informed consent

46
INFORMED CONSENT Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien. Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan etik yang kuat. Menurut American College of Physicians’ Ethics Manual, pasien harus mendapat informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu yang memandang tidak adanya informed consent menurut hukum penganiayaan, kini hal ini dianggap sebagai kelalaian. Informasi yang diberikan harus lengkap, tidak hanya berupa jawaban atas pertanyaan pasien. SAAT UNTUK MEMBERI INFORMASI Setelah hubungan dokter pasien terbentuk, dokter memiliki kewajiban untuk memberitahukan pasien mengenai kondisinya; diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, risiko, alternatif, prognosis dan harapan. Dokter seharusnya tidak mengurangi materi informasi atau memaksa pasien untuk 1

Upload: putri-kodok

Post on 10-Aug-2015

207 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Informed Consent

INFORMED CONSENT

Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup untuk

dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed consent juga berarti

mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan

sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat

mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan

dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.

Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan etik yang kuat.

Menurut American College of Physicians’ Ethics Manual, pasien harus mendapat informasi dan

mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu

yang memandang tidak adanya informed consent menurut hukum penganiayaan, kini hal ini

dianggap sebagai kelalaian. Informasi yang diberikan harus lengkap, tidak hanya berupa jawaban

atas pertanyaan pasien.

 

SAAT UNTUK MEMBERI INFORMASI

        Setelah hubungan dokter pasien terbentuk, dokter memiliki kewajiban untuk

memberitahukan pasien mengenai kondisinya; diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan

penunjang, terapi, risiko, alternatif, prognosis dan harapan. Dokter seharusnya tidak mengurangi

materi informasi atau memaksa pasien untuk segera memberi keputusan. Informasi yang

diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.Add content to your paragraph here.

ELEMEN-ELEMEN INFORMED CONSENT

Suatu informed consent harus meliputi :

1. Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terapi dan penyakitnya

2. Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan seberapa besar

kemungkinan keberhasilannya

1

Page 2: Informed Consent

3. Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat apabila penyakit

tidak diobati

4. Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau menolak terapi

Risiko yang harus disampaikan meliputi efek samping yang mungkin terjadi dalam

penggunaan obat atau tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.

  

RUANG LINGKUP PEMBERIAN INFORMASI

Ruang lingkup dan materi informasi yang diberikan tergantung pada pengetahuan medis

pasien saat itu. Jika memungkinkan, pasien juga diberitahu mengenai tanggung jawab orang lain

yang berperan serta dalam pengobatan pasien.

Di Florida dinyatakan bahwa setiap orang dewasa yang kompeten memiliki hak dasar

menentukan tindakan medis atas dirinya termasuk pelaksanaan dan penghentian pengobatan

yang bersifat memperpanjang nyawa. Beberapa pengadilan membolehkan dokter untuk tidak

memberitahukan diagnosis pada beberapa keadaan. Dalam mempertimbangkan perlu tidaknya

mengungkapkan diagnosis penyakit yang berat, faktor emosional pasien harus dipertimbangkan

terutama kemungkinan bahwa pengungkapan tersebut dapat mengancam kemungkinan pulihnya

pasien.

        Pasien memiliki hak atas informasi tentang kecurigaan dokter akan adanya penyakit tertentu

walaupun hasil pemeriksaan yang telah  dilakukan inkonklusif. 

HAL-HAL YANG DIINFORMASIKAN

1. Hasil Pemeriksaan

Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Misalnya

perubahan keganasan pada hasil Pap smear. Apabila infomasi sudah diberikan, maka keputusan

selanjutnya berada di tangan pasien.

2

Page 3: Informed Consent

2. Risiko

Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya antisipasi

yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. Reaksi alergi idiosinkratik dan kematian

yang tak terduga akibat pengobatan selama ini jarang diungkapkan dokter. Sebagian kalangan

berpendapat bahwa kemungkinan tersebut juga harus diberitahu pada pasien. Jika seorang dokter

mengetahui bahwa tindakan pengobatannya berisiko dan terdapat alternatif pengobatan lain yang

lebih aman, ia harus memberitahukannya pada pasien. Jika seorang dokter tidak yakin pada

kemampuannya untuk melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat dokter lain yang dapat

melakukannya, ia wajib memberitahukan pada pasien.

3. Alternatif

Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan terapi. Ia

harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya yang ditimbulkan dari

beberapa pilihan tersebut. Sebagai contoh adalah terapi hipertiroidisme. Terdapat tiga pilihan

terapi yaitu obat, iodium radioaktif, dan subtotal tiroidektomi. Dokter harus menjelaskan

prosedur, keberhasilan dan kerugian serta komplikasi yang mungkin timbul.

4. Rujukan/ konsultasi

Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa kemampuan dan

pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi pada pasien-pasien tertentu.

Pengadilan menyatakan bahwa dokter harus merujuk saat ia merasa tidak mampu melaksanakan

terapi karena keterbatasan kemampuannya dan ia mengetahui adanya dokter lain yang dapat

menangani pasien tersebut lebih baik darinya.

5. Prognosis

            Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele, ketidaknyamanan,

biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak mendapat pengobatan atau tidak

mendapat tindakan apapun. Pasien juga berhak mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa

yang terjadi dengan mereka. Semua ini berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang dapat

3

Page 4: Informed Consent

diduga oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan bagian dari informed

consent. 

STANDAR PENGUNGKAPAN YANG DIKEMBANGKAN OLEH PENGADILAN

Dua pendekatan diadaptasi oleh pengadilan dalam menggambarkan lapangan kewajiban

pengungkapan seorang dokter - standar pengungkapan profesional, standar pengungkapan

umum, atau standar pasien secara layak.

Di bawah standar pengungkapan profesional, tugas dokter untuk membuka rahasia diatur

oleh standar pelaku medis, dilakukan di dalam lingkungan yang sama atau serupa. Standar

pengungkapan ini yang diatur seterusnya baik oleh undang-undang maupun hukum umum pada

mayoritas peraturan Amerika Serikat menetapkan bahwa seorang dokter harus memberi

informasi sesuai dengan pelayanan kedokteran terkini. Banyak pengadilan telah menegakkan

standar pelaksana medis dalam komunitas yang sama atau serupa, di bawah lingkungan yang

sama atau serupa. Jika seorang dokter bertugas untuk mengungkapkan suatu fakta dan jika

begitu, fakta apa yang wajib diberitahukan bergantung pada yang biasa dilakukan pada

komunitas setempat.

Standar pengungkapan umum atau standar pasien secara layak, yang ditetapkan

seterusnya oleh undang-undang atau hukum umum dalam peraturan minoritas yang bermakna,

membebankan tugas pada dokter untuk memberitahu setiap informasi yang akan bergantung

pada proses pembuatan keputusan oleh pasien. Hal ini berbeda-beda sesuai kemampuan pasien

untuk memahaminya. Bahkan dalam pengakuan medis ahli yang mendukung, seseorang dapat

saja melanggar standar pengungkapan yang seharusnya dalam peraturan ini jika juri

berkesimpulan bahwa informasi spesifik yang tidak diberitahukan akan berpengaruh bermakna

terhadap keputusan pasien apakah akan menjalani terapi tertentu atau tidak. Standar umum

membiarkan juri untuk memutuskan apakah dokter memberikan informasi yang cukup pada

pasien untuk membuat pilihan terhadap tatalaksana, sedangkan standar profesional membiarkan

dokter untuk menunjukkan apakah ia memberikan informasi yang cukup sesuai standar

pelayanan medis dalam komunitas tersebut. Perkembangan terkini adalah pengadilan yang

mengadaptasi bentuk standar umum.

