infeksi neonatus jadi,

32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: infeksi, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. (Imral chair, 2007). Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008). Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir.

Upload: ninit-yulisti

Post on 20-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

FGGDFD

TRANSCRIPT

Page 1: infeksi neonatus jadi,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%) dari

lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian

itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi

seperti: infeksi, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. (Imral chair, 2007).

Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per

1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan

angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari

246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit

satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008).

Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi 13-50% dari

angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi infeksi

neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas

(Depkes, 2007).

Di Indonesia sekitar 70% persalinan terjadi di pedesaan dan di tolong oleh dukun

bayi, mungkin pula ditolong oleh mertua, anggota keluarga yang lain atau tetangga. Faktor

utama yang memberikan peluang terjadinya kematian neonatus di rumah adalah kegagalan

untuk mengenal faktor resiko tinggi pada kehamilan, persalinan, periode neonatus dan tidak

merujuk pada saat yang tepat. Upaya perawatan BBLR dengan praktek “metode botol panas

Page 2: infeksi neonatus jadi,

2

dan bedong” serta praktek tradisional lainnya yang bersifat pendekatan supernatural, terbukti

tidak dapat membantu bahkan seringkali memberikan dampak buruk terhadap kondisi fisik

bayi, seperti kasus luka bakar akibat teknologi pemanasan dengan lampu petromaks.

(Bangun lubis, 2008) Menurut dr. Imral Chair SpA(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia dan ketua I Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinsia) dalam seminar

“Orientasi Metode Kanguru” yang diselenggarakan Forum Promosi Kesehatan Indonesia,

bayi premature maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan rendah, terutama di

bawah 2000 gram, terancam kematian akibat hipotermi yaitu penurunan suhu badan di

bawah 36,50c disamping asfiksia dan infeksi. (Imral Chair,2007).

Untuk mengetahui kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat, karena

bedah mayat sangat susah dilakukan di Indonesia maka kematian janin dan neonatus hanya

didasarkan pada pemeriksaan klinik laboratorium. Dengan dasar pemeriksaan itu, sebab

utama kematian perinatal di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta adalah infeksi,

asfiksia neonatorum, trauma, kelahiran, cacat bawaan, penyakit yang berhubungan

prematuritas, immaturitas, dan lain-lain. (Sarwono, 2002).

Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya morbiditas

dan mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10%

bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan. (Rachma,

2005).

Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab

kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi.

Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan

Page 3: infeksi neonatus jadi,

3

selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas

masih rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh.

Bayi dengan BBLR lebih mudah terkena infeksi neonatorum. Tindakan invasif yang dialami

neonatus juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial. (Surasmi, 2003).

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dari asuhan keperawatan

ini yaitu penulis ingin memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi neonatus.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat memahami pelaksanaan asuhan keperawatan pada bayi dengan infeksi neonatus.

2 . Tujuan Khusus

a. Mampu menyusun konsep teori infeksi neonates

b. Mampu menyusun pengkajian pada bayi dengan infeksi neonatus

c. Mampu menyusun diagnosa keperawatan pada bayi dengan infeksi neonatus

d. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan pada bayi dengan infeksi

neonatus

e. Mampu menyusun rencana yang telah disusun pada bayi dengan infeksi neonatus

D. Manfaat Penulisan

1.Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam menerapkan

asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi neonates.

Page 4: infeksi neonatus jadi,

4

2. Bagi Pasien

Dengan adanya asuhan keperawatan dengan infeksi neonates orang tua pasien dapat

memahami tentang infeksi ini.

Page 5: infeksi neonatus jadi,

5

BAB II

KONSEP DASAR

1. Definisi

Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa

antenatal, perinatal, dan postpartum (Mitayani,2009)

Infeksi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang

biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru

lahir. Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-

gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik

(Doenges, Marylyn E. 2000).

Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh

penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan

perubahan psikologis yang sangat besar. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi

yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi

baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi

bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75

kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, infeksi mulai

timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam

setelah lahir.Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan

disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

Page 6: infeksi neonatus jadi,

6

Pembagian Infeksi:

A. Inkfesi Dini

terjadi 7 hari pertama kehidupan.

Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,

biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.

B. Infeksi lanjutan/nosocomial

yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir.

Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang

ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami

komplikasi.

2. Etiologi

Menurut Blane (1961) infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara :

A. Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Kuman melewati

batas plasenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena umbilikus sampai ke janin.

Kuman tersebut seperti:

a. virus: rubella, poliomelitis, koksakie, dan variola

b. spirokaeta: sifilis

c. bakteri: jarang sekali, kecuali E. coli dan listeria

B. Infeksi intranatal

a. Partus yang lama.

b. Pemeriksaan vagina yang terlalu sering.

Page 7: infeksi neonatus jadi,

7

C. Infeksi postpartum

a. Penggunaan alat-alat dan perawatan yang tidak steril.

b. Cross infection (infeksi yang telah ada di rumah sakit).

3. Patofisiologi

Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin

oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan

penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang

progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak

kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis

metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan

kematian.

Page 8: infeksi neonatus jadi,

8

4. WOC

Infeksi Antenatal Infeksi Post NatalInfeksi Intra

Natal

Pelepasan Endotoksin

Perubahan Fungsi Miokar

Distensi Abdomen Perubahan Penggunaan Oksigen

Kekacauan Metabolik yang

Progresif

Anoreksia

Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh

MK: Gangguan pemenuhan nutrisi

Frekuensi pernafasan Meningkat

Apnea

MK : Pola Nafas tidak efektif

Kerusakan sel

Penurunan perfusi jaringan

Pucat

Ubun-ubun Menonjol

Tremor

MK : volume cairan kurang dari kebutuhan

Infeksi

MK : Gangguan rasa nyaman

Suhu tubuh Meningkat

MK : Perubahan suhu tubuh

Page 9: infeksi neonatus jadi,

9

5. Klasifikasi

Infeksi pada neonates dapat dibagi dalam dua golongan besar.

1. Infeksi berat (Major infection)

a. Sifilis kongenital

Biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh tremponema pallidum

b. Sepsis neonatorum

Dapat menjadi pada antenatal dan postnatal

c. Meningitis

Biasanya didahului oleh sepsis, penyebab utamanya adalah E.Colli, pneomokokus,

stafilokokus dan sebagainya

d. Pneumonia kongenital

Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnion yang septik.

e. Pneumonia aspirasi

Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian utama pada bayi BBLR,

terjadi aspirasi pada saat pemberian makan karena reflek menelan dan batuk yang

belu sempurna

Page 10: infeksi neonatus jadi,

10

f. Pneumonia karena airborn infection

Infeksi terjadi karena berhubungan dengan orang dewasa yang menderita infeksi

saluran pernafasan

g. Pneumonia stafilokokus

Biasa terjadi pada neonates yang lahir dirumah sakit.

h. Diare epidemic

Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi, disebabkan oleh E.Colli yang

bersifat pathogen

i. Pielonefritis

Infeksi yang mengenai gi njal bayi

j. Otitis akut

Disebabkan oleh metastasis sarang infeksi stafilokokus

k. Tetanus neonatorum

Disebabkan oleh clostridium yang bersifat anaerob dan mengeluarkan oksitosin

Page 11: infeksi neonatus jadi,

11

6. Pencegahan

Penatalaksanaan yang agresif diberikan pada ibu yang dicurigai menderita

1. Persalinan yang cepat bagi bayi baru lahir,

2. Selektif nampak dapat menurunkan tingkat

3. Morbiditas dan mortalitas pada infeksi bekteri neonatus.

4. Perawatan tali pusat,

5. Sterilisasi peralatan dan

6. pencucian tangan adalah hal yang sangat penting

7. Manifestasi Klinis

1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegaly

3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih,

sianosis

4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi,

takikardi, bradikardia.

