

…...…kg……… Januari 1 857.0 362.0 19.49 Februari 1 612.0 551.0 34.18 Maret 1 510.0 1 281.0 84.83 April 1 464.0 1 087.0 74.25 Mei 1 179.0 832.0 70.57 Juni 539.0 510.0 94.62

Total 8 161.0 4 623.0 56.65 Sumber :Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan Persentase penjualan komoditi tomat cherry selama periode tersebut hanya

mampu memenuhi pemesanan dari konsumen sebesar 56.65 % atau hanya sekitar

setengah dari volume pemesanan selama periode tersebut dengan volume

penjualan sekitar 29 kg per hari. Persentase penjualan tertinggi terjadi pada Juni

2010 yaitu sebesar 94.62 %. Pada bulan tersebut sebenarnya volume produksi

melebihi volume pemesanan dari konsumen tetapi karena tingginya tingkat

kehilangan hasil mengakibatkan jumlah produk yang tersedia tidak mencukupi

permintaan tersebut. Selain itu terdapat penurunan volume pemesanan dari bulan

sebelumnya hingga setengahnya. Hal tersebut disebabkan adanya kenaikan harga

tomat cherry hingga mencapai Rp. 27 000 per kg dari divisi penjualan sayur PT.

Saung Mirwan, sehingga jumlah permintaan tomat cherry menjadi menurun.

Persentase penjualan terendah terjadi pada Januari 2010 yaitu sebesar 19.49 %.

Hal itu terjadi karena produksi pada bulan tersebut sangat rendah.

Sistem Penjualan dan Pembayaran Sistem penjualan yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan ialah sistem

penjualan putus. Sistem penjualan putus ini berarti PT. Saung Mirwan

mengirimkan produk sayuran ke konsumen, baik supermarket, restoran, maupun

Page 95: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

80

hotel, hanya sesuai dengan jumlah pemesanan dari pihak konsumen tersebut.

Setelah sayuran yang dikirim sampai di konsumen, mereka akan melakukan

pengecekan, penyeleksian, dan penimbangan ulang sesuai dengan pemesanan

mereka. Pihak konsumen melakukan sortasi terhadap produk yang diterima sesuai

dengan standar permintaan mereka. Sayuran yang tidak memenuhi standar

permintaan atau rusak selama proses pengangkutan dikembalikan langsung

kepada PT. Saung Mirwan. Jumlah pembayaran yang akan dibayar hanya sayuran

yang diterima saja, sehingga jumlah yang harus dibayarkan oleh pemesan sesuai

yang tertulis di faktur penjualan harus dikurangi dengan jumlah sayuran yang

ditolak jika ada pengembalian dari konsumen. Sistem pembayaran yang dilakukan

dengan cara transfer. Sistem pembayaran yang dilakukan masing-masing

konsumen berbeda-beda sesuai perjanjiannya, yaitu ada yang melakukan

pembayaran 14 hari sekali dan sebulan sekali. Namun, tidak semua konsumen

selalu tepat melakukan pembayaran sesuai dengan jadwal pembayaran mereka,

karena terkadang terdapat keterlambatan pembayaran oleh konsumen.

Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry Harga produk sayuran yang ditawarkan oleh PT. Saung Mirwan biasanya

tersedia dalam bentuk curah (ura) dan pack. Harga ura biasanya lebih murah

dibandingkan dengan harga pack, karena pack membutuhkan biaya pengemasan.

Konsumen yang biasanya memesan produk dalam bentuk ura adalah restoran dan

hotel, diantaranya adalah restoran cepat saji McDonald, Pizza Marzano, Burger

King, Domino Pizza, dan beberapa hotel di Jakarta. Konsumen yang memesan

dalam bentuk pack merupakan retail seperti Carrefour, Matahari (Foodmart dan

Hypermart), Hari-Hari Swalayan, Sogo, Super Indo, Yogya, Ranch Market, dan

Diamond. Harga produk pada masing-masing konsumen berbeda-beda

berdasarkan kesepakatan antara divisi penjualan sayur dan konsumen. Harga

penjualan dari divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan untuk komoditi pakchoi

baby berkisar antara Rp. 8 000-Rp 15 500 per kg, sedangkan untuk tomat cherry

berkisar antara Rp. 15 000-Rp 25 000 per kg.

PT. Saung Mirwan dalam menentukan harga berdasarkan pada informasi

harga dari perhitungan struktur biaya yang diperlukan untuk satu unit produk.

Page 96: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

81

Struktur biaya tersebut meliputi biaya produksi, biaya pengemasan, biaya

pemasaran, biaya distribusi, dan lain-lain. Faktor lain yang menentukan harga

suatu produk yaitu harga yang beredar di pasaran untuk produk sejenis. Harga

tersebut terkadang berubah setiap minggunya. PT. Saung Mirwan mengajukan

daftar harga sayuran yang akan dijual ke konsumen setiap minggunya untuk

mempermudah konsumen dalam mengetahui harga. Daftar harga tersebut akan

dinegosiasikan sehingga akan dicapai suatu tingkat harga yang disepakati bersama

selama satu minggu ke depan.