4

Page 5: Informed Consent

Sekali telah ditegakkan, baik oleh standar profesional atau umum, bahwa pasien tidak

menerima informasi yang biasanya dibutuhkan untuk membuat pilihan bijak mengenai apakah

akan menolak atau menyetujui terapi, pengadilan akan memperhatikan materi dari informasi

yang kurang tersebut; yaitu akankah seseorang menolak atau menyetujui jika berada dalam

lingkungan yang sama atau serupa. Dengan kata lain, apakah kurangnya informasi menyebabkan

kecacatan/kerugian yang memang sudah diduga atau akankah pasien tetap menyetujuinya dalam

keadaan apapun. Tergantung dari peraturan yang terlibat, pengadilan telah menetapkan satu dari

dua standar yaitu standar objektf (juri memutuskan apakah pasien dalam keadaan serupa akan

menolak terapi) atau standar subyektif (juri memutuskan apakah pasien yang sebenarnya akan

menolak terapi). Kebanyakan peraturan  mengikuti standar objektif.

SIAPA YANG MENGUNGKAPKAN ?

Siapa yang bertanggungjawab untuk mendapatkan informed consent pasien - pengadilan

umumnya telah menempatkan tugas ini pada dokter yang didatangi pasien pada waktu ada

pertanyaan. Pengadilan umumnya mengenali bahwa dokter, bukan perawat atau paramedis

lainnya, berkemampuan untuk mendiskusikan tatalaksana dan penanganannya. Perawat atau

paramedis lainnya mungkin hanya penambah atau pelengkap informasi spesifik dari dokter

dengan informasi umum tergantung situasi pasien. Dokter, selain dari dokter pertama pasien,

memiliki kewajiban yang independen untuk memberi informasi mengenai risiko, keuntungan,

dan alternatif pilihan yang ditujukan padanya.

Pengadilan sangat jelas dalam opini tertulisnya bahwa tanggung jawab untuk

memperoleh informed consent dari pasien tetap dengan dokter dan tidak dapat didelegasikan.

Dokter dapat mendelegasikan otoritasnya (wewenangnya) untuk memperoleh informed consent

kepada dokter lain namun tidak dapat mendelegasikan tanggung-jawabnya untuk mendapatkan

informed consent yang tepat.

PERANAN RUMAH SAKIT

            Pertanyaan yang sering muncul, terutama dari dokter yang berpraktek di rumah sakit

adalah ”Apakah rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk menjamin bahwa pasien menerima

informasi yang cukup meskipun pengadilan telah menempatkan tugas primer kepada dokter?”

5

Page 6: Informed Consent

            Dalam teori respondeat superior, manajer rumah sakit dapat ditahan dengan dokter

pegawai rumah sakit yang lalai untuk memperoleh informed consent yang dapat menimbulkan

kecacatan dan kegawatan pada pasien. Kebijakan rumah sakit harus mengatur mengenai

bagaimana informed consent diperoleh. Perawat atau petugas rumah sakit lainnya harus menunda

terapi yang sudah direncanakan dokter jika persetujuan yang sebelumnya sudah diberikan ditarik

kembali oleh pasien, sehingga dokter dapat mengklarifikasi kembali keputusan pasien.

Pengadilan cenderung untuk menjatuhkan kewajiban yang lebih ketat kepada rumah sakit untuk

memastikan bahwa dokter memperoleh persetujuan/penolakan sebelum melakukan tindakan.

BENTUK PERSETUJUAN/PENOLAKAN

Rumah sakit memiliki tugas untuk menjamin bahwa informed consent sudah didapat.

Istilah untuk kelalaian rumah sakit tersebut yaitu ”fraudulent concealment”. Pasien yang akan

menjalani operasi mendapat penjelasan dari seorang dokter bedah namun dioperasi oleh dokter

lain dapat saja menuntut malpraktik dokter yang tidak mengoperasi karena kurangnya informed

consent dan dapat menuntut dokter yang mengoperasi untuk kelanjutannya.

Bentuk persetujuan tidaklah penting namun dapat membantu dalam persidangan bahwa

persetujuan diperoleh. Persetujuan tersebut harus berdasarkan semua elemen dari informed

consent yang benar yaitu pengetahuan, sukarela dan kompetensi.

Beberapa rumah sakit dan dokter telah mengembangkan bentuk persetujuan yang

merangkum semua informasi dan juga rekaman permanen, biasanya dalam rekam medis pasien.

Format tersebut bervariasi sesuai dengan terapi dan tindakan yang akan diberikan. Saksi tidak

dibutuhkan, namun saksi merupakan bukti bahwa telah dilakukan informed consent. Informed

consent sebaiknya dibuat dengan dokumentasi naratif yang akurat oleh dokter yang

bersangkutan.

  

OTORITAS UNTUK MEMBERIKAN PERSETUJUAN

Seorang dewasa dianggap kompeten dan oleh karena itu harus mengetahui terapi yang

direncanakan. Orang dewasa yang tidak kompeten karena penyakit fisik atau kejiwaan dan tidak

6

Page 7: Informed Consent

mampu mengerti tentu saja tidak dapat memberikan informed consent yang sah. Sebagai

akibatnya, persetujuan diperoleh dari orang lain yang memiliki otoritas atas nama pasien. Ketika

pengadilan telah memutuskan bahwa pasien inkompeten, wali pasien yang ditunjuk pengadilan

harus mengambil otoritas terhadap pasien.

Persetujuan pengganti ini menimbulkan beberapa masalah. Otoritas seseorang terhadap

persetujuan pengobatan bagi pasien inkompeten termasuk hak untuk menolak perawatan

tersebut. Pengadilan telah membatasi hak penolakan ini untuk kasus dengan alasan yang tidak

rasional. Pada kasus tersebut, pihak dokter atau rumah sakit dapat memperlakukan kasus sebagai

keadaan gawat darurat dan memohon pada pengadilan untuk melakukan perawatan yang

diperlukan. Jika tidak cukup waktu untuk memohon pada pengadilan, dokter dapat berkonsultasi

dengan satu atau beberapa sejawatnya.

Jika keluarga dekat pasien tidak setuju dengan perawatan yang direncanakan atau jika

pasien, meskipun inkompeten, mengambil posisi berlawanan dengan keinginan keluarga, maka

dokter perlu berhati-hati. Terdapat beberapa indikasi dimana pengadilan akan

mempertimbangkan keinginan pasien, meskipun pasien tidak mampu untuk memberikan

persetujuan yang sah. Pada kebanyakan kasus, terapi sebaiknya segera dilakukan (1) jika

keluarga dekat setuju, (2) jika memang secara medis perlu penatalaksanaan segera, (3) jika tidak

ada dilarang undang-undang.

INFORMED KONSEN

Hak-Hak Pasien dalam Menyatakan Persetujuan Rencana Tindakan Medis

dr. Rano Indradi S, M.Kes (Health Information Management Consultant)

Seorang pasien memiliki hak dan kewajiban yang layak untuk dipahaminya selama dalam proses

pelayanan kesehatan. Ada 3 hal yang menjadi hak mendasar dalam hal ini yaitu hal untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan (the right to health care), hak untuk mendapatkan informasi

(the right to information), dan hak untuk ikut menentukan (the right to determination). Dalam

artikel ini akan dipaparkan pelaksanaan dari 3 hak mendasar tersebut berkaitan dengan proses

pengisian formulir pernyataan menyetujui terhadap suatu rencana tindakan medis. Proses untuk

7

Page 8: Informed Consent

menyatakan setuju ini disebut dengan Informed Consent. Hak dan kewajiban yang lain dari

seorang pasien akan dipaparkan dalam artikel yang lain. Seorang pasien yang sedang dalam

pengobatan atau perawatan disuatu sarana pelayanan kesehatan (saryankes) seringkali harus

menjalani suatu tindakan medis baik untuk menyembuhan (terapeutik) maupun untuk menunjang

proses pencarian penyebab penyakitnya (diagnostik). Pasien yang mengalami radang dan infeksi

pada usus buntunya sehingga perlu dipotong melalui operasi, maka operasi ini termasuk tindakan

medis terapeutik. Pada kasus penyakit lain, kadang-kadang dokter yang merawat perlu

melakukan tindakan medis diagnostik, misalnya biopsi, pemeriksaan radiologi khusus, atau

pengambilan cairan tubuh untuk pemeriksaan lebih lanjut guna memperjelas penyebab penyakit.

