informed consent

Upload: ryan-arifin-suryanto

Post on 15-Jul-2015

162 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Informed Consent Informed consent adalah kedatangan pasien yang berarti ia telah memberikan kepercayaan pada dokter untuk melakukan tindakan terhadap dirinya. Selain itu, pada diri dokter secara otomatis tertanam sikap yang bertujuan mengutamakan kesehatan pasiennya. Hubungan antara dokter dan pasien tersebut merupakan suatu ikatan yang khusus, tetapi pasien mempunyai hak untuk memutuskan apakah dokter boleh atau tidak meneruskan hubungan tersebut. Hal itu bergantung pada keterangan apa yang ia dapatkan mengenai tindakan dokter itu selanjutnya. Informed consent itu sendiri menurut jenis tindakannya/tujuannya dapat dibagi tiga, yaitu: a. Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi subjek penelitian) b. Yang bertujuan untuk mencari diagnosis c. Yang bertujuan untuk terapi Pelaksanaan semua tindakan di atas harus mendapatkan persetujuan dari pihak pasien. World Medical Association (WMA) dalam Deklarasi Helsinki 1964 menegaskan hal itu. Dalam deklarasi itu disebutkan bahwa Riset klinik terhadap manusia tidak boleh dilaksanakan tanpa persetujuan yang bersangkutan, setelah ia mendapat penjelasan. Kalaupun secara hokum ia tidak mampu, persetujuan harus diperoleh dari wilayahnya yang sah. Dalam informed consent hak asasi pasien sebagai manusia harus tetap dihormati. Pasien berhak menolak dilakukannya suatu tindakan terhadap dirinya atas dasar informasi yang telah diperoleh dari dokter yang bersangkutan. Pengertian self determination ini terkenal setelah Hakim Benyamin Cordozo di Amerika Serikat (1914) mengeluarkan keputusan dalam suatu sidang pengadilan yang berbunyi: Setiap manusia yang dewasa dan berpikiran sehat berhak untuk menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan seorang yang melakukan tanpa seijin pasiennya dapat dianggap melakukan pelangguran hukum, yang harus ia pertanggungjawabkan segala kerugian. Yang dimaksud dengan informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau walinya yang berhak kepada dokter untuk melakukan suatu tindakan medis terhadap pasien sesudah pasien atau wali itu memperoleh informasi lengkap dan memahami tindakan itu. Dengan kata lain, informed consent juga disebut persetujuan tindakan medis. Persetujuan (consent) dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Expressed, dapat secara lisan atau secara tulisan, dan 2. Implied, yang dianggap telah diberikan. Implied consent dapat terjadi pada keadaan gawat darurat apabila pasien dalam keadaan tidak sadar, kritis sementara persetujuan dari wali tidak diperoleh karena tidak ada di tempat. Dalam hal ini dokter secara etik berkewajiban menolong pasien jika memang diyakini tidak ada orang lain yang sanggup. Apabila wali

tidak tidak ada dan kondisi pasien kritis, maka implied consent dapat diambil sebagai pegangan untuk melakukan tindakan medis. Memperoleh persetujuan dari pasien dan untuk menghindari adanya salah satu pihak yang dirugikan, dokter wajib memberikan informasi sejelas-jelasnya agar pasien dapat mempertimbangkan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Dalam pandangan penganut falsafah konsekuensialis (menganggap baik atau buruk suatu perbuatan kepada tujuan yang ingin dicapai), informed consent dianggap sebagai suatu yang baik karena akan: 1. 2. 3. 4. 5. Meningkatkan kemandirian seseorang Melindungi pasien Menghindari penipuan dan pemerasan Memacu sikap teliti pada pihak dokter Meningkatkan keikutsertaan masyarakat.

Di Indonesia, informed consent diatur dalam Permenkes 585/1989 yang mengatur hubungan antara dokter dan pasien sehubungan dengan tindakan medis yang akan dilakukan. Masalah perlunya informed consent tidak hanya menyangkut hak-hak pasien, tetapi sekaligus melindungi dokter dalam menjalankan profesinya sehari-hari. Dasar etik yang terkuat dalam informed consent ini adalah keharusan bagi setiap dokter untuk menghormati kemandirian (otonomi) pasiennya.