Harga pembelian produk kepada mitra tani telah disepakati sejak awal

perjanjian dimulai. Harga produk yang berlaku tersebut bersifat tetap. Perubahan

harga hanya terjadi apabila terjadi kenaikan biaya produksi di petani dan telah

disetujui oleh kedua pihak tersebut. Hal tersebut mengakibatkan banyak petani

yang ingin bermitra dengan PT. Saung Mirwan karena harga jual yang pasti

dibandingkan menjualnya ke pasar tradisional.

Tabel 24. Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di Saluran Pemasaran

PT. Saung Mirwan

Saluran Pemasaran Harga (Rp/kg)

Pakchoi Baby Tomat Cherry Bidang Produksi PT. Saung Mirwan 4 000 10 000 Mitra Tani 4 000 8 000 Petani 2 000 - Mitra Beli (Pengumpul) 4 000 8 500 Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan 13 000 21 500 Foodmart 16 950 27 500

Sumber :Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan Tabel 24 menunjukkan harga komoditi pakchoi baby dan tomat cherry

yang berbeda-beda di tiap-tiap saluran pemasaran. Harga pembelian pakchoi baby

dari bidang produksi, mitra tani, dan mitra beli berada pada tingkat harga yang

sama, sedangkan untuk tomat cherry pada tiap saluran pemasaran tersebut

memiliki harga yang berbeda-beda. Pada pakchoi baby harga terendah terdapat

pada petani yang menjual produk kepada mitra beli (pengumpul) yang kemudian

dijual lagi ke PT. Saung Mirwan. Pada tomat cherry harga tertinggi adalah harga

dari bidang produksi karena produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang paling

Page 97: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

82

baik diantara ketiganya. Harga yang terdapat pada divisi penjualan sayur sudah

termasuk biaya pengemasan, biaya distribusi, dan biaya pemasaran. Foodmart

merupakan salah satu konsumen PT. Saung Mirwan yang merupakan pengecer

sayuran kepada konsumen. Harga produk baik pakchoi baby maupun tomat cherry

paling tinggi adalah harga di saluran pemasaran Foodmart. Harga di Foodmart

tersebut sangat tinggi karena merupakan pasar dengan konsumen kelas menengah

ke atas.

Tata niaga sayuran yang terjadi di saluran pemasaran PT. Saung Mirwan

menunjukkan bahwa tata niaga sayuran tersebut masih kurang efisien, karena

kurang adilnya pembagian keuntungan. Hal ini terlihat dari sangat rendahnya

harga produk sayuran di tingkat pengusaha produsen sayuran, terutama pengusaha

sayuran skala kecil (petani). Menurut Rahardi et al. (2001) tata niaga dapat

dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen

dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan keuntungan yang adil

dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut

serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga.

Persentase Bagian yang Diterima oleh Petani (Farmer’s Share) Farmer’s share berkaitan dengan tingkat kesejahteraan petani. Seringkali

petani mendapatkan bagian keuntungan terkecil dari saluran pemasaran sayuran.

Hal itu disebabkan adanya keterbatasan petani dalam penanganan pasca panen dan

sedikitnya pengetahuan mereka di bidang pemasaran sayuran. Oleh karena itu,

perbedaan harga yang terdapat di tingkat petani dengan yang ada di tingkat retail

seperti supermarket sangat berbeda jauh.

Tabel 25. Farmer’s Share di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan

Saluran Pemasaran Farmer's Share

Pakchoi Baby Tomat Cherry

Bidang Produksi PT. Saung Mirwan 23.60 36.36 Mitra Tani 23.60 29.09 Petani 11.80 - Mitra Beli (Pengumpul) 23.60 30.91

Sumber : Hasil Pengamatan

Page 98: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

83

Tabel 25 menunjukkan persentase bagian yang diterima dari penjualan

pakchoi baby dan tomat cherry di saluran pemasaran PT. Saung Mirwan.

Persentase bagian yang diterima oleh bidang produksi, mitra tani, dan mitra beli

untuk komoditi pakchoi baby berada pada tingkat yang sama, yaitu 23.6 %.

Persentase terendah berada pada tingkat petani yang menjual pakchoi baby kepada

mitra beli yaitu sebesar 11.8 %, sehingga dapat dikatakan bahwa persentase

bagian yang diterima oleh mitra beli mencapai dua kali lipat dari petani.

Persentase bagian tertinggi dari penjualan tomat cherry diterima oleh bidang

produksi PT. Saung Mirwan, yaitu sebesar 36.36 %, sedangkan persentase bagian

terendah diterima oleh mitra tani, yaitu sebesar 29.09 %. Adanya marjin

pemasaran yang sangat tinggi di supermarket disebabkan karena biaya-biaya

seperti sewa gedung, ruang penyimpanan sayur, pajak, distribusi, dan biaya

lainnya dibebankan kepada konsumen.

