putri nuraini

48
FAKTOR RISIKO KANKER PARU DI RSUP PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2009-2010 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: PUTRI NURAINI NIM 108103000003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1432 H/2011 M

Upload: dicky-firman

Post on 16-Jan-2016

75 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

masalah

TRANSCRIPT

Page 1: Putri Nuraini

FAKTOR RISIKO KANKER PARU

DI RSUP PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2009-2010

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

PUTRI NURAINI

NIM 108103000003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

1432 H/2011 M

Page 2: Putri Nuraini

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 22 September 2011

Putri Nuraini

Page 3: Putri Nuraini

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

FAKTOR RISIKO KANKER PARU DI RSUP PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2009-2010

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (SKed)

Oleh : PUTRI NURAINI

NIM: 108103000003

Pembimbing I

dr.Riva Auda, SpA, MKes

Pembimbing II

Minsarnawati, MKes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/ 2011 M

Page 4: Putri Nuraini

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul “Analisis Faktor Risiko Kanker Paru di RSUP

Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010” yang diajukan oleh Putri Nuraini

(NIM:108103000003), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22

September 2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (SKed) pada Program Studi Pendidikan

Dokter.

Ciputat, 22 September

2011

DEWAN PENGUJI Penguji I

dr.Yanti Susianti, SpA

Penguji II

dr.Witri Ardini, SpGK

Penguji III

Silvia F. Nasution, M. Biomed

PIMPINAN FAKULTAS

Page 5: Putri Nuraini

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia yang telah diberikan sehingga penelitian yang berjudul “Analisis Faktor

Risiko Kanker Paru di RSUP Persahabatan tahun 2009-2010” dapat

terselesaikan. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya haturkan

terima kasih kepada:

1) Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan

Dra. Farida Hamid, MPd, selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2) DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua

dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan

kesempatan untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di

PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala

yang telah mereka berikan.

3) Dr. Riva Auda, SpA, MKes selaku dosen pembimbing I dan Minsarnawati,

MKes sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga,

dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan

riset ini.

4) Kedua orang tua saya Achmad Sutardi dan Nafsiah terima kasih karena telah

begitu sabar mendidik saya menjadi seorang pribadi yang tangguh, serta

kakak-kakak saya Wiwin Pudjawati, SE, MM dan Nur Inayati, SSi, dan adik

saya Muhammad Rizqi Bahari yang telah memberi motivasi, doa, nasihat,

serta menghibur dalam penyelesaian penelitian ini.

5) Seluruh teman dan sahabat, baik di PSPD maupun bukan, yang telah

memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 22 September 2011

Penulis

Page 6: Putri Nuraini

ABSTRAK Putri Nuraini. Program Studi Pendidikan Dokter. Analisis Faktor Risiko Kanker Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010. Kanker paru merupakan kanker yang sering terjadi di dunia dengan kejadian sekitar 1,2 juta kasus baru pertahun. Kebanyakan kasus sering terjadi di usia 40 tahun ke atas, dengan perbandingan laki-laki:perempuan adalah 4:1, dan sering diakibatkan karena merokok. Untuk mengetahui faktor risiko usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok dengan kanker paru, dilakukan penelitian kasus kontrol dengan sampel kasus sebanyak 100 orang dan kontrol 100 orang. Sampel pada penelitian ini diambil dari pasien RSUP Persahabatan Jakarta. Hasil analisa statistik uji odd ratio menunjukkan bahwa pada usia 40 tahun ke atas berisiko 18,188 kali mengalami kanker paru dibandingkan dengan usia kurang dari 40 tahun, laki-laki berisiko 4,636 kali mengalami kanker paru dibandingkan perempuan, merokok aktif berisiko 4,700 kali mengalami kanker paru dibandingkan tidak merokok. Oleh karena itu, sebelum usia 40 tahun lakukan tindakan preventif sedini mungkin dengan tidak merokok terutama pada laki-laki. Kata kunci : kanker paru, kasus kontrol, faktor risiko

ABSTRACT

Putri Nuraini. Study Program Medical Education. Risk Factors Analysis of Lung Cancer at RSUP Persahabatan Jakarta 2009-2010. Lung cancer is the most common cancer in the world with about 1,2 million new cases diagnosed per year. The majority of cases are most common at age 40 years and above, with male-female ratio of 4:1, and majority is due to smoking. To know the risk factors between age, gender, smoking habit with lung cancer, a case control study was held with 100 case of lung cancer and 100 case is not lung cancer. The sample of this study are patients of RSUP Persahabatan Jakarta. The statistical odd ratio results showed that the age 40 years and above have the risk of 18,188 times more to have lung cancer than those below 40 years old, and male have the risk 4,636 times more to have lung cancer than female, active smokers have the risk 4,700 times more likely than non-smokers. Therefore preventive action should be taken as early as possible, especially for thos under 40 years old, non-smokers, of the male. Keywords: lung cancer, case control, risk factors

Page 7: Putri Nuraini

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

ABSTRAK/ABSTRACT ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI .........................................................................................................vii

DAFTAR TABLE ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x

DAFTAR BAGAN .................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3

1.3. Hipotesis ............................................................................................................ 3

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3

1.4.1. Tujuan Umum .......................................................................................... 3

1.4.2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 3

1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

2.1. Landasan Teori .................................................................................................. 5

2.1.1. Kanker Paru ............................................................................................. 5

2.1.2. Epidemiologi Kanker Paru........................................................................ 5

2.1.3. Klasifikasi Kanker Paru ............................................................................ 6

2.1.4. Patologi Kanker Paru ................................................................................ 7

2.1.5. Stadium Klinis .......................................................................................... 8

2.1.6. Manifestasi Klinis .................................................................................... 9

2.1.7. Faktor Risiko Kanker Paru ..................................................................... 11

2.1.8. Diagnosis Kanker Paru ........................................................................... 14

2.2. Kerangka Konsep ............................................................................................. 17

2.3. Definisi Operasional......................................................................................... 17

Page 8: Putri Nuraini

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 19

3.1. Desain Penelitian ............................................................................................. 19

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 19

3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 19

3.3.1. Populasi ................................................................................................... 19

3.3.2. Sampel .................................................................................................... 19

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel ....................................................................... 20

3.3.4. Kriteria Sampel ........................................................................................ 21

3.4. Cara Kerja Penelitian ....................................................................................... 21

3.5. Managemen Data ............................................................................................. 22

3.5.1. Pengumpulan Data .................................................................................. 22

3.5.2. Pengolahan Data ..................................................................................... 22

3.5.3. Analisis Data .......................................................................................... 22

3.5.4. Interpretasi Hasil .................................................................................... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 25

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 25

4.2. Karakteristik Subek Penelitian.......................................................................... 25

4.3. Analisis Univariat ............................................................................................ 25

4.3.1. Distribusi Frekuensi Usia, Jenis Kelamin, dan Kebiasaan Merokok ........ 26

4.4. Analisis Bivariat............................................................................................... 27

4.4.1. Pengaruh Faktor Usia terhadap Kanker Paru ........................................... 27

4.4.2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap Kanker Paru ............................ 28

4.4.3. Pengaruh Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kanker Paru ................... 29

4.5. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 29

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 30

5.1. Simpulan .......................................................................................................... 30

5.2. Saran ................................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 32

LAMPIRAN .......................................................................................................... 35

Page 9: Putri Nuraini

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pembagian Stadium Kanker ...................................................................... 8

Tabel 2.2. Definisi Operasional ............................................................................... 17

Tabel 3.1. Cara Menghitung Odd Ratio ................................................................... 24

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi kejdian Kanker Paru berdasarkan Umur, jenis

kelamin dan kebiasaan merokok .............................................................. 25

Tabel 4.2. Analisis Faktor Usia terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP

Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 .................................................... 26

