imunologi makalah

9
BAB II PEMERIKSAAN IN VIVO Berbagai metode in vivo digunakan dalam penelitian sistem immunoglobulin maupun sistem seluler. tes alergi secara in vivo terdiri atas dua kategori : uji kulit dan uji tantangan pada organ (tes provokasi). Uji kulit merupakan cara in vivo utama dalam mengenali IgE atau antibodi reagenik. Reaksi ini terjadi beberapa menit setelah masuknya alergen. Alergen berinteraksi dengan antibodi reagenik yang melekat pada sel pelepas zat mediator. Akibatnya terjadi suatu peradangan atau pembengkakan segera, demikian pula suatu reaksi fase lambat. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jarum atau garukan dan injeksi intradermal. A. Uji Kulit Uji kulit sampai saat ini masih dilakukan secara luas untuk menunjang diagnosis alergi terhadap alergen-alergen tertentu. Metode ini dapat dilakukan secara massal dalam waktu singkat dengan hasil cukup baik. Prinsip test ini adalah adanya IgE spesifik pada permukaan basofil atau sel matosit pada kulit akan merangsang pelepasan histamin, leukotrien dan mediator lain bila IgE tersebut berikatan dengan alergen yang digunakan pada uji kulit, sehingga menimbulkan reaksi positif berupa bentol (wheal) dan kemerahan (flare). Tetapi uji kulit tidak selalu memberikan hasil positif walaupun pemeriksaan dengan cara lain berhasil positif, terutama alergi terhadap obat.

Upload: olfaktorius-goenawan

Post on 06-Dec-2014

136 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

makalah imunologi kesehtan

TRANSCRIPT

Page 1: imunologi makalah

BAB IIPEMERIKSAAN IN VIVO

Berbagai metode in vivo digunakan dalam penelitian sistem immunoglobulin maupun sistem

seluler. tes alergi secara in vivo terdiri atas dua kategori : uji kulit dan uji tantangan pada

organ (tes provokasi). Uji kulit merupakan cara in vivo utama dalam mengenali IgE atau

antibodi reagenik. Reaksi ini terjadi beberapa menit setelah masuknya alergen. Alergen

berinteraksi dengan antibodi reagenik yang melekat pada sel pelepas zat mediator.

Akibatnya terjadi suatu peradangan atau pembengkakan segera, demikian pula suatu reaksi

fase lambat. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jarum atau garukan dan

injeksi intradermal.

A. Uji Kulit

Uji kulit sampai saat ini masih dilakukan secara luas untuk menunjang diagnosis

alergi terhadap alergen-alergen tertentu. Metode ini dapat dilakukan secara massal

dalam waktu singkat dengan hasil cukup baik. Prinsip test ini adalah adanya IgE spesifik

pada permukaan basofil atau sel matosit pada kulit akan merangsang pelepasan

histamin, leukotrien dan mediator lain bila IgE tersebut berikatan dengan alergen yang

digunakan pada uji kulit, sehingga menimbulkan reaksi positif berupa bentol (wheal)

dan kemerahan (flare). Tetapi uji kulit tidak selalu memberikan hasil positif walaupun

pemeriksaan dengan cara lain berhasil positif, terutama alergi terhadap obat.

Tujuan tes kulit pada alergi adalah untuk menentukan macam alergen sehingga

dikemudian hari bisa dihindari dan juga untuk menentukan dasar pemberian

imunoterapi.

Macam acam tes kulit untuk mediagnosis alergi antara lain :

1. Puncture, prick dan scratch test biasa dilakukan untuk menentukan alergi

oleh karena allergen inhalan, makanan atau bisa serangga.

2. Tes intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa serangga.

3. Patch test (epicutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada dermatitis

kontak.

Page 2: imunologi makalah

1. Uji Tusuk atau Intradermal atau prik test

Uji tusuk dilakukan untuk mengetahui IgE pada kepekatan alergi terhadap

allergen yang menimbulkan reaksi cepat, misalnya inhalan makanan dan penisilin.