Hak atas informasi sebelum melakukan tindakan medis tersebut, dokter seharusnya akan

meminta persetujuan dari pasien. Untuk jenis tindakan medis ringan, persetujuan dari pasien

dapat diwujudkan secara lisan atau bahkan hanya dengan gerakan tubuh yang menunjukkan

bahwa pasien setuju, misalnya mengangguk. Untuk tindakan medis yang lebih besar atau

beresiko, persetujuan ini diwujudkan dengan menandatangani formulir persetujuan tindakan

medis

 

KEMAMPUAN MEMBERI PERIJINAN

Perijinan harus diberikan oleh pasien yang secara fisik dan psikis mampu memahami

informasi yang diberikan oleh dokter selama komunikasi dan mampu membuat keputusan terkait

dengan terapi yang akan diberikan. Pasien yang menolak diagnosis atau tatalaksana tidak

menggambarkan kemampuan psikis yang kurang. Paksaan tidak boleh digunakan dalam usaha

persuasif. Pasien seperti itu membutuhkan wali biasanya dari keluarga terdekat atau yang

ditunjuk pengadilan untuk memberikan persetujuan pengganti.

Jika tidak ada wali yang ditunjuk pengadilan, pihak ketiga dapat diberi kuasa untuk

bertindak atas nama pokok-pokok kekuasaan tertulis dari pengacara. Jika tidak ada wali bagi

pasien inkompeten yang sebelumnya telah ditunjuk oleh pengadilan, keputusan dokter untuk

memperoleh informed consent diagnosis dan tatalaksana kasus bukan kegawatdaruratan dari

keluarga atau dari pihak yang ditunjuk pengadilan tergantung kebijakan rumah sakit. Pada

keadaan dimana terdapat perbedaan pendapat diantara anggota keluarga terhadap perawatan

8

Page 9: Informed Consent

pasien atau keluarga yang tidak dekat secara emosional atau bertempat tinggal jauh, maka

dianjurkan menggunakan laporan legal dan formal untuk menentukan siapa yang dapat

memberikan perijinan bagi pasien inkompeten.

  

PENGECUALIAN TERHADAP MATERI PEMBERITAHUAN

Terdapat empat pengecualian yang dikenal secara umum terhadap tugas dokter untuk

membuat pemberitahuan meskipun keempatnya tidak selalu ada.

Pertama, seorang dokter dapat saja dalam pandangan profesionalnya menyimpulkan

bahwa pemberitahuan memiliki ancaman kerugian terhadap pasien yang memang

dikontradiinkasikan dari sudut pandang medis. Hal ini dikenal sebagai ”keistimewaan terapetik”

atau ”kebijaksanaan profesional”. Dokter dapat memilih untuk menggunakan kebijaksanaan

profesional terapetik untuk menjaga fakta medis pasien atau walinya ketika dokter meyakini

bahwa pemberitahuan akan membahayakan atau merugikan pasien. Tergantung situasinya,

dokter boleh namun tidak perlu membuka informasi ini kepada keluarga dekat yang diketahui.

Kedua, pasien yang kompeten dapat meminta untuk tidak diberitahu. Pasien dapat

melepaskan haknya untuk membuat informed consent.

Ketiga, dokter berhak untuk tidak menyarankan pasien mengenai masalah yang diketahui

umum atau jika pasien memiliki pengetahuan aktual, terutama berdasarkan pengalaman di masa

lampau.

Keempat, tidak ada keharusan untuk memberitahu pada kasus kegawatdaruratan dimana

pasien tidak sadar atau tidak mampu memberikan persetujuan sah dan bahaya gagal pengobatan

sangat nyata.

KASUS KEGAWATDARURATAN DAN INFORMED CONSENT

Umumnya, hukum melibatkan persetujuan pasien selama keadaan gawat darurat.

Pengadilan biasanya menunda pada keadaan-keadaan yang membutuhkan penanganan segera

untuk perlindungan nyawa atau kesehatan pasien karena tidak memungkinkan untuk memperoleh

9

Page 10: Informed Consent

persetujuan baik dari pasiennya maupun orang lain yang memegang otoritas atas nama pasien.

Pengadilan mengasumsikan bahwa seorang dewasa yang kompeten, sadar, dan tenang akan

memberikan persetujuan untuk penanganan menyelamatkan nyawa. Penting untuk

didokumentasikan keadaan yang terjadi saat gawat darurat. Pada keadaan tersebut, dokter harus

mencatat hal-hal berikut ini : 1) penanganan untuk kepentingan pasien, 2) terdapat situasi gawat

darurat, 3) keadaan tidak memungkinkan untuk mendapatkan persetujuan dari pasien atau dari

orang lain yang memegang otoritas atas nama pasien.

Kenyataan bahwa tatalaksana yang diberikan mungkin memang disarankan secara medis

atau mungkin akan berguna di waktu mendatang tidaklah cukup untuk melakukannya tanpa

persetujuan. Jika dokter tidak yakin apakah kondisi pasien betul-betul membutuhkan tindakan

segera tanpa persetujuan, maka dokter tersebut perlu melakukan konfirmasi dengan sejawatnya.

        Peraturan umum terkait persetujuan penanganan keadaan gawat darurat pada seorang anak

sama saja dengan orang dewasa. Pengadilan biasanya menunda menyetujui dokter yang

mengobati pasien anak “dewasa muda” (di atas 15 tahun) yang sudah dapat memberi persetujuan

penanganan keadaan gawat darurat terhadap dirinya. Namun, tetap perlu diperhatikan untuk

membuat informed consent dengan menghubungi orang tua pasien atau orang lain yang

bertanggung jawab atas pasien tersebut.

© 2006 forensik_A1_FKUI

10

Page 11: Informed Consent

INFORMED CONSENT

Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45 serta Manual

Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. maka Informed Consent adalah persetujuan

tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan

penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien

tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no

585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan

dalam memberikan informasi kepada pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat /

paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting. Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien

atau keluarga terdekatnya tersebut, tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter

melakukan kelalaian. Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga

terdekatnya, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP

Pasal 351. Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran

dilaksanakan adalah:

1. Diagnosa yang telah ditegakkan.

2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.

3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.

4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran tersebut.

5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara pengobatan

yang lain.

6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan tindakan

kedokteran :

a. Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.

b. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang akan

melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1 Permenkes No 290 /

11

Page 12: Informed Consent

Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran

sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada persetujuan ( Ayat 2 ).

Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan persetujuan tindakan

kedokteran adalah:

1. Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter harus segera bertindak untuk

menyelamatkan jiwa.

2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi dirinya.

Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.

Tujuan Informed Consent:

a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak

diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa

sepengetahuan pasiennya.

b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif,

karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada melekat

suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )

Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat digolongkan sebagai tindakan

melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily assault ).

Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, persetujuan tindakan

kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan, sebelum

dimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan

secara tertulis oleh yang memberi persetujuan ( Ayat 2 ).

Sumber: Buku Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia

12

Page 13: Informed Consent

PERNYATAAN IDI TENTANG INFORMED CONSENT

1. Manusia dewasa dan sehat rohaniah berhak sepenuhnya menentukan apa yang hendak

dilakukan terhadap tubuhnya.