Tabel 4.2. Analisis Faktor Usia terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP

Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 .................................................... 26

Tabel 4.3. Analisis Faktor Jenis Kelamin terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP

Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 .................................................... 27

Tabel 4.4. Analisis Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Kanker Paru di

RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 ......................................... 28

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1. Distribusi Frekuensi Jenis-jenis Kanker di RS Dharmais Jakarta tahun

2007 ....................................................................................................... 6

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1. Proses Pengolahan Data......................................................................... 23

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Hasil Output Uji Statistik

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari RSUP Persahabatan

Page 10: Putri Nuraini

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diperkirakan ratusan ribu sampai jutaan penduduk dunia terkena penyakit

paru setiap tahun dan hal tersebut menyebabkan 19% penyebab kematian di

seluruh dunia dan 15% penyebab kecacatan sepanjang hidup. Perlu perhatian pada

5 besar penyakit paru saat ini yaitu kanker paru, penyakit paru obstruktif kronik

(PPOK), tuberkulosis, pneumonia dan asma. Dua diantaranya adalah terkait

dengan merokok yaitu kanker paru dan PPOK. Menurut proyeksi WHO tahun

2020 infeksi saluran napas bawah, tuberkulosis,TB-HIV termasuk 10 penyebab

masalah kesehatan masyarakat di dunia. Di negara maju seperti Amerika Serikat

dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit

kardiovaskuler.1,2

Kematian global akibat kanker diproyeksikan meningkat di masa yang

akan datang dari 7,4 juta tahun 2004 menjadi 12 juta pada tahun 2030 dengan

kanker paru sebagai penyebab nomor satu dan diperkirakan peningkatan kanker

paru lebih cepat dibanding kanker lainnya karena berhubungan langsung dengan

asap rokok. Data RSUP Persahabatan Jakarta menunjukkan bahwa 24,5%

perempuan dan 83,6% pria pasien kanker paru adalah perokok. Angka ini tidak

mengejutkan karena sesuai dengan laporan dari banyak negara. Di Indonesia

penyakit pernapasan merupakan penyebab kesakitan dan kematian terbanyak,

menduduki 10 besar peringkat utama dengan variasi penyakit dari infeksi

pernapasan akut, bronkitis kronik, penyakit paru obstruksi kronik, asma,

emfisema sampai kanker paru.1

Kanker paru merupakan kasus kanker yang sering terjadi di dunia dengan

kejadian sekitar 1,2 juta kasus baru pertahun. Kasus kanker paru baik di Amerika

ataupun negara-negara industri lainnya sekitar 90% berhubungan dengan

merokok. Organisasi American Cancer Society mengemukakan pada tahun 2006

bahwa kanker paru pada laki-laki terdapat 114.760 kasus baru, dan pada

perempuan terdapat 98.620 kasus baru. Kanker paru merupakan penyebab

Page 11: Putri Nuraini

kematian terparah pada kedua jenis gender di Amerika pada tahun 2007, 70.880

kematian pada perempuan, dan 89.510 kematian pada laki-laki.2

Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat 3 kanker terbanyak. Kanker

paru menduduki urutan ke-3 sebanyak 113 kasus setelah kanker payudara dan

kanker serviks di RS kanker Dharmais Jakarta pada tahun 2007. Di Rumah Sakit

Umum Pusat Persahabatan angka kejadian kanker paru terus meningkat,

didapatkan pada tahun 2003 sebanyak 213 kasus, tahun 2004 sebanyak 220 kasus,

tahun 2005 sebanyak 140 kasus, tahun 2006 sebanyak 218 kasus, tahun 2007

sebanyak 282 kasus, tahun 2009 sebanyak 376 kasus, dan tahun 2010 sebanyak

550 kasus. Kanker paru merupakan penyakit yang harus diwaspadai pada

kelompok risiko usia lebih dari 40 tahun, laki-laki, terlebih lagi pada perokok

aktif. Karakteristik pasien kanker paru di Indonesia tidak berbeda dengan negara-

negara lain dengan perbandingan 4 : 1 (laki-laki : perempuan).1,3

Selain jumlah kasus yang semakin meningkat, masalah lain dari kanker paru

adalah banyak angka kejadian dari kanker paru terlambat terdiagnosis, dimana

70% penderita terdiagnosis pada stadium IIIB dan IV, sehingga lebih dari 50%

kanker telah menyebar ke seluruh tubuh (metastasis) melalui aliran darah dan

getah bening, sel kanker dapat menyebar ke tulang, otak, hati dan kelenjar

adrenal. Dari kasus tersebut yang diobati, hampir tidak ada satu persen di antara

100 penderita yang sembuh.4

Secara statistik, sekitar 90% kanker paru terjadi pada perokok aktif atau

mereka yang baru berhenti. Peningkatan risiko menjadi 60 kali lebih besar pada

perokok berat (dua bungkus sehari selama 20 tahun) dibandingkan dengan bukan

perokok. Perokok pasif (berada dekat dengan perokok) meningkatkan risiko

menderita kanker paru hingga mendekati dua kali lipat. Rokok/tembakau dapat

menyebabkan berbagai penyakit tidak menular seperti jantung, gangguan

pembuluh darah, stroke, kanker paru, dan kanker mulut. Rokok juga

menyebabkan penurunan kesuburan, peningkatan insidens hamil di luar

kandungan, pertumbuhan janin (fisik dan IQ) yang melambat, kejang pada

kehamilan, gangguan imunitas bayi dan peningkatan kematian perinatal. Dari

seluruh pasien yang memderita kanker paru, 18% diantaranya gagal untuk

menghentikan kebiasaan merokoknya.5

Page 12: Putri Nuraini

Berdasarkan latar belakang di atas, dimana prevalensi kejadian kanker paru

di dunia dan Indonesia terus meningkat, sering terlambat diagnosa, dan jumlah

kematian yang tinggi pada penyakit ini. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti

beberapa faktor risiko terjadinya kanker paru di RS Persahabatan pada tahun

2009-2010.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah faktor usia, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok merupakan

faktor risiko kanker paru?

1.3. Hipotesis

Usia 40 tahun ke atas, jenis kelamin laki-laki, dan kebiasaan merokok aktif

merupakan faktor risiko kanker paru.

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko

kanker paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya usia 40 tahun ke atas sebagai faktor risiko kanker paru

b. Diketahuinya jenis kelamin laki-laki sebagai faktor risiko kanker paru

c. Diketahuinya kebiasaan merokok aktif sebagai faktor risiko kanker paru

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Kalangan Medis

1. Menambah pengetahuan di bidang kedokteran mengenai faktor risiko

yang berhubungan dengan kejadian kanker paru

2. Sebagai acuan penelitian-penelitian selanjutnya

Page 13: Putri Nuraini

1.5.2. Bagi Penulis

1. Meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami langkah-langkah

penelitian yang meliputi pembuatan proposal, proses penelitian, dan

pembuatan laporan penelitian.

2. Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian kanker paru

3. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam mengelola

penelitian.

4. Mengembangkan daya nalar dan semangat keingintahuan.

5. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh dari penelitian.

1.5.3. Bagi Perguruan Tinggi

1. Melaksanakan kegiatan tridarma perguruan tinggi sebagai lembaga

penyelenggara pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.

2. Meningkatkan hubungan kerjasama dan saling pengertian antara pendidik

dan mahasiswa.

1.5.4. Bagi RSUP Persahabatan

1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan memberikan

informasi tentang kanker paru dan faktor-faktor risikonya.

Page 14: Putri Nuraini

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kanker Paru

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,

mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) atau penyebaran

(metastasis) tumor dari organ lain (sekunder). Definisi khusus untuk kanker paru

primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel (jaringan sel) saluran napas atau

bronkus.6

Kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok.