Yulianti (2009) menyatakan bahwa harga penjualan di tingkat petani untuk

komoditi sayuran organik seperti wortel dan petsai di saluran pemasaran Yayasan

Bina Sarana Bakti (YBSB) tidak akan mengalami penurunan. Farmer’s share

yang diterima petani YBSB berkisar antara 1.9-13.5 %. Menurut Winata (2006)

Farmer’s Share di saluran pemasaran PD Pacet Segar yaitu 18.7 % untuk

komoditi brokoli dan 21.7 % untuk komoditi selada daun, sedangkan Farmer’s

Share di saluran pemasaran CV Putri Segar yaitu 22.5 % untuk komoditi brokoli

dan 21.2 % untuk komoditi selada daun. Sarumaha (2005) juga menyatakan

bahwa Farmer’s Share untuk komoditi wortel di saluran pemasaran Pacet Segar,

Taruna Mekar, dan YBSB berturut-turut yaitu 8.4 %, 27.1 %, dan 9 %.

Page 99: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

ANALISIS USAHA TANI Analisis kelayakan usaha tani merupakan perkiraan biaya (pengeluaran)

dan manfaat (penerimaan) dari suatu usaha pertanian yang dilakukan untuk

membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan apakah usaha

tersebut layak diusahakan dan mempunyai keuntungan yang layak. Biaya dan

manfaat yang telah diidentifikasi akan dibandingkan dan dinilai dalam bentuk

uang, sehingga dapat diketahui kelayakan suatu usaha dan perkiraan keuntungan

yang didapat. Kelayakan usaha tani dapat dilihat dari nilai NPV (Net Present

Value), R/C rasio (Revenue Cost Ratio), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), BEP

(Break Even Point). Suatu usaha dinyatakan layak jika nilai NPV ≥ 0,

R/C rasio > 1, Net B/C rasio > 0, dan jumlah produksi minimal yang dihasilkan

selama periode penanaman untuk mengembalikan modal usaha (BEP).

Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Luas yang digunakan baik untuk pakchoi baby dan tomat cherry adalah

1 000 m2.

2. Rata-rata produksi pakchoi baby di lahan mitra tani sebesar 1.8 kg/m2.

3. Rata-rata produksi pakchoi baby di PT. Saung Mirwan sebesar 2.13

kg/m2.

4. Populasi tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah 2 270

tanaman/1 000 m2 dengan rata-rata produksinya sebesar 2.5 kg/tanaman.

5. Periode tanaman pakchoi baby selama 6 minggu, edamame selama 13

minggu, dan tomat cherry selama 26 minggu.

6. Upah tenaga kerja di mitra tani adalah Rp 10 000 untuk 1 HOKW (Hari

Orang Kerja Wanita), Rp 17 500 untuk 1 HOKP (Hari Orang Kerja Pria),

dan Rp 25 000 untuk upah panen

7. Upah tenaga kerja di PT. Saung Mirwan adalah Rp 13 500 untuk

1 HOKW (Hari Orang Kerja Wanita) dan Rp 19 000 untuk 1 HOKP (Hari

Orang Kerja Pria).

8. Tingkat suku bunga tidak diperhitungkan.

9. Harga yang digunakan dalam analisis ini berdasarkan harga pada tahun

2010.

Page 100: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

85

Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby yang Ditumpangsarikan dengan Edamame (Mitra Tani)

A. Biaya Variabel

1. Benih pakchoi (200 g x Rp 30 000/100 g) Rp 60 000

2. Benih edamame (10 kg x Rp 35 000/kg ) Rp 350 000

3. Pupuk kandang (20 karung x Rp 7 000/karung) Rp 140 000

4. Pupuk urea (50 kg x Rp 1 600/kg) Rp 80 000

5. Pupuk NPK majemuk (45 kg x Rp 3 500/kg) Rp 157 500

6. Pestisida :

• Decis (1 000 ml x Rp 18 000/100 ml) Rp 180 000

• Propil (500 ml x Rp 18 000/100 ml) Rp 90 000

• Dithane (1 250 g x Rp 24 000/250 g) Rp 120 000

• Antracol (1 250 g x Rp 24 000/250 g) Rp 120 000

• Furadan (2.5 kg x Rp 24 000/2 kg ) Rp 30 000

7. Pupuk Daun (Gandasil D) (1 000 g x Rp 7 000/100 g) Rp 70 000

8. Perekat (Agristic) (1 000 ml x Rp 40 000/1 000 ml) Rp 40 000 Total Biaya Variabel Rp 1 437 500 B. Biaya Tetap

1. Sewa lahan (1 000 m2 x Rp 2 167/m2) Rp 2 167 000

2. Tenaga kerja :

• Pengolahan (10 orang x 4 hari x Rp 17 500/HOKP) Rp 700 000

• Penanaman (15 orang x 2 hari x Rp 10 000/HOKW) Rp 300 000

• Penyiangan (3 orang x 10 hari x Rp 10 000/HOKW) Rp 300 000

• Penyemprotan (5 orang x 2 hari x Rp 17 500/HOKP) Rp 175 000

• Pemanenan (15 orang x 2 hari x Rp 25 000/HOKP) Rp 750 000 Total Biaya Tetap Rp 4 392 000 C. Biaya Lain-lain

Transportasi (10 % x (A+B)) Rp 582 950

Total Biaya per Periode Rp 6 412 450

Page 101: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

86

• Total penerimaan produksi pakchoi baby dan edamame per periode oleh mitra tani :

Penerimaan = (1 000 m2 x 1.8 kg/m2 x Rp 4 000/kg pakchoi baby) +

(600 kg x Rp 6 500/kg edamame)

= Rp 11 100 000

• NPV = Penerimaan – Biaya usaha tani pakchoi baby per periode

= Rp 11 100 000 – Rp 6 412 450

= Rp 4 687 550 (NPV ≥ 0)

Artinya, kegiatan usaha tani pakchoi baby yang dilakukan oleh mitra tani

tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp 4 687 550 per periode.

