informed consent kelompok 3

Upload: tyo-jackob

Post on 21-Jul-2015

1.001 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

INFORMED CONSENTD I S U S U N Oleh :( Agus Prasetyo, Wahyu Hidayat, Cutrinawati, Ria Agustina, Marwan Tanjung )

AKADEMI PERAWAT MALAHAYATI MEDAN 2011/2012

AKADEMI PERAWAT MALAHAYATI MEDAN TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Etika Keperawatan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini memuat tentang Informed Consent ( Persetujuan Tindakan Medis ) yang mengidentifikasikan dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan dengan hal hal nyata dalam keperawatan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini dengan baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

1.1 Kata PengantarBAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan B. Peraturan Menteri Kesehatan RI No:585 Menkes Per 1X 1989 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.575 Menkes per 1X 1989 C. Pedoman persetujuan Tindakan Medis {InformedConsent} D. Tanggung jawab dan tanggung gugat dalam praktik keperawatan E. System Hukum

BAB III

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

INFORMED CONSENTA. PendahuluanDalam bahasa Indonesia, inform artinya memberitahukan, mengatakan, atau mengabarkan. Sedangkan consent adalah memberikan izin, memperbolehkan, mengabulkan, atau menyetujui setelah mendapatkan pemberitahuan. Definisi INFORMED CONSENT Wijono D. (2000) adalah suatu istilahyang dalam arti luas berkaitan dengan etika, hokum, dan kedokteran Kozier B. Erb G & Blais K adalah persetujuan klien terhadap pengobatan atau prosedur yang akan dilakukan kepadanya setelah informasi lengkap di berikan, termasuk resiko atau dampak yang akan terjadi sebagai akibat dari tindakan tersebut, penjelasan dilakukan oleh dokter

A. Fungsi Informed Consent Menurut katz & Kapran, dalam Wijono D. (2000) adalah sbb. 1, Promosi Otonomi Individu 2, Proteksi terhadap klien dan subjek 3, Menghindari kecurangan 4, Mendorong adanya penelitian yang cermat dari diri dendiri oleh profesi medis 5, Promosi keputusan yang rasional B. Dasar Informed Consent Menurut Komalawati V. (1999) dalam hukum Inggris telah lama dikenal adanyak Individu untuk dapat bebas dari bahaya atau serangan yang menyentuhnya. Bahaya yang disengaja atau serangan dari oaring lain-yang menyentuhnya tanpa hak-disebut battery, yaitu kejahatan atau perbuatan velawan hokum yang menggunakan kekekrasan atau paksaan terhadap orang lain. C. Syarat Informed Consent Informed Consent dilandasi oleh prinsip etik dan moral serta otonomi klien, oleh karna itu diperlukan informasi untuk mengadakan pertimbangan agar dapat bertindak sesuai dengan pertimbanganya tersebut . Prinsip inilah yang oleh para ahli etik disebut sebagai doktrin Informed Consent. Prinsip tersebut mengandung 2 hal penting sebagai berikut :

Setiap orang mempunyai hak untuk memutuskkan secara bebas mengenai hal yang dipilhnya, berdasarkan pemahaman yang memadai Keputusan tersebut harus dibuat dalam keadaan yang memunginkanya dan membuat pilihan tanpaadanya paksaan atau campur tangan dari piahak lain Menurut Potter dan Perry (1999), proses Informed Consent terjadi ketika klien yang dianggap kompeten melakukan dialog dengan orang yang mereka cintai dan orang yang memberikan keperawatan. Menurut Nurses legal Handbook (1996) informasi yang harus diberikan dalam Informed Consent adalah sbb. 1.Deskripsi atau gambaran tentang tindakan atau prosedur yang akan dilakukan 2.Nama dan kualifikasi orang yang memberikan tindakan 3.Penjelasan juga mencakup mengenai potensial buruk yang mungkinterjadi seperti kematian, kerusakan otak, kelumpuha dll 4.Penjelasan tentang gambaran alternative tindakan dan prosedur. 5. mendiskusikan kemungkinan dampak yang akan terjadi apabila tindakan tidak dilakukan D. Bentuk Informed Consent Komalawati V. (1999) menyatakan bahwa informed Consent dpat dilakukan secara Tegas atau Diam-diam. Tegas artinya dapat disampaikan dengan kata-kata langsungbaik secara lisan maupun secara tertulis Menurut Wijono D (2000) ada 2 cara untuk menyampaikan Informed Consent yaitu model proses dan model event