Lebih dari 80% kanker paru berhubungan dengan perokok. Tidak semua perokok

akhirnya menderita kanker paru. Berhenti dari merokok akan mengurangi dengan

sangat berarti risiko seseorang terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok

lebih besar daripada orang-orang yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang

dapat menjadi faktor risiko terutama berkaitan dengan udara yang dihirup.7

2.1.2. Epidemiologi Kanker Paru

Kanker paru dikenal sebagai jenis kanker yang sering pada laki-laki di

daerah industri di negara berkembang. Penelitian epidemiologi kejadian kanker

paru menunjukkan bahwa insidens kanker paru berhubungan dengan faktor

eksternal, lingkungan dan perilaku. Merokok merupakan faktor risiko utama

kanker paru dan pajanan bahan karsinogen di tempat kerja juga mempunyai efek

yang signifikan.8

Di dunia, insiden kanker paru lebih tinggi umumnya adalah negara maju, di

antaranya Inggris, Finlandia dan kalangan Negro Amerika Serikat memiliki

insiden tertinggi, dengan penyesuaian usia insidennya melebihi 100/100.000.

Sejak dianjurkan pantang merokok tahun 1980an, insiden di Amerika Serikat,

Kanada mulai turun. Dari data registrasi tumor di 5 benua yang diterbitkan pusat

registrasi kanker dunia, insiden tertinggi kanker paru pada pria adalah di

Liverpool, Inggris, terendah adalah Senegal dan Nigeria.9

Page 15: Putri Nuraini

Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat 3 kanker terbanyak. Secara

statistik di Rumah Sakit Dharmais pusat kanker nasional, kanker paru menduduki

urutan ke-3 sebanyak 113 kasus setelah kanker payudara dan kanker serviks pada

tahun 2007.10

Grafik 2.1. Distribusi Frekuensi Jenis-jenis Kanker di RS Dharmais Jakarta tahun 2007

2.1.3. Klasifikasi Kanker Paru

Lebih dari 95% kanker paru primer berasal dari epitel bronkus (karsinoma

bronkogenik), sisa 5% adalah kelompok lain yang mencakup karsinoid bronkus,

tumor kelenjar bronkus, keganasan mesenkim, limfoma, dan beberapa lesi jinak.7

Kanker paru sekunder adalah kanker yang bermetastasis ke paru, sedangkan

primernya berasal dari luar paru. Insiden kanker paru sekunder adalah 9,7% dari

seluruh kanker paru. Diperkirakan 30% dari neoplasma akan bermetastasis ke

paru. Insiden tumor yang banyak bermetastasis ke paru-paru adalah, Chorio

Carcinoma (80%); Osteo sarcoma (75%); kanker ginjal (70%); kanker tiroid

(65%); melanoma (60%); kanker payudara (55%); kanker prostat (45%); kanker

nasofaring (20%); dan kanker lambung (20%).3

Sumber: Statistik Kanker.Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional 2007. (diakses 19 September 2011). Tersedia dari: http://www.dharmais.co.id/index.php/cance-statistic.html

Page 16: Putri Nuraini

2.1.4. Patologi Kanker Paru

Berdasarkan histologi, Kanker Paru dibagi menjadi 2 kategori utama:

1) Small Cell Lung Cancer (SCLC)

SCLC terjadi sekitar 15% dari semua jenis kanker paru, kanker ini cukup

agresif, frekuensinya berhubungan dengan jarak metastasis dan mempunyai

prognosis yang buruk pada semua kanker paru primer. Gambaran

histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya

diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa

nukleoli. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga

gambaran nekrosis.2,3

2) Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)

NSCLC terjadi sekitar 75% dari semua jenis kanker paru. Terbagi lagi

menjadi 3:

a) Adenokarsinoma

Menempati sekitar 35-40% kanker paru. Khas dengan bentuk formasi

glandular dan kecenderungan ke arah pembentukan konfigurasi

papilari. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari bekas

kerusakan jaringan paru (scar). Dapat bertipe sentral ataupun tipe

perifer. Adenokarsinoma sejauh ini juga merupakan tumor tersering

yang timbul pada perempuan, bukan perokok, dan pasien berusia

kurang dari 45 tahun.2,3

b) Karsinoma sel besar

Ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara eksklusi.

Dia termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran diferensiasi skuamosa

atau glandular, sel bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya

disertai infiltrasi sel netrofil.3

c) Karsinoma sel skuamosa

Karsinoma sel skuamosa sekitar 30-35% dari semua kanker paru,

berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan “bridge” intraselular.

Karsinoma skuamosa terutama timbul di trakea, bronkus paru tipe

sentral, karsinoma skuamosa, tipe perifer lebih jarang.3

Page 17: Putri Nuraini

2.1.5. Stadium Klinis

Pembagian stadium kanker dibuat menggunakan sistem TNM oleh The

International System for Staging Lung Cancer, serta diterima oleh The American

Joint Committe on Cancer (AJCC) dan The Union Internationale Contrele Cancer

(UICC) pada tahun 1973 dan kemudian direvisi 1986 dan terakhir pada tahun

1997.3

2.1. Tabel Pembagian Stadium Kanker

Stadium TNM

Karsinoma in situ Tx, N0, M0

Stadium 0 Tis, N0, M0

Stadium IA T1, N0, M0

Stadium IB T2, N0, M0

Stadium IIA T1, N1, M0

Stadium IIB T2, N1, M0

Stadium IIIA T3, N1, M0

T1-3, N2, M0

Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0

T4, N berapa pun, M0

Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1

Keterangan :

Keterangan:

Tx : tumor terbukti ganas didapat dari sekret bronkopulmoner, tapi

tidak terlihat secara bronkoskopis dan radiologis.

Tis : karsinoma in situ

T0 : tidak terbukti adanya tumor primer

T1 : tumor, diameter ≤ 3cm

T2 : tumor, diameter > 3cm

Sumber: Amin Zulkifli. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi Idrus, K Marcellus Simadibrata, Setiati Siti, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-5. Jakarta: FKUI; 2009. h. 2254-2260.

Page 18: Putri Nuraini

T3 : tumor ukuran apapun meluas ke pleura, dinding dada, diafragma,

perikardium, < 2 cm dari karina, terdapat atelektasis total

T4 : tumor ukuran apapun invasi ke mediastinum atau terdapat efusi

pleura malignan

N0 : tidak ada kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat

N1 : metastasis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus

N2 : metastasis KGB mediastinal atas sub karina

N3 : metastasis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau KGB

skaleneus atau supraklavikular

M0 : tidak ada metastasis jinak

M1 : metastasis jinak pada organ (otak, hati, dll)

2.1.1. Manifestasi Klinis

Menurut Amin Z, 2009 dan Fujin Chen, dkk 2008 pada fase awal

kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah

menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat:

1) Lokal (tumor tumbuh setempat):

a) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis: gejala paling sering

pada kanker paru, umumnya batuk kering iritatif, tanpa sputum atau sedikit

sputum mukoid putih. Batuk sering kali dikarenakan tumor mengenai

berbagai percabangan bronkus.

b) Hemoptisis (batuk berdarah): gejala paling khas kanker paru, umumnya

sputum berserat darah atau bernoda darah. Hemoptisis disebabkan kanker

menginvasi kapiler mukosa bronkial, sering bercampur dengan sel ganas

yang terlepas.

c) Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas.

d) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru.

e) Atelektasis.