Dokter tidak berhak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan kemauan pasien,

walaupun untuk kepentingan pasien itu sendiri. Oleh karena itu, semua tindakan medis

( diagnostik, terapeutik maupun paliatif ) memerlukan "Informed Consent" secara lisan maupun

tertulis. Setiap tindakan medis yang mengandung risiko cukup besar, mengharuskan adanya

persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh pasien, setelah sebelumnya pasien itu memperoleh

informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta risiko yang

berkaitan dengannya ( "Informed Consent" ).

2. Untuk tindakan yang tidak termasuk dalam butir 3, hanya dibutuhkan persetujuan lisan atau

sikap diam.

3. Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta oleh pasien

maupun tidak. Menahan informasi tidak boleh, kecuali bila dokter menilai bahwa informasi

tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien. Dalam hal ini dokter dapat memberikan

informasi itu kepada keluarga terdekat. Dalam memberikan informasi kepada keluarga terdekat

pasien, kehadiran seorang perawat / paramedik lain sebagai saksi adalah penting.

4. Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakan medis yang direncanakan, baik

diagnostik, terapeutik maupun paliatif. Informasi biasanya diberikan secara lisan, tetapi dapat

pula secara tertulis ( berkaitan dengan informasi "Informed Consent" ). Informasi harus diberikan

secara jujur dan benar, terkecuali bila dokter menilai bahwa hal ini dapat merugikan kepentingan

pasien. Dalam hal ini dokter dapat memberikan informasi yang benar itu kepada keluarga

terdekat pasien.

5. Dalam hal tindakan bedah ( operasi ) dan tindakan invasif lainnya, informasi harus diberikan

oleh dokter yang bersangkutan sendiri. Untuk tindakan yang bukan bedah ( operasi ) dan

tindakan invasif, informasi dapat diberikan oleh perawat atau dokter lain, sepengetahuan atau

13

Page 14: Informed Consent

dengan petunjuk dokter yang merawat.

6. Perluasan operasi yang dapat diduga sebelum tindakan dilakukan, tidak boleh dilakukan tanpa

informasi sebelumnya kepada keluarga yang terdekat atau yang menunggu. Perluasan yang tidak

dapat diduga sebelum tindakan dilakukan, boleh dilaksanakan tanpa informasi sebelumnya bila

perluasan operasi tersebut perlu untuk menyelamatkan nyawa pasien pada waktu itu.

7. "Informed Consent" diberikan oleh pasien dewasa yang berada dalam keadaan sehat rohaniah.

8. Untuk orang dewasa yang berada dibawah pengampuan, "Informed Consent" diberikan oleh

orangtua / kurator / wali.

Untuk yang dibawah umur dan tidak mempunyai orangtua / wali. "Informed Consent" diberikan

oleh keluarga terdekat / induk semang ( guardian ).

9. Dalam hal pasien tidak sadar / pingsan, serta tidak didampingi oleh yang tersebut dalam butir

10. dan yang dinyatakan secara medis berada dalam keadaan gawat dan / atau darurat, yang

memerlukan tindakan medis segera untuk kepentingan pasien, tidak diperlukan "Informed

Consent" dari siapapun dan ini menjadi tanggung jawab dokter.

11. Dalam pemberian persetujuan berdasarkan informasi untuk tindakan medis di RS / Klinik,

maka RS / Klinik yang bersangkutan ikut bertanggung jawab.

Sumber: Lampiran SKB IDI No.319/P/BA./88

ASPEK HUKUM INFORMED CONSENT

Pada dasarnya dalam praktik sehari hari, pasien yang datang untuk berobat ke tempat praktik

dianggap telah memberikan persetujuannya untuk dilakukan tindakan tindakan rutin seperti

pemeriksaan fisik. Akan tetapi, untuk tindakan yang lebih kompleks biasanya dokter akan

memberikan penjelasan terlebih dahulu untuk mendapatkan kesediaan dari pasien, misalnya

kesediaan untuk dilakukan suntikan. Ikhwal diperlukannya izin pasien, adalah karena tindakan

medik hasilnya penuh ketidakpastian, tidak dapat diperhitungkan secara matematik, karena

14

Page 15: Informed Consent

dipengaruhi faktor faktor lain diluar kekuasaan dokter, seperti virulensi penyakit, daya tahan

tubuh pasien, stadium penyakit, respon individual, faktor genetik, kualitas obat, kepatuhan pasien

dalam mengikuti prosedur dan nasihat dokter, dll. Selain itu tindakan medik mengandung risiko,

atau bahkan tindakan medik tertentu selalu diikuti oleh akibat yang tidak menyenangkan. Risiko

baik maupun buruk yang menanggung adalah pasien. Atas dasar itulah maka persetujuan pasien

bagi setiap tindakan medik mutlak diperlukan, kecuali pasien dalam kondisi emergensi.

Mengingat pasien biasanya datang dalam keadaan yang tidak sehat, diharapkan dokter tidak

memberikan informasi yang dapat mempengaruhi keputusan pasien, karena dalam keadaan

tersebut, pikiran pasien mudah terpengaruh. Selain itu dokter juga harus dapat menyesuaikan diri

dengan tingkat pendidikan pasien, agar pasien bisa mengerti dan memahami isi pembicaraan.

Persetujuan tersebut disebut dengan Informed Consent. Informed Consent hakikatnya adalah

hukum perikatan, ketentuan perdata akan berlaku dan ini sangat berhubungan dengan tanggung

jawab profesional menyangkut perjanjian perawatan dan perjanjian terapeutik. Aspek perdata

Informed Consent bila dikaitkan dengan Hukum Perikatan yang di dalam KUH Perdata BW

Pasal 1320 memuat 4 syarat sahnya suatu perjanjjian yaitu:

1. Adanya kesepakatan antar pihak, bebas dari paksaan, kekeliruan dan penipuan.

2. Para pihak cakap untuk membuat perikatan.

3. Adanya suatu sebab yang halal, yang dibenarkan, dan tidak dilarang oleh peraturan perundang

undangan serta merupakan sebab yang masuk akal untuk dipenuhi.

Dari syarat pertama yaitu adanya kesepakatan antara kedua pihak ( antara petugas kesehatan dan

pasien ), maka berarti harus ada informasi keluhan pasien yang cukup dari kedua belah pihak

tersebut. Dari pihak petugas harus mendapat informasi keluhan pasien sejujurnya, demikian pula

dari pihak pasien harus memperoleh diagnosis dan terapi yang akan dilakukan. Ada beberapa

kaidah yang harus diperhatikan dalam menyusun dan memberikan Informed Consent agar

hukum perikatan ini tidak cacat hukum, diantaranya adalah:

1. Tidak bersifat memperdaya ( Fraud ).

2. Tidak berupaya menekan ( Force ).

3. Tidak menciptakan ketakutan ( Fear ).

15

Page 16: Informed Consent

Sumber: 

1. Penyelesaian Hukum dalam Malapraktik Kedokteran, Nusye K I Jayanti S.H, M.Hum, M.Sc

2. Hukum Kesehatan Pengantar Menuju Perawat Profesional, Ns Ta'adi, S.Kep, M.HKes

INFORMED CONSENT

Dr. Aswin W. Sastrowardoyo SpOG

Informed consent adalah lebih daripada hanya sekedar mendapatkan tanda tangan seorang pasien

pada suatu formulir persetujuan. Informed consent adalah suatu proses komunikasi antara pasien

dan dokter yang menghasilkan pemberian izin oleh pasien untuk menjalankan suatu intervensi

medik tertentu1. Dalam proses komunikasi ini, dokter sebagai orang yang memberi terapi atau

melakukan tindakan mediklah yang harus menjelaskan dan mendiskusikan bersama pasien hal-

hal di bawah ini. Proses komunikasi ini tidak bisa diwakilkan kepada orang lain. Hal-hal yang

harus dibicarakan1:

1. Diagnosis pada pasien, kalau sudah diketahui;

2. Sifat dan manfaat dari pengobatan atau tindakan yang direncanakan;

3. Risiko dan manfaat dari pengobatan atau tindakan yang direncanakan;

4. Pilihan pengobatan atau tindakan yang lain yang tersedia (tanpa melihat biayanya maupun

apakah termasuk di dalam pembiayaan yang dicakup oleh asuransi);

5. Risiko dan manfaat dari pilihan pengobatan atau tindakan lain yang tersedia; dan

6. Risiko dan manfaat yang dihadapi apabila suatu pengobatan atau tindakan tidak dilakukan.

Sebaliknya, pasien atau klien harus mempunyai kesempatan untuk bertanya untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih baik mengenai suatu pengobatan atau tindakan. Dengan demikian dia

akan dapat membuat keputusan yang berdasarkan pemahaman yang baik mengenai suatu

intervensi medik. Keputusan yang dia ambil bisa berupa persetujuan maupun penolakan akan

intervensi tersebut. Informed consent baru dianggap sah kalau diberikan oleh seorang

pasien/klien yang kompeten dan diberikan secara sukarela.