B. Peraturan Manteri Kesehatan RI No:585 Menkes Per 1X 1989 dan Peraturan Manteri Kesehatan RI No.575 Mankes per 1X 1989Indonesia mempunyai ketentuan mengenai informed consent yg dgunakan sebagai pedoman dalam pelayanan medis,yaitu peraturan Manteri Kesehatan RI No: 585 Mankes/per /IX/1989 DAN Peraturan Menteri Kesehatan RI No 575/Menkes/Per/IX/1989 (dikutip dari Wijono D., 2000). Dalam menjalankan profesi kedokteran , perlu ditetapkan landasan hukum untuk menjadi pedoman bagi para dokter baik yang bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik maupun pd praktik perorangan atau bersama. Pengaturan tentang persetujuan tindakan medis/informed consent merupakan suatu hal yang berkaitan erat dengan tindakan medis yang dilakukan dokter.

Ketentuan Umum

Ketentuan Umum dalam peraturan tersebut menurut yang disampaikan oleh Wijono D (2000) adalah sebagai berikut. 1. Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukun terhadap klien. 2. Tindakan medis adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap klien berupa diagnostik terapeutik. 3. Tindakan invasif adalah tindakan yang langsung dapat memengaruhi keutuhan jaringan tubuh 4. Dokter adalah dokter umum /dokter spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang bekerja dirumah sakit,puskesmas,klinik atau perorangan/bersama.

Persetujuan Persetujuan yang dimaksudkan dalam peraturan tersebut menurut Wijono D. (2000) adalah sebagai berikut. 1. Semua tindakan medis yang akan dilakukan trhadap klien harus mendapat persetujuan ,yang dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. 2. Persetujuan yang dimaksud diberikan setelah klien mendapatkan informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan. 3. Setiap tindakan medis yang mengandung risiko tinggi harus dilakukan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan .

a) Informasi Informasi yang dimaksud dalam peraturan tersebut menurut Wijono D. 2000 sebagai berikut. 1. Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada klien, baik diminta maupun tidak diminta. 2. Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan medis yang dilakukan, baik diagnostik maupun terapeutik. 3. Dalam hal tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasif lainnya, informasi harus diberikan oleh dokteryang akan melakukan prosedur operasi. 4. Informasi juga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi.

Cara Penyampaian Informasi

Komalawati V. (1991) mengatakan bahwa cara pernyataan kehendak menurut hukum dengan adanya informed consentdari klien dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. Dengan bahasa yang sempurna dan ditulis. Dengan bahasa yang sempurna secara lisan. Dengan bahasa yang tidak sempurna,asal dapat diterima oleh piha lawan. Dengan bahasa isyarat, asal dapat diterima oleh pihak lawan. Dengan diam atau membisu, asal dapat dipahami atau diterima oleh pihak lawan.

Pihak yang Berhak Memberikan Informed Consent 1. Persetujuan diberikan oleh klien dewasa dalam keadaan sadar dan sehat mental. 2. Bagi klien dewasa yang berada di bawah pengampu (waLI ),maka persetujuan diberikan oleh wali/kurator. 3. Klien dibawah umur 21 tahun yang tidak mempunyai orangtua/wali dan atau orangtua/ wali berhalangan , maka persetujuan diberikan oleh orang terdekat. 4. Dalam hal klien tidak sadar/pingsan serta tidak di dampingi oleh keluarga terdekat dan secara medis berada dalam keadaan gawat dan/atau yang darurat memerlukan tindakan medis segera,tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.

b.Tanggung Jawab Dokter bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan tindakan medis. Pada pemberian persetujuan tindakan medis yang dilaksanakan di rumah sakit/klinik, maka rumah sakit/klinik yang bersangkutan ikut bertanggung jawab.

c. Sanksi Terhadap dokter yang melakukan tindakan medis tanpa adanya persetujuan dari klien dan keluarganya, dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan surat izin praktik yang dimiliki.

d. Ketentuan Lain

Dalam hal tindakan medis yang harus dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah, dimana tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak, maka persetujuan tindakan medis tidak diperlukan.