Page 19: Putri Nuraini

2) Invasi lokal:

a) Nyeri dada, dada penuh: stadium dini hanya tampil sebagai dada terasa

penuh ringan, ketika kanker mengenai pleura parietal atau langsung

menginvasi dinding torak, dapat timbul nyeri menetap di lokasi tersebut.

b) Dispnea karena efusi pleura: tumor menyumbat bronkus menimbulkan

pneumonia obstruktif atau atelektasis merupakan salah satu sebab terjadinya

nafas pendek pasien kanker paru.

c) Invasi ke perikardium (terjadi tamponade atau aritmia)

d) Sindrom vena-kava superior: akibat dari kanker paru langsung menginvasi

atau metastasis kelenjar limfe mediastinum superior kanan mendesak vena

kava superior.

e) Sindrom horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis): disebabkan kanker paru

atau metastasis kelenjar limfe mengenai saraf simpatis paravertebra servikal

VII hingga torakal I.

f) Suara serak: disebabkan invasi atau metastasisi kanker paru yang mengenai

nervus rekuren laringeus.

g) Sindrom pancoast (invasi pada pleksus brakhialis dan saraf simpatis

servikalis): di atas dasar sindrom horner, tumor lebih lanjut mendekstruksi

iga I, II dan saraf pleksus brakialis.

3) Gejala penyakit metastasis:

a) Pada otak (sefalgia, muntah, hemiplegia), tulang (nyeri menetap), hati,

adrenal

b) Limfadenopati servikal dan supraklavikula

4) Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10% kanker paru):

a) Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam (penyebab utama

demam adalah pneumonia obstruktif, kekhasan demam ini adalah

berkepanjangan intermiten, dapat juga disebabkan toksin kanker atau

metastasis sumsum tulang)

b) Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

c) Hipertrofi osteoartropati

Page 20: Putri Nuraini

d) Neurologik: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer

e) Neuromiopati

f) Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)

g) Dermatologik: eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh

h) Renal: syndrome of inapropriate andiuretic hormone (SIADH)

5) Asimtomatik dengan kelainan radiologis

a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara

radiologis

b) Kelainan berupa nodul soliter.3,9

2.1.2. Faktor Risiko Kanker Paru

1) Usia

Usia merupakan faktor risiko penting terjadinya kanker. Insiden kanker

semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Hal tersebut sangat

mungkin disebabkan karena semakin banyaknya pajanan faktor risiko

dan kemampuan mekanisme perbaikan sel yang semakin menurun.

Insiden puncak kanker paru terjadi pada usia antara 45-65 tahun. Pada

penelitian S Christine ditemukan bahwa rata-rata umur pada kasus

kanker paru adalah 51,73 ± 6,87 tahun dengan mayoritas berusia 40-50

tahun sebanyak 50%, diikuti dengan usia antara 51-60 tahun sebanyak

40% dan usia 61 – 70 tahun yaitu sebanyak 10%. Alasan lain mengapa

suatu kanker baru muncul di usia tua adalah pertumbuhannya yang

lambat. Perkembangan kanker kadang-kadang sangat lambat dan hanya

dapat terdeteksi pada stadium lanjut. Kanker dapat berkembang

bertahun-tahun tanpa disadari.7

2) Jenis Kelamin

Sebagian besar kanker paru mengenai laki-laki (65%) dengan resiko

1:13 dan pada perempuan 1:20. Perbandingan laki-laki terhadap

perempuan adalah 4:1. Pada suatu penelitian yang dilakukan di RSUP

H. Adam Malik Medan diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin,

pada kasus kanker paru ditemukan lebih banyak jenis kelamin laki-laki

Page 21: Putri Nuraini

sebanyak 73,3% daripada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak

26,7%.3,7

3) Paparan Zat Karsinogen pada Pekerja

a) Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma. Setelah suatu masa

laten-jarang di bawah 20 tahun, dapat mencapai 40 tahun atau lebih

setelah pajanan pertama, dapat timbul mesotelioma, maligna pleura

dan peritoneum. Pajanan asbes merupakan risiko akibat pekerjaan

paling sering untuk kanker paru.11

b) Radiasi ion pada pekerja tambang uranium

c) Pekerja yang terpajan debu yang mengandung arsen, krom, uranium,

nikel, vinil klorida, dan gas mustard. Gas radon yang ditemukan

secara alami dalam batu, tanah, dan air tanah, dapat juga

meningkatkan risiko.7,11

The International Agency for Research on Cancer (IARC)

menentukan bahwa cat juga dapat menyebabkan kanker terutama kanker

paru di samping kanker esofagus, abdomen dan kandung kencing. Cat

jenis tertentu diduga mengandung beberapa zat yang bersifat karsinogenik.

Sebagian besar pajanan cat melalui inhalasi walaupun dapat juga melalui

kontak kulit atau oral. Beberapa bahan dalam cat yang dapat menyebabkan

kanker paru antara lain timah, kromium, molybdenum, asbestos, arsenik,

titanium dan mineral oil (polycyclic aromatic hydrocarbon).8

4) Merokok

Merokok adalah faktor risiko penyakit paling utama kanker paru.

Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari

dengan tingginya insiden kanker paru. Gangguan kesehatan yang dapat

disebabkan oleh rokok berasal dari asap primer dan asap sekunder dari

rokok yang dihisap oleh perokok. Dengan demikian penderita tidak

hanya perokok sendiri (perokok aktif) tetapi juga orang yang berada di

lingkungan asap rokok (Environmental Tobacco Smoke) atau disebut

dengan perokok pasif.12

Page 22: Putri Nuraini

Oleh karena itu, terdapat dua jenis perokok, yaitu:

a) Perokok aktif, yaitu orang yang merokok dan menghisap asap rokok

primer. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita

kanker paru.3

b) Perokok pasif, yaitu orang yang berada di lingkungan asap rokok

yang setidaknya 1 hari dalam seminggu menghirup asap yang

dihembuskan perokok selama lebih dari 15 menit/hari. Belakangan,

dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif

pun akan berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar

asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko

kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar,

dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga

terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker

paru berasal dari perokok pasif.3

Asap rokok sekunder mengandung nikotin lebih banyak dari pada

dalam asap rokok primer. Dengan kata lain bahwa kadar nikotin yang

dilepaskan ke lingkungan lebih banyak dari pada nikotin yang dihisap

oleh perokok. Perbandingan jumlah nikotin dalam asap rokok sekunder

lebih banyak 4-6 kali dari pada yang terdapat dalam asap rokok primer.

Perbedaan ini selain dikarenakan perbedaan dalam pembentukannya,

juga disebabkan karena asap rokok sekunder terus menerus dihasilkan

selama rokok menyala walaupun tidak sedang dihisap. Dengan

demikian merokok tidak saja membahayakan bagi si perokok saja

(perokok aktif), tetapi juga bagi orang di sekitarnya (perokok pasif).12

5) Polusi Udara

Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi

udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural. Termasuk polusi

udara di luar maupun di dalam ruangan, gas buangan industri dan gas

buangan kendaraan bermotor mengandung zat karsinogen, terutama

karsinogen benzopiren paling menonjol.3,9

Page 23: Putri Nuraini

2.1.3. Diagnosis Kanker Paru

a. Deteksi Dini Kanker Paru

Diagnosis klinis karsinoma paru harus berdasarkan analisis

gabungan dari manifestasi klinis dan hasil berbagai teknik pencitraan,

tapi diagnosis pasti final harus diambil dari bukti sitolgi atau

histopatologi. Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus dilakukan

dengan lengkap, pada pasien kanker paru terdapat gejala-gejala klinis

yang telah disebutkan di atas, beberapa faktor yang perlu diperhatikan

pada pasien tersangka kanker paru adalah: faktor umur, kebiasaan

merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga, terpapar zat

karsinogen atau terpapar jamur, dan infeksi yang dapat menyebabkan

nodul soliter paru.3,9

b. Prosedur Diagnostik

1) Foto Rontgen Dada Secara Posterior-anterior (PA) dan Lateral

Pemeriksaan sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.

Studi dari Mayo Clinic USA, menemukan 61% tumor paru

terdeteksi dalam pemeriksaan rutin dengan rontgen dada biasa.