INFORMED CONSENT, HUKUM, DAN ETIKA

16

Page 17: Informed Consent

Dalam sejarahnya, informed consent berakar pada banyak disiplin ilmu pengetahuan, termasuk

dalam ilmu kesehatan / kedokteran, ilmu hukum, ilmu perilaku sosial, dan ilmu filsafat

moral/etika. Belakangan ini, bidang ilmu yang sangat berpengaruh dalam hal informed consent

adalah ilmu hukum dan ilmu filsafat moral atau filsafat etika. Kedua disiplin ilmu ini, keduanya

dengan metoda dan objektifnya tersendiri, mempunyai fungsi sosial dan intelektual yang

berbeda. Walaupun pendekatan kedua bidang ilmu ini terhadap informed consent rumit dan

kontroversial, intisari dari pendekatan secara hukum, dan pendekatan secara etika mudah

dimengerti. Hukum memfokuskan diri terutama pada konteks klinis, tidak pada riset. Dalam

kacamata hukum, dokter mempunyai kewajiban untuk pertama memberi informasi kepada

pasiennya dan kedua untuk mendapatkan izinnya. Apabila seorang pasien cedera akibat dokter

lalai dengan tidak memberikan informasi yang lengkap mengenai suatu pengobatan atau

tindakan, maka pasien dapat menerima kompensasi finansial dari si dokter karena telah

menyebabkan cedera tersebut. Visi legal ini lebih berfokus pada kompensasi finansial daripada

pada pemberian informasi dan izin yang diberikan pasien secara umum. Dari segi filsafat etika,

informed consent terutama menyangkut pilihan secara otonomi dari pasien dan subyek

penelitian. Secara sederhana kita bisa menyingkat kedua pendekatan ini sebagai berikut:

Pendekatan hukum datang dari teori pragmatis. Pasien mempunyai hak untuk memberi izin atau

menolak, akan tetapi fokusnya adalah pada dokter, yang mempunyai kewajiban dan mempunyai

risiko membayar ganti rugi apabila tidak melaksanakan kewajibannya. Pendekatan filsafat

moral/etika datang dari prinsip menghargai otonomi, dan fokusnya adalah pada pasien atau

subyek, yang mempunyai hak untuk membuat pilihan secara otonomi. Dengan demikian, kedua

kerangka berfikir ini sangatlah sederhana, akan tetapi ternyata sulit untuk diinterpretasikan dan

diperbandingkan. Terdapat banyak sekali beda pendapat mengenai hal ini. Selanjutnya dibahas

mengenai dasar-dasar etika dalam informed consent.

INFORMED CONSENT DAN ETIKA

Pemikiran etika mendasari diri pada prinsip, aturan, dan hak. Ada empat prinsip etika di dalam

informed consent.:

1. Respek/menghargai terhadap otonomi (respect for autonomy)

2. Tidak menyebabkan yang buruk (non-maleficence)

17

Page 18: Informed Consent

3. Kemaslahatan (beneficence)

4. Keadilan (justice)

Keempat prinsip ini bersifat “prima facie”, suatu istilah yang diperkenalkan filosof Inggris, W.D.

Ross, yang berarti: Suatu prinsip adalah memikat, kecuali apabila prinsip tersebut mempunyai

konflik dengan prinsip lain. Apabila terdapat konflik, kita harus memilih di antara keduanya.

Selain itu, selain 4 prinsip ini, sering juga ditambahkan5:

5. Harga diri (dignity)

6. Kebenaran dan kejujuran (truthfulness and honesty)

Penjelasan keenam hal di atas:

1. Menghargai Otonomi (Voluntas aegroti suprema lex). Dalam semua proses pengambilan

keputusan, dianggap bahwa keputusan yang dibuat setelah mendapatkan penjelasan itu dibuat

secara sukarela dan berdasarkan pemikiran rasional. Di dalam dunia kedokteran, dokter

menghargai otonomi pasien berarti bahwa si pasien/klien mempunyai kemampuan untuk berlaku

atau bertindak secara sadar dan intensional, dengan pengertian penuh, dan tanpa pengaruh-

pengaruh yang bisa menghilangkan kebebasannya3,4.

2. Tidak menyebabkan yang buruk (non-maleficence / primum non nocere). Di dalam prinsip ini,

doktertidak boleh secara sengaja menyebabkan perburukan atau cedera pada pasien, baik akibat

tindakan (commission) atau tidak dilakukannya tindakan (omission). Dalam bahasa sehari-hari:

Akan dianggap lalai apabila seseorang memaparkan risiko atau cedera yang tidak layak

(unreasonable) kepada orang lain. Standar perawatan yang meminimalkan risiko cedera atau

perburukan merupakan hal yang diinginkan masyarakat secara common sense3,4.

3. Kemaslahatan (Salus aegroti suprema lex). Adalah kewajiban petugas kesehatan untuk

memberikan kemaslahatan, kebaikan, kegunaan, benefit bagi pasien, dan juga untuk mengambil

langkah positip mencegah dan menghilangkan kecederaan dari pasien3,4. Dalam hal informed

consent untuk ad. 2 dan ad. 3: adalah kewajiban dokter untuk memberi penjelasan mengenai

pengobatan atau tindakan, baik manfaat maupun kekurangannya.

18

Page 19: Informed Consent

4. Keadilan. Keadilan di dalam pelayanan dan riset kesehatan digambarkan sebagai kesamaan

hak bagi pasien-pasien dengan kondisi yang sama. Di dalam informed consent, penjelasan bagi

pasien harus diberikan sampai dengan pengobatan yang mungkin saja tidak terjangkau atau tidak

dilindungi pihak asuransinya3,4.

5. Harga Diri. Pasien, dan dokter mempunyai hak atas harga dirinya5.

6. Kebenaran dan Kejujuran. Kebenaran dan kejujuran adalah suatu keharusan di dalam

hubungan dokter pasien / subyek. Informed consent diberikan oleh pasien / subyek berdasarkan

informasi yang benar dan jujur5.

