induksi pada kpd
TRANSCRIPT
INDUKSI PERSALINAN SECARA FARMAKOLOGIS
A. Prostaglandin
Prostaglandin bereaksi pada serviks untuk membantu pematangan serviks
melalui sejumlah mekanisme yang berbeda. Ia menggantikan substansi ekstraseluler
pada serviks, dan PGE2 meningkatkan aktivitas kolagenase pada serviks. Ia
menyebabkan peningkatan kadar elastase, glikosaminoglikan, dermatan sulfat, dan
asam hialuronat pada serviks. Relaksasi pada otot polos serviks menyebabkan
dilatasi. Pada akhirnya, prostaglandin menyebabkan peningkatan kadar kalsium
intraseluler, sehingga menyebabkan kontraksi otot miometrium. Risiko yang
berhubungan dengan penggunaan prostaglandin meliputi hiperstimulasi uterus dan
efek samping maternal seperti mual, muntah, diare, dan demam. Saat ini, kedua
analog prostaglandin tersedia untuk tujuan pematangan serviks, yaitu gel
dinoprostone (Prepidil) dan dinoprostone inserts (Cervidil). Prepidil mengandung 0,5
mg gel dinoproston, sementara Cervidil mengandung 10 mg dinoprostone dalam
bentuk pessarium.
Teknik untuk memasukkan gel dinoprostone (Prepidil)
1. Seleksi pasien :
- Pasien tidak demam
- Tidak ada perdarahan aktif pervaginam
- Penilaian denyut jantung janin teratur
- Pasien memberikan informed consent
- Skor Bishop <4
2. Letakkan gel pada suhu ruangan sebelum dipasang, sesuai dengan instruksi
pabrik.
3. Monitor denyut jantung janin dan aktivitas uterus
15 sampai 30 menit sebelum gel dimasukkan dan dilanjutkan selama 30 sampai
120 menit setelah gel dimasukkan
4. Masukkan gel ke dalam serviks sesuai dengan arahan berikut :
Jika serviks belum mendatar, gunakan kateter endoserviks 20 mm untuk
memasukkan gel ke dalam endoserviks tepat di bawah ostium uteri internum
Jika pendataran serviks 50%, gunakan kateter endoserviks 10 mm
5. Setelah pemberian gel, pasien harus tetap berbaring selama 30 menit sebelum
boleh bergerak
6. Dapat diulangi setiap 6 jam, sampai 3 dosis dalam 24 jam
7. Nilai akhir pematangan serviks meliputi kontraksi uterus yang kuat, skor Bishop >
8, atau perubahan status ibu atau janin.
8. Dosis maksimum yang direkomendasikan adalah 1,5 mg dinoprostone (3 dosis)
dalam 24 jam
9. Jangan mulai pemberian oksitosin selama 6 sampai 12 jam setelah pemberian
dosis terakhir, untuk memperoleh onset persalinan spontan dan melindungi uterus
dari stimulasi yang berlebihan.
Telaah Cochrane memeriksa 52 penelitian yang didesain dengan baik yang
menggunakan prostaglandin untuk pematangan serviks atau induksi persalinan.
Dibandingkan dengan plasebo (atau tanpa terapi), penggunaan prostaglandin vagina
meningkatkan kecenderungan bahwa persalinan pervaginam dapat terjadi dalam
waktu 24 jam. Sebagai tambahan, rasio seksio sesaria dapat dibandingkan pada semua
penelitian. Satu-satunya kelemahannya adalah peningkatan rasio hiperstimulasi uterus
dan perubahan denyut jantung janin yang menyertainya (Guinn et al., 2000).
B. Misoprostol
Misoprostol (Cytotec) merupakan PGE sintetis, analog yang ditemukan aman
dan tidak mahal untuk pematangan serviks, meskipun tidak diberi label oleh Food
and drug administration di Amerika Serikat untuk tujuan ini. Penggunaan
misoprostol tidak direkomendasikan pada pematangan serviks atau induksi persalinan
pada wanita yang pernah mengalami persalinan dengan seksio sesaria atau operasi
uterus mayor karena kemungkinan terjadinya ruptur uteri. Wanita yang diterapi
dengan misoprostol untuk pematangan serviks atau induksi persalinan harus
dimonitor denyut jantung janin dan aktivitas uterusnya di rumah sakit sampai
penelitian lebih lanjut mampu mengevaluasi dan membuktikan keamanan terapi pada
pasien. Uji klinis menunjukkan bahwa dosis optimal dan pemberian interval dosis 25
mcg intravagina setiap empat sampai enam jam. Dosis yang lebih tinggi atau interval
dosis yang lebih pendek dihubungkan dengan insidensi efek samping yang lebih
tinggi, khususnya sindroma hiperstimulasi, yang didefinisikan sebagai kontraksi yang
berakhir lebih dari 90 detik atau lebih dari lima kontraksi dalam 10 menit selama dua
periode .10 menit berurutan, dan hipersistole, suatu kontraksi tunggal selama minimal
dua menit.