Foto rontgen dada lebih banyak menemukan adenokarsinoma dan

karsinoma sel skuamosa.3,9

2) Pemeriksaan Computed Tomography dan Magnetic Resonance

Imaging

Pemeriksaan CT scan pada torak, lebih sensitif daripada

pemeriksaan foto dada biasa, karena dapat mendeteksi kelainan

atau nodul dengan diameter minimal 3 mm dan bila lesi di lokasi

tumpang tindih struktur anatomi yang sulit ditemukan pada foto

rontgen serta mudah menentukan karsinoma paru di antara jaringan

sekitarnya. Pemeriksaan CT scan bisa sebagai pemeriksaan

skrining kedua setelah foto dada biasa.3,9

Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin

dikerjakan, karena ia hanya terbatas untuk menilai kelainan tumor

yang menginvasi ke dalam vertebra, medula spinal, dan

mediastinum. Keunggulan MRI dibandingkan CT scan adalah lebih

Page 24: Putri Nuraini

mudah membedakan antara tumor padat dan pembuluh darah, dan

dapat menampilkan trakeobronkus serta pembuluh darah yang

tertekan, bergeser dan terobstruksi, namun dalam memeriksa nodul

kecil dalam paru tidak sebaik CT scan.3,9

3) Pemeriksaan Bone Scanning

Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis

ke tulang. Insiden tumor Non Small Cell Lung (NSLC) ke tulang

dilaporkan sebesar 15%.3

c. Pemeriksaan Sitologi

Pemeriksaan sitologi sputum dikerjakan terutama bila pasien ada

keluhan seperti batuk. Pemeriksaan ini merupakan salah satu metode

penting dalam diagnosis kanker paru, suatu metode diagnosis

sederhana non invasif. Pada kanker paru yang letaknya sentral,

pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai

67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Untuk mendapatkan sel tumor

in situ juga hanya bisa dengan pemeriksaan sitologi sputum dengan

bantuan bronkoskopi. Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik

kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar

getah bening servikal, supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus

pada bronkoskopi.3,9

d. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas diagnosis kanker

paru, untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsi

melalui:

1) Bronkoskopi. Modifikasi dari bronkoskopi serat optik dapat

langsung melihat lesi di saluran trakeobronkial, juga dapat menjepit

dan menyikat yang bertujuan mendapatkan jaringan untuk

diagnosis histopatologi dengan pengamatan langsung, berupa: trans

bronchial lung biopsy (TBLB), fluorescence bronchoscopy,

ultrasound bronchoscopy, trans-bronchial needle-aspiration

(TBNA). Hasil positif dengan bronkoskopi ini dapat mencapai 95%

Page 25: Putri Nuraini

untuk tumor yang letaknya sentral dan 70-80% untuk tumor yang

letaknya perifer.3,9

2) Trans Torakal Biopsi (TTB)

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer

dengan ukuran >2 cm sensitivitasnya mencapai 90-95%.3

3) Torakoskopi

Indikasi utama melakukan torakoskopi adalah: kelainan pleura,

efusi pleura malignan, lesi difus pleura, dll. Biopsi tumor di daerah

pleura dengan cara Video Assisted Thorachoscopy memiliki

sensitivitas dan spesifisitas hingga 100%.3,9

4) Mediastinoskopi

Mediastinoskopi adalah suatu cara diagnosis melalui suatu lubang

artifisial di celah depan trakea dimasukkan medistinoskop untuk

melihat kelainan sekitar trakea, sekaligus melakukan biopsi.

Pemeriksaan ini sangat berguna dalam memastikan ada tidaknya

metastasis kelenjar limfe mediastinum pada kanker paru. Lebih dari

20% kanker paru bermetastasis ke mediastinum, terutama Small

Cell Ca dan Large Cell Ca. Untuk mendapatkan tumor metastasis

atau kelenjar getah bening yang terlibat dapat melakukan

pemeriksaan mediastinoskopi dengan hasil nilai positif 40%.3,9

5) Torakotomi

Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan jika berbagai

prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan

sel tumor.3

e. Pemeriksaan Serologi/Tumor Marker

Beberapa tes yang dipakai adalah: CEA (Carcinoma Embryonic

Antigen),NSE (Neuron-spesific enolase),dan Cyfra 21-1 (Cytokeratin

fragments 19).3

Page 26: Putri Nuraini

2.2. Kerangka Konsep

Agar tujuan penelitian ini dapat terlaksana, maka diperlukan kerangka

konsep sebagai dasar untuk melakukan penelitian dan menjawab permasalahan

yang ada. Kerangka konsep yang akan menjadi pengarah dalam penelitian ini

adalah faktor risiko kanker paru di RS Persahabatan, Jakarta tahun 2009-2010.

Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

kanker paru

Usia

Jenis kelamin

Kebiasaan merokok

Page 27: Putri Nuraini

2.3. Definisi Operasional

Tabel 2.2. Definisi Operasional

No. Variabel

penelitian

Definisi opersional Cara ukur Alat

ukur

Skala Hasil ukur

1. Kanker Paru Penyakit keganasan

paru berdasarkan

pemastian diagnosis

dokter yang disertai

pemeriksaan

penunjang yang

tercatat dalam rekam

medik

Data

sekunder

Rekam

medik

Nominal Ya (kanker paru)

Tidak (bukan kanker

paru)

2. Usia Lama hidup

seseorang mulai dari

lahir sampai yang

tercatat dalam rekam

medik

Data

sekunder

Rekam

medik

Ordinal Berisiko (≥40 tahun)

Tidak berisiko (<40

tahun)

3. Jenis kelamin Jenis kelamin pasien

yang tercatat dalam

rekam medik

Data

sekunder

Rekam

medik

Ordinal Berisiko (Laki-laki)

Tidak berisiko

(Perempuan)

4. Kebiasaan

merokok

Kebiasaan

menghisap tembakau

yang dibakar ke

dalam tubuh dan

menghembuskannya

kembali keluar,

dikatakan aktif jika

merokok minimal 1-

4 batang perhari

Data

sekunder

Rekam

medik

Ordinal Berisiko (merokok aktif)

Tidak berisiko (tidak

merokok)

Page 28: Putri Nuraini

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yaitu penelitian yang

menganalisis faktor risiko. Pengambilan subjek dimulai dari identifikasi

kelompok kasus, lalu ditelusuri rekam medik subjek tersebut untuk mengetahui

faktor resiko kanker paru yang dimilikinya. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah usia, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok. Sedangkan variabel terikatnya

adalah kejadian kanker paru pada pasien RSUP Persahabatan Jakarta.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sub Bagian Rekam Medis RSUP

Persahabatan Jakarta. Waktu pengambilan data dimulai pada 10 Agustus – 17

September 2011.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah pasien dengan penyakit kanker paru pada

tahun 2009-2010 dan pasien bukan kanker paru yang tercatat dalam rekam medis.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini terdiri dari kasus yaitu pasien dengan diagnosis

kanker paru dan kontrol yaitu pasien tanpa kanker paru. Besar sampel ditentukan

melalui analitis kategorik tidak berpasangan. Untuk menentukan besar sampel

digunakan rumus sebagai berikut:13

Sampel N1=N2= (Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)² (P1-P2)² N1=N2= (1,64√2x0,58+0,84√0,66x0,34+0,5x0,5)² (0,16) ² N1=N2= 1,13+0,57 0,02 N1=N2= 85

19

Page 29: Putri Nuraini

Zα = deviat baku alfa 5%, hipotesis satu arah = 1,64

Zβ = deviat baku beta 20% = 0,84

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya

(0,5)

Q2 = 1-P2 = 1-0,5 = 0,5

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan

judgement peneliti

OR = P1 (1-P2)

P2 (1-P1)

2 = P1 (1-0,5) = P1 x 0,5

0,5 (1-P1) 0,5 (1-P1)

2 (1-P1) = P1

2-2P1 = P1

3P1 = 2

P1 = 2/3 = 0,66

Q1 = 1-P1= 0,34

P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0,16)

P = proporsi total = (PI+P2)/2 = 0,58

Q = 1-P = 0,42

Dari perhitungan di atas didapatkan besar sampel minimal yang harus

di ambil sebanyak 85 orang.