Contoh Inform Consent

INFORMED CONSENT FOR LASER IN-SITU KERATOMILEUSIS (LASIK) Informed

consent UNTUK LASER IN-SITU Keratomileusis (LASIK)

INTRODUCTION

This information is being provided to you so that you can make an informed decision about the

use of a device known as a microkeratome, combined with the use of a device known as an

excimer laser, to perform LASIK. LASIK is one of a number of alternatives for correcting

nearsightedness, farsightedness and astigmatism. In LASIK, the microkeratome is used to shave

the cornea to create a flap. The flap then is opened like the page of a book to expose tissue just

below the cornea's surface. Next, the excimer laser is used to remove ultra-thin layers from the

cornea to reshape it to reduce nearsightedness. Finally, the flap is returned to its original position,

without sutures. Informasi ini disediakan untuk Anda sehingga Anda dapat membuat keputusan

informasi tentang penggunaan perangkat yang dikenal sebagai sebuah microkeratome,

dikombinasikan dengan penggunaan perangkat yang dikenal sebagai laser excimer, untuk

melakukan LASIK. LASIK merupakan salah satu dari sejumlah alternatif untuk mengoreksi

rabun jauh, rabun dekat dan Silindris. Dalam LASIK, microkeratome digunakan untuk mencukur

kornea untuk membuat penutup permukaan tersebut. flap kemudian dibuka seperti halaman buku

19

Page 20: Informed Consent

untuk mengekspos jaringan hanya kornea yang di bawah ini,. Berikutnya laser excimer

digunakan untuk menghapus-lapisan ultra tipis dari kornea untuk membentuk kembali itu untuk

mengurangi rabun. Akhirnya, flap dikembalikan ke posisi semula, tanpa jahitan.

LASIK is an elective procedure: There is no emergency condition or other reason that requires or

demands that you have it performed. You could continue wearing contact lenses or glasses and

have adequate visual acuity. LASIK merupakan prosedur elektif: Tidak ada kondisi darurat atau

alasan lain yang memerlukan atau tuntutan bahwa Anda telah itu dilakukan. Anda bisa

melanjutkan memakai lensa kontak atau kacamata dan memiliki ketajaman visual yang memadai.

This procedure, like all surgery, presents some risks, many of which are listed below. You

should also understand that there may be other risks not known to your doctor, which may

become known later. Despite the best of care, complications and side effects may occur; should

this happen in your case, the result might be affected even to the extent of making your vision

worse. Prosedur ini, seperti operasi semua, menyajikan beberapa risiko, banyak yang tercantum

di bawah ini.. harus Anda juga memahami bahwa mungkin ada risiko lain yang tidak diketahui

akan ke dokter, yang bisa menjadi dikenal kemudian Meskipun yang terbaik dari perawatan,

komplikasi dan efek samping mungkin terjadi, harus ini terjadi dalam kasus Anda, hasilnya

mungkin akan terpengaruh bahkan sampai membuat visi Anda lebih parah.

ALTERNATIVES TO LASIK ALTERNATIVES UNTUK LASIK

If you decide not to have LASIK, there are other methods of correcting your nearsightedness,

farsightedness or astigmatism. These alternatives include, among others, eyeglasses, contact

lenses and other refractive surgical procedures. Jika Anda memutuskan untuk tidak memiliki

LASIK, ada metode lain untuk mengoreksi rabun jauh Anda, rabun dekat atau astigmatisme.

Alternatif-alternatif ini, antara lain, kacamata lensa kontak, dan lain prosedur bedah refraksi.

PATIENT CONSENT PASIEN Consent

In giving my permission for LASIK, I understand the following: The long-term risks and

effectsof LASIK are unknown. I have received no guarantee as to the success of my particular

20

Page 21: Informed Consent

case. Dalam memberikan izin saya untuk LASIK, saya mengerti hal berikut:-risiko jangka

panjang dan dampak LASIK tidak diketahui. Saya telah menerima jaminan untuk keberhasilan

kasus tertentu saya. I understand that the following risks are associated with the procedure

VISION THREATENING COMPLICATIONS VISI mengancam KOMPLIKASI

1. I understand that the microkeratome or the excimer laser could malfunction, requiring the

procedure to be stopped before completion. Depending on the type of malfunction, this may or

may not be accompanied by visual loss. Saya mengerti bahwa microkeratome atau laser excimer

bisa kerusakan, membutuhkan prosedur harus dihentikan sebelum selesai. Tergantung pada jenis

kerusakan, hal ini mungkin atau mungkin tidak disertai dengan kehilangan penglihatan. 

2. I understand that, in using the microkeratome, instead of making a flap, an entire portion of

the central cornea could be cut off, and very rarely could be lost. If preserved, I understand that

my doctor would put this tissue back on the eye after the laser treatment, using sutures, according

to the ALK procedure method. It is also possible that the flap incision could result in an

incomplete flap, or a flap that is too thin. If this happens, it is likely that the laser part of the

procedure will have to be postponed until the cornea has a chance to heal sufficiently to try to

create the flap again. Saya mengerti bahwa, dalam menggunakan microkeratome itu, alih-alih

membuat flap, sebuah bagian seluruh kornea pusat dapat dipotong, dan sangat jarang bisa hilang.

Jika diawetkan, saya memahami bahwa dokter akan menempatkan jaringan ini kembali pada

mata setelah perawatan laser, menggunakan jahitan, sesuai dengan metode prosedur Alk. Hal ini

juga kemungkinan bahwa insisi flap bisa mengakibatkan flap tidak lengkap, atau flap yang

terlalu tipis. Jika hal ini terjadi, kemungkinan bahwa bagian laser prosedur ini harus ditunda

sampai kornea memiliki kesempatan untuk menyembuhkan cukup untuk mencoba membuat

tutup.

3. I understand that irregular healing of the flap could result in a distorted cornea. This would

mean that glasses or contact lenses may not correct my vision to the level possible before

undergoing LASIK. If this distortion in vision is severe, a partial or complete corneal transplant

might be necessary to repair the cornea. Saya memahami bahwa penyembuhan tidak teratur flap

bisa mengakibatkan kornea terdistorsi.. Ini berarti bahwa kacamata lensa kontak atau mungkin

saya tidak benar visi ke tingkat mungkin sebelum menjalani LASIK Jika ini distorsi dalam visi

21

Page 22: Informed Consent

parah, transplantasi kornea lengkap atau parsial mungkin diperlukan untuk memperbaiki kornea. 

4. I understand that it is possible a perforation of the cornea could occur, causing devastating

complications, including loss of some or all of my vision. This could also be caused by an

internal or external eye infection that could not be controlled with antibiotics or other means.

Saya memahami bahwa adalah mungkin suatu perforasi kornea yang dapat terjadi, menyebabkan

komplikasi yang merusak, termasuk kehilangan sebagian atau semua visi saya. Ini bisa juga

disebabkan oleh infeksi mata eksternal atau internal yang tidak dapat dikontrol dengan

antibiotik. 

5. I understand that mild or severe infection is possible. Mild infection can usually be treated

with antibiotics and usually does not lead to permanent visual loss. Severe infection, even if

successfully treated with antibiotics, could lead to permanent scarring and loss of vision that may

require corrective laser surgery or, if very severe, corneal transplantation or even loss of the

eye. . Saya mengerti ringan atau berat bahwa infeksi adalah ringan. Mungkin bisa infeksi

biasanya diobati dengan antibiotik dan biasanya tidak mengarah ke parah visual permanen. Rugi

infeksi, bahkan jika berhasil diobati dengan antibiotik bisa menimbulkan jaringan parut

permanen dan kehilangan visi bahwa mungkin memerlukan pembedahan laser perbaikan atau,

jika sangat parah, transplantasi kornea atau bahkan kehilangan mata. 