• R/C Rasio = Penerimaan : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode

= Rp 11 100 000 : Rp 6 412 450

= 1.73 (R/C rasio > 1)

Artinya, setiap penambahan satu satuan biaya akan meningkatkan

penerimaan sebanyak 1.73 satuan.

• Net B/C Rasio = NPV : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode

= Rp 4 687 550 : Rp 6 412 450

= 0.73 (B/C rasio > 0)

Artinya, setiap menambahkan 1 satuan biaya akan mendapatkan manfaat

sebanyak 0.73.

• BEP pakchoi baby = Total biaya per periode : harga per kg

= Rp 6 412 450 : Rp 4 000

= 1 604 kg

BEP edamame = Total biaya per periode : harga per kg

= Rp 6 412 450 : Rp 6 500

= 987 kg

Artinya, untuk mendapatkan modal kembali harus dijual sebanyak 1 604

kg pakchoi baby atau 987 kg edamame oleh mitra tani.

Page 102: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

87

Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (PT. Saung Mirwan) A. Biaya Variabel

1. Benih (400 g x Rp 23 750/100 g) Rp 95 000

2. Pupuk kambing (183.5 karung x Rp 4 000/karung) Rp 734 000

3. Pupuk ayam (27.5 karung x Rp 7 000/karung) Rp 192 500

4. Pupuk urea (50 kg x Rp 1 400/kg) Rp 70 000

5. Pupuk TSP (100 kg x Rp 1 200/kg) Rp 120 000

6. Pestisida Rp 340 000

7. Material produksi lain (bensin) Rp 45 000 Total Biaya Variabel Rp 1 596 500 B. Biaya Tetap

1. Sewa lahan greenhouse (1 000 m2 x Rp 1 385/m2) Rp 1 385 000

2. Tenaga kerja :

• Pengolahan (2 orang x 5 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 190 000

• Penanaman (15 orang x 2 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 405 000

• Penyiangan (3 orang x 10 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 405 000

• Penyemprotan (5 orang x 2 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 190 000

• Pemanenan (15 orang x 2 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 570 000

3. Listrik Rp 33 000 Total Biaya Tetap Rp 3 178 000 C. Biaya Lain-lain (10 % x (A+B)) Rp 477 450 Total Biaya per Periode Rp 5 251 950

• Total penerimaan produksi pakchoi baby per periode oleh PT. Saung

Mirwan :

Penerimaan = 1 000 m2 x 2.13 kg/m2 x Rp 4 000/kg

= Rp 8 520 000

• NPV = Penerimaan – Biaya usaha tani pakchoi baby per periode

= Rp 8 520 000 – Rp 5 251 950

= Rp 3 268 050 (NPV ≥ 0)

Page 103: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

88

Artinya, kegiatan usaha tani pakchoi baby yang dilakukan oleh PT. Saung

Mirwan tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3 268 050 per

periode.

• R/C Rasio = Penerimaan : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode

= Rp 8 520 000 : Rp 5 251 950

= 1.62 (R/C rasio > 1)

Artinya, setiap penambahan satu satuan biaya akan meningkatkan

penerimaan sebanyak 1.62 satuan.

• Net B/C Rasio = NPV : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode

= Rp 3 268 050 : Rp 5 251 950

= 0.62 (B/C rasio > 0)

Artinya, setiap menambahkan 1 satuan biaya akan mendapatkan manfaat

sebanyak 0.62.

• BEP = Total biaya per periode : harga per kg

= Rp 5 251 950 : Rp 4 000

= 1 313 kg

Artinya, untuk mendapatkan modal kembali harus dijual sebanyak

1 313 kg pakchoi baby oleh PT. Saung Mirwan.

Page 104: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

89

Analisis Usaha Tani Tomat Cherry (PT. Saung Mirwan) A. Biaya Variabel

1. Benih (2 497 benih x Rp 1 200/benih) Rp 2 996 400

2. Pupuk :

• CaNO3 (465 kg x Rp 11 000/kg) Rp 5 115 000

• FeEDTA (3281.25 g x Rp 157/g) Rp 515 156

• MgSO4 (225 kg x Rp 4 500/kg) Rp 1 012 500

• KNO3 (236.25 kg x Rp 20 000/kg) Rp 4 725 000

• K2SO4 (161.25 kg x Rp 19 000/kg) Rp 3 063 750

• KH2PO4 (82.5 kg x Rp 43 500/kg) Rp 3 588 750

• Borax (1443.75 g x Rp 30/g) Rp 43 313

• MNSO4 (862.5 g x Rp 23/g) Rp 19 838

• ZnSO4 (731.25 g x Rp 31/g) Rp 22 669

• Na2MoO4 (61.875 g x Rp 571/g) Rp 35 331

• CuSO4 (93.75 g x Rp 47/g ) Rp 4 406

3. Pestisida Rp 6 563 000

4. Polibag (18 kg x Rp 25 000/kg) Rp 450 000

5. Arang sekam (227 karung x Rp 4 000/karung) Rp 908 000

6. Benang ajir (12 gulung x Rp 10 000/gulung) Rp 120 000

7. Baki semai (10 buah x Rp 5 000/buah) Rp 50 000

8. Tray semai (65 buah x Rp 17 500/buah) Rp 1 137 500 Total Biaya Variabel Rp 30 370 613 B. Biaya Tetap

1. Sewa lahan greenhouse (1000 m2 x Rp 6 000/m2) Rp 6 000 000

2. Tenaga kerja :

• Penyemaian (2 orang x 1 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 27 000