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode non-

probability sampling dengan tekhnik purposive sampling, yaitu pengambilan

sampel non-random yang dilakukan atas dasar suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya.14

Page 30: Putri Nuraini

3.3.4. Kriteria sampel

Kasus

Kasus adalah subjek yang didiagnosis menderita penyakit, adapun

kriterianya sebagai berikut:

Inklusi

• Pasien RSUP Persahabatan dengan diagnosis kanker paru berdasarkan

pemeriksaan sitologi sputum atau biopsi histopatologi yang tercatat

dalam rekam medik pada tahun 2009-2010.

Eksklusi

• Pasien tanpa diagnosis kanker paru atau dengan diagnosis kanker paru

sekunder.

• Pasien kanker paru dengan hasil pemeriksaan yang tidak menunjang

penegakkan diagnosis kanker paru.

Kontrol

Kontrol adalah subjek yang tidak menderita penyakit, adapun kriterianya

sebagai berikut:

Inklusi

• Pasien RSUP Persahabatan yang menderita penyakit bukan kanker paru

atau tidak terdiagnosis sebagai kanker paru yang tercatat dalam rekam

medik pada tahun 2009-2010.

Eksklusi

• Pasien yang memiliki penyakit dengan gejala yang sama atau penyakit

yang merupakan diagnosis banding dari kanker paru.

Page 31: Putri Nuraini

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.5. Managemen data

3.5.1. Pengumpulan data

Penelitian ini dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan dari RSUP

Persahabatan. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh

melalui rekam medik. Data yang dikumpulkan adalah data kasus kanker paru dan

bukan kanker paru serta 3 variabel yang diteliti yaitu usia, jenis kelamin, dan

kebiasaan merokok.

Mengumpulkan data rekam medik pasien

analisis

pengolahan data

Mengajukan perizinan pengambilan data rekam medik pasien kepada diklit RS

Penyusunan laporan

Presentasi proposal

Menyeleksi data sesuai kriteria inklusi

dan eksklusi

kasus kontrol

Study pendahuluan

Page 32: Putri Nuraini

3.5.2. Pengolahan data

Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan kemudian

diolah dengan menggunakan program SPSS for window. Setelah data terkumpul,

tahap selanjutnya adalah melakukan proses editing yaitu memeriksa data hasil

pengisian kuesioner oleh responden. Setelah proses editing selesai, tahap

selanjutnya adalah proses coding yaitu pemberian nilai kepada setiap jawaban dari

responden dan tahap berikutnya adalah meng-entry data ke perangkat lunak

komputer serta dilakukan proses cleaning data untuk membersihkan kesalahan

data yang dimasukkan. Setelah data benar-benar bersih, baru dilakukan analisa

lebih lanjut terhadap data dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data.

Berikut bagan yang menjelaskan proses pengolahan data :

Bagan 3.1. Proses Pengolahan Data

3.5.3. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan

analisis bivariat.

• Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan distribusi frekuensi masing-

masing-masing variabel independen.

• Analisis bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besar faktor risiko terjadinya

kanker paru. Untuk analisanya digunakan uji odd ratio. Hasil penelitian

disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

3.5.4. Interpretasi Hasil

Ukuran faktor risiko bisa dilihat dengan odd ratio (OR), risiko relatif (RR),

dan koefisien korelasi. OR digunakan pada desain kasus kontrol. Nilai OR bisa

dihitung secara manual dengan rumus ad/bc.15

Data Editing Data

Entry Data ke Komputer

Cleaning Data

Coding Data

Page 33: Putri Nuraini

Tabel 3.1. Cara Menghitung Odd Ratio

Kasus Kontrol

Eksposur + A B a+b

Eksposur - C D c+d

a+c b+d

Sumber: Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.

Jakarta: Salemba Medika; 2009. h. 179-182.

OR = ad bc Interpretasi:

OR = 1 ; tidak ada hubungan

OR < 1 ; faktor pelindung atau protektif

OR ≥ 1 ; faktor risiko/penyebab penyakit

Probabilitasnya dapat dihitung dengan rumus:

P = OR/(1+OR)

Kemaknaan nilai OR pada tingkat kepercayaan sebesar 95% CI

(Confident Interval):

a. Tidak bermakna, jika nilai antara lower limit dan upper limit

mencakup nilai 1.

b. Bermakna, jika nilai antara lower limit dan upper limit tidak

mencakup nilai 1.

Page 34: Putri Nuraini

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) Persahabatan Jakarta terletak di Jl.

Persahabatan Raya No. 1 Jakarta Timur 13230. Rumah sakit ini didirikan pada

tahun 1961 atas bantuan Pemerintah Rusia kepada Pemerintah Indonesia.

Penyerahan secara resmi pada tanggal 7 November 1963 yang kemudian dikenal

sebagai hari jadi RSUP Persahabatan. RSUP Persahabatan terus mengalami

perkembangan yang salah satunya menjadi rumah sakit umum (RSU) kelas B-3

wilayah Jakarta Timur, dan menjadi rujukan nasional untuk penyakit paru.16

4.2. Analisis Univariat

Jumlah subjek penelitian ini adalah sebanyak 200 orang, 100 orang untuk

kasus dan 100 orang untuk kontrol, dengan 3 variabel yang diteliti dalam bentuk

distribusi frekuensi sebagai berikut:

4.2.1. Distribusi Frekuensi Usia, Jenis Kelamin, dan Kebiasaan Merokok

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Kanker Paru Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Kebiasaan Merokok

Umur

Kasus Kontrol

n

(100)

% n

(100)

%

≥40 tahun 97 97.0 64 64.0

<40 tahun 3 3.0 36 36.0

Jenis Kelamin

Laki-laki 85 85.0 55 55.0

Perempuan 15 15.0 45 45.0

Kebiasan Merokok Aktif

Ya 78 78.0 43 42.0

Tidak 22 22.0 57 58.0

Sumber:DataPrimer

Page 35: Putri Nuraini

Berdasarkan tabel 4.1. diatas, menunjukkan bahwa pada kelompok kasus,

sebagian besar berusia 40 tahun ke atas yaitu sebanyak 97 orang (97%). Hasil ini

sejalan dengan penelitian Situmeang B tahun 2010 ditemukan proporsi penderita

kanker paru yang tertinggi adalah usia 40 tahun ke atas sebanyak 94,7% dan pada

penelitian Taufik tahun 2005 juga ditemukan bahwa proporsi penderita kanker

paru tertinggi adalah usia kurang dari 40 tahun sebanyak 84,6%.17,18

Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, sebagian

besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 85 orang (85%). Hasil ini sejalan

dengan penelitian Widyastuti S ditemukan bahwa penderita kanker paru berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 81,5% dan pada penelitian S Christine tahun 2009 juga

ditemukan bahwa proporsi penderita kanker paru berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 73,3%.19,20

Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, sebagian

besar memiliki kebiasaan merokok aktif yaitu sebanyak 78 orang (78%). Hasil ini

sejalan dengan penelitian S Christine tahun 2009 ditemukan bahwa penderita

kanker paru yang merokok aktif sebanyak 91,3%.20

4.3. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besar faktor risiko terjadinya

kanker paru. Untuk analisanya digunakan uji odd ratio. Hasil penelitian disajikan

dalam bentuk tekstular dan tabular. Selanjutnya hasil analisis bivariat dijelaskan

sebagai berikut:

4.3.1. Pengaruh Faktor Usia terhadap Kanker Paru

Tabel 4.2. Analisis Faktor Usia terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010

Umur Kasus Kontrol Pvalue OR CI

(95%) N % N %

≥40 tahun 97 97.0 64 64.0 0,000 18,188 5,373-61,565

<40 tahun

Total

03

100

03.0

100.0

36

100

36.0

100.0

Sumber:DataPrimer

Page 36: Putri Nuraini

Hasil analisis statistik usia terhadap kanker paru dengan uji odd ratio

adalah didapatkan nilai OR sebesar 18,188 (CI 95% 5,373-61,565), hal ini berarti

risiko orang yang berusia 40 tahun ke atas terkena kanker paru sebesar 18,188 kali

dibandingkan dengan orang yang berusia kurang dari 40 tahun dengan

probabilitas 95%.