Ruptur uteri pada wanita dengan riwayat seksio sesaria sebelumnya juga
mungkin merupakan komplikasi, yang membatasi penggunaannya pada wanita yang
tidak memiliki skar uterus. (Evidence level B, studi kohort). Teknik penggunaan
misoprostol vagina adalah sebagai berikut :
1. Masukkan seperempat tablet misoprostol intravagina, tanpa menggunakan gel
apapun (gel dapat mencegah tablet melarut)
2. Pasien harus tetap berbaring selama 30 menit
3. Monitor denyut jantung janin dan aktivitas uterus secara kontinyu selama minimal
3 jam setelah pemberian misoprostol sebelum pasien boleh bergerak
4. Apabila dibutuhkan tambahan oksitosin (pitosin), direkomendasikan interval
minimal 3 jam setelah dosis misoprostol terakhir
5. Tidak direkomendasikan pematangan serviks pada pasien-pasien yang memiliki
skar uterus (Evidence level A, RCT)
Telaah Cochrane menyimpulkan bahwa penggunaan misoprostol dapat
menurunkan insidensi seksio sesaria. Insidensi persalinan pervaginam lebih tinggi
dalam 24 jam pemberian misoprostol dan menurunkan kebutuhan oksitosin (pitosin)
tambahan. (Evidence level A, tinjauan sistematis RCT). Tinjauan pustaka tambahan
menunjukkan bahwa misoprostol merupakan agen yang efektif untuk pematangan
serviks. (Evidence level A, telaah sistematis RCT)
Telaah Cochrane menurut grup Pregnancy and Childbirth mengidentifikasikan
26 uji klinis tentang misoprostol untuk pematangan serviks atau induksi persalinan
atau keduanya. Studi-studi ini menunjukkan bahwa misoprostol lebih efektif daripada
prostaglandin E2 agar terjadi persalinan pervaginam dalam 24 jam dan mengurangi
kebutuhan dan jumlah total oksitosin tambahan. Meskipun dalam penelitian ini
dinyatakan bahwa misoprostol dihubungkan dengan insidensi hiperstimulasi uterus
yang lebih tinggi dan cairan amnion kehijauan (meconium staining), tetapi komplikasi
ini biasanya dijumpai dengan dosis misoprostol yang lebih tinggi (>25μg). Tidak ada
penelitian yang menunjukkan bahwa paparan misoprostol intrapartum (atau agen
pematangan serviks prostaglandin lain) menimbulkan efek samping jangka panjang
terhadap janin yang lahir tanpa gawat janin.
ACOG Committee on Obstetric Practice menyatakan bahwa tablet misoprostol
intravaginal efektif dalam induksi persalinan pada wanita hamil dengan serviks yang
belum matang. Komite ini menekankan bahwa hal-hal berikut ini sebaiknya
dilakukan untuk meminimalkan risiko hiperstimulasi uterus dan ruptur uteri pada
pasien-pasien yang menjalani pematangan serviks atau induksi persalinan pada
trimester ketiga, yaitu :
1. Jika misoprostol digunakan untuk pematangan serviks atau induksi persalinan
pada trimester ketiga, dipertimbangkan pemberian dosis awal seperempat tablet
100 μg (sekitar 25 μg).
2. Dosis sebaiknya tidak diberikan lebih sering daripada setiap 3-6 jam.
3. Oksitosin seharusnya tidak diberikan kurang dari 4 jam setelah dosis misoprostol
terakhir.
4. Misoprostol sebaiknya tidak digunakan pada pasien bekas SC atau bekas operasi
uterus mayor.
Penggunaan dosis misoprostol yang lebih tinggi (misalnya 50 μg setiap 6 jam)
untuk induksi persalinan mungkin dapat diberikan pada beberapa situasi, meskipun
ada laporan bahwa dosis tersebut meningkatkan risiko komplikasi, termasuk
hiperstimulasi uterus dan ruptur uteri. Grande multipara juga merupakan faktor risiko
relatif untuk terjadinya ruptur uteri (ACOG, 1999).