5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan

tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry

6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.

(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008).

Gejala infeksi yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat

menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya

dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung.

Page 12: infeksi neonatus jadi,

12

Gejala dari infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan

penyebarannya:

- Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.

- Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,

opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.

- Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan

atau tungkai yang terkena.

- Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan

sendi yang terkena teraba hangat.

- Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare

berdarah.

8. Penatalaksanaan

Suportif Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa

Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia

Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon) batasi cairan

Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.

Awasi adanya hiperbilirubinemi

Lakukan transfuse tukar bila perlu

Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral.

Page 13: infeksi neonatus jadi,

13

Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan

golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada

infeksi nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang

perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan

aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji

sistematis diberikan antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila

terjadi Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk

Meningitis.

- Pada masa Antenatal

- Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,

- pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,

- penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan

janin.Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.Pada masa Persalinan. Perawatan ibu

selama persalinan dilakukan secara aseptik. Pada masa pasca Persalinan Rawat

gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan

- peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril

9. Komplikasi

1. Meningitis

2. Hipoglikemia, asidosis metabolik

3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial

4. ikterus/kernicterus

Page 14: infeksi neonatus jadi,

14

B. Asuhan Keperawatan Infeksi neonatus

1. Pengkajian

Perawat mempunyai tugas yang penting dalam mengkaji tanda-tanda infeksi pada

neonatus, tanda dan gejala sepsis pada neonatus sering tak terlihat dan dikenali oleh

pemberi keperawatan profesional. Perawat neonatus mempunyai tanggung jawab untuk

mengenali tanda-tanda, sehingga diagnosis dan perawatannya dapat diberikan segera.

1.      Biodata bayi

2.      Riwayat kesehatan sekarang

a.    Sistem saraf pusat

a) Fontanel yang menonjol.

b) Letargi.

c) Temperatur yang tidak stabil.

d) Hipotonia.

e) Tremor yang kuat.

b.   Sistem pencernaan

a) Hilangnya keinginan untuk menyusui.

b) Penurunan intake melalui oral.

c) Muntah.

d) Diare.

e) Distensi abdomen.

Page 15: infeksi neonatus jadi,

15

c.    Sistem integumen

a) Kuning.

b) Adanya lesi.

c) Ruam.

d.      Sistem pernapasan

a) Apnea.

b) Sianosis.

c) Takipnea.

d) Penurunan saturasi oksigen.

e) Nasal memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada.

e.   Sistem kardiovaskular

a) Takikardi.

b) Menurunnya denyut perifer.

c) Pucat.

2. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita sifilis.

3. Data psikologi

a) Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya.

b) Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya.

Page 16: infeksi neonatus jadi,

16

B.   Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada infeksi neonatus :

1. Tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di saluran

napas.

2. Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

malas minum, diare, dan muntah.

4. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diare dan malas menyusui.

5. Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.

C.   Intervensi keperawatan

1. Diagnosis 1: tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret

di saluran napas.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ketidakefektifan pernapasan dapat

diatasi.

Kriteria hasil: bayi tidak sesak lagi, bayi tenang, frekuensi pernapasan menurun, sekret di

saluran napas tidak ada lagi.

Intervensi:

a. Tempatkan bayi pada posisi yang nyaman, kepala ditinggikan (misalnya digendong).

Rasional: posisi yang baik dapat membantu melonggarkan jalan napas.

b. Berikan O2 dan bersihkan jalan napas dari sekret.

Rasional: O2 mengatasi kebutuhan tubuh akan oksigen dan membersihkan jalan napas

akan mengurangi sumbatan di saluran napas.

Page 17: infeksi neonatus jadi,

17

c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik.

Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi.

2. Diagnosis 2: gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan malas minum, diare, dan

muntah.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, gangguan pemenuhan nutrisi dapat diatasi.

Kriteria hasil: muntah dan diare berhenti, bayi mau disusui.

Intervensi:

a. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI.

Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi yang dapat memberikan imunitas.

b. Auskultasi bising usus.