6. I understand that I could develop keratoconus. Keratoconus is a degenerative corneal disease

affecting vision that occurs in approximately 1/2000 in the general population. While there are

several tests that suggest which patients might be at risk, this condition can develop in patients

who have normal preoperative topography (a map of the cornea obtained before surgery) and

pachymetry (corneal thickness measurement) . 6. Saya memahami bahwa saya bisa

mengembangkan keratoconus. Keratoconus adalah penyakit degeneratif yang mempengaruhi

kornea visi yang terjadi pada sekitar 1 / 2000 pada populasi umum. Meskipun ada beberapa tes

yang menyarankan pasien yang mungkin berisiko, kondisi ini dapat berkembang pada pasien

yang memiliki topografi pra operasi normal (peta kornea diperoleh sebelum operasi) dan

pachymetry (pengukuran ketebalan kornea). Since keratoconus may occur on its own, there is no

absolute test that will ensure a patient will not develop keratoconus following laser vision

22

Page 23: Informed Consent

correction. Sejak keratoconus dapat terjadi dengan sendirinya, tidak ada tes mutlak yang akan

memastikan pasien tidak akan mengembangkan visi keratoconus berikut koreksi laser. Severe

keratoconus may need to be treated with a corneal transplant while mild keratoconus can be

corrected by glasses or contact lenses. keratoconus berat mungkin perlu diobati dengan

transplantasi kornea sementara keratoconus ringan dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa

kontak. 

7. I understand that other very rare complications threatening vision include, but are not limited

to, corneal swelling, corneal thinning (ectasia), appearance of “floaters” and retinal detachment,

hemorrhage, venous and arterial blockage, cataract formation, total blindness, and even loss of

my eye. 7,. Aku mengerti sangat langka lainnya yang mengancam visi komplikasi termasuk

tetapi tidak terbatas pada, kornea bengkak, penipisan kornea (ektasia), penampilan dari "floaters"

dan ablasi retina, perdarahan, dan penyumbatan arteri vena, pembentukan katarak, kebutaan

total.

NON-VISION THREATENING SIDE EFFECTS

1. I understand that there may be increased sensitivity to light, glare, and fluctuations in the

sharpness of vision. I understand these conditions usually occur during the normal stabilization

period of from one to three months, but they may also be permanent. Saya mengerti bahwa ada

peningkatan sensitivitas terhadap cahaya, cahaya silau, dan fluktuasi ketajaman penglihatan.

Saya memahami kondisi ini biasanya terjadi selama periode stabilisasi normal .

2. I understand that there is an increased risk of eye irritation related to drying of the corneal

surface following the LASIK procedure. These symptoms may be temporary or, on rare

occasions, permanent, and may require frequent application of artificial tears and/or closure of

the tear duct openings in the eyelid. Saya mengerti bahwa ada peningkatan risiko iritasi mata

terkait dengan pengeringan permukaan kornea setelah prosedur LASIK. Gejala ini mungkin

sementara atau, pada kesempatan langka, permanen, dan mungkin memerlukan aplikasi yang

sering air mata buatan dan / atau penutupan bukaan saluran air mata di kelopak mata. 

23

Page 24: Informed Consent

3. I understand that an overcorrection or undercorrection could occur, causing me to become

farsighted or nearsighted or increase my astigmatism and that this could be either permanent or

treatable. I understand an overcorrection or undercorrection is more likely in people over the age

of 40 years and may require the use of glasses for reading or for distance vision some or all of

the time. Saya memahami bahwa overcorrection atau undercorrection dapat terjadi, membuat

saya menjadi rabun dekat atau rabun jauh atau meningkatkan Silindris saya dan bahwa ini bisa

menjadi baik permanen atau bisa diobati. Saya memahami sebuah overcorrection atau

undercorrection lebih mungkin pada orang berusia lebih dari 40 tahun dan dapat memerlukan

penggunaan kacamata untuk membaca visi atau untuk jarak beberapa atau semua waktu. 

4. After refractive surgery, a certain number of patients experience glare, a “starbursting” or halo

effect around lights, or other low-light vision problems that may interfere with the ability to drive

at night or see well in dim light. The exact cause of these visual problems is not currently known;

some ophthalmologists theorize that the risk may be increased in patients with large pupils or

high degrees of correction. For most patients, this is a temporary condition that diminishes with

time or is correctable by wearing glasses at night or taking eye drops. For some patients,

however, these visual problems are permanent. I understand that my vision may not seem as

sharp at night as during the day and that I may need to wear glasses at night or take eye drops. I

understand that it is not possible to predict whether I will experience these night vision or low

light problems, and that I may permanently lose the ability to drive at night or function in dim

light because of them. I understand that I should not drive unless my vision is adequate. Setelah

operasi bias, sejumlah pasien mengalami silau, sebuah "starbursting" atau efek halo sekitar

lampu, atau masalah visi-cahaya rendah lain yang dapat mengganggu kemampuan untuk

mengemudi pada malam hari atau melihat dengan baik dalam cahaya redup. Penyebab tepat

masalah-masalah visual saat ini tidak diketahui, beberapa dokter mata berteori bahwa risiko

dapat ditingkatkan pada pasien dengan pupil besar atau derajat yang tinggi koreksi. Bagi

sebagian besar pasien, ini adalah kondisi sementara yang berkurang dengan waktu atau

diperbaiki dengan memakai kacamata pada malam hari atau mengambil tetes mata.. Untuk

beberapa pasien, namun, visual masalah ini tetap saya memahami bahwa visi saya mungkin tidak

setajam pada malam hari saat siang hari dan bahwa saya mungkin harus memakai kacamata pada

malam hari atau mengambil tetes mata. Saya memahami bahwa tidak mungkin untuk

24

Page 25: Informed Consent

memprediksi apakah saya akan mengalami visi ini malam atau masalah cahaya rendah, dan

bahwa aku secara permanen mungkin kehilangan kemampuan mengemudi di malam hari atau

fungsi di lampu redup karena mereka. Saya memahami bahwa saya tidak harus drive kecuali visi

5. I understand that I may not get a full correction from my LASIK procedure and this may

require future enhancement procedures, such as more laser treatment or the use of glasses or

contact lenses. Saya mengerti bahwa saya tidak mungkin mendapatkan koreksi penuh dari

prosedur LASIK saya dan ini mungkin memerlukan prosedur tambahan di masa depan, seperti

laser lebih atau penggunaan kacamata atau lensa kontak. 

6. I understand that there may be a “balance” problem between my two eyes after LASIK has

been performed on one eye, but not the other. This phenomenon is called anisometropia. I

understand this would cause eyestrain and make judging distance or depth perception more

difficult. I understand that my first eye may take longer to heal than is usual, prolonging the time

I could experience anisometropia. Saya memahami bahwa mungkin ada saldo "" masalah antara

dua mata setelah LASIK telah dilakukan pada satu mata, tetapi tidak yang lain. Fenomena ini

disebut anisometropia. Aku mengerti ini akan menyebabkan kelelahan mata dan membuat jarak

atau kedalaman menilai persepsi lebih sulit . Saya memahami bahwa mata pertama saya mungkin

membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh daripada biasanya.

7. I understand that, after LASIK, the eye may be more fragile to trauma from impact. Evidence

has shown that, as with any scar, the corneal incision will not be as strong as the cornea

originally was at that site. I understand that the treated eye, therefore, is somewhat more

vulnerable to all varieties of injuries, at least for the first year following LASIK. I understand it

would be advisable for me to wear protective eyewear when engaging in sports or other activities

in which the possibility of a ball, projectile, elbow, fist, or other traumatizing object contacting

the eye may be high. Saya memahami bahwa, setelah LASIK, mata mungkin lebih rapuh

terhadap trauma dari dampak. Bukti menunjukkan bahwa, seperti bekas luka, irisan kornea tidak

akan sekuat kornea awalnya ada di situs tersebut. Saya memahami bahwa diperlakukan mata,

karena itu, agak lebih rentan terhadap semua varietas dari cedera, setidaknya untuk tahun

pertama setelah LASIK. Aku mengerti itu akan dianjurkan bagi saya untuk memakai pelindung

25

Page 26: Informed Consent

mata ketika melakukan olahraga atau kegiatan lain yang kemungkinan bola, proyektil, siku,

tangan, atau benda lainnya menghubungi trauma mata mungkin tinggi. 