C. Mifepristone
Mifepristone (Mifeprex) adalah agen antiprogesteron. Progesteron menghambat
kontraksi uterus, sementara mifepristone melawan aksi ini. Agen ini menyebabkan
peningkatan asam hialuronat dan kadar dekorin pada serviks. Dilaporkan Cochrane,
ada 7 percobaan yang melibatkan 594 wanita yang menggunakan mifepristone untuk
pematangan serviks. Hasilnya menunjukkan bahwa wanita yang diterapi dengan
mifepristone cenderung memiliki serviks yang matang dalam 48 sampai 96 jam jika
dibandingkan dengan plasebo. Sebagai tambahan, para wanita ini cenderung
melahirkan dalam waktu 48-96 jam dan tidak dilakukan seksio sesaria. Namun
demikian, hanya sedikit informasi yang tersedia mengenai luaran janin dan efek
samping pada ibu; sehingga tidak cukup mendukung bukti keamanan mifepristone
dalam pematangan serviks (Neilson, 2002).
D. Relaksin
Hormon relaksin diperkirakan dapat mendukung pematangan serviks. Berdasarkan
evaluasi telaah Cochrane mengenai hasil dari 4 penelitian yang melibatkan 267
wanita disimpulkan bahwa kurangnya dukungan dalam penggunaan relaksin saat ini,
sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai agen-agen induksi
persalinan (Kelly et al., 2002).
E. Oksitosin
Oksitosin merupakan agen farmakologi yang lebih disukai untuk menginduksi
persalinan apabila serviks telah matang. Konsentrasi oksitosin dalam plasma serupa
selama kehamilan dan selama fase laten dan fase aktif persalinan, namun terdapat
peningkatan yang bermakna dalam kadar oksitosin plasma selama fase akhir dari kala
II persalinan. Konsentrasi oksitosin tertinggi selama persalinan ditemukan dalam
darah tali pusat, yang menunjukkan bahwa adanya produksi oksitosin yang bermakna
oleh janin selama persalinan. Oksitosin endogen diesekresikan dalam bentuk pulsasi
selama persalinan spontan, hal ini tampak dalam pengukuran konsentrasi oksitosin
plasma ibu menit per menit.
Seiring dengan perkembangan kehamilan, jumlah reseptor oksitosin dalam
uterus meningkat (100 kali lipat pada kehamilan 32 minggu dan 300 kali lipat pada
saat persalinan). Oksitosin mengaktifkan jalur fosfolipase C-inositol dan
meningkatkan kadar kalsium ekstraseluler, menstimulasi kontraksi otot polos
miometrium. Banyak studi acak yang terkontrol dengan penggunaan plasebo
memfokuskan penggunaan oksitosin dalam induksi persalinan. Ditemukan bahwa
regimen oksitosin dosis rendah (fisiologis) dan dosis tinggi (farmakologis) sama-
sama efektif dalam menegakkan pola persalinan yang adekuat.
Oksitosin dapat diberikan melalui rute parenteral apa saja. Ia diabsorpsi oleh
mukosa bukal dan nasal . Jika diberikan per oral, oksitosin dengan cepat diinaktifkan
oleh tripsin. Rute intravena paling sering digunakan untuk menstimulasi uterus hamil
karena pengukuran jumlah indikasi yang diberikan lebih tepat dan dapat dilakukan
penghentian obat secara relatif cepat apabila terjadi efek samping.
Saat diabsorpsi, oksitosin didistribusikan dalam cairan ekstraseluler dan tidak
berikatan dengan protein. Dibutuhkan waktu 20-30 menit untuk mencapai kadar
puncak plasma. Interval waktu yang lebih singkat dapat memperpendek induksi
persalinan, tetapi lebih cenderung berhubungan dengan hiperstimulasi uterus dan
gawat janin. Mekanisme oksitosin adalah dengan meningkatkan konsentrasi kalsium
intraseluler. Hal ini dicapai dengan pelepasan deposit kalsium pada retikulum
endoplasma dan dengan meningkatkan asupan kalsium ekstraseluler. Aktivitas
oksitosin diperantarai oleh reseptor membran spesifik yang berpasangan dengan
protein transduser dan efektor yang membawa informasi dalam sel.