Saat ini, frekuensi kanker paru di seluruh dunia semakin meningkat. Hal

ini berhubungan dengan semakin tingginya polusi udara dan penggunaan rokok.

Orang yang rentan terkena kanker paru adalah orang dengan usia di atas 40 tahun,

namun tidak lepas dari kebiasan merokok. Menurut Wijayakusuma H tahun 2008,

perokok di atas 40 tahun rentan terkena kanker paru, jika mulai merokok kurang

dari 15 tahun. Menurut Otto SE tahun 2005, periode laten antara permulaan

merokok dan terjadinya kanker paru adalah sekitar 15 sampai 20 tahun.21,22

Menurut Kumar tahun 2007, usia merupakan faktor risiko penting

terjadinya kanker. Insiden kanker semakin meningkat seiring bertambahnya usia.

Hal tersebut sangat mungkin disebabkan karena semakin banyaknya pajanan

faktor risiko dan kemampuan mekanisme perbaikan sel yang semakin menurun.7

Dengan masa laten yang lama sejak dimulai merokok sampai terjadinya

kanker paru maka menemukan kanker paru pada usia remaja atau dewasa muda

sangat kecil kemungkinannya.

4.3.2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap Kanker Paru

Tabel 4.3. Analisis Faktor Jenis Kelamin terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010

Jenis Kelamin Kasus Kontrol pvalue OR CI

(95%) n % N %

Laki-laki 85 85.0 55 55.0 0,000 4,636 2,359-9,112

Perempuan

Total

15

100

15.0

100.0

45

100

45.0

100.0

Sumber:DataPrimer

Hasil analisis statistik jenis kelamin terhadap kanker paru dengan uji odd

ratio adalah didapatkan nilai OR 4,636 (CI 95% 2,359-9,112), hal ini berarti

Page 37: Putri Nuraini

risiko laki-laki terkena kanker paru sebesar 4,636 kali lebih besar dibandingkan

dengan perempuan dengan probabilitas 82%.

Hal ini menunjukkan bahwa kejadian kanker paru lebih banyak ditemukan

pada laki-laki dibandingkan perempuan. Di Indonesia, menurut WHO pada laki-

laki kejadian kanker tersering adalah kanker paru, kanker kolon, dan kanker

prostat. Sedangkan, pada perempuan kejadian kanker tersering adalah kanker

payudara, kanker serviks, kanker lambung, kanker kolon, kanker paru, dan kanker

laring.23

Kanker paru lebih banyak ditemukan pada laki-laki akibat dari kebiasaan

merokok, sehingga pada perempuan insidensinya lebih rendah. Menurut Davey P

tahun 2005, kanker paru adalah keganasan yang paling sering dijumpai pada laki-

laki sebesar (65-70%) sebagai akibat dari merokok. Pada saat ini jumlah

perempuan perokok semakin banyak sehingga insidensi kanker paru pada

perempuan semakin meningkat.24

4.3.3. Pengaruh Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kanker

Tabel 4.4. Analisis Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010

Merokok Kasus Kontrol pvalue OR CI

(95%) n % N %

Ya 78 78.0 43 43.0 0,000 4,700 2,536-8,710

Tidak

Total

22

100

22.0

100.0

57

100

57.0

100.0

Sumber:DataPrimer

Hasil analisis statistik faktor risiko kebiasaan merokok terhadap kanker

paru dengan uji odd ratio adalah didapatkan nilai OR 4,700 (CI 95% 2,536-

8,710), hal ini berarti risiko orang yang merokok aktif terkena kanker paru sebesar

4,700 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dengan

probabilitas 82%.

Rokok merupakan faktor risiko utama dalam menyebabkan kanker paru.

Menurut Sumartono WR tahun 2008, rokok mengandung berbagai bahan zat

Page 38: Putri Nuraini

kimia. Salah satunya merupakan bahan karsinogenik yaitu tar. Tar terbentuk dari

gabungan banyak zat kimia, termasuk gas-gas dan zat-zat yang menyebabkan

kanker, zat ini melapisi paru-paru seperti jelaga di cerobong asap. Tar

berkondensasi menjadi substansi lengket berwarna coklat yang akan menempel

pada paru-paru sekaligus menyalurkan banyak bahan kimia berbahaya lainnya

dari asap rokok.25

Menurut Suryo J tahun 2010, kanker paru yang disebabkan oleh merokok

aktif ditemukan sebanyak 9 dari 10 kasus. Tingkat risiko dipengaruhi oleh

lamanya seseorang merokok. Pada seseorang yang merokok 20 batang setiap hari

selama 40 tahun memiliki risiko 8 kali untuk menderita kanker paru dibandingkan

dengan seseorang yang merokok 40 batang setiap hari selama 20 tahun. Pada

perokok pasif ditemukan peningkatan risiko kanker paru sebesar 25% jika

pasangannya merokok, sementara orang yang terekspos asap rokok di lingkungan

kerja risikonya meningkat sebesar 17%.26

Menurut penelitian sebelumnya oleh S Christine tahun 2009, didapatkan

hubungan kebiasaan merokok dengan kanker paru dengan nilai OR yang didapat

penelitian tersebut adalah 4,929.20

4.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi

hasil penelitian, yaitu:

• Penelitian ini sangat bergantung pada data sekunder.

• Pada status rekam medik menyatakan bahwa pasien tidak merokok,

namun tidak ada penjelasan mengenai riwayat kebiasaan merokok

pada keluarga yang merupakan salah satu faktor risiko pasien

sebagai perokok pasif.

Untuk mengatasi kelemahan pada hal di atas dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

• Menyarankan bagi para dokter yang melakukan anamnesis pada

pasien penyakit paru untuk menanyakan riwayat kebiasaan merokok

pada keluarga yang tinggal satu rumah dengan pasien.

Page 39: Putri Nuraini

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.2. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUP Persahabatan diperoleh

bahwa:

1. Proporsi penderita kanker paru yang tertinggi diperoleh pada kelompok

usia 40 tahun ke atas sebanyak 97%, laki-laki sebanyak 85%, dan

kebiasaan merokok aktif sebanyak 78% .

2. Orang yang berusia 40 tahun ke atas mempunyai kemungkinan 18,188 kali

mengalami kanker paru dibandingkan dengan orang yang berusia kurang

dari 40 tahun dengan probabilitas 95%.

3. Jenis kelamin laki-laki mempunyai kemungkinan 4,636 kali mengalami

kanker paru dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan dengan

probabilitas 82%.

4. Orang yang merokok aktif mempunyai kemungkinan 4,700 kali

mengalami kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok

dengan probabilitas 82%.

5.3. SARAN

5.3.1. Kepada Instansi Kesehatan

1. Tenaga kesehatan perlu lebih aktif untuk menginformasikan tentang

faktor-faktor risiko kanker paru kepada masyarakat. Sosialisasi dapat

juga dilakukan melalui media cetak ataupun elektronik.

2. Pencatatan rekam medis mengenai riwayat penyakit pasien

sebaiknya ditulis secara lengkap dan juga lebih ditanyakan lagi

faktor-faktor risiko lain yang mungkin menyebabkan kanker paru.