Rasional: penurunan aliran darah dapat menurunkan peristaltik usus

c. Dengan dokter tentang pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan pemberiancairan.

Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi yang akan memperberat infeksi.

3. Diagnosis 3: kurangnya volume cairan tubuh yang berhubungan dengan diare, muntah, dan

malas minum.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan kembali normal.

Kriteria hasil: suhu normal,membran mukosa dan kulit tidak lagi kering.

Intervensi:

a. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI.

Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi dapat memberikan imunitas.

Page 18: infeksi neonatus jadi,

18

b. Awasi masukan dan pengeluaran, catat dan ukur frekuensi diare, dan kehilangan cairan.

Rasional: Perubahan pada kualitas susu sangat mempengaruhi kebutuhan cairan dan

peningkatan risiko dehidrasi.

c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan dan terapi cairan.

Rasional: terapi cairan dapat membantu mengurangi gangguan cairan tubuh.

4. Diagnosis 4 : perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh bayi kembali normal.

Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda hipertermi

Intervensi :

a. Pantau suhu pasien (derajat dan  pola ) ; perhatikan bunyi menggigil / diaforesis.

Rasional : suhu 38,9 derajat sampai 41 derajat menunjukan proses penyakit infeksius

akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.

b. Pantau suhu lungkunagn, batasi atau tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.

Rasional : suhu ruangan atau jumlah selimut harus di ubah untuk mempertahankan suhu

mendekati normal.

c. Berikan kompres mandi hangat ; hindari penggunaan alkohol

Rasional : dapat membantu mengurangi demam

d. Kolaborasi :

1. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol).

Rasional :Di gunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada

hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi

Page 19: infeksi neonatus jadi,

19

pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang

terinfeksi.

2. Berikan antibiotik

Rasional : antimikroba mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit.

Diagnosis 5 : Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, bayi tidak rewel

Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda nyeri,bayi nampak tenang.

Intervensi :

a. Menjelaskan proses terjadinya infeksi kepada keluarga klien.

Rasional : agar tidak adda kekhawatiran saat terjadi sesuatu

b. Beri lingkungan tenang dan nyaman

Rasional : menurunkan reaksi terhadap terhadap stimulus dari luar agar dapat

meningkatkan istrahat atau relaksasi.

D.  Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang

telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

E.  Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan

identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

Page 20: infeksi neonatus jadi,

20

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa

antenatal, perinatal, dan postpartum.

Menurut Blane (1961) infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara : Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Kuman melewati batas

plasenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena umbilikus sampai ke janin.

Kuman tersebut seperti :

a. Virus : rubella, poliomelitis, koksakie, variola, dan lain-lain.

b. Spirokaeta : sifilis.

c. Bakteri : jarang sekali kecuali E. Coli dan listeria.

d. Infeksi intranatal

e. Partus yang lama.

f. Pemeriksaan vagina yang terlalu sering.

g. Infeksi postpartum

h. Penggunaan alat-alat dan perawatan yang tidak steril.

i. Cross infection (infeksi yang telah ada di rumah sakit).

Page 21: infeksi neonatus jadi,

21

B.   Saran

1.  Bagi para pembaca, diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang dipaparkan

diatas, dan dapat mengaplikasikannya dalam lingkungan masyarkat sehingga dapat

mencegah infeksi neonatus

2. Bagi mahasiswa, diharapkan agar terus menambah wawasan khususnya dalam bidang

keperawatan.

3. Bagi dosen pembimbing, diharapkan dapat memberi masukan, baik dalam proses

penyusunan maupun dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran dan

kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.

Page 22: infeksi neonatus jadi,

22

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta : EGC

Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : EGC

hidayat2.wordpress.com/2009/07/14/askep-ca-colon. Di akses 8 januari 2011

Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta.: FKUI

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Salemba Medika

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses–Proses 

Penyakit  .Vol. 1, Edisi 6, Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth  Vol. 2, Edisi 8, Jakarta : EGC