Transduser oksitosin adalah guanosil trifosfat (GTP) binding protein atau protein
G. Kompleks reseptor oksitosin – protein G menstimulasi fosfolipase C (PLC).
Fosfolipase C secara selektif akan menghidrolisa fosfatidil inositol 4,5–bifosfat (PIP
2) untuk membentuk inositol 1,4,5-trifosfat (IP3) dan 1,2-diasil gliserol. IP3
menyebabkan keluarnya kalsium dari retikulum endoplasma yang meningkatkan
konsentrasi kalsium sitoplasma. Peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler yang
disebabkan karena lepasnya kalsium dan retikulum endoplasma tidak adekuat untuk
mengaktivasi sepenuhnya mekanisme kontraktil miometrium dan kalsium
ekstraseluler yang penting untuk aksi oksitosin yang adekuat. Apanila tidak ada
kalsium ekstraseluler, respon sel-sel miometrium terhadap oksitosin menurun.
Kompleks oksitosin – protein G membantu keluarnya kalsium dari retikulum
endoplasma dengan melakukan perubahan pada kanal kalsium, baik secara langsung
maupun melalui efek yang diperantarai IP3, menyebabkan influks kalsium
ekstraseluler. Efek oksitosin terhadap masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel
miometrium tidak sensitif terhadap nifedipin.
Oksitosin dapat menstimulasi kontraksi uterus melalui mekanisme yang bebas
dari konsentrasi kalsium intraseluler. Ditemukan bahw akonsentrasi Prostaglandin E
(PGE) danProstaglandin F (PGF) meningkat selama pemberian oksitosin. Oksitosin
juga menstimulasi produksi PGE dan PGF dari desidua manusia. Penemuan ini
menunjukkan adanya interaksi positif antara oksitosin dan prostaglandin sebagai
tambahan terhadap aksi uterotonika dan mungkin pelepasan prostaglandin oleh
oksitosin perlu untuk mengifisienkan kontraksi uterus selama persalinan (Zeeman et
al., 1997).
INDUKSI PADA KPD
Induksi pada persalinan merupakan inisiasi persalinan buatan yang dilakukan
sebelum munculnya tanda-tanda persalinan. Salah satu indikasi tersering dilakukannya
induksi adalah kehamilan posterm dengan usia kehamilan minimal 41 minggu. Indikasi
lain dari induksi meliputi:
- Ketuban pecah dini (PROM)
- Potential fetal compromise (IUFD, IFGR)
- Kondisi tertentu pada ibu (diabetes tipe 1, penyakit ginjal, penyakit paru yang
signifikan, hipertensi gestasional atau hipertensi kronis)
- Sindrom antifosfolipid
- Chorioamnionitis atau tersangka chorioamnionitis
(Crane, 2001)
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa induksi Oxytocin pada KPD, dapat
menurunkan resiko infeksi maternal (chorioamnionitis dan endometritis) dan infeksi
neonatal. Prostaglandin juga dapat digunakan untuk induksi persalinan dengan KPD.
Suatu meta analisis menemukan bahwa induksi dengan prostaglandin menurunkan rata-
rata infeksi maternal dan hari perawatan intensif neonatal. Jika prostaglandin
dibandingkan dengan oxytocin untuk induksi persalinan dengan KPD, penggunaan
prostaglandin dapat meningkatkan kejadian chrioamnionitis dan mual pada ibu (Crane,
2001).
American College of Obstetricians and Gynecologists. Induction of labor with misoprostol. ACOG committee opinion 228. Washington, D.C.: ACOG, 1999:2.
Crane J. Induction of labour at term. SOGC Clinical Practice Guideline 2001;107: 1-9
Guinn DA, Goepfert AR, Christine M, Owen J, Hauth JC. Extraamniotic saline, laminaria, or prostaglandin E(2) gel for labor induction with unfavorable cervix: a randomized controlled trial. Obstet Gynecol 2000;96:106-12
Kelly AJ, Kavanagh J, Thomas J. Relaxin for cervical ripening and induction of labour. Cochrane Database Syst Rev 2002;2: CD003103. Abstract.
Neilson JP, Mifepristone for induction of labour. Cochrane Database Syst Rev 2002;2:CD002865. Abstract.
Zeeman GG, Khan-Dawood FS, Dawood MY. Oxytocin and its receptor in pregnancy and parturition: current concepts and clinical implications. Obstet Gynecol 1997;89(5 pt 2):873-83.