Hal ini untuk membantu para peneliti yang menggunakan rekam

medik sebagai data penelitiannya.

Page 40: Putri Nuraini

5.3.2. Kepada Peneliti

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain

(perokok pasif, pajanan polusi, genetik, makanan, dll) yang

berhubungan dengan kanker paru.

5.3.3. Kepada Masyarakat

Pada saat usia kurang dari 40 tahun lakukan tindakan preventif sedini

mungkin dengan tidak merokok terlebih lagi kepada jenis laki-laki.

Page 41: Putri Nuraini

DAFTAR PUSTAKA

1. Susanto AD, Prasenohadi, Yunus F. The Year of Lung. Jakarta: Departemen

Pulmonolgi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Indonesia-

RSUP Persahabatan Jakarta; 2010. (diakses 28 September 2011). Tersedia

dari: http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan10/Lung%20of%20the%20year-

2.pdf

2. Salgia R, Blanco R, Skarin AT, Lathan CS. Lung Cancer: aetiology,

histopathology, and clinical manifestations. Dalam: Lorigan Paul, Skarin

AT. Lung Cancer. China: Mosby Elsevier; 2007. h. 23-28.

3. Amin Z. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K

Marcellus S, Setiati S, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi

ke-5. Jakarta: FKUI; 2009. h. 2254-2260.

4. Ismail D. Harapan Baru untuk Penderita Kanker Paru. Dalam: Purwanto TP,

penyunting. Harian Joglo Semar. 2011. (diakses 28 September 11). Tersedia

dari: http://harianjoglosemar.com/berita/harapan-baru-untuk-penderita-kanker-

paru-49728.html

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia

2008. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.

6. Kanker Paru. Divisi Onkologi Toraks Departemen Pulmonologi dan Ilmu

Kedokteran Respirasi. (diakses 25 Februari 2011). Tersedia dari:

http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=17&

Itemid=31

7. Kumar V, Maitra A. Paru dan Saluran Napas Atas. Dalam: Kumar V,

Cotran RS, Robbins SL, penyunting. Buku Ajar Patologi, edisi ke-7. Jakarta

: EGC; 2007. h. 559-565.

8. Wahyuningsih, Yunus F, Ikhsan M, Wiyono WH. Dampak Inhalasi Cat

Semprot. Cermin Dunia Kedokteran no. 138. Jakarta: Kalbe; 2003. h. 23-28.

9. Fujin Chen, Wei Fan, Jinhua Huang, Wei Li, Donggen Liu, Guoyi Luo, dkk.

Karsinoma Paru. Dalam: Desen Wan, Tiehua Rong, Yixin Zen, Zongyuan

Zen, Jingqing Li, Yilong Wu, dkk. Buku Ajar Onkologi Klinis, edisi ke-2.

Jakarta: FKUI; 2008. h. 337-342.

Page 42: Putri Nuraini

10. Statistik Kanker. Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional 2007.

(diakses 19 September 2011). Tersedia dari:

http://www.dharmais.co.id/index.php/cance-statistic.html

11. Ward J PT, Ward J, Leach RM, Wiener CM. At a Glance Sistem Respirasi

edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 84-85.

12. D Susanna. Penentuan Kadar Nikotin dalam Asap Rokok. 2003. (diakses 27

Januari 2010). Tersedia dari: http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/03-

Penentuan%20Kadar%20Nikotin_Susanna.D.PDF

13. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel edisi ke-2.

Jakarta: Salemba Medika; 2009. h. 43-47.

14. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;

2010. h. 124-125.

15. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika; 2009. h. 179-182.

16. Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. (diakses 10 September 2011).

Tersedia dari: http://rsuppersahabatan.com/index.php

17. Situmeang B. Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Di

Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007. 2010. (diakses 15

Agustus 2011). Tersedia dari:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16406

18. Taufik, Syahruddin E, Mulyani S, Chan Y, Y Zairilin. Faktor Risiko, Gejala

Klinis, dan Diagnosis Kanker Paru di Bagian Pulmonologi Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas-Rumah Sakit Dr. M. Djamil, Padang. 2005.

(diakses 05 Februari 2011). Tersedia dari:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/26406175179.pdf

19. Widyastuti S. Karakteristik Penderita Kanker Paru Rawat Inap Di Rumah

Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2000-2002. 2009.

(diakses 5 September 2011). Tersedia dari:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14575

20. S Christine. Hubungan Merokok dengan Kanker Paru di RSUP H. Adam

Malik Medan tahun 2009. 2011. (diakses 23 April 2011). Tersedia dari :

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21470

Page 43: Putri Nuraini

21. Bustan, MN. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta;

2007. H. 124-153.

22. Wijayakusuma H. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa

Swara; 2008. h. 10-11.

23. Otto SE. Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC; 2005. h. 235-236.

24. Davey P. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2005. h. 202-203.

25. Sumartono RW. Stop Merokok. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 4.

26. Suryo J. Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. Yogyakarta: B First.;

2010. h. 27-30.

Page 44: Putri Nuraini

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Putri Nuraini

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 02 Oktober 1989

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Cimahpar Endah 2, jln. Pipit no. 5 k, Jawa Barat-

Sukabumi 43192

Nomor Telepon/HP : 081563233393

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1995-1996 : TK Dharma Ayah, Sukabumi

1996-2002 : SDN Pasirhalang 1, Sukabumi

2002-2005 : SMP Islam Asy-Syafi’iyah Pulo Air, Sukabumi

2005-2008 : SMA Islam Asy-Syafi’iyah Pulo Air, Sukabumi

2008-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2010-2012 : Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ)

Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009-2011 : Pengurus UIN Syahid Medical Rescue (USMR) Jurusan

Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1

Page 45: Putri Nuraini

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 34.687a 1 .000

Continuity Correctionb 32.617 1 .000

Likelihood Ratio 39.725 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 200

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for klasifikasi

umur (0 / 1) 18.188 5.373 61.565

For cohort kanker paru = ya 7.832 2.622 23.398

For cohort kanker paru =

tidak .431 .349 .532

N of Valid Cases 200

Crosstab

kanker paru

Total ya tidak

klasifikasi umur 0 Count 97 64 161

% within kanker paru 97.0% 64.0% 80.5%

1 Count 3 36 39

% within kanker paru 3.0% 36.0% 19.5%

Total Count 100 100 200

% within kanker paru 100.0% 100.0% 100.0%

Lampiran 2

Page 46: Putri Nuraini

Crosstab

kanker paru

Total ya tidak

jenis kelamin laki-laki Count 85 55 140

% within kanker paru 85.0% 55.0% 70.0%

perempuan Count 15 45 60

% within kanker paru 15.0% 45.0% 30.0%

Total Count 100 100 200

% within kanker paru 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 21.429a 1 .000

Continuity Correctionb 20.024 1 .000

Likelihood Ratio 22.176 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 200

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 30,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jenis kelamin

(laki-laki / perempuan) 4.636 2.359 9.112

For cohort kanker paru = ya 2.429 1.536 3.840

For cohort kanker paru =

tidak .524 .407 .674

N of Valid Cases 200

Page 47: Putri Nuraini

Crosstab

kanker paru

Total ya tidak

merokok ya Count 78 43 121

% within kanker paru 78.0% 43.0% 60.5%

tidak Count 22 57 79

% within kanker paru 22.0% 57.0% 39.5%

Total Count 100 100 200

% within kanker paru 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 25.630a 1 .000

Continuity Correctionb 24.187 1 .000

Likelihood Ratio 26.328 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 200

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for merokok (ya /

tidak) 4.700 2.536 8.710

For cohort kanker paru = ya 2.315 1.585 3.381

For cohort kanker paru =

tidak .493 .374 .649

N of Valid Cases 200

Page 48: Putri Nuraini