• Pengisian polibag (4 orang x 3 hari x Rp 19 000/HOKP)Rp 228 000

• Pindah tanam (3 orang x 2 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 81 000

• Penanaman (3 orang x 2 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 81 000

• Pengajiran (2 orang x 3 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 114 000

Page 105: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

90

• Pewiwilan (4 orang x 10 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 540 000

• Pemangkasan (4 orang x 7 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 532 000

• Penyemprotan (4 orang x 10 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 760 000

• Pemanenan (10 orang x 10 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 1 900 000

3. Listrik Rp 142 000 Total Biaya Tetap Rp 10 405 000 C. Biaya Lain-lain (10 % x (A+B)) Rp 4 077 561 Total Biaya per Periode Rp 44 853 174

• Total penerimaan produksi tomat cherry per periode oleh PT. Saung

Mirwan :

Penerimaan = 2 270 tanaman x 2.5 kg/tanaman x Rp 10 000/kg

= Rp 56 750 000

• NPV = Penerimaan – Biaya usaha tani pakchoi baby per periode

= Rp 56 750 000 – Rp 44 853 174

= Rp 11 896 826 (NPV ≥ 0)

Artinya, kegiatan usaha tani tomat cherry yang dilakukan oleh PT. Saung

Mirwan tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp 11 896 826 per

periode.

• R/C Rasio = Penerimaan : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode

= Rp 56 750 000 : Rp 44 853 174

= 1.27 (R/C rasio > 1)

Artinya, setiap penambahan satu satuan biaya akan meningkatkan

penerimaan sebanyak 1.27 satuan.

• Net B/C Rasio = NPV : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode

= Rp 11 896 827 : Rp 44 853 174

= 0.27 (B/C rasio > 0)

Artinya, setiap menambahkan 1 satuan biaya akan mendapatkan manfaat

sebanyak 0.27.

Page 106: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

91

• BEP = Total biaya per periode : harga per kg

= Rp 44 853 174 : Rp 10 000

= 4 486 kg

Artinya, untuk mendapatkan modal kembali harus dijual sebanyak

4 486 kg tomat cherry oleh PT. Saung Mirwan.

Page 107: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani melakukan kegiatan

budidaya pakchoi baby dengan teknik yang berbeda. Perbedaan tersebut meliputi

lokasi penanaman, metode penanaman, pola tanam dan kegiatan pemeliharaan

yang dilakukan oleh keduanya. Pola tanam yang digunakan oleh PT. Saung

Mirwan adalah pola tanam monokultur dengan metode penanaman langsung,

sedangkan mitra tani menerapkan pola tanam tumpang sari dengan metode

penanaman menggunakan persemaian terlebih dahulu. Secara keseluruhan dapat

dikatakan bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan oleh bidang produksi PT.

Saung Mirwan lebih baik dibandingkan mitra tani. Hal itu disebabkan karena PT.

Saung Mirwan telah menggunakan peralatan modern, yaitu penggunaan traktor

untuk pengolahan tanah dan penggunaan sistem irigasi kabut untuk penyiraman.

Produk hasil panen tidak seluruhnya dapat dipasarkan karena ada bagian-

bagian tertentu dari tanaman yang tidak dapat dikonsumsi, seperti akar, daun yang

tua, berlubang, maupun menguning. Persentase hasil yang dapat dipasarkan untuk

komoditi panen pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi PT. Saung

Mirwan berkisar antara 61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh

tingginya kehilangan bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk

dipasarkan. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan yang terjadi di mitra tani, yaitu

sebesar 90-96 %. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di

mitra tani hanya membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi

saat panen di lahan hanya dalam jumlah kecil.

Kehilangan hasil pakchoi baby selama penanganan pasca panen pada

periode Januari-Juni 2010 berkisar antara 29-39 %. Sebagian besar jumlah

kehilangan hasil disebabkan oleh adanya BS trimming. Kehilangan hasil tomat

cherry selama penanganan pasca panen yang tertinggi terjadi pada Juni 2010 yaitu

sebesar 60.79 %. Hal itu disebabkan oleh banyaknya jumlah BS cool room selama

penyimpanan pada bulan itu. BS cool room yang terjadi pada tomat cherry

biasanya mengakibatkan buah menjadi lunak dan busuk.