C. Pedoman persetujuan Tindakan Medis{InformedConsent}Persetujuan Tindakan medik{InformedConsent} Antara Lain sbb... 1.Bahwa Masalah kesehatan seseorang {klien} adalah tanggung jawab seseorang {klien}itu sendiri. Dengan Demikian,sepanjang keadaan kesehatan tersebut tidak sampai mengganggu orang lain, maka keputusnan untuk mengobati atau tidaknya masalah kesehatan yang dimaksud sepenuhnya bergantung dan menjadi sepenuhnyamenjadi tanggung jawab yang bersangkutan. 2.Bahwa tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter untuk meningkatkan atau memulihkan kesehatan seseorang{klien} hanya merupakan suatu upaya yang tidak wajib diterima oleh seseorang{klien} yang bersangkutan, karena sesungguhnya dalam pelayanan kedokteran tidak seorangpun yang dapat memastikan hasil akhir dari hal itu, kliedengan tidak dapat atau tidak bersedia menerima tindakan kedokteran yang ditawarkan, maka sepanjang penolaka tersebut tidak sampai membahayakan orang lain maka tetap harus dihormati. 3. Bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan berhasil gunaapabila terjalin kerja sama yang baik antara dokter dengan klien,karena dokter dan klien akan dapat saling saling mengisi dan melengkapi.Dalam rangka menjalin kerja samsa yang baik, maka perlu diadakan ketentuan yang mengarurtentang perjanjian antara antara dokter dan klien.klien menyetujui atau menolak, hak pribadinya dilangar setelah dia mendapat informasi dari dokter terhadap hal-hal yang dilakukan dokter sehubungan pelayanan kedokteran yang diberikan kepadanya. 4. Bahwa untuk mengatur keserasian , keharmonisan, dan ketertiban hubungan dokter dan klien melalui pemberian informed consent, terdapat pedoman sebagai acuan bagi pemilik dan pengelola rumah sakit. Pedoman ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh rumah sakit .pedoman ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh rumah sakit di indonesia dalam melaksanakan ketentuan tentang informet consent.

Teori Terkaid Informsi Consent dalam Pelaksanaan Exprimen Pada manusia. Komalawati V. (1999) mengatakan bahwa pada hakikatnya informedconsent tidak boleh dihubungkan hanya dengan upaya serta pemikiran untuk menghindari diri dari tanggung jawab atau

Suatu resiko saja,serta semata-mata hanya untuk dapat dilakukan suatu tindakan secara Sah, tetapi perlu dicari landasan filosofis yang terlepas dari upaya dan pemikiran untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Veath, dalam komalawati V.(1999), ada tiga teori penting informed consent dalam pelaksanaan experimen pada manusia. 1. Teori manfaat untuk klien Pandangan mengenai hal yang baik dan bermanfaat bagi seorang klien tertentu tidak sama antara klien satu dengan yang lainya, karena bergantung pada situasi dan dan kondisi pribadi serta nilai yang dianut oleh klien yang bersangkutan oleh karena itu pemberian informasi harus diberikan sesuai dengan sehinga klien dapat ikut berpatisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan. 2. Teori manfaat bagi pergaulan hidup Teori ini terkait dengan pandangan utilitas ( kegunaan ), yaitu kemanfaatan terbesar bagi jumlah yang terbesar.Penyelenggaraan eksperimen diperkenankan apabila didasarkan pada pertimbangan tertentu, yaitu lebih banyak manfaatnya daripada kerugiannya. 3. Teori menentukan nasib sendiri Menurut teori ini, penentuan memaksimalisasi keuntungan bagi pergaulan hidup telah menjurus ke arah pelecehan terhadap hak asasi manusia, yang tidak dapat diterima sehingga memberikan dua kemungkinan sebagai berikut. a. Diterapkannya kembali formulasi Hiocrates, bahwa eksperimen hanya dilakukan bila yang dipertahankan adalah manfaat atau keuntungan-keuntungan pribadi klien atau naracoba ( subjek eksperimen ). b. Eksperimen dihalalkan jika dilaksanakan bagi kepentingan pergaulan hidup dan dapat diberikan perlindungan atau menjaga- menjaga sampai timbul ekses dengan jalan memberikan bentuk pada asas yang membatasi kemungkinan tersebut.

Pandangan terhadap Informed Consent Menurut Komalawati V. (1999 ), dalam melakukan pelayanan medis seorang dokter harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi, hal ini disebabkan oleh adanya tuntutan hukum bahwa dokter harus memberi informasi kepada klien. Hal tersebut terkait dengan dau hal sebagai berikut. 1. Klien berhak menerima informasi-tanpa diminta tantang segala sesuatu mengenai dirinya. Klien berhak menerima jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

2. Klien tidak boleh dirugikan, hal ini merupakan suatu dasar hukum untuk menahan informasi, sama halnya seperti dikemukakan dalam teori manfaat untuk klien. Ada dua standar yang dapat digunakan untuk mencapai cukup tidaknya informasi yang diberikan dokter dan standar materiil atau standar yang layak bagi klien. Standar profesional digunakan oleh beberapa negara maju, sedangkan standar materiil digunakan oleh beberapa negara berkembang.

Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan Keperawatan merupakan suatu seni yang berorentasi pada manusia, persamaan untuk menghargai sesama individu dan suatu naluri kesusilaan, serta tindakan apa yang harus dikerjakan ( Myrtle Aydelotte ), 1992 ). M enurut persatuan perawat nasional indonesia/PPNI ( 2006 ), Praktik keperawatan diartikn sebagai tindakan mandiri perawat profesional melalui kerja sama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.

D. Tanggung jawab dan tanggung gugat dalam praktik keperawatanPerawat mempunyai tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikannya. Tanggung jawab mengacu pada pelaksanaan tugas yang dikaitkan dengan peran tertentu perawat ( ANA, 1985 ). Pada waktu perawat memberikan obat, perawat bertanggung jawab dalam mengkaji kebutuhan klien terhadap obat-obatantersebut, memberikannya dengan benar dan dalam dosis yang aman, serta mengevaluasikan responnya. Tujuan dari tanggung gugat adalah sebagai berikut. 1. Mengevaluasi praktis profesional baru dan mengkaji ulang yang telah ada. 2. Mempertahankan standar keperawatan. 3. Memudahkan repleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi pada pihak profesional keperawatan 4. Memberikan dasar pengambilan keputusan etis.

Hukum dan Fungsi Hukum

Dalam Komalawati V. ( 1999 ), dijelaskan bahwa sistem hukum di Indonesia dipengaruhi oleh sistem Eropa Kontinental dan juga dari nilai budayanya sendiri.Hukum mempunyai dasar pandangan yang berlaku dalam satu kesatuan bangsa tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak, apa yang baik dan apa yang buruk.

Terbentuknya Hukum dalam Pergaulan Hidup Manusia M anusia sebagai individu tidak terlepas dari kehidupan masyarakat, dimana manusia yang saling berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lainnya, namun terkadang ada hal-hal yang tidak sama dan bahkan saling bertentangan dalam pendapat/pandangan. Dengan demikian, akan terjadi hal-hal yang kurang diinginkan apabila perbedaan pendapat tersebut diberikan, dan kemungkinan akan terjadi perselisihan yang tertentu saja akan mengganggu semua pihak. Oleh karena itu diperlukan adanya norma atau peraturan yang mengikat masyarakat agar dapat hidup berdampingan secara damai.

Hukum sebagai Norma Hukum terdiri atas norma penilaianyang diwujudkan dalam petunjuk prilaku, yang dapat digunakan untuk mengukur atau menilai kehidupan bersama dari individu dalam suatu masyarakat. Menurut Komalawati. V ( 1999 ). Mengutip pernyataan Zinsheimer dalam wignyodipuro ( 1974 ), dikemukakan bahwa hukum dapat digolongkan sebagai berikut. 1. Hukum normatif 2. Hukum ideal 3. Hukum wajar Tujuan dan Tugas Hukum Komalawati V. (1999 ) menyatakan bahwa hukum adalah ciptaan manusia yang dibuat untuk menertibkan, menuntun, dan mengarahkan manusia agar dapat bertingkah laku sesuai dengan keinginan masyarakat.Dalam memberikan gambaran yang lebih jelas tentanghukum, maka dapat bertingkah laku sesuai dengan ke inginan msyarakat. Dalam memberikan gambaran yang lebi jelas

Tentang hukum maka dapat dilihat pada teori berikut. 1. Menurut teori etis, Tujuan dari hukum semata-mata adalah keadilan, mana yang diangap adil, dan mana yang dianggap tidak adil . 2. Menurut teori utilities, tujuan hukum semata-mata menunjukan hal yang bermanfaat manfaat dalam menghasilkan kebahagiaan yang terbesar bagi orang dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya. 3. Teori campuran,dimana isi hukum harus ditentukan menurut dua asas yaitu keadilan dan kemanfaatan,degan demikian tugas hukum adalah menjamin keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat.