Tehnik ini pertama kali dijelaskan oleh Lewis dan Grant pada tahun 1926. Hal ini

digambarkan dimana satu tetesan konsentrat antigen ke dalam kulit . kemudian

jarum steril 26 G melalui tetesan tadi ditusukkan ke dalam kulit bagian superficial

sehingga tidak berdarah. Variasi dari tes ini adalah dengan menggunakan

applikator sekali pakai dengan delapan mata jarum yang bisa digunakan.

Digunakan secara simultan dengan 6 antigen dan control positif (histmin) dan

kontrol negative (glyserin).

Prick tes merupakan jalan cepat untuk menyeleksi antigen yang banyak. Jika skin

tes positif, kemudian pasien lebih sering alergi, tetapi konversi yang didapat tidak

benar. Jika pasien mempunyai sejarah yang positif dan negative pada prick test,

maka dokter harus menggabungkan prosedur dengan pemeriksaan tes

intradermal.

Page 3: imunologi makalah

Tes intradermal atau tes intrakutan secara umum biasa digunakan ketika terdapat

kenaikan sensitivitas merupakan tujuan pokok dari pemeriksaan (misalnya ketika

skin prick test memberikan hasil negatif walaupun mempunyai riwayat yang cocok

terhadap paparan). Tes intradermal lebih sensitive namun kurang spesifik

dibandingkan dengan skin prick test terhadap sebagian besar alergen, tetapi lebih

baik daripada uji kulit lainnya dalam mengakses hipersensitivitas terhadap

Hymenoptera (gigitan serangga) dan penisilin atau alergen dengan potensi yang

rendah.Robert Cooke memberikan gambaran pertama kali untuk tes intradermal

pada tahun 1915. Tehnik pemeriksaannya mengalami beberapa modifikasi sejak

saat itu. Pada saat ini prosedur tes intradermal digambarkan dengan

menggunakan jarum 26 G untuk menyuntikkan secara intradermal sebagian dari

antigen, berbagai macam laporan mengatakan batasannya 0,01 – 0,05 ml. batasan

dari konsentrasi ekstrak adalah 1 : 500 sampai 1 : 1000. Test di nilai setelah 10 –

15 menit. Pada kasus tertentu baru dapat dibaca setelah 24 – 48 jam. Eritem dan

bentol merupakan tanda dan tingkatan dalam skala subjektif adalah 0 - +4.(5,12)

Gambar Intradermal skin test

http://www.allergycapital.com.au/Pages/alltest.html

Tes intradermal merupakan tes yang baik, sensitive dan lebih reproducible.

Keakuratan lebih jelas didapatkan pada percobaan dengan berbagai macam dilusi

dari ekstrak allergen. Tetapi mempunyai kekurangan dalam standarisasi protokol

tes.

Page 4: imunologi makalah

2. Uji Imunitas Seluler

Cara klasik untuk menguji respon imun seluler adalah delayed Hypersensitivy skin

test. Yang terkenal adalah test tuberculin dengan menyuntikan ekstrak protein

kuman tuberkel. Tes serupa menggunakan leproin dan leprosy, brucellin pada

brucellosis serta berbagai antigen seperti PPD, canadiam mumps trichlopiton

streptokinase dan streptodornase, untuk mengetahui adanya defisiensi seluler. Uji

ini didasarkan pada kenyataan bahwa lebih dari 95% orang dewasa telah terpajan

dengan salah satu antigen tersebut, sehingga reaksi yang positif terhadap

sedikitnya satu antigen dianggap tanda adanya system imun seluler yang

berfungsi baik.

3. Dinitro chlorobenzene ( DNCB )

Pada seseorang yang belum banyak terpapar lingkungan, untuk mengetahui

adanya defisiensi seluler dapat dilakukan uji DNCB. Pada uji ini, mula mula DNCB

dioleskan dikulit penderita, lalu 10 hari kemudian diulang dengan larutan yang

lebih pekat. Pada orang normal olesan kedua akan menunjukan eritrem dan

indurasi dalam waktu 48 jam.