Page 108: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

93

Volume produksi pakchoi baby di PT. Saung Mirwan sebagian besar

dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri dengan rata-rata persentase produksi

sebesar 63.24 % selama periode Januari-Juni 2010. Rata-rata persentase produksi

dari mitra tani hanya sebesar 34.65 %, sedangkan mitra beli hanya sebagian

kecilnya saja, yaitu 2.11 %. Volume produksi tomat cherry di PT. Saung Mirwan

sebagian besar juga dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri dengan persentase

produksi rata-rata sebesar 85.39 % selama periode Januari-Juni 2010. Rata-rata

persentase produksi dari mitra tani dan mitra beli selama periode tersebut hampir

seimbang, yaitu masing-masing sebesar 7.36 % dari mitra tani dan 7.25 % dari

mitra beli.

Pemasaran komoditi pakchoi baby dan tomat cherry di PT. Saung Mirwan

memiliki pasar tujuan dengan konsumen kelas menengah ke atas, yaitu

supermarket, hotel, dan restoran. Sistem penjualan yang dilakukan adalah sistem

penjualan terputus dengan pembayaran melaui transfer. Komoditi pakchoi baby

berada pada tingkat harga yang sama untuk bidang produksi, mitra tani, dan mitra

beli Rp 4 000/kg, sehingga farmer’s share yang didapatkan sama yaitu sebesar

23.6 %. Harga tomat cherry pada tiap saluran pemasaran memiliki harga yang

berbeda-beda. Harga dari bidang produksi sebesar Rp 10 000/kg, mitra tani

sebesar Rp 8 000/kg, dan mitra beli sebesar Rp 8 500/kg, sehingga farmer’s share

yang diterima berturut-turut adalah sebesar 36.36 %, 29.09 %, dan 30.91 %.

 

Saran

  Penanganan pasca panen yang dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung

Mirwan dan mitra tani untuk komoditi pakchoi baby seyogyanya dilakukan lebih

teliti lagi agar persentase kehilangan hasil selama penanganan pasca panen di

divisi pengemasan PT. Saung Mirwan dapat diminimalkan. Selain itu, perlu

adanya perencanaan produksi yang baik dan tepat agar produk yang dihasilkan

tidak tertahan lama di dalam cool room akibat produksi yang berlebihan atau

produk yang tidak terjual karena tidak sesuai dengan target penjualan.

 

Page 109: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

 

DAFTAR PUSTAKA Akamine, E.K., H. Kitagawa, H. Subramanyam, dan P.G. Long. 1986. Kegiatan-

kegiatan dalam Gudang Pengemasan, hal.421-445. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.

Arif, C. 2008. Optimisasi Nilai Konduktivitas Listrik Larutan Nutrisi pada Sistem

Hidroponik Tanaman Tomat. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. (Tidak Dipublikasikan)

Baggett, J.R. and W.A. Frazier. 1978. ‘Oregon Cherry” Tomato. HortScience.

13(5):598. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. 2008. Laporan

Tahunan BB Pasca Panen Tahun 2007. Bogor. 71 hal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2008. Kerusakan Produk Sayuran

di DKI Jakarta 2006. http://jakarta.litbang.deptan.go.id. [22 oktober 2009] Cahyono, B. 2008. Tomat : Usaha Tani, dan Penanganan Pascapanen. Kanisius.

Yogyakarta. 136 hal. Chace, W., dan Er.B. Pantastico. 1986. Azas-azas Pengangkutan dan Operasi

Pengangkutan Komersial, hal.713-749. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.

Ditjen Hortikultura, 2009. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Periode 2003-

2008. http://www.hortikultura.deptan.go.id [08 Oktober 2009]. Hardenberg, R.E. 1986. Dasar-dasar Pengemasan Bagian 1 (Pertimbangan-

pertimbangan Umum), hal.446-477. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.

Harjadi, S.S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Haryanto, B. dan A. Rochani. 2006. Indonesia (2), p 158-163. In R.S. Rolle (Ed.).

Postharvest Management of Fruits and Vegetables in the Asia-Pasific Region. Asian Productivity Organization (APO). Tokyo. 312 p.

Page 110: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

95

Heddy, S., W.H. Susanto, dan M. Kurniati. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 246 hal.

Jones, R.A., P.G. Smith, A.H. Millett, and K.A Kimble. 1980. ‘Royal Red

Cherry” and ‘Short Red Cherry’ Tomato. Hort Science. 15(1):98. Kader, A.A. 1990. Modified Atmosphere Packaging of Fruits and Vegetables.

AFHB. Kuala Lumpur. __________. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. Divisions of

Agriculture and Natural Resources. University of California. Marliana. 2008. Analisis Manfaat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Keputusan Keputusan Petani terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT. Saung Mirwan. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)

. Marpaung, L. 1997. Pemanenan dan penanganan buah tomat, hal. 118-127. Dalam

A.S. Duriat, W.W. Hadisoeganda, A.H. Permadi, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki, dan S. Sastrosiswojo (Eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). Bandung.

Muchtadi, D. dan B. Anjarsari. 1996. Penanganan Pasca Panen dalam

Meningkatkan Nilai Tambah Komoditas Sayuran. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Bekerjasama dengan Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Bandung dan CIBA Plant Protection. Bandung. Hal. 91-103.