E. SISTEM HUKUMPola dasanya,secara garis besar adaa dua macam sistem hukum ,yaitu sistem Anglo Saxon yang didasarkan pada common law di Inggris serta case law di Amerika serikat (AS). Ciri ciri dari sistem hukum yang perlu dalam pengembangannya adalah sifatnya yang konsisten dalam menghadapi dan memecahkan atau mengatasi konplik.selain itu sistem hukum juga selalu menghendaki adanya ke seimbangan tatanan di dalam masyarakat. Ada delapan asas yang di namakan principles of legality yang di gunakan untuk mengukur adanya suatu sistem hukum yaitu: 1. Harus mengandung peraturan. 2. Peraturan yang di buat harus di umumkan. 3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, sebab peraturan yang demikian tidak dapat digunakan sebagai pedoman tingkah laku. 4. Peraturan harus di susun dalam rumusyang dapat dimengerti. 5. Tidak boleh mengndung peraturan yang bertentangan satu sama lain. 6. Peraturan itu tidak boleh mengandung tuntunan melebihi dari yang dapat dilakukan.

7. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah peraturan sehingga menyebabkan seorang akan kehilangan orientasi. 8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaannya seharihari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi hukum fungsi hukum merupakan pedoman perilaku dalam msyarakat sebagai petunjuk hidup yang mengatur tata tertip dalam pergaulan, memelihara kepentingan umum dan menjaga hak-hak manusia serta,mewujudkan keseimbangan atau keselarasan tatanan dalam msyarakat. Hubunga Hukum dalam pelayanan Kesehatan. Perkembangan teknologi telah terdampak pada pada banyak area pelayanan kesehatan menurut yacobalis S. Ada tiga bagian dalam teknologi medisyang berdampak terhadap hidup dan kehidupan manusia yaitu dampak biomedik, dampak sosial ekonomi, dan dampak bioetika. Munculnya hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan menjadi jelas, karena tugas hukum adalah menjamin keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk meningkatkan, mengarahkan, dan memberi dasar bagi pembangunan kesehatan, diperlukan perangkat hukum kesehatan yang dinamis. Perangkat hukum hendaknya dapat menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan terjadi dalam waktu mendatang. Untuk itu dalam undang-undang ini diatur tentang : 1. Asas dan tujuan yang menjadi landasan dan memberi arah pembangunan kesehatan yang dilakukan melalui upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, masyarakat yang optimal tanpa membedakan status sosialnya. 2. Hak dan kewajiban setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal serta wajib untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan. 3. Tugas dan tanggung jawab pemerintah pada dasarnya adalah mengatur, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan, serta menggerakan peran serta masyarakat. 4. Upaya kesehatan di laksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan keseimbangan melalui pendekatan meningkatkan kesehatan, pencegahan, penyakit, penyembuh an penyakit, dan pemulihan kesehatan. 5. Sumber daya kesehatan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan harus tetap memperhatikan golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak sematamata mencari keuntungan. 6. Ketentian pidana untuk melindungi pemberian dan penerima jasa pelayanan kesehatan bila terjadi pelanggaran terhadap undang-undang ini.

Undang-undang ini hanya mengatur hal-hal yang bersifat pokok, sedangkan yang bersifat teknis dan operasional diatur dalam peraturan pemerintah dan peraturan pelaksanaan lainnya.

Hukum dalam Praktik Keperawatan Hal ini dikaitkan dengan penilaian yang baik dan penyuarakan pembuatan keputusan yang menjamin asuhan keperawatan aman dan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengenalan Hukum dalam Keperawatan Perawat harus mengetahui tentang hak-hak ilegal dan tanggung jawab yang berhubungan dengan praktik keperawatan, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan aman untuk semua pihak. 1. Pada masa lalu perawat tidak bertanggung jawab terhadap tindakan mereka, padahal sebenarnya rumah sakit, dokter, dan klinik menganggap perlu tanggung jawab perawat terhadap tindakannya. 2. Pemahaman perawat tentang hak dan tanggung jawaabnya semakin baik, sama baiknya dengan pemahaman mereka terhadap hal-hal lainyang penting dalam melaksanakan praktik keperawatan agar tetap aman dan kompeten. 3. Pada tahun 1938, pemerintah amerika serikat mengesahkan penggunaan tindakan praktik keperawatan yang pertama oleh perawat.

Perlindungan Masyarakat Penerapan pertama hukum perawatan di Amerika Serikat pada tahun 1990, ini merupakan hikum yang dibolehkan karena tidak ada larangan bagi perawat untuk melakukan tindakan atau praktik yang diperlukan, dimana dinyatakan bahwa bagi perawat yang terdaftar ( Registered Nurse/RN ) dapat menangani individu yang telah mendaftar dan membayar sesuai pembayarannya. Pada tahun 1990, ANA menerbitkan sebuah buku bimbingan atau garis besar untuk saran penerapan undang-undang Negara bagian guna membantu Asosiasi Keperawatan dalam memperbaiki penanganan mereka terhadap klien.