8. I understand that there is a natural tendency of the eyelids to droop with age and that eye

surgery may hasten this process. Saya memahami bahwa ada kecenderungan alamiah dari

kelopak mata untuk menunduk dengan usia dan bahwa operasi mata dapat segera proses ini. 

9. I understand that there may be pain or a foreign body sensation, particularly during the first 48

hours after surgery. Saya mengerti bahwa mungkin ada rasa sakit atau sensasi benda asing.

10. I understand that temporary glasses either for distance or reading may be necessary while

healing occurs and that more than one pair of glasses may be needed. Saya memahami bahwa

gelas sementara baik untuk jarak jauh atau mungkin perlu membaca sementara.

11. I understand that the long-term effects of LASIK are unknown and that unforeseen

complications or side effects could possibly occur. Saya mengerti bahwa efek jangka panjang

LASIK tidak diketahui dan yang tak terduga komplikasi atau efek samping yang mungkin

terjadi. 

12. I understand that visual acuity I initially gain from LASIK could regress, and that my vision

may go partially back to a level that may require glasses or contact lens use to see clearly. Saya

memahami bahwa ketajaman visual pada awalnya saya peroleh dari LASIK bisa regresi, dan

bahwa visi saya mungkin pergi sebagian kembali ke tingkat yang mungkin memerlukan

kacamata atau lensa kontak digunakan untuk melihat dengan jelas. 

13. I understand that the correction that I can expect to gain from LASIK may not be perfect. I

understand that it is not realistic to expect that this procedure will result in perfect vision, at all

times, under all circumstances, for the rest of my life. Saya mengerti bahwa koreksi yang dapat

saya harapkan untuk memperoleh dari LASIK mungkin tidak sempurna. Aku mengerti bahwa

tidak realistis untuk mengharapkan bahwa prosedur ini akan menghasilkan visi yang sempurna,

setiap saat, dalam semua keadaan, selama sisa hidupku . I understand I may need glasses to

26

Page 27: Informed Consent

refine my vision for some purposes requiring fine detailed vision after some point in my life, and

that this might occur soon after surgery or years later. Saya mengerti saya mungkin perlu

kacamata untuk memperbaiki visi saya untuk beberapa tujuan yang membutuhkan visi rinci baik-

baik saja setelah beberapa titik dalam hidup saya, dan bahwa hal ini mungkin terjadi segera.

14. I understand that I may be given medication in conjunction with the procedure and that my

eye may be patched afterward. I therefore, understand that I must not drive the day of surgery

and not until I am certain that my vision is adequate for driving. Saya memahami bahwa saya

dapat diberikan obat-obatan dalam hubungannya dengan prosedur dan bahwa mata saya mungkin

ditambal sesudahnya. Karena itu, mengerti bahwa saya tidak harus drive hari operasi dan tidak

sampai saya yakin bahwa visi saya adalah cukup untuk berkendara. 

15. I understand that if I currently need reading glasses, I will still likely need reading glasses

after this treatment. It is possible that dependence on reading glasses may increase or that reading

glasses may be required at an earlier age if I have this surgery. Saya memahami bahwa jika saya

saat ini membutuhkan kacamata baca, saya masih akan mungkin perlu kacamata baca setelah

perawatan ini. Hal ini dimungkinkan bahwa ketergantungan pada kacamata baca dapat

meningkat atau kacamata baca yang mungkin diperlukan pada usia lebih dini.

16. Even 90% clarity of vision is still slightly blurry. Enhancement surgeries can be performed

when vision is stable UNLESS it is unwise or unsafe. Bahkan 90% kejelasan visi masih sedikit

buram operasi. Peningkatan dapat dilakukan ketika visi KECUALI stabil itu tidak bijaksana atau

tidak aman. If the enhancement is performed within the first six months following surgery, there

generally is no need to make another cut with the microkeratome. The original flap can usually

be lifted with specialized techniques. After 6 months of healing, a new LASIK incision may be

required, incurring greater risk. In order to perform an enhancement surgery, there must be

adequate tissue remaining. If there is inadequate tissue, it may not be possible to perform an

enhancement. An assessment and consultation will be held with the surgeon at which time the

benefits and risks of an enhancement surgery will be discussed. Jika perangkat tambahan tersebut

dilakukan dalam enam bulan pertama setelah operasi, ada umumnya tidak perlu membuat lagi

dipotong dengan microkeratome itu.. Asli dapat flap biasanya diangkat khusus dengan teknik

27

Page 28: Informed Consent

Setelah 6 bulan penyembuhan, sayatan LASIK baru mungkin diperlukan yang lebih besar

menimbulkan risiko. Dalam rangka untuk melakukan operasi tambahan, harus ada sisa jaringan

yang cukup. Jika ada jaringan yang tidak memadai, tidak mungkin untuk melakukan perangkat

tambahan. Sebuah penilaian dan konsultasi akan diadakan dengan dokter bedah di mana waktu

manfaat dan risiko dari operasi perangkat tambahan akan dibahas. 

17. I understand that, as with all types of surgery, there is a possibility of complications due to

anesthesia, drug reactions, or other factors that may involve other parts of my body. I understand

that, since it is impossible to state every complication that may occur as a result of any surgery,

the list of complications in this form may not be complete. Saya memahami bahwa, seperti

halnya dengan semua jenis operasi, ada kemungkinan komplikasi karena anestesi, obat reaksi,

atau faktor lainnya yang mungkin melibatkan bagian lain dari tubuh saya. Saya memahami

bahwa, karena tidak mungkin untuk menyatakan setiap komplikasi yang mungkin terjadi sebagai

hasil dari operasi apapun, daftar komplikasi dalam bentuk ini tidak mungkin lengkap. 

FOR PRESBYOPIC PATIENTS (those requiring a separate prescription for reading): The option

of monovision has been discussed with my ophthalmologis.

PATIENT'S STATEMENT OF ACCEPTANCE AND UNDERSTANDING PASIEN'S

The details of the procedure known as LASIK have been presented to me in detail in this

document and explained to me by my ophthalmologist. My ophthalmologist has answered all my

questions to my satisfaction. I therefore consent to LASIK surgery on: Rincian prosedur yang

dikenal sebagai LASIK telah disajikan kepada saya secara rinci dalam dokumen ini dan

menjelaskan kepada saya oleh dokter mata saya. Saya. Dokter mata telah menjawab semua

pertanyaan saya saya untuk kepuasan Karena itu saya setuju untuk operasi LASIK pada:

_________ Right eye ___________ Left eye _________ Both eyes _________ ___________

Mata kanan mata Waktu _________ Kedua mata

I give permission for my ophthalmologist to record on video or photographic equipment my

28

Page 29: Informed Consent

procedure, for purposes of education, research, or training of other health care professionals. I

also give my permission for my ophthalmologist to use data about my procedure and subsequent

treatment to further understand LASIK. I understand that my name will remain confidential,

unless I give subsequent written permission for it to be disclosed outside my ophthalmologist's

office or the center where my LASIK procedure will be performed. Saya memberi izin untuk

dokter mata saya untuk merekam video atau peralatan fotografi prosedur saya, untuk tujuan

pendidikan, penelitian, atau pelatihan dari para profesional perawatan kesehatan lainnya untuk.

Saya juga memberikan saya izin untuk dokter mata untuk menggunakan data saya tentang

prosedur selanjutnya dan perawatan lebih lanjut LASIK mengerti. Saya memahami bahwa nama

saya akan tetap rahasia, kecuali aku memberi izin tertulis selanjutnya agar bisa diungkapkan di

luar kantor saya yang dokter mata atau pusat di mana prosedur LASIK saya akan dilakukan.

gambargambar Patient Name Date Witness Name Date Nama Pasien Tanggal Tanggal Nama

Saksi

I have been offered a copy of this consent form (please initial) _____ Saya telah menawarkan

salinan formulir persetujuan (mohon awal) _____

29