Nugrohaini, F. 2005. Penanganan Pasca Panen Tomat dan Paprika di Sentra

Produksi Garut dan Bandung untuk Tujuan Supermarket. Departemen Budidaya Pertanian, Faultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)

Nurtika, N. dan Z. Abidin. 1997. Budidaya tanaman tomat, hal. 62-80. Dalam

A.S. Duriat, W.W. Hadisoeganda, A.H. Permadi, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki, dan S. Sastrosiswojo (Eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). Bandung.

Opena, R.T and H.A.M van der Vossen. 1994. Lycopersicon esculentum Miller, p

199-205. In Siemonsma, J.S. and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia, Vegetables. PROSEA. Bogor. 412 p.

Pantastico, Er.B., A.K. Mattoo, T. Murada, dan K. Ogata. 1986. Kerusakan-

kerusakan karena Pendinginan, hal.539-577. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.

Page 111: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

96

Pantastico, Er.B, dan F. Venter. 1986. Gangguan-gangguan Fisiologi Selain Kerusakan Akibat Pendinginan Bagian 2 (Tomat), hal.597-603. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.

Pantastico, Er.B., T.K Chattopadhyay, dan H. Subramanyam. 1986. Penyimpanan

dan Operasi Penyimpanan Secara Komersil, hal.495-536. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.

Peet, M.M., dan M. Bartholemew. 1986. Effect of night temperature on pollen

characteristic, growth, and fruit set in tomato. J.Amer. Soc. Hort. Sci. 12(3):514-519.

Rahardi, F., R. Palungkun, dan A. Budiarti. 2001. Agribisnis Tanaman Sayur.

Penebar Swadaya. Jakarta. 50 hal. Rapusas, R.S. 2006. Philipines (2), p 228-244. In R.S. Rolle (Ed.). Postharvest

Management of Fruits and Vegetables in the Asia-Pasific Region. Asian Productivity Organization (APO). Tokyo. 312 p.

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. World Vegetable : Principles,

Production, and Nutrition Values, 2nd ed. Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg, Maryland. 843 p.

Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius. Jakarta. 84 hal. Sa’id, E.G. dan A.H. Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia.

Jakarta. 152 hal. Sarumaha, E. 2005. Penanganan Pasca Panen di Saluran Pemasaran Wortel,

Caisin, dan Jagung Semi. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)

Spinks, G.R. dan J.C. Abbot. 1986. Praktek-praktek Pemasaran dan Penanganan

di Daerah Tropika Bagian 1 (Asia Tenggara : Suatu Analisis Praktek-praktek Pemasaran Umum), hal.830-849. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.

Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi

dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 131 hal.

Page 112: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

97

Tay, D.C.S. and H. Toxopeus. 1994. Brassica rapa L. cv. group Pakchoi, p 130-134. In Siemonsma, J.S. and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia, Vegetables. PROSEA. Bogor. 412 p.

Thompson, A.K., M.B. Bhatti, dan P.P Rubio. 1986. Pemanenan, hal.371-387.

Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.

Trisnawati, Y. dan A.I. Setiawan. 1994. Tomat : Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal.

Williams, C.N., J.O. Uzo, dan W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di

Daerah Tropika. (Terjemahan dari : Vegetable Production In The Tropics. Penerjemah : S. Ronoprawiro). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 374 hal.

Winata, S.A. 2006. Penanganan Pasca Panen Komoditi Brokoli (Brassica

oleracea var. Botrytis L. Subvar. Cymosa Lamm) dan Selada Daun (Lactuca sativa L.) untuk Tujuan Pasar Swalayan. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)

Yulianti, W. 2009. Pengusahaan Sayuran Organik Wortel (Daucus carota L.) dan

Petsai (Brassica chinensis L.) di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)

Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta. 336 hal.

Page 113: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

98

LAMPIRAN

Page 114: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

99

Lampiran 1. Lay Out Bangunan

Page 115: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

100

 

Plastik UV 12%

Kawat Nyamuk Hijau 

6.40

Wuwungan      20/40 + reg 3/4

Reg 3/4

Kuda‐kuda       20/40

Gording L.30/30 + reg 3/4 

L.30/30 

Tiang      40/40 

0.30

0.75 

0.85 

4.00

0.70

0.25

GREEN HOUSE SAUNG MIRWAN ( LUAS = 40.00 X 6.40 = 256.00M2 )

PENAMPANG  MELINTANG

Lampiran 2.. Lay Out Green House

Wuwungan      20/40 + reg 3/4

Page 116: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

101

 

 

Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan

PT. SAUNG MIRWAN

BIDANG PRODUKSI BIDANG KOMERSIL BIDANG UMUM

R&D

KEBUN GADOG

KEBUN LEMAH NEUNDEUT

KEBUN CIPANAS

KEBUN GARUT

DIV. PENJUALAN SAYUR

DIV. PENJUALAN BUNGA

DIV. PENGADAAN

DIV. PENGEMASAN

DIV. KEMITRAAN

DIV. G A

DIV. HR

DIV. KEU/AK

DIV. TEKNIK

IT QA

Page 117: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

102

Lampiran 4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010

Bidang Divisi Posisi

Direktur Manajer Kabag Kasi Kasubsi Bulanan Harian Tetap

Harian Lepas Borongan Total Total/

BidangUmum 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Keu/Acc 0 0 2 5 4 1 0 0 0 12 UMM (Umum, RTK, Pamper, Serv-in Logistik, Gudang, Teknik)