4. Patch Test atau Uji temple

Tes pacth merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi zat yang

memberikan alergi jika terjadi kontak langsung dengan kulit. Metode ini sering

digunakan oleh para ahli kulit untuk mendiagnosa dermatitis kontak yang

merupakan reaksi alergi tipe lambat, dimana reaksi yang terjadi baru dapat dilihat

dalam 2 – 3 hari. Pemeriksaan pacth tes biasa dilakukan jika pemeriksaan dengan

menggunakan skin prick tes memberikan hasil yang negative. Pada pelaksanaan

pemeriksaan disiapkan 25 – 150 material yang dimasukkan ke dalam kamar plastic

atau aluminium dan di letakkan di belakang punggung. Sebelumnya pada

punggung diberikan tanda tempat-tempat yang akan ditempelkan bahan allergen

tersebut. Setelah ditempelkan, kemudian dibiarkan selama 48 sampai 72 jam.

Kemudian diperiksa apakah ada tanda reaksi alergi yang dilihat dari bentol yang

muncul dan warna kemerahan.

Page 5: imunologi makalah

A

B

http://www.allergyclinic.co.uk/tests_skin.htm

Reaksi iritasi terdiri dari sweat rash, follicular pustules dan reaksi seperti terbakar.

Reaksi yang meragukan berupa warna merah jambu dibawah kamar tes. Reaksi

positif lemah berupa warna merah jambu yang sedikit menonjol atau plak

berwarna merah. Reaksi positif kuat berupa papulovesicle dan reaksi ekstrem

berupa kulit yang melepuh atau luka. Reaksi yang relevan tergantung dari jenis

dermatitis dan allergen yang spesifik. Interprestasi dari hasil yang didapatkan

membutuhkan pengalaman dan latihan.

http://www.dermnetnz.org/procedures/patch-tests.html

Page 6: imunologi makalah

B. Uji Provokasi bronkial

Tes ini merupakan cara menilai yang paling baik untuk rhinitis alergi. Hanya ini

metode yang digunakan dengan menempatkan secara langsung allergen spesifik

terhadap mukosa hidung. Metode ini menimbulkan gejala utama atau tanda dari

pasien dengan cara mengontrol antigen yang diduga dapat menimbulkan alergi

dengan aplikasi langsung ke membrane mucous hidung. Dan evaluasi dari respon

pasien di catat. Tehnik ini meliputi aplikasi yang selektif atas solution allergen ke

kepala turbin inferior. Sebelumnya dilakukan rhinomanometri dan 20 menit setelah

pemberian allergen. Untuk mengkonfirmasi efek alergi dari zat yang dites dengan

menampakkan reduksi yang significant dari kemampuan hidung untuk

pembengkakan mukosa yang reaktif. Sejak tes provokasi meliputi penempatan

allergen secara langsung pada turbin, mungkin dapat menimbulkan reaksi alergi yang

hebat atau mungkin syok anafilaksis, dan sepantasnya alat emergency tersedia pada

ruang pemeriksaan.

C. Pemeriksaan Biopsi Jaringan

Jaringan Biopsi dapat digunakan untuk pemeriksaan immunoglobulin, komplemen

dan kadang kadnag antigen. Baik pada jaringan yang rusak maupun yang sehat.

Dapat terjadi endapan imun komplek yang mengandung ketiga unsur tersebut.

Jaringan biopsy untuk pemeriksaan imuno-fluoresen tidak boleh difiksasi, tetapi

jaringan tersebut harus secepatnya dikirim kelabolatorium untuk dibuat sediaan

beku. Sebelum diwarnai sediaan harus dicuci dengan larutan garam untuk

mengurangi flouresensi yang timbul dari jaringan itu sendiri.

D. Tyssue typing

Pemeriksaan tissue typing yang digunakan untuk menentukan spesifikasi major

histocompatibility complex ( MHC) seseorang. HLA ditemukan pada semua sel

jaringan tubuh tetapi kadar antigen HLA yang tettinggi ditemukan oada limfosit

perifer. Cara yang sering digunakan adalah cara serologic dan teknik MLC. Oleh

karena molekul MHC terdapat pada permukaan sel maka antigen tersebut akan

dikenal oleh sel sel dari orang orang yang secara allogenic berbeda. Typing

Page 7: imunologi makalah

dikerjakan dengan menambahkan antisera dengan spesifitas tertentu, misalnya anti

HLA-B8 kepada sel yang akan ditentukan.