Buku tuntunan tersebut berisi tentang hal-hal sebagai berikut. 1. Perbedaan yang jelas antara penanganan profesional dengan penanganan teknis keperawatan.

2. Kewenangan bagi badan atau ikatan perawat untuk mengatur pengembangan penanganan yang diberikan, termasuk wewenang untuk menulis pemberian perintah keperawatan bagi klien. 3. Klarifikasi tentang pertanggungjawaban perawat untuk melakukan pengawasan dan pendelegasian kepada orang lain. 4. Kewenangan asosiasi profesi untuk mengawasi personil atau anggota pembantu perawat yang berlisensi.

Registrasi dan Praktik Perawat di Indonesia Praktik keperawatan di Indonesia pada saat ini belum mempunyai kekuatan hukum seperti Negara lain, karena belum memiliki undang-undang yang melindunginya, oleh karena itu praktik keperawatan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 02.02/Menkes/148/1/2010, untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut.

Peraturan Mankes RI No. Hk.02.02/Mankes /148/1/2010 Peraturan tersebut mengatur tentang Izin dan penyelengaraan praktik perawat, terdiri ataa 17 pasal yang meliputi ketentuan umum (1 pasal ), perisinan ( 7 pasal ), penyelengaraan praktik ( 5 pasal ), pembinaan dan pengawasan ( 2 pasal ), ketentuan peralihan ( 1 pasal ) dan ketentuan penutup ( 2 pasal ).

BAB 1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan manteri ini , yang dimaksud dengan: 1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang di gunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan promotif,kuratif, dan rehabilitatif.

3. Surat izin praktik perawat yang selanjutnya di singkat SIPP adalah bukti tertulis yang di berikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara perorangan atau berkelompok 4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sbagai petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan , standar profesi, dan standar prosedur oprasional 5. Surat tanda registrasi yang selanjutnya di singkat STR adalah bukti tertulis yang di berikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memililki sertifukat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang undangan. 6. Obat bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat di peroleh tampa resep dokter. 7. Obat bebas terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang diperoleh tampa resep dokter. 8. Organusasi prosesi adalah peraturan perawat nasional indonesia ( PPNI) . BAB II PERIZINAN Pasal 2 1. Perawat dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan . 2. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat satu meliputu pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri. 3. Perawat yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berpendididkan minimal diploma III (DIII keperawatan). Pasal 3 1. Setiap perawat menjalankan praktik wajib memiliki SIPP . 2. Kewajiban memilikli SIPP dikecualikan bagi perawat yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan diluar praktik mandiri Pasal 4 1. SIPP sebagamana dimaksud dalam pasal 3 ayat 1 dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota . 2. SIPP berlaku selama STR masih berlaku. Pasal 5 1. Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 , perawat harus mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah kabupaten atau kota dengan melampirkan hal-hal berikut. a. Fotocopy STR yang berlaku dan dilegalisir. b. Surat keterangan kesehatan fisik dari dokter yang memiliki surat izin praktik.

c. Surat pernyataan memiliki teempat praktik d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebnyak 3 lembar. e. Rekomendasi dari organisasi profesi. 2. Surat permohonan memperoleh SIPP seebagaimana dimaksud pada ayat sebagai mana tercantum formulir 1 terlampir 3. SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanyak diberikan untuk 1 tempat praktik. 4. SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagamana tercantum dalam formulir 2 terlampir. Pasal 6 Dalam menjalankan praktik mandiri , perawat wajib memasang papan nama praktik keperawatan. Pasal 7 SIPP dinyatakan tidak berlaku karna hal-hal sebagai berikut 1. Tempat praktik tidak sesiai lagi dengan SIPP. 2. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang . 3. SIPP dicabut atas perintah pengadilan 4. SIPP dicabut atas rekomendasi organisasi. 5. Pemilik yang bersangkutan meninggal dunia BAB III PENYELENGGARAAN PRAKTIK Pasal 8 1. Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat 1, tngkat ke2 dan tngkat ke 3. 2. Praktik keperawatabn sebagamana dimaksud pada ayat 1 ditunjukkan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 3. Praktik keperwatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan melalui kegiatan : a. Pelaksanan asuhan keperawatan. b. Pelaksanan upaya promotif preventif , pemulihan , dan pemberdayaan masyarakat. c. Pelaksanaan tindakan komplementer 4. Asuhan keperawatan