0 0 1 4 6 26 8 4 2 51

HR 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 Total Umum 1 1 3 10 10 27 8 4 2 66 66

Komersial 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Kemitraan 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 Prossesing & Pengemasan 0 1 2 0 5 6 13 0 34 61 Penjualan 0 1 2 3 2 3 0 1 0 12 Pengadaan 0 0 1 0 4 2 0 0 0 7 Distribusi 0 0 0 1 0 24 0 5 0 30 Total Komersial 1 3 8 4 12 35 13 6 34 114 114

Page 118: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

103

Lampiran 4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010 (lanjutan)

Bidang Divisi Posisi

Direktur Manajer Kabag Kasi Kasubsi Bulanan Harian Tetap

Harian Lepas Borongan Total Total/

BidangProduksi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

HPT 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 BRC 0 0 1 1 4 6 16 8 18 54 BXC 0 0 0 0 3 5 5 21 50 84 BPT 0 0 1 0 1 3 5 1 2 13 BCF 0 0 0 0 0 2 2 6 0 10 SKL 0 0 0 0 0 0 2 0 1 3 SM Lemah Neundet 0 0 1 1 3 8 16 0 9 33 SM Cipanas 0 0 0 1 5 0 0 39 0 45 SM Garut 0 0 0 3 3 1 12 7 0 26 Total Produksi 1 0 4 6 19 25 58 82 80 275 275

Grand Total 3 4 13 20 41 87 79 92 116 455 455 Sumber : Divisi Human Resources (HR), PT. Saung Mirwan

Page 119: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

104

Lampiran 5. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pakchoi Baby

No. Pestisida Bahan Aktif Golongan Konsentrasi per liter Satuan OPT/Penyakit 1 Decis deltametrin 25 g/l Insektisida 0.5 ml Ulat 2 Curacron profenofos 500 g/l Insektisida 1 ml Ulat, kutu loncat 3 Regent Insektisida 1 ml Ulat, kutu loncat 4 Lanatte metomil 25% Insektisida 1 g Ulat 5 Proclaim emamektin benzoat 5% Insektisida 0.2 g Ulat 6 Previcur propamokarb hidroklorida 722

g/l Fungisida 0.3 ml Busuk daun, busuk pangkal

batang 7 Furadan karbofuran 3 % Insektisida/Nematisida Nematoda

Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan

Lampiran 6. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat Cherry

No. Pestisida Bahan Aktif Golongan Konsentrasi per liter Satuan OPT/Penyakit 1 Confidor imidakloprid 200 g/l Insektisida 0.75 ml Mites, thrips, aphids, white fly 2 Rinso Fungisida 0.5 g 3 Trigard siromazin 75% Insektisida 0.3 g Leafminer 4 Daconil klorotalonil 75% Fungisida 1 ml Karat5 Lanatte metomil 25% Insektisida 1 g White fly, ulat 6 Cabrio pyraclostrobin 250 g/l Fungisida 0.75 ml 7 Metindo metomil Insektisida 1 g Kutu kebul, ulat, aphids, white fly 8 Agrimec abamektin 18.4 g/l Insektisida 0.75 ml Leaminer, thrips, mites 9 Morestan Fungisida 1 g Embun tepung 10 Antracol Fungisida 1 g Bercak daun, Pytophthora

infestans 11 Dithane M-45 Fungisida 1 g Bercak daun 12 Lifolatan Fungisida 1 g Pytophthora infestans 13 Tetramisin sufat Bakterisida 1 g Penyakit layu

Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan

Page 120: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

105

Lampiran 7.Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis

No. Jenis Kegiatan Satuan Penulis Karyawan

Volume dalam HOK Prestasi dalam per jam Volume dalam

HOK Prestasi dalam per jam

A. Pakchoi Baby 1 Pengolahan tanah bedeng 28 4 84 12 2 Penanaman bedeng 3.5 0.5 5.25 0.75 3 Penjarangan bedeng 7 1 10.5 1.5 4 Penyulaman bedeng 7 1 10.5 1.5 5 Penyemprotan bedeng 240.1 34.3 336 48 6 Pemanenan bedeng 2.1 0.3 3.5 0.5 7 Sortasi dan trimming kg 336 48 504 72 8 Pengemasan pack 210 30 420 60

B. Tomat Cherry 1 Penyemaian baki 84 12 168 24 2 Pengisian polibag polibag 420 60 630 90 3 Pindah tanam tray 14 2 35 5 4 Penanaman polibag 1680 240 2940 420 5 Pengajiran polibag 420 60 1260 180 6 Pewiwilan polibag 420 60 840 120 7 Pemangkasan polibag 420 60 840 120 8 Penyemprotan polibag 1260 180 4200 600 9 Pemanenan polibag 210 30 280 40 10 Sortasi dan grading kg 84 12 126 18 11 Pengemasan pack 210 30 420 60 Keterangan: HOK per orang dalam sehari dihitung 7 jam

Page 121: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

106

Lampiran 8. Skema Jaringan Irigasi Tetes

Page 122: PENGUS CHER DEPA SAHAAN RRY di PT ARTEME INS SAYURA

107

Lampiran 9. Lay Out Jaringan Irigasi Tetes